laporan kasus 1

30
Kasus 1 Polip Nasi Rahmi Dwi Winarsih (2010730087) Pembimbing: dr. Rini Febrianti, Sp. THT-KL

Upload: luthfita-rahmawati

Post on 19-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

polip nasi

TRANSCRIPT

Kasus 1Polip Nasi

Rahmi Dwi Winarsih (2010730087)Pembimbing: dr. Rini Febrianti, Sp. THT-KL

Identitas PasienNama : Ny. IUsia : 30 tahunJenis Kelamin :

PerempuanPekerjaan : IRTAgama : IslamAlamat : BanjarTgl Pemeriksaan : 11 Februari

2015

Anamnesis

Keluhan Utama: Os mengeluh hidung kanan terasa tersumbat sudah ± 5 tahun.

Keluhan Tambahan: Keluar ingus berwarna kuning kental, penciuman berkurang, terasa lendir di tenggorokan, suara terdengar bindeng.

Riwayat Penyakit Sekarang: Os mengeluh hidung kanan terasa tersumbat sudah ± 5 tahun, hidung kanan yang tersumbat dirasakan semakin berat dan sangat mengganggu saat tidur. Os juga mengeluh keluar ingus berwarna kuning kental setiap hari, bau (-), darah (-), penciuman berkurang (+), terasa lendir di tenggorokan (+), bernapas lewat mulut (+), bau mulut (+), suara terdengar bindeng (+), bersin-bersin (-), gatal dan nyeri di hidung (-), sakit kepala (-), batuk dan pilek (-), sakit tenggorokan (-). Os mengaku memiliki alergi dingin.

Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, riwayat asma disangkal, riwayat rinitis alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti ini, riwayat asma disangkal, riwayat rinitis alergi disangkal, riwayat alergi → ibu.

Riwayat Alergi: Alergi obat (-), makanan (-), cuaca dingin (+), bulu (-), debu (-).

Riwayat Pengobatan: Pasien sudah pernah berobat ke dokter tetapi tidak membaik.

Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : tampak sakit

ringanKesadaran : composmentisTanda-tanda VitalTekanan Darah : tidak dilakukanNadi : 80 x/menit, kuat,

regulerRespirasi : 20 x/menitSuhu : tidak dilakukan

Status GeneralisKepala : normochepalMata : sklera ikterik -/-, konjungtiva

anemis -/-Telinga : (status lokalis THT)Hidung : (status lokalis THT)Mulut : halitosis (+), bibir kering (-),

sianosis (-), pucat (-)Tenggorokan : (status lokalis THT)Thorax : normochest

Paru-paruInspeksi: pergerakan dada simetrisPalpasi: vocal fremitus kanan dan kiri teraba samaPerkusi: sonor kedua lapang paruAuskultasi: vesikuler +/+ , rhonchi -/- , wheezing -/-

JantungInspeksi: tidak dilakukanPalpasi: tidak dilakukanPerkusi: tidak dilakukanAuskultasi: BJ I dan II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

AbdomenInspeksi : tidak dilakukanAuskultasi : bising usus normalPalpasi : tidak dilakukanPerkusi : tidak dilakukan

Ekstremitas : akral hangat (+/+), edema

(-/-), RCT < 2 detik

Tes Garpu TalaRinne: tidak dilakukanWeber: tidak dilakukanSchwabach: tidak dilakukan

LeherPembesaran KGB- Pre aurikuler (-/-)- Post aurikuler (-/-)- Submental (-/-)- Submandibula (-/-)- Jugularis superior, media, inferior (-/-)- Supraklavikula (-/-)- Suprasternal (-/-)Pembesaran kel. tiroid (-)

Resume

Perempuan, 30 tahun, datang dengan keluhan hidung kanan terasa tersumbat sudah ± 5 tahun, hidung kanan yang tersumbat dirasakan semakin berat dan sangat mengganggu saat tidur. Os juga mengeluh keluar ingus berwarna kuning kental setiap hari, bau (-), darah (-), penciuman berkurang (+), terasa lendir di tenggorokan (+), bernapas lewat mulut (+), bau mulut (+), suara terdengar bindeng (+).

Pada pemeriksaan status lokalis THT hidung didapatkan deformitas hidung kanan dan dengan menggunakan rinoskopi anterior: cavum nasi mukosa sulit dinilai/tenang, sekret +/-, massa berwarna kekuning-kuningan +/-, bentuk lonjong, tidak nyeri.

DiagnosisPolip nasi dextra.Angiofibroma nasofaring belia.

Pemeriksaan PenunjangNaso-endoskopi.CT scan.

PenatalaksanaanTerapi bedah/operatif.

Anatomi Hidung

Hidung luarTulang Hidung

Anatomi Hidung Dalam

ENDARAHAN HIDUNGP

ERSARAFAN HIDUNGP

FISIOLOGI HIDUNG

1. Sebagai jalan napas

2. Pengatur kondisi udara

(air conditioning)

3. Sebagai penyaring dan

pelindung

4. Indra penghidu

5. Resonansi suara

6. Proses bicara

7. Refleks nasal

Polip Hidung

Massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.

Polip dapat timbul pada laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut.

Etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.

PatogenesisMenurut teori Bernstein, terjadi

perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi di daerah sempit (KOM) → terjadi prolaps submukosa, diikuti reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru → terjadi peningkatan penyerapan natrium → retensi air sehingga terbentuk polip.

Teori lain karena ketidakseimbangan saraf vasomotor → terjadi peningkatan permeabilitias kapiler → gangguan regulasi vaskular → dilepasnya sitokin dari sel mast → menyebabkan edema dan lama-kelamaan menjadi polip.

Polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin.

Berbentuk bulat atau lonjong.

Berwarna putih keabu-abuan.

Agak bening. Lobular. Tunggal atau multipel. Tidak sensitif (bila

ditekan/ditusuk tidak terasa sakit).

Epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab.

Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag.

Mukosa mengandung sel-sel goblet; pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit.

Dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.

Makroskopik Mikroskopik

Keluhan utama hidung terasa tersumbat dari yang ringan sampai berat.

Rinore mulai jernih sampai purulen.

Hiposmia atau anosmia. Disertai bersin-bersin, rasa

nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal.

Bila disertai infeksi sekunder, didapati post nasal drip dan rinore purulen.

Gejala sekunder yang dapat timbul ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.

Tanyakan riwayat rinitis alergi, asma, intoleransi aspirin dan lainnya, serta alergi makanan.

Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.

Stadium 1: polip masih terbatas di meatus medius, stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung, stadium 3: polip yang masif.

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

Adanya fasilitas naso-endoskopi (teleskop) akan sangat membantu diagnosis kasus polip.

Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus.

Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada KOM.

PenatalaksanaanPemberian

kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi (polipektomi medikamentosa), dapat diberikan topikal atau sistemik.

Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal.

Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif dipertimbangkan untuk terapi bedah.

Ekstraksi polip (polipektomi), etmoidektomi intranasal atau ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Cadwell-Luc untuk sinus maksila, Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF/FESS).