laporan fix

33
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REAKSI SAPONIFIKASI PEMBUATAN SABUN OLEH KELOMPOK 6 KELAS A ANDI MULYA ADHA (1107111940) JHON FERY MARIHOT (1107114137) NUR KHAIRIATI (1107114208) SASTRA SILVESTER (1107114148) TEDDY PRATAMA (1107114357) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

Upload: arya-wiranata-wiranata

Post on 26-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bc

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

    REAKSI SAPONIFIKASI

    PEMBUATAN SABUN

    OLEH

    KELOMPOK 6

    KELAS A

    ANDI MULYA ADHA (1107111940)

    JHON FERY MARIHOT (1107114137)

    NUR KHAIRIATI (1107114208)

    SASTRA SILVESTER (1107114148)

    TEDDY PRATAMA (1107114357)

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2012

  • LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

    LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

    Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Dinilai Oleh Dosen Pembimbing

    Mata Kuliah Praktikum Kimia Organik

    Disusun Oleh:

    Andi Mulya Adha (1107111940)

    Jhon Fery Marihot (1107114137)

    Nur Khairiati (1107114208)

    Sastra Silvester (1107114148)

    Teddy Pratama (1107114357)

    Pekanbaru, 25 November 2012

    Dosen Pembimbing Asisten

    Kimia Organik Kimia Organik

    Drs. Irdoni HS, MS Risky Deliana

    NIP 195704151986091001 NIM 0907133094

  • ABSTRAK

    Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat

    (misal NaOH). Percobaan ini bertujuan untuk membuat dan memahami reaksi

    penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium serta menjelaskan

    beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan. Pembuatan sabun

    dilakukan dengan melarutkan minyak, etanol, dan natrium hidroksida (NaOH),

    kemudian diaduk, setelah itu panaskan campuran (minyak+etanol+NaOH) sampai

    bau dari alkohol (etanol) hilang. Setelah itu didinginkan, dan kemudian

    tambahkan larutan natrium klorida (NaCl) jenuh, lalu aduk kembali hingga

    menghasilkan zat padat atau endapan, kemudian saring zat padat yang terbentuk.

    Hasil saponifikasi yang didapatkan berupa sabun dan gliserol. Setelah itu

    dilakukan pengujian terhadap sifat sabun yang didapat dengan menggunakan

    minyak tanah (kerosen), kalsium sulfat (CaSO4), dan phenolphtalein (pp).

    Kata kunci : saponifikasi, kerosen, gliserol

    ABSTRACT

    Saponification reaction is a hydrolysis reaction of a fatty acid by a strong base

    (eg NaOH). Saponification reaction aim to create and understand the

    saponification reaction in the process of making soap in the laboratory and

    explain some properties of soap based on experiments that do. Making soap is

    done by dissolving the oil, ethanol, and sodium hydroxide (NaOH), and then

    stirred, after that heat the mixture (oil+ethanol+sodium hidroxide) until the smell

    of alcohol is lost. Then cooled, and add saturated sodium chloride (NaCl)

    solution, and then stirred again to produce solid and strain the solids formed. The

    results obtained in the form of soap saponification and glycerol. After that testing

    the properties of soap obtained using kerosine, calcium sulfate (CaSO4), and

    phenolphtalein (pp)

    Keywords : saponification, kerosene, gliserol.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi,

    terutama sesuai dengan fungsi utamanya yaitu membersihkan. Berbagai jenis

    sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci (krim dan

    bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun

    pembersih peralatan rumah tangga (krim dan cair).

    Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau

    lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat

    hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun

    mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain

    itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah

    melewati konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel. Sabun

    juga mengandung sekitar 25% gliserin. Gliserin bisa melembabkan dan

    melembutkan kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit juga. Oleh

    karena itu dilakukan percobaan pembuatan sabun dan pengujian terhadap

    sifat-sifat sabun, sehingga akan didapat sabun yang berkualitas.

    1.2 Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu :

    a. Membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses pembuatan

    sabun laboratorium.

    b. Menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang

    dilakukan.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sabun

    2.1.1 Sejarah Sabun

    Sabun telah dikenal selama sekitar 2.800 tahun. Bukti awal penggunaan

    sabun tanah liat Babilonia silinder yang berasal dari 2800 SM yang

    mengandung zat seperti sabun. Sebuah formula untuk sabun yang terdiri dari

    air, alkali dan minyak cassia ditulis pada tablet tanah liat Babilonia sekitar

    2200 SM.

    Papirus Ebers (Mesir, 1550 SM) menunjukkan bahwa orang Mesir kuno

    mandi secara teratur dan dikombinasikan minyak hewan dan nabati dengan

    garam alkali untuk membuat suatu zat seperti sabun. Dokumen Mesir

    menyebutkan bahwa zat seperti sabun digunakan dalam penyusunan wol untuk

    menenun.

    Menurut Pliny the Elder, Fenisia sabun dibuat dari lemak kambing dan

    abu kayu pada tahun 600 SM dan terkadang digunakan sebagai sebuah artikel

    barter dengan Galia. Kata "sabun" muncul pertama kali dalam bahasa Eropa di

    Pliny Naturalis Historia Elder, yang membahas pembuatan sabun dari lemak

    dan abu.

    Sabun secara luas dikenal di Kekaisaran Romawi. Roma pada awalnya

    membuat sabun pada abad pertama dari urin untuk membuat zat soaplike. Urin

    mengandung amonium karbonat yang bereaksi dengan minyak dan lemak

    dalam wol untuk saponifikasi parsial. Dan orang-orang fullones berjalan di

    jalan-jalan kota mengumpulkan urin untuk dijual ke soapmakers.

    Selanjutnya Bangsa Celtic, yang memproduksi sabun mereka dari lemak

    hewan dan abu tanaman, nama produknya saipo, yang merupakan kata sabun

    ini berasal. Pentingnya sabun untuk mencuci dan membersihkan tampaknya

    tidak diakui sampai abad ke-2. Dokter Yunani Galen menyebutkan itu sebagai

    obat dan sebagai sarana pembersihan tubuh.

  • Dan sebelumnya sabun telah digunakan sebagai obat. Tulisan-tulisan

    yang dikaitkan dengan sarjana abad ke-8 Jabir bin Hayyan Arab (Geber)

    berulang kali menyebutkan sabun sebagai agen pembersih. Orang-orang Arab

    membuat sabun dari minyak nabati seperti minyak zaitun atau minyak aromatik

    seperti minyak thyme.

    Sodium Lye (Al-Soda Al-Kawia) NaOH digunakan untuk pertama

    kalinya dan formula tidak berubah dari sabun saat ini dijual di pasar. Dari awal

    abad ke-7 sabun diproduksi di Nablus (Palestina), Kufa (Irak) dan Basra (Irak).

    Sabun Arab itu wangi dan berwarna, beberapa sabun yang cair dan lain-lain

    yang keras. Mereka juga memiliki sabun khusus untuk bercukur.

    2.1.2 Pengertian Sabun

    Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-

    asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga

    mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali

    penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol

    dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan

    sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat

    melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen

    dengan air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan

    mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl

    dan gliserol. Zat tambahan (aditif) seperti batu apung, zat warna dan parfum

    kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan dituang kedalam suatu

    cetakan.

    Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus

    ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam

    zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.

    Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan

    tidaklah b enar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam

    air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul

  • yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang

    menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992).

    2.2 Bahan Dasar Pembuatan Sabun

    Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk

    membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang

    dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun.

    Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara lain;

    2.2.1 Minyak atau Lemak

    Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur

    berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau

    lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan

    antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.

    Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak

    akan berwujud padat.

    Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan

    sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,

    spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah

    larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai

    dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

    1. Tallow ( Lemak Sapi )

    Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri

    pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik

    biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan

    kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat

    adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA

    dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di

    atas 40C. Tallow dengan titer point di bawah 40C dikenal dengan nama

    grease. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam

    palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam linoleat

    3-4%, dan asam laurat 0,2% (Hui,1996).

  • 2. Lard ( Lemak Babi )

    Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam

    lemak tak jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti

    asam stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard

    harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi

    ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan

    mudah berbusa.

    3. Palm Oil ( Minyak Sawit )

    Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan

    zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku

    pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat

    dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari

    itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak

    sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya

    yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam

    linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam

    miristat 0,5-1%.

    4. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )

    Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan

    dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat

    dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra).

    Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi,

    terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan

    terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.

    5. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )

    Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit

    memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa

    sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti

    sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam

    lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. Kandungan

    asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-

  • 52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%,

    asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam

    linoleat 2%.

    6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )

    Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi

    asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana.

    Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah asam palmitat

    52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat asam linoleat 6,6-

    8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2-1,3%, asam laurat 0,1-

    0,4%.

    7. Marine Oil

    Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil

    memiliki kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi,

    sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan

    sebagai bahan baku.

    8. Castor Oil ( Minyak Jarak )

    Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai

    kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak

    mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g

    I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Minyak jarak

    mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester.

    Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak

    86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam

    dihidroksi stearat 1-2%. (G. Brown, 1973)

    9. Olive Oil ( Minyak Zaitun )

    Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun

    dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal

    dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun

    secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti

    fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga

    mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam

  • lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut

    dapat mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun.

    10. Campuran Minyak dan Lemak

    Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari

    campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering

    dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi.

    Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi

    dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat

    dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

    2.2.2 Alkali

    Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah

    NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol,

    monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia

    NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam

    industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam

    pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair

    karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium

    karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak,

    tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

    2.3 Bahan Pendukung

    Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses

    penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan

    gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan

    tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

    1. Garam ( NaCl )

    NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

    Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl

    yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun.

    NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan

    (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.

  • Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya

    yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari

    besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

    2. Bahan Aditif

    Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam

    sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga

    menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain: builders,

    fillers inert, antioksidan, pewarna,dan parfum.

    a. Builders (Bahan Pembentuk/Penguat)

    Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara

    mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan

    lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan

    dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu

    menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan

    dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan

    mensuspensikan kotoran yang telah lepas.

    b. Filler (Bahan Pengisi)

    Filler (bahan pengisi) ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh

    campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk

    memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam

    campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspekekonomis.

    Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat.

    Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra

    sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna

    putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.

    c. Bahan Antioksidan

    Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun

    terutama pada bau tengik atau rancid. Natrium Silikat, natrium

    hiposulfid, dan natrium tiosulfat diketahui dapat digunakan sebagai

    antioksidan. Stanous klorida juga merupakan antioksidan yang sangat

  • kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching agent.

    (Perdana, F.K, 2009)

    d. Bahan Pewarna (Coloring Agent)

    Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini

    ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk

    mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik.

    Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau

    maupun orange.

    e. Bahan Pewangi (fragrances)

    Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum

    memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk

    sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus,

    tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal. Beberapa nama

    parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct

    deep water, alpine, dan spring flower.

    2.4 Reaksi Saponifikasi

    Reaksi saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika

    minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang

    dihasilkan dalam poses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam

    literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa latin yang

    artinya soap / sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain

    C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

    Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau

    minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari

    Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus

    (alifatik) panjang dengan jumlah atam C yang bervariasi, yaitu antaa C12

    C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali. Range atom C diatass

    mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kalarutan, proses emulsi dan

    pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,

    gliserin, garam dan impurity lainnya.

  • Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk

    membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak

    merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat

    seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung

    ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun

    mengandung ester dari gliserol asam oleat.

    Sifat sifat sabun yaitu :

    a. Sabun bersifat basa.

    Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

    dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat

    basa.

    CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH

    b. Sabun menghasilkan buih atau busa.

    Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,

    peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat

    menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air

    mengendap.

    CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

    c. Sabun mempunyai sifat membersihkan.

    Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari

    asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar

    maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar.

    Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak

    sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat

    organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka

    air) dan larut dalam air.

    Non polar : CH3(CH2)16 dan Polar : COONa+

    Berikut merupakan proses penghilangan kotoran, yaitu

    Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan

    tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan meresap lebih

    cepat ke permukaan kain.

  • Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan

    mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena

    antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.

    Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat

    pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain

    menjadi bersih.

    Gambar 2.1 Pengangakatan Kotoran

    2.5 Karakteristik Bahan Baku Pembuatan Sabun

    Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan

    dasar pembuatan sabun, diantaranya;

    a. Warna

    Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang

    bagus untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

    b. Angka Penyabunan

    Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram

    kalium hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna

    pada satu gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung

    alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak

    atau minyak.

    c. Bilangan Iod

    Bilangan iod digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak

    atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin

    tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting

    yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.

  • 2.6 Surfaktan

    Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua

    ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut

    kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor) yang tidak suka

    air.

    Keberadaan kedua gugus dalam struktur surfaktan biasa diistilahkan

    kepala dan ekor. Gugus polar biasa disebut kepala dan ekornya adalah

    gugus non polar. Filosofinya karena gugus non polarnya berupa rantai panjang

    sehingga biasa diibaratkan ekor. Sedangkan gugus polarnya hanya gugus

    karboksilat sehingga diibaratkan kepala.

    Gambar 2.2 Struktur Surfaktan

    Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar berdasarkan

    kelarutannya, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut

    dalam air.

    1. Surfaktan yang larut dalam minyak

    Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar

    berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.

    2. Surfaktan yang larut dalam air

    Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat

    pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah

    korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu

    surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan

  • positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan

    amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.

    2.6.1 Perbedaan Sabun Dan Detergen

    Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

    membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut

    batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah

    telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu

    permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi

    mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah

    menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.

    Gambar 2.3 Deterjen

    Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari

    asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan

    dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C

    melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan

    terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara

    tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari

    pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari

    minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

    Beda sabun dan deterjen yaitu deterjen tidak terbuat dari garam

    karboksilat sementara sabun terbuat dari garam karboksilat. Deterjen terbuat

    dari bahan-bahan yang sukar diuraikan mikroorganisme sementara sabun dapat

    diuraikan mikro-organisme.

  • 2.7 Macam-Macam Sabun

    Ada beberapa macam sabun, diantaranya:

    1. Shaving Cream

    Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan dasarnya

    adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan

    perbandingan 2:1.

    2. Sabun Cair

    Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan

    minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan

    kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol

    3. Sabun Kesehatan

    Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar

    parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik dan

    bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini

    adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.

    4. Sabun Chip

    Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen dalam

    menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan

    beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan

    berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau

    menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

    5. Sabun Bubuk untuk mencuci

    Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk

    mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodium

    metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

    2.8 Teknologi Pembuatan Sabun

    Sabun dapat dibuat melalui 2 metode yaitu; proses batch dan kontinu.

    Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sabun yang berkualitas.

    1. Proses Batch

    Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali

    (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah

  • selesai, garam-garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan

    air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan

    gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang

    bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan

    air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus

    dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-

    kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini

    dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih. lanjut, yaitu sebagai sabun

    industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir

    atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan

    diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun

    bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung

    (dengan melarutkan udara di dalamnya).

    (Yuda Prawira, 2008)

    2. Proses Kontinu

    Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau

    minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan

    katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu

    dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang

    terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara

    penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk

    menjadi sabun.

    Pada umumnya, alkali yang digunakn dalam pembuatan sabun

    hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun

    yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan

    dengan sabun yang dibuat dengan KOH.

    2.9 Kesadahan Air

    Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+

    dan Mg2+

    . Air sadah

    menyebabkan sabun sukar berbuih, karena ion-ion Ca2+

    /Mg2+

    mengendapkan

    sabun.

  • Ca2+

    (aq) + 2 CH3(CH2)16COO-(aq) Ca(CH3(CH2)16COO)2 (s)

    Ion stearat dari sabun endapan sabun

    Kesadahan air dibedakan atas;

    a) Kesadahan sementara

    Yaitu kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam hidrogen

    karbonat yaitu Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2. Kesadahan ini dapat

    dihilangkan dengan cara pemanasan (mendidihkan air).

    Ca(HCO3)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

    Apabila CaCO3 sudah berikatan dengan ion hydrogen karbonat maka

    ion Ca2+

    tidak ada yang berkeliaran sehingga kesadahan bisa

    dihilangkan.

    b) Kesadahan Tetap

    Yaitu kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam selain garam

    hidrogen karbonat seperti; CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan

    tetap ini sulit dihilangkan , bahkan tidak hilang walaupun dididihkan,

    namun ada beberapa cara untuk mengurangi kesadahan air,

    diantaranya;

    Proses Soda Kapur (mengendapkan Ca2+ dan Mg2+)

    Air sadah direaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2.

    MgSO4(aq) + Ca(OH)2(aq) Mg(OH)2 + CaSO4

    CaSO4(aq) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + Na2SO4(aq)

    MgCl2(aq) + Na2CO3(aq) MgCO3(s) + 2NaCl(aq)

    Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan cara penyaringan.

    Proses Zeolit (Na Zeolit dalam bentuk endapan)

    Air sadah dialirkan melalui Natrium Zeolit, sehingga ion Ca2+

    dan Mg2+

    akan diikat oleh zeolit menggantikan ion Na+

    membentuk kalsium/magnesium zeolit.

    Kerugian yang ditimbulkan air sadah diantaranya;

    a. Memboroskan sabun

  • Air sadah menyebabkan sabun sukar berbuih sebelum semua ion

    Ca2+

    dan Mg2+

    mengendap, sehingga dapat mengurangi daya

    pembersih pada sabun.

    b. Menimbulkan Batu Ketel

    Batu ketel adalah sejenis karang yang terbentuk pada dasar ketel.

    Batu ketel ini mengakibatkan penghantaran panas dari ketel ke air

    berkurang.

  • BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Alat-Alat

    1. Alumunium foil

    2. Corong

    3. Gelas Ukur 50 ml Gelas kimia 1000 ml dan 600 ml

    4. Kertas Saring

    5. Labu ukur 500 ml

    6. Pengaduk

    7. Pompa Vakum

    8. Tabung Reaksi

    9. Water Batch

    3.2 Bahan-bahan yang digunakan

    1. Minyak Goreng

    2. Etanol

    3. Natrium Hidroksida 2N

    4. Larutan NaCl jenuh

    5. Kerosen (minyak tanah)

    6. Larutan Kalsium Sulfat

    7. Phenolptalein

    3.3 Prosedur Percobaan

    3.3.1 Pembuatan Sabun

    1. 250 ml minyak goreng dimasukkan kedalam gelas kimia

    2. Ditambahkan larutan etanol dan NaOH 2 N masing masing 200 ml

    sambil diaduk

    3. Gelas kimia ditutup dengan alumunium foil

    4. Campuran dipanaskan dalam penangas pada suhu 78,6oC sampai hilang

    bau dari alkohol ( etanol )

    5. Dinginkan campuran dalam gelas kimia tersebut beberapa menit

  • 6. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat

    7. Kedalam larutan ditambahkan 200 ml NaCl jenuh kedalam campuran

    8. Perubahan yang terjadi diamati

    9. Campuran diaduk, kemudian disaring dengan pompa vakum

    10. Hasil pengamatan dicatat.

    3.3.2 Uji Sifat Sabun

    1. 1 ml kerosen dan 10 ml air dimasukkan dalam tabung reaksi

    2. Campuran dikocok dan hasil pengamatan dicatat

    3. Dimasukkan sedikit sabun ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran

    kerosen dan air.

    4. Dikocok dan hasil pengamatan dicatat

    5. Dalam tabung reaksi baru dilarutkan sedikit sabun dalam 5 ml etanol

    6. Ditambahkan 8 10 tetes larutan kalsium sulfat

    7. Dicatat pengaruh kalsium sulfat terhadap air sabun

    8. Dalam tabung reaksi baru larutkan sedikit sabun dalam 5 ml etanol

    9. Ditambahkan 2 tetes larutan phenolptalein

    10. Hasil pengamatan dicatat

    3.4 Rangkaian alat

    Gambar 3.1 Proses pemanasan

  • Gambar 3.2 Proses penyaringan

    Keterangan :

    1. Corong Buchner

    2. Karet penyambung

    3. Erlenmeyer

    4. Selang masuk

    5. Pompa vakum

    6. Selang keluar

    7. Tombol power

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Pengamatan

    Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil pengamatan sebagai berikut :

    Tabel 4.1. Pengamatan pembuatan Sabun

    No. Bahan Pengamatan

    1.

    Minyak Goreng

    Etanol Dipanaskan

    NaOH

    Larutan berwarna kuning,

    terdapat dua lapisan, dan

    berbuih. Dilakukan pada

    suhu 78,6oC.

    2. Campuran Didinginkan Terdapat gumpalan pada

    dasar larutan.

    3. Campuran (1) + NaCl Terbentuk tiga lapisan.

    4. Campuran (1) + NaCl dan diaduk

    Larutan menjadi homogen

    dan berbusa. Gumpalan yang

    berada dibawah naik keatas.

    Tabel 4.2. Sifat-Sifat Sabun

    No. Bahan Pengamatan

    1. Kerosen + Air Dikocok Terbentuk lapisan minyak

    dan air.

    2. Kerosen + Air + Sabun Dikocok Campuran air dan kerosin

    menyatu.

    3. Sabun + Air panas Sebagian sabun larut dan

    berbusa

    4. Larutan sabun + Kalsium Sulfat Busa sabun hilang

    5. Sabun + Etanol Sebagian sabun larut

    6. Sabun + Etanol + Phenolpthelein Endapan sabun berwarna

    pink.

    4.2 Reaksi-Reaksi yang Terjadi

    Reaksi Saponifikasi

    C3H3(O2CR)3 + 3NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3

    Lemak/Minyak Alkali Sabun Gliserida

    Reaksi Etanol dan NaOH

    C2H5OH + NaOH C2H5ONa + H2O

    Etanol Alkali Natrium Etoksida

  • 4.3 Pembahasan

    Pembuatan sabun dilakukan dengan mereaksikan trigliserida dengan

    alkali yaitu Natrium Hidroksida. Sebelumnya minyak ditambahkan etanol yang

    berfungsi sebagai pelarut minyak agar mudah bereaksi dengan NaOH. Selain

    itu, etanol mengandung gugus OH yang bersifat basa dan CH3 sebagai asam.

    Dengan pelarut inilah NaOH dapat terlarut dan dapat bercampur dengan lemak

    dalam reaksi penyabunan, sehingga bukan alkohol yang termasuk di dalam

    reaksi penyabunan.

    Setelah ditambahkan NaOH dilakukan pemanasan untuk menguapkan

    etanolnya, dimana suhu pemanasan yaitu 78oC harus dijaga konstan karena jika

    suhu pemanasan diatas 78oC maka etanol akan cepat menguap dan proses

    pereaksian antar minyak (trigliserida) dengan NaOH tidak sempurna.

    Sedangkan jika suhu pemanasan dibawah 78oC maka proses pereaksiannya

    semakin lama. Pemanasan dilakukan sampai bau alkohol hilang. Untuk

    pengendapan sabun ditambahkan NaCl jenuh. NaCl jenuh berfungsi sebagai

    agen pengendap, yakni dengan menurunkan nilai kelarutan dari sabun yang

    telah terbentuk sehingga sabun mengendap dan untuk melarutkan gliserol

    sebagai hasil samping dari reaksi saponifikasi sehingga didapat sabun mentah.

    Berkurangnya kelarutan sabun ini karena penambahan ion sejenis (common ion

    effect). Jika kita menambahkan ion senama ke dalam larutan jenuh yang berada

    pada kesetimbangannya, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri

    membentuk endapan. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan

    endapan sabun dengan gliserol dengan menggunakan pompa vakum.

    Dari percobaan yang dilakukan telah dihasilkan sabun dengan klasifikasi

    sebagai berikut :

    1. Untuk identifikasi sabun menggunakan campuran kerosen dengan air,

    membuktikan bahwa sabun yang dihasilkan bersifat emulgator karena

    dapat menyatukan minyak dengan air, hal ini dapat disesbabkan

    karena sabun memiliki rantai hidrokarbon yang bertindak sebagai ekor

    yang akan mengikat minyak dan COONa- sebagai kepala yang larut

    dalam air.

  • 2. Untuk identifikasi kerja sabun di air sadah dengan menggunakan

    kalsium sulfat maka sabun tidak menghasilkan busa, sehingga terbukti

    sabun tidak dapat bekerja pada air sadah. Hal ini terjadi karena ion

    Ca2+

    atau Mg2+

    dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan.

    Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq) > Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)

    Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai

    pengikat kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif.

    3. Untuk identifikasi derajat keasaman (pH) sabun dengan menggunakan

    indikator PP, maka sabun bersifat basa karena membentuk warna

    pink.

    CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Sabun dapat dibuat dengan reaksi saponofikasi, dengan mereaksikan

    minyak atau lemak dengan alkali (basa) yang digunakan etanol sebagai

    pelarut dan melalui proses pemanasan dengan gliserol sebagai hasil

    samping.

    2. Penambahan NaCl jenuh mempermudah pengendapan sabun karena

    adanya ion sejenis.

    3. Sabun bersifat emugulator karena, dapat menghomogenkan larutan air

    dengan kerosen.

    4. Sabun tidak bekerja pada air sadah, karena tidak terdapat busa dan

    membentuk endapan garamnya.

    5. Sabun bersifat basa, karena berwarna pink dengan pengujian

    menggunakan indikator phenolphtalein.

    5.2 Saran

    1. Pemisahan sabun dan gliserol sebaiknya hanya dilakukan dengan

    pompa vakum.

    2. Konsentrasi NaOH harus terhitung dengan teliti dan benar.

    3. Pada pembuatan NaOH dan NaCl 2N, perhitungannya harus benar

    agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Erik, L.B, (2007), Sabun Transparan dari Minyak Sawit, http// www. Inside

    winme.blog spot.com /2007/log, 25 November 2012.

    Fessenden, R.J, and Fessenden, J.S, 1992, Kimia Organik 2nd

    Edition,

    Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Rudianto, (2007), Bahan Mentah Pembuatan Sabun, http//www.stko.com,

    25 November 2012

    Brown, G.G, Katz D, Foust A.S, Schneidewind S, 1973, Unit Operation,

    John Wiley & Sons, Inc, Tokyo.

    Hard, Harold, 1982, Kimia Organik Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

    Hui, Y. H, 1996, Baileys Industrial Oil and Fat Products, fifth edition,

    New York, Jhon Willey & Sons Inc.

    Luis, Spitz, 1996, Soap and Ditergenta Theoritical and Practical Review,

    AOCS Press, United States of America.

    Perdana, F.K dan Ibnu Hakim, 2009, Pembuatan Sabun Cair dari Minyak

    Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar

    Soda Q, http://eprints.undip.ac.id, 25 November 2012.

    Sulistyowat, Y, 2011, Sintetis dan karakterisasi sabun besi melalui reaksi

    trans-saponifikasi barium dari minyak kelapa sawit. Malang,

    Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam

    Negeri Maulana Malik Ibrahim.

    Utomo, M, F, 2005, Sintesis dan Karakterisasi Sabun Seng Oleat dan Seng

    Stearat. Skipsi tidak diterbitkan. Malang, Jurusan Kimia, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas

    Negeri Malang.

  • LAMPIRAN A

    DOKUMENTASI PERCOBAAN

    Gambar A.1 Penimbangan

    NaOH

    Gambar A.2 Pembuatan larutan

    NaOH 2N

    Gambar A.3 Penimbangan NaCl

    Gambar A.4 Pembuatan larutan

    NaCl 2N

    Gambar A.4 Pembuatan larutan

    NaCl 2N

    Gambar A.4 Pembuatan larutan

    NaCl 2N

    Gambar A.5 Minyak dimasukan

    kedalam gelas kimia Gambar A.6 Penambahan etanol

    kedalam gelas kimia

  • Gambar A.7 Pemanasan

    campuran yang telah

    ditambahkan NaOH

    Gambar A.8 Campuran setelah

    dipanaskan

    Gambar A.9 Campuran

    didinginkan

    Gambar A.10 Penambahan

    NaCl

    Gambar A.11 Campuran yang

    telah diaduk sempurna

    Gambar A.12 Campuran

    disaring dengan pompa vakum

  • Gambar A.13 Hasil dari

    penyaringan

    Gambar A.14 pencampuran

    kerosene dengan air

    Gambar A.15 sabun dilarutkan

    dengan larutan kerosen

    Gambar A.16 sabun dilarutkan

    dengan air panas

    Gambar A.17 larutan sabun

    setelah ditambahkan kalsium

    sulfat

    Gambar A.18 sabun dilarutkan

    dengan etanol

  • Gambar A.19 larutan sabun

    setelah ditambahkan

    phenolftalein

  • LAMPIRAN B

    CONTOH PERHITUNGAN

    1. Pembuatan NaOH 2N dalam 500 ml air

    M =

    x

    2 =

    x

    Massa =

    Massa = 40 gram

    2. Pembuatan NaCl 2N dalam 500 ml air

    M =

    x

    2 =

    x

    Massa =

    Massa = 58.5 gram