laporan survey rekayasa

94
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Survei Rekayasa atau yang lebih dikenal dengan Survei Teknik Sipil ini, merupakan bagian dari Ilmu Geodesi. Dalam pelaksanaannya survei teknik sipil ini sangat bergantung pada Ilmu Geodesi seperti Ilmu Ukur Tanah yang menerapkan metode-metode pengukuran dan pemetaan, serta perhitungan dan analisa data hasil pengukuran. Pada dasarnya pekerjaan survei rekayasa ini diterapkan dalam rencana konstruksi untuk pembuatan jalan raya, saluran air dan lain sebagainya yang berhubungan erat dengan galian dan timbunan. Pengukuran yang dilakukan untuk keperluan konstruksi tersebut berupa pengukuran poligon, pengukuran beda tinggi, pengukuran profil memanjang dan profil melintang. Karena berkaitan dengan galian dan timbunan, maka perhitungan luas dan volume dari galian dan timbunan tersebut sangat diperlukan. Dari hasil pengukuran di atas, data hasil pengukurannya diolah (dimasukan dalam suatu perhitungan) dan disajikan dalam bentuk peta. Selanjutnya pada peta tersebut akan dilengkapi dengan membuat rancangan pekerjaan konstruksi yang lengkap dengan bidang persamaan yang memperlihatkan bentuk dari Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 1

Upload: vikky-ardhianto

Post on 05-Dec-2014

2.286 views

Category:

Documents


151 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Survei Rekayasa atau yang lebih dikenal dengan Survei Teknik Sipil ini,

merupakan bagian dari Ilmu Geodesi. Dalam pelaksanaannya survei teknik sipil

ini sangat bergantung pada Ilmu Geodesi seperti Ilmu Ukur Tanah yang

menerapkan metode-metode pengukuran dan pemetaan, serta perhitungan dan

analisa data hasil pengukuran.

Pada dasarnya pekerjaan survei rekayasa ini diterapkan dalam rencana

konstruksi untuk pembuatan jalan raya, saluran air dan lain sebagainya yang

berhubungan erat dengan galian dan timbunan.

Pengukuran yang dilakukan untuk keperluan konstruksi tersebut berupa

pengukuran poligon, pengukuran beda tinggi, pengukuran profil memanjang dan

profil melintang. Karena berkaitan dengan galian dan timbunan, maka perhitungan

luas dan volume dari galian dan timbunan tersebut sangat diperlukan.

Dari hasil pengukuran di atas, data hasil pengukurannya diolah

(dimasukan dalam suatu perhitungan) dan disajikan dalam bentuk peta.

Selanjutnya pada peta tersebut akan dilengkapi dengan membuat rancangan

pekerjaan konstruksi yang lengkap dengan bidang persamaan yang

memperlihatkan bentuk dari konstruksi yang akan dibuat. Setelah rancangan

konstruksi selesai dibuat oleh ahli rancang bangunan (tenaga ahli di bidang teknik

sipil dan arsitektur) sehingga menghasilkan suatu peta rencana (site plan), maka

site plan tersebut akan dikembalikan kepada ahli penentu posisi di atas permukaan

bumi (tenaga ahli di bidang teknik geodesi) untuk menentukan posisi rencana

konstruksi di lapangan sesuai dengan sudut dan jarak yang terukur pada site plan.

Proses pemindahan suatu bentuk rancangan konstruksi di atas peta ke atas

permukaan bumi, disebut dengan setting out atau staking out.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 1

Page 2: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

1.2. Maksud Dan Tujuan Praktikum

1.2.1. Maksud Diadakannya Praktikum Survei Rekayasa

Maksud diadakannya praktikum Survei Rekayasa ini adalah :

Untuk merencanakan pembuatan jalan termasuk bagian-bagiannya yang

meliputi badan jalan, lebar jalan, tikungan/lengkungan jalan dan

kemiringan jalan.

Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang teori-teori

yang berkaitan dengan praktikum survei rekayasa ini, yang pernah di

dapat dalam perkuliahan.

Agar mahasiswa mampu menerapkan teori-teori tersebut dengan

melakukan praktek langsung di lapangan.

Agar mahasiswa memiliki pengalaman kerja lapangan, yang kelak di

kemudian hari dapat dijadikan bekal dalam bekerja.

1.2.2. Tujuan Diadakannya Praktikum Survei Rekayasa

Tujuan diadakannya praktikum Survei Rekayasa ini adalah :

Dapat melaksanakan proses pengambilan data di lapangan untuk

perencanaan desain jalan.

Dapat melaksanakan proses pengolahan data untuk perencanaan desain

jalan.

Dapat menentukan posisi titik-titik di lapangan dari data hasil perhitungan

perencanaan desain jalan berikut bagian-bagiannya yang meliputi badan

jalan, lebar jalan, tikungan/lengkungan jalan dan kemiringan jalan.

1.3. Volume Pekerjaan

Adapun volume pekerjaan yang dilakukan pada praktikum Survei

Rekayasa kali ini meliputi beberapa hal, yaitu :

1. Pengukuran Poligon Terbuka Terikat Sempurna

2. Pengukuran Sipat datar/Waterpass Memanjang Pergi Pulang

3. Pengukuran Sipat Datar/Waterpass Profil Memanjang

4. Pengukuran Sipat Datar/Waterpass Profil Melintang

5. Perhitungan Luas dan Volume

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 2

Page 3: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

6. Perhitungan Perencanaan Desain Jalan Dengan Menggunakan Cara :

- Kurva Horisontal

7. Staking Out

8. Report Elevasi Pada Titik Rencana Jalan

9. Proses Penggambaran

1.4. Metode Penulisan

1.4.1. Studi Lapangan

Penyusunan laporan ini didasari pada pelaksanaan praktikum survei

rekayasa yang dilaksanakan di Kampus II Institut Teknologi Nasional Malang

(Tasik Madu).

1.4.2. Studi Literatur

Dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini selain didasarkan pada

prosedur yang diberikan oleh pembimbing, juga ditunjang dengan buku-buku

yang berkaitan dengan materi praktikum survei rekayasa, serta ditambah dengan

teori-teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan sebagai acuan untuk

melengkapi penulisan laporan ini.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 3

Page 4: Laporan Survey Rekayasa

A

1

2

4

5

αA1

β0

βA

β5

β4

β3

β2β2

B

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengukuran Poligon

Poligon merupakan serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya

telah ditentukan dari pengukuran lapangan yang membentuk segi banyak, dimana

dari rangkaian tersebut akan terbentuk sudut dan jarak antar titik, sehingga dapat

ditentukan posisi (koordinat) tiap-tiap titiknya dalam sistem referensi yang

ditentukan. Dengan demikian pengukuran poligon ini dapat digunakan sebagai

kerangka kontrol peta pengukuran sudut dan jarak antar titik-titik poligon.

Pengukuran poligon merupakan salah satu metode penentuan titik diantara

metode penentuan titik yang lain. Penentuan titik dengan cara poligon ini sangat

fleksibel karena prosedur pengukurannya dapat dipilih menurut kehendak kita

yang disesuaikan dengan daerah atau lokasi pengukuran untuk mempermudah

pelaksanaan pengukuran.

Ada dua bentuk dasar poligon:

1. Poligon tertutup, merupakan poligon yang titik awal dan akhirnya

menjadi satu, poligon semacam ini merupakan poligon yang paling disukai

dilapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang

memang sulit didapatkan dilapangan, namun hasil ukurannya cukup

terkontrol. Karena bentuknya yang tertutup maka akan membentuk segi

banyak atau segi –n (n adalah banyaknya titik poligon). Oleh karena itu

syarat – syarat geometris dari poligon tertutup adalah :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 4

Gambar. Poligon Tertutup

A dan B : Titik Ikat Yang

diketahui koordinatnya.

βA, β1,β1,….dst : Sudut

dalam.3

Page 5: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

1. Syarat sudut

∑β = (n-2)*180, apabila sudut dalam,

∑β = (n+2)*180, apabila sudut luar.

2. Syarat absis

∑ d sin α = 0

∑ d cos α = 0

Adapun prosedur perhitungannya sama dengan prosedur perhitungan pada

poligon terikat sempurna.

2. Poligon terbuka, merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir

tidak berhimpit pada titik yang sama.

Poligon ini dibedakan lagi menjadi :

Poligon terbuka terikat sempurna

Poligon terbuka terikat sempurna, adalah dimana kedua ujung poligon

diawali dan diakhiri pada titik tetap serta azimuth awal dan azimuth akhir telah

diketahui secara pasti. Poligon terbuka terikat sempurna merupakan poligon

terbaik karena adanya kontrol koordinat.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 5

Page 6: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Poligon terbuka terikat sepihak

Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang satu ujungnya ( awal

atau akhir ) terikat pada koordinata titik tetap atau terikat pada sudut jurusan

( azimut ).

Keterangan gambar :

α12 : azimut awal sisi poligon

β1, β2, β3,........: sudut-sudut poligon yang diukur

d12, d23, d34,........: panjang sisi poligon yang diukur

A : titik tetap yang diketahui koordinatnya

Poligon tersebut sering dipakai pada pengukuran dengan cabang atau

“rasi” yang terikat pada poligon utama. Poligon tersebut dihitung dengan orientasi

lokal, tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.

Perhitungan koordinat titik poligon :

X2 = X1 + d12 Sin α12

Y2 = Y1 + d12 Cos α12

Demikian pula untuk perhitungan koordinat titik-titik yang lain, dengan

cara dan prinsip yang sama seperti di atas.

Poligon terbuka lepas

Poligon terbuka tanpa ikatan adalah poligon yang diukur dengan tidak

diketahui koordinat titik tetap dan tidak diketahui pula azimut pada salah satu sisi

poligon tersebut.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 6

Page 7: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan gambar :

d1, d2, d3, ......: panjang sisi-sisi poligon yang diukur

β1, β2, β3,......: sudut-sudut poligon yang diukur

Poligon tersebut dihitung dengan orientasi sembarang dan koordinat lokal

( sembarang ). Tidak ada koreksi sudut dan koordinat.

Perhitungan koordinat titik poligon :

X2 = X1 + d12 Sin α12

Y2 = Y1 + d12 Cos α12

2.2 Pengukuran Waterpass

2.2.1 Pengukuran Waterpass Memanjang

Pengukuran sipat datar/waterpass memanjang adalah suatu metode

pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua buah titik di permukaan

bumi yang letaknya berjauhan, atau dengan kata lain untuk mendapatkan

ketinggian titik-titik utama yang telah diorientasikan di permukaan bumi dengan

membagi jarak antara titik secara berantai atau menjadi slag-slag yang kecil secara

memanjang yang ditempuh dalam satu hari pergi-pulang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sipat datar/waterpass

memanjang, antara lain:

1. Menghilangkan kesalahan nol skala rambu yaitu dengan menentukan slag

genap dalam satu seksi pengukuran beda tinggi (pengukuran pergi-

pulang).

2. Kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 7

Page 8: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

3. Usahakan jarak dari alat ke rambu belakang sama dengan dari alat ke

rambu muka, untuk mengantisipasi adanya garis bidik tidak sejajar garis

arah nivo.

4. Gunakan nivo rambu agar rambu ukur benar-benar tegak.

Keterangan gambar :

B : Bacaan benang tengah rambu belakang

M : Bacaan benang tengah rambu muka

A,1,2,B : Titik tempat rambu didirikan

1 slag : 1 kali berdiri alat

Rumus perhitungan yang berlaku pada pengukuran waterpass memanjang

adalah:

Beda tinggi ( h ) = bt (belakang) – bt (muka)

Elevasi ( Hn ) = H awal + hn

Keterangan rumus :

h : beda tinggi antara dua titik

bt (belakang) : bacaan benang tengah rambu belakang

bt (muka) : bacaan benang tengah rambu muka

Hn : elevasi titik n

H awal : elevasi awal

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 8

Page 9: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2.2.2. Pengukuran Waterpass Profil

Pengukuran sipat datar/waterpass profil ini merupakan pengukuran beda

tinggi untuk menggambarkan irisan vertikal dan elevasi pada jalur pengukuran.

Tujuan dari pengukuran ini dalam aplikasinya yaitu untuk mengukur titik

yang menandai perubahan arah, seperti kemiringan permukaan tanah, titik-titik

genting seperti jalan, jembatan, dan gorong-gorong. Berdasarkan metode

pengukurannya sipat datar/waterpass profil dibedakan menjadi 2, yaitu :

2.2.2.1. Pengukuran Waterpass Profil Memanjang

Tujuan pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar/waterpass

profil memanjang adalah untuk mendapatkan detail dari suatu penampang/irisan

tegak pada arah memanjang sesuai dengan sumbu proyek.

Dalam pengukuran waterpass profil memanjang ini, data-data yang diukur

adalah bacaan rambu muka, rambu tengah dan rambu belakang.

Keterangan gambar :

A, A1, A2,… : Titik-titik patok sepanjang jalur polygon (center line)

I, II : Tempat berdiri alat di luar jalur pengukuran

rb : Rambu belakang

rt : Rambu tengah

rm : Rambu muka

Rumus perhitungan yang berlaku untuk pengukuran sipat datar profil

memanjang adalah :

Beda tinggi (h) = bt (belakang) – bt (muka)

Elevasi ( H ) = H (awal) + h

Jarak ( d ) = ( ba – bb ) * 100

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 9

Page 10: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan rumus :

h : beda tinggi

H : elevasi

d : jarak

bt : bacaan benang tengah

ba : bacaan benang atas

bb : bacaan benang bawah

2.2.2.2. Pengukuran Waterpass Profil Melintang

Tujuan dari pengukuran sipat datar profil melintang adalah untuk

menentukan elevasi titik-titik dengan bantuan tinggi garis bidik yang diketahui

dari keadaan beda tinggi tanah yang tegak lurus di suatu titik tertentu terhadap

garis rencana (sumbu proyek) yang didapat dari hasil pengukuran sipat datar

profil memanjang.

Profil melintang dibuat tegak lurus dengan sumbu proyek dan pada

tempat-tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis proyek

melengkung atau belokan, maka jaraknya dibuat lebih rapat daripada jarak

terhadap garis proyek yang lurus. Profil melintang harus dibuat di titik awal dan

akhir garis proyek melengkung, dan untuk profil ke kiri dan ke kanannya dibuat

lebih panjang dari profil yang lain.

Keterangan gambar :

A : Titik-titikpatok pada jalur poligon

1, 2, 3,… : Titik-titik profil melintang di sebelah kiri sumbu proyek

a, b, c,… : Titik-titik profil melintang di sebelah kanan sumbu proyek

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 10

Page 11: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Rumus perhitungan yang berlaku untuk pengukuran waterpass profil

melintang adalah:

Beda tinggi (hn) = TI - btn

Elevasi (Hn) = Hawal + hn

Keterangan rumus:

hn : beda tinggi titik ke-n

Hn : elevasi titik ke-n

TI : tinggi instrumen

btn : bacaan benang tengah rambu ukur

Hawal : elevasi awal

2.3. Lengkungan (Kurva)

Pemanfatan garis lengkung (kurva) di lapangan sering kali dijumpai pada

proyek-proyek pembangunan jalan raya, jalan baja (rel kereta api), saluran irigasi,

perencanaan jalur pipa dan lain-lain.

Garis tersebut digunakan untuk menghubungkan dua arah atau dua garis

lurus yang saling berpotongan agar perpindahan dari arah yang satu ke arah yang

lainnya diharapkan sama. Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini terdapat

dua jenis lengkungan yang memiliki dasar penyelesaian dan penyelenggaraan

yang berbeda yaitu : kurva vertikal dan kurva horizontal.

Kurva horizontal berkaitan dengan belokan maupun saluran yang

memakai bidang lengkung sebagai basis penyelenggaraan, sedangkan untuk kurva

vertikal berkaitan dengan daerah yang menanjak ataupun menurun.

2.3.1. Kurva Horizontal

Alinyemen horizontal pada dasarnya merupakan proyeksi sumbu jalan

pada bidang horizontal atau dapat disebut juga dengan “SITUASI JALAN” atau

“TRASE JALAN”. Alinemen horizontal terdiri dari garis lurus yang dihubungkan

dengan garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran

ditambah busur peralihan, busur peralihan atau busur lingkaran saja. Yang

dimaksud dengan lengkung / busur peralihan disini adalah lengkung yang

digunakan untuk mengadakan peralihan dari badan jalan yang lurus kebagian

jalan yang mempunyai jari-jari lengkung dengan miring tikungan tertentu.

Ada 3 macam kurva alinemen horizontal yaitu:

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 11

Page 12: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

1. Lengkung Full Circle ( FC )

Jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian satu lingkaran.

Digunakan untuk R yang terbesar agar tidak terjadi patahan.

Keterangan Gambar ;

TC : Titik peralihan dari bentuk tangen ( bagian lurus dari jalan ) ke

bentuk busur lingkaran

TS : Titik peralihan dari bentuk lingkaran ( Circle ) ke tangen

T : Jarak tangen

R : Jari – Jari lengkung Circle

∆ : Sudut tikungan

L : Panjang Busur

PI : Titik perpotongan TC dan CT

Penggunaan Rumus

TC=Rmin. tg .12

Rmin merupakan jari jari lengkung ( Tikungan ) yang di dapat dari

perhitungan berikut

Rmin=V R2

127 (emaks – f )

Rmin dapat juga di tentukan dengan menggunakan tabel berikut ;

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 12

Page 13: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Kecepatan rencana (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin (m)250

01500 900 500 350 250 130 60

Tabel . Panjang jari jari minimum

Rumus Perhitungan Panjang Busur ( L )

L =

Δ . 2 π .R180 °

2. Lengkung SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL ( S-C-S )

Lengkung ini digunakan bila persyaratan / batasan untuk Full Circle tidak

dapat dipenuhi. Persyaratan untuk S-C-S adalah R rencana < R min (yang terdapat

pada tabel 1)

Ls ditentukan dari 3 rumus dibawah ini dan diambil nilai yang

terbesar:

1. Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan

Ls =

V R

3. 6T

Dimana:

T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik

VR = Kecepatan rencana (km/jam)

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 13

Page 14: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal

Ls = 0 .022

V R

3

RC

−2. 727V R e

C

Dimana:

e = Superelevasi

C = Perubahan percepatan, diambil 1-3 m/det2 ,British Standard C =

0.3 - 0.6 m/det3. Untuk peralihan ralia / road yaitu C = 1 m/det3

Ls = (0.0702V3)/(R.C)(J,H. Banks 1998)

3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Ls =

(em−en ) .V R

3 . 6 RC

Dimana:

VR = Kecepatan rencana (km/jam)

VR ≤ 70 km/jam, re max = 0.035 m/m/detikVR ≥ 80 km/jam, re max = 0.025 m/m/detikem = Superelevasi maksimium

en = Superelevasi normal

re = Tingkat perubahan kemiringan melintang jalan (m/m/detik)

4. Berdasarkan perbedaan slope memanjang ≤ 1/20 (antara TS –

SC untuk 2 lajur lalu lintas)

LS ≥ 200 D . e

Dimana:

D = Lebar lalu lintas (m)

e = Superelevasi

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 14

Page 15: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Rumus-rumus lain yang digunakan adalah:

Nilai p* dan k* didapat dari tabel JOSEP BARNETT

1. θ s =

90∗Lsπ∗Rc

2. θ c = Δ−2 θs

3. Lc =

(θ∗π∗Rc )180 ; Lc ≥20 m

4. L = Lc + 2 Ls

5. Xc = Ls (1− Ls2

40 Rc2 ); Yc =

Ls2

6∗Rc

6. p = Yc−Rc(1−cosθs ); p < 1 m

7. k = xc−Rc sin θs

p dan k bias dicari dengan Tabel J. Barnett

untuk setiap θs akan diperoleh nilai p* dan k*

8. p = p * Ls

9. k = k * Ls

10.Es =

( Rc+ p )(cos Δ/2 )

−Rc

11.Ts = ( Rc+ p )tg Δ

2+k

Station ( Sta ) titik kritis :

Sta. TS = Sta. PI – Ts

Sta. SC = Sta. TS – Ls

Sta. CS = Sta. SC – Lc

Sta. ST = Sta. CS – Ls

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 15

Page 16: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Dimana :

TS = Titik perubahan dari jalan lurus ke lengkung peralihan (spiral)

SC = Titik perubahan dari lengkung peralihan (spiral) ke circle

CS = Titik perubahan dari circle ke lengkung peralihan

ST = Titik perubahan dari lengkung peralihan ke jalan lurus

L = Panjang lintasan dari TS ke ST

Ls = Panjang spiral dari TS ke SC atau dari CS ke ST

Lc = Panjang busur lintasan dari SC ke CS

R = Jari-jari lengkung lingkaran

θs = Sudut antara garis singgung dititik SC dan garis singgung dititik

P’G’

Δ = Total sudut tikungan dari PC ke PT

θc = Sudut tikungan untuk bagian circle saja

Tt = Panjang tangen total dari TS ke PI

Es = Jarak dari PI ke lengkung lingkaran

x = Absis setiap titik pada spiral terhadap TS dan tangen

y = Ordinat setiap titik pada spiral terhadap TS dan tangen

p = Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen

k = Jarak antara Ts dan titik dari busur lingkaran yang tergeser

TPc = Short Tangen dari spiral ; Tpa = Long tangen dari spiral

Tbs = jarak lurus dari CS ke ST

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 16

Page 17: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

3. Lengkung Spiral – Spiral ( S – S )

Pada lengkung ini titik SC berhimpit dengan titik CS, jadi Lc = 0 dan

rumus yang dipakai sama dengan pada S-C-S.

Syarat : R rencana < R min

Rumus :

- θs =

12

Δ

- P = Tc−Rc (1−cos θs)

P < 1 m

- k = Xc−Rc sin θs

- Ls =

(θ∗π∗Rc )90

Kontrol Ls > Ls min

- Es =

( Rc+ p )

cos12

Δ−R

- L = 2 * Ls

- Xc = Ls(1−( Ls2

40 Rc2 ))

- Yc =

Ls2

6 Rc

Ts = ( Rc+ p )tg 1

2Δ+k

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 17

Page 18: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4. Kriteria Pemilihan Lengkung.

Pemilihan lengkung / tikungan di dasari pada nilai Rmin , nilai Rmin yang

digunakan pada penyelesain tugas ini adalah ketetapan dari standar perencanaan

Bina Marga.

- Rmin > 500 m, Perencanaan Lengkung FC ( Full Circle ) bisa digunakan .

- Rmin < 500 m, Perencanaan Lengkung bisa menggunakan SCS atau SS ,

Digunakan SCS jika,

- LS > 20 m

Digunakan SS bila

- LS < 20 m

5. Bagan Alir Pemilihan Lengkung / Tikungan

Dasar dari lengkung horizontal ini adalah perpotongan pada lingkaran.

Di beberapa tempat desain sebuah lengkungan dinyatakan oleh Panjang Tangen.

Namun lengkungan juga dapat di desain melalui derajat kelengkungan yang

dinyatakan, sehingga jumlah derajat yang berada di pusat lingkaran sesuai dengan

panjang busur yang bersangkutan.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 18

Mulai

Menentukan VRencana

Menghitung Nilai Rmin

FC

Rmin < 500 meter

Perhitungan LS

LS > 20 m LS < 20m

SSSCS

Rmin > 500 meter

Page 19: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Kurva horizontal tersebut dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu :

1. Kurva Sederhana

2. Kurva Majemuk

3. Kurva Bertolak Belakang

4. Kurva Spiral

Keterangan gambar :

I : titik perpotongan ( intersection )

: sudut defleksi ( sudut perpotongan )

R : jari-jari kurva

T : titik tangen awal kurva

T1 : titik tangen akhir kurva

IT dan IT1 : panjang tangen antara titik T terhadap titik I dan antara titik T1

terhadap titik I

TT1 : panjang kurva / lengkungan ( melalui titik V )

TT1 : panjang tali busur ( melalui titik C )

AI dan IB : jarak rantai antara titik A terhadap titik I dan antara titik B terhadap

titik I

Rumus yang digunakan untuk perhitungan pada kurva / lengkungan

horizontal (Sumber: Carl F. Meyer dan David W. Gibson, 1984, Survey dan

Perencanaan Lintas Jalur Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta) adalah :

Panjang tangen IT dan IT1 :

( dengan memperhatikan segitiga ITO ! )

[ IT / R ] = [ tan / 2 ] IT = R * tan [ / 2 ]

( panjang tangen IT1 sama dengan panjang tangen IT )

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 19

Page 20: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Panjang kurva TT1 :

TT1 = R * radian TT1 = 2 R * [ / 360 ]o

Panjang tali busur TT1 :

[ TC / R ] = sin [ / 2 ] TC = R * sin [ / 2 ]

( karena jarak TC sama dengan jarak CT1 , maka panjang TT1 = 2 [ TC ] )

TT1 = 2 R * sin [ / 2 ]

Panjang tembereng CV ( major offset CV ) :

( dengan memperhatikan segitiga TCO ! )

[ CO / R ] = cos [ / 2 ] CO = R * cos [ / 2 ]

CV = R – OC

CV = R - R * cos [ / 2 ]

CV = R – ( 1 - cos [ / 2 ] )

Jarak eksternal VI ( external distance VI ) :

( dengan memperhatikan segitiga ITO ! )

[ IO / R ] = sec [ / 2 ] IO = R * sec [ / 2 ]

VI = IO – R

VI = R * sec [ / 2 ] – R

VI = R ( sec [ / 2 ] – 1 )

2.3.1.1. Teori Diagram Superelevasi

Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari

lereng normal ke superelevasi penuh, sehingga dengan mempergunakan diagram

superelevasi dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik

disuatu lengkung horizontal yang direncanakan.

Diagram superelevasi digambar berdasarkan elevasi sumbu jalan sebagai

garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positif atau negatif ditinjau dari

sumbu jalan. Tanda positif untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi

dari sumbu jalan dan tanda negatif untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak

lebih rendah dari sumbu jalan. Untuk jalan raya dengan medium (jalan raya

terpisah) cara pencapaian kemiringan tergantung dari lebar serta bentuk

penampang melintang median yang bersangkutan dan dapat dilakukan dengan

salah satu dari ketiga cara berikut :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 20

Page 21: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

1. Masing-masing perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan sumbu masing-

masing jalur jalan sebagai sumbu putar.

2. Kedua perkerasan masing-masing diputar sendiri-sendiri dengan sisi-sisi

median dengan sumbu putar, sedang median dibuat dengan sumbu tetap

dalam keadaan datar.

Seluruh jalan termasuk median diputar dalam satu bidang yang sama, sumbu putar

adalah sumbu median.

Pencapaian superelevasi :

1. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan normal pada bagian

jalan yang lurus sampai lemiringan yang penuh (superelevasi) pada bagian

lengkung.

2. Pada tikungan S-C-S, pencapaian superelevasi dilakukan secara linier

(diawali dari bentuk normal ke awal lengkung peralihan pada bagian lurus

jalan dan dilanjutkan sampai lengkung penuh pada akhir lengkung

peralihan).

3. Pada tikungan FC pencapaian superelevasi dilakukan secara linier (diawali

dari bagian lurus sepanjang

23

Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh

sepanjang

13

Ls)

2.3.2. Kurva Vertikal

Pada dasarnya kurva vertikal digunakan untuk menentukan

ketinggian/kemiringan baik ke atas maupun ke bawah dari permukaan tanah.

Fungsi lengkungan vertikal ini adalah untuk menghubungkan dua arah vertikal

atau garis gradien agar diperoleh perubahan yang smooth (tidak terlalu drastis).

Bila kedua gradien membentuk bukit, maka dinamakan lengkungan puncak

(lengkungan/kurva cembung), sedangkan bila gradien membentuk lembah maka

dihasilkan lengkungan lembah (lengkungan/kurva cekung).

Karena perubahan gradien dari lereng ke lengkungan diharuskan mulus

dan berangsur-angsur, maka dipilihlah kurva parabola sebagai bentuk geometri

dari lengkung vertikal ini. Bentuk kurva ini datar di dekat titik-titik singgung.

Busur parabola dapat menyesuaikan perubahan yang bertahap dalam jurusan dan

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 21

Page 22: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

elevasi sepanjang busur kurva. Kurva vertikal merupakan kurva parabolik pada

suatu bidang vertikal yang digunakan untuk menghubungkan dua garis gradien

yang berbeda secara numerik.

Bentuk persamaan kurva parabola ini adalah y = ax2 + bx + c dengan y adalah

tinggi kurva di atas atau di bawah titik singgung pertama dan pada jarak x darinya,

sedangkan x merupakan jarak yang bervariasi dan menyatakan jarak mendatar

dari kedua titik singgung.

Keterangan gambar :

T : Titik tangen awal

T1 : Titik tangen akhir

I : Titik perpotongan antara jarak titik T dengan titik T1

VC : Ketinggian lengkungan

IV : Koreksi kemiringan

q1,q2 : Gradien / kemiringan

L : Jarak

Gradien atau kemiringan dari permukaan tanah dapat dinyatakan dalam

bentuk persentase (%) maupun dalam bentuk perbandingan (1 : n).

Untuk tanjakan umumnya dinyatakan dengan perbandingan dalam prosentase

kemiringan, misalnya suatu tanjakan 1 : 50 adalah tanjakan dengan kenaikan 2 %.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 22

Page 23: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Artinya tanjakan itu naik atau turun 2 satuan untuk setiap 100 satuan,

tanda (+) menyatakan naik dan tanda (-) menyatakan turun.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan pada kurva vertikal

(Sumber: Carl F. Meyer dan David W. Gibson, 1984, Survey dan Perencanaan

Lintas Jalur Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta) adalah:

Harga kemiringan / gradien antara dua titik (%)

q1 =

H tengah−H awal

12

L∗100 %

q2 =

Hakhir−H awal

12

L∗100 %

x =

q2−q1

2∗L

Keterangan rumus :

q1,q2 : harga kemiringan

Htengah : elevasi tengah

Hawal : elevasi awal

L : jarak

Elevasi titik perencanaan

Hn = Hawal + (q1*n) + (x*n2)

Keterangan rumus :

Hn : elevasi ke-n

Hawal : elevasi awal

q1 : harga kemiringan

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 23

Page 24: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2.4. Staking Out

Staking out adalah suatu cara yag digunakan untuk menentukan route dari

sebuah perencanaan jalan, atau untuk menentukan kembali rencana gambar di

lapangan. Yang dimaksud dengan route umumnya adalah suatu lintasan-lintasan

seperti lintasan jalan raya dan kereta api. Bangunan-bangunan linier seperti

sungai, saluran untuk pengairan, saluran pembuangan. Termasuk pula lintasan

jalur transmisi listrik.

Staking out dilaksanakan dengan pemasangan patok-patok di lapangan

yang telah ditentukan rencana jalan ataupun posisi daripada rencana bangunan

dari titik-titik poligon yang telah diukur pada saat pengukuran. Pelaksanaan

staking out poligon untuk menentukan titik-titik planimetris yaitu posisi x dan y.

Adapun metode-metode yang digunakan untuk penentuan staking out

adalah sebagai berikut:

2.4.1. Metode Panjang Busur

Dari gambar di atas dapat disusun persamaan sebagai berikut :

- Titik 1 : X1 = R.Sin

Y1 = 2R.Sin2 ½ - Titik 2 : X2 = 2 Sin

Y2 = 2R.Sin2 dan seterusnya

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan cara ini

banyak hitungan yang harus diselesaikan. Namun keuntungannya adalah bahwa

titik-titik detail teratur rapi di atas busur lingkaran.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 24

Page 25: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2.4.2. Metode Koordinat Polar

Pada cara ini digunakan theodolite yang dipasang dengan sumbu

kesatunya tegak lurus di atas titik satu (T1). Untuk menentukan titik-titik detail di

atas busur lingkaran, sehingga jarak antara titik detail tersebut yang merupakan

tali busur tetap = k, maka dihitung terlebih dahulu besarnya ½ (sudut antar

garis T0 dan T1. Sudut antara garis T0 dan T3 menjadi 1½ dan seterusnya,

sehingga besar sudut antara T0 dan Tn bertambah tiap ½ .

Rumus perhitungan sudut defleksi :

½ = ( /R ) x ( 360/2 )

Koordinat titik ditentukan dengan menghitung jarak dan sudut :

Sudut (Sn) = n x

Jarak (Dn) = 2R.Sin n ( /2 )

2.4.3. Metode Panjang Tali busur

Pada cara ini metode titik detail diproyeksikan pada perpanjangan tali

busur yang melalui titik detail belakangnya.Misalkan semua tali busur dibuat

sepanjang k meter maka sudut antara tali busur pertama (T11) dan garis singgung

di titik T ada ½ , sedang sin ½ = (½ k)/R = (k)/(2R) , sehingga ½ dapat dicari

dan sudut 1PT = .

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 25

Page 26: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Maka dengan adanya sudut ½ , didapat :

T11` = k.Cos ½ dan 1`1 = k.Sin ½

Dengan dua jarak maka dapat ditentukan titik 1.

Untuk menentukan tempat titik 2 diperlukan :

12` = k.Cos dan 2`2 = k.Sin

Selanjutnya untuk menentukan titik 3 diperukan :

23` = k.Cos dan 3`3 = k.Sin , dan seterusnya

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah hitungan adalah

sedikit sekali, ialah titik 1 : T11` = k.Cos ½ dan 1`1 = k.Sin ½ . Titik 2 dan

selanjutnya : jarak k.Cos ½ yang dibuat pada perpanjangan semua tali busur

dan jarak k.Sin tangen dibuat tegak lurus pada perpanjangan semua tali busur.

2.4.4. Metode Panjang Tangen

Metode ini mempunyai jumlah hitungan lebih kecil dari jumlah hitungan

yang harus dilakukan pada metode selisih busur yang sama panjangnya, tetapi

sayangnya letak titik tidak beraturan di atas busur lingkaran.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 26

Page 27: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Maka koordinat titik detail didapat dengan cara :

- Titik 1 : X1 = a

: Y1 = R – [ (R)2 – (X1)2 ] = R – [ (R) 2 – ( a ) 2 ]

- Titik 2 : X2 = 2a

: Y2 = R – [ (R)2 – (X2)2 ] = R – [ (R) 2 – ( 2a ) 2 ]

dan seterusnya

2.5. Perhitungan Luas Dan Volume Tanah

2.5.1. Perhitungan Luas

Luas menyatakan lebar proyeksi horizontal suatu area (sebidang tanah)

dengan tidak memperhitungkan selisih tinggi. Perhitungan luas suatu daerah

sangatlah penting, karena ukuran luas tersebut akan dimasukkan dalam akta hak

milik atas tanah. Tujuan lain dari perlunya perhitungan luas adalah untuk

menentukan ukuran luasan yang akan diratakan ataupun diperkeras serta

penentuan untuk hitungan volume pekerjaan tanah.

Untuk menentukan luas suatu area maupun batasan profil/irisan

tegak/penampang tanah dan garis proyek dapat dilakukan dengan beberapa

metode, antara lain :

2.5.1.1. Cara Grafis

Perhitungan luas dengan metode grafik ini dilakukan sangat sederhana,

sehingga hasil (tingkat ketelitian) kurang baik. Cara ini biasanya digunakan untuk

daerah yang bentuknya tidak teratur. Daerah yang akan ditentukan luasnya

digambar di atas kertas dengan ukuran petak tertentu sesuai skalanya. Untuk

bagian area yang terletak pada kotak penuh dihitung dengan dengan rumus persegi

panjang/bujursangkar atau dihitung sesuai dengan satuan luas petak yang dibuat,

sedangkan bagian yang tersisa dihitung dengan menggunakan rumus trapesium

dan segitiga

Nilai pendekatan/taksiran dari luas daerah yang ditentukan dari banyaknya

petak yang terletak di dalam daerah tersebut ditambah dengan sisanya.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 27

Page 28: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

= Satu satuan luas

Luas persegi = panjang x lebar

Luas segitiga = ½ ( alas x tinggi )

2.5.1.2. Cara Numeris

A. Dengan menggunakan angka-angka yang menyatakan jarak

Bila bentuk lahan cukup sederhana, maka perhitungan luas dapat

dilakukan secara konvensional, yaitu dengan membagi daerah tersebut menjadi

bentuk-bentuk seperti segitiga, trapesium, atau jika memungkinkan berbentuk

persegi, dengan berpedoman pada grafis ukur yang dibuat pada peta melintasi area

yang akan ditentukan luasnya. Bentuk segitiga dan trapesium merupakan bentuk

dasar yang relatif mudah dihitung luasnya.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 28

Page 29: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan gambar :

L1 = luas segitiga ABB’ = ½ ( AB’ x BB’ )

L2 = luas trapesium BCC’B’ = ½ ( BB’ + CC’ ) x ( B’C’ )

L3 = luas segitiga CC’D = ½ ( C’D’ x CC’ )

L4 = luas segitiga CD’D = ½ ( DD’ x C’D’ )

L5 = luas trapesium DEE’D’ = ½ ( EE’ + DD’ ) x E’D’

L6 = luas trapesium EFF’E’ = ½ ( EE’ + FF’ ) x ( E’F’ )

L7 = luas segitiga AFF’ = ½ ( AF’ x BF’ )

= garis bantu

= garis tepi area yang akan dihitung luasnya

Maka :

Luas area ABCDEF = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 + L7

B. Dengan menggunakan koordinat titik batas

Perhitungan luas dengan menggunakan koordinat titik-titik batas daerah

yang telah diukur atau diketahui posisinya dapat dilakukan dengan mengukur

batas daerah tersebut sebagai suatu poligon. Batas daerah itu diukur oleh

theodolite dengan menggunakan suatu titik tertentu terhadap suatu salib sumbu

YOX yang tertentu pula.

Perhitungan luas didapat dengan memproyeksikan luas terhadap sumbu X

dan sumbu Y. Maka perhitungan luas area tersebut dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Diproyeksikan terhadap sumbu X

Luas = [ (Xn - Xn-1).(Yn + Yn-1) ]

Setelah diuraikan, variabel X dan Y yang mempunyai koefisien yang sama

akan saling mengeliminir akan diperoleh rumus :

2.Luas = [ (Xn) . (Yn+1) ] – [ (Xn+1) . (Yn) ]

Diproyeksikan terhadap sumbu Y

2.Luas = [ ( Xn + Xn-1 ).( Yn + Yn-1 ) ]

Setelah diuraikan, variabel X dan Y yang mempunyai koefisien yang sama

akan saling mengeliminir akan diperoleh rumus :

2.Luas = [ (Xn) . (Yn+1) ] – [ (Xn+1) . (Yn) ]

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 29

Page 30: Laporan Survey Rekayasa

D1L1D2L2D3L3D1L1

Tanda positif Tanda negatif

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan gambar :

X , Y : sumbu koordinat

D1, D2, D3 : jarak masing-masing titik segitiga terhadap sumbu Y

L1, L2, L3 : jarak masing-masing titik segitiga terhadap sumbu X

Berdasarkan gambar 2.6 di atas, maka dapat disusun rumus perhitungan

luas sebagai berikut :

Luas segitiga ABC = luas trapesium 1AB2 + luas trapesium 2BC3 – luas

trapesium 1AC3

Luas segitiga ABC = [ ½ ( L2 + L3 ) x (D3 – D2 ) ] + [ ½ ( L3 + L1 ) x

( D1 – D3 ) ] – [ ½ ( L2 + L1 ) x ( D1 - D2 ) ]

Maka 2 x luas segitiga :

= ( L2 + L3 )( D3 – D2 ) + ( L3 + L1 )( D1 – D3 ) - ( L2 + L1 )( D1 - D2 )

= L2D3 – L2D2 + L3D3 – L3D2 + L3D1 – L3D3 + L1D1 – L1D3 – L2D1 + L2D2 – L1D1 + L1D2

= L1D2 + L2D + L3D1 – L1D3 – L2D1 – L3D2

= ( D1L3 + D2L1 + D3L2 ) – ( D1L2 + D2L3 + D3L1 )

Hasil akhir ini akan mudah diingat dengan menyusunnya sebagai berikut:

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 30

Page 31: Laporan Survey Rekayasa

w

C

D

cs cs

Permukaan tanah asli

CL

Permukaan tanah rencana

Level Section (Penampang Mendatar)

s1

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

C. Dengan menggunakan profil atau penampang tanah

Metode Trapesium

Keterangan :

I, II,… : Menunjukkan urutan trapesium

H1, H2,… : Elevasi masing-masing titik pada profil melintang

Rumus perhitungan luas penampang tanah tersebut adalah :

Luas = ½ w ( H1 + H7 + 2H2 + 2H3 + 2H4 + 2H5 + 2H6 )

Metode Simpson

Penampang tanah pada gambar 2.7 di atas juga dapat dihitung dengan

menggunakan metode simpson, dengan cara mengalikan 1/3 jarak antar

ordinat dengan jumlah ordinat awal dan ordinat akhir, kemudian ditambah

4 kali penjumlahan ordinat yang genap dan ditambah 2 kali penjumlahan

ordinat ganjil.

Rumus perhitungan luas penampang tanah tersebut adalah :

Luas = 1/3 w ( h1 + h7 ) + 4( h2 + h4 + h6 ) + 2( h3 + h5 )

Level Section ( Penampang Mendatar )

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 31

Page 32: Laporan Survey Rekayasa

CL

A

B CDl Dr

w

c

1s

hl

hr

Penampang Tingkat Tiga

L1L2

L3

L4

Permukaan tanah rencana

Permukaan tanah asli

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan gambar :

W : Lebar puncak galian / timbunan

D : Lebar dasar galian / timbunan

s : Perbandingan kemiringan ( 1 : s )

c : Kedalaman galian / timbunan

: Center line

Rumus yang digunakan untuk perhitungan luas penampang mendatar ini adalah

sebagai berikut :

D = cs + w + cs

D = 2cs + w

L = [ ( D + w )/2 ] x c

L = ( cs + w ) x c

Three Level Section ( Penampang Tingkat Tiga )

Rumus yang digunakan untuk perhitungan luas pada penampang tingkat tiga

adalah sebagai berikut :

x = ( hr x s )

y = ( hl x s )

Dr = x + w/2 = ( hr x s ) + w/2

Dl = x + w/2 = ( hl x s ) + w/2

L1 = ½ ( w/2 + hl ) = ( w/4 + hl )

L2 = ½ ( w/2 + hr ) = ( w/4 + hr )

L3 = ½ ( c + Dr ) = ( c/4 + Dr )

L4 = ½ ( c + Dl ) = ( c/4 + Dl )

Total luas = L1 + L2 + L3 + L4

Section dengan Kemiringan yang Diketahui ( 1 : n )

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 32

Page 33: Laporan Survey Rekayasa

A

B C

D

E

GH F

c crcl

w

wl wr

xy

y

x

1

s

1 : N

Penampang dengan Kemiringan yang Diketahui

J

K

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat disusun rumus perhitungan luas sebagai

berikut :

Dalam segitiga ABJ, y/wl = 1/2 ,maka y = wl/2 dan dalam segitiga AHJ, x/wl = 1/5 ,

maka x = wl/5.

cl = ( y + x ) = [ wl/2 ] + [ wl/5 ]

= [ 5wl + 2wl ] : [ 5 x 2 ]

= [ wl x ( 5 + 2 ) ] : [ 5 x 2 ]

Memasukkan s untuk mengganti 2 dan N untuk mengganti 5, hal ini menunjukan

bahwa :

cl = wl . [ ( N + S )/NS ]

dan wl = cl . [ NS/( N + S ) ]

Demikian juga pada segitiga KDC, y/wr = 1/2 ,maka y = wr/2 dan dalam segitiga

GDK, x/wr = 1/5 ,maka x = wr/5.

cr = ( y – x ) = [ wr/2 ] - [ wr/5 ]

= [ 5wr - 2wr ] : [ 5 x 2 ]

= [ wr x ( 5 - 2 ) ] : [ 5 x 2 ]

Memasukkan s untuk mengganti 2 dan N untuk mengganti 5, hal ini menunjukan

bahwa :

cr = wr . [ ( N - S )/NS ]

dan wr = cr . [ NS/( N - S ) ]

Rumus umum: jarak horizontal = jarak vertikal x [ ( N x S )/( N ± S ) ]

Total luas = luas trapesium HGCB + luas segitiga GDC + luas segitiga ABH

= ( c x w ) + ( cr/2 x wr ) + ( cl/2 x wl )

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 33

Page 34: Laporan Survey Rekayasa

Alat Planimeter

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2.5.1.3. Cara Mekanis

Untuk menentukan luas dengan metode mekanis digunakan suatu cara planimetris

dengan bantuan alat planimeter. Alat ini dapat menentukan luas sekalipun

bentuknya tidak beraturan. Prinsip kerja dari planimeter adalah selisih luas tanah

yang dilukis oleh dua ujung tongkat yang bergerak di bidang datar.

Planimeter dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Planimeter dengan model indeks yang tetap

2. Planimeter dengan tongkat bergelinding

Kedua model planimeter tersebut terdiri dari sebuah lengan panjang yang tetap

yang disebut lengan polar. Lengan polar ini dikaitkan dengan sebuah kutub blok

P yang tetap, sehingga blok P ini bergerak menjadi tumpuan dari pola pengukuran

luas. Bagian kedua adalah sebuah pengikut jejak yang membawa sebuah titik

telusur dan titik ini dapat bergerak ke segala arah. Bagian yang menghubungkan

kedua lengan tersebut yaitu mesin kecil dengan roda yang berputar di bawahnya.

Alat ini akan menunjukkan jumlah atau besar putaran yang dilakukan nantinya.

Besar dari luas daerah yang diukur tersebut hanya dapat ditentukan yaitu bila titik

telusur telah kembali ke titik awal.

2.5.2. Perhitungan Volume

Yang dimaksud perhitungan volume disini adalah perhitungan volume

rencana pekerjaan galian atau timbunan tanah. Perhitungan ini pada dasarnya

merupakan masalah geometri benda padat. Pekerjaan galian dan timbunan juga

dilakukan berdasarkan potongan melintang yang mempunyai interval sama (100,

200, 300, …). Demikian pula rentangan garis tengah juga belum tentu sama

panjang, baik kiri maupun kanan, sehingga untuk setiap potongan melintang akan

didapatkan beberapa bentuk luasan. Jadi luas penampang yang satu belum tentu

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 34

Page 35: Laporan Survey Rekayasa

110120130

Perhitungan Volume Berdasarkan Garis Kontur

A1

A2M

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

sama dengan yang lain. Untuk menghitung volume tersebut digunakan rumus-

rumus pendekatan/taksiran sesuai dengan model permukaan serta tingkat

ketelitiannya.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung volume, yaitu :

2.5.2.1. Perhitungan Volume Berdasarkan Garis Kontur

Perhitungan volume dari lokasi yang dibatasi atau berdasarkan dasar data-

data garis kontur.

Keterangan gambar :

: Garis kontur

110, 120,… : Elevasi / ketinggian

Rumus perhitungan volume berdasarkan garis kontur :

Jika hanya terdiri dari dua penampang :

V = 1/2 .( A1 + A2 ) x I

Jika terdiri lebih dari dua penampang :

V = 1/3 .I ( A1 + 4A2 + A3 )

Jika garis konturnya lebih banyak lagi maka :

V = 1/3 .I (A1 + A5 + 2A3 + 4(A2 + A4 ))

Keterangan rumus :

V : volume

A1,A2,….: luas daerah pada masing-masing penampang

I : interval garis kontur / jarak antar profil

2.5.2.2. Perhitungan Volume Dengan Rumus Prismoida

Metode prismoida adalah metode yang menunjukkan bahwa suatu benda

padat itu dibatasi oleh dua bidang sejajar pada bagian atas dan bawahnya serta

dibatasi beberapa bidang datar di sekelilingnya.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 35

Page 36: Laporan Survey Rekayasa

A1

M

A2 d

Perhitungan Volume Dengan Metode Prismoida

A5

A1

A2

A3

A4

d0

25

50

75100

Perhitungan Volume Dengan Metode Simpson

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Rumus perhitungan volume dengan menggunakan metode prismoida :

V = ( 1/3 x d/2 ) x ( A1 + A2 + 4M )

V = d/6 .( A1 + A2 + 4M )

Keterangan rumus :

V : volume

A dan M : luas daerah

d : jarak antar profil

2.5.2.3. Perhitungan Volume Dengan Rumus Simpson

Pada metode simpson ini, penampang melintang dibagi menjadi potongan

dalam bagian yang sama dan dalam jumlah yang ganjil minimal tiga buah

potongan melintang.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 36

Page 37: Laporan Survey Rekayasa

A B

D E

G

C

F

H I

1 2

3 4

2.00 3.00

4.00 2.00 1.00

1.00

2.00 3.00 2.00

10 m

8 m

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Rumus perhitungan volume dengan menggunakan metode simpson :

V = d/3 [ A1 + A5 + 2A3 + 4( A2 + A4)]

Keterangan rumus :

V : volume

A1, A2,… : luas daerah

d : jarak antar profil

2.5.2.4. Perhitungan Volume Berdasarkan Titik Tinggi ( Spot Height )

Prinsip perhitungan volume timbunan atau galian dengan data titik-titik

tinggi yang diketahui, dapat dirumuskan sebagai berikut :

V = Hr x A

Keterangan rumus :

V : volume

Hr : tinggi rata-rata

A : luasan yang dibatasi titik tinggi

Dari data diatas dapat dihitung volume pada luasan 1:

Hr = ¼ (2.00 + 3.00 + 4.00 + 2.00)

= 2,75 m

V = 2,75 m x (10 m x 8 m )

= 220 m3

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 37

Page 38: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2.6. Program AutoCAD

Program ini merupakan suatu kelengkapan dari sistem pengolahan ini

karena secara umum pengukuran dilapangan pada akhirnya akan ditampilkan

dalam bentuk gambar ataupun peta. Sehingga diperlukan suatu program berupa

program CAD/CAM.

Adapun perintah-perintah yang sering dipakai dan digunakan dalam

praktikum ini antara lain :

LINE adalah Perintah ini merupakan perintah dasar dalam program

AutoCAD yakni perintah untuk membuat garis lurus.

ERASE adalah perintah untuk menghapus sebagian maupun

keseluruhan dari gambar yang dibuat.

ZOOM adalah perintah untuk menampilkan gambar dalam skala

tertentu

TRIM adalah perintah memotong dan menghapus suatu objek dengan

terlebih dahulu menentukan batasan daerah yang akan dihapus.

EXTEND adalah kebalikan dari perintah TRIM, yakni untuk

memanjangkan suatu objek gambar sehingga suatu batasan tertentu

BLOCK adalah perintah untuk membuat suatu grup dari sekumpulan

objek yang akan dipakai dalam proses selanjutnya seperti penghapusan

ataupun pengkopian.

INSERT adalah perintah untuk memanggil dan menempatkan suatu

BLOCK yang sudah ditentukan.

ROTATE adalah perintah untuk memutar suatu objek dalam besaran

tertentu terhadap suatu titik acuan( BASE POINT ).

TEXT adalah perintah untuk menampilkan dan menyisipkan suatu

deretan huruf atau angka dalam gambar

COLOR adalah perintah untuk memberikan warna terhadap objek.

SCALE adalah perintah untuk merubah tampilan dalam skala tertentu.

SCRIPT adalah perintah yang digunakan untuk memanggil suatu file

berextensi SCR yang berisi kumpulan perintah-perintah tunggal dalam

suatu proses penggambaran.

Dan lain-lain.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 38

Page 39: Laporan Survey Rekayasa

AUTOCAD

PEMANGGILAN FILE SCR DENGAN RUN SCRIPTPENGGAMBARAN DILAYAR MONITOR

KARTOGRAFI GAMBAR DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

DIAGRAM PROSES PENGGAMBARAN

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 39

Page 40: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Pengukuran Poligon

Tujuan praktikum : Untuk menentukan posisi titik-titik poligon yang akan

dijadikan sumbu proyek pada jalur jalan yang akan

dibuat.

Alat yang digunakan :

1. Theodolite

2. Rambu ukur

3. Statif

4. Jalon

5. Patok kayu dan paku payung

6. Payung

Langkah kerja :

1. Sebelum dilakukannya pengukuran, lakukanlah pengecekan terhadap

kondisi lapangan yang akan diukur untuk menentukan jalur

pengukuran. Memasang titik-titik poligon sebagai kerangka dasar

pemetaan untuk mempermudah pelaksanaan praktikum. Dalam

pemasangan titik poligon hendaknya posisi titik-titik poligon saling

terlihat dan tidak terhalang oleh apapun yang dapat mengganggu

proses pengukuran karena titik-titik poligon ini akan dijadikan tempat

berdiri alat saat pengukuran titik detail. Dalam praktikum survei

rekayasa ini, digunakan 4 buah titik poligon dengan 3 ruas garis

poligon dengan masing-masing jarak 50 m- 100 m dan sudut antar titik

poligon sebesar 110o – 150o.

2. Dirikan alat ukur theodolite pada titik ITN 009 dan lakukan pengaturan

alat theodolite (centering optis, nivo kotak dan nivo tabung) sebagai

persyaratan supaya alat siap digunakan.

3. Mengarahkan teropong dan bidiklah (mengepaskan posisi benang

silang pada teropong) jalon yang didirikan di atas BM 008 (sebagai

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 40

Page 41: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

backsight) dan mengatur bacaan sudut horizontal pada bacaan

00o00’00’’ dalam keadaan bacaan biasa (B).

4. Memutar alat dan membidik paku payung pada patok P1 kemudian

lakukan pembacaan sudut horizontal dalam keadaan biasa (B).

5. Mengubah keadaan alat pada posisi luar biasa (LB) dan bidiklah paku

payung pada patok P1 dan kemudian pada BM1 serta lakukan

pembacaan sudut horizontalnya dan catatlah datanya sebanyak dua seri

rangkap.

6. Pindahkan alat di atas patok P1 dan lakukan pengaturan alat seperti

langkah 2.

7. Lakukan pengukuran sudut horizontal seperti langkah kerja di atas

untuk titik-titik berikutnya sebanyak dua seri rangkap, yaitu titik-titik

(BM009-P1-P2), ( P1-P2-P3), ( P2-P3-P4 ).

Gambar Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Keterangan gambar :

BM : Titik tetap (Bench Mark)

A – D : Titik poligon

DBM1….DP4 : Jarak sisi poligon

S1…….S4 : Sudut horizontal

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 41

Page 42: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

3.2. Pengukuran Waterpass

Tujuan praktikum : Untuk menentukan beda tinggi antara dua titik BM

dan antar titik patok serta titik-titik detail lainnya.

Alat yang digunakan :

1. Waterpass Wild NA 28 No.741496

2. Rambu ukur

3. Statif

4. Unting-unting

5. Rollmeter

6. Payung

3.2.1. Pengukuran Waterpass Memanjang

Pengukuran waterpass memanjang dilakukan dengan cara waterpassing

memanjang pergi pulang dan pengukuran dilakukan dari titik BM 009

sampai dengan titik BM 004.

Ketelitian pengukuran yang disarankan adalah 8D mm, dimana D

merpakan jumlah jarak pengukuran pergi pulang dalam satuan kilometer.

Langkah kerja :

1. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapannya untuk pengukuran.

2. Membagi jalur pengukuran menjadi beberapa slag.

3. Dirikan alat ukur waterpass di antara dua buah rambu ukur yang

jaraknya hampir sama yaitu di antara rambu ukur belakang di BM 009

dengan rambu ukur muka di patok A.

4. Lakukan pengaturan alat ukur waterpass untuk pengukuran waterpass

memanjang pergi, lalu bidik dan bacalah bacaan benang atas, benang

tengah, benang bawah pada rambu ukur belakang dan catatlah.

5. Putar dan arahkan teropong waterpass untuk membidik rambu ukur

muka di patok A kemudian baca dan catatlah pembacaan benang

silangnya.

6. Lakukanlah kontrol bacaan rambu ukur dengan rumus :

bt = ( ba + bb ) : 2

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 42

Page 43: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

keterangan rumus :

bt : benang tengah

ba : benang atas

bb : benang bawah

7. Setelah semua titik poligon terukur, maka pengukuran waterpass

memenjang pergi sudah selesai. Kemudian dilanjutkan dengan

pengukuran waterpass memenjang pulang dengan cara mendirikan alat

pada slag antara titik patok BM 004 dan titik P4.

8. Bidik rambu ukur dengan posisi rambu ukur di patok BM 004 sebagai

rambu belakang dan rambu ukur di titik P4 sebagai rambu muka,

kemudian catat hasil pengukurannya dan dikontrol seperti cara yang

telah dijelaskan di atas.

9. Pindahkan alat pada slag berikutnya untuk melanjutkan pengukuran

waterpass memanjang pergi-pulang. Lakukan pengukuran hingga titik

terakhir sesuai dengan jalur pengukurannya seperti cara yang telah

dijelaskan di atas (point 3 sampai 8).

10. Hitunglah beda tinggi (h) untuk setiap titik poligon dan jumlahkan

pada masing-masing pengukuran pergi dan pulang, sehingga diketahui

selisih antara pengukuran waterpass memanjang pergi dengan pulang

yang harus masuk batas toleransi yang telah ditentukan.

Gambar Waterpassing Pulang Pergi

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 43

Page 44: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan gambar :

B : Bacaan benang tengah rambu belakang

M : Bacaan benang tengah rambu muka

ITN 009, P1, P2,….ITN 004 : Titik tempat rambu didirikan

1 slag : 1 kali berdiri alat

3.2.2. Pengukuran Waterpass Profil

3.2.2.1.Pengukuran Waterpass Profil Memanjang

Tujuan praktikum : Untuk mengetahui profil tanah secara memanjang

pada suatu tempat.

Alat yang digunakan :

1. Waterpass Wild NA 28

2. Rambu ukur

3. Rollmeter

4. Statif

5. Unting-unting

6. Payung

Langkah kerja :

1. Dirikan alat ukur waterpasss di luar jalur pengukuran (misalkan posisi

alat I) dan atur alat sesuai dengan syaratnya.

2. Membagi panjang jalur pengukuran dengan ukuran 10 m (setiap slag)

3. Bidik dan baca bacaan benang silang pada rambu ukur di titik P1

sebagai bacaan rambu ukur belakang, dan rambu ukur dititik A sebagai

bacaan rambu ukur muka.

4. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar Waterpass Profil Memenjang

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 44

Page 45: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Keterangan gambar :

P1, A, B,… : Titik-titik patok sepanjang jalur poligon (center line)

I, II : Tempat berdiri alat di luar jalur pengukuran

rb : Rambu belakang

rm : Rambu muka

5. Selanjutnya pindahkan alat pada posisi II dan pengukuran dilanjutkan

dengan melakukan pembidikan pada rambu ukur pada titik patok B

sebagai titik ikat dan dibaca sebagai rambu belakang dan catat hasil

pengukurannya.

6. Kemudian untuk pembacaan rambu berikutnya sama dengan cara yang

telah dijelaskan sebelumnya.

7. Lakukan pengukuran waterpass profil memanjang terhadap titik

patok yang telah dibuat pada jalur pengukuran hingga titik P4 dengan

cara yang sama seperti cara di atas.

8. Ukurlah tinggi masing-masing patok pada jalur pengukuran untuk

digunakan pada proses perhitungan beda tinggi.

3.2.2.2.Pengukuran Waterpass Profil Melintang

Tujuan praktikum : untuk mengetahui profil tanah secara melintang pada

suatu tempat tertentu.

Alat yang digunakan :

1. Waterpass Wild NA 28

2. Rambu ukur

3. Jalon

4. Statif

5. Unting-unting

6. Payung

Langkah kerja :

1. Dirikan waterpass di atas patok P1 dan atur sesuai persyaratannya,

kemudian lakukan pelurusan terhadap patok berikutnya (titik A)

dengan cara mengarahkan teropong waterpass ke arah patok tersebut

dengan bantuan jalon, setelah itu putarlah waterpass 90o ke kanan.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 45

Page 46: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2. Bidik dan bacalah rambu ukur yang didirikan di depan teropong

tersebut pada tiap-tiap profil tanah yang berbeda (sebesar 0,5 m) jarak

maksimal 10 meter di sebelah kanan kiri jalur poligon (ditandai

dengan angka yang mengikuti nama titik profil sebelah kiri).

3. Putarlah teropong sebesar 180o dan lakukan pembacaan rambu ukur

pada tiap-tiap profil tanah yang berbeda (sebesar 0,5 m) jarak

maksimal 10 meter di sebelah kanan kiri jalur poligon (ditandai

dengan huruf yang mengikuti nama titik profil sebelah kanan).

4. Untuk pengukuran pada titik poligon yang membentuk sudut maka

pengukuran profil melintang dilakukan sampai menenmpuh jarak

maksimal 20 meter ke kiri dan ke kanan. Sedangkan teropong

diarahkan sebesar setengah dari sudut antara dua ruas poligon yang

bersangkutan.

5. Dengan cara yang sama lakukan pengukuran profil melintang pada

setiap titik patok sebagai sumbu proyek hingga mencapai titik poligon

terakhir.

Gambar Profil Melintang Pada Sumbu Proyek

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 46

Page 47: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Gambar Waterpass Profil Melintang Pada Setiap Patok

Keterangan gambar :

A,B,C,…. : Titik poligon

A1, A2, A3,….. : Titik patok pada setiap ruas poligon

1, 2, 3, 4,….. : Irisan melintang titik detail di sebelah kiri center

line/sumbu proyek

a, b, c, d,….. : Irisan melintang titik detail di sebelah kanan center

line/sumbu proyek

TI : Tinggi instrumen

: Patok

: Permukaan tanah

: Rambu ukur

6. Tinggi instrumen pada setiap berdiri alat harus diukur untuk digunakan

pada proses perhitungan selanjutnya.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 47

Page 48: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

4.1. Perhitungan Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Dalam pekerjaan survey rekayasa disini menggunakan pengukuran

Poligon Terbuka Terikat Sempurna. Sedangkan perhitungan data poligon terbuka

terikat sempurna menggunakan Microsoft Excel adalah sebagai berikut:

a. Data Poligon

Titik Sdt. Hz Jarak

BM008 0° 0’ 0” -

ITN009 159° 53’ 30” 17.93

P1 217° 33’ 24” 59.77

P2 129° 57’ 01” 79.81

P3 130° 11’ 00” 60.00

P4 240° 55’ 47.5” 30.55

ITN 004 126° 52’ 54” -

ITN 002

Adapun data – data tambahan untuk dapat melakukan perhitungan poligon

tersebut adalah :

Jumlah titik : 4

Azimuth awal : 11049’17”

XITN 008 : 680009.220

YITN 008 : 9124502.633

HITN 008 : 523.310

XITN 009 : 680066.426

YITN 009 : 9124480.878

HITN 009 : 523.132

XITN 004 : 680266.459

YITN 004 : 9124523.708

HITN 004 : 520.676

XBM2 : 680300.817

YBM2 : 9124576.201

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 48

Page 49: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

HBM2 : 519.816

Pengolahan data diatas dilakukan dengan menggunakan program

microsoft excel hasil perhitungannya terlihat pada tabel sebagai berikut :

∑D = 248.06

fx = ∑fx = 0.072

fy = ∑fy = -0.099

fl = √fx2 + fy2

Ketelitian = 1/∑D = 1/246.20 = 2031.948

4.2. Perhitungan Waterpass

4.2.1. Pengukuran Waterpass Profil

Didalam pengukuran waterpass profil yang digunakan pada pengukuran

survey rekayasa adalah sebagai berikut :

4.2.1.1.Perhitungan Waterpass Profil Memanjang

1. Perhitungan Jarak

D = (Benang Atas – Benang Bawah) * 100

2. Perhitungan Beda Tinggi

h = Benang Tengah Belakang – Benang Tengah Muka

3. Perhitungan Elevasi

H = Elevasi Awal + h

4. Perhitungan toleransi kesalahan pada pengukuran waterpass pergi-

pulang Rumus = 10√Σd

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 49

Page 50: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Dalam hal ini, jumlah jarak (Σd) dalam satuan Km.

Susunan data profil memanjang setelah dilakukan perhitungan dengan

menggunakan Microsoft Excel adalah :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 50

Page 51: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.2.1.2.Perhitungan Waterpass Profil Melintang

Input data profil melintang adalah :

Pada STA 00+000

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 51

Page 52: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3. Perhitungan Perencanaan Kurva

Dalam perhitungan kurva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurva

horisontal dan kurva vertikal. Hasil dari perhitungan kedua kurva tersebut

dapat digunakan dalam perencanaan Elevasi Center Line (CL) badan jalan.

4.3.1. Perhitungan Kurva Horizontal

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 52

Page 53: Laporan Survey Rekayasa

q1 q2EV

STA 00+100STA 00+000 STA 00+200

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3.2. Perhitungan Kurva Vertikal

Kelandaian Kurva Vertikal : g = (H Tengah – H Rencana )/DP1-I

Konstanta Elevasi : X = (q2 – q1)/ 2L

4.3.2.1.Staking Out Kurva Vertikal

STA(00+000) sampai STA 00+200

L = 274 m

Elevasi Awal = 521.750 m

Elevasi Tengah = 521.750 m

Elevasi Akhir = 521.000 m

q1 =

Etengah−Eawal

1/2×L =

521 .750-521. 750 1/2×274

=0.00

q2 =

Eakhir−Etengah1/2×L =

521 .000−521 .750 1/2×274 = -0.075

X =

q 2−q 12 L =

=-0 .075−02×274

=-0.00014

EV =

X∗L800

=-0 .00547445800

=-0 . 000046875

Hitungan elevasi perencanaan tiap 10 m :

H = HTengah + (q1 * n) + (((q2-q1)/(2*L))*n2)

STA 00+000 = 521.750 + ((0.00) * 02)

= 521.750 m

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 53

Page 54: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Adapun hasil keseluruhan perhitungan kurva vertikal dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 54

STA JARAK ELEVASI

00+000 0 521.750

00+010 10 521.750

00+020 20 521.750

00+030 30 521.750

00+040 40 521.750

00+050 50 521.750

00+060 60 521.750

00+070 70 521.750

00+080 80 521.750

00+090 90 521.750

00+100 100 521.750

00+110 110 521.650

00+120 120 521.600

00+130 130 521.525

00+140 140 521.450

00+150 150 521.375

00+160 160 521.300

00+170 170 521.225

00+180 180 521.150

00+190 190 521.075

00+200 200 521.000

Page 55: Laporan Survey Rekayasa

B

T T1

A C

C

V

/2 /2

R R

OKurva Horizontal

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3.3 Perhitungan Kurva Horisontal

4.3.3.1.Kurva I Horizontal

Diketahui :

Panjang Tangent = 20 meter

titik P1-P2 = 125 16’ 00”

titik P2-P3 = 75 12’ 56”

1. Sudut Defleksi (θ)

θ = α P1-P2 - α P2-P3

=126 51’ 32” - 75 12’ 49”-

= 50 03’ 04”

2. Jari-jari

R =

T 1T 2

tan1

=

20tan1 /2×50 03' 04 } } } {¿

¿¿= 42.8401 meter

3. Panjang Tali Busur

T1T2 = 2R * sin ½ θ

= 2 (42.8401) sin ½ (50 03’ 04”)

= 37.42278067 meter

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 55

Page 56: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3.3.1.1. Perhitungan Kecepatan

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

V = √ R ( 127 ( emr + fm ))

Dimana :

V = Kecepatan

R = Jari – jari

e = Kemiringan badan jalan

Data yang di ketahui :

R = 45.78865387 m

Emr = 0.05%

fm = 0.160

Data perhitungannya :

V = √45 . 78865387 ( 127 ( 0.05%+ 0.160 ))

= 137.9296695 km/ jam

4.3.3.1.2. Perhitungan Panjang Tikungan Peralihan (Ls)

Panjang lengkung peralihan (Ls), nenurut Tata Cara Perencanaan

Geometeri Jalan Antar Kota, 1997, berdasarkan waktu tempuh

maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan, yaitu :

Ls=V R

3 . 6T

Dimana :

T = waktu tempuh = 3 detik.

Гe = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan,

sebagai berikut :

Untuk VR ≤ 70 km/jam Гe mak=0.035 m/m/det

Untuk VR ≥ 80 km/jam Гe mak=0.025 m/m/det

Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Diketahui :

T = 3 detik

VR = 30 km/jam

Perhitungan :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 56

Page 57: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Ls=

V R

3 . 6T=30

3 . 63=25

m

Maka dari persamaan diatas didapatkan Panjang Lintang Peralihan (Ls)

sebesar 25m.

4.3.3.1.3. Perhitungan Kemiringan Badan Jalan

Dalam perhitungan Kemiringan Badan Jalan, rumus yang digunakan

adalah :

En = 0.02 + ( emax – 0.02 )

90

dimana :

en = Kemiringan badan jalan

emax = Kemiringan badan jalan max

θ = Sudut defleksi

Data di ketahui sebagai berikut :

emax = 0.10%

= 5003’04”

Data perhitungannya :

en = 0.02 + ( 0.10% – 0.02 ) 5003’04”

90

en = 0.05 %

4.3.3.1.4. Perhitungan Kemiringan Badan Jalan

Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah :

emr = 0.02 + ( emax – 0.02 )

90

dimana :

emr = Kemiringan badan jalan

emax = Kemiringan badan jalan max/ min

= Sudut defleksi

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 57

Page 58: Laporan Survey Rekayasa

I

T T1

A B

C

V

/2 /2

R R

O

Kurva Horizontal

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Data di ketahui sebagai berikut :

emax = 0.10%

= 5003’04”

Data perhitungannya :

emr = 0.02 + ( 0.10% – 0.02 ) 5003’04”

90

emr = 0.05%

4.3.3.2. Perhitungan Staking Out Kurva II Horizontal

Diketahui :

Panjang Tangent = 40 meter

titik P2-P3 = 75 12’ 56”

titik P3-P4 = 2851’46”

1. Sudut Defleksi (θ)

θ = P2-P3 - P3-P4

= 7512’56’’ - 2523’50”

= 49º 49’ 6’’

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 58

Page 59: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

2. Jari-jari (R)

R =

T 1T 2

tan1

=

20

tan12

. 49º 49' 6''

= 43.06841034 m

3. Panjang Tali Busur

T1T2 = 2R * sin ½ θ

= 2*43.06841034 * sin ½ 49º 49’ 6’’

= 37.44724669 m

4.3.3.2.1. Perhitungan Kecepatan

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

V = √ R ( 127 ( emr + fm ))

Dimana :

V = Kecepatan

R = Jari – jari

emr = Kemiringan badan jalan

Data yang di ketahui :

R = 43.06841034 m

emr = 0.05%

fm = 0.160

Data perhitungannya :

V = √37 . 44724669 ( 127 ( 0.05% + 0.160 ))

= 124.7351069 km/ jam4.3.3.2.2. Perhitungan Kemiringan Badan Jalan

Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah :

emr = 0.02 + ( emax – 0.02 )

90

dimana :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 59

Page 60: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

emr = Kemiringan badan jalan

emax = Kemiringan badan jalan max/ min

= Sudut defleksi

Data di ketahui sebagai berikut :

emax = 0.10%

= 49º 0’ 3’’

Data perhitungannya :

emr = 0.02 + ( 0.10% – 0.02 ) 49º 49’ 6’’

90

emr = 0.05%

4.3.4. Desain Badan Jalan Pada Kurva I dan II

4.3.4.1.Desain badan jalan normal

Terdapat pada titik stationing :

STA 00 + 000 - STA 00 + 010, STA 00+020, dan STA 00+030 –

STA 00+040

Contoh hitungan:

STA 00 + 000

Center line (HCL) = 521.750

H1,H4,H5,dan H8 = HCL + ( -e * d )

= 521.750+ ( -0.03 )

= 521.720

H2,H3,H6,dan H7 = H1,H4, H5,atau H8 + (-0,5)

= 521.220 – 0.5

= 520.720

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 60

Page 61: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3.4.2.Desain badan jalan masuk tikungan 1/4

Untuk tikungan ke kanan terdapat pada titik stationing :

STA 00+040

Contoh hitungan :

STA 00+040

Center line (HCL) = 521.750

H1 dan H4 = 521.750

H2 dan H3 = H1 atau H4 + (-0,5)

= 521.750 – 0,5

= 521.250

H5 dan H8 = HCL+ ( -e x d )

= 521.750 + (-0,03 )

= 521.450

H6 dan H7 = H5 atau H8 + (-0,5)

= 521.450 – 0,5

= 520.950

Untuk tikungan ke kiri terdapat pada stasioning :

STA 00+050

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 61

Page 62: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

Contoh hitungan :

STA 00+050

Center line (HCL) = 521.750

H5 dan H8 = 521.750

H6 dan H7 = H5 atau H8 + (-0,5)

= 521.750 – 0,5

= 521.250

H1 dan H4 = HCL+ ( -e x d )

= 521.250 + (-0,03 )

= 521.220

H2 dan H3 = H1 atau H4 + (-0,5)

= 521.220 – 0,5

= 520.720

4.3.4.3.Desain badan jalan masuk tikungan 3/4

Untuk tikungan ke kanan terdapat pada titik stationing :

STA 00+060 dan STA 00+070

Contoh hitungan :

STA 00 + 060

Center line (HCL) = 521.750

H1 dan H4 = HCL + ( + e * d )

= 521.750 + ( 0.04 )

= 521.790

H5 dan H8 = HCL + ( -e * d )

= 521.790+ (-0.04 )

= 521.750

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 62

Page 63: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

H2 dan H3 = H1 atau H4 + ( -0,5 )

= 521.750 – 0,5

= 521.250

H6 dan H7 = H5 atau H8 + (-0,5)

= 521.750 – 0,5

= 521.250

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 63

Page 64: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3.5. Perhitungan Luas Dan Volume

4.3.5.1.Perhitungan Luas Penampang

Dalam perhitungan luas pada penampang melintang dilakukan dengan cara

otomatis yaitu, langsung pada perangkat lunak AutoCad dengan

menggunakan perintah – perintah sebagai berikut :

Command : pedit (menjadikan garis–garis tunggal menjadi satu kesatuan

polygon) lalu dilanjutkan dengan memilih garis–garis tunggal

yang akan dijadikan satu kesatuan polygon.

Command : Area (menghitung luas daerah dari satu kesatuan polygon)

lalu dilanjutkan dengan memilih polygon yang akan

ditentukan luasnya.

Catatan : Skala Horisontal dan Vertikal pada gambar memanjang harus

sama.

Dari perhitungan luas penampang melintang dengan cara otomatis tersebut

diperoleh data–data luasan sebagai berikut :

STALUAS I

GALIAN (M2)

TIMBUNAN (M2)

00+000 19.4690 0.0000

00+010 6.2424 0.0000

00+020 5.7806 0.0000

00+030 0.0000 38.0878

00+040 1.4264 3.5976

00+050 0.0033 5.5417

00+060 0.3344 18.3025

00+070 3.8686 1.4816

00+080 0.4956 6.5128

00+090 3.3991 5.6353

00+100 0.8124 9.1714

00+110 0.0000 10.9638

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 64

Page 65: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

00+120 0.0000 22.5522

00+130 0.0000 21.6178

00+140 0.0000 60.2786

00+150 0.0000 21.5960

00+160 0.0000 18.9468

00+170 0.0000 21.9338

00+180 8.4300 1.1612

00+190 2.7301 8.7633

00+200 0.0000 23.7056

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 65

Page 66: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

4.3.5.2.Perhitungan Volume

Dalam Perhitungan Volume rencana dihitung dengan cara menggunakan

luas dari dua buah profil melintang dengan cara menjumlahkan secara

berurutan dengan rumus sebagai berikut :

V = 1/2D*(Luas Penampang I + Luas Penampang II)

contoh perhitungan Volume galian dan timbunan :

Galian

V000-010 = ½.10.( 29.4690 + 36.2424 )

= 328.577 m3

Timbunan

VA-A1 = ½. 10.( 0.000 + 0.8600 )

= 4.300 m3

Data selengkapnya didalam tabel sistematis Volume Galian dan

Timbunan, sebagai berikut :

STAVOLUME

GALIAN (M3) TIMBUNAN (M3)00+000 - 00+010 128.557 0.00000+010 - 00+020 60.115 0.00000+020 - 00+030 28.903 190.43900+030 - 00+040 7.132 208.42700+040 - 00+050 7.149 45.69700+050 - 00+060 1.689 119.22100+060 - 00+070 21.015 98.92100+070 - 00+080 21.821 39.97200+080 - 00+090 19.474 60.74100+090 - 00+100 21.058 74.03400+100 - 00+110 4.062 100.67600+110 - 00+120 0.000 167.58000+120 - 00+130 0.000 220.85000+130 - 00+140 0.000 409.48200+140 - 00+150 0.000 409.37300+150 - 00+160 0.000 202.71400+160 - 00+170 0.000 204.40300+170 - 00+180 42.150 115.47500+180 - 00+190 55.801 49.62300+190 - 00+200 13.651 162.345

  432.574 2879.970

4.3.5.3.Perhitungan Staking Out

Metode Panjang Busur :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 66

Page 67: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

- Titik 1 : X1 = R.Sin

Y1 = 2R.Sin2 ½

- Titik 2 : X2 = 2 Sin Y2 = 2R.Sin2

Jawaban :

Titik 1 : X1 = 42.8401 * sin 125’16’00”

= 42.8401 * 0.816473635

= 34.97781221

Y1 = 2 * 42.8401 * sin2 ½ 125’16’00”

= 87.5332 * 0.816473635

= 71.46854999

Titik 2 : X2 = 42.8401 * sin 75’12’56”

= 42.8401 * 0.966892705

= 41.42178019

Y2 = 2 *42.8401 * sin2 ½ 75’12’56”

= 85.6802 * 0.966892705

= 82.84356034

Metode Panjang Tali busur

Maka dengan adanya sudut ½ , didapat :

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 67

Page 68: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

T11` = k.Cos ½ dan 1`1 = k.Sin ½

T11` = 12.28498776 * cos ½ * 125’16’00”= 12.28498776 * 0.288691358

= -3.684549042

1`1 = 12.28498776 * sin ½ 125’16’00”

= 12.28498776 * 0.888083153= 10.91009066

Untuk menentukan tempat titik 2 diperlukan :

12` = k.Cos dan 2`2 = k.Sin

T2 12` = 12.28498776 * cos 75’12’56”

= 12.28498776 * 0.25518326

= 3.134923228

2`2 = 12.28498776 * sin 75’12’56”

= 12.28498776 * 0.966892705

= 11.878726505

BAB V

PENUTUP

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 68

Page 69: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum Survey Rekayasa maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengukuran tidak dapat dihindarkan terjadinya suatu kesalahan.

2. Untuk menentukan suatu perencanaan jalan raya dilakukan pekerjaan

levelling, agar mudah di dalam pekerjaan setting out.

3. Urutan kerja haruslah sistematis agar lebih mudah dalam pelaksanaan

maupun perhitungan.

4. Dari pekerjaan levelling dapat diketahui luasan maupun volume dari

galian dan timbunan tanah.

5. pekerjaan survei rekayasa diterapkan dalam rencana konstruksi untuk

pembuatan jalan raya, saluran air dan lain sebagainya yang

berhubungan erat dengan galian dan timbunan.

6. Dari hasil pengukuran, data hasil pengukurannya diolah (dimasukan

dalam suatu perhitungan) dan disajikan dalam bentuk peta.

5.2 Saran

Adapun saran yang kami berikan untuk memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang terjadi :

1. Adanya pengawasan terhadap jalannya praktikum agar kesalahan yang

terjadi dapat dielimir dengan segera.

2. Adanya pergantian alat-alat pengukuran yang lama dengan alat yang

memiliki presisi yang lebih baik agar hasil lebih maksimal dan

jumlahnya diperbanyak agar tidak berebut alat dengan kelompok yang

lain.

3. Tingkatkan kerjasama antar peserta.

DAFTAR PUSTAKA

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 69

Page 70: Laporan Survey Rekayasa

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

o Wongsotjitro S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

o Basuki Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

o Silvia Sukirman. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova.

Bandung.

o Catatan dan Diktat mata kuliah Survey Rekayasa Jalan Dan Gedung.

Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika 70