laporan kasus hepatitis a oleh ayu ersya windira
DESCRIPTION
Laporan Kasus Hepatitis A Tahun 2013 Stase Anak RSUCM LhokseumaweTRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
di seluruh dunia. Penyakit ini kadang-kadang memiliki episode hepatitis dengan
klinis anikterik, tidak nyata, atau subklinis. Hepatitis A merupakan penyakit
infeksi sistemik yang dominan menyerang hati akibat masuknya virus hepatitis A
(HAV) melalui transmisi fekal-oral dari makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi. Penyakit hepatitis A masih endemis di negara berkembang,
terutama karena keadaan lingkungan yang masih buruk.
Di seluruh dunia terdapat sekitar 1,4 juta kasus hepatitis A setiap
tahunnya. Lebih dari 75% anak di benua Asia, Afrika, dan India memiliki antibodi
anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi HAV didapat pada awal
kehidupan, kebanyakan asimtomatik, dan anikterik. Di Indonesia sendiri insidensi
penyakit hepatitis A berkisar antara 39,8-63,8% kasus.
Manifestasi klinis berupa demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada
kuadran kanan atas perut, dan dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit
kuning. Urin penderita biasanya berwarna kuning hingga coklat gelap yang terjadi
1-5 hari sebelum timbulnya penyakit kuning.
Diagnosis penyakit hepatitis dilakukan dengan tes virologi dan tes
serologi. Pencegahan dilakukan dengan cara meningkatkan pola hidup bersih dan
sehat. Upaya menjaga kebersihan diri melalui mencuci tangan dengan sabun
hingga bersih, terutama setelah buang air dan sebelum makan atau menyiapkan
makanan, serta dengan pemberian vaksin.
2
Jika seseorang sudah terkena hepatitis A pengobatan tidak ada yang
spesifik, melainkan hanya bersifat simtomatis seperti pemberian antipiretik untuk
menurunkan panas, antiemetik jika pasien mengalami mual muntah, serta yang
paling penting adalah istirahat dengan tirah baring.
3
BAB 2STATUS CASE REPORT
2.1 Identitas
Nama : An. M
No MR : 04.90.55
Umur : 9 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Alamat : Desa Alue ie puteh
Tanggal Masuk : 29 Juni 2013
Tanggal Pemeriksaan: 01 Juli 2013
2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama : Pasien mengeluh badannya kuning sejak 3 SMRS
Keluhan tambahan : Demam, mual, muntal, gatal-gatal
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh keluarga dengan keluhan badan kuning
sejak 3 hari yang lalu. Awalnya tidak terlalu kuning namun lama-lama
warna kuningnya semakin jelas. Pasien sempat dirawat di RS lain 2 hari
yang lalu, sebelum masuk RS itu pasien sudah demam sejak 1 minggu
yang lalu. Menurut pasien demamnya tinggi dan terus menerus sepanjang
hari. Pasien merasakan lemah, mual, muntah dan kehilangan nafsu makan.
Buang air kecilnya berwarna coklat seperti coca cola, BAB putih/pucat,
ikterus pada kedua mata dan adanya rasa gatal.
4
Pasien mengaku bahwa dia memang suka jajan di warung-warung
pinggir jalan, tapi biasanya tidak apa-apa. Pada anggota keluarga tidak
didapati keluhan yang sama seperti pasien. Pasien tidak berpergian ke
daerah-daerah tertentu sebelumnya.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah dirawat di RS karena penyakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti
pasien. Keluarga tidak ada riwayat asma, diabetes mellitus, hipertensi,
ataupun alergi.
5. Riwayat imunisasi : Imunisasi dasar dikatakan lengkap
6. Riwayat penggunaan obat
Anak sering menkonsumsi paracetamol sirup saat tubuhnya panas.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Suhu tubuh : 37,6°C
Frekuensi nadi : 86x/menit, reguler
Frekuensi nafas : 28x/menit
5
2.4 Status InternusKepala Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan. Rambut hitam, tidak
mudah dicabut.Mata Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, refleks cahaya +/+, diameter
pupil 3 mm/ 3 mm, strabismus -/-.Telinga Bentuk aurikula normal, tidak ada sekret, cairan, luka maupun
perdarahan. Fungsi pendengaran masih baik.Hidung Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada deviasi, mukosa tidak
hiperemis, tidak ada edema konka. Tidak terdapat sekret pada kedua lubang hidung, epistaksis (-).
Tenggorok Hiperemis (-), T2/T2, trakea di tengah.Gigi dan Mulut Bibir tampak normal, tidak ada sianosis dan tidak ada deviasi. TIdak
ditemukan deviasi pada lidah. Gigi geligi normal dan tidak ada karies.Leher Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar getah bening.Toraks Inspeksi: Pada keadaan statis dada terlihat simetris kanan dan kiri, pada
pergerakan/dinamis dinding dada terlihat simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal, tidak terdapat retraksi atau penggunaan otot pernapasan tambahan. Pulsasi ichtus kordis tidak terlihat.Palpasi: Fremitus raba sama kuat kanan dan kiri.Perkusi: Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor. Batas paru – hati didapatkan pada ICS 6 sebelah kanan. Batas Jantung:Batas atas : Incisura costalis space 2 parasternal kiri Batas bawah : Incisura costalis space 6Batas kanan : ICS 6 linea parasternal kananBatas kiri : ICS 6 linea midclavikula kiriAuskultasi: Bunyi paru vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.Bunyi jantung S1, S2 murni. Murmur (-). Gallop (-).
Abdomen Inspeksi : Supel, turgor baik, dinding abdomen simetris, tidak terlihat penonjolan massa ataupun adanya luka. Tidak tampak rash.Palpasi : tidak teraba pembesaran hati dan lien tidak teraba. Tidak terdapat nyeri tekan epigastrium. Nyeri perut menjalar ke punggung (-), distensi abdomen (-), defense muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), psoas sign (-), obturator sign (-), murphy sign (-). Perkusi : asites (-)Auskultasi : Bising Usus (+)
Punggung Tampak normal. Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang. Ekstremitas atas dan bawah
Akral hangat, tidak ada edema pada semua ekstremitas.
6
2.5 Pemeriksaan Laboratorium
28 Juni 2013
Darah rutin: Leukosit 11,04x103/ml (4-11) MCV 57 LED 10 ml/jam
Eritrosit 5,73x106/ml (4-5,4) MCH 17,9 RDW 17,2
Hb 10 mg/dl (13-18) MCHC 33,1
Ht 29,6 (37-47) Trombosit 698x103
Kimia darah: Bilirubin total 10,0 mg/100ml (0-1,0)
Bilirubin direct 8 (0-0,3)
SGOT 244 µ/L (10-37)
SGPT 359 (10-40)
HbsAG (-)
Alkali fosfatase 182 µ/L (117-390)
Urine: Warna kuning, pH (6), Eritrosit (0-1), Leukosit (0-1), Epitel (3-5)
01 Juli 2013
Darah rutin: Leukosit 13,1x103/ml (4-11) MCV 54 LED 28 ml/jam
Eritrosit 5,4x106/ml (4-5,4) MCH 17,5
Hb 9,7 mg/dl MCHC 33,8
Ht 29,4 Trombosit 523x103
Kimia darah: Bilirubin total 8,34 mg/100ml (0-1,0)
Bilirubin direct 4,52 (0-0,3)
SGOT 37 µ/L (10-37)
SGPT 196 (10-40)
Alkali fosfatase 810 µ/L (117-390)
7
Urine: Kekeruhan (Jernih), Warna (Kuning tua), Berat jenis (1,015), Keton
(6,5), Protein (25 mg/dl), Bilirubin (6 mg/dl +3), Urobilinogen
(4mg/dl +2), Eritrosit (0-2), Leukosit (0-2), Epitel (2-5)
2.6 Resume
Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan badan kuning sejak 3 hari
yang lalu yang semakin lama semakin jelas. Pasien sempat dirawat di RS lain 2
hari yang lalu, sebelum masuk RS itu pasien sudah demam sejak 1 minggu yang
lalu. Menurut pasien demamnya tinggi dan terus menerus sepanjang hari, namun
tidak menggigil.
Pasien merasakan lemah, mual +, muntah + , kehilangan nafsu makan.
Buang air kecilnya berwarna coklat seperti coca cola, BAB putih/pucat dan gatal.
Pasien menyangkal adanya nyeri perut hebat yang mendadak, nyeri ketika
berkemih ataupun sakit otot.
Pasien mengaku bahwa dia suka jajan di warung pinggir jalan. Pada anggota
keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti pasien. Pasien tidak berpergian
ke daerah-daerah tertentu sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
sklera ikterik pada kedua mata,.
2.7 Diagnosis Kerja
Susp. Hepatitis A
2.8 Diagnosis Banding
Hepatitis viral akut et causa:
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C
4. Hepatitis D
8
5. Hepatitis E
2.9 Usul pemeriksaan
Pemeriksaan serologis (IgM dan IgG anti HAV)
Isolasi partikel virus dalam tinja
2.10 Terapi
IVFD Dextrose 5% + NaCL 0,225% 15 ggt/i
IVFD Aminofluid ped 125/H
Inj. Ranitidine ½ amp/8 jam (k/p)
Oral: Urdafalk 2x1
Curliv 2x1
Vitacur 1x1 cth
PCT 1 ½ cth
2.11 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : bonam
9
2.12 Follow Up
Tanggal S O A P29 Juni 2013
- Os lemah- Nafsu makan (-)- Mual muntah (+)- Gatal-gatal (+)- Sklera ikterik (+)- Urine Kuning pekat
(+)- BAB putih (+)- Sakit kepala (+)
HR: 96x/menitRR: 28x/menitTemperature 37,8°C
Susp. Hepatitis
IVFD Dextrose 5% + NaCL 0,225% 15
ggt/i
IVFD Aminofluid ped 125/H
Inj. Ranitidine ½ amp/8 jam (k/p)
Oral: Urdafalk 2x1
Curliv 2x1
Vitacur 1x1 cth
PCT 1 ½ cth01 Juli 2013
- Os lemah- Nafsu makan (-)- Mual muntah (+)- Gatal-gatal (+)- Sklera ikterik (+)- Urine Kuning pekat
(+)-
HR: 78x/menitRR: 30x/menitTemperature 37,6°C
Susp. Hepatitis
IVFD Dextrose 5% + NaCL 0,225% 15
ggt/i
IVFD Aminofluid ped 125/H
Inj. Ranitidine ½ amp/8 jam (k/p)
Oral: Urdafalk 2x1
Curliv 2x1
Vitacur 1x1 cth
PCT 1 ½ cth
10
BAB IIIHEPATITIS A
3.1 Defenisi
Hepatitis A merupakan penyakit infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati akibat masuknya virus hepatitis A (HAV) melalui transmisi fekal-oral dari
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Dulu hepatitis A disebut juga
hepatitis infeksiosa, hepatitis epidemika, epidemic jaundice, dan catarrhal
jaundice.
3.2 Epidemiologi
Infeksi HAV hampir terjadi di seluruh dunia tetapi paling sering di negara
yang berkembang, dimana angka prevalensinya mendekati 100% pada anak umur
5 tahun. Di Amerika Serikat, sekitar 30% populasi dewasa mempunyai bukti
infeksi HAV sebelumnya, frekuensi infeksi serupa pada usia dekade pertama,
kedua, dan ketiga.1
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi nasional hepatitis
klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi
di atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah
dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit hepatitis kronik menduduki urutan
kedua berdasarkan penyebab kematian pada golongan semua umur dari kelompok
penyakit menular. Rata-rata penderita hepatitis antara umur 15 – 44 tahun untuk
di pedesaan.2
3.3 Etiologi
11
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV) yang tidak
memiliki amplop, merupakan virus RNA rantai tunggal. HVA pertama kali
diidentifikasi dengan mikroskop elektron pada tahun 1973 dan diklasifikasikan ke
dalam genus hepatovirus dan masuk dalam famili picornavirus. HVA berdiameter
27-28 nm dengan bentuk kubus simetrik, tahan terhadap cairan empedu, tidak
dapat diinaktifasi oleh eter, dan stabil pada suhu -20oC serta pH yang rendah (pH
3,0). Virus hepatitis A ini dapat bertahan selama 2 jam hingga 60 hari di
permukaan kering.1
3.4 Patogenesis
Jejas pada hepatitis akut disebabkan oleh beberapa mekanisme. Jejas pertama
pada hepatitis A diduga merupakan sitopatik. Tanpa memandang mekanisme jejas
awal terhadap hati, cedara dari lima jenis hepatitis nyata dalam tiga cara. Pertama
merupakan refleksi jejas pada hepatosit, yang melepaskan alanin
aminotransferase(ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) ke dalam aliran
darah. ALT lebih spesifik pada hati daripada AST, yang juga dapat naik pada
cedera eritrosit, otot skelet dan otot miokardium. Tingginya kenaikan tidak
berkorelasi dengan luasnya hepatoseluler dan nilai prognostik kecil. Pada
beberapa kasus penurunan kadar aminotransferase dapat meramalkan hasil yang
jelek jika penurunan terjadi bersama dengan kenaikan bilirubin dan waktu
protrombine yang memanjang. Kombinasi temuan ini menunjukkan cedera hati
masif telah terjadi, menyebabkan sedikit berfungsinya hepatosit. Hepatitis virus
juga disertai ikterus kolestatik, dimana kadar bilirubin direk maupun indirek naik.
Ikterus akibat obstruksi aliran saluran empedu dan cedera terhadap hepatosit.
12
Kenaikan alkali fosfatase serum, 5’-nucleotidase,gamma glutamil transpeptidase,
dan urobilinogen semua merefleksikan cidera terhadap sistim biliaris. Kelainan
sintesis protein oleh hepatosit digambarkan oleh kenaikan PT. PT adalah indikator
cedera pada hati yang sensitif. Kolestasis menyebabkan penurunan kumpulan
empedu usus dan pengurangan penyerapan vitamin larut lemak. Cedera hati dapat
juga menyebabkan perubahan pada karbohidrat, amonnia, dan metabolisme obat.1
3.5 Manifestasi Klinik
Mulainya infeksi HAV biasanya mendadak dan disertai oleh keluhan sistemik
demam, malaise, mual, muntah, anoreksia dan perut tidak enak. Prodromal ini
mungkin ringan dan sering tidak kentara pada bayi dan anak pra sekolah. Diare
sering terjadi pada anak, tetapi konstipasi lazim pada orang dewasa. Ikterus
biasanya terjadi sesudah gejala sistemik. Gejala-gejala HAV meliputi nyeri
kuadran kanan atas dan ikterus. Lama gejala-gejala biasanya kurang dari satu
bulan, nafsu makan dan perasaan sehat lama – lama kembali. Hampir semua
penderita infeksi HAV akan sembuh sempurna, tetapi kumat dapat terjadi dalam
beberapa bulan. Hepatitis fulminan yang menyebabkan kematian jarang dan
infeksi kronis tidak terjadi.1
3.6 Diagnosis
Diagnosis HAV harus difikirkan jika bila ada riwayat ikterus pada kontak
keluarga, teman, teman sekolah, anak atau keluarga telah berwisata ke daerah
endemik. Diagnosis dibuat dengan kriteria serologis, biopsi hati jaringan. Anti
HAV terdeteksi pada mulainya gejala – gejala hepatitis A akut dan menetap
seumur hidup. Infeksi akut didiagnosis dengan adanya IgM anti-HAV, yang dapat
13
terdeteksi selama 3-12 bulan; sesudahnya IgG anti-HAV ditemukan. Virus
terekskresi pada tinja dari 2 minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah mulainya
penyakit. Kenaikan hampir secara universal ditemukan pada ALT, AST, bilirubin,
alkali fosfatase, dan gamma glutamil transpeptidase dan tidak membantu
membedakan penyebab. PT harus selalu diukur pada anak dengan hepatitis untuk
membantu menilai luasnya cedera hati; pemanjangannya adalah tanda serius, yang
mengharuskan rawat inap dirumah sakit.
Tabel Diagnosis Serologis Pada Hepatitis Akut3
Hasil Pemeriksaan Interpretasianti HAV
IgMHBsAG anti HBc
+ - - Infeksi hepatitis A akut yang baru terjadi- + - Infeksi hepatitis B akut dini- + + infeksi hepatitis b akut atau kronis /karier dengan gejala
yang tidak ada hubungannya dengan tipe B
- - + Kemungkinan baru terinfeksi Hepatitis B Bila anti HBs (+) Infeksi hepatitis B yang lalu atau non A non B atau virus lain Bila anti HBs (-) infeksi hepatitis B akut baru terjadi
- - - infeksi hepatitis non A non B atau virus lain
+ + + Hepatitis A baru terjadi dan infeksi hepatitis B kronis. Gambaran yang jarang terjadi
3.7 Diagnosis Banding
Tabel diagnosis hepatitis4
14
A B C D EInkubasi (Hari)
15-45 30-180 15-60 14-64 14-60
Awitan Akut Insidius Insidius Akut/Kronis AkutUsia Anak/
Dewasa muda
Segala Usia Dewasa Segala usia 20-40 tahun
Penularan Fecal-oral, seksual
Darah, parenteral, seksual, maternal-neonatal
Darah, parenteral
Parenteral Fecal-oral
Intensitas Ringan Berat Sedang Bisa berat-hepatitis fulminan
Sangat virulen, progresivitas ke arah hepatitis fulminan dan gagal hati
Prognosis Baik Memburuk seiring pertambahan usia dan keadaan umum
Sedang Baik, buruk pada yang kronis
Baik, kecuali hamil
Perjalanan ke arah kronis
Tidak pernah
Kadang 10-50% Tidak pernah
Tidak pernah
3.8 Tatalaksana
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring
selama fase akutpenting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat
umumnya merupakan mkanan yang paling dapat dimakan oleh penderita.
Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut
bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga
gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.5
3.9 Prognosis
Karakterisitik hepatitis A adalah terjadinya penyembuhan yang
sempurna tanpa penyakit hati kronis.6 Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari
99% dari pasien dengan hepatitis A infeksi sembuh sendiri. Komplikasi akibat
Hepatitis A hampir tidak ada kecuali pada para lansia atau seseorang yang
15
memang sudah mengidap penyakit hati kronis atau sirosis. Hanya 0,1% pasien
berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal.
3.10 Pencegahan
Perkembangan vaksin virus yang dimatikan dengan formalin, aman dan
amat imunogenik baru-baru ini menandai kemajuan besar pada pencegahan
hepatitis A. Vaksinasi pada anak muda (kecil) didaerah endemik tidak perlu
karena penyakit hampir selalu tidak bergejala atau ringan dan memberikan
imunitas seumur hidup. Di negara industri, vaksinasi anak resiko tinggi mungkin
bermanfaat karena anak ini dapat menjadi pengidap penyakit dan dapat
menginfeksi saudaranya yang lebih tua dan orang tuanya yang beresiko lebih
tinggi tinggi untuk penyakit yang lebih berat.
Tabel Profilaksis Hepatitis A3
Profilaksis Hepatitis ASebelum pemajanan (Wisatawan ke Daerah Endemik) Dosis
<3 bulan perjalanan Ig 0,02 ml/kg≥3 bulan perjalanan Ig 0,06 ml/kg setiap 4-6 bulan
Sesudah Pemajanan Kontak rumah tangga dan intim Ig 0,02 ml/kg dalam 2 minggu
Perawatan harian atau perawatan pengawasan Ig 0,02 ml/kg dalam 2 mingguWabah sumber biasa Ig 0,02 ml/kg dalam 2 minggu
kontak kebetulan Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Bchrman, Richard E., Robert M. Kligman, Ann M. Arvin, 2000. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. http://www.ilmukesehatan.com/79/penderita-hepatitis-di-indonesia.html 13 Juli
2013.
3. Hasan, Rusepno. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
4. Lalani, Amina. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Price, S.A., Wilson LM, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Scwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.