laporan hasil diskusi - new indonesia

81
LAPORAN HASIL DISKUSI KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM TAHUN 2008

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

LAPORAN HASIL DISKUSI

KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT KURIKULUM TAHUN 2008

Page 2: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi

sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi

dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional,

untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan

masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global.

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum

Depdiknas yang meliputi melakukan layanan professional, menyusun model-

model kurikulum, dan melakukan kajian kebijakan kurikulum, maka perlu

diadakan kegiatan pengkajian kebijakan kurikulum Depdiknas.

Sesuai Renstra Depdiknas tentang penelitian dan pengembangan pendidikan

disebutkan bahwa salah satu kegiatan pokok pemerintah adalah implementasi dan

penyempurnaan Standar Nasional Pendidikan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP). Salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan adalah

Standar Isi yang memuat struktur kurikulum SD/MI dan SMP/MTs dengan

beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik pada satuan

pendidikan tersebut. Struktur Kurikulum tersebut selanjutnya dijabarkan atau

disesuaikan dan diimplementasikan oleh sekolah dalam kurikulum sekolah.

Langkah penting dalam setiap kajian adalah melakukan studi dokumentasi dan

kajian konsep tentang pengembangan kurikulum dan penerapannya. Kajian ini

meliputi konsep dan falsafah dalam sistem pengembangan kurikulum, muatan dan

konten kurikulum, perencanaan pembelajaran, pengembangan bahan ajar, sistem

pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan dokumen tersebut

meliputi dokumen kurikulum, studi perbandingan antar dokumen kurikulum,

dokumen perencanaan pembelajaran, dokumen bahan ajar, dokumen

pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran.

Hasil analisis digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hambatan,

peluang maupun tantangan dari setiap kurikulum yang diterapkan oleh satuan

pendidikan.

Efektivitas implementasi kurikulum sangat ditentukan oleh praktek

pembelajarannya di sekolah dan madrasah atau di tempat belajar. Untuk itu perlu

dilakukan diskusi fokus pelaksanaan kegiatan belajar, sumber belajar dan

lingkungan pendukungnya di tempat belajar, yang melibatkan berbagai

karkateristik setiap satuan pendidikan. Beragamnya kondisi satuan pendidikan

sehingga diperlukan data dan informasi komprehensif untuk menjaring data dan

informasi perencanaan, praktek pembelajaran dan manajemen pengelolaan

pembelajaran oleh satuan pendidikan.

B. Tujuan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi hasil kajian konsep,

kajian dokumen dan pelaksanaan kurikulum.

C. Ruang Lingkup

Page 3: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

3

Kegiatan ini meliputi Kajian Dokumentasi, Kajian Konsep, dan Pelaksanaanya

yang terdiri dari:

1. Hasil kajian kebijakan Program Pembelajaran PAUD

2. Hasil kajian kebijakan pelaksanaan TK/RA

3. Hasil kajian kebijakan Kurikulum MI

4. Hasil kajian kebijakan pelaksanaan SD terpadu

5. Hasil kajian kebijakan pencapaian KTSP SD

6. Hasil kajian kebijakan Kurikulum MTs.

D. Hasil Yang Diharapkan

Kegiatan ini diharapkan akan memperoleh hasil pembahasan terhadap kajian

sebagai berikut:

1. Hasil diskusi kajian Kebijakan Program Pembelajaran PAUD

2. Hasil diskusi kajian kebijakan pelaksanaan TK/RA

3. Hasil diskusi kajian Kurikulum SD/MI

4. Hasil diskusi kajian kebijakan pelaksanaan SD terpadu

5. Hasil diskusi kajian kebijakan pencapaian KTSP SD

6. Hasil diskusi kajian kebijakan Kurikulum MTs.

Penjelasan hasil kajian terlampir.*)

II. PELAKSANAN KEGIATAN

A. Tempat dan Waktu

a. Tempat

Hotel Parama, Cisarua, Bogor

b. Waktu

Selasa s.d Sabtu, 11 s.d 15 Maret 2008

B. Peserta

Peserta kegiatan ini terdiri dari:

Staff Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Direktorat TK-SD

Akademisi (UNJ, UIN, UNM, IAIN Lampung)

Birokrat (Direktorat PAIS Depag RI, Pengawas TK-SD)

Praktisi (Kepala Sekolah)

Page 4: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

C. Strategi kegiatan

I. Hasil Kajian Kebijakan Program Pembelajaran PAUD yang terdiri dari:

C.1. Studi Dokumentasi

No Dokumen Temuan Analisis Rekomendasi

1 UUD 1945

Mencerdaskan kehidupan bangsa

(alinea ke-4 Pembukaan )

Belum semua anak usia

PAUD di DIY mendapat

layanan pendidikan, ini

ditunjukan APK PAUD

formal dan non formal 47%

dan yang sudah terlayani

39,0149%.

Pendidikan usia dini mestinya

diipandang sebagai hak (right)

semua anak, bukan sekedar

kebutuhan (need). Terlebih

PAUD memiliki signifikansi

yang positif bagi perkembangan

psikologis, intelektual, dan

sosial anak.

Perlu aturan

operasional bagi

keberlangsungan

PAUD.

Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2 )

Setiap anak berhak

mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapatkan pendidikan

dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni

dan budaya, demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umat manusia (

pasal 28 c ayat 2 ) Negara

menjamin kelangsungan hidup,

pengembangan dan perlindungan

anak terhadap eksploitasi dan

kekerasan”.

2 Undang-Undang Nomor 23

tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

Belum ada jaminan dari

negara dan pemerintah

Secara yuridis, anak berhak

mendapatkan pendidikan,

namun negara belum

menfasilitasi penyelenggaraan

PAUD. Fakta ini bertentangan

dengan UU No. 23 tahun 2002

ttg Perlindungan Anak Pasal

22. ”negara dan pemerintah

berkewajiban dan

bertangungjawab memberi

dukungan sarana dan prasarana

dalam penyelenggaraan

perlindungan anak” termasuk

dalam bidang pendidikan.

Negara dan

pemerintah wajib

menfasilitasi

penyelenggaraan

PAUD.

Page 5: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

5

Setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam

rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya ( pasal 9 ayat

1) 3. Kesepakatan Jomttien-

Thailand (1990) Pendidkan

untuk semua – Pendidikan

sepanjang hayat

3 Pendidikan non formal Pendidikan non formal

belum ad

Perlu aturan operasional untuk Pemerintah perlu

menerbitkan PP.

4 a.Kerangka Dasar

- landasan PAUD

Biaya pendidikan PAUD

mahal, daya beli

masyarakat rendah,

pertumbuhan potensi

ekonomi masyarakat kecil

Landasan Ekonomi Perlu dicantumkan

landasan ekonomi

Dilapangan terjadi

diskriminasi gender dan

proses pembelajaran bias

gender sehingga tidak

membangun karakter

Landasan sosial budaya (pasal 8

uu no 23 thn 2002, INPRES

NO 9 Thn 2000)

Perlu dicantumkan

landasan sosial

budaya

Dilapangan banyak guru

mengajarkan mengenai

perbedaan pendapat, hak

dan kewajiban,

tanggungjawab

Landasan politik ( pasal 2 dan

10 uu no 23 thn 2002)

Perlu dicantumkan

landasan

politik+E29

5 Bentuk satuan pendidikan AUD Masih menyatunya lembaga

formal dengan formal (KB

dan TK)

Satuan pendidikan PAUD

formal dan non formal masih

mengacu pada kelompok usia

Tidak Perlu

pemisahan yang

diperlukan adalah

peningkatan status

PAUD formal

menjadi

Kkelompok pra SD

Perlu dicantumkan

landasan politik

6 Standar Perkembangan Indikator belum sesuai

dengan perkembangan anak

Tingkat ketercapaian

perkembangan anak sesuai

dengan tingkat perkembangan

usia per individu

Indikator

disesuaikan

karakteristik

perkembangan

anak indonesia.

7 Waktu belajar Untuk TK/ RA dalam satu

hari

,- Kelompok B 3 jam

Waktu belajar di TK/RA

minmal 2,5 jam namun dapat

dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan lembaga

8 Silabus Belum memadai dokumen

juknis untuk pengembangan

silabus di PAUD non

formal

Juknis pengembangan silabus

diperlukan sebagai acuan dalam

perencanaan program

pembelajaran

Perlu dibuat juknis

untuk

pengembangan

silabus non formal

9 Evaluasi Terlalu banyaknya format

evaluasi

Bertambahnya beban guru

dalam pengadministrasian

evaluasi

Penyerdehanaan

teknik evaluasi

penilaian

Hasil yang dicapai

Page 6: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

6

Kajian yang dicapai adalah sebagai beriku:

1. Kajian studi dokumentasi tentang PAUD

2. Kajian Konsep tentang PAUD

3. Kajian pelaksanaan tentang PAUD

a. lembaga

b. kurikulum

c. pendidik

d. peserta didik

e. sarana dan prasarana

f. pembiayaan

g. partisipasi masyarakat

Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Kebijakan Kurikulum dapat disimpulkan bahwa:

a. Kajian studi dokumentasi tentang UUD 1945; UU Sistem Pendidikan Nasional

tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai PAUD sudah

ada, tetapi PP khusus PAUD belum diterbitkan.

b. Kajian konsep PAUD Formal dan PAUD Non Formal mulai landasan teori, beban

belajar, kalender akademik, silabus, SKM dan SKH serta pelaksanaan evaluasi

sudah dapat dilaksnaakan di lapangan.

c. Kajian Pelaksanaan PAUD yaitu tentang penyelenggaraan lembaga dalam

pelaksanaan kurikulum 2004 dapat terlaksana dengan baik, namun mengalami

beberapa kendala di antaranya ketersediaan dokumen kurikulum belum memadai,

tenaga kependidikan yang belum memenuhi kualifikasi pendidik yang diharapkan

sarana prasarana belum lengkap dan belum memenuhi standar.

Adapun rekomendasi hasil kajian adalah:

a. Segera ditetapkan PP tentang PAUD.

Page 7: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

7

b. Diharapkan semua Perguruan Tinggi agar membuka S1 PAUD

Diharapkan semua Perguruan Tinggi agar melaksanakan S1 PAUD dengan

konsentrasi guru TK, KB, TPA.

c. Stimulan dana dari APBD dan APBN dalam rangka peningkatan kualitas

pendidikan PAUD Formal dan PAUD Non Formal.

d. Diklat keprofesionalisme guru dan citra profesi guru perlu ditingkatkan,.

e. Upaya pembinaan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan mulai dari yayasan

sampai tingkat pusat.

Page 8: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

8

II. Hasil Kajian Kebijakan Pelaksanaan TK/ RA yang terdiri dari:

1. Kajian Dokumentasi

No Dokumen Temuan Analisis Rekomendasi

1 UUD 1945

Mencerdaskan kehidupan bangsa

(alinea ke-4 Pembukaan)

Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2 )

Setiap anak berhak mengembangkan

diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan

pendidikan dan memperoleh manfaat

dari ilmu pengetahuan dan teknologi,

seni dan budaya, demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umat manusia ( pasal

28 c ayat 2 ) Negara

menjamin kelangsungan hidup,

pengembangan dan perlindungan

anak terhadap eksploitasi dan

kekerasan”.

Belum semua anak usia PAUD

di DIY mendapat layanan

pendidikan, ini ditunjukan

APK PAUD formal dan non

formal 47% dan yang sudah

terlayani 39,0149%.

Pendidikan usia dini

mestinya diipandang sebagai

hak (right) semua anak,

bukan sekedar kebutuhan

(need). Terlebih PAUD

memiliki signifikansi yang

positif bagi perkembangan

psikologis, intelektual, dan

sosial anak.

Perlu aturan

operasional bagi

keberlangsungan PAUD.

2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak.

Setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam

rangka pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya ( pasal 9 ayat 1) 3.

Kesepakatan Jomttien- Thailand ( 1990)

Pendidkan untuk semua – Pendidikan

sepanjang hayat

Belum ada jaminan dari negara

dan pemerintah

Secara yuridis, anak berhak

mendapatkan pendidikan,

namun negara belum

menfasilitasi

penyelenggaraan PAUD.

Fakta ini bertentangan

dengan UU No. 23 tahun

2002 ttg Perlindungan Anak

Pasal 22. ”negara dan

pemerintah berkewajiban

dan bertangungjawab

memberi dukungan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan

perlindungan anak”

termasuk dalam bidang

pendidikan.

Negara dan

pemerintah wajib

menfasilitasi

penyelenggaraan

PAUD.

3 Pendidikan non formal Pendidikan non formal belum

ada aturan operasional

Perlu aturan operasional

untuk profesionalisasi

penyelenggaraan pendidikan

non formal termasuk PAUD.

Pemerintah perlu

menerbitkan PP.

4 PP 19 Pasal 29,

(1) Pendidik pada pendidikan anak usia

dini memiliki:

a. kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1)

b. latar belakang pendidikan tinggi di

bidang pendidikan anak usia dini,

Masih banyak pendidik yang

belum memiliki kualifikasi

sesuai yang ditetapkan

pemerintah. (umumnya dari

tingkat SMP dan SMU).

Untuk peningkatan kualitas

PAUD perlu peningkatan

kualifikasi tenaga

kependidikan yang sesuai.

Ketentuan tersebut

masih relevan

Comment [UNJ1]: Dipindahkan pada kajian

PAUD.

Tidak lagi menjadi bagian dari TK/RA

Comment [UNJ2]: TK/ RA merupakan lembaga penyelenggara PAUD

yang melayani anak usia 4 – 6 tahun di jalur formal.

Pendidik TK/RA perlu ditingkatkan kualitasnya dengan meningkatkan tingkat pendidikan guru

TK/RA dari D2 PGTK menjadi S1 PAUD/ PG

PAUD.

Page 9: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

9

No Dokumen Temuan Analisis Rekomendasi

kependidikan lain, atau psikologi;

dan

c. sertifikat profesi guru untuk PAUD

5 PP 27 tahun 1990 tentang pendidikan

prasekolah

Pendidikan prasekolah tidak

merupakan persyaratan untuk

memasuki pendidikan dasar.

TK/ RA merupakan pelatak

dasar utama dan pertama

sebelum memasuki

pendidikan dasar

TK/ RA dapat

merupakan syarat

sebelum memasuki

pendidikan dasar,

bagi provinsi yang

mampu

6 Permendiknas No. 22/2006 Standar isi Daerah menginginkan standar

isi untuk PAUD

Draft akademik telah

disusun

Segera tetapkan

7 Pasal 30 (tentang tenaga kependidikan).

(1), Pendidik pada TK/RA sekurang-

kurangnya terdiri atas guru kelas yang

penugasannya ditetapkan oleh masing-

masing satuan pendidikan sesuai dengan

keperluan.

(2) Pendidik pada SD/MI

sekurang-kurangnya terdiri atas guru

kelas dan guru mata pelajaran yang

penugasannya ditetapkan oleh masing-

masing satuan pendidikan sesuai dengan

keperluan.

(3) Guru mata pelajaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

sekurang-kurangnya mencakup guru

kelompok mata pelajaran agama dan

akhlak mulia serta guru kelompok mata

pelajaran pendidikan jasmani, olah raga,

dan kesehatan.

Belum anak ketentuan yang

mengatur struktur pengelolaan

kelompok bermain.

Pemerintah perlu

menerbitkan PP

yang mengatur

struktur managemen

PAUD non formal

dengan tetap

memperhatikan

kekhasannya.

8 Kepmen no 0486/ U/ 1992 tentang

taman kanak – kanak

TK /RA merupakan bentuk

satuan pendidikan pada jalur

sekolah

Sebelum memasuki

pendidikan dasar perlunya

anak melalui pendidikan

TK/RA

Adanya PP yang

mengatur tentang

perlunya anak

melalui pendidikan

TK/RA

9 Kepmen No. 129a/U/2004 ttg Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan

Pasal 2 (2), penyelenggaraan satuan

pendidikan dasar dan menengah

termasuk PAUD menjadi wewenang

pemerintah Kabupaten/Kota

Khusus PAUD realisasinya

masih kurang.

Meski era otoda, Kepmen

perlu menjadi acuan

kebijakan

Realisasi kepmen

10 Keputusan Dirjen DIKDASMEN No

399a/C.C2/Kep/ DS/2004 tentang

implementasi terbatas kurikulum 2004

di TK dan SD

Implementasi tentang

kurikulum 2004 belum seluruh

TK/ RA melaksanakan

Kurikulum TK/ RA 2004

belum disahkan oleh BSNP

Segera pengesahan

kurikulum 2004 oleh

BSNP

Comment [UNJ3]: Mohon disahkan bahwa TK/RA merupakan satu kajian dengan PAUD yang

membedakan hanyalah lembaga penyelenggara pendidikanya.

Comment [UNJ4]: Dihilangkan dari TK/ RA. Dikaji lebih dalam di PAUD

Comment [UNJ5]: Dialihkan kajian di PAUD. Karena masalah lebih banyak terjadi di lembaga

PAUD non formal

Page 10: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

10

2. Kajian Pelaksanaan

No

Aspek/Sub

Aspek Temuan Analisis Rekomendasi Masukan Cisarua

DIY Jogjakarta

1 Lembaga a. Masih adanya 2 ijin

pendirian untuk satu

lembaga TK yaitu ke

Dinas Pendidikan dan

Depar temen Agama

a. Ijin pendirian TK

diperlukan dalam

rangka legalitas lembaga

a. Perlu Juknis ijin

pendirian dari

daerah Setempat

b. Yayasan kurang peduli

tentang

penyelenggaraan dan

tidak me mikirkan

keberlangsungan ke

depan

b. Sebagian besar

pendidikan TK/RA

diselenggarakan oleh

masyarakat

b. Sosialisasi

penyelenggaraan

TK/RA

Sebagian besar yayasan

penyelenggara pendidikan TK/ RA

tidak memiliki pengetahuan

tentang pengelolaan kelembagaan.

c. Penerimaan peserta

didik tidak sesuai

dengan rasio karena

masih banyak yang

menerima per kelas lebih

dari 30 anak

c. Perkembangan anak

harus terpantau secara

optimal

c. Perlu teguran

teguran baik

secara lisan

maupun tertulis

Yayasan tidak memahami

kebutuhan anak dan tingginya

biaya operasional pengelolaan TK/

RA Tidak adanya sanksi bagi

penyelenggara TK/ RA yang

melanggar.

d. Penerimaan peserta

didik yang mempunyai

kebutuhan khusus

d. Peserta didik yang

mempunyai kebu- tuhan

khusus diberikan layanan

pen- didikan pada

lembaga yang sesuai

kebutuhan khusus

Adanya petunjuk pelaksanaan

yang lebih jelas mengenai batasan

anak kebutuhan khusus yang dapat

mengikuti pendidikan bersama

anak Normal

Setiap lembaga perlu

menerima peserta didik

dengan berkebutuhan

khusus dengan

diberikan layanan yang

sesuai

e. Pengelolaan keuangan

belum maksimal

terutama dalam

penyusunan RABTK/RA

e. RABTK sangat

diperlukan untuk acuan

penyelenggaraan

pendidikan

e. Sosialisasi

kepada yayasan

ttg manajerial

idem poin b

Sebagian besar

Pengelola kurang

memahami pengelolaan

keuangan

2 Kurikulum a. Belum semua TK/RA

mempunyai dokumen

Kurikulum 2004

a. Kurikulum sangat

diperlukan sebagai acuan

dalam proses

pembelajaran dalam

mencapai hasil

perkembangan

a. Penggadaan

dokumen

kurikulum oleh

pusat dan daerah

b. Belum semua TK/RA

memahami kurikulum

2004

b. Pemahaman terhadap

kurikulum perlu sebagai

acuan dalam proses

pembelajaran.

b. Sosialisasi

kurikulum secara

berkesinambungan

3 Pendidik a. Kualifikasi pendidikan

yang di miliki kurang

memadai

a. Kualifikasi pendidikan

diperlukan untuk

peningkatan kualitas

pendidikan

a. Pemberian

beasiswa untuk

mengikuti

pendidikan tinggi

a. Substansi kajian keilmuan

PAUD perlu dilengkapi dengan

kemampuan leadership.

b. Terbatasnya perguruan

tinggi yang

menyelenggarakan pro

b. Perguruan tinggi

diperlukan untuk

meningkatkan kulaitas

b. Univeritas

Terbuka membuka

program S1

Mempermudah perizinan bagi

lembaga pendidikan tinggi yang

akan menyelenggarakan S1 PAUD

Page 11: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

11

No

Aspek/Sub

Aspek Temuan Analisis Rekomendasi Masukan Cisarua

gram S1 PAUD tenaga kependidikan PAUD dengan criteria tertentu

c. Ketersediaan dana

untuk peningkatan SDM

masih kurang

c. Dana diperlukan

sebagai stimulan

peningkatan kulitas SDM

c. Penyediaan

dana yang

mamadai

d. Kesejahteraan SDM

masih kurang

d. Bantuan dana bagi

tenaga kependidik an

baik yang negeri maupun

swasta perlu disetarakan

d. Pemberian

intensif secara

rutin

e. Diklat tentang

profesionalisme masih

kurang ( dilaksanakan

me lalui KKG, KKTK

dan yayasan)

e. Diklat diperlukan

untuk peningkatan

kualitas profesionalisme

e. Pelatihan teknis

bagi pendidik ,- Pembinaan profesi guru TK/RA

,- Sosialisasi kode etik guru TK/RA

,- Melibatkan organisasi profesi

guru TK/RA untuk meningkatkan

pembinaan profesionalisme Guru

,- Adanya database untuk

pembinaan profesional guru,

sehingga pembinaan karir

berjenjang dan merata

,- Disusunya aturan perindungan

profesi guru TK/RA

f. Kurangnya tenaga

pengawas khusus TK/RA

karena selama ini

merangkap pengawas SD

f. Pengawas diperlukan

untuk peningkat an

kualitas pendidikan

f. Adanya Surat

Edaran dari untuk

daerah agar

mengangkat pe-

ngawas TK/RA

pusat

f. Pelatihan substansi pelaksanaan

TK/ RA, baik pengawas lama

maupun tenaga pengawas baru

g. Pendidik dalam

melaksanakan tertib

administrasi

g. Tertib adminstrasi

sangat diperlukan untuk

peningkatan kualitas

pendidikan

g. Diklat tentang

pengelolaan

administrasi

secara rutin

h. Guru belum memliki

kesadaran dan

kepekaan terhadap

kebutuhan kelompok

anak didik.

h. Pentingnya

kesadaran dan

kepekaan guru

terhadap kebutuhan

kelompok anak

didik(need assesmen)

h. Pelatihan guru untuk melakukan

need assesmen dan melakukan

modifikasi pada KBM yang

disesuaikan dengan kebutuhan

kelompok anak didik.

i. Guru kurang

memiliki pemahaman

tentang perkembangan

anak dan neuroscience

dalam pendidikan

i. Pentingnya guru

memahami

perkembangan anak

dan neuroscience dalam

pendidikan

i. Pelatihan bagi guru tentang

perkembangan anak dan

pentingnya neuroscience dalam

Pendidikan

j. Pemahaman

hospitality masih

kurang

Perlunya memelihara

sikap keramahtamahan

pendidik

j. Pelatihan hospitality bagi guru

5 Sarana a. Ketersediaan Sarana

prasarana yang belum

memenuhi standar

kebutuhan

a. Sarana prasarana yang

memadai dan

memenuhi standar akan

meningkatkan kualitas

pembelajaran

a. Penyediaan

sarana prasarana

yang sesuai

standar

b. Ketersediaan APE

yang belum memadai

untuk menunjang KBM

b. APE yang memadai

dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran

b. Penyediaan

APE yang

memadai

c. Ketersediaan ruang

khusus perpustakaan dan

c. Ruang perpustakaan

dan UKS serta buku -bu

c. Penyediaan

ruang

Page 12: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

12

No

Aspek/Sub

Aspek Temuan Analisis Rekomendasi Masukan Cisarua

UKS belum memenuhi

standar

uku diperlukan untuk me-

nunjang PBM

perpustakaan dan

UKS yang

memenuhi standar

serta buku-buku

6 Partisipasi

Masyarakat

Kinerja Komite belum

maksimal

Komite diperlukan untuk

kontribusi peningkatan

kualitas pendidikan, trans

paransi sebagai

pertanggungjawaban

lembaga

Pelatihan Komite

dalam

meningkatkan

pengelolaan TK

,- Penyuluhan tentang peran

komite dalam meningkatkan

pengelolaan TK

,- Penyuluhan kepada masyarakat

tentang tanggung jawab dalam

meningkatkan mutu pendidikan

TK/RA

7 Model

Pembelajaran

Aplikasi dari ke-3

pilihan model

pembelajaran (area,

sudut dan kelompok)

yang lebih dominan

dipilih kelompok dan

area.

a. Tidak adanya

petunjuk pelaksanaan

model pembelajaran

secara jelas.

a. Penyusunan petunjuk

pelaksanaan tentang model

pembelajaran di TK / RA meliputi

kegiatan belajar

mengajar(kegiatan awal, inti dan

kegiatan akhir) penataan ruang,

peran guru dan perleng kapan/

APE.

Kurang konsisten

terhadap penerapan

model pembelajaran

yang sudah dirancang

guru

b. Keterbatasan

pemahaman guru

tentang model

pembelajaran di TK /

RA

b. Pelatihan model pembelajaran di

TK/ RA, secara merata dan

berjenjang

* Diefektifkan fungsi pengawas

dalam melaksanakan supervisi

SDA Pelatihan intensif model

pembelajaran TK/RA bagi

Pengawas

Kurangnya sarana

pendukung dalam

melaksanakan model

pembelajaran

Kurang dana dan

kreativitas guru dalam

memanfaatkan barang

limbah untuk

mendukung proses

pembelajaran

Pelatihan APE melalui gugus atau

kelompok kerja guru serta

pelatihan khusus

8 Partisipasi

Orang Tua

dalam

pelaksanaan

KBM

Tuntutan orang tua

pada lembaga TK/RA,

bahwa pendidikan jadi

tanggung jawab

lembaga sepenuhnya

Perlunya keterlibatan

orang tua dalam KBM

,- Membangun komunikasi efektif

antara orang tua dengan lembaga

TK/RA, melalui kegiatan yang

terprogram.

Page 13: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

1

B. Hasil yang Diharapkan

Studi Dokumentasi (UU, PP, PERMENDIKNAS, Panduan, Edaran)

Kajian Konsep

Kajian Pelaksanaan (Perencanaan, Pelaksanaan Pembelajaran: Di luar kelas dan

Di dalam kelas, dan evaluasi; harian, dan semester)

Analisis hasil kajian

II. KERANGKA DASAR LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini

1. Landasan Yuridis

a. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

b. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak

dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya

sesuai dengan minat dan bakatnya”.

c. Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1,

Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada

pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1)

Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar,

(2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan

formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang

sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan

keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6)

Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam

Comment [UNJ6]: Tambahan

Comment [UNJ7]: Judul tetap dipertahankan, karena landasan keilmuan TK/RA sebagai bagian

dari kajian kelimuan PAUD. Tetapi pada

pelaksnaanya TK/RA merupakan lembaga penyelenggara PAUD yang menyelenggarakan

pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun dalam jalur

formal

Page 14: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

2

ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.”

2. Landasan Filosofis

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya

melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar

manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena

perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang

dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan

pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa

pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu

menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai

perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka

Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa

Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan

yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat

berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh

sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa

yang diharapkan. Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila

yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia

dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup

berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni

sebagai bangsa yang bermartabat.

Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat

dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan

pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.

3. Landasan Kelimuan

Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii

didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan

perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah

Page 15: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

3

perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit,

kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak

tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan

dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar

100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf

tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.

Jean Piaget (1972) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar

melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan

percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan

menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat

memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus

menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini bahwa : pengalaman

interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak.

Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan

orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia

dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya. Howard Gardner menyatakan tentang

kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily

kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik,

kecerdasan logika matematik, kecerdasan visual – spasial, kecerdasan musik.

Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan

dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi,

kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang

sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.

B. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pengertian

a. Anak usia dini

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki

karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun)

merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek

perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa awal

kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak.

Page 16: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

4

Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

(eksplosif).

b. Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani anak sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya serta memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih

lanjut.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

a. PAUD berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi

anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar

sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki

pendidikan selanjutnya.

b. PAUD bertujuan

1) membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab;

2) Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan

sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan

bermain yang edukatif dan menyenangkan.

3. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-

prinsip sebagai berikut :

a. Berorientasi pada Perkembangan Anak

Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan

tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu

memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang

disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke

rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.

Page 17: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

5

b. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan

anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan

untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik

maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

c. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain

Bermain merupakan cara belajar anak usia dini. Melalui bermain anak bereksplorasi

untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan, memanfaatkan objek-objek yang

dekat dengan anak, dan kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Ketika bermain

anak membangun pengertian yang berkaitn dengan pengalamannya.

d. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan

dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan

bermain anak.

e. Berpusat pada anak

Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subyek pendidikan.

Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajran diarahkan atau berpusat pada anak.

Dalam pembelajaran berpusat pada anak, anak diberi kesempatan untuk menentukan

pilihan, mengemukakan pendapat dan aktif melakukan atau mengalami sesndiri.

Pendidik bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator.

f. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu.

Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek

perkembangan anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek perkembangan

dengan aspek perkembangan lainnya saling terkait. Pembelajaran terpadu dilakukan

dengan menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep

kepada anak secara utuh.

g. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup

agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab, memiliki

disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan

hidupnya.

h. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Page 18: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

6

Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar , nara sumber dan

bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

i. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari

konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai pemahaman konsep

yang optimal maka penyampaiannya dapat dilakukan secara berulang

j. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat

dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang

menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi

anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran

hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam

proses pembelajaran.

k. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk

kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi

informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan anak

memenuhi rasa ingin tahunya.

C. Bentuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Pada ayat 3) menyebutkan bahwa

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-

kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan ayat

4) menyebutkan bahwa Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal

berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain

yang sederajat. Sehubungan dengan hal tersebut maka Kerangka Dasar Pendidikan

Anak Usia Dini adalah sebagai berikut.

1. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur non formal meliputi

Comment [UNJ8]: Kajian difokuskan pada PAUD jalur formal TK/RA

Comment [UNJ9]: Tidak diuraikan. Kajian ini akan lebih banyak diuraikan pada pembahasan kajian

kebijakan PAUD

Page 19: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

7

2. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur formal

a. Taman Kanak-Kanak

Adalah salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal

yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun

b. Raudhatul Athfal

Adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan

pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia 4 sampai 6 tahun

c. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini jalur Formal yang Sederajat

Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal

selain Taman kanak-kanak dan Raudatul Athfal, yaitu:

Tarbiyatul Athfal (TA)

Taman kanak-kanak Al-Quran (TKQ)

Taman pendidikan Al-Quran (TPQ)

Adi Sekha

TK-SD Satu atap

TK asuh

TK anak pantai

TK Bina Anaprasa

TK di lingkungan tempat kerja

Tk Keliling

TK mahasiswa KKN

TK di Lingkungan tempat ibadah

III. STRUKTUR PROGRAM PEMBELAJARAN

A. Standar Perkembangan Anak Usia Dini

1. Pengertian

Standar perkembangan anak usia dini adalah standar kemampuan anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar

Comment [UNJ10]: Untuk kajian TK/RA

mengkaji usia 4 – 6 tahun

Page 20: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

8

perkembangan merupakan acuan dalam mengembangkan program pembelajaran anak

usia dini.

2. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Cakupan Standar perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-

aspek sebagai berikut:

a. Moral dan nilai-nilai agama

b. Sosial, emosional, dan kemandirian

c. Bahasa

d. Kognitif

e. Fisik/Motorik

f. Seni

3. Standar Perkembangan per Usia

Standar perkembangan Per Usia ini disusun dalam rentangan usia dan disesuaikan

dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Standar perkembangan Per Usia ini

dapat digunakan sebagai dasar untuk melihat pencapaian tahapan perkembangan

anak pada tahapan usia tertentu.

Comment [UNJ11]: Aspek perkembangan anak pada setiap jenjang usia adalah sama, yang

membedakannya adalah tugas perkembangan pada tiap usia.

Comment [UNJ12]: TK/RA fokus pada usia 4 – 6 tahun. Tetaapi guru perlu mengetahui tugas

perkembangan sebelum anak usia 4 -6 tahun.

Page 21: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

9

Bagan Rentangan Standar Perkembangan Per Usia

USIA/UMU

R

ASPEK

Usia

1 tahun

Usia

2 tahun

Usia

3 tahun

Usia

4 tahun

Usia

5 tahun

Usia

6 tahun

MORAL

DAN

NILAI-

NILAI

AGAMA

Anak

mampu

memperhat

ikan

perilaku

keagamaan

yang

diterima

melalui

inderanya

Anak mulai

meniru

perilaku

keagamaan

secara

sederhana

dan mulai

mengekspre

sikan rasa

sayang dan

cinta kasih

Anak mampu

meniru secara

terbatas

perilaku

keagamaan

yang dilihat

dan

didengarnya

Mulai meniru

perilaku baik

atau sopan

Anak mampu

meniru dan

mengucapkan

bacaan

doa/lagu-lagu

keagamaan dan

gerakan

beribadah secara

sederhana, mulai

berperilaku baik

atau sopan bila

diingatkan

Anak mampu

meng ucapkan

bacaan

doa/lagu-lagu

kea-gamaan,

meniru gerakan

beribadah,

mengikuti

aturan serta

mampu belajar

berpetilaku baik

dan sopan bila

diingatkan

Anak mampu

melakukan

perilaku

keagamaan

secara berurutan

dan mulai

belajar

membedakan

perilaku baik

dan buruk

SOSIAL

EMOSION

AL

dan

Kemandiria

n

Anak

mampu

berinteraks

i dengan

merespon

kehadiran

orang lain

Anak

mampu

berinteraksi

dg

lingkungan

terdekatnya

(keluarga),

dan

menunjukka

n

keinginanny

a

Anak mampu

berinteraksi

dan mengenal

dirinya, dan

menunjukkan

keinginannya

Anak mampu

berinteraksi,

dapat

menunjukkan

reaksi emosi

yang wajar,

serta mulai

menunjukkan

rasa percaya diri

Anak mampu

berinteraksi,

mulai dapat

mengendalikan

emosinya, mulai

menunjukkan

rasa percaya

diri, serta mulai

dapat menjaga

diri sendiri

Anak mampu

ber- interaksi,

dan mulai

mematuhi

aturan, dapat

mengendalikan

emosinya,

menunjukkan

rasa percaya

diri, dan dapat

menjaga diri

sendiri.

KOGNITIF Anak

mampu

menyadari

keberadaa

n benda

yang tidak

dilihatnya

Anak

mampu

bereksploras

i terhadap

benda yang

ada di

sekitarnya

Anak mampu

mengenal

benda dan

memanipulasi

objek/benda

Anak mampu

mengenal

konsep

sederhana dan

dapat

mengklasifikasi

Anak mampu

mengenal dan

memahami

berbagai konsep

sederhana dalam

kehidupan

sehari-hari

Anak mampu

memahami

konsep

sederhana dan

dapat

memecahkan

masalah

sederhana dalam

kehidupan

sehari-hari.

BAHASA Anak

mampu

merespon

suara dan

mengucap-

kan satu

kata yang

bermakna

Anak

mampu

mengerti

isyarat dan

perkataan

orang lain

serta

mengucapka

n

keinginanny

a secara

sederhana

Anak dapat

men-

dengangarkan

, dan ber-

komunikasi

secara lisan

dengan

kalimat

sederhana

Anak dapat

mendengarkan,

berkomunikasi

secara lisan serta

memiliki

perbenda-

haraan kosa kata

yang semakin

banyak

Anak dapat

berkomunikasi

secara lisan,

memiliki

perbenda-

haraan kata-kata

dan mengenal

simbol-simbol

Anak dapat

berkomunikasi

secara lisan,

memiliki

perbendaharaan

kata, serta

mengenal

simbol-simbol

untuk per-

siapan

membaca,

menulis dan

berhitung

FISIK/

motorik

Anak

mampu

menggerak

-kan

tangan,

Anak

mampu

menggerakk

an anggota

tubuhnya

Anak mampu

melakukan

gerakan

seluruh

anggota

Anak mampu

melakukan

gerakan secara

ter- koordinasi

untuk

Anak mampu

melakukan

gerakan tubuh

secara ter-

koordinasi untuk

Anak mampu

melakukan

gerakan tubuh

secara ter-

koordinasi

Comment [UNJ13]: Kelompok usia kajian TK/RA

Page 22: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

10

USIA/UMU

R

ASPEK

Usia

1 tahun

Usia

2 tahun

Usia

3 tahun

Usia

4 tahun

Usia

5 tahun

Usia

6 tahun

lengan,

kaki,

kepala dan

badan

(latihan

kekuatan

otot tangan,

otot

punggung

dan otot

kaki) untuk

menjaga

keseimbang

an

tubuhnya

secara

terkoordinasi

kelenturan, dan

keseimbangan

kelenturan,

kelincahan, dan

keseimbangan

kelenturan

sebagai

keseimbangan,

dan kelincahan

SENI Anak

mampu

bereaksi

terhadap

irama yang

didengarny

a

Anak

mampu

meniru

suara dan

gerak secara

sederhana

Anak mampu

melakukan

berbagai

gerakan

anggota

tubuhnya

sesuai dengan

irama dapat

mengekpresi-

kan diri

dalam bentuk

goresan

sederhana

Anak mampu

melakukan

berbagai

gerakan sesuai

irama ,

menyajikan dan

berkarya seni

Anak mampu

meng-

ekspresikan diri

dengan meng-

gunakan

berbagai

media/bahan

dalam berkarya

seni melului

kegiatan

eksplorasi

Anak mampu

meng-

ekspresikan diri

dan berkreasi

dengan berbagai

gagasan

imajinasi dan

menggunakan

berbagai

media/bahan

menjadi suatu

karya seni.

Comment [UNJ13]: Kelompok usia kajian TK/RA

Page 23: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

11

B. Program Pembelajaran

1. Program pembelajaran TK, RA, BA dan bentuk lain yang sederajat

dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki SD,MI atau bentuk

lain yang sederajat.

2. Program pembelajaran TK dapat dikelompokkan dalam :

a. Program pembelajaran agama dan akhlak mulia

b. Program pembelajaran sosial dan kepribadian

c. Program pembelajaran pengetahuan dan teknologi

d. Program pembelajaran estetika, dan

e. Program pembelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

3. Semua kelompok program pembelajaran terdiri dari : pengembangan moral dan

nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian berbahasa, kognitif, seni ,

fisik/motorik. Untuk menyederhanakan lingkup program pembelajaran dari

tumpang tindih serta untuk memudahkan guru menyusun program pembelajaran

yang sesuai dengan pengalaman mereka, maka aspek-aspek perkembangan

tersebut dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh mencakup bidang

pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar

4. Penyelenggaraan program pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang dan mendorong kreativitas serta kemandirian.

5. Program pembelajaran disusun dengan memperhatikan tingkat perkembangan

fisik dan psikologis peserta didik serta kebutuhan dan kepentingan terbaik anak

dan dilaksanakan secara berkelanjutan.

6. Pengembangan program pembelajaran TK di didasarkan pada prinsip bermain

sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan

bakat, minat dan kemampuan masing-masing peserta didik, sosial budaya serta

kondisi kebutuhan masyarakat setempat.

7. Pengembangan program pembelajaran harus mengintegrasikan kebutuhan peserta

didik terhadap kesehatan, gizi, dan stimulasi psikososial.

8. Program pembelajaran dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan relevansinya

oleh satuan pendidikan.

Bagan Cakupan Program Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

Page 24: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

12

No Program

Pembelajaran

Cakupan

1 Agama dan

akhlak mulia

Peningkatan potensi spiritual peserta didik melalui contoh

pengalaman dari pendidik agar menjadi kebiasaan sehari-hari, baik

di dalam maupun di luar sekolah, sehingga menjadi bagian dari

budaya sekolah

2 Sosial dan

kepribadian

Pembentukan kesadaran dan wawasan peserta didik atas hak dan

kewajibannya sebagai warga masyarakat dan dalam interaksi sosial

serta pemahaman terhadap diri dan peningkatan kualitas diri sebagai

manusia sehingga memiliki rasa percaya diri

3 Pengetahuan dan

teknologi

Mempersiapkan peserta didik secara akademik memasuki SD, MI

atau bentuk lain yang sederajat dengan menekankan pada penyiapan

kemampuan berkomunikasi dan berlogika melalui berbicara,

mendengarkan, pra membaca, pra menulis dan pra berhitung yang

harus dilaksanakan secara hati-hati, tidak memaksa, dan

menyenangkan sehingga anak menyukai belajar.

4 Estetika Meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan diri dan

kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni yang terwujud

dalam tingkah laku keseharian

5 Jasmani,

olahraga dan

kesehatan

Meningkatkan potensi fisik dan menanamkan sportivitas serta

kesadaran hidup sehat dan bersih.

C. Waktu Belajar dan Kalender Pendidikan

1. Waktu Belajar

Program pembelajaran pada anak usia dini untuk TK /RA dan bentuk lain yang

sederajat menggunakan beban belajar satu tahun dalam bentuk perencanaan semester,

perencanaan mingguan dan perencanaan harian. Perencanaan program pembelajaran

di TK / RA dan bentuk lain yang sederajat adalah perencanaan mingguan efektif

dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu, dengan jam belajar efektif

adalah 2,5 jam (150 menit). Perminggu adalah 15 jam (900 menit) pertahun adalah

510 jam (30.600 menit).

Comment [UNJ14]: Waktu belajar yang diatur selama ini adalah waktu

belajar minimal di TK/RA.

Seiring dengan perkembangan dalam bidang pendidikan, sekarang ini banyak bermunculan TK

yang lebih dari 2.5 jam , menjadi TK/RA yang full day. Sehingga perlu adanya aturan bagi pengelolaan

TK/RA fullday

Page 25: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

13

2. Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan anak usia dini mencakup permulaan tahun ajaran,

minggu efektif, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Kalender pendidikan

tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

D. Pengembangan Program Pembelajaran

1. Prinsip – Prinsip Pengembangan

Pengembangan program pembelajaran hendaknya memperhatikan beberapa

prinsip berikut ini:

a. Relevansi

Program pembelajaran anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan

perkembangan anak secara individu

b. Adaptasi

Program pembelajaran anak usia dini harus memperhatikan dan mengadaptasi

perubahan psikologis, IPTEK, dan Seni.

c. Kontinuitas

Program pembelajaran anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara

satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka

mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya

d. Fleksibilitas

Program pembelajaran anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan

dikembangakan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta

kondisi lembaga penyelenggara

e. Kepraktisan dan Akseptabilitas

Program pembelajaran anak usia dini harus memberikan kemudahan bagi praktisi

dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini.

f. Kelayakan (feasibility)

Program pembelajaran anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan

keberpihakan pada anak usia dini.

g. Akuntabilitas

Program pembelajaran anak usia dini harus dapat dipertanggungjawabkan pada

masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan anak usia dini

Page 26: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

14

2. Pendekatan Pengembangan

Pengembangan program pembelajaran anak usia dini juga harus

memperhatikan berbagai pendekatan berikut ini:

a. Pendekatan Holistik dan Terpadu

Pengembangan program pembelajaran dan isi program didalamnya hendaknya

dapat mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan, potensi kecerdasan jamak

serta berbagai aspek kebutuhan anak usia dini lainnya seperti kesehatan dan gizi

secara holistik dan terpadu. Sebagai konsekuensinya, identifikasi dan pemetaan

kompetensi harus disusun dan diorganisasikan sesuai dengan perkembangan dan

analisis kebutuhan anak usia dini.

b. Pendekatan Ragam Budaya (Multiculture approach)

Pengembangan program pembelajaran anak usia dini harus memperhatikan

lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitar anak, maupun yang mungkin

dialami anak pada perkembangan berikutnya.

Pendekatan multi budaya akan memberikan konsekuensi pentingnya cakupan isi

program yang dihadapi untuk mengakomodasi pemahaman anak pada kebiasaan,

budaya dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan budaya-budaya lain yang terdapat

di Indonesia maupun budaya global.

c. Pendekatan Konstruktivisme (Constructivism Approach)

Program pembelajaran anak usia dini hendaknya mengacu pada pendekatan

konstruktivisme yang beranggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya.

Untuk itu isi program pembelajaran harus dapat memberikan peluang bagi anak untuk

belajar sesuai dengan minat, motivasi dan kebutuhannya. Hal ini akan berdampak

pada proses pembelajaran yang berpusat pada anak, yang diwarnai dengan adanya

kebebasan untuk bereksplorasi dalam rangka mencari dan menemukan sendiri

pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya.

d. Pendekatan program pembelajaran bermain kreatif (Play based curriculum

approach)

Filosofi dan teori program pembelajaran bermain kreatif didasarkan pada 4

(empat) hal, yaitu: (1) bagaimana anak membangun kemampuan sosial dan emosional,

(2) bagaimana anak belajar untuk berpikir, (3) bagaimana anak mengembangkan

kemampuan fisik serta (4) bagaimana anak berkembang melalui budaya anak.

3. Prinsip Pelaksanaan

Comment [UNJ15]: Pendekatan pengembangan di TK/RA sama dengan PAUD, hanya saja TK/RA

fokus pada usia 4 – 6 tahun.

Page 27: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

15

Dalam pelaksanaan Program Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini

menggunakan prinsip sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Program Pembelajaran didasarkan pada potensi, perkembangan dan

kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang

bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Program Pembelajaran dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

yaitu : 1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2)

belajar untuk memahami dan menghayati, 3) belajar untuk mampu melaksanakan

dan berbuat secara efektif, 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk

orang lain dan 5) belajar untuk membangun menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan Program Pembelajaran memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan atau percepatan sesuai dengan

potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap

memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang

berdimensi ke Tuhanan, individual, kesosialan, dan moral.

d. Program Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan

pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat,

dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangunkarsa, ing ngarsa sung

tulado (bahasa Jawa yang berarti : di belakang memberikan daya dan kekuatan, di

tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan

teladan).

e. Program Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi

strategi dan multi media, sumber belajar, dan teknologi yang memadai dan

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

f. Program Pembelajaran dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan

muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

E. Prinsip Penyusunan Rencana Pembelajaran

1. Sesuai dengan tahap perkembangan anak

Page 28: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

16

Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan

kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain

penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan

anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak

tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak.

Sebagai contoh untuk kelompok anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan

dengan lancar, rencana pembelajaran yang berisi latihan berdiri tentunya tidak

menantang anak untuk berkembang lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok anak

tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan untuk membuat pola warna tidak akan

dapat dicapai anak.

Mengetahui tahap perkembangan kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar

Perkembangan.

2. Memenuhi kebutuhan belajar anak

Selain memperhatikan tahap perkembangan anak, rencana pembelajaran juga

harus dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak

memiliki gaya belajar yang berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok

usia tertentu ada dalam tahap perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya

setiap anak memiliki kekhasan masing-masing. Oleh karena itu dalam menyusun

rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan kekhasan anak secara individu.

Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran masing-masing anak dapat

dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) di saat anak baru masuk

program, atau dengan cara mengamati saat anak main. DDTK adalah sekelompok

instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap perkembangan anak. Apabila

perencanaan pembelajaran disusun setelah dilakukan penilaian, maka hasil penilaian

perkembangan anak dapat dijadikan dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran

berikutnya.

3. Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan)

Rencana pembelajaran yang disusun harus mencakup semua aspek perkembangan

anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian,

bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran

yang menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek

perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan

menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang

Comment [UNJ16]: DDTK dapat diperoleh dari departemen kesehatan.. untuk melakukan DDTK

pendidik perlu mendapatkan pelatihan untuk menggunakan instrumen DDTK

Page 29: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

17

dikembangkan mencakup moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai ciptaan

Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan keluargaku, dll),

kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional (mengenal kesukaan

dan ketidaksukaanku), dan seterusnya.

4. Operasional

a. Tujuan jelas dan dapat diukur

Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam

pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup

pengembangan semua kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai

dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator

paling sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan

dalam tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan.

Tujuan yang dituangkan dalam rencana pembelajaran pun harus dapat terukur,

konkrit, dan dapat diamati. Contoh perumusan tujuan: Untuk mengembangkan

kemampuan berbahasa anak (Tujuan masih umum belum kongkrit). Bandingkan

dengan tujuan berikut ini; Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat (lebih

kongkrit/terukur).

b. Dapat dilaksanakan

Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, karena itu

penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat diterapkan dalam

pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar perencanaan dapat laksanakan

maka harus memperhatikan sumber daya yang ada (SDM, sarana dan prasarana,

lingkungan/muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

5. Mengoptimalkan potensi lingkungan

Salah satu tujuan PAUD adalah mengembangkan kemampuan anak dalam

mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap

lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber

belajar, sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus

dijaga kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus

berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak.

Page 30: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

18

Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang

yang ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda,

tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan

fisk juga perlu memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai

keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya.

Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut diatas menjadi sumber belajar yang

tidak ada habisnya untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan pembelajaran bagi

anak usia dini.

Contoh:

Tema Tempat Beribadah,

Sub tema:: Masjid

Kegiatan yang akan dilaksanakan:

- Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-

kegiatan yang dapat dilakukan di masjid.

- Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh

bagian bangunan masjid.

- Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya

tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar,

menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting,

menyusun puzle, dll.

Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat diartikan dengan memanfaatkan

semua benda dan alat yang ada di lingkungan sebagai APE yang dapat dikembangkan

sendiri oleh guru bersama anak sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan

atau keterbatasan APE yang dimiliki.

F. Pengembangan Perencanaan Program Pembelajaran

1. Perencanaan semester

Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang dipetakan

berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar,

dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang

diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1

dan 2.

Page 31: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

19

Langkah-langkah pengembangan program semester, sebagai berikut:

Mempelajari dokumen Kurikulum, yakni dan standar perkembangan

dasar.

Menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi

tersebut untuk setiap kelompok dalam satu semester.

Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam

langkah ini yang harus dilakukan adalah memasukkan hasil belajar

dan/atau indikator ke dalam jaringan tema.

Menetapkan pemetaan jaringan tema dengan memperhatikan keleluasaan

cakupan pembahasan tema dan sub-sub tema serta minggu efektif sekolah,

sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan.

Berikut ini disajikan contoh tema dan alokasi waktu

Tema Semester 1

No. Tema Perkiraan Waktu*

1 Diri Sendiri 3 minggu

2 Lingkunganku 4 minggu

3 Kebutuhanku 4 minggu

4 Binatang 3 minggu

5 Tanaman 3 minggu

JUMLAH 17 minggu

Tema Semester 2

No. Tema Alokasi Waktu

1 Rekreasi 4 minggu

2 Pekerjaan 3 minggu

3 Air, udara, dan api 2 minggu

4 Alat komunikasi 2 minggu

5 Tanah airku 3 minggu

6 Alam semesta 3 minggu

JUMLAH 17 minggu

Page 32: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

20

Catatan:

Antara minggu ke-8 dan ke-9 pada semester I dan II diadakan kegiatan tengah

semester selama 4 hari, misalnya kegiatan pekan olah raga dan seni (Porseni),

karyawisata/rekreasi, lomba kreatifitas, bazaar, dan kegiatan lainnya.

Kegiatan tengah semester ini dimaksudkan untuk mengembangkan bakat, kepribadian,

prestasi dan kreatifitas peserta didik dalam rangka pengembangan pendidikan anak

seutuhnya.

2. Pengembangan tema

Pada awal tahun pelajaran, penentukan tema yang akan dibahas dalam satu tahun

sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat. Beberapa dalam menentukan

tema :

a. Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam

standar isi Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan

tema.

b. Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema lebih terurai.

c. Diri Sendiri

d. Lingkunganku

e. Kebutuhanku

f. Binatang

g. Tanaman

h. Rekreasi

i. Pekerjaan

j. Air, Udara, dan Api

k. Alat Komunikasi

l. Tanah Airku

m. Alam Semesta

Tema-tema di atas merupakan contoh dan dapat dibuat tema lain atau

dikembangkan berdasarkan kondisi daerah dan kemampuan masing-masing lembaga

sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema, demikian pula dalam penentuan

perkiraan waktu untuk setiap tema.

Page 33: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

21

Selain tema-tema tersebut di atas, apabila terjadi peristiwa atau kejadian di sekitar

anak pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran

walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.

3. Perencanaan mingguan

Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM).

SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan

dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai

dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.

Perencanaan mingguan dapat disusun dalam bentuk, antara lain satuan kegiatan

mingguan (SKM) model pembelajaran kelompok, dengan kegiatan pengaman, satuan

kegiatan mingguan (SKM) model pembelajaran kelompok dengan sudut kegiatan dan

satuan kegiatan mingguan (SKM) model pembelajaran berdasarkan minat.

a. SKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman

1) Komponen SKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman

adalah sebagai berikut

a) Tema dan sub tema.

b) Alokasi waktu.

c) Aspek pengembangan.

d) Kegiatan per aspek pengembangan.

2) Langkah-langkah pengembangan SKM model pembelajaran kelompok dengan

kegiatan pengaman adalah sebagai berikut:

a) Menjabarkan tema dan merinci subtema.

b) Membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan.

c) Menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan pada bidang

d) pengembangan dalam program semester.

b. SKM model pembelajaran kelompok dengan sudut kegiatan

1) Komponen SKM model pembelajaran kelompok dengan sudut kegiatan adalah

sebagai berikut:

a) Tema dan sub tema.

b) Alokasi waktu.

Page 34: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

22

c) Aspek pengembangan.

d) Kegiatan per aspek pengembangan.

2) Langkah-langkah pengembangan SKM model pembelajaran dengan sudut

kegiatan adalah sebagai berikut:

a) menjabarkan tema dan merinci subtema.

b) membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan.

c) menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan dan dimasukkan dalam area

c. SKM model pembelajaran berdasarkan minat

1) Komponen SKM model pembelajaran berdasarkan minat adalah sebagai berikut:

a) Tema dan sub tema.

b) Alokasi waktu.

c) Aspek pengembangan.

d) Kegiatan per aspek pengembangan.

2) Langkah-langkah pengembangan SKM model pembelajaran berdasarkan minat

adalah sebagai berikut:

a) menjabarkan tema dan merinci subtema.

b) membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan.

c) menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan dan dimasukkan dalam area

4. Perencanaan harian

Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH

merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat

kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual,

kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. SKH terdiri atas kegiatan awal,

kegiatan inti, istirahat/makan, dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara

klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, misalnya berdoa/mengucap

salam, membicarakan tema atau subtema, dan sebagainya.

Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian,

kemampuan, sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui

Page 35: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

23

kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan

bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitas

anak, serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi

dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan

kegiatan yang dilaksanakan secara individual/ kelompok.

Istirahat/Makan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengisi

kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misalnya mengenalkan

kesehatan, makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci

tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan. Setelah

kegiatan makan selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan

di luar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan

bersosialisasi. Kegiatan ini disesuaikan dengan kemauan anak, anak makan

kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu kemudian makan.

Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara

klasikal. Kegiatan yang dapat diberikan pada kegiatan akhir, misalnya

membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu cerita, mendiskusikan

tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok hari, menyanyi,

berdoa, dan sebagainya.

Satuan kegiatan harian (SKH) dapat disusun dalam bentuk, antara lain SKH

model pembelajaran kelompok, SKH pembelajaran berdasarkan minat dengan

sudut kegiatan, dan SKH pembelajaran berdasarkan minat dengan area.

a. SKH model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman

1) Komponen SKH model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman

adalah sebagai berikut:

a) Hari, tanggal, waktu.

b) Indikator.

c) Kegiatan pembelajaran.

d) Alat/sumber belajar.

e) Penilaian perkembangan peserta didik.

Page 36: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

24

2) Langkah-langkah penyusunan SKH model pembelajaran kelompok dengan

kegiatan pengaman adalah sebagai berikut:

a) Memilih kegiatan yang sesuai dalam SKM untuk dimasukkan ke dalam

SKH. Penulisan indikator dalam SKH diberi keterangan bidang

pengembangan.

b) Merumuskan kegiatan yang sesuai untuk mencapai indikator yang dipilih

dalam SKH.

c) Memilah kegiatan ke dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir. Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam

kelompok sesuai program yang direncanakan.

d) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih.

e) Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan.

f) Menyediakan alat – alat kegiatan pengaman dimana alat-alat tersebut

tidak sama dengan alat-alat pada kegiatan inti.

g) Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian

indikator.

b. SKH model pembelajaran kelompok dengan sudut kegiatan

1) Komponen SKH model pembelajaran kelompok dengan sudut kegiatan

sebagai berikut:

a) Hari, tanggal, waktu.

b) Indikator.

c) Kegiatan pembelajaran.

d) Alat/sumber belajar.

e) Alat dan hasil penilaian perkembangan anak didik.

2) Langkah-langkah penyusunan SKH dengan sudut kegiatan sebagai

berikut:

a) Memilih dan menata kegiatan ke dalam SKH.

b) Memilah kegiatan ke dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir.

Page 37: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

25

c) Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan sudut

kegiatan yang akan dilaksanakan.

d) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih.

e) Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan.

f) Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur

ketercapaian hasil belajar atau indikator.

c. SKH model pembelajaran berdasarkan minat

1) Komponen SKH model pembelajaran berdasarkan minat sebagai berikut:

a) Hari, tanggal, waktu.

b) Indikator.

c) Kegiatan pembelajaran.

d) Alat/sumber belajar.

e) Alat dan hasil penilaian perkembangan anak didik.

2) Langkah-langkah penyusunan SKH berdasarkan minat sebagai berikut:

a) Memilih kegiatan yang sesuai dengan SKM untuk dimasukkan ke dalam

SKH. Penulisan Indikator dalam SKH diberi keterangan bidang

pengembangan.

b) Merumuskan kegiatan yang sesuai untuk mencapai indikator yang dipilih

dalam SKH.

c) Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajarn disesuaikan dengan minat (area)

yang akan dilaksanakan.

d) Memilih kegiatan dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam kelompok

sesuai program yang direncanakan.

e) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih.

f) Memiih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan.

g) Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian

hasil belajar atau indikator.

IV. Penutup

Page 38: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

26

Berdasarkan kajian dokumentasi, kajian konsep dan kajian kebijakan pelaksanaan

TK/RA dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlu aturan yang jelas dan tegas tentang perijinan dan pembinaan antara

lembaga TK dan RA.

2. Ditemukan data tentang kompetensi guru TK/RA yang belum memahami

neouroscience, perkembangan anak, dan need assessment,. Berdasarkan temuan

tersebut, maka sebaiknya guru diberikan pelatihan yang merata mengenai

pemahaman tersebut.

3. Pada pengawas TK/RA perlu pelatihan intensif tentang ke TK/Ra-an.

4. IGRA dan IGTKI dimaksimalkan peranya dalam membantu pelaksanaan

pelatihan pengembangan kompetensi kepala dan guru TK/RA.

5. Perlunya disusun data based guru TK/RA dalam rangka peningkatan

profeisonalisme guru dan monitoring kualitas TK/RA. Pendataan dapat

dilakukan dengan melibatkan organisasi profesi guru TK/RA.

Page 39: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

27

III. Kajian Kurikulum MI

KAJIAN DOKUMENTASI

N

O

SUB

ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

1 Undang-

undang

Adanya kontradiksi dalam UU

Sisdiknas antara BAB IV

Pasal 9 yang

berbunyi; ”Masyarakat

berkewajiban memberikan

dukungan sumber daya dalam

penyelenggaraan pendidikan”

Vs BAB VIII Pasal 34 (2)

yang berbunyi; ”Pemerintah

dan Pemerintah Daerah

menjamin terselenggaranya

wajib belajar minimal pada

jenjang pendidikan dasar tanpa

memungut biaya”

UU RI No.20/2003 BAB XII

Pasal 49(1)

UU RI No.20/2003 Pasal 46 (1)

Penyelenggara pendidikan

dilema untuk melaksanakan

UU tersebut dan terjadi tarik-

menarik antara tuntutan

kualitas dan sumber dana yang

kurang memadai karena

dilarang melakukan pungutan

biaya

Pemerintah meninjau

ulang dan mencermati

kembali

nomenklatur ”...tanpa

memungut biaya...” Pada

BAB VIII Pasal 34 (2)

2 Peraturan

Pemerint

ah

Adanya kontradiksi antara PP

No 19 Th. 2005 Pasal 10

(1&2) yang

menyatakan ”Beban belajar

untuk SD/MI...sesuai

kebutuhan dan ciri khas

masing-masing Vs Permen

diknas 22 Th 2006 Tentang

struktur kurikulum point (d)

yang berbunyi; ”Jam

pembelajaran untuk setiap

mata pelajaran..menambah

maksimum 4 jam

pembelajaran per minggu

secara keseluruhan.

PP No.55/2007 Pasal 3 (2)

Sebagian madrasah proses

pembelajaran yang sangat

beragam dan kreatif untuk

menuntaskan mata

pelajaran tertentu yang

kekurangan jam tatap muka

perminggu. Sebagian lagi

yang mengacu pada struktur

yang ada dan tanpa ada

keberanian melakukan

inovasi

Terjadi pengelabuan

informasi dimana sekolah

tidak memiliki keberanian

untuk menuliskan jumlah

jam yang sebenarnya.

Pemerintah

memberikan

keleluasaan untuk

menambah atau

mengembangkan jam

tatap muka untuk setiap

mata pelajaran

Tambahan

Meninjau kembali

Permen 22 tahun 2006

Struktur yang

membatasi penambahan

jam pembelajaran

hanya 4 jam

3 Peraturan

Menteri

4 Panduan

POS

BSN

P

Belum adanya kejelasan

informasi terkait pelaksanaan

ujian akhir semester kelas VI

dan mekanisme pengambilan

nilai semester 12 (semester 2

kelas VI)

Belum adanya kejelasan untuk

menentukan passing grade di

tingkat MI

Guru merasa galau dan

kesulitan untuk menentukan

passing grade kelulusan.

Perlu juknis untuk

memperkuat dan

memberikan uraian

penegasan dalam

penyelenggarakan

UASBN

Perlu kesepakatan

bersama dalam

menentukan kriteria

passing grade pada

tingkat wilayah

5 Edaran

Edaran Dirjen PAIS tentang

Standar Kompetensi Lulusan

7,5

Guru dan masyarakat

pengguna pendidikan merasa

resah

Pemerintah agar lebih

cermat dan hati-hati dalam

membuat dan menerbitkan

Comment [u17]: Pemerintah harus

merealisasikan dana pendidikan minimal 20% dari

APBN dan minimal 20% dari APBD selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan.

Comment [u18]: Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama anatara Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat.

Analisis:

Pada tataran kebijakan madrasah termasuk MI diposisikan diskriminatif dalam anggaran APBD,

baik menyangkut sarana prasarana, bahan ajar, dan

kesejahteraan guru karena mengacu pada Edaran Mendagri No. 903/2429/SJ Tanggal 21 September

2005 tentang pedoman penyusunan APBD. Padahal

sudah ada edaran Dirjen No. 903/210/BAKD,yang menyebutkan

“Untuk menyukseskan program wajib belajar

Sembilan tahun…penyediaan kredit anggaran melalui APBD untuk mendanai kegiatan proses

belajar pada sekolah yang dikelola masyarakat

termasuk yang berbasis keagamaan seperti madrasah

Ibtidaiyah….”

kemudian diperkuat dengan Kep.Mendagri No.55

Th 2007 yang menjelaskan bahwa anggaran untuk madrasah dan sekolah diposisikan setara atau sejajar

tanpa adanya diskriminasi.

Rekomendasi:

Pemerintah segera mensosialisasikan Kep. Mendagri No 55 Th. 2007 mengenai kesetaraan anggaran

untuk sekolah dan madrasah.

Comment [u19]: Tentang pendidikan agama dan keagamaan yaitu “Pengelolaan pendidikan agama

menjadi tanggung jawab Menteri Agama”.

Temuan :

Adanya temuan pada beberapa lembaga pendidikan yang ter indikasi inklusivisme dan eklusivisme.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang

menyimpulkan bahwa militansi dan eklusifisme terjadi pada sekolah umum,

Indikasi inklusivisme lebih mengarah pada

bagaimana agama maupun kepercayaan disejajarkan dan bersentuhan dengan wilayah aqidah/keyakinan

Analisis: Konten dan Pelaksanaan pendidikan agama dan

keagamaan pada sekolah umum harus terkoordinasi

dengan Departemen Agama.

Rekomendasi:

Semua Intansi di bawah Departemen Pendidikan Nasional harus menacu pada PP No.55/2007

Comment [u20]: Sekolah diberi peran dan keleluasaan untuk mendisain struktur kurikulum dan

jam tatap muka.

Comment [u21]: Tambahan: seperti yang diedarkan pada tahun-tahun

sebelumnya.

Page 40: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

28

edaran untuk masyarakat

pendidikan

KAJIAN KONSEP

N

O

ASPEK

TEMUAN

ANALISIS

REKOMENDASI

1

2

3

4

Struktur

kurikulum

dan Beban

Belajar

Kalender

Pendidika

n

Silabus

dan RPP

Mata

Pelajaran

Struktur kurikulum terlalu luas

dan melebar, sehingga

pembelajaran tidak bisa

dikembangkan secara

mendalam

Kalender pendidikan masih

menginduk ke diknas

Mayoritas guru belum kreatif

untuk mengembangkan

silabus/RPP kurang mandiri

(copy paste)

Tambahan-)

Sering berubahnya

pengistilahan mata pelajaran

Terlalu banyaknya

pelajaran mengakibatkan

siswa sulit fokus

penguasaan materi.

Sehingga anak tidak dapat

menguasai pelajaran secara

mendalam dan tidak

maksimal

Guru di madrasah belum

bisa merancang kalender

pendidikan secara mandiri

sehingga harus mengadopsi

kalender yang ada

Adanya beberapa contoh

silabus dan RPP yang

mudah diakses membuat

guru kurang inovatif

Perubahan nama mata

pelajaran tersebut tanpa

menyentuh makna substansi

mata pelajaran tersebut

Mengurangi muatan

mata pelajaran.

Pelajaran tertentu

digabungkan sesuai

dengan rumpun mata

pelajaran tanpa

menghilangkan

substansi dan pesan

moral mata pelajaran

tersebut

Perlu adanya payung

hukum bagi madrasah

untuk melakukan

inovasi dan

pengembangan

madrasah

Perlu adanya pelatihan

peningkatan mutu

profesionalisme guru

Perlunya pelatihan

peningkatan SDM guru

terutama untuk

mengembangkan

silabus dan RPP

Perlu adanya

konsistensi penamaan

mata pelajaran

KAJIAN PELAKSANAAN

1

2

Pengemba

ngan visi

dan misi

sekolah

Penentuan

struktur

kurikulum

Visi misi di beberapa

madrasah belum mencakup

secara holistik

Jam pelajaran al- Qur‟an

yang tersedia kurang

memadai (hanya 2 jam),

Perumusan dilakukan tanpa

melibatkan stake-holder,

sehingga masih parsial dan

kurang fokus

kenyataan di lapangan

banyak madrasah yang

kreatif menyiasati

Perlu peningkatan

peran serta

masyarakat dalam

merumuskan visi dan

misi madrasah

Meningkatkan

profesionalisme guru

dengan melakukan

pelatihan terkait

dengan

pengembangan

KTSP

Perlu adanya

Comment [u22]: Langkah-langkah dan komponen silabus maupun RPP terlalu banyak, perlu

dibuat simple

Temuan: Guru terlalu disibukkan oleh perangkat

administratif sehingga terlalu letih untuk melakukan inovasi setrategi pembelajaran.

Rekomendasi: Format dan dan komponen Silabus/RPP

disederhanakan. Guru diberi kewenangan penuh

untuk mendesain silabus/RPP tanpa menghilangkan

substansi

Comment [u23]: Lihat kurikulum nasional Belanda, Ingris, Malaysia, dan Amerika

Comment [u24]: Mata pelajaran tertentu, bisa dilakukan dengan cara tugas mandiri atau test out

system seperti; Penjas Olah Raga dan Kesehatan dan Seni Budaya dan Keterampilan, bila perlu

kwarganegaraan dikategorikan sebagai

pengembangan diri.

Andreas H: Sekat-sekat pembatasan kurikulum

merupakan pembodohan anak bangsa.

Comment [u25]: Sekolah diganti dengan madrasah

Page 41: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

29

3

4

Pengemba

ngan

program

kegiatan

dan

pengemba

ngan diri

(BK dan

Ekskul)

Pengemba

ngan diri

(mulok,

penyusun

an

silabus,

dan

penyusun

an RPP)

Kegiatan pengembangan

diri masih kering dari

kebutuhan bermain anak

Minimnya sarana dan

prasarana pendukung

kegiatan ekskul

Dibeberapa madrasah masih

belum memiliki guru olah

raga dan BK

Langkanya guru mulok

bahasa jawa

Tidak adanya standarisasi

kompetensi mulok setiap

daerah (bahasa daerah)

masih kurang tergerak

untuk membuat silabus atau

RPP, terlebih lagi sudah

banyak silabus atau RPP

yang siap saji dari beberapa

penerbit dan sekolah lain

yang notabene lebih maju.

Untuk pengembangan

silabus Bahasa arab, Bahasa

Inggris, dan mulok

menemukan kesulitan

karena guru harus

merancang dan mendisain

SK dan KD secara mandiri

kekurangan jam mata

pelajaran al-Qur‟an dengan

menggunakan jam nol

(sebelum jam pertama, 30

menit jam pertama,

melakukan tutor sebaya, dan

lain-lain, contoh di MIN

Jejeran, MIN Sindutan, MI

Maarif Bego, MI Jappi, MI

Al Islami, MI Istiqomah

Sambas, MI Pembangunan

UIN, dll)

Guru di madrasah masih belum

komprehensip memahami

konsep pengembangan diri,

diperparah lagi dengan

minimnya sarana dan

prasarana serta SDM yang

kurang memadai

Yogya sebagai representasi

daerah dan kota pendidikan di

Indonesia masih kekurangan

guru mulok yang kompeten

sesuai dengan potensi daerah,

contoh MIN Yogja II yang

terdapat pembelajaran

membatik masih mengundang

guru tamu.

penambahan jam

pada mata pelajaran

al- Qur‟an

Madrasah perlu

dimotivasi untuk

melakukan inovasi

dalam menyiasati

kekurangan jam tatap

muka

Perlu adanya sosialisasi

atau informasi tambahan

baik secara tertulis atau

pembinaan langsung

dari pemerintah terkait

dengan pengembangan

diri

Pemerintah

mengidentifikasi dan

menempatkan guru BK

dan olah raga sesuai

kebutuhan madrasah.

mensosialisasi kan

buku panduan

pengembangan

dilengkapi dengan

contoh silabus dan

RPP yang

representatif ,

pleksibel, dan simpel.

mengadakan pelatihan

pengembangan silabus

dan RPP

Pemerintah daerah

perlu manggali potensi

daerah dan

mempersiapkan guru

yang kompeten untuk

mengembangkan dan

memberdayakan mapel

mulok

5 Pelaksana

an

pembelaja

rn

(Strategi,

metode,

dan media

pembelaja

rn di kelas

dan luar

kelas

Terbatasnya sarana dan media

pembelajaran

Penggunanaan alat peraga

belum maksimal karena belum

memahami penggunaannya

Guru belum maksimal

mempraktekkan setrategi

pembelajaran

Adanya tuntutan

profesionalisme untuk

melakukan pembelajaran yang

menarik di satu sisi dengan

tuntutan tugas administrasif

yang semakin menumpuk

sehingga guru merasa

terbebani dan tidak maksimal

melakukan inovasi dan

improvisasi.

Perlu pelatihan

setrategi dan teknologi

pembelajaran

6 Evaluasi

(penilaian

Beragamnya aspek penilaian

dalam administrasi kelas

Perubahan sistem penilaian

secara cepat dan banyaknya Perlu adanya

kesepakatan untuk

Page 42: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

30

harian,

akhir

tahun,

dan ujian

sekolah)

sehingga sebagian guru masih

merasa kesulitan

Instrumen penilaian setiap

aspek mata pelajaran terutama

mapel Bahasa di kelas

menemui kesulitan

Adanya kebijakan perubahan

sistem penilaian yang terlalu

cepat

aspek penilaian sehingga

guru disibukkan oleh

perangkat administratif

Evaluasi pembelajaran kurang

terukur karena penilaian proses

tidak dilakukan secara

maksimal. Hal ini diperjelas

dengan jomplangnya hasil

ulangan harian, rapor dengan

hasil ujian bersama

menentukan aspek

penilaian dan

penyederhanaan

penilaian

Adanya payung

hukum yang

memberi

keleluasaan untuk

melakukan,

mendesain, dan

membagikan hasil

penilaian

akhir/rapor.

Ada pelatihan

pembuatan

instruman soal dan

kisi-kisi

7 Pengemb

angan

SDM

Comment [u26]: Temuan:

Masih banyak ditemukan guru dan karyawan yang

kurang bermutu

Analisis:

Kualitas madrasah masih terpuruk karena ditangani

oleh guru yang tidak profesional

Rekomendasi:

Segera dilakukan rekrutmen guru yang standar

sesuai peraturan yang berlaku

Pemerintah memfasilitasi pelatihan peningkatan

profesionailsme guru

Comment [u27]: Temuan:

Masih banyak Kepala madrasah tidak memiliki

kemampuan menejerial kepemimpinan

Analisis:

Kepala madrasah kurang kreatif dan lemah dalam

penanganan pengelolaan

Rekomendasi:

Perlu pengangkatan kepala madrasah dengan seleksi yang ketat melalui tes kepatutan dan kelayakan

Perlu peningkatan kemempuan profesionalisme

melalui pelatihan dan workshop

Comment [u28]: Temuan:

Pengawas di lingkungan depag banyak yang belum

memenuhi kualifikasi dan kompetensi Adanya beberapa pengawas yang tidak bisa

menjalankan tugas dengan baik karena tidak adanya

kemampuan dan keberaian

Analisis:

Adanya tuntutan profesionalisme, kualitas, dan

beberapa kebijakan yang ada (UU, PP, Permen, Pergub/perbup, Edaran dan lain-lain

Rekomendasi:

Perlu adanya sosialisasi dan implementasi kebijakan yang berlaku tentang pengawas

Perlu adanya seleksi pengawas yang bermutu dan

pembinaan SDM yang memadai

Page 43: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

31

IV. Kajian Pelaksanaan SD Terpadu

1. Studi Dokumentasi

No

.

Aspek Temuan/Analisis Rekomendasi

1 UU Sisdiknas No.

20, 2003

Belum ada penjelasan konsep SD

Terpadu

Secara substansi UUSPN sudah

membicarakan tentang SD

Terpadu namun belum ada pasal

tertentu yang mengatur

pelaksanaan SD Terpadu

Untuk menyamakan persepsi

diperlukan diktum tentang SD

Terpadu

2 Peraturan

Pemerintah No.

19 tahun 2005

PP hanya secara implisit

menggambarkan keterpaduan

dalam pengembangan fisik dan

psikis

8 standar pendidikan nasional

merupakan standar unum yang

dapat digunakan oleh SD

Terpadu

PP perlu secara tegas dan eksplisit

menjelaskan tentang proses

pembelajaran terpadu

Perlu 8 standar pendidikan nasional

disesuaikan sesuai dengan

karakteristik SD Terpadu

3 Permen

Diknas No. 22

tahun 2006

Tidak menyebut secara tegas SD

Terpadu walaupun substansinya

sudah ada

Permendiknas perlu menyebut

secara eksplisit dan tegas tentang

pengembangan kurikulum dan

pengelolaan/penyelenggaraan SD

Terpadu

4 Permen

Diknas No. 23

2006

Belum ada penjelasan tentang

SKL SD Terpadu

SKL hanya menjaring aspek

kognitif

Pemahaman praktisi pendidikan

tentang SKL masih variatif

misalnya UASBN merupakan

syarat kelulusan siswa

Perlu merumuskan SKL untuk

sekolah terpadu dan siswa ABK

SKL SD Terpadu harus

memperhatikan aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik

Perlu verifikasi dan resosialisasi

SKL SD Terpadu

Nilai UASBN dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu

syarat kelulusan

Page 44: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

32

5 Permen

Diknas No. 24

tahun 2006

Pasal 2 ayat 4 hanya menyebut

SD, MI, SDLB.

Pasal 7

a. mengembangkan model-

model kurikulum

sebagai masukan BSNP

b. mengembangkan dan

mengujicobakan model

mengembangkan

Perlu menyebut secara eksplisit

sekolah dasar terpadu (SD, MI, SD

terpadu, SDLB)

perlu menyebutkan secara eksplisit:

mengembangkan model-model

kurikulum SD Terpadu sebagai

masukan BSNP

mengembangkan dan

mengujicobakan kurikulum

mengembangkan model kurikulum

untuk pendidikan layanan khusus

dan SD Terpadu

6 Permen

Diknas No. 6

tahun 2007

Pasal 1 menyebutkan bahwa

satuan pendidikan dapat

mengadopsi atau mengadaptasi

model kurikulum yang disusun

oleh Balitbang bersama unit

utama terkait.

Namun Balitbang dan unit terkait

belum menyusun model

kurikulum terpadu

Permendiknas perlu secara tegas

menjelaskan konsep SD Terpadu

Perlu persepsi yang sama tentang

SD terpadu, sekolah inklusi, TK/SD

satu atap

Konsep SD Terpadu perlu

disosialisasikan, difahami dan

dilaksanakan oleh sekolah-sekolah

dasar di Indonesia

Page 45: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

2. Kajian Konsep

Kerangka Dasar

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PP No.19/2005 tentang tentang Standar Nasional Pendidikan khususnya pasal 19

Permen Diknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Permen Diknas No.23/2006 ttg Standar Kompetensi Lulusan,

Permen Diknas No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Permen No.22/2006 dan

23/2006

Struktur SD Terpadu

Struktur yang didesain untuk SD Terpadu memiliki komposisi sebagai berikut:

a. Muatan Kurikulum Depdiknas

b. Muatan Kurikulum Depag

c. Muatan Kurikulum Institusional (Life Skill= IT, Keagamaan, Ekskul, Capacity

Development)

Beban jam belajar siswa disesuaikan dengan tipologi SD Terpadu (Boarding

School, Full Day School, Half School)

Kajian Pengembangan

Konsep SD Terpadu memiliki ragam pengertian yang terjadi di lapangan.

Berdasarkan Kajian Akademik yang berpedoman pada berbagai sumber, diantaranya

dalam Struktur Kurikulum menurut Permen No. 22/2006 tentang Standar Isi

menyatakan bahwa peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, &

olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Dengan

demikian konsep SD Terpadu memiliki kelengkapan unsur sebagai berikut:

1. Terpadu dalam bidang Desain Kurikulum

Kurikulum terpadu dikehendaki memiliki sifat akomodatif terhadap:

Page 46: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

1

a. Hakikat kebutuhan anak usia SD sesuai dengan prinsip Developmentally

Appropriate Parctice (DAP) bahwa anak usia SD membutuhkan 5 hal yang perlu

di stimulasioleh pendidik di SD, meliputi: Pengembangan Kowledge,

Pengembangan Speech, Pengembangan Emosi, Pengembangan Life Skill, dan

Pengembangan Gerak/Motorik

b. Kurikulum yang memberi fungsi dasar bagi pertumbungan dan perkembangan

anak usia SD yang meliputi: Moral dan nilai-nilai agama, bahasa, fisik motorik,

sosial emosional, seni, dan kognitif.

c. Kurikulum yang memperhatikan hakikat kehidupan anak usia SD dalam konteks :

Kurikulum Terpadu/Integrated Curriculum, Kegiatan Harian Terpadu/Integrated

Day Activities, dan Pembelajaran Terpadu/ Integrated Learning

SD Terpadu

Page 47: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

2

2. Terpadu dalam bidang Penyusunan Silabus/RPP

Sesuai Permen No. 22/2006 ttg Standar Isi Pendidikan yg diarahkan utk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati,

SD

Terpadu

Page 48: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

3

olahpikir, olahrasa, & olahraga agar memiliki daya saing dlm menghadapi

tantangan global, maka penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

disusun berdasarkan prinsip keterpaduan dengan istilah Tematik. Hal itu khusus

dilaksanakan pada kelas awal SD (kelas 1, 2, dan 3).

Hal ini didasarkan pada lndasan teori yang mengatakan bahwa anak usia SD

kelas awal memiliki pola berpikir Holistic, Eksploratif, Operasional Konkrit, dan

Kontekstual.

3. Terpadu dalam bidang Pendekatan Pembelajaran

Berdasarkan PP 19/2005 mengamanatkan bahwa pendekatan pembelajaran

khususnya di kelas 1, 2, dan 3 dengan pendekatan tematik/terpadu, yang menjadikan

tema sebagai payung dalam melakukan proses pembelajaran. Hal ini dilandasi oleh

keunggulan yan dimiliki oleh pendekatan pembelajaran terpadu sebagai berikut:

* Sesuai dengan perkembangan peserta didik (Developmentally Appropriate

Practice)

* Sesuai dengan pola berpikir anak (Holistic)

* sesuai dengan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning)

* sesuai dengan prinsip kebermaknaan dalam belajar (meaning full)

* sesuai dengan karakteristik anak yang ingin mendapatkan kegembiraan dalam

belajar (joyfull learning)

* mampu memancing siswa aktif dalam belajar (student active learning)

* menerapkan pendekatan kontekstual dalam belajar (contextual teaching and

learning)

4. Terpadu dalam bidang Pengembangan Potensi Siswa

Menurut perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan ditemukan

bahwa paradigma ilmu pendidikan perlu berubah dalam memandang peserta didik.

Saat ini paradigma baru memandang bahwa setiap siswa adalah cerdas, namun bentuk

kecerdasannyalah yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. dengan demikian

bahwa tidak ada lagi pengkategorian anak cerdas, pandai, bodoh, dan ideot.

Menurut Daniel Golman, mengatakan bahwa IQ yang tinggi hanya

berkontribusi 20 % saja terhadap keberhasilan hidup manusia. Dengan demikian guru

perlu menstimulasi berbagai potensi lain dari setiap siswa. seperti Emotional Quotient

Page 49: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

4

dan Spiritual Quotient yang merupakan alternatif potensi yang dapat dikembangkan

sampai (80 %).

Bentuk apresiasi terhadap hal tersebut, keterpaduan pengembangan berbagai

potensi siswa seyogianya mendapat perhatian yang sama dari setiap guru.

Termasuk dalam hal ini adalah perlunya menerapkan anjuran UNESCO

tentang Education for All, dalam wujud SD Terpadu yang menerapkan prinsip sebagai

Sekolah Inklusi. Sebab setiap anak ABK (tertentu) memiliki hak yang sama dalam

layanan pendidikan dengan anak-anak normal dalam sekolah yang sama.

5. Terpadu dalam bidang Penyelenggaraan dalam kriteria

Penyelenggaraan SD Terpadu dapat dikategorikan dalam aspek:

Fisik dan manajemen,(TK Terpadu dan SD Terpadu Satu Atap)

PENGEMBANGAN TK TERPADU,

SD TERPADU SATU ATAP

TK

Terpadu

SD

Terpadu

Penyelenggaraan Pendidikan

TK Terpadu - SD Terpadu

Tipologi, terdiri dari : (Boarding School, Full day School, Half School)

Page 50: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

5

3. Kajian Pelaksanaan

Analisis Pelaksanaan SD Terpadu

N

o

Aspek/Sub

Aspek

Temuan Analisis Rekomendasi

1. Bidang

Desain

Kurikulum

Masih ada paradigma

parsial dari guru SD

pada saat mengajar

Pelaksanaan KBM mulai

dari unsur kurikulum,

pemahaman guru,

kesanggupan melaksanakan

tugas, profesionalitas,

sampai dengan konsistensi

penilaian

antara evaluasi harian

dengan kelulusan kurang

sinergi.

Dengan demikian eksistensi

Kurikulum SD untuk dapat

melaksanakan SD Terpadu

masih kurang

memungkinkan

Pemerintah dalam hal ini Pusat

Kurikulum Nasional perlu

merumuskan dan menyusun

Kurikulum untuk keperluan SD

Terpadu yang memiliki sifat

akomodatif terhadap:

a. Hakikat kebutuhan anak usia

SD sesuai dengan prinsip

Developmentally Appropriate

Parctice (DAP) bahwa anak

usia SD membutuhkan 5 hal

yang perlu di stimulasi oleh

pendidik di SD, meliputi:

Pengembangan Kowledge,

Pengembangan Speech,

Pengembangan Emosi,

Pengembangan Life Skill, dan

Pengembangan

Gerak/Motorik

b. Kurikulum yang memberi

fungsi dasar bagi

pertumbungan dan

perkembangan anak usia SD

yang meliputi: Moral dan

nilai-nilai agama, bahasa,

fisik motorik, sosial

emosional, seni, dan kognitif.

c. Kurikulum yang

memperhatikan hakikat

kehidupan anak usia SD

dalam konteks : Kurikulum

Terpadu/Integrated

Curriculum, Kegiatan Harian

Terpadu/Integrated Day

Activities, dan Pembelajaran

Terpadu/ Integrated Learning

Kurikulum khusus

untuk anak ABK masih

belum jelas

Kompetensi yang harus

dicapai oleh kelas 1

sampai kelas 6 SD

terlalu banyak

Alokasi waktu untuk

proses evaluasi sangat

minim, seperti untuk

melakukan remidial

Sebagian besar SD

menerapkan guru kelas

di kelas 6 (khusus DIY)

Sebagian besar SD

menerapkan guru kelas

di setiap kelas (dari

kelas 1 sampai kelas 6)

(khusus DIY)

Rotasi untuk guru kelas

6 SD sangat kurang

yang berakibat

memberatkan guru tsb

untuk menghadapi

UNAS dan SKL

Konsistensi kriteria

penilaian antara

evaluasi harian dengan

kelulusan kurang

sinergi

2. Bidang

Penyusunan

RPP

Sebagian besar guru

mengalami kesulitan

dalam menyusun RPP

(Tematik) khususnya

guru kelas awal SD

Kondisi kemampuan guru

dalam menyusun RPP yang

meliputi:

Pemahaman

kurikulum

Kemampuan

memetakan SK,

KD dan Indikator

sampai pada

pengembangan

alat evaluasi masih

sangat lemah

Pemerintah perlu menyiapkan

panduan penyusunan RPP,

termasuk RPP Tematik/Terpadu

Guru-guru masih

mengalami kesulitan

dalam menjabarkan SK

dan KD untuk

pemetaan tema

Guru masih mengalami

kesulitan dalam sistem

penilaian dalam disain

pembelajaran tematik

Kemampuan guru

dalam menyusun

terdapat

banyak

ragam

temuan

baru untuk

melengkapi

data yang

dibutuhkan

Penjelasan

lebih lanjut

terdapat

pada

halaman 22

s.d 37

Page 51: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

6

pengembangan silabus

dari kompetensi dasar

ke indikator masih

kurang

3. Bidang

Pendekatan

Pembelajara

n

SDM guru SD kelas

awal kurang mumpuni

karena kebanyakan

berpendidikan D II

Kompetensi pedagogik

Guru dalam kaitannya

dengan proses belajar

mengajar masih sangat

memprihatinkan

Pemerintah perlu secara serius,

rutin dan berkesinambungan

memprogramkan pendidikan

latihan kepada guru-guru dalam

hal peningkatan Kompetensi

Pedagogik.

Sarana dan prasarana

SD kelas awal sangat

minim

Pemahaman tentang

pembelajaran terpadu

diantara guru SD masih

kurang

Kemampuan

menggunakan alat

peraga/media

pembelajaran masih

lemah karena kurang

mendapatkan pelatihan

Penguasaan guru

terhadap model-model

pembelajaran dan

learning style masih

lemah

Guru malas

menggunakan alat

peraga dalam mengajar

di depan kelas

Banyak alat peraga

menumpuk kurang

dimanfaatkan

4. Bidang

Pengembang

an Potensi

Apresiasi terhadap

pengembangan EQ,

SQ, dan Multiple

Intelligence kurang

dapat perhatian serius

Apresiasi terhadap berbagai

hidden excellence in

personhood (potensi

tersembunyi) para siswa

sangat kurang mendapatkan

perhatian dalam proses

belajar mengajar

Pemerintah dalam hal ini perlu

bekerjasama dengan LPTK

untuk menyelenggarakan

program pendidikan dan latihan

bagi guru dan calon guru dalam

hal Peningkatan kompetensi guru

dibidang pengembangan potensi

peserta didik

Apresiasi terhadap

pengembangan potensi

anak (Seni, Budaya,

dan Keterampilan)

kurang didukung oleh

sarana yang

mencukupi

Kondisi peserta didik

saat ini sangat parah

dalam pembinaan

emotional quotient

(kesopanan,

keramahaan, etika, dll.)

Tenaga GPK tidak

sebanding denga

jumlah siswa ABK

5. Bidang

Penyelenggar

aan

kelas masih 1 guru,

belum ada

bantuan/kerjasama

dengan SDLB atau

Pelaksanaan SD Terpadu

berdesain sekolah inklusi

masih banyak mengalami

kendala, dan keterbatasan

Pemerintah perlu menyiapkan

aturan operasional pelaksanaan

SD terpadu berdesain inklusi dan

kelengkapan dukungan sarana

Pola

pelayanan

pendidikan

dengan

layanan

khusus di

SD bagi

semua

ABK,

sudah

saatnya

Page 52: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

7

tenaga pendidik lain

yang terkait

dalam bidang kurikulum,

pemahaman guru tentang

inklusi, sarana, penyusunan

perangkat RPP inklusi,

kolaborasi dengan tim

GPK.

Khusus dalam

penyelenggaraan TK SD

satu atap masih belum

dapat disleenggrakana

dengan nyata

yang komprehensif

Pendidikan untuk ABK

menjadi kurang

terperhatikan dengan

baik

Terkesan anak ABK

memberatkan guru

dalam melakukan

KBM

Penyusunan soal dan

pelaksanaan tes masih

disamakan dengan anak

normal

Kecakapan guru masih

sangat lemah dalam

penyusun

pengembangan

instrumen evaluasi

untuk kebutuhan

tuntutan aspek

kompetesi tiap bidang

studi

Masih terjadi salah

penempatan guru untuk

layanan pendidikan

ABK

Perlu adanya tenaga

pendidik tambahan

(guru BK) khusus

untuk pengembangan

potensi anak dan ABK

Perlu adanya tambahan

tenaga kepenididikan

(Tenaga Administrasi)

untuk pengelolaan

manajemen di SD

Tenaga guru yang

profesional

dibidangnya sangat

minim

Sosialisasi sekolah

inkulsi sangat kurang

sehingga pihak dinas

sendiri kurang

memperhatikan

Gedung (lokal) masih

terpisah yang

menyulitkan dalam

proses KBM

Dana untuk

penyelenggaraan

kurang mendapatkan

perhatian serius

Hal ini

dilandasi

bahwa:

semua

termasuk

ABK

memiliki

hak dan

kewajiban

yang sama

untuk

hidup dan

erkembang

secara

penuh

sesuai

dengan

potensi

yang

dimiliki

Dalam kelas

reguler siswa

berkesulitan

belajar seluruh

waktunya

berada/bersama

siswa tidak

berkesulitan

belajar. suasana

dalam kelas

reguler harus

diciptakan

suasana belajar

kebersamaan,

bukan suasana

belajar yang

kompetitif. Hal

ini agar siswa

yang berkesulitan

belajar tidak

putus asa atau

rendag diri. guru

kelas reguler

harus

menerapkan

Individual

Education

Program kepada

semua siswa

yang

membutuhkan.

Page 53: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

8

Deskripsi Kajian Lanjutan:

a. Tinjauan Aspek SD Terpadu “Tipe Boarding School”:

No. Aspek Kajian Temuan Implementasi Analisis Rekomendasi

1. Pengelolaan Sistem

Boarding

a. Lokasi Asrama:

(perbandingan antara

gedung sekolah

dengan gedung

asrama dilihat dari

jarak, lingkungan

masyarakat, dan

penataan)

Sarana dan prasarana berada

dalam satu lokasi dan

menyatu dalam satu

manajemen

Fasilitas ini akan dapat

difungsikan dengan baik jika

setiap komponen didukung oleh

job description dan standard

operational procedure yang

jelas

Perlu dibuat job

description dan

standard

operational

procedure yang

jelas

b. Sistem Pendidikan

Asrama:

* Kurikulum

* Strategi

Pembelajaran

* Media/Alat Bantu

Pembelajaran

* Metode

Pembelajaran

* Monitoring dan

Evaluasi

Pembelajaran

* Sistem Pelaporan

Perkembangan dan

Prestasi siswa

Kajian keagamamaan

dengan muatan materi

disesuaikan dengan peserta

didik

Materi kajian keagamaan

diarahkan untuk

memperkuat materi yang

dipelajari di kurikulum

sekolah.

Pelaporan prestasi kajian

keagamaan diinformasikan

secara formal

Pendekatan guru „asuh‟

mendampingi siswa dalam

aktivitas sehari-hari

Pendekatan individual menjadi

suatu keharusan dalam sistem

boarding

c. Fasilitas Standar

Asrama:

* Tempat Ibadah

* Perpustakaan

* Fasilitas Olah

Raga

* Layanan

Kesehatan

* Kelengkapan

konsumsi (ruang

makan, Menu, Gizi,

dll)

* Ruang serba guna

(indoor – outdoor)

* Fasilitas seni dan

budaya

Ada Profesionalitas dalam:

- pengelolaan

- pemeliharaan, dan

- keberlanjutan

(sustainability)

Perlu

menyediakan

tenaga terampil

dan permanen

untuk keperluan

d. Kapasitas per

kamar

4 siswa per kamar asrama

2. Sistem Rekrutmen

Calon Siswa

a. Kriteria Observasi dan interview

b. Prosedur

pendaftaran

Standar

c. Jumlah Siswa yang

diterima/kelas

20 – 30 siswa (laki-laki

perempuan)/ kelas

Perlu dipersiapkan Quality

Control & Quality Assurance

Untuk tahap awal

cukup

diselenggarakan 1

atau 2 kelas

paralel

Page 54: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

9

d. Bentuk Komitmen

yang disepakati

(Boarding dengan

Wali Siswa)

Tertulis Sistem pengawasan terpadu

terhadap siswa (melibatkan

semua komponen penanggung

jawab)

Diperlukan

kolaborasi semua

pihak untuk

merealisasikan

seluruh

kesepakatan

e. Sistem Pembinan

awal Siswa Baru

Prioritas untuk target

adaptasi lingkungan asrama

Perlu melakukan pendekatan

multi dimensi dengan

pertimbangan: psikologis dan

fisiologis anak

3. Desain Kurikulum :

a. Kurikulum

Nasional

Akselerasi keilmuan tidak

menerapkan akselerasi

kelas

( Menambah yang lebih,

menguatkan yang kurang )

Diknas& Depag:

7, 5 jam dalam sehari ( 8

jam pelajaran = 4 sampai

5 mata pelajaran) di

lingkungan sekolah

boarding

Penyusunan jadwal dibuat

sesuai proporsi tingkat

kebutuhan mata pelajaran,

dengan tujuan

memperhitungkan rasa

jenuh, lelah, dan

sebagainya

Pembiasaan berbahasa

asing

Kurikulum SD lebih

menekankan pada pembentukan

karakter, dan kecakapan hidup,

serta memberikan penguatan

materi khususnya bagi kelas

tinggi SD (4,5, dan 6)

b. Kurikulum

Institusional

Disesuaikan dengan visi dan

misi sekolah masing-masing:

(Pengembangan Ilmu

Pengetahuan, Teknologi

Informasi, keagamaan, dll)

c. Desain Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

Desain KBM Reguler

Sekolah :

masih terpisah antar

bidang studi, namun

ditahap penutup KBM ada

keterpaduan dengan visi

dan misi sekolah

Kebijakan kurikulum

terintegrasi dibuat dan

merupakan kebijakan

kurikulum terintegrasi.

Menerapkan joyfull

learning dan tidak pernah

aga guru marah.

Pendekatan di semester 1

ditekankan pada adaptasi

dan ketertarikan pada

kehidupan boarding

Dituntut kreatifitas guru untuk

menerapkan strategi

pembelajaran yang mampu

mengintegrasikan visi misi

sekolah dan suasana

pembelajaran yang

menyenangkan dan kontekstual.

4. Desain Kegiatan

Belajar Mengajar

a. Pendekatan

Pembelajaran Terpadu Terdapat dalam Buku

Pegangan guru

Kemampuan guru untuk

Page 55: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

10

(integrated learning) Ditekankan pada akhir

tahap pembelajaran

Siswa distimulasi untuk

dapat mengimprovisasi

integrasi materi umum

dengan agama, kondisi

lokal dan kebutuhan

institusi

mengembangkan dan

mengintegrasikan pembelajaran

melalui kelengkapan buku ajar,

kerjasama dengan guru bidang

studi lain yang disesuaikan

dengan kebutuhan siswa, lokal

dan institusi.

Suatu pendekatan yang aplikatif

dan efektif sesuai dengan

konteks dan suasana

lingkungan. Bahkan suasana

pembelajaran yang

menyenangkan akan mampu

memaksimalkan potensi peserta

didik

Pendekatan pembelajaran ini

mampu mengembangkan IQ,

EQ, SQ, dan MI

b. Penerapan

Contextual Learning Pemberian materi pelajaran

disajikan sesuai konteks

kehidupan dan lingkungan

Proses pembimbingan

daily activities secara

terpadu misalya pada saat

makan, rekreasi, kegiatan

keagamaan, bimbingan dan

penyuluhan

c. Penerapan Joy Full

Learning

Pendekatan KBM senantiasa

menghindari kondisi marah

d. Pendekatan

Holistic

e. Penerapan Masteri

Learning Menguatkan yang kurang

menambah yang

berkemampuan lebih

Tidak menerapkan

akselerasi kelas tapi

menerapkan akselerasi

ilmu

Optimalisasi kemampuan siswa

f. Pendekatan DAP Optimalisasi potensi siswa

disesuaikan dengan

perkembangan psikologis dan

fisiologis peserta didik

g. Pendekatan

Pembelajaran

Bermakna (meaning

full)

Menanamkan Kedewasaan

dalam berpikir

Siswa hanya distimulasi

untuk mengembangkan

materi

Penanaman aqidah dan

akhlak (kejujuran,

kedewasaan, dan

kesadaran)

Guru berfungsi sebagai

mediator, fasilitator, stimulator

dan sebagai model

h. Desain Monitoring

& Evaluasi

Menggunakan format

Standar+ porto folio prestasi

anak secara komprehensif

Desain monev yang bersifat

deskriptif yang komprehensif

5. Desain Kegiatan

Reguler (rutin):

a. Pagi hari (sebelum

KBM di sekolah)

Pembinaan Rohani dan

jasmani

Peting untuk keseimbangan

antara IQ, EQ dan SQ

b. Kegiatan reguler

(KBM) di sekolah

7, 5 jam dalam sehari ( 8

jam pelajaran = 4 sampai 5

mata pelajaran) di

lingkungan sekolah

boarding

Penyusunan jadwal dibuat

sesuai proporsi tingkat

kebutuhan mata pelajaran,

Page 56: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

11

dengan tujuan

memperhitungkan rasa

jenuh, lelah, dan

sebagainya

Pembiasaan berbahasa

asing

c. Sore hari (setelah

KBM di sekolah

selesai)

Invidual Activities

(komputer,musik, olah raga,

santai)

Pemberian waktu istirahat

kepada seluruh siswa

d. Malam hari (di

asrama)

Invidual Activities untuk

persiapan kegiatan belajar

besok hari

Peran pembina dan tutor

6. Program Kekhususan

dan Unggulan:

a. Pengembangan

Minat/bakat Taekwondo, sepak bola,

basket,

Bahasa Asing

Club musik/seni

Pengembangan motorik dan

potensi verbal linguistik

b. Pengembangan

Karakter Menanamkan

Kemandirian, kejujuran,

kebersamaan, dan

tanggung jawab

Penanaman etika dan

moral

Pemantapan program

pembentukan karakter

Page 57: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

12

b. Tinjauan Aspek SD Terpadu Tipe “Full Day School”:.

N

o.

Aspek Kajian Temuan Implementasi Analisis Rekomendas

i

1. Pengelolaan Sistem Full Day

School

a. Pengadaan Lokal Banyak kendala jika TK

dan SD dalam satu gedung

Penataan lokasi belajar

TK-SD satu atap

dipandang kurang cocok,

khususnya bagi anak SD

kelas tinggi (4,5,dan 6)

Masih

diperlukan

pengakjian

lebih lanjut

untuk

merumuskan

sarana dan

prasarana SD

full day

school

b. Sistem Penyelenggaraan

Pendidikan Full Day School:

* Kurikulum

* Strategi Pembelajaran

* Media/Alat Bantu Pembelajaran

* Metode Pembelajaran

* Monitoring dan Evaluasi

Pembelajaran

* Sistem Pelaporan Perkembangan

dan Prestasi siswa

Dalam beberapa hal

kurikulum TK dengan

SD yang

berkesinambungan

Berbasis Diknas dan

bernuansa Islam

Menerapkan kurikulum

institusional (materi

agama PAI Diknas, tapi

diberikan

pengembangan materi

dan jam belajar)

Sebuah penerapan

kurikulum yang cukup

baik dan efektif

Pemerintah

perlu

memfasilitasi

penyusunan

kurikulum

khusus untuk

SD full day

school

c. Fasilitas yang Disediaakan Terpadu dengan sarana

TK, memiliki

keuntungan dalam

kontrol dan

pemberdayaan sarana

secara bersama, efektif

dan efisien

Efektivitas sarana dan

prasarana yang

berdampak pada efisiensi

dan kemudahan

manajerial

d. Kapasitas per kelas 30 siswa dengan 2 orang

guru pendamping

Kebijakan yang sangat

baik untuk dapat

menangani perkembangan

siswa secara optimal

e. Kelengkapan Penunjang:

* Tempat Ibadah

* Perpustakaan

* Lapangan Olah Raga

* Layanan Kesehatan

* fasilitas seni dan budaya

* Kelengkapan konsumsi (ruang

makan,Menu,Gizi,dll)

Ada Standar kelengkapan

penunjang Kegiatan

Belajar Mengajar yang

layak diadakan

Membuat

Standar

Minimal

Kelengkapan

Sekolah Full

Day School

2. Sistem Rekrutmen Calon Siswa

a. Kriteria dilakukan observasi pada

saat rekrutmen siswa

baru dengan

menggunakan instrumen

observasi

menerapkan standar

umum, tanpa persyaratan

khusus

adanya program apresiasi

terhadap informasi awal

Suatu kebijakan yang

kreatif yang bertujuan

untuk mengetahui entri

behaviour para calon

siswa

Pemeritah

akan lebih

baik jika

menyediakan

instrumen

observasi

untuk

kepertingan

penjaringan

anak yang

akan masuk

b. Prosedur pendaftaran

c. Jumlah Siswa yang diterima

Page 58: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

13

hasil observasi

rekrutmen dalam bentuk

pengayaan, dan

pembinaan lebih lanjut

ke SD full

day school

d. Bentuk Komitmen yang

disepakati (sistem Full Day

School dengan Wali Siswa)

e. Sistem Pembinaan awal Siswa

Baru

Mengatur setting class

yang menarik sesuai

perkembangan siswa.

Memberlakukan kegiatan

yang disesuaikan dengan

perkembangan dan

kebutuhan siswa baru.

Mengkonsisikan suasana

belajar yang

menyenangkan dan rasa

aman t siswa di sekolah

Pendekatan yang

bijaksana dalam melayani

pendidikan anak usia SD

sesuai dengan

perkembangan ilmu

pengetahuan dan

teknologi serta dan

persoalan-persoalan

kontemporer

3. Desain Kurikulum :

a. Kurikulum Nasional Dalam beberapa hal

kurikulum TK dengan

SD yang

berkesinambungan

Berbasis Diknas dan

bernuansa Islam

Menerapkan kurikulum

institusional (materi

agama PAI Diknas, tapi

diberikan

pengembangan materi

dan jam belajar)

Sebuah penerapan

kurikulum yang cukup

baik dan efektif

b. Kurikulum Institusional

c. Desain Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

* Dibuat dengan

pendekatan Tematik

(khusus untuk kelas

awal SD) dengan

sistem guru kelas.

* Untuk RPP kelas tinggi

menerapkan semibidang

studi ( 4-5-6)

Kebijakan yang sesuai

dengan tuntutan

pemerintah dan ilmu

pendidikan kontemporer

4. Desain Kegiatan Belajar

Mengajar

a. Pendekatan Pembelajaran

Terpadu (integrated learning)

Ada Sesuai dengan kebijakan

pemerintah dan ilmu

pendidikan kontemporer

Pembuatan

Standar

Operational

Procedure

(SOP) untuk

keperluan

para guru di

full day

school

b. Penerapan Contextual Learning Dilakukan lebih dari

sekedar konsep materi,

namum prinsip ini

diimplementasikan dalam

kegiatan rutin terprogram

seperti makan siang

bersama, kegiatan apresiasi

seni, olah raga, kemping,

dan kegiatan keagamaan

Suatu pendekatan yang

dapat memberikan hidden

curriculum yang

signifikan bagi

perkembangan peserta

didik

c. Penerapan Joy Full Learning Sangat memegang prinsip

belajar dengan pendekatan

menyenangkan

Sesuai dengan

perkembangan dan

kebutuhan peserta didik

Page 59: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

14

d. Pendekatan Holistic Ada khususnya di kelas

awal SD

Sesuai dengan pola

berpikir siswa

e. Penerapan Masteri Learning Menekankan ketuntasan

materi

Kebijakan yang masih

sulit dalam hal

implementasinya

f. Pendekatan Develompmentally

Appropriate Practice (DAP)

Ada Pendekatan pembelajaran

yang sangat ideal, karena

mempedulikan kondisi

peserta didik dalam proses

belajar mengajar

g. Pendekatan Pembelajaran

Bermakna (meaning full)

Ada Dalam implementasinya

akan lebih baik jika

dilengkapi dengan

instrumen yang reliable

dan Valid

h. Desain Monitoring & Evaluasi Menggunakan standar

nasional+ lampiran

portofolio perkembangan

akademik siswa

Suatu kebijakan yang

komprehensif dalam

memberikan

perkembangan potensi

siswa kepada orang tua

5. Desain Kegiatan Reguler (rutin):

a. Pagi hari (sebelum KBM) Melaksanakan kegiatan

rutin yang bersifat

pembentukan karakter,

seperti kegiatan agama,

pembentukan sikap

tanggung jawab, disiplin,

dan kesabaran)

Program yang sangat

positif untuk character

building siswa SD

b. Kegiatan reguler (KBM) Reguler KBM @ 35

menit

Kelas (1 dan 2) = 4 jam

per hari

Jam 14.00 kelas (1 dan

2) pulang

Kelas (3 – 6) = 6 jam

per hari

Pengaturan jam belajar

yang cukup

memperhatikan kebutuhan

siswa dan disesuaikan

dengan program

kurikulum institusional

c. Siang hari (KBM setelah makan

siang sampai selesai/pulang)

Program kegiatan

pendidikan yang ringan

dan tidak memberatkan

siswa baik secara fisik

maupun psikis

Program yang cukup

memperhatikan aspirasi

siswa

6. Program Kekhususan dan

Unggulan:

a. Pengembangan Minat/bakat * Pramuka,

* Renang,

* Out Bond

* Pengayaan Potensi

Aademik

Mengapresiasi Multiple

Intelligences

b. Pengembangan Karakter Program Keagamaan,

Makan bersama,

Pembinaan kejujuran,

tanggung jawab, dan

kedisiplinan

Apresiasi terhadap

kebutuhan character

building sejak usia dini

Page 60: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

15

D. Hasil yang Dicapai

1. Studi Dokumentasi :

Pemerintah perlu melengkapi landasan hukum/diktum tentang penyelenggaraan

“SD Terpadu”.

2. Kajian Konsep:

Pemerintah perlu merumuskan hakikat, karaktersitik, dan tipologi “SD Terpadu”.

3. Kajian Pelaksanaan

Pemerintah perlu menyusun panduan penyelenggaraan SD Terpadu yang meliputi:

kurikulum, penyusunan Silabus/RPP, proses pembelajaran, pelayanan dan

pengembangan potensi, serta penyelenggaraan/manajemen “SD Terpadu”.

III. PENUTUP

Kajian ini menghasilkan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. muncul persepsi yang sama terhadap hakikat, karakteristik, dan tipologi SD

Terpadu

b. menghasilkan kesepakatan pentingnya penyelenggaraan SD Terpadu dalam

rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia

Indonesia seutuhnya

c. menghasilkan rumusan rekomendasi tentang pentingnya pemerintah

memunculkan diktum konsep SD Terpadu dan menyusun panduan

penyelenggaraan SD Terpadu

d. pemerintah perlu membentuk tim khusus untuk menindaklanjuti rekomendasi

SD Terpadu dan penyelenggaraannya

Page 61: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

16

V. Kajian Kebijakan Pencapaian KTSP SD

1. STUDI DOKUMENTASI

N

O.

SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

1. UU Nomor 20

Tahun 2003

Pasal 6 ayat 1 UU No 20/2003 :

Setiap warga negara berusia 7-

15 th wajib mengikuti

pendidikan dasar

Pelaksanaan UASBN

bertentangan dengan prinsip

pelaksanaan wajar tersebut

Ketidaksesuaian

pelaksanaan UU terkait

pelaksanaan UASBN.

UASBN tidak

dilaksanakan di jenjang

SD, tetapi dilaksanakan

setelah wajar 9 th.

Aggaran pendidikan di

Indinesia baru ± 12 %,

bertentangan dengan Pasal 49

ayat (1) UU No.20/2003 : dana

pendidikan selain gaji pendidik

dan biaya pendidikan kedinasan

dialokasikan minimal 20 % dari

APBN & APBD

Anggaran pendidikan

harus sesuai dengan

pasal 49 ayat (1) UU

No.20/2003 : dana

pendidikan selain gaji

pendidik dan biaya

pendidikan kedinasan

dialokasikan minimal

20 % dari APBN &

APBD

Untuk meningkatkan

kualitas pendidikan

maka anggaran

pendidikan harus

mengacu pada Ps. 49

ayat (1)

Pada saat ini masyarakat

menuntut diberlakukannya

pendidikan gratis bertentangan

dengan Pasal 5 ayat (3) UU

No.20/2003 : Dana

penyelenggaraan pendidikan

dapat bersumber dari

penyelenggara, masyarakat,

pemerintah, pemerintah daerah

atau sumber lain.

Menurut UU

masyarakat mempunyai

kewajiban yang sama

dengan pemerintah

dalam hal pembiayaan

Diharapkan peran serta

masyarakat untuk ikut

serta membiayai

pendidikan sesuai

dengan amanat UU

Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 mengamanatkan 8

Standar Nasional Pendidikan,

namun baru diterbitkan 7

standar, standar pembiayaan

belum diterbitkan

Belum terbitnya

Standar Pembiayaan

Perlu ada kebijakan

untuk segera

menerbitkan Standar

Pembiayaan

2 PP Nomor 19 Tahun

2005

Penyajian nama mata pelajaran

Keterampilan tidak disajikan

secara eksplisit pada PP Nomor

19 Tahun 2005

Mata pelajaran

keterampilan penting

dicantumkan dalam PP

19/2005

Perlu penyajian secara

eksplisit nama mata

pelajaran Keterampilan

pada setiap kebijakan

Kalender pendidikan yang

diterbitkan oleh Depdiknas

tidak mencantumkan waktu

penyelenggaraan UN

Penjelasan kurang

komprehenship dalam

penyusunan kalender

pendidikan

Depdiknas

mencatumkan waktu

penyelenggaraan UN

secara pasti pada

kalender pendidikan

3. Struktur kurikulum

SD butir d, yang

tersurat dalam

Permendiknas No. 22

tahun 2006 dan

Struktur kurikulum SD butir d,

yang menyatakan ”Satuan

pendidikan dimungkinkan

menambah maksimum empat

jam pembelajaran per-

Isi butir d, tidak

mengakomodir

kebutuhan satuan

pendidikan yang

memiliki karakteristik

tertentu (pada sekolah-

Perlu adanya kebijakan

baru terkait

penambahan jam

pelajaran sehingga

mampu mengakomodir

Comment [P29]: Temuan baru tentang UASBN

Comment [P30]: Temuan baru tentang Anggaran pendidikan

Comment [P31]: Temuan baru tentang pendidikan gratis

Comment [P32]: Temuan baru tentang ketidaklengkapan PP Nomor 19 Tahun 2005

Comment [P33]: Pindahan dari kajian konsep

Page 62: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

17

N

O.

SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

Permendiknas No. 6

tahun 2007

minggu secara keseluruhan”,

tidak mengakomodir kebutuhan

beberapa satuan pendidikan

yang memiliki karakteristik

tertentu.

sekolah swasta yang

memiliki keinginan

menambah belajar,

alokasi penambahan

waktu belajar 4 jam

masih kurang).

seluruh kebutuhan

satuan pendidikan.

Aturan penambahan

jam pembelajaran

disesuaikan dengan

kebutuhan dan

karakteristik satuan

pendidikan serta tahap

perkembangan dan hak-

hak anak

Kegiatan pengembangan diri

dalam struktur kurikulum

dialokasikan ekuivalen 2 jam

pelajaran. Makna

pengembangan diri

menimbulkan banyak

persepsi.

Belum adanya

pemahaman yang sama

diantara para guru dan

praktisi pendidikan

tentang makna

pengembangan diri.

Perlu mencantumkan

penjelasan secara

komprehensif tentang

pengembangan diri.

Sebaiknya struktur

kurikulum tidak

mencantumkan

ekuivalen

4. Penerbitan Panduan

Penyusunan KTSP Sebagaimana tersurat

dalam Permendiknas

No. 24 tahun 2006

dan No. 6 tahun 2007

tentang Pelaksanaan

Standar Isi dan SKL

dan perubahannya.

Pasal 1 ayat 3

Permen Nomor 24

tahun 2006

Pengembangan dan

penetapan

kurikulum tingkat

satuan pendidikan

memperhatikan

panduan

penyusunan

kurikulum tingkat

satuan pendidikan

dasar dan

menengah yang

disusun BSNP

Panduan penyusunan KTSP

yang tersebar di lapangan

berasal dari dua lembaga

pemerintah, yakni BSNP dan

Direktorat Pendidikan Dasar.

Kedua panduan ini berbeda

sehingga banyak menimbulkan

permasalahan untuk dijadikan

acuan pelaksanaan KTSP

Tidak adanya

konsistensi kebijakan

pada kedua lembaga

(BSNP dan Direktorat

Pendidikan Dasar)

Perlu adanya ketegasan

lembaga yang

ditugaskan untuk

menerbitkan panduan

penyusunan KTSP

sehingga panduan yang

diterbitkan hanya satu

dan hendaknya mampu

mempermudah dalam

menyusun KTSP

5. Kejelasan makna

yang tersurat dalam

Pasal 1 ayat 5

Permendiknas No. 24

tahun 2006 dan No. 6

tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Standar

Isi dan SKL dan

perubahannya.

Kurikulum satuan

pendidikan

Kata “setelah memperhatikan

pertimbangan dari Komite

Sekolah atau Komite

Madrasah” banyak

menimbulkan persepsi. Ada

yang menganggap Penyusunan

KTSP harus ditandatangani

Komite ada pula yang tidak

perlu.

Beberapa satuan pendidikan

mengasumsikan bahwa kata

pertimbangan sebagai bentuk

Tidak adanya

pemahaman yang sama

diantara para praktisi

pendidikan tentang

makna Pasal 1 Ayat 5

Perlu optimalisasi

sosialisasi KTSP dan

dilaksanakan secara

menyeluruh

Comment [P34]: Tambahan kelengkapan analisis

Comment [P35]: Tambahan kelengkapan rekomendasi

Comment [P36]: Dihilangkan

Page 63: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

18

N

O.

SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

ditetapkan oleh

kepala satuan

pendidikan dasar

dan menengah

setelah

memperhatikan

pertimbangan dari

Komite Sekolah

atau Komite

Madrasah.

legalisasi dari komite.

6. Panduan

penyusunan KTSP

Jenjang Pendidikan

Dasar dan

Menengah dari

BSNP.

Kriteria kelulusan

butir b yang menyatakan

“Memperoleh nilai minimal

baik pada mata

pelajaran ......”.

Kriteria baik, menimbulkan

berbagai persepsi.

Belum meratanya

pemahaman

pendekatan penilaian

yang digunakan dalam

menentukan kriteria

kelulusan dalam suatu

mata pelajaran tertentu

Perlu ada penjelasan

tambahan tentang

kriteria “baik”

sehingga para guru dan

praktisi pendidikan

lainnya mampu

menerapkan kriteria

kelulusan secara

optimal

Perumusan visi-misi yang

disusun satuan pendidikan

belum sesuai dengan visi-misi

Diknas dan Pemda setempat.

Kurang adanya

sinkronisasi antara

Diknas dan Pemda

setempat.

Dalam panduan KTSP

perlu dimuat alur

perumusan visi-misi

satuan pendidikan

Sistematika KTSP satuan

pendidikan kurang proporsional

(sistematika penyususnan KTSP

harus mencantumkan tujuan

penyusunan KTSP, tujuan

pendidikan dan tujuan satuan

pendidikan)

Kurang optimalnya

panduan KTSP

Perlu ada panduan

sistematika penyusunan

KTSP sehingga Satuan

Pendidikan diharapkan

mampu menyusun

KTSP secara

proforsional

Masih rancunya pemahaman

tentang pendidikan berbasis

keunggulan lokal dan global,

karena dipahami terpisah dari

struktur dan muatan kurikulum

Tidak adanya kejelasan

posisi keunggulan

lokal dan global dalam

kurikulum

Perlu ada penjelasan

pada struktur dan

muatan kurikulum

bahwa mata pelajaran,

mulok dan

pengembangan diri

hendaknya memuat

pendidikan kecakapan

hidup dan pendidikan

berbasis keunggulan

lokal dan global karena

ada pada indikator

Kriteria kenaikan kelas masih

membingungkan

Kriteria kenaikan kelas

diatur oleh masing-

masing Direktorat

Teknis Terkait,

sehingga menimbulkan

ketidakjelasan dalam

mengimplementasikann

ya.

Diperlukan adanya

panduan kriteria

kenaikan kelas yang

dibuat lebih operasional

UASBN diterapkan sebagai

salah satu kriteria kelulusan

sekolah, akan memisahkan

jenjang pendidikan Dasar yang

Tidak adanya

konsistensi antara

konsep evaluasi dan

kebijakan yang harus

UASBN hendaknya

tidak dijadikan syarat

kelulusan pendidikan

SD

Comment [P37]: Tambahan kelenkapan temuan tentang makna kata yang tersurat dalam

Permendiknas No. 24 tahun 2006 dan No. 6 tahun 2007

Comment [P38]: Dihilangkan

Comment [P39]: Tambahan kelengkapan temuan

Comment [P40]: Tambahan penjelasan proporsional

Comment [P41]: Tambahan kelengkapan rekomendasi

Page 64: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

19

N

O.

SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

meliputi SD dan SMP dilaksanakan di

lapangan

karena UN hanya

dijadikan pemetaan dan

untuk ketercapaian

kriteria ketuntasan

materi

Penyusunan SKBM (KKM)

tidak termuat dalam panduan

Kurang optimalnya

panduan

(SKBM dijadikan dasar

untuk melihat

ketuntasan dalam

proses pembelajaran)

Panduan KTSP

hendaknya

dilengkapi dengan

penyajian cara/teknis

penyusunan SKBM

(KKM)

Perlu adanya Juknis

yang melengkapi

panduan penyusunan

SKBM (KKM).

Perumusan tujuan satuan

pendidikan dasar yang

tercantum dalam Panduan

berbunyi “dirumuskan

mengacu kepada tujuan

umum pendidikan”.

Makna rumusan ini banyak

menimbulkan persepsi

sehingga banyak satuan

pendidikan dalam perumusan

tujuan satuan pendidikan

dalam KTSP hanya

mencantumkan tujuan umum,

tanpa merumuskan tujuan

satuan pendidikan.

Panduan tidak

dilengkapi dengan

contoh tentang cara

penyusunan tujuan

satuan pendidikan dasar

Perlu penambahan

contoh pada panduan

yang membahas tentang

cara penyusunan tujuan

satuan pendidikan

dasar.

7. Surat Edaran No. 33

tahun 2007 yang

diterbitkan daerah

tentang sosialisasi

KTSP

Belum mengakomodir

kebutuhan para guru dan

praktisi pendidikan untuk dapat

mengimplementasikan KTSP

(masih banyak para guru dan

praktisi pendidikan yang belum

memahami KTSP)

Perlu ada sosialisasi

yang diikuti workshop

secara komprehensif

dan terpadu

Perlu ada sosialisasi

yang diikuti workshop

secara komprehensif

dan terpadu dan

dikoordinir oleh pusat

2. KAJIAN KONSEP KETERCAPAIAN KTSP SD

NO. SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

1 Kerangka

Dasar

Terjadi perbedaan

sistematika panduan

penyusunan kurikulum

dari BSNP dengan

sistematika dari Puskur.

1. Tidak adanya kejelasan

kaitan fungsi antara

panduan yang

diterbitkan BSNP dan

Puskur.

2. Judul kedua panduan

sama

Perlunya kebijakan tentang

kaitan fungsi panduan

penyusunan KTSP antara

kedua lembaga tersebut

sehingga para guru dan

praktisi pendidikan dapat

menyusun KTSP secara

optimal

Panduan yang diterbitkan

BSNP merupakan payung

Comment [P42]: Tambahan kelengkapan rekomendasi

Comment [P43]: Tambahan kelengkapan analisis

Comment [P44]: Ditambah kata panduan penyusunan

Comment [P45]: Kesamaan pendapat diganti ...

Comment [P46]: Ditambah point 2

Comment [P47]: Perlunya kaitan fungsi panduan

Page 65: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

20

NO. SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

panduan yang diterbitkan

Puskur, sehingga panduan

dari Puskur lebih bersifat

operasional. Untuk itu,

hendaknya kedua panduan

tersebut dibedakan.

Kadar adaptasi dalam

penyusunan KTSP

masih rendah

Sosialisasi penyusunan

KTSP dirasakan masih

kurang

Dinas Pendidikan hendaknya

mengintensifkan pelatihan

penyusunan KTSP secara

merata ke seluruh satuan

pendidikan

2 Struktur

Kurikulum

Ada perbedaan Struktur

Kurikulum dari BSNP

dengan dari Puskur.

Tidak adanya kesamaan

pendapat antara BSNP dan

Puskur

Perlunya kebijakan untuk

menyamakan pendapat antara

kedua lembaga sehingga para

guru dan praktisi pendidikan

dapat menyusun KTSP secara

optimal

Konsep pengembangan

diri oleh guru

ditafsirkan sama dengan

ekstrakurikuler,

pembiasaan dan BK.

Penjelasan konsep

pengembangan diri masih

belum jelas

Perlu penjelasan lebih detail

tentang pengembangan diri.

Perlu diarahkan ke life skill

(keterampilan hidup)

Alokasi waktu

pengembangan diri yang

disediakan dengan

ekuivalen 2 jam dirasa

masih sangat kurang

Alokasi waktu belum

mengakomodir kebutuhan

dalam pengembangan

potensi anak sesuai dengan

visi misi sekolah

Perlu ada penambangan jam

sesuai dengan karaktersitik

satuan pendidikan,

perkembangan anak, dan

kebutuhan anak.

Pendidikan Agama per-

minggu hanya 3 jam

pelajaran, tidak sinkron

dengan kewajiban

Penambahan jam pelajaran

per-minggu menjadi 4 jam

pelajaran sehingga beban

mengajar menjadi minimal

24 jam per-minggu

Depdiknas perlu memberikan

penambahan jam pelajaran

per-minggu menjadi 4 jam

pelajaran

3 Beban Belajar Adanya pembatasan

penambahan 4 jam

pelajaran dianggap

membelenggu

kebebasan sekolah

Pembatasan penambahan

jam bertentangan dengan

karakter MBS

Sekolah diberikan kebebasan

untuk menambah jam

pelajaran guna peningkatan

kualitas pembelajarannya.

Beban belajar masih

dipahami sebagai

jumlah jam pelajaran

tatap muka saja.

Sebagian sekolah dan

guru belum

memasukkan

pemberian tugas

mandiri dan

kelompok sebagai

beban belajar.

Guru belum

memberikan tugas

terstruktur dan tidak

terstruktur kepada

para siswa. Hal ini

menimbulkan

pandangan umum

bahwa KTSP identik

dengan pengurangan

jam belajar.

Belum adanya pemahaman

yang sama tentang beban

belajar sebagaimana

tercantum dalam KTSP

Perlu adanya sosialisasi yang

lebih intensif kepada sekolah

dan masyarakat agar memiliki

pandangan yang sama tentang

beban belajar.

Comment [P48]: Judul kedua panduan dibedakan

Comment [P49]: Dipindahkan ke kajian pelaksanaan

Comment [P50]: Ditambah kata oleh guru

Comment [P51]: Ditambah kata life skill

Comment [P52]: Misi-misi sekolah diubah visi misi sekolah

Comment [P53]: Dianulir karena kesalahan

penafsiran beban kerja guru minimal

Comment [P54]: Dipindahkan ke kajian pelaksanaan

Page 66: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

21

NO. SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

Satuan jam

pembelajaran tatap

muka siswa kelas 1dan

2 selama 35 menit

Durasi waktu belajar (35

menit) tidak sesuai dengan

perkembangan anak yang

mana anak usia sampai 8

tahun memiliki konsentrasi

belajar hanya selama 10

menit

Perlu pengkajian ulang

tentang kebijakan penentuan

waktu belajar untuk kelas 1

dan 2

4 Kalender

Akademik

Sekolah mengalami

kesulitan untuk

menyusun kalender

tahunan pendidikan.

Adanya keterbatasan

sekolah dalam menyusun

kalender pendidikan

Adanya sinkronisasi antara

Dinas Kabupaten dalam

menyusun Kalender

Pendidikan.

Perlu adanya pembinaan

lebih intensif dalam

penyusunan kalender

pendidikan.

Kalender pendidikan

yang diterbitkan oleh

Depdiknas tidak

mencantumkan waktu

penyelenggaraan UN

Penjelasan kurang

komprehenship dalam

penyusunan kalender

pendidikan

Depdiknas mencatumkan

waktu penyelenggaraan UN

secara pasti pada kalender

pendidikan

Tidak terdapat

penjelasan untuk setiap

kegiatan yang

tercantum dalam tabel

kalender akademik

Dapat menimbulkan

penafsiran yang berbeda

Perlu penjelasan untuk setiap

kegiatan yang tercantum

dalam tabel kalender

akademik

Istilah ”Jeda tengah

semester” yang

tercantum pada tabel

kalender akademik

Dapat menimbulkan

pemahaman yang berbeda

dalam menggunakan waktu

tersebut

Perlu penjelasan yang

komprehensif sehingga para

praktisi pendidikan dapat

menggunakan waktu tersebut

secara optimal dalam

meningkatkan mutu

pendidikan

Keterangan dalam

kolom libur akhir tahun

tertulis ”Digunakan

untuk penyiapan

kegiatan dan

administrasi akhir dan

awal tahun pelajaran”

Dapat menimbulkan

penafsiran berbeda dalam

penyiapan kegiatan dan

administrasi

Perlu tambahan

penjelasan ”bagi guru”

dan ”disesuaikan dengan

kebijakan tingkat satuan

pendidikan” pada kalimat

keterangan tersebut sehingga

menjadi: Bagi guru digunakan

untuk penyiapan kegiatan dan

administrasi akhir dan awal

tahun pelajaran yang

disesuaikan dengan kebijakan

Tingkat Satuan Pendidikan

Istilah”Hari libur

khusus” yang tercantum

dalam tabel kalender

Dapat menimbulkan

pemahaman berbeda

Perlu tambahan penjelasan

sehingga para praktisi

pendidikan dapat

menggunakannya tanpa

mengurangi upaya

peningkatan mutu pendidikan

di SD

5 Silabus dan

RPP

Penjelasan dalam

panduan penyusunan

KTSP yang diterbitkan

BSNP tidak membahas

tentang RPP

Penjelasan tentang panduan

penyusunan KTSP tidak

komprehenshif.

Perlu revisi panduan

penyusunan KTSP yang

komprehenshif sehingga

mempermudah

pengimplementasiannya di

lapangan

Panduan penyusunan Terdapat ketidakjelasan 1. Penjelasan secara

Comment [P55]: Dipindahkan ke kajian pelaksanaan

Comment [P56]: Dipindahkan ke kajian dokumen

Comment [P57]: Temuan terkait kalender akademik

Comment [P58]: Temuan baru tentang kalender akademik

Comment [P59]: Temuan baru terkait kalender akademik

Comment [P60]: Temuan baru terkait kalender

akademik

Comment [P61]: Tmbahan temuan tentang

kaitan antara silabus dan RPP

Page 67: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

22

NO. SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

KTSP hanya membahas

silabus, sementara

standar proses

membahas silabus dan

RPP

kaitan antara silabus dan

RPP

eksplisit tentang peranan

silabus dan RPP.

2. Penjelasan silabus dan

RPP dibahas dalam

panduan yang sama

dengan disertai contoh

yang jelas berdasarkan

kaitan antarkeduanya

bukan contoh yang tidak

menunjukkan kaitan

antara silabus dan RPP

Komponen RPP

memberatkan para guru

dan praktisi pendidikan

Komponen RPP kurang

sederhana

Diupayakan agar komponen

RPP disederhanakan.

Guru masih mengalami

kesulitan menyusun

silabus karena

keterbatasan

pemahaman dan

wawasan guru.

Belum meratanya

kompetensi guru dalam

membuat RPP

Perlu diadakan pelatihan dan

motivasi bagi guru untuk

menyusun silabus secara

intesnif.

6 Nama Mata

Pelajaran

Nama mata pelajaran

Penjasor serta Seni

Budaya dan

Keterampilan

menimbulkan

pemahaman yang

berbeda

Kurang spesifiknya nama

mata pelajaran

Nama mata pelajaran

hendaknya tidak

menggunakan kata yang

memiliki multi tafsir, namun

menjadi nama mata pelajaran

secara sendiri-sendiri (empat

mata pelajaran: Penjas,

olahraga, seni budaya, dan

keterampilan.

3. KAJIAN PELAKSANAAN KETERCAPAIAN KTSP SD

NO

.

SUB ASPEK TEMUAN ANALISIS REKOMENDASI

1 Perencanaan

(Penyusunan Buku

I)

a. Pengembangan

Visi Misi

Sekolah

Penyusunan buku 1

dokumen KTSP di satuan

pendidikan masih adopsi

penuh

Terjadi keragaman bentuk

perumusan visi

Kurang adanya pemahaman

terhadap KTSP

Adanya panduan yang

berbeda. tentang visi-misi

Perlu ada sosialisasi

KTSP yang

berkesinambungan

Lembaga terkait perlu

memberikan pedoman

perumusan visi-misi

Sekolah mengalami

kesulitan merumuskan

latar belakang masalah,

visi, misi, dan tujuan

dalam penyusunan KTSP.

Pemahaman terhadap

pengembangan merumuskan

latar belakang masalah,visi

misi, dan tujuan dalam

penyusunan KTSP sekolah

masih kurang

Perlu diadakan pelatihan

perumusan latar

belakang, visi, misi, dan

tujuan secara intensif di

semua sekolah.

Antara visi, misi, tujuan,

dan program yang ada

belum menunjukkan

adanya keterkaitan

Adanya keterbatasan

kemampuan SDM sekolah.

Perlu diadakan pelatihan

khusus menyusun Buku

I di setiap gugus melalui

KKG/KKKS

Pada umumnya Penyusunan visi-misi Perlu ada kebijakan

Comment [P62]: Tambahan temuan kaitan silabus dan RPP

Comment [P63]: Dipindah ke kajian pelaksanaan

Comment [P64]: Dipindahkan ke kajian pelaksanaan

Comment [P65]: Tambahan singkatan SBS

Comment [P66]: Edit bahasa

Comment [P67]: Tambahan kelengkapan

temuan, analisis, dan rekomendasi tentang

pengembangan visi, misi

Page 68: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

23

sekolah belum

mencantumkan

indikator visi

Visi belum spesifik

tidak melibatkan

stakeholders

Belum memahami

tentang perumusan visi-

misi yang spesifik

dalam menentukan SDM

yang terlibat dalam

penyusunan visi-misi

dan panduan tentang

perumusan visi-misi

yang spesifik

b. Penentuan

Struktur

Kurikulum

Sekolah

Sekolah kesulitan dalam

menentukan alokasi waktu

(Jam Pelajaran untuk kelas

I, II, III yang

menggunakan pendekatan

tematik, serta jam untuk

pengembangan diri).

Belum adanya standar

minimal jumlah jam

pelajaran tiap mata pelajaran

Perlu ada acuan yang

dibakukan sebagai

standar minimal.

Pelajaran SBK memuat

dua materi pembelajaran

dalam satu kegiatan

Guru terbebani karena

dituntut menyampaikan dua

materi pembelajaran dalam

satu kegiatan

Perlu adanya pemisahan

antara pelajaran Seni

Budaya dengan

Keterampilan.

c. Muatan

Kurikulum

KKM tidak dibuat melalui

proses yang seharusnya,

karena guru belum

terbiasa menentukan KKM

Guru

Guru belum terlatih

membuat KKM

Perlu mengoptimalkan

pembinaan tentang

KKM.

d. Pengembangan

Program

Pengembangan

Diri (BP dan

Ekstra

Kurikuler)

Terdapat kerancuan

pemahaman terhadap

pengertian pengembangan

diri. Sebagian besar

sekolah menganggap

pengembangan diri setara

dengan mata pelajaran

karena ada alokasi waktu

pada struktur kurikulum.2.

Masih adanya kerancuan

model pengembangan diri

yang bagaimana yang

perlu dikembangkan

Tidak ada penjelasan yang

komprehensif tentang

pengembangan diri. Banyak

satuan pendidikan yang tidak

melaksanakan

pengembangan diri

Perlu sosialisasi tentang

pemahaman terhadap

pengertian

pengembangan diri.

kepada seluruh guru dan

praktisi pendidikan

lainnya.

Pengembangan diri yang

dilaksanakan di sekolah

belum dapat

mengakomodasi

kebutuhan, bakat dan

minat siswa

Satuan pendidikan tidak

memiliki tenaga profesional

untuk untuk kegiatan

pengembangan diri

Pemerintah hendaknya

mengangkat tenaga-

tenaga profesional

pengembangan diri di

satuan pandidikan

Sekolah menggeneralisasi

potensi siswa, sehingga

cenderung memaksakan

jenis pengembangan diri.

Di sisi lain banyak potensi

siswa yang tidak

terkembangkan.

Belum meratanya

pemahaman tentang

pengembangan diri

Perlu adanya sosialisasi

yang intensif sehingga

sekolah mampu

menginventarisir potensi

setiap peserta didik,

selanjutnya dapat

memberikan kegiatan

pengembangan diri

sesuai potensi masing –

masing.

e. Pengembangan

Program

Muatan Lokal

Muatan lokal pilihan

sekolah belum

dilaksanakan secara

optimal. Sekolah belum

memahami potensi lokal

secara cermat, serta belum

Keterbatasan sekolah

dalam menganalisis

potensi lokal.

Sekolah perlu

melakukan kajian

bersama tentang

potensi lokal.

Dilakukan denga

mengoptimalkan

Comment [P68]: Tambahan komponen analisis

Comment [P69]: Temuan baru temuan tentang

SBK

Comment [P70]: Temuan baru

Comment [P71]: Tambahan kelengkapan temuan

Comment [P72]: Tambahan kelengkapan analisis

Page 69: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

24

mampu memilih muatan

lokal yang prospektif dan

memiliki daya dukung

lebih.

Kemampuan guru dalam

memberikan pembelajaran

muatan lokal pilihan masih

dianggap kurang

pemberdayaan

masyarakat.

Perlu diadakan

pelatihan dalam

meningkatkan

kompetensi guru

khususnya tentang

muatan lokal.

Belum ada standar isi

untuk mulok selain Bahasa

Inggris dan bahasa Jawa

Satuan pendidikan

memerlukan standar isi

mulok selain Bahasa Inggris

dan bahasa Jawa untuk

mengembangkan muatan

lokal

Dinas pendidikan daerah

hendaknya memfasilitasi

standar isi mulok selain

Bahasa Inggris dan

Bahasa jawa

f. Penyusunan

Silabus dan

RPP

Kelengkapan silabus dan

RPP masih belum optimal

Belum semua guru

mampu menyusun silabus

dan RPP (menentukan

indikator dari KD yang

telah ditentukan dalam

standar isi).

Kurangnya

kemauan/semangat guru

dalam peningkatan

profesionalisme

Perlunya pelatihan

cara-cara

pengembangan

Silabus dan RPP

yang diberikan

secara komprehensif

dan

berkesinambungan.

Perlunya optimalisasi

workshop

penyusunan silabus

dan RPP

Komponen RPP

memberatkan para guru

dan praktisi pendidikan.

Guru belum mampu

menyusun sendiri silabus.

Misalnya dalam

menentukan indikator dari

KD yang telah ditentukan

dalam standar isi.

Komponen RPP kurang

sederhana Diupayakan agar

komponen RPP

disederhanakan.

Mengoptimalkan

workshop tentang

penyusunan RPP.

Sebagian guru tidak

membuat RPP sendiri

sehingga pembelajaran

berjalan tanpa perencanaan

yang baik.

Sebagian guru kurang

memiliki komitmen terhadap

tugas dan tanggungjawab

dalam membuat RPP. Guru

merasa terbebani sehingga

mengadpsi RPP jadi

Perlu adanya

optimalisasi dalam

mengelola SDM

khususnya guru

sehingga memiliki

komitmen tinggi

dalam

melaksanakan tugas

dan

tanggungjawabnya.

Perlu ada pola RPP

sederhana dengan

tidak mengurangi

aturan.

Perlu optimalisasi

workshop sehingga

mampu

menghasilkan guru

yang profesional.

Pada umumnya guru Guru kurang terlatih dalam Dinas pendidikan

Comment [P73]: Tambahan kelengkapan analisis terkait RPP

Comment [P74]: Tambahan kelengkapan rekomendasi

Page 70: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

25

kesulitan merumuskan dan

mengembangkan indikator

pada silabus, dan

pembelajaran ”Tematik”

untuk kelas 1, 2, dan 3.

merumuskan dan

menjabarkan SK/ KD

menjadi indikator serta

pembelajaran ”Tematik” bagi

kelas 1, 2, dan 3

hendaknya memfasilitasi

pelatihan /workshop

penjabaran SK/KD

menjadi indikator serta

pembelajaran ”Tematik”

bagi kelas 1, 2, dan 3

Komponen RPP

memberatkan para guru

dan praktisi pendidikan

Komponen RPP kurang

sederhana

Diupayakan agar

komponen RPP

disederhanakan.

Guru masih mengalami

kesulitan menyusun silabus

karena keterbatasan

pemahaman dan wawasan

guru.

Belum meratanya kompetensi

guru dalam membuat RPP

Perlu diadakan

pelatihan dan motivasi

bagi guru untuk

menyusun silabus secara

intesnif.

g. Perangkat KTSP Munculnya aturan

penerapan KTSP pada

setiap satuan pendidikan

tidak dilengkapi dengan

perangkat (buku lapor,

buku induk, pedoman

penulisan lapor)

Dokumen KTSP sangat

mendukung kelancaran

dalam peleksanaan KTP

Perangkat KTSP

hendaknya diadakan

secara bersamaan

dengan diberlakukannya

KTSP

2 Pelaksanaan:

a. Kalender

Akademik

Dalam pembuatan

kalender akademik, masih

banyak satuan pendidikan

yang tidak mengacu pada

PP 19/2005 Ps. 18 ayat 3

Berdasarkan PP19/2005 Ps.

18 ayat 3 : Kalender

pendidikan /Akademik untuk

setiap satuan pendidikan

diatur dengan Permen

Satuan pendidikan agar

diberikan pemahaman

tentang pelaksanaan

kalender

pendidikan/akademik

dengan PP 19/2005 Ps.

18

Sekolah mengalami

kesulitan untuk menyusun

kalender tahunan

pendidikan.

Adanya keterbatasan sekolah

dalam menyusun kalender

pendidikan

Adanya sinkronisasi

antara Dinas

Kabupaten dalam

menyusun Kalender

Pendidikan.

Perlu adanya

pembinaan lebih

intensif dalam

penyusunan kalender

pendidikan.

b. Beban belajar Beban belajar masih

dipahami sebagai

jumlah jam pelajaran

tatap muka saja.

Sebagian sekolah dan

guru belum

memasukkan

pemberian tugas

mandiri dan

kelompok sebagai

beban belajar.

Guru belum

memberikan tugas

terstruktur dan tidak

terstruktur kepada

para siswa. Hal ini

menimbulkan

pandangan umum

bahwa KTSP identik

dengan pengurangan

Belum adanya pemahaman

yang sama tentang beban

belajar sebagaimana

tercantum dalam KTSP

Perlu adanya sosialisasi

yang lebih intensif

kepada sekolah dan

masyarakat agar

memiliki pandangan

yang sama tentang

beban belajar.

Comment [P75]: Pindahan dari kajian konsep

Comment [P76]: Pindahan dari kajian konsep

Comment [P77]: Temuan baru tentang perangkat KTSP

Comment [P78]: Temuan baru tentang pelaksanaan kelender akadmeik Kompetensi guru

dalam memahami karakteristik mata pelajaran dirasakan masih kurang.

Rekomendasi:

Perlu optimalisasi workshop yang mampu

meningkatkan komptensi guru dalam mendisain

pembelajaran (menggunakan strategi, metode,

media, dan seumber belajar).

Comment [P79]: Pindahan dari kajian konsep

Comment [P80]: Pindahan dari kajian konsep

Page 71: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

26

jam belajar.

c. Strategi, Metode,

Media, Sumber

Belajar di dalam

kelas (In Door)

Sebagian besar guru belum

memahami karakteristik

mata pelajaran

Kompetensi guru dalam

memahami karakteristik mata

pelajaran dirasakan masih

kurang.

Perlu optimalisasi

workshop yang mampu

meningkatkan

komptensi guru dalam

mendisain pembelajaran

(menggunakan strategi,

metode, media, dan

seumber belajar).

Strategi pembelajaran

belum sesuai dengan

yang diharapkan

KTSP, strategi masih

dirasakan klasik

sehingga belum

mampu menciptakan

pembelajaran ideal

(PAIKEM)

Pembelajaran di dalam

kelas lebih didominasi

penggunaan metode

ceramah dan

pemberian tugas yang

tidak terencana

Kompetensi guru dalam

tentang strategi, metode,

media, dan sumber belajar

dirasakan masih kurang

Perlu optimalisasi

workshop yang mampu

meningkatkan

komptensi guru dalam

mendisain pembelajaran

(menggunakan strategi,

metode, media, dan

seumber belajar)

Penggunaan media

pembelajaran sangat minim.

Guru masih kurang

memiliki motivasi dalam

menyediakan alat peraga

dan sumber belajar. Guru

kurang respon terhadap

perubahan.

Guru masih kurang

memiliki motivasi dalam

menyediakan alat peraga

dan sumber belajar. Guru

kurang respon terhadap

perubahan.

Guru kurang termotivasi

dalam memanfaatkan

media yang disediakan

dari pemerintah.

Sekolah perlu

memberikan alokasi

anggaran untuk

menyediakan media

pembelajaran.

Pemerintah agar

menyiapkan alat

peraga yang

memadai

Sebagian besar guru

hanya menggunakan

buku sebagai satu-

satunya sumber belajar.

Belum optimal dalam

memanfaatkan

lingkungan sebagai

Guru kurang terlatih

untuk berinovasi dalam

pemberdayaan sumber

belajar.

Sumber belajar bukan

hanya satu-satunya buku,

melainkan lingkungan

Perlu

upayamemotivasi

guru agar mampu

memanfaatkan

sumber belajar

selain buku yang

disediakan.

Comment [P81]: Tambahan kelengkapan

analisis

Comment [P82]: Tambahan kelengkapan analisis

Comment [P83]: Tambahan analisis

Comment [P84]: Tambahan rekomendasi terkait

media pembelajaran

Comment [P85]: Tambahan analisis

Comment [P87]: Tambahan rekomendasi

Page 72: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

27

sumber belajar dan sumber lain

Pada umumnya guru

kesulitan dalam

melaksanakan

pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik

hanya ada dalam RPP

Kompetensi guru tentang

pembelajaran tematik masih

dianggap kurang. Sulitnya

mengintegrasikan beberapa

materi peljaran ke dalam

satu tema. Adanya

perbedaan persepsi diantara

pengemabang dalam

penyampaian pembelajaran

tematik.

Perlu optimalisasi

workshop

pembelajaran

tematik

Hendaknya ada

kesatuan persepsi

diantara tim

pengembang

b. Strategi, metode,

Media, Sumber

Belajar di Luar

Kelas (Out Door)

Belum optimalnya

pelaksanaan pembelajaran

di luar kelas (out door)

Pemahaman dalam

pembelajaran di luar kelas

masih dirasakan kurang

Perlu adanya pelatihan

tentang pembelajaran di

luar kelas (out door)

Pembelajaran di luar kelas

(out door) belum optimal

Pelaksanaan pembelajaran di

luar kelas memerlukan

keterampilan guru dala

memanfa‟atkan lingkungan

sebagai media pembelajaran

Perlu adanya pelatihan

pembelajaran yang

sesuai dengan

karakteristik materi

pembelajaran.

c. Strategi, metode,

Media, Sumber

Belajar di

Laboratorium

Sebagian besar sekolah

belum memiliki

laboratorium

Kurangnya sarana dan

prasarana pendidikan Perlu pengadaan

laboratorium secara

lengkap sehingga

mampu memberikan

kesempatan kepada

peserta didik untuk

mengembangkan

potensi yang

dimilikinya.

Perlu adanya pelatihan

tentang pengelolaan

laboratorium sehingga

guru mampu

mengelola lab secara

optimal.

Pembelajaran di dalam

laboratorium belum

optimal, karena terbatas

kemampuan guru dan

fasilitas laboratorium

Pembelajaran di laboratorium

akan berhasil jika ada

peningkatan kemampuan

guru dan kelengkapan

laboratorium

Perlu ada pelatihan

guru dalam

penggunaan

laboratorium

Sekolah perlu disuport

untuk pengadaan

laboratorium

d. Tindak lanjut Pemberian tindak lanjut

kurang memperhatikan

kebutuhan siswa

Pemberian tindak lanjut

tidak memperhatikan kondisi

siswa

Perlu adanya pemikiran

yang lebih jeli saat

pemberian tindak lanjut

e. Penugasan Dalam pemberian

tugas, pada

umumnya Guru tidak

memperhatikan

keaneka ragaman

potensi siswa.

Masih ada guru yang

belum memeriksa dan

menilai tugas /PR

Siswa memiliki keaneka

ragaman potensi intelektual

Guru perlu diberi

pemahaman yang

mendalam tentang

keaneka ragaman

intelektual siswa.

Comment [P86]: Tambahan analisis

Comment [P88]: Tambahan kelengkapan analisis

Comment [P89]: Tambahan rekomendasi

Comment [P90]: Temuan baru tentang tindak lanjut pelaksanaan KTSP

Comment [P91]: Temuan baru tentang penugasan dalam pelaksanaan KTSP

Page 73: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

28

Penulisan Laporan

Pendidikan

Sering bergantinya

dokumen laporan

pendidikan (lapor) dan

buku induk berkaitan

dengan perubahan point

penilaian

Laporan akhir semester tidak

dibuat dalam buku lapor,

melainkan dalam lembaran

foto copy; Pengisian buku

induk berubah-ubah

Diperlukan adanya

standarisasi format

raport hasil belajar

siswa

3 Evaluasi:

a. Penilaian harian

Penilaian harian masih

berorientasi ulangan

harian yang sifatnya

penilaian produk bukan

penilaian proses.

Guru kesulitan untuk

mengadakan penilaian

yang sangat detail,

meliputi penilaian per

KD, per aspek, per

indikator, per individu.

Guru masih belum

memahami makna

penilaian sebagai salah

satu bagian penting dari

proses pembelajaran.

Dalam proses

pembuatan soal ulangan

harian, ulangan tengah

semester, ulangan umum

dan ulangan kenaikan

kelas, guru belum

berpedoman kepada

kisi-kisi. Mayoritas guru

belum menganaisis soal

dan hasil evaluasi

Kurangnya kompetensi guru

dalam mengevaluasi

pembelajaran

Kurangnya pemahanan

dalam pembuatan kisi-kisi

Perlu optimalisasi

workshop tentang

evaluasi

pembelajaran

Pedoman penilaian

perlu

disederhanakan

dengan tidak

meninggalkan

substansi penilaian.

Perlu adanya sosialisasi

cara pembuatan kisis-

kisi

Penilaian non tes belum

banyak dilakukan oleh

guru karena minimnya

pengetahuan

Penilaian hasil belajar

meliputi penilaian tes dan

non tes

Perlu adanya

penyegaran / pelatihan

teknik penilaian non tes

untuk guru

b. Akhir Tahun

dan Ujian Sekolah

Tidak ada sinkronisasi

antara ujian akhir dengan

penilaian harian (yang

menekankan penilaian

proses).

Konsep evaluasi diterapkan

dalam kebijakan yang

berbeda.

Perlu sinkronisasi antara

penilaian proses dengan

ujian akhir.

Kriteria kelulusan yang

berbeda antara satu

sekolah dengan sekolah

yang lain menimbulkan

permasalahan di

masyarakat.

Kriteria kelulusan di tiap

satuan pendidikan yang

berbeda-beda sulit untuk

dijadikan tolok ukur untuk

dijadikan standar nasional

Perlu pemahaman yang

sama tentang kriteria

kelulusan.

c. Ujian nasional

(UASBN)

Penentuan kriteria

kelulusan belum jelas

pemahamannya.

Kriteria kelulusan

UASBN ditentukan oleh

satuan pendidikian

Dalam kriteria kelulusan

perlu kejelasan

Satuan mengalami kesulitan

untuk menentukan SKL

Perlunya penjelasan

Ada pedoman membuat

SKL yang lebih rinci dan

terarah

Comment [P92]: Temuan baru tentang penulisan

laporan pendidikan

Comment [P93]: Tambahan temuan

Comment [P94]: Tambahan analisis

Comment [P95]: Tambahan rekomendasi

Comment [P96]: Tambahan analisis

Comment [P97]: Tambahan analisis

Comment [P98]: Temuan baru tentang kriteria kelulusan UASBN

Comment [P99]: Tambahan analisis

Comment [P100]: Tambahan analisis tentang kriteria kelulusan UASBN

Comment [P101]: Tambahan rekomendasi tentang kriteria kelulusan UASBN

Page 74: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

29

Satuan pendidikan

menginginkan ujian

nasional tidak dijadikan

sebagai kriteria kelulusan

bagi satuan pendidikan.

Ujian nasional hanya bisa

dijadikan standar

pemetaan keberhasilan

kurikulum

Pendidikan dasar meliputi

pendidikan SD dan SMP,

sehingga ujian nasional dapat

dijadikan kriteria kelulusan

di satuan pendidikan tingkat

SMP

Perlu pengkajian

kembali tentang adanya

ujian nasional

( UASBN) bagi

pendidikan sekolah

Dasar.

I. PENUTUP

Kegiatan penyempurnaan kajian ketercapaian KTSP SD yang dilakukan terhadap

tiga aspek, yakni studi dokumentasi, kajian konsep, dan kajian pelaksanaan

menyimpulkan bahwa:

1. Aspek studi dokumentasi KTSP SD masih perlu direvisi (dengan

memperhatikan konsistensi dan keruntutan informasi) sehingga menghasilkan

dokumen-dokumen KTSP yang mampu memberikan arahan bagi para praktisi

pendidikan.

2. Aspek kajian konsep masih perlu direvisi (dikaji ulang atau ditambahkan

penjelasan terkait aspek yang dipaparkan dalam komponen kurikulum) agar

sesuai dengan perkembangan peserta didik dan dapat memberikan arahan

bagi para praktisi pendidikan.

3. Aspek kajian pelaksanaan KTSP pada umumnya masih belum sesuai dengan

tuntutan undang-undang. Dengan demikian, rekomendasi yang paling banyak

diajukan adalah optimalisasi sosialisasi dan pelatihan/workhop KTSP yang

diberikan secara komprehensif, berkesinambungan, dan merata dengan

melibatkan para birokrat, akademisi, dan praktisi pendidikan

Comment [P102]: Edit kalimat sesuai makna judul

Page 75: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

30

Kajian Kebijakan Kurikulum MTs

A. KAJIAN KONSEP DAN FALSAFAH

No Aspek/Sub

Aspek

Temuan Analisis Rekomendasi

1.

Sistem

pengemba

ngan

kurikulum

Pengembangan KTSP

(terutama silabusnya) masih

mengadopsi model BSNP,

karena diperbolehkan

mengadopsi, akibatnya

guru/sekolah mengambil

langkah praktis.

Pada pengembangan RPP

guru masih mengalami

keterbatasan sehingga

banyak guru yang belum

mampu mengembangkan

secara mandiri.

Madrasah sering ketinggalan

informasi tentang kebijakan

pendidikan.

Sosialisasi KTSP belum

merata, Madrasah

mengalami kesulitan

dalam pengembangan

KTSP.

.

Kurang efektifnya

pembinaan yang

dilakukan oleh pihak

yang berkompeten.

Belum efektifnya

kordinasi antara Depag

dengan Depdiknas.

Perlu program sosialisasi

KTSP, dan harus diikuti

dengan bimbingan serta

pendampingan dari pihak

yang berkompeten.

Perlu peningkatan

profesionalisme

pengawas madrasah dan

kepala madrasah.

Meningkatkan koordinasi

Depag dengan

Depdiknas.

2.

Muatan

dan konten

kurikulum

Hasil UN MTs lebih rendah

daripada SMP, terutama pada

MTs Swasta.

Suasana Islami di MTs,

masih belum memenuhi

harapan

Beban belajar di MTs

lebih banyak daripada

SMP, sementara faktor

pendukung

pembelajarannya lemah.

90% dari MTs yang ada

adalah MTs Swasta.

Pendidikan Agama Islam

(PAI) masih didominasi

dengan pendekatakan

kognitif sehingga tidak

terjadi internalisasi nilai-

nilai Islami.

Minimnya sarana

pendukung (seperti :

Mushola/Masjid,

Alqur‟an, dll), karena

belum terbangunnya

lingkungan Madrasah

yang memungkinkan

siswa melakukan

internalisasi nilai-nilai

Islami.

Harus ada komitmen

pemerintah untuk

memperlakukan MTs

sama dengan SMP.

Perlu diterbitkan buku

panduan model

pembelajaran PAI yang

mampu

menginternalisasikan

nilai-nilai Islami.

Perlu ditentukan

standarisasi sarana/pra

sarana yang mendukung

internalisasi nilai-nilai

Islami.

Comment [I103]: Sejauh ini sosialisasi KTSP, baru sebatas memberikan pelatihan penyususnan KTSP diikuti praktek yang bersifat simulasi. Keterampilan sekolah menysusn KTSP akan optimal bila dilakukan pendampingan oleh ahli.

Comment [I104]: Profesionalisme pengawas sejauh ini memang masih dipertanyakan, terutama dengan sistem rekrutmen pengawas yang tidakmempertimbangkan potensi calon pengawas.

Comment [I105]: Kordinasi Depag dengan Depdiknas dalam pembinaan pendidikan memang masih sangat lemah, dan hal ini berimplikasi pada ketertinggalan madrasah dalam banyak hal, terutama karena madrasah dalam banyak hal juga masih sangat tergantung kepada kebijakan yang dibuat oleh Depdiknas.

Comment [I106]: Pemerintah daerah otonom masih melihat Madrasah sebagai bagian dari pemerintah pusat yang tidak menjadi tanggung jawab pemerintah otonom. Implikasinya distribusi dana pendidikan dari APBD tidak mengakomodasi kepentingan-kepentingan madrasah. Walaupun sudah ada permen mendagri yang menghendaki adanya perlakuan yang sama terhadap semua jenis pendidikan, belum dirasakan dampak implementasinya.

Page 76: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

31

3

Perencana

an

pembelajar

an

Guru MTs menggunakan

RPP yang bukan hasil

pengembangan sendiri.

Kriteria Kenaikan kelas dan

Kelulusan.hanya berpatokan

pada perolehan nilai,

seakan-akan tidak dilihat

moral/akhlak siswa.

Pembelajaran tidak dapat

optimal karena

pengembangannya tidak

sesuai dengan

karakteristik satuan

pendidikan

Mengadakan kerjasama

dengan pihak luar, yaitu

: Primagama, dan

dengan sekolah standar

Internasional.

Pemerintah lebih

memperhatikan guru MTs

untuk mengefektifkan

penyelenggaraan

pelatihan peningkatan

profesionalisme guru.

4

Pengemba

ngan

bahan ajar

Beban belajar untuk MTs

minimal 40 jam pelajaran per

minggu, dan boleh lebih sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Mata pelajaran BK tidak

dimasukkan dalam struktur

kurikulum.

Guru masih mengalami kesultan

mendapatkan bahan ajar

(buku/lks/)

Pemahaman guru tentang bahan

ajar dalam KTSP masih kurang

Kebijakan tentang UN telah

membuat mata pelajaran

yang di UN-kan, menjadi

perioritas utama sehingga

mata pelajaran lainnya

terabaikan.

Pembinaan akhlak, bakat,

minat siswa kurang optimal

Fasilitas perpustakaan

seperti: buku pokok dan

penunjang belum memadai.

Panduan pembuatan bahan

ajar untuk MTs belum ada.

Kebijakan yang mendorong

agar mata pelajaran Non-UN

tidak diabaikan, harus diikuti

dengan pengawasan.

Jam pengembangan diri

(BK) agar masuk pada

kegiatan intrakurikuler

(masuk kelas)

MGMP diberdayakan untuk

memfasilitasi guru membuat

buku dan LKS.

Depdiknas membuat

program motivasional untuk

mendorong guru membuat

bahan ajar.

5

Sistem

pengadmin

istrasian

Arsip di MTs ( kurikulum,

penilaian, edaran dan peraturan-

peraturan perundangannya)

belum diadministrasikan dengan

baik.

Jumlah dan Peran pengawas

umum sebagai supervisor

administrator, belum maksimal

Jumlah dan Peran pengawas

mata pelajaran sebagai

supervisor administrator, belum

maksimal

Jabatan Pengawas hanya untuk

memperpanjang Usia PNS

Perlakuan pemerintah otonom

terhadap SDM di sekolah umum

Tenaga arsiparis dibutuhkan

dalam menata berbagai

dokumen di MTs.

Pembinaan Pengawas

terhadap penataan

administrasi belum optimal

karena ratio- pengawas :

madrasah belum memadai.

(1 pengawas membawahi

132 madrasah)

Pembinaan Pengawas

terhadap penataan

administrasi belum optimal

karena ratio- pengawas :

madrasah belum memadai.

(1 pengawas membawahi

132 madrasah)

Pembinaan pengawas

terhadap penataan

administrasi tidak optimal

Depdiknas mengikutsertakan

MTS dalam pelatihan bagi

tenaga arsiparis .

Pemerintah perlu merekrut

pengawas umum secara

proporsional.

Pemerintah perlu merekrut

pengawas mata pelajaran

secara proporsional.

Pengangkatan Pengawas

harus mempertimbangkan

potensi calon pengawas agar

dapat bekerja secara

profesional.

Administrasi seluruh SDM

Comment [I107]: Untuk mendorong sekolah agar tetap memperhatikan mata pelajaran Non-UN pemerintah telah membuat kebijakan agar UN didahulukan sebelum US, sehingga kelulusan UN tidak selalu menjamin kelulusan US. Artinya mata pelajaran Non-UN harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh.

Comment [I108]: Pengawasan yang ketat diperlukan agar penilaian hasil US objektif sehingga dapat diketahui secara objektif hasil pembelajaran mata pelajaran yang di-US-kan.

Comment [I109]: Model BK dalam KTSP terlampir

Comment [I110]: Program motivasional ini bias berbentuk kompetisi yang bias memotivasi guru membuat bahan ajar.

Comment [I111]: Walaupun ada aturan yang mensyaratkan pengawas tidak boleh berusia lebih dari 50 tahun, namun kesan jabatan pengawas sebagai tempat menungg masa pensiun masih tetap melekat.

Comment [I112]: Bagi guru madrasah, yang mereka fahami sebagai pengawas adalah pengawas Pendais yang diangkat oleh Depag. Walaupun pembinaan terhadap guru-guru bidang studi di madrasah merupakan tugas pengawas mata pelajaran yang diangkat oleh Depdiknas, kenyataannya pengawas ini tidak pernah melakukan pembinaan di madrasah.

Comment [I113]: Tidak dilakukannya pembinaan oleh pengawas mata pelajarn pada madrasah, boleh jadi bukan hanya karena lemahnya kordinasi, tetapi karena keterbatasan jumlah pengawas yang ada.

Page 77: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

32

dan madrasah masih berbeda

Kurang sinerginya antara

Mapenda dan dinas dikdas .

Administrasi SDM

Madrasah belum menjadi

bagian dari administrasi

pemerintah otonom

Tidak ada payung kebijakan

yang mensinergikan antara

Mapenda dan dinas dikdas .

pendidikan harus masuk

dalam administrasi dinas

pendidikan di daerah otnom.

Perlu adanya kebijakan yang

mensinergikan antara

Mapenda dg dinas dikdas.

B. KAJIAN DOKUMEN

No

Aspek/Sub

Aspek

Temuan

Analisis

Rekomendasi

1

Dokumen

Kurikulum

Permen

No.22 tahun

2006 tentang

Standar Isi

Undang-

Undang guru

dan dosen

No.14 tahun

2005 Bab IV

pasal 9.

PP No.19

tahun 2005

tentang

Standar

Nasional

Pendidikan

Bab V pasal

25

Pendidikan

Bab VII

pasal 42

tentang

Sarana

Prasarana

Standar isi terlalu luas

dan berat

Standar isi masih ada

sebagian yang belum

berorientasi kepada

pengembangan

kemanfaatan SDM dan

SDA

Masih ada sebagian

guru MTs yang belum

berkualifikasi S1/D4

dan mengajar tidak

sesuai dengan

bidangnya (mismatch)

Sertifikas melalui

portofolio tidak selalu

menghasilkan guru

profesional.

Nilai UN dijadikan

standar kelulusan dan

syarat melanjutkan ke

jenjang pendidikan

berikutnya

Masih banyak sekolah

yang sarana

prasarananya belum

memenuhi standar

minimal

Ada bagian yang kurang

relevan dengan tingkat

siswa pendidikan dasar.

Indonesia memiliki

sumber daya yang kaya,

tapi sebagian belum

tersentuh oleh

kurikulum

Sebagian guru MTs

belum memenuhi

kualifikasi akademik

Dengan cara portofolio,

guru bisa menduplikasi

dokumen.

Mapel UN menjadi

prioritas utama,

sehingga

sekolah/madrasah

mengenyampingkan

mapel lain.

Jumlah dan judul buku

sedikit, tidak memiliki

laboratorium serta

fasilitas lain yang

memadai

Sebagian standar kompetensi agar

dikurangi atau disederhanakan

Kurikulum agar berorientasi kepada

penanganan SDM dan pemanfaatan

SDA Indonesia disamping kemajuan

teknologi global.

Berasiswa pendidikan untuk guru-guru

yang belum memenuhi kualifikasi

akademik dan mismatch diperbanyak

agar dalam waktu yang tidak terlalau

lama semua guru telah memenuhi

kulaifikasi yang diperlukan.

Sistem portofolio harus dikaji ulang.

Nilai UN tidak dijadikan satu-satunya

alat ukur keberhasilan proses

pembelajaran tapi hanya sebagai

instrumen pemetaan mutu pendidikan.

Pemerintah harus memenuhi dana

pendidikan 20% dari APBN dan

APBD.

Pemerintah menambah anggaran BOS

buku

Comment [I114]: Permendagri No. memungkinkan menjadi paying aturan yang mendasari perlakuan yang sama antara pendidikan umum dan madrasah.

Comment [I115]: Walaupun standar isi merupakan standar minimal yang diasumsikan bisa dicapai oleh siswa di seluruh wilayah Indonesia, tanpaknya masih harus dikaji ulang. Bagi banyak sekolah di daerah standar ini masih terlalu tinggi, terutama karena fasilitas pendukng pembelajaran masih sangat terbatas.

Comment [I116]: Banyak guru yang layak mendapatkan sertifikat pendidik, karena keterbatasan dokumen bisa gagal dalam sertifikasi, sebaliknya guru yang tidak atau belumlayak,karena mampu menduplikasi dokumen bisa lulus sertifikasi dan mendaptkan sertifikat pendidik.

Comment [I117]: Panduan sertifikasi terlampir.

Page 78: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

33

Permen

No.11 tahun

2005

tentang buku

teks

pelajaran

pasal 9

Buku tidak sesuai

dengan SKL yang

ditetapkan oleh BSNP

Keberadaan buku-buku

di Madrasah sangat

kurang

2

Studi

perbandingan

antar dokumen

kurikulum

Guru kurang aktif,

kreatif dan inovatif

dalam

mengimplementasikan

KTSP

Dengan KTSP guru

dituntut lebih aktif,

kreatif dan inovatif

dibandingkan dengan

implementasi kurikulum

1994

Pemerintah menfasilitasi pelatihan

implementasi KTSP

3.

Dokumen

Perencanaan

Pembelajaran

Idealisme guru

belum sesuai

dengan

kemampuan

Madrasah

Kerjasama komite

dalam penyusunan

program kerja

belum terlaksana

dengan baik

Guru mismatch

Pengisian

administrasi guru

belum sempurna.

Keterbatasan

anggaran Madrasah

Peran Komite

belum maksimal

Kekurangan Guru

Pemahaman

pengisian

administrasi guru

belum merata

Anggaran pendidikan di

maksimalkan

Partisipasi aktif pemerintah

dalam pemberdayaan komite

Pengangkatan guru sesuai dg

kebutuhan

Sosialisasi pengisian adminitrasi

guru madrasah perlu ditingkatkan

4.

Dokumen

bahan ajar

Kebanyakan guru

menunggu guru

paket dari pusat

dan guru hanya

menggunakan

buku sebagai

bahan ajar

Kekurangan

bahan ajar (media

pembelajara) di

MTs

Kurangnya

pemahaman guru

dlm menentukan

atau membuat

bahan ajar dan

kurang memahami

maksud bahan ajar

itu

Keterbatasan

anggaran

madrasah

Perlu diadakan sosialisasi dan

pelatihan menyusun bahan ajar

bagi guru

Penyelenggaraan lomba-lomba

penyusnan bahan ajar

Subsidi bahan ajar perlu

ditambah

Comment [I118]: Untukmengefektifkan pemahaman seluruh jajaran pendidikan sampai ke tingkat sekolah, perlu diberdayakan jaringan kurikulum, yang pernah digagas oleh Puskur Depdiknas.

Comment [I119]: Komite sekolah/madrasah masih sekedar berganti nama dari BP3 ke Komite,yang lebih berperan sebagai lembaga yang meligitimasi program sekolah.

Comment [I120]: Kewajiban pemerintah pusat dan daerah menyediakan anggaran pendidikan sebesar 20% harus segera diwujudkan

Comment [I121]: Masih diperlukan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran yang terdiri dari: 1. Program tahunan; 2. Program semester; 3. Silabus; 4.. RPP

Page 79: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

34

C. KAJIAN PELAKSANAAN

No

Aspek/Sub Aspek

Temuan

Analisis

Rekomendasi

1

Landasan Hukum

Ada beberapa

landasan hukum

yang belum

dicantumkan

Landasan hukum sebagai

pedoman Penyusunan

KTSP

Surat Edaran Dirjen

Depag RI No.DJ.21/ PP.00/Ed.681/2006

tentang Standar Isi

Perlu dilengkapi landasan

hukum yang lain

2

Struktur dan

Muatan

Belum semua MTs

memberdayakan

guru BK masuk

kelas sebagai muatan

kurikulum

Karena pentingnya

penanganan siswa untuk

lebih memahami individu

secara klasikal

Guru BK ada jam tatap muka

di kelas sebagai bimbingan

3

Kalender

Pendidikan

Pelaksanaan masih

dipengaruhi kalender

umum,terutama hari

libur

Kebijakan dari atasan yang

berbeda

Menggunakan kalender

pendidikan yang telah

ditetapkan oleh/dari Mapenda

4

Silabus

Kemampuan guru

dlm menyusun &

mengembangkan

silabus belum

merata:

Ada guru yang blm

mampu menyusun

silabus, dan guru

yg sudah mampu

belum dapat

mengembang kan

secara optimal

Guru belum sepenuhnya

menguasai sistematika

penyusunan silabus. Dlm

menentukan indikator, &

evaluasi msh banyak

menemui kesulitan

Evaluasi yg dilaksanakan

belum dapat

mengungkap aspek yg

seharusnya

dikembangkan pada

siswa seseuai dengan

kebijakan KTSP

Diadakan pelatihan

penyusunan & pembuatan

silabus yang dilaksanakn

secara bertahap/ berjenjang

Perlu mensosialisasi buku

model pengembangan

silabus dan RPP secara

merata sehingga dapat

dijadikan sebagai contoh

bagi guru

5

RPP

Masih ada guru yg

belum melaksanakan

RPP yg te lah dibuat

(pembelajaran yang

dilaksanakan belum

sesuai dengan yang

telah direncanakan)

Dlm melaksanakan RPP

masih ter pancang pada

model lama, belum me

nyesuaikan dengan

tuntutan kurikulum (kondisi

seharusnya)

Pemerintah pusat (Depag)

memfasilitasi pelaksanaan

MGMP baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten

(MGMP dilaksa nakan secara

terstruktur dan berjenjang

6

Pelaksanaan

pembelajaran

Madrasah belum

mampu

mensejajarkan

output UN dengan

SMP

Penambahan jam

belum efektif

Input MTs rendah

Jam belajar ideal bagi MTs

adalah 6-7 jam

Guru TIK hanya diangkat

Peningkatan profesionalime

guru-guru mata pelajaran UN

Jam tatap muka harus optimal

Depag perlu mengangkat PNS

Comment [I122]: Landasan hukum berupa Peraturan Pemerintah,Permen Diknas,Perda, Edaran-edaran, dan lain-lain

Page 80: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

35

Kekurangan guru

Komputer (TIK) di

Madrasah

Sistem

evaluasibelum

maksimal dalam

proses pembelajaran

Guru kurang

memperhatikan

Penilaian proses

(tidak ada lembar

pengamatan)

Beban kurikulum

terlalu berat dan

materi ajar terlalu

banyak

melalui guru kontrak

Alat ukur keberhasilan

harus lebihditekankan oleh

pihak yang berkompeten

Penilaian adalah alat ukur

yang mampu membedakan

siswa yang aktif dan kreatif

Siswa madrasah tahu

sedikit dari yang banyak

jurusan TIK

Adanya pengawasan ketat

dalam setiap evaluasi di MTs

Pembinaan guru mata

pelajaran melalui MGMP

Pemerintah mengurangi beban

mata pelajaran untuk

pendidikan dasar

Page 81: LAPORAN HASIL DISKUSI - New Indonesia

36

PENUTUP

Berdasarkan hasil diskusi kajian studi dokumentasi, kajian konsep, dan kajian

pelaksanaan dari keenam bidang tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kebijakan kurikulum pendidikan dasar perlu didukung oleh

seperangkat peraturan perundang-undangan, seperti;

a. PP PAUD dan TK

b. Diktum SD Terpadu.

1. Perlu pengkajian ulang terhadap beban materi ajar untuk tingkat pendidikan dasar.

2. Pelaksanaan kebijakan kurikulum perlu didukung oleh seperangkat peraturan

dalam pelayanan yang sama pada pendidikan dasar di seluruh Indonesia.

3. Ditemukan data di lapangan bahwa pengembangan kurikulum kurang dapat

mengakomodir materi muatan lokal yang bercirikan daerah masing-masing.

4. Kompetensi guru belum mendukung pelaksanaan KTSP, karena sosialisasi belum

merata.

5. Pertemuan dan pembahasan di Cisarua berhasil merumuskan konsep dan

penyelenggaraan pendidikan/sekolah terpadu dengan berbagai tipologinya.