laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

Upload: florentina-yunita-ratri

Post on 10-Feb-2018

272 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    1/27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar BelakangHasil pertanian merupakan bahan yang bersifat perishable (mudah rusak).

    Sifat hasil pertanian yang mudah rusak tersebut mengharuskan dilakukannya

    penanganan hasil pertanian. Penanganan hasil pertanian dilakukan dalam dua

    kelompok besar yaitu penanganan pasca panen dan pengolahan menjadi

    makanan atau bahan pangan. Salah satu pengolahan hasil pertanian yaitu

    penggorengan.

    Menggoreng adalah suatu unit operasi yang menggunakan minyak panas

    sebagai medium transfer panas. Tujuan menggoreng adalah mengubah eating

    quality suatu makanan, selain itu memberikan efek pengawetan akibat

    destruksi termal pada mikroba, inaktivasi enzim, dan mengurangi aw atau air

    bebas dalam bahan. Dibandingkan dengan metode pengolahan pangan

    menggunakan cara pemanasan yang lain, metode penggorengan sangat berbeda

    karena medium transfer panas menjadi bagian produk akhir dan selama

    pemanasan akan terjadi perubahan.

    Temperatur dan lamanya menggoreng dipengaruhi oleh jenis, tipe, dan

    tebal makanan serta metode penggorengan, dan perubahan yang dikehendaki

    pada produk gorengan. Selama menggoreng terjadi perubahan fisik, kimia dan

    sensorik produk. Karakteristik makanan goreng adalah renyah dan memiliki

    cita rasa yang gurih akibat minyak yang terserap.

    Pada praktikum penggorengan kali ini dilakukan penggorengan beberapa

    jenis bahan makanan seperti chip singkong, Opak singkong, Kerupuk pati danKerupuk udang, Rengginang dan Singkong segar. Dan minyak goreng diberi

    perlakuan berbeda pula.

    B.TujuanMengamati perubahan yang terjadi pada produk hasil gorengan.

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    2/27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Penggorengan merupakan proses dehidrasi (pengambilan air) dari produk

    pangan, baik dari bagian luar maupun keseluruhan bagian produk. Proses

    penggorengan menggunakan minyak atau lemak sebagai media pindah panas.

    Proses pindah panas terjadi dari permukaan penggorengan menuju minyak/lemak

    dan dari minyak/lemak yang panas menuju permukaan produk yang digoreng.

    Selama penggorengan, air mengalami penguapan dan permukaan produk yang

    digoreng menjadi mengeras (terbentuk lapisan keras atau crust), sedangkan

    tekstur bagian dalam produk dapat mengeras atau tetap lembek/lunak bergantung

    pada sifat bahan yang digoreng.

    Minyak atau lemak sebagai media pindah panas juga bisa terserap pada

    produk yang digoreng atau melapisi permukaan produk melalui proses adsorpsi,

    penyerapan, atau reaksi kimiawi membentuk lapisan keras (crust) dengan sifat

    yang khas. Jumlah minyak yang teradsorpsi, terserap, atau mengalami reaksi

    kimiawi untuk membentuk lapisan keras bergantung pada sejumlah faktor, seperti

    jenis produk pangan yang digoreng, suhu dan waktu penggorengan, serta sifat

    kimia minyak. Waktu yang dibutuhkan pada proses penggorengan beragam

    bergantung pada tingkat kematangan yang diinginkan, mulai dari 30 detik untuk

    proses blansing sampai 20 menit untuk menggoreng ayam.

    Keuntungan yang dapat diperoleh dari proses penggorengan adalah

    sebagai berikut.

    a. Perubahan rasa dan tekstur. Produk yang digoreng mempunyai rasa yangenak, bau yang sedap, rasa di mulut yang enak, dan tekstur tertentu sesuaiyang diinginkan.

    b. Pelapisan. Produk pangan tertentu seperti nugget, atau kentang gorengseringkali diproses tidak sempurna menjadi produk setengah jadi. Proses

    penggorengan pada produk-produk jenis ini berfungsi membentuk lapisan

    yang renyah ketika produk-produk tersebut mengalami penggorengan atau

    pemanasan lagi.

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    3/27

    c. Pembentukan warna. Penggorengan menghasilkan warna coklat keemasanyang diinginkan.

    d. Penambahan minyak. Perendaman bahan yang digoreng dalma minyakmenyebabkan minyak terserap produk. Minyak yang terserap dapat

    beragam, mulai 1-2 % untuk kacang goreng sampai 40% untuk keripik

    kentang. Pada sebagian besar produk, minyak yang terserap berfungsi

    sebagai pelumas yang berperan pada rasa di mulut (mouthfeel).

    e. Kepraktisan. Produk hasil penggorengan dengan mudah disiapkan kembaliatau dipanaskan dengan cara digoreng, dipanaskan dalam oven biasa, atau

    oven gelombang mikro.

    f. Blansing. Suhu penggorengan (biasanya lebih dari 177C) berfungsimemblansing produk. Pada proses blansing ini terjadi inaktivasi enzim,

    pengurangan udara antarsel, pengurangan volume, dan inaktivasi sebagian

    mikroba.

    g. Inaktivasi mikroba/membunuh patogen. Suhu penggorengan dapatmembunuh sebagian mikroba, dan beberapa proses penggorengan

    dirancang untuk membunuh mikroba patogen. Departemen pertanian

    Amerika Serikat telah mensyaratkan bahwa hamburger harus dipanaskan

    sampai suhu bagian dalamnya mencapai 71C untuk mendestruksi

    enteropatogenikE.coli.

    h. Pindah panas. Minyak panas merupakan media pindah panas yang sangatbaik. (teti, 2009)

    Minyak merupakan bahan dasar yang penting bagi industri makanan. Pada

    proses penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas,menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan

    (Ketaren, 1986). Pada umumnya, proses penggorengan dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu sistem pan frying dan deep frying. Ciri dari sistem pan frying adalah

    bahan pangan yang digoreng tidak sampai terendam di dalam minyak, sedangkan

    pada sistem deep frying dibutuhkan banyak minyak karena bahan pangan yang

    digoreng harus terendam seluruhnya. Proses menggoreng biasanya mengggunakan

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    4/27

    minyak dengan metode deep frying sehingga menyisakan minyak goreng yang

    cukup banyak. Minyak ini biasanya tidak dibuang, tetapi digunakan kembali

    untuk menggoreng sebagai usaha penghematan. Akibatnya minyak mengalami

    pemanasan berulang-ulang. Menurut Belitz dan Grosch (1999), pemanasan

    minyak yang dilakukan secara berulang-ulang pada suhu tinggi, akan

    mengakibatkan terjadinya perubahan sifat fisiko-kimia minyak, yaitu akan

    menghasilkan senyawa hasil oksidasi yang dapat menimbulkan pengaruh yang

    membahayakan kesehatan.

    Secara proses teknologi penggorengan mempunyai kemiripan dengan

    pengeringan. perbedaan dasar antara teknologi penggorengan dan pengeringan

    adalah medium pemanas. Teknologi penggorengan memakai medium pemanas

    minyak goreng, sedangkan pengeringan umumnya memakai udara panas.

    Berdasarkan pada suhu minyak goreng, proses penggorengan digolongkan

    menjadi dua yakni 1, teknologi penggorengan memakai minyak goreng suhu

    rendah (suhu 130-170) 2, teknologi penggorengan memakai minyak goreng pada

    suhu tinggi (suhu 180-200) biasanya metode penggorengan memakai suhu rendah

    dilakukan memakai teknik shallow frying. (anonim, 2011)

    Menurut Lawson (1995), metode penggorengan dapat dibedakan menjadi

    3 yaitu Griddling.Pan Frying, danDeep Fat Frying. Metode Griddling danPan

    Frying banyak digunakan dalam pengolahanpangan di rumah tangga. Griddling

    adalah proses penggorengan menggunakan Griddle (alat penggoreng dengan

    permukaan datar) dan minyak goreng yang sangat sedikit. Sehingga membentuk

    lapisan film minyak pada permukaan Griddle. Pan Frying adalah metode

    penggorengan dengan menggunakan sedikit minyak goreng ( inci dari

    permukaan ketel, sedikit lebih banyak dibanding minyak yang digunakanpadametode Griddling), umumnya digunakan untuk menggoreng ayam atau ikan.

    Proses penggorengan yang dilakukan di industri makanan umumnya

    menggunakan metode Deep Fat Frying, yaitu proses menggoreng dengan

    menggunakan pindah panas yang langsung dari minyak yang panas ke makanan

    yangdingin.

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    5/27

    Teori Penggorengan

    Suhu permukaan bahan akan naik dengan cepat menyamai suhu panasminyak.

    Air akan menguap, bagian permukaan mengering dikkuti bagian dalamsecara perlahan

    Laju pindah panas dikendalikan olehperbedaan suhu antara minyak danbahan

    Laju penetrasi panas ke dalam makanan dikendalikan oleh konduktivitastermal bahan (Hidayat, 2007)

    Faktor yang Mempengaruhi Penggorengan

    Jenis minyak yang digunakan Kondisi minyak Kontak antara minyak dan bahan Suhu dan waktu penggorengan Ukuran, kelembapan dan karakteristik permukaan bahan Perlakuan sebelum dan setelah penggorengan.

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    6/27

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    A.Bahan dan Alato Bahan :Singkong segar untuk pembuatan chip dan singkong gorengOpak singkongKerupuk pati dan Kerupuk udangRengginangMinyak goreng

    o Alat :WajanKomporSlicer

    B.Prosedur

    Singkong segar dikupas, dicuci, dan dipotong berbentuk lingkaran dengan

    ketebalan 1 cm (sebanyak 10 buah)

    Diameter bahan dan ketebalannya diukur kembali

    5 buah singkong mulai digoreng pada saat minyak belum panas.

    Dicatat waktunya sampai singkong matang

    5 buah singkong berikutnya digoreng pada saat minyak sudah panas.

    Dicatat waktunya sampai singkong matang

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    7/27

    Singkong yang telah digoreng diukur kembali diameter dan ketebalannya, serta

    diamati warna dan teksturnya

    Dihitung derajat pengembangannya

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    8/27

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.HasilData pengamatan Kelompok 1 (Chip singkong)

    Ukuran bahan pada minyak sebelum mendidih (diameter bahan/singkongchips)

    No. Sebelum digoreng Setelah digoreng

    1. 5 cm 4,3 cm

    2. 4 cm 3,5 cm

    3. 4,5 cm 4,0 cm

    4. 4,5 cm 4,0 cm

    5. 4,5 cm 4,0 cm

    Ukuran bahan pada minyak setelah mendidihNo. Sebelum digoreng Setelah digoreng

    1. 5 cm 4,5 cm

    2. 4,5 cm 4,0 cm

    3. 4,5 cm 4,0 cm

    4. 4,5 cm 4,0 cm

    5. 4,5 cm 4,0 cm

    Luas bahan pada minyak sebelum mendidihNo. Sebelum digoreng Setelah digoreng

    1. 3,14 x 5 = 15,7 cm 3,14 x 4,3 = 13,502 cm

    2. 3,14 x 4 = 12,56 cm 3,14 x 3,5 = 10,99 cm

    3. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

    4. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

    5. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    9/27

    Luas bahan pada minyak setelah mendidihNo. Sebelum digoreng Setelah digoreng

    1. 3,14 x 5 = 15,7 cm 3,14 x 4,5 = 14,13 cm

    2. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

    3. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

    4. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

    5. 3,14 x 4,5 = 14,13 cm 3,14 x 4,0 = 12,56 cm

    Derajat pengembanganNo. Sebelum mendidih Sesudah mendidih

    1. -14 % -10 %

    2. -12,5 % -11,11 %

    3. -11,11 % -11,11 %

    4. -11,11 % -11,11 %

    5. -11,11 % -11,11 %

    Pengamatan sifat sensoris bahan pada minyak sebelum mendidihNo. Panelis

    ParameterWaktu

    warna tekstur

    1. A 3 2

    00:03:40

    2. B 3 3

    3. C 2 2

    4. D 3 3

    5. E 3 3

    6. F 3 3

    7. G 3 2

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    10/27

    Pengamatan sifat sensoris bahan pada minyak setelah mendidihNo. Panelis

    ParameterWaktu

    warna tekstur

    1. A 4 3

    00:03:00

    2. B 2 3

    3. C 4 3

    4. D 4 2

    5. E 3 2

    6. F 4 2

    7. G 3 2

    Data pengamatan Kelompok 2 (Opak singkong)

    No. Perlakuandiameter luas Derajat

    pengembangan1 2 1 2

    1. Suhu awal 7 0,5 38,5 70,9 45,69%

    2. Sebelum 7,2 8,5 40,73 56,76 28,24%

    3. Minyak 6,5 8 33,2 50,28 33,96%

    4. Mendidih 7 8,8 38,5 60,8 36,67%

    5. 7,2 8,5 40,73 56,76 28,24%

    1. Suhu awal 6,7 9 35,27 63,64 44,57%

    2. Setelah 7,5 10 44,2 78,57 43,74%

    3. Minyak 7 9 38,5 63,64 39,50%

    4. Mendidih 7,5 9 44,2 63,64 30,54%

    5. 7,6 8,5 45,38 56,76 20,04%

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    11/27

    No. PerlakuanParameter Lama

    penggorenganWarna tekstur

    1. Suhu awal 2 3

    4,5 menit

    2. Sebelum 2 3

    3. Minyak 2 3

    4. Mendidih 2 3

    5. 2 3

    1. Suhu awal 1 2

    55 detik

    2. Setelah 1 2

    3. Minyak 2 2

    4. Mendidih 2 2

    5. 2 2

    Keterangan:

    Warna : 1. coklat muda kekerasan: 1. tidak kasar

    2. coklat 2. agak kasar

    3. coklat keputihan 3. kasar

    4. sangat kasar

    Data pengamatan Kelompok 3 (Kerupuk pati)

    sebelum digorengSebelum mendidih Setelah mendidih

    Warna kerupuk p l Warna kerupuk p l

    Hijau 1 3,6 3,4 Merah 1 4,1 3,8

    Hijau 2 4,2 3,5 Merah 2 4,5 2,9

    Merah 1 3,9 3,8 Hijau 1 4,3 3

    Merah 2 4,8 3 Hijau 2 4,1 3,4

    Merah 3 4 3 Hijau 3 3,7 3,3

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    12/27

    setelah digorengSuhu awal sebelum minyak mendidih

    Warna kerupuk p l rasa warna Derajat pengembangan

    Hijau 1 5,5 5,3 2 1 138%

    Hijau 2 5,2 6,9 2 1 144%

    Merah 1 6 3,9 2 1 57,9%

    Merah 2 7 6,5 2 1 215%

    Merah 3 7 6,4 2 1 274%

    X 6,14 5,8 2 1 165,78%

    Suhu awal setelah minyak mendidih

    Warna kerupuk p l rasa warna Derajat pengembangan

    Merah 1 6,2 6 3 2 224%

    Merah 2 6,2 5,5 3 2 161,3%

    Hijau 1 6,5 6 4 1 202,32%

    Hijau 2 6 4,9 3 3 110.9%

    Hijau 3 6 5,6 3 2 183,78%

    X 6,18 5,6 176,46%

    - lama waktu penggorengan untuk suhu awal sebelum minyak mendidih :2,46 menit

    - lama waktu penggorengan untuk suhu awal setelah minyak mendidih :20,5 detik

    -Keterangan:

    Rasa1 : tidak renyah 3 : renyah2 : agak renyah 4 : sangat renyah

    Warna1 : tidak cokelat 3 : cokelat

    2 : agak cokelat 4 : sangat cokelat

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    13/27

    Data pengamatan Kelompok 4 (Kerupuk udang)

    Sebelum mendidih Setelah mendidih

    1 2 3 1 2 3

    Ukuran

    sebelum

    penggorengan

    p = 5,2

    l = 4,7

    p = 5,3

    l = 4,5

    p = 5,2

    l = 4,9

    p = 5,3

    l = 4,6

    p = 5,0

    l = 4,5

    p = 4,8

    l = 4,4

    Ukuran

    sesudah

    penggorengan

    p = 10,2

    l = 9,6

    p = 10,6

    l = 9,5

    p = 10,2

    l = 9,5

    p = 10,6

    l = 10,0

    p = 10,2

    l = 9,6

    p = 8,8

    l = 10,2

    Derajat

    pengembangan300% 322% 280% 334% 335% 325%

    Waktu 3 menit 3 detik 21 detik

    Warna Kecoklatan Coklat

    Tekstur Agak renyah Renyah

    Rasa Gurih Gurih

    Sebelum penggorengan:

    - tekstur : keras- warna : putih kekuninganData pengamatan Kelompok 5 (Singkong goreng ketebalan 1 cm)

    sebelum digorengSebelum mendidih Sesudah mendidih

    singkong diameter tinggi singkong diameter tinggi

    A 4,2 cm 1 cm F 4,05 cm 1,25 cm

    B 4,6 cm 1,3 cm G 4 cm 1,1 cm

    C 4,5 cm 1,1 cm H 3,7 cm 0,7 cm

    D 4,2 cm 1,1 cm I 4,1 cm 0,9 cm

    E 3,7 cm 1 cm J 4,7 cm 1 cm

    4,24 cm 1,1 cm 4,11 cm 0,99 cm

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    14/27

    sesudah digorengSebelum minyak mendidih Lama waktu

    penggorengansingkong diameter Tinggi rasa warna

    A 4,1 cm 0.8 cm 3 2

    5 menit 54 detik

    B 4,5 cm 1 cm 3 2

    C 4 cm 1,1 cm 3 4

    D 4,1 cm 0,95 cm 2 2

    E 3,8 cm 0,95 cm 3 4

    x 4,1 cm 0.96 cm

    Sesudah minyak mendidih Lama waktu

    penggorengansingkong diameter Tinggi rasa warna

    F 3,95 cm 1,1 cm 3 3

    2 menit 14 detik

    G 3,9 cm 0,95 cm 3 3

    H 3,6 cm 0,6 cm 3 4

    I 4,1 cm 0,7 cm 3 2

    J 4,4 cm 0,95 cm 2 2

    x 3,99 cm 0.,86 cm

    Keterangan :

    Rasa 1 : tidak renyah warna : 1. tidak coklat

    2 : agak renyah 2. agak coklat

    3 : renyah 3. coklat

    4 : sangat renyah 4. sangat coklat

    Derajat pengembanganSebelum minyak

    mendidih

    Derajat

    pengembangan

    Setelah minyak

    mendidih

    Derajat

    pengembangan

    A -21,92 % F -14,15 %

    B -24,72 % G -15,78 %

    C -11,13 % H -16,60 %

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    15/27

    D -15,65 % I -22,19 %

    E -2,41 % J -11,05 %

    X -15,16 % x -15,95 %

    Data pengamatan Kelompok 6 (rengginang)

    Luas bahan sebelum digorengKerupuk

    Sebelum minyak

    mendidihkerupuk

    Sesudah minyak

    mendidih

    1 6 cm 1 5,9 cm

    2 6,15 cm 2 5,25 cm

    3 6,4 cm 3 6 cm

    4 6,25 cm 4 6,25 cm

    5 6,1 cm 5 6 cm

    Luas bahan setelah digoreng

    Kerupuk

    Sebelum minyak

    mendidih kerupuk

    Sesudah minyak

    mendidih

    1 6 cm 1 8,65 cm

    2 6,25 cm 2 7,75 cm

    3 6,5 cm 3 8,5 cm

    4 7 cm 4 8,25 cm

    5 6,65 cm 5 8,5 cm

    perlakuan: suhu awal sebelum minyak mendidihwaktu penggorengan : 7 menit

    Farha Steve Ulfah Nadya Mira Hikmah Nuraeni X

    Warna 4 3 4 4 4 4 4 3,85

    Tekstur 2 4 2 2 1 2 2 2,14

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    16/27

    perlakuan : suhu awal setelah minyak mendidihwaktu penggorengan : 2 menit

    Farha Steve Ulfah Nadya Mira Hikmah Nuraeni X

    Warna 1 1 2 1 2 1 1 1,285

    Tekstur 4 4 4 4 3 4 4 3,85

    Keterangan:

    Warna : 1. tidak coklat tekstur : 1. tidak renyah

    2. agak coklat 2. agak renyah

    3. coklat 3. renyah

    4. sangat coklat 4. sangat renyah

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    17/27

    B.PembahasanPada praktikum frying ini, digunakan beberapa jenis bahan seperti

    singkong segar untuk pembuatan chips, opak singkong, kerupuk pati, kerupuk

    udang, singkong segar untuk pembuatan balok singkong, dan rengginang. Dari

    keenam bahan diberi dua perlakuan yaitu digoreng pada suhu awal sebelum

    minyak mendidih, dan digoreng pada suhu awal setelah minyak mendidih.

    Sebelum bahan digoreng, bahan terlebih dahulu diukur diameternya

    sebanyak 2x (panjang dan lebar). Setelah itu, bahan digoreng dengan suhu awal

    yang berbeda sampai strukturnya mantap dan warnanya berubah. Lalu dicatat

    lamanya menggoreng. Setelah itu diamati warna dan teksturnya serta derajat

    pengembangan. Dari keenam bahan yang digunakan, diperoleh perubahan

    warna, tekstur, dan derajad pengembangan yang berbeda.

    Chips yang dikerjakan kelompok 1, pada saat digoreng pada suhu awal

    sebelum minyak mendidih warna chips berubah dari putih menjadi agak

    coklat, teksturnya berubah dari lemas menjadi renyah. Dan memiliki rata-rata

    derajat pengembangan -13%. Untuk mematangkan chips singkong yang

    digoreng pada pada suhu awal sebelum minyak mendidih diperlukan waktu 3

    menit 40 detik. Sedangkan pada chips yang digoreng pada suhu awal setelah

    minyak mendidih warna chips berubah dari putih menjadi coklat, teksturnya

    berubah dari lemas menjadi renyah. Dan memiliki rata-rata derajat

    pengembangan -11 %. Untuk mematangkan chips singkong yang digoreng

    pada suhu awal setelah minyak mendidih diperlukan waktu 3 menit. Dengan

    perbedaan suhu awal menggoreng pada chips, menyebabkan warna yang

    dihasilkan berbeda, suhu awal yang tinggi menyebabkan lebih terjadi

    pencoklatan. Tekstur yang dihasilkan juga berbeda chips yang digorengsebelum minyak mendidih lebih bantat karena air yang menguap belum

    sempurna. Derajat pengembangannya juga berbeda suhu awal sebelum

    mendidih derajat pengembangannya lebih negatif, karena lebih mengecil

    ukurannya setelah digoreng. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk

    mematangkan chips juga berbeda karena untuk suhu yang lebih rendah

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    18/27

    memerlukan waktu yang lebih lama untuk menguapkan air yang ada pada

    chips.

    Perubahan warna yang terjadi pada chips singkong ini diakibatkan karena

    penguapan air pada saat penggorengan. Pada saat chips berubah menjadi

    coklat, itu berarti kadar air dalam chips sudah kritis. Dan kadar air kritis juga

    menyebabkan tekstur chips menjadi renyah. Berbeda dengan bahan yang

    lainnya, derajad pengembangan chips bernilai negatif karena setelah chips

    matang, chips mengalami penciutan. Penciutan ini terjadi karena chips terbuat

    dari singkong segar yang selnya masih utuh meskipun dia tipis tapi kadar air

    dalam chips tinggi sehingga chips tidak dapat mengembang.

    Berbeda dengan chips, opak singkong yang dikerjakan kelompok 2, pada

    saat digoreng pada suhu awal sebelum minyak mendidih warna opak singkong

    berubah dari agak coklat menjadi coklat, teksturnya berubah menjadi keras.

    Dan memiliki rata-rata derajat pengembangan 34,56%. Untuk mematangkan

    opak singkong yang digoreng pada pada suhu awal sebelum minyak mendidih

    diperlukan waktu 4 menit 30 detik. Sedangkan pada opak yang digoreng pada

    suhu awal setelah minyak mendidih warna opak berubah dari agak coklat

    menjadi coklat muda, teksturnya berubah menjadi renyah. Dan memiliki rata-

    rata derajat pengembangan 35,678 %. Untuk mematangkan opak singkong

    yang digoreng pada suhu awal setelah minyak mendidih diperlukan waktu 55

    detik. Dengan perbedaan suhu awal menggoreng pada opak singkong,

    menyebabkan warna yang dihasilkan berbeda, suhu awal yang tinggi

    menyebabkan opak berubah menjadi agak coklat, sedangkan pada suhu awal

    yang rendah opak singkong warnanya masih coklat. Tekstur yang dihasilkan

    juga berbeda opak yang digoreng sebelum minyak mendidih lebih bantatkarena air yang menguap belum sempurna, sedangkan pada suhu awal yang

    tinggi opak menjadi lebih renyah. Derajat pengembangannya juga berbeda

    suhu awal sebelum mendidih derajat pengembangannya lebih kecil, dan pada

    suhu awal setelah mendidih opak mengembang dengan baik sehingga derajat

    pengembangannya pun lebih tinggi. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk

    mematangkan opak juga berbeda karena untuk suhu yang lebih rendah

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    19/27

    memerlukan waktu yang lebih lama untuk menguapkan air yang ada pada opak

    singkong.

    Opak berpati segar dan ka tinggi, tetapi proses pembuatannya berbeda

    dengan chips, sebelum bahan digoreng bahan yang sudah dicampur bumbu

    dikeringkan dahulu sehingga kadar airnya lebih sedikit dari chips, sehingga

    opak lebih bisa mengembang. Opak sebelum dicetak dihaluskan dulu sehingga

    pati dapat mengikat air, lalu saat digoreng air berubah menjadi uap air, lalu

    uap mulai memuai karena suhunya meningkat lalu uap mendesak dinding sel

    sehingga opak dapat mengembang. Tetapi opak tidak mengembang seperti

    kerupuk, karena dalam opak ada komponen lain selain pati.

    Selanjutnya ada kerupuk pati yang dikerjakan oleh kelompok 3, pada saat

    digoreng pada suhu awal sebelum minyak mendidih warna kerupuk pati

    berubah menjadi tidak coklat, teksturnya berubah menjadi agak renyah. Dan

    memiliki rata-rata derajat pengembangan 165,78%. Untuk mematangkan

    kerupuk pati yang digoreng pada pada suhu awal sebelum minyak mendidih

    diperlukan waktu 4 menit 30 detik. Sedangkan pada kerupuk pati yang

    digoreng pada suhu awal setelah minyak mendidih warna kerupuk pati berubah

    menjadi agak coklat, teksturnya berubah menjadi renyah. Dan memiliki rata-

    rata derajad pengembangan 176,46%. Untuk mematangkan yang digoreng pada

    suhu awal setelah minyak mendidih diperlukan waktu 55 detik. Dengan

    perbedaan suhu awal menggoreng pada kerupuk pati, menyebabkan warna

    yang dihasilkan berbeda, suhu awal yang tinggi menyebabkan kerupuk pati

    berubah menjadi agak coklat, sedangkan pada suhu awal yang rendah kerupuk

    pati warnanya tidak coklat. Tekstur yang dihasilkan juga berbeda kerupuk pati

    yang digoreng sebelum minyak mendidih tidak renyah, sedangkan pada suhuawal yang tinggi kerupuk pati menjadi lebih renyah. Derajat pengembangannya

    juga berbeda suhu awal sebelum mendidih derajat pengembangannya lebih

    kecil, dan pada suhu awal setelah mendidih kerupuk pati mengembang dengan

    baik sehingga derajat pengembangannya pun lebih tinggi. Selain itu, waktu

    yang dibutuhkan untuk mematangkan kerupuk pati juga berbeda karena untuk

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    20/27

    suhu yang lebih rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menguapkan

    air yang ada pada kerupuk pati.

    Kerupuk pati terbuat dari pati murni yang dibuat adonan dan tidak

    dicampur bahan lain kecuali bumbu. Sebelum dicetak adonan kerupuk di steam

    blanching dulu supaya pati tergelatinisasi. Lalu didinginkan semalam supaya

    plastis (retrogradasi) lalu dikeringkan hingga kering patah (kadar airnya pas =

    Air minimal pada kerupuk agar bisa mengembang dengan baik 9 %). Air yang

    ada dalam kerupuk menjadi uap air ketika digoreng. Karena tidak ada

    komponen lain selain amilosa dan amilopektin jadi kerupuk mengembang

    dengan baik.

    Lalu ada kerupuk udang yang dikerjakan oleh kelompok 4, pada saat

    digoreng pada suhu awal sebelum minyak mendidih warna kerupuk udang

    berubah menjadi agak coklat, teksturnya berubah menjadi agak renyah. Dan

    memiliki rata-rata derajat pengembangan 300,67%. Untuk mematangkan

    kerupuk udang yang digoreng pada pada suhu awal sebelum minyak mendidih

    diperlukan waktu 3 menit 3 detik. Sedangkan pada kerupuk udang yang

    digoreng pada suhu awal setelah minyak mendidih warna kerupuk udang

    berubah menjadi coklat dengan rata-rata derajat pengembangan 331,33%.

    Untuk mematangkan yang digoreng pada suhu awal setelah minyak mendidih

    diperlukan waktu 21 detik. Dengan perbedaan suhu awal menggoreng pada

    kerupuk udang, menyebabkan warna yang dihasilkan berbeda, suhu awal yang

    tinggi menyebabkan kerupuk udang berubah menjadi coklat, sedangkan pada

    suhu awal yang rendah kerupuk udang warnanya agak coklat. Tekstur yang

    dihasilkan juga berbeda kerupuk udang yang digoreng sebelum minyak

    mendidih agak renyah, sedangkan pada suhu awal yang tinggi kerupuk udangmenjadi lebih renyah. Derajat pengembangannya juga berbeda suhu awal

    sebelum mendidih derajat pengembangannya lebih kecil, dan pada suhu awal

    setelah mendidih kerupuk udang mengembang dengan baik sehingga derajat

    pengembangannya pun lebih tinggi. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk

    mematangkan kerupuk udang juga berbeda karena untuk suhu yang lebih

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    21/27

    rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menguapkan air yang ada

    pada kerupuk udang.

    Kerupuk udang terbuat dari pati murni yang dibuat adonan dan dicampur

    dengan bahan lain seperti udang dan juga bumbu. Proses pembuatannya sama

    seperti kerupuk pati, yaitu sebelum dicetak adonan kerupuk di steam blanching

    dulu supaya pati tergelatinisasi. Lalu didinginkan semalam supaya plastis

    (retrogradasi) lalu dikeringkan hingga kering patah (kadar airnya pas = Air

    minimal pada kerupuk agar bisa mengembang dengan baik 9 %). Air yang ada

    dalam kerupuk menjadi uap air ketika digoreng. Kerupuk udang mengandung

    komponen lain selain amilosa dan amilopektin yaitu protrin yang berasal dari

    udang.

    Singkong goreng dengan ketebalan 1 cm yang dikerjakan oleh

    kelompok 5 memiliki warna awal bahan putih segar. Sesudah 10 potongan

    singkong diukur diameter dan tebal bahan 1 cm, bahan dipisah menjadi 2

    bagian, 5 potong untuk perlakuan penggorengan sebelum minyak mendidih,

    dan 5 potong untuk perlakuan penggorengan sesudah minyak mendidih.

    Setelah mengalami proses penggorengan, singkong mengalami oenyusutan

    diameter maupun ketebalan bahan (tinggi). Hal tersebut menyebabkam derajat

    pengembangan yang dihitung kemudian bernilai minus. Pada perlakuan

    singkong yang digoreng sebelum minyak mendidih, derajat pengembangannya

    15,16%, sementara untuk perlakuan singkong yang digoreng sesudah minyak

    mendidih derajat pengembangannya 15,95%. Perbedaan lama waktu

    penggorengan juga cukup besar. Waktu penggorengan untuk perlakuan

    sebelum minyak mendidih yaitu 5 menit 54 detik, sementara waktu

    penggorengan untuk perlakuan sesudah minyak mendidih yaitu 2 menit 14detik.

    Singkong goreng dengan dua perlakuan berbeda memiliki rasa (tekstur)

    yang relatif sama, yaitu renyah. Ada beberapa singkong goreng yang

    teksturnya agak renyah, dal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan

    ketebalan (tinggi) bahan yang digoreng tidak sama, sehingga ada bagian dalam

    singkong yang belum terlalu matang. Warna singkong goreng dari kedua

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    22/27

    perlakuan juga relatif sama, yaitu agak coklat. Namun ada beberapa singkong

    yang warnanya sangat coklat (gosong). Hal tersebut dapat disebabkan karena

    pada saat pengangkatan singkong dari minyak terlalu lama, tidak bersamaan

    dengan potongan singkong yang lain, sehingga beberapa potongan singkon

    tersebut mengalami kegosongan.

    Bahan terakhir yang digunakanadalah rengginang. Berbeda dengan bahan

    sebelumnya, rengginang mengalami pertambahan volume bahan setelah

    penggorengan. Hal tersebut dapat dilihat dari derajat pengembangannya,

    nilainya tidak ada yang minus. Akan tetapi terdapat perbedaan jumlah nilai

    yang cukup besar pada derajat pengembangannya sebelum minyak mendidih

    dan sesudah minyak mendidih (dua perlakuan berbeda). Untuk perlakuan

    sebelum minyak mendidih, rata-rata derajat pengembangannya 26,26%,

    sementara untuk oerlakuan sesudah minyak mendidih, rata-rata derajat

    pengembangannya 41,69%. Perbedaan ini dapat disebabkan karena bahan akan

    lebih mudah atau cepat mengembang pada penggorengan dengan minyak yang

    sudah dalam kondisi panas terlebih dahulu, dibandingkan dengan bahan yang

    digoreng atau sudah dicelupkan dalam minyak sebelum minyak tersebut

    mendidih. Waktu penggorengannya pun juga tentunya berbeda. Pada bahan

    yang diberi perlakuan digoreng sebelum minyak mendidih, waktu

    penggorengannya 7 menit, sedangkan yang digoreng sesudah minyak

    mendidih, waktu penggorengannya hanya 2 menit.

    Rengginang, dengan dua perlakuan berbeda jika dilihat dari segi warna

    dan tekstur pun juga berbeda. Rengginang yang digoreng sebelum minyak

    mendidih, menurut 6 dari 7 panelis memiliki warna sangat coklat. Hal tersebut

    dapat disebabkan karena lamanya waktu penggorengan, sehingga warnarengginang cepat sekali berubah. Sementara untuk rengginang yang digoreng

    setelah minyak mendidih, menurut 5 dari 7 panelis memiliki warna tidak

    coklat. Tekstur rengginang pada perlakuan sebelum minyak mendidih agak

    renyah, sementara pada perlakuan sesudah minyak mendidih, teksturnya sangat

    renyah. Hal demikian dapat terjadi karena bahan lebih cepat matang pada

    minyak yang sudah panas dan akhirnya mengubah tekstur bahan makanan.

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    23/27

    BAB V

    PENUTUP

    A.Kesimpulan Derajat pengembangan tiap produk hasil gorengan berbeda. Pada kerupuk,

    opak singkong, dan rengginang, nilai derajat pengembangannya tinggi,

    sementara untuk chip singkong dan singkong goreng dengan ketebalan 1

    cm, nilai derajat pengembangannya rendah, bahkan negatif.

    Derajat pengembangan tinggi berarti bahan tersebut mengembang,sementara jika derajat pengembangannya negatif maka bahan tersebut

    mengalami penyusutan.

    Sesudah penggorengan, bahan makanan teksturnya akan relatif renyah,serta warnanya juga berubah menjadi kecoklatan.

    B.Saran Praktikum dasar teknologi pengolahan sudah bagus. Karena bahan untuk

    praktikum sudah tersedia.

    Asisten praktikumnya pun dapat menjelaskan prosedur kerja dengan baik. Tapi, untuk masalah alat sedikit ada masalah karena alatnya terbatas

    sehingga praktikumnya harus bergantian.

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    24/27

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2011. Teknologi Penggorengan,.

    http://lemakminyak.blogspot.com/2011/05/teknologi-penggorengan.html.

    Diakses pada 26 oktober 2012.

    Belitz, H. D dan W. Grosch. 1999.Food Chemistry. Springer: Berlin.

    Estiasih, Teti dan Kgs Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi

    Aksara: Malang.

    Hidayat, Nur. 2007.Penggorengan.

    http://ptp2007.files.wordpress.com/2007/11/penggorengan.pdf.Diakses

    pada 5 November 2012.Ketaren, S.1986.Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press : Jakarta.

    http://lemakminyak.blogspot.com/2011/05/teknologi-penggorengan.htmlhttp://ptp2007.files.wordpress.com/2007/11/penggorengan.pdfhttp://ptp2007.files.wordpress.com/2007/11/penggorengan.pdfhttp://lemakminyak.blogspot.com/2011/05/teknologi-penggorengan.html
  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    25/27

    LAMPIRAN

    Singkong sebelum digoreng

    Singkong pada saat digoreng

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    26/27

    Singkong goreng saat warna berubah kecoklatan

    Singkong goreng yang ditiriskan

  • 7/22/2019 laporan praktikum dasar teknologi pengolahan

    27/27

    Singkong goreng yang sudah matang

    B C D E

    F G H I

    A

    J