laporan pbl dss
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan
Masalah kesehatan jiwa semakin meningkat di era globalisasi. Gambaran mengenai
besarnya masalah kesehatan jiwa, baik anak-anak maupun dewasa, dapat dilihat dari Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 terhadap 65.664 rumah tangga. Hasil survei
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga yaitu 140/1000
(usia lebih dari 15 tahun) dan 104/1000 (usia 5 -14 tahun) (Direktorat bina farmasi komunitas
dan klinik, 2007).
Tingginya angka prevalensi tersebut, menyatakan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi kepada
siapa saja, tidak memandang jenis kelamin, status sosial, maupun usia. Permasalahan gangguan
jiwa dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor baik dalam atau luar individu. Beban hidup yang
semakin meningkat dan mekanisme koping yang maladaptif menjadi pintu masuk terjadinya
gangguan jiwa.
Banyaknya faktor penyebab, tanda gejala dan penatalaksanaan yang berbeda dari gangguan
jiwa, maka dibutuhkan pengklasifikasian gangguan jiwa untuk memudahkan pemberian terapi
dan keberhasilan terapi. Diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III terdiri dari F00-F98
(Maslim,2001). Salah satu diagnosis yang akan dibahas dalam laporan ini adalah gangguan
waham (F22.0) yang diaplikasikan dalam kasus Problem based Learning 6 Mental Health
Nursing Block.
Kasus :
Perkenalkan...Saya Profesor
Ny. Klentingijo (35th) masuk ke RSJ tanggal 27 azgustus 2010 dengan alasan sakit saraf.
Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien sudah dirawat sejak tahun 2005.
Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. Klien bercita-cita menjadi seorang profesor, sehingga
merasa harus rajin baca buku. Klien merasa cita-citanya sudah tercapai sekarang (padahal tidak).
Ketika dilakukan wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak jelas dan
terputus-putus, kadang-kadang tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan, ada gerakan tic dan
agitasi, alam perasaan terlihat eforiadan merasa yakin bahwa dirinya adalah seorang profesor.
Pembuicaraan klien tidak terarah dengan ide yang tidak nyambung satu sama lain. Jika ada
orang atau pasien baru yang masuk ruangan maka ia akan selalu mengajaknya bersalaman dan
berkata, “perkenalkan..saya profesor”
B. Isi
1. Definisi Waham
Waham adalah keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan
terus menerus. Tidak dapat digoyahkan dengan argumentasi rasional. Keyakinan palsu
yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan cukup bukti kekeliruannya. Tidak serasi
dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya (Sadock dkk,2003).
2. Faktor Penyebab Waham pada Pasien Gangguan Jiwa
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya waham antara lain (Stuart,2007) :
a. Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap waham :
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang
sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada
bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-
sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter
yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang
berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikosis.
b. Teori Psikososial
1) Teori sistem keluarga menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi
anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu
berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada
orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
2) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua
dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
3) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi
antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme
pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang
maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id
dalam kepribadian.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi waham antara lain (Amir,2012) :
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa derajat lobus
temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya
waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif dari neuron. Waham
somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori pada
sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit
perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan
b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi
dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan
dan sebagainya.
3. Jenis-jenis waham dan manifestasi klinis, antara lain (Videbeck,2008):
a. Waham kendali pikir (thought of being controlled)
Penderita percaya bahwa pikirannya, perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh
kekuatan dari luar.
b. Waham kebesaran (delusion of grandiosity)
Suatu kepercayaan bahwa penderita merupakan orang yang penting dan berpengaruh,
mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam, atau benar-benar merupakan
figur orang kuat sepanjang sejarah.
c. Waham diancam
Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti, diancam, diganggu, atau ada
sekelompok orang yang memukulinya.
d. Waham tersangkut
Identik dengan idea of reference, tetapi dengan derajat yang lebih berat simtom ini
ditandai dengan adanya kepercayaan bahwa setiap kejadian disekelilingnnya
mempunyai hubungan pribadi seperti perintah dan pesan khusus. Penderita percaya
bahwa orang asing disekitarnya memperhatikan dirinya.
e. Waham bizare
Yang termasuk waham bizare, antara lain:
1) Waham sedot pikir
Percaya bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya
2) Waham sisip pikir
Percaya bahwa seseorang telah menyisipkan pkirannya kepada penderita
3) Waham siar pikir
Percaya bahwa pikirannya dapat diketahui orang lain
4) Waham kendali pikir
Percaya bahwa perasaan, perilaku, dan dorongan impuls berasal dari / dipengaruhi/
dikendalikan oleh kekuatan atau orang dari luar.
5) Waham cemburu
Cemburu yang bersifat patologis
6) Waham curiga
Seseorang merasa trancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk
membahayakan atau mencurigai dirinya.
7) Waham hpokondria
Pecaya bahwa didalam dirinya ada benda yang harus dikeluarkan sebab dapat
membahayakan dirinya.
8) Waham kejar
Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang lain
9) Kategori Waham (Keliat, 2006):
1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun
hanya secara teoritis.
2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin.
4.Penatalaksanaan
Menurut Suliswati (2005) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan
oleh “Food and Drug Administration” (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania
akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan
bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan litium
cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi
banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena
itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk
menentukan kadar litium.
2) Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
3) Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam.
Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet
dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap
sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per
hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang
supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah
10mEq/L.
4) Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam
serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor
ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap
selama pengobatan.
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen
sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
2. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk
pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
a. Tentukan target symptom
b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama
4-6 minggu
d. Hindari polifarmasi
e. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:
1) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
2) Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala
positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip
Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien),
neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk
menghilangkan gejala negative.
3) Penarikan diri high potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain. Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri high potensial.
3. ECT tipe katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati
otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam
kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia
katatonik.
4. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga
penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala
terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah.
Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, terapi supportif
ASUHAN KEPERAWATAN NY.K DENGAN WAHAM
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien waham
Berikan tanda [√] pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
Nama : Ny. K
Usia : 35 tahun
Alamat : Purwokerto
Proses pikir
[ ] Sirkumtansial [ √ ] Tangensial
[ √ ] Flight of ideas [ ] Bloking
[ √ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan bicara
Isi Pikir
[ √ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait
[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis
Proses pikir / jenis waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ √ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Siar pikir [ ] Sisip pikir [ ] Kontrol pikir
B. Diagnosa Keperawatan (Townsend,1998) :
Gangguan proses pikir :Waham
C. Tujuan Tindakan Keperawatan pada Pasien:
1. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
D. Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien waham perawat harus membina hubungan saling
percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya, yaitu:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Membantu orientasi realitas
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b. Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.
e. . Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas
3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
5) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
8) Melatih minum onat yang benar
SP Pasien (Keliat,2009) :
SP1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraltikkan pemenuhuan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
Orientasi
”Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang Melati. Saya
dinas dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti, saya akan merawat anda hari ini. Nama anda siapa,
senang dipanggil apa?”
”Boleh kita berbincang-bincang tentang apa yang Ny. K rasakan sekarang?”
”Berapa lama Ny. K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
”Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Ny. K?”
Kerja
”Saya mengerti Ny. K merasa bahwa Ny. K adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
memercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi putus Ny. K?”
”Tampaknya Ny. K gelisah sekali, bisa Ny. K ceritakan apa yang Ny. K rasakan?”
”O... jadi Ny. K merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri Ny. K sendiri?”
”Siapa menurut Ny. K yang sering mengatur-atur diri Ny. K?”
”Jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya Ny. K, juga kakak dan adik Ny. K yang lain?”
”Kalu Ny. K sendiri, inginnya seperti apa?”
”Bagus, Ny. K sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!”
”Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut Ny. K!”
”Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya Ny. K ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
selalu dirumah terus ya?”
Terminasi
”Bagaimana perasaan Ny. K setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus!”
”Bagaimana kalau jadwal ini coba Ny. K lakukan, setuju?”
”Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kalu kita bercakap-cakap tantang kemampuan yang pernah Ny. K miliki?”
”Mau dimana kita bercakap-cakap?”
”Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.
Orientasi
“Assalamualaikum Ny. K, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah Ny. K sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran Ny. K?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Ny. K tersebut?”
“Berapa lama Ny. K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
Kerja
“Apa saja hobi Ny. K? Saya catat ya Ny. K, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya Ny. K pandai main suling ya.”
“Bisa Ny. K ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada Ny. K, dimana?”
“Bisa Ny. K peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali Ny. K. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan Ny. K ini.
Berapa kali sehari/seminggu Ny. K mau bermain suling?”
“Apa yang Ny. K harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan Ny. K yang lain selain bermain suling?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Ny. K setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan
Ny. K?”
“Setelah ini coba Ny. K lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah kita
buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju Ny.
K?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Ny. K minimum, setuju?”
SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Orientasi
“Assalamualaikum Ny. K.”
“Bagaimana Ny. K, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”
“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus Ny. K minum,
Bagaimana kalau kita mulai sekarang Ny. K?”
“Berapa lama Ny. K mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?”
Kerja
“ Ny. K berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”
“ Ny. K perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam Ny. K, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut Ny. K terasa kering, untuk membantu mengatasinya
Ny. K bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”
“Sebelum minum obat ini Ny. K mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama Ny. K
tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.
Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya Ny. K tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi
“Bagaiman perasaan Ny. K setelah kita becakap-cakap tentang obat yang Ny. K minum? Apa
saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan
minta sendiri obatnya pada perawat!”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Ny. K!”
“ Ny. K besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“Sampai besok ya Ny. K.”
Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi Kemapuan Pasien Waham dan Keluarganya
Nama pasien : Ny. K
Ruuangan : Mawar
Nama Perawat : Abdul Al-ansari husain, S.Kep, Ns
Petunjuk :
Berikan tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemempuan di bawah ini.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
(Keliat, 2009)
No KemampuanTanggal
A Pasien1. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan2. Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi3. Mempraktikan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi4. Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki5. Mempraktikan kemampuan positif yang dimiliki6. Menyebutkan jenis, jadwal dan waktu minum obat7. Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hariB Keluarga1. Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham2. Menyebutkan cara merawat pasien waham3. Mempraktikan cara merawat pasien waham4. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat pasien dirumah
(perencanaan pulang)Nilai rata-rata
b. Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Waham
Nama pasien : Ny. K
Ruangan: Mawar
Nama perawat : Abdul Al-ansari husain, S.Kep, Ns
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan instrumen
evaluasi penampilan klinik perawat MPKP
c. Masukkan nilai setiap evaluasi penampilan klinik perawat MPKP ke dalam baris nilai
SP
(Keliat, 2009)
No KemampuanTanggal
A PasienSP 1 pasien
1. Membantu orientasi realita 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 4. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2 pasien1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki3. Melatih kemampuan yang dimilki
SP 3 Pasien1.. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan di rumah
kedalam jadwal kegiatan harianB SP 1 Keluarga1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh keluarga dalam
merawat pasien2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis dan
proses terjadi waham yang dialami pasienSP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merwat pasien dengan waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung dihadapan pasien wahamSP 3 Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat ( perencanaan pulang)
2 Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulangTotal nilai Sp pasien + SP keluargaNilai Rata-rata
C.Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah keyakinan yang
salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus. Tidak dapat digoyahkan dengan
argumentasi rasional. Keyakinan palsu yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan cukup bukti
kekeliruannya. Tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya. Faktor penyebab
terjadinya waham diantaranya adalah faktor biologis dan faktor psikososial. Jenis-jenis waham ada 8,
yakni: Waham sedot pikir, waham kendali pikir, waham sisi pikir, waham siar pikir, waham curiga,
waham cemburu, waham hipokondria dan waham kejar. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalah
dengan psikofarmakologi, ECT tipe katatonik dan Psikoterapi.
REFERENSI
Amir, Numiati et al. (2012). Pedoman nasional pelayanan kedokteran (PNPK) jiwa/ psikiatri.
Jakarta :Perhimpunan dokter spesialis kedokteran jiwa ( PP PDSKJI)
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2007). Pharmaceutical care untuk penderita
gangguan depresif. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Keliat, B. A.(2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. edisi 2. Jakarta. EGC
.(2009).Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta:EGC
Maslim, Rusdi. (2001). Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ III. Jakarta :Bagian
ilmu kedokteran jiwa FK unika atmajaya.
Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. (2003). Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatri. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Suliswati, Dkk. (2005). Konsep dasar keperawatan jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Edisi
3. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L.(2008). Buku ajar keperawatan jiwa ( psychiatric mental health nursing) .
Jakarta : EGC.
LAPORAN PBL VI
ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM
Oleh:
ARINDI AYUANITA S. (G1DO1OO59) (Notulen)FRANSISCA PERMATA (G1DO1OO69)EL ROSALINA B. (G1DO1OO03)MUQODIR (G1DO1OO19)NURHANIF (G1DO1OO20)SATIKA (G1DO1OO23)YOGA RYAN P. (G1DO1OO24)TATIK NOERHAYATI (G1DO1OO40)RETNO DYAH P. (G1DO1OO27)ALIFAH DEWI P. (G1DO1OO43)DESI SERLI SUSANTI (G1DO1OO44) (Notulen )
MENTAL HEALTH NURSING BLOCK
SEMESTER VI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2013