laporan pbl dss

25
A. Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa semakin meningkat di era globalisasi. Gambaran mengenai besarnya masalah kesehatan jiwa, baik anak-anak maupun dewasa, dapat dilihat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 terhadap 65.664 rumah tangga. Hasil survei menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga yaitu 140/1000 (usia lebih dari 15 tahun) dan 104/1000 (usia 5 -14 tahun) (Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik, 2007). Tingginya angka prevalensi tersebut, menyatakan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi kepada siapa saja, tidak memandang jenis kelamin, status sosial, maupun usia. Permasalahan gangguan jiwa dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor baik dalam atau luar individu. Beban hidup yang semakin meningkat dan mekanisme koping yang maladaptif menjadi pintu masuk terjadinya gangguan jiwa. Banyaknya faktor penyebab, tanda gejala dan penatalaksanaan yang berbeda dari gangguan jiwa, maka dibutuhkan pengklasifikasian gangguan jiwa untuk memudahkan pemberian terapi dan keberhasilan terapi. Diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III terdiri dari F00-F98 (Maslim,2001). Salah satu diagnosis yang akan dibahas dalam laporan ini adalah gangguan waham (F22.0) yang diaplikasikan dalam kasus Problem based Learning 6 Mental Health Nursing Block. Kasus : Perkenalkan...Saya Profesor

Upload: desi-serli-susanti

Post on 29-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pbl Dss

A. Pendahuluan

Masalah kesehatan jiwa semakin meningkat di era globalisasi. Gambaran mengenai

besarnya masalah kesehatan jiwa, baik anak-anak maupun dewasa, dapat dilihat dari Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 terhadap 65.664 rumah tangga. Hasil survei

menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga yaitu 140/1000

(usia lebih dari 15 tahun) dan 104/1000 (usia 5 -14 tahun) (Direktorat bina farmasi komunitas

dan klinik, 2007).

Tingginya angka prevalensi tersebut, menyatakan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi kepada

siapa saja, tidak memandang jenis kelamin, status sosial, maupun usia. Permasalahan gangguan

jiwa dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor baik dalam atau luar individu. Beban hidup yang

semakin meningkat dan mekanisme koping yang maladaptif menjadi pintu masuk terjadinya

gangguan jiwa.

Banyaknya faktor penyebab, tanda gejala dan penatalaksanaan yang berbeda dari gangguan

jiwa, maka dibutuhkan pengklasifikasian gangguan jiwa untuk memudahkan pemberian terapi

dan keberhasilan terapi. Diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III terdiri dari F00-F98

(Maslim,2001). Salah satu diagnosis yang akan dibahas dalam laporan ini adalah gangguan

waham (F22.0) yang diaplikasikan dalam kasus Problem based Learning 6 Mental Health

Nursing Block.

Kasus :

Perkenalkan...Saya Profesor

Ny. Klentingijo (35th) masuk ke RSJ tanggal 27 azgustus 2010 dengan alasan sakit saraf.

Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien sudah dirawat sejak tahun 2005.

Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. Klien bercita-cita menjadi seorang profesor, sehingga

merasa harus rajin baca buku. Klien merasa cita-citanya sudah tercapai sekarang (padahal tidak).

Ketika dilakukan wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak jelas dan

terputus-putus, kadang-kadang tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan, ada gerakan tic dan

agitasi, alam perasaan terlihat eforiadan merasa yakin bahwa dirinya adalah seorang profesor.

Pembuicaraan klien tidak terarah dengan ide yang tidak nyambung satu sama lain. Jika ada

orang atau pasien baru yang masuk ruangan maka ia akan selalu mengajaknya bersalaman dan

berkata, “perkenalkan..saya profesor”

Page 2: Laporan Pbl Dss

B. Isi

1. Definisi Waham

Waham adalah keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan

terus menerus. Tidak dapat digoyahkan dengan argumentasi rasional. Keyakinan palsu

yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan cukup bukti kekeliruannya. Tidak serasi

dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya (Sadock dkk,2003).

2. Faktor Penyebab Waham pada Pasien Gangguan Jiwa

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya waham antara lain (Stuart,2007) :

a. Teori Biologis

Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap waham :

1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu

kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang

sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia

mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada

bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-

sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.

3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter

yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang

berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada

psikosis.

b. Teori Psikososial

1) Teori sistem keluarga menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu

perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi

anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu

berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan

timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara

orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada

Page 3: Laporan Pbl Dss

orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini

anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

2) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan

menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak

menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua

dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.

3) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang

lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi

antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme

pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang

maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id

dalam kepribadian.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi waham antara lain (Amir,2012) :

a. Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif

termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi

informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa derajat lobus

temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya

waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif dari neuron. Waham

somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori pada

sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit

perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan

b. Stres Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi

dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

c. Pemicu Gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif

berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi

Page 4: Laporan Pbl Dss

buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh

kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam

berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan

dan sebagainya.

3. Jenis-jenis waham dan manifestasi klinis, antara lain (Videbeck,2008):

a. Waham kendali pikir (thought of being controlled)

Penderita percaya bahwa pikirannya, perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh

kekuatan dari luar.

b. Waham kebesaran (delusion of grandiosity)

Suatu kepercayaan bahwa penderita merupakan orang yang penting dan berpengaruh,

mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam, atau benar-benar merupakan

figur orang kuat sepanjang sejarah.

c. Waham diancam

Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti, diancam, diganggu, atau ada

sekelompok orang yang memukulinya.

d. Waham tersangkut

Identik dengan idea of reference, tetapi dengan derajat yang lebih berat simtom ini

ditandai dengan adanya kepercayaan bahwa setiap kejadian disekelilingnnya

mempunyai hubungan pribadi seperti perintah dan pesan khusus. Penderita percaya

bahwa orang asing disekitarnya memperhatikan dirinya.

e. Waham bizare

Yang termasuk waham bizare, antara lain:

1) Waham sedot pikir

Percaya bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya

2) Waham sisip pikir

Percaya bahwa seseorang telah menyisipkan pkirannya kepada penderita

3) Waham siar pikir

Percaya bahwa pikirannya dapat diketahui orang lain

4) Waham kendali pikir

Percaya bahwa perasaan, perilaku, dan dorongan impuls berasal dari / dipengaruhi/

dikendalikan oleh kekuatan atau orang dari luar.

Page 5: Laporan Pbl Dss

5) Waham cemburu

Cemburu yang bersifat patologis

6) Waham curiga

Seseorang merasa trancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk

membahayakan atau mencurigai dirinya.

7) Waham hpokondria

Pecaya bahwa didalam dirinya ada benda yang harus dikeluarkan sebab dapat

membahayakan dirinya.

8) Waham kejar

Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang lain

9) Kategori Waham (Keliat, 2006):

1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun

hanya secara teoritis.

2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak

mungkin.

4.Penatalaksanaan

Menurut Suliswati (2005) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :

1. Psikofarmalogi

a. Litium Karbonat

1) Farmakologi

Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk

mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan

oleh “Food and Drug Administration” (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania

akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan

bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan litium

cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi

banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena

itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk

menentukan kadar litium.

Page 6: Laporan Pbl Dss

2) Indikasi

Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam

jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk

mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan

riwayat mania.

3) Dosis

Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali

sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam.

Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni

berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet

dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap

sama.

Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2

mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per

hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang

supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah

10mEq/L.

4) Efek Samping

Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam

serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor

ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap

selama pengobatan.

5) Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen

sediaan, depresi sumsum tulang belakang.

2. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial

Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk

pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk

pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:

a. Tentukan target symptom

b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan

Page 7: Laporan Pbl Dss

c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama

4-6 minggu

d. Hindari polifarmasi

e. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.

Contoh obat antipsikotik adalah:

1) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).

Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.

Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.

Kerugian : harganya mahal

2) Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg

Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala

positif.

Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip

Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien),

neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk

menghilangkan gejala negative.

3) Penarikan diri high potensial

Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan

dengan orang lain. Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah

penarikan diri high potensial.

3. ECT tipe katatonik

Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati

otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam

kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia

katatonik.

4. Psikoterapi

Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga

penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala

terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah.

Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi

keluarga, terapi supportif

Page 8: Laporan Pbl Dss

ASUHAN KEPERAWATAN NY.K DENGAN WAHAM

A. Pengkajian

Pengkajian pada pasien waham

Berikan tanda [√] pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

Nama : Ny. K

Usia : 35 tahun

Alamat : Purwokerto

Proses pikir

[ ] Sirkumtansial [ √ ] Tangensial

[ √ ] Flight of ideas [ ] Bloking

[ √ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan bicara

Isi Pikir

[ √ ] Obsesi [ ] Fobia

[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait

[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis

Proses pikir / jenis waham

[ ] Agama [ ] Somatik [ √ ] Kebesaran [ ] Curiga

[ ] Nihilistik [ ] Siar pikir [ ] Sisip pikir [ ] Kontrol pikir

B. Diagnosa Keperawatan (Townsend,1998) :

Gangguan proses pikir :Waham

C. Tujuan Tindakan Keperawatan pada Pasien:

1. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

4. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

D. Tindakan Keperawatan

1) Membina hubungan saling percaya

Sebelum memulai mengkaji pasien waham perawat harus membina hubungan saling

percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan

Page 9: Laporan Pbl Dss

perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling

percaya, yaitu:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2) Membantu orientasi realitas

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien

b.  Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman

c.  Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari

d.  Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan

dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.

e. . Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas

3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga

menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.

4) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien

5) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki

6) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki

7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum

8) Melatih minum onat yang benar

SP Pasien (Keliat,2009) :

SP1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak

terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraltikkan pemenuhuan kebutuhan yang tidak

terpenuhi.

Orientasi

”Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang Melati. Saya

dinas dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti, saya akan merawat anda hari ini. Nama anda siapa,

senang dipanggil apa?”

”Boleh kita berbincang-bincang tentang apa yang Ny. K rasakan sekarang?”

”Berapa lama Ny. K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”

”Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Ny. K?”

Page 10: Laporan Pbl Dss

Kerja

”Saya mengerti Ny. K merasa bahwa Ny. K adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk

memercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita lanjutkan

pembicaraan yang tadi putus Ny. K?”

”Tampaknya Ny. K gelisah sekali, bisa Ny. K ceritakan apa yang Ny. K rasakan?”

”O... jadi Ny. K merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk

mengatur diri Ny. K sendiri?”

”Siapa menurut Ny. K yang sering mengatur-atur diri Ny. K?”

”Jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya Ny. K, juga kakak dan adik Ny. K yang lain?”

”Kalu Ny. K sendiri, inginnya seperti apa?”

”Bagus, Ny. K sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!”

”Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut Ny. K!”

”Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya Ny. K ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan

selalu dirumah terus ya?”

Terminasi

”Bagaimana perasaan Ny. K setelah berbincang-bincang dengan saya?”

”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus!”

”Bagaimana kalau jadwal ini coba Ny. K lakukan, setuju?”

”Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

”Kalu kita bercakap-cakap tantang kemampuan yang pernah Ny. K miliki?”

”Mau dimana kita bercakap-cakap?”

”Bagaimana kalau di sini lagi?” 

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.

Orientasi

“Assalamualaikum Ny. K, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”

“Apakah Ny. K sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran Ny. K?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Ny. K tersebut?”

“Berapa lama Ny. K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

Page 11: Laporan Pbl Dss

Kerja

“Apa saja hobi Ny. K? Saya catat ya Ny. K, terus apa lagi?”

“Wah, rupanya Ny. K pandai main suling ya.”

“Bisa Ny. K ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang dulu

mengajarkannya kepada Ny. K, dimana?”

“Bisa Ny. K peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”

“Wah, bagus sekali Ny. K. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan Ny. K ini.

Berapa kali sehari/seminggu Ny. K mau bermain suling?”

“Apa yang Ny. K harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan Ny. K yang lain selain bermain suling?”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Ny. K setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan

Ny. K?”

“Setelah ini coba Ny. K lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah kita

buat ya?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju Ny.

K?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Ny. K minimum, setuju?”

SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

Orientasi

“Assalamualaikum Ny. K.”

“Bagaimana Ny. K, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”

“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus Ny. K minum,

Bagaimana kalau kita mulai sekarang Ny. K?”

“Berapa lama Ny. K mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?”

Kerja

“ Ny. K berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”

“ Ny. K perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”

Page 12: Laporan Pbl Dss

“Obatnya ada tiga macam Ny. K, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,

yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP

gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1

siang, dan jam 7 malam.”

“Bila nanti setelah minum obat mulut Ny. K terasa kering, untuk membantu mengatasinya

Ny. K bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”

“Sebelum minum obat ini Ny. K mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama Ny. K

tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.

Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam

waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya Ny. K tidak menghentikan sendiri obat

yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”

Terminasi

“Bagaiman perasaan Ny. K setelah kita becakap-cakap tentang obat yang Ny. K minum? Apa

saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan

minta sendiri obatnya pada perawat!”

“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Ny. K!”

“ Ny. K besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.

“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”

“Sampai besok ya Ny. K.”

Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi Kemapuan Pasien Waham dan Keluarganya

Nama pasien : Ny. K

Ruuangan : Mawar

Nama Perawat : Abdul Al-ansari husain, S.Kep, Ns

Petunjuk :

Berikan tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemempuan di bawah ini.

Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

(Keliat, 2009)

Page 13: Laporan Pbl Dss

No KemampuanTanggal

A Pasien1. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan2. Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi3. Mempraktikan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi4. Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki5. Mempraktikan kemampuan positif yang dimiliki6. Menyebutkan jenis, jadwal dan waktu minum obat7. Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hariB Keluarga1. Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham2. Menyebutkan cara merawat pasien waham3. Mempraktikan cara merawat pasien waham4. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat pasien dirumah

(perencanaan pulang)Nilai rata-rata

b. Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Waham

Nama pasien : Ny. K

Ruangan: Mawar

Nama perawat : Abdul Al-ansari husain, S.Kep, Ns

a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan

b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan instrumen

evaluasi penampilan klinik perawat MPKP

c. Masukkan nilai setiap evaluasi penampilan klinik perawat MPKP ke dalam baris nilai

SP

(Keliat, 2009)

No KemampuanTanggal

A PasienSP 1 pasien

1. Membantu orientasi realita 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 4. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2 pasien1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki3. Melatih kemampuan yang dimilki

Page 14: Laporan Pbl Dss

SP 3 Pasien1.. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat

secara teratur3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan di rumah

kedalam jadwal kegiatan harianB SP 1 Keluarga1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh keluarga dalam

merawat pasien2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis dan

proses terjadi waham yang dialami pasienSP 2 Keluarga

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merwat pasien dengan waham

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung dihadapan pasien wahamSP 3 Keluarga

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat ( perencanaan pulang)

2 Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulangTotal nilai Sp pasien + SP keluargaNilai Rata-rata

C.Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah keyakinan yang

salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus. Tidak dapat digoyahkan dengan

argumentasi rasional. Keyakinan palsu yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan cukup bukti

kekeliruannya. Tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya. Faktor penyebab

terjadinya waham diantaranya adalah faktor biologis dan faktor psikososial. Jenis-jenis waham ada 8,

yakni: Waham sedot pikir, waham kendali pikir, waham sisi pikir, waham siar pikir, waham curiga,

waham cemburu, waham hipokondria dan waham kejar. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalah

dengan psikofarmakologi, ECT tipe katatonik dan Psikoterapi.

Page 15: Laporan Pbl Dss

REFERENSI

Amir, Numiati et al. (2012). Pedoman nasional pelayanan kedokteran (PNPK) jiwa/ psikiatri.

Jakarta :Perhimpunan dokter spesialis kedokteran jiwa ( PP PDSKJI)

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2007). Pharmaceutical care untuk penderita

gangguan depresif. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Keliat, B. A.(2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. edisi 2. Jakarta. EGC

.(2009).Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta:EGC

Maslim, Rusdi. (2001). Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ III. Jakarta :Bagian

ilmu kedokteran jiwa FK unika atmajaya.

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. (2003). Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatri. 9th ed.

Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.

Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Suliswati, Dkk. (2005). Konsep dasar keperawatan jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC.

Townsend, Mary C. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Edisi

3. Jakarta : EGC.

Videbeck, Sheila L.(2008). Buku ajar keperawatan jiwa ( psychiatric mental health nursing) .

Jakarta : EGC.

Page 16: Laporan Pbl Dss

LAPORAN PBL VI

ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

Oleh:

ARINDI AYUANITA S. (G1DO1OO59) (Notulen)FRANSISCA PERMATA (G1DO1OO69)EL ROSALINA B. (G1DO1OO03)MUQODIR (G1DO1OO19)NURHANIF (G1DO1OO20)SATIKA (G1DO1OO23)YOGA RYAN P. (G1DO1OO24)TATIK NOERHAYATI (G1DO1OO40)RETNO DYAH P. (G1DO1OO27)ALIFAH DEWI P. (G1DO1OO43)DESI SERLI SUSANTI (G1DO1OO44) (Notulen )

MENTAL HEALTH NURSING BLOCK

SEMESTER VI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2013

Page 17: Laporan Pbl Dss