laporan observasi inklusif

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan atau karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan inklusif juga melibatkan orang tua dalam cara yang berarti dalam berbagai kegiatan pendidikan, terutama dalam proses perencanaaan, proses pembelajaran, serta menentukan seberapa jauh keterlibatan guru dalam pelaksanaannya. Saat ini banyak sekali sekolah yang berupaya memberikan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun sayangnya tidak semua sekolah tersebut dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswanya. Dahulu upaya-upaya tersebut hanya sebatas penyediaan layanan pendidikan dengan sistem segregrasi, hingga akhirnya pada saat ini muncullah paradigma baru di mana anak berkebutuhan khusus memerlukan suatu bentuk pendidikan yang mengikut sertakan mereka di dalam berbagai kegiatan dengan masyarakat luas. Oleh karena itu diperlukan suatu layanan pendidikan yang mampu mengakomodir segala kebutuhan ABK tanpa adanya bentuk diskriminasi dalam hal apapun. Maka diterapkanlah suatu pendidikan inklusif di berbagai sekolah reguler, agar ABK dapat ikut serta mengoptimalkan kemampuannya bersama dengan anak-anak pada umumnya. Pelaksanaan sekolah inklusif telah banyak dilakukan, 1

Upload: ferdian-rais

Post on 13-Aug-2015

464 views

Category:

Documents


51 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan observasi Inklusif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap

anak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan

atau karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan inklusif juga melibatkan orang tua

dalam cara yang berarti dalam berbagai kegiatan pendidikan, terutama dalam proses

perencanaaan, proses pembelajaran, serta menentukan seberapa jauh keterlibatan guru

dalam pelaksanaannya.

Saat ini banyak sekali sekolah yang berupaya memberikan kesempatan belajar bagi

anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun sayangnya tidak semua sekolah tersebut dapat

memenuhi kebutuhan siswa-siswanya. Dahulu upaya-upaya tersebut hanya sebatas

penyediaan layanan pendidikan dengan sistem segregrasi, hingga akhirnya pada saat ini

muncullah paradigma baru di mana anak berkebutuhan khusus memerlukan suatu bentuk

pendidikan yang mengikut sertakan mereka di dalam berbagai kegiatan dengan masyarakat

luas. Oleh karena itu diperlukan suatu layanan pendidikan yang mampu mengakomodir

segala kebutuhan ABK tanpa adanya bentuk diskriminasi dalam hal apapun. Maka

diterapkanlah suatu pendidikan inklusif di berbagai sekolah reguler, agar ABK dapat ikut

serta mengoptimalkan kemampuannya bersama dengan anak-anak pada umumnya.

Pelaksanaan sekolah inklusif telah banyak dilakukan, tetapi masih banyak hambatan,

hal ini dapat dipandang dari sisi kebutuhan setiap anak yang heterogen, karena siswa

yang bersekolah tersebut tidak hanya terdiri dari anak berkebutuhan khusus, tetapi juga

anak pada umumnya. Prinsip pendidikan inklusi menyebabkan adanya tuntutan yang besar

terhadap guru regular maupun guru anak berkebutuhan khusus. Hal ini menuntut pergeseran

besar dari tradisi pembuatan program dan penyampaian materi yang merata bagi semua anak

kini berubah menjadi penyusunan program dan pembelajaran individual sesuai dengan

kebutuhan anak. Beberapa waktu terakhir, masalah pendidikan inklusif sedang hangat

diperbincangkan. Tidak hanya itu anjuran untuk menerapkan model layanan inklusif ini

pun makin gencar, mulai dari tingkat PAUD sampai dengan bangku Universitas.

Dalam sebuah seminar Alison Atwell menyatakan bahwa pendidikan inklusif itu

bukanlah soal memindahkan satu anak berkebutuhan khusus kedalam lingkungan Sekolah

luar biasa ke sekolah reguler saja, tetapi juga bagaimana anak tersebut dapat berkembang

sesuai dengan kemampuannya dalam setting sekolah reguler tanpa memandang siapa anak

1

Page 2: laporan observasi Inklusif

tersebut (diskriminasi).

Namun dari kesekian banyak sekolah yang menjalankannya atau bahkan sekolah

yang mengklaim sebagai sekolah inklusif ternyata tidak semuanya sesuai harapan. Mungkin

beberapa sekolah dapat dikatakan telah menjalankannya dengan baik, ada pula yang mungkin

belum dapat menjalankannya dengan baik atau bahkan tidak tahu atau tidak dapat

menjalankan program layanan pembelajaran inklusif ini di sekolahnya. Berangkat dari

masalah-masalah tersebut serta dari studi pendahuluan. Benar dapat dilaksanakan di berbagai

jenjang pendidikan di Indonesia peneliti hasil penelitian ini akan memberikan solusi bagi

sekolah-sekolah lain baik yang telah menjalankan layanan pendidikan inklusif maupun

yang belum menjalankan. Sehingga layanan pendidikan inklusif tidak hanya menjadi

semboyan, label atau bahkan hanya sebagai mimpi saja akan tetapi juga benar.

Masalah ini dianggap penting untuk diangkat dan diteliti karena menurut peneliti

hasil penelitian ini akan memberikan solusi bagi sekolah-sekolah lain baik yang telah

menjalankan layanan pendidikan inklusif maupun yang belum menjalankan. Sehingga

layanan pendidikan inklusif tidak hanya menjadi semboyan, label atau bahkan hanya sebagai

mimpi saja akan tetapi juga benar -benar dapat dilaksanakan di berbagai jenjang pendidikan

di Indonesia.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada implementasi layanan pendidikan inklusif di Sekolah

Dasar yang ada di Padang, yang meliputi beberapa ruang lingkup, yaitu:

1. Identitas sekolah.

2. Jumlah siswa dan jenis kelamin.

3. Jumlah anak yang mengalami kesulitan belajar/lambat belajar/cerdas bakat istimewa.

4. Jumlah anak cacat.

5. Sekolah tersebut termasuk sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau

tidak.

6. Pendapat kepala sekolah atau guru tentang pendidikan inklusif.

7. Proses pelaksanaan penerimaan siswa baru.

8. Lampiran foto sekolah dan aktifitas sekolah.

Alasan peneliti memilih fokus kajian di atas didasarkan pada pemikiran bahwa

pelaksanaan layanan pendidikan inklusif pada saat ini sudah mulai dicanangkan namun dalam

kenyataannya masih memerlukan perhatian khusus. Banyaknya sekolah yang ingin

menjalankan layanan pendidikan inklusif namun banyak kendala yang dihadapi.

2

Page 3: laporan observasi Inklusif

C. Fenomena

Seperti yang seharusnya dilakukan oleh sebuah lingkungan yang inklusif itu

harus dapat mengakomodasi segala kebutuhan anggotanya sesuai dengan karakteristik yang

ada, tanpa harus memperhatikan kekurangan atau kelebihan anggotanya, atau dengan kata

lain tidak adanya diskriminasi di dalam lingkungan itu. Fenomena yang diteliti dalam

penelitian ini adalah implementasi layanan pendidikan inklusif yang dilakukan di Sekolah

Menengah Pertama yang ada di Padang.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, selanjutnya dikembangkanlah beberapa masalah

yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Identitas sekolah:

a. Apa nama sekolah yang diobservasi?

b. Apa jenis dan jenjang pendidikan sekolah yang dikelola?

c. Dimana alamat sekolah yang diobservasi?

d. Apa status sekolah yang diobservasi?

e. Berapa jumlah guru di sekolah yang diobservasi(Negeri, Honor, Guru pembimbing

Khusus, guru bidang studi, dan TU)?

f. Apakah ada kemitraan disekolah tersebut?

2. Berapa Jumlah siswa laki-laki dan perempuan mulai dari kelas VII s/d IX ?

3. Adakah anak yang mengalami kesulitan belajar/lambat belajar/cerdas bakat istimewa?

4. Adakah anak cacat di sekolah yang diobservasi?

5. Apakah Sekolah tersebut termasuk sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif

atau tidak?

6. Bagaimana Pendapat kepala sekolah atau guru tentang pendidikan inklusif?

7. Bagaimana Proses pelaksanaan penerimaan siswa baru?

3

Page 4: laporan observasi Inklusif

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor esensial yang ada di

Sekolah Menengah Pertama dalam melaksanakan pendidikan inklusif, agar dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan dan atau bahan masukan kepada Sekolah Menengah Pertama

reguler lainnya dalam menjalankan program layanan pendidikan inklusif di sekolahnya

inklusif di sekolahnya.

2. Manfaat Penelitian

Dengan ditemukannya faktor-faktor esensial yang ada dalam pelaksanaan layanan

pendidikan inklusif di Sekolah Menengah Pertama, peneliti berharap akan adanya peningkatan

mutu layanan inklusif di sekolah lainnnya dalam melaksanakannya. Sehingga akan muncul

sekolah-sekolah inklusif lainnya dengan menjadikan faktor-faktor esensial ini sebagai bahan

pedoman tambahan dalam melaksanakannya dan dapat menyediakan layanan bagi setiap Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK).

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik studi kasus yang bersifat eksploratif. Alasan

penggunaan metode ini, karena penelitian ini menekankan pada upaya investigatif untuk

mengaji secara natural (alamiah) fenomena yang tengah terjadi dalam keseluruahan

kompleksitasnya, dalam hal ini menggarap kasus implementasi layanan pendidikan inklusif

yang ada di Sekolah Menengah Pertama. Informasi dalam penelitian ini diperoleh dari dua

sumber yaitu sumber utama yang terdiri dari guru, dan kepala sekolah. Sumber tambahan

yang berasal siswa.

G. Tempat Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah SMP LUKI Padang. Dari

beberapa Sekolah Menengah Pertama reguler yang ada di kota Padang sebagai objek

penetilitian. Ada beberapa alasan mengapa peneliti memilih sekolah tersebut sebagai objek

penelitian, antara lain :

1. Sekolah tersebut memiliki image positif di mata masyarakat.

2. Sekolah tersebut memiliki siswa-siswa yang merupakan ABK.

4

Page 5: laporan observasi Inklusif

BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas sekolah:1. Nama sekolah adalah SMP LUKI Padang.2. Jenis dan jenjang pendidikan sekolah yang dikelola adala Sekolah Menengah

Pertama.3. alamat sekolah yang diobservasi: Jalan Raya Indarung No 14 Bandar Buat Padang.4. Status sekolah yang diobservasi adalah Swasta Terakreditasi C.5. Jumlah guru di sekolah yang diobservasi: guru PNS 5 Orang, Guru Honor 12 Orang,

guru pembimbing khusus tidak ada, guru bidang studi terdiri dari jumlah guru PNS dan guru Honor, guru BK 1 Orang, tenaga TU 3 Orang, satpam 1 Orang, Komite sekolah hanya 1 Orang Ketua.

6. Kemitraan disekolah yang diobservasi tidak ada.

B. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan mulai dari kelas VII s/d IX:1. kelas I:

a. Laki-laki : 26 orangb. Perempuan : 9 Orang

2. Kelas II:a. Laki-laki : 41 orangb. Perempuan : 14 orang

3. Kelas III:a. Laki-laki : 52 orangb. Perempuan : 18 orang

Jumlah siswa laki-laki : 119 orangJumlah siswa perempuan : 41 orang

C. Anak yang mengalami kesulitan belajar/lambat belajar/cerdas bakat istimewa.

1. Kelas I: a. IQ rendah : 4 orangb. Tuna Laras (emosi tinggi) : 1 orangc. Rabun berat : 2 orang

2. Kelas II:a. IQ rendah : 15 orang b. Anak broken home : 1 orangc. Lambat Belajar : 2 orang

3. Kelas III:a. IQ rendah : 4 orangb. Lambat Belajar : 1 orang

5

Page 6: laporan observasi Inklusif

D. Di sekolah yang diobservasi oleh penulis tidak terdapat anak-anak yang cacat

E. Sekolah tersebut tidak termasuk sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.

F. Pendapat kepala sekolah atau guru tentang pendidikan inklusif:1. Keuntungan: membuat ABK lebih terarah dan terbimbing dalam mencapai

keberhasilannya dalam belajar sama seperti anak normal lainnya.2. Hambatan: tidak memiliki pembimbing khusus, guru-guru di sekolah belum

mendapatkan pelatihan tentang penddikan inklusif, sehingga ABK tidak dapat terpantau dengan baik.

3. Usaha-usaha: belum ada usaha yang dilakukan dalam menerapkan pendidikan inklusif, namun anak-anak tersebut tetap mendapatkan perhatian khusus dari guru meskipun tidak melalui pendidikan inklusif.

G. Proses pelaksanaan penerimaan siswa baru dilaksanakan secara manual dan tidak ada tes.

6

Page 7: laporan observasi Inklusif

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari beberapa pembahasan diatas dapat di ambil kesimpulan:

1. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang di selanggarakan untuk anak yang berkebutuhan khusus.

2. Pendidikan inklusif sangat di perlukan oleh semua sekolah yang ada di Indonesia dari TK bahkan sampai SMA.

B. Saran Saran yang dapat kami sampaikan:1. Kami mengharapkan sekolah yang kami observasi supaya lebih memperhatikan

pelajar serta anak yang berkebutuhan khusus.2. Prestasi yang sudah ada dipertahankan.

7