laporan fix

13
Skenario “Rinitas bersin terus....Ny. Rinitas, 25 tahun datang ke polokilinik THT dengan keluhan bersin-bersin menerus jika terpapar dingin, keluhan ini disertai juga dengan batuk pilek, rinore dengan sekret berwarna putih, bening, kental, berbau amis dan hidung terasa gatal. Pernah karena ia terus menggosok hidungnya karena gatal, ia mengalami epistaksis. Sejak 3 bulan terakhir ini, ia sering mengalami pusing, pusing dirasakan seperti ditusuk- tusuk, pipi terasa pegal dan penuh. Kepala terasa sakit dan terasa ada cairan yang turun dari beakang hidung ke tenggorokan sejak 1 bulan ini. Ia pernah berobat ke puskesmas dan diberikan obat batuk pilek dan antibiotik namun keluhannya belum berkurang. 1

Upload: amal-budiman

Post on 25-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Skenario

Skenario

Rinitas bersin terus....

Ny. Rinitas, 25 tahun datang ke polokilinik THT dengan keluhan bersin-bersin menerus jika terpapar dingin, keluhan ini disertai juga dengan batuk pilek, rinore dengan sekret berwarna putih, bening, kental, berbau amis dan hidung terasa gatal. Pernah karena ia terus menggosok hidungnya karena gatal, ia mengalami epistaksis. Sejak 3 bulan terakhir ini, ia sering mengalami pusing, pusing dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pipi terasa pegal dan penuh. Kepala terasa sakit dan terasa ada cairan yang turun dari beakang hidung ke tenggorokan sejak 1 bulan ini. Ia pernah berobat ke puskesmas dan diberikan obat batuk pilek dan antibiotik namun keluhannya belum berkurang.Step 1 : Identifikasi Kata Asing

1. Rinore : Sekret bebas dari mukus hidung, tipis.2. Epistaksis : Perdarahan hidung, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil yang terletak di bagian anterior septum nasal kartilaginosa. Step 2 :Menetapkan Masalah 1. Jelaskan mengenai anatomi hidung?

2. Jelaskan mengenai rinitis?

3. Jelaskan mengenai sinusitis?

4. Jelaskan mengenai epistaksis?

5. Pada skenario, apakah penyakit yang diperkirakan terjadi?

6. Bagaimana diagnosis rinitis, sinusitis, dan epistaksis?7. Bagaimana tatalaksana rinitis, sinusitis, dan epistaksis?Step 3 :Mendiskusikan Masalah1. Struktur penting dari hidung yaitu dorsum nasi, septum nasi, dan cavum nasi.2. Rinitis adalah peradangan yang terjadi pada membran mukosa hidung. Ada rinitis akut dan rinitis kronik.

3. Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada mukosa sinus paranasal. Ada sinusitis akut, sinusitis subakut dan sinusitis kronik.4. Epistaksis adalah perdarahan yang terjadi pada hidung. Ada epistaksis anterior dan epistaksis posterior.5. Pada skenario diperkirakan yang terjadi adalah rinitis kronika alergen dilihat dari gejala-gejala yang terjadi.6. Diagnosis rinitis sinusitis dan epistaksis secara umum dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, endoskopi dan pemeriksaan penunjang.7. Tatalaksana rinitis dan sinusitis dilakukan disesuaikan berdasarkan kausal atau klasifikasinya masing-masing. Tatalaksana epistaksis dilakukan dengan menghentikan perdarahan dan berdasarkan sumber perdarahannya.Step 4 : Merumuskan Penjelasan Hasil Step 3

1. Struktur penting dari hidung yaitu dorsum nasi, septum nasi, dan cavum nasi. Struktur yang membangun dorsum nasi yaitu bagian kaudal dorsum nasi dan bagian kranial dorsum nasi. Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian yang lunak dari dorsum nasi sedangkan bagian yang kranial dari dorsum nasi merupakan bagian yang keras dari dorsum nasi.

Untuk septum nasi, fungsi utama dari septum nasi adalah untuk menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi kedua cavum nasi (rongga hiodung). Struktur yang membangun septum nasi adalah dua tulang dan dua kartilago yaitu bagian anterior septum nasi dan bagian posterior septum nasi. Cavum nasi atau rongga hidung berbentuk terowongan dari depan ke belakang dan dilapisi dua mukosa yaitu mukosa olfaktori dan mukosa repiratori.2. Rinitis dapat dibagi menjadi rinitis akut dan rinitis kronik. Rinitis aakut yaitu radang akut pada mukosa hidung disebabkan oleh virus atau bakteri. Nama lain rinitis akut adalah rinitis simpleks. Etiologinya dapat berupa rhinovirus, myxovirus dan virus ECHO. Ini terjadi dapat pada saat keadaan kekebalan tubuh menurun, kelelahan dan kedinginan. Tanda klinisnya mukosa hidung hiperemi, sekeretnya encer jernih dan sumbatan hidung biasanya hebat.Rinitis kronik dibagi lagi menjadi rinitis hipertrofi, rinitis sika dan rinitis spesifik. Rinitis hipertrofi etiologinya yaitu akibat infeksi hidung berulang, lanjutan rinitis alergen atau lanjutan rinitis vasomotor. Rinitis sika biasanya terjadi pada orang tua, lingkungan berdebu, panas, kering, anemia, alkoholik dan gizi buruk. Rinitis spesifik dapat dikelompokkan lagi menjadi rinitis difteri, rinitis atrofi, rinitis sfilis, rinitis tuberkulosa dan rinitis mikose.

3. Sinusitis merupakan radang mukosa sinus paranasal (sinus maksillaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis dan sinus sfenoidalis). Sinusitis berdasar atas dasar lamanya dapat dibagi tiga klasifikasi yaitu sinusitis akut selama beberapa hari hingga tiga minggu, sinusitis subakut selama sekitar tiga minggu dan sinusitis kronik selama lebih dari tiga minggu.Sinusitis akut patogenesisnya dimulai akibat penyumbatan ostium ataupun fokal infeksi gigi. Etiologi bakteriologinya bisa Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenza. Etiologi penyakitnya yaitu bisa akibat rinitis akut, faringitis, infeksi gigi, berenang atau menyelam dan trauma maksilla.

Gejala yang terjadi ada dua yaitu untuk gejala sistemik dan gejala lokalnya. Gejala sistemik yang terjadin yaitu demam, lesu dan pusing. Gejala lokalnya yaitu ingus kental dapat berbau, postnasal drips, obstruksi hidung, nyeri sinus terkena dan bengkak daerah muka.

Sinusitis kronik dapat terjadi akibat etiologi bakteriologi juga seperti sinusitis akut. Gejala yang terjadi post nasal drips, rasa tak enak tenggorokan, serak berulang, pernafasan dapat terganggu, nyeri kepala, gejala pegal mata dan batuk.4. Epistaksis adalah perdarahan yang terjadi pada hidung. Epistaksis dibagi dua yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior terjadi akibat perdarahan pada pembuluh darah yang berada di anterior nasi. Perdarahan yang sering terjadi biasanya pada Plexus Kisselbach. Penyebab yang memicu epistaksis anterior bisa akibat mengupil atau mencongkel-congkel hidung.Epistaksis posterior terjadi pada pembuluh darah pada posterior nasi. Biasanya terjadi akibat hipertensi, trauma, arteriosklerosis dan tumor.5. Pada skenario diperkirakan yang terjadi adalah rinitis kronika alergen dilihat dari gejala-gejala yang terjadi. Gejala-gejala yang terjadi yaitu bersin terus menerus jika terpapar dingin dan tidak kunjung sembuh setelah diberi antiniotik mengindikasikan bahwa penyakit besar kemungkinan bukan karena infeksi.6. Diagnosis rinitis sinusitis dan epistaksis secara umum dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, endoskopi dan pemeriksaan penunjang. Anamnesi sangat penting karena pada penyakit tersebut gejala bisa terjadi tidak pada saat bertemu dokter. Ditanyakan penyebab-penyebab terkait penyakit yang terjadi. Setelah anamnesa dilakukan pemeriksaan fisik. Lalu, dilakukan endoskopi pada penyakit sinusitis dan rinitis untuk mengetahui apakah terjadi infeksi atau tidak. Kemudian untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan CT-Scan ataupun MRI misalnya.7. Tatalaksana rinitis dan sinusitis dilakukan disesuaikan berdasarkan kausal atau klasifikasinya masing-masing. Tatalaksana epistaksis dilakukan dengan menghentikan perdarahan dan berdasarkan sumber perdarahannya.Rinitis akut biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 5-10 hari jadi dapat dibiarkan selama jangka waktu tersebut. Rinitis hipertrofi terapinya dengan kausal, cari dan obati faktor dan operatif bisa dengan kauterasi konka misalnya. Tata laksana untuk rinitis dapat ditunjang dengan pemeriksaan penunjang in vivo dan in vitro. Untuk sinusitis tata laksananya dapat dilakukan terapi medika mentosa. Untuk sinusitis subakut, terapi medika mentosa dapat ditambahkan pencucian sinus. Untuk sinusitis kronik terpinya ditambah dengan steroid intranasal dan juga FESS.Step 5: Menentukan Tujuan Pembelajaran (LO)1. Diagnosis rinitis, sinusitis, epistaksis2. Polip hidung3. Farmakoterpi rinitis, sinusitis dan epistaksis4. Tata laksana epistaksis anterior dan posterior5. Penggunaan dekongestan6. Pemeriksaan penunjang sinusitis dan rinitis7. Minum es bisa pilek (rinore) terutama pada anak-anak8. Indikasi antibiotik rinitisStep 6 : Mengumpulkan Informasi (Secara Mandiri)Step 7 : Berbagi Informasi Mengenai LODAFTAR PUSTAKAAdams, George L. Boieis, Lawrence R. Higler, Peter A. Boieis: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.Djaafar, Zainul A. Helmi. Restuti, Ratna D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: FK UI.2007.9