laporan lengkap
DESCRIPTION
FarmasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Larutan adalah campuran yang homogen (mempunyai bagian yang sama),
dimana air adalah pelarut universal, dan masing-masing zat memiliki tingkat
kelarutan yang tinggi berdasarkan sifat, bentuk serta ukuran dari benda tersebut.
Dalam pembuatan larutan ada yang namanya pelarut dan zat terlarut. Zat terlarut
adalah yang jumlahnya lebih sedikit dan zat pelarut yang jumlahnya lebih banyak.
Pelarut yang biasanya dipakai adalah air dan di antara keduanya pelarut dan
terlarut memiliki sifat yang berbeda. Pembuatan larutan adalah proses
menghomogenkan air yang satu dengan zat yang lainnya dalam bentuk cairan/
fluida dimana terdapat pelarut dan zat terlarut (Rahayu, 2009:97).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada banyaknya
partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat
terlarut. Ada empat macam sifat yang berhubungan dengan sifat koligatif. Yaitu
penurunan tekanan uap (∆P), penurunan titik beku (∆Tf), kenaikan titik didih
(∆Tb) dan tekanan osmotik (π) (Chang, 2003:19).
Jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dapat dinyatakan dengan
konsentrasi larutan. Konsentrasi menyatakan komposisi secara kuantitatif.
Perbandingan zat terlarut dengan pelarut. Beberapa cara untuk menyatakan
komposisi tersebut secara kuantitatif antara lain adalah molalitas, molaritas dan
fraksi mol. Ketiganya akan menjadi menjadi dasar untuk mempelajari sifat
koligatif larutan (Keenan, 1992:17).
Hubungan farmasi dengan sifat koligatif larutan sangat erat kaitannya,
misalnya pada infus. Karena mempertimbangkan tekanan infus konsep ini penting
dalam penggantian cairan tubuh atau bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan
melalui pembuluh darah.
Oleh karena pemanfaatannya yang begitu penting, maka dilakukan
percobaan ini. Maka dari itu diharapkan dapat mengetahui dan memahami sifat
koligatif larutan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami sifat koligatif larutan dari suatu
sampel dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan konstanta titik beku dengan mengamati penentuan titik
beku (∆Tf) dari sampel (Asam Benzoat dan Asam Stearat).
b. Menentukan tonisitas pada sel dari suatu sampel (Wortel, daun
bawang, daun seledri dan darah ayam).
I.3. Prinsip Percobaan
Penentuan pengaruh tonisitas pada sampel (wortel, daun bawang, daun
seledri, serta darah ayam) menggunakan aquadest, NaCl 0,89%, NaCl 3% dan
glukosa 0,1 M yang diamati di bawah mikroskop dan dengan mata telanjang.
Serta penentuan titik beku dan perolehan konstanta titik beku dengan
menggunakan asam stearat dan asam benzoat yang dileburkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Ada beberapa sifat penting larutan yang bergantung pada banyaknya
partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat
tertentu. Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan atau sifat kolektif, sebab sifat
ini memiliki sumber yang sama. Dengan kata lain, semua sifat tersebut
bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang ada, baik partikel atau ion
yang ada (Chang, 2005:37).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terbentuk tapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut) banyaknya partikel dalam larutan tersendiri.
Jumlah partikel dalam larutan elektrolit lebih sedikit dibandingkan larutan non-
elektrolit, walaupun konsentrasinya sama. Hal ini disebabkan larutan non-
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas larutan non-elektrolit dan larutan elektrolit (Sunarty, 2009:16).
Terdapat empat sifat koligatif larutan yang penting, yang berubah/berbeda
dari pelarut murni yang berubah secara murni dengan perbandingan lurus dengan
banyaknya partikel zat terlarut yaitu :
1. Penurunan Tekanan Uap
Apabila suatu zat cair (sebenarnya juga untuk zat padat) dimasukkan ke
dalam suatu ruangan tertutup maka zat itu akan menguap sampai ruangan itu
jenuh. Pada keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair
dengan uap jenuhnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut
tekanan uap jenuh. Besarnya tekanan uap jenuh bergantung pada jenis zat dan
suhu zat yang memiliki zat tarik menarik antara partikel relatife kecil. Contohnya:
garam, gula, gliserol sebaliknya zat yang memiliki gaya tarik-menarik antara
partikel relatife besar, zat seperti ini dikatakan mudah menguap (Sumardjo,
2008:88).
∆P = XB . Po P = XA . Po XA = 1 - XB
Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan uap larutan jenuh dapat
dituliskan secara matematis berikut:
∆P = Po – P
Keterangan:
∆P = Penurunan tekanan uap
Po = Tekanan uap pelarut murni
P = Tekanan uap jenuh larutan (Sukmanawati, 2009:9).
2. Kenaikan Titik Didih
Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu
sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan).
Apabila Selisih antara titik didih suatu larutan dengan titik didih pelarut disebut
kenaikan titik didih larutan (∆Tb).
∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut murni (Hernanto, 2009:7).
Selisih temperatur titik beku larutan dengan titik beku pelarut murni
disebut penurunan titik beku (∆Tf)
∆Tf = Tf pelarut murni – Tf larutan (Hernanto, 2009:7).
Tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung menuju fase gas.
Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung padaa tekanan luar (Tim
Dosen Kimia UNHAS, 2008:7).
3. Tekanan Osmotik
Osmosis adalah proses perpindahan larutan yang memiliki konsentrasi
rendah melalui membran semipermeabel menuju larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi (Sunarya, 2009:15).
Tekanan yang diterapkan untuk menghasilkan proses osmosis dari larutan
encer atau pelarut murni ke dalam larutan yang lebih pekat dinamakan tekanan
osmotik larutan. Dibandingkan dengan π. Tekanan osmotik larutan berbanding
lurus dengan konsentrasi molar zat. Dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai
berikut :
π = M atau π = kM.
Keterangan:
k = Tekanan konsentrasi yang bergantung pada suhu
Oleh karena kemolaran memiliki satuan mol per liter larutan maka tekanan
osmotik larutan dapat dinyatakan sebagai berikut :
π = M.R.T atau π = nV
RT.
Keterangan:
π = Tekanan Osmotik
M = Molaritas larutan
R = Larutan gas (0,082 L atm mol-1 K-1)
T = Suhu (K) (Sunarya, 2009:16).
4. Penurunan Titik Beku
Adapun titik beku dari suatu larutan adalah suhu pada saat tekanan uap
cairan (larutan) itu sama dengan tekanan uap pelarut (Kasim, 2008:75).
Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih.
Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murni.makin tinggi konsentrasi zat terlarut makin rendah titik beku larutan.
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan
titik beku larutan ( ΔTf = freezing point) (Kasim, 2009:75).
ΔTf = Titik beku pelarut – titik beku larutan
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti
berikut.
ΔTf = m x Kf
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (Kasim, 2008:75).
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan
(Keenan, 1992:17).
a. Molalitas (m)
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000
gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:
n = Massa
Mrx
1000P
Keterangan:
m = molalitas larutan (mol/kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g/mol)
P = jumlah massa zat (kg) (Hernanto, 2009:10).
b. Fraksi Mol
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen
larutannya dinyatakan berdasarkan mol. Fraksi mol komponen i, dilambangkan
dengan xi adalah jumlah mol komponen i dibagi dengan jumlah mol semua
komponen dalam larutan. Fraksi mol j adalah xj dan seterusnya. Jumlah fraksi mol
dari semua komponen adalah 1. Persamaannya dapat ditulis dengan:
xi = ¿
¿+nj (Hernanto,
2009:10).
II.2. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling.
Rumus molekul : H2O
Rumus molekul : O
H H
Berat molekul : 18,02
Titik didih : 100oC
Titik beku : 0oC
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Asam Benzoat (Dirjen POM, 1979:49)
Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM
Nama lain : Asam Benzoat.
Rumus molekul : C7H6O2
Rumus struktur : COOH
Berat molekul : 122,12
Titik lebur : 249°C
Pemerian : Hablur heksa hedral tidak berwarn/serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 350 bagian air dalam 3 bagian
etanol 95 % dan 8 bagian kloform dan dalam 3
bagian eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Asam Stearat (Dirjen POM, 1979:57)
Nama resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama lain : Asam Stearat
Berat molekul : 284,47
Rumus molekul : C18H36O2
Titik Lebur : 54oC
Pemerian : Zat padat keras, mengkilat, menunjukkan
susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip
lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 2
bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian
kloroform P dan 3 bagian eter P.
Kegunaan : Sebagai sampel
4. Glukosa (Dirjen POM, 1979:268)
Nama resmi : GLUCOSUM
Nama lain : Glukosa
Rumus molekul : C6H12O6
Berat molekul : 198,17
Rumus struktur :
Titik lebur : 160oC
Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam mendidih, sukar larut dalam etanol
(95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat terlarut dalam percobaan tonisitas
sel.
5. NaCl (Dirjen POM, 1979:403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium klorida, garam dapur.
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58,114
Rumus struktur : Na-Cl
Pemerian : Hablur heksahedial tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, putih tidak berbau, rasa asin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat terlarut dalam percobaan tonisitas
sel.
6. Daun Bawang (Tjitrosoepomo, 2005:65)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub class : Diapitalae
Ordo : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa
7. Daun Seledri (Tjitrosoepomo, 2005:17)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub class : Dipetalae
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
8. Wortel (Tjitrosoepomo, 2005:66)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub class : Apitalae
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota
9. Darah Ayam
a. Plasma darah mengandung
1) Serum darah
2) Protein darah
b. Bagian padat (corpustas)
1) Sel darah merah (Eritrosit)
2) Keping darah (Trombosit)
3) Sel darah putih (Leukosit)
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
Alat yang digunakan adalah alu, batang pengaduk, benang
jahit, dek glass, gelas kimia, kaki tiga, kaki tiga, kamera digital,
kawat kasa, klem, lumpang, mikroskop, neraca analitik, objek
glass, pembakar spiritus, penjepit, pipa kapiler, pipet tetes, silet,
tabung reaksi, termometer.
III.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, asam benzoat,
asam stearat, darah ayam, daun bawang (Folium cepa), daun seledri
(Folium graveolens), glukosa 0,1 M dan 0,5 M, kertas puyer,
korek api, NaCl 30 % dan 0,89 %, dan wortel.
III.2. Cara Kerja
III.2.1. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel
a. Disediakan alat dan bahan yang digunakan.
b. Diberi label pada masing-masing tabung reaksi yang digunakan
sesuai dengan larutan dan sampel yang akan dimasukkan.
c. Dimasukkan setiap sampel ke dalam aquadest, NaCl 0,3 %,
NaCl 0,89 %, glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M.
d. Diamati tiap sampel dengan mata telanjang.
e. Didiamkan selama 100 menit dalam masing-masing larutan,
kemudian diamati tiap sampel dengan mikroskop dengan
perbesaran 4x dan 10x.
f. Dicatat hasil pengamatan.
III.2.2. Penurunan Titik Beku
a. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dileburkan 3 gr asam stearat lalu dicampurkan dengan asam
benzoat 0,6 gr sampai campuran ke duanya homogen.
c. Ditunggu sampai dingin dan berbentuk padatan.
d. Digerus padatan yang dihasilkan oleh campuran asam stearat
dan asam benzoat menggunakan lumpang dan alu.
e. Ditotol-totolkan satu pipa kapiler pada asam stearat dan satu
pipa kapiler pada campuran asam stearat dan asam benzoat.
f. Diikat termometer dangan pipa kapiler menggunakan benang
jahit.
g. Dimasukkan termometer ke dalam gelas kimia berisi air.
h. Dipanaskan gelas kimia lalu amati hingga muncul gelembung
pertama pada pipa kapiler.
i. Dicatat hasil pengamatan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. Tabel Pengamatan
IV.1.1. Penurunan Titik Beku
No Sampel Suhu (oC)1 Asam Stearat 562 Asam Stearat dan Asam Benzoat 51
IV.1.2. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel
No Sampel LarutanData Hasil Pengamatan
KeteranganSebelum direndam
Sesudah direndam
1 Wortel Aquadest Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya aquadest Hipertonik terhadap wortel
Glukosa 0,1 M Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,1 M Hipertonik terhadap wortel
Glukosa 0,5 M Sel-sel mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,5 M Hipertonik terhadap wortel
NaCl 0.89 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 0.89 % hipotonik terhadap wortel.
NaCl 3 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 3 % hipotonik terhadap wortel.
2 Daun seledri
Aquadest Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya aquadest Hipertonik terhadap daun seledri.
Glukosa 0,1 M Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,1 M Hipertonik terhadap daun seledri.
NaCl 0,89 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 0.89 % hipotonik terhadap daun seledri.
NaCl 3 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 3 % hipotonik terhadap daun seledri
3 Daun bawang
Aquadest Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya aquadest Hipertonik terhadap daun bawang.
Glukosa 0.1 M Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,1 M Hipertonik terhadap daun bawang.
NaCl 0,89 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 0.89 % hipotonik terhadap daun bawang.
NaCl 3 % Sel-sel mengembung. Artinya NaCl 3% hipotonik terhadap daun bawang
4 Darah ayam
Murni Sel-selnya tidak mengkerut dan mengembung, artinya selnya isotonik.
IV.2. Perhitungan
Dik : Tf Asam Stearat = 56oC
Tf Asam Stearat + Asam Benzoat =51oC
Massa Asam Benzoat = 0,6 gram
Massa Asam Stearat = 3 gram
Mr Asam Benzoat = 122 gr/mol
Dit : Kf = …….. ?
Peny : ∆Tf = Kf . M
T0 - T1 = Kf. grMr
+ 1000
P
Kf = ¿ – T 1
grMr
x1000
P
Kf = Tf Asam Stearat−Tf (Asam Benzoat + Asamstearat )
gr AsamBenzoatMr Asam Benzoat
x1000
gr Asam Stearat
= 56 °C−51 °C0,6 gr
122 gr /molx
10003gr
= 5° C600366
= 18306000
Kf = 3,05oC gr/mol
BAB V
PEMBAHASAN
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terbentuk tapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut) banyaknya partikel dalam larutan tersendiri.
Jumlah partikel dalam larutan elektrolit lebih sedikit dibandingkan larutan non-
elektrolit, walaupun konsentrasinya sama. Hal ini disebabkan larutan non-
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas larutan non-elektrolit dan larutan elektrolit (Sunarty, 2009:16).
Pada percobaan tonisitas krenasi sel akibat dari perendaman sampel pada
glukosa krenasi adalah konsentrasi/pembentukan nokta tidak normal di sekitar
pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik. Lingkungan
hipertonik menyebabkan air keluar dari sel. Volume sitoplasmanya berkurang,
sebagai akibatnya sel menjadi mengkerut. Hipertonik merupakan larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi terhadap yang lain, sehingga air banyak
bergerak keluar sel. Hipotonik merupakan larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih rendah daripada yang lain, sehingga air bergerak masuk ke dalam sel.
Sedangkan isotonik adalah larutan dengan tekanan osmotik yang sama, kemudian
terjadi pula hemolisis yaitu dimana sel mengalami penggembungan dan apabila
membran tidak kuat menahan tekanan dalam sel maka sel akan pecah.
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu: batang pengaduk yang
berfungsi sebagai pengaduk larutan yang akan digunakan, benang wol yang
berfungsi untuk mengikat pipa kapiler dengan termometer, gelas kimia yang
berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan larutan yang akan digunakan, kaki
tiga yang berfungsi sebagai penumpu bagi gelas kimia pada saat pemanasan
dengan pembakar spiritus, kawat kasa yang berfungsi sebagai alas (dudukan) bagi
gelas kimia pada saat pemanasan sampel, kertas puyer yang berfungsi sebagai
tempat menaruh hasil penggerusan antara asam benzoat dan asam stearat, statif
dan klem yang berfungsi untuk menggantung termometer dalam percobaan titik
beku larutan, korek api yang berfungsi untuk menyalakan pembakar spiritus,
neraca analitik yang berfungsi untuk menimbang sampel yang di uji cobakan, pipa
kapiler yang berfungsi untuk mentotol-totolkan hasil penggerusan asam benzoat
dan asam stearat, silet yang berfungsi untuk mengiris sampel pada percobaan
tonisitas sel, termometer yang berfungsi untuk mengukur suhu, pembakar spiritus
yang berfungsi untuk memanaskan campuran antara asam benzoat dan asam
stearat, cawan porselin yang berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan sampel
yang akan direndam, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil larutan yang
nantinya diletakkan di cawan porselin, mikroskop yang berfungsi untuk
mengamati bentuk sel dari tumbuhan dan hewan, objek glass yang berfungsi
untuk meletakkan sampel untuk nantinya diamati, dek glass yang berfungsi untuk
menutup sampel yang ada di objek glass. Kemudian bahan-bahan yang digunakan
yaitu: Aquadest yang berfungsi sebagai larutan yang digunakan dalam
perendaman sampel pada percobaan tonisitas sel, asam stearat 0,6 gram yang
berfungsi sebagai sampel dalam percobaan penurunan titik beku, asam benzoat 3
gram yang berfungsi sebagai sampel dalam percobaan penurunan titik beku, darah
ayam yang berfungsi sebagai sampel dalam percobaan tonisitas sel, daun seledri
yang berfungsi sebagai sampel dalam percobaan tonisitas sel, daun bawang yang
berfungsi sebagai sampel dalam percobaan tonisitas sel, glukosa 0,1 M yang
berfungsi sebagai larutan yang digunakan dalam perendaman sampel pada
percobaan tonisitas sel, NaCl 0,89 % dan 3 % yang berfungsi sebagai larutan yang
digunakan dalam perendaman sampel dalam percobaan tonisitas sel.
Adapun cara kerja pada percobaan pengaruh tonisitas terhadap sel diawali
dengan menyiapkan alat dan bahan, kemudian dilanjutkan dengan mengamati
wortel, daun seledri, daun bawang dan darah ayam segar. Secara bergantian
diamati di bawah mikroskop kemudian diambil gambarnya. Kemudian disiapkan
cawan poselin sebagai wadah larutan glukosa 0,1 M, NaCl 0,89 %, NaCl 3 % dan
aquadest. Kemudian sampel (wortel, daun bawang dan daun seledri) diiris tipis-
tipis lalu direndam selama 10 menit kepada larutan yang telah disiapkan. Lalu
diambil kembali sampel yang telah direndam diamati di bawah mikroskop.
Sedangkan pada percobaan penurunan titik beku, yaitu ditimbang 3 gram
asam stearat dan dimasukkan ke dalam cawan porselin dan 0,6 gram asam benzoat
ditimbang menggunakan neraca analitik, lalu diletakkan asam stearat ke dalam
cawan porselin lalu dipanaskan di atas api pembakar spiritus hingga meleleh, dan
dihomogenkan keduanya. Lalu didinginkan hingga sampelnya memadat,
kemudian digerus menggunakan lumpang dan alu. Kemudian diambil pipa kapiler
yang diikat dengan bagian bawah termometer dengan benang. Lalu digantung
pada penjepit statif dan klem menyentuh gelas kimia berisi aquadest. Kemudian
panaskan sampel hingga melebur di atas pembakar spiritus dan ditandai dengan
terbentuknya gelembung pada pipa kapiler 1 dengan pipa kapiler 2 dengan
perlakuan sama.
Adapun alasan perlakuan pada percobaan ini adalah perrcobaan tonisitas
yaitu sampel direndam selama ± 10 menit karena 10 menit adalah waktu yang
cukup efektif untuk mengamati perubahan bentuk sel dari sampel dan sampel
diiris tipis agar mudah mendapatkan selnya untuk diamati di bawah mikroskop.
Kemudian untuk percobaan penurunan titik beku, pipa kapiler dipanaskan
ujungnya agar tekanan uap yang terdapat pada pipa kapiler sama, dan unjung pipa
kapiler harus sama dengan termometer agar panasnya merata dan mudah untuk
diketahui suhunya.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada saat percobaan ini adalah
penimbangan sampel yang tidak pas dan darah yang digunakan agak membeku
sehingga susah untuk diamati di bawah mikroskop.
Dalam percobaan, diperoleh hasil yaitu untuk percobaan pengaruh
tonisitas sel adalah sampel seledri ketika dimasukkan dalam larutan aquadest,
glukosa 0,1 M dan glukosa 0,5 M mengalami keadaan hipertonik yang dicirikan
dengan menggembungnya sel setelah diamati pada mikroskop, sementara untuk
NaCl 0,89% dan 0,3% sel hipotonik, hal yang sama dialami oleh daun bawang
dan wortel. Darah isotonik pada larutan NaCl 0,89%.
Sel daun bawang, seledri dan wortel hipertonik pada aquadest, glukosa 0,1
M, dan glukosa 0,5 M karena konsentrasi pada pelarut-pelarut tersebut lebih
tinggi daripada konsentrasi dalam sel dari daun bawang, seledri, dan wortel.
Sementara ketiga sel ini hipotonik pada larutan NaCl 0,89% dan 0,3% disebabkan
karena konsentrasi pelarut-pelarut tersebut lebih rendah dari konsentrasi larutan
dalam sel daun bawang, seledri, dan wortel. Darah yang isotonik pada larutan
NaCl 0,89% disebabkan karena konsentrasi pelarut dan konsentrasi dalam darah
sama.
Adapun hasil percobaan yang diperoleh dari percobaan penurunan titik
beku adalah diperoleh titik leleh asam stearat ialah 56oC dan titik leleh asam
stearat dan asam benzoat yaitu 51oC. Sedangkan berdasarkan literatur, titik leleh
asam benzoat 69,9oC dan titik leleh asam benzoat dan asam stearat 127-123oC.
Nilai konstanta titik beku diperoleh 3,05oC.
Hubungan percobaan sifat koligatif larutan dengan farmasi yaitu untuk
menentukan jumlah zat yang diperlukan untuk pembuatan obat, menentukan
keadaan suhu dimana obat dapat bertahan dan mengetahui kerja obat serta
keadaanya di dalam tekanan cairan tubuh.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh, seluruh sampel (wortel,
daun bawang, daun seledri dan darah ayam segar) yang dimasukkan
kedalam aquadest mengalami hipertonis, pada larutan NaCl 0,89% sampel
bersifat hipotonis kecuali darah yang mengalami keadaan isotonis, pada
larutan 0,3% sampel bersifat hipotonis. Sementara pada larutan glukosa
0,1 M dan glukosa 0,5 M seluruh sampel bersifat hipertonis.
Sedangkan pada percobaan penurunan titik beku dengan campuran
asam stearat dan asam benzoat memiliki penurunan titik beku yaitu 3,05oC
gr/mol dan titik lebur asam stearat + asam benzoat yaitu 51oC.
VI.2. Saran
VI.2.1. Percobaan
Saran saya terhadap laboratorium yaitu, untuk lebih
melengkapi alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum.
VI.2.2 Asisten
Saran saya kepada para asisten yaitu, jangan meninggalkan
praktikan pada saat melakukan praktikum karena praktikan akan
kebingungan jika tidak ada asisten yang mendampingi.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga
Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DepKes RI
Estien, Yazid. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip – prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralp Suminar. 1985. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Sunarya, Ikhsanuddin, Masrun. 2007. Sifat Koligatif Larutan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Lampiran:
SKEMA KERJA
A. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel
Worte Daun Bawang Daun Seledri Darah Ayam
B. Penurunan Titik Beku
Diiris tipis
Diamati di bawah mikroskop(diambil gambarnya)
Diamati di bawah mikroskop(diambil gambarnya)
Asam stearat
Asam Benzoat
Dicampu
Dilebur
Didinginkan