jurnal lengkap

94
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATAKULIAH MICROTEACHING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK Siti Bariroh *) Abstrak, Proses dan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berupa bakat, minat, motivasi belajar, tujuan pembelajaran dan sebagainya.Yang tak kalah penting adalah bagaimana Guru mendesain proses belajar mengajar agar meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model Pengembangan Instruksional dan yang tidak menggunakannya? Dan apakah ada perbedaan motivasi belajar antara yang menerapkan model Pengembangan Instruksional dan yang tidak menerapkan? Serta apakah ada pengaruh antara Model pembelajaran instruksional dengan motivasi belajar dan hasil belajar matakuliah microteaching mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dan tes hasil belajar. Analisa data yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk menguji hipotesa 1, hipotesa 2 dan hipotesa 3. Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan hasil belajar dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan motivasi belajar antara yang menerapkan MPI dan yang Non MPI, serta terdapat pula pengaruh antara penggunaan model pembelajaran Instruksional terhadap motivasi belajar dan hasil belajar. 1

Upload: bhagaskoro-kurniawan

Post on 13-Jan-2015

8.162 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN

INSTRUKSIONAL TERHADAP MOTIVASI  BELAJAR DAN  HASIL BELAJAR

MATAKULIAH MICROTEACHING  PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN

DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK

Siti Bariroh *)

Abstrak, Proses dan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berupa bakat,

minat, motivasi belajar, tujuan pembelajaran dan sebagainya.Yang tak kalah penting adalah

bagaimana Guru mendesain proses belajar mengajar agar meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk  mengetahui apakah ada perbedaan hasil

belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model Pengembangan  Instruksional dan yang

tidak menggunakannya? Dan apakah ada perbedaan motivasi belajar  antara yang menerapkan

model Pengembangan Instruksional  dan yang tidak menerapkan? Serta apakah ada pengaruh

antara Model pembelajaran instruksional dengan motivasi belajar dan hasil belajar matakuliah

microteaching mahasiswa Fakultas Keguruan dan  Ilmu Pendidikan Universitas Gresik.

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dan tes hasil belajar. Analisa data

yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk menguji hipotesa 1,

hipotesa 2 dan hipotesa 3.  Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan hasil belajar

dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan motivasi belajar antara yang

menerapkan MPI dan yang Non MPI, serta terdapat pula pengaruh antara penggunaan model

pembelajaran Instruksional terhadap motivasi belajar dan hasil belajar.

Hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan sebagai alternatif model pengembangan

pembelajaran, sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan

meningkatkan hasil belajarnya.

Keyword : Model Pengembangam Instruksional ( MPI), Motivasi Belajar dan Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Hasil belajar seseorang, tidak terlepas

dari pengaruh berbagai faktor, diantaranya

adalah faktor eksternal, yang menyangkut

pengembangan program pembelajaran dan

strategi penyampaian atau proses

pembelajaran.

Dalam aktivitas pengajaran terkan-

dung aktivitas (1) Merancang pembela-

jaran, (2) Menyajikan pembelajaran, (3)

Mengevaluasi pembelajaran. Ketiganya

akan terkait dalam satu proses dan saling

1

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

Page 2: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

mempengaruhi terhadap hasil belajar.

Upaya meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran, diperlukan

adanya perancangan dan pengembangan

materi pembelajaran, yang merupakan

fungsi yang sangat penting dalam

teknologi pembelajaran.

Seels Richey (dalam Amir, 2000)

mengatakan bahwa kawasan teknologi

pembelajaran meliputi: Desain,

pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan

dan evaluasi. pengembangan desain materi

pembelajaran microteaching ini adalah

upaya untuk memenuhi salah satu fungsi

ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah

Pengelolaan. Dick dan Carey (1990)

mengungkapkan bahwa Desain materi

pembelajaran sebaiknya menarik, isinya

sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran,

urutannya tepat, ada petunjuk penggunaan

bahan ajar, ada soal latihan,  jawaban

latihan, test, petunjuk bagi siswa menuju

kegiatan berikutnya.

Penggunaan model pengembangan

Instruksional (MPI) didasarkan atas

pemikiran bahwa model ini menggunakan

pendekatan sistem, dengan langkah

langkah yang lengkap, sehingga dapat

digunakan untuk merancang pembelajaran

baik untuk pembelajaran klasikal maupun

individual.

Faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

internal dari dalam siswa/mahasiswa itu

sendiri. Salah satu dari faktor internal itu

adalah motivasi. Seorang siswa akan

belajar dengan baik dan tekun jika ada

motivasi di dalam dirinya. Oleh karena itu,

motivasi tidak bisa dipisahkan dari

aktivitas belajar. Motivasi berpangkal dari

kata motiv yang artinya adalah daya

penggerak yang ada di dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas

tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Pada intinya, motivasi merupakan

kondisi psikologis seseorang untuk

melakukan sesuatu. Dalam kegiatan

belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan penggerak didalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar.

Sehingga diharapkan tujuan pembelajaran

dapat tercapai. Untuk menimbulkan

motivasi belajar, guru berperan besar untuk

mengupayakan agar suasana belajar

menyenangkan bagi siswa, dengan

menerapkan metode yang bervariasi. Salah

satunya adalah dengan jalan membuat

model pembelajaran  yang mampu

menimbulkan motivasi belajar siswa.

Keinginan untuk membantu mahasiwa

dalam memahami materi matakuliah

Microteaching, dan untuk memudahkan

penyampaian bahan ajar kepada

mahasiswa secara lengkap dan sistematis,

serta ingin mengetahui pengaruh desain

materi pembelajaran berdasarkan Model

Pengembangan Instruksional (MPI)

terhadap motivasi belajar dan  hasil belajar

mahasiswa, mendorong peneliti ingin

meneliti masalah tersebut. Ada beberapa

alasan utama peneliti memilih masalah ini :

1) Peneliti terlibat langsung membina

matakuliah Microteaching, di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2

Page 3: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Universitas Gresik. Sehingga

memungkinkan untuk terlibat langsung

dalam interaksi dengan mahasiswa.

2) Sejauh ini, masalah desain materi

pembelajaran, khususnya di

Universitas Gresik belum banyak

diteliti, sementara peneliti meyakini

bahwa perbaikannya kualitas

Pembelajaran dapat diawali dari

pengembangan desain pembelajaran.

3) Literatur  yang berkaitan dengan

penelitian ini, cukup mendukung

peneliti dalam mengkaji  landasan

landasan teori.

4) Hasil penelitian akan memberikan

manfaat nyata bagi peneliti sendiri,atau

pihak lain yang seprofesi dalam usaha

meningkatkan Kualitas pembelajaran

dalam arti yang luas.

KERANGKA TEORITIS

Microteaching diartikan sebagai cara

latihan ketrampilan mengajar dalam

lingkup kecil/ terbatas. MC Laughlin &

Moulton mengemukakan "Microteaching

has been performent part of teaching

process, so that the traince can master

each component one by one in a simplifed

teaching situation".

Mc. Knight (1979) mengemukakan

"Microteaching has been described as

scaled down teaching encounter desingned

to developernya new skill and refine old

one". Dari pengertian di atas, dapat

dipahami bahwa microteaching adalah

sebuah model pengajaran yang dikecilkan

atau disebut dengan "real teaching"

(AAllen and Ryan, 1969). Jumlah

pesertanya berkisar antara 5 sampai 10

orang, ruang kelasnya terbatas, waktu

pelaksanaannya berkisar antara 10 sampai

15 menit, terfokus pada ketrampilan

mengajar tertentu, dan pokok bahasannya

disederhanakan.

Tujuan diselenggarakan nya

pembelajaran micro menurut T Gilarso,

dibagi dua yaitu untuk melatih kemampuan

dan ketrampilan keguruan  (tujuan umum),

dan  untuk melatih calon guru supaya

trampil dalam membuat desin

pembelajaran, mendapatkan profesi

Keguruan dan menumbuhkan rasa percaya

diri  (tujuan khusus).

Dwigh Allen, mengatakan, tujuan

microteaching bagi calon Guru adalah :

1) Memberi pengalaman mengajar yang

nyata dan latihan sejumlah ketrampilan

dasar mengajar.

2) Calon Guru dapat mengembangkan

ketrampilan mengajarnya sebelum

mereka terjun ke lapangan.

3) Memberikan kemungkinan bagi calon

guru untuk mendapatkan bermacam-

macam ketrampilan dasar mengajar.

Fungsi microteaching adalah sebagai

sarana latihan dalam mempraktekkan

ketrampilan mengajar, dan juga sebagai

salah satu syarat bagi mahasiswa yang

akan mengikuti praktek mengajar di

lapangan ( PPL ). Sasaran akhir yang akan

dicapai dalam microteaching adalah

terbinanya calon guru memiliki

pengetahuan tentang proses pembelajaran,

3

Page 4: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

serta memiliki sikap dan perilaku baik

sebagai seorang guru.

Langkah Langkah  Prosedur

Pembelajaran Micro

Ada lima langkah yang dapat

ditempuh dalam pembelajaran micro yaitu:

1) Pengenalan (pemahaman konsep

pembelajaran micro)

2) Penyajian model dan diskusi

3) Perencanaan/persiapan mengajar

4) Praktek mengajar

5) Diskusi feed back / umpan balik.

MODEL PENGEMBANGAN

INSTRUKSIONAL

Beberapa definisi mengenai desain

pembelajaran adalah antara lain Reigeluth

(1983:7) dalam Boy Soedarmadji, 2002)

menyatakan bahwa desain pembelajaran

lebih memperhatikan pada pemahaman,

pengubahan, dan penerapan metode

metode pembelajaran. Hal ini menga-

rahkan kita, bahwa sebagai seorang

profesional, maka kita mempunyai tugas

untuk memilih dan menentukan metode

apa yang dapat dipergunakan, dan

mempermudah penyampaian bahan ajar,

agar dapat diterima dengan mudah oleh

siswa.

Lebih lanjut, Shaner dalam Suparman

(1997:29) menyatakan bahwa desain

instruksional adalah perencanaan secara

akal sehat untuk mengidentifikasi masalah

tersebut, dengan menggunakan suatu

rencana terhadap perencanaan, evaluasi, uji

coba, umpan balik, dan hasilnya. Hal ini

diperjelas dengan pendapat Suparman

(1997:31). Suatu proses yang sistematik

dalam mengidentifikasikan masalah,

mengembangkan bahan dan strategi

instruksional, serta mengevaluasi

efektivitas dan efisiensinya dalam

mencapai tujuan Instruksional.

Rohani ( 2004:69) mendefinisikan

pengertian  desain pengajaran sebagai

suatu pemikiran atau persiapan untuk

melaksanakan tugas mengajar / aktivitas

pengajaran dengan menerapkan prinsip

prinsip pengajaran melalui langkah

langkah pengajaran, perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka

pencapaian tujuan pengajaran yang telah

ditentukan.

Pengertian Desain Pembelajaran

Model Pembelajaran Instruksional (MPI)

adalah  : Suatu bentuk model pembelajaran

yang menunjukkan urutan kegiatan yang

ditempuh orang dalam mendesain sistem

Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah,

yaitu menentukan kebutuhan Instruksional

umum, dan merumuskan tujuan umum,

melakukan analisis Instruksional, meng-

identifikasi perilaku dan karakteristik awal

mahasiswa, merumuskan TIK, menulis tes

acuan patokan, menyusun strategi instruk-

sional, mengembangkan bahan instruksio-

nal, mendesain dan melaksanakan sistem

Instruksional.

MOTIVASI BELAJAR

Menurut Davies (1970), Motivasi

adalah kekuatan yang tersembunyi di

4

Page 5: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

dalam diri kita untuk berkelakuan dan

bertindak dengan cara yang khas.

Sedangkan menurut MC. Donald dalam

buku Syaiful Bahri (1991), motivasi adalah

suatu perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan terhadap  adanya tujuan.

Menurut Handoko (1995), motivasi adalah

suatu tenaga yang terdapat dalam diri

manusia yang menimbulkan, mengarahkan

dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Ad Rooijakkers (1991) dalam Basuki

(2002:33) menyatakan bahwa "Dalam

belajar memang dibutuhkan motivasi

tertentu. Untuk itu ada berbagai macam

motivasi. Tetapi motivasi berprestasi

merupakan motivasi terpenting. Kalau

seorang murid ingin lulus dalam ujian, ia

akan berusaha dapat mengerti apa yang

diajarkan oleh pengajar. Bila murid tidak

mempunyai motivasi belajar, maka

pengajar hendaknya berusaha sedemikian

rupa, agar bisa menimbulkan motivasi

yang dibutuhkan".

Ciri-ciri orang yang mempunyai

motivasi berprestasi , diuraikan oleh

Hekckahusen (dalam Haditomo, 199:26-

30), bahwa ciri ciri orang yang bermotivasi

tinggi adalah :

1) Berorientasi pada keberhasilan, dan

lebih percaya diri dalam menghadapi

tugasnya.

2) Bersikap mengarah pada tujuan dan

berorientasi pada masa datang.

3) Menyukai tugas tugas yang tingkat

kesulitannya sedang.

4) Tidak suka membuang waktu, aktif dan

lebih suka kerja sama dengan yang

lebih cakap.

Dari definisi-definisi yang dikemu-

kakan oleh berbagai ahli, penulis

menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi

dalam belajar adalah daya penggerak

dalam melakukan suatu tindakan untuk

mencapai hasil belajaryang lebih tinggi

dari hasil yang pernah dicapai sebelumnya.

Pengaruh model pengembangan

instruksional, terhadap motivasi belajar

dan hasil belajar adalah bahwa untuk

menimbulkan motivasi balajar bagi murid,

maka harus ada rasa tertarik dan rasa ingin

tahu, merasa membutuhkan dan sesuai

dengan keinginannya sehingga

menyebabkan termotivasi untuk belajar.

Membuat model suatu pengajaran yang

disesuaikan dengan minat murid serta

sesuai dengan kondisi setempat, dan

menarik perhatian serta keaktifan murid

terlibat dalam proses pengajaran,

diharapkan mampu menimbulkan motivasi

belajar, dan selanjutnya bisa meningkatkan

hasil belajarnya. MPI disusun sedemikian

rupa, dan melalui beberapa langkah yang

bisa dilakukan bersama antara guru dan

siswa, membuat siswa aktif dan

termotivasi untuk belajar, sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

HASIL BELAJAR

Dalam membicarakan pengertian hasil

atau prestasi belajar, tidak terlepas dari

pengertian belajar, karena hasil belajar

5

Page 6: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

merupakan hasil perubahan yang dialami

dalam peristiwa belajar.

Menurut WJS Purwadarminta, dalam

Kamus Bahasa Indonesia menyatakan

bahwa belajar adalah berusaha, berlatih

dan sebagainya, untuk mendapatkan

kepandaian.

Hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh seorang pembelajar dari proses

belajar yang ditempuh di suatu sekolah

atau lembaga pendidikan, yang diperoleh

melalui evaluasi  belajar.

Hasil Belajar Matakuliah Microteaching

Tujuan umum mata kuliah

Microteaching adalah mempersiapkan

mahasiswa calon guru untuk menghadapi

tugas mengajar sepenuhnya di depan kelas

dengan memiliki pengetahuan,

ketrampilan, kecakapan, dan sikap sebagai

guru yang profesional.

Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1) Menganalisa tingkah laku mengajar

kawan kawan nya dan dirinya sendiri.

2) Dapat melaksanakan ketrampilan

khusus dalam mengajar.

3) Dapat mempraktekkan berbagai teknik

mengajar dengan benar dan tepat.

4) Dapat mewujudkan situasi belajar

mengajar yang efektif, produktif dan

efisien.

5) Dapat bersifat profesional keguruan.

Skor ( nilai) hasil belajar mahasiswa

pada matakuliah Microteaching ini,

ditentukan dengan

Ujian Tengah Semester (M), Tugas (T),

dan Ujian Akhir (A). ditetapkan dengan

rumus:

N = (3x T )+ (2x M )+(5 x A)

10

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kuantitatif, yaitu untuk

membuktikan hipotesis yang telah dibuat

penulis. Penelitian  ini, menggunakan 3

variabel, yaitu desain model pembelajaran

MPI, sebagai variabel bebas. Sedangkan

Motivasi belajar dan Hasil belajar sebagai

varaiabel terikat.

Rancangan ini dimaksudkan untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar antara

yang menggunakan model pembelajaran

Intruksional dan yang tidak menggunkan,

dan juga untuk mengetahui apakah model

pengajaran yang telah diterapkan,

mempengaruhi motivasi belajar dan hasil

belajar mahasiswa.

Kegiatan penelitian terdiri dari, (1)

memberikan  angket motivasi belajar,  (2)

pengelompokan subyek, (3) perlakuan dan

pemberian test dan ujian praktek. Ada 2

kelompok belajar yang menjadi fokus

kajian dalam penelitian ini,  yaitu yang

diajar dengan menerapkan model

pembelajaran dan yang tidak menggunakan

model.

Populasi dan Sampel

Sebagai populasi dalam penelitian ini

adalah mahasiswa semester VII, FKIP

6

Page 7: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Universitas Gresik, angkatan 2006, tahun

akademik 2009/2010 kelas A,B dengan

jumlah 155 mahasiswa. Adapun Sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 70

mahasiswa, diambil secara random

sampling dengan cara undian.

Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai gaya belajar didapat

dari hasil angket motivasi belajar, dan hasil

belajar didapat dari hasil test ujian tertulis

maupun ujian praktek microteaching.

Teknik Analisa Data

Uji prasyarat analisis, sebelum

dilakukan analisa data, terlebih dulu

dilakukan uji prasyarat analisis yang

meliputi : a) uji normalitas data sampel,

dan b) uji homogenitas sampel. Uji

Hipotesis, dilakukan analisa data yang

diperoleh dari hasil penelitian, dengan

menggunakan metode statistik, yaitu

metode pengolahan data kuantitatif untuk

mengetahui perbedaan hasil tes. Analisis

yang digunakan adalah metode statistik

Analisis Varians (ANAVA) dua jalur,

dengan rumus sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah kuadrat total, antar

A, antar B, interaksi AxB dan dalam

kelompok.

2. Menghitung derajat kebebasan total,

antara A,B dan interaksi AB dan dalam

kelompok

3. Menghitung rata rata kuadrat antar A,

B, dan AB dan dalam kelompok.

4. Menghitung rasio F (A, B, dan AB).

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran skor, dilakukan

terhadap hasil belajar matakuliah

microteaching dengan menggunakan

model pengembangan Instruksional, dan

tanpa menggunakan model pengembangan

Instruksional, dengan Kolmogorov-

Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas

sebaran skor variabel adalah normal, atau

memenuhi persyaratan normalitas.

Hasil belajar dengan MPI, N = 0,773.

P = 0,589. Signifikan 5% = 0,025

(normal). Hasil belajar dengan non MPI, N

= 0,921, P = 0, 384. Signifikan 5% = 0,025

(normal).

Uji Homogenitas

Residu skor variabel terikat untuk tiap

skor variabel bebas sudah homogen. Hasil

belajar dengan MPI, Nilai = 0,653. P =

0,422, Signifikan 5% = 0,05. (homogen).

Pengujian Hipotesa

1. Terdapat perbedaan hasil belajar

menggunakan MPI dan yang Non MPI.

Diperoleh F hitung = 7,629,

probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil

dari a = 0,05.

2. Terdapat perbedaan motivasi belajar,

yang diajarkan  dengan  menggunakan

model pengembangan Instruksional

dan yang non MPI, matakuliah

Microteaching. Diperoleh F hitung =

5,980 , sedang probabilitas sebesar

0,004 lebih kecil a = 0,05.

7

Page 8: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

3. Terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran instruksional  terhadap

motivasi belajar dan hasil belajar

matakuliah Microteaching. Diperoleh F

hitung = 3,311, dengan nilai probabi-

litas sebesar  0,043 lebih kecil dari α =

0,05.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pembahasan tentang perbedaan hasil

belajar yang diajarkan dengan MPI dan

Non MPI matakuliah Microteaching

pada mahasiswa FKIP Universitas

Gresik. Hasil perhitungan yang

diperoleh (F hitung = 7,629, P = 0,001, α

= 0,05) maka dapat dikatakan bahwa

ada perbedaan hasil belajar yang

diajarkan dengan MPI dan Non MPI,

matakuliah Microteaching FKIP

Unigres, diterima dengan taraf

signifikansi 5%. Hasil analisis statistik

juga menunjukkan bahwa mahasiswa

yang diajar dengan MPI, nilai rata rata

75,26 lebih baik dari pada yang diajar

dengan Non MPI. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa pembelajaran

matakuliah Microteaching dengan MPI

dapat meningkatkan hasil belajar

mahasiswa.

2. Hasil penelitian tentang  penggunaan

Model Pengembangan Instruksional

(MPI) dan yang non MPI,

membedakan motivasi belajar

mahasiswa FKIP Unigres. Nilai

motivasi belajar matakuliah

Microteaching tanpa menggunakan

MPI, memiliki rentangan antara119

sampain 144, dengan nilai rata rata

sebesar 129, 69, nilai tengah sebesar

130,00, dan nilai modus sebesar 127.

Sedangkan simpangan baku sebesar

4,951. Hasil perhitungan F hitung =

5,980,  P = 0,004,  α = 0,05. Dengan

demikian dapat dikatakan ada

perbedaan motivasi belajar, antara yang

diajarkan dengan menggunakan MPI

dan yang tidak menggunakan  MPI,

dengan taraf signifikan 5%.

3. Hasil penelitian tentang terdapat

pengaruh pengunaan MPI terhadap

motivasi  belajar mahasiswa dan  hasil

belajar mahasiswa  matakuliah

Microteaching. Hasil perhitungan F

hitung = 3,311 dengan P = 0,043, dan α=

0,05. Dengan demikian dapat dikatakan

ada pengaruh  penggunaan  Model

Pengembangan Instruksional terhadap

motivasi belajar dan  hasil belajar

matakuliah Microteaching mahasiswa

FKIP Universitas Gresik.

KESIMPULAN

1. Ada perbedaan Hasil Belajar, yang

diajarkan dengan Model Pengem-

bangan Instruksional (MPI) dan yang

non MPI matakuliah Microteaching

pada mahasiswa FKIP Universitas

Gresik.

2. Terdapat perbedaan Motivasi Belajar,

antara yang diajarkan dengan

menggunakan Model Pengembangan

Instruksional dengan yang non MPI

8

Page 9: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

matakuliah Microteaching pada

mahasiswa FKIP Universitas Gresik.

3. Ada pengaruh antara  Model

Pengembangan Instruksional ( MPI)

terhadap motivasi belajar dan  hasil

belajar matakuliah Microteaching

mahasiswa FKIP Universitas Gresik.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat

penulis ajukan saran  saran sebagai berikut:

1. Model Pengembangan Instruksional

(MPI) direkomendasikan sebagai alter-

natif model pengembangan bahan

bahan pembelajaran.

2. Proses pembelajaran hendaknya lebih

mengupayakan cara cara yang terbaik

untuk menimbulkan motivasi siswa

dalam belajar. Mengingat bahwa

motivasi merupakan faktor penting

untuk keberhasilan belajar siswa.

3. Para Guru dan semua yang terlibat

dalam pembelajaran, hendaknya lebih

Trampil dalam mendesain pembela-

jaran, supaya pembelajaran jadi

menarik, tidak membosankan, dan bisa

menumbuhkan motivasi berprestasi

siswa, sehingga akan menghasilkan

prestasi siswa yang maksimal.

4. Sebagai tindak lanjut,  kiranya perlu

diadakan kajian atau penelitian lebih

lanjut, dan dengan sasaran yang lebih

luas, agar model ini benar benar bisa

dilakukan  oleh siapapun dan di

wilayah manapun.

DAFTAR PUSTAKA

Anto Dajan, 1986. Pengantar metode statistik II, Jakarta, LP3ES.

Arief S. Sudiman, Dkk, 1997, Media Pendidikan DIKBUD dan CV Rajawali, Jakarta.

Atwi Suparman, 1997. Program Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) untuk Dosen Muda, Dirjen DIKTI Jakarta.

Degeng, INS, 1989,  Ilmu Pengajaan; Taksonomi Variabel, Jakarta, P2LPTK.

Degeng, INS, 1997, Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi Isi Pembelajaran dengan Model Elaborasi. Desertasi Bahasan Tentang Temuan Penelitian, Malang, IKIP Malang.

Deporter, B, dan Hernacki, M, 2002, Quantum Learning (Terjemahan), Bandung: Kaifa.

Diadakan, Syaiful Bahri, 1991, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya, Penerbit  usaha Nasional.

Nasution,1992, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bina Aksara.

Riyanto,Y,1996, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, Bandung, SIC.

WRohani , Ahmad 2004,  Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta.

9

Page 10: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Undang Undang no 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Internet.

Yusufhadi Miarso, dkk, 1984, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta, Pustekom DIKBUD dan CV Rajawali.

10

Page 11: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU

DI SDN BANJARSARI GRESIK

Etiyasningsih*)

Abstrak, Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, dituntut

untuk menjalankan kepemimpinan yang mampu menciptakan semangat

kerja guru yang tinggi, agar kinerja guru menjadi lebih baik. Salah satu

kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan kinerja yang harus dimiliki

guru adalah motivasi. Motivasi tersebut bukan hanya untuk

pengembangan diri, tapi juga partisipasi guru dalam organisasi. Palmer

berpendapat bahwa motivasi instrinsik maupun ekstrinsik sangat

diperlukan untuk mendorong peningkatan penampilan guru. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Jenis penelitian ini adalah regresi, dengan populasi seluruh guru di

SDN Banjarsari Gresik. Sampel diambil dengan teknik total sampling dan

diperoleh responden sebanyak 25 orang. Data dikumpulkan dengan

kuesioner, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis menggunakan uji

regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan

Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja gurua dan kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik tergolong

cukup baik mendekati baik. Uji regresi linear berganda menunjukkan thitung

> ttabel untuk kedua variabel yaitu 4,810 > 2,021 dan 3,064 > 2,021 serta

Fhitung > Ftabel (25,468 > 19,000) berarti terdapat pengaruh signifikan secara

parsial maupun simultan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja

guru terhadap kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepala sekolah lebih

meningkatkan efektifitas kepemimpinannya berkaitan dengan tingginya

pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. selain itu

kepala sekolah sebagai motivator hendaknya lebih memperhatikan

kebutuhan motivasi guru agar guru dapat meningkatkan kinerjanya. Dan

bagi para guru hendaknya dapat lebih memotivasi diri untuk

meningkatkan kinerjanya.

11

Page 12: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Guru,

Kinerja Guru

Di lingkungan dunia

pendidikan banyak ditemui usaha

kerjasama sejumlah orang untuk

mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan. Lembaga pendidikan

formal adalah salah satu bentuk

kerjasama di lingkungan

pendidikan yang bersifat sengaja,

berencana, dan sistematis.

Sekolah adalah lembaga

pendidikan formal sebagai wadah

untuk mencapai tujuan

pembangun-an nasional.

Keberhasilan tujuan pendidik-an

di sekolah tergantung pada

sumber daya manusia yang ada di

sekolah tersebut, yaitu kepala

sekolah, guru, siswa, tenaga

admistrasi dan tenaga

kependidikan yang lainnya.

Disamping itu harus ditunjang

dengan sarana dan prasarana

yang memadai. Meskipun pada

umumnya pengembangan sekolah

diutamakan pada penambahan

fasilitas fisik (yang segara

nampak hasilnya dari luar dan

mudah dinilai), namun

pengembangan personal tetap

perlu mendapatkan prioritas.

Pimpinan sekolah yang dalam hal

ini adalah Kepala Sekolah,

seyogyanya memberikan

perhatian tentang pengem-

bangan personalnya untuk

memajukan sekolah yang

dipimpinnya agar mampu

bersaing dengan satuan

pendidikan yang lain.

Setiap sekolah mempunyai

kekhusus-an yang merupakan

akibat dari kepemim-pinan kepala

sekolah yang sifatnya unik karena

kepala sekolah harus memahami

karasteristik sekolah yang

dipimpinnya sehingga dapat

memanfaatkannya untuk

melaksanakan tugas ke kepala

sekolahan-nya dengan baik.

Kepala sekolah merupa-kan salah

satu pemimpin pendidikan yang

akan membawa sekolah yang

dipimpinnya mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Hadari

Nawawi (1994: 82)

mengemukakan : Kepemimpinan

pendidikan adalah proses

menggerakan, mempengaruhi,

memberikan motivasi, dan

mengarahkan orang-orang di

dalam organisasi/lembaga

pendidikan tertentu untuk

12

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

Page 13: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

mencapai tujuan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Untuk

mewujudkan tugas tersebut

setiap pemimpin pendidikan harus

mampu bekerja sama dengan

orang-orang yang dipimpinnya

(working within) untuk

memberikan motivasi agar

melakukan pekerjaan secara

ikhlas. Mantja (2010 : 49)

menyatakan bahwa kepala

sekolah dituntut untuk

menjalankan kepemimpinan yang

mampu menciptakan semangat

kerja guru yang tinggi. Semangat

kerja guru yang tinggi itu

tentunya dimaksudkan untuk

menunjang terwujudnya tujuan

organisasi sekolah.

Guru merupakan salah satu

komponen yang sangat

menentukan untuk

terselenggaranya proses

pendidikan. Keberadaan guru

merupakan pelaku utama sebagai

fasilitator penyelenggaraan

proses belajar siswa. Oleh karena

itu kehadiran dan

profesionalismenya sangat

berpenga-ruh dalam mewujudkan

program pendidikan nasional.

Guru harus memiliki kualitas yang

cukup memadai, karena guru

merupakan salah satu komponen

mikro sistem pendidikan yang

sangat strategis dan banyak

mengambil peran dalam proses

pendidikan persekolahan

(Suyanto dan Hisyam, 2000:27).

Salah satu kunci keberhasilan

dalam upaya meningkatkan

kualitas yang harus dimiliki guru

adalah motivasi dari guru itu

sendiri. Walaupun tidak mudah

mengubah dan menimbulkan

motivasi personal guru, namun

bagi Kepala Sekolah hal tersebut

merupakan tugas penting yang

harus ditangani. Motivasi tersebut

bukan hanya untuk

pengembangan diri, tapi juga

partisipasi guru dalam organisasi.

Palmer berpendapat bahwa

motivasi instrinsik maupun

ekstrinsik sangat diperlukan untuk

mendorong peningkatan

penampilan guru. Palmer

mengatakan : The impetus may

come from rule enforcement

(making participation in-inservice

program a requirement of the job)

or from rewards that are valued

by participation but do not stem

from improved performance (such

as bonuses, increment,

certificates, etc). Orang-orang

yang menginginkan atau

bermotivasi tinggi untuk

memperoleh pengembangan

adalah orang-orang yang belum

mencapai kepuasan dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya,

13

Page 14: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

atau belum merasa puas bagi

kebutuhan untuk tingkat

diatasnya. Namun selanjutnya

Palmer mengatakan The impetus

for improvement may come from

a disire to do a better job of

teaching

(counselling,administering, etc).

Intrinsically motivated teachers

derive satisfaction directly from

the performance of their duties.

Motivasi instrinsik maupun

ekstrinsik belum tentu bererti bagi

seseorang, bagaimanapun

kualitas orang tersebut. Yang

penting dipertimbangkan dalam

pengembangan tetap diserahkan

pada individu masing-masing, apa

yang menurutnya diperlukan saat

ada kesempatan.

Finch berpendapat bahwa

motivasi personal untuk

mengembangkan diri dapat

diidentifikasikan melalui tiga cara

yaitu (1) keperluan memperoleh

sertifikat, (2) pengembangan

profesional, teknikal dan

pengembangan umum, dan (3)

melalui pendidikan lanjutan.

Syah (1999:229) menyatakan

bahwa “Guru yang berkualitas

adalah guru yang berkompetensi,

yang berkemampuan untuk

melaksanakan kewajibannya

secara bertanggungjawab dan

layak”. Tanggung jawab guru

dalam mendidik siswanya

menyangkut berbagai aspek yaitu

menyangkut tujuan, pelaksanaan,

penilaian dan termasuk umpan

balik dari penyelenggaraan tugas

tersebut. Sedangkan Ani M Hasan

(2003:5) menjelaskan bahwa guru

profesional harus memenuhi

beberapa kriteria, antara lain (1)

mempunyai komitmen terhadap

siswa dan proses belajarnya, (2)

menguasai secara mendalam

bahan/mata pelajaran yang

diajarkan serta cara mengajarnya

kepada siswa, (3) bertanggung

memantau hasil belajar siswa

melalui berbagai cara evaluasi,

(4) mampu berfikir sistematis

tentang apa yang dilakukan dan

belajar dari lingkungan

profesinya. Guru profesional tidak

hanya dituntut untuk menguasai

bidang ilmu, bahan ajar, metode

pembelajaran, memotivasi

peserta didik, memiliki

ketrampilan yang tinggi dan

wawasan yang luas terhadap

dunia pendidikan, tetapi juga

harus memiliki pemahaman yang

mendalam tentang hakikat

manusia, dan masyarakat.

Hakikat-hakikat ini yang akan

melandasi pola pikir dan budaya

kerja guru serta loyalitas terhadap

profesi pendidikan.

14

Page 15: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Permasalahan guru di

Indonesia langsung atau tidak

langsung berkaitan dengan

profesionalisme guru yang belum

memadai, sehingga perlu

diselesaikan secara komprehensif

menyangkut semua aspek yaitu

kesejahteraan, kualifikasi,

pembinaan, perlindungan profesi

dan administrasinya. Faktor-faktor

lain yang menyebabkan

rendahnya profesionalisme guru

antara lain disebabkan oleh : (1)

masih banyak guru yang tidak

menekuni profesinya secara utuh,

(2) belum adanya standar

profesional guru, (3) kemungkinan

disebabkan oleh adanya lembaga

pendidikan yang mencetak guru

asal jadi atau setengah jadi tanpa

mempertimbangkan outputnya

setelah dilapangan, (4) kurangnya

motivasi guru dalam

meningkatkan kualitas diri.

Berdasarkan kondisi tersebut,

maka sedikitnya terdapat dua

katagori kompetensi yang harus

dimiliki guru, yakni (1)

kompetensi profesional yaitu

kemampuan merancang,

melaksanakan dan menilai tugas

sebagai guru, yang meliputi

penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi pendidikan, (2)

kompetensi personal yang

meliputi etika, moral, pengabdian,

kemampuan sosial dan spiritual.

Berdasarkan latar belakang

permasala-han yang telah

diuraikan tersebut maka penulis

tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul

“Pengaruh Efektivitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah

dan Motivasi Kerja Guru Terhadap

Kinerja Guru di SDN Banjarsari

Gresik”.

Berdasarkan hal tersebut di

atas, maka diambil suatu rumusan

masalah untuk penelitian ini, yaitu

: (1) apakah kepemimpinan

Kepala Sekolah mempunyai

pengaruh parsial terhadap kinerja

guru? (2) apakah motivasi kerja

mempunyai pengaruh parsial

terhadap kinerja guru? (3) apakah

kepemimpinan Kepala Sekolah

dan motivasi kerja secara

bersama-sama mempunyai

pengaruh terhadap kinerja guru ?

15

Page 16: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Merujuk kepada asumsi-

asumsi penelitian tersebut, maka

hipotesis untuk penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1)

kepemimpinan kepala sekolah

berpengaruh secara parsial

terhadap kinerja guru, (2)

motivasi kerja guru berpengaruh

secara parsial terhadap kinerja

guru, (3) Kepe-mimpinan kepala

sekolah dan motivasi kerja guru

berpengaruh secara berama-sama

terhadap kinerja guru.

METODE

Dalam penelitian ini

populasinya adalah guru di

lingkungan SDN Banjarsari Gresik,

sedangkan jumlah populasinya

sebanyak 25 orang dan

merupakan jumlah sampel.

Variabel yang diteliti adalah

(1) variabel bebas adalah :

kepemimpinan kepala sekolah

(X1) dan motivasi kerja (X2) , (2)

variabel terikat adalah Kinerja

guru (Y). Sedangkan metode

pengumpulan data dengan

menggunakan metode angket.

Untuk instrumen kepemimpinan

kepala sekolah, instrumen

motivasi kerja dan instrumen

kinerja guru. Dalam

mengumpulkan data ini

digunakan skala Likert untuk

mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau

kelompok orang dengan bobot

skor mulai dari 1 sampai dengan

5.

Kisi-kisi Angket Penelitian

Efektivitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah No Dimensi Item

1 Kepemimpinan

berorientasi pada tugas

(initiating structure)

1-15

2 Kepemimpinan

berorientasi pada

consideration

16-30

Instrumen Angket penelitian

Motivasi GuruNo Dimensi Item

1. Motivasi eksternal 1-18

2. Motivasi internal 19-30

Instrumen Angket penelitian

Kinerja GuruNo Dimensi Item

1. Kompetensi kepribadian

guru

1-6

2. Kompetensi profesional

guru

7-24

3 Kompetensi sosial guru 25-30

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini :

Regresi Ganda : Y = a + b1 X1 + b2

X2

16

Page 17: Jurnal lengkap

Coef f i ci ent sa

1, 950 , 367 5, 317 , 000

, 373 , 078 , 608 4, 810 , 000 , 755 , 716 , 563

, 289 , 094 , 388 3, 064 , 006 , 617 , 547 , 359

( Cons t ant )

Kepem im pinanKepa la Sek o lah

M ot iv as i Ker ja G ur u

M odel1

B St d. Er r or

Uns t andar d iz edCoef f ic ien t s

Bet a

St andar d iz edCoef f ic ien t s

t Sig . Zer o- or der Par t ial Par t

Cor r ela t ions

Dependent Var iab le: Kiner ja G ur ua.

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Pengujian Hipotesis

1) Pengujian secara simultan/

serempak (uji F)

Pengujian integritas dilakukan

dengan menggunakan uji F

dimana tingkat kepercayaan α

= 0,05 dengan nilai kritis : F (α ;

k ; n - k -1) sedangkan

kriteria :Fhit > Ftab , maka Ho

ditolak

Rumus uji F : F = R2 ( N – k - 1) k(1 – R2)

2) Pengujian secara Parsial (Uji t)

Dalam pengujian hipotesis ini

level signifikansi yang digunakan

sebesar (5%) dengan derajat

kebe-basan sebesar n – 1.

Sedangkan kriteria : Jika t hit > t

tab , maka Ho ditolak Uji koefisien

korelasi parsial dapat dihitung

dengan rumus :

t hitung = √ r² (n-3)

(1 - r²) HASIL DAN ANALISA DATA

Berdasarkan rumusan

masalah dan tujuan dari

penelitian, maka dari hasil

pengumpulan data yaitu :

Efektivitas Kepemimpinan kepala

sekolah (X1), Motivasi (X2) dan

Kinerja guru (Y) dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

No (X1) (X2) (Y) No (X1) (X2) (Y)

1 127115

11

4 14 8681

119

2 96126

10

3 15 9173

120

3 8094

10

9 16 7875

108

4 8173

11

0 17 7072

120

5 8864

10

5 18 9676

121

6 8878

11

9 19

10

686

133

7 7080

10

2 20

10

584

134

8 10782

12

5 21 9488

129

9 7175

10

7 22 9694

137

10 7689

11

4 23 9290

142

11 7566

10

9 24

10

7101

143

12 9581

11

6 25 9597

142

13 9177

11

8

Analisis Hipotesis

17

Page 18: Jurnal lengkap

ANOVAb

1, 717 2 , 858 25, 468 , 000a

, 742 22 , 034

2, 458 24

Regression

Residual

Tot al

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predict ors: (Const ant ) , Mot ivasi Ker ja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.

Dependent Var iable: Kiner ja Gurub.

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Hasil analisis mengenai

koefisien model

regresi adalah

seperti yang

tercantum

dalam tabel

berikut ini.

Berdasarkan

tabel tersebut, maka model

regresi yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

Y = 1,950 + 0,373 + 289 X2

Dari persamaan tersebut

dapat dilihat bahwa nilai koefisien

regresi untuk kepemimpinan

kepala sekolah lebih besar

daripada koefisien regresi untuk

motivasi. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa jika

kepemimpinan dan motivasi

mengalami suatu peningkatan

atau semakin baik, maka kinerja

guru juga akan mengalami

peningkatan, sebaliknya jika

kepemimpinan kepala sekolah

dan motivasi kerja mengalami

suatu penurunan, maka kinerja

guru juga akan mengalami

penurunan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa hubungan

yang searah .antara variabel

bebas X1 dan X2 dengan variabel

terikat Y.

b. Pengujian Hipotesis

1) Pengujian secara parsial

Ho : Kepemimpinan kepala

sekolah tidak berpengaruh

secara parsial terhadap

Kinerja Guru di SDN

Banjarsari

Ha : Kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh secara

parsial terhadap Kinerja guru

di SDN Banjarsari

Dengan menggunakan SPSS

versi 11.0 hasil uji t dapat

menunjukkan bahwa variabel

kepemimpinan kepala sekolah

memiliki nilai thitung = 4,810

sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% adalah = 2,021.

Dikarenakan thitung > ttabel (4,810 >

2,021), maka Ha diterima, artinya

kepemimpinan kepala sekolah

secara statistik berpengaruh

terhadap kinerja guru.

Sedangkan untuk mengetahui

apakah variabel bebas motivasi

(X2) berpengaruh secara parsial

terhadap variabel terikat yaitu

kinerja dosen (Y) yaitu :

Ho: Motivasi tidak berpengaruh

secara parsial terhadap

18

Page 19: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kinerja guru di SDN

Banjarsari

Ha : Motivasi berpengaruh

secara parsial terhadap

Kinerja Guru di SDN

BanjarsariDengan menggunakan SPSS versi

11.0 Sedangkan variabel motivasi

memiliki nilai thitung = 3,064,

sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% adalah = 2,021.

Dikarenakan thitung > ttabel (3,064 >

2,021), maka Ha diterima. Artinya

kinerja guru secara statistik

berpengaruh terhadap kinerja

guru.

2) Pengujian secara serempak

Ho : Kepemimpinan dan Motivasi

tidak berpengaruh secara

bersama-sama terhadap

Kinerja guru di SDN

Banjarsari.

Ha : Kepemimpinan dan Motivasi

berpengaruh secara bersama-

sama terhadap Kinerja guru

di SDN Banjarsari.

Hasil pengujian nilai F dapat

dilihat pada gambar berikut.

Dari hasil pengolahan data

diperoleh Fhitung = 25,468,

sedangkan Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan df 2 (n=2)

adalah sebesar 19,00.

Dikarenakan Fhitung > Ftabel (25,468

> 19,000), artinya kepemimpinan

kepala sekolah dan motivasi kerja

secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja

guru.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan

sebagai berikut : (1) kinerja guru,

kepemimpinan kepala sekolah,

dan motivasi kerja guru di SDN

Banjarsari Gresik tergolong cukup

baik. (2) terdapat pengaruh

signifikan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru di

SDN Banjarsari Gresik (3) terdapat

pengaruh signifikan motivasi kerja

guru terhadap kinerja guru di di

SDN Banjarsari Gresik (4) terdapat

pengaruh signifikan secara

bersama-sama kepemimpinan

kepala sekolah dan motivasi kerja

guru terhadap kinerja guru di SDN

Banjarsari Gresik.

Berdasarkan kesimpulan di

atas maka saran yang diajukan

sebagai berikut : (1) hendaknya

kepala lebih meningkatkan

efektifitas kepemimpinannya

berkaitan dengan tingginya

pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja guru; (2)

kepala sekolah sebagai motivator

hendaknya lebih memperhatikan

kebutuh-an motivasi guru agar

19

Page 20: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

guru dapat meningkatkan

kinerjanya; (3) bagi para guru

hendaknya dapat memotivasi diri

untuk lebih meningkatkan

kinerjanya; (4) bagi para

pengambil kebijakan dan

pemerintah agar memperhatikan

program-program pendidikan

yang sesuai dan patut terhadap

pengembangan minat motivasi

berprestasi dan kinerja guru.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara

Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Gibson. (1985). Organisasi (Terjemahan). Edisi Ke- Lima, Jakarta : Erlangga

Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (1977) Management of Organization Behavior New York : Englewood Cliffs

Hilmar, Taufik (2002). Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi, Bandung : Tidak diterbitkan

Marwansyah dan Mukaram. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Pusat Penerbit Administrasi Niaga

Riduwan (2007). Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung : CV Alfabeta.

Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. Manajemen Sumber Daya Manusia, Menghadapi Abad Ke- 21. Edisi Ke-Enam, Jakarta : Erlangga

Supriadi, Dedi. (2002). Guru di Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

________ (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta : Adicipta Karya

Nusa

Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Darah, Jakarta : Adicipta Karya Nusa

Samana. (1994). Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta : Kanisius

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Milenium III, Yogyakarta : Adi Cipta

Siagian, Sondang P. (1997). Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi Jakarta : PT Gunung Agung.

Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta : Gajah Mada University Press

20

Page 21: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Wahyjosumidjo. (1987). Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Indonesia

Wijaya, Cece dan Rusyan. (1992). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Yuki, Gary. (1996). Leadership in Organization (Terjemahan). Edisi Ketiga Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer

21

Page 22: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU LULUSAN

DI SEKOLAH DASAR NEGERI BANJARSARI KABUPATEN GRESIK

Sri Sundari *)

Abstrak, Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, sangat menentukan kemajuan

sekolah. Kepala sekolah yang profesional umumnya selalu menunjukkan kompetensi kerja

yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas profesional sehari-hari di sekolah. Kemajuan

sekolah juga tidak lepas dari kinerja guru. Guru yang kreatif akan melahirkan berbagai ide

kreatif dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang variatif, inovatif, dan

menyenangkan sesuai dengan kebutuhan belajar serta menciptakan situasi pembelajaran yang

tidak menakutkan peserta didik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perilaku

kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Jenis penelitian ini adalah regresi, dengan populasi seluruh guru di SDN Banjarsari

Gresik. Sampel diambil dengan teknik total sampling dan diperoleh responden sebanyak 25

orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis

menggunakan uji regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah dan kinerja guru terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru dan mutu

pendidikan di SDN Banjarsari Gresik tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian

diharapkan kepala sekolah lebih meningkatkan efektifitas kepemimpinannya berkaitan dengan

tingginya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu pendidikan, dan para guru

hendaknya dapat lebih meningkatkan kinerjanya agar mutu pendidikan lebih baik lagi di masa

mendatang. Bagi para pengambil kebijakan dan pemerintah agar memperhatikan program-

program pendidikan yang sesuai dan patut terhadap pengembangan prestasi kepala sekolah

dan guru untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru, Mutu Pendidikan

Pendahuluan

Kepala sekolah merupakan salah satu

komponen pendidikan yang paling

berperan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi

(1998:346) bahwa “Erat hubungan antara

mutu Kepala Sekolah dengan berbagai

aspek kehidupan sekolah seperti disiplin

sekolah, iklim budaya sekolah dan

menurunya perilaku nakal peserta didik”.

Melalui kepemimpinan kepala sekolah

yang produktif, situasi pembelajaran dapat

dilakukan secara efisien, efektif, menarik,

dan menyenangkan. Hal ini disebabkan

22

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

Page 23: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

karena kepala sekolah yang kreatif akan

melahirkan berbagai ide-ide kreatif dalam

menggunakan metode dan strategi

pembelajaran yang variatif, inovatif, dan

menyenangkan sesuai dengan kebutuhan

belajar serta menciptakan situasi

pembelajaran yang tidak menakutkan

peserta didik.

Kualitas kepala sekolah sebagai

manajer sangat dipengaruhi oleh kinerja

(capability) manajerial yang dimiliki

dalam upaya menciptakan iklim sekolah

yang kondusif sehingga mampu

mewujudkan dan mengaktualisasikan

dalam bentuk peningkatan mutu

pendidikan. Kepala sekolah mempunyai

kinerja yang baik adalah kepala sekolah

yang mempunyai kapasitas intelektual,

emosional, dan spiritual yang baik serta

berwawasan luas dan futuristik.

Dalam proses pendidikan, guru

merupakan salah satu komponen yang

penting. Menurut Undang-undang No.14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal

10 bahwa pengertian kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru dan dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Bila

menyamakan fungsi dan peran dosen

dengan guru di sekolah, maka sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Usman.M.U (2002:7) bahwa “tugas guru

sebagai profesi meliputi mendidik,

mengajar, dan melatih. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-

nilai hidup. mengajar berarti meneruskan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Melatih berarti

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan

pada siswa. Sedangkan dalam proses

pembelajaran, guru merupakan pemegang

peran utama, karena secara teknis dapat

menerjemahkan proses perbaikan dalam

sistem pendidikan didalam satu kegiatan

dikelasnya. Dengan demikian, setiap

peningkatan mutu pendidikan yang

diarahkan pada perubahan-perubahan

kualitatif harus menempatkan guru pada

titik sentral karena peranannya sangat

strategis dan mempunyai tanggung jawab

yang besar dalam upaya mewujudkan

tujuan pendidikan nasional.

Proses pendidikan tidak akan terjadi

dengan sendirinya melainkan harus

direncanakan, diprogram, dan difasilitasi

dengan dukungan dan partisipasi aktif guru

tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah

adalah mengantar dan membawa peserta

didik ke arah pencapaian tujuan

pendidikan. Oleh karena itu, pencapaian

tujuan pendidikan sangat bergantung pada

pelaksanaan tugas dan kinerja kepala

sekolah di samping kemampuan peserta

didik itu sendiri serta dukungan komponen

sistem pendidikan lainnya. Posisi strategis

kepala sekolah merupakan salah satu faktor

penentu kualitas proses dan hasil

pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan

akan ditentukan oleh sejauh mana kesiapan

kepala sekolah dalam mengarahkan guru

dan peserta didiknya melalui kegiatan

pembelajaran. Ketika pembelajaran

23

Page 24: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

berlangsung, guru tidak sekedar

menyampaikan pelajaran akan tetapi juga

menciptakan suasana belajar yang dialami

setiap siswa. Berdasarkan hal tersebut

diatas penulis merasa tertarik untuk lebih

lanjut meneliti tentang : Pengaruh Perilaku

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu

Lulusan Di Sekolah Dasar Negeri

Banjarsari Kabupaten Gresik.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

diambil suatu rumusan masalah untuk

penelitian ini, yaitu : (1) pengaruh perilaku

kepemimpinan kepala sekolah terhadap

peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri

Banjarsari di Kabupaten Gresik (2) adakah

pengaruh kinerja guru terhadap

peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri

Banjarsari di Kabupaten Gresik (3) adakah

pengaruh perilaku kepemimpinan kepala

sekolah dan kinerja guru terhadap

peningkatan mutu pendidikan Sekolah

Dasar Negeri di Kabupaten Gresik?

Berdasarkan teori diatas dapat disusun

suatu hipotesis yaitu: (1) perilaku

kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh

terhadap peningkatan mutu Sekolah Dasar

Negeri Banjarsari di Kabupaten Gresik; (2)

kinerja guru berpengaruh terhadap

peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri

Banjarsari di Kabupaten Gresik; (3)

perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja gurumempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap peningkatan mutu

pendidikan Sekolah Dasar Negeri di

Kabupaten Gresik?

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan

metode survei dengan pendekatan

kuantitatif melalui korelasi dan analisis

regresi. Analisis ini akan digunakan dalam

menguji besarnya pengaruh yang

ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar

variabel Perilaku kepemimpinan kepala

sekolah (X1) Kinerja Guru (X2) terhadap

mutu pendidikan. Objek penelitiannya

adalah guru di Sekolah Dasar Banjarsari

Kabupaten Gresik yang berjumlah 25 guru.

Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan studi dokumentasi dan

angket. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah random sampling, teknik

ini merupakan cara pengambilan sampel

tanpa memilih-milih individu yang akan

dijadikan anggota sampel. Variabel-

variabel penelitian yang digunakan adalah

(1) Variabel Terikat : Mutu pendidikan

atau mutu sekolah (Y); (2) Variabel bebas:

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X1) dan Kinerja Guru (X2).

Kisi-Kisi Penelitian

Tabel Kisi-kisi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Variabel Dimensi Indikator Sub indikator

Fungsi

Kepala

Conceptual

skills

a. Progam sekolah

b. Visi sekolah

1) Kemampuan untuk merumuskan

program sekolah

24

Page 25: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Variabel Dimensi Indikator Sub indikator

Sekolah

yang meru-

pakan

cermin dari

perilaku

kepemim-

pinan

(x)

c. Ptogam

pengembangan

kutikurum

d. Progam supervise

2) Marumuskan visi sekolah

3) Kemampuan menganalisis visi ke

misi sekolah

4) Menyusun progam pengembangan

kurikulum

5) Merumuskan progam supervise

kelas

Human skills a. Berkomunikasi

b. Memahami prilaku

bawahan

c. Kerja sama

d. Perilaku

e. Masyarakat belajar

1) Kemampuan berkomunikasi secara

jelas dengan guru

2) Kemampuan memahami perilaku

guru

3) Kemampuan menciptakan kerja

sama guru dengan guru

4) Dapat diterima dikalangan guru

dam masyarakat

5) Pengen bangan masyarakat belajar

Technical

Skills

a. Metode mengajar

b. Pengambilan

keputusan

c. Menggerahkan

bawahan

d. Memberdayakan

sarana prasarana

e. Mengatasi Konflik

f. Prosedur

Kesejahteraan

bawahan

1) Pengetahuan dan penguasaan

metode mengajar

2) Proses pengambilan

Keputusan

3) Menggerahkan para guru untuk

bekerja giat

4) Memanfaatkan meemberdayakan

sarana sekolah

5) Penguasaan teknik menangani

konflik

6) Pengurusan prosedur kenaikan

pangkat guru

Educator Mengikuti

perkembangan Iptek

Meningkatkan kemampuan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan

Adminis-

Trator

a. Mengelolah

administrasi KMB

dan BK

b. Mengelolah

administrasi

kesiswaan

c. Mengelolah

administrasi

1) Memiliki kelengkapan data

proses belajar mengajar

2) Data kesiswaan, kegiatan

ekstrakulikuler

3) Data tentang uang masuk dan

uang keluar

4) Data lengkap tentang sarana dan

prasarana

25

Page 26: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Variabel Dimensi Indikator Sub indikator

keuangan

d. Mengelolah

administrasi sarana

dan prasarana

e. Mengelolah

administrasi

persuratan /

pelaporan

5) Data surat masuk keluar, serta

laporan tentang pertanggung

jawaban keuangan

Super visor Supervisi pendidikan Melaksanakan supervise dikelas

Leader a. Kepribadian yang

kuat

b. Figur pemimpin

c. Penyebaran dan

perantara informasi

1) Berjiwa besar dan, dan menjadi

teladan bagi guru

2) Fungsi kepal sekolah sebagai figur

pemimpin

3) Fungsi sebagai penyebar dan

perantara informasi

Inovator a. Menemukan gagasan

b. Melaksanakan

pembaharuan

1) Mencari dan menemukan gagasan

baru secara

2) Melaksanakan pembaharuan di

bidang pembelajaran, dan

pembinaan guru

Motivator a. Lingkungan kerja

(fisik)

b. Susunan Kerja (non

fisik)

1) Mengatur ruang agar lebih

kondusif

2) Menciptakan hubungan kerja yang

harmonis

Tabel Kisi-kisi Variabel Kinerja Guru (X2)

26

Page 27: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Variabel Dimensi Indikator-IndikatorKinerja

Guru (X2)

1. Pedagonik

2. Keperibadian

3. Profesional

4. Sosial

1. Dapat mehami dengan baik cirri-ciri peserta didik.

2. Dapat memahami potensi-potesi anak didik.

3. Dapat mehami teori belajar.

4. Dapat menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran.

5. Dapat menguasai cara menerapkan ICT dalam PBM.

6. Dapat menguasai bahasa Indonesia yang baik sebagai medium

of instruction yang efektif.

7. Dapat menguasai pendekatan pedagogic dalam permasalahan

pembelajaran.

8. Dapat merancang PBM yang komprehensif

9. Dapat menilai kemajuan belajar peserta didik secar total.

10. Dapat membimbing anak bila menghadapi persoalan

pembelajaran.

11. Dapat menguasai prinsip dn proses PBM.

1. Dapat memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam

melakukan tugasnya sebagai guru preofesional.

2. Dapat memiliki rasa kasih sayang kepada peserta didik tanpa

membeda bedakan

1. Mampu menguasai subtansi atau materi atau isi teaching

subjects tau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian.

2. Mampu penguasai bagaiman mengolah learning resources

yang diperlukan dalam proses belajar mengajar .

3. Mampu menguasai bagaimana mengolah learning resource

dari lingkungan hidup sehingga dapat dipergunakan untuk

mndukung proses pembelajaran.

4. Mampu menguasai bagaimana menetapkan teknologi

informasi dalam upaya meningkatkan evektivitas belajar anak

5. Mampu menguasai bagaimana menyusun rencana pelajarann

yang mengemas isi, media tekhnologi dan values dalam stiap

proses pembelajaran.

1. Mampu memahami berbagai factor yang berkonstribusi

dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung PBM

2. Dapat mengerti berbagai factor sosila-kultural dan ekonomi

yang berkopnstribusi terhadap proses pendidikan peserta

didik.

3. Mampu memahami pentingnya hubungan antara sekolah

27

Page 28: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Variabel Dimensi Indikator-Indikatordengan orang tua dan tokoh masarakat ynag berkonstribusi

terhadap proses pendidikan anak sekolah.

4. Dapat mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan

dijunjung tingi oleh masyarakat

5. Mampu memahami pendekatan –pendekatan yang diterapkan

disekolah

6. Dapat menguasai dan memahami perubahan-perubahan akibat

dampak globalisasi

Tabel Kisi-kisi variabel Mutu Pendidikan (Y)

1 2 3Mutu

Pendidikan

(Y)

1. Kebermaknaan proses

belajar mengajar

1. Dapat merencanakan PBM

2. Dapat melaksanakan PBM (prestasi)

3. Dapat mengevaluasi PBM

2. Manajemen sekolah 4. Dapat membuat Renstra dan rencana

pengembangan strategis

5. Mengorganisasikan pelaksanaan progam keuangan

dan sarana prasarana

3. Efektivitas budaya

sekolah, (iklim

organisasi sekolah

yang kondusif)

6. Mampu mengkondisikan sekolah mendukunguntuk

PBM

7. Mampu memberi penghargaan bagi siswa

yangberprestasi

8. Siswa mampu mentaati tata tertib aturan sekolah

4. Kepemimpinan kepala

sekolah yang kuat

9. Bisa dihubungi dengan mudah

10. Bersikap responsif kepada guru, staf, dan TU

11. Mampu merasionalkan kegiatan antara guru

dansiswa

5. Out put sekolah (hasil

prestasi)

12. Mampu membuat standar kelulusan

yangdirencanakansekolah

13. Dapat berprestasi secara akademik yang

telahdicapai tahunterakhir

14. Dapat berprestasi secara nonakademis tahun

terakhir

15. Dapat melaksanakan kelulusan siswa tahun terakhir

28

Page 29: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

1 2 37. The Administrator

Production Function

yaitu fungsi manajerial

(administrasi)

16. Mampu mendesain ruangan (sarana dan prasarana)

17. Mampu mengatur buku (perpustakaan)

18. Dapat melakukan kualifikasi pendidik yang

memungkinkan tercapainya pelaksanaan

pendidikan secara efektif.

8. The Psychologist's

Production Function

(PPF) yaitu fungsi

sikap produktif

19. Mampu berbuat disiplin

20. Mampu berkreatif

21. Dapat memberikan inovatif

22. Memiliki jiwa kejuangan

9. The Economic

Production Function

yaitu fungsi ekonomi

(ekonomis)

23. Dapat memberikan lulusan yang memiliki

kompetensi tinggi

Catatan : Konsep operasional kinerja guru dikembangkan dari (pasal 8, UUGD 14/2005 dan Permen Diknas No.13 tahun

2007 tentang Standar Kinerja Kepala Sekolah

Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang

digunakan adalah Regresi Linier

Berganda. Digunakan untuk

menguji pengaruh antara variabel

independen (Perilaku

kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Guru) dengan variabel

dependen (Mutu Pendidikan).

Perhitungan akan dilakukan dengan

bantuan program SPSS for

Windows.

Model hubungan variabel

akan dianalisis sesuai dengan

persamaan regresi:

MP = α + β1PKKS + β2KG + Σi

1) Uji F

Uji F adalah alat untuk

menguji variabel independen secara

bersama terhadap variabel

dependennya untuk meneliti apakah

model dari penelitian tersebut

sudah sesuai atau tidak.

Kriteria pengujian dengan menggunakan

uji F adalah sebagai berikut :

Jika nilai Fhitung > Ftabel berarti Ho

ditolak, H1 diterima Jika nilai Fhitung <

Ftabel berarti Ho diterima dan H1 ditolak.

2) Uji t

Uji t dimaksudkan untuk

mengetahui apakah secara individu

variabel independen mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen, dengan asumsi

variabel independen lainnya

konstan (Djarwanto PS, 1996).

Dengan α = 0,05 dan derajat

kebebasan n-1 dengan kriteria :

29

Page 30: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

H0 diterima apabila –ttabel ≤ thitung ≤

ttabel sedangkan H0 ditolak apabila ttabel

< - thitung atau ttabel > thitung.

Hasil dan Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan

dari penelitian, maka dari hasil

pengumpulan data yaitu : Perilaku

Kepemimpinan (X1), Motivasi Guru (X2)

dan Mutu Pendidikan (Y) dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

No X1 X2 Y No X1 X2 Y

1 118 91 109 14 107 85 102

2 89 99 97 15 111 87 101

3 100 103 102 16 97 84 88

4 97 80 101 17 85 82 98

5 106 76 96 18 118 81 99

6 109 84 106 19 126 95 109

7 85 88 90 20 128 89 109

8 131 94 112 21 114 94 103

9 82 79 96 22 111 101 110

10 93 93 102 23 112 100 114

11 90 73 92 24 131 112 114

12 113 88 99 25 112 105 112

13 109 78 101

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi dalam

penelitian ini digunakan untuk

menguji pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah dan kinerja guru

terhadap mutu pendidikan.

Penyelesaian model regresi linier

berganda dilakukan dengan bantuan

Program SPSS for Windows

Release 11.0 Adapun hasilnya

adalah sebagai berikut:

a. Uji t

Hasil Perhitungan Koefisien Regresi

Pengujian hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan uji t

(pengaruh secara individual).

Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui signifikansi dari

pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara

individual. Hasil pengujian

diperoleh dari test signifikansi

dengan program SPSS for

Windows Release 11.0. Hasil

pengujian t dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji t Variabel t hitung ttabel Sig Keterangan

Kepemimpinan

Kepala Sekolah

4,557 2,021 0,000 H0 ditolak

Motivasi kerja 3,218 2,021 0,004 H0 ditolak

Hasil uji t dapat menunjukkan

bahwa variabel kepemimpinan

kepala sekolah memiliki nilai thitung

= 4,557 dengan nilai sig. = 0,000,

sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% adalah = 2,021.

Dikarenakan thitung > ttabel (4,557 >

2,021) dengan Sig. 0,000 < 0,05,

maka H1 diterima, artinya

kepemimpinan kepala sekolah

30

Page 31: Jurnal lengkap

ANOVAb

1, 654 2 , 827 25, 930 , 000a

, 702 22 , 032

2, 356 24

Regression

Residual

Tot al

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predict ors: (Const ant ) , Kiner ja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.

Dependent Var iable: Mut u Pendidikanb.

Co e ffic ie n ts a

1 ,9 4 5 ,3 6 3 5 ,3 5 6 ,0 0 0

,3 5 2 ,0 7 7 ,5 8 1 4 ,5 5 7 ,0 0 0 ,7 5 0 ,6 9 7 ,5 3 0 ,8 3 2 1 ,2 0 2

,3 1 2 ,0 9 7 ,4 11 3 ,2 1 8 ,0 0 4 ,6 4 9 ,5 6 6 ,3 7 4 ,8 3 2 1 ,2 0 2

(Co n s ta n t)

Ke p e mimp in a nKe p a la Se k o la h

Kin e rja Gu ru

Mo d e l1

B Std . Erro r

Un s ta n d a rd iz e dCo e ffic ie n ts

Be ta

Sta n d a rd iz e dCo e ffic ie n ts

t Sig . Z e ro -o rd e r Pa rtia l Pa rt

Co rre la tio n s

T o le ra n c e VIF

Co llin e a rity Sta tis tic s

De p e n d e n t Va ria b le : Mu tu Pe n d id ik a na .

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

secara statistik berpengaruh

terhadap mutu pendidikan.

Sedangkan variabel kinerja

guru memiliki nilai thitung = 3,218

dengan nilai sig. = 0,006,

sedangkan ttabel pada taraf

signifikansi 5% adalah = 2,021.

Dikarenakan thitung > ttabel (3,218 >

2,021) dengan Sig. 0,004 < 0,05,

maka H1 diterima. Artinya kinerja

guru secara statistik berpe-ngaruh

terhadap mutu pendidikan.

Dari hasil analisis

regresi di atas, maka

dapat disusun persamaan

sebagai berikut: Mutu

Pendidikan = 1,945 +

0,352 KKS + 0,312 KG

Persamaan menunjukkan

bahwa mutu pendidikan

dipengaruhi oleh kepemimpinan

kepala sekolah dan kinerja guru.

Nilai konstanta sebesar 1,945

menyatakan jika keadaan kontan

atau variabel-variabel peningkatan

kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja guru tetap, maka skor mutu

pendidikan sebesar 1,945 satuan.

Deskripsi selengkapnya

tentang pengaruh kedua variabel

terhadap mutu pendidikan seperti

uraian di bawah ini.

a) Nilai koefisien kepemimpinan kepala

sekolah sebesar 0,352 menyatakan jika

terjadi peningkatan kepemimpinan

kepala sekolah sebesar satu satuan

maka mutu pendidikan akan

mengalami peningkatan sebesar 0,352

satuan.

b) Nilai koefisien kinerja guru sebesar

0,312 menyatakan jika terjadi

peningkatan motivasi kerja sebesar satu

satuan maka kinerja guru akan

mengalami peningkatan sebesar 0,289

satuan.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui

signifikansi dari model regresi yang

digunakan. Cara yang digunakan

adalah dengan membandingkan

Fhitung dengan Ftabel pada taraf

signifikansi (a) = 5%. Hasil pengujian

nilai F dapat dilihat pada gambar

berikut.

Dari hasil pengolahan data

diperoleh Fhitung = 25,930,

sedangkan Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan df 2 (n=2)

adalah sebesar 19,00. Dikarenakan

Fhitung > Ftabel (25,930 > 19,000), hal

ini menunjukkan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja guru secara bersama-sama

berpengaruh terhadap mutu

pendidikan.

Hasil pengujian hipotesis

pertama dengan uji t memperoleh

nilai thitung = 4,557 pada taraf

31

Page 32: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

signifikansi 5% (Sig. < 0,05).

Artinya kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap mutu

pendidikan. Semakin baik

kepemimpinan kepala sekolah yang

dijalankan, maka mutu pendidikan

akan meningkat. Sebaliknya

semakin kurang baik

kepemimpinan kepala sekolah yang

dijalankan, maka mutu pendidikan

juga akan semakin berkurang.

Hasil pengujian hipotesis

kedua dengan uji t memperoleh

nilai thitung = 3,218 diterima pada

taraf signifikansi 5% (Sig.<0,05).

Artinya kinerja guru berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

mutu pendidikan. Semakin tinggi

kinerja guru, maka mutu

pendidikan akan semakin

meningkat. Sebaliknya semakin

rendah kinerja guru, maka mutu

pendidikan juga akan semakin

berkurang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan

sebagai berikut : (1) Terdapat

pengaruh signifikan kepemimpinan

kepala sekolah terhadap mutu

pendidikan di SDN Banjarsari

Gresik. (2) terdapat pengaruh

signifikan kinerja guru terhadap

mutu pendidikan di SDN Banjarsari

Gresik. (3) terdapat pengaruh

signifikan secara bersama-sama

kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja guru terhadap mutu

pendidikan di SDN Banjarsari

Gresik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di

atas maka saran yang dapat

diajukan sebagai berikut : (1)

hendaknya kepala lebih

meningkatkan efektifitas

kepemimpinannya berkaitan

dengan tingginya pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah

dengan mutu pendidikan. (2) kepala

sekolah sebagai motivator

hendaknya lebih memperhatikan

kebutuhan motivasi guru agar

kinerja guru dapat meningkat pada

akhirnya akan meningkatkan mutu

pendidikan. (3) bagi para guru

hendaknya dapat lebih

meningkatkan kinerjanya agar mutu

pendidikan lebih baik lagi di masa

mendatang. (4) bagi para

pengambil kebijakan dan

pemerintah agar memperhatikan

program-program pendidikan yang

sesuai dan patut terhadap

pengembangan prestasi kepala

sekolah dan guru untuk lebih

meningkatkan mutu pendidikan.

32

Page 33: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003).

Prosedur Penelitian, Jakarta :

Bina Aksara

Fattah, Nanang. (2000). Landasan

Manajemen Pendidikan,

Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Gibson. (1985). Organisasi

(Terjemahan). Edisi Ke- Lima,

Jakarta : Erlangga

Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H.

(1977) Management of

Organization Behavior New York

: Englewood Cliffs

Hilmar, Taufik (2002). Kinerja

Guru Madrasah Tsanawiyah

Negeri di Kabupaten Sukabumi,

Bandung : Tidak diterbitkan

Marwansyah dan Mukaram.

(1999). Manajemen Sumber

Daya Manusia, Bandung : Pusat

Penerbit Administrasi Niaga

Riduwan (2007). Metode & Teknik

Menyusun Tesis, Bandung : CV

Alfabeta.

Schuler, Randall S. dan Jackson,

Susan E. Manajemen Sumber

Daya Manusia, Menghadapi

Abad Ke- 21. Edisi Ke-Enam,

Jakarta : Erlangga

Supriadi, Dedi. (2002). Guru di

Indonesia, Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional Republik

Indonesia

________ (1998). Mengangkat Citra

dan Martabat Guru,

Yogyakarta : Adicipta Karya

Nusa

Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli.

(2001). Reformasi Pendidikan

Dalam Konteks Otonomi Darah,

Jakarta : Adicipta Karya Nusa

Samana. (1994). Profesionalisme

Keguruan, Yogyakarta :

Kanisius

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi

Pendidikan Dengan Pendekatan

Baru, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Suyanto dan Hisyam, Djihad.

(2000). Refleksi dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia

Milenium III, Yogyakarta : Adi

Cipta

Siagian, Sondang P. (1997).

Organisasi Kepemimpinan dan

Perilaku Administrasi Jakarta :

PT Gunung Agung

Sutarto. (2001). Dasar-Dasar

Kepemimpinan Administrasi,

Yogyakarta : Gajah Mada

University Press

Wahyjosumidjo. (1987).

Kepemimpinan dan Motivasi,

Jakarta : Ghalia Indonesia

Wijaya, Cece dan Rusyan. (1992).

Kemampuan Dasar Guru Dalam

Proses Belajar Mengajar,

33

Page 34: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Yuki, Gary. (1996). Leadership in

Organization (Terjemahan).

Edisi Ke-Tiga Jakarta : PT

Bhuana Ilmu Populer.

34

Page 35: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

TERHADAP KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS GRESIK

Adrijanti *)

Abstract, A leader is required showing a leadership capability of creating a conducive

climate in the neighborhood. The lecturers are also required to have a positive work attitude,

so it can display both the perception and satisfaction towards the job as well as high

employee motivation.

General research objectives were: (1) to determine the influence partially between

leadership and the motivations behavior on the performance faculty at the University of

Gresik, (2) to find out what is more dominant between leadership behavior and motivation on

the performance faculty at the University of Gresik, (4) to determine the effect of

simultaneously between leadership behavior and motivation on the performance faculty at

the University Gresik.

Testing the validity of the instrument used as a measuring device while the reliability

data showed a stability instrument observations. Analysis of the data used to determine the

effect of leadership behavior and motivation of faculty performance using regression analysis

while to find out how much influence it used the coefficient of determination.

From the results of this study can be seen that the behavior does not affect the partial

Leadership on the performance of lecturers but the motivation partially affects the

performance of lecturers. While the leadership behavior and motivation has no effect

simultaneously on the performance of lecturers. And variable Motivation is the most

dominant variable affecting the performance of lecturers at the University of Gresik. 

Thus it can be said that the high motivation will affect the performance of lecturers at the

University of Gresik. 

Keywords: Leadership, Behavior, Motivation and Lecturer Performance

Kemampuan seseorang sangat

dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas

dengan baik, namun kemampuan tersebut

akan dapat terealisasi apabila dilandasi

dengan adanya motivasi yang kuat dari

dirinya, karena bagaimanapun tingginya

kemampuan seseorang tetapi apabila tidak

dilengkapi dengan motivasi yang tinggi

tidak mungkin kemampuan yang potensial

itu dapat dirasakan manfaatnya. Motivasi

akan menyebabkan terjadinya suatu

perubahan energi yang ada pada diri

manusia, sehingga akan bergayut dengan

persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan

juga emosi, untuk kemudian bertindak atau

melakukan sesuatu. Semua ini didorong

35

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

Page 36: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

karena adanya tujuan, kebutuhan atau

keinginan. Sardiman (2007:73)

Menurut Nawawi (2005:33), di

lingkungan semua organisasi diperlukan

manajemen sebagai rangkaian kegiatan

atau proses pengendalian agar pencapaian

tujuannya berlangsung efektif dan efisien.

Dalam menjalankan organisasi atau

perusahaan merupakan pekerjaan team

bukan individual oleh karena itu faktor

kepemimpinan menjadi kunci suksesnya

suatu kelompok kerja, harapan yang ada

adalah bahwa dengan berbagai macam

personalitas yang dimiliki oleh seorang

pemimpin harus dapat menciptakan

dorongan bagi pengikutnya atau orang lain

yang ada di sekitarnya. Sukiyat (2009:12)

menyatakan dalam kegiatannya bahwa

pemimpin memiliki kekuasaan untuk

mengerahkan dan mempengaruhi

bawahannya sehubungan dengan tugas-

tugas yang harus dilaksanakan agar tujuan

organisasi dapat tercapai dengan

sempurna. Banyak hal yang dituntut

kepada seorang pemimpin dalam

melaksanakan tugasnya, namun pada

hakekatnya perlu memperoleh gambaran

jelas tentang diri seorang pemimpin.

Pimpinan fakultas atau yang biasa

disebut dengan Dekan merupakan salah

satu komponen yang berpengaruh dalam

meningkatkan mutu pendidikan di

Fakultas. Dalam suatu fakultas, hubungan

antara seorang Dekan dan dosen

merupakan hubungan antara atasan atau

pemimpin dengan bawahan. Untuk itu

guna tercapainya mutu pendidikan yang

optimal, diperlukan pula suatu kerja sama

yang sinergis antara Dekan dan dosen.

Oleh karena itu seorang Dekan dituntut

menampilkan suatu kepemimpinan yang

mampu menciptakan iklim yang kondusif

di lingkungannya yaitu di suatu Fakultas,

sedangkan para dosen dituntut memiliki

sikap positif terhadap pekerjaan yng

dijalaninya, sehingga dapat menampilkan

persepsi dan kepuasan yang baik terhadap

pekerjaannya maupun motivasi kerja yang

tinggi, yang pada akhirnya akan

mencerminkan seorang dosen yang mampu

bekerja secara profesional sesuai dengan

Tridharma Perguruan Tinggi yakni

profesional dalam pengajaran, profesional

dalam penelitian dan profesional dalam

pengabdian masyarakat. Oleh karena itu

diduga ada hubungan antara perilaku

kepemimpinan dengan kinerja dosen.

Motivasi yang diberikan dapat berupa

insentif baik yang bersifat formal maupun

non formal, sehingga kemauan,

kemampuan dan semangat kerja dosen

akan meningkat dengan sendirinya.

Dorongan dan semangat ini agar para

dosen memahami serta sadar akan tugas

dan kewajiban yang harus ia lakukan.

Menurut Hamzah (2007:1) motivasi juga

dapat dikatakan sebagai perbedaan antara

dapat melaksanakan dan mau

melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada

mau melaksanakan tugas untuk mencapai

tujuan.

Menurut teori dari Porter dan Lawler

mengatakan bahwa mendorong minat

pegawai dan mencapai kinerja yang lebih

36

Page 37: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

tinggi bukanlah soal yang lugas dan

dipengaruhi sejumlah variabel. Yang dapat

dikerjakan oleh para manajer adalah sadar

tentang semua keragaman tersebut dan

memperhitungkannya waktu merancang

sistem-sistem kerja dan mempertim-

bangkan pemberian imbalan Hamzah

(2007:49). Tujuan pemberian insentif pada

dasarnya adalah berfungsi dalam

memotivasi dosen agar terus menerus

berusaha memperbaiki dan meningkatkan

kemampuannya dalam melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi kewajiban serta

tanggung jawabnya. Oleh sebab itu diduga

adanya hubungan antara motivasi dan

kinerja dosen.

Sehubungan dengan latar belakang

permasalahan di atas, maka dalam hal ini

penulis berusaha untuk mengamati tingkat

pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja

dosen dan pemberian insentif memotivasi

dosen untuk dapat meningkatkan kinerja

dosen di Universitas Gresik, maka yang

dituangkan dalam judul penelitian :

"Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan

Motivasi terhadap Kinerja Dosen di

Universitas Gresik”.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

diambil suatu rumusan masalah untuk

penelitian ini, yaitu : (1) adakah pengaruh

secara parsial antara perilaku

kepemimpinan terhadap kinerja dosen di

Universitas Gresik, (2) adakah pengaruh

secara parsial antara motivasi terhadap

kinerja dosen di Universitas Gresik, (3)

adakah pengaruh secara serempak antara

perilaku kepemimpinan dan motivasi

terhadap kinerja dosen di Universitas

Gresik?(4)manakah yang mempunyai

pengaruh paling dominan antara perilaku

kepemimpinan dan motivasi terhadap

kinerja dosen di Universitas Gresik?

Berdasarkan teori diatas dapat disusun

suatu hipotesis yaitu: (1) perilaku

kepemimpinan mempunyai pengaruh

secara parsial terhadap kinerja dosen di

Universitas Gresik, (2) motivasi

mempunyai pengaruh secara parsial

terhadap kinerja dosen di Universitas

Gresik. (3) perilaku kepemimpinan dan

motivasi mempunyai pengaruh secara

serempak terhadap kinerja dosen di

Universitas Gresik, (5) motivasi

mempunyai pengaruh yang dominan

terhadap kinerja dosen di Universitas

Gresik

METODE

Populasi dalam penelitian ini adalah

dosen tetap Yayasan di Universitas Gresik

yang diambil dari seluruh fakultas kecuali

Program Pascasarjana. Sedangkan jumlah

populasinya adalah 49 orang.Teknik

pengambilan sampel yang dipakai dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik proportionate random sampling.

dengan menggunakan rumus dari Taro

Yamane atau Slovin. Berdasarkan

perhitungan jumlah sampel menurut rumus

di atas maka jumlah sampel yang diambil

sejumlah 33 orang, dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

37

Page 38: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

No FakultasJumlah

Populasi Sampel

1 F. Ekonomi 9 6

2 F. Hukum 7 5

3 F. KIP 8 5

4 F. Keperawatan 11 7

5 F. Sastra Inggris 4 3

6 F. Teknik 10 7

Jumlah 49 33

Variabel yang diteliti adalah (1)

Variabel bebas adalah perilaku

kepemimpinan (X1) dan motivasi (X2 ), (2)

Variabel terikat adalah kinerja dosen (Y).

Sedangkan metode pengumpulan data

dengan menggunakan metode angket.

Untuk instrumen perilaku kepemimpinan,

instrumen motivasi dan instrumen kinerja

dosen. Dalam mengumpulkan data ini

digunakan skala Likert untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau kelompok orang dengan bobot skor

mulai dari 1 sampai dengan 5.

Instrumen perilaku kepemimpinan

dengan alternatif jawaban sebagai berikut :

5 = Sangat Tinggi/ Sangat penting

4 = Tinggi / Penting

3 = Cukup Tinggi/Cukup Penting

2 = Rendah/ Kurang Penting

1 = Rendah sekali/ Tidak Penting

Kisi-kisi Angket Penelitian Perilaku

Kepemimpinan

No Dimensi Item

1 Perilaku mendengarkan 1-5

2 Perilaku empati 6-11

3 Perilaku menyembuhkan 12-13

4 Perilaku kesadaran 14

No Dimensi Item

5 Perilaku persuasif 15

6 Perilaku konseptualisasi 16

7 Perilaku kemampuan,

meramalkan

17

8 Perilaku kemampuan

melayani

18

9 Perilaku komitmen pada

pertumbuhan manusia

19

10 Perilaku membangun

(memberdayakan)

20

Instrumen motivasi dengan alternatif

jawaban sebagai berikut :

5 = Sangat setuju4 = setuju3 = ragu-ragu2 = tidak setuju 1 = sangat tidak setuju

Instrumen Angket penelitian Motivasi

Dosen

No Dimensi Item

1. Motivator 1-10

2. Hygiene 11-28

Instrumen kinerja dosen dengan alternatif

jawaban sebagai berikut :

5 = Sangat setuju4 = Setuju3 = Tidak Tahu2 = Tidak setuju1 = Sangat Tidak Setuju

Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Dosen

No Dimensi Item

1 Kemampuan 1-2

2 Inisiatif 3-5

3 Ketepatan waktu 6

4 Kualitas hasil kerja 7-8

38

Page 39: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

No Dimensi Item

5 Komunikasi 9-11

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini :

Regresi Ganda : Y = a + b1 X1 + b2 X2

Pengujian Hipotesis

1) Pengujian secara Simultan/ serempak

(uji F)

Pengujian integritas dilakukan dengan

menggunakan uji F dimana tingkat

kepercayaan α = 0,05 dengan nilai kritis :

F (α ; k ; n - k -1) sedangkan kriteria : Fhit

> Ftab , maka Ho ditolak.

Rumus uji F : F = R2 (N−k−1)

k (1−R2)

2) Pengujian secara Parsial (Uji t)

Dalam pengujian hipotesis ini level

signifikansi yang digunakan sebesar (5%)

dengan derajat kebebasan sebesar n – 1.

sedangkan kriteria : Jika t hit > t tab , maka

Ho ditolak Uji koefisien korelasi parsial

dapat dihitung dengan rumus :

t hitung = √r 2(n−3)(1−r2)

Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat maka digunakan koefisien

determinasi (R²) dengan bantuan program

SPSS versi 14.0.

HASIL DAN ANALISA DATA

Berdasarkan rumusan masalah dan

tujuan dari penelitian, maka dari hasil

pengumpulan data yaitu : Perilaku

Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan

Kinerja Dosen (Y) dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

No (X1) (X2) (Y) No (X1) (X2) (Y)

1 62 103 40 18 61 96 43

2 60 111 32 19 39 84 49

3 87 111 54 20 61 74 32

4 64 93 44 21 59 76 42

5 55 104 38 22 51 96 38

6 57 102 42 23 74 96 39

7 60 96 48 24 59 119 52

8 68 96 40 25 81 114 52

9 68 119 52 26 73 91 36

10 94 131 38 27 83 106 38

11 52 82 39 28 81 129 54

12 73 111 50 29 56 107 41

13 52 99 43 30 71 95 46

14 64 114 47 31 72 95 51

15 75 84 33 32 61 96 43

16 76 109 38 33 33 75 43

17 72 95 51

Analisis Hipotesis

Hasil analisis mengenai koefisien

model regresi adalah seperti yang

tercantum dalam tabel berikut ini.

Koefisien Regresi Linier Berganda

Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 27.362 7.841 3.489

Kepemimpinan -.053 .101 -.107 -.527

Motivasi .193 .092 .429 2.102

a Dependent Variable: kinerja

39

Page 40: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Berdasarkan Tabel tersebut, maka

model regresi yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

Y = 27,362X,193 X2

Dari persamaan tersebut dapat dilihat

bahwa nilai koefisien regresi untuk

motivasi lebih besar daripada koefisien

regresi untuk kepemimpinan. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa jika

kepemimpinan dan Motivasi mengalami

suatu peningkatan atau semakin baik, maka

kinerja juga akan mengalami peningkatan,

sebaliknya jika kepemimpinan dan

motivasi mengalami suatu penurunan,

maka kinerja juga akan mengalami

penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

hubungan yang searah .antara variabel

bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat Y

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan

dengan cara pengujian secara parsial

maupun pengujian secara serempak

1) Pengujian secara parsial

Ho Perilaku Kepemimpinan tidak

berpengaruh secara parsial terhadap

Kinerja Dosen di Universitas Gresik.

Ha Perilaku Kepemimpinan berpengaruh

secara parsial terhadap Kinerja

Dosen di Universitas Gresik.

Dengan menggunakan SPSS versi 14.0

didapat t hitung sebesar -0,527 sedangkan t

tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan

(dk) = n – 1 = 32 maka ttabel = 2,042 Dapat

dilihat bahwa t hitung < ttabel (0,527 <

2,042 ), maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya : Perilaku Kepemimpinan secara

parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja.

Sedangkan untuk mengetahui seberapa

besar perilaku kepemimpinan

mempengaruhi kinerja dosen. Maka dapat

dicari koefisien determinasi (R² = R

Square).

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted R

Square Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .132(a) .018 -.014 .018 .554 1 31 .462

a Predictors: (Constant), kepemimpinan

R² yx1 = 0,018

Artinya proporsi variabilitas kinerja dosen

1,8% dapat dijelaskan oleh perilaku

kepemimpinan. Sedangkan 98,2% lainnya

dijelaskan oleh variabel lainnya dalam

penelitian ini.

Untuk mengetahui apakah variabel

bebas motivasi (X2) berpengaruh secara

parsial terhadap variabel terikat yaitu

kinerja dosen (Y) yaitu :

Ho : Motivasi tidak berpengaruh secara

parsial terhadap Kinerja Dosen di

Universitas Gresik.

Ha : Motivasi berpengaruh secara parsial

terhadap Kinerja Dosen di

Universitas Gresik.

Dengan menggunakan SPSS versi 14.0

didapat t hitung sebesar 2,102 sedangkan t

40

Page 41: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan

(dk) = n – 1 = 32 maka t tabel = 2,042

Dapat dilihat bahwa t hitung > t tabel

(2,102>2,042), maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

Artinya : Motivasi secara parsial

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja.

Sedangkan untuk mengetahui seberapa

besar motivasi mempengaruhi kinerja

dosen. Maka dapat dicari koefisien

determinasi (R² = R Square).

Model Summary

Model R

R

Squa

re

Adjusted

R

Square Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .368(a) .136 .108 .136 4.870 1 31 .035

a Predictors: (Constant), motivasi

R² yx2 = 0,136

Artinya : Proporsi variabilitas kinerja

dosen 13,6% dapat dijelaskan

oleh motivasi. Sedangkan 86,4%

dapat dijelaskan oleh variabel

lainnya dalam penelitian ini.

2) Pengujian secara serempak

Ho : Perilaku Kepemimpinan dan

Motivasi tidak berpengaruh secara

serempak terhadap Kinerja Dosen di

Universitas Gresik.

Ha : Perilaku Kepemimpinan dan

Motivasi berpengaruh secara

serempak terhadap Kinerja Dosen di

Universitas Gresik.

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 189.458 2 94.729 2.517 .098(a)

Residual 1129.087 30 37.636

Total 1318.545 32

a Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi

b Dependent Variable: kinerja

Dengan menggunakan SPSS versi 14.0

didapat F hitung sebesar 2,517 sedangkan F

tabel dengan α = 0,05 dan (dk) pembilang =

k= 2 dan dk penyebut = n-k-1=30 maka F

tabel = 3,32 Dapat dilihat bahwa F hitung < F

tabel (2,517 < 3,32 ), maka Ho diterima dan

Ha ditolak.

Artinya Perilaku Kepemimpinan dan

motivasi secara serempak tidak

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja

Sedangkan untuk mengetahui seberapa

besar perilaku kepemimpinan dan motivasi

bersama-sama mempengaruhi kinerja

dosen. Maka dapat dicari koefisien

determinasi (R² = R Square).

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted

R Square Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .379(a) .144 .087 .144 2.517 2 30 .098

a Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi

R² yx2 = 0,144

Artinya Proporsi variabilitas kinerja dosen

14,4% dapat dijelaskan oleh

perilaku kepemimpinan dan

motivasi. Sedangkan 85,6% dapat

dijelaskan oleh variabel lainnya

dalam penelitian ini.

41

Page 42: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dengan melihat nilai dari koefisien

determinasi, maka yang paling

berpengaruh antara perilaku

kepemimpinan dan motivasi terhadap

kinerja dosen di Universitas Gresik adalah

motivasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dipaparkan tersebut, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

(1) berdasarkan uji hipotesis secara parsial

tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari Perilaku Kepemimpinan terhadap

kinerja Dosen di Universitas Gresik, (2)

Berdasarkan uji hipotesis secara parsial

terdapat pengaruh yang signifikan dari

Motivasi terhadap kinerja dosen di

Universitas Gresik, (3) berdasarkan uji

hipotesis secara simultan Perilaku

kepemimpinan dan motivasi secara

serempak tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja dosen di

Universitas Gresik, (4) berdasarkan nilai

dari koefisien determinasi (R Square) nilai

variabel perilaku kepemimpinan lebih kecil

daripada variabel Motivasi. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel motivasi

merupakan variabel yang berpengaruh

paling dominan terhadap kinerja dosen di

Universitas Gresik.

Sesuai dengan hasil penelitian

maka disarankan dalam rangka

meningkatkan kinerja Dosen di Universitas

Gresik diperlukan pula peningkatan

motivasinya melalui pemberian atau

pemenuhan pada kebutuhan ekonominya,

berupa insentif baik yang bersifat formal

maupun non formal, disamping itu juga

diperlukan pula adanya pelatihan-

pelatihan dalam rangka peningkatan

kompetensinya, guna menunjang dalam

proses pembelajaran sehingga kemauan,

kemampuan dan semangat kerja dosen

akan meningkat dengan sendirinya.

Dorongan dan semangat ini akan membuat

dosen memahami serta sadar akan tugas

dan kewajiban yang harus ia lakukan.

Tujuan pemberian insentif pada dasarnya

adalah berfungsi dalam memotivasi dosen

agar terus menerus berusaha memperbaiki

dan meningkatkan kemampuannya dalam

melaksanakan tugas-tugas yang menjadi

kewajiban serta tanggung jawabnya demi

mencapai tujuan pembelajaran untuk

menghasilkan mutu lulusan sesuai dengan

apa yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah. (2007). Teori Motivasi dan

Pengukurannya . Jakarta : Radjawali

Nawawi, H. (1998). Manajemen Sumber

Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah

Mada Univ Press.

Riduwan.(2009). Metode dan Teknik

Menyusun Proposal Penelitian.

Bandung Alfabeta

Riduwan (2007). Skala Pengukuran

variabel-variabel penelitian.

Bandung: Alfabeta.

42

Page 43: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Sardiman. (2003), Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta :

Radjawali.

Sugiyono. (2010). Statistik untuk

Penelitian. Alfabeta : Bandung

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian

Pendidikan. Alfabeta : Bandung

Sukiyat. (2009). Kepemimpinan dalam

Kependidikan. Surabaya : LP2I

43

Page 44: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL (MPI) DAN

GAYA BELAJAR MAHASISWA, TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH

MICROTEACHING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK

Siti Bariroh*)

Abstrak, Upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, diperlukan

adanya perancangan dan pengembangan materi pembelajaran, yang merupakan fungsi yang

sangat penting dalam teknologi pembelajaran. Seels Richey (dalam Amir, 2000) mengatakan

bahwa kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan,

pengelolan dan evaluasi. Pengembangan desain materi pembelajaran microteaching ini adalah

upaya untuk memenuhi salah satu fungsi ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah

pengelolaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan

"Apakah ada perbedaan hasil belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model

Pengembangan Instruksional (MPI) dan  yang  non MPI?". Apakah  Model Pengembangan

Instruksional dengan Gaya Belajar yang dimiliki mahasiswa, membedakan hasil belajar

mereka? Dan apakah ada interaksi antara gaya mengajar dan MPI terhadap hasil belajar

matakuliah Microteaching, mahasiswa Fakultas Keguruan dan  Ilmu Pendidikan Universitas

Gresik.

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode angket gaya belajar, dan test hasil

belajar. Analisa data yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk

menguji hipotesa 1, hipotesa 2 dan hipotesa 3.  Dari hasil penelitian diketahui adanya

perbedaan hasil belajar dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan gaya belajar

menyebabkan  perbedaan hasil belajar, serta terdapat pula interaksi antara gaya belajar dengan

MPI.

Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai alternatif model pengembangan

pembelajaran, dengan lebih memperhatikan perbedaan individu (gaya belajar) untuk

mengakomodasi kebutuhan belajar mereka, sehingga tercapai hasil belajar yang baik.

Keyword : Model Pengembangam Instruksional (MPI), Gaya Belajar, dan Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Hasil belajar seseorang, tidak terlepas dari

pengaruh berbagai faktor, di antaranya

adalah faktor eksternal, yang menyangkut

pengembangan program pembelajaran dan

strategi penyampaian atau proses

pembelajaran.

44

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

Page 45: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dalam aktivitas pengajaran terkan-

dung aktivitas (1) Merancang  pembela-

jaran, (2) Menyajikan pembelajaran, (3)

Mengevaluasi pembelajaran. Ketiganya

akan terkait dalam satu proses dan saling

mempengaruhi terhadap hasil belajar.

Upaya meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran, diperlukan

adanya perancangan dan pengembangan

materi pembelajaran, yang merupakan

fungsi yang sangat penting dalam

teknologi pembelajaran.

Seels Richey (dalam Amir, 2000)

mengatakan bahwa kawasan teknologi

pembelajaran meliputi desain, pengem-

bangan, pemanfaatan, pengelolan dan

evaluasi. Pengembangan desain materi

pembelajaran microteaching ini adalah

upaya untuk memenuhi salah satu fungsi

ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah

pengelolaan. Dick dan Carey (1990)

mengungkapkan bahwa desain materi

pembelajaran sebaiknya menarik, isinya

sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran,

urutannya tepat, ada petunjuk penggunaan

bahan ajar, ada soal latihan,  jawaban

latihan, test, petunjuk bagi siswa menuju

kegiatan berikutnya.

Penggunaan model pengembangan

Instruksional (MPI) didasarkan atas

pemikiran bahwa model ini menggunakan

pendekatan sistem, dengan langkah

langkah yang lengkap, sehingga dapat

digunakan untuk merancang pembelajaran

baik untuk pembelajaran klasikal maupun

individual.

Faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

internal dari dalam siswa / mahasiswa itu

sendiri. Salah satu dari faktor internal itu

adalah karakteristik siswa yang

berhubungan dengan cara mereka

menerima dan mengolah informasi, dan

merespons informasi serta berinteraksi

dalam proses pembelajaran.

Setiap orang mempunyai potensi yang

sama untuk unggul dalam pembelajaran,

yang diperlukan adalah menemukan gaya

belajar yang sesuai dan tepat bagi sesorang

untuk memaksimalkan efisiensi

pembelajarannya. Deporter dan Hernacki

(2000), Syahid (2002), mengungkapkan

bahwa , gaya belajar adalah kunci untuk

mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,

di sekolah dan dalam situasi antar pribadi.

Gaya belajar akan dapat memberi

kemudahan kepada seseorang untuk

menyerap dan mengelola informasi.

Keinginan untuk membantu mahasiwa

dalam memahami materi matakuliah

Microteaching, dan untuk memudahkan

penyampaian bahan ajar kepada

mahasiswa secara lengkap dan sistematis,

serta ingin mengetahui pengaruh desain

materi pembelajaran berdasarkan Model

Pengembangan Instruksional dan gaya

belajar terhadap hasil belajar mahasiswa,

mendorong peneliti ingin meneliti masalah

tersebut.  Ada beberapa alasan utama

peneliti memilih masalah ini :

1) Peneliti terlibat langsung membina

matakuliah Microteaching, di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

45

Page 46: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Universitas Gresik. Sehingga

memungkinkan untuk terlibat langsung

dalam interaksi dengan mahasiswa .

2) Sejauh ini, masalah desain materi

pembelajaran, khususnya di

Universitas Gresik belum banyak

diteliti, sementara peneliti meyakini

bahwa perbaikannya kualitas

Pembelajaran dapat diawali dari

pengembangan desain pembelajaran.

3) Literatur  yang berkaitan dengan

penelitian ini, cukup mendukung

peneliti dalam mengkaji  landasan-

landasan teori.

4) Hasil penelitian akan memberikan

manfaat nyata bagi peneliti sendiri,atau

pihak lain yang seprofesi dalam usaha

meningkatkan Kualitas pembelajaran

dalam arti yang luas.

KERANGKA TEORITIS

Microteaching diartikan sebagai cara

latihan ketrampilan mengajar dalam

lingkup kecil/ terbatas. MC Laughlin &

Moulton mengemukakan " Microteaching

has been performent part of teaching

process, so that the traince can master

each component one By one in a simplifed

teaching situation".

MC .Knight (1979) mengemukakan

"Microteaching has been described AS

scaled down teaching encounter desingned

to developernya new skill and refine old

one".

Dari pengertian di atas, dapat

dipahami bahwa microteaching adalah

sebuah model pengajaran yang dikecilkan

atau disebut dengan "real teaching"

(AAllen and Ryan,1969). Jumlah

pesertanya berkisar antara 5 sampai 10

orang, ruang kelasnya terbatas, waktu

pelaksanaannya berkisar antara 10 sampai

15 menit, terfokus pada ketrampilan

mengajar tertentu, dan pokok bahasannya

disederhanakan.

Tujuan diselenggarakannya pembela-

jaran micro menurut T. Gilarso, dibagi dua

yaitu untuk melatih kemampuan dan

ketrampilan keguruan  (tujuan umum), dan

untuk melatih calon guru supaya trampil

dalam membuat desin pembelajaran,

mendapatkan profesi keguruan dan

menumbuhkan rasa percaya diri  (tujuan

khusus).

Dwigh Allen, mengatakan, tujuan

Microteaching bagi calon guru adalah :

1) Memberi pengalaman mengajar yang

nyata dan latihan sejumlah ketrampilan

dasar mengajar.

2) Calon guru dapat mengembangkan

ketrampilan mengajarnya sebelum

mereka terjun ke lapangan.

3) Memberikan kemungkinan bagi calon

guru untuk mendapatkan bermacam-

macam ketrampilan dasar mengajar.

Fungsi microteaching adalah sebagai

sarana latihan dalam mempraktekkan

ketrampilan mengajar, dan juga sebagai

salah satu syarat bagi mahasiswa yang

akan mengikuti Praktek Mengajar di

lapangan (PPL). Sasaran akhir yang akan

dicapai dalam microteaching adalah

terbinanya calon guru memiliki

pengetahuan tentang proses pembelajaran,

46

Page 47: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

serta memiliki sikap dan perilaku baik

sebagai seorang guru.

Langkah-Langkah  Prosedur Pembela-

jaran  Micro

Ada lima langkah yang dapat ditempuh

dalam pembelajaran micro yaitu:

1) Pengenalan (pemahaman) konsep

pembelajaran micro

2) Penyajian model dan diskusi

3) Perencanaan/persiapan mengajar

4) Praktek mengajar

5) Diskusi feed back / umpan balik.

MODEL PENGEMBANGAN

INSTRUKSIONAL

Beberapa definisi mengenai desain

pembelajaran antara lain Reigeluth (1983:7

dalam Boy Soedarmadji, 2002)

menyatakan bahwa desain pembelajaran

lebih memperhatikan pada pemahaman ,

pengubahan,  dan penerapan metode-

metode pembelajaran. Hal ini

mengarahkan kita, bahwa sebagai seorang

profesional, maka kita mempunyai tugas

untuk memilih dan menentukan metode

apa yang dapat dipergunakan, dan

mempermudah penyampaian bahan ajar,

agar dapat diterima dengan mudah oleh

siswa.

Lebih lanjut, Shaner (dalam

Suparman, 1997:29) menytakan bahwa

desain Instruksional adalah perencanaan

secara akal sehat untuk mengidentifikasi

masalah tersebut , dengan menggunakan

suatu rencana terhadap perencanaan,

evaluasi, uji coba, umpan balik, dan

hasilnya. Hal ini diperjelas dengan

pendapat Suparman (1997:31), suatu

proses yang sistematik dalam

mengidentifikasikan masalah, mengem-

bangkan bahan dan strategi Instruksional,

serta mengevaluasi efektivitas dan

efisiensinya dalam mencapai tujuan

Instruksional.

Rohani (2004:69) mendefinisikan

pengertian desain pengajaran sebagai suatu

pemikiran atau persiapan untuk

melaksanakan tugas mengajar / aktivitas

pengajaran dengan menerapkan prinsip

prinsip pengajaran melalui langkah

langkah pengajaran, perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka

pencapaian tujuan pengajaran yang telah

ditentukan.

Pengertian Desain Pembelajaran

Model Pembelajaran Instruksional (MPI)

adalah  suatu bentuk model pembelajaran

yang menunjukkan urutan kegiatan yang

ditempuh orang dalam mendesain sistem

Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah,

yaitu menentukan kebutuhan Instruksional

umum, dan merumuskan tujuan umum,

melakukan analisis instruksional,

mengidentifikasi perilaku dan karakteristik

awal mahasiswa, merumuskan TIK,

menulis tes acuan patokan, menyusun

strategi Instruksional, mengembangkan

bahan instruksional, mendesain dan

melaksanakan sistem Instruksional.

GAYA BELAJAR

Thomas L Madden (2002)

mengemu-kakan bahwa salah satu cara

47

Page 48: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

untuk membuka potensi luar biasa yang

telah terkunci dalam otak adalah dengan

menemukan cara memasukkan informasi

ke dalam otak. Masuknya informasi ini

dicapai melalui gaya belajar.

Mengutip Deporter dan Hernacki

(2000), Syahid (2002) mengungkapkan

bahwa gaya belajar adalah kunci untuk

mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,

disajikan dan dalam situasi antar pribadi.

Gaya belajar akan dapat memberi

kemudahan kepada  seseorang untuk

menyerap dan mengelola informasi.

Seseorang akan lebih mudah belajar dan

berkomunikasi dengan gayanya sendiri.

Degeng (2000) dalam Syahid (2002)

mengemukakan bahwa gaya belajar,

rentangan perhatian, ingatan, tahap

perkembangan, dan kecerdasan pelajar,

sangat bervariasi

Para ahli di bidang gaya belajar

sepakat membagi secara umum ke dalam

dua katagori utama tentang bagaimana

seseorang belajar. Pertama, bagaimana

seseorang menyerap informasi dengan

mudah, dan kedua adalah cara seseorang

dalam mengatur dan mengolah informasi.

Cara pertama disebut modalitas dan yang

kedua disebut dominasi otak. Gaya belajar

seseorang adalah bagaimana cara

seseorang menyerap, kemudian mengatur

dan mengolah informasi. Bagaimana cara

menemukan modalitas yang disukai?

Deporte dan Hernacki (2002) menjelaskan

satu cara sederhana adalah dengan

mendengarkan petunjuk-petunjuk dalam

pembicaraan. Cara lain adalah

memperhatikan perilaku ketika menghadiri

seminar atau lokakarya. Apakah

tampaknya seseorang menyerap lebih

banyak informasi dari membaca makalah

atau mendengarkan penyajinya?

Berdasarkan uraian di atas

dapatkah ditarik suatu pemahaman bahwa

gaya belajar adalah suatu kecenderungan

yang dimiliki oleh seseorang dalam hal

bagaimana ia belajar dengan mudah,

menyenangkan dan efisien dalam

menyerap, mengatur dan mengolah

informasi, serta berinteraksi dengan

lingkungan.

Macam macam  Gaya Belajar

Para ahli mempunyai pandangan

berbeda dalam mengklasifikasikan gaya

belajar. Keefe (1987) membagi gaya

belajar menjadi cognitive styles, affective

styles, dan psysiological styles. Sedangkan

DePorter dan Hernacki  (2002), dan

Madden (2002) membagi gaya belajar ke

dalam tiga macam gaya belajar, yaitu :

1. Gaya belajar visual, merupakan

kecenderungan seseorang akan lebih

mudah belajar atau menyerap informasi

apabila materi pembelajarannya

dikemas dalam uraian tertulis (naratif)

maupun dalam bentuk matriks (gambar

dan skema).

2. Gaya belajar auditorial, merupakan

kecenderungan individu akan lebih

mudah dalam belajar atau menyerap

informasi apabila materi pembelajaran

dikemas dalam bentuk uraian secara

lesan.

48

Page 49: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

3. Gaya belajar kinestetik, merupakan

kecenderungan individu akan lebih

mudah dalam belajar bila materi pem-

belajaran dikemas dengan memprak-

tekkan sesuatu secara langsung.

HASIL BELAJAR

Dalam membicarakan pengertian hasil

atau prestasi belajar, tidak terlepas dari

pengertian belajar, karena hasil belajar

merupakan hasil perubahan yang dialami

dalam peristiwa belajar. Menurut WJS

Purwadarminta, dalam Kamus Bahasa

Indonesia menyatakan, bahwa belajar

adalah berusaha, berlatih dan sebagainya,

untuk mendapatkan kepndaian.

Hasil Belajar adalah kemampuan

yang diperoleh seorang pembelajar dari

proses belajar yang ditempuh di suatu

sekolah atau lembaga pendidikan, yang

diperoleh melalui evaluasi  belajar.

Hasil Belajar Matakuliah Microteaching

Tujuan umum mata kuliah

microteaching adalah mempersiapkan

mahasiswa calon guru untuk menghadapi

tugas mengajar sepenuhnya di depan kelas

dengan memiliki pengetahuan, ketram-

pilan, kecakapan, dan sikap sebagai Guru

yang profesional.

Sedangkan tujuan khusus nya

adalah:

a) Menganalisa tingkah laku mengajar

kawan kawan nya dan dirinya sendiri.

b) Dapat melaksanakan ketrampilan

khusus dalam mengajar.

c) Dapat mempraktekkan berbagai tehnik

mengajar dengan benar dan tepat.

d) Dapat mewujudkan situasi belajar

mengajar yang efektif, produktif dan

efisien.

e) Dapat bersifat profesional Keguruan.

Skor (nilai) hasil belajar mahasiswa pada

matakuliah microteaching ini, ditentukan

dengan Ujian Tengah Semester( M),

Tugas( T), dan Ujian Akhir (A) ditetapkan

dengan rumus:

N = (3x T )+ (2x M )+(5 x A)

10

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kuantitatif, yaitu untuk

membuktikan hipotesis.

penelitian ini, menggunakan 3 variabel,

yaitu desain model pembelajaran MPI, dan

gaya belajar sebagai variabel bebas, dan

hasil belajar sebagai varaiabel terikat.

Rancangan ini dimaksudkan untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar antara

yg menggunakan MPI dan Non MPI dan

juga untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar  dari perbedaan gaya belajar, serta

untuk mengetahui interaksi antara gaya

belajar dengan MPI dan non MPI.

Kegiatan penelitian terdiri dari test

macam gaya belajar, pengelompokan

subyek, perlakuan dan pemberian test dan

ujian praktek. Ada 3 kelompok belajar

49

Page 50: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

yang menjadi fokus kajian dalam

penelitian ini, yaitu kelompok visual (V),

kelompok auditorial (A) dan kelompok

kinestetik (K).

Populasi dan Sampel

Sebagai populasi dalam penelitian

ini adalah mahasiswa semester VII, FKIP

Universitas Gresik, angkatan 2006, tahun

akademik 2009/2010 kelas A,B,C, dengan

jumlah 155 mahasiswa. Adapun Sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 70

mahasiswa, diambil secara random

sampling dengan cara undian.

Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai gaya belajar didapat

dari test berupa angket untuk dijawab (test

gaya belajar), dan hasil belajar didapat dari

hasil test ujian tertulis maupun ujian

praktek microteaching.

Teknik Analisa Data

Uji prasyarat analisis, sebelum

dilakukan analisa data, terlebih dulu

dilakukan uji prasyarat analisis yang

meliputi : a) uji normalitas data sampel,

dan b) uji homogenitas sampel. Uji

Hipotesis, dilakukan analisa data yang

diperoleh dari hasil penelitian, dengan

menggunakan metode statistik, yaitu

metode pengolahan data kuantitatif untuk

mengetahui perbedaan hasil tes. Analisis

yang digunakan adalah metode statistik

Analisis Varians (ANAVA) dua jalur,

dengan rumus sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah kuadrat total, antar

A,antar B,interaksi A xB dan dalam

kelompok.

2. Menghitung derajat kebebasan total,

antara A,B dan interaksi AB dan dalam

kelompok

3. Menghitung rata rata kuadrat antar A,

B, dan AB. Dan dalam kelompok

4. Menghitung rasio F ( A,B,dan AB).

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran skor, dilaku-

kan terhadap hasil belajar matakuliah

microteaching dengan menggunakan

model pengembangan Instruksional, dan

tanpa menggunakan model pengembangan

Instruksional, dengna Kolmogorov-

Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas

sebaran skor variabel adalah normal, atau

memenuhi persyaratan normalitas. Hasil

belajar dengan MPI, N = 0,773. P = 0,589.

signifikan 5% = 0,025 (normal). Hasil

belajar dengan non MPI, N= 0,921, P = 0,

384. Signifikan 5% = 0,025 (normal).

Uji Homogenitas

Residu skor variabel terikat untuk

tiap skor variabel bebas sudah homogen.

Hasil belajar dengan MPI, Nilai = 0,653. P

= 0,422, Signifikan 5% = 0,05 (homogen).

Hasil belajar dengan gaya belajar. Nili =

0,913. P = 0,406,  Signifikan 5 % = 0,05

(homogen).

Pengujian Hipotesa

50

Page 51: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

1. Terdapat perbedaan hasil belajar

menggunakan MPI dan yang Non MPI.

Diperoleh F hitung = 7,629,

probabikitas sebesar 0,001 lebih kecil

dari a=0,05.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar dari

gaya belajar visual, Auditorial dan

kinestetik dengan model pengem-

bangan Instruksional matakuliah

Microteaching. Diperoleh F hitung =

17, 658, sedang probabilitas sebesar

0,007 lebih kecil dari 0,05.

3. Terdapat interaksi antara gaya belajar

mahasiswa dengan model

Pengembangam  Instruksional (MPI),

terhadap hasil belajar matakuliah

Microteaching. Diperoleh F hitung =

3,311, dengan nilai probabilitas sebesar

0,043 lebih kecil dari a= 0,05.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pembahasan tentang perbedaan hasil

belajar yang diajarkan dengan MPI dan

Non MPI matakuliah Microteaching

pada mahasiswa FKIP Universitas

Gresik. Hasil perhitungan yang

diperoleh (F hitung=7,629, P=0,001,

a=0,05) maka dapat dikatakan bahwa

ada perbedaan hasil belajar yang

diajarkan dengan MPI dan Non MPI,

matakuliah Microteaching FKIP

Unigres, diterima dengan taraf

signifikansi 5%. Hasil analisis statistik

juga menunjukkan bahwa mahasiswa

yang diajar dengan MPI, nilai rata rata

75,26 lebh baik dari pada yang diajar

dengan Non MPI. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa pembelajaran

matakuliah Microteaching dengan MPI

dapat meningkatkan hasil belajar

mahasiswa.

2. Hasil penelitian tentang Model

Pengembangan Instruksional (MPI),

dengan gaya belajar Visual, Auditori

dan Kinestetik, yang dimiliki

mahasiswa membedakan hasil belajar

mahasiswa FKIP Unigres. Hasil

perhitungan menunjukkan hasil belajar

Visual, rata rata sebesar 78,54. Hasil

belajar dengan gaya Auditorial rata rata

sebesar 71,85, sedangkan hasil belajar

dengan gaya belajar Kinestetik rata-

rata sebesar 75,44. Hasil perhitungan F

hitung = 17,658, P = 0,007, a = 0,05,

Dengan demikian dapat dikatakan gaya

belajar yang dimiliki mahasiswa

dengan pembelajaran MPI,

membedakan hasil belajarnya, (tipe

visual memiliki rata rata tertinggi dari

tipe lainnya) diterima dengan taraf

signifikansi 5%.

3. Hasil penelitian tentang interaksi antara

gaya belajar mahasiswa dengan model

pengembangan Instruksional (MPI)

terhadap hasil belajar matakuliah

Microteaching. Hasil perhitungan

Fhitung = 3,311 dengan P = 0,043, dan

a = 0,05. Dengan demikian dapat

dikatakan ada interaksi antara gaya

belajar mahasiswa dengan Model

Pengembangan Instruksional terhadap

hasil belajar matakuliah Microteaching

mahasiswa FKIP Universitas Gresik.

51

Page 52: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

KESIMPULAN

1. Ada perbedaan hasil belajar, yang

diajarkan dengan Model Pengem-

bangan Instruksional  (MPI) dan yang

non MPI matakuliah Microteaching

pada mahasiswa FKIP Universitas

Gresik.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar dari

gaya belajar Visual, Auditorium dan

Kinestetik dengan Model Pengem-

bangan Instrukdional matakuliah

Microteaching pada mahasiwa FKIP

Universitas Gresik.

3. Ada interaksi antara gaya belajar

mahasiswa dengan Model

Prngembangan Instrukdional ( MPI)

terhadap hasil belajar matakuliah

Microteaching mahasiswa FKIP

Universitas Gresik.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat

penulis ajukan saran  saran sebagai berikut:

1. Model Pengembangan Instruksional

(MPI) direkomendasikan sebagai

alternatif model pengembangan bahan

bahan pembelajaran.

2. Proses pembelajaran hendaknya lebih

memperhatikan perbedaan individu,

karena masing-masing individu

memiliki gaya belajar sendiri sendiri.

Dengan lebih memperhatikan

perbedaan individu dan dengan

membuat model pengajaran yang

cocok diharapkan prestasi belajar

mahasiswa bisa  lebih baik.

3. Menindak lanjuti penelitian ini, kiranya

perlu diadakan kajian atau penelitian

lebih lanjut, dan dengan sasaran yang

lebih luas, agar model ini benar-benar

bisa dilakukan di wilayah manapun.

DAFTAR PUSTAKA

Anto Dajan, 1986, Pengantar Metode Statistik II, Jakarta, LP3ES.

Arief S. Sudiman,Dkk, 1997, Media Pendidikan DIKBUD dan CV Rajawali, Jakarta.

Atwi Suparman, 1997. Program Pengembangan Krtrampilan Dasar Tehnik Instruksional (PEKERTI) untuk Dosen Muda, Dirjen DIKTI Jakarta.

Degeng, INS, 1989,  Ilmu Pengajaan; Taksonomi Variabel, Jakarta, P2LPTK.

Degeng, INS, 1997, Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi Isi Pembelajaran dengan Model Elaborasi. Desertasi Bahasan Tentang Temuan Penelitian, Malang, IKIP Malang.

Deporter, B, dan Hernacki, M, 2002, Quantum Learning ( Terjemahan) Bandung Kaifa.

Nasution,1992, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bina Aksara.

Riyanto,Y,1996, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, Bandung, SIC.

Rohani, Ahmad 2004,  Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta.

Undang Undang no 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Internet.

52

Page 53: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ANALISIS PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

OLEH GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SD NU REJODADI

CAMPUREJO PANCENG GRESIK

Eka Srirahayu Ar.*)

Abstrak, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2)

ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan

prinsip diversikasi (perbedaan) sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta

didik. Guru dituntut untuk lebih kreatif memahami serta mengejawantahkan kurikulum yang

ada karena kurikulum tersebut dikembangkan salah satunya adalah dengan prinsip perbedaan

peserta didik (guru & siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh guru.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dilaksanakan di SD NU rejodadi

Campurejo Panceng Gresik. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan wawancara.

Informan penelitian adalah para guru dan kepala sekolah. Data yang terkumpul kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) oleh guru SD NU rejodadi Campurejo Panceng Gresik.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan guru tentang pengertian KTSP, tujuan, ciri-

ciri dan perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumya sebagian besar cukup. Sebagian besar

guru dapat menerapkan dengan tepat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai

ejawantah dari KTSP. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesiapan dan kreafifitas para

guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi sekolah dan pihak terkait mewujudkan

upaya memberi kesempatan untuk mendalami KTSP dan jika perlu diberi fasilitas untuk

kepentingan tersebut. Hendaknya guru menggunakan metode yang lebih kreatif agar proses

pembelajaran lebih menarik dan menciptakan kreatifitas dan kesenangan belajar siswa, dan

pembelajaran tidak hanya menggunakan materi dari buku teks bacaan dan LKS saja,

melainkan dari sumber dan media yang lain. Selain itu guru hendaknya selalu menyiapkan

hal-hal yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci : Penerapan KTSP, Belajar Mengajar.

Kegiatan belajar-mengajar (KBM) di

sekolah yang diselenggarakan oleh guru

selalu bermula dan bermuara pada

komponen-komponen pembelajaran yang

tersurat dalam kurikulum. Pernyataan ini

didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan

53

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

Page 54: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

pembelajaran yang diselenggarakan guru

merupakan bagian utama dari pendidikan

formal (sekolah) yang syarat mutlaknya

adalah adanya kurikulum sebagai

pedoman. Dengan demikian guru dalam

merancang program pembelajaran dan

melaksanakan proses pembelajaran akan

selalu berpedoman pada kurikulum.

Dalam penerapannya, ada tiga variabel

utama yang saling berkaitan dalam strategi

pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Menurut Sudjana (1987:1) ketiga variabel

tersebut adalah kurikulum, guru dan proses

kegiatan belajar-mengajar (KBM). Guru

menempati posisi utama (sentral), sebab

peranannya sangat menentukan. Ia harus

dapat menterjemahkan dan menjabarkan

nilai-nilai yang ada dalam kurikulum,

kemudian mentrasformasikan nilai-nilai

tersebut kepada siswa melalui proses

kegiatan belajar-mengajar (KBM). Guru

tidak membuat atau menyusun kurikulum

tetapi guru menggunakan kurikulum,

menjabarkan, serta melaksanakannya

melalui proses kegiatan belajar mengajar

(KBM).

Pada perkembangan selanjutnya,

sejalan dengan perubahan paradigma

pendidikan dari sentralisasi ke

desentralisasi mendorong perubahan aspek

pendidikan, salah satunya adalah

kurikulum (Depdiknas, 2006; 1). Di tahun

2004 kita mengenal adanya KBK

(Kurikulum Berbasis Kompetensi), tidak

begitu lama yakni di tahun 2006 muncul

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan). Seakan-akan terkesan

pergantian menteri pendidikan sejalan

dengan pergantian kurikulum pendidikan

yang ada.

Realitas di atas tentunya berimbas

pada penerapan kurikulum oleh guru.

Adanya KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) banyak “kasus” yang muncul

bahwa guru kesulitan dalam

menerapkannya. Belum paham betul akan

KBK guru sudah “disuguhi” lagi dengan

kurikulum KTSP. Tentunya kita bisa

membayangkan apa jadinya pelaksanaan

kurikulum tersebut di lapangan?

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dikembangkan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum

pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversikasi

(perbedaan) sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi daerah, dan peserta

didik.

Berdasarkan undang-undang tersebut

guru dituntut untuk lebih kreatif

memahami serta mengejawantahkan

kurikulum yang ada karena kurikulum

tersebut dikembangkan salah satunya

adalah dengan prinsip perbedaan peserta

didik (guru & siswa). Padahal kalau kita

merujuk pada paparan awal yang

diutarakan bahwa kurikulum merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari

pembelajaran. Tidak dapat kita bayangkan,

bentuk pelaksanaan suatu pembelajaran di

sekolah tanpa adanya penerapan

kurikulum.

54

Page 55: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kurikulum yang ditentukan oleh pihak

atasan, misalnya Depdikbud masih berupa

barang cetakan “mati” hanya guru yang

memberi “hidup” kepada pedoman

kurikulum yang diterbitkan itu. Karena itu,

guru merupakan tokoh utama untuk

mewujudkan kurikulum itu agar terjadi

perubahan kelakuan siswa menurut apa

yang diharapkan.

Pada akhirnya, kreativitas guru yang

dituntut dalam penerapan KTSP tersebut.

Guru hendaknya dapat menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dan

mengasikkan bagi siswa. Hal yang

demikian tentunya dapat dijadikan

stimulus (rangsangan) bagi terciptanya

aktivitas dan kreativitas siswa. Hasil

akhirnya diharapkan mampu menjadikan

siswa mengerti dan memahami akan materi

yang telah disampaikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

dalam penelitian ini tertarik membuat judul

“Analisis Penerapan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) Oleh Guru

Dalam Proses Belajar-Mengajar di SD NU

Rejodadi Campurejo Panceng Gresik”.

TINJAUAN PUSTAKA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

adalah kurikulum operasional yang disusun

oleh dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan (Depdikbud, 2006:01).

Sedangkan menurut Mulyasa (2006:08)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) adalah kurikulum yang

dikembangkan sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi sekolah, daerah,

karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan karakteristik

peserta didik.

Ahiri (2007:6) mengatakan bahwa

KTSP adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh setiap

satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan

pendidikan, tingkat satuan pendidikan,

struktur dan muatan KTSP, kalender

pendidikan dan silabus.

Kunandar (2007:103) mengemukakan

bahwa KTSP adalah kurikulum

operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Lebih lanjut beliau

menambahkan, KTSP adalah kurikulum

yang merefleksikan pengetahuan,

keterampilan dan sikap sehingga dapat

meningkatkan potensi siswa secara utuh.

Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan sesuai dengan satuan

pendidikan potensi sekolah, daerah,

karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan karakteristik

peserta didik. KTSP merupakan

pengembangan KBK yang bercirikan, (1)

orientasi pencapaian hasil dan dampak; (2)

berbasis standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang tertuang pada

standar isi; (3) bertolak dari standar

kompetensi lulusan; (4) memperhatikan

pengembangan kurikulum berdiversifikasi;

(5) mengembangkan kompetensi secara

55

Page 56: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

utuh dan menyeluruh; (6) menerapkan

prinsip ketuntasan belajar.

Mengenai tujuan KTSP Mulyasa

(2006:22) mengatakan bahwa secara

umum tujuan ditetapkannya KTSP adalah

untuk mendirikan dan memberdayakan

satuan pendidikan melalui pemberian

wewenangan (otonomi) kepada lembaga

pendidikan dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara

partisipatif dalam mengembangkan

kurikulum. Secara khusus tujuan

ditetapkan KTSP adalah untuk, (1)

Meningkatkan kepedulian warga sekolah

dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum melalui pengambilan keputusan

bersama; (2) Meningkatkan kompetensi

yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang dicapai; (3)

Meningkatkan mutu pendidikan melelui

kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum, mengelola

dan memberdayakan sumberdaya yang

tersedia.

Hal penting dalam kegiatan

penyusunan KTSP meliputi, (1) Analisis

potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada

di sekolah : siswa, guru dan tenaga

kependidikan, sarana prasarana, biaya dan

program-program yang ada di sekolah; (2)

Analisis peluang dan tantangan yang ada di

masyarakat dan lingkungan sekitar :

komite sekolah, dewan pendidikan, dinas

pendidikan, asosiasi propesi, dunia industri

dan dunia kerja, sumberdaya alam dan

sosial budaya; (3) Mengidentifikasi

Standar Isi dan Standar Kompetensi

Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan

KTSP.

Tabel Perbedaan Kurikulum 1994, KBK 2004, dengan KTSP 2006

No Jenis Kurikulum Penjelasan

1. Kurikulum 1994

1. Seluruhnya berada di tangan pusat dan daerah hanya kebagian

pengembangan kurikulum lokal dengan porsi 80% pusat dan 20% daerah.

2. Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi.

3. Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah sering kali tidak sesuai

kebutuhan dan kemampuan siswa serta kebutuhan masyarakat sekitar

sekolah.

4. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas

5. Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian

siswa.

2. Kurikulum KBK

2004

1. Seluruhnya berada di tangan pusat dan daerah hanya mengembangkan

kompetensi sebagai standar dan kalender pendidikan.

2. Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi

3. Sekolah diberi kekuasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata

pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan

kemampuan siswa, serta kebutuhan masyarakat sekitar.

4. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antara

56

Page 57: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

No Jenis Kurikulum Penjelasan

sekolah, masyarakat dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi siswa.

5. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar,

evaluasi pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator.

3. Kurikulum KTSP

1. Guru membuat rencana pembelajaran pusat hanya mengembangkan potensi

sebagai standar, sedangkan elaborasi kompetensi diserahkan daerah/sekolah

dalam bentuk silabus.

2. Pengembangan kurikulum dan perangkat pembelajaran dibuat oleh masing-

masing satuan pendidikan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah.

3. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian

kompetensi dasar dengan mempertimbangkan : potensi siswa, relevasi

dengan karakteristik daerah, tingkat pengembangan fisik, intelektual,

emosional sosial dan spiritual siswa sesuai tuntutan lingkungan dan alokasi

waktu.

4. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa

dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka

pencapaian kompetensi dasar.

5. Evaluasi dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun

lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa

tugas, proyek dan atau produk penggunaan portofolio dan penilaian diri.

METODE

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini pendekatan yang

dipergunakan adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang tidak menggunakan analisis angka-

angka statistik dalam pengolahan datanya

(Hadjar, 1996:30). Artinya, hasil yang

diberikan berupa deskripsi naratif tidak

berupa hasil angka-angka statistik. Dalam

kaitannya dengan penelitian ini maka

penelitian ini nantinya akan memaparkan

dan menarasikan data hasil penerapan

KTSP oleh Guru dalam proses belajar-

mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo

Panceng Gresik.

Sedangkan jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian Deskriptif.

Penelitian diskriptif adalah penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan fenomena yang diselidiki

dengan cara melukiskan dan

mengklasifikasikan fakta atau karakteristik

fenomena tersebut secara faktual dan

cermat (Hadjar, 1996:274). Berdasarkan

pendapat tersebut maka dalam penelitian

ini nantinya akan mendeskripsikan

penerapan KTSP oleh guru dalam proses

belajar mengajar di SD NU Rejodadi

secara faktual dan cermat.

Fokus Penelitian

57

Page 58: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Fokus dalam penelitian ini adalah

penerapan KTSP dengan indikator :

1. Pengetahuan guru tentang KTSP

meliputi, (1) Pengertian; (2) Tujuan;

(3) Ciri-ciri; dan (4) perbedaan KTSP

dengan kurikulum sebelumnya.

2. Aplikasi Rencana Pelaksanaan Pembe-

lajaran (RPP) meliputi, (1) Menerapkan

Penulisan Identitas Mata Pelajaran; (2)

Penulisan Kompetensi Dasar (KD) dan

SK (standar Kompetensi); (3)

Penulisan Indikator Pencapaian

Kompetensi; (4) Merumuskan Tujuan

Pembelajaran; (5) Merumuskan Materi

Pokok Pembelajaran; (6) Metode

Pembelajaran; (7) Pelaksanaan

kegiatan pembelajaran; (8) Penentuan

Media / Alat dan Sumber Belajar; (9)

Menentukan Prosedur Penilaian.

3. Kendala penerapan meliputi, (1)

kesiapan guru; (2) kreativitas guru.

Informan Penelitian

Yang menjadi informan dalam penelitian

ini adalah guru-guru dan kepala sekolah di

SDNU Rejodadi Campurejo Panceng

Gresik.

Teknik Pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya: 1). Angket, 2).

Observasi (pengamatan), dan 3). Interview

(wawancara).

1. Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan

informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku. Pada penelitian ini peneliti memberikan angket kepada guru SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan KTSP.

2. Observasi (pengamatan) yaitu

mengamati sebagian kecil perilaku

yang berhubungan dengan penelitian.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini,

peneliti mengamati penerapan KTSP

oleh guru dalam proses belajar

mengajar di SD NU Rejodadi

Campurejo Panceng Gresik.

3. Interview (wawancara) adalah menggali informasi secara lisan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru dan kepala sekolah SD NU dalam kaitannya dengan penerapan KTSP dalam proses belajar-mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik.

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Artinya, dalam penelitian ini akan dipaparkan hasil data yang ada (Bukan wujud angka statistik) tapi berupa : penerapan KTSP oleh guru dalam proses belajar-mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik.

HASIL PENELITIAN

Pengetahuan guru tentang KTSP

Pengetahuan guru tentang KTSP

merupakan hal penting dalam kaitannya

dengan penerapan kurikulum tersebut.

58

Page 59: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Hasil penelitian ini menunjukkan secara

umum guru-guru tidak dapat menyebutkan

dengan lengkap baik pengertian, tujuan,

ciri-ciri, dan perbedaan KTSP dengan

kurikulum sebelumnya.

Tabel Pengetahuan Guru tentang

Pengertian KTSP Pengetahuan tentang

Pengertian KTSPJumlah %

Kurang

Cukup

Baik

Sangat Baik

2

8

4

0

14,2

57,1

28,6

0,0

Jumlah 14 100

Tabel Pengetahuan Guru tentang Tujuan

KTSP Pengetahuan tentang

Tujuan KTSPJumlah %

Kurang

Cukup

Baik

Sangat Baik

3

9

3

0

21,4

64,3

14,2

0,0

Jumlah 14 100

Tabel Pengetahuan Guru tentang Ciri-ciri

KTSP Pengetahuan tentang

Ciri-Ciri KTSPJumlah %

Kurang

Cukup

Baik

Sangat Baik

4

7

2

1

28,6

50,0

14,3

7,1

Jumlah 14 100

Tabel Pengetahuan Guru tentang

Perbedaan KTSP dengan Kurikulum

Sebelumnya Pengetahuan tentang Jumlah %

Perbedaan KTSP

Kurang

Cukup

Baik

Sangat Baik

4

9

1

0

28,6

64,3

7,1

0,0

Jumlah 14 100

Keempat tabel di atas menunjukkan

dari responden yang ada sebagian besar

berpengetahuan cukup tentang Kurikulum

Tingkat Satuan Pendididikan (KTSP). Hal

ini menunjukkan perlunya upaya memberi

kesempatan untuk mendalami KTSP. Jika

perlu diberi fasilitas untuk kepentingan

tersebut.

Aplikasi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Penerapan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) oleh Guru

dalam proses belajar-mengajar

diaplikasikan dalam wujud Silabus dan

selanjutnya diejawantahkan dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

oleh sebab itu RPP merupakan “garda

terdepan” pelaksanaan KTSP dalam proses

belajar-mengajar. Berdasarkan pemahaman

tersebut maka secara garis besar hasil

penelitian ini akan dideskripsikan

(dipaparkan dan diuraikan) penerapan RPP

tersebut.

Tabel Penerapan RPP sebagai ejawantah

dari KTSP Penerapan RPP Jumlah %

Tidak Tepat

Kurang Tepat

1

2

7,1

14,3

59

Page 60: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Tepat

Sangat Tepat

10

1

71,5

7,1

Jumlah 14 100

Tabel di atas menunjukkan hasil kerja guru

dalam membuat dan menerapkan RPP

sebagai ejawantah dari KTSP. Terlihat

sebagian besar sudah tepat dalam

penerapan Rencana Pelaksanaan Pem-

belajaran. Pembahasan secara detail

tentang penerapan tersebut sebagaimana

uraian di bawah ini.

1. Menerapkan Penulisan Identitas Mata

Pelajaran

Penulisan identitas mata pelajaran

mencakup: a). Penulisan satuan

pendidikan, kelas, b) kelas/tingkat, c)

semester, d) nama mata pelajaran, jumlah

pertemuan ke....Guru SD NU Rejodadi

dapat menerapkannya dengan baik dan

benar karena berdasarkan buku panduan

dan silabus yang sudah ada.

2. Penulisan Kompetensi Dasar (KD) dan

SK (standar Kompetensi).

Kedua penulisan tersebut juga dapat

dijabarkan dengan baik oleh guru

berdasarkan buku panduan dan silabus

yang sudah ada.

3. Penulisan Indikator Pencapaian

Kompetensi.

Guru SD NU dapat memilih kata kerja

yang operasional dalam penulisan

Indikator Pencapaian Kompetensi. Contoh

dari indikator pencapaian kompetensi yang

ditulis oleh guru: memahami dan

menghitung penjumlahan angka desimal,

memahami dan menyebutkan ciri-ciri

mahluk hidup.

4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Guru SD NU Rejodadi dapat

menuliskannya dengan benar. Hal ini

didasarkan pada penulisan mereka yang

merumuskan pencapaian kompetensi

dengan menggunakan kata kerja

operasional (yang dapat diamati dan

diukur). Misalnya, siswa dapat membaca

dengan baik, siswa mampu menulis bentuk

karangan dengan baik. Siswa mampu

menyusun angka bilangan dari bilangan

terkecil ke bilangan terbesar dengan baik.

5. Merumuskan Materi Pokok

Pembelajaran

Para Guru SD NU Rejodadi sudah

dapat merinci materi pokok pembelajaran

yang berisikan fakta, konsep, prinsip,

prosedur yang dipilih yang relevan. Rujuan

materi pokok pembelajaran yang ada,

mereka rujuk dari buku materi yang

mereka pergunakan.

6. Metode Pembelajaran

Dalam menggunaan metode

pembelajaran di kelas, Guru di SD NU

Rejodadi kebanyakan menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab. Guru

kurang menggembangkan metode-metode

yang lain. Hal ini mengakibatkan

pembelajaran di kelas “monoton”

(menjemuhkan) hanya menggunakan

kedua metode tesebut.

Semestinya guru bisa menggunakan

metode-metode yang lain. Hal ini dirasa

perlu karena sejatinya pembelajaran yang

berlandaskan pada KTSP diharapkan guru

60

Page 61: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

mampu menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan dan mengasikkan sehingga

pembelajaran di kelas lebih menarik.

Contoh metode lain yang mungkin bisa

dipergunakan, metode sosiodrama

(bermain peran), metode karyawisata,

metode demonstrasi (eksperimen) dan lain-

lain.

7. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

a. Kegiatan awal

1) sebagian guru sudah dapat

membangkitkan motivasi siswa

dalam pembelajaran, akan tetapi

sebagian lagi guru masih belum

bisa memberikan motivasi dan

membangkitkan perhatian siswa

agar terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Contoh : guru

membuka pelajaran dengan

langsung menyebutkan materi

sekarang, tanpa adanya

“pancingan” kemarin kita sudah

membahas materi tentang apa? /

masih ingat tentang materi

kemarin....

2) Sebagian guru belum mampu

menyampaikan materi awal yang

dikaitkan dengan relevansinya

dengan kehidupan sehari-hari.

Contoh : guru langsung membuka

pelajaran dengan berkata “buka

halaman.....” dilanjutkan dengan

pemberian materi dengan metode

ceramah.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini Guru SD NU

Rejodadi belum mampu

mengembangkan pembelajaran secara

optimal. Artinya, pada kegiatan ini

guru diharapkan mampu menyuguhkan

pemberian materi dan struktur

pembelajaran, dan pengaktivan kerja

siswa, akan tetapi pada aplikasinya

guru hanya memberikan materi dengan

model metode ceramah dan tanya

jawab, dan tugas-tugas yang diberikan

pada siswa hanya berdasarkan pada

soal buku teks saja tanpa adanya

kekreativan dan pengembangan dari

guru.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan ini, Guru SD NU

Rejodadi belum dapat merangkum

materi pembelajaran yang sudah

diberikan, akan tetapi dari segi

penilaian dan tindak lanjut bentuk

pembelajaran remedial, penugasan

sudah dilakukan oleh guru dengan cara

memberikan tugas kelompok atau

individu.

8. Penentuan Media / Alat dan Sumber

Belajar

Dalam bentuk media pembelajaran

guru belum dapat mengoptimalkan

penerapan media kreatif yang menunjang

pembelajaran di kelas. Media yang ada

papan tulis, guru mestinya berani

menggunakan media penunjang bisa

menggunakan media gambar, televisi,

ataupun media kretif buatan guru sendiri.

Dalam segi sumber belajar, guru pun

terfokus hanya pada buku teks ataupun

LKS (Lembar Kerja Siswa) saja, semes-

tinya guru dapat menggunakan referensi

61

Page 62: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

lain, atau pun nara sumber yang menarik

yang relevan dengan SK (Standart Kompe-

tensi dan Kompetensi Dasar) yang ada.

9. Menentukan Prosedur Penilaian

Dalam menentuan prosedur penilaian,

kesemuanya guru yang ada dapat menerap-

kannya dengan baik, yaitu dengan cara

menyusun instrumen penilaian sesuai

dengan indikator pencapaian kompetensi

dasar.

Kendala-kendala dalam penerapan

KTSP di SD NU Rejodadi Campurejo

Panceng Gresik

Kendala-kendala penerapan KTSP

dalam proses belajar-mengajar di SD NU

di antaranya :

1. Kreativitas Guru

Guru kurang mampu mengembangkan

kreativitasnya dalam memilih menggu-

nakan jenis-jenis metode yang menarik,

belum mampu menyuguhkan media

pembelajaran yang menarik bagi siswa

(media yang dipergunakan adalah buatan

guru sendiri).

2. Kesiapan Guru

Semestinya guru mampu mempersiap-

kan materi, media, ataupun hal-hal lain

yang diperlukan pada proses pembelajaran

yang akan dilaksanakan besok harinya.

Kebanyakan guru tidak dapat meluangkan

waktu guna mempersiapkan segala hal

yang besok akan dilakukan pada proses

pembelajaran di kelas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengetahuan guru tentang pengertia

KTSP, tujuan, ciri-ciri dan perbedaan

KTSP dengan kurikulum sebelumya

sebagiab besar cukup.

2. Sebagian besar guru dapat menerapkan

dengan tepat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sebagai ejawantah

dari KTSP meliputi, penerapan penu-

lisan identitas mata pelajaran, penulis-

an kompetensi dasar (KD) dan SK

(standar kompetensi), penulisan indika-

tor pencapaian kompetensi, perumusan

tujuan pembelajaran, perumusan materi

pokok pembelajaran, penggunaan me-

tode pembelajaran, pelaksanaan kegiat-

an pembelajaran, penentuan media /

alat dan sumber belajar, dan penentuan

prosedur penilaian.

3. Kendala yang dihadapi adalah

kurangnya kesiapan dan kreafifitas

para guru.

Saran

1. Bagi sekolah dan pihak terkait dapat

mewujudkan upaya memberi

kesempatan untuk mendalami KTSP

dan jika perlu diberi fasilitas untuk

kepentingan tersebut.

2. Hendaknya guru menggunakan metode

yang lebih kreatif agar proses

pembelajaran lebih menarik dan

menciptakan kreatifitas dan kese-

nangan belajar siswa.

3. Bagi guru hendaknya pembelajaran

tidak hanya menggunakan materi dari

62

Page 63: Jurnal lengkap

Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

buku teks bacaan dan LKS saja,

melainkan

4. Guru hendaknya selalu menyiapkan

hal-hal yang akan dilakukan dalam

proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas Dirjen Manpendasmen

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-

Kanak dan Sekolah Dasar. 2006.

Pedoman Penyusunan Kwikuium

Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah

Dasar. Depdiknas

Djamarah, Syaifu Bahri.l991. Prestasi

Belajar dan Kompetenst Guru.

Surabaya: Usaha Nasional

Pure ban, Arief. 1982. Pengantar

Penelitiun Dalam Pendidikan.

Surabaya: Usaha Nasional

Hadi, Sutrisno, 1987. Metodology

Research 1. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi UGM

Hasan, Chalijah. 1994. Dimensi-Dimensi

Psikologi Pendidikan. Surabaya ; Al-

Ikhlas

Hadjar, lbnu. 1996. Dasar-Dasar

Metodogi Penelitian Kwantitatif

Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Hasibuan. J.J dan Moedjiono. 1985. Proses

Belajar-Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Indrakusuma, Ainier Daien. 1973.

Pengantar Ilmu Pendidikan.

Surabaya: Usaha Nasional

Purwanto, M. Ngalim. 1987. Psikohgi

Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi

Belajar-Mengajar. Jakarta: CV.

Rajawali

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya.Jakarta:

Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar

Proses Belajar-Mengajar. Bandung:

Sinar Baru Algensindo Offset

Syarief, Hamid. 1996. Pengembangan

Kurikulum. Surabaya: PT. Bina llmu

Suryo Subroto. 2002. Proses Belajar-

Mengajar di Sekolah. Jakarta: Bina

Ilmu.

63