lapsus identifikasi tulang

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997). Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd, 2010). Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga kali lebih sering mati akibat

Upload: wuwun-nurulhidayati

Post on 30-Dec-2014

30 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Identifikasi Tulang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian

tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik

secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam

keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari

suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997).

Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat

tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa

negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini,

menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di

seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd, 2010).

Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu

pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang.

Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga

kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di Indonesia,

kita tidak banyak mendengar berita tentang anak yang tenggelam di kolam renang

sesuai dengan keadaan sosial ekonomi di Indonesia tetapi mengingat keadaan

Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan, danau maupun sungai, tidak mustahil jika

banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut dan tenggelam yang belum

diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap saat, terutama

pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi kasus wisatawan yang

tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri wisatawan tersebut. Selain

itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat buruknya transportasi laut di

Indonesia.

Page 2: Lapsus Identifikasi Tulang

Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang

terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada

tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti

pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercak paltouf di permukaan

paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan

tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah

lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian

tubuhnya saja.

Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah korban

masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan dan sebab

kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada

kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada

korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam.

Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih

hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric spasme,

perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan

binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya bercak paltouf di

permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan

diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass (Kerr, 1954).

Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yaitu terdapat tanda

asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltouf di permukaan paru,

berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass

(Kerr, 1954).

Page 3: Lapsus Identifikasi Tulang

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Jenazah

2.1.1 Jenazah Pertama

Nama : Tn. S

Usia : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Mandar/Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kampung Baru Ma. Pantuan Kec Anggana Kab Kukar

Mayat belum diidentifikasi dengan label

2.1.2 Pemeriksaan Luar Jenazah

Pemeriksaan dilakukan di ruang bedah jenazah bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Unmul Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 8 Februari 2012.

1. Tutup / bungkus mayat : kain batik coklat2. Pakaian mayat :

- Baju kaos lengan panjang berwarna hijau, pada dada depan sebelah kiri bertuliskan “BAJINGAN” berwarna merah mengelilingi logo “B”, logo berwarna putih kuning dengan dasar hitam. Di bawah logo bertuliskan “84.71N-94N”. Merk belakang baju “TJ Timur Jaya”.

- Kaos tangan pada tangan kiri berwarna putih, robek pada bagian jari manis.- Celana panjang kain berwarna hijau, dengan dua kantong celana di samping.

Bermerk “VERCHE”. Terdapat tali rafia berwarna hijau terlilit pada bagian pinggang celana.

- Celana dalam berwarna abu-abu berbahan kaos, dengan merk “PLAYBOY”.

Page 4: Lapsus Identifikasi Tulang

3. Tidak ditemukan benda di samping mayat.

4. Kaku mayat terdapat pada bagian lengan dan kaki, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada punggung bagian belakang berwarna biru kehitaman dan hilang pada penekanan.

5. Mayat adalah seorang laki – laki, bangsa Indonesia / Mandar, berumur ± 45 tahun, kulit sawo matang, gizi sedang.

6. Panjang tubuh: 155 cm. , zakar disunat.

7. Tidak ditemukan identitas khusus.

8. Rambut berwarna hitam bercampur uban tumbuhnya lurus panjang 6 cm,. alis mata berwarna hitam tumbuh lurus panjang 5 mm, bulu mata berwarna hitam tumbuh lurus panjang 5 mm, kumis berwarna hitam bercampur uban tumbuh lurus panjang panjang 5 mm, dan jenggot berwana hitam bercampur uban tumbuh lurus panjang panjang 5 mm.

9. Mata kanan terbuka 5 mm, mata kiri tertutup, kedua selaput bening mata putih keruh, kedua teleng mata bulat, berwarna hitam, berdiameter 5 mm, kedua warna tirai mata coklat, kedua selaput bola mata normal, dan kedua selaput kelopak mata putih kemerahan.

10. Hidung sedang, telinga sedang, mulut terbuka lima milimeter, lidah tidak menjulur dan tidak tergigit.

11. Gigi – geligi : tidak lengkap.

12. Dari lubang mulut keluar busa, dari lubang hidung keluar darah, dari lubang telinga tidak keluar cairan apapun, dari lubang kemaluan darah, dan dari lubang pelepas terdapat wasir sebesar telur ayam.

13. Luka – luka :

- Pada lengan atas kanan terdapat luka lecet gores dengan bentuk garis tidak beraturan ukuran 5x4cm.

- Pada siku kanan sebelah luar terdapat beberapa luka lecet berbentuk garis tidak beraaturan dengan ukuran terbesar 4x0,1cm.

- Pada pergelangan tangan terdapat beberapa luka lecet gores berbentuk garis lurus, ukuran terbesar 3x0,3cm; terkecil 0,5x0,1cm.

Page 5: Lapsus Identifikasi Tulang

- Pada bahu hingga lengan kiri bagian luar terdapat jejas berbentuk kotak-kotak dengan ukuran kotak 5x5cm.

- Pada daerah dada depan sebelah kanan, 0,5cm di bawah putting susu kanan terdapat memar berbentuk bulat tidak beraturan ukuran 9x4cm.

- Pada dinding perut bagian depan 8 cm di atas pusat, terdapat memar berbentuk garis melintang ukuran 23x2,5cm.

- Pada daerah pinggang sebelah kiri terdapat memar dengan arah melintang berukuran 25x9cm.

- Pada tungkai bawah kiri sebelah dalam terdapat memar ukuran 10x4 cm.

- Pada tungkai bawah kanan sebelah dalam terdapat memar berbentuk bulat tidak beraturan dengan ukuran garis tengah 1 cm.

14. Tidak ditemukan patah tulang.

2.1.3 Identitas Jenazah

Nama : Tn. B

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Mandar / Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kampung Baru Desa Ma Pantuan Kec Anggana Kab Kukar

Mayat belum diidentifikasi dengan label.

2.1.4 Pemeriksaan Luar Jenazah

Pemeriksaan dilakukan di ruang bedah jenazah bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Unmul Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 08

Februari 2012

1. Tutup/bungkus mayat

- Terbungkus terpal berwarna biru pada bagian luar dan berwarna abu-abu

pada bagian dalam.

Page 6: Lapsus Identifikasi Tulang

- Kain sarung bermotif kotak-kotak berwarna hijau, biru, merah dan krem.

- Kain bermotif bunga-bunga berwarna hijau dan biru tua.

2. Perhiasan Mayat

Gelang berbahan karet berwarna hitam pada pergelangan tangan sebelah kiri

terdapat tulisan berwarna putih bertuliskan “POWER BALANCE”

3. Pakaian mayat

o Baju kaos berlengan panjang, berwarna ungu tua, pada bagian depan

terdapat tulisan “PSYCHOLOGY” berwarna pink dengan garis hitam. Dibawahnya terdapat tulisan “Blue Moon Blue”. Dibawahnya terdapat tulisan “PSYCHOLOGICAL STUDIES ON HUMAN BEHAVIOR” dan terdapat saku pada daerah bagian perut.

o Baju lapisan kedua berbahan kaos berwarna merah tua bertuliskan

“GEN.Y 07” berwarna biru pada bagian dada depan.

o Celana training selutut, berwarna biru tua dengan motif garis putih merah

pada samping kiri dan kanan, serta terdapat saku depan pada kanan dan kiri.

o Sarung tangan berwarna coklat pada kiri dan kanan

o Celana dalam berwarna cokelat bermerk “ISOTEX UNDERWEAR HI-

IMPACT”

4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat

pada bagian punggung, berwarna ungu, tidak hilang pada penekanan.

5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, berumur kurang lebih dua

puluh empat tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang ,panjang badan

seratus tujuh puluh sentimeter, zakar telah disunat.

6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang dua belas sentimeter. Alis

mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang satu sentimeter. Bulu mata

Page 7: Lapsus Identifikasi Tulang

berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang lima millimeter. Kumis tercukur.

Jenggot tercukur.

7. Mata kanan dan kiri tertutup dan mengalami pembusukan. Kedua selaput bening

mata putih pucat. Kedua teleng mata bulat berwarna hitam dengan garis tengah

empat millimeter. Kedua tirai mata berwarna coklat kehitaman.

8. Hidung berbentuk sedang. Kedua daun telinga berbentuk sedang. Mulut terbuka

dengan lebar 5 milimeter.

9. Gigi-geligi lengkap, berjumlah tiga puluh dua.

10. Dari lubang mulut keluar busa.

Dari lubang hidung keluar darah dan busa .

Dari lubang telinga kanan dan kiri tidak keluar apa-apa.

Dari lubang kemaluan keluar darah.

Dari lubang pelepas tidak keluar apa-apa.

11. Luka-luka:

Pada daerah wajah, terdapat luka gores berbentuk garis miring berukuran dua

koma lima kali nol koma enam sentimeter terletak satu sentimeter di atas alis.

Luka gores berbentuk garis melengkung berukuran empat koma lima kali nol

koma tujuh sentimeter pada tepi mata kiri sebelah luar. Luka memar dengan

garis tengah dua sentimeter berbentuk bulat tidak beraturan pada pipi sebelah

kiri. Luka gores berukuran dua koma lima kali dua sentimeter pada rahang

bawah sebelah kiri.

o Pada daerah lengan kanan bawah bagian luar, terdapat jejas berbentuk kotak-

kotak berukuran lima kali lima sentimeter.

o Pada daerah punggung atas bagian kanan, terdapat luka memar berbentuk

lonjong dengan ukuran empat belas kali tujuh sentimeter.

o Pada daerah pinggang kiri, terdapat luka lecet gores berbentuk garis tidak

beraturan dengan ukuran lima belas kali empat sentimeter.

Page 8: Lapsus Identifikasi Tulang

o Pada daerah pinggang belakang bagian bawah, terdapat luka memar dengan

ukuran dua puluh tiga kali sepuluh sentimeter. Terdapat gelembung-

gelembung kecil pada kulit berisi cairan dengan ukuran paling besar garis

tengah 5 milimeter dan ukuran paling kecil garis tengan satu millimeter.

o Pada lutut kiri terdapat dua luka gores dengan ukuran lima belas kali tiga

millimeter dan tiga belas kali dua milimeter.

o Pada tungkai bawah kiri bagian dalam terdapat luka lecet tekan berbentuk

lonjong dengan ukuran dua kali satu sentimeter.

12. Tidak terdapat patah tulang.

13. Lain-lain (-)

2.2 Kesimpulan

Pada pemeriksaan jenazah laki-laki yang berumur dua puluh empat tahun

ini ditemukan luka-luka lecet pada bagian wajah, lengan bawah kanan, pinggang

kiri, lutut kiri, tungkai kiri bawah; selanjutnya ditemukan luka memar pada wajah

dan punggung bagian belakang. Terdapat jejas berbentuk kotak-kotak pada lengan

kanan bawah bagian luar. Terdapat gelembung-gelembung kecil pada punggung

belakang bagian bawah.

Penyebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan

pembedahan jenazah.

Page 9: Lapsus Identifikasi Tulang

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Tenggelam

Secara definisi tenggelam diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati

yang disebabkan oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga

pertukaran gas menjadi tidak mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah merupakan

akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan (Idries, 1997).

Literatur lain menyebutkan

Tenggelam adalah penyebab signifikan kecacatan dan kematian. Tenggelam

telah didefenisikan sebagai kematian sebelumnya sekunder untuk sesak napas

sementara terbenam dalam suatu cairan, biasanya air, atau dalam waktu 24 jam

perendaman. Pada Kongres Dunia 2002 yang diadakan di Amsterdam, sekelompok

ahli menyarankan sebuah definisi konsensus baru untuk tenggelam dalam rangka

mengurangi kebingungan atas jumlah istilah dan definisi (> 20) merujuk kepada

proses ini yang telah muncul dalam literatur. Grup yang percaya bahwa definisi yang

seragam akan memungkinkan analisa lebih akurat dan perbandingan studi,

memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan lebih bermakna dari

mengumpulkan data, dan meningkatkan kemudahan kegiatan surveilans dan

pencegahan (Shepherd, 2010).

3.2. Proses Tenggelam

Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun pandai

berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain). Proses

tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau kekelahan, maka

sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan menimbulkan reflek

Page 10: Lapsus Identifikasi Tulang

batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi dengan berusaha

menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air yang masuk

menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban tenggelam.

Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari kemudian korban terapung

kembali karena gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada, maka

korban akan muncul ke permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau

dimakan binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari tubuh, maka korban

kembali tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencarian korban tenggelam.(1,4)

3.3. Tipe Tenggelam

Page 11: Lapsus Identifikasi Tulang

Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain (A) wet drowning, (B)

dry drowning, (C) secondary drowning, dan (D) the immersion syndrome (cold water

drowning) (Modi, 1988).

Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air yang

terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu

akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru

pada kasus tenggelam di air asin.

Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi

sedikit. Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme

laring yang menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau

kolaps sirkulasi. , mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan. Ini dikenal

sebagai Drowning type 1.

Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari

setelah korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat

komplikasi. Ada hubungan nya dengan kelainan paru akibat tenggelam (infeksi atau

oedem).

Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal

setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol dan

makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini.

Ada 2 jenis mati tenggelam (drowning) berdasarkan posisi mayat, yaitu :

1. Submerse drowning

2. Immerse drowning

Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh

mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.

Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk

ke dalam air.(1,2)

3.4. Tenggelam Basah (Wet Drowning)

Page 12: Lapsus Identifikasi Tulang

Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian

sehari-hari:

1. Air tawar

Air masuk ke paru-paru sampai ke alveoli. Karena konsentrasi darah lebih

tinggi dari air, maka cairan di paru-paru masuk ke dalam sirkulasi darah, terjadi

hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum darah

meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah, beban

jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel, berakhir

terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian didapati penambahan volume

darah bisa sampai 72%. Kadar ion Chlor di jantung kiri turun sampai 50%.

2. Air laut

Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik

air dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru, darah menjadi

hemokonsentrasi. Kadar ion Chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg

dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop butir darah tampak

mengkerut. Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru.(1,2)

Page 13: Lapsus Identifikasi Tulang

3.5. Sebab Kematian

Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian

tenggelam juga terjadi karena berbagai bentuk:

1. Asfiksia, karena spasme laring.

2. Fibrilasi, ventrikuler karena tenggelam di air tawar.

3. Oedem paru, karena tenggelam di air asin.

4. Inhibisi vagal, karena reflex.

Ada 2 penyebab kematian pada kasus dry drowning, yaitu :

1. Spasme laring (menimbulkan asfiksia).

2. Vagal reflex / cardiac arrest / kolaps sirkulasi.

Page 14: Lapsus Identifikasi Tulang

Ada 3 penyebab kematian pada kasus wet drowning, yaitu :

1. Asfiksia.

2. Fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar.

3. Edema paru pada kasus tenggelam dalam air asin (laut).

Ada 4 cara kematian pada kasus tenggelam (drowning), yaitu :

1. Kecelakaan (paling sering).

2. Undeterminated.

3. Pembunuhan.

4. Bunuh diri.

Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelam (drowning) yang dapat kita

jumpai, yaitu :

1. Kapal tenggelam.

2. Serangan asma datang saat korban sedang berenang.

Penyebab mati tenggelam (drowning) yang termasuk undeterminated yaitu

sulit kita ketahui cara kematian korban karena mayatnya sudah membusuk dalam air.

(1,2)

3.6. Tanda-tanda Post Mortem

Menentukan identitas korban

Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:

• Pakaian dan benda-benda milik korban

• Warna dan distribusi rambut dan identitas lain.

• Kelainan atau deformitas dan jaringan parut

• Sidik jari

• Pemeriksaan gigi

• Teknik identifikasi lain

Page 15: Lapsus Identifikasi Tulang

a. Pemeriksaan luar

1. Tanda-tanda asfiksia seperti sianosis pada kuku, bibir.

2. Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 50 °F per menit. Suhu

tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam.

3. Lebam mayat, akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan

kepala (karena posisi kepala di air lebih rendah). Lebam mayat berwarna

merah terang yang perlu dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi pada

keracunan CO.

4. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.

Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan,

terutama bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia

mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki mengelupas.

5. Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai;

keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler,

atau merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis.

Terbentuk akibat kontraksi m.errector pilli karena dingin atau proses kaku

mayat. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.

Page 16: Lapsus Identifikasi Tulang

6. Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak

pada mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut

adalah masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang

terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan

surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya

pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan

terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari

darah dan gas pembusukan.

7. Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada

kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.

8. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun

yang paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.

9. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan

tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi

epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.

10. Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa

berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya

dahan, batu atau rumput yang tergenggam, adanya cadaveric spasme

menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat

terbenam.

Page 17: Lapsus Identifikasi Tulang

11. Bila korban lama di dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki putih

mengkerut seperti tukang cuci (washer woman’s hand).

12. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat

terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena

benda-benda di sekitarnya; luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan

“darah”, sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum

ditenggelamkan.

13. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke

sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga

menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.

14. Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa

kasusnya merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa ditemukan

mati dalam empang yang dangkal, maka harus dipikirkan kemungkinan

adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi racun korban

dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan

(Idries, 1997).

Page 18: Lapsus Identifikasi Tulang

b. Pemeriksaan dalam

Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing

lainnya dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring , trachea dan bronchus

sampai ke cabang-cabangnya. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan

berisi buih halus yang mungkin bercampur dengan lumpur.

Pleura juga dapat kita temukan pada pemeriksaan kasus ini. Pleura

yang ditemukan dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik

perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap

septum inter alveoli atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat

kekurangan oksigen.

Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena

robeknya partisi interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura. Bercak ini

disebut bercak “Paltouf” yang ditemukan pada tahun 1882 dan diberi nama

sesuai dengan nama yang pertama mencatat kelainan tersebut.

Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada

bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar

bagian paru-paru. (Spitz, 1997).

Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru

biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi perikardium dan pada

permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan kenyal.

Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga beratnya

dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah sekitar

250-300 gram (Williams, 1998).

Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara

daerah yang berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah

kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada

keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru

tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti tersebut

Page 19: Lapsus Identifikasi Tulang

diatas dikenal dengan nama “emphysema aquosum” atau “emphysema

hydroaerique”.

Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung

kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang

berwarna merah gelap dan cair, tidak ada bekuan (Idries, 1997).

Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan berisi darah dan di bagian

kiri kosong . Oesofagus dan lambung bisa terisi cairan sesuai tempat di mana

korban tenggelam mungkin mengandung lumpur, pasir dan lain-lain. Ini

petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam air, apalagi

bila didapati di duodenum yang menunjukkan ada passage melewati pylorus.

Harus diingat bahwa pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di

paru maupun di lambung.

Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri

pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu :

1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya.

2. Kita dapat temukan suicide note.

3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh

korban.

4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.(1,2,3)

3.7. Pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatome dapat

dilakukan dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk mendapatkan

adanya pasir atau telur cacing bila air dikontaminasi dengan faeses, ini

dilakukan bila pembuktian secara makroskopis meragukan. Pemeriksaan

kimia darah dapat dilakukan tetapi memerlukan fasilitas dan biaya.

Page 20: Lapsus Identifikasi Tulang

Ada 4 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam

(drowning), yaitu :

1. Percobaan getah paru (lonset proef).

2. Pemeriksaan diatome (destruction test).

3. Penentuan berat jenis (BD) plasma.

4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test).

Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif

menunjukkan bahwa korban masih hidup saat berada dalam air.

Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef)

Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari

benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru

mayat. Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar / belum

membusuk.

Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef) yaitu permukaan

paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan

iris permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat

sediaan harus sedikit mengandung eritrosit.

Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar

dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur

cacing.

Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru (lonsef proef),

yaitu :

1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain.

2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain.

3. Hasilnya negatif.

Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita

interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan

Page 21: Lapsus Identifikasi Tulang

ada sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban,

yaitu korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain.

Jika hasilnya negatif maka ada 3 kemungkinan penyebab kematian

korban, yaitu :

1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam.

2. Korban tenggelam dalam air jernih.

3. Korban mati karena vagal reflex / spasme larynx.

Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat

kita simpulkan bahwa tidak ada hal yang menyangkal bahwa korban mati

karena tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka

kemungkinan korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air.

Pemeriksaan Diatome (Destruction Test)

Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada

tidaknya diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang

bersel satu dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih

dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis

diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut.

Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu ambil jaringan paru-paru

bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan

H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan sampai hancur

membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu

sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil

menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas.

Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi

dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif

palsu pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar

atau lien, tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari

penyerapan abnnormal gastrointestinal.

Page 22: Lapsus Identifikasi Tulang

Penentuan Berat Jenis (BD) Plasma

Penentuan berat jenis (BD) plasma bertujuan untuk mengetahui

adanya hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut

dengan menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar

1,055; air laut 1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4

yang telah diketahui berat jenisnya.

Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test)

Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa

kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam

dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada

jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma.

Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada

jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit

meningkat dalam plasma.

Pemeriksaan Histopatologi

Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik

perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.(1,2,3)

3.8. Diagnosis Tenggelam

Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis

kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui

pemeriksaan yang teliti dari:

Pemeriksaan luar

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat

jenis serta kadar elektrolit darah.

Page 23: Lapsus Identifikasi Tulang

Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam

dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila

disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum

tulang, maka diagnosis akan menjadi pasti.(3)

3.9. Medikolegal

Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena

kecelakaan apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam

bukan hal yang jarang terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi

untuk melonjat dan biasanya di tempat yang sering dilewati orang. Penting

sekali menentukan apakah korban mati karena tenggelam atau sudah mati

baru ditenggelamkan. Pemeriksaan menjadi sulit bila korban telah mengalami

pembusukan atau pembusukan lanjut. Perlu diperhatikan bahwa korban yang

diangkat dari air, mengalami pembusukan lebih cepat dari biasa. Oleh karena

itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit pemeriksaan, selain bau yang

akan dihadapi pemeriksa. (1)

Page 24: Lapsus Identifikasi Tulang

BAB IV

PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Amri A. Tenggelam (Drowning) . In: Amri A. Eds. Ilmu Kedokteran

Forensik . Edisi 2. Medan, Ramadhan; 2007: hal. 137-141.

2. Al-Fatih, M. Tenggelam. 2007. Avaible at:

http://www.klinikindonesia.com. (diakses tanggal 12 Februari 2012).

3. Budiyanto, A, Widiatmaka, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta,

FK-UI : 1997. Hal 64-70.

Page 25: Lapsus Identifikasi Tulang

4. Shepherd, S. Drowning. 2010. Avaible at:

http://emedicine.medscape.com/article/772753-overview. (diakses

tanggal 12 Februari 2012).

Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.