laporan toksikologi(baringtonia terhadap keong emas)

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang kelangsungan hidup sebahagian besar penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk mempertahankan kecukupan pangan adalah melalui pengendalian faktor-faktor pembatas. Salah satu faktor pembatas yang penting adalah serangan hama penyakit. Keongmas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia.Saat ini keong emas (Pomacea sp.) berperan sebagai salah satu hama penting pada tanaman padi. Gambar 1.1. Hama keong mas yang menyerang tanaman padi. Di Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat 1

Upload: radinal

Post on 29-Jun-2015

1.831 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

terpenuhi kecukupannya untuk menunjang kelangsungan hidup sebahagian besar

penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk mempertahankan kecukupan pangan

adalah melalui pengendalian faktor-faktor pembatas. Salah satu faktor pembatas

yang penting adalah serangan hama penyakit. Keongmas merupakan salah satu

hama penting pada tanaman padi di Indonesia.Saat ini keong emas (Pomacea sp.)

berperan sebagai salah satu hama penting pada tanaman padi.

Gambar 1.1. Hama keong mas yang menyerang tanaman padi.

Di Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama, terutama pada

areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun tergolong cukup

tinggi. Serangan berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman berumur

dibawah 4 MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keongmas hanya terjadi pada

anakan sehingga jumlah anakan produktif menjadi berkurang. Perkembangan

hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7–4 hari

(Pitojo, 1996). Disamping itu, satu ekor keongmas betina mampu menghasilkan

15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60-80 hari), dan masing-masing

1

Page 2: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

kelompok telur berisi 300-500 butir (Anonymous, 1993). Seekor keongmas

dewasa mampu menghasilkan 1000–1200 telur per bulan (Anonymous, 1995).

Penyebarannya sangat cepat karena binatang berbatok keras itu mengikuti

aliran air saluran irigasi. Setiap menetas, telurnya ratusan bibit dan menyebar ke

segala penjuru. Dengan mengikuti air yang mengalir, populasinya menjadi sangat

cepat dan banyak.

Barringtonia racemosa umumnya hidup di daerah pesisir pantai dan

tumbuh di daerah yang memiliki tingkat kelembapan yang cukup tinggi. Tanaman

ini mengandung saponin pada bagian biji, kulit, kayu dan akarnya. Kulitnya juga

mengandung tannin. Ekstrak dari tumbuhan ini juga efektif terhadap insektisida

dan juga digunakan secara medis di Negara-negara Timur (Musman, 2004, Perry,

1980).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui

toksisitas senyawa bioaktif yang terkandung dalam biji dan daun Barringtonia

racemosa terhadap keongmas.

1.3. Manfaat

Diharapkan hasil praktikum ini dapat menjadi alternatif baru yang efektif

dan efisien untuk mengendalikan hama keongmas dan dapat diterapkan oleh

masyarakat.

2

Page 3: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

BAB II

DASAR TEORI

Keongmas (Pomacea canaliculata) termasuk ke dalam filum Moluska,

Kelas Gasropoda, Ordo Mesogastropoda, Famili Ampullariidae, Genus Pomacea,

dan Spesies Pomacea canaliculata. Semua moluska bersifat hermafrodit kecuali

keongmas. Keongmas jantan memiliki cangkang yang simetris antara sudut terluar

tubuh dengan apex, sedangkan keongmas betina memiliki cangkang yang lebih

besar antara sudut terluar tubuh dengan apex (www.litbang.deptan.go.id).

Keong mas (Pomacea sp.) mempunyai kebiasaan memakan berbagai

tanaman yang lunak termasuk padi yang masih muda. Biasanya keong mas

memarut pangkal batang yang berada dibawah air dengan lidahnya hingga patah,

kemudian patahan tanaman yang rebah tersebut  dimakan. Bila populasi

keongmas tinggi dan air selalu tergenang, bisa mengakibatkan rumpun padi mati,

sehingga petani harus menyulam atau menanam ulang. Beberapa bahan nabati pun

bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keongmas.

Saponin, rerak, pinang, tembakau dan daun sembung  cukup efektif sebagai

moluskisida nabati. Penggunaan bahan nabati dianjurkan dilakukan sebelum

tanam, karena pada saat itu keong akan terganggu daya makannya, sehingga

kurang merusak padi yang baru tanam (www.ciptapangan.com).

Barringtonia racemosa umumnya hidup di daerah pesisir pantai dan

tumbuh di daerah yang memiliki tingkat kelembapan yang cukup tinggi. Tanaman

ini mengandung saponin pada bagian biji, kulit, kayu dan akarnya. Kulitnya juga

mengandung tannin. Ekstrak dari tumbuhan ini juga efektif terhadap insektisida

dan juga digunakan secara medis di Negara-negara Timur (Musman, 2004, Perry,

1980).

Barringtonia merupakan pohon kecil dengan tinggi 4-8 m, terkadang

mencapai 15 m. Kulit batang berwarna abu-abu, daun berwarna hijau, berbunga

merah dan memiliki buah setiap tahun. Zat yang berperan sebagai antibakteri

adalah triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, sterol, dan tannin, kesemua zat

3

Page 4: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

tersebut menyebar pada bagian kulit batang, kayu, daun, akar dan biji. Klasifikasi

barringtonia racemosa adalah sebagai berikut Kingdom Plantae,

Filum Magnoliophyta  , Kelas Magnoliopsida, Ordo Lecythidales,

Famili Lecythidaceae, Genus Barringtonia, Barringtonia racemosa

(www.discoverlife.org).

Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat

di alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.

Senyawa ini bersifat racun bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itu dapat

digunakan untuk pembasmi hama tertentu. Dengan berkembangnya tambak udang

di Indonesia, saponin biji teh menunjukan peranannya yang cukup penting sebagai

pembasmi hama udang. Kandungan sapotin pada biji teh adalah 20 % (crude).

Sifat-sifat saponin yaitu berasa pahit, berbusa dalam air.mempunyai sifat detergen

yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas

haemolisis, merusak sel darah merah, tidak beracun bagi binatang berdarah panas,

mempunyai sifat anti eksudatif , mempunyai sifat anti inflamatori, mempunyai

aplikasi yang baik dalam preparasi film fotografi (www.warintek.ristek.go.id).

Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawaan

polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O serta sering membentuk

molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000. Tanin yang terdapat

pada kulit kayu dan kayu dapat berfungsi sebagai penghambat kerusakan akibat

serangan serangga dan jamur, karena memilki sifat antiseptik (Hathway, 1962).

Menurut Sjostrom (1981) tanin adalah suatu senyawa polifenol dan dari

struktur kimianya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tanin terhidrolisis

(hidrolizable tannin) dan tanin terkondensasi (condensed tannin).

Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh

dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan

kualitas yang berbeda-beda. Menurut Markham (1988), sebagian besar flavonoid

yang berasal dari hasil biosintesa ( kira-kira 2% dari seluruh karbon yang

difotosintesis oleh tumbuhan ) diubah menjadi tanin, sehingga flavonoid tersebut

merupakan salah satu fenol alam yang terbesar. Di Indonesia sumber tanin yang

paling banyak adalah bakau-bakauan yang tumbuh di hutan mangrove, yang

4

Page 5: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

tersebar luas dari Aceh sampai Irian Jaya. Selain jenis bakau, tanin dapat juga

ditemukan pada jenis-jenis dari hutan tanaman industry seperti akasia, pinus,

ekaliptus dan sebagainya (Hunt, 1986).

5

Page 6: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 6 April 2010

Tempat : Laboratorium Ilmu Kelautan

Waktu : 14.15 WIB

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah bejana air 1000 mL, blender, timbangan

digital, aguarium, dan gelas kimia. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji

dan daun Barringtonia racemosa, keongmas 60 individu, dan air sumur.

3.3. Cara kerja

a. Persiapan hewan uji hayati

Dikumpulkan beberapa keong mas. Dimasukkan kedalam bejana yang

berisi sekitar 1 liter air sawah (air tawar).

b. Persiapan sampel

Biji barringtonia racimosa dihaluskan menggunakan blender. Ditimbang

sebanyak 5 gr. Dimasukkan ke dalam bejana yang berisi keong mas.

c. Pengujian

Keong diaklimasi terlebih dahulu pada aquarium. Setelah keong mas

bergerak kembali. Tuangkan larutan serbuk Barringtonia racemosa, dengan cara

merapatkan gelas kimia ke dinding aquarium. Perhatikan reaksi yang terjadi.

6

Page 7: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berikut adalah hasil yang diperoleh dari pengujian toksisitas senyawa

bioaktif yang terkandung dalam biji dan daun Barringtonia racemosa terhadap

keongmas.

Tabel 4.1.1. Hasil Pengujian Barringtonia racemosa terhadap keongmas.

Bagian tubuh Respon Lama waktu

Serbuk biji Cepat 10 menit

Daun Lambat 3 hari

4.2. Pembahasan

Pertumbuhan populasi keongmas yang sangat cepat membuat resah petani.

Penggunaan pestisida dapat membunuh hama ini, tetapi tidak ramah lingkungan.

Berdasarkan pengujian sebelumnya dinyatakan bahwa Barringtonia racemosa

merupakan moluskisida yang mampu bersifat toksik terhadap hama keongmas.

Tanaman ini mudah terdegradasi ke alam, juga ramah lingkungan. Kandungan zat

toksik yang terkandung pada tanaman ini adalah saponin dan tannin, kedua zat ini

memiliki sifat letal terhadap keongmas. Saponin banyak terkandung pada biji,

sedangkan pada daun terdapat saponin dan tannin.

Pengujian yang dilakukan dalam skala lab menunjukkan bahwa ekstrak zat

tersebut aktif menghambat pergerakan keongmas yang telah diaklimasi

sebelumnya. Pada tahap awal pemberian larutan yang mengandung serbuk biji

Barringtonia racemosa, keongmas langsung merespon zat tersebut, mereka

menutup operculum dengan tujuan mengurangi zat yang masuk ke tubuh.

Sebagian keongmas bergerak menghindari zat tersebut. Proses penyerapan ekstrak

7

Page 8: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

zat berlangsung cepat melalui operculum. Ekstrak zat menyebar ke tubuh dan

memperlambat proses sirkulasi udara. Awalnya keongmas mengapung dan

akhirnya mati, mengeluarkan lendir mukosa. Perbedaan ukuran tubuh keongmas

mempengaruhi daya tahan terhadap ekstrak zat tersebut. Keongmas dewasa lebih

lama mati dibandingkan keongmas kecil.

Pengujian biji Barringtonia racemosa terhadap keongmas membutuhkan

waktu 10 menit, sedangkan pengujian daun Barringtonia racemosa membutuhkan

waktu 3 hari. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis ekstrak yang digunakan. Pada

biji Barringtonia racemosa mengandung saponin lebih tinggi, menyebabkan

keongmas cepat mati. Sedangkan daun Barringtonia racemosa mengandung

saponin dan tannin. Kedua zat ini saling mereduksi jika menyatu, sehingga

keefektifannya untuk membunuh keongmas melambat.

8

Page 9: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut :

1. Biji dan daun Barringtonia racemosa dapat digunakan sebagai

moluskisida yang ramah lingkungan untuk hama keongmas, karena

mudah terdegradasi ke alam.

2. Zat anti-moluska yang terkandung pada biji adalah saponin, sedangkan

pada daun adalah saponin dan tanin.

3. Tingkat kematian pada keongmas tampak lebih cepat dengan

pemberian serbuk biji (10 menit), dibandingkan daun yang

membutuhkan waktu selama 3 hari.

4. Saponin meresap cepat ke tubuh keongmas, melalui operculum,dan

menutupi proses pernapasan, menyebabkan keongmas mati.

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat diuji pada hama yang lain,

dan disosialisasikan pada masyarakat.

9

Page 10: Laporan Toksikologi(Baringtonia Terhadap Keong Emas)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1993. Pengendalian Siput Emas. Liptan. Balai Informasi Pertanian D.I Jokyakarta.

__________, 1995. Pengendalian Hama Keong Mas. Liptan. Loka PengkanjianTeknologi Pertanian (LPTP). Banda Aceh.

Hathway, D. E. 1962. The Condensed Tannins. In Wood Extractives (Hillis W. E).Academic Press. New York.

Hunt, G. M dan G. A. Garrat. 1986. Pengawetan Kayu. Akademica Pressindo.Jakarta.

Setijo, P. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan Keongmas. Trubus Agriwidia.Ungaran. 106 hal.

Sjostrom. 1981. The Chemistry and Kinetic Behaviour of Cu-Cr-As/B Wood Preservatives Part 1. Fixation of Chromium on Wood Holzforschung 35(5), pp: 87-100.

Sumber lain:

http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Barringtonia+racemosa diakses pada

tanggal 16 April 2010.

http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/

@random4413d85398188/1213849556_buletin_service.pdf diakses pada tanggal

16 April 2010.

http://ecocrop.fao.org/ecocrop/srv/en/cropView?id=501 diakses pada tanggal 16

April 2010.

http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/484/ diakses pada tanggal 16 April

2010.

http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/Lain%20lain/

saponin_basmi_hama_udang.pdf diakses pada tanggal 16 April 2010.

10