laporan kegiatan survey purwakarta.doc

40
LAPORAN KEGIATAN HASIL SURVEI DAN PEMETAAN POTENSI DESA LINGGAMUKTI KEC. DARANGDAN – KAB. PURWAKARTA

Upload: dandy-eko-prasetiyo

Post on 30-Sep-2015

158 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KEGIATAN HASIL SURVEI DAN PEMETAAN POTENSI DESA LINGGAMUKTI KEC. DARANGDAN KAB. PURWAKARTA

SURYA CENTER FOR COMMUNITY DEVELOPMENTSURYA UNIVERSITY

TANGERANG INDONESIA

2014LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN HASIL SURVEI DAN PEMETAAN POTENSI DESA LINGGAMUKTI KEC. DARANGDAN KAB. PURWAKARTA

Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada :

Tanggal, .......Januari 2014

Diketahui oleh :

Direktur Surya Center for Community DevelomentDr. Syam Surya Syamsi

Disetujui oleh :

Kepala BKBPIA

Kab. Purwakarta

Drs. Carma Rukhiat

NIP. 195711131977031001Camat DarangdanDrs. H. Asep Agus Sutoyo, M. Si

NIP. 195908081985031014PLT. Kepala Desa Linggamukti

Mimin Setiasih

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangAdanya realitas kesenjangan regional dan distribusi spasial atas sumber daya merupakan dampak dari proses pembangunan yang tidak merata. Pembangunan sarana dan prasarana umumnya lebih diutamakan untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa ketimpangan antar daerah erat kaitannya dengan ketimpangan penyebaran penduduk. Daerah-daerah yang padat penduduk dan dengan sarana/prasarana yang memadai akan menjadi pusat kegiatan ekonomi, akibatnya penyebaran kegiatan ekonomi menjadi tidak merata dan berdampak pada kesenjangan pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan antar daerah. Perbedaan laju pertumbuhan antar daerah ini akan menyebabkan terjadinya kesenjangan kemakmuran dan kemajuan antar daerah. Dari realita tersebut maka pemerintah melakukan manuver dengan mengeluarkan kebijakan otonomi daerah untu klebih memeratakan pembangunan ditiap daerah serta untuk mengurangi adanya kesenjangan antar daerah.

Kebijakan nasional tentang otonomi daerah yang dikukuhkan sejak tahun 1999 telah membuat kedudukan desa menjadi penting. Dalam pengembangan ke depan, desa tidak lagi ditentukan semata-mata oleh kota dan kecamatan. Justru penduduk desa diharapkan menjadi subyek utama pembangunan. Progam pembangunan desa dalam upaya otonomi daerah ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat terutama masyarakat miskin serta meningkatkan kreativitas masyarakat desa. Selain itu juga sebagai upaya untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan desa yang sudah ada. Pengembangan desa dari sektor ekonomi, wisata dan budaya diharapkan mampu memberikan solusi untuk kemajuan dan kemakmuran masyarakat desa.

Pemerintah daerah Purwakarta bersama dinas BKBPIA Purwakarta (Badan Keluarga Berencana dan Perlindungan Ibu dan Anak) serta menggandeng pihak akademisi yaitu Surya University melalui Surya Center for Community Development (SCCD) sebagai mitra dan penyedia tenaga ahli untuk ikut serta dalam upaya mensukseskan program-progam pengembangan desa di bidang ekonomi, wisata dan budaya. Desa yang menjadi target untuk dilaksanakannya program tersebut adalah Desa Linggamukti, hal ini karena desa Linggamukti merupakan desa yang memiliki masyarakat dengan karakter membangun yang kuat serta masyarakat yang masih kuat dengan ragam nilai-nilai budaya pedesaan. Desa Linggamukti dijadikan sebagai Pilot Project atau proyek percontohan dan tidak menutup kemungkinan akan dilaksanakan di desa lainnya pada periode mendatang. Menyikapi dan menimbang mengenai hal tersebut maka kami dari SCCD mencoba untuk melakukan survey pendahuluan yaitu survey potensi desa. Survey ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang potensi Desa Linggamukti baik dari sektor ekonomi, wisata maupun budaya. Hasil survey ini akan menjadi rekomendasi untuk pelaksanaan program pengembangan desa yang akan dilaksanakan pada Maret 2014.1.2. Rumusan Permasalahan

Bertitik tolak dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dapat dikaji kegiatan survey ini adalah ini adalah 1. Apa saja potensi Desa Linggmukti dari sektor sosial dan ekonomi?

2. Apa saja potensi Desa Linggmukti dari sektor seni dan ekowisata?

3. Apa saja potensi Desa Linggmukti dari sektor pendidikan dan budaya?

4. Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Desa Linggamukti?

II. MATERI DAN METODE

2.1. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember tahun 2013 di Desa Linggamukti, Kec. Darangdan, Kab. Purwakarta.

2.2. Alat dan Bahan PenelitianAlat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah tape

recorder, kamera, alat tulis menulis, pedoman wawancara.

2.3. Metode 2.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap beberapa informan dengan panduan berupa pedoman wawancara dengan jenis pertanyaan terbuka. Penentuan informan dilakukan secara purposive dengan pertimbangan 1) merupakan tokoh masyarakat Desa Linggamukti, 2) mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan aspek penelitian antara lain aspek sosial, ekonomi dan budaya Desa Linggamukti serta potensi wisata yang ada. Data sekunder berupa monografi desa, laporan tahunan dan publikasi ilmiah yang diperoleh dari kantor desa.

2.3.2. Teknik Analisa DataData yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif, dengan melihat sisi kelemahan dan kelebihan suatu aspek yang meliputi aspek sosial dan ekonomi; seni dan wisata serta pendidikan dan budaya (Analisis SWOT). Berikut ini uraian analisis yang dilakukan pada ke tiga aspek tersebut.

a. Aspek Sosial dan EkonomiAspek sosial dan ekonomi dianalisis berdasarkan pengamatan lapangan dan melakukan penilaian tentang kelemahan dan kelebihan dari sektor ekonomi yang ada. Unsur penilaian ekonomi lebih terfokus pada UMKM yang ada di Desa Linggamukti. Komponen penilaian UMKM tersebut meliputi, variasi produk, ketersediaan bahan baku, kemasan produk, permodalan, promosi dan pemasaran serta standar mutu dan perizinan. Dari enam komponen tersebut di lakukan penilaian secara deskripsi baik keunggulan maupun kelemahannya. b. Aspek seni dan wisataAspek seni dan wisata dianalisis dengan menggunakan dua metode penilaian kelayakan wisata yaitu metode General Tourism Resources Inventory (GTRI) oleh Flannel (2008) dan metode penilaian berdasarkan Peraturan Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: Pm.37/Um.001/Mkp/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan. Selain itu analisis lain yang dilakukan adalah berdasarkan pengamatan lapangan dan melakukan penilaian tentang kelemahan dan kelebihan dari sektor wisata yang ada. Komponen penilaian tersebut meliputi objek wisata, akses jalan, transportasi, penginapan, restoran, souvenir, SDM, pusat informasi, atraksi seni dan event budaya.

c. Aspek Pendidikan dan Budaya

Analisis yang dilakukan pada tataran aspek pendidikan dan budaya lebih fokus pada pembentukan aspek desa budaya. Sasaran yang akan dicapai adalah inventarisasi berbagai kondisi desa budaya yang meliputi :

Potensi desa budaya yang terkait dengan sistem kepercayaan, kesenian, mata pencaharian, teknologi, sosial, komunikasi, serta sistem lingkungan dan tata ruang arsitektural

Ekspresi sistem kepercayaan, kesenian, mata pencaharian, teknologi, sosial, komunikasi, serta sistem lingkungan dan tata ruang arsitektural dalam kehidupan masyarakat budaya

Upaya konservasi yang dilakukan masyarakat terkait dengan pelestarian unsur-unsur sistem kepercayaan, kesenian, mata pencaharian, teknologi, sosial, komunikasi, serta sistem lingkungan dan tata ruang arsitektural.Unit realitas kebudayaan yang dianalisis ialah wujud kebudayaan, karena keterbatasan instrument studi, wujud kebudayaan yang dipotret dalam kajian ini sengaja meninggalkan wujud pertama yang berupa kompleks gagasan, konsep, dan pemikiran. Fokus kajian lebih diarahkan kepada dua wujud yang lain, yakni wujud yang berupa aktivitas sosial (social system) dan wujud benda-benda budaya (material system) dengan mendeteksinya lewat tujuh unsur kebudayaan sebagaimana dipopulerkan Koentjaraningrat dengan sejumlah modifikasi, yaitu (1) sistem kepercayaan, (2) sistem kesenian, (3) sistem mata pencaharian, (4) sistem teknologi, (5) sistem komunikasi, (6) sistem sosial, dan (7) sistem lingkungan, tata ruang, dan arsitektural. Ketujuh unsur kebudayaan itu diringkas lagi menjadi 4 hal yang dianggap penting, yaitu (1) adat dan tradisi, (2) seni pertunjukan, (3) kerajinan, dan (4) tata ruang dan arsitektural.

Keempat unsur budaya hasil reduksi di atas itulah yang akan menjadi bahan penilaian untuk mengklasifikasikan desa budaya ke dalam tiga taraf, yakni desa budaya dengan taraf embrional, berkembang, atau maju. Keempat unsur itu dikedepankan karena keempatnya merupakan unsur budaya yang paling kasat mata, maka keempatnya juga sekaligus mempermudah pengamatan, penilaian, dan juga penyusunan rencana aksi dalam rangka pengeloalaan, pelestarian, dan penegembangan desa budaya.

Metode analisis yang digunakan adalah Metode Likert dengan menggunakan skala berjenjang. Mengingat begitu luasnya ruang lingkup kajian kebudayaan ini maka skala Likert ini telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sejauh mana tingkat klasifikasi desa budaya dengan menggunakan penilaian/pembobotan atas potensi (dengan bobot 15%), ekspresi (dengan bobot 50%), dan konservasi (dengan bobot 35%) terhadap keempat unsur kebudayaan hasil reduksi di atas, yakni (1) adat dan tradisi, (2) seni pertunjukan, (3) kerajinan, dan (4) tata ruang dan arsitektural.

Tabel 1. Penilaian Kondisi Desa Budaya

UNSURKATEGORI DAN BOBOT PENILAIAN

Potensi (15%)Ekspresi (50%)Konservasi (35%)

1. Adat dan TradisiSkor 1 - 5Skor 1 - 5Skor 1 - 5

2. Seni Pertunjukan

3. Kerajinan

4. Tata ruang dan arsitektural

Rumus yang digunakan untuk menilai dan mengklasifikasikan desa budaya

Skor Total =(( skor potensi x 15)+( ( skor ekspresi x 50)+(( skor konservasi x 35)

NILAIKLASIFIKASI

100 - 233 Desa Budaya Embrional

234 367Desa Budaya Berkembang

368 - 500Desa Budaya Maju

III. HASIL KAJIAN DAN ANALISIS4.1. Aspek Sosial Dan EkonomiHasil kajian aspek sosial memperlihatkan bahwa masyarakat Desa Linggamukti masih memegang prinsip-prinsip kehidupan sosial masyarakat dengan mengedepankan kegotong-royongan. Nilai-nilai kebersamaan antar masyarakat masih sangat kental yang mewarnai sendi kehidupan masyarakat Desa Linggamukti. Menilik dari sejarah terbentuknya Desa Linggamukti, desa ini merupakan desa yang masih tergolong muda yaitu sekitar 33 tahun. Sejarah desa ini terdapat cerita turun temurun yang dipercaya masyarakat setempat sebagai sejarah kelahiran desa tersebut. Hal ini didukung oleh cerita-cerita dari tokoh-tokoh adat desa dan saksi-saksi yang ada di Desa Linggamukti. Walaupun kebenaran akan kisah tersebut terus berubah dan berbeda pada masing-masing orang yang berada di Desa Linggamukti, tetapi terdapat juga banyak kesamaan. Awal terbentuknya Desa Linggamukti terjadi pada tahun 1981, yaitu dengan terjadinya pemekaran wilayah Desa Cilingga. Kawasan Desa Linggamukti terbentuk dari sebuah dusun di Desa Cilingga yaitu Dusun Citikung. Untuk memperingati terbentuknya Desa Linggamukti, masyarakat setempat selalu mengadakan perayaan tahunan yang diadakan pada tanggal 20 April. Perayaan tersebut sering dikenal dengan Hajat Lembur atau Hajat Bumi. Kegiatan hajat lembur memiliki makna sosial yang dalam bagi masyarakat Desa Linggamukti. Salah satu ungkapan yang biasa di sampaikan oleh tokoh masyarakat Desa Linggamukti adalah secara sosial mengatakan saeutik hayang mahi, hanteu rea hayang nyesa (Sedikit supaya cukup, tidak banyak tapi ada sisa) dan secara lahiriyah Keur Nyatuken Sagala Kalangan (mempersatukan, memperkuat gotong royong, persatuan dan kesatuan semakin kokoh). Sejatinya kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sejak tahun 1945 dan rutin dilaksanakan pada tiap tahun, nanum dengan adanya pemekaran Desa Linggamukti, maka kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari jadi Desa Linggamukti. Kondisi sosial masyarakat Desa Linggamukti tidak dapat dilepaskan dari kondisi ekonomi desa tersebut. Kegotong-royongan masyarakat desa tercermin dari kegiatan-kegiatan yang menyangkut aspek ekonomi seperti pertanian. Pertanian merupakan aspek ekonomi yang paling vital di Desa Linggamukti mengingat 90% masyarakat desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani. Keadaan Desa Linggamukti yang berbukit-bukit dan berada pada daratan tinggi terletak di dekat potensi sumber daya yang unik yaitu persawahan dengan sistem terasering serta kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik. Adapun keterangan keseluruhan luas desa dalam penggunaan tanah dijelaskan sebagai berikut: Pemukiman : 34,928 ha, Perkebunan 76 ha, Sawah 155 ha, Perkuburan 2 ha, Perkantoran 0,08 ha, Pekarangan 14,38 hadan luas prasarana lainnya 2,44 ha. Sebagian besar desa Linggamukti merupakan areal persawahan yang mencapai 60% luas desa atau seluas 155 ha. Areal persawahan tersebut sebagian besar diusahakan atau dikerjakan oleh penduduk setempat, sehingga penduduk Desa Linggamukti merupakan masyarakat petani. Usaha pertanian yang di lakukan masyarakat Desa Linggamukti belum melakukan diversifikasi usaha, sehingga pendapatan ekonomi rumah tangga sangat tergantung kepada hasil produksi padinya. Hal ini akan berakibat fatal apabila terjadi kegagalan produksi (panen), yang secara langsung akan menurunkan pendapatan ekonomi keluarga. Hanya sebagian golongan kecil petani yang melakukan diversivikasi usaha rumah tangganya selain bertani, yaitu dengan menjadi pengrajin atau pedagang di desanya, sehingga apabila terjadi kegagalan panen, golongan ini relative aman dengan pendapatan cadangan (reserve income) yang dimiliki dari diversifikasi usahanya.Tabel 2. Komoditi unggulan dan produk unggulan Desa Linggamukti

Komoditi Unggulan Desa LinggamuktiProduk Unggulan Desa

BerasOpak

KetanKue Ali, Renginang

ArenGula semut

Sayuran

Jamur

PisangKeripik Pisang

Kayu, dll.

Potensi desa yang dihitung berdasarkan keseluruhan sumber daya yang dimiliki atau yang digunakan oleh desa baik sumber daya alam, penduduk, kelembagaan, dan sarana/prasarana, maka desa ini termasuk dalam kategori sedang, sedangkan apabila ditinjau dari segi potensi pengembangan, maka desa ini mempunyai prospek dalam potensi pengembangan pertanian dan pekerbunan. Beberapa hasil pertanian dan perkebunan yang dapat dikembangkan antara lain padi, ketan, pisang, aren, jamur dan kayu. Selama ini pengembangan produk di kawasan Desa Linggamukti masih sangat jarang, sehingga masyarakat masih bergantung pada produksi hilir pertanian. Peluang Linggamukti menjadikan produk-produk olahan hasil pertanian dan perkebunan menjadi besar sangat terbuka. Ditunjang kekayaan alamnya yang melimpah dan jumlah penduduk yang sebagian besar berprofesi menjadi petani, maka terdapat dua alternatif integration strategy yang dapat dikembangkan, yaitu strategi integrasi ke hulu (backward integration) dan integrasi horisontal (horizontal integration).Karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki terutama bagian penelitian dan pengembangan (research and development), permodalan dan jaringan distribusi, maka biasanya sebagian besar Industri rumah tangga (kecil) di Desa Linggamukti memilih strategi bersaing yang mudah dilaksanakan, yaitu mengikuti produk yang sudah ada (me-too product) atau yang agak complicated melalui strategi pengembangan produk baru (new product development strategy). Strategi pengembangan produk baru merupakan solusi dari pemecahan masalah yang mempertimbangkan aspek pasar dan aspek produk.

Tabel 3. Matrik Ansoff

Produk Saat iniProduk Baru

Pasar Saat iniStrategi Penetrasi PasarStrategi Pengembangan Produk Baru

Pasar BaruStrategi Pengembangan PasarStrategi Diversivikasi

Hasil analisis untuk sektor ekonomi dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Keunggulan dan kelemahan UMKM Desa Linggamukti

NO ASPEK KEUNGGULAN KELEMAHAN

1 Variasi Produk Desa Linggamukti memiliki variasi produk UMKM yang cukup banyak, Seperti Kue ali, kripik, geplak, wajik, gula dll Belum mendapat sentuhan inovasi agar produk dapat bersaing di pasaran

2 Ketersediaan Bahan baku Bahan baku seperti beras dan ketan cukup berlimpahBelum ada wadah yang menghubungkan pemilik bahan baku dengan pengrajin

3 Kemasaran Produk Beberapa produk telah dikemas menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan Kemasaran tidak tahan lama, kurang menarik dan belum memperhatikan keinginan konsumen

4 Permodalan Sebagian besar modal individuBelum ada modal bergulir yang secara khusus untuk pengembangan UMKM

5 Promosi dan Pemasaran Telah memiliki pelanggan setia Belum dipasarkan secara masif dan teroraginisir, tidak berkelanjutan

6 Standar Mutu dan Perizinan Produk yang dihasilkan bebas bahan berbahaya Belum memiliki standar mutu yang diakui/resmi

Belum memiliki PIRT

Dari hasil analisis tersebut maka dapat di kembangkan beberapa solusi pengembangan sektor ekonomi antara lain :

Optimalisasi Badan Usaha milik Desa (BUMDES) sebagai unit usaha yang bergerak dalam bidang distribusi dan pemasaran produk-produk unggulan Desa Linggamukti

BUMDES berperan sebagai connector antara pemilik bahan baku dengan pengrajin

BUMDES dapat menyediakan perlatan untuk proses pengolahan dan pengemasan produk

BUMDES dapat memberikan solusi permodalan bagi Kelompok petani maupun Kelompok pengrajin

BUMDES sebagai lembaga resmi yang akan mengembangkan branding produk, Inovasi Produk, Inovasi kemasan dan Pengembangan jaringan pemasaran

Pengembangan sektor perekonomian Desa Linggamukti banyak melibatkan berbagai pihak diantaranya adalah UMKM, BUMDES (Badan Usaha Milik Desa), Pengrajin, Pedagang dan bebeapa pihak lainnya. Berikut ini diagram konsep pengembangan produk di sektor ekonomi :

Gambar 1. Konsep pengembangan produk ekonomi

Konsep pengembangan produk ekonomi diharapkan mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Linggamukti. Akan tetapi dalam pelaksanaanya di lapangan, masyarakat membutuhkan aksi nyata untuk mewujudkan konsep yang sudah di buat. Dari konsep tersebut maka dikembangkan ke arah rencana program yang akan dilaksanakan, berikut ini bagan dan skema rencana program sektor ekonomi di Desa Linggamukti.

Gambar 2. Skema rencana progam di sektor ekonomi

4.2. Aspek Seni dan Potensi EkowisataHasil kajian referensi menunjukan bahwa Kabupaten Purwakarta memiliki beberapa bentuk wisata seperti wisata alam (Waduk Jatiluhur, Situ Buleud, Danau Cirata, Situ Wanayasa), wisata budaya (Gedung Negara, Gedung Karisidenan, Masjid Agung, Sentra Kerajinan Keramik Plered, Industri Kain Songket, Makanan Khas dan Cinderamata) dan wisata religius (Makam RA Suriawinata, Makam Keramat Baing Yusuf dan Makam Sempur) (www.purwakartakab.go.id). Dari berbagai bentuk wisata yang telah ada dan banyak menarik wisatawan di Kabupaten Purwakarta, hasil survei dan kajian yang dilakukan oleh TIM dari Surya University, menunjukan bahawa Desa Linggamukti memiliki potensi wisata yang menarik baik wisata alam maupun wisata budaya (Sub BAB 4.3), hanya ada satu jenis wisata yang tidak ditemukan di Desa Linggamukti yaitu wisata religius.

Apabila beranjak dari definisi UU No 10 tahun 2009: Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan (1) alam, (2) budaya, dan (3) hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan bahwa Desa Linggamukti memiliki potensi wisata dan kesesuai dengan permintaan pasar wisata (alasannya: karena ketiga komponen ketentuan daya tarik wisata telah dimiliki oleh Desa Linggamukti).

Beranjak dari pengertian wisata menurut UU No 10 tahun 2009: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara; maka kegiatan perjalanan di klasifikasikan berdasarkan sumber daya alam yang ada disana. Adapun sumber daya alam yang ada di Desa Linggamukti adalah sebagai berikut: Kondsi air yang bersih (karena dekat dengan mata air); Pemandangan alam berupa persawahan terasering dan perbukitan yang masih hijau serta memiliki keanekaragaman biota yang masih baik seperti capung, kupu-kupu, ular dan beberapa biota lainnya;

Adanya gunung batu yang biasa disebut Gunung Patenggeng dengan ketinggian 50 m. Gunung tersebut memiliki keunikan tersendiri baik dari sesi ilmu pengetahuan maupun dari sisi ilmu mistik. Selain itu di Gunung Patenggeng masih banyak di temukan biota berupa monyet ekor panjang;

Terdapat beberapa kolam ikan.

Mengacu pada tersedianya sumber daya alam tersebut maka jenis-jenis wisata alam yang dapat dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking, nature sightseeing, relaxing di saung-saung persawahan, camping, zona start atau zona istirahat sebelum atau sesudah melakukan pendakian ke Gunung Patenggeng, fishing (memancing ikan di kolam ), bicycle (bersepeda) dan Scientific Purpose (keperluan penelitian mengenai alam).Untuk menilai tingkat kelayakan suatu tempat menjadi destinasi wisata biasanya digunakan General Tourism Resources Inventory (GTRI) Inventories: Survey and analyse the regions ecology, history, culture, economy, resources, land use, and tenure; inventory and evaluate existing and potential ecotourist attractions, activities, accommodation, facilities, and transportation; construct or consolidate development policies and plans,especially tourism master plans (Fennel 2008: 138) General Tourism Resources Inventory (GTRI) adalah suatu alat survey untuk menilai kelayakan destinasi wisata. Alat ini diciptakan oleh Fennel dan dimodifikasi untuk uji kelayakan destinasi wisata secara sederhana. Berikut ini hasil analisis GTRI Desa Linggamukti :

Tabel 5. Hasil penilaian potensi ekowisata dengan metode General Tourism Resources InventoryResourcesKeteranganNatural Atraction

Sawah TeraseringKualitas Sangat BaikBelum Mendapat Perhatian

Perbukitan Kualitas BaikBelum Mendapat Perhatian, Kondisi mulai memprihatinkan (Pembukaan Lahan)

HutanKualitas BaikBelum Mendapat perhatian, Kondisi perlu diteliti lebih lanjut

Tebing/JurangKualitas BaikBelum Mendapat Perhatian

SungaiKualitas BaikBelum Mendapat Perhatian

BurungKualitas Belum DiketahuiBelum Mendapat perhatian, Kondisi perlu diteliti lebih lanjut

Gunung BatuKualitas Sangat BaikBelum Mendapat Perhatian

Monyet Ekor PanjangKualitas Belum DiketahuiBelum Mendapat Perhatian

Rumah AdatKualitas BaikBelum Mendpat Perhatian, jumlah semakin berkurang

Upacara AdatKualitas Sangat BaikSudah Mendapat Perhatian

Alat Musik TradisionalKualitas BaikSudah Mendapat Perhatian

Sistem Sosial MasyarakatKualitas BaikBelum Mendapat Perhatian

Selain dengan GTRI, penetapan suatu destinasi wisata juga berdasarkan Peraturan Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: Pm.37/Um.001/Mkp/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan. Beranjak dari pertimbangan dalam rangka mendorong akselerasi pengembangan destinasi pariwisata di suatu daerah menjadi destinasi pariwisata unggulan dan menetapkan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata unggulan secara bertahap, sesuai dengan potensi dan atau kapasitas dari masing-masing daerah. Maka dibentuklah Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan yang memuat ketentuan bahwa: destinasi pariwisata unggulan, sekurang-kurangnya harus memiliki: Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata; fasilitas pariwisata dan fasilitas umum; Aksesibilitas; Kesiapan dan Keterlibatan masyarakat; Potensi pasar; dan Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah.Berdasarkan ketentuan tersebut dan penjelasan yang telah dituliskan pada lembar sebelumnya, maka disimpulkan bahwa: 1. Desa Linggamukti memiliki Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata yang sangat lengkap (dibawah pertimbangan UU No 10 tahun 2009 mengenai Daya Tarik Wisata). 2. Desa Linggamukti belum memiliki Fasilitas Pariwisata Dan Fasilitas Umum oleh karena itu keberadannya perlu mendapat perhatian yang lebih kedepannya. 3. Desa Linggamukti memiliki Aksesibilitas yang baik: Jalan Beraspal dan terdapat moda transportasi ke Desa Linggamukti.4. Kesiapan dan Keterlibatan Masyarakat Desa Linggamukti dalam pariwisata yang cukup bagus. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Linggamukti memiliki antusias yang tinggi agar desanya di kunjugi oleh orang luar.5. Desa Linggamukti belum memiliki Potensi Pasar pariwisata, sehingga perlu usaha ekstra untuk membangun pariwisata dari tahap embrional.Ringkasan hasil analisis pada dua metode tersebut kemudian di perjelas dengan melakukan penilaian keunggulan dan kelemahan komponen wista yang ada di Desa Linggamukti. Berikut ini hasil penilaian yang telah dilakukan.Tabel 6. Keunggulan dan kelemahan potensi ekowista di Desa Linggamukti

NOKOMPONENKELEBIHANKEKURANGAN

1Objek Wisata Memiliki pemnadangan sawah yang indah, view menarik, Rumah adat Sunda dll Potensi yang ada belum dipromosikan ke luar dan belum dioptimalkan untuk tujuan wisata, lingkungan belum tertata dengan baik

2Akses Jalan Memiliki kondisi jalan yang cukup baik, sampai ke pelosok Penerangan jalan desa kurang, jalan cukup sempit dan jauh dari jalan provinsi

3Trasportasi Transport langsung ke lokasi hanya ada ojek, belum ada petunjuk menuju lokasi

4Penginapan/housing Telah ada rumah-rumah khas sunda yang berpotensi sebagai homestay bagi wisatawan Belum ada Penginapan permanen untuk wisatawan

5Restoran/Kulinery Telah memiliki makanan khas Belum ada rumah makan/ cafe/resto

6Souvenir Memiliki bahan baku melimpah untuk bahan souvenir (kayu, bambu dll) Belum memiliki souvenir khas Desa Linggamukti

7SDM Generasi muda memiliki semangat membangun sesa dan memiliki bakat seniBelum terlatih secara profesional dan belum terorganisir

8Pusat Informasi Desa sudah menyediakan lahan untuk pembangunan pusat informasi terpadu Pusat informasi wisata belum dibangun

9 Atraksi Seni Sudah memiliki aktraksi seni unggulan : pencak silat, Degung, Calung, Jaipong dll Belum ditampilkan untuk kepentingan komesial

10 Event Kesenian/Budaya Event Hajat bumi Belum dimanfaatkan untuk mendatangkan wisatawan dari luar wilayah secara masif

11 Peralatan Kesenian/seragam Telah memiliki alat musik dan pakaian khas Belum dipentaskan untuk tujuan komersial

4.3. Aspek Pendidikan dan BudayaDesa Linggamukti memiliki sumber daya budaya dalam hal ini termasuk adat yang sangat menarik. Bupati Purwakarta, Bapak Dedi Mulyadi menyatakan keinginannya untuk menjadikan Desa Linggamukti sebagai desa Budaya dan Adat. Keinginan tersebut didasarkan pada konsistensi acara Hajat Lembur/Hajat Bumi yang kerap kali tiap tahun digelar Desa Linggamukti serta pencapaian Desa tersebut dalam berbagai keberhasilan pembangunan, baik pertanian, keamanan lingkungan hingga hal-hal yang bersifatguyub diantara warganya (bahasa sunda: kebersamaan). Budaya tersebut memberikan karakter Desa Linggamukti menjadi semaikin kuat. Selain itu, Desa Linggamukti juga masih menjaga tradisi-tradisi lainnya seperti kesenian pencak, degung dan tarian. Beberapa rumah adat sunda juga maih terlihat di sejumlah titik di Desa Linggamukti. Kondsi tersebut sangat memungkinkan dan memiliki potensi tinggi untuk membentuk Desa Linggamukti sebagai destinasi wisata Budaya baru di Kabupaten Purwakarta.

Berdasarkan sumber daya budaya tersebut maka jenis-jenis wisata budaya yang dapat dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking keliling desa (melihat rumah tradisonal dan melihat kehidupan masyarakat Desa Linggamukti, agrowisata (memetik sendiri, menanam sendiri, berkomunikasi dengan petani, menabur benih ikan mas dan nila di kolam buatan, atau menangkap ikan yang sudah layak panen), Culture Sightseeing (menonton/melihat-lihat kegiatan ritual budaya seperti ritual sebelum dan selama pemanenan padi), wisata kuliner tradisional (memasak dan memakan makanan tradisional sunda yang sudah dimodifikasi untuk kebutuhan wisatawan namun tetap memperlihatkan makanan asli/originalnya), living with the society (mengikuti kegiatan dan aktivitas masyarakat sehari-hari), Scientific Purpose (keperluan penelitian mengenai budaya, namun dengan syarat bahwa setiap peninggalan tidak boleh dibawa oleh peneliti dengan alasan apapun, seperti yang biasa dilakukan) dan lain-lain.Berikut ini adalah uraian analisis terhadap desa budaya Linggamukti, Kec. Darangdan, Kab. Purwakarta yang berupa penilaian atas keempat unsur budaya dalam tiga perspektif penilaian, yakni potensi, ekspresi, dan konservasi. Tabel 7. Hasil analisis aspek budaya Desa Linggamukti

UNSUR BUDAYAKetegori dan Bobot PenilaianSub TotalTingkat Perkembangan

Potensi (15%) Ekspresi (50%) Konservasi (35%)

1. Adat dan Tradisi2,501,232,22176,7Embrional

2. Seni Pertunjukan3,121,332,44198,7Embrional

3. Kerajinan 2,561,422,11183,25Embrional

4. Tata Ruang & Arsitektural3,211,341,55169,4Embrional

Nilai Total Rata-Rata182,01Embrional

Selain sektor budaya, sektor pendidikan di Desa Linggamukti juga menjadi kajian dalam kegiatan ini. Dari sektor pendidikan, Desa Linggamukti hanya memiliki 2 sekolah setingkat SD, 1 sekolah tingkat TK dan 2 sekolah PAUD. Sektor pendidikan dan budaya ini yang akhirnya menjadi satu pioneer untuk mengembangkan Desa Linggmukti ke arah yang lebih maju. Dari kedua sektor tersebut, maka tergagas sebuah ide untuk medirikan TBM (Taman Baca Masyarakat) yang juga dapat difungsikan sebagai Pusat Informasi Desa serta dapat berfungsi sebagai sanggar budaya. Berikut ini konsep TBM yang kita sebut sebagai rumah Inovasi.

Gambar 3. Skema rumah inovasi Desa Linggamukti

Fungsi rumah inovasi bukan hanya sebagai perpusataan desa semata,namun ada beberpa fungsi lain yaitu sebagai pusat kesenian dan tempat belajar anak-anak usia dini (PAUD). Hasil UMKM dari sektor ekonomi juga akan dipasarkan di rumah inovasi ini, sehingga segala bentuk informasi dan kegiatan yang berhubungan dengan sektor ekonomi,budaya dan wista akan terpusat di satu titik. Rumah ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat pembelajaran bagi masyarakat desa untuk lebih berkembang.4.3.1 Permasalahan Pengelolaan Desa BudayaDalam upaya pengelolaan desa budaya, beberapa permasalahan yang umum dihadapi adalah sebagai berikut :

Pengaruh perubahan budaya dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat. Kondisi ini tidak mungkin dicegah, hanya dapat disiasati dengan meningkatkan ketahanan budaya masyarakat yang berada di lingkungan desa budaya.

Program desa budaya sebagai salah satu upaya nyata dari pemerintah daerah untuk melestarikan berbagai aset budaya yang dimiliki di wilayahnya, belum tersosialisasikan dengan baik. Walaupun secara struktur kelembagaan telah terdapat embrio lembaga yang berfungsi sebagai penggerak pengembangan berbagai aset budaya di tingkat desa, namun secara umum anggota masyarakat di wilayah desa budaya belum sepenuhnya memberikan kontribusi secara signifikan.

Pengembangan desa budaya sebagai suatu bentuk program, dirasa masih merupakan wacana yang seringkali sangat sulit untuk diterapkan. Hal ini terlihat dari kondisi umum kehidupan budaya dalam masyarakat di tingkat desa budaya tidak jauh berbeda dengan desa-desa pada umumnya.

Koordinasi antara pihak Propinsi dalam hal ini Dinas Kebudayaan dengan instansi terkait dengan kebudayaan di tingkat kabupaten/kota belum maksimal. Hal ini mengakibatkan program yang dirancang oleh pemerintah provinsi kurang didukung dengan program-program kegiatan yang ada di lingkungan instansi kebudayaan di tingkat kabupaten/kota.

Lembaga desa budaya di tingkat desa dirasa masih sangat lemah, fungsinya seolah-olah hanya menunggu bantuan dari pemerintah, sementara upaya-upaya yang bersifat mandiri untuk menggerakkan semua aset budaya desa masih sangat terbatas.

Forum komunikasi untuk mendukung pengembangan Desa Budaya di wilayah Kabupaten Purwakarta belum dibentuk secara mapan. Hal ini mengakibatkan berbagai informasi terkait dengan berbagai program pengembangan pemerintah daerah ataupun perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat desa budaya kurang terinformasikan dengan baik.

Inventarisasi berbagai aset budaya di lingkungan desa budaya sudah selayaknya di up date setiap waktu, minimal 1 tahun sekali dan merupakan tugas dari instansi pemerintah dengan bekerjasama dengan desa budaya terkait.

4.3.2 Rekomendasi Pengelolaan Desa Budaya

Rekomendasi umum yang diusulkan dalam rangka pengelolaan desa budaya adalah:

Perlu adanya campur tangan pemerintah daerah dalam hal ini melalui berbagai kegiatan fasilitasi untuk menggerakkan semua aset yang dimiliki di lingkungan desa budaya.

Dalam upaya mendukung tercapainya keberhasilan program desa budaya, diperlukan kerjasama antar instansi terkait di lingkungan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, mengingat pengelolaan desa budaya memiliki dimensi yang sangat luas, bukan sebatas pada lingkup budaya saja, namun demikian juga perlu dukungan sarana dan prasarana lingkungan, industri kecil dan menengah, pariwisata, serta pengembangan masyarakat.

Perlu di bentuk Forum komunikasi dan koordinasi ditingkat provinsi dan kabupaten, dengan melakukan pertemuan secara berkala dan kontinyu dalam rangka mendukung berbagai program pengembangan desa budaya.

Perlu dilakukan sosialisasi berbagai hasil kajian dan program pengembangan yang telah dilakukan oleh pemerintah propinsi terkait dengan pengelolaan desa budaya, sebagai salah satu strategi peningkatan kepedulian/awareness pada masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan desa budaya.

Pemberian insentif dari pemerintah daerah selayaknya merupakan stimulan yang digunakan untuk mendorong masyarakat di lingkungan desa budaya untuk mengembangkan dan mengekspresikan berbagai potensi yang dimiliki serta meningkatkan upaya mengkonservasi berbagai aset budaya yang ada.

Dalam rangka mendukung keberhasilan pengelolaan berbagai aset budaya di tingkat desa budaya, maka masing-masing desa perlu membuat rambu-rambu pengelolaan berbagai aset budaya di tingkat desa melalui suatu konsensus/kesepakatan bersama antar warga dan akan lebih baik apabila dirumuskan dalam suatu ketetapan di tingkat desa.

Untuk memacu kegiatan-kegiatan budaya di lingkungan desa budaya perlu dilakukan ajang kompetisi (lomba, festival budaya) secara rutin antar desa budaya yang ada di Kabupaten Purwakarta.MATRIKS RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN DESA BUDAYADESA LINGGAMUKTI - KABUPATEN PURWAKARTA

Maret - Desember 2014NoProgramTujuanSasaranLauaran

PROGRAM CAPACITY BUILDING DAN MAPPING POTENSI DESA

1Pelatihan Capacity Building Membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas, terampil dan kreatif

Aparat desa memiliki jiwa leadership dan entrepreneurship

Aparat desa mampu menyusun dan merencakan program pembangunan desa yang diajukan oleh masyarakatnya berdasarkan potensi yang ada

Aparat desa faham tentang pembangunan pedesaan yang berbasis masyarakat

Aparat Pemerintah Desa dan Tokoh MasyarakatProject proposal pengembangan desa, Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, Admistrasi desa

2Survey dan Mapping Potensi Desa Mengetahui kondisi desa dari segi SOSEKBUD

Melakukan pemetaan potensi desa sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnyaKepala Desa, Tokoh Masyarakat, Pelaku usaha, Karang Taruna, Objek Wisata, Paguyuban SeniData SOSEKBUD dan potensi desa

Rekomendasi arah pengembangan dan kegiatan desa

PROGRAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN SENI

1Kegiatan Pembangunan Kelembagaan (EO Pariwisata) Membentuk kelembagaan yang akan menjadi motor penggerak terbentuknya desa wisata

Sebagai wadah masyarakat terutama generasi muda untuk belajar berorganisasi dan berwirausahaGenerasi muda karang tarunaTerbentuknya organisasi kepemudaan

2Kegiatan Penataan Zona Wisata Memperbaiki kawasan agar lebih menarik, ama dan nyaman untuk di kunjungiWilayah DesaZona wisata kampung

3Kegiatan Pembuatan Peta dan Media Promosi Kampung Wisata Memperkenalkan dan mempromosikan potensi objek wisata, seni dan budaya desa kepada masyarakat luas.

Menyediakan akses informasi bagi wisatawan yang ingin mengunjungi desaKarang Taruna Peta Wisata dan Brosur Wisata

4Program Pelatihan Manajemen Wisata Menyiapkan SDM yang profesional dalam mengelola pariwisata

Penataan kampungGenerasi muda, pelaku UMKM dan Masyarakat umumKeterampilan pelayanan wisatawan

PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT

1Kegiatan Pelatihan Pengolahan Produk Meningkatkan produk desa agar lebih memiliki nilai jual yang lebih tinggi Memperoleh hasil prodak yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya Sebagai sumber pendapatan sampingan bagi masyarakat Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarPelaku UMKM, Ibu Rumah TanggaOleh-oleh khas Desa, Kerajinan Tangan, Produk UMKM

2Program Pelatihan Pengemasan Produk Produk hasil olahan lebih memiliki daya tarik bagi konsumen Produk hasil olahan lebih tahan lama

Produk hail olahhan lebih berkualitas dan berdaya saing tinggiPelaku UMKM, Ibu Rumah TanggaOleh-oleh khas Desa, Kerajinan Tangan, Produk UMKM

3Kegiatan Pembangunan Jaringan Pasar Meningkatkan akses kepada pasar

Membuat sistem pasar OnlinePelaku UMKM dan Pemilik kiosPusat oleh-oleh, Website

PROGRAM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

1Kegiatan Pembentukan Pusat Pelatihan dan Informasi Desa Membentuk perpustakaan desa

Sebagai inkubator bisnis Desa

Sebagai pusat informasi budaya dan objek wisata desa

Untuk pelatihan Guru PAUD, TK dan SD

Sarana Pelatihan Karya seni

Tempat bermain dan belajar anak-anakGenerasi muda, anak-anak, Masyarakat umumTaman baca dan rumah kreatif

2Kegiatan Kemah Riset Budaya (Culture Summit) Memperkenalkan budaya lokal terhadap masyarakat luas

Melestarikan budaya lokal sunda

Mengadakan pagelaran budaya lokal

Mengenalkan potensi SDA Desa Linggamukti dikalangan pelajar

Mengenalkan budaya riset kepada generasi mudaSMP dan SMA Tepilih di Kabupaten Purwakarta Karya Ilmiah