lengkap baru
TRANSCRIPT
-
KINERJA SATUAN LALU LINTAS POLRES SEMARANG DALAM MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Kepolisian
Oleh :
NAVY PRADHANA PRIMA SATYA NO. MHS : 7641
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN DOMISILI AKPOL SEMARANG
2013
-
Skripsi Mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian NAVY PRADHANA PRIMA SATYA, telah dipertahankan dimuka sidang
Dewan Penguji pada tanggal, Mei 2013
Ketua
DR.RODIYAH, S.Pd, S.H. M.Si DRAL POLISI (P)
Penguji 1
Drs. SLAMET SUROSO, S.H KOMBESPOL. NRP 62050916
Penguji 2
PENUGROHO AGUS SETIAWAN, S.IK, M.H KOMPOL. NRP 75081003
NGDA
iii
-
Disetujui untuk dipertahankan
Semarang, Maret 2013
Pembimbing Materi
NUGROHO AGUS SETIAWAN, SIK, MH KOMPOL NRP 75081003
iv
-
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : NAVY PRADHANA PRIMA SATYA
NO.Mhs : 7641
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar
merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai
karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga lain.
Jika dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar,
maka saya bersedia diberikan sanksi akademis sesuai ketentuan
yang berlaku.
Semarang, Maret 2013
Penulis
NAVY PRADHANA PRIMA SATYA NOMOR MAHASISWA : 7641
v
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan
tepat waktu.
Laporan ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kepolisian yang berjudul, KINERJA SATUAN LALU LINTAS
POLRES SEMARANG DALAM MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS.
Untuk mengetahui kinerja, hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan Satuan
Lalu Lintas Semarang dalam menangani kecelakaan lalu lintas.
Pada kesempatan ini juga, perkenankanlah saya selaku penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, bantuan,
petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak yang saya rasa sangat membantu
dan memberi manfaat bagi kelancaran dan penyelesaian penulisan skripsi ini.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Irjen Pol. Prof.Dr. Iza Fadri, SIK, S.H, M.H selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kepolisian-PTIK, yang telah memberikan kesempatan bagi saya
untuk menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-PTIK.
2. Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, S.H, M.Si, selaku Gubernur Akademi
Kepolisian beserta seluruh staf yang penulis sangat hormati, yang telah
mengasuh, membina, mengarahkan penulis sejak masuk STIK-AKPOL
sampai saat ini.
vi iii
iii
-
3. Kepala detasemen mahasiswa AKBP. TRI WAHYUDI, S.IK, M.H dan
seluruh Kasatsis yang selalu memberikan nasehat dan arahan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan di STIK-PTIK.
4. AKBP. Agustinus B. Pangaribuan, S.IK, M.Si, selaku Kepala Kepolisian
Resort Kabupaten Semarang, AKP. Gusman Fitra, SIK, selaku Kepala
Satuan Lantas Polres Semarang, Iptu Ris Andrian, S.H selaku Kanit laka
Polres Semarang, beserta seluruh personil dan staf jajaran Polres
Semarang yang telah mengizinkan, dan memberikan bantuan, dalam
pencarian dan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Kompol. Nugroho Agus Setiawan, S.IK, M.H, selaku Dosen Pembimbing
yang senantiasa memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, serta
nasihat-nasihat yang berharga hingga saya pada akhirnya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Kompol Nicholas Ary Lilipaly, S.IK, M.Si selaku Patun yang selalu
memberikan arahan yang bersifat akademis sehingga penulis
memperoleh pengalaman-pengalaman serta ilmu yang bermanfaat bagi
penulis.
7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf STIK-AKPOL, terima kasih atas
bantuan, dukungan, ilmu serta pengetahuan yang telah diberikan
kepada penulis.
8. Bapak, ibu, serta adikku yang senantiasa dan tak henti-hentinya
memberikan doa, restu, kasih dan dukungan kepada saya dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
vii
-
9. Rekan-rekan mahasiswa PTIK Angkatan 60, yang telah berpartisipasi
memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.
10. Pihak-pihak lain yang juga berjasa terhadap saya, yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna memperlancar skripsi ini. semoga hasil dan isi
dari skripsi ini akan bermanfaat.
Semarang, 2013
Penulis
viii
-
Motto :
Belajarlah dari sebuah PENGALAMAN karena sesungguhnya
pengalaman itu adalah GURU TERBAIK dari kehidupan kita.
Skripsi ini didedikasikan untuk :
Tanah Air tercinta Indonesia Tumpah Darahku
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
merupakan wujud pengabdianku pada Bangsa dan
Negara
Garbha Wiyata Luhur Bhayangkara yang telah
memberikan wawasan dan pengetahuan baru
bagiku
Eko sudianto, dan Indah Sri Purwaningsih Orang
Tua yang sangat kucintai dan ku sayangi
Adek adekku yang sangat ku cintai dan ku
sayangi
ix
-
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... v KATA PENGANTAR.. vi LEMBAR PERSEMBAHAN .. vi DAFTAR ISI ............................................................................................ x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii ABSTRAKSI ............................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Permasalahan .............................................. 1 1.2 Perumusan Permasalahan ................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 5 1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 6 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ....................................................... 9 2.1 Kepustakaan Penelitian ........................................................ 9 2.2 Kepustakaan Konseptual ...................................................... 10 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................. 21 BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN .................... 23 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................... 23 3.2 Sumber Data atau informasi ................................................. 24 3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 24 3.4 Teknik Analisis Data ............................................................. 26 BAB IV TEMUAN PENELITIAN ............................................................... 29 4.1 Deskripsi Kecelakaan Lalu Lintas di Polres Semarang ......... 29 4.2 Kinerja yang ditemukan di Satuan Lalu Lintas Polres .......... Semarang ............................................................................. 37 4.3 Hambatan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menangani Kecelakaan Lalu Lintas ...................................... 40 4.4 Upaya yang dilakukan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang Dalam Menangani Kecelakaan Lalu Lintas ........................... 43 BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 48 5.1 Kinerja Satuan Lalu Lintas Polres Semarang ....................... 48 5.2 Faktor-faktor yang Menjadi Hambatan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang ................................................................. 57 5.3 Upaya Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menekan Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas ............................................ 63 BAB VI PENUTUP ................................................................................... 66 6.1 Kesimpulan ........................................................................... 66
x
-
6.2 Saran .................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Jumlah Personel Berdasarkan Kepangakatan Satuan Lalu
Lintas Polres Semarang. 35
Tabel 2 : Data Penyelesaian Perkara Satuan Lalu Lintas Polres
Semarang Tahun 2010.. 37
Tabel 3 : Data Penyelesaian Perkara Satuan Lalu Lintas Polres
Semarang Tahun 2011 37
Tabel 4 : Data Penyelesaian Perkara Satuan Lalu Lintas Polres
Semarang Tahun 2012 38
Tabel 5 : Data Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Black Spot) di
Kabupaten Semarang. 38
Tabel 6 : Pendidikan Kompetensi Personel Satuan Lalu Lintas Polres
Semarang.. 41
Table 7 : Anggaran Dipa 2012.. 42
Table 8 : Sarana Prasarana Yang dimiliki Satuan Lalu Lintas Polres
Semarang.. 42
xii
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 : Kerangka Berpikir............................................................... 23
Gambar 2 : Peta Kabupaten Semarang................................................. 31
Gambar 3
Gambar 4
:
:
Struktur Organisasi Polres Semarang ................................
Struktur Organisasi Satlantas Polres Semarang.................
33
34
xiii
-
ABSTRAK
Judul Skripsi : Kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang dalam Menangani Kecelakaan Lalu Lintas
Nama Mahasiswa : Navy Pradhana Prima Satya
No. Mahasiswa : 7641 Isi Abstrak : 1
Dalam penelitian ini, penulis memberikan gambaran tentang kinerja yang ada di Satuan lalu lintas Polres Semarang. Penulis akan menuliskan tentang penelitian di wilayah Polres Semarang guna mengerti dan mendapatkan gambaran umum tentang Kinerja Satuan lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah Polres Semarang.
Kepustakaan konseptual dari penulisan skripsi ini menggunakan beberapa konsep dan teori. Konsep yang pertama adalah konsep Kinerja, konsep lalu lintas, konsep tinjauan manajemen lalu lintas, konsep kecelakaan lalu lintas, konsep tinjauan tentang penyidikan, konsep Satuan lalu lintas Polres Semarang. Dan teori yang digunakan teori penegakkan hukum dan teori manajemen.
Pendekatan yang di pakai adalah pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Sumber data yang di pakai adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang di pakai adalah pengamatan, wawancara, penelitian dokumen. Teknik analisis data yang dipakai adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil temuan yang di temukan adalah kinerja yang ada di Satuan lalu lintas Polres Semarang, faktor yang menjadi hambatan Satuan lalu lintas Polres Semarang, serta bagaimana upaya yang dilakukan Satuan lalu lintas guna untuk menangani kecelakaan lalu lintas tersebut.
Terdapat tiga pembahasan dalam penulisan ini yaitu kinerja satuan lalu lintas Polres Semarang, hambatan-hambatan yang sedang terjadi, serta upaya-upaya yang dilakukan satuan lalu lintas Polres Semarang. Teori-teori yang digunakan adalah teori penegakkan hukum dan teori manajemen.
Jadi, kesimpulan yang ada, di sesuaikan dengan ketiga pokok permasalahan yang ada. Teori penegakkan hukum dan teori manajemen dianggap mampu dalam menganalisis apa yan terjadi, dimana nantinya dapat memberikan konstribusi terhadap kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang, hambatan-hambatan yang ada di Satuan lalu lintas Polres Semarang serta upaya Satuan lalu lintas Semarang dalam menekan tingkat kecelakaan. Diharapkan personel Satuan lalu lintas berkompetensi dengan meningkatkan kemampuan pelatihan fungsi teknis, meningkatkan kecepatan dalam hal quick respon, serta berfikir inovatif sehingga menghasilkan kerja produktif terhadap pelayanan masyarakat di Semarang Kata kunci : Kinerja, hambatan, upaya kecelakaan lalu lintas
xiv
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Pengembangan transportasi, yang berperan sebagai urat nadi
kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan,
diarahkan pada terwujudnya. Sistem transportasi nasional yang handal dan
berkembang tinggi serta diselenggarakan secara terpadu, sekaligus
menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang
dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung
pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih
memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. (disadur dari Abbas
Salim, 1993 : 274).
Kondisi sistem transportasi diperkotaan memperlihatkan
kecenderungan yang sangat rumit dan sering terjadi kemacetan terutama pada
jam-jam sibuk. kondisi ini disebabkan karena tingginya jumlah kendaraan
bermotor yang bergerak di dalam kota. Dari sektor transportasi inilah
rnerupakan sumber pencemaran udara terbesar di perkotaan sekitar 60 %
(Soeharyono,A.:2004)
Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang mengalami
pembangunan pesat dari semua bidang. Karena pesatnya pembangunan dan
untuk mempermudah penataan wilayah administrasi supaya lebih baik lagi,
Kota Semarang dibagi menjadi lima Bagian Wilayah Kota (BWK). Bagian-
1
-
bagian wilayah kota tersebut sekarang ini sudah berkembang pesat menjadi
pusat kegiatan (central place). Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV), merupakan
salah satu bagian wilayah kota yang tingkat pertumbuhannya pesat, wilayah
tersebut dikenal sebagai daerah bisnis, perdagangan, dan padat industri,
karena banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun pada wilayah tersebut. Sebuah
industri identik dengan sebuah aktifitas yang melibatkan banyak tenaga kerja,
dan mobilitas dari kegiatan industri. Bagaimana bila industri tersebut lebih dari
satu dalam sebuah wilayah, menggunakan sarana prasaran, infrastruktur yang
sama disetiap harinya, tanpa disertai peningkatan-peningkatan infrastruktur
yang ada, terutama infrastruktur jalan (BAPPEDA: RTRW Kota Semarang,
1999-2005 )
Fungsi utama dari jalan adalah sebagai prasarana lalu-lintas atau
angkutan, guna mendukung kelancaran arus barang, jasa, serta aktifitas
masyarakat. Kenyataan diperkotaan terjadi ketidak seimbangan antara tingkat
pertumbuhan jalan disatu sisi dengan tingkat pertumbuhan kendaraan disisi
lain, dimana pertumbuhan jalan jauh lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan
kendaraan. Dengan kondisi yang demikian, dapat dipastikan akan terjadi
pembebanan yang akan dialami oleh Satuan Lalu Lintas Polres Semarang.
Keamanan dan ketertiban serta kelancaran dalam berlalu lintas
merupakan dambaan semua pihak akan tetapi secara faktual hal ini sulit untuk
di wujudkan karena untuk terciptanya harapan tersebut harus didukung oleh
berbagai faktor yang mempunyai peran sangat menentukan. Fungsi lalu-lintas
bukan hanya menjadi pekerjaan dan tanggung jawab Polri, akan tetapi tugas di
bidang lalu lintas tersebut pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab
dari semua pihak. (disadur dari Irwan Sunuddin, 2009: 3)
2
-
Tanpa adanya upaya-upaya pengamanan semua pengguna jalan
sangat mungkin terkena resiko kecelakaan seiring dengan meningkatnya lalu
linats kendaraan. Upaya penindakan pelanggaran lalu lintas dan pencegahan
kecelakaan lalu lintas merupakan rangkaian penegakkan hukum yang sudah
saatnya menjadi orientasi sasaran pemolisian.efek jera dapat menjadi sangat
efektif jika diawali dengan perencanaan yang abik untuk selanjutnya
diimplementasikan dalam penindakan pelanggaran lalu lintas berbahaya yang
menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang dapat menelan korban jiwa.
Dampak penjeraan terhadap resiko apabila di tindak dengan integral
penerimaan masyarakat terhadap resiko apabila di tindak dengan integral
penerimaan masyarakat terhadap konsekuensi atau akibat dari
pelanggarannya. (disadur dari Irwan Sunuddin. 2009 : 4)
Polri mencatat, dalam rangkaian Operasi Kepolisian Terpusat "Ketupat Jaya 2012", mulai H-9 hingga H-8, kecelakaan lalu lintas (laka lantas) dengan jumlah terbanyak terjadi di Jawa Tengah dengan jumlah 93 laka. Jawa Tengah pun masuk dalam prioritas Polri dalam mengamankan situasi menjelang dan sesudah lebaran. "Ranking laka lantas di Polda prioritas 1, yaitu Jawa Tengah dengan 93 laka, Jawa Timur 56 (laka), Jawa Barat 22 (laka), Metro Jaya 12, Sulawesi Selatan ada 5. Jadi ini di lima Polda yang tertinggi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (13/8/2012) kemarin. (Tribunnews.com, 14 Agustus 2012)
Semua pengguna ingin merasakan keamanan, ketertiban,
keselamatan, dan kelancaran berkendara. Oleh karena itu kita semua di
harapakan mampu untuk mencegah dari resiko kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas sering terjadi dengan meningkatnya jumlah pemakai
jalan dan volume kendaraan bermotor. Dari segala upaya para petugas
Polantas, untuk mentertibkan dan menindak para pelanggar lalu lintas dan
3
-
pencegahan kecelakaan lalu lintas. Upaya ini dilakukan semata mata untuk
memberikan rasa aman kepada pengguna jalan.
Berdasarkan dari uraian diatas, penulis akan mengangkat
permasalahan yang disingkat dalam tema penelitian adalah upaya apa saja
yang dilakukan oleh Polres Semarang khususnya Satuan lalu lintas dalam
menangani terjadinya kecelakaan lalu lintas. Alasan menggunakan tema
tersebut adalah masyarakat setiap harinya menggunakan sarana dan
prasarana jalan raya untuk melakukan mobilitasnya, sementara itu di wilayah
Polres Semarang sering terjadi kecelakaan lalu lintas di karenakan di jalan
kabupaten tersebut merupakan jalan yang sangat padat di tambah oleh
pertemuan dari semua arah, Baik dari pantura dan jalur selatan. Alasan
pemilihan lokasi penelitian yaitu dekat dengan tempat tinggal sehingga
mengerti dan mengetahui kondisi keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu
lintasnya.
Berdasarkan hal hal yang telah diuraikan diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang: KINERJA SATUAN LALU LINTAS POLRES
SEMARANG DALAM MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS.
1.2 Perumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan judul diatas yang di
kemukakan oleh penulis di atas dalam penelitian sebagai berikut adalah :
Bagaimana Kinerja yang dilakukan oleh satuan lalu lintas Polres Semarang
dalam menangani kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan perumusan permasalahan di atas selanjutnya dapat di
simpulkan persoalan di rumuskan sebagai berikut :
4
-
1) Bagaimana kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang saat ini dalam
menangani kecelakaan lalu lintas ?
2) Bagaimana hambatan Satuan Lalu lintas Polres Semarang dalam
menangani kecelakaan lalu lintas?
3) Bagaimana upaya yang dilakukan Satuan Lalu lintas Polres Semarang
dalam menangani kecelakaan lalu lintas?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tentang Kinerja Satuan lalu
lintas Polres dalam mengatasi masalah kecelakaan lalu lintas secara terperinci
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan Kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang?
b. Menemukan penghambat dalam menangani kecelakaan lalu lintas di
Polres Semarang.
c. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan Satuan lalu lintas Polres
Semarang dalam menangani kecelakaan lalu lintas.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:
a. Secara teoritis, kegunaannya adalah untuk mengungkapkan secara
objektif untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan terutama
ilmu Kepolisian serta memberikan sumbangan konseptual dan
pemikiran tentang kinerja satuan lalu lintas Polres Semarang dalam
menangani kecelakaan lalu lintas beserta faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat kinerja dalam rangka menangani
kecelakaan lalu lintas.
5
-
b. Secara praktis, bagi Polri sendiri, penelitian yang dilakukan ini dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan Polri pada semua
lapisan organisasi untuk mengambil kebijaksanaan yang tepat dalam
mengenali faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kinerja
dalam rangka mengatasi kecelakaan lalu lintas yang telah dilaksanakan
selama ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan suatu uraian tentang penulisan
secara teratur dan terinci sehingga permasalahan yang dibahas dapat mengalir
secara runtut. Dengan demikian skripsi ini akan memberikan suatu gambaran
yang utuh secara keseluruhan materi dari bab yang satu ke bab yang lain,
karena saling berkaitan.
Penulisan skripsi ini terbagi dalam 6 (enam) bab, yang terdiri atas :
BAB I . PENDAHULUAN,
Merupakan pengantar dalam pembahasan dan penegasan dari topik
atau judul yang telah dipilih oleh penulis, dalam bab ini penulis akan
menguraikan tentang latar belakang mengapa penulis memilih topik kinerja
satuan lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum
Polres Semarang dikaitkan dengan permasalahan yang menjadi sorotan
masyarakat, dijelaskan juga tentang ruang lingkup, tujuan dan manfaat
penelitian.
BAB II . TINJAUAN KEPUSTAKAAN.
Dalam bab ini penulis menjelaskan kepustakaan penelitian yang
menjadi literatur sekaligus menjelaskan fokus penulisan yang masih berkaitan
dengan penulisan sebelumnya. Juga dijelaskan berkaitan dengan kepustakaan
6
-
konseptual dalam penulisan skripsi, dalam kepustakaan konseptual ini penulis
akan menuangkan teori-teori yang mempunyai relevansi dengan pembahasan
masalah, yang telah diambil dari beberapa buku untuk dijadikan sebagai
petunjuk, arah, dan tujuan dalam menyusun kerangka berpikir yang dijadikan
dasar dan pedoman agar tujuan dari penulisan skripsi nantinya dapat tercapai
dengan memberikan dasar keilmuan yang dapat teruji kebenarannya, sehingga
penulisan ini benar-benar merupakan suatu hasil penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kemudian Kerangka berpikir penulis berkaitan dengan
dengan permasalahan yang diteliti.
BAB III . RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan pendekatan kualitatif dan
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi dokumen dan
Wawancara dengan pedoman, hal ini digunakan agar dapat mengungkapkan
proses pelaksanaan kegiatan satuan lalu lintas dalam mengatasi kecelakaan
lalu lintas di wilayah hukum Polres Semarang. Selanjutnya juga akan diuraikan
berkaitan dengan Sumber informasi dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan
data (wawancara dan Observasi) Teknis analisis data, sehingga penelitian ini
akan dapat menguraikan permasalahan yang terjadi dan juga dapat digunakan
sebagai bahan memecahkan permasalahan.
BAB IV. TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini penulis dengan berpedoman pada pokok permasalahan
sebelumnya menguraikan temuan-temuan selama melaksanakan penelitian
baik yeng ditemukan pada saat wawancara ataupun observasi yaitu pertama,
berupa gambaran umum wilayah yang diteliti serta uraian berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan mengatasi kecelakaan lalu lintas oleh Satuan lalu lintas
7
-
Polres Semarang. Kedua, tentang gambaran pelaksanaan kegiatan mengatasi
kecelakaan lalu lintas oleh Satuan lalu lintas Polres Semarang. Ketiga
menggambarkan hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi oleh Satuan
lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas.
BAB V. PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan menganalisis dan melakuakn pembahasan
dari hasil hasil temuan di lapangan selama pelaksanaan penelitian dengan
berdasarkan konsep dan teori teori yang diterangkan dalam kepustakaan
konseptual dengan menggunakan kerangka berfikir. Sehingga dapat diperoleh
jawaban atas permasalahan yang utama.
BAB VI. PENUTUP.
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis berkaitan
dengan temuan dalam pelaksanaan penelitian yang diharapkan dapat
bermanfaat dalam rangka mengatasi permasalahan yang ditimbulkan berkaitan
dengan kinerja Satuan lalu lintas dalam mengatasi kecelakaan lalu lintas di
wilayah hukum Polres Semarang. Kesimpulan itu sendiri merupakan jawaban
pertanyaan yang ada pada perumusan permasalahan, sedangkan saran ide-ide
dari penulis yang mungkin dapat diterapkan.
8
-
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kepustakaan Penelitian
Kepustakaan penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi
tentang hasil penelitian terdahulu, literatur tersebut dapat berupa dokumen
laporan hasil penelitian, skripsi, tesis atau disertasi. Menurut Mudrajat Kuncoro,
2003. Manfaat dari tinjauan pustaka dalam suatu penelitian adalah memberikan
gambaran bagi peneliti untuk membandingkan penelitian yang dibuatnya
dengan penelitian terdahulu yang meneliti masalah yang hampir sama.
Kemudian tujuan utamanya adalah untuk melihat apa saja yang pernah
dilakukan sehubungan dengan masalah yang diteliti (disadur dari Dian 2008 : 9,
menyadur dari Mudrajat kuncoro,2003 : 28).
Salah satu langkah penting berkaitan dengan penelitian adalah
pencarian teori yang berhubungan dengan topik atau judul penelitian yang akan
seperti dibuat dengan merujuk pada khazanah ilmu pengetahuan. Teori seperti
yang telah didefinisikan oleh Kelinger (1999) sebagai seperangkat konstruk
(konsep), definisi dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara
sistematis,hubungan terperinci antara variabel-variabel dengan tujuan
meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. (disadur dari Novi Indah
Erlyanti, 2012 :22, menyadur dari Kerlinger, 1990:14)
Berdasarkan hasil studi kepustakaan penelitian diperoleh hasil bahwa
penulis tidak menemukan adanya penelitian terdahulu yang mengkaji tentang
9
-
KINERJA SATUAN LALU LINTAS POLRES SEMARANG DALAM
MENANGANI KECELAKAAN LALU LINTAS.
Namun dalam proses penelitian ini terdapat relevansi dengan skripsi
yang diselesaikan oleh, DIAN SETYAWAN, mahasiswa PTIK Angkatan 51,
yang berjudul PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS
PADA SATLANTAS POLRES BOYOLALI. Dalam penelitian tersebut
menggambarkan bagaimana penyeleseaian perkara kecelakaan lalu lintas pada
Satlantas Polres Boyolali dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada konsep
efektivitas dari perkara kecelakaan lalu lintas. Sementara perbedaannya adalah
pada fokus permasalahan dalam peneltian terdahulu berfokus pada konsep
penyelesaiannya sedangkan di penelitian ini adalah efektivitas Kinerja Satuan
lalu lintas Polres Semarang beserta hambatan yang ada dan upaya-upaya yang
dilakukan personel lalu lintas Polres Semarang dalam menangani terjadinya
kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Semarang.
Sementara kebaharuan dalam skripsi ini, menekankan pada kinerja dari
satuan lantas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres
Semarang, serta hambatan-hambatan oleh Satuan lalu lintas dan upaya-upaya
yang dilakukan oleh satuan lalu lintas dalam menekan angka kecelakaan lalu
lintas di wilayah Kabupaten Semarang.
2.2 Kepustakaan Konseptual
Kepustakaan konseptual adalah membahas tentang konsep-konsep
dan teori yang memiliki hubungan dengan permasalahan. Teori dan konsep
yang akan digunakan, yaitu meliputi :
10
-
2.2.1. Konsep-konsep
Pada kepustakaan Konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai pedoman
dalam penelitian dan juga sebagai pendukung dari teori yang di bahas agar
dapat dilakukan sesuai dengan yang dipermasalahkan. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan konsep-konsep yang terkait yaitu :
a. Konsep Kinerja
Adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja
yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil
kerja. (Wikipedia.org, 25 januari 2013)
Sementara itu, pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja,
hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan
hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja
berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis, organisasi, kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. ( disadur dari Wibowo, 2007: 2,
menyadur dari Armstrong dan Baron,1998 :15)
b. Konsep lalu lintas
Menurut H.S Djasoesman yang dimaksud dengan pengertian lalu lintas
adalah : Gerak pindah manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lainnya
dengan menggunakan alat dan jalan sebagai sarana.(disadur dari Eddy
Purwatmo, 1994 : 21)
11
-
Sedangkan menurut Madellu yang dimaksud dengan pengertian lalu
lintas adalah : Gerak pindah manusia atau barang dari suatu tempat ketempat
lain dengan menggunakan alat. (disadur dari Eddy Purwatmo, 1994 : 21)
c. Konsep tinjauan manajemen lalu lintas
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur lalu Lintas Polri No. Pol :
Skep/29/IX/2005 tanggal 22 September 2005 Tentang Vademikum Polisi Lalu
Lintas manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan
untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan
dilakukan antara lain dengan :
1. Usaha peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan, dan atau
jaringan jalan,
2. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu,
3. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan
tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda,
4. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan atau perintah bagi
pemakai jalan.
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi :
1. Inventarisasi dan tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain
untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah
merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk
menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan
dan keselamatan.
12
-
2. Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam menentukan
tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain dengan
memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan ; peranan,
kapasitas, dan karateristik jalan, kelas jalan; karateristik lalu lilntas;
aspek lingkungan; aspek sosial dan ekonomi.
3. Penetapan pemecahan lalu lintas.
4. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.
Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara
lain meliputi : penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap
ruas jalan dan persimpangan ; usulan aturanaturan lalu lintas yang
akan ditetapkan pada ruas jalan dan persimpangan; usulan pengadaan
dan pemasangan serta pemeliharaan ramburambu lalu lintas, marka
jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan
pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau tindakan baik untuk
keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada
masyarakat.
Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi :
Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas
ruas jalan tertentu, termasuk dalam pengertian penetapan
kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain perataan
sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan atau
minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan atau perintah bagi
pemakai jalan.
14
13
-
Kegiatan pengawasan lalu lintas meliputi :
1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan lalu lintas.
Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui
efektivitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk
mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan.
Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain meliputi inventarisasi
mengenai kebijaksanaan kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada
ruas jalan, jumlah pelanggaran, dan tindakan tindakan koneksi yang
telah dilakukan atau pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan
penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria penilaian, analisis
tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan kebaikan.
2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran
tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan
korektif adalah peninjauan ulang terhadap kebijaksanaa apabila di
dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
Kegiatan pengendalian lalu lintas meliputi :
1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu
lintas. Pemberian arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa
penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan
pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh
keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat dilaksanakan sebagai
mana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang
telah ditetapkan.
15
-
2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu
lintas.
d. Konsep Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan surat Keputusan Direktur lalu Lintas Polri No.Pol:
SKEP/29/XXI/2005 tanggal 22 september 2005 tentang Vademinkum Polisi lalu
lintas, disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah: suatu peristiwa di jalan
yang tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta. Dimana unsur-
unsur kecelakaan lalu lintas tersebut meliputi pengemudi atau pemakai jalan,
kendaraan, jalan, dan lingkungan.
Dari definisi kecelakaan lalu lintas di atas maka unsur-unsur
kecelakaan lalu lintas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun
1993 adalah pertama, merupakan peristiwa dijalan yang tidak disengaja dan
tidak disangka-sangka atau kelalaian. Kedua, melibatkan kendaraan. Ketiga,
dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya. Keempat, mengakibatkan manusia
atau kerugian harta benda.
Dari unsur yang pertama, bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan
peristiwa dijalan, jalan menurut undang-undang No.14 Tahun 1992 adalah jalan
yang di peruntukan bagi lalu lintas umum. artinya jika peristiwa atau kejadian
terjadi dijalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, aka peristiwa tersebut
tidak dapat di katagorikan sebagai kecelakaan lalu lintas.
Unsur yang kedua, melibatkan kendaraan. Artinya dalam peristiwa
tersebut harus ada kendaraan yang terlibat. Definisi kendaraan menurut UU
No.14 Tahun 1992 adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari
16
-
kendaraan bermotor atau kendaran tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah
kesadaran yang digerakkan oleh perlatan elektronik yang berada pada
kesadaran itu.
Unsur yang ketiga, dengan atau tanpa memakai jalan lainnya. Artinya
yang dikategorikan kecelakaan lalu lintas tanpa harus melibatkan pemakai jalan
lainnya, yang sering dikenal dengan kecelakaan tunggal atau kecelakaan
sendiri.
Sedangkan unsur keempat, mengakibatkan korban manusia atau
kerugian harta benda. Artinya peristiwa tersebut mengakibatkan adanya
manusia yang menjadi korban atau adanya kerugian harta benda yang
diakibatkan. Korban adalah korban meninggal dunia luka berat dan luka ringan.
Kerugian harta benda dikenal dengan kerugian materiil.
e. Konsep tinjauan tentang penyidikan
Penyidikan menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab
Acara Hukum Pidana dan Kitab Hukum Pidana adalah serangkaian penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya. Tindakan penyidikan merupakan cara untuk mengumpulkan
bukti-bukti awal untuk mencari tersangka yang diduga melakukan tindak pidana
dan saksi saksi yang mengetahui tentang tindak pidana tersebut. ( Pasal 1
KUHAP).
Penyidikan lalu lintas adalah serangkaian tindakan penyidik lalu lintas
dalam hal dan menurut cara yang diatur oleh undang-undang untuk mencari
serta mengumpulkan bukti guna membuat terang perkara yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. (disadur dari Eddy Purwatmo, 1994 : 21)
17
-
1. Penyidikan menurut Undang Undang Lalu lintas UU No: 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 259 adalah
a) Penyidikan Tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dilakukan oleh:
1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
2) Penyidik Pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus menurut undang undang ini.
b) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana di maksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas :
1) Penyidik; dan
2) Penyidik pembantu (Pasal 259 UU Lalu lintas dan Angkutan
jalan)
f. Satuan lalu lintas Polres Semarang
Yang bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan
masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakkan
hukum di bidang lalu lintas di wilayah Kabupaten Semarang. ( Pasal 59, ayat
2.Perkap No 23 tahun 2010)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Satlantas menyelenggarakan fungsi :
1. Pembinaan lalu lintas kepolisian;
2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas
sektoral, Dikamslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu
lintas;
18
-
3. Pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka
penegakkan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);
4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor serta pengemudi ;
5. Pelaksanan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran seta
penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakkan
hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;
6. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan;
7. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan. (Pasal
59, ayat 3.Perkap No 23 tahun 2010)
2.2.2. Teori-teori
Menurut Marx dan Goodson (1976 : 235) teori adalah aturan yang
menjelaskan preposisi atau seperangkat preposisi yang berkaitan dengan
beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas represenatasi simbiolik dari
hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang
dapat diukur), mekanisme yang diduga mendasari hubungan-hubungan
demikian dan hubungan-hubungan yang disimpulkan serta manifestasi
hubungan empiris apa pun secara langsung. Kepustakaan teori pada penelitian
ini memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Dimana
suatu teori yang ditulis pada penelitian ini memiliki kegunaan sebagai batasan-
batasan dan arah yang telah di tentukan.
a. Teori penegakkan hukum
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum menurut Prof.Dr.
Soerjono Soekanto,SH., M.A. Berikut bunyinya adalah :
19
-
1. Faktor hukumnya sendiri, merupakan yang ada di dalam tulisan ini akan
di batasi pada undang-undang saja.
2. Faktor penegak hukum, pihak pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum
tersebut
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan
5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. (Dikutip dari
buku Soerjono Soekanto, 1983 : 8)
b. Teori Manajemen
Dalam buku Azas-azas manajemen mengungkapkan teori dari
George R. Terry yang menyatakan bahwa proses manajemen meliputi
planning, organizing, actualiting, dan controlling atau yang lebih dikenal dengan
P.O.A.C. Selanjutnya dikatakan bahwa P.O.A.C adalah alat atau instrumen
yang digunakan manajer dalam melaksanakan pekerjaan manajemen,
sekaligus merupakan ciri-ciri pokok yang membedakan seorang manajer dan
seorang non manajer. Secara singkat yang dimaksud dengan P.O.A.C adalah:
1. Planning (perencanaan) yaitu tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran
dan arah tindakan yang akan diikuti. Inventarisasi dan evaluasi
peningkatan pelayanan, Penetapan peningkatan pelayanan yang
diinginkan, Penetapan peningkatan pelayanan yang diinginkan,
Penetapan permasalahan lantas, Susun rencana dan program lantas.
20
-
2. Organizing (pengorganisasian) yaitu tindakan mendistribusi pekerjaan
antara kelompok yang ada dan menetapkan serta merinci hubungan-
hubungan yang diperlukan. Penetapan kebijakan lantas pada jaringan
atau ruas jalan tertentu.
3. Actuating (menggerakkan) yaitu merangsang anggotaanggota
kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan kemauan
baik secara antusias. Arahan dan petunjuk, Bimbingin dan suluh.
4. Controlling (pengawasan) yaitu mengawasi aktifitas-aktifitas agar sesuai
dengan rencana. Pantau dan niali-nilai kebijakan, Tindakan korektif.
Proses manajemen tersebut haruslah dapat digunakan pimpinan untuk
mencapai tujuannya, dan jika pimpinan tidak mampu menggunakan serta
menjabarkan proses manajemen dalam bidang tugasnya, maka besar
kemungkinan akan terjadi hambatan atau kendala dalam organisasi yang
dipimpinnya.(disadur dari Irwan, 2009 : 33)
2.3 Kerangka Berpikir
Keamanan keselamatan ketertiban kelancaran lalu lintas adalah
harapan dari masyarakat Indonesia semuanya. Tetapi banyak sekali faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Peran dari Satuan lalu lintas adalah bukan
hanya didukung oleh faktor yang mempengaruhi dari lalu lintas yang aman dan
nyaman bagi penggunaanya. Tetapi juga tanggung jawab kita bersama dalam
menjaga Keamanan keselamatan ketertiban kelancaran lalu lintas .
21
-
PERMASALAHAN
INPUT
FeedBack
Gambar 1
Kerangka Berpikir
SUBYEK METODE OBYEK
P
olisi Lalu
lintas
S
osialisasi
peraturan
lalu lintas
G
iat Operasi
T
urjawali
M
asyarakat
pengguna
jalan
Kecelakaan Pelanggaran
Satuan lalu
lintas Polres
Semarang
Kecelakaan
Turun
Pelanggaran
berkurang
Terciptanya Kamseltibcarlantas
Dasar Hukum :
1. UU No.2 Thn 2002
2. UU No.22 Thn 2009
1. Teori Penegakkan Hukum
2. Teori Manajemen
Output Outcome
22
-
BAB III
RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini diartikan sebagai rangkaian yang sistematik dilakukan
dengan cara tertentu dan terencana dalam mengkaji, mempelajari atau
menyelidiki suatu permasalahan untuk memperoleh pengetahuan teoritik yang
dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan atau digunakan untuk
pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi. Pengetahuan teoritik hasil
penelitian memiliki kebenaran ilmiah karena didukung oleh justifikasi teoritik
yang logis dan data empiris yang sahih. Oleh karena itu penelitian dapat juga
dikatakan sebagai cara mencari atau menemukan kebenaran melalui metode
ilmiah yaitu rangkaian kegiatan teoritik dan empirik. (di sadur dari Irwan, 2009 :
29, menyadur dari farouk Muhammad dan Djali, 2003:1)
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan
kualitatif, yaitu Pendekatan melalui analisis terhadap gejala-gejala siosial dan
budaya masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran
mengenai pola-pola yang berlaku umum dianalisis dengan menggunakan teori-
teori yang obyektif. (disadur dari Irwan,2009 : 29)
Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku orang-orang
dan perilaku yang diamati (Moleong, 1990 : 3; Bogdan dan Taylor : 1992 : 21).
Pada penelitian terhadap penulisan skripsi ini di harapkan mendapatkan
keterangan yang bervariasi.
23
-
3.2 Sumber Data atau Informasi
Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis
datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan
statistik. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 :157)
Dalam penulisan ini, dilihat dari cara memperoleh dan mengumpulkan
data, maka penulis membedakan data menjadi 2 (dua) macam yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah yang diperoleh langsung dari
obyek yang diteliti, sedangkan data sekunder adalah sejumlah data atau
keterangan yang diperoleh secara tidak langsung dari responden, melainkan
melalui bahan-bahan dari arsip atau dokumen, literatur-literatur yang telah
disusun oleh instansi atau pihak subyek penelitian. (disadur dari Dian, 2008 :
41)
3.2.1. Data primer
Sumber informasi untuk memperoleh data primer antara lain :
a. Kepala kepolisian resort Semarang AKBP Agustinus Pangaribuan, S.IK,
M.SI.
b. Kepala Satuan lalu lintas Polres Semarang AKP Gusman Fitra, S.IK.
c. Kepala Unit Kecelakaan Polres Semarang Iptu Ris Andrian S.H.
d. Anggota Satuan lalu lintas Polres Semarang Aiptu Ngadino.
e. Masyarakat lainnya, saudara Widya bertempat tinggal di Kabupaten
Semarang
24
-
3.2.2. Data sekunder
Sejumlah data atau keterangan yang diperoleh secara tidak langsung
dari responden, melainkan melalui bahan-bahan dari arsip atau dokumen,
literatur-literatur yang telah disusun oleh instansi atau pihak subyek penelitian.
(disadur dari Dian, 2008: 41)
3.3 Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data utama yang diperoleh
melalui kegiatan wawancara (interview), pengamatan (observation), atau
penggunaan penelitian dokumen-dokumen. Oleh karena itu dalam teknik
pengumpulan data ini penulis terjun langsung ke lapangan dengan melakukan
teknik-teknik pengamatan, wawancara mendalam dan penelitian dokumen yang
merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data yang dilakukan. Untuk
lebih jelasnya, maka akan diuraikan tentang teknik-teknik pengumpulan data
tersebut sebagai berikut: (disadur dari Irwan, 2009: 32)
3.3.1. Pengamatan (Observation)
Ada beberapa alasan mengapa daam penelitian kualitatif, pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan
Lincoln (1981:191:193 sebagai berkut ini :
a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data.
24
-
d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data
yang dijaringannya ada yang keliru atau biasa. Kemungkinan keliru itu
terjadi karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara,
adanya jarak antara peneliti dan yang di wawancarai, ataupun karena
reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik
untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan
memanfaatkan pengamatan.
e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin
memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan
dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan
untuk perilaku yang kompleks.
f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat. Misalkan seseorang mengamati perilaku bayi yang belum
bisa berbicara atau mengamatu orang-orang yang berkelainan, dan
sebagainya. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 174)
3.3.2. Wawancara ( Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan atas pertanyaan
itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain
kebulatan; mengkontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagi yang diharapkan untuk
25
-
dialami pada masa yang akan dating; memverifikasi, mengubah, dan
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia, maupun
bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas
kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
(disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 186).
3.3.3. Penelitian Dokumen (Document Research)
Penelitian dokumen diperlukan dalam penelitian yang akan
dilaksanakan yaitu dengan meneliti dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
organisasi Satuan lantas maupun informasi yang bersumber dari media massa.
Penelitian dokumen dalam penelitian yang akan penulis laksanakan merupakan
teknik pendukung saja karena hanya untuk memperjelas informasi yang telah
diperoleh.( disadur dari Irwan, 2009: 33)
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis Data Kualitatif (Bodgan & biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang menemukan pola, menemukan apa
dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 248)
Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum. (disadur dari Lexy Moleong, 2004 : 248) Proses proses
analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :
26
-
3.4.1. Reduksi Data
a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan
yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna
bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.
Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar
supaya tetap dapat ditelusuri data atau satuannya, berasal dari sumber
mana. Perlu diketahui bahwa dalam pembuatan kode untuk analisis
data dengan komputer cara kodingnya lain, karena disesuaikan dengan
keperluan analisis komputer tersebut. (disadur dari Lexy Moleong, 2004
: 288)
3.4.2. Sajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalu dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. (disadur dari
Sugiyono, 2009 : 249)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan the most frequent from
of display data for qualitative research datain the past has been narrative text.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. (disadur dari Sugiyono, 2009 : 249)
27
-
3.4.3. Penarikan Kesimpulan
Sejak awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mulai memahami
makna dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat keteraturan, pola-pola,
pernyataan dari berbagi faktor konfigurasi yang mungkin, arah hubungan
kasual, dan proposisi.
Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif, tidak akan ditarik kecuali
setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu
diverifikasi dengan cara melihat dam mempertanyakan kembali, sambil
meninjau secara sepintas pada catatan dilapangan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih tepat.
28
-
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Kecelakaan lalu lintas di Polres Semarang
Wilayah hukum Polres Semarang merupakan daerah penghubung
antara Kabupaten Salatiga dan Kota Semarang yang merupakan jalur lintas
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi D.I Jogjakarta. Seiring dengan kemajuan
pembangunan dan meningkatkannya aktivitas perekonomian membawa pada
semakin meningkat pula kebutuhan akan sarana transportasi.
Menurut data 2010 dari Polres Kabupaten Semarang Laka lalu lintas
terjadi sebanyak 117 kejadian dengan korban meninggal dunia berjumlah 26
orang, luka berat dan ringan 164 orang dan kerugian material mencapai sekitar
Rp. 114.750,- ( Data tersebut dari Polres Semarang tahun 2011). Hingga 29
Desember 2012 angka kecelakaan Laalu lintas menunjukkan angka 569 kasus,
atau lebih tinggi dari tahun 2011 yang hanya 505 kasus. Kasatlantas Polres
Semarang AKP Gusman Fitra, SIK melalui Kanit Lakalantas Polres Semarang
Iptu Ris Andrian mengatakan bahwa diperkirakan, hingga tutup tahun angka
kecelakaan akan mencapai 600 kasus, agar lebih jelas akan di jelaskan di
bawah :
Berdasarkan analisa dan evaluasi diatas dari penyebab kecelakaan lalu lintas adalah faktor kesalahan human error. Dari faktor dari kendaraan adalah tidak maksimalnya dari fungsi kendaraan seperti rem atau fungsi teknis kendaraan yang sangat kecil dan berpengaruh besar terjadi kecelakaan lalu lintas. (dari wawancara Kanit laka Iptu Ris Andrian, 7 Februari 2012)
29
-
4.1.1. Keadaan Geografi Kabupaten Semarang
Secara administrasi letak geografis Kabupaten Semarang dibatasi oleh
6 (enam) wilayah tingkat II pada sisi-sisinya. Selain itu ditengah-tengah wilayah
Kabupaten Semarang juga terdapat wilayah administrasi tingkat II Kota
Salatiga. Disisi sebelah barat Kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah
administrasi Kabupaten Kendal dan Kabupaten Temanggung, disisi selatan
berbatasan dengan wilayah administrasi Kabupaten Magelang, Boyolali dan
kota Salatiga, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan wilayah
administrasi kota Semarang dan Kabupaten Demak. ( Intel Dasar Polres
Semarang, 2012)
Secara geografis Kabupaten Semarang terletak pada 110 0 . 14 54,74 0
-1100 . 39 3 Bujur Timur dan 7 0 . 357-70 . 300 Lintas Selatan. Keempat
koordinat bujur dan lintang tersebut membatasi wilayah seluas 95.020,674 Ha
atau sekitar 2,92 % luas Propinsi Jawa Tengah. ( Intel dasar Polres Semarang,
2012)
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang dapat dikatakan relatifve
sejuk. Hal ini dimungkinkan karena jika dilihat berdasarkan dari ketinggian dari
permukaan laut Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 500 M s/d
2000 M diatas permukaan laut. Dengan Desa Candirejo Kecamatan Ungaran
Barat merupakan desa dengan ketinggian terendah, dan Dusun Batur
Kecamatan Getasan merupakan wilayah desa dengan ketinggian tertinggi. . (
Intel dasar Polres Semarang, 2012)
Kabupaten Semarang dilintasi jalan negara yang menghubungkan
Yogyakarta - Surakarta - Kota Semarang atau lebih dikenal dengan Joglo
30
-
Semar sedangkan untuk angkutan umum antar kota dilayani dengan bus yakni
di terminal Sisemut Kecamatan Ungaran Barat, Terminal Bawen dan Terminal
Ambarawa. ( Intel dasar Polres Semarang, 2012)
Wilayah Kabupaten Semarang terdiri atas 19 Kecamatan, 208 Desa,
dan 27 Kelurahan. Luas Kecamatan terbesar adalah Kecamatan Pringapus
seluas 78,35 Ha atau 8,25 % dari luas wilayah seluruh Kabupaten Semarang,
dan luas Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa seluas 28,22 Km2
atau 2,97 % dari luas wilayah seluruh Kabupaten Semarang. ( Intel dasar
Polres Semarang, 2012)
Sumber : Data Intelejen Dasar Polres Kabupaten Semarang tahun 2013
Gambar 2
Peta Kabupaten Semarang
4.1.2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada Tahun 2011 menurut
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Semarang sebesar
1.047.072 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Suruh dengan
67.825 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Semarang yang
31
-
terkecil berada di Kecamatan Bancak dengan jumlah penduduk 23.377 jiwa.
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terbanyak berada di Kecamatan
Suruh dengan jumlah 33.811 jiwa dan 34.014 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk laki-laki perempuan terkecil di Kecamatan Bancak dengan jumlah
penduduk 11.491 jiwa dan 11.886 jiwa. ( Intel dasar Polres Semarang, 2012)
4.1.3 Gambaran umum Polres Semarang
Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort, disingkat Polres adalah
badan pelaksana utama kewilayahan Polda yang berkedudukan di bawah
Kapolda, dengan demikian maka Polres Semarang yang terletak di daerah
Propinsi Jawa Tengah merupakan pelaksana utama kewilayahan Polda Jawa
Tengah dan berkedudukan di bawah Kapolda Jawa Tengah.
Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum dan
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam wilayah hukumnya, sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan atau
kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.
Dalam pelaksanaan tugas pokok kepolisian, Polres juga
menyelenggarakan fungsi Memberikan pelayanan kepolisian kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk penanganan dan pelaporan,
Intelijen memberikan pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan
dalam negeri, Penyelidikan dan Penyidikan di bidang tindak pidana termasuk
fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan serta kesamptaan
kepolisian yang meliputi kegiatan Turjawali dan tindak pidana ringan dan
penegendalian masyarakat serta pengamanan obyek vital. Lalu lintas
32
-
Kepolisian meliputi kegiatan Turjawali Lalu lintas. Pembinaan masyarakat yang
meliputi penyuluhan masyarakat, pembinaan dan pengembangan masyarakat.
Dalam menyusun organisasinya Polres Semarang mengacu kepada
Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/07/1/2005 tanggal 31 Januari 2005. Adapun
susunan organisasi Polres Semarang dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:
Sumber data: Bagian administrasi Polres Semarang, 2012
Gambar 3
Struktur Organisasi Polres Semarang
Dari struktur organisasi tersebut bahwa disebutkan Satlantas
merupakan unsur pelaksana utama dan seorang kasat bertanggung jawab
kepada Kapolres dalam pelaksanaan tugas kesehariannya.
4.1.4 Satuan lalu lintas Polres Semarang.
Struktur organisasi Satuan Lalu Lintas Polres Semarang disusun
berdasarkan SKEP Kapolri No. Pol : SKEP/07/I/2005 tanggan 31 Januari 2005,
dimana disebutkan bahwa Satuan Lantas Polres Semarang dipimpin oleh 1
BAG OPS BAG
BINAMITRA
BAG MIN
TAUD UR
DOKKES
UNIT
P3D
URTELEMA
TIKA
SAT
NARKO
BA
SPK SAT
LANTA
S
SAT
OBS
US
SAT
SABHAR
A
SAT
RESKI
M
SAT
INTELK
AM
POLSEK
KAPOLRES
WAKAPOLRES
33
-
(satu) orang Kasat Lantas yang berpangkat AKP (Ajun Komisaris Polisi). Kasat
Lantas Polres Semarang membawahi Kaur Min Ops dan beberapa unit, yang
dikepalai oleh seseorang Kanit. Adapun Kaur Min Ops pada pelaksanaan
tugasnya membawahi 2 (dua) bagian, yaitu Badan Urusan (Ba Ur) Tilang dan
Administrasi (Min) Lantas. Sedangkan unit-unit yang terdapat di Satuan lantas
Polres Semarang dikepalai oleh seorang Kanit yang berpangkat perwira, dan
terdiri dari Kanit Patroli, Kanit Reg Ident lalu lintas, Kanit kecelakaan dan Kanit
Dikyasa Lantas. Adapun susunan organisasi Polres Semarang dapat dilihat
pada Gambar 4 di bawah ini :
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
Gambar 4
Struktur organisasi Satuan Lalu Lintas
Satuan lalu lintas merupakan unsur pelaksana utama dari organisasi
Polres Semarang yang berada dibawah Kapolres, bertugas menyelenggarakan
dan membina fungsi teknis bidang lalu lintas yang terdiri dari unit kecelakaan
lalu lintas, unit patroli, unit regident (registrasi dan identifikasi), dan unit dikyasa
(pendidikan dan rekayasa).
KAPOLRES
WAKA
KAUR MIN TU KAUR BINOPS
KASATLANTA
S
KANIT
DIKYA
SA
KANIT
TURJAW
ALI
KANIT
LAKA
KANIT
REGIDENT
34
-
Data personel Polres Semarang dalam sistem kepangkatan, mulai dari
Perwira sampai pegawai negeri sipil.
Tabel 1.
Jumlah personel berdasarkan kepangkatan
Satlantas Polres Semarang
NO PANGKAT DSPP RIEL JABATAN
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
AKP
IPTU
IPDA
AIPTU
AIPDA
Bripka
Brigadir
Briptu
Bripda
PNS
Pegawai Harian Lepas
1
5
2
12
10
18
20
25
35
8
-
1
3
3
17
4
18
40
31
2
4
8
KASAT LANTAS
KAUR/KANIT
KANIT
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
TOTAL 136 139
Sumber minops Satlantas Polres Semarang Februari, 2012
Dari tabel 1 diatas di sebutkan bahwa jumlah DSPP dan Riel dari
personel satlantas di Polres Semarang masih sangat kurang dari jumlah DSPP
sehingga dari situlah kita dapat melihat faktor yang sangat menghambat kinerja
Satuan lalu lintas karena jumlah personelnya sangat minim dari jumlah
kebutuhan, mengingat wilayah hukumnya dari Polres Semarang mencakup
sangat luas, sampai di wilayah Salatiga. Di samping itu wilayah Kabupaten
Semarang yang berada di tengah tengah pertemuan arus dari arah Semarang
menuju Solo dan Jogjakarta yang sedemikian padatnya dan rawan terjadi
kecelakaan karena wilayah topografi medannya yang meliputi tanjakan dan
turunan.
35
35
-
4.2 Kinerja yang ditemukan di Satuan Lalu lintas Polres Semarang
a. Kinerja Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menangani
Kecelakaan Lalu Lintas
Yang merupakan kinerja lalu lintas Polres Semarang dalam menangani
kecelakaan lalu lintas, dapat dilihat dari berbagai data antara lain:
Tabel 2. Data penyelesaian perkara tahun 2010
MD LB LRPELIMPAH
AN POMTILANG SP3 P21
PERNYATA
AN
JANUARI 11 - 5 20 4,900,000Rp - 10 - 1 - 11 11
FEBRUARI 12 6 2 16 17,800,000Rp - 9 2 1 - 12 12
MARET 16 4 3 21 19,850,000Rp - 14 - 2 - 16 16
APRIL 10 2 5 8 4,800,000Rp - 9 - 1 - 10 10
MEI 7 1 3 9 1,700,000Rp - 5 2 - - 7 7
JUNI 7 3 1 15 2,900,000Rp - 3 1 3 - 7 7
JULI 8 1 3 14 4,850,000Rp - 8 - - - 8 8
AGUSTUS 8 - 1 13 13,100,000Rp - 8 - - - 8 8
SEPTEMBER 6 - - 7 2,900,000Rp - 6 - - - 6 6
OKTOBER 7 - - 8 4,150,000Rp 1 5 1 - - 7 7
NOPEMBER 12 5 2 15 22,750,000Rp - 8 1 2 1 12 12
DESEMBER 13 4 4 18 15,050,000Rp - 10 1 2 - 13 13
117 26 29 164 114,750,000Rp 1 95 8 12 1 117 117 JUMLAH
DATA & PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS
POLRES SEMARANG TAHUN 2010
JUMLAH
KEJADIANBULANNO
KORBAN
RUMAT
SELESAI
KETSP2HPJML
SELESAI
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
Tabel 3.
Data penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas tahun 2011
MD LB LRPELIMPAH
AN POMTILANG SP3 P21
PERNYATA
AN
JANUARI 25 11 - 29 14,450,000Rp 1 21 - 2 1 25 24
FEBRUARI 36 23 7 114 190,100,000Rp - 30 - 4 2 36 34
MARET 50 18 - 59 33,050,000Rp - 42 - 2 6 50 44
APRIL 39 18 - 47 28,550,000Rp - 33 - 1 - 34 34
MEI 37 9 - 52 14,800,000Rp - 32 - 1 9 42 33
JUNI 50 13 - 78 129,100,000Rp - 33 - 1 10 44 34
JULI 49 10 1 80 52,925,000Rp - 46 - - 6 52 46
AGUSTUS 43 12 2 66 46,500,000Rp - 39 - - 4 43 39
SEPTEMBER 54 11 7 95 365,850,000Rp 1 37 - - 14 52 38
OKTOBER 39 8 1 45 33,450,000Rp 1 36 - 1 6 44 18
NOPEMBER 43 4 3 59 68,700,000Rp - 36 - - 7 43 37
DESEMBER 40 9 1 58 150,900,000Rp - 35 - - 4 39 43
505 146 22 782 1,128,375,000Rp 3 420 - 12 69 504 424
DATA & PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS
POLRES SEMARANG TAHUN 2011
SELESAIJML
SELESAISP2HP KET
JUMLAH
NO BULANJUMLAH
KEJADIAN
KORBAN
RUMAT
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
36
37
39
-
Tabel 4.
Data penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas tahun 2012
MD LB LRPELIMPAH
AN POMTILANG SP3 P21
PERNYATA
AN
JANUARI 54 17 8 80 393,100,000Rp - 40 - 3 11 54 129
FEBRUARI 61 8 1 86 93,550,000Rp - 50 - - 11 61 150
MARET 48 6 1 67 54,100,000Rp - 38 1 1 8 48 117
APRIL 34 12 - 46 246,000,000Rp - 27 3 1 3 34 84
MEI 48 14 1 54 40,300,000Rp - 37 3 - 8 48 111
JUNI 50 9 - 69 33,100,000Rp - 41 2 3 4 50 132
JULI 40 7 - 60 35,900,000Rp - 33 1 1 5 40 102
AGUSTUS 58 10 1 80 36,400,000Rp - 46 4 2 6 58 144
SEPTEMBER 42 14 - 45 19,200,000Rp - 30 3 5 3 41 105
OKTOBER 46 11 1 65 40,000,000Rp - 36 3 1 6 46 111
NOPEMBER 45 10 3 51 29,600,000Rp - 17 4 4 6 31 63 14 dlm proses
DESEMBER 47 15 3 53 44,100,000Rp - 25 4 3 5 37 84 10 dlm proses
573 133 19 756 1,065,350,000Rp - 420 28 24 76 548 1,332
DATA & PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS
POLRES SEMARANG TAHUN 2012
SELESAI
JML
SELESAISP2HP KET
JUMLAH
NO BULANJUMLAH
KEJADIAN
KORBAN
RUMAT
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
4.2.1 Beberapa kawasan black spot di wilayah Kabupaten Semarang :
Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan oleh peneliti di wilayah
Polres Semarang didapatkannya data daerah rawan kecelakaan (black spot) di
Polres Semarang, dapat di lihat dengan data antara lain :
Tabel 5.
Data daerah rawan kecelakaan (black spot) di Kabupaten Semarang
NO. LOKASI KETERANGAN
1 Tanjakan Ketekan, Kec. Jambu
- Kondisi jalan menanjak dan turunan tajam. - Tidak ada bahu jalan, sarana prasarana
seperti marka dan rambu sangat minim. - Kondisi jalan yang licin di waktu hujan.
2. Daerah Lemah Abang, kr.jati
- Kondisi jalan yang berkelok menanjak dan turunan tajam.
- Tidak ada bahu jalan. - Kondisi jalan licin, di waktu hujan.
3. Kawasan Apacinti, Kec. Bawen
- Kondisi jalan yang berkelok menanjak dan turunan tajam.
- Tidak ada bahu jalan. - Serta rambu lalu lintas minim. - Kondisi jalan licin, di waktu hujan
4. Pertigaan Chytroen - Arah Semarang terdapat jembatan, akses
keluar masuk karyawan. - Turunan, sedikit tikungan, dan jarak pandang
38
-
terbatas. - Penerangan cukup, berdekatan dengan
proyek dan karoseri.
5. Pertigaan Ngobo Semarang
- Akses Keluar masuk kampung. - Akses keluar masuk karywan dan kendaraan
berat, berdiri pangkalan ojek, kios kaki lima di bahu jalan dari arah Semarang tepat setelah turunan dan jarak pandang terbatas.
- Angkutan umum orang atau barang berhenti gunakan badan jalan.
6. Simpang 3 Bawen
- Terdapat marka jalan-jalan beraspal bergelombang.
- Pemukiman penduduk dan SPBU rambu-rambu ada namun kurang penerangan jalan.
- Tidak ada jalur penyelamat rata-rata kendaraan kecepatan tinggi.
7. Langensari (Macet), yang berada di jalan Semarang- solo Km 28
- Jalan tanjakan berada 100 meter dari lokasi psar pertigaan arah pemukiman tidak tersedia.
- Bahu jalan, angkutan berhenti gunakan badan jalan.
- Banyak penyeberang jalan tidak berkelompok, kendaraan bermotor keluar masuk pertigaan memotong jalur utama.
- Angkutan berhenti gunakan badan jalan. Sumber minops Satuan lalu lintas Polres Semarang, 2012
4.2.2 Faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Semarang.
Salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum
Polres Semarang adalah faktor manusia. Banyaknya peristiwa dari kecelakaan
yang terjadi di wilayah Polres Semarang karena dari kesalahan manusia yang
meliputi dari pengemudi yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas serta ugal
ugalan. Ada yang dalam kondisi badan tidak fit atau sedang mengantuk.
Yang kedua adalah faktor dari kendaraan itu sendiri, karena di wilayah
Polres Semarang merupakan faktor geografi perbukitan yang wilayah juga di
dominasi oleh kendaraan berat seperti truk dan bus. Yang melewati wilayah
tersebut. Berikutnya adalah faktor lingkungan yang seperti kondisi jalan yang
bergelombang dan turunan tajam dan tanjakan serta tikungan tajam,
kurangnya lampu penerangan di malam hari. Dan juga faktor cuaca yang
39
-
memegang peranan penting. Seperti kondisi hujan lebat, sehingga jarak
pandang kita terganggu. Yang mengakibatkan kecelakaan lalulintas. (Kanit
Laka Polres Semarang Iptu Andri Ris Nugroho, 4 Februari 2013)
Akan tetapi pada kenyataannya adalah bahwa masalah keselamatan
berlalu lintas di Indonesia kondisinya masih sangatlah buruk. Kecelakaan lalu
lintas masih terus terjadi dengan korban meninggal dunia dan luka berat yang
terus meningkat. Dari tahun ketahun. Hal ini menunjukkan akan buruknya
manajemen keselamatan dalam mengemudi serta kesadaran dari para pemakai
jalan dalam berkemudi akan keselamatan dari dirinya sendiri dan orang lain.
Begitu pula di wilayah hukum Polres Semarang. Di wilayah tersebut juga tidak
terlepas dari permasalahan-permasalahan lalu lintas seperti kecelakaan lalu
lintas.
Sementara dari data dokumen yang ditemukan bahwa kejadian
kecelakaan lalu lintas di wilayah Semarang yang cenderung meningkat baik
kuantitas maupun kualitas yang merupakan akibat dari meningkatnya volume
dan jumlah kendaraan yang tinggi yang tidak dibarengi dengan penumbuhan
sarana dan prasarana infranstruktur dan pengamanan jalan serta kepadatan
jalan oleh pengguna jalan. (Intelejen Dasar Polres Semarang, 2012).
4.3 Hambatan Satuan Lalu Lintas Polres Semarang dalam Menangani
Kecelakaan Lalu Lintas
1) Kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Satuan lalu
lintas Polres Semarang
40
-
Tabel 6.
Pendidikan Kompetensi Personel Satuan Lalu Lintas Polres Semarang
PENDIDIKAN
UMUM JUMLAH
PENDIDIKAN POLRI
PENDIDIKAN
PEMBENTUKAN JML
PENDIDIKAN
KEJURUAN JML
SMP
SMA/SMU/
MAN
0
139
AKPOL
SECAPA
SEBA
1
5
133
DASPA LANTAS
DASBA LANTAS
DIKMAS LANTAS
LAKA LANTAS
3
1
0
0
TOTAL 139 139 4
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, Januari 2013
Tabel 5 diatas menunjukkan jumlah personel Satuan lalu lintas Polres
Semarang berdasarkan pendidikannya. Pendidikan umum sebanyak 139 orang
dengan mayoritas tingkat SMA sebanyak 139 orang. Sementara untuk jumlah
personel berdasarkan pendidikan pembentukan sebanyak 139 orang dengan
jumlah terbesar adalah SEBA (sekolah bintara) dengan jumlah 133 orang.
Sedangkan total personel yang telah mendapat pendidikan kejurusan lalu lintas
hanya 4 orang yang masing-masing telah melaksanakan pendidikan dasar
perwira lantas sebanyak 3 orang, pendidikan bintara lalu lintas sebanyak 1
orang. Jumlah personel yang sudah melaksanakan pendidikan pengembangan
berbanding jauh dengan tingkat kebutuhan di lapangan. Dikarenakan belum
mempunyai keahlian khusus di bidangnya. Kebanyakan para personel tersebut
belum terlatih dibidangnya dan mempelajari dengan cara otodidak atau belajar
sendiri dari pengalaman yang diterimanya.
2) Anggaran yang di terima untuk Satuan Lalu Lintas Polres Semarang
41
-
Dana yang di terima untuk kegiatan operasional Satuan lalu lintas
Polres Semarang sendiri yaitu di sesuaikan dengan DIPA Polres Semarang.
Tabel 7
Anggaran Dipa 2012
No Jenis Jumlah Dana per
kasus Jumlah Total
1. BAC 70 Rp 303.000 Rp 21.210.000,00
2. P21/ laka tidak menonjol
6 Rp 1.405.000 Rp 8.430.000,00
3. P21/ laka menonjol - - Rp 108.222.00,00
4. Angkutan Umum/laka tidak menonjol
6 Rp 4.844.000 Rp 29.064.000,00
5. Pribadi 6 Rp 3.780.000 Rp 22.680.000,00
6. Tabrak lari (12 bulan) 5 Rp 2.621.000 Rp 15.725.000,00 Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
3) Sarana dan Prasarana yang dimiliki adalah :
Tabel 8. Sarana prasarana yang dimiliki Satuan lalu lintas Polres Semarang
NO Jenis Kendaraan Jumlah Keterangan
1. Mobil SIM keliling 1 Bus SIM Keliling
2. Unit TPTKP laka 1 Ford Ranger
3. Sedan PJR 5 2 Hyundai 2 Lancer 1 Mazda
4. Double cabin 1 Isuzu D-Max
5. Uji sim 2 1 Honda Revo 1 Grandmax
6. Pick TPTKP laka 4 Toyota Kijang
7. R2 900 cc 3 Yamaha Diversion
8. R2 225 cc 9 Yamaha Scorpio
9. R2 125 cc 21 Suzuki TS Yamaha Rx
10. Lain-lain 1 Mitsubishi Kuda
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
42
-
4.4 Upaya yang dilakukan Satuan lalu lintas Polres Semarang dalam
menangani kecelakan lalu lintas
Adapun jenis upaya-upaya yang dapat menangani kecelakaan lalu
lintas
1. Upaya Preemtif
Upaya preemtif dilakukan dengan menitik beratkan kepada usaha-
usaha berupa penyuluhan dan sosialisasi dengan masyarakat dalam
melakukan pencegahan sehingga sedini mungkin dapat mencegah
terjadinya laka lantas di Kabupaten Semarang.
2. Upaya Preventif
Upaya tersebut dilakukan dengan Turjawali Lalu Lintas. Dengan
melakaukan pengaturan dan patroli rutin itu dapat mencegah
kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang.
3. Upaya Represif
Kepolisian juga menempuh pula langkah represif melalui operasi
kepolisian dijalan raya, yang ditujukan kepada pengemudi dan
kelengkapan kendaraan bermotor yang dipakainya. Tindakan represif
ditempuh oleh Satuan lalu lintas Polres Semarang dengan melakukan
Operasi dijalan tentang kelengkapan surat surat kendaraan bermotor.
Apabila di temukan pelanggaran maka tindakan tegas bagi para
pelanggar lalu lintas dijalan dengan sanksi tilang dan tidak ada toleransi
apapun.
4.4.1 Penanganan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan peraturan
Perundang-undangan.
43
-
Dalam penanganan dan penyidikan kecelakaan lalu lintas, anggota lalu
lintas mengacu kepada UU NO. 22 Tahun 2009 pada pasal 1 UU NO.
22 tahun 2009 yang semua unsure-unsurnya terpenuhi.
1. UU NO. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan pasal
310 :
(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban
luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana
44
-
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000, 00 (dua belas juta rupiah)
2. Pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan :
(1)Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan
Bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa
atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
(2)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2),
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(3)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan
kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan
juta rupiah).
(4)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
45
-
(5)Dalam hal perbuatan sebagaimana