laporan magang fix
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan sarjana yang akan
mengisi posisi manajerial menengah sampai puncak dengan bekal
pengetahuan dan kemampuan yang didapat di perguruan tinggi. Kenyataan
di lapangan seringkali menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi (fresh
graduated) belum mampu secara optimal mengaplikasikan pengetahuan
yang didapatnya ke dalam dunia kerja. Hal itu disebabkan karena adanya
kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan di lapangan yang
lebih kompleks terutama dalam manajemen di bidang kesehatan di rumah
sakit, di dinas kesehatan atau puskesmas yang merupakan suatu institusi
denga sumber daya yang padat ilmu, pada teknologi dan padat karya.
Untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dengan pengalaman
praktis di lapangan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
menegmbangkan program magang di instansi yang terkait dengan kesehatan
baik instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat
(LSM).
Magang merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan
pada Program Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1). Pada dasarnya kegiatan
ini adalah kegiatan intrakurikuler yang berupa kegiatan belajar di lapangan
yang dirancang untuk memberikan pengalaman praktis kepada para
mahasiswa dalam menggunakan aplikasi teori ke dalam praktek lapangan.
1
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya
masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah
Anemia Gizi Besi (AGB), masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama
di kota-kota besar (Supariasa, 2013).
Kota Palu mempunyai angka kasus gizi buruk yang meningkat selama
3 tahun terakhir. Pada tahun 2011 kasus gizi buruk di Kota Palu sebanyak
47 kasus, tahun 2012 sebanyak 63 kasus dan tahun 2013 sebanyak 63 kasus.
Berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka menangani kasus gizi
buruk diantaranya melakukan pelatihan penanganan kasus gizi buruk bagi
petugas kesehatan Puskesmas yang ada di kota Palu (Dinkes Kota Palu,
2013).
Gizi buruk membawa dampak bukan hanya pada kehidupan anak-anak
yang masih berusia muda, akan tetapi dapat terjadi pada semua golongan
usia. Dampak buruk itu dapat termanifestasi dalam bentuk ringan atau berat.
Gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan terhadap penyakit,
tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya, prestasi kerja, dan prestasi
olahraga yang rendah adalah bentuk manifestasi dampak keadaan gizi yang
tidak optimal. Dengan kata lain, gizi buruk membawa dampak yang tidak
menguntungkan terhadap berbagai aspek kehidupan suatu bangsa (Moehji,
2003).
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan kemampuan mahasiswa melalui kesepadanan
pengetahuan yang diperoleh dengan fenomena yang ada di Dinas
Kesehatan Kota Palu yang relevan dengan bidang kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan penegtahuan mahasiswa dalam manajemen
kesehatan.
b. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengumpulkan
data.
c. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan.
d. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menyusun rencana
pemecahan masalah.
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan di bidang manajemen
dan teknis kesehatan masyarakat.
b. Terpapar dalam kondisi yang sesungguhnya dan pengalaman di
instansi kesehatan dan atau institusi lain yang relevan.
c. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah
yang tepat terhadap pemecahan permasalahan kesehatan
masyarakat.
3
d. Mendapat bahan untuk penulisan karya tulis ilmiah.
1.3.2 Bagi Institusi Tempat Magang
a. Institusi dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
penyelesaian tugas-tugas kantor untuk kebutuhan di unit kerja
masing-masing.
b. Institusi mendapat alternatif calon karyawan yang telah dikenal
mutu dan kredibilitasnya.
c. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di
perguruan tinggi.
d. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan
bermanfaat antara institusi tempat magang dengan PSIKM FKIK
UNTAD.
1.3.3 Bagi Program Studi
a. Laporan magang dapat menjadi salah satu audit internal kulaitas
pengajaran.
b. Memperkenalkan program kepada instansi yang bergerak di bidang
kesehatan.
c. Mendapatkan masukan yang berguna untuk penyempurnaa
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
d. Terbinanya jaringan kerjasama dengan institusi tempat magang
dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara
substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber
4
daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
1.4 Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Senin, 17 Maret 2014 – Sabtu, 19 April 2014
Tempat : Kantor Dinas Kesehatan Kota Palu
Kecamatan : Palu Timur
Kabupaten/Kota : Kota Palu
5
BAB II
ANALISIS SITUASI UMUM
2.1 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Palu
2.1.1 Visi
Pembangunan kesehatan di Kota Palu memiliki komitmen penuh
menegakkan Pancasila dan UUD 1945 melalui program-program kerja
dibidang kesehatan dengan visi : “Terwujudnya Pelayanan
Kesehatan Terdepan Menuju Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan
Berkeadilan“
2.1.2 Misi
Visi pembangunan kesehatan Kota Palu di break down menjadi
5 misi dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kesehatan, yaitu :
1. Meningkatkan mutu layanan serta akses layanan secara adil,
merata, layak dan terjangkau;
2. Meningkatkan perlindungan kesehatan bagi masyarakat terutama
golongan rentan (Ibu, Bayi, Balita, Lansia) dari paparan penyakit;
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sehat
dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat;
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pembiayaan dan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
5. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan
secara berkelanjutan.
6
2.2 Tujuan dan Sasaran
2.2.1 Tujuan
Tujuan utama yang harus dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota
Palu adalah meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat di Kota Palu
dengan tujuan khusus sebagai berikut :
1) Meningkatkan mutu dan jangkauan layanan secara adil dan merata.
2) Meningkatnya perlindungan kesehatan bagi masyarakat pada
golongan rentan.
3) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
4) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mewujudkan
kemandirian pembiayaan kesehatan dan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat.
5) Meningkatnya kompetensi sumber daya kesehatan secara
berkelanjutan.
2.2.2 Sasaran
1) Meningkatnya aksesibilitas dan kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.
2) Menurunnya angka kematian ibu, bayi, dan balita.
3) Meningkatnya derajat kesehatan lansia.
4) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit.
5) Terwujudnya perilaku hidup masyarakat yang bersih dan sehat.
6) Meningkatnya kualitas sanitasi lingkungan dan perumahan.
7
7) Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat miskin.
8) Meningkatnya kualitas sumber daya tenaga kesehatan, pengelolaan
administrasi dan peningkatan manajemen dan regulasi perizinan.
2.3 Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Walikota Palu Nomor 22 Tahun 2008 tentang
uraian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kesehatan Kota Palu mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Tugas Pokok
Melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dibidang
pelayanan kesehatan, pengendalian masalah kesehatan, promosi
kesehatan, regulasi dan mutu layanan dan jaminan sarana kesehatan serta
tugas pembantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok Dinas Kesehatan juga
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1) Pengkoordinasian perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan
kesehatan, pengendalian masalah kesehatan, promosi kesehatan,
regulasi dan mutu layanan serta jaminan sarana kesehatan;
2) Penyelenggaraan pembinaan dan pengumpulan dan pengolahan
data, penyusunan rencana dan program bidang pelayanan kesehatan,
pengendalian masalah kesehatan, promosi kesehatan, regulasi dan
mutu layanan serta jaminan sarana kesehatan;
3) Pengelolaan perizinan dan pelaksanaan pelayanan di bidang
8
pelayanan kesehatan, pengendalian masalah kesehatan, promosi
kesehatan, regulasi dan mutu layanan serta jaminan sarana
kesehatan;
4) Pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan serta evaluasi
pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kesehatan, pengendalian
masalah kesehatan, promosi kesehatan, regulasi dan mutu layanan
serta jaminan sarana kesehatan;
5) Penyelenggaraan ketatausahaan dan tatalaksana;
6) Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai
tugas pokok dan fungsi (Profil Kesehatan Kota Palu Sulawesi
Tengah, 2012).
9
2.4 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Palu
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Palu
10
SekretarisDr. Royke Abraham
Kepala Dinas Kesehatan Kota PaluDrg. Emma Sukmawati, M.si.M.kes
Sub Bagian Penyusunan Program Data EvaluasiI Komang GD Woliantara, S.KM,MM,M.Kes
Kelompok Jabatan Fungsional
Sub Bagian Tata UsahaKetut Kasmawati Nuka, SKM
Sub Bagian Keuangan dan PerlengkapanAndi Nuraspianti
Bidang Jaminan & Sarana Kesehatan
Andi Djohar Pettalolo, SKM
Bidang Promosi KesehatanRegulasi & Mutu Layanan
Falmah Pakas, SKM, M.Si
Bidang Pelayanan Kesehatan
Dr. Muh. Natsir, MPH
Bidang PengendalianMasalah Kesehatan
Drg. Lutfiah sahabudin, M.KM
Seksi Jaminan Kesehatan
Ani Kadir, SKM
Seksi Promosi Kesehatan
Sitti Rachmah, SKM, MSCPH
Seksi Pelayanan Kesehatan,Rujukan & Kesehatan Khusus
Diah Eka Noervana, SKM
Seksi PengendalianPenyakit
Gunawan, SKM.M.Kes
Seksi Pelayanan Sarana DanPeralatan Kesehatan
Andi Rasidah Parampasi
Seksi Regulasi & Perizinan
Ketut Kasmawati Nuka, SKM
Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi & Kesehatan Mata
Moh. Irzam,S.KM
Seksi Kesehatan Ibu & Anak
Hj. Titin Lestari, S.E., M.Kes
Seksi Kefarmasian
Rosminah, SKM
Seksi pengembangan MutuLayanan
Najmah Lasa, B. Sc
Seksi Gizi
Sitti Djaroh, SKM.M.Kes
Seksi Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Dampak
LingkunganSuanda, SKM
UPTD
Dinas Kesehatan Kota Palu Sulawesi Tengah merupakan salah satu
Instansi dibawah Pemerintah Kota Palu Sulawesi Tengah yang saat ini
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas.
a. Adapun struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Palu Sulawesi Tengah
yaitu sebagai berikut:
1) Kepala Dinas
2) Sekretaris Dinas membawahi 3 sub bagian yaitu:
a. Sub.Bag Perencanaan Program
b. Sub.Bag Keuangan dan Perlengkapan
c. Sub.Bag Tata Usaha
3) Bidang Pelayanan Kesehatan membawahi 3 seksi yaitu:
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Rujukan dan Kesehatan Khusus.
b. Seksi Kesehatan Ibu dan Anak.
c. Seksi Gizi
4) Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan membawahi 3 seksi yaitu:
a. Seksi Pengendalian Penyakit
b. Seksi Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra
c. Seksi Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Dampak
Lingkungan
5) Bidang Promosi Kesehatan, Regulasi dan Mutu Layanan membawahi
3 seksi yaitu:
a. Seksi Promosi Kesehatan
b. Seksi Regulasi dan Perizinan
11
c. Seksi Pengembangan Mutu Layanan
6) Bidang Jaminan Sarana Kesehatan membawahi 3 seksi yaitu:
a. Seksi Jaminan Kesehatan
b. Seksi Pelayanan Sarana dan Peralatan Kesehatan
c. Seksi Kefarmasian
b. Tugas Pokok dan Fungsi Tiap Bidang
1) Kepala Dinas
a) Tugas Pokok
Membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan pemerintahan dibidang pelayanan kesehatan,
pengendalian masalah kesehatan, regulasi dan mutu layanan,
jaminan sarana kesehatan serta tugas pembantuan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b) Fungsi Kepala Dinas
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Dinas
menyelenggarakan fungsi :
1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan teknis bidang
pelayanan kesehatan, pengendalian masalah kesehatan,
promosi kesehatan, regulasi dan mutu layanan serta jaminan
sarana kesehatan.
2. Penyelenggaraan pembinaan dan pengumpulan serta
pengolahan data, penyusunan rencana dan program di bidang
pelayanan kesehatan, pengendalian masalah kesehatan,
12
promosi kesehatan, regulasi dan mutu layanan serta jaminan
sarana kesehatan.
3. Pengolahan perizinan dan pelaksanaan di bidang pelayanan
kesehatan, pengendalian masalah kesehatan, promosi
kesehatan, regulasi dan mutu layanan serta jaminan sarana
kesehatan.
4. Pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan serta
evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kesehatan,
pengendalian masalah kesehatan, promosi kesehatan, regulasi
dan mutu layanan serta jaminan sarana kesehatan.
5. Penyelenggaraan ketatausahaan dan tatalaksana
6. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah
sesuai tugas pokok dan fungsi
2) Sekretaris
Sekretaris membawahi 3 sub bagian yaitu subbag perencanaan
program dan evaluasi, subbag keuangan dan perlengkapan dan
subbag tata usaha.
a) Tugas Pokok Sekretaris
Membantu Kepala Dinas dalam rangka penyusunan
program dan tugas pelayanan administrasi secara terpadu dan
terkoordinasi dengan bidang-bidang sesuai ruang lingkup tugas
satuan organisasi di lingkungan dinas.
13
b) Fungsi Sekretaris
Dalam melaksanakan tugasnya, sekretaris
menyelenggarakan fngsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan perencanaan program kerja
2. Pengelolaan keuangan dan asset
3. Pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian umum
4. Pelaksanaan urusan evaluasi dan pelaporan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai bidang tugasnya.
c) Subbag Perencanaan Program dan Evaluasi
Subbag perencanaan program dan evaluasi mempunyai
tugas pokok dan fungsi melakukan pengumpulan dan
pengolahan data, penyusunan rancangan program kerja,
pengolahan dan penyajian, menganalisa data dan informasi
bidang kesehatan monitoring dan evaluasi serta melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh atasan.
d) Subbag Keuangan dan Perlengkapan
Subbag keuangan dan perlengkapan mempunyai tugas
pokok dan fungsi melaksanakan penyusunan program kerja,
penyusunan rencana anggaran dinas, pembukuan, verifikasi,
perbendaharaan dan pengelolaan administrasi keuangan, urusan
rumah tangga dan perlengkapan dinas, serta melaksanakan tugas
lain yang diberikan oleh atasan.
14
e) Subbag Tata Usaha
Subbag tata usaha mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan penyusunan program kerja, pengolahan
administrasi kepegawaian, surat menyurat dan kearsipan,
kepustakaan dan hubungan masyarkat serta melaksanakan tugas
lain yang diberikan oleh atasan.
3) Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang pelayanan kesehatan membawahi 3 seksi yaitu seksi
pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus, seksi
kesehatan ibu dan anak dan seksi gizi.
a) Tugas Pokok Bidang Pelayanan Kesehatan
Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja,
penyimpan data dan bahan dalam rangka perumusan kebijakan
teknis, pelaksanaan pembinaan, pengawasan bidang pelayanan
kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus, kesehatan ibu
dan anak serta gizi.
b) Fungsi Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang pelayanan kesehatan memiliki fungsi untuk :
1. Penyusunan program kerja
2. Penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan
3. Pembinaan usaha pengembangan rumah sakit, poliklinik,
puskesmas, usaha peningkatan mutu kesehatan masyarakat
dan kesehatan khusus.
15
4. Pengawasan pelaksanaan usaha pengembangan upaya
kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta
kegiatan rumah sakit dan puskesmas.
5. Analisis, penilaian teknis dan usaha-usaha penyiapan sarana
pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus.
6. Penyusunan program kesehatan ibu dan anak, kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana, perbaikan gizi
masyarakat.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana serta
kesehatan usila melalui puskesmas dan rumah sakit.
8. Penyelenggaraan upaya dan peningkatan gizi masyarakat.
9. Pelaksanaan evaluasi, pengendalian da penyusunan laporan.
10. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai tugas pokok dan fungsi.
c) Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Rujukan dan Kesehatan
Khusus.
Seksi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan
khusus mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
pengumpulan dan pengolahan data penyusunan program dan
rencana kerja, pelakasaan pembinaan, pengawasan dan
pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus serta
melaksanan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
16
d) Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
Seksi Kesehatan ibu dan anak mempunyai tugas pokok
dan fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data,
penyusunan program dan rencana kerja, penyiapan bahan dalam
rangka perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan ibu dan
anak, dalam melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
atasan.
e) Seksi Gizi
Seksi gizi mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, penyusunan
program dan rencana kerja, penyiapan bahan dalam rangka
perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengawasan dan
pengembangan upaya-upaya penyelengaraan perbaikan gizi
masyarakat, serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
atasan.
4) Bidang Pengendalian Masalah kesehatan
Bidang pengendalian masalah kesehatan membawahi 3 seksi
yaitu seksi pengendalian penyakit, seksi surveillans epidemiologi,
imunisasi dan kesehatan mata dan seksi lingkungan dan
pengendalian dampak lingkungan.
a) Tugas Pokok Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja,
peyiapan data dan bahn dalam rangka perumusan kebijakan
17
teknis, pelaksanaan pembinaan, pengawasan bidang
pengendalian masalah kesehatan.
b) Fungsi Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
Bidang pengendalian masalah kesehatan melakukan
fungsinya sebagai berikut :
1. Penyusunan program kerja
2. Penyelengaraan penyiapan rancangan perumusan kebijakan
teknis di bidang pengendalian masalah kesehatan.
3. Penyelenggaraan penyusunan data base.
4. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
masalah kesehatan.
5. Pelaksaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
6. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai tugas pokok dan fungsi.
c) Seksi Pengendalian Penyakit
Seksi pengendlian penyakit mempunyai tugas pokok dan
fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data
peyusunan program serta rencana kerja, pelaksanaan pembinaan,
pengawasan dan pelayanan bidang pengendalian penyakit serta
melaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
d) Seksi Surveillans Epidemiologi, Imunisasi dan kesehatan Matra
Seksi surveillans epidemiologi, imunisasi dan kesehatan
matra mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
18
pengumpulan dan pengolahan data penyusunan program serta
rencana kerja, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan bidang
surveillans epidemiologi, imunisasi dan kesehatan matra serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
e) Seksi Lingkungan dan Pengendalian Dampak lingkungan
Seksi lingkungan dan pengendalian dampak lingkungan
mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan pengumpulan
dan pengolahan data penyusunan program serta rencana kerja,
pelaksanaan pembinaan, pengawasan kesehatan lingkungan dan
pengendalian dampak lingkungan serta melaksanakan tugas lain
yang diberikan oleh atasan.
5) Bidang Promosi kesehatan, Regulasi dan Mutu Layanan
Bidang promosi kesehatan, regulasi dan mutu pelayanan
membawahi tiga seksi yaitu seksi promosi kesehatan, seksi regulasi
dan perizinan, seksi pengembagan mutu layanan.
a) Tugas Pokok Bidang Promosi Kesehatan, Regulasi dan Mutu
Layanan
Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja,
penyiapan data dan bahan dalam rangka perumusan kebijakan
teknis, pelaksanaan pembinaan, pengawasan bidang promosi
kesehatan, regulasi dan mutu layanan.
19
b) Fungsi Bidang Promosi Kesehatan, Regulasi dan Mutu Layanan
Bidang promosi kesehatan, regulasi dan mutu layanan
melakukan fungsinya sebagai berikut:
1. Penyusunan program kerja
2. Penyelenggaran penyiapan rancangan perumusan kebijakan
teknis di bidang promosi kesehatan, regulasi dan mutu
layanan.
3. Penyelengaraan penyusunan data base
4. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
bidang promosi kesehatan, regulasi dan mutu layanan.
5. Pelaksanan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
6. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai tugas pokok dan fungsi.
c) Seksi Promosi Kesehatan
Seksi promosi kesehatan mempunyai tugas pokok dan
fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data
penyusunan program serta rencana, pelaksanaan pembina,
pengawasan dan pelayanan promosi kesehatan, regulasi dan
mutu layanan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
atasan.
d) Seksi Regulasi dan Perizinan
Seksi regulasi dan perizinan mempunyai tugas pokok dan
fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data,
20
penyusunan program dan rencana kerja, pelaksanaan pembinaan
dan pengawasan, penerbitan bidang regulasi dan perizinan serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
e) Seksi Pengembangan Mutu Layanan
Seksi pengembangan mutu layanan mempunyai tugas
pokok dan fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan
data penyusunan program rencana kerja, pelaksanaan pembinaan
pengawasan dan pembangunan mutu layanan serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
6) Bidang Jaminan Sarana Kesehatan
Bidang jaminan sarana kesehatan, seksi pelayanan sarana dan
peralatan kesehatan dan seksi kefarmasian.
a) Tugas Pokok Bidang Jaminan Sarana Kesehatan
Melaksanakan penyusunan rencana program kerja,
penyiapan data dan bahan dalam rangka perumusan kebijakan
teknis, pelaksanaan pembinaan, pengawasan bidang jaminan
sarana kesehatan.
b) Fungsi Bidang Jaminan Sarana Kesehatan
Bidang promosi kesehatan, regulasi dan mutu layanan
melakukan fungsinya sebagai berikut :
1. Penyusunan program kerja.
2. Penyelenggaraan penyiapan rancangan perumusan kebijakan
teknis di bidang jaminan kesehatan.
21
3. Penyelenggaraan penyusunan data base.
4. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
bidang jaminan sarana kesehatan.
5. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
6. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai tugas pokok dan fungsi.
c) Seksi Jaminan Kesehatan
Seksi jaminan kesehatan mempunyai tugas pokok dan
fungsi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data
penyusunan program dan rencana kerja, pelaksanaan
pembinaan, pengawasan dan penyelenggaraan jaminan
kesehatan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
atasan.
d) Seksi Pelayanan Saran dan Peralatan Kesehatan
Seksi pelayanan saran dan peralatan kesehatan mempunyai
tugas pokok dan fungsi melaksanakan pengumpulan dan
pengolahan data, penyusunan program rencana kerja,
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, pelayanan sarana dan
peralatan kesehatan serta melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh atasan.
e) Seksi Kefarmasian
Seksi kefarmasian mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data penyusunan
22
program dan renca kerja, pelaksanaan pembinaan, penyuluhan,
pengumpulan bahan pelaksanaan pengawasan, distribusi dan
rencana kebutuhan obat-obat serta melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh atasan.
2.5 Sumber Daya Dinas Kesehatan
2.5.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya tenaga kesehatan yang bekerja pada Dinas
Kesehatan Kota Palu termasuk UPTD sebanyak 586 orang yang
terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan tingkat pendidikan serta
ditempatkan sesuai keahlian yang dimiliki.
Tabel 2.5.1 Jumlah Pegawai Dinas Kesehatan Kota Palu
No Unit/PTDJenis Kelamin Jumla
hKeterangan
Laki-laki Perempan
1. Dinkes Kota Palu 21 59 80
2. UPTD
1. Puskesmas Tawaeli 7 31 38
2. Puskesmas Pantoloan 9 29 38
3. Puskesmas Mamboro 7 20 27
4. Puskesmas Talise 14 37 51
5. Puskesmas Singgani 5 56 61
23
6. Puskesmas Kawatuna 4 34 38
7. Puskesmas Birobuli 7 37 44
8. Puskesmas
Mabelopura 8 41 49
9. Puskesmas Bulili 2 38 40
10.Puskesmas Kamonji 5 51 56
11.Puskesmas Sangurara 5 30 35
12.Puskesmas Tipo 3 20 23
13.Gudang Farmasi 3 3 6
Jumlah 100 486 586
Berdasarkan tingkat pendidikan pegawai Dinas Kesehatan Kota
Palu umumnya berasal dari latar belakang pendidikan kesehatan yaitu
sekitar 97,78% , lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 2.5.2 Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Kesehatan Kota Palu
24
NO Tingkat Pendidikan Jumlah %
1. SD 0 0
2. SLTP 0 0
3. SMU Sederajat 125 23,33
4. D1 Kesehatan 151 25,77
5. D3 Kesehatan 190 32,42
6. D3 Non Kesehatan 2 0,34
7. S1 Kesehatan 61 10,41
8. S1 Non Kesehatan 11 1,88
9. S2 Kesehatan Masyarakat 4 0,68
10. S2 Non Kesehatan 1 0,17
11. Dokter/Dokter Gigi 41 7,00
Jumlah 586 100
2.5.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pada bagian ini diuraikan tentang sarana dan prasarana
kesehatan sebagai penunjang pelayanan kesehatan diantaranya
Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya.
1. Puskesmas
Sejak Tahun 2001 s/d Tahun 2010 jumlah Puskesmas yang
ada di Kota Palu sebanyak 12 (dua belas) buah yang terdiri dari 11
(sebelas) unit Puskesmas non perawatan dan 1 (satu) unit
Puskesmas perawatan. Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk
25
pada Tahun 2010 adalah 3,83 yang berarti bahwa pada Tahun 2010
setiap Puskesmas melayanai sekitar 26.098 jiwa penduduk.
2. Rumah Sakit
Perkembangan Rumah Sakit dapat diketahui melalui
perkembangan fasilitas perawatan yang diukur dengan jumlah RS
dan sarana penunjangnya, yaitu tempat tidur dan rasionya terhadap
penduduk.
Tabel 2.5.3 Jumlah RS dan Jumlah TT di Kota Palu Tahun 2010
No Jenis RS Jumlah TT Rasio TT/10.000
Penduduk
1. RS Umum 9 1.043 33,04
2. RS Bersalin 5 88 2,81
3. RS Khusus 1 25 0,80
3. Sarana Kesehatan Lainnya
Dalam mencari pelayanan kesehatan, selain ke Puskesmas
dan RS, masyarakat juga mengnjungi Balai Pengobatan/Poliklinik
dan praktek dokter swasta serta sarana farmasi (apotek, toko obat,
dll). Pada Tahun 2010 sarana farmasi yang ada di Kota Palu terdiri
dari 28 sarana toko obat, dan 86 sarana apotek. Selain itu terdapat
367 sarana praktek swasta yang terdiri dari 67 praktek dokter
spesialis, 111 praktek dokter umum, 1 praktek dokter gigi spesialis,
34 praktek dokter gigi dan 154 praktek bidan. Keberadaan sarana
farmasi dan praktek dokter maupun praktek bidan tersebut sangat
26
membantu jangkauan pelayanan kesehatan sehingga masyarakat
dapat memilih fasilitas pelayanan kesehatan sesuai keinginannya
khususnya bagi masyarakat yang tidak dapat berkunjung ke
Puskesmas atau RS.
BAB III
ANALISIS SITUASI KHUSUS
27
3.1 Analisis Situasi Seksi Gizi
Bidang pelayanan kesehatan membawahi tiga seksi di dalamnya yaitu
seksi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus, seksi
kesehatan ibu dan anak, dan seksi gizi. Setiap seksi memiliki tugas dan
kewajiban masing-masing. Untuk seksi gizi bertanggung jawab mengenai
program perbaikan gizi masyarakat.
Program perbaikan gizi masyarakat merupakan bagian integral dari
program kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan
derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, program perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis
dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian upaya
terus-menerus mulai dari perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas,
penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang
tepat serta kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan
diberbagai tingkat administrasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
bidang kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran
pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek
menjadi setingi-tingginya 32%. Untuk mencapai sasaran RPJMN tersebut,
dalam rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8
indikator kinerja, yaitu : (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita
ditimbang berat badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu
28
KEPALA BIDANGdr. Muh. Natsir, MPH
KEPALA SEKSI GIZISiti Djaroh SKM, M.Kes
STAF
Raodah Pettalolo, SKM
Suhartono Muh. Pratono, SKM
Febriyanti Lataha, SKM
Dian Nur Ilam M., SKM
(ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beryodium;
(5) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90
tablet Fe; (7) melaksanakan surveilans gizi; (8) penyediaan stok cadangan
(buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah
bencana.
3.2 Struktur Organisasi Seksi Gizi
BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS BAHASAN
29
4.1 Identifikasi
Bidang pelayanan kesehatan khususnya seksi gizi memiliki program
yang diarahkan untuk menyelenggarakan upaya perbaikan dan
meningkatkan status gizi masyarakat terutama usaha pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi, khususnya masalah Kurang Energi Kronik
(KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan anemia ibu hamil. Dalam upaya
peningkatan status gizi masyarakat, baik usaha pencegahan maupun
penanggulangan masalah gizi, ditetapkan 8 indikator kinerja sebagai bentuk
Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2010-2014 , yaitu :
1. Balita ditimbang berat badannya (D/S)
2. Balita gizi buruk mendapat perawatan
3. Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
4. Bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif
5. Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
6. Rumah tangga mengonsumsi garam beryodium
7. Melaksanakan surveilans gizi
8. Penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana.
Untuk mencapai target dari 8 indikator tersebut, seksi gizi Dinas
Kesehatan Kota dalam pelaksanaannya dibantu oleh seluruh puskesmas
yang ada di kota Palu. Setiap puskesmas memiliki tanggung jawab terhadap
kelurahan yang berada di wilayah kerja masing-masing. Hasil capaian dari 8
indikator kinerja aksi pembinaan gizi kemudian dilaporkan setiap bulannya
30
oleh puskesmas kepada Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Palu untuk
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi sebagai laporan
perbaikan gizi untuk wilayah Kota Palu.
4.2 Prioritas
Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa usaha pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi dikhususkan pada masalah Kurang Energi
Protein (KKP), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan anemia ibu hamil.
Olehnya dalam upaya perbaikan gizi tidak hanya memerlukan penanganan
lintas sektor yang terkait, tetapi juga diperlukan dukungan politis secara
nasional.
Pemerintah telah mengupayakan cara untuk menangani masalah gizi
buruk yaitu pemberian makanan tambahan dan didirikannya pusat
pemulihan balita gizi buruk yaitu Therapeutic Feeding Center. Akan tetapi
keberadaan pusat pemulihan tersebut belum dapat memberikan hasil
intervensi kasus gizi sesuai dengan harapan karena belum dimanfaatkan
secara maksimal, masih banyak keluarga yang enggan membawa anaknya
untuk dirawat di TFC dengan berbagai alasan.
Permasalahan gizi buruk sebagian besar berasal dari keluarga kurang
mampu dengan pengetahuan yang kurang terutama pengetahuan ibu tentang
pola asuh dan pemberian makan sehingga tidak dapat mempertahankan
status gizi balita. Standar Pelayanan Minimal (SPM) mengamanatkan bahwa
seluruh gizi buruk harus mendapat penanganan 100% baik secara rawat inap
maupun rawat jalan atau perawatan di rumah. Hal inilah yang menyebabkan
31
angka kasus gizi buruk selama 3 tahun terakhir meningkat dan selanjutnya
akan menjadi prioritas pembahasan dalam penulisan laporan ini.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
5.1 Hasil
Tabel 5.1.1 Gambaran Jumlah Kasus Gizi Buruk Kota Palu Kurun
Waktu 3 Tahun Dari Tahun 2004 S/D 2013
UraianTahun
2011 2012 2013
Jumlah Kasus Gizi Buruk Kota Palu 47 63 63
Persentase (%) 0,19 0,22 0,21
Tabel 5.1.1 Jumlah Kasus Gizi Buruk Kota Palu Tahun 2012
No PuskesmasJumlah Kasus Gizi Buruk
L P Jumlah
1 Pantoloan 5 10 15
2 Tawaeli 0 3 3
3 Mamboro 1 4 5
4 Talise 0 0 0
5 Singgani 2 1 3
6 Kamonji 0 2 2
7 Sangurara 1 3 4
8 Tipo 1 4 5
9 Kawatuna 2 2 4
10 Birobuli 2 7 9
11 Mabelopura 6 5 11
12 Bulili 2 0 2
Kota Palu 31 32 63
Tabel 5.1.3 Jumlah Kasus Gizi Buruk Kota Palu Tahun 2013
No PuskesmasJumlah Kasus Gizi Buruk
L P Jumlah
1 Pantoloan 3 2 5
33
2 Tawaeli 1 0 1
3 Mamboro 0 0 0
4 Talise 1 2 3
5 Singgani 9 7 16
6 Kamonji 4 4 8
7 Sangurara 2 1 3
8 Tipo 1 1 2
9 Kawatuna 1 0 1
10 Birobuli 3 9 12
11 Mabelopura 6 6 12
12 Bulili 0 0 0
Kota Palu 31 32 63
5.2 Pembahasan
Gizi buruk adalah kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan/atau menderita sakit
dalam kurun waktu lama. Hal ini ditandai dengan status gizi sangat kurus
(menurut BB terhadap TB) yaitu < -3 SD, LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59
bulan dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor.
UNICEF (1988) menyatakan bahwa gizi kurang dipengaruhi oleh
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab kurang
gizi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
34
Ada beberapa kriteria anak gizi buruk, yaitu gizi buruk tanpa
komplikasi dan gizi buruk dengan komplikasi. Gizi buruk tanpa komplikasi
memiliki tanda-tanda, yaitu terlihat sangat kurus, adanya edema, BB/TB < -
3 SD dan LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan. Apabila terdapat anak
gizi buruk yang memiliki tanda-tanda seperti gizi buruk tanpa komplikasi
maka anak tersebut hanya perlu diberikan penanganan secara rawat jalan.
Gizi buruk dengan komplikasi memiliki tanda-tanda seperti gizi buruk
tanpa komplikasi namun disertai dengan salah satu atau lebih dari tanda
komplikasi medis seperti Anokresia, Pneumonia, Anemia berat, Dehidrasi
berat dan penurunan kesadaran. Apabila terdapat anak gizi buruk yang
memiliki tanda-tanda seperti diatas maka anak anak tersebut perlu diberikan
penanganan secara rawat inap di Rumah Sakit, Puskesmas Perawatan, Pusat
Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Fedding Center (TFC). Hal ini
dilakukan agar anak tersebut mendapat perawatan yang lebih intensif
35
sehingga keadaan anak tersebut membaik dan komplikasi yang diderita
dapat segera sembuh.
Pada tahun 2013 jumlah balita gizi buruk tertinggi yaitu terdapat di
puskesmas Singgani dan
Angka kejadian kasus gizi buruk di Kota Palu meningkat karena
beberapa faktor, yaitu karena rendahnya tingkat sosial ekonomi keluarga,
rendahnya tingkat pendidikan dan terutama tingkat pengetahuan ibu yang
kurang tentang pola asuh dan pemberian makan sehingga tidak dapat
mempertahankan status gizi anak.
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi
Posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan
dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tatalaksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan
Rumah Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan
masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) (Depkes, 2008).
Upaya untuk penanggulangan kasus gizi buruk perlu kepedulian
berbagai sektor sehingga akar masalah dapat diselesaikan, misalnya
menciptakan lapangan kerja bagi kepala keluarga sehingga keluarga
memiliki daya beli yang cukup untuk memenuhi ketersediaan pangan
keluarga. Selain sektor terkait, dibutuhkan pula peran lembaga sosial
kemasyarakatan (PKK, LSM) tokoh masyarakat, tokoh agama untuk
36
melakukan koordinasi dalam penemuan kasus gizi buruk di wilayah
setempat serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya melalui
posyandu agar penurunan status gizi yang terjadi dapat segera dicegah dan
segera ditangani.
Menurut Moehji (2003), penanggulangan gizi buruk dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1. Pemeliharaan gizi pada masa prenatal.
2. Pengawasan tumbuh kembang anak sejak lahir.
3. Pencegahan dan penanggulangan dini penyakit infeksi melalui imunisasi
dan pemeliharaan sanitasi.
4. Pengaturan makanan yang tepat dan benar.
5. Pengaturan jarak kelahiran.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tujuan utama yang harus dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Palu adalah
meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat di Kota Palu. Adapun
sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota Palu yaitu
Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya. Puskesmas yang
37
ada di Kota Palu sebanyak 12 (dua belas) buah yang terdiri dari 11
(sebelas) unit Puskesmas non perawatan dan 1 (satu) unit Puskesmas
perawatan. Rumah Sakit yang ada di Kota Palu yaitu terdiri dari rumah
sakit umum sebanyak 9 buah, rumah sakit bersalin 5 buah, dan rumah
sakit khusus 1 buah. Sedangkan sarana kesehatan lainnya, pada tahun
2010 sarana farmasi yang ada di Kota Palu terdiri dari 28 sarana toko
obat, dan 86 sarana apotek. Selain itu terdapat 367 sarana praktek swasta
yang terdiri dari 67 praktek dokter spesialis, 111 praktek dokter umum, 1
praktek dokter gigi spesialis, 34 praktek dokter gigi dan 154 praktek
bidan.
2. Bidang pelayanan kesehatan membawahi tiga seksi di dalamnya yaitu
seksi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus, seksi
kesehatan ibu dan anak, dan seksi gizi. Seksi gizi seksi gizi memiliki
program yang diarahkan untuk menyelenggarakan upaya perbaikan dan
meningkatkan status gizi masyarakat terutama usaha pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi, khususnya masalah Kurang Energi Kronik
(KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan anemia ibu hamil.
3. Dalam kurun waktu 3 tahun angka kejadian kasus gizi buruk meningkat.
Hal ini karena beberapa faktor, yaitu karena rendahnya tingkat sosial
ekonomi keluarga, rendahnya tingkat pendidikan dan terutama tingkat
pengetahuan ibu yang kurang tentang pola asuh dan pemberian makan
sehingga tidak dapat mempertahankan status gizi anak.
38
4. Gizi buruk merupakan masalah yang harus ditangani dengan serius.
Beberapa upaya dalam menangani kasus gizi buruk yaitu dengan adanya
kepedulian berbagai sektor sehingga akar masalah dapat diselesaikan,
misalnya dengan menciptakan lapangan kerja bagi kepala keluarga
sehingga keluarga memiliki daya beli yang cukup untuk memenuhi
ketersediaan pangan keluarga. Selain sektor terkait, dibutuhkan pula
peran lembaga sosial kemasyarakatan (PKK, LSM) tokoh masyarakat,
tokoh agama untuk melakukan koordinasi dalam penemuan kasus gizi
buruk di wilayah setempat serta memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya melalui posyandu agar penurunan status gizi
yang terjadi dapat segera dicegah dan segera ditangani.
6.2 Saran
Dalam rangka menangani masalah gizi buruk sebaiknya dilakukan
kerjasama dan peran dari berbagai sektor agar akar masalah dapat
diselesaikan sehingga dapat meningkatkan status gizi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Profil Dinas Kesehatan Kota. Palu.
Anonim, 2012, Laporan Tahunan Program Gizi Dinas Kesehatan Kota, Palu.
Anonim, 2013, Laporan Tahunan Program Gizi Dinas Kesehatan Kota, Palu.
Anonim, 2014, Buku Pedoman Magang Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako, PSIKM FKIK UNTAD Palu.
39
Depkes, 2008, Pedoman Respon Cepat Penganggulangan Gizi Buruk, Depkes RI, Jakarta.
Moehji, Sjahmien., 2003, Ilmu Gizi Jilid II Penanggulangan Gizi Buruk, Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Supariasa, 2013, Penilaian Status Gizi, Kedokteran EGC, Jakarta.
40