laporan pendahuluan ispa

23
LAPORAN PENDAHULUAN ISPA(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) DI RUANG BAITUL ATHFAL RSI SULTAN AGUNG SEMARANG A. DEFINISI ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian. Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan

Upload: nndi-w

Post on 07-Aug-2015

1.132 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Ispa

LAPORAN PENDAHULUAN

ISPA(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS)

DI RUANG BAITUL ATHFAL RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

A. DEFINISI

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.

Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta

organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA

meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian

besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak

memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila

infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita

pneumoni yang dapat berujung pada kematian. Menurut Program Pemberantasan Penyakit

(P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan

pneumonia. Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit

jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.

B. ETIOLOGI

1. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara

akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis,

dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common

cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada

manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

Page 2: Laporan Pendahuluan Ispa

2.    Manusia

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia

dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena

anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen

saluran nafasnya masih sempit.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada

laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

c. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab

utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi

anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya

didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya

tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat

berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

d. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir

<2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai

angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram

Page 3: Laporan Pendahuluan Ispa

saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah

penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

e. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya

akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus,

terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan

kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin,

Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat

penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

f. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap

penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi

tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa

pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan

kesehatan anak.

3. Lingkungan

a. Kelembaban Ruangan

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004),

dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan

berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil

uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai

exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita

sebesar 28 kali.

Page 4: Laporan Pendahuluan Ispa

b. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum

18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau

diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu

ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko

terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

c. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini

berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah

tersebut tetap terjaga.

d. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004)

menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar

pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak

yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian

Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko

terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

e. Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan

nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena

menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di

lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru

sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

f.   Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat

menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74%

Page 5: Laporan Pendahuluan Ispa

wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun

2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan

penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

g. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif.

Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan

racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian

Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok

pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau

97.560.002 penduduk.

h. Status Ekonomi dan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila

rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah

besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun

ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan

bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi

berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status

ekonominya rendah.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak

sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul

sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,

biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri

Page 6: Laporan Pendahuluan Ispa

kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan

brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi

susah minum dan bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut

mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan

akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain,  nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya

lymphadenitis mesenteric.

7.   Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah

tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin

tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara

pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

D. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.

Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada

permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu

tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak

lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).

Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas

kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi

pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan

tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal

gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Page 7: Laporan Pendahuluan Ispa

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat

infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme

perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan

bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus

pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak

tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi

mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas

dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya

fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa

dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan

gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam

tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran

nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran

nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran

pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga

menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis

saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar

terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun

saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas

system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada

saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori

IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar,

1994)..

E. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti

hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung

Page 8: Laporan Pendahuluan Ispa

maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin

hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.

Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.

Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan

demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah

keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman

(swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan

hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis

dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika

diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a. Identitas Pasien

1) Umur              

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia

dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA

daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).

2) Jenis kelamin  

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana

angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara

Denmark (Anggana Rafika, 2009).

3) Alamat           

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan

masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet

Page 9: Laporan Pendahuluan Ispa

al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi

secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya

ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara

didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.

Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah

seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA

anak (Anggana Rafika, 2009)

b. Riwayat Kesehatan

o Keluhan Utama

o Riwayat penyakit sekarang

o Riwayat penyakit dahulu:

o Riwayat penyakit keluarga:

o Riwayat sosial:

c. Pemeriksaan Persistem 

B1 (Breath)             :

1) Inspeksi:

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

Tonsil tanpak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringna parut pada leher

Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan

cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi

2) Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri

tekan pada nodus limfe servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

Page 10: Laporan Pendahuluan Ispa

3) Perkusi

Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood)        : kardiovaskuler Hipertermi

B3 (Brain)        : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,

terjadi gangguan penciuman

B4 (Bladder)    : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel)       : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum

sedikit, nyeri telan pada tenggorokan

            B6 (Bone)         : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

d.  Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan

kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai

dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia

3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)

a)   Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

b)   Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

c)   Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

d)  Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.

e)   Resiko tinggi penularan infeksi( Khaidir:2008)

Page 11: Laporan Pendahuluan Ispa

2. Dignosa Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

b. Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

d. Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.

e. Resiko tinggi penularan infeksi( Khaidir:2008)

3. Intervensi

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan Intervensi

1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas).

1. Suhu tubuh kembali normal1. Nadi : 60-100 denyut per

menit2. Tekanan darah : 120/80

mmHg3. RR : 16-20 kali per

menit

Observasi :

tanda-tanda vital

Mandiri :

1. Kompres pada kepala / aksila.2. Atur sirkulasi udara kamar pasien

Health Education:

1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat

2. Anjurkan klien untuk minum banyak 2000-2500 ml/hari.

3. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama masa febris penyakit

4. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama masa febris penyakit

5. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama masa febris penyakit

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Page 12: Laporan Pendahuluan Ispa

Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya

 

2 Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

 

Dalam waktu 3x 24 jam nyeri berkurang menjadi skala 1

Observasi :

Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya

Mandiri :

1)   Anjurkan klien untuk menghindari alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak

2)   Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat

 

 

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai indikasi

 

Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

 

Page 13: Laporan Pendahuluan Ispa

3 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret

Bersihan jalan nafas efekti Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis

Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada

Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi

Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

Berikan cairan sedikitnay 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan air hangat daripada dingin .

 

Kolaborasi :

Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.

Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator, analgesic.

 

3 Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia

Nutrisi kembali seimbang dengan KH:

A:Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan                                                      

Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari

Berikan porsi makan kecil tapi sering

Page 14: Laporan Pendahuluan Ispa

Berat badan tidak turun (stabil)

B: Biokimia:

- Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)

- Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl)

C: Clinis:

-          Tidak tampak kurus

-          Rambut tebal dan hitam

-          Terdapat lipatan lemak subkutan

D: Diet:

-          Makan habis satu porsi

-          Pola makan 3X/hari

dalam keadaan hangat

Tingkatkan tirah baring

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

Berikan heath education pada ibu tentang Nutrisi : makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih yang banyak

1 Resiko tinggi penularan infeksi

Meminimalisir penularan infeksi lewat udara

Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA

Batasi pengunjung sesuai indikasi

Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas

Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.

Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun atau asupan makanan berkurang

Kolaborasi :Pemberian obat sesuai hasil kultur

1.

Page 15: Laporan Pendahuluan Ispa

 

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS ISPA

(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)

DIRUANG BAITUL ATHFAL RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

DI SUSUN OLEH:

AIDA SAFITRI

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FEBRUARI 2012

SEMARANG

Page 16: Laporan Pendahuluan Ispa