lapsus for dr oscar
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
STROKE HEMORAGIK
Oleh
Nur Halifah
I1A008079
Pembimbing
Dr. Oscar Nurhadi, Sp. S
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
FK Unlam-RSUD Ulin
Banjarmasin
Oktober, 2012
STATUS PENDERITA
I. DATA PRIBADI
Nama : Ny . K
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Ds. Kuala Tambangan, Takisung
MRS : 29 September 2012
No RMK : 1.01.36.04
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kelemahan pada kaki dan tangan sebelah kiri
Perjalanan Penyakit : Pasien mengeluhkan kelemahan dirasakan pada
tangan dan tungkai sebelah kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Yaitu setelah magrib , pasien awalnya mengalami kesemutan pada tangan
kanan dan kaki kiri juga disertai dengan pusing. Pusing seperti berkunang-
kunang tidak ada mual ataupun muntah. Pusing diakui pasien terus-menerus.
Beberapa menit setelah pusing dan kesemutan, pasien mengalami
1
kelemahan pada tangan dan kaki kiri, selain itu pasien juga sering
mengalami pusing kepala terutama di malam hari. Pada pukul 20.00 malam
pasien diantar ke Banjarmasin dan tiba di IGD ULIN pukul 02.00 dinihari.
Pada pagi harinya pasien juga mengeluh ada nyeri pinggang pada bagian
kanan, sedangkan pada bagian kanan pasien, menjalar sampai ke kaki
kanan, sedangkan pada bagian kiri pasien tidak merasa nyeri pinggang
sehebat yang disebelah kanan. Nyeri pinggang kiri hanya sampai kebagian
pantat. Untuk makan dan minum pasien seperti biasa. Dan juga buang air
besar seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat stroke (-), hipertensi (-), riwayat asma (-), DM (-)
Intoksikasi :
Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan
minuman.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Terdapat riwayat hipertensi pada keluarga (ibu kandung pasien). Tidak
ada riwayat stroke pada keluarga, dan tidak ada riwayat diabetes melitus
pada keluarga.
Keadaan Psikososial dan pekerjaan :
Pasien tinggal bersama dengan suami dan memiliki 3 orang anaknya.
Pasien adalah seorang swasta
2
STATUS INTERNE SINGKAT
Keadaan Umum : Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : delirium
GCS : 3-2-5
Tensi : 170/100 mmHg
Nadi : 98 kali /menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37,1 oC
Kepala/Leher :
- Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera tidak ikterik
- Leher : JVP meningkat (-), KGB tidak membesar
Thoraks
- Pulmo : Suara napas vesikuler, wheezing (-/-) dan ronki (-/-).
- Cor : S1S2 tunggal
Abdomen : tampak datar, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak
teraba, massa tidak teraba
Ekstremitas : edema ka/ki(-/-), parese ka/ki (-/+), akral hangat (+/+)
IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT
Emosi dan afek : Normothym
Proses berpikir : bentuk pikir realistik, progresivitas pikir baik
3
Kecerdasan : Sesuai dengan pendidikan
Penyerapan : Baik
Kemauan : Baik
Psikomotor : normoaktif
V. NEUROLOGIS
A. Kesan Umum:
Kesadaran : GCS 3 2 5
Pembicaraan : Disartri (-)
Monoton (-)
Scanning (-)
Afasia :
Motorik (-)
Sensorik (-)
Anomik (-)
Kepala : Besar : Normal
Asimetris : (-)
Sikap Paksa : (-)
Torticolis : (-)
Muka : Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmoon : (-)
4
B. Pemeriksaan Khusus :
1. Rangsangan Selaput Otak
Kaku Tengkuk : (-)
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)/(-)
Bruzinski II : (-)/(-)
2. Saraf Otak
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
Hyposmia sde sde
Parosmia (-) (-)
Halusinasi (-) (-)
N. Optikus Kanan Kiri
Visus normal normal
Yojana Penglihatan normal normal
Funduskopi tdl tdl
N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens
Kanan Kiri
Kedudukan bola mata tengah tengah
Pergerakan bola mata ke
Nasal : sde sde
5
Temporal : sde sde
Atas : sde sde
Bawah : sde sde
Temporal bawah : sde sde
Eksopthalmus : (-) (-)
Celah mata (Ptosis) : (-) (-)
Pupil
Bentuk bulat bulat
Lebar 3 mm 3 mm
Perbedaan lebar isokor isokor
Reaksi cahaya langsung (+) (+)
Reaksi cahaya konsensuil (+) (+)
Reaksi akomodasi (+) (+)
Reaksi konvergensi (+) (+)
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Otot Maseter normal normal
Otot Temporal normal normal
Otot Pterygoideus Int/Ext normal normal
Cabang Sensorik
I. N. Oftalmicus normal normal
6
II. N. Maxillaris normal normal
III. N. Mandibularis normal normal
Refleks kornea langsung (+) (+)
Refleks kornea konsensuil (+) (+)
N . Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
Kerutan dahi Sama tinggi
Tinggi alis Sama tinggi
Sudut mata Sama tinggi
Lipatan nasolabial Normal
Waktu Gerak
Mengerutkan dahi : sde
Menutup mata : sde
Bersiul : sde
Memperlihatkan gigi : tidak dapat dilakukan
Pengecapan 2/3 depan lidah : kesan normal
Sekresi air mata : tdl
Hyperakusis : (-)
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
7
Vertigo : (-)
Nystagmus : (-)
Tinitus aureum : (-)
Cochlearis : tdl
N. Glossopharyngeus dan N. Vagus
Bagian Motorik:
Suara : bicara kurang jelas
Menelan : normal
Kedudukan arcus pharynx : normal
Kedudukan uvula : di tengah
Pergerakan arcus pharynx : normal
Detak jantung : S1 S2 tunggal
Bising usus : (+) normal
Bagian Sensorik:
Pengecapan 1/3 belakang lidah : normal
Refleks muntah : (+)
Refleks palatum mole : (+)
N. Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu (-) ( -)
Memalingkan kepala (-) (-)
8
N. Hypoglossus
Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah
Kedudukan lidah waktu bergerak : sde
Atrofi : (-)
Kekuatan lidah menekan pada bagian : sde
Fasikulasi/Tremor pipi (kanan/kiri) : (-/-)
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
sde sde
sde sde
Besar Otot :
Atrofi : -
Pseudohypertrofi : -
Palpasi Otot :
Nyeri : -
Kontraktur : -
Konsistensi : -
Tonus Otot : Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
9
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Tremor : Waktu Istirahat : -/-
Waktu bergerak : -/-
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Torsion spasme : -/-
Fasikulasi : -/-
Myoklonik : -/-
Koordinasi : tdl
Gait dan station : tdl
4. Sistem Sensorik
Rasa eksteroceptik Lengan Tungkai
Tubuh
Nyeri superficial : N/N N / N N/N
Suhu : -/- -/ - -/-
Raba ringan : N/N N/ N N/N
Rasa propioceptik
Rasa getar : tdl tdl tdl
10
Rasa tekan : N / N N/ N N/N
Nyeri tekan : N / N N/ N N/N
Rasa gerak/posisi : N / N N/ N
Rasa enteroceptik
Referred pain : N
Rasa Kombinasi
Stereognosis : N
Barognosis : N
Graphesthesi : N
Two point tactil discrimination : N
Sensory extinction : (-)
Loss of body image : (-)
Fungsi Luhur
Apraxia : (-)
Alexia : (-)
Agraphia : (-)
Fingerosesthesia : (-)
Membedakan kanan dan kiri : (-)
Acalculia : (-)
5. Refleks-refleks
Refleks kulit
Refleks dinding perut - -
11
- -
- -
Refleks cremaster : tdl
Refleks interscapularis : tdl
Refleks gluteal : tdl
Refleks anal : tdl
Refleks Tendon
Refleks biceps : 0 / 0
Refleks triceps : 0 / 0
Refleks patella : 0 / 0
Refleks achilles : 0 / 0
Refleks Patologis
Tungkai
Refleks Babinsky : (-) / (-)
Refleks Chaddock : (-) / (-)
Refleks Rossolimo : (-) / (-)
Refleks Gordon : (-) / (-)
Refleks Schaefer : (-) / (-)
Refleks Mendel Bacterew : (-) / (-)
Refleks Stransky : (-) / (-)
Refleks Gonda : (-) / (-)
Lengan
Refleks Hoffman Tromer : (-) / (-)
12
Reflaks Leri : (-) / (-)
Reflaks Meyer : (-) / (-)
Refleks Primitif
Graps refleks : (-)
Snout refleks : (-)
Sucking refleks : (-)
Palmomental : (-)/(-)
6. Susunan Saraf Otonom
- Miksi : inkontinensi (-)
- Defekasi : konstipasi (+)
- Sekresi keringat : normal
- Salivasi : normal
- Gangguan tropik : Kulit, rambut, kuku : (-)
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
- Skoliosis : tidak ada
- Khypose : tidak ada
- Khyposkloliosis : tidak ada
- Gibbus : tidak ada
- Nyeri tekan/ketuk : tde
13
Gerakan Servikal Vertebra :
- Fleksi : normal
- Ekstensi : normal
- Lateral deviation : normal
- Rotasi : normal
- Gerak Tubuh : tdl
Keterangan :
- Tde : Tidak dapat dievaluasi
- Sde : Sulit dievaluasi
- Tdl : tidak dilakukan
- N : normal
14
8. Pemeriksaan Tambahan
- Hasil laboratorium tanggal 16 September 2012
DARAH RUTIN
ParameterHasil
PemeriksaanNilai Rujukan
Hemoglobin 12,7 12,0-16,0 g/dlLeukosit 8,7 4,0-10,5 Ribu/ulEritrosit 4,31 3,9-5,5 juta/ul
Hematokrit 39 37-47%Trombosit 292 150-450 ribu/ulRDW-CV 12,5 11,5-14,7%
MCV 90,7 80,0-97,0 fLMCH 29,4 27,0-32,0 pg
MCHC 32,5 32,0-38,0 %GDS 132 <200
SGOT 27L 0-46 U/LSGPT 25 U/L 0-45 U/LUreum 24 mg/dl 0,6-1,2 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl 10-50 mg/dlNatrium 143 135-146 mmol/lKalium 3,6 3,4-5,4 mmol/lChlorida 99,5 95-100 mmol/l
Hasil Lab : normal, tidak ada yang meningkat ataupun menurun
15
16
Hasil CT-Scan Kepala : tampak lesi hiperdens
RESUME
1. ANAMNESIS
Pasien mengalami kelemahan dirasakan pada tangan dan tungkai sebelah
kanan. Menurut keluarga pasien merasakan kelemahan pada tangan dan
tungkai sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut keluarga pasien
kelemahan pada tangan dan tungkai mendadak. Pasien tidak pernah dibawa
berobat. Pada malam sebelum masuk rumah sakit saat pasien terbangun dari
tidurnya pasien ingin ke kamar mandi dan keluarga terkejut melihat pasien
tiba-tiba terjatuh d dalam kamar mandi. Pasien sebelumnya tidak ada
mengeluh sakit kepala, hanya saja pasien sering engeluhkan mual dan
muntah. Muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan. Sebelumnya
pasien tidak pernah mengalami hal yang serupa. BAB dan BAK normal
2. PEMERIKSAAN
Interna
Kesadaran : Komposmentis GCS 4-5-6
Tekanan darah : 240/140 mmHg
Nadi : 108 kali /menit
Respirasi : 28 kali/menit
Suhu : 37,7 oC
Kepala/Leher : konjunctiva pucat (-) peningkatan JVP (-)
Thorax : Tidak ada kelainan
17
Abdomen : Tidak teraba massa, bising usus normal
Ekstremitas : parese anggota gerak sebelah kiri
Status psikiatri : tidak ada kelainan
Status Neurologis
- Kesadaran : GCS 3-2-5
- Pupil : pupil bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
- Meningeal sign: kaku kuduk (-), Laseque (-), Kerniq (-) Brudzinski I, II (-)
- Nn. Craniales : tidak ada kelainan
Motorik : sde sde
sde sde
Sensorik : - -
- -
Tonus : menurun menurun
menurun menurun
Refleks fisiologis : BPR - - KPR - - BHR - -
TPR - - APR - - - -
- -
Refleks patologis : (-)
Sistem saraf otonom :Inkontinensia uri (-), inkontinensia alvi (-), konstipasi (-)
Tidak ada kelainan
Columna Vertebralis : tidak ada kelainan
Hasil CT-Scan kepala : tidak tampak lesi hiperdens
18
Hasil Laboratorium :
DARAH RUTIN
ParameterHasil
PemeriksaanNilai Rujukan
Hemoglobin 12,05 12,0-16,0 g/dlLeukosit 7,0 4,0-10,5 Ribu/ulEritrosit 4,62 3,9-5,5 juta/ul
Hematokrit 38 37-47%Trombosit 224 150-450 ribu/ulRDW-CV 13,6 11,5-14,7%
MCV 80,0 80,0-97,0 fLMCH 27,10 27,0-32,0 pg
MCHC 32,2 32,0-38,0 %GDS 302 <200
SGOT 27U/L 0-46 U/LSGPT 25 U/L 0-45 U/L
Creatinin 24 mg/dl 0,6-1,2 mg/dlUreum 0,9 mg/dl 10-50 mg/dl
Natrium 143 135-146 mmol/lKalium 3,6 3,4-5,4 mmol/lChlorida 99,5 95-100 mmol/l
3. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra + penurunan kesadaran
Diagnosis Etiologis : Stroke Hemoragik
Diagnosis Topis : Hemisfer serebri sinistra
Diagnosis Banding : Stroke non hemoragik
4. PENATALAKSANAAN
Terapi umum:
1. Menjaga jalan nafas dan pemberian oksigen.
19
2. Monitoring tingkat kesadaran, tekanan darah, irama jantung, temperatur,
glukosa darah, saturasi oksigen, dan status hidrasi.
3. Pemberian nutrisi dan pengaturan konsistensi diet yang aman dalam proses
menelan.
4. Perubahan posisi untuk mencegah kontraktur, nyeri, dekubitus, dan
komplikasi respiratori.
Terapi medikamentosa:
1. IVFD Rl 2 flash/24 jam
2. Inj.ranitidin 2 x 1 amp
3. Inj. Brain act 2 x 250 mg
4. Inj. Antrain 3 x 1
5. Program manitol
20
PEMBAHASAN
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (1).
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable).
Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi,
penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol,
hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan
faktor genetic (1)
Pada kasus didapatkan dari hasil anamnesa pasien merupakan seorang
laki-laki berusia 60 tahun, pekerjaan adalah swasta. Pasien memiliki riwayat
penyakit tekanan darah tinggi, stroke tidak ada, diabetes mellitus tidak ada.
Dikeluarga pasien tidak ada riwayat stroke ataupun diabetes mellitus tetapi
memiliki riwayat tekanan darah tinggi yaitu ibu kandung pasien. Berdasarkan
teori bahwa pasien memiliki factor resiko stroke yang dapat dimodifikasi dan
factor resiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi.
Stroke haemorrhagic , yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan di otak. Haemorrhagic stroke
21
umumnya terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Hampir 70 persen
kasus haemorrhagic stroke terjadi pada penderita hipertensi (tekanan darah
tinggi). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh
darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah
rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan
penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena
lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan atau factor emosional (2).
Otak sendiri merupakan 2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat
otak menerima seperenam dari curah jantung. Otak mempergunakan 20% dari
oksigen tubuh. Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti
yang terjadi pada CVA di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri
karotis Interna (2)
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak
adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
22
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial
jaringan otak. Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit
perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui
batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri
otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak
normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha
membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal
yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna
darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta
arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini.
Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi
sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan
darah arteri. Di samping itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2
terganggu. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan
memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan
secara permanen
Pada kasus, dari anamnesa didapatkan pasien adalah kelemahan dirasakan
pada tangan dan tungkai sebelah kanan. Menurut keluarga pasien merasakan
kelemahan pada tangan dan tungkai sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Menurut keluarga pasien kelemahan pada tangan dan tungkai mendadak. Pasien
tidak pernah dibawa berobat. Pada malam sebelum masuk rumah sakit saat pasien
23
terbangun dari tidurnya pasien ingin ke kamar mandi dan keluarga terkejut
melihat pasien tiba-tiba terjatuh d dalam kamar mandi. Pasien sebelumnya tidak
ada mengeluh sakit kepala, hanya saja pasien sering engeluhkan mual dan
muntah. Muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan. Sebelumnya pasien
tidak pernah mengalami hal yang serupa. Pada hasil pemeriksaan neurologis
pasien ada beberapa pemeriksaan yang sulit untuk dievaluasi, salah satunyab
adalah kekuatan otot.
Untuk mengetahui tanda-tanda stroke dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa gejala stroke berikut (2):
· Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
· Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
· Penglihatan gandaPusing.
· Bicara tidak jelas (rero).
· Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
· Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
· Pergerakan yang tidak biasa.
· Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
· Ketidakseimbangan dan terjatuh.
· Pingsan.
Kebanyakan pasien yang dicurigai stroke memiliki CT scan sebagai salah
satu bentuk pemeriksaannya. Pada pasien dengan gejala klinis stroke tetapi
dengan hasil CT scan yang normal, biomarker darah bisa digunakan sebagai
penanda yang baik, seperti stroke yang cenderung menyebabkan kenaikan protein
24
tertentu. Biomarker darah yang dapat digunakan sebagai penanda stroke adalah
acetil poliamin oksidase, akrolein, apolipoprotein C1, apolipoprotein C3, beta
globin DNA, C-reaktif protein, D-dimer, glutation S transferase P, matriks
metalloproteinase 9, PARK 7, S100 beta, spermin oksidase, trombomodulin, dan
faktor von Willebrand (3).
Penyebab stroke hemoragik dapt berupa perdarahan serebri, pecahnya aneurisma
dan penyebab lain (2):
1) Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus
gangguan pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus
penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria
serebri.
2) Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka
penderita biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu
aneurisme. Dan salah satu dari ciri khas aneurisme adalah kecendrungan
mengalami perdarahan ulang
3) Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
- Trombosis sinus dura
- Diseksi arteri karotis atau vertebralis
- Vaskulitis sistem saraf pusat
- Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang
progresif)
25
- Migran
- Kondisi hyperkoagulasi
- Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin)
- Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau
leukemia)
- Miksoma atrium.
Tindakan terhadap stroke hemoragik dimana terjadi perdarahan besar ialah
membiarkan penderita meninggal dengan tenang. Ini tidak berarti bahwa dokter
meninggalkan penderita dan meberithaukan kepada keluarganya bahwa orang
sakit sudah ada ajalnya, tetapi ia harus tetap mendampingi orang sakit. Jika
tekanan darah menurun progresif, nadi menjadi semakain cepat dan lemah dan
pupil yang tadinya miosis menjadi semakin lebar , maka saat itulah tepat untuk
memberitahukan kepada keluarga, bahwa orang sakit sudah dekat pada ajalnya
dan perawatan di rumah sakit tidak akan banyak merubah perkembangan
penyakit. Smeentara observasi tersebut dialkukan, dokter harus mengatur sikap
kepala sedemikian rupa sehingga lidah tidak jatuh ke belakang dan menutupi
lintasan pernapasan, air liur tidak mengalir k lintasan pernafasandan CBF tidak
menjadi lebih besar. Pencegahan tersebut dilakukan dengan cara meletakkan
kepala lebih tinggi dari badan serta penderita dimiringkan. Letakkan penderita
dalam posisi miring pada sisi yang sehat (4)
Penatalaksanaan stroke hemoragik berdasarkan stadium nya (5)
a. Stadium hiperakut :
Instalasi Rawat Darurat,tindakan :
26
- Resusitasi serebro-kardio-pulmonal (bertujuan agar kerusakan jaringan
otak tidak meluas)
Beri oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian
cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks,
darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT,
glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit);
jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah
Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah
Memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan
penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang
b. Stadium akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika :
Volume hematoma >30 mL,
Perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus,
Keadaanklinis cenderung memburuk
Tekanan darah harus diturunkan sampai15-20% bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan
labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian
dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral
27
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat
Posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang,
Pemberian manitol (seperti penanganan stroke iskemik),
Hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum stroke akut di ruang gawat darurat (5):
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek,
maka evaluasi dan diagnosis klinik harus dilakukan dengan cepat,
sistematik, dan cermat. Evaluasi gejala dan tanda klinik stroke meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas
penderita saat serangan, gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah,
rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup), gangguan visual, penurunan
kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-
lain).
b. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri,
dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala
akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan tanda-tanda distensi vena
jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan torak (jantung dan
paru), abdomen, kulit, dan ekstremitas.
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis
terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, system
motorik, sikap dan cara jalan, reflex, koordinasi, sensorik, dan fungsi
28
kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah NIHSS (National
Institutes of Health Stroke Scale).
2. Terapi umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Pemantauan secara terus-menerus terhadap status neurologis,
nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan deficit
neurologis yang nyata.
Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi
oksigen < 95%.
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada
pasien yang tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien
yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar
dengan gangguan jalan nafas.
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak
memerlukan terapi oksigen.
b. Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari
pemberian cairan hipotonik seperti glukosa).
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter),
dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai
29
sarana untuk memasukkan cairan dan nutrisi. Uasahakan CVC
5-12 mmHg.
Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan
selama 24 jam pertama setelah awitan serangan stroke iskemik.
Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya.
Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan salin normal dan
aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung
sekuncup harus dikoreksi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal:
i. Derajat kesadaran
ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor
iii. Keparahan hemiparesis
d. Pemeriksan penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal
hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah,
dan elektrolit)
Pemeriksaan radiologi
i. Foto rontgen dada
ii. CT Scan
30
Prognosis untuk stroke tergantung dari tingkat kesadaran, usia, jenis
kelamin, tekanan darah, dan yang paling penting adalah cepat serta tepatnya
penanganan.Kesadaran yang berhubungan dengan prognosis sebagai beikut :
sadar 16 % meninggal, somnolen 39% meninggal, stupor 71% meninggal, dan
koma 100% meninggal. Usia : pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian
meningkat tajam. Umur juga dikaitakan dengan perubahan elastisistas dinding
pembuluh darah. Jenis kelamin : laki-laki (61%) yang meninggal daripada
perempuan. Tekanan darah : tensi tinggi prognosis lebih buruk. Dan prognosis
juga dipengaruhi cepat dan tepatnya penanganan, jika penanganan nya cepat tapi
tidak tepat atau sebaliknya itu akan memperburuk prognosis pasien. (4)
DAFTAR PUSTAKA
31
1. Israr, yayas A. Stroke. Riau : Faculty of Medicine. Arifin Achmad General Hospital of Pekan baru, 2008.
2. J. Iskandar. Stroke A-Z. Jakarta: PT-BJP-Gramedia, 2007.
3. Whiteley W, Mei-Chiun T, Peter S. Blood Biomarkers in the Diagnosis of Ischemic Stroke : A Systematic Review. Stroke. 2008;39:2902-2909
4. Sidharta Priguna,MdD.,Ph.D. Neurologi Klinik dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian rakyat,2009.
5. PERDOSSI. Guideline Stroke 2011. Jakarta, 2011
32