lengkap baru

Upload: zieluphtaz13

Post on 30-Oct-2015

290 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KINERJA SATUAN LALU LINTAS POLRES SEMARANG DALAM MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi

    Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Ilmu Kepolisian

    Oleh :

    NAVY PRADHANA PRIMA SATYA NO. MHS : 7641

    SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN DOMISILI AKPOL SEMARANG

    2013

  • Skripsi Mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian NAVY PRADHANA PRIMA SATYA, telah dipertahankan dimuka sidang

    Dewan Penguji pada tanggal, Mei 2013

    Ketua

    DR.RODIYAH, S.Pd, S.H. M.Si DRAL POLISI (P)

    Penguji 1

    Drs. SLAMET SUROSO, S.H KOMBESPOL. NRP 62050916

    Penguji 2

    PENUGROHO AGUS SETIAWAN, S.IK, M.H KOMPOL. NRP 75081003

    NGDA

    iii

  • Disetujui untuk dipertahankan

    Semarang, Maret 2013

    Pembimbing Materi

    NUGROHO AGUS SETIAWAN, SIK, MH KOMPOL NRP 75081003

    iv

  • PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    NAMA : NAVY PRADHANA PRIMA SATYA

    NO.Mhs : 7641

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar

    merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai

    karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga lain.

    Jika dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar,

    maka saya bersedia diberikan sanksi akademis sesuai ketentuan

    yang berlaku.

    Semarang, Maret 2013

    Penulis

    NAVY PRADHANA PRIMA SATYA NOMOR MAHASISWA : 7641

    v

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan

    tepat waktu.

    Laporan ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar

    Sarjana Ilmu Kepolisian yang berjudul, KINERJA SATUAN LALU LINTAS

    POLRES SEMARANG DALAM MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS.

    Untuk mengetahui kinerja, hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan Satuan

    Lalu Lintas Semarang dalam menangani kecelakaan lalu lintas.

    Pada kesempatan ini juga, perkenankanlah saya selaku penulis untuk

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, bantuan,

    petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak yang saya rasa sangat membantu

    dan memberi manfaat bagi kelancaran dan penyelesaian penulisan skripsi ini.

    Secara khusus saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

    setinggi-tingginya kepada :

    1. Irjen Pol. Prof.Dr. Iza Fadri, SIK, S.H, M.H selaku Ketua Sekolah Tinggi

    Ilmu Kepolisian-PTIK, yang telah memberikan kesempatan bagi saya

    untuk menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-PTIK.

    2. Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, S.H, M.Si, selaku Gubernur Akademi

    Kepolisian beserta seluruh staf yang penulis sangat hormati, yang telah

    mengasuh, membina, mengarahkan penulis sejak masuk STIK-AKPOL

    sampai saat ini.

    vi iii

    iii

  • 3. Kepala detasemen mahasiswa AKBP. TRI WAHYUDI, S.IK, M.H dan

    seluruh Kasatsis yang selalu memberikan nasehat dan arahan kepada

    penulis selama mengikuti pendidikan di STIK-PTIK.

    4. AKBP. Agustinus B. Pangaribuan, S.IK, M.Si, selaku Kepala Kepolisian

    Resort Kabupaten Semarang, AKP. Gusman Fitra, SIK, selaku Kepala

    Satuan Lantas Polres Semarang, Iptu Ris Andrian, S.H selaku Kanit laka

    Polres Semarang, beserta seluruh personil dan staf jajaran Polres

    Semarang yang telah mengizinkan, dan memberikan bantuan, dalam

    pencarian dan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penyusunan

    skripsi ini.

    5. Kompol. Nugroho Agus Setiawan, S.IK, M.H, selaku Dosen Pembimbing

    yang senantiasa memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, serta

    nasihat-nasihat yang berharga hingga saya pada akhirnya dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    6. Kompol Nicholas Ary Lilipaly, S.IK, M.Si selaku Patun yang selalu

    memberikan arahan yang bersifat akademis sehingga penulis

    memperoleh pengalaman-pengalaman serta ilmu yang bermanfaat bagi

    penulis.

    7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf STIK-AKPOL, terima kasih atas

    bantuan, dukungan, ilmu serta pengetahuan yang telah diberikan

    kepada penulis.

    8. Bapak, ibu, serta adikku yang senantiasa dan tak henti-hentinya

    memberikan doa, restu, kasih dan dukungan kepada saya dalam

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    vii

  • 9. Rekan-rekan mahasiswa PTIK Angkatan 60, yang telah berpartisipasi

    memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.

    10. Pihak-pihak lain yang juga berjasa terhadap saya, yang tidak dapat saya

    sebutkan namanya satu persatu.

    Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun dari pembaca guna memperlancar skripsi ini. semoga hasil dan isi

    dari skripsi ini akan bermanfaat.

    Semarang, 2013

    Penulis

    viii

  • Motto :

    Belajarlah dari sebuah PENGALAMAN karena sesungguhnya

    pengalaman itu adalah GURU TERBAIK dari kehidupan kita.

    Skripsi ini didedikasikan untuk :

    Tanah Air tercinta Indonesia Tumpah Darahku

    Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

    merupakan wujud pengabdianku pada Bangsa dan

    Negara

    Garbha Wiyata Luhur Bhayangkara yang telah

    memberikan wawasan dan pengetahuan baru

    bagiku

    Eko sudianto, dan Indah Sri Purwaningsih Orang

    Tua yang sangat kucintai dan ku sayangi

    Adek adekku yang sangat ku cintai dan ku

    sayangi

    ix

  • DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... v KATA PENGANTAR.. vi LEMBAR PERSEMBAHAN .. vi DAFTAR ISI ............................................................................................ x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii ABSTRAKSI ............................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Permasalahan .............................................. 1 1.2 Perumusan Permasalahan ................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 5 1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 6 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ....................................................... 9 2.1 Kepustakaan Penelitian ........................................................ 9 2.2 Kepustakaan Konseptual ...................................................... 10 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................. 21 BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN .................... 23 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................... 23 3.2 Sumber Data atau informasi ................................................. 24 3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 24 3.4 Teknik Analisis Data ............................................................. 26 BAB IV TEMUAN PENELITIAN ............................................................... 29 4.1 Deskripsi Kecelakaan Lalu Lintas di Polres Semarang ......... 29 4.2 Kinerja yang ditemukan di Satuan Lalu Lintas Polres .......... Semarang ............................................................................. 37 4.3 Hambatan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menangani Kecelakaan Lalu Lintas ...................................... 40 4.4 Upaya yang dilakukan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang Dalam Menangani Kecelakaan Lalu Lintas ........................... 43 BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 48 5.1 Kinerja Satuan Lalu Lintas Polres Semarang ....................... 48 5.2 Faktor-faktor yang Menjadi Hambatan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang ................................................................. 57 5.3 Upaya Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menekan Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas ............................................ 63 BAB VI PENUTUP ................................................................................... 66 6.1 Kesimpulan ........................................................................... 66

    x

  • 6.2 Saran .................................................................................... 67

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

    xi

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 : Jumlah Personel Berdasarkan Kepangakatan Satuan Lalu

    Lintas Polres Semarang. 35

    Tabel 2 : Data Penyelesaian Perkara Satuan Lalu Lintas Polres

    Semarang Tahun 2010.. 37

    Tabel 3 : Data Penyelesaian Perkara Satuan Lalu Lintas Polres

    Semarang Tahun 2011 37

    Tabel 4 : Data Penyelesaian Perkara Satuan Lalu Lintas Polres

    Semarang Tahun 2012 38

    Tabel 5 : Data Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Black Spot) di

    Kabupaten Semarang. 38

    Tabel 6 : Pendidikan Kompetensi Personel Satuan Lalu Lintas Polres

    Semarang.. 41

    Table 7 : Anggaran Dipa 2012.. 42

    Table 8 : Sarana Prasarana Yang dimiliki Satuan Lalu Lintas Polres

    Semarang.. 42

    xii

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 1 : Kerangka Berpikir............................................................... 23

    Gambar 2 : Peta Kabupaten Semarang................................................. 31

    Gambar 3

    Gambar 4

    :

    :

    Struktur Organisasi Polres Semarang ................................

    Struktur Organisasi Satlantas Polres Semarang.................

    33

    34

    xiii

  • ABSTRAK

    Judul Skripsi : Kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang dalam Menangani Kecelakaan Lalu Lintas

    Nama Mahasiswa : Navy Pradhana Prima Satya

    No. Mahasiswa : 7641 Isi Abstrak : 1

    Dalam penelitian ini, penulis memberikan gambaran tentang kinerja yang ada di Satuan lalu lintas Polres Semarang. Penulis akan menuliskan tentang penelitian di wilayah Polres Semarang guna mengerti dan mendapatkan gambaran umum tentang Kinerja Satuan lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah Polres Semarang.

    Kepustakaan konseptual dari penulisan skripsi ini menggunakan beberapa konsep dan teori. Konsep yang pertama adalah konsep Kinerja, konsep lalu lintas, konsep tinjauan manajemen lalu lintas, konsep kecelakaan lalu lintas, konsep tinjauan tentang penyidikan, konsep Satuan lalu lintas Polres Semarang. Dan teori yang digunakan teori penegakkan hukum dan teori manajemen.

    Pendekatan yang di pakai adalah pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Sumber data yang di pakai adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang di pakai adalah pengamatan, wawancara, penelitian dokumen. Teknik analisis data yang dipakai adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

    Hasil temuan yang di temukan adalah kinerja yang ada di Satuan lalu lintas Polres Semarang, faktor yang menjadi hambatan Satuan lalu lintas Polres Semarang, serta bagaimana upaya yang dilakukan Satuan lalu lintas guna untuk menangani kecelakaan lalu lintas tersebut.

    Terdapat tiga pembahasan dalam penulisan ini yaitu kinerja satuan lalu lintas Polres Semarang, hambatan-hambatan yang sedang terjadi, serta upaya-upaya yang dilakukan satuan lalu lintas Polres Semarang. Teori-teori yang digunakan adalah teori penegakkan hukum dan teori manajemen.

    Jadi, kesimpulan yang ada, di sesuaikan dengan ketiga pokok permasalahan yang ada. Teori penegakkan hukum dan teori manajemen dianggap mampu dalam menganalisis apa yan terjadi, dimana nantinya dapat memberikan konstribusi terhadap kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang, hambatan-hambatan yang ada di Satuan lalu lintas Polres Semarang serta upaya Satuan lalu lintas Semarang dalam menekan tingkat kecelakaan. Diharapkan personel Satuan lalu lintas berkompetensi dengan meningkatkan kemampuan pelatihan fungsi teknis, meningkatkan kecepatan dalam hal quick respon, serta berfikir inovatif sehingga menghasilkan kerja produktif terhadap pelayanan masyarakat di Semarang Kata kunci : Kinerja, hambatan, upaya kecelakaan lalu lintas

    xiv

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Permasalahan

    Pengembangan transportasi, yang berperan sebagai urat nadi

    kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan,

    diarahkan pada terwujudnya. Sistem transportasi nasional yang handal dan

    berkembang tinggi serta diselenggarakan secara terpadu, sekaligus

    menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang

    dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung

    pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih

    memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

    bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. (disadur dari Abbas

    Salim, 1993 : 274).

    Kondisi sistem transportasi diperkotaan memperlihatkan

    kecenderungan yang sangat rumit dan sering terjadi kemacetan terutama pada

    jam-jam sibuk. kondisi ini disebabkan karena tingginya jumlah kendaraan

    bermotor yang bergerak di dalam kota. Dari sektor transportasi inilah

    rnerupakan sumber pencemaran udara terbesar di perkotaan sekitar 60 %

    (Soeharyono,A.:2004)

    Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang mengalami

    pembangunan pesat dari semua bidang. Karena pesatnya pembangunan dan

    untuk mempermudah penataan wilayah administrasi supaya lebih baik lagi,

    Kota Semarang dibagi menjadi lima Bagian Wilayah Kota (BWK). Bagian-

    1

  • bagian wilayah kota tersebut sekarang ini sudah berkembang pesat menjadi

    pusat kegiatan (central place). Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV), merupakan

    salah satu bagian wilayah kota yang tingkat pertumbuhannya pesat, wilayah

    tersebut dikenal sebagai daerah bisnis, perdagangan, dan padat industri,

    karena banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun pada wilayah tersebut. Sebuah

    industri identik dengan sebuah aktifitas yang melibatkan banyak tenaga kerja,

    dan mobilitas dari kegiatan industri. Bagaimana bila industri tersebut lebih dari

    satu dalam sebuah wilayah, menggunakan sarana prasaran, infrastruktur yang

    sama disetiap harinya, tanpa disertai peningkatan-peningkatan infrastruktur

    yang ada, terutama infrastruktur jalan (BAPPEDA: RTRW Kota Semarang,

    1999-2005 )

    Fungsi utama dari jalan adalah sebagai prasarana lalu-lintas atau

    angkutan, guna mendukung kelancaran arus barang, jasa, serta aktifitas

    masyarakat. Kenyataan diperkotaan terjadi ketidak seimbangan antara tingkat

    pertumbuhan jalan disatu sisi dengan tingkat pertumbuhan kendaraan disisi

    lain, dimana pertumbuhan jalan jauh lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan

    kendaraan. Dengan kondisi yang demikian, dapat dipastikan akan terjadi

    pembebanan yang akan dialami oleh Satuan Lalu Lintas Polres Semarang.

    Keamanan dan ketertiban serta kelancaran dalam berlalu lintas

    merupakan dambaan semua pihak akan tetapi secara faktual hal ini sulit untuk

    di wujudkan karena untuk terciptanya harapan tersebut harus didukung oleh

    berbagai faktor yang mempunyai peran sangat menentukan. Fungsi lalu-lintas

    bukan hanya menjadi pekerjaan dan tanggung jawab Polri, akan tetapi tugas di

    bidang lalu lintas tersebut pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab

    dari semua pihak. (disadur dari Irwan Sunuddin, 2009: 3)

    2

  • Tanpa adanya upaya-upaya pengamanan semua pengguna jalan

    sangat mungkin terkena resiko kecelakaan seiring dengan meningkatnya lalu

    linats kendaraan. Upaya penindakan pelanggaran lalu lintas dan pencegahan

    kecelakaan lalu lintas merupakan rangkaian penegakkan hukum yang sudah

    saatnya menjadi orientasi sasaran pemolisian.efek jera dapat menjadi sangat

    efektif jika diawali dengan perencanaan yang abik untuk selanjutnya

    diimplementasikan dalam penindakan pelanggaran lalu lintas berbahaya yang

    menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang dapat menelan korban jiwa.

    Dampak penjeraan terhadap resiko apabila di tindak dengan integral

    penerimaan masyarakat terhadap resiko apabila di tindak dengan integral

    penerimaan masyarakat terhadap konsekuensi atau akibat dari

    pelanggarannya. (disadur dari Irwan Sunuddin. 2009 : 4)

    Polri mencatat, dalam rangkaian Operasi Kepolisian Terpusat "Ketupat Jaya 2012", mulai H-9 hingga H-8, kecelakaan lalu lintas (laka lantas) dengan jumlah terbanyak terjadi di Jawa Tengah dengan jumlah 93 laka. Jawa Tengah pun masuk dalam prioritas Polri dalam mengamankan situasi menjelang dan sesudah lebaran. "Ranking laka lantas di Polda prioritas 1, yaitu Jawa Tengah dengan 93 laka, Jawa Timur 56 (laka), Jawa Barat 22 (laka), Metro Jaya 12, Sulawesi Selatan ada 5. Jadi ini di lima Polda yang tertinggi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (13/8/2012) kemarin. (Tribunnews.com, 14 Agustus 2012)

    Semua pengguna ingin merasakan keamanan, ketertiban,

    keselamatan, dan kelancaran berkendara. Oleh karena itu kita semua di

    harapakan mampu untuk mencegah dari resiko kecelakaan lalu lintas.

    Kecelakaan lalu lintas sering terjadi dengan meningkatnya jumlah pemakai

    jalan dan volume kendaraan bermotor. Dari segala upaya para petugas

    Polantas, untuk mentertibkan dan menindak para pelanggar lalu lintas dan

    3

  • pencegahan kecelakaan lalu lintas. Upaya ini dilakukan semata mata untuk

    memberikan rasa aman kepada pengguna jalan.

    Berdasarkan dari uraian diatas, penulis akan mengangkat

    permasalahan yang disingkat dalam tema penelitian adalah upaya apa saja

    yang dilakukan oleh Polres Semarang khususnya Satuan lalu lintas dalam

    menangani terjadinya kecelakaan lalu lintas. Alasan menggunakan tema

    tersebut adalah masyarakat setiap harinya menggunakan sarana dan

    prasarana jalan raya untuk melakukan mobilitasnya, sementara itu di wilayah

    Polres Semarang sering terjadi kecelakaan lalu lintas di karenakan di jalan

    kabupaten tersebut merupakan jalan yang sangat padat di tambah oleh

    pertemuan dari semua arah, Baik dari pantura dan jalur selatan. Alasan

    pemilihan lokasi penelitian yaitu dekat dengan tempat tinggal sehingga

    mengerti dan mengetahui kondisi keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu

    lintasnya.

    Berdasarkan hal hal yang telah diuraikan diatas penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian tentang: KINERJA SATUAN LALU LINTAS POLRES

    SEMARANG DALAM MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS.

    1.2 Perumusan Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang dari permasalahan judul diatas yang di

    kemukakan oleh penulis di atas dalam penelitian sebagai berikut adalah :

    Bagaimana Kinerja yang dilakukan oleh satuan lalu lintas Polres Semarang

    dalam menangani kecelakaan lalu lintas.

    Berdasarkan perumusan permasalahan di atas selanjutnya dapat di

    simpulkan persoalan di rumuskan sebagai berikut :

    4

  • 1) Bagaimana kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang saat ini dalam

    menangani kecelakaan lalu lintas ?

    2) Bagaimana hambatan Satuan Lalu lintas Polres Semarang dalam

    menangani kecelakaan lalu lintas?

    3) Bagaimana upaya yang dilakukan Satuan Lalu lintas Polres Semarang

    dalam menangani kecelakaan lalu lintas?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dilakukannya penelitian tentang Kinerja Satuan lalu

    lintas Polres dalam mengatasi masalah kecelakaan lalu lintas secara terperinci

    adalah sebagai berikut:

    a. Untuk mendeskripsikan Kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang?

    b. Menemukan penghambat dalam menangani kecelakaan lalu lintas di

    Polres Semarang.

    c. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan Satuan lalu lintas Polres

    Semarang dalam menangani kecelakaan lalu lintas.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:

    a. Secara teoritis, kegunaannya adalah untuk mengungkapkan secara

    objektif untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan terutama

    ilmu Kepolisian serta memberikan sumbangan konseptual dan

    pemikiran tentang kinerja satuan lalu lintas Polres Semarang dalam

    menangani kecelakaan lalu lintas beserta faktor-faktor yang

    mendukung dan menghambat kinerja dalam rangka menangani

    kecelakaan lalu lintas.

    5

  • b. Secara praktis, bagi Polri sendiri, penelitian yang dilakukan ini dapat

    digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan Polri pada semua

    lapisan organisasi untuk mengambil kebijaksanaan yang tepat dalam

    mengenali faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kinerja

    dalam rangka mengatasi kecelakaan lalu lintas yang telah dilaksanakan

    selama ini.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan merupakan suatu uraian tentang penulisan

    secara teratur dan terinci sehingga permasalahan yang dibahas dapat mengalir

    secara runtut. Dengan demikian skripsi ini akan memberikan suatu gambaran

    yang utuh secara keseluruhan materi dari bab yang satu ke bab yang lain,

    karena saling berkaitan.

    Penulisan skripsi ini terbagi dalam 6 (enam) bab, yang terdiri atas :

    BAB I . PENDAHULUAN,

    Merupakan pengantar dalam pembahasan dan penegasan dari topik

    atau judul yang telah dipilih oleh penulis, dalam bab ini penulis akan

    menguraikan tentang latar belakang mengapa penulis memilih topik kinerja

    satuan lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum

    Polres Semarang dikaitkan dengan permasalahan yang menjadi sorotan

    masyarakat, dijelaskan juga tentang ruang lingkup, tujuan dan manfaat

    penelitian.

    BAB II . TINJAUAN KEPUSTAKAAN.

    Dalam bab ini penulis menjelaskan kepustakaan penelitian yang

    menjadi literatur sekaligus menjelaskan fokus penulisan yang masih berkaitan

    dengan penulisan sebelumnya. Juga dijelaskan berkaitan dengan kepustakaan

    6

  • konseptual dalam penulisan skripsi, dalam kepustakaan konseptual ini penulis

    akan menuangkan teori-teori yang mempunyai relevansi dengan pembahasan

    masalah, yang telah diambil dari beberapa buku untuk dijadikan sebagai

    petunjuk, arah, dan tujuan dalam menyusun kerangka berpikir yang dijadikan

    dasar dan pedoman agar tujuan dari penulisan skripsi nantinya dapat tercapai

    dengan memberikan dasar keilmuan yang dapat teruji kebenarannya, sehingga

    penulisan ini benar-benar merupakan suatu hasil penelitian yang dapat

    dipertanggungjawabkan. Kemudian Kerangka berpikir penulis berkaitan dengan

    dengan permasalahan yang diteliti.

    BAB III . RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN.

    Dalam bab ini penulis akan menguraikan pendekatan kualitatif dan

    Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi dokumen dan

    Wawancara dengan pedoman, hal ini digunakan agar dapat mengungkapkan

    proses pelaksanaan kegiatan satuan lalu lintas dalam mengatasi kecelakaan

    lalu lintas di wilayah hukum Polres Semarang. Selanjutnya juga akan diuraikan

    berkaitan dengan Sumber informasi dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan

    data (wawancara dan Observasi) Teknis analisis data, sehingga penelitian ini

    akan dapat menguraikan permasalahan yang terjadi dan juga dapat digunakan

    sebagai bahan memecahkan permasalahan.

    BAB IV. TEMUAN PENELITIAN

    Dalam bab ini penulis dengan berpedoman pada pokok permasalahan

    sebelumnya menguraikan temuan-temuan selama melaksanakan penelitian

    baik yeng ditemukan pada saat wawancara ataupun observasi yaitu pertama,

    berupa gambaran umum wilayah yang diteliti serta uraian berkaitan dengan

    pelaksanaan kegiatan mengatasi kecelakaan lalu lintas oleh Satuan lalu lintas

    7

  • Polres Semarang. Kedua, tentang gambaran pelaksanaan kegiatan mengatasi

    kecelakaan lalu lintas oleh Satuan lalu lintas Polres Semarang. Ketiga

    menggambarkan hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi oleh Satuan

    lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas.

    BAB V. PEMBAHASAN

    Dalam bab ini, penulis akan menganalisis dan melakuakn pembahasan

    dari hasil hasil temuan di lapangan selama pelaksanaan penelitian dengan

    berdasarkan konsep dan teori teori yang diterangkan dalam kepustakaan

    konseptual dengan menggunakan kerangka berfikir. Sehingga dapat diperoleh

    jawaban atas permasalahan yang utama.

    BAB VI. PENUTUP.

    Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis berkaitan

    dengan temuan dalam pelaksanaan penelitian yang diharapkan dapat

    bermanfaat dalam rangka mengatasi permasalahan yang ditimbulkan berkaitan

    dengan kinerja Satuan lalu lintas dalam mengatasi kecelakaan lalu lintas di

    wilayah hukum Polres Semarang. Kesimpulan itu sendiri merupakan jawaban

    pertanyaan yang ada pada perumusan permasalahan, sedangkan saran ide-ide

    dari penulis yang mungkin dapat diterapkan.

    8

  • BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1 Kepustakaan Penelitian

    Kepustakaan penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi

    tentang hasil penelitian terdahulu, literatur tersebut dapat berupa dokumen

    laporan hasil penelitian, skripsi, tesis atau disertasi. Menurut Mudrajat Kuncoro,

    2003. Manfaat dari tinjauan pustaka dalam suatu penelitian adalah memberikan

    gambaran bagi peneliti untuk membandingkan penelitian yang dibuatnya

    dengan penelitian terdahulu yang meneliti masalah yang hampir sama.

    Kemudian tujuan utamanya adalah untuk melihat apa saja yang pernah

    dilakukan sehubungan dengan masalah yang diteliti (disadur dari Dian 2008 : 9,

    menyadur dari Mudrajat kuncoro,2003 : 28).

    Salah satu langkah penting berkaitan dengan penelitian adalah

    pencarian teori yang berhubungan dengan topik atau judul penelitian yang akan

    seperti dibuat dengan merujuk pada khazanah ilmu pengetahuan. Teori seperti

    yang telah didefinisikan oleh Kelinger (1999) sebagai seperangkat konstruk

    (konsep), definisi dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara

    sistematis,hubungan terperinci antara variabel-variabel dengan tujuan

    meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. (disadur dari Novi Indah

    Erlyanti, 2012 :22, menyadur dari Kerlinger, 1990:14)

    Berdasarkan hasil studi kepustakaan penelitian diperoleh hasil bahwa

    penulis tidak menemukan adanya penelitian terdahulu yang mengkaji tentang

    9

  • KINERJA SATUAN LALU LINTAS POLRES SEMARANG DALAM

    MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS.

    Namun dalam proses penelitian ini terdapat relevansi dengan skripsi

    yang diselesaikan oleh, DIAN SETYAWAN, mahasiswa PTIK Angkatan 51,

    yang berjudul PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS

    PADA SATLANTAS POLRES BOYOLALI. Dalam penelitian tersebut

    menggambarkan bagaimana penyeleseaian perkara kecelakaan lalu lintas pada

    Satlantas Polres Boyolali dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

    Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada konsep

    efektivitas dari perkara kecelakaan lalu lintas. Sementara perbedaannya adalah

    pada fokus permasalahan dalam peneltian terdahulu berfokus pada konsep

    penyelesaiannya sedangkan di penelitian ini adalah efektivitas Kinerja Satuan

    lalu lintas Polres Semarang beserta hambatan yang ada dan upaya-upaya yang

    dilakukan personel lalu lintas Polres Semarang dalam menangani terjadinya

    kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Semarang.

    Sementara kebaharuan dalam skripsi ini, menekankan pada kinerja dari

    satuan lantas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres

    Semarang, serta hambatan-hambatan oleh Satuan lalu lintas dan upaya-upaya

    yang dilakukan oleh satuan lalu lintas dalam menekan angka kecelakaan lalu

    lintas di wilayah Kabupaten Semarang.

    2.2 Kepustakaan Konseptual

    Kepustakaan konseptual adalah membahas tentang konsep-konsep

    dan teori yang memiliki hubungan dengan permasalahan. Teori dan konsep

    yang akan digunakan, yaitu meliputi :

    10

  • 2.2.1. Konsep-konsep

    Pada kepustakaan Konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai pedoman

    dalam penelitian dan juga sebagai pendukung dari teori yang di bahas agar

    dapat dilakukan sesuai dengan yang dipermasalahkan. Dalam penelitian ini,

    peneliti menggunakan konsep-konsep yang terkait yaitu :

    a. Konsep Kinerja

    Adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja

    yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil

    kerja. (Wikipedia.org, 25 januari 2013)

    Sementara itu, pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja,

    hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan

    hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja

    berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang

    dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan

    bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

    mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis, organisasi, kepuasan

    konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. ( disadur dari Wibowo, 2007: 2,

    menyadur dari Armstrong dan Baron,1998 :15)

    b. Konsep lalu lintas

    Menurut H.S Djasoesman yang dimaksud dengan pengertian lalu lintas

    adalah : Gerak pindah manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lainnya

    dengan menggunakan alat dan jalan sebagai sarana.(disadur dari Eddy

    Purwatmo, 1994 : 21)

    11

  • Sedangkan menurut Madellu yang dimaksud dengan pengertian lalu

    lintas adalah : Gerak pindah manusia atau barang dari suatu tempat ketempat

    lain dengan menggunakan alat. (disadur dari Eddy Purwatmo, 1994 : 21)

    c. Konsep tinjauan manajemen lalu lintas

    Berdasarkan Surat Keputusan Direktur lalu Lintas Polri No. Pol :

    Skep/29/IX/2005 tanggal 22 September 2005 Tentang Vademikum Polisi Lalu

    Lintas manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan,

    pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan

    untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan

    dilakukan antara lain dengan :

    1. Usaha peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan, dan atau

    jaringan jalan,

    2. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu,

    3. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan

    tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda,

    4. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan atau perintah bagi

    pemakai jalan.

    Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi :

    1. Inventarisasi dan tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain

    untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan

    persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah

    merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk

    menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan

    dan keselamatan.

    12

  • 2. Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam menentukan

    tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain dengan

    memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan ; peranan,

    kapasitas, dan karateristik jalan, kelas jalan; karateristik lalu lilntas;

    aspek lingkungan; aspek sosial dan ekonomi.

    3. Penetapan pemecahan lalu lintas.

    4. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.

    Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara

    lain meliputi : penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap

    ruas jalan dan persimpangan ; usulan aturanaturan lalu lintas yang

    akan ditetapkan pada ruas jalan dan persimpangan; usulan pengadaan

    dan pemasangan serta pemeliharaan ramburambu lalu lintas, marka

    jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan

    pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau tindakan baik untuk

    keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada

    masyarakat.

    Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi :

    Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas

    ruas jalan tertentu, termasuk dalam pengertian penetapan

    kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain perataan

    sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan atau

    minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan atau perintah bagi

    pemakai jalan.

    14

    13

  • Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi :

    1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan lalu lintas.

    Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui

    efektivitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk

    mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan.

    Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain meliputi inventarisasi

    mengenai kebijaksanaan kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada

    ruas jalan, jumlah pelanggaran, dan tindakan tindakan koneksi yang

    telah dilakukan atau pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan

    penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria penilaian, analisis

    tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan kebaikan.

    2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.

    Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran

    tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan

    korektif adalah peninjauan ulang terhadap kebijaksanaa apabila di

    dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.

    Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi :

    1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu

    lintas. Pemberian arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa

    penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan

    pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh

    keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagai

    mana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang

    telah ditetapkan.

    15

  • 2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

    hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu

    lintas.

    d. Konsep Kecelakaan Lalu Lintas

    Berdasarkan surat Keputusan Direktur lalu Lintas Polri No.Pol:

    SKEP/29/XXI/2005 tanggal 22 september 2005 tentang Vademinkum Polisi lalu

    lintas, disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah: suatu peristiwa di jalan

    yang tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan

    lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta. Dimana unsur-

    unsur kecelakaan lalu lintas tersebut meliputi pengemudi atau pemakai jalan,

    kendaraan, jalan, dan lingkungan.

    Dari definisi kecelakaan lalu lintas di atas maka unsur-unsur

    kecelakaan lalu lintas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun

    1993 adalah pertama, merupakan peristiwa dijalan yang tidak disengaja dan

    tidak disangka-sangka atau kelalaian. Kedua, melibatkan kendaraan. Ketiga,

    dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya. Keempat, mengakibatkan manusia

    atau kerugian harta benda.

    Dari unsur yang pertama, bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan

    peristiwa dijalan, jalan menurut undang-undang No.14 Tahun 1992 adalah jalan

    yang di peruntukan bagi lalu lintas umum. artinya jika peristiwa atau kejadian

    terjadi dijalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, aka peristiwa tersebut

    tidak dapat di katagorikan sebagai kecelakaan lalu lintas.

    Unsur yang kedua, melibatkan kendaraan. Artinya dalam peristiwa

    tersebut harus ada kendaraan yang terlibat. Definisi kendaraan menurut UU

    No.14 Tahun 1992 adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari

    16

  • kendaraan bermotor atau kendaran tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah

    kesadaran yang digerakkan oleh perlatan elektronik yang berada pada

    kesadaran itu.

    Unsur yang ketiga, dengan atau tanpa memakai jalan lainnya. Artinya

    yang dikategorikan kecelakaan lalu lintas tanpa harus melibatkan pemakai jalan

    lainnya, yang sering dikenal dengan kecelakaan tunggal atau kecelakaan

    sendiri.

    Sedangkan unsur keempat, mengakibatkan korban manusia atau

    kerugian harta benda. Artinya peristiwa tersebut mengakibatkan adanya

    manusia yang menjadi korban atau adanya kerugian harta benda yang

    diakibatkan. Korban adalah korban meninggal dunia luka berat dan luka ringan.

    Kerugian harta benda dikenal dengan kerugian materiil.

    e. Konsep tinjauan tentang penyidikan

    Penyidikan menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab

    Acara Hukum Pidana dan Kitab Hukum Pidana adalah serangkaian penyidik

    dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang undang ini untuk

    mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan

    tersangkanya. Tindakan penyidikan merupakan cara untuk mengumpulkan

    bukti-bukti awal untuk mencari tersangka yang diduga melakukan tindak pidana

    dan saksi saksi yang mengetahui tentang tindak pidana tersebut. ( Pasal 1

    KUHAP).

    Penyidikan lalu lintas adalah serangkaian tindakan penyidik lalu lintas

    dalam hal dan menurut cara yang diatur oleh undang-undang untuk mencari

    serta mengumpulkan bukti guna membuat terang perkara yang terjadi dan guna

    menemukan tersangkanya. (disadur dari Eddy Purwatmo, 1994 : 21)

    17

  • 1. Penyidikan menurut Undang Undang Lalu lintas UU No: 22 Tahun

    2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 259 adalah

    a) Penyidikan Tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    dilakukan oleh:

    1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

    2) Penyidik Pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang

    khusus menurut undang undang ini.

    b) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana di maksud pada ayat (1)

    huruf a terdiri atas :

    1) Penyidik; dan

    2) Penyidik pembantu (Pasal 259 UU Lalu lintas dan Angkutan

    jalan)

    f. Satuan lalu lintas Polres Semarang

    Yang bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan

    masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan dan identifikasi kendaraan

    bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakkan

    hukum di bidang lalu lintas di wilayah Kabupaten Semarang. ( Pasal 59, ayat

    2.Perkap No 23 tahun 2010)

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

    Satlantas menyelenggarakan fungsi :

    1. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

    2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas

    sektoral, Dikamslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu

    lintas;

    18

  • 3. Pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

    penegakkan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,

    kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);

    4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

    bermotor serta pengemudi ;

    5. Pelaksanan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran seta

    penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakkan

    hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;

    6. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan;

    7. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan. (Pasal

    59, ayat 3.Perkap No 23 tahun 2010)

    2.2.2. Teori-teori

    Menurut Marx dan Goodson (1976 : 235) teori adalah aturan yang

    menjelaskan preposisi atau seperangkat preposisi yang berkaitan dengan

    beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas represenatasi simbiolik dari

    hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang

    dapat diukur), mekanisme yang diduga mendasari hubungan-hubungan

    demikian dan hubungan-hubungan yang disimpulkan serta manifestasi

    hubungan empiris apa pun secara langsung. Kepustakaan teori pada penelitian

    ini memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Dimana

    suatu teori yang ditulis pada penelitian ini memiliki kegunaan sebagai batasan-

    batasan dan arah yang telah di tentukan.

    a. Teori penegakkan hukum

    Faktor faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum menurut Prof.Dr.

    Soerjono Soekanto,SH., M.A. Berikut bunyinya adalah :

    19

  • 1. Faktor hukumnya sendiri, merupakan yang ada di dalam tulisan ini akan

    di batasi pada undang-undang saja.

    2. Faktor penegak hukum, pihak pihak yang membentuk maupun

    menerapkan hukum

    3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum

    tersebut

    4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

    atau diterapkan

    5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

    didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. (Dikutip dari

    buku Soerjono Soekanto, 1983 : 8)

    b. Teori Manajemen

    Dalam buku Azas-azas manajemen mengungkapkan teori dari

    George R. Terry yang menyatakan bahwa proses manajemen meliputi

    planning, organizing, actualiting, dan controlling atau yang lebih dikenal dengan

    P.O.A.C. Selanjutnya dikatakan bahwa P.O.A.C adalah alat atau instrumen

    yang digunakan manajer dalam melaksanakan pekerjaan manajemen,

    sekaligus merupakan ciri-ciri pokok yang membedakan seorang manajer dan

    seorang non manajer. Secara singkat yang dimaksud dengan P.O.A.C adalah:

    1. Planning (perencanaan) yaitu tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran

    dan arah tindakan yang akan diikuti. Inventarisasi dan evaluasi

    peningkatan pelayanan, Penetapan peningkatan pelayanan yang

    diinginkan, Penetapan peningkatan pelayanan yang diinginkan,

    Penetapan permasalahan lantas, Susun rencana dan program lantas.

    20

  • 2. Organizing (pengorganisasian) yaitu tindakan mendistribusi pekerjaan

    antara kelompok yang ada dan menetapkan serta merinci hubungan-

    hubungan yang diperlukan. Penetapan kebijakan lantas pada jaringan

    atau ruas jalan tertentu.

    3. Actuating (menggerakkan) yaitu merangsang anggotaanggota

    kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan kemauan

    baik secara antusias. Arahan dan petunjuk, Bimbingin dan suluh.

    4. Controlling (pengawasan) yaitu mengawasi aktifitas-aktifitas agar sesuai

    dengan rencana. Pantau dan niali-nilai kebijakan, Tindakan korektif.

    Proses manajemen tersebut haruslah dapat digunakan pimpinan untuk

    mencapai tujuannya, dan jika pimpinan tidak mampu menggunakan serta

    menjabarkan proses manajemen dalam bidang tugasnya, maka besar

    kemungkinan akan terjadi hambatan atau kendala dalam organisasi yang

    dipimpinnya.(disadur dari Irwan, 2009 : 33)

    2.3 Kerangka Berpikir

    Keamanan keselamatan ketertiban kelancaran lalu lintas adalah

    harapan dari masyarakat Indonesia semuanya. Tetapi banyak sekali faktor-

    faktor yang mempengaruhinya. Peran dari Satuan lalu lintas adalah bukan

    hanya didukung oleh faktor yang mempengaruhi dari lalu lintas yang aman dan

    nyaman bagi penggunaanya. Tetapi juga tanggung jawab kita bersama dalam

    menjaga Keamanan keselamatan ketertiban kelancaran lalu lintas .

    21

  • PERMASALAHAN

    INPUT

    FeedBack

    Gambar 1

    Kerangka Berpikir

    SUBYEK METODE OBYEK

    P

    olisi Lalu

    lintas

    S

    osialisasi

    peraturan

    lalu lintas

    G

    iat Operasi

    T

    urjawali

    M

    asyarakat

    pengguna

    jalan

    Kecelakaan Pelanggaran

    Satuan lalu

    lintas Polres

    Semarang

    Kecelakaan

    Turun

    Pelanggaran

    berkurang

    Terciptanya Kamseltibcarlantas

    Dasar Hukum :

    1. UU No.2 Thn 2002

    2. UU No.22 Thn 2009

    1. Teori Penegakkan Hukum

    2. Teori Manajemen

    Output Outcome

    22

  • BAB III

    RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

    3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

    Penelitian ini diartikan sebagai rangkaian yang sistematik dilakukan

    dengan cara tertentu dan terencana dalam mengkaji, mempelajari atau

    menyelidiki suatu permasalahan untuk memperoleh pengetahuan teoritik yang

    dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan atau digunakan untuk

    pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi. Pengetahuan teoritik hasil

    penelitian memiliki kebenaran ilmiah karena didukung oleh justifikasi teoritik

    yang logis dan data empiris yang sahih. Oleh karena itu penelitian dapat juga

    dikatakan sebagai cara mencari atau menemukan kebenaran melalui metode

    ilmiah yaitu rangkaian kegiatan teoritik dan empirik. (di sadur dari Irwan, 2009 :

    29, menyadur dari farouk Muhammad dan Djali, 2003:1)

    Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan

    kualitatif, yaitu Pendekatan melalui analisis terhadap gejala-gejala siosial dan

    budaya masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran

    mengenai pola-pola yang berlaku umum dianalisis dengan menggunakan teori-

    teori yang obyektif. (disadur dari Irwan,2009 : 29)

    Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

    data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku orang-orang

    dan perilaku yang diamati (Moleong, 1990 : 3; Bogdan dan Taylor : 1992 : 21).

    Pada penelitian terhadap penulisan skripsi ini di harapkan mendapatkan

    keterangan yang bervariasi.

    23

  • 3.2 Sumber Data atau Informasi

    Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian

    kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

    seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis

    datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan

    statistik. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 :157)

    Dalam penulisan ini, dilihat dari cara memperoleh dan mengumpulkan

    data, maka penulis membedakan data menjadi 2 (dua) macam yaitu data

    primer dan data sekunder. Data primer adalah yang diperoleh langsung dari

    obyek yang diteliti, sedangkan data sekunder adalah sejumlah data atau

    keterangan yang diperoleh secara tidak langsung dari responden, melainkan

    melalui bahan-bahan dari arsip atau dokumen, literatur-literatur yang telah

    disusun oleh instansi atau pihak subyek penelitian. (disadur dari Dian, 2008 :

    41)

    3.2.1. Data primer

    Sumber informasi untuk memperoleh data primer antara lain :

    a. Kepala kepolisian resort Semarang AKBP Agustinus Pangaribuan, S.IK,

    M.SI.

    b. Kepala Satuan lalu lintas Polres Semarang AKP Gusman Fitra, S.IK.

    c. Kepala Unit Kecelakaan Polres Semarang Iptu Ris Andrian S.H.

    d. Anggota Satuan lalu lintas Polres Semarang Aiptu Ngadino.

    e. Masyarakat lainnya, saudara Widya bertempat tinggal di Kabupaten

    Semarang

    24

  • 3.2.2. Data sekunder

    Sejumlah data atau keterangan yang diperoleh secara tidak langsung

    dari responden, melainkan melalui bahan-bahan dari arsip atau dokumen,

    literatur-literatur yang telah disusun oleh instansi atau pihak subyek penelitian.

    (disadur dari Dian, 2008: 41)

    3.3 Teknik pengumpulan data

    Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data utama yang diperoleh

    melalui kegiatan wawancara (interview), pengamatan (observation), atau

    penggunaan penelitian dokumen-dokumen. Oleh karena itu dalam teknik

    pengumpulan data ini penulis terjun langsung ke lapangan dengan melakukan

    teknik-teknik pengamatan, wawancara mendalam dan penelitian dokumen yang

    merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data yang dilakukan. Untuk

    lebih jelasnya, maka akan diuraikan tentang teknik-teknik pengumpulan data

    tersebut sebagai berikut: (disadur dari Irwan, 2009: 32)

    3.3.1. Pengamatan (Observation)

    Ada beberapa alasan mengapa daam penelitian kualitatif, pengamatan

    dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan

    Lincoln (1981:191:193 sebagai berkut ini :

    a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.

    b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

    sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

    terjadi pada keadaan sebenarnya.

    c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi

    yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan

    yang langsung diperoleh dari data.

    24

  • d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data

    yang dijaringannya ada yang keliru atau biasa. Kemungkinan keliru itu

    terjadi karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara,

    adanya jarak antara peneliti dan yang di wawancarai, ataupun karena

    reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik

    untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan

    memanfaatkan pengamatan.

    e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-

    situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin

    memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan

    dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan

    untuk perilaku yang kompleks.

    f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak

    dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

    bermanfaat. Misalkan seseorang mengamati perilaku bayi yang belum

    bisa berbicara atau mengamatu orang-orang yang berkelainan, dan

    sebagainya. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 174)

    3.3.2. Wawancara ( Interview)

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

    itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan

    pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan atas pertanyaan

    itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan mengenai orang,

    kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain

    kebulatan; mengkontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami

    masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagi yang diharapkan untuk

    25

  • dialami pada masa yang akan dating; memverifikasi, mengubah, dan

    memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia, maupun

    bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas

    kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

    (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 186).

    3.3.3. Penelitian Dokumen (Document Research)

    Penelitian dokumen diperlukan dalam penelitian yang akan

    dilaksanakan yaitu dengan meneliti dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

    organisasi Satuan lantas maupun informasi yang bersumber dari media massa.

    Penelitian dokumen dalam penelitian yang akan penulis laksanakan merupakan

    teknik pendukung saja karena hanya untuk memperjelas informasi yang telah

    diperoleh.( disadur dari Irwan, 2009: 33)

    3.4 Teknik Analisis Data

    Analisis Data Kualitatif (Bodgan & biklen, 1982) adalah upaya yang

    dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

    memilah-milahnya menjadi satuan yang menemukan pola, menemukan apa

    dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

    apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

    diceritakan kepada orang lain. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 248)

    Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai

    makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat

    temuan-temuan umum. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 248) Proses proses

    analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :

    26

  • 3.4.1. Reduksi Data

    a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan

    yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna

    bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

    b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.

    Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar

    supaya tetap dapat ditelusuri data atau satuannya, berasal dari sumber

    mana. Perlu diketahui bahwa dalam pembuatan kode untuk analisis

    data dengan komputer cara kodingnya lain, karena disesuaikan dengan

    keperluan analisis komputer tersebut. (disadur dari Lexy Moleong, 2004

    : 288)

    3.4.2. Sajian data

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

    mendisplaykan data. Kalu dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat

    dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya.

    Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam

    pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. (disadur dari

    Sugiyono, 2009 : 249)

    Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

    uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

    Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan the most frequent from

    of display data for qualitative research datain the past has been narrative text.

    Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

    adalah dengan teks yang bersifat naratif. (disadur dari Sugiyono, 2009 : 249)

    27

  • 3.4.3. Penarikan Kesimpulan

    Sejak awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mulai memahami

    makna dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat keteraturan, pola-pola,

    pernyataan dari berbagi faktor konfigurasi yang mungkin, arah hubungan

    kasual, dan proposisi.

    Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif, tidak akan ditarik kecuali

    setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu

    diverifikasi dengan cara melihat dam mempertanyakan kembali, sambil

    meninjau secara sepintas pada catatan dilapangan untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih tepat.

    28

  • BAB IV

    TEMUAN PENELITIAN

    4.1 Deskripsi Kecelakaan lalu lintas di Polres Semarang

    Wilayah hukum Polres Semarang merupakan daerah penghubung

    antara Kabupaten Salatiga dan Kota Semarang yang merupakan jalur lintas

    Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi D.I Jogjakarta. Seiring dengan kemajuan

    pembangunan dan meningkatkannya aktivitas perekonomian membawa pada

    semakin meningkat pula kebutuhan akan sarana transportasi.

    Menurut data 2010 dari Polres Kabupaten Semarang Laka lalu lintas

    terjadi sebanyak 117 kejadian dengan korban meninggal dunia berjumlah 26

    orang, luka berat dan ringan 164 orang dan kerugian material mencapai sekitar

    Rp. 114.750,- ( Data tersebut dari Polres Semarang tahun 2011). Hingga 29

    Desember 2012 angka kecelakaan Laalu lintas menunjukkan angka 569 kasus,

    atau lebih tinggi dari tahun 2011 yang hanya 505 kasus. Kasatlantas Polres

    Semarang AKP Gusman Fitra, SIK melalui Kanit Lakalantas Polres Semarang

    Iptu Ris Andrian mengatakan bahwa diperkirakan, hingga tutup tahun angka

    kecelakaan akan mencapai 600 kasus, agar lebih jelas akan di jelaskan di

    bawah :

    Berdasarkan analisa dan evaluasi diatas dari penyebab kecelakaan lalu lintas adalah faktor kesalahan human error. Dari faktor dari kendaraan adalah tidak maksimalnya dari fungsi kendaraan seperti rem atau fungsi teknis kendaraan yang sangat kecil dan berpengaruh besar terjadi kecelakaan lalu lintas. (dari wawancara Kanit laka Iptu Ris Andrian, 7 Februari 2012)

    29

  • 4.1.1. Keadaan Geografi Kabupaten Semarang

    Secara administrasi letak geografis Kabupaten Semarang dibatasi oleh

    6 (enam) wilayah tingkat II pada sisi-sisinya. Selain itu ditengah-tengah wilayah

    Kabupaten Semarang juga terdapat wilayah administrasi tingkat II Kota

    Salatiga. Disisi sebelah barat Kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah

    administrasi Kabupaten Kendal dan Kabupaten Temanggung, disisi selatan

    berbatasan dengan wilayah administrasi Kabupaten Magelang, Boyolali dan

    kota Salatiga, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan wilayah

    administrasi kota Semarang dan Kabupaten Demak. ( Intel Dasar Polres

    Semarang, 2012)

    Secara geografis Kabupaten Semarang terletak pada 110 0 . 14 54,74 0

    -1100 . 39 3 Bujur Timur dan 7 0 . 357-70 . 300 Lintas Selatan. Keempat

    koordinat bujur dan lintang tersebut membatasi wilayah seluas 95.020,674 Ha

    atau sekitar 2,92 % luas Propinsi Jawa Tengah. ( Intel dasar Polres Semarang,

    2012)

    Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang dapat dikatakan relatifve

    sejuk. Hal ini dimungkinkan karena jika dilihat berdasarkan dari ketinggian dari

    permukaan laut Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 500 M s/d

    2000 M diatas permukaan laut. Dengan Desa Candirejo Kecamatan Ungaran

    Barat merupakan desa dengan ketinggian terendah, dan Dusun Batur

    Kecamatan Getasan merupakan wilayah desa dengan ketinggian tertinggi. . (

    Intel dasar Polres Semarang, 2012)

    Kabupaten Semarang dilintasi jalan negara yang menghubungkan

    Yogyakarta - Surakarta - Kota Semarang atau lebih dikenal dengan Joglo

    30

  • Semar sedangkan untuk angkutan umum antar kota dilayani dengan bus yakni

    di terminal Sisemut Kecamatan Ungaran Barat, Terminal Bawen dan Terminal

    Ambarawa. ( Intel dasar Polres Semarang, 2012)

    Wilayah Kabupaten Semarang terdiri atas 19 Kecamatan, 208 Desa,

    dan 27 Kelurahan. Luas Kecamatan terbesar adalah Kecamatan Pringapus

    seluas 78,35 Ha atau 8,25 % dari luas wilayah seluruh Kabupaten Semarang,

    dan luas Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa seluas 28,22 Km2

    atau 2,97 % dari luas wilayah seluruh Kabupaten Semarang. ( Intel dasar

    Polres Semarang, 2012)

    Sumber : Data Intelejen Dasar Polres Kabupaten Semarang tahun 2013

    Gambar 2

    Peta Kabupaten Semarang

    4.1.2. Keadaan Demografi

    Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada Tahun 2011 menurut

    Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Semarang sebesar

    1.047.072 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Suruh dengan

    67.825 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Semarang yang

    31

  • terkecil berada di Kecamatan Bancak dengan jumlah penduduk 23.377 jiwa.

    Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terbanyak berada di Kecamatan

    Suruh dengan jumlah 33.811 jiwa dan 34.014 jiwa. Sedangkan jumlah

    penduduk laki-laki perempuan terkecil di Kecamatan Bancak dengan jumlah

    penduduk 11.491 jiwa dan 11.886 jiwa. ( Intel dasar Polres Semarang, 2012)

    4.1.3 Gambaran umum Polres Semarang

    Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort, disingkat Polres adalah

    badan pelaksana utama kewilayahan Polda yang berkedudukan di bawah

    Kapolda, dengan demikian maka Polres Semarang yang terletak di daerah

    Propinsi Jawa Tengah merupakan pelaksana utama kewilayahan Polda Jawa

    Tengah dan berkedudukan di bawah Kapolda Jawa Tengah.

    Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam

    pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum dan

    memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

    dalam wilayah hukumnya, sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan atau

    kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.

    Dalam pelaksanaan tugas pokok kepolisian, Polres juga

    menyelenggarakan fungsi Memberikan pelayanan kepolisian kepada

    masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk penanganan dan pelaporan,

    Intelijen memberikan pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan

    dalam negeri, Penyelidikan dan Penyidikan di bidang tindak pidana termasuk

    fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan serta kesamptaan

    kepolisian yang meliputi kegiatan Turjawali dan tindak pidana ringan dan

    penegendalian masyarakat serta pengamanan obyek vital. Lalu lintas

    32

  • Kepolisian meliputi kegiatan Turjawali Lalu lintas. Pembinaan masyarakat yang

    meliputi penyuluhan masyarakat, pembinaan dan pengembangan masyarakat.

    Dalam menyusun organisasinya Polres Semarang mengacu kepada

    Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/07/1/2005 tanggal 31 Januari 2005. Adapun

    susunan organisasi Polres Semarang dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:

    Sumber data: Bagian administrasi Polres Semarang, 2012

    Gambar 3

    Struktur Organisasi Polres Semarang

    Dari struktur organisasi tersebut bahwa disebutkan Satlantas

    merupakan unsur pelaksana utama dan seorang kasat bertanggung jawab

    kepada Kapolres dalam pelaksanaan tugas kesehariannya.

    4.1.4 Satuan lalu lintas Polres Semarang.

    Struktur organisasi Satuan Lalu Lintas Polres Semarang disusun

    berdasarkan SKEP Kapolri No. Pol : SKEP/07/I/2005 tanggan 31 Januari 2005,

    dimana disebutkan bahwa Satuan Lantas Polres Semarang dipimpin oleh 1

    BAG OPS BAG

    BINAMITRA

    BAG MIN

    TAUD UR

    DOKKES

    UNIT

    P3D

    URTELEMA

    TIKA

    SAT

    NARKO

    BA

    SPK SAT

    LANTA

    S

    SAT

    OBS

    US

    SAT

    SABHAR

    A

    SAT

    RESKI

    M

    SAT

    INTELK

    AM

    POLSEK

    KAPOLRES

    WAKAPOLRES

    33

  • (satu) orang Kasat Lantas yang berpangkat AKP (Ajun Komisaris Polisi). Kasat

    Lantas Polres Semarang membawahi Kaur Min Ops dan beberapa unit, yang

    dikepalai oleh seseorang Kanit. Adapun Kaur Min Ops pada pelaksanaan

    tugasnya membawahi 2 (dua) bagian, yaitu Badan Urusan (Ba Ur) Tilang dan

    Administrasi (Min) Lantas. Sedangkan unit-unit yang terdapat di Satuan lantas

    Polres Semarang dikepalai oleh seorang Kanit yang berpangkat perwira, dan

    terdiri dari Kanit Patroli, Kanit Reg Ident lalu lintas, Kanit kecelakaan dan Kanit

    Dikyasa Lantas. Adapun susunan organisasi Polres Semarang dapat dilihat

    pada Gambar 4 di bawah ini :

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012

    Gambar 4

    Struktur organisasi Satuan Lalu Lintas

    Satuan lalu lintas merupakan unsur pelaksana utama dari organisasi

    Polres Semarang yang berada dibawah Kapolres, bertugas menyelenggarakan

    dan membina fungsi teknis bidang lalu lintas yang terdiri dari unit kecelakaan

    lalu lintas, unit patroli, unit regident (registrasi dan identifikasi), dan unit dikyasa

    (pendidikan dan rekayasa).

    KAPOLRES

    WAKA

    KAUR MIN TU KAUR BINOPS

    KASATLANTA

    S

    KANIT

    DIKYA

    SA

    KANIT

    TURJAW

    ALI

    KANIT

    LAKA

    KANIT

    REGIDENT

    34

  • Data personel Polres Semarang dalam sistem kepangkatan, mulai dari

    Perwira sampai pegawai negeri sipil.

    Tabel 1.

    Jumlah personel berdasarkan kepangkatan

    Satlantas Polres Semarang

    NO PANGKAT DSPP RIEL JABATAN

    1.

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    AKP

    IPTU

    IPDA

    AIPTU

    AIPDA

    Bripka

    Brigadir

    Briptu

    Bripda

    PNS

    Pegawai Harian Lepas

    1

    5

    2

    12

    10

    18

    20

    25

    35

    8

    -

    1

    3

    3

    17

    4

    18

    40

    31

    2

    4

    8

    KASAT LANTAS

    KAUR/KANIT

    KANIT

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    ANGGOTA

    TOTAL 136 139

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang Februari, 2012

    Dari tabel 1 diatas di sebutkan bahwa jumlah DSPP dan Riel dari

    personel satlantas di Polres Semarang masih sangat kurang dari jumlah DSPP

    sehingga dari situlah kita dapat melihat faktor yang sangat menghambat kinerja

    Satuan lalu lintas karena jumlah personelnya sangat minim dari jumlah

    kebutuhan, mengingat wilayah hukumnya dari Polres Semarang mencakup

    sangat luas, sampai di wilayah Salatiga. Di samping itu wilayah Kabupaten

    Semarang yang berada di tengah tengah pertemuan arus dari arah Semarang

    menuju Solo dan Jogjakarta yang sedemikian padatnya dan rawan terjadi

    kecelakaan karena wilayah topografi medannya yang meliputi tanjakan dan

    turunan.

    35

    35

  • 4.2 Kinerja yang ditemukan di Satuan Lalu lintas Polres Semarang

    a. Kinerja Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menangani

    Kecelakaan Lalu Lintas

    Yang merupakan kinerja lalu lintas Polres Semarang dalam menangani

    kecelakaan lalu lintas, dapat dilihat dari berbagai data antara lain:

    Tabel 2. Data penyelesaian perkara tahun 2010

    MD LB LRPELIMPAH

    AN POMTILANG SP3 P21

    PERNYATA

    AN

    JANUARI 11 - 5 20 4,900,000Rp - 10 - 1 - 11 11

    FEBRUARI 12 6 2 16 17,800,000Rp - 9 2 1 - 12 12

    MARET 16 4 3 21 19,850,000Rp - 14 - 2 - 16 16

    APRIL 10 2 5 8 4,800,000Rp - 9 - 1 - 10 10

    MEI 7 1 3 9 1,700,000Rp - 5 2 - - 7 7

    JUNI 7 3 1 15 2,900,000Rp - 3 1 3 - 7 7

    JULI 8 1 3 14 4,850,000Rp - 8 - - - 8 8

    AGUSTUS 8 - 1 13 13,100,000Rp - 8 - - - 8 8

    SEPTEMBER 6 - - 7 2,900,000Rp - 6 - - - 6 6

    OKTOBER 7 - - 8 4,150,000Rp 1 5 1 - - 7 7

    NOPEMBER 12 5 2 15 22,750,000Rp - 8 1 2 1 12 12

    DESEMBER 13 4 4 18 15,050,000Rp - 10 1 2 - 13 13

    117 26 29 164 114,750,000Rp 1 95 8 12 1 117 117 JUMLAH

    DATA & PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS

    POLRES SEMARANG TAHUN 2010

    JUMLAH

    KEJADIANBULANNO

    KORBAN

    RUMAT

    SELESAI

    KETSP2HPJML

    SELESAI

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012

    Tabel 3.

    Data penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas tahun 2011

    MD LB LRPELIMPAH

    AN POMTILANG SP3 P21

    PERNYATA

    AN

    JANUARI 25 11 - 29 14,450,000Rp 1 21 - 2 1 25 24

    FEBRUARI 36 23 7 114 190,100,000Rp - 30 - 4 2 36 34

    MARET 50 18 - 59 33,050,000Rp - 42 - 2 6 50 44

    APRIL 39 18 - 47 28,550,000Rp - 33 - 1 - 34 34

    MEI 37 9 - 52 14,800,000Rp - 32 - 1 9 42 33

    JUNI 50 13 - 78 129,100,000Rp - 33 - 1 10 44 34

    JULI 49 10 1 80 52,925,000Rp - 46 - - 6 52 46

    AGUSTUS 43 12 2 66 46,500,000Rp - 39 - - 4 43 39

    SEPTEMBER 54 11 7 95 365,850,000Rp 1 37 - - 14 52 38

    OKTOBER 39 8 1 45 33,450,000Rp 1 36 - 1 6 44 18

    NOPEMBER 43 4 3 59 68,700,000Rp - 36 - - 7 43 37

    DESEMBER 40 9 1 58 150,900,000Rp - 35 - - 4 39 43

    505 146 22 782 1,128,375,000Rp 3 420 - 12 69 504 424

    DATA & PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS

    POLRES SEMARANG TAHUN 2011

    SELESAIJML

    SELESAISP2HP KET

    JUMLAH

    NO BULANJUMLAH

    KEJADIAN

    KORBAN

    RUMAT

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012

    36

    37

    39

  • Tabel 4.

    Data penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas tahun 2012

    MD LB LRPELIMPAH

    AN POMTILANG SP3 P21

    PERNYATA

    AN

    JANUARI 54 17 8 80 393,100,000Rp - 40 - 3 11 54 129

    FEBRUARI 61 8 1 86 93,550,000Rp - 50 - - 11 61 150

    MARET 48 6 1 67 54,100,000Rp - 38 1 1 8 48 117

    APRIL 34 12 - 46 246,000,000Rp - 27 3 1 3 34 84

    MEI 48 14 1 54 40,300,000Rp - 37 3 - 8 48 111

    JUNI 50 9 - 69 33,100,000Rp - 41 2 3 4 50 132

    JULI 40 7 - 60 35,900,000Rp - 33 1 1 5 40 102

    AGUSTUS 58 10 1 80 36,400,000Rp - 46 4 2 6 58 144

    SEPTEMBER 42 14 - 45 19,200,000Rp - 30 3 5 3 41 105

    OKTOBER 46 11 1 65 40,000,000Rp - 36 3 1 6 46 111

    NOPEMBER 45 10 3 51 29,600,000Rp - 17 4 4 6 31 63 14 dlm proses

    DESEMBER 47 15 3 53 44,100,000Rp - 25 4 3 5 37 84 10 dlm proses

    573 133 19 756 1,065,350,000Rp - 420 28 24 76 548 1,332

    DATA & PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS

    POLRES SEMARANG TAHUN 2012

    SELESAI

    JML

    SELESAISP2HP KET

    JUMLAH

    NO BULANJUMLAH

    KEJADIAN

    KORBAN

    RUMAT

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012

    4.2.1 Beberapa kawasan black spot di wilayah Kabupaten Semarang :

    Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan oleh peneliti di wilayah

    Polres Semarang didapatkannya data daerah rawan kecelakaan (black spot) di

    Polres Semarang, dapat di lihat dengan data antara lain :

    Tabel 5.

    Data daerah rawan kecelakaan (black spot) di Kabupaten Semarang

    NO. LOKASI KETERANGAN

    1 Tanjakan Ketekan, Kec. Jambu

    - Kondisi jalan menanjak dan turunan tajam. - Tidak ada bahu jalan, sarana prasarana

    seperti marka dan rambu sangat minim. - Kondisi jalan yang licin di waktu hujan.

    2. Daerah Lemah Abang, kr.jati

    - Kondisi jalan yang berkelok menanjak dan turunan tajam.

    - Tidak ada bahu jalan. - Kondisi jalan licin, di waktu hujan.

    3. Kawasan Apacinti, Kec. Bawen

    - Kondisi jalan yang berkelok menanjak dan turunan tajam.

    - Tidak ada bahu jalan. - Serta rambu lalu lintas minim. - Kondisi jalan licin, di waktu hujan

    4. Pertigaan Chytroen - Arah Semarang terdapat jembatan, akses

    keluar masuk karyawan. - Turunan, sedikit tikungan, dan jarak pandang

    38

  • terbatas. - Penerangan cukup, berdekatan dengan

    proyek dan karoseri.

    5. Pertigaan Ngobo Semarang

    - Akses Keluar masuk kampung. - Akses keluar masuk karywan dan kendaraan

    berat, berdiri pangkalan ojek, kios kaki lima di bahu jalan dari arah Semarang tepat setelah turunan dan jarak pandang terbatas.

    - Angkutan umum orang atau barang berhenti gunakan badan jalan.

    6. Simpang 3 Bawen

    - Terdapat marka jalan-jalan beraspal bergelombang.

    - Pemukiman penduduk dan SPBU rambu-rambu ada namun kurang penerangan jalan.

    - Tidak ada jalur penyelamat rata-rata kendaraan kecepatan tinggi.

    7. Langensari (Macet), yang berada di jalan Semarang- solo Km 28

    - Jalan tanjakan berada 100 meter dari lokasi psar pertigaan arah pemukiman tidak tersedia.

    - Bahu jalan, angkutan berhenti gunakan badan jalan.

    - Banyak penyeberang jalan tidak berkelompok, kendaraan bermotor keluar masuk pertigaan memotong jalur utama.

    - Angkutan berhenti gunakan badan jalan. Sumber minops Satuan lalu lintas Polres Semarang, 2012

    4.2.2 Faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Semarang.

    Salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum

    Polres Semarang adalah faktor manusia. Banyaknya peristiwa dari kecelakaan

    yang terjadi di wilayah Polres Semarang karena dari kesalahan manusia yang

    meliputi dari pengemudi yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas serta ugal

    ugalan. Ada yang dalam kondisi badan tidak fit atau sedang mengantuk.

    Yang kedua adalah faktor dari kendaraan itu sendiri, karena di wilayah

    Polres Semarang merupakan faktor geografi perbukitan yang wilayah juga di

    dominasi oleh kendaraan berat seperti truk dan bus. Yang melewati wilayah

    tersebut. Berikutnya adalah faktor lingkungan yang seperti kondisi jalan yang

    bergelombang dan turunan tajam dan tanjakan serta tikungan tajam,

    kurangnya lampu penerangan di malam hari. Dan juga faktor cuaca yang

    39

  • memegang peranan penting. Seperti kondisi hujan lebat, sehingga jarak

    pandang kita terganggu. Yang mengakibatkan kecelakaan lalulintas. (Kanit

    Laka Polres Semarang Iptu Andri Ris Nugroho, 4 Februari 2013)

    Akan tetapi pada kenyataannya adalah bahwa masalah keselamatan

    berlalu lintas di Indonesia kondisinya masih sangatlah buruk. Kecelakaan lalu

    lintas masih terus terjadi dengan korban meninggal dunia dan luka berat yang

    terus meningkat. Dari tahun ketahun. Hal ini menunjukkan akan buruknya

    manajemen keselamatan dalam mengemudi serta kesadaran dari para pemakai

    jalan dalam berkemudi akan keselamatan dari dirinya sendiri dan orang lain.

    Begitu pula di wilayah hukum Polres Semarang. Di wilayah tersebut juga tidak

    terlepas dari permasalahan-permasalahan lalu lintas seperti kecelakaan lalu

    lintas.

    Sementara dari data dokumen yang ditemukan bahwa kejadian

    kecelakaan lalu lintas di wilayah Semarang yang cenderung meningkat baik

    kuantitas maupun kualitas yang merupakan akibat dari meningkatnya volume

    dan jumlah kendaraan yang tinggi yang tidak dibarengi dengan penumbuhan

    sarana dan prasarana infranstruktur dan pengamanan jalan serta kepadatan

    jalan oleh pengguna jalan. (Intelejen Dasar Polres Semarang, 2012).

    4.3 Hambatan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menangani

    Kecelakaan Lalu Lintas

    1) Kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Satuan lalu

    lintas Polres Semarang

    40

  • Tabel 6.

    Pendidikan Kompetensi Personel Satuan Lalu Lintas Polres Semarang

    PENDIDIKAN

    UMUM JUMLAH

    PENDIDIKAN POLRI

    PENDIDIKAN

    PEMBENTUKAN JML

    PENDIDIKAN

    KEJURUAN JML

    SMP

    SMA/SMU/

    MAN

    0

    139

    AKPOL

    SECAPA

    SEBA

    1

    5

    133

    DASPA LANTAS

    DASBA LANTAS

    DIKMAS LANTAS

    LAKA LANTAS

    3

    1

    0

    0

    TOTAL 139 139 4

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang, Januari 2013

    Tabel 5 diatas menunjukkan jumlah personel Satuan lalu lintas Polres

    Semarang berdasarkan pendidikannya. Pendidikan umum sebanyak 139 orang

    dengan mayoritas tingkat SMA sebanyak 139 orang. Sementara untuk jumlah

    personel berdasarkan pendidikan pembentukan sebanyak 139 orang dengan

    jumlah terbesar adalah SEBA (sekolah bintara) dengan jumlah 133 orang.

    Sedangkan total personel yang telah mendapat pendidikan kejurusan lalu lintas

    hanya 4 orang yang masing-masing telah melaksanakan pendidikan dasar

    perwira lantas sebanyak 3 orang, pendidikan bintara lalu lintas sebanyak 1

    orang. Jumlah personel yang sudah melaksanakan pendidikan pengembangan

    berbanding jauh dengan tingkat kebutuhan di lapangan. Dikarenakan belum

    mempunyai keahlian khusus di bidangnya. Kebanyakan para personel tersebut

    belum terlatih dibidangnya dan mempelajari dengan cara otodidak atau belajar

    sendiri dari pengalaman yang diterimanya.

    2) Anggaran yang di terima untuk Satuan Lalu Lintas Polres Semarang

    41

  • Dana yang di terima untuk kegiatan operasional Satuan lalu lintas

    Polres Semarang sendiri yaitu di sesuaikan dengan DIPA Polres Semarang.

    Tabel 7

    Anggaran Dipa 2012

    No Jenis Jumlah Dana per

    kasus Jumlah Total

    1. BAC 70 Rp 303.000 Rp 21.210.000,00

    2. P21/ laka tidak menonjol

    6 Rp 1.405.000 Rp 8.430.000,00

    3. P21/ laka menonjol - - Rp 108.222.00,00

    4. Angkutan Umum/laka tidak menonjol

    6 Rp 4.844.000 Rp 29.064.000,00

    5. Pribadi 6 Rp 3.780.000 Rp 22.680.000,00

    6. Tabrak lari (12 bulan) 5 Rp 2.621.000 Rp 15.725.000,00 Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012

    3) Sarana dan Prasarana yang dimiliki adalah :

    Tabel 8. Sarana prasarana yang dimiliki Satuan lalu lintas Polres Semarang

    NO Jenis Kendaraan Jumlah Keterangan

    1. Mobil SIM keliling 1 Bus SIM Keliling

    2. Unit TPTKP laka 1 Ford Ranger

    3. Sedan PJR 5 2 Hyundai 2 Lancer 1 Mazda

    4. Double cabin 1 Isuzu D-Max

    5. Uji sim 2 1 Honda Revo 1 Grandmax

    6. Pick TPTKP laka 4 Toyota Kijang

    7. R2 900 cc 3 Yamaha Diversion

    8. R2 225 cc 9 Yamaha Scorpio

    9. R2 125 cc 21 Suzuki TS Yamaha Rx

    10. Lain-lain 1 Mitsubishi Kuda

    Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012

    42

  • 4.4 Upaya yang dilakukan Satuan lalu lintas Polres Semarang dalam

    menangani kecelakan lalu lintas

    Adapun jenis upaya-upaya yang dapat menangani kecelakaan lalu

    lintas

    1. Upaya Preemtif

    Upaya preemtif dilakukan dengan menitik beratkan kepada usaha-

    usaha berupa penyuluhan dan sosialisasi dengan masyarakat dalam

    melakukan pencegahan sehingga sedini mungkin dapat mencegah

    terjadinya laka lantas di Kabupaten Semarang.

    2. Upaya Preventif

    Upaya tersebut dilakukan dengan Turjawali Lalu Lintas. Dengan

    melakaukan pengaturan dan patroli rutin itu dapat mencegah

    kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang.

    3. Upaya Represif

    Kepolisian juga menempuh pula langkah represif melalui operasi

    kepolisian dijalan raya, yang ditujukan kepada pengemudi dan

    kelengkapan kendaraan bermotor yang dipakainya. Tindakan represif

    ditempuh oleh Satuan lalu lintas Polres Semarang dengan melakukan

    Operasi dijalan tentang kelengkapan surat surat kendaraan bermotor.

    Apabila di temukan pelanggaran maka tindakan tegas bagi para

    pelanggar lalu lintas dijalan dengan sanksi tilang dan tidak ada toleransi

    apapun.

    4.4.1 Penanganan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan peraturan

    Perundang-undangan.

    43

  • Dalam penanganan dan penyidikan kecelakaan lalu lintas, anggota lalu

    lintas mengacu kepada UU NO. 22 Tahun 2009 pada pasal 1 UU NO.

    22 tahun 2009 yang semua unsure-unsurnya terpenuhi.

    1. UU NO. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan pasal

    310 :

    (1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang

    karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan

    kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

    (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta

    rupiah).

    (2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang

    karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan

    korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan

    pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling

    banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

    (3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena

    kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban

    luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

    paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

    (4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

    mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana

    44

  • penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

    Rp12.000.000, 00 (dua belas juta rupiah)

    2. Pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

    Jalan :

    (1)Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan

    Bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa

    atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

    atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

    (2)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan

    dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2),

    pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau

    denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).

    (3)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan

    kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama

    4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan

    juta rupiah).

    (4)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda

    paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

    45

  • (5)Dalam hal perbuatan sebagaimana