laporan fix
DESCRIPTION
bcTRANSCRIPT
-
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
REAKSI SAPONIFIKASI
PEMBUATAN SABUN
OLEH
KELOMPOK 6
KELAS A
ANDI MULYA ADHA (1107111940)
JHON FERY MARIHOT (1107114137)
NUR KHAIRIATI (1107114208)
SASTRA SILVESTER (1107114148)
TEDDY PRATAMA (1107114357)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
-
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Dinilai Oleh Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Praktikum Kimia Organik
Disusun Oleh:
Andi Mulya Adha (1107111940)
Jhon Fery Marihot (1107114137)
Nur Khairiati (1107114208)
Sastra Silvester (1107114148)
Teddy Pratama (1107114357)
Pekanbaru, 25 November 2012
Dosen Pembimbing Asisten
Kimia Organik Kimia Organik
Drs. Irdoni HS, MS Risky Deliana
NIP 195704151986091001 NIM 0907133094
-
ABSTRAK
Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat
(misal NaOH). Percobaan ini bertujuan untuk membuat dan memahami reaksi
penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium serta menjelaskan
beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan. Pembuatan sabun
dilakukan dengan melarutkan minyak, etanol, dan natrium hidroksida (NaOH),
kemudian diaduk, setelah itu panaskan campuran (minyak+etanol+NaOH) sampai
bau dari alkohol (etanol) hilang. Setelah itu didinginkan, dan kemudian
tambahkan larutan natrium klorida (NaCl) jenuh, lalu aduk kembali hingga
menghasilkan zat padat atau endapan, kemudian saring zat padat yang terbentuk.
Hasil saponifikasi yang didapatkan berupa sabun dan gliserol. Setelah itu
dilakukan pengujian terhadap sifat sabun yang didapat dengan menggunakan
minyak tanah (kerosen), kalsium sulfat (CaSO4), dan phenolphtalein (pp).
Kata kunci : saponifikasi, kerosen, gliserol
ABSTRACT
Saponification reaction is a hydrolysis reaction of a fatty acid by a strong base
(eg NaOH). Saponification reaction aim to create and understand the
saponification reaction in the process of making soap in the laboratory and
explain some properties of soap based on experiments that do. Making soap is
done by dissolving the oil, ethanol, and sodium hydroxide (NaOH), and then
stirred, after that heat the mixture (oil+ethanol+sodium hidroxide) until the smell
of alcohol is lost. Then cooled, and add saturated sodium chloride (NaCl)
solution, and then stirred again to produce solid and strain the solids formed. The
results obtained in the form of soap saponification and glycerol. After that testing
the properties of soap obtained using kerosine, calcium sulfate (CaSO4), and
phenolphtalein (pp)
Keywords : saponification, kerosene, gliserol.
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi,
terutama sesuai dengan fungsi utamanya yaitu membersihkan. Berbagai jenis
sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci (krim dan
bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun
pembersih peralatan rumah tangga (krim dan cair).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun
mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain
itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah
melewati konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel. Sabun
juga mengandung sekitar 25% gliserin. Gliserin bisa melembabkan dan
melembutkan kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit juga. Oleh
karena itu dilakukan percobaan pembuatan sabun dan pengujian terhadap
sifat-sifat sabun, sehingga akan didapat sabun yang berkualitas.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu :
a. Membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses pembuatan
sabun laboratorium.
b. Menjelaskan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang
dilakukan.
-
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sabun
2.1.1 Sejarah Sabun
Sabun telah dikenal selama sekitar 2.800 tahun. Bukti awal penggunaan
sabun tanah liat Babilonia silinder yang berasal dari 2800 SM yang
mengandung zat seperti sabun. Sebuah formula untuk sabun yang terdiri dari
air, alkali dan minyak cassia ditulis pada tablet tanah liat Babilonia sekitar
2200 SM.
Papirus Ebers (Mesir, 1550 SM) menunjukkan bahwa orang Mesir kuno
mandi secara teratur dan dikombinasikan minyak hewan dan nabati dengan
garam alkali untuk membuat suatu zat seperti sabun. Dokumen Mesir
menyebutkan bahwa zat seperti sabun digunakan dalam penyusunan wol untuk
menenun.
Menurut Pliny the Elder, Fenisia sabun dibuat dari lemak kambing dan
abu kayu pada tahun 600 SM dan terkadang digunakan sebagai sebuah artikel
barter dengan Galia. Kata "sabun" muncul pertama kali dalam bahasa Eropa di
Pliny Naturalis Historia Elder, yang membahas pembuatan sabun dari lemak
dan abu.
Sabun secara luas dikenal di Kekaisaran Romawi. Roma pada awalnya
membuat sabun pada abad pertama dari urin untuk membuat zat soaplike. Urin
mengandung amonium karbonat yang bereaksi dengan minyak dan lemak
dalam wol untuk saponifikasi parsial. Dan orang-orang fullones berjalan di
jalan-jalan kota mengumpulkan urin untuk dijual ke soapmakers.
Selanjutnya Bangsa Celtic, yang memproduksi sabun mereka dari lemak
hewan dan abu tanaman, nama produknya saipo, yang merupakan kata sabun
ini berasal. Pentingnya sabun untuk mencuci dan membersihkan tampaknya
tidak diakui sampai abad ke-2. Dokter Yunani Galen menyebutkan itu sebagai
obat dan sebagai sarana pembersihan tubuh.
-
Dan sebelumnya sabun telah digunakan sebagai obat. Tulisan-tulisan
yang dikaitkan dengan sarjana abad ke-8 Jabir bin Hayyan Arab (Geber)
berulang kali menyebutkan sabun sebagai agen pembersih. Orang-orang Arab
membuat sabun dari minyak nabati seperti minyak zaitun atau minyak aromatik
seperti minyak thyme.
Sodium Lye (Al-Soda Al-Kawia) NaOH digunakan untuk pertama
kalinya dan formula tidak berubah dari sabun saat ini dijual di pasar. Dari awal
abad ke-7 sabun diproduksi di Nablus (Palestina), Kufa (Irak) dan Basra (Irak).
Sabun Arab itu wangi dan berwarna, beberapa sabun yang cair dan lain-lain
yang keras. Mereka juga memiliki sabun khusus untuk bercukur.
2.1.2 Pengertian Sabun
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-
asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga
mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali
penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan
sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen
dengan air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan
mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl
dan gliserol. Zat tambahan (aditif) seperti batu apung, zat warna dan parfum
kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan dituang kedalam suatu
cetakan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah b enar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam
air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul
-
yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang
menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992).
2.2 Bahan Dasar Pembuatan Sabun
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk
membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun.
Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara lain;
2.2.1 Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur
berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau
lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan
antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.
Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak
akan berwujud padat.
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan
sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,
spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah
larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai
dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
1. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik
biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan
kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat
adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA
dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di
atas 40C. Tallow dengan titer point di bawah 40C dikenal dengan nama
grease. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam
palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam linoleat
3-4%, dan asam laurat 0,2% (Hui,1996).
-
2. Lard ( Lemak Babi )
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam
lemak tak jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti
asam stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard
harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan
mudah berbusa.
3. Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan
zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat
dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari
itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak
sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya
yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam
linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam
miristat 0,5-1%.
4. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan
dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat
dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra).
Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi,
terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan
terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
5. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit
memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti
sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam
lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. Kandungan
asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-
-
52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%,
asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam
linoleat 2%.
6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana.
Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah asam palmitat
52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat asam linoleat 6,6-
8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2-1,3%, asam laurat 0,1-
0,4%.
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi,
sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan
sebagai bahan baku.
8. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai
kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak
mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g
I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Minyak jarak
mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester.
Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak
86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam
dihidroksi stearat 1-2%. (G. Brown, 1973)
9. Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun
dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal
dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun
secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti
fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga
mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam
-
lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut
dapat mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun.
10. Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari
campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering
dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi.
Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi
dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat
dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
2.2.2 Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol,
monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia
NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam
industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak,
tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
2.3 Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan
gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
1. Garam ( NaCl )
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl
yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun.
NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan
(kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
-
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
2. Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga
menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain: builders,
fillers inert, antioksidan, pewarna,dan parfum.
a. Builders (Bahan Pembentuk/Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara
mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan
lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan
dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu
menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan
dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
b. Filler (Bahan Pengisi)
Filler (bahan pengisi) ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh
campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk
memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam
campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspekekonomis.
Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat.
Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra
sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna
putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
c. Bahan Antioksidan
Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun
terutama pada bau tengik atau rancid. Natrium Silikat, natrium
hiposulfid, dan natrium tiosulfat diketahui dapat digunakan sebagai
antioksidan. Stanous klorida juga merupakan antioksidan yang sangat
-
kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching agent.
(Perdana, F.K, 2009)
d. Bahan Pewarna (Coloring Agent)
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini
ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk
mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik.
Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau
maupun orange.
e. Bahan Pewangi (fragrances)
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk
sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus,
tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal. Beberapa nama
parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct
deep water, alpine, dan spring flower.
2.4 Reaksi Saponifikasi
Reaksi saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika
minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang
dihasilkan dalam poses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam
literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa latin yang
artinya soap / sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain
C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.
Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau
minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari
Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus
(alifatik) panjang dengan jumlah atam C yang bervariasi, yaitu antaa C12
C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali. Range atom C diatass
mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kalarutan, proses emulsi dan
pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,
gliserin, garam dan impurity lainnya.
-
Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk
membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak
merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat
seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung
ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun
mengandung ester dari gliserol asam oleat.
Sifat sifat sabun yaitu :
a. Sabun bersifat basa.
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat
basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa.
Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan.
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari
asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar.
Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat
organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka
air) dan larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 dan Polar : COONa+
Berikut merupakan proses penghilangan kotoran, yaitu
Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan
tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan meresap lebih
cepat ke permukaan kain.
-
Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan
mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena
antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.
Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat
pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain
menjadi bersih.
Gambar 2.1 Pengangakatan Kotoran
2.5 Karakteristik Bahan Baku Pembuatan Sabun
Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan
dasar pembuatan sabun, diantaranya;
a. Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang
bagus untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
b. Angka Penyabunan
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram
kalium hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna
pada satu gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung
alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak
atau minyak.
c. Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung ketidakjenuhan minyak
atau lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin
tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting
yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
-
2.6 Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua
ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut
kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor) yang tidak suka
air.
Keberadaan kedua gugus dalam struktur surfaktan biasa diistilahkan
kepala dan ekor. Gugus polar biasa disebut kepala dan ekornya adalah
gugus non polar. Filosofinya karena gugus non polarnya berupa rantai panjang
sehingga biasa diibaratkan ekor. Sedangkan gugus polarnya hanya gugus
karboksilat sehingga diibaratkan kepala.
Gambar 2.2 Struktur Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar berdasarkan
kelarutannya, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut
dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar
berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
2. Surfaktan yang larut dalam air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah
korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu
surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan
-
positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan
amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
2.6.1 Perbedaan Sabun Dan Detergen
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut
batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah
telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
Gambar 2.3 Deterjen
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari
asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C
melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan
terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari
pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari
minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Beda sabun dan deterjen yaitu deterjen tidak terbuat dari garam
karboksilat sementara sabun terbuat dari garam karboksilat. Deterjen terbuat
dari bahan-bahan yang sukar diuraikan mikroorganisme sementara sabun dapat
diuraikan mikro-organisme.
-
2.7 Macam-Macam Sabun
Ada beberapa macam sabun, diantaranya:
1. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan dasarnya
adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan
perbandingan 2:1.
2. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan
minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan
kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol
3. Sabun Kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar
parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik dan
bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini
adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.
4. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen dalam
menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan
beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan
berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau
menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
5. Sabun Bubuk untuk mencuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk
mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodium
metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
2.8 Teknologi Pembuatan Sabun
Sabun dapat dibuat melalui 2 metode yaitu; proses batch dan kontinu.
Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sabun yang berkualitas.
1. Proses Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali
(NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah
-
selesai, garam-garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan
air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan
gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang
bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan
air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus
dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-
kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini
dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih. lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir
atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun
bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung
(dengan melarutkan udara di dalamnya).
(Yuda Prawira, 2008)
2. Proses Kontinu
Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau
minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan
katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu
dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang
terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara
penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk
menjadi sabun.
Pada umumnya, alkali yang digunakn dalam pembuatan sabun
hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun
yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan
dengan sabun yang dibuat dengan KOH.
2.9 Kesadahan Air
Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+
dan Mg2+
. Air sadah
menyebabkan sabun sukar berbuih, karena ion-ion Ca2+
/Mg2+
mengendapkan
sabun.
-
Ca2+
(aq) + 2 CH3(CH2)16COO-(aq) Ca(CH3(CH2)16COO)2 (s)
Ion stearat dari sabun endapan sabun
Kesadahan air dibedakan atas;
a) Kesadahan sementara
Yaitu kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam hidrogen
karbonat yaitu Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2. Kesadahan ini dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan (mendidihkan air).
Ca(HCO3)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)
Apabila CaCO3 sudah berikatan dengan ion hydrogen karbonat maka
ion Ca2+
tidak ada yang berkeliaran sehingga kesadahan bisa
dihilangkan.
b) Kesadahan Tetap
Yaitu kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam selain garam
hidrogen karbonat seperti; CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan
tetap ini sulit dihilangkan , bahkan tidak hilang walaupun dididihkan,
namun ada beberapa cara untuk mengurangi kesadahan air,
diantaranya;
Proses Soda Kapur (mengendapkan Ca2+ dan Mg2+)
Air sadah direaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2.
MgSO4(aq) + Ca(OH)2(aq) Mg(OH)2 + CaSO4
CaSO4(aq) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + Na2SO4(aq)
MgCl2(aq) + Na2CO3(aq) MgCO3(s) + 2NaCl(aq)
Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan cara penyaringan.
Proses Zeolit (Na Zeolit dalam bentuk endapan)
Air sadah dialirkan melalui Natrium Zeolit, sehingga ion Ca2+
dan Mg2+
akan diikat oleh zeolit menggantikan ion Na+
membentuk kalsium/magnesium zeolit.
Kerugian yang ditimbulkan air sadah diantaranya;
a. Memboroskan sabun
-
Air sadah menyebabkan sabun sukar berbuih sebelum semua ion
Ca2+
dan Mg2+
mengendap, sehingga dapat mengurangi daya
pembersih pada sabun.
b. Menimbulkan Batu Ketel
Batu ketel adalah sejenis karang yang terbentuk pada dasar ketel.
Batu ketel ini mengakibatkan penghantaran panas dari ketel ke air
berkurang.
-
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat
1. Alumunium foil
2. Corong
3. Gelas Ukur 50 ml Gelas kimia 1000 ml dan 600 ml
4. Kertas Saring
5. Labu ukur 500 ml
6. Pengaduk
7. Pompa Vakum
8. Tabung Reaksi
9. Water Batch
3.2 Bahan-bahan yang digunakan
1. Minyak Goreng
2. Etanol
3. Natrium Hidroksida 2N
4. Larutan NaCl jenuh
5. Kerosen (minyak tanah)
6. Larutan Kalsium Sulfat
7. Phenolptalein
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Sabun
1. 250 ml minyak goreng dimasukkan kedalam gelas kimia
2. Ditambahkan larutan etanol dan NaOH 2 N masing masing 200 ml
sambil diaduk
3. Gelas kimia ditutup dengan alumunium foil
4. Campuran dipanaskan dalam penangas pada suhu 78,6oC sampai hilang
bau dari alkohol ( etanol )
5. Dinginkan campuran dalam gelas kimia tersebut beberapa menit
-
6. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat
7. Kedalam larutan ditambahkan 200 ml NaCl jenuh kedalam campuran
8. Perubahan yang terjadi diamati
9. Campuran diaduk, kemudian disaring dengan pompa vakum
10. Hasil pengamatan dicatat.
3.3.2 Uji Sifat Sabun
1. 1 ml kerosen dan 10 ml air dimasukkan dalam tabung reaksi
2. Campuran dikocok dan hasil pengamatan dicatat
3. Dimasukkan sedikit sabun ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran
kerosen dan air.
4. Dikocok dan hasil pengamatan dicatat
5. Dalam tabung reaksi baru dilarutkan sedikit sabun dalam 5 ml etanol
6. Ditambahkan 8 10 tetes larutan kalsium sulfat
7. Dicatat pengaruh kalsium sulfat terhadap air sabun
8. Dalam tabung reaksi baru larutkan sedikit sabun dalam 5 ml etanol
9. Ditambahkan 2 tetes larutan phenolptalein
10. Hasil pengamatan dicatat
3.4 Rangkaian alat
Gambar 3.1 Proses pemanasan
-
Gambar 3.2 Proses penyaringan
Keterangan :
1. Corong Buchner
2. Karet penyambung
3. Erlenmeyer
4. Selang masuk
5. Pompa vakum
6. Selang keluar
7. Tombol power
1
2
3
4
5
6
7
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pengamatan pembuatan Sabun
No. Bahan Pengamatan
1.
Minyak Goreng
Etanol Dipanaskan
NaOH
Larutan berwarna kuning,
terdapat dua lapisan, dan
berbuih. Dilakukan pada
suhu 78,6oC.
2. Campuran Didinginkan Terdapat gumpalan pada
dasar larutan.
3. Campuran (1) + NaCl Terbentuk tiga lapisan.
4. Campuran (1) + NaCl dan diaduk
Larutan menjadi homogen
dan berbusa. Gumpalan yang
berada dibawah naik keatas.
Tabel 4.2. Sifat-Sifat Sabun
No. Bahan Pengamatan
1. Kerosen + Air Dikocok Terbentuk lapisan minyak
dan air.
2. Kerosen + Air + Sabun Dikocok Campuran air dan kerosin
menyatu.
3. Sabun + Air panas Sebagian sabun larut dan
berbusa
4. Larutan sabun + Kalsium Sulfat Busa sabun hilang
5. Sabun + Etanol Sebagian sabun larut
6. Sabun + Etanol + Phenolpthelein Endapan sabun berwarna
pink.
4.2 Reaksi-Reaksi yang Terjadi
Reaksi Saponifikasi
C3H3(O2CR)3 + 3NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3
Lemak/Minyak Alkali Sabun Gliserida
Reaksi Etanol dan NaOH
C2H5OH + NaOH C2H5ONa + H2O
Etanol Alkali Natrium Etoksida
-
4.3 Pembahasan
Pembuatan sabun dilakukan dengan mereaksikan trigliserida dengan
alkali yaitu Natrium Hidroksida. Sebelumnya minyak ditambahkan etanol yang
berfungsi sebagai pelarut minyak agar mudah bereaksi dengan NaOH. Selain
itu, etanol mengandung gugus OH yang bersifat basa dan CH3 sebagai asam.
Dengan pelarut inilah NaOH dapat terlarut dan dapat bercampur dengan lemak
dalam reaksi penyabunan, sehingga bukan alkohol yang termasuk di dalam
reaksi penyabunan.
Setelah ditambahkan NaOH dilakukan pemanasan untuk menguapkan
etanolnya, dimana suhu pemanasan yaitu 78oC harus dijaga konstan karena jika
suhu pemanasan diatas 78oC maka etanol akan cepat menguap dan proses
pereaksian antar minyak (trigliserida) dengan NaOH tidak sempurna.
Sedangkan jika suhu pemanasan dibawah 78oC maka proses pereaksiannya
semakin lama. Pemanasan dilakukan sampai bau alkohol hilang. Untuk
pengendapan sabun ditambahkan NaCl jenuh. NaCl jenuh berfungsi sebagai
agen pengendap, yakni dengan menurunkan nilai kelarutan dari sabun yang
telah terbentuk sehingga sabun mengendap dan untuk melarutkan gliserol
sebagai hasil samping dari reaksi saponifikasi sehingga didapat sabun mentah.
Berkurangnya kelarutan sabun ini karena penambahan ion sejenis (common ion
effect). Jika kita menambahkan ion senama ke dalam larutan jenuh yang berada
pada kesetimbangannya, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri
membentuk endapan. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan
endapan sabun dengan gliserol dengan menggunakan pompa vakum.
Dari percobaan yang dilakukan telah dihasilkan sabun dengan klasifikasi
sebagai berikut :
1. Untuk identifikasi sabun menggunakan campuran kerosen dengan air,
membuktikan bahwa sabun yang dihasilkan bersifat emulgator karena
dapat menyatukan minyak dengan air, hal ini dapat disesbabkan
karena sabun memiliki rantai hidrokarbon yang bertindak sebagai ekor
yang akan mengikat minyak dan COONa- sebagai kepala yang larut
dalam air.
-
2. Untuk identifikasi kerja sabun di air sadah dengan menggunakan
kalsium sulfat maka sabun tidak menghasilkan busa, sehingga terbukti
sabun tidak dapat bekerja pada air sadah. Hal ini terjadi karena ion
Ca2+
atau Mg2+
dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan.
Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq) > Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai
pengikat kotoran menjadi kurang atau bahkan tidak efektif.
3. Untuk identifikasi derajat keasaman (pH) sabun dengan menggunakan
indikator PP, maka sabun bersifat basa karena membentuk warna
pink.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sabun dapat dibuat dengan reaksi saponofikasi, dengan mereaksikan
minyak atau lemak dengan alkali (basa) yang digunakan etanol sebagai
pelarut dan melalui proses pemanasan dengan gliserol sebagai hasil
samping.
2. Penambahan NaCl jenuh mempermudah pengendapan sabun karena
adanya ion sejenis.
3. Sabun bersifat emugulator karena, dapat menghomogenkan larutan air
dengan kerosen.
4. Sabun tidak bekerja pada air sadah, karena tidak terdapat busa dan
membentuk endapan garamnya.
5. Sabun bersifat basa, karena berwarna pink dengan pengujian
menggunakan indikator phenolphtalein.
5.2 Saran
1. Pemisahan sabun dan gliserol sebaiknya hanya dilakukan dengan
pompa vakum.
2. Konsentrasi NaOH harus terhitung dengan teliti dan benar.
3. Pada pembuatan NaOH dan NaCl 2N, perhitungannya harus benar
agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Erik, L.B, (2007), Sabun Transparan dari Minyak Sawit, http// www. Inside
winme.blog spot.com /2007/log, 25 November 2012.
Fessenden, R.J, and Fessenden, J.S, 1992, Kimia Organik 2nd
Edition,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rudianto, (2007), Bahan Mentah Pembuatan Sabun, http//www.stko.com,
25 November 2012
Brown, G.G, Katz D, Foust A.S, Schneidewind S, 1973, Unit Operation,
John Wiley & Sons, Inc, Tokyo.
Hard, Harold, 1982, Kimia Organik Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Hui, Y. H, 1996, Baileys Industrial Oil and Fat Products, fifth edition,
New York, Jhon Willey & Sons Inc.
Luis, Spitz, 1996, Soap and Ditergenta Theoritical and Practical Review,
AOCS Press, United States of America.
Perdana, F.K dan Ibnu Hakim, 2009, Pembuatan Sabun Cair dari Minyak
Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar
Soda Q, http://eprints.undip.ac.id, 25 November 2012.
Sulistyowat, Y, 2011, Sintetis dan karakterisasi sabun besi melalui reaksi
trans-saponifikasi barium dari minyak kelapa sawit. Malang,
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Utomo, M, F, 2005, Sintesis dan Karakterisasi Sabun Seng Oleat dan Seng
Stearat. Skipsi tidak diterbitkan. Malang, Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Negeri Malang.
-
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI PERCOBAAN
Gambar A.1 Penimbangan
NaOH
Gambar A.2 Pembuatan larutan
NaOH 2N
Gambar A.3 Penimbangan NaCl
Gambar A.4 Pembuatan larutan
NaCl 2N
Gambar A.4 Pembuatan larutan
NaCl 2N
Gambar A.4 Pembuatan larutan
NaCl 2N
Gambar A.5 Minyak dimasukan
kedalam gelas kimia Gambar A.6 Penambahan etanol
kedalam gelas kimia
-
Gambar A.7 Pemanasan
campuran yang telah
ditambahkan NaOH
Gambar A.8 Campuran setelah
dipanaskan
Gambar A.9 Campuran
didinginkan
Gambar A.10 Penambahan
NaCl
Gambar A.11 Campuran yang
telah diaduk sempurna
Gambar A.12 Campuran
disaring dengan pompa vakum
-
Gambar A.13 Hasil dari
penyaringan
Gambar A.14 pencampuran
kerosene dengan air
Gambar A.15 sabun dilarutkan
dengan larutan kerosen
Gambar A.16 sabun dilarutkan
dengan air panas
Gambar A.17 larutan sabun
setelah ditambahkan kalsium
sulfat
Gambar A.18 sabun dilarutkan
dengan etanol
-
Gambar A.19 larutan sabun
setelah ditambahkan
phenolftalein
-
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
1. Pembuatan NaOH 2N dalam 500 ml air
M =
x
2 =
x
Massa =
Massa = 40 gram
2. Pembuatan NaCl 2N dalam 500 ml air
M =
x
2 =
x
Massa =
Massa = 58.5 gram