l. laporan (fix)

57
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Pemberantasan penyakit menular membutuhkan kerjasama antar daerah karena penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif (Depkes, 2003). Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan yang cukup penting. Tahun 1992 World Health Organization (WHO) mencanangkan TB sebagai “Global Emergency”. Tahun 2004, WHO menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB pada tahun 2002, dimana 3,9 juta merupakan kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif (PDPI, 2002). Menurut regional WHO, jumlah terbesar kasus TB terjadi pada daerah Asia tenggara, yaitu 33% dari total seluruh kasus TB di dunia, atau kira- kira 182 kasus per 100.000 penduduk. Angka kematian TB diperkirakan adalah 8000 setiap hari atau 2-3 juta setiap tahun. WHO melaporkan bahwa angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000 penduduk (PDPI, 2002). Indonesia menempati negara urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China. Hampir setiap tahun terdapat 250.000 kasus 1

Upload: agus-gunardi

Post on 05-Dec-2014

45 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

o

TRANSCRIPT

Page 1: L. Laporan (Fix)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular adalah masalah utama kesehatan masyarakat

Indonesia. Pemberantasan penyakit menular membutuhkan kerjasama

antar daerah karena penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah

administratif (Depkes, 2003). Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan

yang cukup penting. Tahun 1992 World Health Organization (WHO)

mencanangkan TB sebagai “Global Emergency”. Tahun 2004, WHO

menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB pada tahun 2002,

dimana 3,9 juta merupakan kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif (PDPI,

2002).

Menurut regional WHO, jumlah terbesar kasus TB terjadi pada

daerah Asia tenggara, yaitu 33% dari total seluruh kasus TB di dunia, atau

kira-kira 182 kasus per 100.000 penduduk. Angka kematian TB

diperkirakan adalah 8000 setiap hari atau 2-3 juta setiap tahun. WHO

melaporkan bahwa angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000

penduduk (PDPI, 2002).

Indonesia menempati negara urutan ke 3 di dunia untuk jumlah

kasus TB setelah India dan China. Hampir setiap tahun terdapat 250.000

kasus baru TB dan didapati sekitar 140.000 kematian akibat TB (PDPI,

2002).

TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis. TB adalah penyakit infeksi kronis yang menjadi perhatian

dunia. Penyakit TB sangat dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan rumah,

perilaku, tingkat pendidikan, serta jumlah penghasilan keluarga. Bakteri

Mycobacterium tuberculosis dapat hidup selama 1-2 hjam bahkan hingga

beberapa hari tergantung pada ada atau tidaknya sinar matahari, keadaan

ventilasi, kelembaban, suhu, lantai, serta kepadatan penghuni rumah

(Achmadi, 2008).

Selain faktor sanitasi lingkungan rumah, penyakit TB paru juga

sangat dipengaruhi oleh perilaku dan jumlah penghasilan serta ada atau

1

Page 2: L. Laporan (Fix)

tidaknya edukasi tentang penyakit. Sebagian besar status pendapatan

keluarga penderita TB paru rata-rata perbulan adalah menengah ke bawah,

dan kebanyakan tidak mengetahui tentang TB sebelum menderita sakit

(Notoatmodjo, 2003).

Mitos yang berhubungan dengan penularan TB masih banyak

dijumpai pada masyarakat. Banyak masyarakat yang mengira TB hanya

penyakit batuk biasa dan tidak menular, yang hanya disebabkan karena

kebanyakan mengkonsumsi es, gorengan, tidur di lantai yang basah, dan

lain-lain (Depkes, 2011).

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam melakukan praktik lapangan dan

penyusunan laporan ini adalah:

a. Mengidentifikasi sebaran kejadian TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Baturraden I.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko penyakit TB Paru, baik dari

faktor perilaku maupun lingkungan dengan menekankan pada aplikasi

prinsip-prinsip epidemiologi dan biostatistik di Wilayah Kerja

Puskesmas Baturraden I.

2

Page 3: L. Laporan (Fix)

II. GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografi Puskesmas Baturraden I

Puskesmas I merupakan salah satu wilayah Kecamatan Baturraden,

Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah 987.407 Ha. Puskesmas I

Baturraden terdiri dari 6 desa yang ada di Kecamatan Baturraden. Desa

Karang Tengah merupakan desa yang paling luas yaitu sekitar 305.000 Ha,

sedangkan desa Pamijen merupakan desa yang paling kecil yaitu sekitar :

85.650 Ha.

Letak geografis Puskesmas I Baturraden berbatasan dengan wilayah

beberapa Puskesmas, yaitu :

1. Di sebelah utara : PERHUTANI

2. Di sebelah selatan : Puskesmas Purwokerto Utara

3. Di sebelah barat : PuskesmasKedungbanteng

4. Di sebelah timur : Puskesmas II Baturraden

Letak Puskesmas I Baturraden 65 % merupakan daerah dataran tinggi

(Pegunungan) sedangkan 35 % merupakan daerah dataran rendah.

Puskesmas I Baturraden sebagian besar berada 25 – 100m dari permukaan

laut. Luas penggunaan lahan di Puskesmas I Baturradenterdiriatas :

1. Tanah sawah : 148.47 Ha (1,50%)

2. Tanah pekarangan : 178.49 Ha (1,81%)

3. Tanah tegalan : 198.36 Ha (2,01%)

4. Tanah perkebunan : 267.86 Ha (2,71%)

5. Tanah hutan : - Ha

6. Tanah kolam : 98.87 Ha (1,00%)

7. Tanah lain-lain : 207.355 Ha (20,99%)

B. Keadaan Demografi Puskesmas Baturraden I

1. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari Statistik Kecamatan Baturraden hasil registrasi

penduduk tahun 2011, jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas I

Baturraden 27.875 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 13.177 jiwa dan

3

Page 4: L. Laporan (Fix)

perempuan 14.698 jiwa yang tergabung dalam 6.448 rumah dan 7.350

Kepala Keluarga (KK). Sedangkan jumlah penduduk tahun 2010

sebanyak 25.983 jiwa yang terdiri dari 12.990 jiwa laki-laki dan 12.993

jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 – 2011

sebanyak 1,07 %.

2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

Jumlah penduduk di Puskesmas I Baturraden Tahun 2011 dapat

dilihat pada Tabel I di bawah ini. Kepadatan penduduk tahun 2011

meningkat 2 jiwa/km² dibandingkan dengan tahun 2010.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan

Umur Di Wilayah Puskesmas I Baturraden

NO UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2 3 4 5

2 0 – 4 263 280 543

3 5 – 9 1320 1374 2694

4 10 – 14 1412 1405 2817

5 15 – 19 1245 1270 2515

6 20 – 24 1235 1230 2465

7 25 – 29 1145 1204 2349

8 30 – 34 1160 1280 2440

9 35 – 39 1148 1245 2393

10 40 – 44 970 1148 2118

11 45 – 49 805 1160 1965

12 50 – 54 650 868 1518

13 55 – 59 641 879 1520

14 60 – 64 380 444 824

15 65 – 69 280 327 607

16 70 – 74 262 335 597

17 75+ 261 249 510

Total 13003 14698 27.875

4

Page 5: L. Laporan (Fix)

Jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur,

penduduk berusia penduduk berumur 10-14 tahun yaitu kelompok umur

tertinggi, yaitu 2.817 jiwa atau 10,11 %. Maka penduduk dalam Wilayah

Puskesmas I Baturraden tergolong pada usia muda atau usia produktif.

Sedangkan jumlah penduduk berumur 0-4 tahun yaitu sebesar 543 jiwa

atau 1,95 %.

3. Kepadatan Penduduk Puskesmas Baturraden I

Penduduk di Wilayah Puskesmas I Baturraden untuk tahun 2011

belum menyeluruh secara merata, pada umumnya penduduk banyak

menumpuk, rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Puskesmas I

Baturraden sebesar2 Jiwa / Km². Desa terpadat di wilayah Puskesmas I

Baturraden yaitu Desa Purwosari dengan tingkat kepadatan 3,96 Jiwa /

Km². Sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Desa

Kebumen dengan tingkat kepadatan 1,47 Jiwa / Km².

C. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Tingkat Pendidikan

Dari hasil statistik desa tahun 2011 jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan usia 10 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi dapat dilihat

pada gambar I yang tidak atau belum tamat sekolah 1.413 (5,73%). Ini

dapat membuktikan bahwa tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan

Baturraden I masih bisa dikatakan rendah. Maka dari itu perlu adanya

peningkatan strata pendidikan di Kecamatan tersebut agar derajat

pendidikannya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Berikut disajikan grafik jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas

menurut tingkat pendidikan di wilayah Puskesmas I Baturraden.

5

Page 6: L. Laporan (Fix)

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1 2 3 4 5 6 7

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1 2 3 4 5 6 7

Laki-Laki Perempuan

Grafik 1. Jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas menurut tingkat

pendidikan diwilayah Puskesmas I Baturraden.

Tabel 2. Status Pendidikan Masyarakat

No Keterangan Laki-laki Perempuan

1

Tidak/belum pernah

sekolah 528 330

2 Tidak/belum tamat SD 2675 7001

3 SD/MI 2455 5075

4 SLTP/MTs 2904 5445

5 SLTA/MA 2266 3959

6 Akademi/Diploma 387 992

7 Universitas 739 753

6

Page 7: L. Laporan (Fix)

Dari data Kecamatan Baturraden tahun 2011 jumlah penduduk laki-

laki dan perempuan usia 10 tahun keatas menurut pendidikan yang tidak

atau belum tamat sekolah sebesar 7.001 orang (28,41 %), tamat SD/MI

sebesar 5.075 orang ( 20,60 %), tamat SLTP/MTS sederajat sebesar 5.445

orang (22,10 %), tamat SLTA/MA sebesar 3.959 orang (16,07 %), tamat

Akademi/Diploma sebesar 992 orang (4,03 %) tamat universitas sebesar

753 orang ( 3,06 % ).

2. Mata pencaharian penduduk

Dari data Kecamatan Baturradentahun 2011, mata pencaharian/ jenis

pekerjaan penduduk Puskesmas I Baturraden adalah sesuai situasi sebagai

berikut: Petani sendiri 3052 (13,56 %), Buruh tani 2979 (13,24%),

pegusaha 52 (0,23 %), pengangkutan 206 (0,92 %), buruh industri 356

(1,58%), buruh bangunan 1032 (4,59%), pedagang 1607 (7,14%) , PNS

/ABRI 986 (4,38%), pesiunan 342 (1,52%), lain-lain 1836 (8,16%).

7

Page 8: L. Laporan (Fix)

III. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

A. Derajat Kesehatan Mayarakat

Untuk memberi gambaran derajat Kesehatan masyarakat Puskesmas I

Baturraden pada tahun 2011 disajikan situasi mortalitas dan morbilitas.

1. Mortalitas

Gambaran perkembangan derajat Kesehatan masyarakat dapat dilihat

dari kejadian kematian dalam masyarakat. Disamping kejadian kemataian

juga dapat digunakan sebagai indicator dalam penilaian keberhasilan

pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainya. Angka

kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai

survei dan penelitian.Perkembangan tingkat kematian dan penyakit

penyakit yang terjadi pada periode terahir akan diuraiakn dibawah ini.

a. Angka Kematian Bayi

Pada tahun 2011 terdapat 462 terdidi darl laki-laki 221,perempuan

241 kelahiran hidup dimana jumlah lahir mati sebanyak 5 bayi.

Jumlah bayi mati sebesar 5 bayi . (AKB) di wilayah Puskesmas I

Baturraden 10,1 per1000 kelahiran hidup. pada tahun 2010 terdapat

lahir mati 5 bayi, jumlah bayi mati 5 bayi (AKB) Puskesmas I

Baturraden 10,1 per 1000 kelahiran hidup.tidak Terjadi peningkatan

lahir mati pada tahun 2011 sebesar 10,8 per 1000 kelahiran hidup.

Jika dibandingkan dengan indicator Indonesia Sehat tehitung masih

rendah ( IIS 2011 = 40 per kelahiran hidup).

b. Angka Kematian Ibu

Berdasrakan tabel 8 lampiran profil diperoleh informasi bahwa

jumlah kematian ibu hamil dalam wilayah Puskesmasa I Baturraden

tahun 2011 sebanyak 1 (2,18) Per 1000 dan tahun 2010 tidak terdapat

kematian ibu hamil.

c. Angka Kematian Balita

Berdasrkan Tabel 7 lampiran profil Puskesmas I Baturraden

diperoleh informasi bahwa jumlah balita sebanyak 1651 balita, balita

8

Page 9: L. Laporan (Fix)

mati sebanyak 3 balita dengan demikian angka kematian balita di tahun

2011 sebesar 6,6 per 1000 kelahiran hidup.

d. Angka kecelakaan

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Baturraden terjadi

kecelakaan sebanyak 34 kejadian, dari peristiwa tersebut tidak

terdapat korban meninggal, luka berat 24 orang, dan luka ringan

sebanyak 10 orang. Dengan demikian angka kejadian kecelakaan per

100.000 penduduk sebesar 130,85.

2. Morbilitas

a. Penyakit Malaria

Tahun 2011 kasus penyakit malaria klinis tidak detemukan

sedang tahun 2010 kasus penyakit malaria klinis sebesar 4 kasus

atau 0,15 per 1000 penduduk dibandingkan tahun 2011 mengalami

penurunan karena tidak detemukan kasus.

b. TB Paru

Jumlah kasus TB paru positif tahun 2011 sebanyak 16 kasus

atau 55,17 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus TB paru positip tahun

2010 sebanyak 22 kasus atau 82 per 100.000 penduduk, pada tahun

2011 TB paru positip mengalami penurunan 26,83 per 100.000

penduduk.

c. HIV

Kasus HIV AIDS pada tahun 2011 dalam wilayah puskesmas I

Baturraden tidak ditemukan kasus.

d. Prosentase Diare ditemukan dan ditangani

Jumlah kasus Diare tahun 2011 sebanyak 880 kasus terdiri dari

laki-laki 403 kasus atau 72,3 % perempuan 477 kasus atau 74,6 %

sedang jumlah perkiraan kasus 1.179 kasus terdiri dari laki-laki 557

kasus dan perempuan 622 kasus di bandingkan temuan kasus diare

dengan jumlah perkiraan kasus masih belm memenuhi target.

e. Jumlah kasus baru kusta

Jumlah kasus baru kusta tahun 2011 di wilayah puskesmas I

Baturraden tidak ditemukan kasus.

9

Page 10: L. Laporan (Fix)

f. Accute faccid paralysis

Kasus AFP tahun 2011 dalam wilayah puskesmas I Baturraden tidak

ditemukan kasus.

g. Demam Berdarah Dengue

Jumlah kasus DBD diwilayah Puskesmas I Baturraden tahun 2011

sebanyak 6 kasus atau 21,5 per 100.000 penduduk, Tahun 2010

ditemukan sebanyak 7 kasus atau sebesar 26,94 per 100.000

penduduk, dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami penurunan 1

kasus, atau sebesar 5,44 per 100.000 penduduk.

h. Penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular yang terdapat pada Puskesmas I Baturraden

tahun 2011 terdiri dari: Diabetes Militus, Penyakit syaraf, penyakit

jantung dan pembuluh darah, Neoplasma Tumor, Gangguan mental dan

perilaku, Glukoma,Katarak,gangguan Fungsi hati, Gangguan fungsi

gijnal, Gangguan prostate. Kasus terbanyak yang ditemukan adalah

Hypertensi Esensial 1.351 kasus. Banyaknya kaus penyakit tidak

menular dapat disebabkan gaya hidup dan pola makan.

i. Angka Kesakitan Filariasis

Jumlah kasus Filariasis tahun 2011 di wilayah Puskesmas I

Baturraden tahun 2011 tidak ditemukan kasus.

3. Status Gizi

Upaya perbaikan gizi masyarakat hakekatnya dimaksud untuk

menangani permasalahan gizi yang ada dimasyarakat. Berdasarkan

pemantauan status gizi Balita pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :

a. Gizi Lebih sebanyak : 20 anak (1,18 %)

b. Gizi Baik sebanyak : 1. 603 anak (94,46 %)

c. Gizi Kurang sebanyak : 67 anak (3,95 %)

d. Gizi buruk sebanyak : 7 anak (0,41 %)

e. KEP total ( Gizi kurang + Gizi buruk ): 74 anak (4,36 %)

Satutus gizi tersebut tersesebar di 6 desa dalam wilayah Puskesmas I

Baturraden

10

Page 11: L. Laporan (Fix)

B. Perilaku Masyarakat

Secara umum prilaku masyarakat dalam upaya pencapaian program

kesehatan di daerah kerja puskesmas Baturraden 1 sudah cukup baik,akan

tetapi masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan ditingkatkan

kembali seperti pembangunan jamban,pembangunan tempat sampat dan

adanya peningkatan edukasi masyarakat tentang menjaga kesehatan.pesan

perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat masyarakat

bingung,oleh karena itu masyarakat perlu memilih dua atau tiga perubahan

perilaku terlebih dahulu seperti pembuangan tinja yang aman, Cuci tangan

pakai sabun, Pengamanan air minum dan makanan, Pengelolaan sampah,

Pengelolaan limbah cair rumah tangga. Umumnya ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku masyaraka dalam upaya pencapaian program

kesehatan yang meliputi :

1. Fasilitas misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat.

2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat

dalam konteks pengetahuan lokal.

3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh

agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di

anjurkan.

4. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya

kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun

tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.

C. Kesehatan Lingkungan

Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar Puskesmas I Baturraden

1. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Jumlah institusi yang terdiri dari sarana kesehatan, sarana

pendidikan, sarana ibadah, dan perkantoran di wilayah Puskesmas I

Baturraden sebanyak 90 buah, dan yang telah dibina sebanyak 83 (92,2%).

Standar Pelayanan Minimal untuk Institusi yang dibina sebesar 70

%, dengan demikian institusi yang dibina Puskesmas I Baturraden telah

mencapai standar.

11

Page 12: L. Laporan (Fix)

2. Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Jumlah tempat–tempat umum (TTU) yang terdiri dari hotel, restoran,

rumah makan, pasar dan TPUM lainnya yang diperiksa persyaratan

kesehatanya adalah 71 buah dari 85 buah TTU yang ada. Sebanyak 61

buah (85,92%) dari jumlah TTU yang diperiksa telah memenuhi syarat

kesehatan. Secara kualitas TTU yang diperiksa mengalami peningkatan

3,87% dari tahun sebelumnya.

3. Rumah Sehat

Dari 6.448 rumah yang diperiksa persyatan kesehatannya, sebanyak

5.513 (85,5%) rumah telah memenuhi syarat kesehatan. Cakupan rumah

sehat ini tidak bisa menggambarkan kondisi rumah sehat seluruh wilayah

Puskesmas I Baturraden, mengingat tidak seluruh rumah yang ada

diperiksa.

4. Akses Air Bersih

Dari 7.350 keluarga yang ada, sebanyak 5.565 keluarga (77,1%)

yang menggunakan sarana air bersih yang terdiri dari kemasan ledeng,

SPT, SGL, mata air, pah, dan lain-lain dan sebanyak 4.708 keluarga

(83,1%) yang diperiksa sarana air bersihnya.

5. Sanitasi Dasar

Dari 7.350 keluarga, 3.769 (66,5 %) keluarga memiliki jamban,

2.818 (74,8%) keluarga memiliki jamban sehat. Dari 5.505 (74,9%)

keluarga yang diperiksa tempat sampahnya, keluarga yang memiliki

tempat sampah sebanyak 4.189 (76.1%), namun hanya 3.263 keluarga

(77,9%) yang memiliki tempat sampah yang sehat. Dari 5.351 (72,8%)

keluarga yang diperiksa pengelolaan air limbahnya, terdapat 3.769

(70,4%) yang memiliki pengelolaan air limbah, namun hanya 3.033 yang

memiliki pengelolaan air limbah yang sehat.

D. Pelayanan Kesehatan

Upaya peayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang

sangat penting dalam memberikan pelayan kesehatan kepada masyarakat

dengan pemberian kesehatan dasar secara tepat dan cepat,diharapkan 12

Page 13: L. Laporan (Fix)

sebagaian besar masalah sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan

dasar yang yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah

sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam

pertubuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang

dialami seorang ibu apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh terhadap

kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa

pertumbuhan bayi dan anaknya.

a. Pelayanan K-4

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik

Kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya.

Sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara

teratur. Hal ini dilakukan mencegah gangguan sedini mungkin dari

segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang

dikandungnya.

Pada tahun 2011 di Puskesmas I Baturraden jumlah ibu

hamil Sebanyak 546 ibu hamil, adapun Ibu hamil yang

mendapatkan pelayan K.4. 556 atau 101,8% ibu hamil, di

bandingkan tahun 2010 yang mendapatkan pelayan K-4

sejumlah 546 ibu hamil atau 95,24 % berarti pelayan K-4

mengalami kenaikan sebesar 6,56%. Padasarnya kegiatan-kegiatan

dalam rangka pelayanan kesehatan K-4 sudah dilaksanakan oleh

petugas Puskesmas melalui bidan bidan di desa yang tersebar di 6

desa, hal itu menunjukan bahwa kesadaran masyarakat tentang

pentingnya pemeriksaan kesehatan pada waktu hamil belum maksimal.

Selain itu pula petugas kesehatan belum maksimal dalam memberikan

motivasi kepada ibu hamil.

Standar Pelayan Minimal untuk cakupan kunjungan ibu Hamil

K-4 sebesar 95%. Dengan demikian untuk Wilayah Puskesmas

Baturraden masih belum memenuhi standar pelayanan minimal yang

diharapkan.

13

Page 14: L. Laporan (Fix)

b. Pertolongan oleh tenaga Kesehatan (Nakes)

Komplikasi kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian

besar terjadi pada masa disekitar persalinan. Hal ini antara lain

disebabkan oleh pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai kepetensi Kebidanan (Profesional) Jumlah

ibu bersalin tahun 2011 sesuai table 28 sebanyak 521 orang, jumlah

ditolong nakes 469 orang atau sebesar 90,0%, dibandingkan tahun

2010 jumlah persalinan yang ditolong nakes 492 orang atau sebesar

94,43 % berarti pelayan kesehatan oleh nakes mengalami penurunan

sebesar 4,43 %.

Target Standar Pelayan Minimal untuk pertolongan pesalinan

oleh Nakes tahun 2011 sebesar 81%. Dengan demikian cakupan nakes

Puskesmas I Baturraden tahun 2011 sudah memenuhi Standar Pelayan

Minimal. Namun demikian kegiatan kegiatan yang mendukung

pencapaian SPM tersebut masih tetap dilaksanakan untuk ebih

meniungkatkan cakupan antara lain pengembangan Pondok Bersalin

Desa ( Polindes) menjadi Poli Kelinik Kesehatan Desa (PKD)

didaerah daerah yang terisolir, pemerataan penempatan Bidan di Desa,

penyuluhan persalinan / sosialisasi persalinan sehat dan aman, dan

meningkatkan ketrampilan tenaga Bidan tentang asushan Persalinan

Normal (APN).

c. Bumil Risiko Tinggi di rujuk

Pada tahun 2011 sesuai dengan tabel 31 jumlah ibu hamil resiko

tinggi komplikasi di wilayah Puskesmas I Baturraden sebayak 109 atau

sebesar 19,96% sedangkan jumlah ibu hami risiko tinggi komplikasi

ditangani sebanyak 111 orang atau 101,6 % dibandingkan dengan

tahun 2010 sebanyak 197 orang atau 39,72% sedang Bumil Risti

ditangani 197 orang atau 100% maka terjadi peningkatan sebesar 1,6

% bumil risti.

d. Bayi dan Bayi BBLR

Pada tahun 2011 Jumlah bayi lahir hidup sebayak 457 bayi yang

terdiri dari laki-laki 218 bayi dan perempuan 239 bayi dengan Berat

14

Page 15: L. Laporan (Fix)

Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 16 bayi atau sebesar 4,8% dari

bayi yang lahir. Jumlah bayi tahun 2010 sebanyak 466 bayi. Jumlah

bayi BBLR sebayak 17 bayi atau sebesar 19,90 % dari bayi yang

lahir naik sebesar 15,66 % Target SPM tahun 2010 untuk

penanganan kasus BBLR adalah 100 % penanganan kasus BBLR di

Puskesmas I Baturraden sudah Sesuai SPM Kabupaten Banyumas.

e. Pelayanan Keluarga Berencana

Masa subur sorang wanita memiliki peranpenting bagi

terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita untuk melahirkan

menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian usia subur seorang

wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu jumlah

kelahiran atau menjarangakan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih

diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Berdasarkan data

yang dihimpun tahun 2011 jumlah Pasangan Subur (PUS) berdasarkan

sumber dari PLKB Kecamatan Baturraden Sebesar 5.182 pasanagan.

Jumlah PUS tahun 2010 sebesar 4.935 terjadi kenaikan 247 pasangan.

Jika diperhatikan jumlah PUS tertinggi terdapat didesa Karang

tengah yaitu sebanyak 1.440 pasangan sedangkan peserta KB Aktif

pada tahun 2011 sebesar 4.298 atau sebesar 82,9 %. Sedangkan 2010

sebesar 3.382 atau 78,66 % sehingga jumlah peserta KB Aktif

menurun.

f. Pelayanan Imunisasi

Kegitan Imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi

laki-laki 221, (BCG 178 bayi atau 178 %, Polio3 204 bayi atau 165 %)

dan perempuan 236 ( BCG 236 bayi atau 166%, Polio3 215 bayi atau

151 % umur 0 – 1 than (BCG Polio), imunisasi untuk wanita subur ibu

hamil (TT) dan imunisasi untuk anak sekolah SD (Kelas 1: DT dan

kelas 2 – 3 : TT ). Dengan demikian belum dapat dikatakan berhasil

Jumlah desa diwilayah Puskesmas I Baturraden sebanyak 6 desa

Universal Cild Immunization ( UCI ) sudah 100 %. Sedangkan target

SPM tahun 2011 kabupaten Banyumas 85 % dengan demikian pada

tahun 2011 memenuhi target SPM.

15

Page 16: L. Laporan (Fix)

IV. ANALISIS MASALAH

A. Analisis Masalah

Dari hasil rekapan status kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Baturraden I didapatkan 10 daftar penyakit yang paling banyak terjadi selama

bulan November 2012. Penyakit tersebut antara lain:

j. ISPA

k. Arthritis

l. Hipertensi

m. Dispepsia

n. Dermatitis

o. Myalgia

p. Diare Non Spesifik

q. Otitis Media Akut

r. Asthma Bronkhi

s. ISK

Cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden I, yaitu Desa Pamijen, Desa

Kutosari, Desa Kebumen, Desa Ketenger, Desa Karang Tengah, dan Desa

Purwosari. Adapun penjelasan mengenai 10 penyakit tertinggi di Puskesmas

Baturraden I sebagai berikut:

a. Penyakit ISPA

Dua bulan terakhir, November 2012, perekapan data penyakit dari

Puskesmas Baturraden I kasus penyakit infeksi saluran pernafasan

sebanyak 297 kasus denagn rincian 0-5 tahun sebanyak 93 kasus, 6-12

tahun terdapat 45 kasus, 13-20 tahun sebanyak 28 kasus, 21-44 tahun

sebanyak 35 kasus, 45-59 tahun sebanyak 42 tahun, >60 tahun ada 54

kasus. Namun, jumlah ini mengalami penurunan dari 3 bulan terakhir yaitu

bulan Agustus dengan jumlah 454 kasus, bulan September sebanyak 452

kasus, dan bulan Oktober 305 kasus.

16

Page 17: L. Laporan (Fix)

b. Arthritis

Jumlah kasus arthritis pada bulan November 2012 yaitu sebanyak 121

kasus. Kasus berdasarkan umur 45-49 tahun sebanyak 14 kasus dan lebih

dari 60 tahun sebanyak 107 kasus.

c. Hipertensi

Kasus hipertensi pada bulan November 2012 dalam wilayah

puskesmas I Baturraden ditemukan kasus sebanyak 112 kasus. Didominasi

oleh 21-44 tahun ada 5 kasus, 45-49 tahun sebanyak 23 kasus, dan lebih

dari 60 tahun sebanyak 84 kasus.

d. Dispepsia

Jumlah kasus dispepsia bulan Novermber 2012 sebanyak 98 kasus.

Kasus penyakit dyspepsia menurun dari bulan sebelumnya yaitu terdapat

sebanyak 151 kasus.

e. Dermatitis

Jumlah kasus baru dermatitis bulan November 2012 di wilayah

puskesmas I Baturraden ditemukan 96 kasus. Pada bulan Oktober 2012

terdapat sebanyak 142 kasus, sehingga didapati penurunan jumlah kasus

ada bulan November.

f. Myalgia

Kasus myalgia pada bulan November 2012 dalam wilayah puskesmas I

Baturraden terdapat 88 kasus. Dimana terjadi peningkatan dari bulan

sebelumnya (Oktober 2012) yaitu didapati sebanyak 62 kasus.

g. Diare Non-Spesifik

Jumlah kasus Diare diwilayah Puskesmas I Baturraden bulan

November 2012 sebanyak 22 kasus. Dimana pada 3 bulan terakhir didapati

dengan jumlah kasus, Oktober 2012 sebanyak 74 kasus, September 2012

sebanyak 57 kasus, dan Agustus 2012 sebanyak 68 kasus.

h. Otitis Media Akut

Penyakit Otitis Media Akut (OMA) menduduki urutan ke-7 penyakit

tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Baturraden 1. Terdapat 21 kasus

OMA pada bulan November 2012.

17

Page 18: L. Laporan (Fix)

i. Asthma Bronkhial

Jumlah kasus asthma bronkhial diwilayah Puskesmas I Baturraden

bulan November 2012 sebanyak 18 kasus. Dimana pada 3 bulan terakhir

didapati dengan jumlah kasus, Oktober 2012 sebanyak 12 kasus,

September 2012 sebanyak 32 kasus, dan Agustus 2012 sebanyak 23 kasus.

j. Infeksi Saluran Kemih

Kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada bulan November 2012 dalam

wilayah puskesmas I Baturraden ditemukan kasus sebanyak 15 kasus.

Rincian kasus berdasarkan umur, yaitu 6-12 tahun sebanyak 2 kasus, 13-20

tahun ada 2 kasus, 21-44 tahun sebanyak 3 kasus, 45-59 tahun sebanyak 4

kasus, dan umur lebih dari 60 tahun sebanyak 4 kasus.

B. Perumusan Masalah

1. Apa saja faktor risiko penyakit TB Paru yang terjadi

di Wilayah Kerja Puskesma Baturraden I, Kecamatan Baturraden,

Kabupaten Banyumas?

2. Jelaskan mengenai hubungan pengetahuan

responden tentang penyakit TB terhadap terjangkitnya penyakit TB!

3. Bagaimana hubungan kebiasaan penderita

membuang dahak di sembarang tempat dengan penularan penyakit TB

Paru?

4. Bagaimana hubungan antara kebiasaan perilaku

batuk yang kurang benar dengan penularan penyakit TB Paru?

5. Bagaimana mengetahui pengaruh dari indoor air

pollution dengan penularan penyakit TB?

C. Prioritas Masalah

Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Puskesmas I Baturraden,

penyakit terbanyak yang diderita warga antara lain ISPA, Arthritis, Hipertensi,

Dermatitis, Myalgia, ISK, dan Diare. ISPA terdiri dari antara lain penyakit

pneumonia, tuberkulosis, dan penyakit-penyakit lain.

18

Page 19: L. Laporan (Fix)

Menurut Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011 (Depkes, 2012),

jumlah kasus baru TB paru BTA positif, Jawa Tengah menempati tempat

ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah 20.294 penduduk.

Sementara Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan

China. Di Indonesia TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit

menular lain. TB juga merupakan penyebab kematian nomor tiga, di bawah

penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di setiap kalangan usia (PDPI,

2002).

Sejak tahun 1993, WHO menyatakan TB adalah kedaruratan global

bagi kemanusiaan. Meskipun strategi DOTS (Direct Observed Treatment

Short Course) terbukti sangat efektif untuk mengendalikan TB, tetapi beban

penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Menurut WHO pada tahun

2009, diperkirakan sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan 0,5 juta orang

meninggal akibat TB di seluruh dunia (Depkes, 2011).

Mengingat cukup tingginya angka kejadian TB di Indonesia khususnya

jawa tengah , maka pengetahuan mengenai penyakit TB sangat perlu untuk

diketahui. Selain itu, pengendalian TB banyak menghadapi tantangan baru

seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten terhadap obat dan tantangan lain.

Hal ini membuat pengendalian TB semakin sulit sehingga akan lebih baik dan

bijaksana jika kita mulai menggencarkan tindakan preventiv, mencegah

penularan TB lebih luas. Untuk melakukan hal ini kita harus tahu terlebih

dahulu mengenai penyebab penyakit, faktor yang bisa mendorong/memicu

terjadinya penyakit dan apa saja hal yang bisa dilakukan untuk menghindari

penularan TB dari penderita ke keluarga atau sekitar.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, kelompok kami memutuskan untuk

meneliti tentang penyakit TB, dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi

penyakit TB.

D. Analisis Penyebab Masalah

1. Faktor Risiko TB Paru yang terjadi di Wilayah Kerja

Puskesmas Baturraden I

1.1 Jenis Kelamin

19

Page 20: L. Laporan (Fix)

Berdasarkan hasil penelitian, dari 37 responden didapat bahwa

responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 18 dan responden

perempuan berjumlah 19. Dengan presentase responden laki-laki 49%

dan responden perempuan 51%.

Grafik 2. Faktor Risiko Jenis Kelamin

1.2 Umur

Dari data yang didapatkan, responden TB paru tertinggi

merupakan kelompok usia 21-30 tahun sedangkan paling sedikit

merupakan kelompok usia 11-20 tahun.

Grafik 3. Faktor Risiko Umur Responden

20

Page 21: L. Laporan (Fix)

1.3 Pendidikan

Dari 37 responden, didapatkan sebagian masyarakat

berpendidikan terakhir SD yaitu sejumlah 13 orang.

Grafik 4. Faktor Risiko Pendidikan Terakhir Responden

1.4 Pekerjaan

Sebagian besar Sebagian besar responden yang diwawancarai

adalah masyarakat yang tidak mempunyai penghasilan tetap

(serabutan) yaitu sebanyak 10 orang (38%).

21

Page 22: L. Laporan (Fix)

Grafik 5. Faktor Risiko Pekerjaan responden

1.5 Tingkat Penghasilan

Sebagian besar responden berpenghasilan kurang dari Rp

795.000 yaitu sekitar 65%.

Grafik 6. Faktor Risiko Tingkat Penghasilan Responden

1.6 Pelaksanaan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)

22

Page 23: L. Laporan (Fix)

Pada aspek perilaku hidup bersih dan sehat ditanyakan lima

belas pertanyaan yang relevan untuk penilaian PHBS. Skoring

dilakukan dengan memberikan nilai nol jika jawaban ‘tidak’ dan satu

jika jawaban responden ‘ya’. Skor yang menggambarkan strata PHBS

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. 0 – 5 : sehat pratama

b. 6 – 10 : sehat madya

c. 11 – 15 : sehat utama

d. 16 : sehat paripurna

Dari hasil diperoleh 76% responden masuk ke dalam strata

PHBS sehat utama.

Grafik 7. Faktor Risiko Berdasar Strata PHBS

1.7 Asupan Gizi

Sebagian besar responden memiliki asupan gizi yang baik,

dilihat dari makanan yang dikonsumsi tiap harinya seperti sayur-

sayuran, lauk pauk hewani dan nabati serta susu dan vitamin. Sebanyak

28 responden (76%) asupan gizinya sudah baik, dan sisanya 9

responden (24%) memiliki asupan gizi yang kurang.

23

Page 24: L. Laporan (Fix)

Grafik 8. Faktor Risiko Status Gizi.

1.8 Pengetahuan Responden tentang Penyakit TB

Responden yang kami survei, sebagian besar tidak memiliki

pengetahuan tentang penyakit TB Paru yaitu 84%.

Grafik 9. Faktor Risiko Edukasi tentang TB.

1.9 Kebiasaan Merokok

Responden yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 12

orang (32%), sedangkan responden yang merokok berjumlah 25 orang

(68%).

24

Page 25: L. Laporan (Fix)

Grafik 10. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok.

1.10 Kebiasaan Membuang Dahak

Sesuai dengan survei yang dilakukan ditemukan bahwa 62% dari total

yang disurvei sudah memiliki kebiasaan yang baik dalam membuang

dahak ditempat yang jauh dari orang lain. Dalam arti masyarakat yang

terkena penyakit TB telah mempunyai edukasi yang baik dalam

pencegahan penyakit TB ini ke orang-orang di sekitarnya.

Grafik 11. Faktor Risiko Kebiasaan Membuang Dahak.

1.11 Pengetahuan tentang Cara Batuk yang Baik

Pengetahuan pasien dalam tata cara batuk yang baik masih kurang

terbukti bahwa ditemukan lebih dari setengah yaitu 59% dari penderita

25

Page 26: L. Laporan (Fix)

yang masih belum faham tata cara batuk yang benar agar droplet

nuclei ini tidaktertular kepada orang lain

Grafik 12. Faktor Risiko Pengetahuan Tentang Cara Batuk.

1.12 Keteraturan Minum Obat

Dari total pasien yang di wawancarai sudah 81% sudah memiliki

kebiasaan minum obat yang teratur dikarenakan dipantau oleh

keluarganya masing-masing, akan tetapi ada beberapa yang masih

belum minum obat teratur dikarenakan sosial-ekonomi pasien.

Grafik 13. Faktor Risiko Konsumsi Obat Secara Teratur.

1.13 Keadaan Rumah

Keadaan rumah dapat dinilai dari kelembapan rumah, ventilasi

rumah, pencahayaan rumah, serta keadaan rumah responden. Sebagian

26

Page 27: L. Laporan (Fix)

responden yang kami survei memiliki rumah yang lembab, ventilasi,

dan pencahayaannya yang kurang.

Rumah yang baik seharusnya setiap anggota keluarga menempati

ruang minimal 9m2. Data yang diperoleh dari responden didapatkan

hasil bahwa 68% responden memiliki luas rumah yang cukup.

Grafik 14. Faktor Risiko Kelembapan Rumah.

Grafik 15. Faktor Risiko Ventilasi dan Pencahayaan dalam Rumah.

27

Page 28: L. Laporan (Fix)

Grafik 16. Faktor Risiko Kepadatan Penghuni Rumah.

1.14 Indoor Air Polution

Rata-rata dari hasil survei yang ditemukan bahwa masih banyak

dari rumah penderita yang masih dalam kondisi yang tidak sehat yang

dapat mendukung penularan dari penyait TB ini khususnya di dalam

rumah misalnya masak masih menggunakan tungku kayu bakar, asap

rokok, dan ada sebagian lagi yang masih menggunakan anti nyamuk

bakar.

Grafik 17. Faktor Risiko Indoor Air Polution..

2. Hubungan pengetahuan responden tentang TB terhadap

terjadinya penyakit TB

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan

28

Page 29: L. Laporan (Fix)

ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2011).

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang yang diantaranya pengetahuan mengenai rumah

yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit tuberkulosis.

Sehingga dengan pengetahuan yang cukup, seseorang akan mencoba untuk

memiliki perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, pendidikan seseorang

akan mempengaruhi jenis pekerjaannya (Suwarni, 2009).

Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan mengenai penyakit

tuberkulosis yang kurang, kesadaran untuk menjalani pengobatan secara

teratur dan lengkap juga relative rendah. Pengaruh lain dari tingkat

pendidikan yang rendah tercermin dalam hal menjaga kesehatan dan

kebersihan lingkungan yaitu perilaku membuang dahak dan meludah di

sembarang tempat (Suwarni, 2009).

3. Hubungan kebiasaan para penderita yang membuang dahak

di sembarang tempat dengan penularan

Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk

percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuklei.

Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang

tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dikeluarkan oleh

penderita tuberkulosis paru saat batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-

paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak terutama pada

orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Sementara, bagi yang

mempunyai daya tahan tubuh baik, maka penyakit tuberkulosis paru tidak

akan terjadi. Akan tetapi bakteri akan tetap ada di dalam paru dalam

keadaan ”tidur”, namun jika setelah bertahun-tahun daya tahan tubuh

menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan menimbulkan

penyakit (Aditama, 2006).

Daya penularan dari seseorang penderita tuberkulosis paru

ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Faktor

yang memungkinkan seseorang terpapar bakteri tuberkulosis paru

ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lama menghirup

29

Page 30: L. Laporan (Fix)

udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat terpapar dengan

droplet dan kerentanan terhadap penularan (Depkes, 2008).

4. Kurangnya pengetahuan mengenai cara batuk yang benar

agar tidak menular ke orang-orang di sekitarnya.

Perjalanan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang setelah di

batukkan akan terhirup oleh orang disekitarnya sampai ke paru-paru.

Konsentrasi droplet bervolume udara dan lamanya waktu menghirup udara

tersebut memungkinkan seseorang akan terinfeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis (Depkes, 2002).

Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pengendalian

penyakit tuberkulosis paru yaitu dengan cara pencegahan penyebaran dan

penularan penyakit sebagai upaya agar penderita tidak menularkan kepada

orang lain dan meningkatkan derajat kesehatan pribadi dengan cara:

a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan

atau tissue.

b. Tidak batuk di hadapan anggota keluarga atau orang lain.

c. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama

pengobatan.

d. Tidak meludah disembarang tempat, tetapi dalam wadah yang diberi

lysol, dan dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam tanah.

Meludah di tempat yang terkena sinar matahari merupakan hal yang

dianjurkan bagi penderita TB paru.

e. Menjemur alat tidur secara teratur pada siang hari karena bakteri

Mycobacterium tuberculosis akan mati bila terkena sinar matahari.

f. Membuka jendela pada pagi hari dan mengusahakan sinar matahari

masuk ke ruang tidur dan ruangan lainnya agar rumah mendapat

udara bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga bakteri

Mycobacterium tuberculosis dapat mati.

g. Minum obat secara teratur sampai selesai dan sembuh bagi penderita

tuberkulosis paru (Chin, 2000).

30

Page 31: L. Laporan (Fix)

5. Adanya indoor air pollution.

Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi

korban perokok karena turut mengisap asap sampingan selain asap utama yang

dihembuskan balik oleh perokok. Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif

kandungan bahan kimianya lebih tinggi dibandingkan dengan yang dihirup

oleh perokok aktif. Pajanan terhadap asap rokok terjadi pada kehidupan

sehari-hari seperti di rumah, di tempat kerja, di transportasi umum, dan

tempat-tempat umum lainnya (Danusantoso, 2000).

Tiga komponen utama yang terdapat pada asap rokok yaitu nikotin, gas

karbonmonoksida (CO), dan tar. Gas CO pada prinsipnya akan menghambat

pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru ke organ tubuh

lain. Nikotin dapat mengakibatkan pembuluh darah menyempit dengan cepat,

sehingga organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen, antara lain otak dan

otot jantung. Pemakaian jangka lama, nikotin juga akan mengakibatkan

dinding pembuluh darah menjadi kaku dan berkapur (Danusantoso, 2000).

Tingkat paparan oleh asap rokok dapat diketahui melalui beberapa

indikator diantaranya pasangan yang merokok, orang tua merokok, jumlah

perokok dalam rumah, terpapar perokok 1 tahun lalu, iritasi terhadap paparan

asap rokok 1 minggu lalu, jumlah jam terpapar asap rokok 1 minggu lalu,

paparan asap rokok di tempat kerja, rata-rata batang tembakau dihisap tiap

hari di rumah (Danusantoso, 2000).

Selain perokok pasif, penggunaan kayu bakar menjadi pembahasan yang

sering dibicarakan, karena menghasilkan pembakaran tidak sempurna berupa

bermacam-macam partikel, antara lain CO, NO, SO, aldehid, hidrokarbon

aromatik yang polisiklik, benzena, akrolin 1,3 butadiena dan particulate

matter (Soesanto, 2002).

Beberapa penelitian mengkaitkan adanya hubungan antara indoor air

pollution dengan Tuberkulosis paru. Maka dalam pelaksanaan DOTS sudah

ada intervensi yang dilakukan dengan memperhatikan tingginya penggunaan

kayu bakar, arang dan bahan padat lainnya. beberapa studi epidemiologi

terjadi peningkatan risiko kejadian dan kematian tuberkulosis paru pada orang

yang terpapar dengan indoor air pollution (Soesanto, 2002).

31

Page 32: L. Laporan (Fix)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden I sebanyak 37

kasus dengan rincian 10 kasus di desa Karang Tengah, 7 kasus di desa

Kuto Sari, 6 kasus di desa Ketenger, 7 kasus di desa Kebumen, 2 kasus di

desa Pamijen, 3 kasus di desa Rempoah, dan 1 kasus di desa Purwosari.

2. Faktor-faktor risiko dari penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Baturraden I meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaanm tingkat

penghasilan, pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), status

gizi, pengetahuan responden tentang penyakit TB, kebiasaan merokok,

kebiasaan membuang dahak, pengetahuan tentang cara bentuk yang baik,

keteraturan minum obat, keadaan rumah, dan indoor air polution.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Puskesmas seharusnya memberi penyuluhan kepada masyarakat

mengenai bahaya penyakit TB, cara penularan penyakit TB, serta

penyuluhan mengenai pengobatan penyakit TB. Karena sebagian besar

dari masyarakat yang terkena penyakit TB kurang mengetahui bagaimana

cara mencegah penularan dari TB itu sendiri misalnya masih batuk tanpa

menutup mulut. Jadi dengan adanya edukasi yang baik dari puskesmas

mengenai 3 hal diatas tentang penyakit TB maka kemungkinan

terjangkitnya penyakit ini bisa lebih diminimalisir dan akhirnya nanti

diharapkan masyarakat di kecamatan Baturraden I tidak ada lagi yang

terkena penyakit TB.

2. Bagi Pihak Blok

Bagi pihak blok dimohon untuk melakukan briefing terlebih dahulu

mengenai penyakit-penyakit apa yang lebih diprioritaskan untuk disurvei

di blok CHEM III ini, Agar seluruh mahasiswa lebih dapat mengusai

penyakit yang natinya akan di survei. Selain itu mungkin kita lebih dapat

32

Page 33: L. Laporan (Fix)

menjaga diri dari meularnya penyakit yang kita survei terkhusus penyakit

TB ini.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya selalu menjaga dan membersihkan

lingkungannya secara teratur untuk menghindari faktor-fakor risiko

terjadinya penyakit TB. Selain itu juga diharapkan masyarakat mampu

mengendalikan diri dan membatasi kontak dengan orang yang terkena

penyakit TB.

4. Bagi Mahasiswa

Saran bagi mahasiswa yang akan melakukan survei mengenai

penyakit ini lebih menguasai tentang penyakit yang akan disurvei.

Sehingga diharapkan ketika berkomunikasi dengan responden apapun

yang responden tanyakan mengenai penyakitnya baik itu penularan, faktr

resiko, dan juga pengobatannya mahasiswa dapat menjelaskan lebih baik.

5. Bagi Pemerintah

Perlu adanya koordinasi yang baik dan kerjasama antara dinas

kesehatan (puskesmas), petugas desa (kecamatan, kelurahan, RW, RT)

serta masyarakat dalam menangani penyakit TB.

6. Bagi Keluarga

Bagi keluarga hendaknya memperhatikan kondisi rumah mulai dari

ventilasi rumah, jendela, pencahayaan, dan kelembapan udara di dalam

rumah bila untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit TB. Karena

pengaruh dari lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyakit TB ini.

33

Page 34: L. Laporan (Fix)

GAMBAR

Gambar 1. Foto Bersama dr. Metta dan dr.Hasanah di bangunan Baru Puskesmas Baturraden I

Gambar 1. Foto Bersama dr. Metta dan dr.Hasanah di bangunan Baru Puskesmas Baturraden I

34

Page 35: L. Laporan (Fix)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

I. IDENTITAS RESPONDENA. Nama Responden :B. Jenis Kelamin :C. Umur responden :D. Pendidikan tertinggi responden :

1) Tidak pernah sekolah 4) D32) SD 5) S13) SLTP 6) S24) SLTA

E. Pekerjaan pokok :1) PNS 4) Petani2) BUMN 5) Buruh3) Karyawan swasta 6) Lainnya……..

F. Pengahasilan keluarga rata-rata/bulan:1) < Rp 795.0002) Rp 795.000 – Rp 3.000.0003) > Rp 3.000.000

G. Desa :H. Alamat :I. Responden : Kasus / Bukan kasus

Pewawancara :

II. KUESIONER PHBS Petunjuk : berilah tanda contreng (√) pada kolom sesuai jawaban responden

No.

PERTANYAAN INDIKATOR YA(1)

TIDAK(0)

I KIA & GIZI

1 RT yang memilliki ibu hamil mempunyai akses pertolongan persalinan oleh petugas/tenaga kesehatan

Bagi RT yang tidak atau belum pernah hamil, maka diganti dengan pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikapnya tentang persalinan oleh tenaga kesehatan, misalnya: apabila ibu/istri anda hamil, anda lebih suka memeriksakan kehamilan kemana? Siapakah yang rencananya akan anda mintai tolong ketika bersalin/melahirkan? (Bila jawabannya bidan/dokter jawaban (+) ya)

2 RT yang memilliki bayi, apakah diberi ASI eksklusif sejak usia 0 – 6 bulan?

Bagi RT yang tidak atau belum pernah memiliki bayi, maka diganti dengan pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikapnya tentang ASI eksklusif. (Misal: apakah manfaat ASI Eksklusif bagi bayi? Apakah ibu merencanakan untuk memberikan ASI Eksklusif apabila nanti memiliki bayi? Pengetahuan & sikap (+)ya)

3 RT yang memiliki balita, menimbangkan balitanya secara teratur 35

Page 36: L. Laporan (Fix)

(minimal 8 kali setahun) Bagi RT yang tidak atau belum pernah memiliki balita, ditanyakan

apakah anda tahu pentingnya menimbang balita tiap bulan di posyandu? Sebutkan? Apakah anda merencanakan untuk menimbang balita anda di posyandu tiap bulan? (Pengetahun & sikap (+)ya)

4 Anggota rumah tangga mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup untuk memenuhi gizi seimbang

II KESEHATAN LINGKUNGAN

5 Anggota RT menggunakan/memanfaatakan air bersih untuk keperluan sehari-hari

6 Anggota RT menggunakan jamban sehat7 Anggota RT membuang sampah pada tempatnya8 Anggota RT menempati ruangan rumah minimal 9 m29 Anggota RT menempati ruangan rumah yang berlantai kedap air (bukan

tanah) dan dalam keadaan bersihIII GAYA HIDUP

10 Anggota RT yang berumur > 10 tahun melakukan aktivitas fisik/olahraga secara terukur 30 menit/hari, 3 – 5 kali/minggu

11 Anggota RT tidak ada yang merokok12 Anggota RT terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB13 Anggota RT menggosok gigi minimal 2 kali sehari14 Anggota RT tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan narkobaIV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

15 Anggota RT menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)16 Anggota RT melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal

seminggu sekaliTOTAL NILAI

Klasifikasi:Jawaban Ya diberi skor 1, sedangkan jawaban tidak diberi skor 0. Klasifikasi strata PHBS adalah sebagai berikut:Nilai 0 – 5 : Strata SEHAT PRATAMANilai 6 – 10 : Strata SEHAT MADYANilai 11 – 15 : Strata SEHAT UTAMANilai 16 : Strata SEHAT PARIPURNA

36

Page 37: L. Laporan (Fix)

III. KUESIONER FAKTOR RISIKO TBA. Kekebalan Tubuh

1. Apakah asupan makanan sehari-hari terdiri dari beraneka ragam makanan dengan jumlah cukup?a. Ya b. Tidak

B. Jika responden anak1. Berat Badan Lahir

a. >4000gr b. 2500-4000gr c.<2500gr2. Mengkonsumsi ASI hingga usia….

a. >6 bulan b. 6 bulan c. <6 bulan3. Pemberian Imunisasi…

a. Tidak pernah b. Pernah, sebutkan…C. Faktor Perilaku

1. Apakah Anda mengetahui tentang penyakit TB? a. Tahu b. Tidak tahu

2. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok?a. Ya b. Tidak

3. Jika ya, berapa batang yang Anda konsumsi setiap harinya?a. Kurang dari ½ bungkusb. 1 bungkusc. Lebih dari 1 bungkus

4. Kebiasaan membuang dahak…a. Di WC b. Di sembarang tempat

5. Kebiasaan batuk apakah sudah sesuai dengan cara batuk yang benar? a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda mengkonsumsi OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ) secara teratur?

a. Ya b. Tidak7. Jika ya, sudah berapa lama?...8. Apakah anda rutin memeriksakan dahak?

a. Ya b. TidakD. Sanitasi Lingkungan Rumah

1. Luas Rumah yang ditempati…a. 36 m2 b. 21 m2 c. Kurang dari 21m2 d.lain-lain,

sebutkan…2. Ventilasi dalam rumah…

a. Cukup (10% luas lantai) b. Kurang

37

Page 38: L. Laporan (Fix)

3. Kondisi lantai dalam rumah…a. Kedap air b. Tidak kedap air

4. Keadaan atap rumah…a. Bocor b. Tidak bocor

6. Bagaimana pencahayaan matahari di dalam rumah…a. Cukup b. Kurang

7. Kebiasaan membuang kotoran atau limbah rumah tangga…a. Di tempat sampah b. lain-lain, sebutkan…

8. Apakah di dalam rumah anda terdapat Indoor Air Polution?a. Ya b. Tidak

9. Jika ya, sebutkan…E. Lingkungan dan Sosial

1. Kepadatan penghuni dalam rumah…a. lebih dari 4 orang b. 4 orang c. kurang dari 4 orang

2. Apakah di sekitar tempat tinggal anda ada yang memiliki penyakit TB?a. Ada b. Tidak

3. Apakah anda sering berinteraksi dengan orang yang memiliki penyakit TB?a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda memiliki PMO ( Pengawas Minum Obat )?a. Ya b. Tidak

5. Jika Ya, siapa?...

IV. KUESIONER TIPE PENDERITA TB1. Anda termasuk dalam penderita TB tipe…

a. Tb Paru Kasus Barub. Tb Paru Kasus Kambuh ( Relaps )c. Tb Paru Kasus Pindah ( Tb-09 )d. Tb Paru Kasus Gagale. Tb Paru Kasus Putus Obatf. Tb Paru Kasus Kronik

38

Page 39: L. Laporan (Fix)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, UF. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Kompas.

Aditama, T. 2006. Tuberkulosis Paru: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: UI Press.

Chin, J. 2000. Pengendalian Penyakit Menular Edisi 17. Washington, DC: Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika.

Danusantoso, H. 2000. Rokok dan Perokok. Jakarta: Arcan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Available at: http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/STRANAS_TB.pdf (Diakses pada: Januari, 2013).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu

Notoatmodjo, S. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Available at: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf ( Diakses pada: Januari 2013 ).

Soesanto, S. 2002. Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penuralan Penyakit ISPA dan TB Paru, Bahan Lokakarya Sehari Penyehatan Perumahan. Jakarta.

Suwarni, H. 2009. Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis BTA positif di Kecamatan Pancoran Maskota Depok Bulan Oktober Tahun 2009-April Tahun 2009. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Available at: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125833-S-5761-Faktor%20risiko-Abstrak.pdf.

39

Page 40: L. Laporan (Fix)

.

40