laporan kerja praktek ispa

62
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DIRUANG PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG KESDAM JAYA Disusun Oleh : DEVI FAUZIYYAH NISN : 9950983065 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA CIMANGGIS DEPOK 2012

Upload: rony-sanjaya

Post on 27-Oct-2015

172 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Penulis Devi Fauziyyah

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kerja Praktek  Ispa

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DIRUANG

PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG

KESDAM JAYA

Disusun Oleh :

DEVI FAUZIYYAH

NISN : 9950983065

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA

CIMANGGIS DEPOK

2012

Page 2: Laporan Kerja Praktek  Ispa

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT(ISPA) DI RUANG

PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG

KESDAM JAYA

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )

Jurusan Program Keahlian Kesehatan, Kompetensi Keahlian Keperawatan Medis

Disusun Oleh :

DEVI FAUZIYYAH

NISN : 9950983065

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA

CIMANGGIS DEPOK

2012

Page 3: Laporan Kerja Praktek  Ispa

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini telah di setujui oleh Pembimbing Akademik Pelaksanaan Praktik Kerja Industri

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Jurusan Kesehatan

Program Keahlian Keperawatan Medis, Sekolah Menengah Kejuruan Raflesia

Depok, 20 November 2012

( Ns.Cherry Suzani,S.kep )

NIP : 07.77.08.98.03

i

Page 4: Laporan Kerja Praktek  Ispa

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Industri pada RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG

KESDAM JAYA sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan di Sekolah

Menengah Kejuruan ( SMK ) Jurusan Kesehatan Program Keahlian Keperawatan Medis,

Telah disyahkan oleh :

Depok, 20 November 2012

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

( Ns. Cherry Suzani, S.Kep ) ( Yefri Maiso, S.Kep )

NIP : 07.77.08.98.033 NIDN : 196805237991121001

Mengetahui Kepala Sekolah

Sekolah Menengah Kejuruan Raflesia

( Ns.Cherry Suzani S,Kep )

NIP : 07.77.08.98.03

ii

Page 5: Laporan Kerja Praktek  Ispa

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Devi Fauziyyah

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Oktober 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : JL.RA FADILLAH NO.63 RT.05/02

CIJANTUNG, JAKARTA – TIMUR

Riwayat Pendidikan

1. SDSN R.A Fadillah Cijantung 03 Pagi Lulus 2001/2007

2. SMP Kartika VIII – I Cijantung Lulus 2007/2010

3. SMK Raflesia Depok Lulus 2010/2013

iii

Page 6: Laporan Kerja Praktek  Ispa

LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu

telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku

dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan. Sholawat dan salam

selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan

kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih

sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin

dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan

persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia

karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang

selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku,

selalu menasehatiku menjadi lebih baik,

Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah..

iv

Page 7: Laporan Kerja Praktek  Ispa

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA DEVI FAUZIYYAH NISN : 9950983065

PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F

DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT(ISPA) DI RUANG

PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG

KESDAM JAYA

ABSTRAK

Karya tulis ini berjudul “Penanganan Keperawatan Dasar Pada Klien An.F dengan

ISPA diruang Anak Kelas III Rumah Sakit TK.IV Cijantung Kesdam Jaya.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira – kira 1 dari 4 kematian yang

terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya 40 % -

60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian

yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya

adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.Adapun

pelaksanaan yang telah dilakukan, diantaranya masalah keperawatan yang muncul pada An.F

adalah peningkatan sesak nafas dan suhu tubuh.

ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau URI

( bahasa Inggris ) singkatan dari under respiratory infection adalah penyakit infeksi

yang bersifat akut dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat – alat tubuh yang

dipergunakan untuk bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,

tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru – paru, dan berlangsung tidak lebih

dari 14 hari.

Penulis melakukan Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan factor – factor apa

saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA yg di derita oleh An.F yang dirawat di

Rumah Sakit Tk.IV Cijantung Kesdam Jaya, dan penulispun dapat melakukan Pengkajian

sekaligus Penanganan keperawatan terhadap klien An.F.

Adapun pelaksanaan yang telah dilakukan adalah mengobservasi TTV, suhu,

melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy. Adapun hasil akhir dari

asuhan keperawatan ini adalah masalah klien An.F dapat teratasi.

Dengan demikian, untuk mencapai hasil yang diinginkan maka dalam melaksanakan

asuhan keperawatan perlu adanya kerjasama yang baik agar tercapainya hasil yang baik.

Daftar Pustaka: 9 (1980-1999).

Page 8: Laporan Kerja Praktek  Ispa

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri ini tepat pada

waktunya.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Kesehatan Program

Keahlian Perawatan Dasar Medis, yang mengambil judul “Penanganan Keperawatan

Dasar pada klien An.F, dengan gangguan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di

ruang perawatan anak kelas III Rumah Sakit Tk.IV Cijantung Kesdam Jaya”.

Selama penyusunan Laporan Praktek Kerja Industri ini penulis menemui banyak

hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,

akhirnya Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat diselesaikan.

Maka pada kesempatan ini, dengan rendah hati penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Zaidin Ali, SKM,MM,MBA selaku pendiri Yayasan Bunga Raflesia.

2. Ibu Ns.Cherry Suzani,S.kep selaku Kepala Sekolah SMK Raflesia sekaligus

pembimbing penulis dalam pembuatan laporan praktek kerja industri yang selalu

memeberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menjalankan Praktek

Kerja Lapangan dan pembuatan laporan ini.

3. Bapak Hari Wibowo ,S.Pd.I selaku wakil kepala sekolah SMK Raflesia yang turut

membantu dalam proses pelaksanaan Praktek Kerja Industri.

4. Ibu Erna Suarti,SKM selaku ketua pelaksana Praktek Kerja Industri yang telah

memberikan pengarahan dan penyemangat dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

5. Pembimbing saya selama di Rumah Sakit Pak Jefry yang selalu memberikan

support dan bantuannya selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di

Rumah Sakit Kesdam Jaya.

6. Seluruh staff dewan guru SMK Raflesia yang juga ikut memberikan dorongan dan

semangat kepada penulis agar tidak takut atau pesimis dalam pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan.

7. Kepala Ruangan beserta staff keperawatan yang telah mengajarkan penulis

mengenai penerapan tindakan keperawatan kepada pasien.

vi

Page 9: Laporan Kerja Praktek  Ispa

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta, dan adik perempuan saya yang selalu memberikan

dukungan moril dan materil serta doa yang tiada putus didampingi dengan doa

restu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kaka sepupu saya yang telah mengarahkan saya dalam pembuatan laporan praktek

kerja industri.

10. Sahabat – sahabat saya ( Annisa Nurmala, Melinda Oktaviana Devi, Siti Sari

Ramadhan, Tutik Duwi Jayanti, Azizah Hanifa, Andriana Sri Rahayu) yang sudah

memotivasi penulis dalam mengerjakan laporan Praktek Kerja Industri.

11. Kekasih tercinta Rony Sanjaya yang telah membantu dan mendukung saya untuk

menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri .

12. Teman – teman seangkatan XII yang selalu memberikan semangat melalui candaan

konyol tapi mengesankan.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan Praktek Kerja Industri ini banyak

kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk kesempurnaan Laporan Praktek Kerja Industri ini. Semoga laporan

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Depok, 20 November 2012

vii

Page 10: Laporan Kerja Praktek  Ispa

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar persetujuan.................................................................................... i

Lembar Pengesahan................................................................................... ii

Lembar Persembahan................................................................................ iii

Riwayat Hidup......................................................................................... iv

Abstrak..................................................................................................... v

Kata Pengantar......................................................................................... vi

Daftar Isi.................................................................................................. viii

Daftar Lampiran........................................................................................ xi

Daftar Tabel............................................................................................. xii

Daftar Gambar......................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan.................................................................... 3

C. Sistematika penulisan............................................................. 3

viii

Page 11: Laporan Kerja Praktek  Ispa

BAB II : GAMBARAN ISTANSI DAN TINDAKAN TEORITIS

A. Gambaran Umum................................................................... 4

1. Sejarah Rumah Sakit.................................................. 4

B. Tinjauan Teoritis

1. Anatomi Fisiologi ISPA............................................ 8

2. Konsep Dasar Penyakit............................................. 15

a. Pengertian...................................................... 15

b. Pembagian Pengkajian................................... 16

c. Pemeriksaan Diagnostik................................ 20

d. Patofisiologi ISPA......................................... 21

e. Tanda dan Gejala ISPA................................ 23

f. Diagnosis ISPA............................................ 24

g. Etiologi......................................................... 25

h. Pencegahan dan Pemberantasan................... 26

3. Konsep Dasar Keperawatan..................................... 28

a. Pengkajian.................................................... 28

b. Riwayat Kesehatan...................................... 28

4. Diagnosa Keperawatan............................................ 29

5. Intervensi................................................................. 30

6. Implementasi........................................................... 31

7. Evaluasi Keperawatan............................................. 31

ix

Page 12: Laporan Kerja Praktek  Ispa

BAB III : LAPORAN KEGIATAN

A. Pengkajian.................................................................... 32

1. Identitas Klien.......................................................... 32

2. Riwayat Keperawatan.............................................. 32

3. Pola Kebiasaan Sehari - hari.................................... 33

4. Pemeriksaan Fisik..................................................... 35

B. Analisa Data.................................................................. 36

C. Daftar Masalah dan Rencana........................................ 37

D. Daftar Tindakan............................................................ 38

E. Daftar Evaluasi.............................................................. 39

F. Pembahasan.................................................................. 40

1. Pengkajian................................................................ 40

2. Diagnosa.................................................................. 41

3. Perencanaan.............................................................. 42

4. Pelaksanaan............................................................... 43

5. Evaluasi..................................................................... 43

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................... 44

B. Rekomondasi................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..... 46

LAMPIRAN

x

Page 13: Laporan Kerja Praktek  Ispa

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Format Bimbingan...................................................................................... 47

xi

Page 14: Laporan Kerja Praktek  Ispa

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.2.1.1 Hidung……………………...…………………..……… 8

Gambar 2.2.1.4 Paru - paru……………………...………………..…..… 13

Gambar 2.2.2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut………………….…… 16

xii

Page 15: Laporan Kerja Praktek  Ispa

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1 Pola Kebiasaan Sehari – hari..................................................... 33

3.2 Analisa Data.............................................................................. 36

3.3 Daftar Masalah dan Rencana.................................................... 37

3.4 Daftar Tindakan........................................................................ 38

3.5 Daftar Evaluasi.......................................................................... 39

xiii

Page 16: Laporan Kerja Praktek  Ispa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat menurut WHO adalah Suatu keadaan yang sempurna baik fisik,

mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Penyakit

adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan

ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya.

Untuk menyembuhkan penyakit, orang – orang bisa berkonsultasi dengan seorang

dokter.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah

mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah

kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama

pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta

anak di bawah lima tahun.

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan

bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah

suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak - anak, baik dinegara

berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka

perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit – penyakit

saluran pernapasan pada masa bayi dan anak – anak dapat pula memberi

kecacatan sampai pada masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan dengan

terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

Page 17: Laporan Kerja Praktek  Ispa

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira – kira 1 dari

4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA

setiap tahunnya 40 % - 60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit

ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %.

Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi

berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat

masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang

untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit – penyulit dan

kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar

antara 10 - 20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian

dilapangan ( Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % Kabupaten Indramayu

adalah 9,8 % ).

Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap

tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta . Penderita yang

dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya

berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat

pada kelompok umur 0 - 6 bulan.

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun

1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun

kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti

yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

Page 18: Laporan Kerja Praktek  Ispa

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan penanganan keperawatan dasar

pada An.F dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan penanganan keperawatan khusus pada klien ISPA.

b. Mampu melakukan pengkajian pada klien ISPA.

c. Mempu menentukan masalah yang muncul pada klien ISPA.

d. Mampu menentukan rencana tindakan yang sesuai dengan masalah yang

muncul pada klien.

e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dasar pada klien ISPA.

f. Mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah di berikan pada klien

ISPA.

C. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan praktek kerja industri ini terdiri dari kima bab yang disusun

berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri atas Gambaran Umum Instansi, sejarah instansi,

struktur organisasi, konsep dasar kasus, gambaran umum kasus, dan konsep

kebutuhan dasar manusia.

BAB III : Laporan kegiatan, terdiri atas pengkajian keperawatan dasar, perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi tindakan, pembahasan pengkajian,

diagnosis, dan evaluasi.

BAB IV : Penutup, berisikan daftar pustaka, lampiran dan ralat.

Page 19: Laporan Kerja Praktek  Ispa

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

GAMBARAN UMUM INSTANSI DAN TINJAUAN TEORITIS

A. Gambaran Umum Instansi

1. Sejarah Rumah Sakit TK.IV Cijantung Kesdam Jaya

Rumah Sakit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya pada awalnya adalah sebuah

Poliklinik yang diperuntukkan untuk melayani warga Komplek Cijantung dan

sekitarnya dengan sebutan "Poliklinik Perwira".

Seirama dengan perkembangan organisasi Angkatan Darat Poliklinik Perwira

mempunyai tugas untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan Prajurit TNI dan

PNS Dephan yang masih berdinas aktif beserta keluarganya. Bersamaan dengan

areal service yang dilayani dilaksanakan pembangunan poliklinik berupa bangunan :

RL , RW dan Asrama Putri serta perubahan status poliklinik menjadi Rumkit. Tk IV

dengan nama Rumah Sakit Cijantung.

Sejak diterbitkannya Skep Kasad Nomor : Skep/76/X/1985 tanggal 28 Oktober

1985 tentang organisasi dan tugas Kesdam Jaya dan Skep Kasad Nomor :

Skep/1092/XII/1985 tanggal 14 Desember 1985 tentang lokasi Kesdam Jaya beserta

Badan Pelaksanaannya, maka Rumkit Tk. IV Cijantung dihilangkan / dilikuidasi.

Tetapi dalam kenyataannya Rumkit Cijantung tetap melayani anggota TNI-AD /

PNS dan keluarganya, khususnya yang berada di Cijantung dan sekitarnya.

Berdasarkan keputusan Kasad Nomor : KEP / 17 / XI / 2001 tanggal 9

Nopember 2001 tentang penetapan Rumah Sakit Cijantung sebagai unsur Kesdam

Jaya dengan status Rumah Sakit Tk. IV dan surat Kakesdam Jaya Nomor : B / 220 -

Page 20: Laporan Kerja Praktek  Ispa

7 / XII / 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang permohonan realisasi penetapan

status Rumah Sakit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya. Maka, pada tanggal 22 Januari

2002 RS Cijantung diresmikan oleh Pangdam Jaya sebagai Rumah Sakit Tk. IV

Cijantung Kesdam Jaya.

Saat ini Rumkit Cijantung berfungsi sebagai Instalasi penyaring/filter pertama

sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih tinggi terutama dalam pelayanan kasus

gawat darurat dan pelayanan kebidanan.

Rumkit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya terletak diatas tanah milik TNI-AD

dengan luas tanah : 7609 m2, luas bangunan : 2.600 m2, dan lokasi Rumah Sakit

sangat strategis berada dekat dengan satuan-satuan TNI-AD mencakup pemukiman

TNI-AD dan Asrama markas satuan jajaran TNI AD.

Ditinjau dari segi lokasi, Rumkit Cijantung Kesdam Jaya sangat strategis.

Sebagai Rumah Sakit TNI AD untuk wilayah Korem 051/WKT karena berada dekat

dengan satuan-satuan TNI-AD dan asrama anggota TNI-AD serta berfungsi sebagai

rumah sakit rujukan Lini II sebelum dirujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi yaitu

Rumkit Tk. II Moh Ridwan Meuraksa atau RSPAD Gatot Subroto. Adapun populasi

yang dilayani di wilayah areal service Rumkit Cijantung sebanyak ± 24.968 orang

yang tersebar pada 25 Satuan dan 11 Komplek perumahan TNI-AD.

a. Visi : Menjadikan RS. Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya yang didambakan masyarakat

penggunanya dalam bidang pelayanan kesehatan.

Didambakan yang berarti : berharap dan berbesar hati, kepuasan, yang terutama

diarahkan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan, tanpa

membedakan apakah dari kalangan dinas ( Prajurit TNI, PNS dan keluarganya )

yang menjadi tugas pokok RS. Tk. IV Cijantung, maupun masyarakat umum

yang menggunakan jasa RS. Tk. IV Cijantung. Bila harapan, dan kepuasan

Page 21: Laporan Kerja Praktek  Ispa

sudah dapat dirasakan masyarakat penggunanya, maka hal ini merupakan

sesuatu yang diidamkan oleh seluruh personel RS. Tk. IV Cijantung.

b. Misi :

Memberikan Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Kesehatan secara cepat

dan profesional.

Memberikan pelayanan kesehatan dengan cara manusiawi dan

kekeluargaan.

Meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan di rumah sakit secara

profesional.

Menjadi Rumah Sakit Idaman keluarga

Menjadi Rumah Sakit tempat pendidikan.

c. Strategi : Pada saat ini Rumah Sakit Cijantung sedang membenahi dan

melengkapi hal – hal yang menjadi acuan standar dalam program Akreditasi

RS, oleh karena diyakini semua acuan dan cara penyelenggaraan RS terbaik

saat ini adalah bila RS tersebut mengikuti acuan Akreditasi RS. Penyesuaian

dengan kondisi RS mutlak diperlukan mengingat tugas pokok masing – masing

RS berbeda.

d. Tujuan :

Peningkatan kualitas mutu pelayanan Kesehatan.

Adalah merupakan tugas pokok jajaran kesehatan di manapun berada dan

bertugas dalam bidang profesinya, yang secara dinamis berkembang sesuai

kemajuan bidang Kesehatan secara umum dan Kedokteran pada khususnya.

Peningkatan Sumber Daya Manusia RS. Cijantung

Sudah menjadi tuntutan kemajuan berbagai bidang, utamanya dalam era

globalisasi. Kami akan mengantisipasi kondisi tersebut dengan menyiapkan

SDM RS. Cijantung yang bermutu sesuai standar bidang perumahsakitan.

Page 22: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Peningkatan Kesejahteraan personel RS. Cijantung.

Personel merupakan aset terpenting dari organisasi, apalagi rumah sakit. Sudah

menjadi kewajiban setiap pimpinan untuk memperhatikan dan meningkatkan

kesejahteraan personelnya setiap saat.

Ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Merupakan tujuan Nasional di bidang perumah sakitan.

e. Filosofi :

Bekerja di lingkungan rumah sakit bila dilaksanakan secara ikhlas

merupakan bentuk ibadah yang tinggi nilainya, sehingga diharapkan

kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat akan tercapai.

f. Motto :

Berpikir, Bersikap dan bertindak yang terbaik dalam bidang pelayanan

Kesehatan. Merupakan adopsi dari Motto pimpinan TNI - AD dalam

peningkatan kinerja di lingkungannya masing – masing kiranya cukup

relevan untuk dipakai seluruh personel RS. Cijantung.

Page 23: Laporan Kerja Praktek  Ispa

B. Tinjauan Teoritis

1. Anatomi Fisiologi ISPA

a. Hidung

Gambar 2.2.1.1 Hidung

(Sumber: google)

Nares anterior adalah saluran - saluran di dalam rongga hidung.

Saluran – saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai

vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat

kaya akan permbuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan

dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam

rongga hidung.

Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri

dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok ke satu sisi atau sisi

yang lain, dan di lapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa.

Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus,

danos, sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding

lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media,

dan inferior. Tulang – tulang ini dilapisi oleh membran mukosa.

Page 24: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Faring

Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring

adalah bagian dari faring merupakan gabungan sistem respirasi dan

pencernaan.

Laring (Tenggorokan)

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam

kulit, glandula thyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan

laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang

lengkap terdiri atas:

Cartilago yaitu cartilago thyoridea, epiglotis, cartilago cricoidea dan

2 cartilago arytenoidea.

Membran yaitu menghubungkan kartilago satu sama lain dan dengan

os. Hyoideum, membran mukosa, plika vokalis, dan otot yang

bekerja pada plica vokalis. Cartilagi tyroidea á berbentuk V,

dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas

posterior di atas adalah comu superior, penonjolan tempat

melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah comu yang

lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago

cricoidea. Membran tyroide á menghubungkan batas atas dan comu

superior ke os hyoideum. Membran cricothyoideum á

menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.

Page 25: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Epiglottis

Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol diatas dibelakang

dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago

thyoideum. Plica araryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian

samping epiglottis menuju cartilago aryepiglottica, membentuk batas

jalan masuk laring.

Cartilago arytenoidea

Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis

cartilago cricoidea. Plicavokalis pada tiap sisi melekat di bagian

posterio sudut piramid yang menonjol kedepan.

Membran mukosa

Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri

dari sel – sel silinder yang bersilia. Plica vokalis dilapisi pleh epitel

skuamosa.

Plica vokalis

Plica vokalis adalah dua lembar membran mukosa tipis yang

terletak diatas ligamentum vocale, dua pita fibrosa yang teregang

diantara bagian dalam cartilago thyoideum dibagian depan dan

cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vokalis palsu adalah

dua lipatan. Membran mukosa tepat diatas plica sejati. Bagian ini

tidak terlibat dalam produksi suara.

Page 26: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Otot

Otot – otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea,

cricoidea, thyoideum yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat

mendekatkan dan memisahkan plica vokalis. Otot – otot tersebut

diinervasi oleh nervus cranialis X ( vagus ).

Respirasi

Selama respirasi tenang, plica vokalis di tahan agak berjauhan

sehingga udara dapat keluar masuk. Selama respirasi kuat, plica

vokalis terbuka lebar.

Fonasi

Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vokalis selama ekspirasi.

Suara yang dihasilkan di modifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi,

lidah, dan bibir dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.

Gambaran klinis

Laring dapat tersumbat oleh :

- Benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil

- Pembengkakan membran mukosa, misalnya pada setiap menghisap

uap atau pada reaksi alergi

- Infeksi, misalnya difteri

- Tumor, misalnya kanker pita suara

Page 27: Laporan Kerja Praktek  Ispa

b. Trachea atau batang tenggorokan

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira – kira 10 cm dengan

lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada

bagian depan leher dan dibelakang manubrium stemi, berakhir setinggi

angulus sternalis ( taut manubrium dengan corpus sterni ) atau sampai kira

– kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang

menjadi dua bronchus. Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran terlengkap

yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa

dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga

membuat beberapa jaringan otot.

c. Bronchus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian

kira – kira vertebratato rakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama bronchus – bronchus itu

berjalan kebawah dan kesamping kearah tampuk baru. Bronkus kanan lebih

pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih

tinggi dari arteripulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat

dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang

dan lebih langsing dari yang kanan dan berjalan dibawah arteri pulmonalis

sebelum dibelah menjadi menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus

atas dan bawah.

Page 28: Laporan Kerja Praktek  Ispa

d. Paru-Paru

Gambar 2.2.1.4 Paru-paru

(Sumber; google)

Paru – paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.

Paru – paru memiliki :

1. Apeks, apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula.

2. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada.

3. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung dan

basis.

Terletak pada diagfragma paru – paru juga dilapisi oleh pleura yaitu

priental pleuradan visceral pleura. Didalam rongga pleura terdapat cairan

surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus

yaitu lobus superior, medius, dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua

lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan

elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, brhoncial venula,

ductus alveolar, sakkus alveolar, dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru

– paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan atau pertukaran gas.

Page 29: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Suplai Darah

Arteri pulmonalis

Arteri bronkialis

Innervasi

Parasimpatis melalui nervus vagus

Simpatis melalui truncus simpaticus

Sirkulasi Pulmonalis

Paru – paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis

dan arteri pulmonalis. Darah diatrium kanan mengair keventrikel kanan

melalui katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris ( trikuspidalis ).

Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat,

katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang –

cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing – masing

mengalir ke paru kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang –

cabang berkali – kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler.

Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluran pernafasan, melalui

sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula,

dan venula menjadi vena. Vena – vena menyatu untuk membentuk vena

pulmonalis yang besar. Darah mengalir didalam vena pulmonalis kembali

ke atrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah, jantung, sirkulasi

sistematik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg.

Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan

oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi

sistematik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat

berlangsung bagi semua.

Page 30: Laporan Kerja Praktek  Ispa

2. Konsep Dasar Penyakit

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai definisi penyakit Infeksi

Saluran Peranapasan Akut ( ISPA ).

a. Pengertian

ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil

menyerang alat – alat tubuh yang dipergunakan untuk bernapas yaitu

mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan

sampai ke paru – paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau

URI ( bahasa Inggris ) singkatan dari under respiratory infection adalah

penyakit infeksi yang bersifat akut dimana melibatkan organ saluran

pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli.

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk

pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun,

yang berarti seorang balita rata – rata mendapat serangan batuk pilek

sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

Dari berbagai pengertian tersebut penulis menyimpulkan ISPA

adalah penyakit yang sering terjadi pada anak – anak. Daya tahan tubuh

anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan

tubuhnya belum kuat. Apabila di dalam satu rumah ada anggota

keluarga terkena pilek, anak – anak akan lebih mudah tertular. Dengan

kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit menjadi

lebih cepat.

Page 31: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Gambar 2.2.2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Sumber : http://www.google.co.id/image

b. Pembagian Pengkajian

Banyaknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran

pernafasan akut ini cukup menyulitkan dalam klasifikasi dari segi kausa,

hal ini semakin nyata setelah diketahui bahwa satu organisme dapat

menyebabkan beberapa gejala klinis penyakit serta adanya satu macam

penyakit yang bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme

tersebut (Mandal, dkk, 1984).

Oleh karena itu klasifikasi ISPA hanya didasarkan pada :

1. Lokasi Anatomis

a. Infeksi saluran pernafasan bagian atas.

Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.

b. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.

Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring

sampai dengan alveolus paru – paru.

Page 32: Laporan Kerja Praktek  Ispa

2. Derajat keparahan penyakit

WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut

derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala –

gejala klinis yang timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakarya

Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai

berikut:

a. ISPA ringan

Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

Ø Batuk.

Ø Pilek dengan atau tanpa demam.

b. ISPA sedang

Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala

berikut :

Ø Pernafasan cepat.

Ø Wheezing ( nafas menciut – ciut ).

Ø Sakit/keluar cairan dari telinga.

Ø Bercak kemerahan (campak).

c. ISPA berat

Meliputi gejala sedang / ringan ditambah satu atau lebih gejala

berikut :

Ø Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi.

Ø Kesadaran menurun.

Ø Bibir / kulit pucat kebiruan.

Ø Stridor ( nafas ngorok ) sewaktu istirahat.

Ø Adanya selaput membran difteri.

Page 33: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Depkes RI ( 1991 ) membagi ISPA berdasarkan atas umur dan

tanda - tanda klinis yang didapat yaitu :

a. Untuk anak umur 2 bulan - 5 tahun.

Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu :

Pneumonia berat, tanda utama :

Ø Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk.

Ø Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini

terjadi bila paru - paru menjadi kaku dan

mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.

Ø Nafas cuping hidung

Ø Suara rintihan

Ø Sianosis ( pucat )

Pneumonia ( tidak berat ), tanda :

Ø Tak ada tarikan dinding dada ke dalam disertai nafas

cepat lebih dari 50 kali / menit untuk usia 2 bulan

1 tahun. Lebih dari 40 kali / menit untuk usia 1

tahun – 5 tahun.

Bukan Pneumonia, tanda :

Ø Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Ø Tak ada nafas cepat kurang dari 50 kali / menit untuk

anak usia 2 bulan – 1 tahun. Kurang dari 40 kali /

menit untuk anak usia 1 tahun – 5 tahun.

Page 34: Laporan Kerja Praktek  Ispa

b. Anak umur kurang dari 2 bulan

Untuk anak dalam golongan umur ini, diklasifikasikan menjadi 2

yaitu :

Pneumonia berat, tanda :

Ø Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam atau

dingin.

Ø Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali / menit atau lebih.

Ø Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.

Bukan Pneumonia, tanda :

Ø Tidak ada nafas cepat.

Ø Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Dalam International Classification of Disease dalam bagian Diseases

of the Respiratory System revisi yang kesepuluh, ISPA dibagi

berdasar atas letak anatomi saluran pernafasan serta penyebabnya.

Pembagian ini meliputi hal di bawah ini :

a. Infeksi saluran nafas atas akut

Ø Nasofaringitis akut ( commond cold ).

Ø Sinusiatis akut.

Ø Faringitis akut : faringitis streptokokus dan faringitis karena

sebab lain.

Ø Tonsilitis akut : tonsilitis streptokokus dan tonsilitis karena

sebab lain.

Ø Laringitis dan trakeitis akut.

Ø Epiglotitis dan laringitis obstruktif akut ( croup ).

Page 35: Laporan Kerja Praktek  Ispa

b. Influenza dan pneumonia

Ø Influenza dengan virus yang teridentifikasi.

Ø Influenza dengan virus tak teridentifikasi.

Ø Pnemonia viral ( Pnemonia karena adenovirus, Pnemonia

oleh virus sinsitium saluran pernafasan, Pnemonia oleh

virus parainfluenza, Pnemonia oleh virus lain ).

Ø Pneumonia oleh streptokokus pnemonia.

Ø Pneumonia oleh karena Hemofilus influenza.

Ø Pneumonia bakterial lainnya.

Ø Pneumonia oleh sebab organisme lain.

c. Infeksi saluran nafas bawah akut lainnya.

Ø Bronkitis akut.

Ø Bronkiolitis akut

Ø Infeksi saluran nafas bawah akut lain.

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian terutama pada jalan nafas. Fokus utama pada

pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari

pernafasan.

1. Pola, cepat ( tachynea ) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang

biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan

pergerakan abdomen.

3. Usaha, kontinyu, terputus – putus, atau tiba – tiba berhenti disertai

dengan adanya bersin.

Page 36: Laporan Kerja Praktek  Ispa

4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman

pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing.

Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan

peningkatan produksi dari sputum.

d. Patofisiologi ISPA

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya

virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran

pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran

nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan

suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal

maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran

pernafasan ( Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya

batuk kering ( Jeliffe, 1974 ). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran

pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak

terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan

mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan

tersebut menimbulkan gejala batuk ( Kending and Chernick, 1983 ).

Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah

batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan

mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada

Page 37: Laporan Kerja Praktek  Ispa

saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri

– bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti

streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut ( Kending dan Chernick, 1983 ).

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah

banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas

dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini

dipermudah dengan adanya fakor – faktor seperti kedinginan dan

malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya

suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan

gangguan gizi akut pada bayi dan anak ( Tyrell, 1980 ).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke

tempat – tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan

kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (

Tyrell, 1980 ).

Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran

nafas bawah, sehingga bakteri – bakteri yang biasanya hanya ditemukan

dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru – paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (

Shann, 1985 ).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus

diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa

sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa,

tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun

saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,

Page 38: Laporan Kerja Praktek  Ispa

merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah

bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG

pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA ( sIgA )

sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (

Siregar, 1994 ).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi

menjadi empat tahap, yaitu :

1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa – apa.

2. Tahap inkubasi , virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.

Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan

sebelumnya memang sudah rendah.

3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul

gejala demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat

meninggal akibat pneumonia.

e. Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit ISPA dibagi menjadi 3 golongan :

Bukan pneumonia, yaitu batuk, serak, pilek, dan panas atau demam

lebih dari 37°C.

Page 39: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Pneumonia , yaitu pernapasan lebih dari 50x per menit pada anak

yang berumur < 1 tahun atau > 40x per menit pada anak berumur 1

tahun atau lebih, suhu tubuh > 39°C, tenggorokan berwarna merah,

timbul bercak – bercak pada kulit menyerupai bercak campak,

pernapasan berbunyi menciut – ciut, pernapasan berbunyi seperti

mengorok dan telinga sakit atau mengeluarkan nanah.

Pneumonia berat, yaitu bibir atau kulit membiru, anak tidak sadar,

napas cepat > 60x per menit.

f. Diagnosis ISPA

Dalam pelaksanaan program P2 ISPA penentuan klasifikasi pneumonia

berat dan pneumonia sekaligus merupakan penegakan diagnosis, sedangkan

penentuan klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai penegakan

diagnosis. Jika seorang anak keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi

bukan pneumonia maka diagnosis penyakitnya kemungkinan adalah batuk,

pilek biasa (commoncold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit ISPA

non pneumonia lainnya. Dalam pola tatalaksana penderita pneumonia yang

dipakai oleh Program P2 ISPA diagnosis pneumonia pada anak didasarkan

pada adanya batuk dan kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi

nafas (fast breathing) sesuai umur. Adanya nafas cepat (fast breathing) ini

ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas nafas cepat

adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak

usia 2 bulan - < 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1

tahun - < 5 tahun.

Page 40: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Pada anak usia < 2 bulan tidak dikenal diagnosis pneumonia. Diagnosis

pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas

disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam

(chest indrawing) pada anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur <

2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu

frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya

penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest

indrawing).

g. Etiologi

Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200

jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus

streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus

penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang

paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas

akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu

tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang

anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah

atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga

menumbulkan resiko serangan ISPA.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap

kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status

gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.

Page 41: Laporan Kerja Praktek  Ispa

ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus utama).

ISPA bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus ( Virus Utama).

Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,

staphylococusaureus.

Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.

Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.

Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang

komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan

mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan

miksovirus ( termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan

penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit

demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab

terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi –

epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya

lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas

bagian bawah. ( Fuad, Ahmad, 2008 ).

h. Pencegahan dan Pemberantasan

1. Pencegahan

o Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.

Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda.

o Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat / tidur yang cukup

dan olah raga teratur.

Page 42: Laporan Kerja Praktek  Ispa

o Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun

atau hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita

ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk

mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.

o Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat

mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT -

Hib / DaPT - Hib, dan imunisasi PCV.

o Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.

o Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan

flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand

sanitizer setelah kontak dengan penderita ISPA.

o Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar

tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.

o Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau

anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi

isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur

terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.

o Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

2. Pemberantasan

o Penyuluhan kesehatan yang terutama ditunjukan pada para ibu.

o Pengelolaan kasus yang disempurnakan

o Immunisasi

Page 43: Laporan Kerja Praktek  Ispa

3. Konsep Dasar Keperawatan

Adapun Konsep Kebutuhan Dasar Manusia yang penulis berikan

kepada klien dengan diagnosa ISPA adalah sebagai berikut.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan

untuk mengumpulkan, menggali data, yang timbul pada pasien ISPA

dengan cara observasi, wawancara, dan pengukuran.

1) Identitas

Terdiri dari identitas klien yang mencakup nama, usia, alamat,

pendidikan terakhir, nomor medical record, tanggal masuk rumah

sakit, tanggal pengkajian, dan penghasilan disertakan dengan

identitas penanggung jawab.

b. Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan klien meliputi :

1) Keluhan Utama

Yaitu keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian.

Pada klien yang menderita ISPA sering ditemukan keluhan seperti,

demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan riwayat kesehatan klien selama di rumah sakit sampai

dengan proses keperawatan.

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Merupakan riwayat kesehatan klien di masa lalu, yaitu apakah

klien mengalami penyakit tertentu atau penyakit yang sama dengan

yang di alami sekarang, apakah klien pernah menggunakan obat –

Page 44: Laporan Kerja Praktek  Ispa

obat tertentu yang diperoleh dengan resep dokter atau tanpa resep

dokter.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang memiliki penyakit yang sama

dengan klien.

5) Riwayat Psikososial

Merupakan suatu keadaan atau respon klien saat di lakukan

pengkajian, apakah klien kooperatif atau tidak kooperatif

dikarenakan klien begitu lemah.

6) Pemeriksaan Fisik

Merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi atau

pemeriksaan organ tubuh dari kepala sampai kaki, meliputi

keadaan kepala, mata, leher, rambut, mulut, dada, dan abdomen.

4. Diagnosa Keperawatan

Adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah

klien tindakan keperawatan. Dalam hal ini penulis akan memaparkan

diagnosa muncul secara teoritis pada klien dengan ISPA ( Infeksi

Saluran Pernapasan Akut ).

Gangguan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat berhubungan dengan

mual, muntah, sariawan, dan tidak nafsu makan.

Gangguan personal hygiene dikarenakan suhu tubuh yang tidak

stabil.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kecemasan

terhadap penyakit.

Page 45: Laporan Kerja Praktek  Ispa

5. Intervensi

a. Gangguan nutrisi yang tidak adekuat.

Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah.

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

intervensi.

Hindari makanan yang merangsang ( pedas / asam ) dan

mengandung gas.

Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat

menstimulasi muntah.

b. Gangguan personal hygiene dikarenakan suhu tubuh yang tidak stabil.

Berikan kompres ( air hangat )

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara

konduksi.

Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500 – 2000

cc/hari ( sesuai toleransi ).

Rasional : untuk menangani cairan tubuh yang hilang akibat

evarasi.

Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, pernapasan

) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui

keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital

merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Page 46: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Kolaborasi pemberian cairan intravena dan pemberian obat

antipiretik sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan

suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan suhu

tubuh pasien.

c. Gangguan Rasa Nnyaman ( Nyeri )

Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien.

Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami

pasien.

Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang

tenang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.

6. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan ISPA

disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan pada

An.F yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan

pada tahap sebelumnya. Adapun sasaran evaluasi pada pasien ISPA

sebagai :

a. Suhu tubuh pasien normal ( 36 – 37,0°C ), pasien bebas dari demam.

b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan

makanan sesuai dengan porsi makan yang diberikan.

Page 47: Laporan Kerja Praktek  Ispa

BAB III

LAPORAN KEGIATAN

Tanggal Masuk : 26 – 07 – 2012

Ruang / Kelas : Kelas III

No. Med Rec : 1187 / VII / 2012

Diagnose Medis : ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Tanggal Pengkajian : 27 – 07 - 2012

A. Pengkajian Keperawatan dasar

Pada bab ini penulis akan menyajikan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada

tanggal 27 juli 2012kepada klien An.F yang dirawat di ruang kelas III, Rumah Sakit TK.

IV Cijantung Kesdam Jaya, Jakarta – timur. Dimulai dari tahap pengkajian sampai

dengan evaluasi.

1. Identitas Klien

Klien bernama An. F, Usia 3 tahun, Jenis kelamin Laki – laki, Agama islam, suku

Jawa, Warga Negara Indonesia, Alamat Rumdis Paspampres, bahasa yang digunakan

Indonesia, Sumber biaya pribadi, dengan diagnose ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan

Akut).

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan klien demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.

Page 48: Laporan Kerja Praktek  Ispa

b. Riwayat kesehatan / Kep Sekarang

Ibu klien mengatakan klien mengalami demam, sakit kepala, badan lemah, nafsu

makan menurun, batuk pilek, dan sakit tenggorokan.

c. Riwayat Kesehatan / Kep Masa Lalu

Ibu klien mengatakan klien dulu pernah sekali mengalami penyakit seperti ini.

d. Riwayat Kesehatan / Kep Keluarga

Menurut ibu klien tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit ini.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Ibu klien mengatakan bahwa klien tinggal di komplek, tapi kamarnya memakai

AC, Jarang di buka.

f. Riwayat Psikososial

Klien sangat dekat dengan ibunya. Saat ini dampak penyakit klien terhadap

keluarga, keluarga menjadi cemas.

3. Pola Kebiasaan Sehari – hari

Table 3.1 Pola Kebiasaan Sehari – hari

No. Kebiasan

Sehari - hari Di Rumah Di Rumah Sakit

1. Pola Nutrisi Klien makan 3x sehari, nafsu

makan baik, tidak ada mual,

muntah ataupun sariawan.

Jenis makanan yang dimakan 4

sehat 5 sempurna, tidak ada

alergi, tidak ada pantangan,

tidak mempunyai kebiasaan

sebelum makan. TB = 80 cm

BB = 15 Kg

Selama dirumah sakit klien

tidak mau makan, nafsu makan

menurun karena mual,muntah

dan sariawan. Tidak ada alergi,

pantangan makan chiki, coklat,

tidak mempunyai kebiasaan

sebelum makan. TB = 80 cm

BB = 13 Kg

Page 49: Laporan Kerja Praktek  Ispa

2. Pola

Eliminasi

a) BAK

b) BAB

BAK klien normal bias sampai

6 – 7 x / hari, waktu tidak tentu,

kuning jernih, tidak terpasang

kateter, jumlah Urien ± 800 cc,

tidak ada keluah dalam BAK.

BAB klien normal 1x / hari,

biasa di pagi hari, warna

cokelat, konsistensi ½ padat,

tidak ada keluhan dalam BAB,

klien tidak menggunakan

Laxatif / Pelancar.

Selama di RS, BAK klien hanya

4 -5 x / hari, waktu tidak tentu,

kuning pekat, tidak terpasang

kateter, jumlah ± 100 – 200 cc,

tidak ada keluhan dalam BAK.

BAB klien normal 1x / hari,

biasa pagi hari, warna cokelat,

konsistensi ½ padat, tidak ada

keluhan dalam BAB, klien tidak

menggunakan Laxatif /

Pelancar.

3. Pola

Personal

Hygiene

Klien mandi 2x/ hari, pagi dan

sore hari, Oral hygiene 2x / hari

pagi dan sore, klien kadang –

kadang mencuci rambut.

Klien sakit di rumah hanya di

seka dengan air hangat pagi

hari.

4. Pola Istirahat

tidur

Klien tidur malam biasa ± 8 jam

/ hariTidur siang kadang –

kadang saja biasanya 2 jam.

Klien selama dirumah sakit tidur

kurang, bias hanya 2 – 3 jam /

hari, karena panas dan batuk

tidur siang kadang – kadang

hanya 2 jam.

5. Pola

Aktivitas

Klien tidak bekerja, dan tidak

ada keluhan dalam beraktivitas.

Klien tidak bekerja, klien

terpasang infuse RL 15 tetes /

menit micro, kadang suka sesak

kalau sedang batuk.

Page 50: Laporan Kerja Praktek  Ispa

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum :

Kondisi klien saat ini sadar penuh, menangis kuat.

b. Pemeriksaan tanda – tanda vital :

S = 38°C (↑↓) N = 124x / menit RR = 25x / menit

c. Pemeriksaan kulit dan Rambut

Kulit klien tidak kering, terpasang Infus RL 15 tetes / menit micro, rambut klien

bersih.

d. Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala dam batas normal, klien tampak demam, teraba adanya pembesaran Limfe

pada daerah leher dan nyeri telan. Tidak ada pembesaran thyroid.

e. Pemeriksaan Dada

Suara paru normal, suara nafas masih bagus.

f. Pemeriksaan Anggota gerak

Pergerakan klien bagus, tidak ada yang terganggu.

Page 51: Laporan Kerja Praktek  Ispa

B. Analisis Data

Tabel 3.2 Analisis Data

No. Hari / Tanggal Data Etiologi Masalah

1. 27 – 07 - 2012 DS = Ibu klien

Mengatakan demam

sudah 2 hari.

DO =

Klien tampak

lemah.

Palpasi tubuh klien

tampak panas.

Suhu klien 38°C

(↑↓).

Infeksi Peningkatan suhu

tubuh.

2. 27 – 07 - 2012 DS = Ibu klien

mengatakan klien

batuk, pilek,dan sakit

tenggorokan.

DO =

Klien tampak

lemah.

Klien tampak sesak

kalau batuk.

RR klien 27x/menit

Penumpukan

sekresi paru

Bersihan jalan

nafas tidak efektif.

3. 27 – 07 - 2012 DS = Ibu klien

mengatakan klien sakit

tenggorokan, nafsu

makan klien menurun.

DO =

Klien tampak tidak

mau makan.

Klien tampak

sariawan.

Klien tampak

lemah.

N klien =

122x/menit.

Asupan yang

kurang

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

Page 52: Laporan Kerja Praktek  Ispa

C. Daftar masalah dan rencana

Tabel 3.3 Daftar Masalah dan Rencana

No. Masalah Intervensi

1. Peningkatan suhu tubuh

berhubungan dengan proses infeksi.

Observasi TTV.

Anjurkan pada klien / keluarga untuk

melakukan kompres hangat pada kepala

/ Axila.

Anjurkan klien untuk minum banyak.

Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therapy.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan penumpukan

sekresi paru

Observasi TTV.

Posisikan klien untuk memaksimalkan

ventilasi.

Lakukan fisiotherapy dada kalau perlu.

Keluarkan dahak dengan batuk /

sunction.

Pertahankan jalan nafas yang paten.

Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therapy nebulizer.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuhberhubungan

dengan ketidak mampuan dalam

memasukan dan mencerna makanan.

Kaji pola nutrisi klien.

Kaji makanan yang sesuai dan yang

tidak sesuai.

Anjurkan pembatasan aktivitas selama

fase akut.

Timbang berat badan tiap hari.

Anjurkan klien makan sedikit dan

sering.

Page 53: Laporan Kerja Praktek  Ispa

D. Daftar Tindakan

Tabel 3.4 Daftar Tindakan

No. Tanggal Waktu Tindakan Paraf

1. Jumat, 26 Juli

2012

16 : 35

16 : 40

18 : 30

18 : 40

Mengobservasi TTV

S = 38°C

N = 122 x / menit

RR = 27 X / menit

Menganjurkan pada klien / keluarga untuk

melakukan kompres hangat kalau perlu.

Membolus Ceffotaxime (antibiotik).

Menganjurkan klien untuk minum banyak.

(Devi F)

2. Sabtu, 27 Juli

2012

16 : 50

17 : 00

17 : 15

17 : 30

19 : 00

Mengobservasi TTV

S = 36,7°C

N = 100 x / menit

RR = 25 x / menit

Verbeden.

Mengantarkan makan + obat Oral.

Mengobservasi infuse RL 15 tetes / menit

micro.

Membantu memasang alat nebulizer.

(Devi F)

3.

Minggu, 28

Juli 2012

10 : 30

Mengobservasi TTV

S = 36°C

N = 100 x / menit

RR = 24 x / menit

Mengobservasi infuse RL 15 tetes / menit

micro.

Mengantarkan makan + obat Oral.

Menganjurkan klien untuk makan

makanan yang bergizi.

(Devi F)

Page 54: Laporan Kerja Praktek  Ispa

E. Daftar Evaluasi

Tabel 3.5 Daftar Evaluasi

No. Masalah Evaluasi Paraf

1. peningkatan suhu tubuh

berhubungan dengan

infeksi.

S = ibu klien mengatakan klien masih

demam.

O = S : 37°C tubuh terasa hangat.

A = Masalah belum teratasi.

P = Intervensi dilanjutkan.

Observasi TTV.

Anjurkan pada klien / keluarga untuk

melakukan kompres hangat pada

kepala / Axila.

Anjurkan klien untuk minum banyak.

Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therapy.

(Devi F)

2. Bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan

dengan penumpukan

sekresi paru.

S = ibu klien mengatakan klien masih

batuk, tapi agak kurang.

O = Sesak berkurang, RR = 22 x / menit

A = Masalah belum

teratasi.

P = Intervensi dilanjutkan.

Observasi TTV.

Posisikan klien untuk memaksimalkan

ventilasi.

Lakukan fisiotherapy dada kalau perlu.

Keluarkan dahak dengan batuk /

sunction.

Pertahankan jalan nafas yang paten.

Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therapy nebulizer.

(Devi F)

Page 55: Laporan Kerja Praktek  Ispa

3. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakmampuan dalam

memasukkan dan

mencerna makanan.

S = Ibu klien mengatakan nafsu makan

Klien sudah meningkat dan klien

sudah bisa menghabiskan

makanannya.

O = klien tampak dapat menghabiskan

porsi makanannya dank lien sudah

tidak merasakan sariawan.

A = Masalah sudah teratasi.

P = Tindakan dihentikan.

(Devi F)

F. Pembahasan

Merupakan laporan kegiatan yang dilakukan selama praktik dan membahas mengenai

adanya kesenjangan antara landasan teoritis dan asuhan nyata dalam melaksanakan

kegiatan penanganan keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 27 Juli 2012, dimana dalam

tahap ini penulis baru tahap mengkaji data klien anak F secara menyeluruh melalui

wawancara langsung dengan klien dan keluarga,observasi dan pengukuran serta dari

dokumentasi medis dan keperawatan.

Dalam melakukan pengkajian penulis mendapatkan hambatan yang berarti

dikarenakan klien cukup kooperatif, juga keluarga klien yang terbuka dan dengan

senang hati memberikan informasi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan serta

bersedia mengungkapkan perasaan dan masalah yang dirasakan.

Dari hasil pengkajian anak F di temukan adanya demam, sakit kepala, badan

lemah, nafsu makan menurun, batuk pilek, dan sakit tenggorokan.

Page 56: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Dari pengkajian didapatkan bahwa klien sebelum masuk Rumah Sakit adalah

anak yang periang dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan temanya, pintar

dalam pelajaran. Klien tidak takut bila di adakan tindakan keperawatan namun ia

hanya sedikit malu apabila di tanyai mengenai keadaannya.

Selain pengkajian yang ditunjukan pada klien sendiri penulis juga melakukan

pengkajian kepada keluarga terutama orang tua klien yang selalu menjaganya. Ibu

klien sangat khawatir atas penyakit yang di idap oleh klien akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan klien.

2. Diagnosa

Dalam pelaksanaan program P2 ISPA penentuan klasifikasi pneumonia berat

dan pneumonia sekaligus merupakan penegakan diagnosis, sedangkan penentuan

klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai penegakan diagnosis. Jika

seorang anak keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia

maka diagnosis penyakitnya kemungkinan adalah batuk, pilek biasa (commoncold),

pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit ISPA non pneumonia lainnya. Dalam pola

tatalaksana penderita pneumonia yang dipakai oleh Program P2 ISPA diagnosis

pneumonia pada anak didasarkan pada adanya batuk dan kesukaran bernapas disertai

peningkatan frekuensi nafas (fast breathing) sesuai umur. Adanya nafas cepat (fast

breathing) ini ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas nafas

cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak

usia 2 bulan - < 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun - < 5

tahun. Pada anak usia < 2 bulan tidak dikenal diagnosis pneumonia. Diagnosis

pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai nafas

sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (chest indrawing) pada

Page 57: Laporan Kerja Praktek  Ispa

anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur < 2 bulan diagnosis pneumonia

berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali

per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah

bawah ke dalam (severe chest indrawing).

3. Perencanaan

Tahap ini merupakan lanjutan dari pengkajian yang dilakukan. Didalam tahap

ini adanya proses penyusunan strategi keperawatan yang diarahkan untuk

mencegah,menurunkan dan mengurangi masalah – masalah. Perencanaan juga

menentukan kreteria keberhasilan asuhan keperawatan yang akan di laksanakan.

Area Intervensi keperawatan pada anak F pada umumnya di tunjukan pada tindakan

pencegahan infeksi, hal ini dilakukan karena adanya daya tahan tubuh klien yang

menurun dan gejala – gejala yang klien rasakan.

Pada tahap perencanaan ini, secara keseluruhan penulis tidak menemukan hambatan

atau kesulitan yang berarti. Pada penyusunan rencana keperawatan klien anak F,

penulis menyesuaikan dengan keadaan klien dan tidak lupa melibatkan peran serta

keluarga dalam rangka mengindetifikasi kebutuhan klien dan rencana intervensi

keperawatan yang sesuai.

4. Pelaksanaan

Page 58: Laporan Kerja Praktek  Ispa

Pada tahap ini penulis melaksanakan tindakan keperawatan yang telah

direncanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah di susun, semua tindakan

tersebut selanjutnya didokumentasikan dalam catatan keperawatan.

Dalam pelaksanaan ini penulis menemukan faktor – faktor yang menunjang dan faktor

– faktor yang dirasakan menghambat untuk pelaksanaan tindakan. Beberapa faktor

penunjang antara lain adanya kerjasama yang baik perawat dan dokter yang

menangani klien.

Sedangkan faktor penghambat dalam tahap ini adalah kurang terbiasanya perawat

ruangan dalam melaksanakan proses keperawatan dan pencatata terhadap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan terkadang cukup memperhatikan, sehingga penulis

merasa kesulitan dalam mengkomunikasikan rencana keperawatan yang telah di buat.

5. Evaluasi

Tahap akhir dari proses keperawatan dasar adalah Evaluasi yang merupakan

tahap penilaian, hasil dan tujuan telah ditetapkan. Dalam evaluasi dapat diketahui

masalah pada klien dengan masalah nyeri, sesak dapat teratasi, klien sudah tidak

mununjukan respon negative seperti saat pengkajian awal dilakukan. Klien dapat

beraktivitas dengan normal kembali dan menunjukan respon yang baik.

Page 59: Laporan Kerja Praktek  Ispa

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini penulis akan membahas kesimpulan dari laporan praktik kerja

industri. Disimpulkan bahwa dari definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),

tanda dan gejala, tindakan keperawatan kebutuhan klien.

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada

balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang

balita rata – rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali

setahun.

Dalam melakukan pengkajian pada anak F dengan ISPA dirawat diruang anak

kelas III Rumah Sakit TK.IV Cijantung Kesdam Jaya, penulis menemukan

beberapa masalah pada klien diantaranya : peningkatan suhu tubuh, gangguan pada

jalan nafas, dan gangguan kebutuhan nutrisi. Setelah direncanakan dan tindakan

keperawatan kondisi klien sudah lebih baik.

B. Rekomendasi

Saat penulis melakukan praktik di Rumah Sakit, penulis mempunyai saran untuk perawat

Rumah Sakit dengan Klien An. F yang mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan

Akut).

Page 60: Laporan Kerja Praktek  Ispa

1. Untuk Perawat

Dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, sebaiknya lebih

ditingkatkan, terutama dalam mengoptimalkan pengisian format pengkajian

dan pendokumentasian, serta respon dan evaluasi.

Perawat hendaknya memiliki kemampuan kognitif agar dapat

berkomunikasi dengan baik terhadap klien, agar dapat memahami masalah

klien.

2. Untuk Klien

Menganjurkan klien agar menjaga kebersihan lingkungan kesehatan dan

kenyamanan tempat tinggal.

Klien hendaknya mendengarkan pesan yang disampaikan perawat seperti

meminum obat secara teratur, istirahat yang cukup dan memperhatikan pola

makan yang benar.

3. Sekolah

Pihak sekolah hendaknya sering memberikan pelatihan dalam menangani

berbagai masalah penyakit.

Memperbanyak atau melengkapi fasilitas Lab – lab kesehatan agar siswa – siswi

dapat mempraktikannya sebelum praktik kerja industri.

Page 61: Laporan Kerja Praktek  Ispa

DAFTAR PUSTAKA

Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada

Anak. Jakarta, :10 ,1991.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien Ed 3. Jakarta: EGC.1999.

Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya.

1987.

Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992.

Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk Pelatihan Prajabatan Umum

dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas. Jakarta. 1992.

Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak.

Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.

Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara. Jakarta.

1994.

Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980.

Page 62: Laporan Kerja Praktek  Ispa