laporan kasus ispa - skill lab

Upload: chiieochiie

Post on 13-Oct-2015

329 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

Laporan Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara, Juli 2012

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSalah satu penyakit yang sering di derita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) atau Acute Respiratory Infection (ARI), baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. Infeksi akut dalam arti adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Penyakit pada saluran pernapasan merupakan sumber yang paling penting pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak-anak kecil. ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Banyak kasus dilaporkan pada penyakit ISPA perlu perawatan di rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Adapun yang termasuk ISPA adalah tonsilitis, rhinitis, faringitis, influenza, bronkitis akut, bronkiolitis, dan pneumonia. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.

1.2 Rumusan MasalahMasalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien2. Adanya hubungan antara penyakit (ISPA) terhadap lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, mengingat ISPA merupakan penyakit menular3. Melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam mendukung penyembuhan pasien4. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan pasien

1.3 TujuanTujuan penulisan laporan kasus : 1. Mengetahui dan memahami betul tentang penyakit ISPA itu sendiri, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga, dengan mengiikutsertakan pasien dan keluarga.2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis, psikologis, lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga) terhadap penyakit pasien (ISPA). 3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga terhadap anak yang menderita ISPA4. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community medicine.

1.4 Manfaat1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluargannya terhadap ISPA dan pengobatannya.2. Mengenali gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut, serta memanfaatkan potensi pasien dan keluargannya dalam menanggulangi masalah yang timbul.3. Membantu dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus penyakit menular (contoh : ISPA) atau penyakit tidak menular.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Definisi ISPAISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung 14 hari.1 Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian.1 Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumoni dan yang bukan pneumoni. Pneumoni dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumoni berat dan pneumoni tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rhinitis, faringitis, tonsillitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumoni.2 Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.ISPA ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan fibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatrik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban imunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.2.2Klasifikasi ISPAProgram Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :a) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).b) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. c) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.Klasifikasi ISPA ini dapat dibedakan sesuai dengan golongan umur, yaitu :1. Golongan umur kurang 2 bulan :a. Pneumonia berat : ditandai dengan nafas cepat dan tarikan dalam dan kuat dinding dada bagian bawah. Batas napas cepat untuk golongan umur < 2 bulan yaitu 60kali per menit atau lebih.b. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagaian bawah atau napas cepat (frekuensi napas < 60x/menit). 22. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :a. Pneumonia berat : bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta)b. Pneumonia : tidak ada tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, adanya napas cepat : usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.c. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat : Usia 2-12 bulan adalah kurang dari 50 kali per menit Usia 1-4 tahun adalah kurang dari 40 kali per menit2.3Diagnosis ISPAISPA yang ringan umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis ISPA sering dilakukan secara klinis. Namun apabila terjadi komplikasi seperti pneumonia berat, biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium dan roentgen. Pada kondisi tertentu seperti demam yang berkepanjangan mungkin diperlukan pemeriksaan laboratorium. Diskusikan dengan dokter anda mengenai pemeriksaan ISPA.Berikut merupakan penyakit yang termasuk dalam golongan ISPA : commond cold, influenza, sinusitis, otitis media akut, laringitis, bronkitis, pneumonia, dan lain-lain.3Gejala :Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan yaitu :1a. Batukb. Pilekc. Kesulitan bernapasd. Demam (38-40C)Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-anak : 1,2a. bersin-bersinb. nyeri menelanc. sakit kepala, nyeri sendid. lemah, lesue. frekuensi napas cepatPemeriksaan :Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Auskultasi dapat dilakukan untuk mendengarkan apakah ada kelainan suara paru. Namun, untuk membedakan pneumonia atau bukan pneumonia dapat dilihat dari adanya tarikan dinding dada dan napas cepat.2.4Tanda-Tanda Bahaya ISPAPada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris.4Tanda-tanda klinis : a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratorium : 4 hypoxemia, hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai :1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan :a. Kurang bisa minum ( kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya)b. Kejangc. Kesadaran menurund. Stridore. Wheezingf. Demam atau dingin2. Anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : a. tidak bisa minumb. kejangc. kesadaran menurund. stridore. gizi buruk2.5Etiologi dan Faktor Resiko ISPAInfeksi saluran napas akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur. Sebagian besar infeksi saluran napas atas disebabkan oleh virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.Faktor Resiko Kontak dekat (terutama pada anak-anak di sekolah atau playgroup) Travelling Merokok dan perokok pasif Imunodefisiensi Polip hidung, bentuk muka, traum ajalan nafas atas Penderita carrier streptococcus group APada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini :1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi waktu batuk-batuk dan bersin-bersin.3. Melalui kontak langsung / tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari jasad renik (hand to hand transmission)Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung daripada mukosa faring.Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand (vide 3) merupakan modus yang terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.52.6Penatalaksanaan ISPAPengobatanPengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu :41. Pneumonia berat :Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.2. Pneumonia : Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.3. Bukan Pneumonia : Pengobatan bersifat symptomatik Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamolPerawatan dirumahBeberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA : 3

1. Mengatasi panas (demam) :Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). 2. Mengatasi batuk :Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.3. Pemberian makananBerikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. 4. Pemberian minumanUsahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.5. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.PencegahanPenyakit ISPA dapat dicegah penularannya dengan cara :61. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik2. Immunisasi3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA5. Pemberian ASI eksklusif (antibodi)6. Berhenti merokok atau hindari asap rokok7. Nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh8. Aktivitas fisik ditingkatkan9. Hindari stress karena dapat menurunkan daya tahan tubuh10. Istirahat yang cukup2.7Komplikasi Komplikasi ISPA yang dapat terjadi diantaranya :51. Sinusitis2. Sesak napas3. Pneumonia dan pneumonia berat4. Otitis Media Akut5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep Throat)2.8PrognosisPrognosis untuk penyakit ISPA umunya baik bila ditangani dengan tepat serta didukung dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk bahkan sampai menimbulkan kematian bila pasien datang berobat dalam keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit dan gizi yang buruk.

BAB IIIMATERI dan METODE3.1 MateriMateri yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang terjadi pada anak berusia 5 tahun.

3.2 MetodeMetode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :1. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan rumah dan sekitarnya.2. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan. Wawancara dilakukan kepada orangtua (ibu) pasien dikarenakan pasien masih anak-anak berusia 5 tahun. 3. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan kunjungan ke rumah pasien.

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN4.1 Hasil DataDari hasil wawancara dengan ibu pasien serta pengamatan pada saat melaksanakan kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Tanjung Duren Utara, maka diperoleh data sebagai berikut :

Puskesmas: Kelurahan Tanjung Duren UtaraAlamat: Jalan Tanjung Duren Utara IV No.7B, Jakarta BaratNo. Register: - I. Identitas Pasien :a. Nama: Siti Sarahb. Umur: 5 tahunc. Jenis kelamin: perempuand. Pekerjaan: -e. Pendidikan: -f. Alamat: Jalan Tanjung Duren Timur RT 011/ RW 01 no. 29: Telepon : 021-83697491

II. Riwayat Biologis Keluarga :a. Keadaan kesehatan sekarang: sedangb. Kebersihan perorangan: baikc. Penyakit yang sering diderita: batuk, pilek, demamd. Penyakit keturunan: kakek dan ayah :tekanan darah tinggi (hipertensi) e. Penyakit kronis/menular: tidak adaf. Kecacatan anggota keluarga: tidak adag. Pola makan: baikh. Pola istirahat: baiki. Jumlah anggota keluarga: 6 orangIII. Psikologis Keluarga :a. Kebiasaan buruk: Ayah pasien merokokb. Pengambilan keputusan: Ibuc. Ketergantungan obat: -d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmase. Pola rekreasi: kurang

IV. Keadaan rumah/ lingkungan :a. Jenis bangunan: permanenb. Lantai rumah: keramikc. Luas rumah: 30 m2d. Penerangan: baike. Kebersihan: sedangf. Ventilasi: kurangg. Dapur: adah. Jamban keluarga: adai. Sumber air minum: air galon aqua dan air tanahj. Sumber pencemaran air: adak. Pemanfaatan pekarangan: tidak adal. Sistem pembuangan air limbah: adam. Tempat pembuangan sampah: adan. Sanitasi lingkungan: baik

V. Spiritual Keluarga :a. Ketaatan beribadah: baikb. Keyakinan tentang kesehatan: baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga :a. Tingkat pendidikan: rendahb. Hubungan antara anggota keluarga: baikc. Hubungan dengan orang lain: baikd. Kegiatan organisasi sosial: baike. Keadaan ekonomi: sedang

VII. Kultural Keluarga :a. Adat yang berpengaruh: Ayah : Batak , Ibu : Jawa ( tidak ada adat yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan keluarga)b. Lain-lain: -

VIII. Daftar Anggota Keluarga :NoNamaHub dgn KKUmur (tahun)PendidikanPekerjaanAgamaKeadaan kesehatanKeadaan giziImunisasiKB

1.Budi Ari SiregarSuami53Tamat SDPengemudi ojekIslamTekanan darah tinggiBaikTidak diketahui-

2. SuwarniIsteri44Tamat SDPedagang warung dan gado-gadoIslamBaikBaikLengkapSuntik

3.Longgom SiregarPutri pertama25Tamat SMKKaryawanIslamBaikBaikLengkap-

4.Sutan SiregarPutra pertama22Tamat SMAKaryawanIslamBaikBaikLengkap-

5. Siti RahmaPutri kedua18Tamat SMPKaryawanIslamBaikBaikLengkap-

6.Siti SarahPutri ketiga5Belum sekolah-IslamBaikBaikLengkap-

IX. Keluhan Utama : Batuk dan pilek disertai demamX. Keluhan Tambahan: batuk kering, rasa nyeri dada, dan sedikit sulit bernapasXI. Riwayat Penyakit Sekarang: pada hari pertama (rabu) mengalami demam dan pilek, kemudian pada malam harinya pasien batuk. Keesokan harinya pasien merasa dada sakit dan sedikit sesak napas.XII. Riwayat Penyakit Dahulu: batuk, pilek, dan demam A. Riwayat alergi : disangkalB. Riwayat penyakit jantung : disangkalC. Riwayat penyakit ginjal:disangkalD. Riwayat penyakit paru: disangkalE. Riwayat kencing manis: disangkalXIII. Pemeriksaan Fisik: Kesadaran umum : baik (compos mentis)Gizi : baik ( BB : 19 kg, TB : 144 cm)Tanda-tanda vital : normalSuhu : 37 CNadi : 80x/menitAuskultasi : wheezing : -/-XIV. Diagnosis Penyakit:Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) bukan pneumoni, karena tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada napas cepatXV. Diagnosis Keluarga:ISPA, karena tertular dari teman bermain pasien yang sakit dengan gejala yang sama (demam, batuk, dan pilek).XVI. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit :a. Promotif:penyulahan dengan memberikan pengetahuan (edukasi) kepada pasien dan keluarga pasien sehingga adanya perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien. Contoh : penyuluhan mengenai pengertian ISPA, faktor resiko, tanda-tanda bahaya ISPA, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat, anjuran memakan makanan yang bersih dan bergizi (gizi seimbang). b. Preventif: Pencegahan yang dapat dilakukan : Menerapkan perilaku bersih dan sehat, misalnya dengan cuci tangan sebelum makan, sesudah BAB, sesudah bermain. Menjaga keadaan gizi dengan memakan makanan yang bersih dan gizi seimbang dengan pola makan teratur (3 x sehari). Jangan jajan sembarang, hindari es, makan chiki, makan makanan berminyak Istirahat yang cukup dan perbanyak serat, buah, vitamin, dan olahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh Imunisasi dasar lengkap Hindari kontak dengan orang yang menderita ISPA atau penyakit menular lainnya. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar Langsung segera di bawa ke rumah sakit apabila ada tanda-tanda bahaya ISPA untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.c. Kuratif: memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu pemberian yang adekuat, serta harga obat yang terjangkau.Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien : Kortimoksasol syrup (antibiotik) Obat puyer ( untuk demam)

d. Rehabilitatif:suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat.-membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui status gizi anak dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas, tebal lemak.-memperbaiki status gizi agar daya tahan tubuh meningkat dan proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan gizi dapat dilakukan dengan menghindari anak untuk jajan sembarangan sehingga anak makan makanan dirumah yang lebih bersih dan bergizi. Minum obat yang teratur, terutama antibiotik harus dihabiskan. Bila obat sudah habis dan penyakit belum sembuh segera bawa pasien ke puskesmas kembali.Atau bila ada tanda bahaya penyakit (ISPA) segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.XVII. Prognosis :a. Penyakit: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berprognosis baik (dubia et bonam). Oleh karena itu, pasien harus meminum obat secara teratur dan antibiotik yang diberikan harus dihabiskan. Pasien juga harus mendapat asupan gizi yang cukup dan seimbang, istirahat yang cukup, hindari faktor resiko serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk membantu dalam proses penyembuhannya.b. Keluarga: Adanya hubungan yang baik di dalam keluarga pasien dan adanya dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien maka prognosis baik. Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit menular. Kemungkinan keluarga pasien terkena ISPA juga besar dikarenakan keluarga merupakan komunitas yang berhubungan erat dengan pasien. Perlunya daya tahan tubuh yang baik untuk mencegah penularan, hal yang dapat dilakukan nutrisi adekuat (makan makanan yang bersih dan gizi seimbang), istirahat yang cukup, olahraga, menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri serta.c. Masyarakat: Masyarakat juga komunitas yang dapat terkena ISPA, sehingga perlunya menjaga kesehatan pribadi (olahraga, perhatikan nutrisi adekuat, kebersihan lingkungan) dan menghindari kontak dekat untuk mengurangi faktor resiko. XVIII. Resume : Telah diperiksa pasien anak perempuan berusia 5 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk, pilek, demam. Batuk dirasakan pasien kering dan adanya kesulitan bernapas (sesak). Tidak adanya tanda tarikan dinding dada serta tidak terdapat wheezing. Keluhan tambahan lainnya seperti pusing, sakit kepala, sakit menelan disangkal. Nafsu makan pasien baik, pola istirahat juga baik, imunisasi dasar lengkap. Pasien tertular penyakit ini dari teman bermainnya dengan gejala yang sama. Faktor resiko lainnya yang diberitahukan ibunnya yakni pasien juga sering jajan sembarangan, minum es. Riwayat penyakit terdahulu yang pernah dialami batuk, pilek, dan demam.

4.2 ANALISA KASUSSeorang pasien anak perempuan Nn.S umur 5 tahun datang ke Puskesmas Tanjung Duren Utara dengan keluhan batuk, pilek, dan demam. Pasien datang ke Puskesmas diantar ibunya pada hari Rabu tanggal 4 Juli 2012. Tanggal 6 Juli 2012 dilakukan kunjungan ke rumah pasien untuk melakukan wawancara dan melihat kondisi pasien dan kondisi rumah serta lingkungan sekitar. Dari situ didapatkan keterangan bahwa Nn.S menderita ISPA karena tertular teman bermainnya.4.3 ANALISA KUNJUNGAN RUMAHA. Kondisi pasien: keadaan pasien sekarang tampak sedang. Pasien masih sedikit lemah. Namun pasien sudah tidak demam dan sudah dapat bermain bersama teman-temannya. Pasien terlihat bersih dan terawat.B. Pendidikan: pasien belum bersekolah karena masih berumur 5 tahunC. Keadaan rumah: Lokasi: Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain hanya dipisahkan oleh jalan setapak dan letaknya berdampingan antar rumah. Pasien tinggal mengontrak.Dari sini dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor resiko ISPA yang mana dapat ditularkan dari tetangga sekitar.

Kondisi: Jenis bangunan rumah permanen karena ada pondasi rumah. Dinding dan lantai terbuat dari bata, semen, dan atap genteng. Setiap ruangan (kamar mandi, kamar tidur) rumah dibangun secara permanen. Lantai rumah menggunakan keramik. Rumah tampak sedikit berantakan karena banyak pakaian yang bergantungan. Luas rumah : 30 m2D. Pembagian rumah:Rumah terdiri dari : -lantai 1 : terdapat ruang untuk berjualan (warung) yang digabung dengan dapur, 1 ruang kamar mandi.- lantai 2 : 2 ruang kamar tidur, 1 ruang kamar mandi. Salah satu ruang kamar tidur dipergunakan sebagai ruang keluarga juga. E. Ventilasi: Tidak terdapat ventilasi pada rumah pasien. Jendela rumah hanya terbuat seluruhnya dari kaca permanen yang tidak dapat dibuka atau ditutup. Satu-satunya jalan udara keluar masuk adalah melalui pintu masuk di lantai bawah, dan pintu yang ada di setiap kamar. Kurangnya pertukaran udara dalam rumah dapat mempengaruhi kesehatan anggota keluarga tersebut.F. Penerangan: Penerangan rumah pasien baik. Terdapat lampu disetiap ruangan serta jendela yang lebar sehingga cahaya matahari dapat masuk di setiap ruangan.G. Kebersihan: kebersihan dalam rumah sedang, banyak pakaian yang digantung. Secara umum kebersihan ruang kamar, dapur, dan kamar mandi sedang.H. Sanitasi dasar: Sumber air minum yang digunakan untuk minum adalah air galon aqua dan air tanah yang dimasak matang. Air tanah juga digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk mandi, cuci, dan lain-lain. Sampah dalam rumah ditampung petugas kebersihan dan tempat pembuangan sampahnya jauh dari rumah.

4.4 ANALISA FUNGSI KELUARGAA. Keadaan Biologis: pasien dan keluarga hanya memiliki riwayat penyakit batuk, pilek, demam yang dapat sembuh dalam waktu yang singkat. Pasien dan keluarga tidak memiliki penyakit kronis. Kecacatan dalam keluarga juga tidak ada. Pola makan teratur dan cukup bergizi (seperti nasi, telur, ayam, sayur). Pola istirahat baik pasien biasanya bangun jam 5 pagi dan tidur malam jam 8 malam.Dari fungsi keadaan biologis dapat kita lihat bahwa tidak adanya pencetus ataupun faktor resiko yang menyebabkan sakitnya pasien.

B. Keadaan Psikologis: hubungan didalam keluarga pasien terjalin dengan baik. Anggota keluarga juga lebih percaya terhadap pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Dari fungsi ini dapat kita lihat adanya dukungan yang baik terhadap kesembuhan dan kesehatan pasien. Namun terdapat kebiasaan buruk dari ayah pasien yaitu merokok.Merokok dapat menjadi faktor resiko penyakit ISPA karena pasien dapat terpapar asap rokok dan dapat merusak silia di tenggorokan.C. Keadaan Spiritual: Semua anggota keluarga menjalankan ibadah sholat dengan baik. Pasien juga diikutkan dalam kegiatan belajar mengaji. D. Keadaan Sosial: Keadaan sosial pasien dan keluarga dinilai baik. Keluarga pasien juga ikut serta dalam kegiatan pengajian, kerja bakti, arisan yang dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal. Pasien sendiri juga memiliki banyak teman bermain di lingkungan rumahnya.Dari keadaan sosial ini dapat menjadi faktor resiko timbulnya penyakit, karena pasien sering bermain dengan temannya yang bisa menjadi sumber penularan penyakit ISPA.E. Keadaan Ekonomi: Keadaan ekonomi keluarga pasien tergolong cukup. Penghasilan dalam keluarga didapat dari orangtua dan kakak pasien. Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai wirausaha dengan berjualan di warung, menjual gado-gado, dan mengojek. Serta kakak pasien sudah bekerja semua.

Lampiran :

Gambar 3 : pada Lt.1, terdapat dapur yang langsung terlihat Gambar 4 : terdapat 2 ruang kamar ketika masuk ke dalam rumah mandi yang terletak di lantai 1 & 2

Gambar 5 : Lt.2, Kiri : foto ruang kamar anak dan ruang keluarga Kanan : Foto ruang kamar orangtua

Gambar 6 : Terlihat kondisi rumah pasien. Penerangan rumah yang baik karena terdapat jendela yang cukup lebar. Namun, terlihat juga banyak pakaian yang tergantung sehingga kebersihannya sedang.

BAB VPENUTUP5.1KesimpulanDiagnosis pada pasien ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien ini dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti : adanya kontak pasien dengan teman bermain yang menderita gejala yang sama. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu pasien juga sering jajan sembarang, minum es, dan adanya kebiasaan buruk dari ayah pasien yaitu merokok. ISPA dapat sembuh dengan baik. Namun dapat juga berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi. Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan yang holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan dalam masyarakat. 5.2SaranSaran yang dianjurkan untuk mengatasi penyakit ini, yaitu :Pasien : Memberikan makanan di rumah yang bersih dan bergizi agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta menghindari anak untuk tidak sering jajan karena dapat menimbulkan rasa kenyang sebelum anak makan dirumah serta agar tidak terkena infeksi dari jajan sembarangan. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan sebelum makan Pasien disarankan untuk istirahat dirumah sampai keadaan pasien sembuh karena ISPA merupakan penyakit yang dapat menular dan dengan istirahat dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Hindari kontak erat dengan orang yang memiliki gejala penyakit yang sama agar tidak tertular kembali. Meminum obat dengan teratur terutama antibiotik harus dihabiskan untuk tercapainya kesembuhan yang optimal.Pihak petugas kesehatan (puskesmas): Melakukan penyuluhan mengenai ISPA kepada keluarga pasien dan masyarakat lainnya Dapat mendiagnosis penyakit ISPA dengan benar (antara pneumonia atau bukan pneumonia), serta dapat memberikan pengobatan yang tepat sesuai penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta : EGC;2009. 2. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk penanggulangan pneumonia balita. Jakarta : Depkes RI. 2002.3. Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC; 2004.4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa. Jakarta: EGC;2003.5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata; 1991. 6. Lokakarya dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut; 1992.

26