laporan survey kebutuhan masyarakat

67
TUGAS AKK LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN KESEHATAN DI MEDOKAN SEMAMPIR SUKOLILO SURABAYA OLEH : KELOMPOK 3 Dwi Helynarti Syurandari, S.Si. NIM. 101214153010 Linur Ficca Agustina, S.KM. NIM. 101214153035 Dian Fadilah Adityaning Ayu, S.KM. NIM. 101214153022 Diyan Mutyah, S.Kep. NIM. 101214153037 Timbuktu Harthana, S.I.P. NIM. 101214153023 Fattahil Alim, S.KM. NIM. 101214153062

Upload: diyanmutyah

Post on 18-Jun-2015

2.930 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

TUGAS AKK

LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN

KESEHATAN DI MEDOKAN SEMAMPIR

SUKOLILO SURABAYA

OLEH :

KELOMPOK 3

Dwi Helynarti Syurandari, S.Si. NIM. 101214153010Linur Ficca Agustina, S.KM. NIM. 101214153035Dian Fadilah Adityaning Ayu, S.KM. NIM. 101214153022Diyan Mutyah, S.Kep. NIM. 101214153037Timbuktu Harthana, S.I.P. NIM. 101214153023Fattahil Alim, S.KM. NIM. 101214153062

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA

2012

Page 2: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

menunjang kegiatan kita sehari-hari. Untuk mewujudkan sehat tidaklah

mudah, banyak faktor- faktor yang mempengaruhi serta membuat sehat itu

sulit untuk diciptakan. Akan tetapi kebijakan-kebijakan pemerintah serta

kesadaran diri merupakan hal yang patut diperhatikan untuk mewujudkan

pembangunan kesehatan. Untuk itu perlunya keikutsertaaan serta berani

mengambil peran dalam proses pembangunan kesehatan sangat diharapkan.

Masyarakat yang peduli akan kesehatan dan sadar akan hidup sehat,tempat

pelayanan kesehatan yang baik dan merata, akses yang mudah serta biaya

yang terjangkau adalah beberapa contoh pembangunan kesehatan yang

sukses. Namun melihat keadaan kita sekarang ini, penyakit jantung, anak

yang kekurangan gizi, kemiskinan, diare dan banyak lainnya merupakan

cermin untuk kita. Perlunya penataan yang baik dari segi kebijakan maupun

kesadaran masyarakat akan berpengaruh besar dalam hal pembangunan

kesehatan. Masalah kesehatan menjadi prioritas penting karena berpengaruh

pada tingkat produktifitas seseorang ataupun kelompok. Banyak faktor yang

mempengaruhi serta membuat tingkat kesehatan itu baik atau tidaknya. Maka

dari itu kita perlu mengetahui bagaimana kebutuhan masyarakat akan

pelayanan kesehatan.

1

Page 3: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

2

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini faktor

yang diteliti dibatasi pada kebutuhan masyarakat pada pelayanan

kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabaya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalahnya adalah

”Bagaimana kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan

Semampir Sukolilo Surabaya?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di

Medokan Semampir Sukolilo Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman bagi

peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian.

2. Bagi Praktis

a. Bagi Profesi

Dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

b. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan kepada responden terutama

tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan.

Page 4: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

3

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan kajian dalam peningkatan pelayanan kesehatan

pada masyarakat.

3. Manfaat Teoritis

a. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai masukan dan memberikan sumbangan pemikiran tentang

kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di Medokan

Semampir Sukolilo Surabaya.

Page 5: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau

makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis

semua makhluk hidup termasuk binatang dan manusia mempunyai

aktivitas masing-masing (Notoatmodjo, 2010 : 43).

Skinner (1938), seorang ahli psikologis merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi

melalui proses : Stimulus Organisme Respon, sehingga teori

Skinner ini disebut teori “SOR” (stimulus-organisme-respon).

Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respon yaitu

Respondent respons atau refleksif dan Operant respons atau

instrumental respon (Notoatmodjo, 2010 : 43).

Perilaku seseorang adalah sangat kompleks dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) sorang ahli

psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau

domain perilaku, yakni kognitif (cognitive), efektif (effective), dan

psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di

Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif),

4

Page 6: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

5

rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa dan peri

tindak (Notoatmodjo, 2010 : 50).

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

Lawrence Green (1980) dalam Maulana 2009 mencoba

menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan

seorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan factor diluar perilaku (non-behavior

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari

3 faktor :

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang berwujud

dalam pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan

sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensidari perilaku masyarakat (Maulana,

2009 : 226).

c. Prosedur Pembentukan Perilaku

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (teori “S-O-R” atau Stimulus

Organisme Respons).

Page 7: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

6

Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu:

1) Respondent Respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut

eleciting stimuli, karena menimbulkan respon-respon yang relatif

tetap.

2) Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau

rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut

reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk

memperkuat respon (Notoatmodjo, 2010 : 44).

Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk,

perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu

persoalan ialah bagaimana cara membantu perilaku itu sesuai yang

diharapkan. Cara pembentukan perilaku tersebut, antara lain :

1) Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh

dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku yang diharapkan,

akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.

2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pngertian

atau insight. Cara ini berdasarkan teori belajar kognitif, yaitu

belajar dengan disertai adanya pengertian.

Page 8: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

7

3) Perilaku dengan menggunakan model

Pembentukan Pembentukan pribadi juga dapat ditempuh

dengan menggunaka model dan contoh. Kalau orang bicara bahwa

orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan

yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan

perilaku dengan menggunakan model. Cara ini didasarkan atas

teori belajar social (social lerning theory) atau observational

lerning theory yang dikemukakan bandura (1997) (Maulana, 2009 :

224).

d. Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diartikan sebagai suatu tanggapan individu

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu

terhadap rangsangan yang berasal dalam maupun dari luar diri

individu tersebut.

Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

1) Perilaku tertutup

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara

jelas. Respon seseorang masih terbatas dalm bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2010 : 44).

2) Perilaku terbuka

Page 9: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

8

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang

lain dari luar (Notoatmodjo, 2010 : 44).

3) Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner tersebut,

maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-

sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan

pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan

adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat

diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup

mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah

kesehatan lain,meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan

apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010 :

46).

Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya

dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat

Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior),

yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior)

Page 10: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

9

dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab

penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku

preventif) dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya

kesehatan (perilaku promotif).

Page 11: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

10

b) Perilaku orang yang sakit atau terkena masalah

Untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan

masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian

pelayanan kesehatan (health seeking behavior) (Notoatmodjo,

2010 : 47).

2. Konsep Demand Dalam Sektor Kesehatan

a. Pengertian Demand Kesehatan

Dalam membahas konsep demand sektor kesehatan, perlu ada

pembedaan mengenai demand for health dan demand for health care.

Hal ini penting untuk dibahas mengingat terdapat berbagai hal dalam

sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya (lihat Bagian II).

Beberapa pertanyaan kunci dalam membahas demand for health dan

demand for health care: Mengapa orang ingin sehat? Apa yang

menentukan demand seseorang untuk menjadi sehat? Apa pengaruh

pelayanan kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan?

Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat.

Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup untuk

mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang bersumber dari

kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk menjadi sehat

tidaklah sama antarmanusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya

sangat tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand

yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contoh, seorang

Page 12: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

11

atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya

dibanding seseorang yang menganggur.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara

demand terhadap kesehatan dengan demand terhadap pelayanan

kesehatan? Menurut Teori Blum, kesehatan dipengaruhi oleh: (1)

keturunan; (2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan

kesehatan. Akan tetapi konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan

hubungan antara demand terhadap kesehatan dan demand terhadap

pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan hubungan tersebut

digunakan konsep yang berasal dari prinsip ekonomi. Pendekatan

ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk

bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah

satu input dalam proses menghasilkan hari-hari sehat. Dengan

berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan dapat dilukiskan

pada Gambar 2.1. Dengan konsep ini, maka pelayanan kesehatan

merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi

yang akan menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan

rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri.

Page 13: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

12

Serupa dengan model ekonomi di atas, Grossman (1972) dalam

penelitian yang sangat berpengaruh dalam khasanah ekonomi

kesehatan menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk

menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk

pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang

melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui

pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. Grossman menguraikan bahwa

demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan

dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain:

1) Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan,

bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan

derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan.

Dengan demikian, demand untuk pelayanan rumah sakit pada

umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel.

2) Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif.

Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-

Gambar 2.1 Proses produksi sehat

- Hari-hari/waktu- waktu hidup sehat

- Pendidikan - Pendapatan

FUNGSI PRODUKSI

HASILINPUT

- Lingkungan hidup - Makanan - Olahraga - Gaya hidup - Genetis - Pelayanan kesehatan

Page 14: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

13

usaha peningkatan kesehatan, di samping menggunakan

pelayanan kesehatan.

3) Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan

lama dan tidak terdepresiasi dengan segera.

4) Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus

sebagai bahan investasi.

Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat

dilakukan melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan

(demand), dan kebutuhan (needs). Pengertian ini dibutuhkan meng-

ingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang

agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau

pelayanan lain.

Gambar 2.2 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand), dan

kebutuhan (needs)

Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup.

Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status

kesehatannya

Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari

pertolongan tenaga kedokteran

Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus

mendapatkan penanganan medis

Kebutuhan (Needs)

Permintaan (Demands)

Keinginan (Wants)

Page 15: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

14

pembahasan mengenai demand terhadap pelayanan kesehatan akan

dilakukan lebih mendalam dengan pendekatan-pendekatan sosial

ekonomi. Dalam membahas pengertian ini, model dari Cooper

(Posnett, 1988) merupakan kajian untuk dibahas. Secara skematis

model tersebut digambarkan dalam Gambar 2.2.

Dalam model ini dapat dilihat pula hubungan antara demand for

health dan demand for health care. Berdasarkan model Grossman,

keinginan seseorang bekerja menghasilkan pendapatan membutuhkan

modal, antara lain kesehatan. Dalam istilah sosial disebut dengan

keinginan untuk sehat. Dengan konsep keinginan ini seseorang dapat

menilai dirinya sendiri. Kasus di bawah ini dapat dipergunakan untuk

menerangkan demand for health dan demand for health care.

Dra. Sartika, wanita berumur 45 tahun merasa sakit di bawah

perut. Sebagai seorang sekretaris direktur perusahaan, dia merasakan

bahwa sakit perutnya mengganggu pekerjaannya sehari-hari. Dia

mempunyai keinginan (wants) untuk sehat, bebas dari rasa sakitnya.

Pada titik ini, konsep human capital dari Grossman (1972) sangat

relevan. Tanpa mempunyai kesehatan yang baik, Dra. Sartika tidak

dapat bekerja dengan baik.

Untuk mencoba mengatasi sakit yang dirasakannya, Dra. Sartika

minum obat pengurang sakit perut yang dijual bebas. Informasi

mengenai obat tersebut di perolehnya dari iklan sebuah acara televisi

Page 16: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

15

swasta. Akan tetapi setelah dua hari minum obat, ternyata rasa sakit

perut belum berkurang. Sesuai anjuran iklan televisi, Dra. Sartika

kemudian mendatangi dokter perusahaannya untuk berkonsultasi.

Dengan demikian, dari keinginannya menjadi sehat (dalam model

Grossman disebut sebagai demand untuk kese-hatan), Dra. Sartika

telah merubah demand akan kesehatan menjadi demand (permintaan)

akan pelayanan tenaga medis, khususnya dokter umum. Pada keadaan

ini sudah terjadi demand for health care.

Oleh dokter perusahaan kemudian ia diberi obat, tetapi ternyata

rasa sakitnya tidak berkurang. Selanjutnya, dokter perusahaan

merujuk Dra. Sartika ke dokter spesialis penyakit dalam karena diduga

ada kelainan di bagian perutnya. Dengan dikirimnya ke dokter

spesialis penyakit dalam, demand Dra. Sartika telah "meningkat"

menjadi demand terhadap pelayanan kedokteran spesialis. Pada

pemeriksaan di tingkat dokter spesialis ini maka ada berbagai

kemungkinan yang berkaitan dengan pemakaian teknologi tinggi,

misalnya penggunaan USG atau CT Scan sebagai alat bantu diagnosis.

Berbeda dengan pembelian dan penggunaan barang-barang ekonomi

lain, Dra. Sartika tidak dapat menggunakan USG sesuai dengan

keinginannya. Demand terhadap pemeriksaan USG akan ditentukan

berdasarkan needs yang ditetapkan oleh dokter. Pada titik ini terjadi

berbagai kemungkinan. Kemungkinan pertama, berbasis pada need,

Dra. Sartika tidak perlu mempunyai demand terhadap pemakaian

Page 17: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

16

USG. Sakit perut yang ada pada Dra. Sartika mungkin merupakan

gejala penyakit psikosomatis akibat stress pekerjaan. Kemungkinan

kedua, berbasis pada need, Dra. Sartika perlu mempunyai demand

terhadap pemakaian USG. Sakit perut yang ada pada Dra. Sartika

mungkin merupakan suatu gejala penyakit yang serius (misalnya

tumor kandungan).

Pada kemungkinan pertama, terjadi suatu keadaan yang disebut

sebagai Supplier Induced Demand. Istilah ini menggambarkan suatu

keadaan seorang dokter menetapkan demand pasiennya dengan cara

tidak berbasis pada need. Patut ditekankan bahwa keadaan ini bukan

suatu "over-treatment". Supplier Induced Demand terjadi akibat tidak

seimbangnya informasi yang ada pada dokter dengan pasiennya (Rice

1998). Dokter meningkatkan demand pasiennya berbasis pada

motivasi ekonomi untuk meningkatkan pendapatannya. Folland dkk

(2001), memberikan suatu pernyataan bahwa supplier induced

demand adalah penyalahgunaan hubungan dokter-pasien oleh dokter

dalam usaha memperoleh keuntungan pribadi dokter.

Sebagai gambaran dalam kasus tersebut, berbasis pada

pendidikan dan pengalamannya, dokter lebih menguasai informasi

keluhan sakit perut dibanding Dra. Sartika yang mengeluh. Dokter

dalam hal ini bertindak sebagai pemberi jasa sekaligus bertindak

sebagai wakil dari pasien untuk mendapatkan jasa lain, misalnya obat-

obatan, pemeriksaan, atau tindakan dokter lain. Pemahaman pasien

Page 18: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

17

mengenai prosedur tindakan kesehatan sangat terbatas dan dokter

mempunyai wewenang untuk bertindak atas nama pasien. Keadaan

informasi yang dimiliki oleh penjual dan pembeli yang tidak seimbang

ini serupa dengan hubungan kerja antara montir mobil dan pemilik

mobil yang awam soal mesin dan hubungan pengacara dengan klien-

nya yang awam soal hukum. Akibat ketidakseimbangan pengetahuan

ini maka hubungan kerja dapat disalahgunakan untuk keuntungan

dokter, montir, ataupun pengacara.

Supplier induced demand terutama terjadi pada sistem pemba-

yaran fee-for-service. Apabila tidak terdapat etika yang kuat, maka

dengan mudah akan terjadi penyimpangan profesi seperti diperiksanya

Dra. Sartika dengan USG walapun secara medis tidak ada indikasi

untuk hal tersebut. Pada keadaan ini dokter spesialis yang memberikan

perintah agar Dra. Sartika diperiksa USG mendapat jasa medik atau

keuntungan pribadi dari pemeriksaan terse-but, walaupun dokter

menyadari bahwa Dra. Sartika tidak mempunyai need untuk menjalani

pemeriksaan USG.

Dengan bergesernya sifat rumah sakit menjadi suatu lembaga

ekonomi, maka risiko penyimpangan profesi akan semakin tinggi

akibat tuntutan investasi. Pada kasus di atas, apabila pembelian USG

dilakukan atas dasar pinjaman kredit bank, maka kaidah-kaidah

investasi harus diperhatikan misalnya melalui payback period. Prinsip

Page 19: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

18

bahwa "bangsal rumah sakit harus diisi" atau “peralatan medik harus

digunakan” dapat mendorong terjadinya Supplier Induced Demand.

Sebaliknya dapat terjadi suatu keadaan yang disebut sebagai

Supplier Reduced Demand. Istilah ini mencerminkan keadaan bahwa

justru dokter atau rumah sakit menetapkan demand di bawah yang

seharusnya. Pada kasus Dra. Sartika seharusnya diperiksa menggu-

nakan USG. Akan tetapi, mungkin reimburstment asuransi kesehatan

yang dimiliki perusahaan tersebut memberikan ganti rugi di bawah

unit-cost pemeriksaan USG. Rumah sakit akan rugi jika menggunakan

USG untuk Dra. Sartika. Secara perhitungan ekonomi, tidak diperik-

sanya Dra Sartika dengan USG akan menghindarkan rumah sakit dari

kerugian. Dengan demikian, need Dra. Sartika tidak dapat terwujud

sebagai demand. Contoh lain, pada sistem pembiayaan rumah sakit

yang berbasis pada anggaran. Apabila rumah sakit dapat menyeleng-

garakan pelayanan di bawah anggaran, misalnya 90% maka 10%

sisanya dapat masuk sebagai jasa rumah sakit. Dengan konsep seperti

ini rumah sakit akan mempunyai insentif untuk melakukan Supplier

Reduced Demand.

Penggunaan Analisis Demand for Health dan Demand for Health

Care

Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan

dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung

Page 20: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

19

es (Iceberg phenomenon). Konsep ini mengacu pada pengertian

bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need.

Secara konsepsual, need akan pelayanan kesehatan dapat berwujud

suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai

demand. "Sedikit" tersebut bersifat variatif. Di negara-negara maju

mungkin puncak gunung es akan terlihat relatif besar bila dibanding

dengan negara-negara yang masih dalam keadaan miskin. Pelayanan

kesehatan tentunya berusaha agar batas air menjadi serendah

mungkin.

Gambar 2.3 Need untuk pelayanan kesehatan

Page 21: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

20

Besar kecilnya demand dan need sebaiknya dipahami dengan

baik oleh tenaga-tenaga kesehatan. Dalam hal ini harus ada pengertian

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand for health

dan demand for health care melalui analisis yang tepat. Analisis

demand yang pada akhirnya akan menghasilkan peramalan demand

merupakan hal penting untuk dilakukan oleh suatu rumah sakit. Dari

peramalan demand ini akan timbul berbagai pertanyaan seperti: (1)

berapa jumlah dan jenis tenaga medis yang diperlukan untuk

memenuhi demand terhadap pelayanan rumah sakit pada masa

mendatang?; (2) apakah produksi pelayanan rumah sakit saat ini sudah

cukup untuk memenuhi demand? ; dan (3) apakah sarana, prasarana,

dan berbagai kegiatan pokok rumah sakit dapat diandalkan untuk

memenuhi demand pada masa mendatang?

Pada prinsipnya analisis demand merupakan aktivitas dasar

dalam manajemen rumah sakit karena memberikan basis untuk

menganalisis pengaruh pasar pada jenis kegiatan yang dihasilkan

rumah sakit dan mengadaptasikannya. Selain itu analisis demand juga

akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi demand dan

memberikan arah untuk perencanaan rumah sakit.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Terhadap Pelayanan

Kesehatan dan Rumah Sakit

Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) faktor-

faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:

Page 22: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

21

kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis; penilaian pribadi akan status

kesehatannya; variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada tidaknya

sistem asuransi, dan penghasilan; variabel-variabel demografis dan

organisasi. Di samping faktor-faktor tersebut terdapat faktor lain

misalnya, pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas

pelayanan kesehatan, dan pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama

lain saling terkait secara kompleks.

1) Kebutuhan Berbasis Fisiologis

Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan

penting-nya keputusan petugas medis yang menentukan perlu

tidaknya seseorang mendapat pelayanan medis. Keputusan

petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan

status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini maka demand

pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-

faktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi yang

seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan

tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar

menggambarkan puncak gunung es yaitu demand, bukan

kebutuhan (needs).

2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan

Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status

kese-hatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-

norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara Timur sejak

Page 23: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

22

dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk

pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur

ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap

pelayaanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai

contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun

masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai risiko

sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat

memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak

memperhatikannya.

3) Variabel-Variabel Ekonomi Tarif

Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan

kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan

menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat bahwa

hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien

yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat

demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter.

Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis

pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan

medik lainnya. Pada keadaan yang membu-tuhkan penanganan

medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam

mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat

inelastik.Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu

lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat

Page 24: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

23

meninggal atau cacat seumur hidup. Masalah tarif rumah sakit

merupakan hal yang kontroversial. Pernyataan normatif di

masyarakat memang mengharapkan bahwa tarif rumah sakit harus

rendah agar masyarakat miskin mendapat akses. Akan tetapi tarif

yang rendah dengan subsidi yang tidak cukup dapat menyebabkan

mutu pelayanan turun bagi orang miskin dan hal ini menjadi

masalah besar dalam manajemen rumah sakit.

4) Penghasilan Masyarakat

Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand

untuk pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan

barang normal. Akan tetapi, ada pula sebagian pelayanan

kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan

penghasilan masya-rakat justru menyebabkan penurunan

konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai

kota dan kabupaten. Ada pula kecenderungan mereka yang

berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang

menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah

sakit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan

mampu. Masa tunggu dan antrian untuk mendapatkan pelayanan

medis harus dikurangi dengan menyediakan pelayanan rawat

jalan dengan perjanjian misalnya. Faktor penghasilan masya-rakat

dan selera mereka merupakan bagian penting dalam analisis

demand untuk keperluan pemasaran rumah sakit.

Page 25: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

24

5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi

penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh,

di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke

pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di

samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk

jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua.

Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial.

Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat

meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan

demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap

pelayanan kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat

mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan

demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi

kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk

rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini

dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang

tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan

pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya.

6) Variabel-Variabel Demografis dan Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap

pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri

Page 26: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

25

meningkat demand-nya terhadap pelayanan kuratif. Sementara

itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun.

Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang

merasa bahwa keun-tungan dari pelayanan kesehatan preventif

akan lebih kecil diban-dingkan dengan saat masih muda.

Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju

yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk

pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi.

7) Jenis Kelamin

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand

terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi

dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan.

Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi

dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita

lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan

kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi,

pada kasus-kasus yang bersifat darurat perbedaan antara wanita

dan laki-laki tidaklah nyata.

8) Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai

demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi

cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan, dan

konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Page 27: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

26

9) Faktor-Faktor Lain

Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan

kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas

pelayan-an kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang

sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk

meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan

secara tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika

dokter dan apabila akan diberikan maka dalam bentuk informasi

mengenai pelayanan rumah sakit. Patut dicatat bahwa pelayanan

kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan

alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan

majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan

faktor pengiklanan sebagai salah satu cara pening-katan demand.

Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan meru-

pakan faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998)

menya-takan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap,

kenaikan jumlah dokter spesialis bedah sebesar 10% akan

meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Kehadiran dokter gigi

akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan mulut.

Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan demand

untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan

dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan

meningkatkan demand untuk pelayanan bedah caesar.

Page 28: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

27

Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-

perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif

pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus

diperhatikan oleh rumah sakit karena pada saat inflasi tinggi,

ataupun pada resesi ekonomi, demand terhadap pelayanan

kesehatan akan dapat terpe-ngaruh. Pada saat krisis ekonomi di

Indonesia, tercatat berbagai rumah sakit di Yogyakarta tidak

mengalami penurunan demand. Justru bangsal-bangsal VIP tidak

menurun penghuninya, bahkan menunjuk-kan kecenderungan

naik. Salah satu dugaan adalah pasien kaya yang biasa pergi ke

Jakarta atau Singapura, mengubah perilakunya untuk mencari

penyembuhan pada rumah sakit di Yogyakarta. Ketika kasus

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merebak di

Singapura, pengamatan menunjukkan bahwa BOR kelas VIP di

sebuah kota besar di Indonesia ternyata meningkat. Ada

kemungkinan penduduk Indone-sia yang demand mencari

pengobatan biasa ke Singapura, kemudian mengubahnya ke

Indonesia akibat takut terkena SARS.

3. Keterkaitan Antara Needs, Demand Dan Perilaku Dalam Hal

Pelayanan Kesehatan

Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Oleh

sebab itu, kesehatan merupakan salah satu modal utama untuk bekerja dan

hidup dalam mengembangkan keturunan. Timbul keinginan yang

Page 29: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

28

bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk

menjadi sehat tidaklah sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan

hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai

demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contohnya,

seorang atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya

dibandingkan seseorang yang menganggur.

Dimana menurut Teori Blum, kesehatan dipengaruhi oleh: (1)

keturunan; (2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan

kesehatan. Akan tetapi konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan

hubungan antara demand terhadap kesehatan dan demand terhadap

pelayanan kesehatan. Untuk menerangkan hubungan tersebut digunakan

konsep yang berasal dari prinsip ekonomi. Pendekatan ekonomi

menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja.

Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu input,

dimana input tersebut meliputi beberapa hal dengan berbasis pada konsep

produksi, pelayanan kesehatan dapat dilukiskan pada input : Lingkungan

hidup, makanan, olahraga, gaya hidup, genetis, pelayanan kesehatan.

Sedangkan fungsi produksinya yaitu dapat dilihat pada pendidikan dan

pendapatan, sehingga menghasilkan hari-hari atau waktu-waktu hidup

sehat. Dengan konsep ini, maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu

input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan

kesehatan. Demand terhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap

demand akan kesehatan sendiri.

Page 30: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

29

Dalam teori grossman menguraikan bahwa demand untuk

kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan

tradisional demand dalam sektor lain: 1. Yang diinginkan masyarakat atau

konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan

kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan

kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan rumah sakit pada

umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel. 2. Masyarakat

tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat

menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan

kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan. 3. Kesehatan

dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak

terdepresiasi dengan segera.4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan

konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi.

Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat

dilakukan melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan

(demand), dan kebutuhan (needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat

demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang agak

berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain.

Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan

dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di

masyarakat. Indonesia sebagai Negara Timur sejak dahulu telah

mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun

tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat

Page 31: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

30

bahwa demand terhadap pelayaanan pengobatan altenatif ada dalam

masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa

peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai

resiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat

memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak

memperhatikannya. Akan tetapi saat ini, masyarakat kita sudah banyak

yang membutuhkan pelayanan kesehatan untuk pengobatan-pengobatan

yang dianggap penting atau butuh oleh masyarakat.

Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan pentingnya

keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang

mendapat pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan

mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan

situasi ini maka demand pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau

dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi

yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi,

data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan puncak

gunung es yaitu demand, bukan kebutuhan (needs).

Akan tetapi, ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat

barang inferior, yaitu adanya kenaikan penghasilan masyarakat justru

menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit

pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula kecenderungan

mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan

yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-

Page 32: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

31

rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa

tunggu dan antrian untuk mendapatkan pelayanan medis harus dikurangi

dengan menyediakan pelayanan rawat jalan dengan perjanjian misalnya.

Faktor penghasilan masyarakat dan selera mereka merupakan bagian

penting dalam analisis demand untuk keperluan pemasaran rumah sakit.

Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi

penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di

masyarakat kita sudah tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan,

tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula

program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untu masyarakat

miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai

asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat

meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian,

hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan

kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek

faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang

tercakup oleh asuransi kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan

(termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini

dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh

asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan

sebaik-baiknya.

Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan

Page 33: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

32

kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan

kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim

digunakan dalam memberikan informasi pada masyarakat, untuk

meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara

tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila

akan diberikan maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah

sakit. Patut dicatat bahwa pelayanan kesehatan tradisional seperti para

tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di

surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah

memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan

demand and needs.

Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998) menyatakan bahwa

pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis

bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%.

Kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk pelayanan

kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan

demand untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan

dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan meningkatkan

demand untuk pelayanan bedah caesar .

Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan

pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga, dan

asuransi kesehatan. Faktor ini harus diperhatikan oleh rumah sakit karena

Page 34: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

33

pada saat inflasi tinggi, ataupun pada resesi ekonomi, demand terhadap

pelayanan kesehatan akan dapat terpengaruh. Pada saat krisis ekonomi di

Indonesia, tercatat berbagai rumah sakit di Yogyakarta tidak mengalami

penurunan demand. Justru bangsal-bangsal VIP tidak menurun

penghuninya, bahkan menunjukkan kecenderungan naik. Salah satu

dugaan adalah pasien kaya yang biasa pergi ke Jakarta atau Singapura,

mengubah perilakunya untuk mencari penyembuhan pada rumah sakit

tersebut. Ketika kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

merebak di Singapura, Pengamatan menunjukkan bahwa rumah sakit kelas

VIP di sebuah kota besar di Indonesia ternyata meningkat. Ada

kemungkinan penduduk Indonesia yang demand mencari pengobatan biasa

ke Singapura, kemudian mengubahnya ke Indonesia akibat takut terkena

SARS. Dengan informasi-informasi diatas maka, pelayanan kesehatan

merupakan hal penting yang bisa mempengaruhi pola pikir perilaku

masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan.

Page 35: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

BAB 3METODE PENELITIAN

A. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Di Medokan Semampir Sukolilo

Surabaya sebanyak 30 orang.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Medokan

Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dengan alasan

masyarakatnya beragam.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03-04 Januari 2013.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2011). Peneliti mengumpulkan data menggunakan

data primer tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan Di

Medokan Semampir Sukolilo Surabaya langsung didapat dari responden

dengan cara penyebaran angket.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adala alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah

lembar kuesioner.

34

Page 36: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

BAB 4HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Medokan

Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04

Januari 2013. Luas wilayah kecamatan sukolilo Kota Surabaya 23.69 km2

dengan jumlah penduduk 110.435 jiwa. Kepadatan penduduk/km2 yaitu

4.662 jiwa (Proyeksi Penduduk 2008, Badan Pusat Statistik Prop.Jatim).

2. Data Karakteristik Responden

a. Usia Responden

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013

No. Usia Jumlah Persentase (%)1. 20 - 29 tahun 11 36,72. 30 - 39 tahun 4 13,33. 40 - 49 tahun 7 23,34. 50 - 59 tahun 3 10,05. > 60 tahun 5 16,7

30 100,0

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa paling banyak responden usia

20-29 tahun yaitu 11 orang (36,7%).

b. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013

35

Page 37: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

36

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)1. Laki-Laki 13 43,32. Perempuan 17 56,7

30 100,0

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari 50% jenis kelamin

responden perempuan yaitu 17 orang (56,7%).

c. Pendidikan Responden

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)1. SLTA 22 73,42. Diploma 4 13,33. Universitas 4 13,3

30 100,0

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa lebih dari 50% responden

pendidikan SLTA yaitu 22 orang (73,4%).

d. Pekerjaan Responden

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)1. Tidak Bekerja 6 20,02. Swasta 10 33,43. IRT 6 20,04. PNS 4 13,35. Pensiun 4 13,3

30 100

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa paling banyak responden

pekerjaan swasta yaitu 10 orang (33,4%).

Page 38: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

37

e. Penghasilan Responden

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Responden di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013

No. Penghasilan Jumlah Persentase (%)1. < Rp. 1.740.000,- 21 70,02. ≥ Rp. 1.740.000,- 9 30,0

30 100

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa lebih dari 50% responden

berpenghasilan < Rp. 1.740.000,- yaitu 21 orang (70%).

f. Status Perkawinan Responden

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Responden di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada Tanggal 03-04 Januari 2013

No. Status Perkawinan Jumlah Persentase (%)1. Belum menikah 9 30,02. Menikah 21 70,0

30 100

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa lebih dari 50% responden

status perkawinan menikah yaitu 21 orang (70%).

B. Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian tentang kebutuhan masyarakat pada pelayanan

kesehatan Di Medokan Semampir Sukolilo Surabaya ............................

Page 39: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

BAB 5PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, kita harus

memulainya dari diri kita sendiri, untuk itu pemahaman akan pentingnya

menjaga atau meningkatkan kesehatan harus dimiliki oleh setiap individu,

walaupun kita ketahui saat ini banyak masalah yang kita hadapi tentang

persoalan kesehatan. Tidak hanya individu melainkan secara sosial juga harus

bisa menjaga dan meningkatkan kesehatannya, sehingga tercapainya

pembangunan kesehatan yang optimal. Dengan mengetahui teori Blum ini

kita dapat mengetahui determinan-determinan apa saja yang mempengaruhi

kesehatan, untuk itu kita dapat meningkatkan derajat kesehatan kita dengan

cara memperbaiki empat faktor determinan yang mempengaruhi kesehatan

yaitu lingkungan, genetik, perilaku dan pelayanan kesehatan.

Permasalahan bidang kesehatan di Indonesia :

1. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah

2. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah

3. keterbatasan pelayanan kesehatan

4. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas

pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya

kinerja SDM Kesehatan.

5. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal

6. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum

optimal

38

Page 40: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

39

B. Saran

Saat ini kita dapat melihat perilaku masyarakat terhadap kesehatan

masih kurang, perlunya peran serta pemerintah dan kesadaran masyarakat

perlu ditingkatkan. Adanya peningkatan dibidang pelayanan kesehatan,

seperti memperbaiki fasilitas gedung atau menambah peralatan kesehatan

yang dibutuhkan sehingga mampu melayani masyarakat dengan baik,

memberikan pelatihan terhadap tenaga medis maupun non medis

dipuskesmas atau rumah sakit pemerintah, memenuhi standar SDM yang

dibutuhkan suatutempat pelayanan kesehatan seperti dokter, peningkatan

anggaran kesehatan agar dapat mencukupi serta membantu masyarakat

kurang mampu, bekerjasama antara pemerintah dengan organisasi aktif yang

ada di masyarakat agar dapat memantau atau mengontrol kebijakan

pemerintah tentang kesehatan, adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang

info-info kesehatan yang terbaru atau mempermudah masyakat untuk

memperoleh informasi tentang kesehatan, mempermudah akses ke tempat

pelayanan juga hal yang harus diperhatikan pemerintah. Hal-hal seperti ini

yang perlu kita tingkatkan agar pembangunan kesehatan kita berlangsung

sukses, sehingga derajat kesehatan kitasemakin meningkat yang diharapkan

dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka

Page 41: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

40

Tsauri, S.H. 2011., Determinan Yang Mempengaruhi Status kesehatan.

http://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-mempengaruhi-

status-kesehatan-2/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012

.Enida, Y.N. 2012., Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan

Masyarakat.

http://yayangnurenida.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-

status.html.Diakses pada tanggal 1 Mei 2012

.Suyatno, Ir. MKes. 2009., Masalah Kesehatan Masyarakat.

http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/12/ikm7-masalah-kesehatan-

masyarakat-compatibility-mode.pdf. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012

.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Astuti, Maya. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : ECG

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fraser, M. diane. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta : ECG

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Ibrahim Miyata, Proverawati. 2010. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil .Yogyakarta : Nuha Medika

Lailiyana, Dkk. 2010. Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : ECG

Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : ECG

Page 42: LAPORAN SURVEY KEBUTUHAN MASYARAKAT

41

Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Notoatmdjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi Dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suparyanto. 2010. http://www.com, diakses tanggal 03 Juni 2012

Murtiyarini. 2012. http://www.com, diakses tanggal 03 Juni 2012

Wiku Andopoto MD, Muhammad Thohar Arifin MD. 2005. http://www.com, diakses tanggal 03 Juni 2012