laporan kasus fix

37
BAB II PERMBAHASAN 2.1. DEFINISI (1,2,7,8,12) Presentasi Kaki merupakan letak memanjang dengan kaki sebagai bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan kaki berada di bagian bawah kavum uteri, presentasi kaki sendiri merupakan bagian dari presentasi bokong 2.2. EPIDEMIOLOGI (6,11) Presentasi bokong biasanya ditemukan kira-kira 3-4 % kelahiran bayi tunggal. Antara tahun 1990-1999 ditemukan sekitar 3,5% diantara 136.256 bayi tunggal yang lahir di Parkland Hospital di Texas AS. GreenHill melaporkan 4-4,5%, jumlah kasus yang ditemui di Belanda sekitar 2-3%, sedangkan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan ditemukan frekuensi 4,4% dan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%. 2.3. ETIOLOGI (2,3,4,5,7,12) Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu, jumlah air ketuban yang banyak sehingga memungkinkan bagi janin untuk bergerak dengan leluasa. Janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letak lintang atau letak sungsang. Namun pada kehamilan triwulan ketiga seiring dengan berkembangnya janin semakin besar sehingga air ketuban relatif berkurang, bokong akan dipaksa untuk menempati Page 1

Upload: woelandika-poetri

Post on 15-Jan-2016

292 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

acd

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Fix

BAB II

PERMBAHASAN

2.1. DEFINISI(1,2,7,8,12)

Presentasi Kaki merupakan letak memanjang dengan kaki sebagai bagian yang

terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan kaki berada di bagian bawah kavum

uteri, presentasi kaki sendiri merupakan bagian dari presentasi bokong

2.2. EPIDEMIOLOGI(6,11)

Presentasi bokong biasanya ditemukan kira-kira 3-4 % kelahiran bayi tunggal. Antara

tahun 1990-1999 ditemukan sekitar 3,5% diantara 136.256 bayi tunggal yang lahir di

Parkland Hospital di Texas AS. GreenHill melaporkan 4-4,5%, jumlah kasus yang ditemui di

Belanda sekitar 2-3%, sedangkan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan ditemukan frekuensi

4,4% dan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%.

2.3. ETIOLOGI(2,3,4,5,7,12)

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan

didalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu, jumlah air ketuban yang banyak

sehingga memungkinkan bagi janin untuk bergerak dengan leluasa. Janin dapat menempatkan

diri pada presentasi kepala, letak lintang atau letak sungsang. Namun pada kehamilan

triwulan ketiga seiring dengan berkembangnya janin semakin besar sehingga air ketuban

relatif berkurang, bokong akan dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus

uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan kurang bulan presentasi

bokong lebih sering terjadi, sedangkan pada hamil cukup bulan dapat dipengaruhi faktor lain.

Faktor-faktor predisposisi pada persentasi bokong diluar usia gestasi adalah relaksasi

uterus yang disebabkan oleh multiparitas, hamil kembar, massa pelvis yang menghalangi

(misalnya fibroid, kista ovarium), hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul

sempit, prematuritas. Kadang-kadang presentasi bokong disebabkan oleh kelainan uterus dan

kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat

menyebabkan presentasi bokong, karena plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus

Page 1

Page 2: Laporan Kasus Fix

2.4. JENIS – JENIS PRESENTASI BOKONG (5,6,7,8,9,12)

Presentasi bokong sempurna (complete breech) : Fetus berada dalam posisi duduk

dalam jalan lahir tetapi bokong masih merupakan bagian terbawah. Seluruh anggota

gerak janin fleksi sempurna (tungkai dan lutut fleksi)

Presentasi bokong murni (frank breech) : Bagian terbawah (Presenting part) dari fetus

adalah bokong, kedua tungkai dalam fleksi dan sejajar toraks (lutut ekstensi).

Presentasi kaki (footlink breech / incomplete breech) : Salah satu atau kedua kaki

lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan menjadi bagian pertama yang

lahir. Varian presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit, kaki komplit, kaki

inkomplit, dan lutut.

2.5. DIAGNOSIS(1,2,6,7,8,9,10,12)

Pemeriksaan abdominal

Presentasi bokong biasanya dapat ditemukan sepanjang kunjungan prenatal rutin

ketika bidan atau dokter melakukan palpasi luar pada abdomen ibu. pada pemeriksaan luar

dengan perasat leopold I, kepala janin yang keras dan bulat dapat diraba menempati bagian

fundus uteri. Perasat Leopold II, menunjukkan punggung berada pada satu sisi abdomen dan

bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat Leopold III, bokong janin teraba

bulat dan lunak, bila engagement belum terjadi, diameter intertrokterika panggul janin belum

melewati pintu atas panggul, bokong janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul.

Setelah terjadi engagement, parasat leopold IV menunjukkan posisi bokong yang mapan

Page 2

Page 3: Laporan Kasus Fix

dibawah simfisis. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain

dari pada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa

lebih banyak di bagian bawah. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada

daerah setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus.

Pemeriksaan dalam

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena

misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka

diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila ketuban sudah pecah dapat

diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas

iskiadika dan anus. Bila teraba kaki maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat

tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari

lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.

Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadika, sakrum maupun anus

biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genitalia eksterma dapat dikenali.

Terutama pada partus lama, bokong dapat sangat membengkak sehingga menyebabkan

kesulitan untuk membedakan muka dengan bokong. Anus bisa dikira mulut, dan tuberositas

iskhiadika dapat disangka tulang pipi. Namun, dengan pemeriksaan yang cermat kesalahan

tersebut dapat dihindari karena jari tangan pemeriksa akan menghadapi tahanan otot pada

anus, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan teraba tulang rahang lebih keras

dan kurang kenyal serta elveola tanpa ada hambatan. Selanjutnya, ketika jari tangan

dikeluarkan dari anus, kadang-kadang jari tangan tersebut berlumuran mekoneum. Mulut dan

kedua tonjolan tulang tulang pipi akan membentuk bangunan segitiga, sedangkan tuberosias

iskhiadika dan anus akan membentuk satu garis lurus. Akan tetapi, petunjuk yang lebih tepat

bisa diperoleh berdasarkan lokasis sakrum dan prosesus spinosus, yang dapat menegakkan

diagnosis tentang posisi dan macamnya. Pada presentasi bokong sempurna, kedua kaki dapat

diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi kaki hanya teraba satu kaki disamping

bokong. Pada presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat ditentukan berdasarkan

hubungannya dengan ibu jari kaki.

Chasen dan D’ Anggelo (2000) melaporkan nilai prediktif positif sebesar 80% dan

nilai prediktif negatif sebesar 98,5 % dari pemeriksaan abdominal dan vaginal toucher untuk

mendiagnosis presentasi bokong pada minggu ke-35 hingga 37.

Page 3

Page 4: Laporan Kasus Fix

2.6. TEHNIK PENCITRAAN(1,2,6,12)

USG digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan untuk

mengindentifikasi adanya anomali janin. Bruck dan sherer (1997) menggunakan USG

intrapartum untuk mendeteksi leiomioma besar pada segmen bawah uterus. Apabila

persalinan direncanakan dengan sectio sesarea, pemeriksaan sinar x tidak diindikasikan.

Namun, bila dipertimbangkan untuk melahirkan pervaginam, tipe presentasi bokong

merupakan hal yang penting diperhatikan. Teknik pencitraan dengan pelvimetri CT Scan atau

MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang

tipe presentasi bokong, ada tidaknya fleksi kepala bayi, dan pengukuran panggul secara

akurat. Namun, peran pelvimetri radiologik dalam menentukan persalinan sungsang masih

menjadi sangat kontroversial.

2.7. PENATALAKSANAAN

2.7.1. Penanganan Dalam Kehamilan(2,6,11,12,13,14)

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi pada waktu

persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong

menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi atau akupuntur, dan posisi dada lutut

(knee-chest position) pada ibu. Tapi baru tindakan versi luar yang direkomendasikan.

Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada umur

kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya presentasi bokong mulai umur kehamilan

34 minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan melakukan tindakan versi luar.

Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan

manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi janin menjadi presentasi kepala.

Prosedur versi luar cukup aman dan efektif. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah

Page 4

Page 5: Laporan Kasus Fix

bradikardia janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat,

perdarahan fetomaternal dengan kemungkinan sensitisasi, dan ketuban pecah dini. Kejadian

bedah sesar atas indikasi gangguan denyut jantung janin (non-reassuring) atau solusio

plasenta setelah versi luar < 1%. Tingkat keberhasilannya 50-70%. Oleh karena keamanan

dan efektivitasnya, dianjurkan agar semua perempuan dengan presentasi selain kepala yang

memenuhi persyaratan pada umur kehamilan mendekati saat cukup bulan diberi tawaran

untuk dilakukan versi luar. Keadaan yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar

adalah perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak plasenta, dan morfologi janin normal.

Kontraindikasi dilakukan versi luar adalah semua keadaan kontraindikasi persalinan

vaginal. Terdapat pula kontraindikasi yang sifatnya relatif yaitu ketuban pecah dini,

oligohidramnion perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya, atau dalam persalinan kala

I fase aktif. Meskipun memiliki tngkat keberhasilan yang setara dengan perempuan tanpa

riwayat bedah sesar, keamanan versi luar pada perempuan dengan riwayat bedah sesar masih

belum cukup didukung bukti.

Umur kehamilan terbaik melakukan versi luar belum begitu jelas. Pada dasarnya

semakin tua umur kehamilan, akan semakin kecil tingkat keberhasilannya. Pada umumnya,

versi luar efektif dilakukan pada umur kehamilan 34-36 minggu. Versi luar juga dapat

dilakukan sebelum umur kehamilan 34 minggu, tetapi kemungkinan untuk kembali lagi

menjadi presentasi bokong cukup besar, dan apabia terjadi komplikasi yang mengharuskan

dilahirkannya dengan segera, maka morbiditas karena prematuritasnya masih tinggi. Versi

luar dapat dipertimbangkan untuk diulang bila sebelumnya gagal atau sudah berhasil tetapi

kembali menjadi presentasi bokong, proses versi luar dapat dipermudah dan rasa tidak

nyaman bagi pasien dapat dikurangi dengan penggunaan tokolitik yaitu terbutalin 0,125-0,25

mg subukutan.

Dianjurkan untuk melakukan versi luar di tempat yang memiliki fasilitas melakukan

bedah sesar emergensi. Informed consent diperoleh setelah memberikan konseling yang

berisi informasi tentang kemungkinan komplikasi, pilihan lain, prognosis, dan bagaimana

prosedur dilakukan. Pemeriksaan NST (non-stress test) perlu dilakukan sebelum dan sesudah

prosedur dilakukan.

Untuk melakukan versi luar, mula-mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan

lateral sedikitnya sebesar 90. Dengan langkah ini biasanya kepala akan bergerak 90 ke arah

yang berlawanan dengan bokong. Setelah ini dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan

bokong untuk mengarahkan kepala ke arah kaudal dan bokong ke arah kranial. Apabila

Page 5

Page 6: Laporan Kasus Fix

digunakan tokolitik pemberiannya antara 5-10 menit sebelum prosedur dilakukan. Dalam satu

kali sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih dari dua kali upaya versi luar.

Apabila versi luar belum berhasil dapat diulang pada sesi berikutnya, tergantung umur

kehamilan dan keadaan persalinan pada waktu itu.

2.7.2. Penanganan Dalam Persalinan (2,3,5,6,9,10,14)

A. Persalinan Pervaginam

Syarat – syarat persalinan pervaginam :

Panggul adekuat

Presentasi bokong sempurna (Frank breech)

Berat badan janin < 3500 gram,

Kehamilan aterm

Kepala janin fleksi

Pemeriksaan USG untuk mengestimasi berat badan janin, fleksi kepala janin

kelainan kongenital

Tidak ada lilitan tali pusat di leher janin

Syarat Pimpinan Meneran Kala II Pada Persalinan Letak Sungsang :

- Pembukaan lengkap

- Bokong di Hodge III atau lebih

- Ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap

- Hati-hati prolaps tali pusat

- Hati-hati "aftercoming head

- Tersedia forcep (cunam) Piper

- Operator yang kompeten dalam menolong persalinan sungsang dan dapat

melakukan

- penanganan komplikasi.

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan

pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Spontan secara Bracht

b. Manual aid (ekstraksi parsial)

c. Ekstraksi total

Page 6

Page 7: Laporan Kasus Fix

a. Persalinan Spontan (spontaneous breech)

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara

BRACHT :

Tahap Pertama : Fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus.

Tahap Kedua : Fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut, fase di mana

bayi harus dilahirkan cepat karena talipusat dapat terjepit

oleh kepala bayi.

Tahap Ketiga : Fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala. Kepala

harus dilahirkan lambat untuk menghindari terjadinya

perdarahan intrakranial (rupturatentorium cerebelli) akibat

dekompresi yang

mendadak.

Setelah bokong lahir, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu. Kemudian bokong

dicengkram dan melakukan hiperlordosis pada bagan janin guna mengikuti gerakan rotasi

anterior, yaitu punggung janin didekatkan keperut ibu. Penolong hanya mengikuti

gerakan tersebut tanpa melakukan tarikan. Bersamaan dengan itu dilakukan ekspresi

Kristeller, maksud tindakan ini adalah :

- Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera diselesaikan

- Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.

- Menghindari terjadi ruang kosong antara fundus uteri dengan kepala janin, sehingga

tidak terjadi lengan menjungkit.

Keuntungan :

Tangan penolong tidak masuk jalan lahir, sehingga mengurangi resiko infeksi

Mendeketi persalinan fisiologik, mengurangi trauma pada janin.

Page 7

Page 8: Laporan Kasus Fix

Kerugian :

5-10% mengalami kegagalan

Tidak dilakukan pada janin besar, jalan lahir kaku (primigravida), nuchal arm

(lengan menunjuk), Ekstended arm (lengan menjungkit)

b. Manual Aid (partial breech extraction, asisted breech delivery)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan

tenaga penolong.

Indikasi :

1. Bila pertolongan cara Bracht gagal

2. Dari subjek semula direncanakan pertolongan dengan manual aid

Tahap dalam manual aid

1) Tahap Pertama : Lahirnya bokong sampai umbilikus, dengan kekuatan ibu

sendiri

2) Tahap Kedua : Lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong baik

secara klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.

3) Tahap Ketiga : Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie),

Najouks, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik atau

dengan cunam piper.

Cara melahirkan bahu dan lengan

1. Cara klasik

Prinsip melahirkan bahu dan

lengan secara klasik ini melahirkan

lengan belakang lebih dulu karena

lengan belakang berada di ruang

yang luas (sacrum), kemudian

melahirkan lengan depan yang

berada di bawaah simpisis.

Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya

dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.

Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan

dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti

kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah

Page 8

Page 9: Laporan Kasus Fix

mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin

diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga

punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan

dilahirkan. Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada

semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi

didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat

manimbulkan infeksi.

2. Cara Mueller

Prinsip melahirkan bahu dan

lengan secara Mueller ialah

melahirkan bahu dan lengan

depan lebih dulu dengan

ekstraksi, baru kemudian

melahirkan bahu dan lengan

belakang.

Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong

diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari

lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh

mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan

dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan

janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam

jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

3. Cara lovset

Prinsip melahirkan persalinan secara

Lovset ialah memutar badan janin dalam

setengah lingkaran bolak-balik sambil

dilakukan traksi curam ke bawah

sehingga bahu yang sebelumnya berada

di belakang akhirnya lahir dibawah

simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

Page 9

Page 10: Laporan Kasus Fix

Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak

sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada

sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.

4. Cara Bickhenbach

Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.

Cara melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)

1. Cara Mauriceau

Tangan penolong yang sesuai dengan muka

janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari

tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari

telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa

kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.

Badan anak diletakkan diatas lengan bawah

penolong seolah-olah janin menunggang kuda.

Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari

punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil

seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh

penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput

tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai

hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun

besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

2. Cara Naujoks

Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak

dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher

janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten

mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena

menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik

Page 10

Page 11: Laporan Kasus Fix

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat

sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram

leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong.

Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik

keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati

perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

4. Cara Cunam Piper

Seorang asisten memegang badan janin pada

kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan

dipunggung janin. Kemudian badan janin

dielevasi ke atas sehingga punggung janin

mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam

piper sama prinsipnya dengan pemasangan

pada letak belakang kepala.

Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha

belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan

dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi

dan akhirnya seluruh kepala lahir.

c. Ekstraksi Total

Teknik Ekstraksi Kaki (Pinard)

1. Tangan penolong masuk mencari kaki depan dengan

menelusui bokong, pangkal paha sampai lutut,

mengabduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki

bawah menjadi fleksi. Tangan yang luar menekan

fundus ke arah bawah. Setelah kaki bawah fleksi,

pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan ketiga

dan dituntun keluar dari vagina smapai batas lutut.

2. Kedua tangan penolong memegang betis, kemudian kaki janin ditarik curam ke bawah

sampai pangkal paha lahir.

Page 11

Page 12: Laporan Kasus Fix

3. Pangkal paha ditarik curam ke arah bawah sampai trochanter depan lahir. Kemudian

pangkal paha dengan pegangan yang sama dievelasi ketas sehingga trochanter

belakang lahir dan bokong lahir.

4. Untuk melahirkan bayi seterusnya, tangan penolong memegang femuro-pelvik dan

ditarik curam ke bawah sampai umbilikus lahir. Untuk melahirkan bahu, lengan dan

kepala dilakukan pertolongan secara manual aid.

Teknik Ekstraksi Bokong

1. Dilakukan pada presentasi bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di

dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.

2. Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin dimasukkan ke dalam

jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan. Dengan jari telunjuk lipat paha dikait

dan ditarik curam ke bawah.

3. Setelah trochanter depan dilahirkan, maka jari telunjuk yang lain segera mengait lipat

paha belakang, dan ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.

4. Tangan penolong memegang femuro-pelvik (duimbekken gree) dan melahirkan bayi

dengan car manual aid.

B. Persalinan Parabdominan (Sectio Cesaria / SC) (1,4,8,9,10,11)

Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang terbaik

ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong secara

pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan

tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari.

Namun hal ini tidak berati bahwa semua presentasi bokong harus dilahirkan secara

perabdominan.

Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa presentasi bokong harus

dilahirkan secara perabdominan, antara lain :

1. Primigravida tua

2. Nilai sosial janin tinggi (high social value baby)

3. Riwayat persalinan yang buruk (bad obstrectic history)

4. Janin besar, lebih dari 3500 – 4000 gr

5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul

6. Prematuritas

Page 12

Page 13: Laporan Kasus Fix

Zatuchni dan Andros telah melakukan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih

tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominam, sebagai berikut :

0 1 2

Paritas Primi Multi

Umur Kehamilan > 39 Mgg < 38 Mgg

Taksiran berat janin > 3650 gr 3176-3649 gr < 3176

Pernah Letak Sungsang Tidak ada 1 Kali > 2 kali

Pembukaan Serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm

Station <-3 - 2 -1 atau lebih

rendah

Arti nilai :

3 : Persalinan per abdominam

4 : Evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap, dapat

dilahirkan pervaginam

> 5 : Dilahirkan pervaginam

2.8. PENYULIT (2,6,7,8,9,12)

1. Sufokasi

Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim,

sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan

ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan amnion dan

mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin yang

sebagian sudah berada diluar rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat untuk janin

bernapas.

2. Asfiksia Fetalis

Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang

menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya terjepitnya

tali pusat pada waktu kepala masuk panggul (fase cepat)

3. Kerusakan Jaringan Otak

Page 13

Page 14: Laporan Kasus Fix

Selain otak janin dapat terjadi khususnya pada panggul sempit atau adanya

disproporsi sefalo pelvic, serviks yang belum terbuka lengkap atau kepala janin yang

dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.

4. Faktur pada tulang-tulang bayi

Humerus, klavikula, femur, dislokasi bahu, tulang kepala, paralysis brachialis,

dislokasi panggul, hematom otot-otot.

2.9. PROGNOSIS (12)

Baik ibu maupun janin akan menghadapi resiko yang lebih besar pada presentasi

bokong dari pada presentasi kepala meski tidak sama derajatnya.

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan

Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan

16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian

perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu

kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan

lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit

umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas

sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat

menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal

ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,

tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.

Page 14

Page 15: Laporan Kasus Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H, dkk. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2002. Hal : 521-525.

2. Cunningham, Gary F. MD, dkk. Obstetri William Breech Presentation. Vol.1. Edisi 2.

Jakarta : EGC. 2006. Hal : 559-584.

3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Letak Sungsang Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Edisi Kedua. Jakarta. 2002. hal. 606-627.

4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Letak Sungsang, Edisi 2. Jakarta : EGC. 1998. hal 350-365.

5. Liu, david T.Y. Manual Persalinan. Edisi 3.Jakarta : EGC. 2008. Hal : 269-281

6. Fraser, diane M, ddk. Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14. JAKARTA : EGC. 2009. hal :

551-561

7. Jones darek Llewellyn. Dasar – dasar obstetric dan ginekologi. Edisi 6. Jakarta : EGC.

2002. Hal : 153-157

8. Taber Benzion. KApita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

1994. Hal : 103-111

9. Fischer, Richard M, Breech Presentasi, Juli 10, 2007 Available at :

http://wwww/emidicine.com/med/topic. 3272.htm.

10. Fernand G. Letak sungsang tidak lurus SC, June 2007, Available at :

http://wwww.Jambi. Independent.co.id./home

11. http://www.scribd.com

12. http://www.forumkami.com

13. Terey A, Breech Presentation, Januari 2007 Available at :

http://www.medilinux.blogspot.com

14. Kimsey, Bobby. A baby in the breech presentation.Januari.2007.Available

http://www.childbirthsolutions.com/articles/birth/babybreech/index,php

Page 15

Page 16: Laporan Kasus Fix

BAB III

LAPORAN KASUS

Ny. S, 21 thn, G1P0000, Jawa, Islam, SMU, IRT i/d Tn. A, 25 thn, Jawa, Islam, SMU,

wiraswasta datang ke IGD RSPM tanggal 31/1/2012 pukul 15.00 wib dengan :

KU : Keluar kaki bayi dari kemaluan.

T : Hal ini dialami os + 1 jam sebelum masuk rumah sakit, saat os datang ke bidan.

Riwayat mulas-mulas mau melahirkan dialami os sejak tgl 31-01-2013, pukul 11.00 WIB,

disertai keluar lendir darah, riwayat keluar air dialami os tanggal 31-1-2013 pukul 12.00

WIB. BAB (+) normal, BAK (+) normal.

RPT : (-)

RPO : (-)

HPHT : 13 -5-2012

TTP : 20 -2-2013

ANC : Bidan 5x

Riwayat Persalinan :

1. Hamil ini

Status Presens :

Status Presens :

Sens : CM Anemis : (-)

TD : 120/80 mmHg Ikterus : (-)

F. Nadi : 90 x/i Sianosis : (-)

F. Nafas : 22 x/i Dispnoe : (-)

Temp : 36,5 C Oedem : (-)

Page 16

Page 17: Laporan Kasus Fix

Status Obstetrikus :

Abdomen : membesar asimetris

TFU : 3 jari bpx

Tegang : kiri

Terbawah : bokong

Gerak : (+)

His : (+), 3 x 40”/10’

DJJ : (+), 156 x/i, reguler

Inspeksi : Tampak jari kaki di introitus vagina.

VT : Teraba jari kaki dan tungkai kaki janin s/d pangkal paha di liang vagina,

Cx Anterior, Ø 6 cm, eff 100%, sel ket (-) , SRM (3 jam), sakrum sulit

dinilai, bagian terbawah kaki kanan

: Adekuasi panggul : promontorium teraba, linea inominata teraba 2/3

anterior, arcus pubis tumpul sudut > 900, spina ischiadica menonjol,

sacrum cekung, os coccygeus mobile. Kesan : panggul adekuat

ST : Lendir darah (+), air ketuban (+) jernih

Hasil Laboratorium (31-01-2013)

• Hemoglobin : 10,9 gr% (13-16 gr/dl)

• Leukosit : 12100 /mm3 (4000-10.000)

• Hematokrit : 33,8 % (39-48%)

• Trombosit : 334.000/mm3 (150.000-450.000)

• KGD ad random : 84 mg/dl ( < 140 mg/dl)

Page 17

Page 18: Laporan Kasus Fix

• CT : 7’ ( < 15’)

• BT : 3’ ( < 8’)

USG TAS : tidak dilakukan pemeriksan

Dx : PG + KDR (37 2/7) mgg + Presentasi kaki + AH + Inpartu.

Rencana : SC cito

Terapi : IVFD RL à 20 gtt/i

Inj. Viccilin SX 3 gr à (skin test)

Tgl 31-01-2013 pukul 15.35 wib dengan SC

Lahir bayi ♀, BB : 3000 gr , PB : 48 cm, AS : 8/9, Anus (+)

Laporan SC a/i P.Kaki + kontap

- Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine dibawah anastesi spinal,

dengan infus dan kateter terpasang baik.

- Dilakukan tindakan aseptik – antiseptik dengan larutan povidone iodine 10% dan

alkohol 70% pada dinding abdomen kemudian ditutup dengan doek steril kecuali

lapangan operasi

- Dilakukan insisi pfannenstiel, mulai dari kutis, sub kutis hingga tampak fascia

- Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya fascia di gunting ke kiri dan kanan.

Otot dikuakkan secara tumpul

- Peritoneum dijinjing dengan dua klem, digunting keatas dan kebawah

- Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan.

- Identifikasi SBR. Dilakukan insisi konkaf pada uterus hingga subendometrium.

Endometrium ditembus secara tumpul, kemudian dilebarkan sesuai arah sayatan

- Dengan ekstraksi kaki, dilanjutkan perasat Lovset dan Mauriceau lahir bayi ♀, BB:

3000 gr, PB: 48 cm, AS : 8/9, anus (+).

- Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting diantaranya. Plasenta dilahirkan

dengan penekanan pada fundus dan traksi pada tali pusat, kesan lengkap. Kavum uteri

dibersihkan dengan kasa terbuka dari sisa ketuban dan darah.

- Ujung-ujung luka insisi pada uterus dijepit dengan oval klem

Page 18

Page 19: Laporan Kasus Fix

- Ujung luka insisi uterus dijahit dengan hemostatic suture figure of eight, kemudian

luka insisi uterus dijahit secara continous interlocking, lalu dilakukan overhecting,

kemudian dilakukan reperitonealisasi.

- Identifikasi bekas luka insisi uterus yg telah dijahit, kesan tidak ada perdarahan

- Identikasi kedua tuba dan ovarium, kesan : tidak ada kelainan

- Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan stoll cell hingga bersih.

- Peritoneum dijahit dengan plain catgut no. 0 secara continous, kemudian dilakukan

penjahitan aproksimasi otot dinding abdomen dengan plain catgut no. 0 secara simple.

- Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, kemudian dijahit secara continous dengan

vicryl no. 1

- Subkutis dijahit secara simple dengan plain catgut no. 0

- Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no 3.0

- Luka operasi ditutup dengan sufratulle, kassa steril dan hypafix

- Liang vagina dibersihkan dengan kapas lysol dari sisa darah dan stoll cell hingga

bersih

- KU ibu post operasi stabil

Instruksi:

Awasi vital sign, & tanda-tanda perdarahan

Cek Hb 2 jam post operasi

Therapi:

IVFD RL + Oxytosin 10-10-5 IU 20 gtt/i

Inj.Vicillin SX 1,5 gr/8 jam

Farmadol drips 500 mg/8 jam

Kala IV

Puku

l TD

H

R

R

R

Tem

p TFU & Kontraksi UOP

Vol.Dara

h

16.00 120/8

0 80 22 36,6

2 jari bawah pusat,

Kontraksi kuat15 cc 25 cc

Page 19

Page 20: Laporan Kasus Fix

16.30 110/7

0 80 22 36,7

2 jari bawah pusat,

Kontraksi kuat20 cc 15 cc

17.00 120/7

0 78 20 36,5

2 jari bawah pusat,

Kontraksi kuat30 cc -

17.30 120/8

0 82 22 36,6

2 jari bawah pusat,

Kontraksi kuat15 cc -

18.00 110/8

0 80 22 36,7

2 jari bawah pusat,

Kontraksi kuat20 cc -

Follow up tanggal 01-02-2013 pkl: 08.00 wib

KU : nyeri luka operasi (+)

Status Presens :

Sens : CM Anemis : (-)

TD : 120/80 mmHg Ikterus : (-)

HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)

RR : 18 x/i Sianosis : (-)

T : 36,8 oC Oedema : (-)

Status Obstetrikus :

Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal

TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat

P/V : (-), lochia (+) rubra

L/O : luka tertutup verban, kering

BAK : (+) normal

BAB : (-), flatus (+)

Page 20

Page 21: Laporan Kasus Fix

ASI : (-/-)

Dx : Post sc a/i persentasi kaki + NH1

Therapi:

Tab Amoxicillin 3 x 500mg

Tab Asam mafenamat 3x500mg

Tab B-complex 2 x 1

Follow up tanggal 02-02-2012 pkl: 08.00 wib

KU : nyeri pada luka operasi (+)

Status Presens :

Sens : CM Anemis : (-)

TD : 120/70 mmHg Ikterus : (-)

HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)

RR : 20 x/i Sianosis : (-)

T : 36,4 oC Oedema : (-)

Status Obstetrikus :

Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal

TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat

L/O : luka tertutup verban, kering

P/V : (-), lochia (+) rubra

BAK : (+) normal

BAB : (-), flatus (+)

ASI : (-/-)

Dx : Post sc a//i presentasi kaki + NH2

Page 21

Page 22: Laporan Kasus Fix

Therapi:

Amoxicillin tab 3 x 500 mg

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Vit. B complex 2 x 1

Follow up tanggal 03-02-2012 pkl: 08.00 wib

KU : nyeri luka operasi (+)

Status Presens :

Sens : CM Anemis : (-)

TD : 120/70 mmHg Ikterus : (-)

HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)

RR : 20 x/i Sianosis : (-)

T : 36,4 oC Oedema : (-)

Status Obstetrikus :

Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal

TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat

L/O : luka tertutup verban, kering

P/V : (-), lochia (+) sanguinolenta

BAK : (+) normal

BAB : (-), flatus (+)

ASI : (-/-)

Dx : Post sc a//i presentasi kaki + NH3

Therapi:

Amoxicillin tab 3 x 500 mg

Page 22

Page 23: Laporan Kasus Fix

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Vit. B complex 2 x 1

Rencana : Ganti Verban →Luka kering →Pasien berobat jalan

Page 23

Page 24: Laporan Kasus Fix

BAB IV

ANALISA KASUS

Dilaporkan kasus seorang wanita hamil Ny. S, 21 thn, G1P0000,, sesuai dengan HPHT

didapatkan usia kehamilan 37 2/7 minggu, datang ke RSUPM pada tanggal 31/01/2013 pukul

1500 WIB, dengan keluhan utama Keluar kaki bayi dari kemaluan, Hal ini dialami os + 1 jam

sebelum masuk rumah sakit. Riwayat mules – mules mau melahirkan dialami pasien sejak

tanggal 31/01/2013 pada pukul 1100 WIB yang disertai lendir dan darah(+). Riwayat keluar

air banyak dari kemaluan (+) pada pukul 1200 WIB, BAK (+), BAB (-). Pemeriksaan obstetrik

didapatkan TFU 3 jari di bawah pusat , bagian tegang kiri, bagian terbawah bokong, DJJ

156x/I, His 3x40” dalam 10 menit. VT: Teraba jari kaki dan tungkai kaki janin s/d pangkal

paha di liang vagina, Cx Anterior, Ø 6 cm, eff 100%, selket (-). Pasien di diagnosa PG +

KDR (37 2/7) mgg + Presentasi kaki + AH + Inpartu. Renca : SC Cito. Pada tanggal 31-01-

2013 pukul 15.35 wib lahir bayi perempuan, BB : 3000 gr , PB : 48 cm, AS : 8/9. , kelainan

kongenital mayor (-). Pada tanggal 03-02-2012 pasien dan bayinya pulang dalam keadaan

sehat.

TEORI KASUS Presentasi Kaki merupakan letak

memanjang dengan kaki sebagai bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan kaki berada di bagian bawah kavum uteri, presentasi kaki sendiri merupakan bagian dari presentasi bokong.

Jenis – jenis presentasi bokong:

- Presentasi bokong sempurna (complete breech)

- Presentasi bokong murni (frank breech)- Presentasi kaki (footlink breech /

incomplete breech) : Salah satu atau kedua kaki lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan menjadi bagian pertama yang lahir. Varian presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit, kaki komplit, kaki inkomplit, dan lutut.

Diagnosa:- leopold I: kepala janin yang keras dan

bulat dapat diraba menempati bagian

Pada kasus Ny. S, 21 thn, G1P0000, dengan kehamilan 37 2/7 minggu.

keluhan utama Keluar kaki bayi dari kemaluan, Hal ini dialami os + 1 jam sebelum masuk rumah sakit.

Status Obstetrikus :- Abdomen : membesar asimetris- TFU : 3 jari bpx - Tegang : kiri - Terbawah : bokong - Gerak : (+) - His : (+), 3 x 40”/10’- DJJ : (+), 156 x/i, reguler

- Inspeksi : Tampak jari kaki di introitus vagina.

- VT : Teraba jari kaki dan tungkai kaki janin s/d pangkal paha di

Page 24

Page 25: Laporan Kasus Fix

fundus uteri.- Leopold II: menunjukkan punggung

berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.

- Leopold III: bokong janin teraba bulat dan lunak, bila engagement belum terjadi, diameter intertrokterika panggul janin belum melewati pintu atas panggul, bokong janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul. Setelah terjadi engagement.

- leopold IV: menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah simfisis.

- Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus.

Pada pemeriksaan dalam, Bila teraba kaki maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.

Salah satu syarat lahir pervaginam adalah Presentasi bokong sempurna (Frank breech)

Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan vaginal.

liang vagina, Cx Anterior, Ø 6 cm, eff 100%, sel ket (-) , SRM (3 jam), sakrum sulit dinilai, bagian terbawah kaki kanan.

Cara persalinan pada pasien ini adalah seksio sessaria

Permasalahan

1. Apakah penanganan pada pasien ini sudah tepat ?

2. Pada jenis posisi dan persentasi bokong yang mana yang bisa dilahirkan

pervaginam?

Page 25

Page 26: Laporan Kasus Fix

Page 26