laporan kasus kulit

Upload: meli-ardianti

Post on 14-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus kulit

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS KULITTINEA PEDIS

DISUSUN OLEH:MELI ARDIANTI MUCHTARIDI406138039

KEPANITERAAN KULIT & KELAMIN RS HUSADA28 APRIL 31 MEI 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMINRUMAH SAKIT: RS HUSADA

Nama: Meli Ardianti Muchtaridi Tanda TanganNIM: 406138039

Dokter Pembimbing: dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK

I. Identitas PasienNama: Ny.YWJenis Kelamin: PerempuanUmur: 74 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaStatus Perkawinan: Menikah

II. AnamnesaAutoanamnesa dari pasien tanggal 9 Mei 2014, jam 11: 50Keluhan Utama: Terasa gatal ringan pada sela jari kaki kanan dan kiriKeluhan Tambahan: Kulit yang bersisik putih pada sela jari kaki kanan dan kiriRiwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan terasa agak sedikit gatal dan tampak kulit bersisik putih pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri, keluhan sudah di rasakan sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku telah sering melakukan pengobatan ke rumah sakit terdekat, mendapat obat salep dan minum, tetapi pasien merasa belum ada perbaikan. Pasien memiliki kebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan lembab.

Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien mengatakan sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sudah berobat tapi belum mendapat kesembuhan. Pasien menyangkal adanya penyakit seperti kencing manis, dan asma pada dirinya dan keluarganya. Pasien mengatakan terdapat riwayat hipertensi, namun pasien sering berobat ke puskesmas.

III. Status GeneralisKeadaan Umum: BaikKesadaran: Compos mentisStatus Gizi: BaikTekanan Darah: 140/90 mmHgSuhu: 37,2 CBerat Badan: 56 kg

IV. Status Dermatologi Lokasi: Intradigitalis sinistraDistribusi: regionalEfloresensi: skuama, maserasi dan fisura pada sela jari kaki

Lokasi: Intradigitalis dextraDistribusi: regionalEfloresensi: skuama, maserasi dan fisura pada sela jari kaki

V. Pemeriksaan PenunjangTidak dilakukan pemeriksaan penunjangVI. ResumeSeorang perempuan, berusia 74 tahun, datang dengan keluhan terasa agak sedikit gatal dan tampak kulit bersisik putih pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri, keluhan sudah di rasakan sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku telah sering melakukan pengobatan ke rumah sakit terdekat, mendapat obat salep dan minum, tetapi pasien merasa belum ada perbaikan. Pasien memiliki kebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan lembab. Pasien menyangkal adanya penyakit seperti kencing manis, dan asma pada dirinya dan keluarganya. Pasien mengatakan terdapat riwayat hipertensi, namun pasien sering berobat ke puskesmasStatus DermatologisDistribusi: regionalLokasi: intradigitalis dextra et sinistraEfloresensi: skuama, maserasi dan fisura pada sela jari kakiVII. DiagnosisDiagnosis kerja: Tinea Pedis IntertrigenosaDiagnosis banding: Candida intertrigo P.aeruginosa

VIII. Penatalaksanaana. Non medikamentosa Menjaga kebersihan kaki Menjaga kaki tetap kering Membersihkan kuku kaki Menggunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih dan kering

b. MedikamentosaR/ Ketoconazole tab 200mg No.XX S 2 dd 1_____________________ IX. PrognosisAd vitam: Ad bonamAd fungtionam: Ad bonamAd kosmetikam: Ad bonamAd sanationam: Ad bonam

TINJAUAN PUSTAKATINEA PEDISA. DefinisiTinea pedis adalah infeksi jamur dermatofita yang menyerang pada telapak kaki dan ruang interdigitalis, dapat meluas ke lateral maupun punggung kaki dan dapat terjadi infeksi kronis. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikatakan sangat menjengkelkan. Di daerah tropis, seperti di Indonesia, hampir seluruh jenis tanaman tumbuh subur, termasuk berrbagai jenis jamur yang berkembang biak di kulit. Penyakit ini sering menyerang pada orang dewasa yang bekerja pada tempat basah seperti tukang cuci, petani atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder. Masalah infeksi jamur menepati posisi kedua dari seluruh penyakit kulit yang ditemui di dunia. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak hanya menyerang suatu golongan, namun dapat menyerang siapa saja di rumah, di kantor, di sekolah bahkan di tempat paling bersih sekalipun.Tinea pedis atau disebut athlete foot adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis adalah dermatofitosis yag biasa terjadi. Penggunaan istilah athlete foot digunakan untuk menunjukan bentuk jari kaki yang seperti terbelah. Pravelensi dari tenia pedis sekitar 10%, terutama disebabkan oleh penggunaan alas kaki modern, meskipun perjalan keliling dunia juga merupakan faktor. Kejadian tinea pedis lebih tinggi dianatara komuniti yang menggunakan tempat-tempat umum seperti kamar mandi, shower atau kolam renang. Kejadian infeksi ini sering terjadi pada iklim hangat lembab di mana dapat meningkatkan pertumbuhan jamur, tetapi jarang ditemukan di daerah yang tidak menggunakan alas kaki.

B. Etiologi dan pathogenesisTinea pedis disebabkan oleh Trichopyton rubrum (umumnya), Trichopyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Namun penyebab utama dari setiap pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi dan bakteri. Telah diobservasi bahwa 9% dari kasus tinea pedis disebakan oleh agen infeksi selain dermatofit, karakteristik dari T.rubrum menghasil jenis yang relatif tidak ada peradangan dari dermatofitosis dengan eritema kusam dan sisik keperakan yang melibatkan seluruh telapak kaki dan sisi kaki menampilkan moccasin. Erosi juga terbatas pada infeksi jamur pada jari kaki atau bawah jari kaki, kadang-kadang bersisik dan meluas sampai pada badan, gluteus dan ekstremitas. Individu dengan imun yang rendah mudah terkena infeksi, HIV/AIDS, transplantasi organ, kemoterapi, steroid dan nutrisi parentral diakui dapat menurunkan resistansi pasien terhadap infeksi dermatofitosis.Kondisi seperti umur, obesitas, diabetes melitus juga mempunyai dampak negative terhadap kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan sebagai penyebab infesi, pasien dengan penyakit ini 50% akan terkena penyakit jamur. Secara histologi, hiperkeratosis pada tinea pedis memiliki karakteristik berupa akantosis, hiperkeratosis, dan infiltrasi perivaskuler yang dangkal, kronik dan dapat menyebar pada dermis. Bentuk vesikel-bula menampilkan spongiosis intraepitel vesikulasi dengan kedua tipe, foci dari neutrofil biasanya dapat dilihat pada daerah stratum kornea. PAS atau pewarnaan silver methenamine menampilkan organisme jamur.

C. Gejala KlinisAda 4 jenis tinea pedis interdigitalis, moccasin, tipe akut ulserasi dan tipe vesikobulosa semua mempunyai karakteristik masing-masing.1. Interdigitalis Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan ke sela jari kaki yang lain. Sering terliat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.

2. Moccasin foot Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal dan bersisik halus seperti bedak. Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi. Dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.

3. Vesico bulosa Diakibatkan karena T.mentagrophytes. Diameter vesikel lebih besar dari 3mm. Jarang pada anak-anak, tapi etiology yang sering terjadi pada anak-anak adalah T.rubrum. Vesikel pustul atau bula pada kulit tipis ditelapak kaki dan area periplantar. 4. Tipe akut ulserasi. Mempengaruhi telapak kaki dan terkait dengan maserasi, penggundulan kulit. Ko infeksi bakterial ganas biasanya dari gram (-) kombinasi dengan T.mentagrophytes menghasilkan vesikel pustule dan ulcer bernanah yang besar pada permukaan plantar.

D. DiagnosisDiagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan secara klinikal dan berdasarkan examinasi dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan cara kulit dikerok untuk preparat KOH, biopsi skin, atau kulture dari daerah yang terinfeksi.

1. KOHHasil preparat KOH biasanya positif di beberapa kasus dengan maserasi pada kulit. Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa septate atau bercabang, artthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding menyediakan bukti infeksi jamur.

2. KulturKultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA (sabourauds dextrose agar), pH asam dari 5,6 untuk media ini menghambat banyak spesies bakteri dan dapat dibuat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Ini dapat selesai 2-4 minggu. Dermatophyte test medium (DTM) digunakan untuk isolasi selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalh pilihan lain diagnosis, yang bergantung pada indikasi perubahan warna dari oranye ke merah unri organisme jamur untuk menandakan kehadiran dermatofit.

3. Tes PASPAS menunjukan dinding polisakarida-sarat dari organisme jamur yang terkait dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat (glikoprotein). Tes ini dilakukan dengan mengekspos jaringan dari berbagai substrat untuk derangkaian reaksi oksidari-reduksi, sebagai hasil akhir, elemen positif seperti kerbohidrat, bahan membran basement menjadi permen apel merah (candy apple red). PAS kontras positive komponen ini tajam terhadap latar belakang biru merah muda. Tidak seperti kultur pada SDA atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15 menit. PAS juga telah menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk tinea pedis, dengan keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif.

E. Diagnosis BandingDiagnosis banding dari erupsi cutaneus kaki seperti kontak dermatitis psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopic, keratoderma, liken plasnus dan beberapa infeksi bakterial seperti C.minutissimum, streptococcal cellulitis dan lain-lain yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis.Diagnosis banding dari tinea pedis dapat dibedakan menjadi :1. Interdigitalis Diagnosa banding berupa erysthrasma, impetigo, pitted keratolysis, Candida intertrigo, P.aeruginosa.2. Tipe moccasinDiagnosa banding berupas psoriasis vulgaris, keturunan atau yang diperoleh, keratoderma pada telapak kaki dan tangan, dyshidrosis..F. PenatalaksanaanA. Antijamur topikal1. ImidazolEfektif dalam mengobati tinea pedis, terutama dalam pengobatan untuk tipe interdigital, karena obat golongan ini efektif untuk dermatofita dan candida. Beberapa produk dari golongan ini merupakan efek antibakteri (econazole). Macam obat yang digunakan yaitu :a. Clotrimazole 1% (mycelex, Lotrimin)Antijamur broadspektrum yang menghambat pertumbuhan jamur dengan kerja mempengaruhi permeabilitas sel membrane dan menyebabkan kematian sel. Evaluasi diagnosis bila tifak terjadi komplikasi selama 4 minggu.b. Econazole 1% creamEfektif pada infeksi cutaneus. Mempengaruhi pada RNA dan sintesis protein. Merusak permeabilitas membran sel dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Diberikan selama 4 minggu.c. Ketoconazole 1% cream (Nizoral)Immidazole merupakan anti jamur berspektrum luas, menghambat sintesis dari ergosterol, menyebabkan gangguan komponen penting sel dan kematian jamur. Diberikan 2 sampai 4 minggu.d. Miconazole (Monistat)Merusak dinding jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Hal ini menyebabkan gangguan permeabilitas membran dan kematian jamur. Digunakan sehari 2 kali. Ada 2 bentuk yaitu cream atau lotion yang dapat diberikan 2 sampai 6 minggu dan bentuk bedak yang dapat diberikan 2 sampai 4 minggu.e. Oxiconazole 1% cream (Oxistat)Merusak dinding jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Hal ini menyebabkan gangguan permeabilitas membrane dan kematian jamur. Diberikan selama 4 minggu.f. Sertaconazole nitrat cream (Ertazole)Antijamur topikal imidazole efektif dalam melawan T.rubrum, T.metagrophyte dan E.floccosum. di indikasikan pada tinea pedis, tetapi mempunyai efek samping berupa kulit menjadi kering, pruritus, hiperpigmentasi,dan sensasi terbakar.g. Topical pyridonesSpektrum luas dengan antidermatiphytic, antibacterial dan anticandida efektif penggunaannya pada seluruh bentuk tinea pedis khususnya pada tinea interdigitalish. Ciclopirox 1% cream (Loprox)Mempengaruhi sintesis DNA, RNA dan menghambat transport protein essensial pada sel jamur.2. AllylamiinesEfektif dalam mengobati segala bentuk tinea pedis. Secara invitro obat golongan ini mempunyai kerja dalam menghadapi infeksi jamur terutama pada pasien yang berulang(kronik hioerkeratotik).a. Naftifine 1% cream dan gel (Naftin)Antijamur dengan spektrum luas dan merupakan derivate sintetik allymine, menghambat pertumbuhan jamur.b. Terbinafine (Lamisil)Menghambat squalene epoksidase yang akhirnya juga menghambat ergosterol, menyebabkan kematian sel. Digunakan hingga gejala benar-benar hilang. Lama peenggunaan lebih dari 1 minggu tetapi tidak lebih dari 4 minggu. Efektif pada pasien dengan interdigitaslis tinea pedis dengan pengobatan kurang dari 11 minggu. Pasien dengan kronik hiperkeratotik tinea pedis biasanya membutuhkan pengobatan selama 4 minggu.c. Topical benzylaminesTerkadang golongan obat ini dimasukan dalam allyamine. Digunakan pada pasien yang berulang dan lama (kronik hierkeratotik). Telah teerbukti efektif pada beberapa pasien dengan interdigitalis tinea pedis dan pemakain hanya dalam 1 minggu.B Antijamur oralPerlu dipertimbangkan pada pasien dengan kronik hiperkeratotik atatu inflamatry/vesicular tinea pediss. Digunakan jika dengan pengobatan topical gagal, pasien dengan diabetes atau pada penyakit perivaskular dan pada kondisi immunokompromise. 1. Itraconazole (Sporanox)Aktivitas sebagai fungistatik. Sintetik antijamur triazole yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 yang berperan dalam sintesis ergosterol, komponen penting dalam membrane sel. Dosis : 2x 200mg selama 7 hari atau 1x 200mg selama 14 hari

2. Terbinafine (Lamisil Daskil)Menghambat squalene epoksidase yang akhirnya juga meenghambat ergosterol, menyebabkan kematian sel. Digunakan hingga gejala benar-benar hilang.Dosis : 250mg perhari selama 14 hari

3. Fluconazole (Diflucan)Antijamur sintesis oral efektif dalam menghambat jamur pada sitokrom P-450 dan sterol c-14 alpha dementilasi. Dosis : 150-200mg perhari selama 4-6 minggu.

4. Ketoconazle Dengan dosis penggunaan :Anak : 5mg/kgBB/hariDewasa : 1 kapsul

G. PencegahanMemberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan pada kaki, menjaga kaki tetap kering, membersihkan kuku kaki, menggunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih dan kering, serta menggunakan sendal atau flip-flop pada tempat mandi umum atau kolam renang dapat memcegah terjadinya tinea pedis.

H. KomplikasiKomplikasi yang terdata berupa selulitis sekunder, pyoderma dam osteomyelitis dapat terjadi dari infeksi micosis pada kaki. Komplikasi ini dapat terjadi pada pasien dengan kondisi edema kronik, immunosuppresion dan diabetes.

I. PrognosaTergantung infeksi tinea pedis dan infeksi yang mendasarinya. Dengan pengobatan biasanya memilki prognosis yang cukup baik.DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi, Mochtar H, Siti A. Penyakit Jamur. In : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Cetakan V, Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010;p93

1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Fungal Infections of the Skin and Hair. In : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 6 thed. New York : McGraw Hill Company.2008.p. 697-701

1. Kumar V, Tilak R, Prakasih P, Nigam C, Gupta R. Asian journal of medical science Tinea Pedis, 2011;p.134-135

1. Goldstein G Beth, Adam O.Goldstein. Infeksi Jamur Superfacialis. In : Dermatologi Praktis. Jakarta : Hipokrates, 1998. P. 107