laporan farmasi firdauzi aw

14
Laporan Praktikum Tgl : 17 Maret 2015 SediaanFarmasidanTerapiUmum Waktu : 08.30 – 11.00WIB Kelompok : 08 Pagi TETES MATA Oleh: No . Nama mahasiswa NIM Tandatangan 1. FirdauziAkar W. B04110094 2. Filika A. I. B04110129

Upload: sara-williams

Post on 28-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


58 download

DESCRIPTION

laporan farmasi

TRANSCRIPT

Laporan PraktikumTgl: 17 Maret 2015SediaanFarmasidanTerapiUmumWaktu: 08.30 11.00WIBKelompok: 08 Pagi

TETES MATA

Oleh:

No.Nama mahasiswaNIMTandatangan

1.FirdauziAkar W.B04110094

2.Filika A. I.B04110129

LABORATORIUM FARMASIDEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015PENDAHULUAN

Latar belakang

Sediaan untuk tetes mata terdiri dari berbagai tipe produk yang berbeda. Sediaan yang biasa diaplikasikan untuk mata adalah tetes mata atau salep mata. Sediaan tetes mata merupakan sediaan steril yang bebas dari partikel asing dan mikroorganisme, dibuaat dengan cara yang sesuai dan dikemas untuk digunakan pada mata. Struktur penyusun organ mata sangat sensitif, maka kesterilan dan kandungan partikel pada bahan bahan larutan obat tetes mata harus diperhatikan. Mata juga dilindungi oleh cairan cairan yang mengan enzim yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan oleh kelenjar air mata. Cairan mata juga merupakan cairan steril yang secara terus menerus membilas mata dari bakteri, debu dan partikel lain (Aisyah, 2009). Karena hal inilah, maka sediaan mata harus steril.Obat yang digunakan di dalam larutan tetes mata diharapkan memiliki efek lokal pada bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Obat obat yang diaplikasikan pada mata dapat dikatergorikan menjadi miotik, midriatik, siklopegik, anti-inflamatory agent, anti infeksi, anti glaucoma, senyawa diagnostik dan anestetik lokal. Bahan tambahan dan cara pembuatan obat tetes mata sangat tergantung dari sifat fisika kimia bahan aktifnya. Obat dan bahan bahan tambahan yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilsasi (Ganiswara 1995). Penggunaan bahan tambahan bertujuan untuk menjaga stabilitas kimia, memperbaiki efek klinis serta mengurangi ketidaknyamanan.Sediaan tetes mata memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sediaan tetes mata adalah homogeny, bioavailabilitas, dan kemudahan penganan. Kelebihan lain dari sediaan tetes mata adalah bioavailabilitas dan efek terapinya sangat baik karena waktu terdisolusi oleh air mata tinggi karena adanya partikel zat aktif yang dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata. Sedangkan kekurangan dari obat tetes mata adalah waktu kontak yang relative singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi, sebagian larutan tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih pada mata karena larutan yang bersifat hipertonis.

TujuanTujuan dilakukan praktikum ini adalah mengetahui cara pembuatan sediaan tetes mata.

TINJAUAN PUSTAKAAcid Boric

Gambar 1. Struktur Acid BoricAcid boric memiliki nama lain yaitu asam borat, hydrogen borat, asam orthoborat, dan acidium boricum. Sediaan ini memiliki bentuk hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis. Asam borat memiliki kandungan H3BO3 sebesar 99,5%. Sediaan ini larut dalam 20 bagian air, dalalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%)P dan dalam 5 bagian gliserol P ( Wietarsih et al. 2015). Ketika berbentuk mineral, senyawa ini disebut sasolit. Asam borat dapat dibuat dengan mereaksikan boraks (sodium tetraborat dekahidrat) dengan asam mineral, seperti asam klorida:Na2B4O7.10H2O + 10H2O+ 2 HCL -> 4 B(OH)3 [or H3BO3] + 2 NaCl + 5 H2OAcid boric merupakan asam organic lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, insektisida, penghambat nyala, penyerap nutron, atau precursor untuk senyawa kimia lainnya (Pringgodigdo 1977). Acid boric juga sering digunakan sebagai bahan campuran pada dunia kosmetik dan pengobatan. Dalam dunia pengobatan asam borat sering digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Menurtu Tan dan Rahardja (2007), pada konsentrasi jenuh asam borat dapat digunakan sebagai bakteriostatis lemah. Sediaan ini juga sering disalah gunakan menjadi boraks dengan adanya tambahan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida.Zinc Sulfat

Gambar 2. Struktur Zinc Sulfat

Zinc sulfat memiliki nama lain zinc sulfas dan zinc fitriol. Sediaan ini merupakan senyawa anorganik yang memiliki bentuk hablur transparan atau jarum-jarum kecil, serbuk hablur atau butir, tidak berwarna, tidak berbau, larutan memberikan reaksi asam terhadap lakmus. Sediaan ini sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam gliserol, dan tidak larut dalam etanol. Menurut Rohe (2005), zinc sulfat merupakan sumber umum dari ion larutan seng. Zinc sulfat mengandung satu molekul air hidrat. Zink sulfat monohidrat menganduk tidak kurang dari 89% dan tidak lebih dari 90,4% ZnSO4 setara degnan tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5% ZnSO4.H2O ( Wietarsih et al. 2015).Zinc sulfat digunakan sebagai tambahan zinc pada pakan ternak, pupuk, dan bahan penyemprot pada tanaman pertaniaan. Pada bidang kedokteran, zinc sulfat berfungsi sebagai adstringensia. Di dalam tubuh, asam borat sebagai pelengkap bagian enzim yang berguna pada proses metabolism protein dan karbohidrat, penyembuhan, dan mempertahankan pertumbuhan normal. Ketika dipanaskan lebih dari 680C, zinc sulfat akan terdekomposisi menjadi gan belerang dioksida dan asam zinc oksida, dan kedua gas ini sangat berbahaya.NaClNatrium klorida biasa disebut juga garam dapur, natrium kloridi dan natrii chloridum. Sediaan ini memiliki ciri-ciri hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, dan memiliki rasa asin. Natrium klorida mudah larut dalam air, sedikit llebih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin, dan sukar larut dalam etanol. Natrium klorida mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101% NaCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, serta tidak mengandung zat tambahan. Senyawa ini sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Senyawa ini juga merupakan bahan tambahan yang berguna sebagai pengatur tonisitas larutan. Larutan natrium Klorida 0,9% memiliki nilai isotonis yang sama dengan cairan mata. Isotonisitas larutan harus dalam toleransi normal untuk mencegah iritasi mata, dan jika larutan bersifat hipotonis akan menyebabkan lisis sel-sel jaringan mata (Wade dan Weller 1994).Natrium klorida merupakan zat yang memiliki tingkat osmotic yang tinggi, dengan kemampuan tingkat osmotic yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kangungan air ( konsentrasi rendah ) yang terdapat di dalam tubuh, sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air. Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Natrium klorida juga dapat digunakan sebagai pembersih pada luka atau rongga tubuh.

METODEAlat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan halus dan anak timbangan, wadah botol, gelas piala, gelas ukur, sudip, sendok tanduk, pipet,corong, kertas saring, dan etiket. Bahan-bahan yang diperlukan adalah Aquades, Acid Boric, Zinc Sulfa, dan Natrium Clorida.MetodeSediaan obat yang akan dibuat, menggunakan natrium klorida. Mula-mula harus dihitung terlebih dahulu jumlah NaCl yang diperlukan untuk 30 ml larutan. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:Rumus: (lihat buku lapora)Cara pembuatan sediaan obatnya adalah semua bahan ditimbang terlebih dahulu dengan timbangan yang telah disiapkan dan dialasi kertas perkamen. Acid Boric ditimbang sebanyak 0,18 g, Zinc Sulfat 0,24 g, NaCl 0.145 g. kemudian tera botol sebanyak 25ml dan beri tanda. Pertama-tama larutkan 0,18g boric acid ke dalam 10 ml aquades pada gelas piala. Setelah homogeny, pindahkan larutan boric acid ke dalam gelar ujur 100 ml. Kemudian gunakan gelas piala yang lain untuk melarutkan 0,24 g Zinc Sulfat kedalam 5 ml aquades. Setelah hogen masukkan larutan ke dalam gelas ukur yang berisi larutan acid boric. Setelah itu, di dalam gelas piala yang tadi larutkan NaCl sebanyak 0,145 ke dalam 10ml aquades. setelah homogen masukkan larutan Nacl kedalam gelas ukur yang berisi campuran larutan boric acid dan zinc sulfat sampi 30ml. kemudian dilakukan penyaringan menggunakan corong dan kertas saring. Ambil filtrate sebanyak 2-3 ml untuk membersihkan botol yang akan digunakan sebagai wadah. Kemudian masukkan semua filtrat kedalam wadah botol sampai batas yang telah ditera dan tutup menggunakan penutup. Terakhir lakukan sterilisasi selama 30 menit dengan dikukus. Setelah dilakukan sterilisasi botol diberikan etiket warna biru.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Gambar 4: Hasil pembuatan serbuk tak terbagiPembahasan

Praktikum kali ini yaitu pembuatan sediaan tetes mata. Larutan tetes mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata. Larutan yang digunakan untuk tetes mata harus isotonik. Larutan tetes mata digunakan untuk antibakterial, antisetik, midriatikum, miotik, dan dapat juga dikunakan untuk peneguh diagnose (Jenkins 1969).Obat yang diaplikasikan pada mata harus diformulasi dan disiapkan dengan mempertimbangkan terhadap tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sediaan tetes mata harus steril karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme dan jika terjadi infeksi dapat menyebabkan kebutaan pada pasien (Parrot 1971). Secara alamiah mata tidak dapat menghasilkan antibodi ketika terdapat infeksi mikroorganisme, sehingga sediaan tetes mata harus selalu dijaga supaya tetap steril. Namun sebagai pertahanan lokal terhadap adanya mikroorganisme atau pun benda asing, mata memiliki kemampuan untuk men eksresi air mata dan di dalam air mata terkandung enzim lizozim dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme. Salah satu mikroorganisme yang resisten terhadap adanya lizozim adalah Pseudomonan aeruginosa. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan mata (Sprowl 1970).Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau larutan NaCl 0,9%. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl (Turco 1970). Pada praktikum kalini perhitungan supanya mendapatkan sediaan tetes mata yang isotonis adalah: Dengan 0,52 sebagai ekuivalen klorida dari asam borat, b1 dan b2 adalah penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% b/v zat berkhasiat, dan C adalah kadar zat bekhasiat dalam % b/v = g/100 ml. setelah dimasukkan angka dan dilakukan perhitungan, maka didapat nilai sebesar 0,483 g/100 ml. hasil yang positif ini menunjukkan bahwa sediaan bersifat hipotonis sehingga harus ditambahkan natrium klorida.Untuk memasukan kedalam kemasan dilakukan penyaringan dengan kertas saring yang bertujuan supaya partikel-partikel padat tidak terbawa. Adanya partikel padat dalam sediaan tetes mata akan menyebabkan trauma dan kemerahan pada mata sehingga terjadi iritasi. Penyaringan dilakukan dengan kertas saring yang bersih. Dalam memproduksi obat secara skala besar proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan mesin dengan tekanan tinggi dan tekanan rendah. Proses yang penting dalam pembuatan obat tetes mata yaitu sterilisasi. Sterilisasi biasanya menggunakan uap mengalir atau aotoclaf. Sterilisasi penting karena salah satu syarat obat tetes mata adalah steril. Apabila obat mata yang dibuat tidak steril, maka kemungkinan besar obat yang awalnya bertujuan untu mengobati akan berakibat memperparah keadaan. Dalam pratikum kali ini tidak dilakukan sterilisasi karena waktunya tidak cukup. Setelah sterilisasi obat dapat disimpan dan setelah kemasan dibukan hanya dapat digunakan maksimal selama 30 hari yang biasanya ada keterangan penggunaan. Hal ini tidak berlaku jika dalam 30 hari obat telah mengalami kadaluarsa. Obat tetes mata dengan pelarut air yang dibuat khusus atas permintaan dokter tanpa pengawet harus ditempatkan di tempat sejuk dan dapat digunakan paling lama 30 hari setelah pembuatannya. Obat tetes mata yang dibuat tersebut tidak bisa digunakan lebih dari 6 hari setelah kemasannya dibuka.Pada resep terlulis m.f.sol. isot ad 25 ml yang berarti sediaan harus ditambahkan air hingga mencapai 25 ml untuk menghasilkan larutan isotonis. Etiket berwarna biru karena sediaan ini merupakan obat luar ( pemakaiannya tidak melalui saluran cerna ). Pada resep ditulis s.t.d.d gutt II.o.d.s yang berarti bahwa sediaan ini diberikan tiga kali sebanyak dua tetes pada mata kanan dan kiri. Pengertiaan ini harus dituliskan pada etiket.Sediaan tetes mata memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sediaan tetes mata adalah lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan kandungan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan tetes mata (AMADE 1995). Sedangkan kelemahan dari obat tetes mata adalah bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutan yang digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea sampai ke ruang anterior (King 1984). Sediaan tetes mata yang bersifat hipertonis juga dapat menyebabkan kepedihan pada pasien yang diberikan terapi.

Simpulandari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sediaan tetes mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata. Sifat dari sediaan tetes mata adalah tidak boleh hipotonik, steril, dan tidak menyebabkan iritasi pada mata. Sediaan tetes mata selain digunakan sebagai obat dapat juga digunakan sebagai peneguh diaknosa.

DAFTAR PUSTAKAAisyah. 2009. Tetes mata [Internet]. [diunduh 2015 maret 19]. Tersedia pada: http//rgmaisyah.wordpress.com/2009/06/06/tetes-mata.AMA Drug Evaluation. 1995.Drug Evaluation Annual 1995. American Medical Association, American.Ganiswara SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta (ID): Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jenkins GL. 1969. Scovilles: The Art of Compounding. USA: Burgess Publishing.King RE. 1984.Dispensing of Medication. Ed ke-9. Philadelphia (US): Marck Pub. Company. p 142Parrot LE. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. USA: Burgess Publishing Co. p 29Pringgodigdo A. 1977. Ensiklopedia Umum. Edisi ke-2. Yogyakarta: Penerbit kanisius.Rohe MM. 2005.Ullmanns Encyclopedia of Industrial Chemistry. Weinheim: Wiley-VCHSprowl JB. 1970.Prescription Pharmacy. Ed ke-2. USA: JB Lipicant.Tan HT, Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke-2. Yogyakarta (ID): Penerbit Kasinus.Turco S. 1970.Sterile Dosage Forms., Philadelphia (US): Lea and Febiger. Wade A, Weller PJ. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exipients. Ed ke-2. London (GB): American Pharmaceutical AssociationWientarsih I, Prasetyo BF, Purwono RM, Sutardi LN. 2015. Penuntun Praktikum Farmasi dan Ilmu Resep Program Pendidikan Dokter Hewan. Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (ID): IPB Pres.