laporan resmipraktikum analisis farmasi

28
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM ANALISIS FARMASI PERCOBAAN 3 ANALISIS OBAT DALAM SEDIAAN CAIR ( Analisis Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Tetes Mata Dengan Metode Spektrofotometri UV ) Disusun oleh: 1. Yolita Satya Gitya Utami G1F011010 2. Inas Ghausani G1F011012 3. Kharisma Aditya G1F011014 4. Gima Amezia G1F011016 Hari / tanggal : Kamis / 10 Oktober 2013 Gol / kelompok : IB / 2 Asisten : Primawati KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: erna-tugiarti-budiasih

Post on 28-Nov-2015

128 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PERCOBAAN 3

ANALISIS OBAT DALAM SEDIAAN CAIR

( Analisis Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Tetes Mata Dengan Metode

Spektrofotometri UV )

Disusun oleh:

1. Yolita Satya Gitya Utami G1F011010

2. Inas Ghausani G1F011012

3. Kharisma Aditya G1F011014

4. Gima Amezia G1F011016

Hari / tanggal : Kamis / 10 Oktober 2013Gol / kelompok : IB / 2Asisten : Primawati

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

ANALISIS OBAT DALAM SEDIAAN CAIR

( Analisis Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Tetes Mata Dengan Metode

Spektrofotometri UV )

I. Tujuan

Mampu memilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis obat sediaan cair

II. Prinsip Percobaan

Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan

pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan

menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S yang

merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif

terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.

Kloramfenikol [1-(p-nirofenil)-2-diklorasetamido-1,3-propandiol] berasal dari

Streptomyces venezuelae, Streptomyces phaeochromogenes, dan Streptomyces

omiyamensis (Wattimena, 1990).

Kloramfenikol berkhasiat untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh

Salmonella thypi dan Salmonella parathypi. Namun demikian, kloramfenikol tidak aktif

terhadap virus, jamur, dan protozoa. Mekanisme Kerja Kloramfenikol adalah sebagai

berikut.

1. bekerja menghambat sintesis protein bakteri

2. obat dengan mudah masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasi

3. obat mengikat secara reversible unit ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam

amino yang mengandung ujung aminoasil t-RNA dengan salah satu tempat

berikatannya di ribosom

4. pembentukan ikatan peptida dihambat selama obat berikatan dengan ribosom

5. kloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria sel mamalia

karena ribosom mitokondria mirip dengan ribosom bakteri

(Wattimena, 1990)

Menurut Rohman (2007), metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk

menetapkan banyak jenis bahan obat. Cara untuk menetapkan kadar sampel adalah

dengan membandingkan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan

menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi

Page 3: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

baku dengan absorbansinya dan selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar dalam

sampel.

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas

sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan

cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit

terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sinar ultraviolet berada pada panjang

gelombang 200-400 nm sedangkan sinar visible berada pada panjang gelombang 400-

800 nm (Dachriyanus, 2004).

Penetapan kadar kloramfenikol dapat ditetapkan kadarnya secara

spektrofotometri ultraviolet menggunakan pereaksi akuadest. Diukur serapan larutan

pada panjang gelombang maksimum 278 nm (Depkes RI, 1979). Penetapan kadar atau

pengujian menggunakan baku pembanding. Lakukan pengukuran terhadap larutan baku

pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang zat uji. Lakukan pengukuran

kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan kuvet dan kondisi

pengujian yang sama. Larutan zat yang akan diukur serapannya harus jernih, kalau tidak

jernih harus disaring sehingga diperoleh filtrat yang jernih untuk diukur (Depkes RI,

1995).

III. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah beaker glass, labu ukur

10 mL, 25 mL, 50, gelas ukur, batang pengaduk, spatula, buret, pipet ukur, filler, pipet

tetes, timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis dan Kuvet.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kloramfenikol

standard, larutan tetes mata kloramfenikol, aquades.

IV. Cara Kerja

a. Pembuatan larutan induk

kloramfenikol

-Ditimbang 50 mg-Dilarutkan dalam 100 mL aquadest

Larutan

-Diukur lamda max

Hasil

Page 4: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

d. Penetapan Kadar Sampel

b. Penentuan lamda max

Larutan induk

- Diambil 5 mL

- Di add 25 mL aquadest

Larutan induk 100 ppm

-Diambil 1 mL

-Di add 10 mL

-Diukur lamda max

Hasil

c. Pembuatan Larutan Baku

Larutan Induk 100 ppm

- Dibuat 6 konsentrasi (10 ppm, 20 ppm, 12 ppm, 8 ppm, 16 ppm, dan 24 ppm)

- Diukur absorbansinya dengan spektro UV

Hasil

Sampel

- Dibuat konsentrasi 50 ppm

- Diencerkan 10 ppm

- Direplikasi 3x

- Diukur absorbansinya

- Ditetapkan kadarnya

Hasil

Page 5: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

V. Data Pengamatan dan Perhitungan

a. Data Pengamatan

- Tabel Pengamatan Absorbansi Larutan Baku dengan λ = 276 nm

Konsentrasi ( x ) Absorbansi ( y )

8 0,340

10 0,4

12 0,424

16 0,549

20 0,698

24 0,747

6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 260

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8f(x) = 0.0268947368421053 x + 0.122912280701754R² = 0.982856043055996

kurva baku kloramfenikol

kurva baku kloramfenikolLinear (kurva baku kloramfenikol)

- Tabel Pengamatan Absorbansi Larutan sediaann tetes mata kloramfenikol

dengan3 kali replikasi pada λ = 245 nm

Konsentrasi (ppm) Absorbansi ( A )

10 ppm ( replikasi 1 ) 0,461

10 ppm ( replikasi 2 ) 0,464

10 ppm ( replikasi 3 ) 0,460

b. Perhitungan

Tetes mata kloramfenikol 0,5 %

Teoritis λmax 278 nm

E1%1 cm

= 298

Page 6: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

1 % = 10000 ppm

Pembuatan Larutan Induk

Kloramfenikol murni = 50 mg

50 mg / 100 ml = 500 µg / ml = 500 ppm

50 mg ad 100 ml aqua

Rentang absorbansi 0,2 – 0,8

0,2298

x 10000 ppm = 6,7 ppm

0,8298

x 10000 ppm = 26,4 ppm

Penentuan λmax

5 ml25 ml

x 500 ppm = 100 ppm

5 ml add 25 aquades

Pengenceran dari 100 ppm : 1ml

10 ml x 100 ppm = 10 ppm

1 ml ad 10 ml diukur λmax

Pembuatan Larutan Baku

Dibuat 6 titik :

1 ml10 ml

x 100 ppm = 10 ppm ; 1 ml ad 10 ml aquades

2ml10 ml

x 100 ppm = 20 ppm ; 2 ml ad 10 ml aquades

3 ml25 ml

x 100 ppm = 12 ppm ; 3 ml ad 25 ml aquades

2ml25 ml

x 100 ppm = 8 ppm ; 2 ml ad 25 ml aquades

4 ml25 ml

x 100 ppm = 16 ppm ; 4 ml ad 25 ml aquades

6ml25 ml

x 100 ppm = 24 ppm ; 6 ml ad 25 ml aquades

Regresi Linier untuk absrobansi larutan baku, dihasilkan nilai

R = 0,99

A = 0,123

B = 0,027

Persamaan regresi linear

Page 7: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Y = a + bx

Y = 0,123 + 0,027x

Pengambilan sampel

Sampel 0,05 % b/v = 0,5 gr / 100 ml = 5000 ppm = 5 mg / ml

Sampel = 5 ml

1 ml

100 ml x 5000 ppm = 50 ppm 1 ml ad 100 ml aquades

5ml

25 ml x 50 ppm = 10 ppm Replikasi 3 x

Nilai Absorbansi tiap replikasi dengan λ = 276 nm

Replikasi 1 = 0,461

Replikasi 2 = 0,464

Replikasi 3 = 0,460

Perhitungan Kadar Kloramfenikol

Y = 0,123 + 0,027x

X1 = [ y−ab

xfp

10000 ppm x 0,5 sampelx 100 %] x 5 mg/ml

X1 = [ 0,461−0,1230,027

x500

10000 ppm x 0,5x 100 %] x 5 mg/ml

X1 = 125 % x 5 mg/ml = 6,25 mg

X2 = [ y−ab

xfp

10000 ppm x 0,5 sampelx 100 %] x 5 mg/ml

X2 = [ 0,464−0,1230,027

x500

10000 ppm x0,5x100 % ] x 5 mg/ml

X2 = 126 % x 5 mg/ml = 6,3 mg

X3 = [ y−ab

xfp

10000 ppm x 0,5 sampelx 100 %] x 5 mg/ml

X3 = [ 0,460−0,1230,027

x500

10000 ppm x 0,5x 100 %] x 5 mg/ml

X3 = 124 % x 5 mg/ml = 6,2 mg

Page 8: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

x= x1+x 2+ x33

= 6,25+6,3+6,2

3 = 6,25 mg

x x |x−x| ¿ x−x∨¿2¿

6,25

6,3

6,2

6,25

0

0,05

0,05

0

0,0025

0,0025

Σ 0,005

SD = √∑ (x−x )2

n−1 = √ 0,005

2 = 0,05

Kadar = x ± SD

= 6,25 ± 0,05 %

VI. PEMBAHASAN

PrinsipPercobaan

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran

serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan pada panjang gelombang yang

spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector

vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah

spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik

secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari

suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Komponen utama dari spektrofotometer

dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Sumber Cahaya

Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm).

Pengatur Intensitas

Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar

sinar yang masuk tetap konstan.

Monokromator

Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai

yang dibutuhkan oleh pengukuran. Monokromator kuarsa untuk daerah UV

Kuvet

Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV

digunakan kuvet kuarsa.

Page 9: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Detektor

Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan

besaran yang dapat diukur. Syarat-syarat ideal sebuah detektor :

1. Kepekaan yang tinggi,

2. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi,

3. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang,

4. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi, dan

5. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Penguat (Amplifier)

Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca

oleh indikator.

Indikator

Indikator dapat berupa recorder atau komputer (Saputra, 2009).

Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan

Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber

cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra

violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan

jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.

Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer dari

warna yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya

terdapat pada table berikut ini :

Panjang gelombang Warna terlihat Warna komplementer

<400 Ultraviolet -

400-450 Violet Kuning

450-490 Biru Jingga

490-550 Hijau Merah

550-580 Kuning Ungu

580-650 Jingga Biru

650-700 Merah Hijau

>700 Inframerah

Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka

mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke

tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometer UV-Vis banyak bermanfaat untuk

Page 10: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah

ultraviolet (200-400 nm) atau daerah sinar tampak (400-800 nm). Analisis ini dapat

digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur (Day &

Underwood, 2002).

Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang

panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam

kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat

disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomic. Sinar yang melewati suatu larutan akan

terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap

tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan

tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar

yang diserap (Harjadi, 1990).

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan

elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini

disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka

elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan

bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih

rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

Prinsip percobaan spekfotometri adalah berdasarkan penyerapan sinar

polikromatik dan kesamaan warna serta berdasarkan Hk. Beer dimana bila sinar cahaya

monokromatis suatu media transparan maka akan bertambah turunya intensitas cahaya

yang diturunkannya sebanding dengan tebalnya. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam

rumus sbb :

A = ε.b.c

dimana :

A = absorban

ε = absorptivitas molar

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi

Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi,

karena b harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu tetapan. Artinya

konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun

sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah.

Page 11: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai

absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai daerah

berlaku hukum Lambert-Beer. Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya

antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Hal ini

disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang

terjadi adalah paling minimal (Gandjar, 2007).

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang

mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat

diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah

melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan

sebagai berikut:

Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau

lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel. Cahaya yang diserap diukur

sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi

(T) dinyatakan dengan hukum Lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:

“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap

atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi

zat dan tebal larutan”.

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada antaraksi

atom atau ion atau molekul dengan cahaya atau sinar elektromagnetik. Penentuan kadar

zatnya akan berdasarkan hasil analisis spektrum zat tersebut. Spektofotometer sesuai

dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditrasmisikan atau yang diadsorpsi. Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang

(Khopkar, 2007, hal 215).

Page 12: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Kelebihan spektrometer disbandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari

sinar puth dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,

grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang

diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai

spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak

mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan

suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang

gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai

cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi (penyerapan) antara sampel dan blangko

ataupun pembanding (Khopkar, 2007, hal 215-216).

Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat

energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti

oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi single. Keuntungan

utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan metode sangat

sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Spektrofotometri

menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu

sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran

penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Dalam analisis

spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah

ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu

dengan lebar pita kurang dari 1 nm (Anonim, 2009).

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada antaraksi

atom atau ion atau molekul dengan cahaya atau sinar elektromagnetik. Penentuan kadar

zatnya akan berdasarkan hasil analisis spektrum zat tersebut. Spektofotometer sesuai

dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditrasmisikan atau yang diadsorpsi. Jadi

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energy tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang

(Khopkar, 2007, hal 215).

Monografi Bahan

Pada praktikum kali ini menggunakan bahan-bahan di bawah ini :

Page 13: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Kloramfenikol

Uraian Umum

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5

Berat Molekul : 323,13

Persyaratan : kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari

103,0 % C11H12Cl2O2H5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai putih

kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit.

Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,

dalam aseton dan dalam etil asetat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Penandaan : Pada etiket harus juga tertera daluarsa.

Khasiat dan penggunaan : Antibiotikum.

Kloramfenikol mengandung kloramfenikol C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0%

dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).

Farmakologi

Kloramfenikol bertindak menghambat sintesis protein dengan cepat tanpa mengganggu

sintesis DNA dan RNA. Mekanisme tindakkannya adalah melalui ikatan secara

reversibel unit ribosom 50 S (Wattimena, 1990).Dosis kloramfenikol yang umum adalah

50-100 mg/kg/hari. Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar

puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester

kloramfenikol palmitat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami

hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol. Untuk pemberian secara parental

digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan

membebaskan kloramfenikol (Setiabudy dan Gan, 2007).

Indikasi

Page 14: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Sebagai obat sistemik, kloramfenikol hampir tidak dipakai lagi berhubung toksisitasnya

yang kuat, resistensi bakteri, dan tersedianya obat-obat lain yang lebih efektif (misalnya

cephalosporin). Obat ini dapat dipertimbangkan untuk pengobatan infeksi-infeksi

riketsia yang parah, seperti tifus atau demam bercak Rocky Mountain, pada anak-anak

yang dikontraindikasi terhadap tetrasiklin (yaitu yang dibawah usia 8 tahun) (Katzung,

2004).

Efek Samping

Salah satu efek samping pada terapi kloramfenikol adalah reaksi pada saluran cerna

(mual, muntah, dan diare), yang biasa disebut alergi (demam, bentol-bentol merah pada

kulit), gejala yang berkaitan dengan dosis (sindrom bayi abu-abu dan anemia

terpulihkan, dan reaksi superinfeksi serta toksik (anemia aplastik) (Foye, 1996).

Aqua Purificata

H2O BM 18,02

Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan

menggunakn penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air

yang memenuhi persyaratam air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain.

Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. pH antara 5,0 dan 7,0

(Anonim, 1995).

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Pada praktikum kali ini yang pertama kali dilakukan adalah menetapkan panjang

gelombang maksimum. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih

panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara

absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu

(Gangjar, 2009).

Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang max, yaitu :

Pada panjang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang

gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adalah

yang paling besar.

Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada

kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

Page 15: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan

ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang

maksimal (Gandjar, 2009).

Kadang – kadang dijumpai keadaan yang mana pemakaian panjang gelombang

maksimal kurang baik. Hal ini karena misalnya, selain zat yang akan dianalisa, juga

terdapat zat lain yang mempunyai absorbansi pada panjang gelombang tersebut. Ada

beberapa variable yang dapat mempengaruhi absorbansi yaitu jenis pelarut, pH larutan,

suhu, konsentrasi tinggi, dan zat – zat pengganggu (Gandjar, 2009).

Pada praktikum kali ini pembuatan larutan induk menggunakan serbuk

kloramfenikol murni. Kloramfenikol ditimbang 50 mg dan dilarutkan ke dalam 100 ml

aquadest. Larutan induk kemudian diambil 5ml dan ditambahkan 25 ml aquadest untuk

diukur lamda max . Pengukuran lamda max menggunakan larutan induk 100 ppm . Pada

larutan induk sebelumnya dilakukan pengambilan sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan

aquadest sebanyak 10ml. Pengukuran panjang gelombang maksimal yang didapatkan

yaitu sebesar 276 nm . Menurut literatur yang diperoleh , penetapan kadar kloramfenikol

dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet menggunakan pereaksi

akuadest. Diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum 278 nm (Anonim,

1979).

Menurut literatur penentuan panjang gelombang yang tepat merupakan sesuatu

yang sulit ditentukan. Panjang gelombang dipengaruhi oleh pelarut dan struktur molekul

kimia yang mengandung kromofor dan pita-pita serapan maksimal biasanya juga labar

karena ada efek-efek vibrasional. Pada molekul organik dikenal pula istilah ausokrom

yang merupakan gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas, seperti OH, -O, -

dan yang menberikan transisi n ke π*. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus

auksokrom akan menghasilkan pergeseran pita absorbansi menuju ke panjang gelombang

yang lebih besar. Sehingga dapat diperkirakan panjang gelombang maksimum antara

200-380 nm (Ganjar & Rohman, 2007).

Pada prinsipnya penetapan panjang gelombang maksimum ini baik sinar

polikromatis maupun monokromatis, bila dilewatkan ke suatu larutan maka intensitasnya

akan berkurang. Berkurangnya intensitas sinar terjadi akibat serapan larutan tersebut,

sebagian dipantulkan dan dihamburkan. Untuk mendapatkan selektifitas dan sensivitas

yang baik umumnya dipakai sinar monokromatis dan dipilih panjang gelombang yang

memberikan serapan maksimum (panjang gelombang maksimum). Terkadang sebuah

larutan memiliki lebih dari satu panjang gelombang maksimum, untuk itu diperlukan

Page 16: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

pemilihan panjang gelombang yang sesuai baik berdasarkan sensivitasnya maupun

berdasarkan daerah serapan senyawa pangganggu uang ada di larutan tersebut (Harjadi, 1986).

Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan baku dari larutan induk 100 ppm dibuat

enam konsentrasi larutan yaitu 8 ppm ,10 ppm, 16 ppm, 20 ppm, 12 ppm, dan 24 ppm.

Konsentr

asi

Absorba

nsi

8 0.34

10 0.4

12 0.424

16 0.549

20 0.698

24 0.747

6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 260

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8f(x) = 0.0268947368421053 x + 0.122912280701754

Kurva Baku Kloramfenikol

Kurva Baku KloramfenikolLinear (Kurva Baku Kloramfenikol)

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan

spektrofotometer adalah sebagai berikut.

1. Serapan oleh Pelarut

Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko, yaitu larutan yang berisi matrik

selain komponen yang akan dianalisis.

2. Serapan oleh Kuvet

Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Dibandingkan

dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih baik,

namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan

penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat blanko dan

sampel.

Page 17: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

3. Kesalahan Fotometrik Normal pada Pengukuran dengan Absorbansi Sangat

Rendah atau Sangat Tinggi

Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran

sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan) Sama

seperti pHmeter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-

Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis

dilakukan dengan menggunakan blanko :

Setting nilai absorbansi = 0

Setting nilai transmitansi = 100 %

(Day & Underwood, 2002).

Proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis akan membantu pemakai untuk

memperoleh hasil yang kaurat dan presisi. Penentuan kalibrasi dilakukan denganikuti

prosedur sebagai berikut.

1. Dilakukan dengan larutan blanko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam

sampel) dengan kuvet yang sama.

2. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.

3. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam

panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit

(Day & Underwood, 2002).

Penentuan kadar menggunakan sampel kloramfenikol yang terkandung pada obat

tetes mata RECO yang mengandung kloramfenikol sebanyak 5mg. Sampel dibuat

menjadi konsentrasi 10 ppm dengan cara mengencerkan larutan sampel konsentrasi 50

ppm dengan aquadest. Sampel dibuat replikasi tiga kali untuk diukur absorbansinya dan

ditetapkan kadarnya. Sampel yang mengandung 5% kloramfenikol mengandung

konsentrasi 50 ppm, sehingga perlu dilakukan pengenceran agar dapat diukur

absorbansinya pada spektrofotometri uv dalam rentang 0,2 – 0,8 . Diperoleh data kadar

obat sebagai berikut :

X1= y−a

bx

Fp1000 ppm x0,5 sampel

x100 %

X1 = 0,461−0,123

0,027x

5001000 ppm x 0,5 sampel

x 100 %= 125 %

X1 = 125 % x 5mg/ml = 6,25 mg

Page 18: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

X2= 0,464−0,123

0,027x

5001000 ppm x 0,5 sampel

x100 %= 126 %

X2 = 126 % x 5mg/ml = 6,3 mg

X3 = 0,460−0,123

0,027x

5001000 ppm x0,5 sampel

x100 %= 124 %

X3 = 124 % x 5mg/ml = 6,2 mg

SD = 0,05 %

Kadar = 6,25 ± 0,05mg/ml

Sehingga diperoleh kadar obat sebesar 6,25 mg pada sampel obat tetes mata.

Penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding. Lakukan pengukuran

terhadap larutan baku pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang zat uji.

Lakukan pengukuran kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan

kuvet dan kondisi pengujian yang sama. Larutan zat yang akan diukur serapannya harus

jernih, kalau tidak jernih harus disaring sehingga diperoleh filtrat yang jernih untuk

diukur (Anonim, 1995).

Hasil vs Literatur

Dari hasil penetapan kadar obat tetes mata kloramfenikol secara spektrofotometri

ultraviolet, diperoleh kadar sebagai berikut: K = 125%. Kadar kloramfenikol tersebut

tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV,

yaitu obat tetes mata kloramfenikol mengandung kloramfenikol C11H12Cl2N2O5 tidak

kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Nilai

ini dapat disebabkan karena masih adanya kloramfenikol murni yang ikut terbaca

absorbansinya pada saat penetapan kadar kloramfenikol sampel pada panjang gelombang

maksimal 276 nm . Hal ini dikarenakan pencucian kuvet yang kurang bersih.

VII. Kesimpulan

Kadar kloramfenikol ditetapkan dengan metode spektrofotometri berdasarkan

interaksi radiasi dengan kloramfenikol yang berupa proses absorbsi.

Penentuan kadar kloramfenikol masuk dalam spektrofotometri UV, karena panjang

gelombang yang digunakan adalah 276 nm.

Kadar obat tetes mata kloramfenikol yang diperoleh6,25 ± 0,05mg/ml

Page 19: Laporan Resmipraktikum Analisis Farmasi

VIII. DaftarPustaka

Anonim, 1995., Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1995., Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2009., Amoxicillin. http://www.dechacare.com/Amoxicillin-P523-6.html#com ,

diakses tanggal 2 Juni 2013.

Anonim, 2009., Laporan Spektrofotometri, http://www.x3-prima.com/2009/06/laporan-

spektrofotometri.html , diakses tanggal 2 Juni 2013..

Campbell, Neil A. Dkk., 2002, Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Andalas

University Press, Padang.

Foye, W. O, 1996, Prinsip - Prinsip Kimia Medisinal Jilid II Edisi Kedua, Penerjemah:

Raslim Rasyid, dkk, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Gandjar, Ibnu Gholib & Abdul Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Hardjadi, 1990, Ilmu Kimia AnalitikDasar, PT Gramedia, Jakarta.

Katzung, B. G, 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8, Penerjemah dan editor:

Bagian Farmakologi FK UNAIR, Penerbit Salemba Medika, Surabaya.

Khopkar, S.M., 2007, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Satiadarma,K.,2004, Asas Pengembangan Prosedur Analisis, UNAIR Press, Surabaya.

Setiabudy, R., Gan, V. H, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5 : Pengantar Antimikroba,

Gaya Baru, Jakarta.

Skoog, D. A., 1996, Fundamental of Analytical Chemistry,Seventh edition, Saunders College

Publishing, USA.

Underwood, A. L & R. A. Day, JR, 2001, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Wattimena, J. R., 1991, Farmakodinamik Dan Terapi Antibiotik, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.