laporan posisi keuangan (sap 9).doc
TRANSCRIPT
LAPORAN POSISI KEUANGAN
1. Aset-Aset Entitas
Menurut FASB, aset adalah kemungkinan-kemungkinan ekonomi yang
diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh entitas tertentu sebagai
akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”.
1.1. Pengakuan dan Penilaian Aset
APB mengatakan bahwa pengakuan dan penilaian aset maupun kewajiban
sebagai pencatatan aktiva yang didasarkan pada kejadian saat entitas tersebut
mendapatkan kekayaan atau aktiva tersebut dari pihak lain, sedangkan kewajiban
diakui saat kewajiban muncul kepada pihak lain. Penilaian keduanya didasarkan
pada nilai tukar, nilai pengorbanan (exchange atau market change) pada saat
pengalihan tersebut terjadi. Nilai ini disebut acquisition cost.
Untuk pengorbanan yang diberikan pada aktiva bukan utang (non-moneter),
maka nilai yang dipakai adalah harga pasar yang diserahkan. Di samping nilai
pertukaran atau historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga berbagai nilai
yang sering dipakai dalam penilaian aktiva. Nilai-nilai tersebut, yaitu:
a. Book value, adalah harga yang diperoleh dari nilai perolehan historis
dikurangi akumulasi penyusutan yang telah dibebaskan kepada
pendapatan.
b. Replacement cost, adalah nilai yang diberikan pada suatu barang yang
dimaksud, jika barang tersebut diganti dengan barang lain yang sama.
c. Selling price, adalah harga penjualan.
d. Net realizable value, adalah harga jual dikurangi biaya penjualannya atau
dikurangi tingkat margin yang normal.
FASB dalam SFAC No.5 merekomendasi 5 (lima) metode pengukuran
sebagai berikut:
a. Harga perolehan (historical cost). Aktiva dan hutang diakui sebesar
jumlah kas, atau ekuivalennya yang dibayarkan untuk memperoleh aktiva
atau terjadinya hutang.
b. Harga kini atau nilai ganti (current of replacement cost). Aktiva dan
hutang diakui sebesar jumlah kas, atau ekuivalennya yang harus dibayar
jika aset yang sama atau ekuivalen diperoleh sekarang.
1
c. Nilai pasar (current market value). Aktiva dan hutang diakui sebesar
jumlah kas atau ekuivalennya yang akan diterima jika aktiva itu dijual.
d. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable or settlement value).
Jumlah kas atau ekuivalennya yang tidak didiskon di mana aktiva dan
hutang diharapkan untuk dikonversi dengan jumlah tersebut di masa yang
akan datang.
e. Nilai sekarang atau nilai yang telah didiskontokan dari nilai arus kas di
masa yang akan datang (present or discounted value of future cash flows).
Merupakan nilai arus kas masuk di masa mendatang yang didiskontokan
yang akan digunakan sebagai dasar konversi aktiva dan hutang.
1.2. Metode Penilaian Aset
Dua bentuk klasifikasi yang digunakan yaitu current (lancar) dan non-current
(tidak lancar). Current dinyatakan sebagai siklus operasi atau satu tahun,
sedangkan non-current adalah lebih lama dari satu tahun. Siklus operasional
adalah waktu yang dibutuhkan untuk menuju akuisisi material dan mengumpulkan
kas dari pendapatan.
1.3. Piutang Usaha (Receivable)
Piutang usaha berhubungan erat dengan pengakuan pendapatan. Dua konsep
yang mendasari pengakuan pendapatan tersebut, yaitu (1) earning process dan (2)
realization process. Terdapat beberapa metode pengakuan pendapatan sebagai
berikut, (1) Pengakuan pendapatan atas dasar kemajuan produksi; (2) Pengakuan
pendapatan atas dasar saat produksi selesai; (3) Pengakuan pendapatan atas dasar
saat penjualan; (4) Pengakuan pendapatan atas dasar saat penerimaan kas.
1.4. Investasi Sementara
Secara umum investasi dalam saham diklasifikasikan pada salah satu dari 3
(tiga) motif, yaitu:
a. Held-to-maturity (motif investasi), di mana investasi mengarah pada
intensitas positif dan kemampuan untuk membawa ke dalam kedewasaan.
b. Trading (motif spekulasi), maksudnya adalah untuk menjual saham dalam
waktu dekat.
c. Available-for-sale (motif lainnya), di mana tidak ada dua kategori lainnya
yang diterapkan.
2
1.5. Persediaan (Inventory)
Suatu entitas bisnis dapat menggunakan metode first in first out (FIFO), last
in first out (LIFO), dan rata-rata tertimbang dalam menilai jumlahnya
persediaannya. Penilaian persediaan juga melibatkan nilai-nilai sebagai berikut:
a. Persediaan terendah dicatat dengan nilai antara historis cost atau market
(replacement) cost.
b. Nilai riil bersil (net realizable value) atau nilai bersih (net) realisasi
dikurangi dengan mark up normal.
1.6. Aset yang Dibangun Sendiri dan Persediaan Manufaktur
Dua metode yang sering dibahas dalam literatur akuntansi, terkait dengan
penentuan kos suatu produk yang diproduksi sendiri adalah variable costing dan
full absorption costing. Hanya biaya produksi variabel yang dilekatkan atau
diperhitungkan pada inventori di bawah variabel costing. Berbeda halnya dengan
full absorption costing, metode ini mencoba untuk menghitung semua biaya
produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel untuk inventori atau aset yang
diproduksi.
1.7. Depresiasi dan Deplesi terhadap Aset Tetap
Depresiasi merupakan alokasi yang bersifat sistematis dan rasional atas nilai
aset sesuai masa manfaatnya, karena aset tersebut telah memberikan kontribusi
berupa penghasilan. Depresiasi dapat menggunakan beberapa metode, seperti: (a)
Straight line; (b) Sum of years digit; (c) Declining balance; (d) Unit produksi.
1.8. Aset yang Nilainya Mengalami Penurunan (Merugikan)
Aset yang dimiliki oleh suatu entitas sangat mungkin nilainya menurun pada
periode berjalan. Faktor penyimpanan terhadap persediaan yang buruk dapat
menyebabkan kualitas persediaan yang dimiliki menurun. Penurunan kualitas
akan menyebabkan penurunan harga jualnya. Permasalahan yang muncul terhadap
aset tersebut adalah memberikan nilai yang relevan dengan kondisinya serta nilai
representasi yang tepat.
1.9. Aset Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat di identifikasi
sebagai aset yang tidak memiliki wujud fisik. Suatu transaksi dapat diakui sebagai
aset tidak berwujud jika memenuhi syarat berikut, yaitu: kemungkinan entitas
3
memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut dan biay perolehan
aset tersebut dapat diukur dengan andal.
1.10. Biaya yang Ditangguhkan
Dalam akuntansi keuangan, terdapat dua tipe biaya yang ditangguhkan,
yaitu sebagai berikut:
a. Tipe yang menggambarkan prepaid cost.
Tipe ini diharapkan menyediakan keuntungan masa mendatang dalam bentuk
pengurangan aliran kas untuk jasa yang berhubungan seperti prepaid insurance.
b. Tipe yang menggambarkan biaya ditangguhkan.
Tipe ini menggambarkan penangguhan pengakuan biaya karena alas an
peraturan pengukuran pendapatan (matching principles).
2. Kewajiban
Kewajiban didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomis yang
mungkin terjadi di masa akan datang yang muncul dari kewajiban-kewajiban
sekarang pada suatu kesatuan usaha tertentu untuk mentransfer aset atau jasa
kepada entitas lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi-transaksi
atau event-event di masa lalu (FASB 1985, paragraf 35).
2.1. Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban
Secara umum, kewajiban diukur dengan jumlah yang disepakati dalam
pertukaran. Hutang lancar diukur berdasarkan nilai kewajiban yang akan dibayar
di masa yang akan datang, sedangkan hutang jangka panjang diukur berdasarkan
pada present yang dihitung berdasarkan current interest rates.
2.2. Hutang Wesel (Notes Payable)
Hutang wesel merupakan bukti bahwa entitas memiliki hutang usaha yang
bersifat jangka pendek, baik untuk tujuan operasi maupun pembelian barang
dagangan. Hutang ini biasanya disertai dengan tingkat bunga pasar yang harus di-
discounted, dengan tujuan agar wesel berada pada nilai bunga pasar yang
sesungguhnya. Discount yang muncul dari perbedaan rates diamortisasi selama
umur wesel dan dibiayakan sebagai interest rates to market rates
2.3. Hutang Obligasi (Bonds Payable)
Obligasi merupakan surat pernyataan kewajiban (hutang) yang dikeluarkan
oleh suatu entitas atau lembaga pemerintah yang menjamin pembayaran pokok
4
pinjaman pada waktu tertentu di masa mendatang ditambah dengan bunga
periodik, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang.
2.4. Obligasi Konvertibel (Convertible Bonds)
Obligasi konvertibel memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: (1) Tingkat
bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh entitas
untuk obligasi non-konvertibel; (2) Harga konversi awal yang lebih tinggi
daripada harga saham biasa pada tanggal keluarannya; (3) Hak penarikan
dipertahankan oleh entitas tersebut.
3. Modal
Dua elemen modal para pemegang saham adalah modal setoran dan laba
ditahan. Pada umumnya, tujuan pelaporan modal para pemegang saham adalah
menyajikan informasi kepada pihak yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen, serta menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
3.1. Komponen modal
Beberapa komponen yang membentuk modal perseroan yaitu:
a. Jumlah rupiah maksimum yang dapat disetorkan para pemegang saham.
b. Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham yang disebut dengan
modal disetor, dan selisih antara modal dasar dengan modal disetor disebut
dengan modal portepel.
c. Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi atau revaluasi aset-aset
berwujud (fisik) yang dimiliki perseroan (entitas).
d. Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen.
e. Jumlah rupiah donasi dari pihak non pemegang saham.
3.2. Pemesanan Pembelian Saham (Capital Stock Subscription)
Biasanya, jika investor berkeinginan membeli saham maka mereka harus
memesan (to subscribe) terlebih dahulu lembar saham yang akan dibeli dengan
harga sesuai kesepakatan pada saat pemesanan.
3.3. Obligasi Berhaktukar (Convertible Bonds)
Perseroan sering menertbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi
tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas inisiatif pemegang obligasi
dalam periode konversi tertentu.
5
3.4. Saham Prioritas Berhaktukar (Convertible Preferred Stock)
Pengukuran jumlah rupiah yang diakui sebagai modal pemegang saham dapat
menggunakan pendekatan seperti obligasi berhaktukar. Jika terdapat selisih antara
harga pasar baik saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harus
dikompensasi ke atau dari laba ditahan.
3.5. Dividen Saham dan Pemecahan Saham (Stock Dividend and Stock
Splits)
Pemecahan saham (stock splits) adalah penurunan nominal saham atau nilai
yuridis per lembar saham dengan cara menukar tiap satu lembar saham yang
beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per lembarnya
merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula. Dividen saham memiliki
karakteristik bahwa dividen tersebut bukan merupakan pendapatan/laba dari
penerimanya. Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan
merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aktiva atau hutang yang
dimiliki suatu entitas.
3.6. Hak Beli Saham (Stock Rights)
Hak untuk membeli saham suatu entitas pada penerbitan saham baru biasanya
diberikan kepada pemegang saham lama untuk tujuan mempertahankan
kepemilikan pemegang saham lama. Hak beli saham biasanya umurnya tidak lama
dan harga beli saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga
pasar saham yang bersangkutan. Harga pasar hak beli saham dihitung dari selisih
harga pasar saham dengan harga yang harus dibayar para pemegang saham yang
memiliki hak beli saham tersebut.
3.7. Opsi Saham (Stock Options)
Opsi saham merupakan jenis kontrak yang memberi hak kepada karyawan
suatu entitas bisnis untuk membeli saham yang dimiliki oleh entitas tersebut
dalam jangka waktu tertentu dengan harga tertentu pula.
3.8. Kupon Saham (Stock Warrants)
Kupon saham berbeda dengan opsi saham dalam beberapa aspek yakni:
a. Kupon saham dijual kepada pihak yang bukan pemegang saham atau
karyawan perseroan.
b. Kupon saham dijual tunai.
6
c. Total harga pembelian saham biasaya melebihi harga pasar saham pada
saat kupon diterbitkan atau dijual.
3.9. Laba Ditahan
Secara teoritis, laba ditahan yang tersedia secara keseluruhan adalah untuk
dibagikan sebagai dividen. Jika dividen yang dibagikan melebihi laba ditahan
yang dimiliki perseroan atau ada sebagian modal setoran yang didistribusikan
sebagai dividen, maka kelebihan atau sebagian modal setoran yang didistribusikan
tersebut bukan merupakan dividen biasa, tetapi merupakan dividen likuidasi.
Laba ditahan yang tidak dibagi sebagai dividen berarti bahwa laba tersebut
diinvestasikan kembali secara permanen dan ini berarti bahwa laba ditahan
tersebut secara konseptual merupakan modal setoran kendali para pemegang
saham yang tidak secara langsung melakukan setoran tersebut.
3.10. Perubahan Laba Ditahan
Jika pemisahan transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, maka terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba
ditahan, yaitu laba periodik dan pembagian dividen. Transaksi lain yang juga
berpengaruh terhadap laba ditahan adalah transaksi yang tergolong transaksi
modal dan langsung dimasukkan dalam laba ditahan serta tidak melalui laporan
laba-rugi.
3.11. Penyesuaian Periode Sebelumnya (Prior – Period Adjustments)
Penyesuaian periode sebelumnya yang merupakan perlakuan terhadap
suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi masa sebelumnya bukan
sebagai pengurangan atau penambahan perhitungan laba tahun sekarang.
Tujuannya adalah agar saldo awal menggambarkan kondisi yang semestinya.
3.12. Koreksi Kesalahan dalam Laporan Keuangan Periode Sebelumnya
Dalam hal tertentu, sangat mungkin kesalahan baru dapat diketahui setelah
laporan keuangan diterbitkan. Kesalahan seperti kesalahan hitung, kesalahan
aplikasi, atau kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan
laporan keuangan harus diperlakukan sebagai kesalahan periode lalu, dan
dilakukan penyesuaian pada laba ditahan awal tahun sekarang.
3.13. Perubahan Metode Akuntansi (Accounting Changes)
Terdapat tiga perubahan akuntansi, yaitu:
7
a. Perubahan Prinsip atau Metode Akuntansi
Banyak kondisi yang dapat membawa pada perubahan metode akuntansi
ini seperti perubahan peraturan pajak, aturan beli-sewa dan lainnya.
b. Perubahan Taksiran Akuntansi (changes in accounting estimate)
Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya fakta baru atau
informasi baru oleh suatu entitas menggunakan taksiran tertentu.
c. Perubahan Kesatuan/Subjek Pelaporan (changes in the reporting entity)
Perubahan subjek pelaporan berarti perubahan organisasi atau lingkup
kesatuan usaha yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
3.14. Kuasi Reorganisasi
Kuasi-reorganisasi adalah mekanisme untuk menghilangkan defisit dan
menjadikan entitas seakan-akan baru berdiri dengan modal yuridis yang baru.
Proses dari kuasi-reorganisasi yaitu:
a. Aktiva dan hutang dinilai kembali atas dasar nilai pasar pada saat
reorganisasi
b. Premium modal saham harus ditentukan jumlahnya cukup besar agar dapat
digunakan untuk menutup deficit. Setelah itu defisit dapat langsung
dikompensasi dengan premium modal saham tersebut, dan kalau tidak
cukup, maka modal yuridis harus diturunkan atau dimintakan kesediaan
dari pemegang saham untuk menutup deficit dengan mendonasikan
sebagian modal sahamnya.
c. Saldo debit laba ditahan dihilangkan dengan cara mendebit premium
modal saham untuk menyerap defisit.
Setelah kuasi-reorganisasi, laba ditahan akan bersaldo nol dan mungkin
terdapat sisa premium modal saham. Laporan keuangan untuk tahun terjadinya
kuasi-reorganisasi harus mengungkapkan rincian jumlah yang membentuk
struktur modal yang baru.
4. Kelompok Derivatif
SFAS No. 133 menyatakan bahwa instrument derivatif merupakan suatu
instrument keuangan atau perjanjian lainnya yang memiliki tiga karakteristik
sebagai berikut:
8
a. Memiliki satu atau lebih peristiwa yang menjadi dasar dan satu lebih
gagasan, atau syarat pembayaran atau keduanya.
b. Tidak memerlukan investasi awal bersih atau kalau diperlukan jumlahnya
lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh jenis
perjanjian lainnya yang diperkirakan akan memiliki response yang sama
terhadap perubahan dalam faktor-faktor pasar.
c. Perjanjian mengharuskan adanya syarat atau memungkinkan penyelesaian
bersih (net settlement).
Transaksi derivatif dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (1) fungsi
spekulasi, berkaitan dengan kondisi di masa yang akan datang untuk memperoleh
suatu profit atau kondisi yang diperkirakan; (2) Fungsi Hedging, merupakan salah
satu bentuk pengelolaan resiko, seperti halnya asuransi.
4.1. Klasifikasi Utama Produk-Produk Derivatif
Secara umum derivatif diklasifikasikan ke dalam futures contracts, forward
contracts, swap contracts, option contracts, dan instrument keuangan lainnya
dengan karakteristik yang sama.
1) Future Contracts
Merupakan perjanjian antara dua pihak untuk jual beli komoditi atau asset
pada waktu dan tempat yang ditentukan, dan dengan harga yang disepakati
saat ini.
2) Forward Contracts
Adalah kontrak antara dua pihak untuk membeli atau menjual suatu aset
pada suatu waktu yang ditetapkan dengan harga yang pasti dan penyerahan
dilakukan dikemudian hari.
3) Swap Contracts
Swap adalah sebuah kontrak transaksi finansial yang menyebabkan dua
pihak setuju bertukar cash flow secara periodik dalam periode tertentu sesuai
dengan aturan yang telah disepakati bersama.
4) Options
Options adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemiliknya
untuk membeli atau menjual underlying aset pada harga tertentu yang
ditetapkan sekarang.
9
4.2. Mengapa Derivatif Menjadi Penting
Banyak entitas bisnis menggunakan derivatif sebagai suatu media untuk
tujuan sebagai berikut: (1) Memperoleh pendanaan dengan biaya yang lebih
rendah melalui arbitrase atau instrumen-instrumen yang telah lazim digunakan;
(2) Mendiversifikasikan sumber-sumber pembiayaan di mana entitas tersebut
masih dimungkinkan untuk memperoleh dana dari suatu pasar, kemudian mereka
meng swap-kan semua atau sebagian dari arus kas tersebut ke suatu valuta asing
atau indeks tertentu yang diinginkan; (3) Membiayai operasi entitas di banyak
negara dengan biaya yang paling rendah; (4) Menghedging biaya dari hutang di
masa mendatang yang memiliki bunga tetap; (5) Menghedging biaya dari hutang
di masa mendatang yang berbunga mengambang.
4.3. Pengelolaan Risiko Derivatif
Beberapa langkah pengelolaan risiko dalam menggunakan derivatif, yaitu: (1)
Harus dipastikan bahwa dewan direksi dan manajemen senior memahami, mampu
mengelola, dan mengendalikan penggunaan derivatif; (2) Diperolehnya otorisasi
manajemen puncak; (3) Harus dipastikan bahwa siapa yang bertanggung jawab
(accountable) atas setiap transaksi derivatif; (4) Lakukan audit atau penilaian
yang menyeluruh terkait dengan praktek pengelolaan risiko yang ada
dibandingkan dengan “praktek terbaik” yang sekarang berlaku; (5) Jika dipandang
perlu, ciptakan suatu fungsi pengawasan risiko; (6) Lakukan analisis sensitivitas
terhadap transaksi derivatif; (7) Entitas secara teratur harus menyatakan semua
transaksi keuangan; (8) Diperlukan cadangan yang cukup untuk mengurangi
risiko likuiditas; (9) Entitas harus memiliki struktur pembatasan risiko yang
memadai dan memastikan bahwa pembatasan tersebut ditinjau secara reguler; (10)
Suatu entitas dapat menggunakan bantuan stress testing dan mark to market
model.
4.4. Pelaporan Transaksi Derivatif
Model akuntansi sekarang mengharuskan bahwa instrumen derivatif harus
diakui dalam laporan keuangan karena instrumen tersebut memenuhi syarat untuk
digolongkan sebagai aset ataupun sebagai kewajiban. Transaksi derivatif
menimbulkan untung-rugi bagi suatu entitas. Oleh sebab itu, derivatif harus
dilaporkan dalam laporan keuangan.
10
11