Download - Laporan Kerja Praktek Ispa
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F
DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DIRUANG
PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG
KESDAM JAYA
Disusun Oleh :
DEVI FAUZIYYAH
NISN : 9950983065
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA
CIMANGGIS DEPOK
2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F
DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT(ISPA) DI RUANG
PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG
KESDAM JAYA
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
Jurusan Program Keahlian Kesehatan, Kompetensi Keahlian Keperawatan Medis
Disusun Oleh :
DEVI FAUZIYYAH
NISN : 9950983065
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA
CIMANGGIS DEPOK
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan ini telah di setujui oleh Pembimbing Akademik Pelaksanaan Praktik Kerja Industri
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Jurusan Kesehatan
Program Keahlian Keperawatan Medis, Sekolah Menengah Kejuruan Raflesia
Depok, 20 November 2012
( Ns.Cherry Suzani,S.kep )
NIP : 07.77.08.98.03
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Industri pada RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG
KESDAM JAYA sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan ( SMK ) Jurusan Kesehatan Program Keahlian Keperawatan Medis,
Telah disyahkan oleh :
Depok, 20 November 2012
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan
( Ns. Cherry Suzani, S.Kep ) ( Yefri Maiso, S.Kep )
NIP : 07.77.08.98.033 NIDN : 196805237991121001
Mengetahui Kepala Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan Raflesia
( Ns.Cherry Suzani S,Kep )
NIP : 07.77.08.98.03
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Devi Fauziyyah
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : JL.RA FADILLAH NO.63 RT.05/02
CIJANTUNG, JAKARTA – TIMUR
Riwayat Pendidikan
1. SDSN R.A Fadillah Cijantung 03 Pagi Lulus 2001/2007
2. SMP Kartika VIII – I Cijantung Lulus 2007/2010
3. SMK Raflesia Depok Lulus 2010/2013
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya...
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu
telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku
dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih
sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin
dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia
karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang
selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku,
selalu menasehatiku menjadi lebih baik,
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah..
iv
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN RAFLESIA DEVI FAUZIYYAH NISN : 9950983065
PENANGANAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN AN.F
DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT(ISPA) DI RUANG
PERAWATAN ANAK KELAS III RUMAH SAKIT TK.IV CIJANTUNG
KESDAM JAYA
ABSTRAK
Karya tulis ini berjudul “Penanganan Keperawatan Dasar Pada Klien An.F dengan
ISPA diruang Anak Kelas III Rumah Sakit TK.IV Cijantung Kesdam Jaya.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira – kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya 40 % -
60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian
yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.Adapun
pelaksanaan yang telah dilakukan, diantaranya masalah keperawatan yang muncul pada An.F
adalah peningkatan sesak nafas dan suhu tubuh.
ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau URI
( bahasa Inggris ) singkatan dari under respiratory infection adalah penyakit infeksi
yang bersifat akut dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat – alat tubuh yang
dipergunakan untuk bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru – paru, dan berlangsung tidak lebih
dari 14 hari.
Penulis melakukan Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan factor – factor apa
saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA yg di derita oleh An.F yang dirawat di
Rumah Sakit Tk.IV Cijantung Kesdam Jaya, dan penulispun dapat melakukan Pengkajian
sekaligus Penanganan keperawatan terhadap klien An.F.
Adapun pelaksanaan yang telah dilakukan adalah mengobservasi TTV, suhu,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy. Adapun hasil akhir dari
asuhan keperawatan ini adalah masalah klien An.F dapat teratasi.
Dengan demikian, untuk mencapai hasil yang diinginkan maka dalam melaksanakan
asuhan keperawatan perlu adanya kerjasama yang baik agar tercapainya hasil yang baik.
Daftar Pustaka: 9 (1980-1999).
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri ini tepat pada
waktunya.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Kesehatan Program
Keahlian Perawatan Dasar Medis, yang mengambil judul “Penanganan Keperawatan
Dasar pada klien An.F, dengan gangguan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di
ruang perawatan anak kelas III Rumah Sakit Tk.IV Cijantung Kesdam Jaya”.
Selama penyusunan Laporan Praktek Kerja Industri ini penulis menemui banyak
hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,
akhirnya Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat diselesaikan.
Maka pada kesempatan ini, dengan rendah hati penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Zaidin Ali, SKM,MM,MBA selaku pendiri Yayasan Bunga Raflesia.
2. Ibu Ns.Cherry Suzani,S.kep selaku Kepala Sekolah SMK Raflesia sekaligus
pembimbing penulis dalam pembuatan laporan praktek kerja industri yang selalu
memeberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menjalankan Praktek
Kerja Lapangan dan pembuatan laporan ini.
3. Bapak Hari Wibowo ,S.Pd.I selaku wakil kepala sekolah SMK Raflesia yang turut
membantu dalam proses pelaksanaan Praktek Kerja Industri.
4. Ibu Erna Suarti,SKM selaku ketua pelaksana Praktek Kerja Industri yang telah
memberikan pengarahan dan penyemangat dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
5. Pembimbing saya selama di Rumah Sakit Pak Jefry yang selalu memberikan
support dan bantuannya selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di
Rumah Sakit Kesdam Jaya.
6. Seluruh staff dewan guru SMK Raflesia yang juga ikut memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis agar tidak takut atau pesimis dalam pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan.
7. Kepala Ruangan beserta staff keperawatan yang telah mengajarkan penulis
mengenai penerapan tindakan keperawatan kepada pasien.
vi
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta, dan adik perempuan saya yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil serta doa yang tiada putus didampingi dengan doa
restu selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Kaka sepupu saya yang telah mengarahkan saya dalam pembuatan laporan praktek
kerja industri.
10. Sahabat – sahabat saya ( Annisa Nurmala, Melinda Oktaviana Devi, Siti Sari
Ramadhan, Tutik Duwi Jayanti, Azizah Hanifa, Andriana Sri Rahayu) yang sudah
memotivasi penulis dalam mengerjakan laporan Praktek Kerja Industri.
11. Kekasih tercinta Rony Sanjaya yang telah membantu dan mendukung saya untuk
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri .
12. Teman – teman seangkatan XII yang selalu memberikan semangat melalui candaan
konyol tapi mengesankan.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan Praktek Kerja Industri ini banyak
kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan Laporan Praktek Kerja Industri ini. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.
Depok, 20 November 2012
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar persetujuan.................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................... ii
Lembar Persembahan................................................................................ iii
Riwayat Hidup......................................................................................... iv
Abstrak..................................................................................................... v
Kata Pengantar......................................................................................... vi
Daftar Isi.................................................................................................. viii
Daftar Lampiran........................................................................................ xi
Daftar Tabel............................................................................................. xii
Daftar Gambar......................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.................................................................... 3
C. Sistematika penulisan............................................................. 3
viii
BAB II : GAMBARAN ISTANSI DAN TINDAKAN TEORITIS
A. Gambaran Umum................................................................... 4
1. Sejarah Rumah Sakit.................................................. 4
B. Tinjauan Teoritis
1. Anatomi Fisiologi ISPA............................................ 8
2. Konsep Dasar Penyakit............................................. 15
a. Pengertian...................................................... 15
b. Pembagian Pengkajian................................... 16
c. Pemeriksaan Diagnostik................................ 20
d. Patofisiologi ISPA......................................... 21
e. Tanda dan Gejala ISPA................................ 23
f. Diagnosis ISPA............................................ 24
g. Etiologi......................................................... 25
h. Pencegahan dan Pemberantasan................... 26
3. Konsep Dasar Keperawatan..................................... 28
a. Pengkajian.................................................... 28
b. Riwayat Kesehatan...................................... 28
4. Diagnosa Keperawatan............................................ 29
5. Intervensi................................................................. 30
6. Implementasi........................................................... 31
7. Evaluasi Keperawatan............................................. 31
ix
BAB III : LAPORAN KEGIATAN
A. Pengkajian.................................................................... 32
1. Identitas Klien.......................................................... 32
2. Riwayat Keperawatan.............................................. 32
3. Pola Kebiasaan Sehari - hari.................................... 33
4. Pemeriksaan Fisik..................................................... 35
B. Analisa Data.................................................................. 36
C. Daftar Masalah dan Rencana........................................ 37
D. Daftar Tindakan............................................................ 38
E. Daftar Evaluasi.............................................................. 39
F. Pembahasan.................................................................. 40
1. Pengkajian................................................................ 40
2. Diagnosa.................................................................. 41
3. Perencanaan.............................................................. 42
4. Pelaksanaan............................................................... 43
5. Evaluasi..................................................................... 43
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................... 44
B. Rekomondasi................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..... 46
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Format Bimbingan...................................................................................... 47
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.2.1.1 Hidung……………………...…………………..……… 8
Gambar 2.2.1.4 Paru - paru……………………...………………..…..… 13
Gambar 2.2.2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut………………….…… 16
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Pola Kebiasaan Sehari – hari..................................................... 33
3.2 Analisa Data.............................................................................. 36
3.3 Daftar Masalah dan Rencana.................................................... 37
3.4 Daftar Tindakan........................................................................ 38
3.5 Daftar Evaluasi.......................................................................... 39
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat menurut WHO adalah Suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Penyakit
adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya.
Untuk menyembuhkan penyakit, orang – orang bisa berkonsultasi dengan seorang
dokter.
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah
mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah
kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama
pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta
anak di bawah lima tahun.
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah
suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak - anak, baik dinegara
berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka
perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit – penyakit
saluran pernapasan pada masa bayi dan anak – anak dapat pula memberi
kecacatan sampai pada masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan dengan
terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira – kira 1 dari
4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA
setiap tahunnya 40 % - 60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat
masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang
untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit – penyulit dan
kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar
antara 10 - 20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian
dilapangan ( Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % Kabupaten Indramayu
adalah 9,8 % ).
Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap
tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta . Penderita yang
dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya
berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat
pada kelompok umur 0 - 6 bulan.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun
1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti
yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan penanganan keperawatan dasar
pada An.F dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan penanganan keperawatan khusus pada klien ISPA.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien ISPA.
c. Mempu menentukan masalah yang muncul pada klien ISPA.
d. Mampu menentukan rencana tindakan yang sesuai dengan masalah yang
muncul pada klien.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dasar pada klien ISPA.
f. Mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah di berikan pada klien
ISPA.
C. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan praktek kerja industri ini terdiri dari kima bab yang disusun
berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri atas Gambaran Umum Instansi, sejarah instansi,
struktur organisasi, konsep dasar kasus, gambaran umum kasus, dan konsep
kebutuhan dasar manusia.
BAB III : Laporan kegiatan, terdiri atas pengkajian keperawatan dasar, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi tindakan, pembahasan pengkajian,
diagnosis, dan evaluasi.
BAB IV : Penutup, berisikan daftar pustaka, lampiran dan ralat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
GAMBARAN UMUM INSTANSI DAN TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum Instansi
1. Sejarah Rumah Sakit TK.IV Cijantung Kesdam Jaya
Rumah Sakit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya pada awalnya adalah sebuah
Poliklinik yang diperuntukkan untuk melayani warga Komplek Cijantung dan
sekitarnya dengan sebutan "Poliklinik Perwira".
Seirama dengan perkembangan organisasi Angkatan Darat Poliklinik Perwira
mempunyai tugas untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan Prajurit TNI dan
PNS Dephan yang masih berdinas aktif beserta keluarganya. Bersamaan dengan
areal service yang dilayani dilaksanakan pembangunan poliklinik berupa bangunan :
RL , RW dan Asrama Putri serta perubahan status poliklinik menjadi Rumkit. Tk IV
dengan nama Rumah Sakit Cijantung.
Sejak diterbitkannya Skep Kasad Nomor : Skep/76/X/1985 tanggal 28 Oktober
1985 tentang organisasi dan tugas Kesdam Jaya dan Skep Kasad Nomor :
Skep/1092/XII/1985 tanggal 14 Desember 1985 tentang lokasi Kesdam Jaya beserta
Badan Pelaksanaannya, maka Rumkit Tk. IV Cijantung dihilangkan / dilikuidasi.
Tetapi dalam kenyataannya Rumkit Cijantung tetap melayani anggota TNI-AD /
PNS dan keluarganya, khususnya yang berada di Cijantung dan sekitarnya.
Berdasarkan keputusan Kasad Nomor : KEP / 17 / XI / 2001 tanggal 9
Nopember 2001 tentang penetapan Rumah Sakit Cijantung sebagai unsur Kesdam
Jaya dengan status Rumah Sakit Tk. IV dan surat Kakesdam Jaya Nomor : B / 220 -
7 / XII / 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang permohonan realisasi penetapan
status Rumah Sakit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya. Maka, pada tanggal 22 Januari
2002 RS Cijantung diresmikan oleh Pangdam Jaya sebagai Rumah Sakit Tk. IV
Cijantung Kesdam Jaya.
Saat ini Rumkit Cijantung berfungsi sebagai Instalasi penyaring/filter pertama
sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih tinggi terutama dalam pelayanan kasus
gawat darurat dan pelayanan kebidanan.
Rumkit Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya terletak diatas tanah milik TNI-AD
dengan luas tanah : 7609 m2, luas bangunan : 2.600 m2, dan lokasi Rumah Sakit
sangat strategis berada dekat dengan satuan-satuan TNI-AD mencakup pemukiman
TNI-AD dan Asrama markas satuan jajaran TNI AD.
Ditinjau dari segi lokasi, Rumkit Cijantung Kesdam Jaya sangat strategis.
Sebagai Rumah Sakit TNI AD untuk wilayah Korem 051/WKT karena berada dekat
dengan satuan-satuan TNI-AD dan asrama anggota TNI-AD serta berfungsi sebagai
rumah sakit rujukan Lini II sebelum dirujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi yaitu
Rumkit Tk. II Moh Ridwan Meuraksa atau RSPAD Gatot Subroto. Adapun populasi
yang dilayani di wilayah areal service Rumkit Cijantung sebanyak ± 24.968 orang
yang tersebar pada 25 Satuan dan 11 Komplek perumahan TNI-AD.
a. Visi : Menjadikan RS. Tk. IV Cijantung Kesdam Jaya yang didambakan masyarakat
penggunanya dalam bidang pelayanan kesehatan.
Didambakan yang berarti : berharap dan berbesar hati, kepuasan, yang terutama
diarahkan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan, tanpa
membedakan apakah dari kalangan dinas ( Prajurit TNI, PNS dan keluarganya )
yang menjadi tugas pokok RS. Tk. IV Cijantung, maupun masyarakat umum
yang menggunakan jasa RS. Tk. IV Cijantung. Bila harapan, dan kepuasan
sudah dapat dirasakan masyarakat penggunanya, maka hal ini merupakan
sesuatu yang diidamkan oleh seluruh personel RS. Tk. IV Cijantung.
b. Misi :
Memberikan Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Kesehatan secara cepat
dan profesional.
Memberikan pelayanan kesehatan dengan cara manusiawi dan
kekeluargaan.
Meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan di rumah sakit secara
profesional.
Menjadi Rumah Sakit Idaman keluarga
Menjadi Rumah Sakit tempat pendidikan.
c. Strategi : Pada saat ini Rumah Sakit Cijantung sedang membenahi dan
melengkapi hal – hal yang menjadi acuan standar dalam program Akreditasi
RS, oleh karena diyakini semua acuan dan cara penyelenggaraan RS terbaik
saat ini adalah bila RS tersebut mengikuti acuan Akreditasi RS. Penyesuaian
dengan kondisi RS mutlak diperlukan mengingat tugas pokok masing – masing
RS berbeda.
d. Tujuan :
Peningkatan kualitas mutu pelayanan Kesehatan.
Adalah merupakan tugas pokok jajaran kesehatan di manapun berada dan
bertugas dalam bidang profesinya, yang secara dinamis berkembang sesuai
kemajuan bidang Kesehatan secara umum dan Kedokteran pada khususnya.
Peningkatan Sumber Daya Manusia RS. Cijantung
Sudah menjadi tuntutan kemajuan berbagai bidang, utamanya dalam era
globalisasi. Kami akan mengantisipasi kondisi tersebut dengan menyiapkan
SDM RS. Cijantung yang bermutu sesuai standar bidang perumahsakitan.
Peningkatan Kesejahteraan personel RS. Cijantung.
Personel merupakan aset terpenting dari organisasi, apalagi rumah sakit. Sudah
menjadi kewajiban setiap pimpinan untuk memperhatikan dan meningkatkan
kesejahteraan personelnya setiap saat.
Ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Merupakan tujuan Nasional di bidang perumah sakitan.
e. Filosofi :
Bekerja di lingkungan rumah sakit bila dilaksanakan secara ikhlas
merupakan bentuk ibadah yang tinggi nilainya, sehingga diharapkan
kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat akan tercapai.
f. Motto :
Berpikir, Bersikap dan bertindak yang terbaik dalam bidang pelayanan
Kesehatan. Merupakan adopsi dari Motto pimpinan TNI - AD dalam
peningkatan kinerja di lingkungannya masing – masing kiranya cukup
relevan untuk dipakai seluruh personel RS. Cijantung.
B. Tinjauan Teoritis
1. Anatomi Fisiologi ISPA
a. Hidung
Gambar 2.2.1.1 Hidung
(Sumber: google)
Nares anterior adalah saluran - saluran di dalam rongga hidung.
Saluran – saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat
kaya akan permbuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan
dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung.
Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri
dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok ke satu sisi atau sisi
yang lain, dan di lapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa.
Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus,
danos, sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding
lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media,
dan inferior. Tulang – tulang ini dilapisi oleh membran mukosa.
Faring
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring
adalah bagian dari faring merupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.
Laring (Tenggorokan)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam
kulit, glandula thyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan
laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang
lengkap terdiri atas:
Cartilago yaitu cartilago thyoridea, epiglotis, cartilago cricoidea dan
2 cartilago arytenoidea.
Membran yaitu menghubungkan kartilago satu sama lain dan dengan
os. Hyoideum, membran mukosa, plika vokalis, dan otot yang
bekerja pada plica vokalis. Cartilagi tyroidea á berbentuk V,
dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior di atas adalah comu superior, penonjolan tempat
melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah comu yang
lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago
cricoidea. Membran tyroide á menghubungkan batas atas dan comu
superior ke os hyoideum. Membran cricothyoideum á
menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol diatas dibelakang
dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago
thyoideum. Plica araryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian
samping epiglottis menuju cartilago aryepiglottica, membentuk batas
jalan masuk laring.
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis
cartilago cricoidea. Plicavokalis pada tiap sisi melekat di bagian
posterio sudut piramid yang menonjol kedepan.
Membran mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri
dari sel – sel silinder yang bersilia. Plica vokalis dilapisi pleh epitel
skuamosa.
Plica vokalis
Plica vokalis adalah dua lembar membran mukosa tipis yang
terletak diatas ligamentum vocale, dua pita fibrosa yang teregang
diantara bagian dalam cartilago thyoideum dibagian depan dan
cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vokalis palsu adalah
dua lipatan. Membran mukosa tepat diatas plica sejati. Bagian ini
tidak terlibat dalam produksi suara.
Otot
Otot – otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea,
cricoidea, thyoideum yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat
mendekatkan dan memisahkan plica vokalis. Otot – otot tersebut
diinervasi oleh nervus cranialis X ( vagus ).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vokalis di tahan agak berjauhan
sehingga udara dapat keluar masuk. Selama respirasi kuat, plica
vokalis terbuka lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vokalis selama ekspirasi.
Suara yang dihasilkan di modifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi,
lidah, dan bibir dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh :
- Benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
- Pembengkakan membran mukosa, misalnya pada setiap menghisap
uap atau pada reaksi alergi
- Infeksi, misalnya difteri
- Tumor, misalnya kanker pita suara
b. Trachea atau batang tenggorokan
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira – kira 10 cm dengan
lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada
bagian depan leher dan dibelakang manubrium stemi, berakhir setinggi
angulus sternalis ( taut manubrium dengan corpus sterni ) atau sampai kira
– kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang
menjadi dua bronchus. Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran terlengkap
yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa
dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
membuat beberapa jaringan otot.
c. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira – kira vertebratato rakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama bronchus – bronchus itu
berjalan kebawah dan kesamping kearah tampuk baru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi dari arteripulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat
dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari yang kanan dan berjalan dibawah arteri pulmonalis
sebelum dibelah menjadi menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus
atas dan bawah.
d. Paru-Paru
Gambar 2.2.1.4 Paru-paru
(Sumber; google)
Paru – paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Paru – paru memiliki :
1. Apeks, apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula.
2. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada.
3. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung dan
basis.
Terletak pada diagfragma paru – paru juga dilapisi oleh pleura yaitu
priental pleuradan visceral pleura. Didalam rongga pleura terdapat cairan
surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus
yaitu lobus superior, medius, dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua
lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan
elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, brhoncial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar, dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru
– paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang
cukup luas untuk tempat permukaan atau pertukaran gas.
Suplai Darah
Arteri pulmonalis
Arteri bronkialis
Innervasi
Parasimpatis melalui nervus vagus
Simpatis melalui truncus simpaticus
Sirkulasi Pulmonalis
Paru – paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis
dan arteri pulmonalis. Darah diatrium kanan mengair keventrikel kanan
melalui katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris ( trikuspidalis ).
Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat,
katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang –
cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing – masing
mengalir ke paru kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang –
cabang berkali – kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler.
Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluran pernafasan, melalui
sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula,
dan venula menjadi vena. Vena – vena menyatu untuk membentuk vena
pulmonalis yang besar. Darah mengalir didalam vena pulmonalis kembali
ke atrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah, jantung, sirkulasi
sistematik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg.
Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan
oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi
sistematik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat
berlangsung bagi semua.
2. Konsep Dasar Penyakit
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai definisi penyakit Infeksi
Saluran Peranapasan Akut ( ISPA ).
a. Pengertian
ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil
menyerang alat – alat tubuh yang dipergunakan untuk bernapas yaitu
mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan
sampai ke paru – paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau
URI ( bahasa Inggris ) singkatan dari under respiratory infection adalah
penyakit infeksi yang bersifat akut dimana melibatkan organ saluran
pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli.
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun,
yang berarti seorang balita rata – rata mendapat serangan batuk pilek
sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Dari berbagai pengertian tersebut penulis menyimpulkan ISPA
adalah penyakit yang sering terjadi pada anak – anak. Daya tahan tubuh
anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan
tubuhnya belum kuat. Apabila di dalam satu rumah ada anggota
keluarga terkena pilek, anak – anak akan lebih mudah tertular. Dengan
kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit menjadi
lebih cepat.
Gambar 2.2.2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Sumber : http://www.google.co.id/image
b. Pembagian Pengkajian
Banyaknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran
pernafasan akut ini cukup menyulitkan dalam klasifikasi dari segi kausa,
hal ini semakin nyata setelah diketahui bahwa satu organisme dapat
menyebabkan beberapa gejala klinis penyakit serta adanya satu macam
penyakit yang bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme
tersebut (Mandal, dkk, 1984).
Oleh karena itu klasifikasi ISPA hanya didasarkan pada :
1. Lokasi Anatomis
a. Infeksi saluran pernafasan bagian atas.
Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.
b. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring
sampai dengan alveolus paru – paru.
2. Derajat keparahan penyakit
WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut
derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala –
gejala klinis yang timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakarya
Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai
berikut:
a. ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
Ø Batuk.
Ø Pilek dengan atau tanpa demam.
b. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala
berikut :
Ø Pernafasan cepat.
Ø Wheezing ( nafas menciut – ciut ).
Ø Sakit/keluar cairan dari telinga.
Ø Bercak kemerahan (campak).
c. ISPA berat
Meliputi gejala sedang / ringan ditambah satu atau lebih gejala
berikut :
Ø Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi.
Ø Kesadaran menurun.
Ø Bibir / kulit pucat kebiruan.
Ø Stridor ( nafas ngorok ) sewaktu istirahat.
Ø Adanya selaput membran difteri.
Depkes RI ( 1991 ) membagi ISPA berdasarkan atas umur dan
tanda - tanda klinis yang didapat yaitu :
a. Untuk anak umur 2 bulan - 5 tahun.
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu :
Pneumonia berat, tanda utama :
Ø Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk.
Ø Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini
terjadi bila paru - paru menjadi kaku dan
mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.
Ø Nafas cuping hidung
Ø Suara rintihan
Ø Sianosis ( pucat )
Pneumonia ( tidak berat ), tanda :
Ø Tak ada tarikan dinding dada ke dalam disertai nafas
cepat lebih dari 50 kali / menit untuk usia 2 bulan
1 tahun. Lebih dari 40 kali / menit untuk usia 1
tahun – 5 tahun.
Bukan Pneumonia, tanda :
Ø Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Ø Tak ada nafas cepat kurang dari 50 kali / menit untuk
anak usia 2 bulan – 1 tahun. Kurang dari 40 kali /
menit untuk anak usia 1 tahun – 5 tahun.
b. Anak umur kurang dari 2 bulan
Untuk anak dalam golongan umur ini, diklasifikasikan menjadi 2
yaitu :
Pneumonia berat, tanda :
Ø Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam atau
dingin.
Ø Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali / menit atau lebih.
Ø Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.
Bukan Pneumonia, tanda :
Ø Tidak ada nafas cepat.
Ø Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Dalam International Classification of Disease dalam bagian Diseases
of the Respiratory System revisi yang kesepuluh, ISPA dibagi
berdasar atas letak anatomi saluran pernafasan serta penyebabnya.
Pembagian ini meliputi hal di bawah ini :
a. Infeksi saluran nafas atas akut
Ø Nasofaringitis akut ( commond cold ).
Ø Sinusiatis akut.
Ø Faringitis akut : faringitis streptokokus dan faringitis karena
sebab lain.
Ø Tonsilitis akut : tonsilitis streptokokus dan tonsilitis karena
sebab lain.
Ø Laringitis dan trakeitis akut.
Ø Epiglotitis dan laringitis obstruktif akut ( croup ).
b. Influenza dan pneumonia
Ø Influenza dengan virus yang teridentifikasi.
Ø Influenza dengan virus tak teridentifikasi.
Ø Pnemonia viral ( Pnemonia karena adenovirus, Pnemonia
oleh virus sinsitium saluran pernafasan, Pnemonia oleh
virus parainfluenza, Pnemonia oleh virus lain ).
Ø Pneumonia oleh streptokokus pnemonia.
Ø Pneumonia oleh karena Hemofilus influenza.
Ø Pneumonia bakterial lainnya.
Ø Pneumonia oleh sebab organisme lain.
c. Infeksi saluran nafas bawah akut lainnya.
Ø Bronkitis akut.
Ø Bronkiolitis akut
Ø Infeksi saluran nafas bawah akut lain.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas. Fokus utama pada
pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari
pernafasan.
1. Pola, cepat ( tachynea ) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang
biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan
pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus – putus, atau tiba – tiba berhenti disertai
dengan adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing.
Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan
peningkatan produksi dari sputum.
d. Patofisiologi ISPA
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan ( Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering ( Jeliffe, 1974 ). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk ( Kending and Chernick, 1983 ).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah
batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri
– bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut ( Kending dan Chernick, 1983 ).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas
dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor – faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya
suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak ( Tyrell, 1980 ).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat – tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (
Tyrell, 1980 ).
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran
nafas bawah, sehingga bakteri – bakteri yang biasanya hanya ditemukan
dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru – paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (
Shann, 1985 ).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa,
tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah
bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG
pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA ( sIgA )
sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (
Siregar, 1994 ).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa – apa.
2. Tahap inkubasi , virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.
e. Tanda dan Gejala ISPA
Tanda dan gejala penyakit ISPA dibagi menjadi 3 golongan :
Bukan pneumonia, yaitu batuk, serak, pilek, dan panas atau demam
lebih dari 37°C.
Pneumonia , yaitu pernapasan lebih dari 50x per menit pada anak
yang berumur < 1 tahun atau > 40x per menit pada anak berumur 1
tahun atau lebih, suhu tubuh > 39°C, tenggorokan berwarna merah,
timbul bercak – bercak pada kulit menyerupai bercak campak,
pernapasan berbunyi menciut – ciut, pernapasan berbunyi seperti
mengorok dan telinga sakit atau mengeluarkan nanah.
Pneumonia berat, yaitu bibir atau kulit membiru, anak tidak sadar,
napas cepat > 60x per menit.
f. Diagnosis ISPA
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA penentuan klasifikasi pneumonia
berat dan pneumonia sekaligus merupakan penegakan diagnosis, sedangkan
penentuan klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai penegakan
diagnosis. Jika seorang anak keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi
bukan pneumonia maka diagnosis penyakitnya kemungkinan adalah batuk,
pilek biasa (commoncold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit ISPA
non pneumonia lainnya. Dalam pola tatalaksana penderita pneumonia yang
dipakai oleh Program P2 ISPA diagnosis pneumonia pada anak didasarkan
pada adanya batuk dan kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi
nafas (fast breathing) sesuai umur. Adanya nafas cepat (fast breathing) ini
ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas nafas cepat
adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak
usia 2 bulan - < 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1
tahun - < 5 tahun.
Pada anak usia < 2 bulan tidak dikenal diagnosis pneumonia. Diagnosis
pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas
disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(chest indrawing) pada anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur <
2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu
frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest
indrawing).
g. Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200
jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus
streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang
paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah
atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menumbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.
ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus utama).
ISPA bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus ( Virus Utama).
Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococusaureus.
Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan
mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus ( termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan
penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit
demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab
terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi –
epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya
lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas
bagian bawah. ( Fuad, Ahmad, 2008 ).
h. Pencegahan dan Pemberantasan
1. Pencegahan
o Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.
Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda.
o Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat / tidur yang cukup
dan olah raga teratur.
o Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun
atau hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita
ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk
mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
o Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat
mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT -
Hib / DaPT - Hib, dan imunisasi PCV.
o Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
o Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan
flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand
sanitizer setelah kontak dengan penderita ISPA.
o Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar
tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.
o Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur
terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
o Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
2. Pemberantasan
o Penyuluhan kesehatan yang terutama ditunjukan pada para ibu.
o Pengelolaan kasus yang disempurnakan
o Immunisasi
3. Konsep Dasar Keperawatan
Adapun Konsep Kebutuhan Dasar Manusia yang penulis berikan
kepada klien dengan diagnosa ISPA adalah sebagai berikut.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
untuk mengumpulkan, menggali data, yang timbul pada pasien ISPA
dengan cara observasi, wawancara, dan pengukuran.
1) Identitas
Terdiri dari identitas klien yang mencakup nama, usia, alamat,
pendidikan terakhir, nomor medical record, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, dan penghasilan disertakan dengan
identitas penanggung jawab.
b. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan klien meliputi :
1) Keluhan Utama
Yaitu keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian.
Pada klien yang menderita ISPA sering ditemukan keluhan seperti,
demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien selama di rumah sakit sampai
dengan proses keperawatan.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Merupakan riwayat kesehatan klien di masa lalu, yaitu apakah
klien mengalami penyakit tertentu atau penyakit yang sama dengan
yang di alami sekarang, apakah klien pernah menggunakan obat –
obat tertentu yang diperoleh dengan resep dokter atau tanpa resep
dokter.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang memiliki penyakit yang sama
dengan klien.
5) Riwayat Psikososial
Merupakan suatu keadaan atau respon klien saat di lakukan
pengkajian, apakah klien kooperatif atau tidak kooperatif
dikarenakan klien begitu lemah.
6) Pemeriksaan Fisik
Merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi atau
pemeriksaan organ tubuh dari kepala sampai kaki, meliputi
keadaan kepala, mata, leher, rambut, mulut, dada, dan abdomen.
4. Diagnosa Keperawatan
Adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah
klien tindakan keperawatan. Dalam hal ini penulis akan memaparkan
diagnosa muncul secara teoritis pada klien dengan ISPA ( Infeksi
Saluran Pernapasan Akut ).
Gangguan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat berhubungan dengan
mual, muntah, sariawan, dan tidak nafsu makan.
Gangguan personal hygiene dikarenakan suhu tubuh yang tidak
stabil.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kecemasan
terhadap penyakit.
5. Intervensi
a. Gangguan nutrisi yang tidak adekuat.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah.
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
Hindari makanan yang merangsang ( pedas / asam ) dan
mengandung gas.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat
menstimulasi muntah.
b. Gangguan personal hygiene dikarenakan suhu tubuh yang tidak stabil.
Berikan kompres ( air hangat )
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara
konduksi.
Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500 – 2000
cc/hari ( sesuai toleransi ).
Rasional : untuk menangani cairan tubuh yang hilang akibat
evarasi.
Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, pernapasan
) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Kolaborasi pemberian cairan intravena dan pemberian obat
antipiretik sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan suhu
tubuh pasien.
c. Gangguan Rasa Nnyaman ( Nyeri )
Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien.
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang
tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan ISPA
disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan pada
An.F yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan
pada tahap sebelumnya. Adapun sasaran evaluasi pada pasien ISPA
sebagai :
a. Suhu tubuh pasien normal ( 36 – 37,0°C ), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan porsi makan yang diberikan.
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
Tanggal Masuk : 26 – 07 – 2012
Ruang / Kelas : Kelas III
No. Med Rec : 1187 / VII / 2012
Diagnose Medis : ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Tanggal Pengkajian : 27 – 07 - 2012
A. Pengkajian Keperawatan dasar
Pada bab ini penulis akan menyajikan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada
tanggal 27 juli 2012kepada klien An.F yang dirawat di ruang kelas III, Rumah Sakit TK.
IV Cijantung Kesdam Jaya, Jakarta – timur. Dimulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi.
1. Identitas Klien
Klien bernama An. F, Usia 3 tahun, Jenis kelamin Laki – laki, Agama islam, suku
Jawa, Warga Negara Indonesia, Alamat Rumdis Paspampres, bahasa yang digunakan
Indonesia, Sumber biaya pribadi, dengan diagnose ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut).
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan klien demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
b. Riwayat kesehatan / Kep Sekarang
Ibu klien mengatakan klien mengalami demam, sakit kepala, badan lemah, nafsu
makan menurun, batuk pilek, dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan / Kep Masa Lalu
Ibu klien mengatakan klien dulu pernah sekali mengalami penyakit seperti ini.
d. Riwayat Kesehatan / Kep Keluarga
Menurut ibu klien tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit ini.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Ibu klien mengatakan bahwa klien tinggal di komplek, tapi kamarnya memakai
AC, Jarang di buka.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat dekat dengan ibunya. Saat ini dampak penyakit klien terhadap
keluarga, keluarga menjadi cemas.
3. Pola Kebiasaan Sehari – hari
Table 3.1 Pola Kebiasaan Sehari – hari
No. Kebiasan
Sehari - hari Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi Klien makan 3x sehari, nafsu
makan baik, tidak ada mual,
muntah ataupun sariawan.
Jenis makanan yang dimakan 4
sehat 5 sempurna, tidak ada
alergi, tidak ada pantangan,
tidak mempunyai kebiasaan
sebelum makan. TB = 80 cm
BB = 15 Kg
Selama dirumah sakit klien
tidak mau makan, nafsu makan
menurun karena mual,muntah
dan sariawan. Tidak ada alergi,
pantangan makan chiki, coklat,
tidak mempunyai kebiasaan
sebelum makan. TB = 80 cm
BB = 13 Kg
2. Pola
Eliminasi
a) BAK
b) BAB
BAK klien normal bias sampai
6 – 7 x / hari, waktu tidak tentu,
kuning jernih, tidak terpasang
kateter, jumlah Urien ± 800 cc,
tidak ada keluah dalam BAK.
BAB klien normal 1x / hari,
biasa di pagi hari, warna
cokelat, konsistensi ½ padat,
tidak ada keluhan dalam BAB,
klien tidak menggunakan
Laxatif / Pelancar.
Selama di RS, BAK klien hanya
4 -5 x / hari, waktu tidak tentu,
kuning pekat, tidak terpasang
kateter, jumlah ± 100 – 200 cc,
tidak ada keluhan dalam BAK.
BAB klien normal 1x / hari,
biasa pagi hari, warna cokelat,
konsistensi ½ padat, tidak ada
keluhan dalam BAB, klien tidak
menggunakan Laxatif /
Pelancar.
3. Pola
Personal
Hygiene
Klien mandi 2x/ hari, pagi dan
sore hari, Oral hygiene 2x / hari
pagi dan sore, klien kadang –
kadang mencuci rambut.
Klien sakit di rumah hanya di
seka dengan air hangat pagi
hari.
4. Pola Istirahat
tidur
Klien tidur malam biasa ± 8 jam
/ hariTidur siang kadang –
kadang saja biasanya 2 jam.
Klien selama dirumah sakit tidur
kurang, bias hanya 2 – 3 jam /
hari, karena panas dan batuk
tidur siang kadang – kadang
hanya 2 jam.
5. Pola
Aktivitas
Klien tidak bekerja, dan tidak
ada keluhan dalam beraktivitas.
Klien tidak bekerja, klien
terpasang infuse RL 15 tetes /
menit micro, kadang suka sesak
kalau sedang batuk.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Kondisi klien saat ini sadar penuh, menangis kuat.
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital :
S = 38°C (↑↓) N = 124x / menit RR = 25x / menit
c. Pemeriksaan kulit dan Rambut
Kulit klien tidak kering, terpasang Infus RL 15 tetes / menit micro, rambut klien
bersih.
d. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala dam batas normal, klien tampak demam, teraba adanya pembesaran Limfe
pada daerah leher dan nyeri telan. Tidak ada pembesaran thyroid.
e. Pemeriksaan Dada
Suara paru normal, suara nafas masih bagus.
f. Pemeriksaan Anggota gerak
Pergerakan klien bagus, tidak ada yang terganggu.
B. Analisis Data
Tabel 3.2 Analisis Data
No. Hari / Tanggal Data Etiologi Masalah
1. 27 – 07 - 2012 DS = Ibu klien
Mengatakan demam
sudah 2 hari.
DO =
Klien tampak
lemah.
Palpasi tubuh klien
tampak panas.
Suhu klien 38°C
(↑↓).
Infeksi Peningkatan suhu
tubuh.
2. 27 – 07 - 2012 DS = Ibu klien
mengatakan klien
batuk, pilek,dan sakit
tenggorokan.
DO =
Klien tampak
lemah.
Klien tampak sesak
kalau batuk.
RR klien 27x/menit
Penumpukan
sekresi paru
Bersihan jalan
nafas tidak efektif.
3. 27 – 07 - 2012 DS = Ibu klien
mengatakan klien sakit
tenggorokan, nafsu
makan klien menurun.
DO =
Klien tampak tidak
mau makan.
Klien tampak
sariawan.
Klien tampak
lemah.
N klien =
122x/menit.
Asupan yang
kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
C. Daftar masalah dan rencana
Tabel 3.3 Daftar Masalah dan Rencana
No. Masalah Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi.
Observasi TTV.
Anjurkan pada klien / keluarga untuk
melakukan kompres hangat pada kepala
/ Axila.
Anjurkan klien untuk minum banyak.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan
sekresi paru
Observasi TTV.
Posisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi.
Lakukan fisiotherapy dada kalau perlu.
Keluarkan dahak dengan batuk /
sunction.
Pertahankan jalan nafas yang paten.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy nebulizer.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan ketidak mampuan dalam
memasukan dan mencerna makanan.
Kaji pola nutrisi klien.
Kaji makanan yang sesuai dan yang
tidak sesuai.
Anjurkan pembatasan aktivitas selama
fase akut.
Timbang berat badan tiap hari.
Anjurkan klien makan sedikit dan
sering.
D. Daftar Tindakan
Tabel 3.4 Daftar Tindakan
No. Tanggal Waktu Tindakan Paraf
1. Jumat, 26 Juli
2012
16 : 35
16 : 40
18 : 30
18 : 40
Mengobservasi TTV
S = 38°C
N = 122 x / menit
RR = 27 X / menit
Menganjurkan pada klien / keluarga untuk
melakukan kompres hangat kalau perlu.
Membolus Ceffotaxime (antibiotik).
Menganjurkan klien untuk minum banyak.
(Devi F)
2. Sabtu, 27 Juli
2012
16 : 50
17 : 00
17 : 15
17 : 30
19 : 00
Mengobservasi TTV
S = 36,7°C
N = 100 x / menit
RR = 25 x / menit
Verbeden.
Mengantarkan makan + obat Oral.
Mengobservasi infuse RL 15 tetes / menit
micro.
Membantu memasang alat nebulizer.
(Devi F)
3.
Minggu, 28
Juli 2012
10 : 30
Mengobservasi TTV
S = 36°C
N = 100 x / menit
RR = 24 x / menit
Mengobservasi infuse RL 15 tetes / menit
micro.
Mengantarkan makan + obat Oral.
Menganjurkan klien untuk makan
makanan yang bergizi.
(Devi F)
E. Daftar Evaluasi
Tabel 3.5 Daftar Evaluasi
No. Masalah Evaluasi Paraf
1. peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
infeksi.
S = ibu klien mengatakan klien masih
demam.
O = S : 37°C tubuh terasa hangat.
A = Masalah belum teratasi.
P = Intervensi dilanjutkan.
Observasi TTV.
Anjurkan pada klien / keluarga untuk
melakukan kompres hangat pada
kepala / Axila.
Anjurkan klien untuk minum banyak.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy.
(Devi F)
2. Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan
dengan penumpukan
sekresi paru.
S = ibu klien mengatakan klien masih
batuk, tapi agak kurang.
O = Sesak berkurang, RR = 22 x / menit
A = Masalah belum
teratasi.
P = Intervensi dilanjutkan.
Observasi TTV.
Posisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi.
Lakukan fisiotherapy dada kalau perlu.
Keluarkan dahak dengan batuk /
sunction.
Pertahankan jalan nafas yang paten.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy nebulizer.
(Devi F)
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam
memasukkan dan
mencerna makanan.
S = Ibu klien mengatakan nafsu makan
Klien sudah meningkat dan klien
sudah bisa menghabiskan
makanannya.
O = klien tampak dapat menghabiskan
porsi makanannya dank lien sudah
tidak merasakan sariawan.
A = Masalah sudah teratasi.
P = Tindakan dihentikan.
(Devi F)
F. Pembahasan
Merupakan laporan kegiatan yang dilakukan selama praktik dan membahas mengenai
adanya kesenjangan antara landasan teoritis dan asuhan nyata dalam melaksanakan
kegiatan penanganan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 27 Juli 2012, dimana dalam
tahap ini penulis baru tahap mengkaji data klien anak F secara menyeluruh melalui
wawancara langsung dengan klien dan keluarga,observasi dan pengukuran serta dari
dokumentasi medis dan keperawatan.
Dalam melakukan pengkajian penulis mendapatkan hambatan yang berarti
dikarenakan klien cukup kooperatif, juga keluarga klien yang terbuka dan dengan
senang hati memberikan informasi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan serta
bersedia mengungkapkan perasaan dan masalah yang dirasakan.
Dari hasil pengkajian anak F di temukan adanya demam, sakit kepala, badan
lemah, nafsu makan menurun, batuk pilek, dan sakit tenggorokan.
Dari pengkajian didapatkan bahwa klien sebelum masuk Rumah Sakit adalah
anak yang periang dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan temanya, pintar
dalam pelajaran. Klien tidak takut bila di adakan tindakan keperawatan namun ia
hanya sedikit malu apabila di tanyai mengenai keadaannya.
Selain pengkajian yang ditunjukan pada klien sendiri penulis juga melakukan
pengkajian kepada keluarga terutama orang tua klien yang selalu menjaganya. Ibu
klien sangat khawatir atas penyakit yang di idap oleh klien akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan klien.
2. Diagnosa
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA penentuan klasifikasi pneumonia berat
dan pneumonia sekaligus merupakan penegakan diagnosis, sedangkan penentuan
klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai penegakan diagnosis. Jika
seorang anak keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia
maka diagnosis penyakitnya kemungkinan adalah batuk, pilek biasa (commoncold),
pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit ISPA non pneumonia lainnya. Dalam pola
tatalaksana penderita pneumonia yang dipakai oleh Program P2 ISPA diagnosis
pneumonia pada anak didasarkan pada adanya batuk dan kesukaran bernapas disertai
peningkatan frekuensi nafas (fast breathing) sesuai umur. Adanya nafas cepat (fast
breathing) ini ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas nafas
cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak
usia 2 bulan - < 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun - < 5
tahun. Pada anak usia < 2 bulan tidak dikenal diagnosis pneumonia. Diagnosis
pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai nafas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (chest indrawing) pada
anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur < 2 bulan diagnosis pneumonia
berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali
per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah
bawah ke dalam (severe chest indrawing).
3. Perencanaan
Tahap ini merupakan lanjutan dari pengkajian yang dilakukan. Didalam tahap
ini adanya proses penyusunan strategi keperawatan yang diarahkan untuk
mencegah,menurunkan dan mengurangi masalah – masalah. Perencanaan juga
menentukan kreteria keberhasilan asuhan keperawatan yang akan di laksanakan.
Area Intervensi keperawatan pada anak F pada umumnya di tunjukan pada tindakan
pencegahan infeksi, hal ini dilakukan karena adanya daya tahan tubuh klien yang
menurun dan gejala – gejala yang klien rasakan.
Pada tahap perencanaan ini, secara keseluruhan penulis tidak menemukan hambatan
atau kesulitan yang berarti. Pada penyusunan rencana keperawatan klien anak F,
penulis menyesuaikan dengan keadaan klien dan tidak lupa melibatkan peran serta
keluarga dalam rangka mengindetifikasi kebutuhan klien dan rencana intervensi
keperawatan yang sesuai.
4. Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah di susun, semua tindakan
tersebut selanjutnya didokumentasikan dalam catatan keperawatan.
Dalam pelaksanaan ini penulis menemukan faktor – faktor yang menunjang dan faktor
– faktor yang dirasakan menghambat untuk pelaksanaan tindakan. Beberapa faktor
penunjang antara lain adanya kerjasama yang baik perawat dan dokter yang
menangani klien.
Sedangkan faktor penghambat dalam tahap ini adalah kurang terbiasanya perawat
ruangan dalam melaksanakan proses keperawatan dan pencatata terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan terkadang cukup memperhatikan, sehingga penulis
merasa kesulitan dalam mengkomunikasikan rencana keperawatan yang telah di buat.
5. Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan dasar adalah Evaluasi yang merupakan
tahap penilaian, hasil dan tujuan telah ditetapkan. Dalam evaluasi dapat diketahui
masalah pada klien dengan masalah nyeri, sesak dapat teratasi, klien sudah tidak
mununjukan respon negative seperti saat pengkajian awal dilakukan. Klien dapat
beraktivitas dengan normal kembali dan menunjukan respon yang baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab ini penulis akan membahas kesimpulan dari laporan praktik kerja
industri. Disimpulkan bahwa dari definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),
tanda dan gejala, tindakan keperawatan kebutuhan klien.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang
balita rata – rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali
setahun.
Dalam melakukan pengkajian pada anak F dengan ISPA dirawat diruang anak
kelas III Rumah Sakit TK.IV Cijantung Kesdam Jaya, penulis menemukan
beberapa masalah pada klien diantaranya : peningkatan suhu tubuh, gangguan pada
jalan nafas, dan gangguan kebutuhan nutrisi. Setelah direncanakan dan tindakan
keperawatan kondisi klien sudah lebih baik.
B. Rekomendasi
Saat penulis melakukan praktik di Rumah Sakit, penulis mempunyai saran untuk perawat
Rumah Sakit dengan Klien An. F yang mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut).
1. Untuk Perawat
Dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, sebaiknya lebih
ditingkatkan, terutama dalam mengoptimalkan pengisian format pengkajian
dan pendokumentasian, serta respon dan evaluasi.
Perawat hendaknya memiliki kemampuan kognitif agar dapat
berkomunikasi dengan baik terhadap klien, agar dapat memahami masalah
klien.
2. Untuk Klien
Menganjurkan klien agar menjaga kebersihan lingkungan kesehatan dan
kenyamanan tempat tinggal.
Klien hendaknya mendengarkan pesan yang disampaikan perawat seperti
meminum obat secara teratur, istirahat yang cukup dan memperhatikan pola
makan yang benar.
3. Sekolah
Pihak sekolah hendaknya sering memberikan pelatihan dalam menangani
berbagai masalah penyakit.
Memperbanyak atau melengkapi fasilitas Lab – lab kesehatan agar siswa – siswi
dapat mempraktikannya sebelum praktik kerja industri.
DAFTAR PUSTAKA
Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarta, :10 ,1991.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien Ed 3. Jakarta: EGC.1999.
Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya.
1987.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992.
Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk Pelatihan Prajabatan Umum
dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas. Jakarta. 1992.
Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak.
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.
Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara. Jakarta.
1994.
Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980.