laporan lengkap

34
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Larutan adalah campuran yang homogen (mempunyai bagian yang sama), dimana air adalah pelarut universal, dan masing-masing zat memiliki tingkat kelarutan yang tinggi berdasarkan sifat, bentuk serta ukuran dari benda tersebut. Dalam pembuatan larutan ada yang namanya pelarut dan zat terlarut. Zat terlarut adalah yang jumlahnya lebih sedikit dan zat pelarut yang jumlahnya lebih banyak. Pelarut yang biasanya dipakai adalah air dan di antara keduanya pelarut dan terlarut memiliki sifat yang berbeda. Pembuatan larutan adalah proses menghomogenkan air yang satu dengan zat yang lainnya dalam bentuk cairan/ fluida dimana terdapat pelarut dan zat terlarut (Rahayu, 2009:97). Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Ada empat macam sifat yang berhubungan dengan sifat koligatif. Yaitu penurunan tekanan uap (∆P), penurunan titik beku (∆T f ), kenaikan titik didih (∆T b ) dan tekanan osmotik (π) (Chang, 2003:19). Jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dapat dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Konsentrasi

Upload: armansyah-abd

Post on 29-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Larutan adalah campuran yang homogen (mempunyai bagian yang sama),

dimana air adalah pelarut universal, dan masing-masing zat memiliki tingkat

kelarutan yang tinggi berdasarkan sifat, bentuk serta ukuran dari benda tersebut.

Dalam pembuatan larutan ada yang namanya pelarut dan zat terlarut. Zat terlarut

adalah yang jumlahnya lebih sedikit dan zat pelarut yang jumlahnya lebih banyak.

Pelarut yang biasanya dipakai adalah air dan di antara keduanya pelarut dan

terlarut memiliki sifat yang berbeda. Pembuatan larutan adalah proses

menghomogenkan air yang satu dengan zat yang lainnya dalam bentuk cairan/

fluida dimana terdapat pelarut dan zat terlarut (Rahayu, 2009:97).

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada banyaknya

partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat

terlarut. Ada empat macam sifat yang berhubungan dengan sifat koligatif. Yaitu

penurunan tekanan uap (∆P), penurunan titik beku (∆Tf), kenaikan titik didih

(∆Tb) dan tekanan osmotik (π) (Chang, 2003:19).

Jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dapat dinyatakan dengan

konsentrasi larutan. Konsentrasi menyatakan komposisi secara kuantitatif.

Perbandingan zat terlarut dengan pelarut. Beberapa cara untuk menyatakan

komposisi tersebut secara kuantitatif antara lain adalah molalitas, molaritas dan

fraksi mol. Ketiganya akan menjadi menjadi dasar untuk mempelajari sifat

koligatif larutan (Keenan, 1992:17).

Hubungan farmasi dengan sifat koligatif larutan sangat erat kaitannya,

misalnya pada infus. Karena mempertimbangkan tekanan infus konsep ini penting

dalam penggantian cairan tubuh atau bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan

melalui pembuluh darah.

Oleh karena pemanfaatannya yang begitu penting, maka dilakukan

percobaan ini. Maka dari itu diharapkan dapat mengetahui dan memahami sifat

koligatif larutan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Page 2: Laporan Lengkap

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami sifat koligatif larutan dari suatu

sampel dengan menggunakan metode tertentu.

I.2.1. Tujuan Percobaan

a. Menentukan konstanta titik beku dengan mengamati penentuan titik

beku (∆Tf) dari sampel (Asam Benzoat dan Asam Stearat).

b. Menentukan tonisitas pada sel dari suatu sampel (Wortel, daun

bawang, daun seledri dan darah ayam).

I.3. Prinsip Percobaan

Penentuan pengaruh tonisitas pada sampel (wortel, daun bawang, daun

seledri, serta darah ayam) menggunakan aquadest, NaCl 0,89%, NaCl 3% dan

glukosa 0,1 M yang diamati di bawah mikroskop dan dengan mata telanjang.

Serta penentuan titik beku dan perolehan konstanta titik beku dengan

menggunakan asam stearat dan asam benzoat yang dileburkan.

Page 3: Laporan Lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum

Ada beberapa sifat penting larutan yang bergantung pada banyaknya

partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat

tertentu. Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan atau sifat kolektif, sebab sifat

ini memiliki sumber yang sama. Dengan kata lain, semua sifat tersebut

bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang ada, baik partikel atau ion

yang ada (Chang, 2005:37).

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada

macamnya zat terbentuk tapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat

terlarut (konsentrasi zat terlarut) banyaknya partikel dalam larutan tersendiri.

Jumlah partikel dalam larutan elektrolit lebih sedikit dibandingkan larutan non-

elektrolit, walaupun konsentrasinya sama. Hal ini disebabkan larutan non-

elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan

dibedakan atas larutan non-elektrolit dan larutan elektrolit (Sunarty, 2009:16).

Terdapat empat sifat koligatif larutan yang penting, yang berubah/berbeda

dari pelarut murni yang berubah secara murni dengan perbandingan lurus dengan

banyaknya partikel zat terlarut yaitu :

1. Penurunan Tekanan Uap

Apabila suatu zat cair (sebenarnya juga untuk zat padat) dimasukkan ke

dalam suatu ruangan tertutup maka zat itu akan menguap sampai ruangan itu

jenuh. Pada keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair

dengan uap jenuhnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut

tekanan uap jenuh. Besarnya tekanan uap jenuh bergantung pada jenis zat dan

suhu zat yang memiliki zat tarik menarik antara partikel relatife kecil. Contohnya:

garam, gula, gliserol sebaliknya zat yang memiliki gaya tarik-menarik antara

partikel relatife besar, zat seperti ini dikatakan mudah menguap (Sumardjo,

2008:88).

∆P = XB . Po P = XA . Po XA = 1 - XB

Page 4: Laporan Lengkap

Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan uap larutan jenuh dapat

dituliskan secara matematis berikut:

∆P = Po – P

Keterangan:

∆P = Penurunan tekanan uap

Po = Tekanan uap pelarut murni

P = Tekanan uap jenuh larutan (Sukmanawati, 2009:9).

2. Kenaikan Titik Didih

Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu

sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan).

Apabila Selisih antara titik didih suatu larutan dengan titik didih pelarut disebut

kenaikan titik didih larutan (∆Tb).

∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut murni (Hernanto, 2009:7).

Selisih temperatur titik beku larutan dengan titik beku pelarut murni

disebut penurunan titik beku (∆Tf)

∆Tf = Tf pelarut murni – Tf larutan (Hernanto, 2009:7).

Tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung menuju fase gas.

Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung padaa tekanan luar (Tim

Dosen Kimia UNHAS, 2008:7).

3. Tekanan Osmotik

Osmosis adalah proses perpindahan larutan yang memiliki konsentrasi

rendah melalui membran semipermeabel menuju larutan yang memiliki

konsentrasi tinggi hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi (Sunarya, 2009:15).

Tekanan yang diterapkan untuk menghasilkan proses osmosis dari larutan

encer atau pelarut murni ke dalam larutan yang lebih pekat dinamakan tekanan

osmotik larutan. Dibandingkan dengan π. Tekanan osmotik larutan berbanding

lurus dengan konsentrasi molar zat. Dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai

berikut :

π = M atau π = kM.

Keterangan:

k = Tekanan konsentrasi yang bergantung pada suhu

Page 5: Laporan Lengkap

Oleh karena kemolaran memiliki satuan mol per liter larutan maka tekanan

osmotik larutan dapat dinyatakan sebagai berikut :

π = M.R.T atau π = nV

RT.

Keterangan:

π = Tekanan Osmotik

M = Molaritas larutan

R = Larutan gas (0,082 L atm mol-1 K-1)

T = Suhu (K) (Sunarya, 2009:16).

4. Penurunan Titik Beku

Adapun titik beku dari suatu larutan adalah suhu pada saat tekanan uap

cairan (larutan) itu sama dengan tekanan uap pelarut (Kasim, 2008:75).

Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih.

Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut

murni.makin tinggi konsentrasi zat terlarut makin rendah titik beku larutan.

Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan

titik beku larutan ( ΔTf = freezing point) (Kasim, 2009:75).

ΔTf = Titik beku pelarut – titik beku larutan

Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti

berikut.

ΔTf = m x Kf

Keterangan:

ΔTf = penurunan titik beku

m = molalitas larutan

Kf = tetapan penurunan titik beku molal (Kasim, 2008:75).

Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh

banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh

banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan

(Keenan, 1992:17).

Page 6: Laporan Lengkap

a. Molalitas (m)

Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000

gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:

n = Massa

Mrx

1000P

Keterangan:

m = molalitas larutan (mol/kg)

n = jumlah mol zat terlarut (g/mol)

P = jumlah massa zat (kg) (Hernanto, 2009:10).

b. Fraksi Mol

Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen

larutannya dinyatakan berdasarkan mol. Fraksi mol komponen i, dilambangkan

dengan xi adalah jumlah mol komponen i dibagi dengan jumlah mol semua

komponen dalam larutan. Fraksi mol j adalah xj dan seterusnya. Jumlah fraksi mol

dari semua komponen adalah 1. Persamaannya dapat ditulis dengan:

xi = ¿

¿+nj (Hernanto,

2009:10).

II.2. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979:96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling.

Rumus molekul : H2O

Rumus molekul : O

H H

Berat molekul : 18,02

Titik didih : 100oC

Titik beku : 0oC

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Page 7: Laporan Lengkap

Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Asam Benzoat (Dirjen POM, 1979:49)

Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama lain : Asam Benzoat.

Rumus molekul : C7H6O2

Rumus struktur : COOH

Berat molekul : 122,12

Titik lebur : 249°C

Pemerian : Hablur heksa hedral tidak berwarn/serbuk

hablur putih, tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 350 bagian air dalam 3 bagian

etanol 95 % dan 8 bagian kloform dan dalam 3

bagian eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Asam Stearat (Dirjen POM, 1979:57)

Nama resmi : ACIDUM STEARICUM

Nama lain : Asam Stearat

Berat molekul : 284,47

Rumus molekul : C18H36O2

Titik Lebur : 54oC

Pemerian : Zat padat keras, mengkilat, menunjukkan

susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip

lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 2

bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian

kloroform P dan 3 bagian eter P.

Kegunaan : Sebagai sampel

Page 8: Laporan Lengkap

4. Glukosa (Dirjen POM, 1979:268)

Nama resmi : GLUCOSUM

Nama lain : Glukosa

Rumus molekul : C6H12O6

Berat molekul : 198,17

Rumus struktur :

Titik lebur : 160oC

Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam mendidih, sukar larut dalam etanol

(95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat.

Kegunaan : Sebagai zat terlarut dalam percobaan tonisitas

sel.

5. NaCl (Dirjen POM, 1979:403)

Nama resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama lain : Natrium klorida, garam dapur.

Rumus molekul : NaCl

Berat molekul : 58,114

Rumus struktur : Na-Cl

Pemerian : Hablur heksahedial tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, putih tidak berbau, rasa asin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai zat terlarut dalam percobaan tonisitas

sel.

6. Daun Bawang (Tjitrosoepomo, 2005:65)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Page 9: Laporan Lengkap

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub class : Diapitalae

Ordo : Liliales

Family : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa

7. Daun Seledri (Tjitrosoepomo, 2005:17)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub class : Dipetalae

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium graveolens L.

8. Wortel (Tjitrosoepomo, 2005:66)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub class : Apitalae

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carota

9. Darah Ayam

a. Plasma darah mengandung

1) Serum darah

2) Protein darah

Page 10: Laporan Lengkap

b. Bagian padat (corpustas)

1) Sel darah merah (Eritrosit)

2) Keping darah (Trombosit)

3) Sel darah putih (Leukosit)

BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1. Alat

Alat yang digunakan adalah alu, batang pengaduk, benang

jahit, dek glass, gelas kimia, kaki tiga, kaki tiga, kamera digital,

kawat kasa, klem, lumpang, mikroskop, neraca analitik, objek

glass, pembakar spiritus, penjepit, pipa kapiler, pipet tetes, silet,

tabung reaksi, termometer.

III.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquadest, asam benzoat,

asam stearat, darah ayam, daun bawang (Folium cepa), daun seledri

(Folium graveolens), glukosa 0,1 M dan 0,5 M, kertas puyer,

korek api, NaCl 30 % dan 0,89 %, dan wortel.

III.2. Cara Kerja

III.2.1. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel

a. Disediakan alat dan bahan yang digunakan.

b. Diberi label pada masing-masing tabung reaksi yang digunakan

sesuai dengan larutan dan sampel yang akan dimasukkan.

c. Dimasukkan setiap sampel ke dalam aquadest, NaCl 0,3 %,

NaCl 0,89 %, glukosa 0,1 M, glukosa 0,5 M.

d. Diamati tiap sampel dengan mata telanjang.

e. Didiamkan selama 100 menit dalam masing-masing larutan,

kemudian diamati tiap sampel dengan mikroskop dengan

perbesaran 4x dan 10x.

Page 11: Laporan Lengkap

f. Dicatat hasil pengamatan.

III.2.2. Penurunan Titik Beku

a. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Dileburkan 3 gr asam stearat lalu dicampurkan dengan asam

benzoat 0,6 gr sampai campuran ke duanya homogen.

c. Ditunggu sampai dingin dan berbentuk padatan.

d. Digerus padatan yang dihasilkan oleh campuran asam stearat

dan asam benzoat menggunakan lumpang dan alu.

e. Ditotol-totolkan satu pipa kapiler pada asam stearat dan satu

pipa kapiler pada campuran asam stearat dan asam benzoat.

f. Diikat termometer dangan pipa kapiler menggunakan benang

jahit.

g. Dimasukkan termometer ke dalam gelas kimia berisi air.

h. Dipanaskan gelas kimia lalu amati hingga muncul gelembung

pertama pada pipa kapiler.

i. Dicatat hasil pengamatan

Page 12: Laporan Lengkap

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Tabel Pengamatan

IV.1.1. Penurunan Titik Beku

No Sampel Suhu (oC)1 Asam Stearat 562 Asam Stearat dan Asam Benzoat 51

IV.1.2. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel

No Sampel LarutanData Hasil Pengamatan

KeteranganSebelum direndam

Sesudah direndam

1 Wortel Aquadest Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya aquadest Hipertonik terhadap wortel

Glukosa 0,1 M Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,1 M Hipertonik terhadap wortel

Page 13: Laporan Lengkap

Glukosa 0,5 M Sel-sel mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,5 M Hipertonik terhadap wortel

NaCl 0.89 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 0.89 % hipotonik terhadap wortel.

NaCl 3 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 3 % hipotonik terhadap wortel.

2 Daun seledri

Aquadest Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya aquadest Hipertonik terhadap daun seledri.

Page 14: Laporan Lengkap

Glukosa 0,1 M Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,1 M Hipertonik terhadap daun seledri.

NaCl 0,89 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 0.89 % hipotonik terhadap daun seledri.

NaCl 3 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 3 % hipotonik terhadap daun seledri

3 Daun bawang

Aquadest Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya aquadest Hipertonik terhadap daun bawang.

Page 15: Laporan Lengkap

Glukosa 0.1 M Sel-selnya mengalami pengerutan. Artinya glukosa 0,1 M Hipertonik terhadap daun bawang.

NaCl 0,89 % Sel-selnya mengalami pengembungan. Artinya NaCl 0.89 % hipotonik terhadap daun bawang.

NaCl 3 % Sel-sel mengembung. Artinya NaCl 3% hipotonik terhadap daun bawang

4 Darah ayam

Murni Sel-selnya tidak mengkerut dan mengembung, artinya selnya isotonik.

IV.2. Perhitungan

Dik : Tf Asam Stearat = 56oC

Tf Asam Stearat + Asam Benzoat =51oC

Massa Asam Benzoat = 0,6 gram

Massa Asam Stearat = 3 gram

Mr Asam Benzoat = 122 gr/mol

Page 16: Laporan Lengkap

Dit : Kf = …….. ?

Peny : ∆Tf = Kf . M

T0 - T1 = Kf. grMr

+ 1000

P

Kf = ¿ – T 1

grMr

x1000

P

Kf = Tf Asam Stearat−Tf (Asam Benzoat + Asamstearat )

gr AsamBenzoatMr Asam Benzoat

x1000

gr Asam Stearat

= 56 °C−51 °C0,6 gr

122 gr /molx

10003gr

= 5° C600366

= 18306000

Kf = 3,05oC gr/mol

BAB V

PEMBAHASAN

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada

macamnya zat terbentuk tapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat

terlarut (konsentrasi zat terlarut) banyaknya partikel dalam larutan tersendiri.

Jumlah partikel dalam larutan elektrolit lebih sedikit dibandingkan larutan non-

elektrolit, walaupun konsentrasinya sama. Hal ini disebabkan larutan non-

elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan

dibedakan atas larutan non-elektrolit dan larutan elektrolit (Sunarty, 2009:16).

Page 17: Laporan Lengkap

Pada percobaan tonisitas krenasi sel akibat dari perendaman sampel pada

glukosa krenasi adalah konsentrasi/pembentukan nokta tidak normal di sekitar

pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik. Lingkungan

hipertonik menyebabkan air keluar dari sel. Volume sitoplasmanya berkurang,

sebagai akibatnya sel menjadi mengkerut. Hipertonik merupakan larutan dengan

konsentrasi zat terlarut lebih tinggi terhadap yang lain, sehingga air banyak

bergerak keluar sel. Hipotonik merupakan larutan dengan konsentrasi zat terlarut

lebih rendah daripada yang lain, sehingga air bergerak masuk ke dalam sel.

Sedangkan isotonik adalah larutan dengan tekanan osmotik yang sama, kemudian

terjadi pula hemolisis yaitu dimana sel mengalami penggembungan dan apabila

membran tidak kuat menahan tekanan dalam sel maka sel akan pecah.

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu: batang pengaduk yang

berfungsi sebagai pengaduk larutan yang akan digunakan, benang wol yang

berfungsi untuk mengikat pipa kapiler dengan termometer, gelas kimia yang

berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan larutan yang akan digunakan, kaki

tiga yang berfungsi sebagai penumpu bagi gelas kimia pada saat pemanasan

dengan pembakar spiritus, kawat kasa yang berfungsi sebagai alas (dudukan) bagi

gelas kimia pada saat pemanasan sampel, kertas puyer yang berfungsi sebagai

tempat menaruh hasil penggerusan antara asam benzoat dan asam stearat, statif

dan klem yang berfungsi untuk menggantung termometer dalam percobaan titik

beku larutan, korek api yang berfungsi untuk menyalakan pembakar spiritus,

neraca analitik yang berfungsi untuk menimbang sampel yang di uji cobakan, pipa

kapiler yang berfungsi untuk mentotol-totolkan hasil penggerusan asam benzoat

dan asam stearat, silet yang berfungsi untuk mengiris sampel pada percobaan

tonisitas sel, termometer yang berfungsi untuk mengukur suhu, pembakar spiritus

yang berfungsi untuk memanaskan campuran antara asam benzoat dan asam

stearat, cawan porselin yang berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan sampel

yang akan direndam, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil larutan yang

nantinya diletakkan di cawan porselin, mikroskop yang berfungsi untuk

mengamati bentuk sel dari tumbuhan dan hewan, objek glass yang berfungsi

untuk meletakkan sampel untuk nantinya diamati, dek glass yang berfungsi untuk

Page 18: Laporan Lengkap

menutup sampel yang ada di objek glass. Kemudian bahan-bahan yang digunakan

yaitu: Aquadest yang berfungsi sebagai larutan yang digunakan dalam

perendaman sampel pada percobaan tonisitas sel, asam stearat 0,6 gram yang

berfungsi sebagai sampel dalam percobaan penurunan titik beku, asam benzoat 3

gram yang berfungsi sebagai sampel dalam percobaan penurunan titik beku, darah

ayam yang berfungsi sebagai sampel dalam percobaan tonisitas sel, daun seledri

yang berfungsi sebagai sampel dalam percobaan tonisitas sel, daun bawang yang

berfungsi sebagai sampel dalam percobaan tonisitas sel, glukosa 0,1 M yang

berfungsi sebagai larutan yang digunakan dalam perendaman sampel pada

percobaan tonisitas sel, NaCl 0,89 % dan 3 % yang berfungsi sebagai larutan yang

digunakan dalam perendaman sampel dalam percobaan tonisitas sel.

Adapun cara kerja pada percobaan pengaruh tonisitas terhadap sel diawali

dengan menyiapkan alat dan bahan, kemudian dilanjutkan dengan mengamati

wortel, daun seledri, daun bawang dan darah ayam segar. Secara bergantian

diamati di bawah mikroskop kemudian diambil gambarnya. Kemudian disiapkan

cawan poselin sebagai wadah larutan glukosa 0,1 M, NaCl 0,89 %, NaCl 3 % dan

aquadest. Kemudian sampel (wortel, daun bawang dan daun seledri) diiris tipis-

tipis lalu direndam selama 10 menit kepada larutan yang telah disiapkan. Lalu

diambil kembali sampel yang telah direndam diamati di bawah mikroskop.

Sedangkan pada percobaan penurunan titik beku, yaitu ditimbang 3 gram

asam stearat dan dimasukkan ke dalam cawan porselin dan 0,6 gram asam benzoat

ditimbang menggunakan neraca analitik, lalu diletakkan asam stearat ke dalam

cawan porselin lalu dipanaskan di atas api pembakar spiritus hingga meleleh, dan

dihomogenkan keduanya. Lalu didinginkan hingga sampelnya memadat,

kemudian digerus menggunakan lumpang dan alu. Kemudian diambil pipa kapiler

yang diikat dengan bagian bawah termometer dengan benang. Lalu digantung

pada penjepit statif dan klem menyentuh gelas kimia berisi aquadest. Kemudian

panaskan sampel hingga melebur di atas pembakar spiritus dan ditandai dengan

terbentuknya gelembung pada pipa kapiler 1 dengan pipa kapiler 2 dengan

perlakuan sama.

Page 19: Laporan Lengkap

Adapun alasan perlakuan pada percobaan ini adalah perrcobaan tonisitas

yaitu sampel direndam selama ± 10 menit karena 10 menit adalah waktu yang

cukup efektif untuk mengamati perubahan bentuk sel dari sampel dan sampel

diiris tipis agar mudah mendapatkan selnya untuk diamati di bawah mikroskop.

Kemudian untuk percobaan penurunan titik beku, pipa kapiler dipanaskan

ujungnya agar tekanan uap yang terdapat pada pipa kapiler sama, dan unjung pipa

kapiler harus sama dengan termometer agar panasnya merata dan mudah untuk

diketahui suhunya.

Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada saat percobaan ini adalah

penimbangan sampel yang tidak pas dan darah yang digunakan agak membeku

sehingga susah untuk diamati di bawah mikroskop.

Dalam percobaan, diperoleh hasil yaitu untuk percobaan pengaruh

tonisitas sel adalah sampel seledri ketika dimasukkan dalam larutan aquadest,

glukosa 0,1 M dan glukosa 0,5 M mengalami keadaan hipertonik yang dicirikan

dengan menggembungnya sel setelah diamati pada mikroskop, sementara untuk

NaCl 0,89% dan 0,3% sel hipotonik, hal yang sama dialami oleh daun bawang

dan wortel. Darah isotonik pada larutan NaCl 0,89%.

Sel daun bawang, seledri dan wortel  hipertonik pada aquadest, glukosa 0,1

M, dan glukosa 0,5 M karena konsentrasi pada pelarut-pelarut tersebut lebih

tinggi daripada konsentrasi dalam sel dari daun bawang, seledri, dan wortel.

Sementara ketiga sel ini hipotonik pada larutan NaCl 0,89% dan 0,3% disebabkan

karena konsentrasi pelarut-pelarut tersebut lebih rendah dari konsentrasi larutan

dalam sel daun bawang, seledri, dan wortel. Darah yang isotonik pada larutan

NaCl 0,89% disebabkan karena konsentrasi pelarut dan konsentrasi dalam darah

sama.

Adapun hasil percobaan yang diperoleh dari percobaan penurunan titik

beku adalah diperoleh titik leleh asam stearat ialah 56oC dan titik leleh asam

stearat dan asam benzoat yaitu 51oC. Sedangkan berdasarkan literatur, titik leleh

asam benzoat 69,9oC dan titik leleh asam benzoat dan asam stearat 127-123oC.

Nilai konstanta titik beku diperoleh 3,05oC.

Page 20: Laporan Lengkap

Hubungan percobaan sifat koligatif larutan dengan farmasi yaitu untuk

menentukan jumlah zat yang diperlukan untuk pembuatan obat, menentukan

keadaan suhu dimana obat dapat bertahan dan mengetahui kerja obat serta

keadaanya di dalam tekanan cairan tubuh.

BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh, seluruh sampel (wortel,

daun bawang, daun seledri dan darah ayam segar) yang dimasukkan

kedalam aquadest mengalami hipertonis, pada larutan NaCl 0,89% sampel

Page 21: Laporan Lengkap

bersifat hipotonis kecuali darah yang mengalami keadaan isotonis, pada

larutan 0,3% sampel bersifat hipotonis. Sementara pada larutan glukosa

0,1 M dan glukosa 0,5 M seluruh sampel bersifat hipertonis.

Sedangkan pada percobaan penurunan titik beku dengan campuran

asam stearat dan asam benzoat memiliki penurunan titik beku yaitu 3,05oC

gr/mol dan titik lebur asam stearat + asam benzoat yaitu 51oC.

VI.2. Saran

VI.2.1. Percobaan

Saran saya terhadap laboratorium yaitu, untuk lebih

melengkapi alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum.

VI.2.2 Asisten

Saran saya kepada para asisten yaitu, jangan meninggalkan

praktikan pada saat melakukan praktikum karena praktikan akan

kebingungan jika tidak ada asisten yang mendampingi.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DepKes RI

Page 22: Laporan Lengkap

Estien, Yazid. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip – prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga

Petrucci, Ralp Suminar. 1985. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Sunarya, Ikhsanuddin, Masrun. 2007. Sifat Koligatif Larutan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Lampiran:

SKEMA KERJA

A. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel

Worte Daun Bawang Daun Seledri Darah Ayam

Page 23: Laporan Lengkap

B. Penurunan Titik Beku

Diiris tipis

Diamati di bawah mikroskop(diambil gambarnya)

Diamati di bawah mikroskop(diambil gambarnya)

Asam stearat

Asam Benzoat

Dicampu

Dilebur

Didinginkan