laporan skill lab diagnosis

45
I. IDENTITAS PASIEN Pengertian identitas pasien : Suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Tujuan : Untuk memberikan identitas pada pasien, untuk membedakan pasien, untuk menghindari kesalahan medis (mal praktik). Identitas anak : a. Nama : Eki Rahadian / Eki Nama (termasuk nama singkat, atau nama kecil). Alasannya yaitu dokter gigi harus memanggil dengan nama yang disukainya, agar terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan. b. Usia : 8 Tahun Usia perlu diketahui untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik mental anak. c. Alamat : Jalan Danau Toba no Jember Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien dan hal

Upload: rahajengintanpawestri

Post on 15-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

klinik pedodonsia

TRANSCRIPT

I. IDENTITAS PASIENPengertian identitas pasien: Suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien.

Tujuan

: Untuk memberikan identitas pada pasien, untuk membedakan pasien, untuk menghindari kesalahan medis (mal praktik).

Identitas anak

:a. Nama : Eki Rahadian / EkiNama (termasuk nama singkat, atau nama kecil). Alasannya yaitu dokter gigi harus memanggil dengan nama yang disukainya, agar terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan. b. Usia : 8 TahunUsia perlu diketahui untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik mental anak.c. Alamat : Jalan Danau Toba no JemberAlamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien dan hal ini dapat memperlancar perawatan, tingkah laku dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan serta alamat rumah juga perlu ditanyakan untuk memperkirakan jarak perjalanan ke klinik gigi.d. Nama Orang Tua : Tuti HariyaniNama orangtua untuk menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemampuan orangtua dan perawatan dapat disesuaikan dengan kesempatan orangtua mengantar anaknya. e. Pekerjaan orang tua : swastaHal ini penting, karena orang tua terutama ibulah yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tua dapat mengatur waktu kunjungan.f. Riwayat Kesehatan : pasien menderita alergi cuaca dingin dan alergi semangka dan nanas

Riwayat lain bila diperlukan, misalnya : Dokter yang merawat anak dapat diminta keterangan atau rujukan.g. Riwayat orang tua : ayah pasien meninggal karena menderita diabetes melitus dan ibu pasien memiliki alergi ayam dan telur.Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan mengenai kelainan herediter yang diderita anak.

h. Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran) untuk mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna, kelainan bentuk dan lain-lain).II.KONSUL/ RUJUKAN DARI :

III. ANAMNESIS

Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.

Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.

IV. PEMERIKSAAN

1. Keadaan Umum

a. Keadaan Fisik

BB= 22 kg

TB= 110 cm

BMI = 22 / (1,1)2

= 18,181 (normal)

b. Tanda Tanda Vital

2. Klinis

a. Ekstra Oral

1. Wajah : wajah tampak simetris dan normal

2. Kelenjar Limfe : normal, tidak teraba, tidak terasa sakit

3. Kelenjar Saliva : Normal

Sendi Temporo Mandibular

Pergerakan mandibula membuka dan menutup: Normal

Pergerakan mandibula ke segala arah

: Normal

Kemampuan membuka mulut

: Normal

Pemeriksaan sendi temporomandibular dilakukan dengan cara :

1. Dilakukan anamnesa dari keluhan pasien

2. Mandibular range of motion untuk mengetahui pergerakan maksimum pergerakan ke arah lateral & pergerakan membuka menutup mulut secara maksimal3. Identifikasi suara pada TMJ. Dilakukan dgn meletakkan stetoskop pada dinding lateral pd setiap sendi temporomandibular pasien. Lalu pasien diminta u/ menggerakan rahang scr perlahan. Umumnya akan terdapat suara click atau crepitasi apabila terdapat kelainan pada sendi temporomandibular.

4. Dilakukan palpasi sendi TMJ, biasanya pasien akan merasa sakit saat terjadi kelainan pada sendi temporomandibularnya. (Snell R.S., 1997)

Sumber: Snell.R.S., 1997., Anatomi klinik. Terjemahan, EGC, Jakarta

b. Intra Oral

1. Kebersihan Rongga Mulut

Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygiene Index Simplified dari Green dan Vermillion. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index dan Kalkulus Index.13OHI-S = Debris Index (DI) + kalkulus Index (CI)

Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang diamati adalah adanya debris (plak) dan kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk memudahkan penilaian pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu:13

Untuk rahang atas yang diperiksa:

a) Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukalb) Gigi I1 kanan atas pada permukaan labialc) Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal

Untuk rahang bawah yang diperiksa :

a) Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual

b) Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial

c) Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual

Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu:13a. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas/rahang bawah.b. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas /rahang bawah.c. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.d. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakuakn pada I1 kiri rahang atas.e. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang ata tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.f. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang bawah.g. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakuakn penilaian.

Pelaksanaan pemeriksaan untuk penilaian Debris Index dan kalkulus Indeks:

1). Sebelum kita menilai untuk Debris atau kalkulus, pertama-tama permukaan gigi yang akandilihat dibagi dengan garis-garis khayalan menjadi 3 bagian yang sama luasnya.2). Penilaian Debris Index

a. Untuk pemeriksaan menggunakan alat sonde atau Periodontal explorer. Pertama-tama lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukan incisal/oklusal gigi, jika pada daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk gigi tersebut adalah 3. Sonde diletakkan secara mendatar pada permukaan gigi.

b. Bila pada daerah 1/3 incisal/oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa oleh sonde dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2.

c. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 tengah tidak ada ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke 1/3 bagian servikal. Jika ada debris yang terbawa sonde pada bagian ini, penilaian utuk gigi tersebut adalah 1.

d. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada debris yang terbawa sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0.

3). Penilaian kalkulus indeks

a. Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi yang berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival posisi karang gigi tersebut.

b. untuk memperoleh kalkulus indeks, cara pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan untuk memperoleh debris indeks.

OHI-S atau Oral Hygiene Index simplified ini merupakan penjumlahan debris indeks dan kalkulus index. Penilaian OHI-S score adalah sebagai berikut.1. Baik, apabila nilai berada di antara 0 1,2

2. Sedang, apabila nilai berada di antara 1,3 3,0

3. Buruk, apabila nilai berada diantara 3,1 6,0

OHI-SatauOral Hygiene Index Simplifiedmerupakan hasil penjumlahanDebris Index(DI) danCalculus Index(CI).

RumusOHI-S=Debris Index + Calculus IndexAtau

OHI-S = DI + CIDari uraian diatas, dapat dinilai kebersihan rongga mulut pasien termasuk dalam kategori sedang. Hal ini didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:

Untuk rahang atas yang diperiksa:

a. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal: 0

b. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial: 0

c. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal: 1

Untuk rahang bawah yang diperiksa :

a. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual: 1

b. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial: 1

c. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual : 0

Sehingga diperoleh nilai indeks OHI-S sebesar 3. Dan dikategorikan kebersihan rongga mulut pasien adalah sedang.

2. Pemeriksaan Gigi GeligiPemeriksaan gigi dan jaringan periodontal

Tanda silang = gigi tidak ada (untuk gigi permanen belum erupsi, untuk gigi sulung sudah tanggal) Blok hitam = karies

PE = Partial erupted

Gigi 18,17,16,15,14,13,12, 22,23,24,25,26,27,28, 38,37,36,35,34,33, 43,44,45,47,48 belum erupsi.

Gigi 82,81,71,72 sudah tanggal.

Gigi 21 erupsi sebagian.

Gigi 54,64, 74,75 karies oklusal superficial.

Gigi 85 Karies profunda perforasi bidang oklusal, labial dan proximal mesial gigi 85.

Hasil pemeriksaan gigi geligi digambarkan dalam bentuk odontogram pada kartu status. Setelah itu dihitung DMF-T dan def-t yang dimiliki oleh pasien.

1. Indeks DMF-T (DMF-Teeth) untuk gigi permanenDecay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal / yang masih dapat ditambal.Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / gigi yang telah hilang karena karies.Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik.Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang. DMF-T maksudnya karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari 1 (misal karies pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan di bukal maka karies tetap dihitung satu). Beda dengan indeks karies DMF-S (Surface) maka karies dihitung perpermukaan, jadi pada kasus diatas karies/dcay dihitung dua). Pada indeks DMF-T juga tidak membedakan kedalam karies, misalnya karies superficial, media atau profunda.Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :DMF-T = D + M + FDMF-T rata-rata = Jumlah D + M + FJumlah orang yg diperiksaKategori DMF-T menurut WHO : 0,0 1,1 = sangat rendah 1,2 2,6 = rendah 2,7 4,4 = sedang 4,5 6,5 = tinggi 6,6 > = sangat tinggi 2. Indeks def-t untuk gigi sulungIndeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi sulung. e disini maksudnya eksfoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau harus dicabut karena karies. Namun beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan df-t karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma. Rumus untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T. Dari uraian diatas dapat dihitung indeks DMF-T dan def-T pasien adalah sebagai berikut:

DMF-T: D: 0

def-T

: d: 5

M: 0

e: 0

F: 0

f: 0

+

+

0

5Dari hasil penghitungan diatas didapatkan indeks def pasien adalah sebesar 5. Angka ini termasuk dalam kategori buruk.2. Relasi geligi anterior

Overjet insisal

Overjet adalah jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi, diukur pada ujung insisivus atas (Gambar 2.6). Jarak normal ovejet adalah 2-4 mm. Overjet tergantung pada iniklinasi dari gigi-gigi insisivus dan hubungan antero-posteorior dari lengkung gigi. Pada sebagian besar individu, ada overjet positif, misalnya sewaktu insisivus atas terletak di depan insisivus bawah pada keadaan oklusi, narnun overjet juga bisa kebalikan, atau edge to edge (Gambar 2.6).

Overbite insisal Overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-gigi insisivus atas dan bawah (Gambar 2.7). Dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertikal dan segmen dento-alveolar anterior. Jarak normal overbite adalah 2-4 mm. Idealnya, gigi-gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dan insisivus atas, pada keadan okiusi, namun bisa juga terjadi overbite yang berlebihan atau tidak ada kontak insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus bawah di atas ketinggian edge insisal atas, atau gigitan terbuka anterior, jika insisivus bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi (gambar 2.7)

Pada pasien relasi geligi anterior merupakan posisi insisal edge to edge pada gigi insisiv kanan. Pada gigi anterior regio kiri terdapat gigitan terbuka, gigitan terbuka anterior atau overbite yang tidak menyeluruh biasanya disebabkan kerena lidah atau ibu jari menghalangi perkembangan vertikal yang sempurna.

3. Oklusi

Gigitan terbalik (crossbite) bukal

Gigitan terbalik dari gigi-gigi bukal, misalnya ketika gigi-gigi beroklusi dengan tonjol bukal gigi-gigi bawah diluar lengkung gigi atas, bisa bilateral maupun unilateral.

Gigitan Terbalik Bilateral Biasanya disebabkan oleh sempitnya tulang basal atas, atau hubungan skeletal Klas 3. Simetris, dengan lintasan sentral dan penutupan mandibula.

Gigitan Terbalik Unilateral Biasanya dihubungkan dengan hubungan skeletal Klas 3, kebiasaan mengisap ibu jari, pola penelanan adaptif, dan insisivus atas yang tidak mau tanggaI. Ciri asimetris biasanya berhubungan dengan penyimpangan lateral pada 1intasan penutupan mandibula. Perawatan lebih dibutuhkan pada gigitan terbalik unilateral karena adanya asimetris dan penyimpangan mandibuIa. Pada pasien tidak terdapat gigitan terbalik/ crossbite baik bilateral maupun unilateral.4. Pergeseran garis median terhadap muka

Cara pengukuran

1. Penderita diintruksikan dalam posisi oklusi sentris.

2. Ditarik garis imaginer yang menghubungkan antara glabella-philtrum-symphisis (merupakan garis median muka) kemudian diproyeksikan kegaris median gigi.

3. Kemudian gambaran yang didapat dari penderita dipindahkan ke model studi penderita serta dicatat kunci oklusinya.

Apabila garis median gigi berada dalam satu garis lurus dengan garis median muka, berarti tidak ada pergeseran garis median. Apabila garis median gigi berada tidak dalam satu garis lurus dengan garis median muka, berarti terjadi pergeseran garis median.

Saat dilakukan pemeriksaan klinis terlihat garis median gigi berada dalam satu garis lurus dengan garis median muka ini berarti tidak ada pergeseran garis median, namun kami tidak melakukan pemindahan ke model studi.

Pemeriksaan penunjang

Gambaran Radiografi

a) Gambaran radiografi gigi anterior menunjukkan gigi 11, 21, 52.

Terlihat adanya diastem multiple antara gigi 11, 21 dan 52.

Diastema itu adalah suatu ruang yang terdapat antara dua buah gigi yang berdekatan. Sedangkan diastema multiple adalah suatu ruang yang terdapat antara dua atau lebih gigi yang berdekatan. Diduga diastem ini bersifat fisiologis, merujuk pada gambaran radiografi gigi insisiv lateral yang belum erupsi.

Selain itu tampak gigi 21 erupsi sebagian.

Gigi 21 idealnya erupsi pada usia 7-8 tahun. Erupsi agak terganggu dimungkinkan karena adanya gigi 61 yang persistensi.

Tampak pula adanya benih gigi 12 pada distopalatal akar gigi 11. Dan mulai meresobsi apeks 52.

Gigi 12 idealnya erupsi pada saat umur anak 8-9 tahun. pada kondisi ini benih gigi 12 mulai meresorbsi apeks gigi 52. Ini sesuai dengan kondisi yang terdapat pada pasien.

Benih gigi 22 juga terlihat pada distal akar gigi 21.

Sama halnya dengan benih gigi 21, benih gigi 22 umumnya erupsi ketika umur anak 8-9 tahun. jika dihubungkan dengan keadaan pasien, maka terdapat kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

b) Gambaran radiografi menunjukkan foto dari gigi 41, 83, 84, 85.

Pada gambaran tersebut terlihat adanya benih gigi 44 di bawah apeks gigi 84.

Umumnya gigi 44 erupsi saat anak berumur sekitar 10-12 tahun. Dan berdasarkan perjalanan erupsinya, gigi 44 menggantikan gigi 84 yang umumnya tanggal pada umur 9-10 tahun. Pasien berumur 8 tahun dan umumnya pada usia 8 tahun, akar gigi 84 mulai diresorbsi oleh gigi 44. Dan ini sesuai dengan teori yang ada.

Terdapat benih gigi 45 di bagian bawah apeks gigi 85 dan Benih gigi 45 terlihat mulai meresorbsi apeks dari gigi 85.

Umumnya gigi 45 erupsi saat anak berumur sekitar 10-12 tahun. Dan berdasarkan perjalanan erupsinya, gigi 45 menggantikan gigi 85 yang umumnya tanggal pada umur 10-11 tahun. Pasien berumur 8 tahun dan umumnya pada usia 8 tahun, akar gigi 85 mulai diresorbsi oleh gigi 45.

Sedangkan benih gigi 44 juga tampak meresorbsi apeks gigi 84 dan 85.

Apeks gigi 84 harusnya teresorbsi oleh gigi 44. Namun karena beberapa factor seperti pergeseran letak benih juga dimungkinkan terjadi yang berakibat akar gigi 85 ikut teresorbsi oleh benih gigi 44.

Selain itu terdapat pula benih gigi 43 pada mesial mahkota benih gigi 44.

Benih gigi 43 normalnya terdapat di bawah gigi 83. Namun pada kasusu ini terlihat mahkota benih gigi 43 menghadap apeks gigi 44. Kesalahan posisi ini disebabakan oleh beberapa factor.

Tampak pula gigi 41, 42 dan 83 berdesakan.

V.

Diagnosis

Gigi 85 ( gangren pulpa parsialis

Gigi 51 ( persistensi

Gigi 54 ( iritasi pulpa

Gigi 64 ( iritasi pulpa

Gigi 75 dan 74 ( hiperemi pulpa

VI.

Prognosis

Baik

Buruk Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan dilakukan. Dalam menentukan prognosis ditentukanberdasarkan faktor-faktor berikut.Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis

A. Faktor klinis keseluruhan

1. Umur pasien

Saat pemeriksaan anamnesis pada pasien anak-anak dan pasien dewasa sangatlah berbeda. Pada pasien anak-anak saat dilakukan anamnesis kurang bisa menjelaskan kondisinya secara detail dikarenakan pada usia anak-anak belum bisa mendeskkripsikan rasa sakit. Sedangkan pada orang dewasa sudah mampu menjelaskan kondisinya secara detail.

2. Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya

Berdasarkan tingkat keparahan penyakit periodontal yang diderita sebelumnya, hal yang harus diperhatikan antara lain kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipe defek tulang.

3. Kontrol plak

Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.

4. Kooperatif pasien

Prognosis pasien bergantung dari sikap pasien antara lain keinginan untuk mempertahankan kesehatan gigi, kemauan dan kemampuan untuk merawat OH yang baik.B. Faktor sistemik/lingkungan

1. Penyakit/kondisi sistemik

Pasien yang memiliki gangguan sistemik berpengaruh pada keadaan di rongga mulutnya. Misalnya pada pasien yang menderita diabetes tipe 1 dan 2, kondisi yang membatasi pasien untuk menerima prosedur oral seperti penyakit Parkinsons. 2. Faktor genetik

Pasien yang menderita kelainan genetik misalnya alergi memiliki tingkat keberhasilan perawatan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak memiliki alergi. Contohnya alergi terhadap suatu obat tertentu maka dari itu kita harus memberikan obat alternatif lain yang tidak memicu alergi pasien tersebut.

3. Stress

C. Faktor lokal

1. Plak/kalkulus

Pada kondisi rongga mulut pasien bila dijumpai plak atau kalkulus dapat menjadi suatu indikator kebersihan oral hygient di rongga mulut pasien. Jumlah plak dan kalkulus yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan periodontal.

2. Karies

Gigi dengan karies sudah sampai terbukanya ruang pulpa harus direstorasi dan dirawat endodontic dahulu sebelum dilakukan perawatan periodontal.

3. Gigi non-vital

Gigi vital dan non-vital memiliki prognosis periodontal yang sama karena perlekatan baru dapat muncul pada sementum baik di gigi vital maupun nonvital.

Jenis-jenis prognosis

1. Sangat baik (excellent prognosis)

Tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva sangat baik, kooperatif pasien baik dan tidak ada penyakit sistemik/faktor lingkungan tertentu.

2. Baik (good prognosis)

Prognosis dikatakan baik (good prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu sokongan tulang yang tersisa cukup, kemungkinan untuk mengontrol faktor etiologi dan merawat gigi geligi cukup, pasien cukup kooperatif, tidak ada faktor sistemik/lingkungan atau jika ada terkontrol baik.

3. Sedang (fair prognosis)

Prognosis dikatakan sedang (fair prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu Sokongan tulang yang tersisa tidak cukup, beberapa gigi goyang, keterlibatan furkasi grade 1, memungkinkan perawatan yang baik, pasien cukup kooperatif, terdapat beberapa faktor sistemik/lingkungan.

4. Buruk (poor prognosis)

Prognosis dikatakan buruk (poor prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang moderate-advance, mobilitas gigi, keterlibatan furkasi grade 1 dan 2, area tersebut sulit dirawat dan kooperatif pasien diragukan, ada faktor sistemik/lingkungan.

5. Dipertanyakan (questionable prognosis)

Prognosis dikatakan dipertanyakan (questionable prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang advanced, keterlibatan furkasi grade 2 dan 3, mobilitas gigi, area tersebut tidak dapat diakses, ada faktor sistemik/lingkungan.

6. Tidak ada harapan (hopeless prognosis)

Prognosis dikatakan Tidak ada harapan (hopeless prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang advanced, area tersebut tidak dapat dirawat, indikasi ekstraksi, ada faktor sistemik tidak terkontrol/lingkungan.

Kesimpulan

Dari anamnesis yang telah dilakukan pada pasien dapat diambil kesimpulan prognosis dapat dikategorikan buruk dikarenakan kooperatif pasien diragukan dan ada faktor sistemik atau lingkungan berupa pasien mempunyai alergi apabila memakan daging ayam, semangka, nanas, dan ada alergi terhadap dingin pasien akan sering mengalami flu. Kemudian secara pemeriksaan klinis dan radiografi panjang akar normal lebih dari 2/3 panjang keseluruhan, tidak ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula, gigi masih vital.

VII.

Rencana Perawatan GANGREN PULPA PARSIALIS (GIGI 85)

Gangren adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati, sebagian atau seluruhnya. Kematian jaringan pulpa adalah akibat sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan Untuk mencegah penyebaran infeksi menjadi lebih luas maka perlu dilakukan perawatan pada penyakit tersebut.

Rencana perawatan yang akan dilakukan yaitu pulpotomi vital.

Pulpotomi vital dilakukan dengan mengangkat jaringan pulpa yang mati di dalam kamar pulpa dengan menyisakan jaringan pulpa yang masih hidup di dalam saluran akar.

Adapun teknik pulpotomi vital yang akan dilakukan yaitu,

Setelah dilakukan pemeriksaan melalui anamnesis dan klinis, selanjutnya dilakukan Rongen foto untuk mengetahui lebih pasti seberapa besar jaringan pulpa yang terkena infeksi.

Kemudian operator melakukan anestesi lokal (untuk mengurangi rasa sakit yang pasien anak) dan isolasi daerah kerja.

Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan, kemudian gigi diolesi dengan larutan yodium

Selanjutnya lakukan preparasi kavitas /pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril dengan kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin. Kemudian lakukan amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai batas jaringan yang infeksi dengan ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah .

Hal yang perlu diperhatikan yaitu harus hati-hatiagar tidak terjadi perforasi daras kamar pulpa

Setelah itu irigasi kamar pulpa dengan air atau saline steril untuk membersihkan dan mencuci debris sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa dan mencegah masuknya sisa-sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular. Hindarkan penggunaan semprotan udara.

Perdarahan sesudah amputasi segera dikontrol dengan kapas kecil yang dibasahi larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau aquadest, letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 5 menit.

Sesudah itu, kapas diambil dengan hati hati. Hindari pekerjaan kasar karena

pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan kembali.

Celpkan kapas steril ke dalam larutan formokresol, buang kelebihan larutan dengan menyerapkan pada kapas, kemudian orifis saluran akar ditutup selama 4-5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil yang dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah karena tidak diharapkan larutan mengenai gingiva dan menyebabkan iritasi.

Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat warna coklat tua atau kehitam hitaman akibat proses fiksasi oleh formokresol.

Kemudian di atas pulp stump diletakkan dressing antiseptik dengan mencampurkan pasta dari ZnO, eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1. Harus dihindari tekanan pada pulpa yang vital di bagian akar untuk menghindari rasa nyeri setelah perawatan. Kemudian diatasnya diberi tambalan tetap.

Apabila terjadi perdarahan yang tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa berarti peradangan sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena itu diperlukan 2 kali kunjungan untuk memberikan tindakan lanjutan. PERSISTENSI (GIGI 51)

Persistensi gigi susu adalah suatu keadaan gigi susu masih berada di mulut/belumlepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah tumbuh. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang. Hal ini bisa kita temukan padagigi mana saja, tetapi seringkali orang tua menemukan gigi depan rahang bawah yang terlihat bertumpuk (bisa dilihat pada gambar). Beberapa faktor penyebab persistensi pada gigi susu yaitu:

1. Resorpsi akar gigi susu yang lambat. Hal ini bisa dikarekanakan gangguan nutrisi,

hormonal atau gigi berlubang besardengan indikasi perawatan saraf yang tidak dirawat.

2. Posisi abnormal benih gigi tetap /arah tumbuh gigi tetap tidak searah dengan

arahtumbuh gigi susu yang akan digantikannya.

3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi tetap yang akan tumbuh menggantikan gigi susu.Dengan demikian gigi tetap mengarah kepada tempat yang kosong, bisa di depan atau belakang gigi susunya.

4. Faktor hormonal dan gen, faktor pertumbuhan gigi yang tidak normal atau kalsifikasi gigi

Pada persistensi gigi susu, perawatan yang akan dilakukan adalah pencabutan terhadap gigisusu tersebut. Bila persistensi dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan,gangguan pertumbuhan rahang dan tentunya susunan gigi menjadi tidak estetik.

Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah pencabutan gigi dari socket gigi dengan alat-alat ekstraksi (forceps). Kesatuan dari jaringan lunak dan jaringan keras gigi dalam cavum oris dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya jalur terbuka untuk terjadinya infeksi yang menyebabkan komplikasi dalam penyembuhan dari luka ekstraksi. Oleh karena itu tindakan aseptic merupakan aturan perintah dalam bedah mulut. Selalu diingat bahwa gigi bukanlah ditarik melainkan dicabut dengan hati-hati. Hal ini merupakan prosedur pembedahan dan etika bedah yang harus diikuti guna mencegah komplikasi serius (fraktur tulang/gigi, perdarahan, infeksi). Gigi geligi memang banyak namun masing-masing gigi merupakan struktur individual yang penting, dan masing-masing harus dipelihara sedapat mungkin. Tujuan dari ekstraksi gigi harus diambil untuk alasan terapeutik atau kuratif.

Gambar 1: pencabutan gigi (16)

Tehnik Pencabutan Gigi Susu :

Tidak berbeda dengan gigi tetap

Tidak memerlukan tenaga yang besar

Harus diingat dibawah gigi

Harus diingat dibawah gigi sulung ada gigi tetap

Pemakaian tang ekstraksi lebih kecil

Harus diingat akar gigi sulung menyebar dan kadang menyebar dan kadang-kadang resorbsinya tidak beraturan

Teknik EkstraksiAnak memiliki tulang yang sangat elastis yang mudah melebar bila diberikan tekanan. Gigi permanen yang akan menggantikan gigi sulung biasanya berada di bawah gigi sulung dan mungkin berhubungan erat dengan akar gigi sulung tersebut, maka dari itu perhatian ekstra harus diberikan saat mencabut gigi sulung. Pada saat pencabutan, jika akarnya patah, dapat dibiarkan saja disana, meski tidak selalu, tetapi akar tersebut akan teresobsi secara alami. Selanjutnya, apabila akan dilakukan pengambilan akar, jika dilakukan secara tidak benar dapat membahayakan benih gigi permanen yang berada dibawahnya.

Tang yang digunakan untuk gigi sulung lebih kecil dibandingkan tang yang digunakan untuk gigi permanen. Dalam pencabutan gigi anterior rahang atas dan rahang bawah, dilakukan tekanan pada labial dan rotasi ke arah mesial dan gigi dicabut ke arah labial. Untuk mencabut gigi molar rahang atas dan rahang bawah, dilakukan penekanan di bukal diikuti tekanan di lingual dan dicabut ke arah lingual. Tenaga yang digunakan untuk mencabut gigi sangat sedikit, dan tang tidak perlu dimasukkan terlalu dalam kedalam akar. Elevator juga bisa digunakan untuk pencabutan akar gigi sulung. Pada kasus pencabutan gigi molar, harus diaplikasikan pada bagian distal untuk pencabutan akar distal, dan pada bagian mesial untuk pencabutan akar mesial.

Jika tanpa sengaja, gigi permanen yang belum erupsi atau gigi permanen yang baru setengahnya erupsi terambil selama pencabutan, gigi permanen tersebut harus diletakkan secara hati-hati kembali kedalam soket gigi dan luka yang terjadi ditutup. Pasien harus diinsturksikan untuk tidak mengganggu daerah tersebut. Penggunaan dari alat kuret harus dihindari dalam pengambilan jaringan yang tergranulasi setelah pencabutan gigi sulung

Insisivus

Jarang terjadi kesulitan dalam melakukan pencabutan gigi insisivus kecuali kalau giginya berjejal, konfigurasi akar rumit, atau gigi sudah dirawat endodontik. Gigi insisivus atas dicabut dengan menggunakan tang #150, dengan pinch grasp dan tekanan lateral (fasial/lingual) serta rotasional. Tekanan lateral lebih ditingkatkan pada arah fasial, sedangkan tekanan rotasional lebih ditekankan kearah mesial. Tekanan tersebut diindikasikan karena biasanya pembelokan ujung akar gigi-gigi insisivus adalah kearah distal, bidang labialnya tipis dan arah pengungkitannya ke facial. Insisivus bawah dicabut dari posisi kanan/kiri belakang dengan menggunakan tang #150 dan sling grasp. Tekanan permulaan adalah lateral dengan penekanan kearah facial. Ketika mobilitas pertama dirasakan, tekanan rotasional dikombinasikan dengan lateral sangat efektif. Pengungkitan insisivus bawah dilakukan kearah facial, dengan perkecualian insisivus yang berinklinasi lingual dan berjejal-jejal. Untuk keadaan tersebut digunakan #74 atau #74N dari kanan/kiri depan. Tang tersebut beradaptasi dengan baik terhadap insisivus dan digunakan dengan gerak menggoyah perlahan. Karena insisivus bawah tidak tertanam terlalu kuat, pengungkitan yang perlahan dan tekanan yang terkontrol akan mengurangi kemungkinan fraktur.Edukasi yang diberikan kepada pasien setelah ekstraksi gigi antara lain :

1. Menggigit kapas atau tampon selama 30 menit sesudah pencabutan gigi.

2. Jangan minum dan makan apapun selama 2 jam segera setelah ekstraksi gigi.

3. Lakukan kompres dengan air es.

4. Lakukan sikat gigi seperti biasa namun sementara menghindari daerah luka.

5. Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan yaitu dengan diganjal satu atau dua bantal tambahan.

6. Menaati anjuran dan resep yang diberikan oleh dokter.

7. Jangan mengunyah permen karet dan mengisap daerah bekas pencabutan gigi.

8. Jangan meludah.

9. Jangan berkumur selama 24 jam pertama.

10. Jangan minum alcohol

11. Jangan memberikan rangsangan panas pada daerah pencabutan.

12. Istirahatlah yang cukup.

IRITASI PULPA (54, 64)Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit

1. Tahapan Isolasi

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam(Baum, 1997)a. Saliva EjectorAlat ini mempuyani diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk di dalam mulut.Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.Pada posisi ini terkadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak.

Gambar1. Saliva ejector

Gambar2. Penggunaan Saliva ejectora. Gulungan Kapas atau Cotton Roll

Cotton roll yang digunakan di kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor 2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)

b. Isolator karet atau Rubber DamDari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam.Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu memnerikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat.Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif.Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.

Gambar3.Rubber Dam

2. Pembersihan Gigi

Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.

3. Tahap preparasi

Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti diatas.

4. Pemberian Liner/ Basis

Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal yang mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada liner mampu menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga sebagai penahan termal, listrik dan kimiawi. Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung mengenai struktur gigi. 5. Tahap etsa asam

1) Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).

2) Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.

3) Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.

4) Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.

5) Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga permukaan tampak putih buram.

6. Tahap bondingUlaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada permukaan yang telah di etsa .Ditunggu 10 detik sambil di semprot udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.7. Tumpatan Resin Komposit

Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama. Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan untuk itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis. 8. Tahap finishing dan polishing komposit

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

a) sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit. b) 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek distal.c) alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit. d) finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal. e) Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi.f) Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Foster, T.D. 1993. Buku Ajar Ortodonsi Edisi 3. Alih bahasa : drg. Lilian Yuwono. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Drg. Chaerita Maulani dan Jubilee Enterprise. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-Anaknya. Jakarta. Penerbit PT Elex Media Komputindo.Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan dilakukan.

Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis

Faktor klinis keseluruhan

Umur pasien

Saat pemeriksaan anamnesis pada pasien anak-anak dan pasien dewasa sangatlah berbeda. Pada pasien anak-anak saat dilakukan anamnesis kurang bisa menjelaskan kondisinya secara detail dikarenakan pada usia anak-anak belum bisa mendeskkripsikan rasa sakit. Sedangkan pada orang dewasa sudah mampu menjelaskan kondisinya secara detail.

Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya

Berdasarkan tingkat keparahan penyakit periodontal yang diderita sebelumnya, hal yang harus diperhatikan antara lain kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipe defek tulang.

Kontrol plak

Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.

Kooperatif pasien

Prognosis pasien bergantung dari sikap pasien antara lain keinginan untuk mempertahankan kesehatan gigi, kemauan dan kemampuan untuk merawat OH yang baik.

Faktor sistemik/lingkungan

Penyakit/kondisi sistemik

Pasien yang memiliki gangguan sistemik berpengaruh pada keadaan di rongga mulutnya. Misalnya pada pasien yang menderita diabetes tipe 1 dan 2, kondisi yang membatasi pasien untuk menerima prosedur oral seperti penyakit Parkinsons.

Faktor genetik

Pasien yang menderita kelainan genetik misalnya alergi memiliki tingkat keberhasilan perawatan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak memiliki alergi. Contohnya alergi terhadap suatu obat tertentu maka dari itu kita harus memberikan obat alternatif lain yang tidak memicu alergi pasien tersebut.

Stress

Faktor lokal

Plak/kalkulus

Pada kondisi rongga mulut pasien bila dijumpai plak atau kalkulus dapat menjadi suatu indikator kebersihan oral hygient di rongga mulut pasien. Jumlah plak dan kalkulus yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan periodontal.

Karies

Gigi dengan karies sudah sampai terbukanya ruang pulpa harus direstorasi dan dirawat endodontic dahulu sebelum dilakukan perawatan periodontal.

Gigi non-vital

Gigi vital dan non-vital memiliki prognosis periodontal yang sama karena perlekatan baru dapat muncul pada sementum baik di gigi vital maupun nonvital.

Jenis-jenis prognosis

Sangat baik (excellent prognosis)

Tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva sangat baik, kooperatif pasien baik dan tidak ada penyakit sistemik/faktor lingkungan tertentu.

Baik (good prognosis)

Prognosis dikatakan baik (good prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu sokongan tulang yang tersisa cukup, kemungkinan untuk mengontrol faktor etiologi dan merawat gigi geligi cukup, pasien cukup kooperatif, tidak ada faktor sistemik/lingkungan atau jika ada terkontrol baik.

Sedang (fair prognosis)

Prognosis dikatakan sedang (fair prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu Sokongan tulang yang tersisa tidak cukup, beberapa gigi goyang, keterlibatan furkasi grade 1, memungkinkan perawatan yang baik, pasien cukup kooperatif, terdapat beberapa faktor sistemik/lingkungan.

Buruk (poor prognosis)

Prognosis dikatakan buruk (poor prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang moderate-advance, mobilitas gigi, keterlibatan furkasi grade 1 dan 2, area tersebut sulit dirawat dan kooperatif pasien diragukan, ada faktor sistemik/lingkungan.

Dipertanyakan (questionable prognosis)

Prognosis dikatakan dipertanyakan (questionable prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang advanced, keterlibatan furkasi grade 2 dan 3, mobilitas gigi, area tersebut tidak dapat diakses, ada faktor sistemik/lingkungan.

Tidak ada harapan (hopeless prognosis)

Prognosis dikatakan Tidak ada harapan (hopeless prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang advanced, area tersebut tidak dapat dirawat, indikasi ekstraksi, ada faktor sistemik tidak terkontrol/lingkungan.

Kesimpulan

Dari anamnesis yang telah dilakukan pada pasien dapat diambil kesimpulan prognosis dapat dikategorikan buruk dikarenakan kooperatif pasien diragukan dan ada faktor sistemik atau lingkungan berupa pasien mempunyai alergi apabila memakan daging ayam, semangka, nanas, dan ada alergi terhadap dingin pasien akan sering mengalami flu. Kemudian secara pemeriksaan klinis dan radiografi panjang akar normal lebih dari 2/3 panjang keseluruhan, tidak ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula, gigi masih vital.

Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan dilakukan.

Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis

Faktor klinis keseluruhan

Umur pasien

Saat pemeriksaan anamnesis pada pasien anak-anak dan pasien dewasa sangatlah berbeda. Pada pasien anak-anak saat dilakukan anamnesis kurang bisa menjelaskan kondisinya secara detail dikarenakan pada usia anak-anak belum bisa mendeskkripsikan rasa sakit. Sedangkan pada orang dewasa sudah mampu menjelaskan kondisinya secara detail.

Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya

Berdasarkan tingkat keparahan penyakit periodontal yang diderita sebelumnya, hal yang harus diperhatikan antara lain kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipe defek tulang.

Kontrol plak

Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.

Kooperatif pasien

Prognosis pasien bergantung dari sikap pasien antara lain keinginan untuk mempertahankan kesehatan gigi, kemauan dan kemampuan untuk merawat OH yang baik.

Faktor sistemik/lingkungan

Penyakit/kondisi sistemik

Pasien yang memiliki gangguan sistemik berpengaruh pada keadaan di rongga mulutnya. Misalnya pada pasien yang menderita diabetes tipe 1 dan 2, kondisi yang membatasi pasien untuk menerima prosedur oral seperti penyakit Parkinsons.

Faktor genetik

Pasien yang menderita kelainan genetik misalnya alergi memiliki tingkat keberhasilan perawatan yang lebih rendah daripada pasien yang tidak memiliki alergi. Contohnya alergi terhadap suatu obat tertentu maka dari itu kita harus memberikan obat alternatif lain yang tidak memicu alergi pasien tersebut.

Stress

Faktor lokal

Plak/kalkulus

Pada kondisi rongga mulut pasien bila dijumpai plak atau kalkulus dapat menjadi suatu indikator kebersihan oral hygient di rongga mulut pasien. Jumlah plak dan kalkulus yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan periodontal.

Karies

Gigi dengan karies sudah sampai terbukanya ruang pulpa harus direstorasi dan dirawat endodontic dahulu sebelum dilakukan perawatan periodontal.

Gigi non-vital

Gigi vital dan non-vital memiliki prognosis periodontal yang sama karena perlekatan baru dapat muncul pada sementum baik di gigi vital maupun nonvital.

Jenis-jenis prognosis

Sangat baik (excellent prognosis)

Tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva sangat baik, kooperatif pasien baik dan tidak ada penyakit sistemik/faktor lingkungan tertentu.

Baik (good prognosis)

Prognosis dikatakan baik (good prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu sokongan tulang yang tersisa cukup, kemungkinan untuk mengontrol faktor etiologi dan merawat gigi geligi cukup, pasien cukup kooperatif, tidak ada faktor sistemik/lingkungan atau jika ada terkontrol baik.

Sedang (fair prognosis)

Prognosis dikatakan sedang (fair prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu Sokongan tulang yang tersisa tidak cukup, beberapa gigi goyang, keterlibatan furkasi grade 1, memungkinkan perawatan yang baik, pasien cukup kooperatif, terdapat beberapa faktor sistemik/lingkungan.

Buruk (poor prognosis)

Prognosis dikatakan buruk (poor prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang moderate-advance, mobilitas gigi, keterlibatan furkasi grade 1 dan 2, area tersebut sulit dirawat dan kooperatif pasien diragukan, ada faktor sistemik/lingkungan.

Dipertanyakan (questionable prognosis)

Prognosis dikatakan dipertanyakan (questionable prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang advanced, keterlibatan furkasi grade 2 dan 3, mobilitas gigi, area tersebut tidak dapat diakses, ada faktor sistemik/lingkungan.

Tidak ada harapan (hopeless prognosis)

Prognosis dikatakan Tidak ada harapan (hopeless prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan yaitu kehilangan tulang advanced, area tersebut tidak dapat dirawat, indikasi ekstraksi, ada faktor sistemik tidak terkontrol/lingkungan.

Kesimpulan

Dari anamnesis yang telah dilakukan pada pasien dapat diambil kesimpulan prognosis dapat dikategorikan buruk dikarenakan kooperatif pasien diragukan dan ada faktor sistemik atau lingkungan berupa pasien mempunyai alergi apabila memakan daging ayam, semangka, nanas, dan ada alergi terhadap dingin pasien akan sering mengalami flu. Kemudian secara pemeriksaan klinis dan radiografi panjang akar normal lebih dari 2/3 panjang keseluruhan, tidak ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula, gigi masih vital.

Klem

Isolator karet