laporan akhir ekpd 2010 - bengkulu - unib

124

Upload: ekpd

Post on 05-Dec-2014

2.761 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu oleh Tim Universitas Bengkulu

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  1

BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

AA.. LLaattaarr BBeellaakkaanngg

Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat

tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan,

pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu

tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan

mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana

pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan

Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk

melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN tersebut.

Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus

pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan

siklus pembangunan 5 tahun di daerah, begitu juga dengan provinsi Bengkulu. Sehingga

penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bengkulu yang akan

berakhir pada Nopember 2010. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas pembangunan

dalam RPJMD Provinsi Bengkulu tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN

2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN

dengan RPJMD Provinsi Bengkulu.

Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah

evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan

antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi

pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil

dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009

yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan

Kesejahteraan Rakyat. Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

2

pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator

pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD

Provinsi Bengkulu dengan RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11

prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga

mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-

2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi

Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan

Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim

Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah

Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan

Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2)

Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya.

Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan

pembangunan daerah dan untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah di Provinsi

Bengkulu. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah

dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah guna meningkatkan efektivitas dan

relevansinya dengan pembangunan nasional.

Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan yang lebih

independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal tersebut,

Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi

Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi

selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah. Di provinsi Bengkulu

pelaksanaan EKPD 2010 dilaksanakan oleh Universitas Bengkulu (UNIB) bekerjasama

dengan Bappenas yang pelaksanaannya mengacu pada panduan yang dibuat oleh

Bappenas.

BB.. TTuujjuuaann ddaann SSaassaarraann

Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2010 ini adalah:

1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan

kontribusi pada pembangunan di daerah;

2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam

RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bengkulu.

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  3

Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:

1. Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di

Provinsi Bengkulu;

2. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Bengkulu

dengan RPJMN 2010-2014.

CC.. KKeelluuaarraann

Hasil yang diharapkan dari kegiatan EKPD 2010 di Provinsi Bengkulu adalah sebagai

berikut:

1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian (kinerja) pelaksanaan RPJMN 2004-

2009 di Provinsi Bengkulu;

2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi Bengkulu dengan

RPJMN 2010-2014.

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

4

BBAABB IIII HHAASSIILL EEVVAALLUUAASSII PPEELLAAKKSSAANNAAAANN RRPPJJMMNN 22000044 –– 22000099

AA.. AAGGEENNDDAA PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN IINNDDOONNEESSIIAA YYAANNGG AAMMAANN DDAANN DDAAMMAAII AA..11.. IInnddiikkaattoorr Indikator yang digunakan untuk mewujudkan agenda pembangunan Indonesia yang aman

dan damai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Indikator Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai

No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jumlah Kriminalitas yang Terjadi Kasus 2.130 2.686 2.510 2.779 2.3352 Penyelesaian Kasus Kejahatan

Konvensional Persen 91,61 75,55 88,62 99,24 92,26

3 Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional

Persen 66.60 80.00 73.33

AA..22.. AAnnaalliissiiss PPeennccaappaaiiaann IInnddiikkaattoorr

1. Jumlah dan Jenis Kriminalitas

Data indeks kriminalitas yang dibutuhkan untuk mengukur capaian kinerja pemerintah

daerah dalam mewujudkan kehidupan yang aman dan damai belum tersedia,

sehingga yang dijadikan sebagai pedoman adalah kuantitas tindak kriminalitas yang

terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat Provinsi Bengkulu.

Data menunjukkan bahwa tindak kriminalitas konvensional yang terjadi di Provinsi

Bengkulu dalam kurun waktu 5 tahun terakhir masih berfluktuasi dengan frekuensi

jenis kriminalitas tertentu menurun, sebaliknya terhadap jenis kriminalitas lainnya

terjadi peningkatan.

Jenis kejahatan lain-lain sebagaimana dimaksud dalam data tabel 1 (lampiran)

meliputi penipuan, penggelapan, pemalsuan, pengeroyokan, pengrusakan,

penyerobotan tanah, kekerasan dalam rumah tangga, penganiayaan ringan,

pencemaran nama baik, porno-aksi atau porno-grafi, perzinahan, dan perbuatan tidak

menyenangkan. Untuk melihat perkembangan jumlah kejahatan yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2009 digambarkan

dalam bentuk grafik di bawah ini.

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  5

Gambar 2.1. Perkembangan Jumlah Kejahatan yang Terjadi dengan Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bengkulu, Tahun 2005-2009

2.335

5.312.7792.5102.6862.130

4.904.686.15 6.04

18.5920.6422.1323.00

22.18

0.000

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Kejahatan Pengangguran (%) Kemiskinan (%)

Mencermati angka kriminalitas yang terjadi dapat dinyatakan, bahwa pelaksanaan

program pembangunan yang bertujuan mewujudkan kehidupan masyarakat yang

damai dan aman secara umum sudah memperlihatkan capaian yang memuaskan,

namun belum optimal, karena frekuensi kriminalitas dari tahun ke tahun masih

berfluktuasi, tahun 2005 sebanyak 2.130 kasus, meningkat drastis menjadi 2.686

kasus tahun 2006, pada tahun 2007 menurun menjadi 2.510 kasus, namun tahun

2008 meningkat lagi menjadi 2.779 kasus, kemudian pada tahun 2009 menurun

menjadi 2.335 kasus. Memang mewujudkan kehidupan yang damai dan aman dengan

nol kriminalitas adalah mustahil, namun masyarakat masih menaruh harapan pada

pemerintah daerah dan aparatur penegak hukum untuk melakukan upaya menekan

frekuensi kriminalitas makin kecil, sehingga secara psikologis setiap individu

merasakan jaminan perlindungan dan jaminan rasa aman dan damai dalam

kehidupan bermasyarakat.

Data jenis kriminalitas tabel 1 (Lampiran), menunjukkan masih tingginya ancaman

rasa aman bagi setiap individu dalam masyarakat, terutama rasa aman dalam

keselamatan jiwa raga, dan rasa aman dalam kepemilikan harta benda. Hal ini

disebabkan masih tingginya kriminalitas menyangkut harta benda seseorang dan jiwa

seseorang.

Tahun 2007 frekuensi kriminalitas menyangkut harta benda, terutama kasus

pencurian dengan pemberatan menunjukkan tren meningkat, dari 304 kasus tahun

2006 menjadi 684 kasus. Tahun 2008 mencerminkan optimalisasi kinerja pemerintah,

sehingga dapat menurunkan frekuensi kasus serupa menjadi 571 kasus, namun tahun

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

6

2009 naik menjadi 573 kasus. Tahun 2009 frekuensi kriminalitas menyangkut harta

benda, terutama kasus pencurian kendaraan bermotor meningkat menjadi 313 kasus

dibanding kasus serupa tahun 2008 sebanyak 209 kasus, dan kasus pencurian

dengan kekerasan menjadi 130 kasus, sedangkan tahun 2008 hanya 108 kasus.

Keadaan meningkatnya kriminalitas terhadap harta benda, dapat dikategorikan

sebagai kriminalitas yang bermotif ekonomi, artinya pelaku melakukan kejahatan

karena didorong masalah kebutuhan ekonomi, yang sering memiliki keterkaitan erat

dengan persoalan kemiskinan dan pengangguran.

Apabila dihubungkan dengan angka kemiskinan Provinsi Bengkulu tahun 2007

(22,13%), 2008 (20,64) dan 2009 (18,59%) dan data jumlah pengangguran dalam

tahun yang sama yaitu 4,68% tahun 2007, 4,90% tahun dan 5,31% tahun 2009 maka

dapat disimpulkan meningkatnya tindak kriminalitas kejahatan terhadap harta benda

disebabkan oleh keadaan ekonomi pelakunya.

Tahun 2009 tindak kriminalitas menyangkut keselamatan badan dan jiwa seseorang

meningkat, terutama penganiayaan berat, justru meningkat dibanding tahun 2008,

padahal dalam 4 tahun sejak 2006 tren kejahatan bidang ini selalu menurun. Demikian

juga tindak kriminal pembunuhan sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 trennya

menurun, namun tahun 2009 kasus pembunuhan justru meningkat. Penyebab

terjadinya kejahatan terhadap jiwa orang seperti pembunuhan, penganiayaan berat,

pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan pencemaran nama baik

seseorang, banyak disebabkan oleh kurangnya kesadaran terhadap nilai-nilai moral,

agama, dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan bersama.

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk menekan penurunan angka kriminalitas

tersebut antara lain:

a) Pemerintah daerah harus meningkatkan program penanggulangan kemiskinan,

dengan membuka lapangan perkerjaan atau memperluas kesempatan kerja,

sehingga dapat mengurangi pengangguran dan makin banyak warga yang

memperoleh penghasilan layak.

b) Pemerintah daerah perlu melakukan program penguatan peran anak-anak dan

remaja dalam berbagai organisasi kepemudaan seperti karang taruna,

kepramukaan, organisasi intra sekolah, perhimpunan kegiatan seni, olah raga dan

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  7

lain-lain sebagai sarana pembinaan mental anak dan remaja, sehingga dapat

mengurangi tindak kriminalitas yang disebabkan kenakalan remaja.

c) Perlu dipertimbangkan kebijakan meningkatkan rasio ideal aparatur keamanan

untuk setiap jiwa penduduk, setidaknya dalam waktu singkat melakukan penataan

penempatan aparatur keamanan pada daerah yang rawan kriminalitas, baik

daerah perdesaan maupun lokasi tertentu pada kawasan perkotaan.

d) Perlu dilakukan program peningkatan partisipasi setiap individu warga masyarakat

dalam pemeliharaan ketertiban umum, seperti menerapkan sistem penjagaan

keamanan lingkungan (siskamling) pada situasi krisis ekonomi, yang dibarengi

dengan program peningkatan kesadaran hukum masyarakat melalui penyuluhan

hukum.

2. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional Persentasi penanganan kasus tindak pidana kejahatan konvensional dalam kurun

waktu 5 tahun terakhir (2005-2009), antara jumlah kasus kejahatan konvensional yang

dilaporkan dengan yang ditangani dan ditindaklanjuti di Provinsi Bengkulu dari tahun

ke tahun menunjukkan angka yang berfluktuasi.

Untuk melihat indikator persentase perkembangan jumlah penyelesaian kasus

kejahatan konvensional yang dilaporkan dengan yang disidang dalam kurun waktu

2005 sampai dengan 2009, digambarkan dalam grafik di bawah ini

Gambar 2.2. Perkembangan Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional yang Dilaporkan dengan yang Disidang di Provinsi Bengkulu,

Tahun 2005 – 2009

16551360 1352

1618 1464

981

152714531434

1246

92.2799.2588.6372.5691.620

200400600800

10001200140016001800

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Kasus yang Dilaporkan Jumlah Perkara yang Disidangkan % Penyelesaian

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

8

Berdasarkan data tabel 2 (Lampiran) menunjukkan peningkatan kinerja aparatur

penegak hukum yang makin membaik, yang didukung kesadaran hukum masyarakat

menggunakan jalur hukum (litigasi) dalam menyelesaikan setiap kasus hukum yang

dihadapinya. Banyaknya laporan perkara adalah representatif kesadaran hukum, dan

banyaknya laporan yang berhasil diselesaikan adalah representatif kinerja aparatur

penegak hukum. Tahun 2006 persentase penyelesaian perkara kejahatan

konvensional yang dilaporkan sangat rendah (75,55%) capaian ini turun drastis

dibanding tahun sebelumnya (91,61%).

Penurunan capaian persentase penyelesaian kasus dapat disebabkan oleh dua

keadaan, yaitu pertama, korban kejahatan mencabut laporan polisi selanjutnya

memilih penyelesaian nonlitigasi, seperti perdamaian, dengan demikian kasus tidak

perlu dilanjutkan ke tingkat persidangan pengadilan. Kedua, pengaduan atau laporan

kejahatan yang disampaikan oleh korban tidak didukung bukti-bukti yang cukup kuat,

akibatnya aparatur penegak hukum tidak dapat meneruskan penyelesaian kasus

sampai ke tingkat persidangan pengadilan, sehingga penyidikan dihentikan.

Tahun 2008 capaian persentase penyelesaian perkara yang dilaporkan dan yang

disidangkan sangat tinggi (99,24%), capaian ini menunjukkan makin meningkatnya

kesadaran hukum masyarakat, di mana kasus yang dilaporkan didukung bukti yang

cukup dan konsistensi memilih cara penyelesaian litigasi. Selain persentase itu

dipengaruhi pula oleh kualitas kinerja aparatur hukum yang makin meningkat, dengan

jumlah yang makin bertambah, seiring dengan adanya kebijakan pemekaran wilayah

kabupaten (9 kabupaten dan 1 kota) yang diikuti kebijakan pemekaran kecamatan

(120 kecamatan), sehingga masyarakat makin mudah mengakses pelayanan hukum.

Bardasarkan data persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional, dapat

dikatakan bahwa upaya mewujudkan kehidupan yang aman dan damai sudah

memuaskan. Pemerintah daerah sudah memperlihatkan komitmen yang tinggi, antara

lain menambah satuan kerja pelayanan hukum dengan dibentuknya institusi

kepolisian kecamatan, kabupaten pemekaran, dibentuknya institusi kejaksaan dan

pengadilan di setiap kabupaten pemekaran, sehingga makin memudahkan

masyarakat dalam mengakses pelayanan hukum.

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  9

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi yang dapat diberikan, bahwa keberhasilan dalam penyelesaian kasus-

kasus kejahatan konvensional dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama

kuatnya komitmen dari berbagai pihak terkait dan tingginya konsistensi antara

perencanaan dan pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk

memberantas kejahatan-kejahatan konvensional. Oleh karena itu, pemerintah dan

pemerintah daerah perlu merumuskan strategi yang lebih efektif yang bertujuan untuk

mendorong peningkatan komitmen pihak-pihak terkait dalam pencegahan tindak

kriminalitas (kejahatan konvensional) termasuk memberikan reward bagi setiap

individu yang berpartisipasi dalam pencegahan kejahatan dan memberikan

punishment hukuman yang lebih berat terhadap pelaku kejahatan konvensional yang

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan yang didakwakan padanya,

sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi yang lainnya untuk tidak melakukan

kejahatan serupa. Selain itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat masih perlu

ditingkatkan melalui pelbagai program penerangan atau penyuluhan hukum, sehingga

seua lapisan masyarakat memiliki pengetahuan hukum yang memadai, kondisi ini

sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan

kejahatan konvensional atau penegakan hukum pada umumnya.

3. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional

Berdasarkan data yang ada pada instansi penegak hukum dalam wilayah Provinsi

Bengkulu (kepolisian, kejaksaan, pengadilan) jumlah tindak pidana yang bersifat

transnasional dalam wilayah hukum Provinsi Bengkulu relatif sedikit, dibanding

kejahatan konvensional. Kasus-kasus kejahatan transnasional mulai terjadi tahun

2007 dengan jenis kejahatan berupa penyelundupan senjata api dan perdagangan

manusia, sedangkan kasus transnasional lainnya seperti perompakan, narkoba yang

melibatkan pelaku orang asing, money loundering dan cyber crime sampai saat

sekarang ini belum ada laporan masyarakat.

Persentasi penanganan kasus tindak pidana kejahatan transnasional dalam kurun

waktu 3 tahun terakhir yaitu sejak tahun 2007 sampai dengan 2009, antara jumlah

kasus kejahatan transnasional yang dilaporkan dengan yang ditangani dan

ditindaklanjuti di Provinsi Bengkulu menunjukkan angka yang berfluktuasi dari tahun

ke tahun dengan persentase terendah sebesar 66,66% pada tahun 2007 dan

persentase tertinggi sebesar 80% pada tahun 2008. Beberapa kasus kejahatan

transnasional yang tidak tertangani disebabkan laporan kasus yang disampaikan

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

10

korban atau saksi pelapor tidak memiliki cukup bukti, sehingga tidak dapat

dilimpahkan ke tahap persidangan pengadilan.

Perkembangan persentase jumlah penyelesaian kasus kejahatan transnasional yang

dilaporkan dengan yang disidang dalam kurun waktu 2007 sampai dengan 2009,

digambarkan dalam grafik di bawah ini

Gambar2.3. Persentase Jumlah Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional yang

Dilaporkan Dengan yang Disidang, Tahun 2007 – 2009

73.33

153 5

1142

66.6780.00

0

10

20

30

4050

60

70

80

90

2007 2008 2009

Jumlah Kasus yang Dilaporkan Jumlah Perkara yang Disidangkan

% Penyelesaian Perkara

Data tabel 3 (Lampiran) menunjukkan bahwa tahun 2009 jumlah kasus kejahatan

transnasional mengalami peningkatan drastis dibanding tahun sebelumnya. Data ini

harus dipahami secara positif, bahwa terjadinya kejahatan transnasional tidak dapat

dipisahkan dari keberhasilan program pembangunan daerah, antara lain

pembangunan bidang perhubungan dan transportasi, sehingga daerah ini makin

terbuka dan mudah dijangkau oleh masyarakat nasional maupun internasional. Dilihat

dari persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional tahun 2009 sebesar

73,33%, ini menunjukkan bahwa aparatur hukum khususnya dan pemerintah daerah

umumnya sudah siap mengantisipasi kemungkinan terjadinya jenis kejahatan yang

bersifat transnasional sebagai konsekuensi logis dari keberhasilan pembangunan.

Apabila dikaitkan dengan tujuan pembangunan, yakni mewujudkan Indonesia yang

aman dan damai, maka persentase jumlah kasus kejahatan transnasional yang

berhasil ditangani sebagaimana data tabel 3 (lampiran), menunjukkan kinerja aparatur

penegak hukum sudah memuaskan, meskipun masih ada beberapa kasus yang

belum terselesaikan, hal itu bukan disebabkan menurunnya komitmen aparatur

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  11

hukum, melainkan karena secara teknis yuridis kasus tersebut tidak didukung alat

bukti yang kuat, sehingga tidak dapat diproses secara hukum.

Keberhasilan program pembangunan mewujudkan kehidupan yang damai dan aman

tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan

sumber daya aparatur penegak hukum, baik secara kuantitas maupun kualitas,

sehingga terjadi peningkatan rasio aparatur hukum dengan jiwa masyarakat yang

harus dilindungi. Kebijakan kemitraan aparatur hukum dan masyarakat, baik secara

individual maupun kelompok dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan,

merupakan salah satu model kebijakan yang dapat dijadikan alternatif mengantisipasi

terjadinya kejahatan-kejahatan yang bersifat transnasional.

Di samping itu, secara khusus dalam penyelesaian kasus-kasus kejahatan

transnasional dibutuhkan komitmen dan konsistensi tinggi dari berbagai pihak terkait

dalam penegakan hukum. Pemerintah daerah harus merumuskan strategi yang lebih

efektif yang bertujuan untuk mendorong peningkatan komitmen aparatur hukum dan

mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat dalam pencegahan kejahatan

transnasional.

Rekomendasi Kebijakan Keberhasilan dalam penyelesaian kasus-kasus kejahatan transnasional dapat

dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama kuatnya komitmen dari berbagai pihak

terkait dan tingginya konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan dari kebijakan-

kebijakan yang ditujukan untuk memberantas kejahatan-kejahatan transnasional. Oleh

karena itu, pemerintah dan pemerintah daerah perlu merumuskan strategi yang lebih

efektif yang bertujuan untuk mendorong peningkatan komitmen pihak-pihak terkait

dalam pencegahan tindak kriminalitas (kejahatan transnasional) termasuk

memberikan reward bagi setiap individu yang berpartisipasi dalam pencegahan

kejahatan dan memberikan punishment hukuman yang lebih berat terhadap pelaku

kejahatan transnasional yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan

kejahatan yang didakwakan padanya, sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi

yang lainnya untuk tidak melakukan kejahatan serupa.

Di samping itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat masih perlu ditingkatkan

melalui pelbagai program penerangan/penyuluhan hukum. Selanjutnya keberhasilan

program mewujudkan kehidupan yang damai dan aman tidak terlepas dari

keberhasilan pemerintah dan pemerintah daerah dalam menambah lapangan kerja

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

12

dan memperluas kesempatan kerja, sehingga setiap individu memiliki pekerjaan dan

penghasilan, kondisi ini sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam

upaya pencegahan kejahatan transnasional atau penegakan hukum pada umumnya.

BB.. AAGGEENNDDAA MMEEWWUUJJUUDDKKAANN IINNDDOONNEESSIIAA YYAANNGG AADDIILL DDAANN DDEEMMOOKKRRAATTIISS

BB.. 11.. IInnddiikkaattoorr Indikator yang digunakan untuk mewujudkan agenda pembangunan Indonesia yang Adil

dan Demokratis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Indikator Agenda Pembangunan Indonesia yang Adil dan Demokratis

No Indikator Satuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pelayanan Publik Kasus Korupsi yang

Tertangani Persen 97.00 94.00 94.00 94.00 89.00

Jumlah Kab./Kota Yang Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap,

Persen 33.33 44.44 55.56 60.00 80.00

Persentase Kab/kota Yang Memiliki Pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Persen - - - 11.11 20.00

2 Demokrasi Gender Development Index

(GDI) 62.3 63.9 65.3 66.9 68.27

Gender Empowerment Meassurement (GEM)

56.4 58.8 60.0 61.8 71.76

BB..22.. AAnnaalliissiiss PPeennccaappaaiiaann IInnddiikkaattoorr

2.1. Pelayanan Publik

2.1.1. Persentase Kasus Korupsi yang Tertangani dibandingkan dengan yang Dilaporkan

Persentasi penanganan kasus tindak pidana korupsi dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir (2005-2009), antara jumlah kasus korupsi yang dilaporkan dengan yang

ditangani dan ditindaklanjuti di Provinsi Bengkulu dari tahun ke tahun menunjukkan

angka yang berfluktuasi. Tahun 2006 kinerja aparatur hukum dalam penyelesaian

laporan tindak pidana korupsi menunjukkan hasil yang sangat memuaskan dengan

capaian persentase 87,50%. Capaian ini menunjukkan pemerintah dan aparatur

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  13

hukum masih konsisten dengan komitmennya yang menyatakan perang melawan

korupsi.

Tahun 2009 kinerja aparatur hukum dalam penyelesaian laporan tindak pidana

korupsi menurun drastis, dengan tingkat persentase 43,24%. Sangat ironis, di satu

sisi pemerintah menyatakan komitmennya memberantas korupsi dan mengajak

masyarakat berpartisipasi melaporkan temuan-temuan yang berindikasi korupsi,

namun di sisi lain pemerintah, terutama aparatur hukum pemegang kewenangan

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi, baik kepolisian daerah maupun

kejaksaan tinggi, terkesan lamban bahkan mungkin sengaja membiarkan laporan-

laporan tindak pidana korupsi menggantung tanpa kejelasan dan kepastian hukum.

Penyebab lambannya kinerja pemberantasan korupsi yang sering dijadikan alasan

oleh aparatur hukum adalah lamanya waktu menunggu hasil audit kerugian negara

yang dilakukan auditor BPK/BPKP Perwakilan Bengkulu. Penyebab lain, banyaknya

laporan tindak pidana korupsi yang disampaikan masyarakat tidak didukung oleh

bukti yang kuat, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam registrasi perkara artinya

secara hukum perkara dugaan tindak pidana korupsi tersebut tidak bisa diselesaikan,

namun kendatipun demikian aparatur hukum tetap tidak konsisten, seharusnya jika

memang tidak cukup bukti, demi kepastian hukum harus dilakukan pemberhentian

penyidikan.

Untuk melihat perkembangan persentase jumlah kasus korupsi yang dilaporkan

dengan yang disidang dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2009, digambarkan

dalam grafik di bawah ini.

Gambar 2.4. Perkembangan persentase jumlah Kasus Korupsi yang Dilaporkan Dengan yang Disidang di Provinsi Bengkulu, Tahun 2005 - 2009

37

77.2789

22

8

2417

16176

2114

82.35 87.5075.00

43.24

9497 9494

0

20

40

60

80

100

120

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Kasus yang Dilaporkan Jumlah Perkara yang Disidangkan

% Penyelesaian Provinsi % Penyelesaian Nasional

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

14

Apabila kinerja aparatur hukum dalam penyelesaian laporan tindak pidana korupsi

dikaitkan dengan salah satu tujuan/sasaran pembangunan daerah, yaitu untuk

melakukan pemberantasan korupsi, maka dapat dikatakan bahwa capaian hasil

pembangunan daerah di bidang ini sangat tidak memuaskan. Terbukti dari rendahnya

capaian persentase laporan tindak pidana korupsi yang berhasil diselesaikan. Jika

dibandingkan dengan rata-rata nasional, maka kinerja aparatur hukum daerah tidak

lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Sebagaimana data pada Tabel 4

(lampiran) persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani di Provinsi Bengkulu

masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan persentase yang dicapai di tingkat

nasional. Hal ini memberikan implikasi rendahnya kemauan politik pemerintah daerah

Provinsi Bengkulu dalam memberantas tindak pidana korupsi, artinya penempatan

salah satu tujuan pembangunan daerah, yaitu untuk melakukan pemberantasan

korupsi, masih sebatas retorika politik.

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi yang patut diberikan bahwa faktor utama yang menentukan

keberhasilan penyelesaian kasus-kasus korupsi adalah kemauan politik kepala

pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah yang konsisten menjalankan

rencana dan pelaksanaan dari setiap kebijakan yang ditujukan untuk memberantas

korupsi. Meskipun berbagai strategi dan instrumen hukum pemberantasan korupsi

yang ada sudah cukup memadai, namun betapa pun sempurnanya instrumen hukum

dan strategi yang dibuat, korupsi akan tetap terjadi, tanpa komitmen pemimpin (kepala

negara dan kepala daerah) yang bersungguh-sungguh memberantas korupsi.

Profesionalitas lembaga pengawasan fungsional inspektorat daerah perlu lebih

difungsikan dengan menempatkan tenaga auditor fungsional yang lulus sertifikasi

auditor nasional. Selain itu perlu dilakukan upaya mendekatkan pengawas eksternal

ke setiap SKPD, konkritnya BPK sebaiknya memiliki kantor perwakilan di setiap

kabupaten/kota. Partisipasi individu dan kelompok masyarakat dalam mengawasi

penggunaan anggaran dan barang milik negara dan daerah, juga perlu ditingkatkan,

melalui pembukaan akses pengawasan langsung masyarakat, pengawasan media

massa, sehingga dapat menutup peluang terjadinya korupsi. Untuk itu, agar partisipasi

individu warga masyarakat, kelompok orang dalam mengontrol kebijakan penggunaan

anggaran dan barang oleh aparatur pemerintah, dapat berjalan optimal, maka kepada

masyarakat perlu diberikan pembelajaran hukum dan jaminan keamanan bagi individu

maupun kelompok orang yang menjadi pelapor kasus korupsi.

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  15

2.1.2. Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap

Sembilan daerah kabupaten dan satu kota dalam wilayah Provinsi Bengkulu hampir

semuanya sudah memiliki Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, yang pengaturannya

didasarkan pada peraturan daerah masing-masing, kecuali Kabupaten Bengkulu

Selatan masih mengatur pembentukan instansi tersebut dalam Peraturan Bupati.

Sampai saat ini satu-satunya kabupaten yang belum memiliki Kantor Pelayanan

Terpadu adalah Kabupaten Bengkulu Tengah yang merupakan daerah otonom baru,

hasil pemekaran dari kabupaten induk, yakni Kabupaten Bengkulu Utara. Alasan

belum dibentuknya peraturan daerah tentang pelayanan perijinan terpadu di

Kabupaten Bengkulu Tengah, antara lain disebabkan kabupaten ini belum memiliki

Bupati/Kepala Daerah definitif dan lembaga DPRD kabupaten ini baru terbentuk pada

tanggal 21 Juli tahun 2008.

Persentase jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu

atap terbukti menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga

organisasi perangkat daerah yang diperintahkan pembentukannya berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sudah terpenuhi. Seiring peningkatan

persentase daerah kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Bengkulu yang memiliki

Kantor Pelayanan Terpadu, seharusnya terjadi pula peningkatan pelayanan publik,

namun dalam pengamatan implementasinya masih belum optimal. Indikator

persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki Perda pelayanan satu atap tahun

2005 sampai dengan 2009, digambarkan dalam grafik di bawah ini

Gambar 2.5. Perkembangan Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah (Perda) Pelayanan Satu Atap, Tahun 2005 - 2009

80.00

101099 9

53 486

60.00

33.33

44.4455.56

0

10

2030

40

50

6070

80

90

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Kabupaten /Kota

Kabupaten /Kota Yang Memiliki Perda Pelayanan satu Atap

Persentase Kab./Kota yang Memiliki Perda Pelayanan satu Atap

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

16

Apabila dikaitkan dengan salah satu tujuan pembangunan meningkatkan pelayanan

publik maka langkah awal dapat dikatakan sudah menunjukkan peningkatan, yakni

dengan dibuatnya Perda Pelayanan Satu Atap, yang menjadi alat dalam mewujudkan

keinginan pemerintah yaitu untuk mengatasi permasalahan birokrasi yang lambat dan

berbelit-belit.

Keberhasilan daerah dalam membentuk Perda atau Perbup tentang pelayanan satu

atap yang ditindaklanjuti dengan pengisian jabatan pada badan/kantor pelayanan

terpadu bersangkutan, pelaksanaan kinerja pelayanannya secara umum sudah dapat

mengurangi kelambatan dan birokrasi pelayanan yang berbelit-belit, namun capaian

kinerja pelayanan masih belum optimal, antara lain disebabkan oleh faktor kesiapan

sumber daya yang belum memadai.

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi, bahwa keberhasilan pemerintah kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu

dalam membentuk peraturan daerah tentang pelayanan satu atap atau pelayanan

perijinan terpadu harus ditindaklanjuti dengan peningkatan pelayanan prima, yakni

optimalisasi pelayanan yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari badan atau kantor

pelayanan satu atap bersangkutan, sehingga birokrasi perijinan dan pelayanan publik

lainnya yang selama ini oleh stakeholders sering dirasakan lamban, boros dan

bertele-tele dapat dihilangkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan intensif

terhadap aparatur daerah yang menangani pelayanan terpadu agar senantiasa

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan komitmennya dalam

mengemban tugas melayani stakeholders.

Paradigma birokrasi juga harus diubah dari paradigma selama ini yang

memposisikan diri sebagai penguasa sehingga bermentalitas “minta dilayani”,

menjadi “pelayan” yang siap memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders.

Badan/kantor pelayanan perijinan terpadu/pelayanan satu atap yang sudah terbentuk

harus konsisten menjalankan fungsi pelayanan yang menjadi kewajibannya sesuai

dengan standar prosedur pelayanan (SOP) yang sudah ditetapkan, sehingga

pelayanan yang diberikan benar-benar terikat dengan ruang waktu pelayanan yang

sudah menjadi komitmen dan sesuai dengan harapan stakeholders. Kemudian, jenis

pelayanan yang diberikan, biaya (jika pelayanan membutuhkan biaya) dan jangka

waktu penyelesaian setiap paket pelayanan harus disosialisasikan dengan

menjunjung tinggi prinsip transparansi pelayanan publik.

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  17

2.1.3. Persentase Instansi (SKPD) Provinsi Yang Memiliki Pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Berdasarkan opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Provinsi Bengkulu dalam waktu 5 tahun terakhir (2005-2009) menunjukkan bahwa

LKPD Provinsi Bengkulu belum pernah mendapat opini WTP (wajar tanpa

pengecualian). Laporan tersebut didasarkan pada laporan keuangan dari setiap

SKPD provinsi yang disampaikan kepada BPK Perwakilan Provinsi Bengkulu, yaitu

sebanyak 32 SKPD, terdiri atas 17 instansi SKPD dinas daerah provinsi, 13 instansi

SKPD badan dan rumah sakit daerah, dan 2 instansi SKPD sekretariat pemerintah

daerah provinsi, yaitu sekretariat daerah provinsi dan Sekretariat DPRD Provinsi

Bengkulu. Data opini LKPD yang diberikan BPK Perwakilan Provinsi Bengkulu yang

didasarkan atas laporan keuangan setiap SKPD dengan opini WDP (wajar dengan

pengecualian) yang berlangsung dalam kurun waktu 5 tahun berturut-turut,

mengindikasikan bahwa pengelolaan keuangan daerah termasuk penggunaan

anggaran pada setiap instansi SKPD provinsi sudah berjalan dengan baik, namun

belum optimal karena belum pernah mencapai peringkat opini WTP (wajar tanpa

pengecualian). Dengan peringkat WDP dapat dikatakan bahwa pejabat pengelola

keuangan daerah Provinsi Bengkulu sudah mematuhi peraturan perundang-

undangan di bidang keuangan negara dan daerah, karena menunjukkan laporan

keuangan wajar, tetapi masih ada permasalahan material yang perlu diperhatikan.

Opini ini menilai laporan keuangan dapat diandalkan, tetapi pemilik kepentingan

harus memperhatikan beberapa permasalahan yang diungkapkan auditor agar tidak

mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Bengkulu 5 tahun

terakhir (2005-2009), satu-satunya pemerintah daerah yang berprestasi

mendapatkan penilaian pengelolaan keuangan daerah dengan nilai WTP (wajar

tanpa pengecualian) 2 tahun berturut-turut (2008 dan 2009) adalah Kabupaten

Mukomuko, dan Pemerintah Kabupaten Kaur juga mendapat nilai WTP dalam

pengelolaan keuangan daerah tahun anggaran 2009.

Berdasarkan data tabel 6 (Lampiran), menunjukkan kinerja pengelolaan keuangan

daerah tingkat Provinsi Bengkulu, dalam 5 tahun terakhir tidak pernah mencapai opini

WTP (unqualified opinion). Opini WTP akan dicapai apabila pemerintah daerah

Provinsi Bengkulu dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar dan tidak ada

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

18

kesalahan, sehingga laporan keuangan dapat diandalkan pemilik kepentingan dalam

proses pengambilan keputusan.

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi yang dapat diberikan, perlu dilakukan perubahan organisasi intern

dalam manajemen pengelolaan keuangan daerah yang ada pada setiap SKPD,

mengingat dasar penilaian opini pengelolaan keuangan ialah laporan akuntabilitas

dan kinerja pengelolaan keuangan yang disampaikan oleh setiap SKPD. Pemimpin

daerah harus berani memberikan laporan yang wajar, terbuka dan tanpa kesalahan

terkait penggunaan keuangan daerah, sehingga dapat meningkatkan opini LKPD dari

WDP menjadi WTP, yang merupakan salah satu indikator pemerintahan yang bersih.

2. 2. Demokrasi

2.2.1 Gender Development Index (GDI)

Kondisi GDI Provinsi Bengkulu amat rendah, namun demikian trend

perkembangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 62.3 pada

tahun 2004 menjadi 63,9 pada tahun 2005. Kemudian terus menngkat menjadi 65,3

pada tahun 2006, dan 66,9 pada tahun 2007, selanjutnya meningkat menjadi sebesar

68,3 pada tahun 2008.

Gambar 2.6. Perkembangan GDI Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2008

68.27

65.366.9

62.3

63.9

58.0

60.0

62.0

64.0

66.0

68.0

70.0

2004 2005 2006 2007 2008

GDI Prov.Bengkulu 

Meskipun GDI Provinsi Bengkulu meningkat, tetapi masih rendah bila dibandingkan

dengan GDI Nasional, hal ini disebabkan oleh kondisi keterpurukan perempuan

Bengkulu dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan politik. Rendahnya GDI

provinsi Bengkulu ini dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut. Tahun

2008 bidang pendidikan, perempuan usia 10 tahun keatas yang tidak/belum pernah

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  19

sekolah besarnya dua kali lipat penduduk laki-laki (18,65 berbanding 4,07 persen).

Begitu pula kaum perempuan yang buta huruf masih sekitar 21,12 persen sedangkan

penduduk laki-laki 6,51 persen. Di bidang ekonomi, tingkat partisipasi angkatan kerja

(TPAK) kaum perempuan masih relatif rendah yaitu 17 persen bila dibandingkan

dengan TPAK laki-laki yaitu 83 persen.

Namun apabila melihat fakta-fakta lainnya, khususnya fakta mengenai perbandingan

partisipasi antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, peningkatan

tersebut tidak memiliki arti sama sekali, karena kesetaraan perbandingan keduanya

sangat jauh selisihnya, yakni berbanding 87,56 (laki-laki) dengan 12,44 (perempuan).

Disparitas ini menandakan bahwa kesetaraan gender di Provinsi Bengkulu masih

sangat didominasi oleh kaum laki-laki. Dengan demikian, pengarusutamaan gender

kaum perempuan harus semakin kuat di dorong dan diperhatikan dengan serius, ini

agar kaum perempuan tidak menjadi beban dalam Pembangunan Nasional

Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan bukanlah karena Given

dalam proses kehidupannya. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya berbagai bentuk

diskriminasi serta ketimpangan struktur sosial-budaya masyarakat (budaya Patriaki)

yang diwarnai penafsiran ajaran yang bias gender dalam mengejar tuntutan hidup.

Selain itu, tuntutan akan akses layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang

lebih tinggi, keterlibatannya yang setara di ranah politik, kesetaraan memperoleh

pekerjaan yang luas, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas, juga

masih terbatas dan cenderung mengalami diskriminatif serta sering di zalimi dalam

kompetisi bidang-bidang tersebut.

Pembangunan dalam hal pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu yang

diukur dengan indikator GDI (gender development index) hingga saat ini belum

memperlihatkan kinerja yang cukup signifikan karena masih tingginya ketimpangan

dalam kesetaraan gender. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebijakan dan

implementasi pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu belum menghasilkan

kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja di tingkat nasional.

Hasil observasi mencerminkan bahwa kebijakan pemberdayaan perempuan,

implementasi dan hasilnya di Provinsi Bengkulu belum menunjukkan tingkat

efektifitas yang belum memadai karena tidak terlihat adanya perubahan kinerja yang

signifikan dari tahun ke tahun.

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

20

2.2.2 Gender Empowerment Meassurement (GEM)

GEM (Gender Empowerment Meassurement) merupakan salah satu paradigma

pengukuran Index Pembangunan Indonesia (IPM) berdasarkan indikator yang

dimensi ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ukuran tersebut

berdasarkan tiga variabel yaitu partisipasi perempuan dan politik (pengambilan

keputusan), akses pada kesempatan kerja profesional dan daya beli.

Realitas ketimpangan gender di Indonesia ini, juga berlangsung di Provinsi Bengkulu,

selama 5 tahun terakhir perkembangan GEM berjalan agak lambat dan cenderung

meningkat, yaitu 56.4 pada tahun 2004 menjadi 58,8 pada tahun 2005. Kemudian

terus menngkat menjadi 60,0 pada tahun 2006, dan menjadi 61,8 pada tahun 2007,

selanjutnya pada tahun 2008 meningkat cukup signifikan menjadi 71,76, seperti

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.7. Perkembangan GEM Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2008

61.856.4

58.8 60.0

71.76

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

2004 2005 2006 2007 2008

Peningkatan ini juga tidak berarti apabila melihat perbandingan partisipasi antara laki-

laki dan perempuan dalam proses pembangunan, dimana laki-laki jauh lebih

dominan, yakni berbanding 89,11 (laki-laki) dengan 10,89 (perempuan). Disparitas ini

menandakan gejala makro tentang pengarusutamaan gender di Indonesia, dimana

peran dan partisipasi (kuantitas dan kualitas) kaum perempuan mesti diberi peluang

sebesar mungkin (oleh semua pihak) agar mampu mengejar ketinggalannya dalam

pembangunan.

Kondisi rendahnya GEM Provinsi Bengkulu yaitu dapat dilihat dari kondisi partisipasi

dan poilitik perempuan. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2008

menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan Bengkulu di DPRD dan DPR masih

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  21

rendah, yaitu sekitar 18 persen dan di DPD sekitar 10 persen (hanya satu orang

perempuan) yang mewakili Provinsi Bengkulu. Selain itu keterlibatan perempuan

dalam jabatan publik dapat dilihat dari komposisi perempuan dan laki-laki pegawai

negeri sipil (PNS) yang menduduki jabatan eselon. Menurut data BKN Juni 2008, dari

sebanyak 4,59 % orang yang menduduki jabatan eselon (eselon I sampai eselon V)

di Indonesia, hanya 20,16 persen dijabat oleh perempuan, selebihnya 79,84 persen

dijabat oleh laki-laki. Semakin tinggi jenjang eselon, semakin senjang perbedaan

komposisi antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu, peran perempuan pada

lembaga yudikatif juga masih rendah, yakni 20 persen dari hakim yang ada dijabat

oleh perempuan, dan 18 persen sebagai hakim agung pada tahun 2008. Sedangkan

dari 6.177 jaksa di seluruh Indonesia pada tahun yang sama tersebut, hanya 26,78

persen dijabat oleh perempuan, sisanya 73,22 persen oleh laki-laki.

Melihat gambaran diatas, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif pada saat ini

belum memenuhi amanat undang-undang, sedangkan posisi dan peran perempuan

di lembaga eksekutif relatif kecil, yang menduduki jabatan publik serta komposisi dan

peran perempuan di lembaga yudikatif belum mencapai tingkat yang diharapkan.

Partisipasi politik perempuan dihadapkan pada terbatasnya perempuan yang

bersedia terjun di kancah politik, sehingga partai politik banyak mengalami

kekurangan kader perempuan. Lingkungan sosial budaya kurang kondusif dalam

mendukung perempuan untuk berpartisipasi dalam politik, selain kurangnya

pendidikan dan pelatihan politik untuk perempuan. Sedangkan posisi dan peran

perempuan dalam jabatan publik masih dihadapkan pada otoritas tim dalam badan

seleksi yang kurang memperhatikan aspek keadilan dan kesetaraan gender.

Pembangunan dalam bidang pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu yang

diukur dengan indikator GEM (gender empowerment measure) hingga saat ini belum

memperlihatkan kinerja yang cukup signifikan karena masih tingginya ketimpangan

dalam kesetaraan gender. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebijakan dan

implementasi pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu belum menghasilkan

kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja di tingkat nasional.

Hasil observasi mencerminkan bahwa kebijakan pemberdayaan perempuan,

implementasi dan hasilnya di Provinsi Bengkulu belum menunjukkan tingkat

kemajuan yang signifikan dan memadai karena tidak terlihat adanya perubahan

kinerja yang signifikan dari tahun ke tahun.

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

22

Rekomendasi Kebijakan

Masih rendahnya GDI dan GEM di Provinsi Bengkulu mengisyaratkan bahwa

Pemerintah Provinsi Bengkulu perlu meningkatkan berbagai upaya yang bertujuan

untuk mendorong peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan. Landasan

hukum yang menjamin keadilan dan kesetaraan gender dirumuskan dalam UUD

1945 pada Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28C ayat 1. Selain itu UU No.7

Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk

diskriminasi terhadap perempuan, dan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang

pengarusutamaan gender dalam kebijakan, program, dan kelembagaan merupakan

landasan hukum yang memastikan terciptanya kesetaraan dan keadilan gender.

Di sisi lain, berbagai kebijakan tidak konsisten dengan kebijakan lain dan kebijakan di

atasnya seperti UU Perkawinan tahun 1974, UU No. 7 tahun 1984 tentang

Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi, dan

Inpres No. 9 Tahun 2000. UU Perkawinan Tahun 1974 pasal 1 menyatakan laki-laki

sebagai kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu rumah tangga. UU ini

menciptakan kesenjangan gender secara meluas, karena UU tersebut kemudian

dijadikan rujukan bagi kebijakan lain seperti penentuan upah dan pajak. Kaji ulang

atau revisi atas UU Perkawinan Tahun 1974 perlu dilakukan agar konsisten dengan

kebijakan yang lain.

UU No.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi diharapkan mampu mengubah tatanan politik nasional dengan

melibatkan keterlibatan perempuan dalam menjalankan institusi politik. Perubahan

yang diharapkan bukan semata pada jumlah perempuan yang terlibat dalam lingkar

pengambil keputusan, tetapi juga pada representasi kepentingan dan kebutuhan

perempuan dalam penyelenggaraan politik tersebut. Pelaksanaan Undang-undang

tersebut sangat lemah karena terbentur pada nilai yang berlaku di Indonesia.

Penjelasan dari UU tersebut menyebutkan bahwa pelaksanaan konvensi

“...disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya,

adat-istiadat serta norma-norma keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara

luas oleh masyarakat Indonesia.” Hal ini berarti bahwa UU tersebut bersifat inferior

terhadap norma sosial yang berlaku sehingga bertentangan dengan tujuan konvensi.

Inpres No. 9 Tahun 2000, mendorong pengarusutamaan gender dalam lembaga,

kebijakan, dan program pemerintahan. Di sisi lain, kebijakan tersebut tidak mampu

mendorong pelaksanaan pengarusutamaan karena kebijakan itu tidak dalam bentuk

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  23

Keputusan Presiden atau UU. Selain itu, Kementrian Negara Pemberdayaan

Perempuan tidak mempunyai infrastruktur daerah untuk membantu proses

pelaksanaan Inpres tersebut. Kebijakan penyetaraan dan keadilan gender di instansi

teknis juga tidak efektif karena tidak dilengkapi dengan anggaran. Di masa depan,

Inpres No. 9 Tahun 2000 perlu diperkuat menjadi Keppres atau undang-undang agar

efektif untuk mendorong pengarusutamaan gender dalam lembaga, kebijakan, dan

program pemerintah.

Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam

pembangunan bidang pemberdayaan perempuan perlu di arahkan pada

peningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik (pemahaman dan

kesadaran serta pemantapan aktivitas perempuan untuk cerdas dan terampil dalam

politik) dan jabatan publik serta meningkatkan taraf pendidikan dan layanan

kesehatan serta bidang pembangunan lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup

dan sumber daya kaum perempuan. Selain itu diupayakan menjaga jaringan kerja

sama yang telah terbentuk seperti Gender Focal Point Network yang terdiri dari

Economy Gender Focal Point, Fora Gender Focal Point dan program director,

sebagai mitra dari IWAPI, LSM, dan LIPI, serta pakar gender.

CC.. AAGGEENNDDAA MMEENNIINNGGKKAATTKKAANN KKEESSEEJJAAHHTTEERRAAAANN RRAAKKYYAATT

C.1. Indikator Indikator yang digunakan untuk mewujudkan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Indikator Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

No Indikator Satuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Nilai 69.90 71.10 71.30 71.57 72.14 72.55

Pendidikan 2 Angka Partisipasi Murni SD/MI Persen 94.72 92.64 93.89 94.30 94.40 94.98 3 Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) Persen 110.73 105.63 110.40 111.23 111.28 110.46 4 Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMP Persen 4.34 5.53 5.53 5.53 6.73 6.77 5 Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat

Sekolah Menengah Nilai 4.55 4.72 5.45 5.68 5.83 7.79

6 Angka Putus Sekolah Tingkat SD Persen 2.28 1.92 5.86 2.75 2.01 7 Angka Putus Sekolah Tingkat SMP Persen 6.09 3.17 6.78 7.50 2.57 8 Angka Putus Sekolah Tingkat

Sekolah Menengah Persen 6.92 8.92 2.76 3.11 4.26

9 Angka Melek Huruf Persen 94.21 93.47 93.69 93.91 94.60 94.90 10 Persentase Guru Layak Mengajar

Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP

Persen 85.66 85.58 80.20 82.99 87.03

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

24

11 Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat Sekolah Menengah

Persen 72.97 77.73 83.69 83.96 83.14

Kesehatan 12 Umur Harapan Hidup Tahun 67.40 68.80 68.90 69.20 69.40 69.65 13 Angka Kematian Bayi (per 1.000

kelahiran hidup) 48 43 39 34 28 15.43

14 Gizi Buruk Persen 3.20 1.56 0.63 0.43 0.02 15 Gizi Kurang Persen 25.80 24.70 23.60 20.10 16 Persentase Tenaga Kesehatan per

Penduduk Persen 0.19 0.20 0.29 0.26 0.22 0.25

Keluarga Berencana 17 Contraceptive Prevalence Rate Persen 89.62 88.47 81.79 84.32 82.29 68.20 18 Pertumbuhan Penduduk Persen 1.61 1.60 1.61 1.59 1.56 1.52 19 Total Fertility Rate Persen 2.212

Ekonomi Makro 20 Laju Pertumbuhan Ekonomi Persen 5.38 5.82 5.95 6.46 4.93 4.04 21 Persentase Ekspor terhadap

PDRB Persen 32.15 32.24 31.92 31.04 31.62 28.22

22 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB

Persen 4.02 3.96 4.00 3.96 3.93 3.93

23 Pendapatan Perkapita Rp.juta 5.25 6.54 7.27 7.93 8.79 9.32 24 Laju Inflasi Persen 4.67 25.22 6.52 5 13.44 2.88

Investasi 25 Nilai Realisasi Investasi PMDN Rp.Milyar 0.984 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26 Nilai Persetujuan Rencana

Investasi PMDN Rp.Milyar 104.10 169.10 0.00 268.50 0.00 0.00

27 Nilai Realisasi Investasi PMA US$ Juta 0.00 12.90 0.00 0.00 13.00 1.10 28 Nilai Persetujuan Rencana

Investasi PMA US$ Juta 1.40 12.10 41.60 0.80 24.25 10.25

29 Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA

Orang 0.00 5,228 0.00 0.00 947 0.00

Infrastruktur 30 Persentase Jalan Nasional dalam

Kondisi Baik Persen 70.84 69.49 68.00 80.00 56.08 28.17

31 Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang

Persen 14.38 29.33 30.00 15.00 26.70 39.32

32 Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak

Persen 14.78 1.18 2.00 5.00 17.22 32.50

33 Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Baik

Persen 40.71 9.00 58.62 46.90 62.43 38.26

34 Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Sedang

Persen 41.57 49.92 38.10 46.32 19.26 31.39

35 Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Rusak

Persen 17.72 41.08 3.28 6.77 18.31 30.36

Pertanian 36 Rata-rata Nilai Tukar Petani per

Tahun 105.48 103.58

37 PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku

Rp.Juta 3,242 4,077 4,566 5,187 5,902 6,147

Kehutanan 38 Persentase Luas lahan rehabilitasi

dalam hutan terhadap lahan kritis Persen 15.4 5.3 15.6 3.3 50.1

Kelautan 39 Jumlah Tindak Pidana Perikanan Kasus 5 3 2 2 2 1 40 Luas Kawasan Konservasi Laut km2

Kesejahteraan Sosial 41 Persentase Penduduk Miskin Persen 22.39 22.18 23.00 22.13 20.64 18.59 42 Tingkat Pengangguran Terbuka Persen 6.29 6.15 6.04 4.68 4.90 5.31

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  25

C.2, Analisis Pencapaian Indikator

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Provinsi Bengkulu mengalami kemajuan dan peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2005 sebesar 71,10 meningkat menjadi 71,30 pada tahun 2006 dan

menjadi 71,57 tahun 2007, kemudian meningkat menjadi 72,14 tahun 2008 dan terus

meningkat menjadi 72,55 pada tahun 2009. Peningkatan ini menunjukkan

keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraaan masyarakat dan

menempatkan IPM provinsi Bengkulu berada diatas rata-rata capaian nasional.

Gambar 2.8 Perkembangan IPM Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2009

72.5572.1471.5771.369.9 71.1

9.328.797.937.276.545.25

69.6569.4069.2068.9068.8067.40

94.9094.6093.9193.6993.4794.21

0102030405060708090

100

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks Pembangunan Manusia Pendapatan Perkapita (Rp.Juta)Umur Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (%)

Apabila dilihat pada grafik diatas, variabel yang mempunyai kontribusi cukup besar

dalam meningkatkan nilai IPM provinsi Bengkulu, adalah dari komponen aspek

kesehatan (Umur Harapan Hidup) dan komponen aspek pendidikan (Angka Melek

Huruf), sementara itu dari segi pendapatan perkapita perannya masih sangat kecil.

Oleh karena itu, meskipun nilai IPM meningkat namun tidak dibarengi dengan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga dapat dilihat bahwa persentase

jumlah penduduk miskin masih sangat besar (18,59% tahun 2009). Oleh karena itu

dalam upaya untuk menaikkan nilai IPM perlu dilakukan secara bersamaan dengan

penguatan dan pemberdayaan ekonomi serta pengentasan masyarakat miskin.

Rekomendasi Kebijakan

Dalam upaya untuk meningkatkan angka IPM provinsi Bengkulu

Program pengembangan ekonomi masyarakat perlu mendapat prioritas dalam

pembangunan manusia

Peningkatan pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan.

Memprioritaskan anggaran untuk program-program pemberantasan kemiskinan.

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

26

2. Pendidikan

Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pembangunan dalam bidang pendidikan

di Provinsi Bengkulu pada EKPD 2010 ini terdiri dari: Angka Partisipasi Murni (APM),

Angka Partisipasi Kasar, Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs, SMA/SMK/MA, Angka Putus

Sekolah (APS) SD, SMP,SMA dan Angka Melek Aksara (AMA) 15 tahun keatas,

persentase guru yang layak mengajar SMP/MTs, dan SMA.

2.1. Angka Partisipasi Murni SD/MI

Angka Partsipasi Murni (APM) merupakan alat ukur yang menunjukkan besarnya nilai

(persentase) dari perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah dengan jumlah

seluruh anak yang berusia sekolah sesuai dengan usia dan tingkatan pendidikan. Nilai

APM sekaligus memberikan informasi tentang persentase anak-anak usia sekolah yang

tidak bersekolah. Seperti dapat dilihat pada grafik 2.9 bahwa APM untuk tingkat SD/MI

di Provinsi Bengkulu sudah melebihi dari 90 persen dengan trend yang meningkat,

terendah pada tahun 2005 sebesar 92,64%. Ini berarti sebagian besar dari seluruh

jumlah keseluruhan anak yang berusia antara 7-13 tahun telah bersekolah, bahkan

pada tahun 2008 nilai APM sudah mencapai 94,40%. Meskipun Angka APM SD/MI

sudah meningkat namun belum mencapai 100 persen. Artinya masih terdapat anak

usia sekolah jenjang pendidikan SD belum sekolah seluruhnya.

APM-SD tahun ajaran 2009 sudah mencapai 94,98%, dari data ini berarti bahwa masih

ada 5,12% anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah di tingkat SD/MI dan capaian

angka ini sudah melampaui rata-rata nasional sebesar 94,37%.

Grafik 2.9. Angka Partsipasi Murni (APM) SD/MI dan Tingkat Pendapatan per Kapita Provinsi Bengkulu, Tahun 2004-2009.

94.9894.3093.8992.6494.72 94.40

9.327.937.276.545.25 8.79

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2004 2005 2006 2007 2008 2009

APM Tingkat SD Pendapatan Per Kapita (Rp.juta)

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  27

Meningkatnya angka APM SD/MI ini disebabkan karena ditunjang oleh adanya

penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Provinsi Bengkulu

dan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat.

Ada beberapa kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program wajib belajar

pendidikan dasar di daerah ini, antara lain: keterbatasan anggaran pemerintah daerah,

masih rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan terutama didaerah pedesaan

karena terbatasnya jumlah sekolah yang ada, selain itu masih tingginya persentase

tingkat kemiskinan masyarakat dan rendahnya tingkat pendapatan per kapita

masyarakat menyebabkan ketidakmampuan orang tua siswa untuk menyekolahkan

anaknya, meskipun pemerintah telah melakukan program pendidikan gratis, namun

masih terdapat biaya-biaya lainnya dimana orang tua siswa miskin tidak mampu untuk

membayarnya.

Rekomendasi Kebijakan:

Memberikan beasiswa untuk siswa yang tidak mampu.

Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara gratis

tanpa pungutan biaya apapun.

Menyediakan materi dan peralatan pendidikan, seperti seperti buku pelajaran

maupun peralatan penunjang belajar mengajar.

Meningkatkan jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya

Peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari APBN dan

APBD

Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan

pendidikan.

Pemerataan dan perluasan akses pelayanan pendidikan yang memadai, baik

melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

2.2 Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)

Sejak tahun 2004 hingga tahun 2009 Angka Partsiipasi Kasar (APK) SD/MI di Provinsi

Bengkulu, seperti dapat dilihat pada gambar 2.10 menunjukkan bahwa APK untuk

tingkat SD/MI melebihi dari 100 persen dengan trend yang sedikit berfluktuasi, kecuali

pada tahun 2005 menurun sedikit menjadi sebesar 105,63%. Namun kemudian

meningkat lagi dalam beberapa tahun terakhir. Ini berarti rasio jumlah siswa, berapapun

usianya, yang sedang sekolah di tingkat SD/MI di provinsi Bengkulu terhadap jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan melebihi 100 persen atau dengan kata lain

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

28

masih banyak siswa yang berumur di bawah tujuh tahun dan di atas 12 tahun yang

masih mengikuti pendidikan di tingkat SD.

Grafik 2.10. Perkembangan Angka Partsipasi Kasar (APK) SD/MI dengan Tingkat

Kemiskinan, Pendapatan per Kapita, di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004-2009.

9.32

18.5920.6422.39 22.18 23.00 22.13

110.46111.28111.23110.40105.63110.73

8.795.25 6.54 7.27 7.930

20

40

60

80

100

120

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kemiskinan (%) APK Tingkat SD PDRB Per Kapita (Rp.juta) ADHB

  

2.3 Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs

Perkembangan rata-rata nilai akhir ujian nasional untuk siswa SMP/MTs di Provinsi

Bengkulu sedikit lebih baik secara nasional kecuali pada tahun 2004 capaian yang

diproleh dibawah rata-rata nasional (4,34). Pada tahun 2005 rata-rata nilai akhir ujian

nasional untuk siswa SMP/MTs meningkat sangat signifikan menjadi sebesar 5,53.

Namun pada tahun 2006 sampai tahun 2007 tidak mengalami peningkatan (konstan),

dan kembali meningkat menjadi 6,73 pada tahun 2008 dan naik menjadi 6,77 pada

tahun 2009. Hasil nilai rata-rata UN ini dapat dikategorikan memuaskan. Meningkatnya

rata-rata nilai akhir ujian nasional mempunyai korelasi yang positif dengan banyaknya

persentase jumlah guru yang layak mengajar, seperti dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 2.11. Rata-rata Nilai Akhir Ujian Nasional Tingkat SMP/MTs dan Jumlah Guru Layak Mengajar Tingkat SMP di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2008

6.776.735.535.535.534.34

87.0385.66 85.58 80.20 82.99

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMP Guru Layak Mengajar SMP (%)

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  29

Rekomendasi Kebijakan:

Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi tenaga pendidik

dan peserta didik.

Mengembangkan kurikulum yang berstandar nasional yang disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni serta perkembangan

global, regional, nasional dan lokal.

Mengembangkan sistem evaluasi dan monitoring, akreditasi dan sertifikasi

termasuk sistem pengujian dan penilaian pendidikan.

Menyempurnakan manajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan

desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada satuan pendidikan.

2.4 Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA

Perkembangan rata-rata nilai akhir ujian nasional siswa SMA/SMK/MA di Provinsi

Bengkulu belum lebih baik atau dibawah rata-rata capaian nasional. Namun demikian

perkembangannya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun

2004 rata-rata nilai akhir ujian nasional siswa SMA/SMK/MA sebesar: 4,56 dan pada

tahun 2005 meningkat sedikit menjadi 4,72. Kemudian pada tahun 2006 rata-rata nilai

akhir ujian nasional siswa SMA/SMK/MA meningkat cukup signifikan sehingga menjadi

5,45 dan menjadi 5,68 pada tahun 2007, naik sedikit menjadi 5,83 pada tahun 2008

dan meningkat cukup signifikan menjadi 7,79 pada tahun 2009.

Naiknya rata-rata nilai akhir ujian nasional siswa SMA/SMK/MA, diduga berkorelasi

dengan jumlah guru yang layak mengajar, semakin tinggi persentase jumlah guru

yang layak mengajar, maka akan semakin tinggi pula rata-rata nilai akhir ujian

nasional siswa, seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Grafik 2.12. Perkembangan Rata-Rata Nilai Akhir Ujian Nasional Siswa SMA/SMK/MA dan Jumlah Guru Layak Mengajar Tingkat SMA di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2008

7.795.835.685.454.724.55

83.6977.73

72.9783.96 83.14

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMA Guru Layak Mengajar SMA (%) 

 

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

30

2.5 Angka Putus Sekolah SD, SMP/MTs

Angka putus sekolah mencerminkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang sudah

tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu.

Jumlah anak putus sekolah di Provinsi Bengkulu tergolong cukup tinggi, pada tahun

2004 persentase angka putus sekolah tingkat SD sebesar 2,28%, kemudian sedikit

menurun menjadi 1,92% pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006 persentase angka

putus sekolah tingkat SD meningkat sangat signifikan menjadi 5,86%. Angka ini

menenpatkan provinsi Bengkulu yang tertinggi di Indonesia, kemudian diikuti oleh

Papua Barat (5,28%). Tingginya persentase angka putus sekolah lebih disebabkan oleh

ketidakmampuan orang tua untuk membiayai sekolah karena kemiskinan. Jumlah anak

yang tidak melanjutkan ke kejenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama banyak

terjadi di daerah pedesaan.

Sementara itu untuk tingkat pendidikan SMP, persentase angka putus sekolah

cenderung lebih tinggi dari pada tingkat pendidikan SD. Persentase Angka Putus

Sekolah untuk SMP/MTs berfluktuasi dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.

Puncak tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 7,5%. Tingginya persentase angka

putus sekolah pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi disebabkan oleh karena

kemiskinan dan biaya pendidikan yang semakin besar, meskipun pemerintah telah

mewajibkan program pendidikan dasar sembilan (9) tahun.

Gambar 2.13. Grafik Persentase Angka Putus Sekolah SD, SMP/MTs dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2008  

7.5

18.59

1.925.86

2.752.28

2.011

6.093.17

6.78

2.57

22.18 23.0022.13

20.64

0

5

10

15

20

25

2004 2005 2006 2007 2008

Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%) Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%

Kemiskinan (%)

Pada grafik 2.13 menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan angka putus

sekolah pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi. Pada jenjang pendidikan SLTP

angka putus sekolah lebih tinggi dibandingkan pada jenjang pendidikan SD. Jika

dibandingkan dengan angka nasional, angka putus sekolah pada setiap jenjang

pendidikan di Provinsi Bengkulu menunjukkan angka yang lebih tinggi.

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  31

Rekomendasi Kebijakan:

Meningkatkan akses pelayanan pendidikan terutama terhadap penduduk miskin

Memberikan beasiswa khusus untuk masyarakat miskin

Pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan yang memadai, terutama di

daerah pedesaan.

Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara gratis

tanpa pungutan biaya apapun

Peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari APBN dan

APBD

2.6 Angka Putus Sekolah SMA/MA

Angka putus sekolah tingkat SMA/MA di Provinsi Bengkulu cenderung lebih tinggi dan

berfluktuasi dibandingkan dengan tingkat pendidikan dasar. Pada tahun 2004

persentase angka putus sekolah tingkat SMA/MA sebesar 6,92% kemudian naik cukup

tinggi pada tahun 2005 menjadi 8,92%. Pada tahun 2006 terjadi penurunan yang

signifikan menjadi 2,76% namun kemudian cenderung meningkat sehingga menjadi

sebesar 4,26% pada tahun 2009.

Pada tingkat pendidikan SMA/MA biaya pendidikan semakin besar sehingga banyak

orang tua tidak mampu untuk membiayai sekolah anaknya karena kemiskinan,

sementara itu pemerintah tidak memberikan subsidi, hal ini menyebabkan persentase

jumlah anak putus sekolah tingkat SMA/MA di Provinsi Bengkulu masih cukup banyak.

Jumlah anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan sehingga berhenti dari sekolah

dan membantu orang tua atau keluarga untuk mencari nafkah terutama banyak terjadi

di daerah pedesaan.

Gambar 2.14. Grafik Persentase Angka Putus Sekolah SMA/MA dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 -2008

18.59

22.1820.64

22.1323.00

6.92

3.114.26

2.76

8.92

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2004 2005 2006 2007 2008

Kemiskinan (%) Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah

 

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

32

2.7. Angka Melek Aksara 15 tahun keatas

Angka melek aksara di Provinsi Bengkulu mengalami perbaikan selama lima tahun

terakhir, sejak tahun 2004 sebesar 94,21 persen, kemudian sedikit menurun menjadi

93,47 persen pada tahun 2005. Mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009

cenderung menaik menjadi sebesar 94,90 persen. Apabila dibandingkan dengan

capaian rata-rata nasional, menunjukkan bahwa angka melek aksara di Provinsi

Bengkulu selalu lebih tinggi. Ini berarti bahwa kinerja program pemberantasan buta

huruf tergolong cukup berhasil, namun demikian pemerintah harus terus

mengupayakan agar angka melek aksara terus meningkat.

Tingginya angka melek aksara di Provinsi Bengkulu mempunyai korelasi dengan

meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia. Seperti dapat dilihat pada gambar 2.15,

semakin tinggi nilai IPM maka persentase jumlah angka melek aksara juga akan

semakin tinggi pula.

Gambar 2.15. Grafik Angka Melek Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas dan IPM di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2009

72.569.9 71.1 71.3 71.57 72.14

94.2193.47 93.69 93.91 94.60 94.90

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Angka Melek Huruf (%) 

Rekomendasi Kebijakan:

Peningkatan intensifikasi perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikan

keaksaraan fungsional.

Menyelenggarakan pendidikan non formal yang bermutu secara luas untuk

memberikan kesempatan kepada warga masyarakat yang tidak mungkin terpenuhi

kebutuhan pendidikannya melalui jalur formal terutama bagi masyarakat yang tidak

pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat lainnya.

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  33

Menyediakan materi dan peralatan pendidikan, seperti seperti buku pelajaran

maupun peralatan penunjang belajar mengajar.

Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan

pendidikan.

2.8. Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP

Persentase jumlah guru yang layak mengajar di provinsi Bengkulu pada saat awal

pelaksanaan RPJMN lebih baik dari rata-rata nasional, yaitu 85,66% pada tahun 2004

namun demikian menurun drastis menjadi 80,20% pada tahun 2006. Kemudian terjadi

sebaliknya dalam dua tahun terakhir mengalami kenaikan menjadi sebesar 87,03%

pada tahun 2009, seperti dapat dilihat pada gambar 2.16 berikut.

Gambar 2.16 Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Tingkat SMP

di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2008

87.0385.66 85.58

82.99

80.20

76.00

78.00

80.00

82.00

84.00

86.00

88.00

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMP

Berdasarkan data pada gambar 2.16 menunjukkan bahwa sudah lebih dari 80 persen

guru tingkat SMP di Provinsi Bengkulu sudah layak mengajar dan cenderung meningkat

dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka

jumlah guru layak mengajar adalah adanya program penyetaraan pendidikan Sarjana

(S1) dan program sertifikasi guru. Berfluktuasi nya jumlah guru yang layak mengajar

tingkat SMP antara lain disebabkan karena pengangkatan guru baru dan masih

banyaknya guru yang belum berpendidikan Sarjana (S1) dan belum mendapatkan

sertifikasi.

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

34

Meskipun persentase jumlah guru yang layak mengajar sudah tergolong tinggi, namun

masih terdapat lebih dari 10 persen guru di daerah ini tidak layak mengajar baik dilihat

dari kompetensinya maupun dari pendidikan. Jumlah ini dapat dikatakan cukup besar.

Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu dan kualitas tenaga guru yang tidak layak

mengajar ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Rekomendasi Kebijakan:

Peningkatan kualitas tenaga pendidik baik melalui penyetaraan pendidikan maupun

kursus, training dan magang.

Peningkatan jumlah sertifikasi bagi tenaga pendidik.

Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik agar lebih

mampu mengembangkan kompetensinya dan meningkatkan komitmen mereka

dalam melaksanakan tugasnya.

2.9. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat Sekolah Menengah

Persentase jumlah guru yang layak mengajar tingkat sekolah menengah di provinsi

Bengkulu naik cukup signifikan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, kemudian

naik perlahan menjadi 83,96% pada tahun 2007. Namun pada tahun 2008 menurun

sedikit menjadi 83,14%, seperti dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.17 Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Tingkat Sekolah Menengah di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2008

83.1483.69 83.96

77.73

72.97

66.00

68.00

70.00

72.00

74.00

76.00

78.00

80.00

82.00

84.00

86.00

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMA

Tingginya kenaikan ini karena adanya pemberian beasiswa untuk program

penyetaraan pendidikan sarjana S1 dan program sertifikasi guru. Dalam rangka untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan hasil belajar siswa sudah

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  35

selayaknya program peningkatan mutu dan kualitas tenaga guru perlu mendapat

perhatian serius dari pemerintah.

Rekomendasi Kebijakan:

Peningkatan kualitas tenaga pendidik baik melalui penyetaraan pendidikan

maupun kursus, training dan magang.

Peningkatan jumlah sertifikasi bagi tenaga pendidik tingkat sekolah menengah.

Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik agar lebih

mampu mengembangkan kompetensinya dan meningkatkan komitmen mereka

dalam melaksanakan tugasnya.

3. Kesehatan

3.1. Umur Harapan Hidup (UHH)

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ditunjukkan dengan

meningkatnya rata-rata Umur Harapan Hdup (UHH). Umur Harapan hidup masyarakat

di Provinsi Bengkulu sejak tahun 2004 – 2009 cenderung mengalami peningkatan.

Pada tahun 2004 Umur Harapan Hidup Penduduk Bengkulu adalah 67,4 tahun dan

pada tahun berikut meningkat menjadi 68,8 tahun, kemudian menjadi 68,9 pada tahun

2006. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan yang signifikan, UHH menjadi sebesar 69,2

dan menjadi 69,40 tahun 2008 dan sedikit meningkat menjadi 69,65 tahun 2009.

Meskipun terjadi tren peningkatan namun jika dibandingkan dengan capaian rata-rata

nasional UHH Penduduk Bengkulu masih dibawah rata-rata nasional.

Umur Harapan Hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, selain karena faktor ekonomi dan

sosial, juga dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas kesehatan. Dengan adanya layanan

kesehatan tersebut diharapkan angka kesakitan masyarakat menjadi berkurang.

Perhatian pemerintah terhadap pembangunan kesehatan penduduk cukup besar.

Program kesehatan layanan gratis terhadap keluarga miskin melalui Jaring Pengaman

Sosial (JPS) mencapai 5% dari jumlah penduduk miskin, meningkat pada tahun 2004

menjadi 10%, dan pada tahun 2005 telah terlayani 15%. Target layanan kesehatan

gratis melalui JPS yang ingin dicapai pada periode tahun 2006-2010 secara berturut-

turut adalah 20, 25, 30, 35 dan 40%. Berkat peningkatan jumlah, kualitas dan

pemerataan program layanan kesehatan tersebut, status kesehatan masyarakat terus

meningkat.

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

36

Perilaku masyarakat kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat, serta

ketersediaan pembiayaan kesehatan masih rendah, sangat mempengaruhi rendahnya

tingkat kesehatan masyarakat. Upaya pembinaan lingkungan sehat yang dilakukan

Dinas Kesehatan telah menunjukkan adanya keberhasilan, terlihat dari beberapa

indikator lingkungan sehat, seperti jumlah keluarga yang menghuni rumah sehat,

menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban milik sendiri. Pada tahun 2004

persentase penduduk yang telah menggunakan air bersih mencapai 33,16%, yang

memiliki jamban sendiri sebanyak 69,22%, dan yang sudah memanfaatkan jaringan

listrik sebanyak 71,25%, sedangkan rumah yang masih berlantai tanah tinggal sebesar

10,14%. Pada tahun-tahun selanjutnya pembinaan lingkungan sehat ditargetkan terus

meningkat; pada periode tahun 2006-2010 secara berturut-turut meningkat menjadi 55,

60, 65, 70 dan 80% keluarga. Pembinaan lingkungan sehat diharapkan juga

menciptakan perilaku masyarakat untuk hidup sehat tidak saja di dalam keluarga tetapi

juga di tempat-tempat umum seperti kantor, hotel, pasar, sekolah, sarana ibadah, dsb.

Jumlah Puskesmas juga menjadi indikator peningkatan kuantitas layanan kesehatan

kepada penduduk, jika dilihat dari posisi dan rasio jumlah penduduk juga menunjukkan

adanya peningkatan pemerataan. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas di Provinsi

Bengkulu berjumlah 147 dengan rasio 0,58 per 10.000 penduduk. Angka tersebut

mengungkapkan bahwa setiap 10.000 penduduk di Provinsi Bengkulu dilayani kurang

dari 1 (satu) buah puskesmas Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduknya maka

jumlah Puskesmas yang terdapat di Provinsi Bengkulu masih jauh dari cukup. Kondisi

itu terlihat dari masih relatif kecilnya nilai rasio Puskesmas terhadap penduduk

sehingga beban tanggungan setiap Puskesmas di Provinsi Bengkulu relatif tinggi.

Tingginya beban tanggungan Puskesmas akan berdampak negatif terhadap pelayanan

kesehatan yaitu tidak optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas

kepada masyarakat. Ketidakoptimalan pelayanan kesehatan di Provinsi Bengkulu akan

semakin tinggi bila tidak segera dilakukan penambahan atau pembangunan

Puskesmas. Sementara itu jumlah penduduk Provinsi Bengkulu dari tahun ke tahun

semakin bertambah.

Selain melalui Puskesmas, pelayanan kesehatan di Provinsi Bengkulu dilakukan

melalui Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pelayanan kesehatan melalui

Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling sangat efektif karena dapat melayani

kesehatan penduduk hingga ke daerah terpencil. Namun dilihat dari jumlahnya,

Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling yang terdapat di Provinsi Bengkulu

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  37

relatif kurang memadai. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas Pembantu dan

Puskesmas Keliling di Provinsi Bengkulu masing-masing sebanyak 505 buah dan 164

buah. Selain itu terdapat 1.720 Posyandu, Klinik/KIA 124 buah dan rumah bersalin 17

buah. Data banyaknya fasilitas kesehatan menurut jenisnya di Provinsi Bengkulu dari

tahun 2005-2008 dapat dilihat pada tabel 16 (Lampiran).

Upaya yang dilakukan pemerintah daerah sebagai bentuk dari penjabaran arah

kebijaksanaan pembangunan kesehatan di Provinsi Bengkulu diantaranya

meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan sarana

kesehatan baik di daerah perkotaan maupun di daerah-daerah terpencil.

Rekomendasi Kebijakan:

Peningkatan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan sarana

kesehatan baik di daerah perkotaan maupun di daerah daerah terpencil.

Peningkatan Program kesehatan layanan gratis terhadap keluarga miskin, seperti

Jaring Pengaman Sosial (JPS)

Kampanye pola hidup bersih dan sehat,

Pembinaan lingkungan sehat tidak saja di dalam keluarga tetapi juga di tempat-

tempat umum seperti kantor, hotel, pasar, sekolah, sarana ibadah, dsb.

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif diantara

indikator lainnya. Angka ini mencerminkan tingkat permasalahan kesehatan yang

langsung berkaitan dengan kematian bayi, tingkat kesehatan ibu dan anak, tingkat

upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, upaya keluarga dan tingkat perkembangan

sosial ekonomi keluarga.

AKB di Provinsi Bengkulu sejak tahun 2004 – 2009 menunjukan kecenderungan

menurun dari tahun ke tahun bahkan pada tahun 2008 sudah dibawah rata-rata AKB

nasional. Pada tahun 2009 AKB menurun menjadi 21,14. Kondisi ini menunjukkan

keberhasilan pemerintah dalam pembangunan bidang kesehatan. Turunnya AKB ini

didukung oleh program pelayanan kesehatan gratis yang diterapkan oleh sebagian

besar pemerintah kabupaten dan kota di provinsi Bengkulu terutama bagi penduduk

miskin.

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

38

Grafik 2.18 Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Persentase Tingkat Kemiskinan Provinsi Bengkulu, 2004 – 2009

18.59

23.0022.39 22.18 22.13

20.64

21.14

43

2834

39

48

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kemiskinan (%) AKB per 1.000 kelahiran hidup) 

Rekomendasi Kebijakan

Meningkatkan akses pelayanan kesehatan terutama terhadap penduduk miskin dan

pedesaan antara lain melalui penambahan sarana kesehatan.

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menambah tenaga kesehatan,

Memberikan pelayanan kesehatan gratis terutama kepada golongan penduduk

miskin yang tidak mampu.

3.3. Prevalensi Gizi buruk (%)

Data statistik menunjukkan bahwa nilai Prevalensi Gizi Buruk (PGB) di Provinsi

Bengkulu telah mengalami penurunan yang berkesinambungan sejak tahun 2005

sampai dengan tahun 2009. Menurunnya angka Prevalensi Gizi Buruk (PGB) antara

lain disebabkan antara lain oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan

berkurangnya jumlah penduduk miskin, sehingga berpengaruh positif terhadap

pemenuhan gizi, seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Grafik 2.19 Perkembangan Persentase Prevalensi Gizi buruk, Pendapatan per Kapita dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bengkulu, 2004 – 2009

20.64

0.021.56 0.63 0.433.20

9.328.797.936.54 7.275.25

22.1322.18

22.3923.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gizi Buruk (%) Pendapatan Per Kapita Kemiskinan (%)

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  39

Rekomendasi Kebijakan

Peningkatan pendidikan gizi masyarakat

Pelayanan kesehatan gratis kepada penduduk miskin di puskesmas dan

jaringannya

Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat

kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi lainnya;

Penambahan tenaga kesehatan khususnya tenaga ahli gizi

3.4. Prevalensi Gizi Kurang (%)

Sejalan dengan berkurangnya penderita gizi buruk, hasil observasi menunjukkan

bahwa angka prevalensi gizi kurang (PGK) di Provinsi Bengkulu juga telah mengalami

penurunan secara berkesinambungan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.

Pada tahun 2004 status gizi balita berdasarkan pemantauan status gizi (PSG)

memperlihatkan prevalensi gizi kurang sebesar 25,8%, dan pada tahun 2005 menurun

menjadi 24,7%, selanjutnya pada tahun 2006 mencapai 23,6%, dan terus menurun

menjadi 21% pada tahun 2007 dan menjadi 20,1% pada tahun 2008 (Sumber Seksi

Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu). Masih tingginya persentase status gizi bayi

terjadi karena tingkat kemiskinan orang-tuanya, rendahnya tingkat pengetahuan

keluarga tentang kesehatan, gizi, dan lingkungan sehat, masih sedikitnya jumlah

tenaga ahli gizi, terbatasnya kemampuan anggaran pemerintah daerah serta akibat dari

keterisolasian daerah tempat tinggal dan sulitnya transportasi menuju pusat layanan

kesehatan.

Grafik 2.20 Perkembangan Persentase Prevalensi Gizi Kurang, Tingkat Kemiskinan, Pendapatan per Kapita di Provinsi Bengkulu, 2004 – 2009

20.6418.59

0.021.56 0.63 0.433.20

9.328.797.936.54 7.275.25

22.1322.18

22.3923.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gizi Buruk (%) Pendapatan Per Kapita Kemiskinan (%)

 

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

40

Untuk mengatasi masalah gizi kurang, Dinas Kesehatan melakukan berbagai program

peningkatan kualitas dan pemerataan layanan kesehatan yang diantaranya adalah

dengan mengembangkan pusat-pusat kesehatan masyarakat, baik Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, maupun Posyandu. Dinas Kesehatan juga melakukan

pembinaan keluarga melalui KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dan

memperbaiki perawatan anggota masyarakat dari balita sampai tua, misalnya Bina

Keluarga Sejahtera yang tersebar sampai ke desa-desa. Selain itu, juga telah dirintis

Pos PAUD yang memadukan perawatan dan layanan anak di Posyandu dan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta memberikan imunisasi, memberikan tablet FE

kepada ibu hamil, dsb. Dengan berbagai layanan tersebut diharapkan pada tahun-

tahun yang akan datang, status gizi bayi meningkat dan angka kematian bayi (IMR)

menurun.

Rekomendasi Kebijakan

Dalam upaya pembangunan bidang kesehatan beberapa langkah-langkah yang perlu

dilakukan antara lain:

Penetapan Standar Pelayanan Minimum (SPM) agar lebih dimanfaatkan sebagai

alat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan kesehatan secara merata.

Pemantapan pelaksanaan program prioritas antara lain Desa Siaga, Program

Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin).

Pelayanan kesehatan gratis kepada penduduk miskin di puskesmas dan

jaringannya

Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat

kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi lainnya.

3.5. Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk

Untuk meningkatkan akses dan pemerataan serta kualitas layanan kesehatan ke

seluruh daerah provinsi sampai daerah pedesaan dan daerah kepulauan, Dinas

Kesehatan berupaya pula menambah tenaga medis, baik dokter spesialis, dokter

umum, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, bidan, apoteker, ahli gizi, ahli

sanitarian, perawat dan lainnya. Namun jumlah tenaga kesehatan masih dirasakan

belum mencukupi terutama tenaga dokter spesialis.

Pada tahun 2004 Provinsi Bengkulu hanya memiliki 323 tenaga dokter, yang terdiri dari

229 atau 70,90 persen dokter umum, 28 orang atau 8,67 persen dokter spesialis, dan

66 orang atau 20,43 persen dokter gigi.

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  41

Pada tahun 2004 rasio dokter dengan per 10.000 penduduk di daerah ini dengan tanpa

memandang keahlian sebesar 2,51. Angka itu mengungkapkan bahwa, setiap 10.000

penduduk Propinsi Bengkulu pada tahun 2004, dilayani kurang dari tiga orang dokter.

Artinya, secara umum penduduk Propinsi Bengkulu masih membutuhkan tambahan

tenaga dokter, baik dokter spesialis, dokter umum maupun dokter gigi. Sedangkan

secara khusus, rasio antara dokter umum dengan per 10.000 penduduk Propinsi

Bengkulu pada tahun yang sama mencapai 1,84. Angka itu menggambarkan bahwa,

setiap 10.000 orang penduduk Propinsi Bengkulu tahun 2004 dilayani kurang dari 2

(dua) orang dokter umum. Kecilnya nilai rasio dokter terhadap penduduk di sisi lain

menggambarkan bahwa beban tanggungan seorang dokter dalam pelayanan

kesehatan penduduk di Propinsi Bengkulu cukup berat.

Selain dokter, perawat kesehatan dan bidan merupakan unsur yang memegang

peranan penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat Tenaga perawat

kesehatan berperan dalam memberi tindakan atau pertolongan pertama kesehatan

sebelum ditangani dokter. Bidan berperan dalam menolong persalinan secara medis,

juga berperan sebagai tenaga kesehatan terutama di derah terpencil. Pada tahun 2004

di Provinsi Bengkulu terdapat 713 tenaga perawat, yang terdiri dari 650 orang perawat

umum dan 68 orang perawat gigi. Sementara jumlah bidan pada tahun yang sama

sebesar dan 1.308 bidan. Dari 1.378 orang bidan yang terdapat di Propinsi Bengkulu

sebanyak 584 orang atau 42,38 persen bidan pegawai negeri sipil (PNS) dan 794 orang

atau 57,62 persen bidan desa.

Dibandingkan dengan jumlah tenaga medis dokter umum, dokter spesialis, dan dokter

gigi, jumlah perawat dan bidan yang telah ada di Propinsi Bengkulu relatif lebih

memadai. Hal itu terlihat dari rasio perawat dan bidan dengan penduduk yang relatif

lebih besar dibandingkan rasio dokter dengan penduduk. Pada tahun 2004 rasio

perawat dengan per 10.000 penduduk sebesar 4,33, sedangkan rasio bidan PNS dan

bidan desa dengan per 10.000 penduduk pada tahun yang sama masing-masing

sebesar 3,85 dan 5,23.

Untuk mencapai rasio ideal antara perawat dan bidan dengan penduduk, penambahan

jumlah perawat dan bidan masih perlu dilakukan terutama penambahan bidan.

Penambahan bidan sangat diperlukan, dalam upaya mengurangi resiko kematian ibu

waktu melahirkan dan kematian bayi waktu dilahirkan. Di samping itu kehadiran bidan

sampai ke pelosok pedesaaan sangat diperlukan untuk menggantikan peran para

dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menolong

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

42

persalinan. Sebab, dalam kenyataannya penolong persalinan yang ditolong oleh bukan

tenaga medis atau dukun bayi di Provinsi Bengkulu masih relatif tinggi.

Pada tahun 2007 di Provinsi Bengkulu terdapat 459 tenaga dokter, terdiri dari 365

orang atau sebesar 79.52 persen dokter umum. Sedangkan sisanya sebanyak 30 orang

atau sebesar 6,54 persen dokter spesialis dan sebanyak 64 orang atau sebesar 13,94

persen dokter gigi.

Dibandingkan dengan jumlah penduduknya, jumlah tenaga dokter yang terdapat di

Provinsi Bengkulu masih belum memadai. Kondisi itu terlihat dari relatif kecilnya rasio

dokter umum per 10.000 penduduk. Pada tahun 2007 rasio dokter per 10.000

penduduk di Provinsi Bengkulu sebesar 2,03. Kecilnya nilai rasio dokter terhadap

penduduk dapat mengakibatkan tidak optimalnya kinerja seorang dokter dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

Rekomendasi Kebijakan

Penambahan jumlah tenaga kesehatan terutama dokter spesialis dan tenaga

kesehatan masyarakat

Pemberian insentif terhadap tenaga kesehatan terutama yang bertugas di daerah

pedesaan dan terpencil

Peningkatan dan penambahan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat.

4. Keluarga Berencana

4.1. Persentase Penduduk ber-KB

Berdasarkan data dari BKKBN Propinsi Bengkulu, jumlah peserta KB aktif atau

akseptor aktif di Propinsi Bengkulu pada tahun 2004 tercatat sebanyak 262.521

pasangan, sedangkan jumlah PUS sebanyak 292.939 pasangan. Seiring dengan

meningkatnya jumlah peserta KB aktif, proporsi akseptor aktif terhadap pasangan usia

subur pada tahun 2004 juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 proporsi

akseptor aktif terhadap pasangan usia subur sebesar 89,62 persen. Akseptor aktif di

Propinsi Bengkulu umumnya lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi suntikan dan

pil. Pada tahun 2004 proporsi akseptor aktif yang menggunakan cara suntikan dan pil

masing-masing sebesar 41,88 persen dan 33,77 persen. Sisanya sebesar 24,36 persen

menggunakan cara lainnya (spiral, kondom, obat vaginal, dan kontap).

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  43

Angka peserta KB aktif di Prov. Bengkulu cukup tinggi berdasarkan data dari tahun

2005 -2009 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan bahkan hampir mencapai

100 %, dimana pencapaian peserta KB baru tahun 2005 sebanyak 51.474 orang

menjadi 101.216 orang pada tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya

kesadaran masyarakat untuk ber-KB sudah cukup bagus, akibat dari meningkatnya

pendidikan masyarakat. Persentase capaian penduduk ber-KB di Provinsi Bengkulu

menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan rata-rata capaian sejak tahun 2004 – 2009

lebih tinggi dari nasional.

Gambar 2.21 Grafik Perkembangan Persentase penduduk ber-KB di Provinsi Bengkulu, 2004 – 2009

89.62 88.47 81.79 84.32 82.29 82.31

1,575

1,295

1,743 1,776 1,720 1,661

300 313 322 324 343

0

500

1000

1500

2000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Contraceptive Prevalence Rate (%) Posyandu (unit Klinik KB (Unit)

Meskipun demikian angka kelahiran kasar masih cukup tinggi 2,4 % mendekati angka

nasional 2,6 %, hal ini nampaknya disebabkan oleh tingginya angka perkawinan,

sehingga berpengaruh pada jumlah PUS yang terus bertambah.

Masih tingginya angka kelahiran di Provinsi Bengkulu diakibatkan oleh penggunaan alat

kontrasepsi yang belum efektif atau kontrasepsi mantap. Berdasarkan data sejak tahun

2005 – 2009 alat kontrasepsi yang digunakan PUS yaitu IUD 2.186 orang, MOW 740

orang, MOP 74 orang, Kondom 8.040 orang, IMP 10.377 orang, Suntik 46.299 orang

dan Pil 33.500 orang. Terlihat bahwa alat kontrasepsi yang digunakan sebagian besar

peserta KB adalah alat kontrasepsi yang resiko kehamilannya tinggi. Sebagian besar

PUS di Provinsi Bengkulu masih memilih alat kontrasepsi yang praktis dan tidak

permanen. Hal ini mungkin diakibatkan oleh banyaknya PUS baru yang ingin memiliki

anak cepat, karena mungkin rata-rata mereka kawin pada usia muda di bawah 22

tahun.

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

44

Sampai saat ini masih terjadi kesenjangan gender akseptor KB. Pada tahun 2005,

tingkat peran serta laki-laki sebagai akseptor KB masih rendah yaitu 1,3% dari total

peserta KB yang ada, akan diupayakan meningkat menjadi 4,5% pada tahun 2010.

Perkembangan jumlah pasangan usia subur (PUS) di Provinsi Bengkulu sejak tahun

2005 sampai dengan 2008 terus mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 309.564 pada

tahun 2005 menjadi sebanyak 334.826 pasangan pada tahun 2007 dan pada tahun

2008 meningkat 10,06% sehingga jumlah PUS menjadi 368.520 pasangan. Sejalan

dengan itu perkembangan jumlah peserta KB aktif atau akseptor aktif selama periode

tahun 2005 – 2008 juga terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2005 jumlah akseptor

aktif di Provinsi Bengkulu sebanyak 273.874 pasangan dan pada tahun 2006 meningkat

menjadi 279.794 pasangan atau naik 2,16 persen. Pada tahun 2007 jumlah akseptor

aktif di Provinsi Bengkulu menjadi sebanyak 282.333 pasangan dan pada tahun 2008

menjadi 303.238 pasangan atau mengalami peningkatan sebesar 7,40 persen dan

pada tahun 2009 jumlah akseptor aktif menjadi 315.684 pasangan. Peningkatan ini juga

diikuti dengan bertambahnya jumlah akseptor baru, pada tahun 2005 terdapat

sebanyak 51.474 akseptor baru dan meningkat menjadi 66.069 pasangan pada tahun

2006. Pada tahun 2007-2009 akseptor baru di Provinsi Bengkulu mengalami

peningkatan dari sebanyak 65.215 pasangan tahun 2007 menjadi 101.216 pasangan

pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 62,7 persen.

Penggunaan alat kontrasepsi akseptor aktif di Provinsi Bengkulu tidak banyak

mengalami pergeseran, umumnya lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi suntik

dan pil, dimana proporsinya masing-masing pada tahun 2009 mencapai 45,76 persen

dan 29,42 persen. Selain itu akseptor aktif yang menggunakan IUD, kontap,kondom

dan implant juga relatif banyak (BKKBN Provinsi Bengkulu, 2010).

Gambar 2.22. Distribusi Persentase Akseptor Aktif menurut Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan, 2009

Gambar 5.12 Distribusi Persentase Akseptor Aktif

Menurut Alat Kontrasepsi Yang Digunakan 2009

Implant13.46%

Kondom10.02%

Pil29.42%

M OP/M OW2.30%

Suntikan45.76%

Spiral/IUD6.45%

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  45

Untuk menunjang keberhasilan program KB, di Provinsi Bengkulu didukung dengan

tersedianya Klinik KB yang tersebar di setiap Kabupaten /Kota. Pada tahun 2005

terdapat 300 buah klinik KB, meningkat menjadi 313 pada tahun 2006. Pada tahun

2007 jumlah klinik KB yang ada di Provinsi Bengkulu sebanyak 322 buah, pada tahun

2008 menjadi 324 klinik dan pada tahun 2009 menjadi 343 klinik. Selain itu juga

terdapat sebanyak klinik/KIA 124 buah dan posyandu sebanyak 1.776 buah.

Rekomendasi Kebijakan

Peningkatan peran serta laki-laki sebagai akseptor KB

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin

Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi bagi pasangan usia subur tentang

kesehatan reproduksi

Pengadaan alat dan obat kontrasepsi bagi keluarga miskin.

4.2. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk

Keberhasilan program KB di Provinsi Bengkulu terlihat dari terus menurunnya angka

pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) pada kurun waktu

1980-1990 pertumbuhan penduduk Provinsi Bengkulu rata-rata sebesar 4,38 persen

per tahun, sedangkan pada kurun waktu 1990-2000 pertumbuhannya rata-rata sebesar

2,94 persen per tahun. Dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk

Provinsi Bengkulu mengalami penurunan menjadi sekitar 1,5 persen per tahun.

Jumlah penduduk Provinsi Bengkulu pada tahun 2004 mencapai 1.541.551 jiwa, terdiri

dari laki-laki 785.976 jiwa dan perempuan 755.575 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 1,6 persen. Pada tahun 2005 jumlah penduduk menjadi 1.598.177 jiwa, terdiri

dari laki-laki 815.471 jiwa dan perempuan 782.706 jiwa, dengan tingkat kepadatan

sebesar 81 jiwa per km2.

Dilihat dari jumlah perkembangan penduduk Provinsi Bengkulu tergolong cepat. Dalam

kurun waktu 1980-2006 atau dalam waktu 25 tahun penduduk Provinsi Bengkulu telah

berkembang lebih dari 2 (dua) kali lipat, yaitu dari 0,77 juta tahun 1980 menjadi

1.568.077 jiwa tahun 2006, terdiri dari laki-laki 793.323 jiwa dan perempuan 774.754

jiwa. Pesatnya perkembangan jumlah penduduk Provinsi Bengkulu secara nyata terlihat

dari angka pertumbuhan penduduk. Sejak tahun 2004 – 2009 angka pertumbuhan

penduduk Provinsi Bengkulu cenderung mengalami penurunan, meskipun demikian

masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan penduduk Indonesia.

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

46

Meskipun pertumbuhan penduduk Bengkulu tergolong cukup tinggi, namun jumlah

penduduknya masih sedikit, pada tahun 2007 sebanyak 1.616.663 jiwa dan tahun 2008

bertambah menjadi 1.641.921 jiwa selanjutnya pada tahun 2009, jumlah penduduk naik

1,52% sehingga bertambah menjadi 1.666.920 jiwa, terdiri dari laki-laki: 846.445 jiwa

dan perempuan: 820.475 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas daerahnya, penduduk di

Provinsi Bengkulu tergolong masih jarang, dengan tingkat kepadatan rata-rata

penduduk sebesar 99 jiwa/km2.

Gambar 2.23. Grafik Perkembangan laju pertumbuhan penduduk dan Contraceptive Prevalence Rate di Provinsi Bengkulu,Tahun 2004 – 2009 (%)

86.2089.62 88.47 81.79 84.32 82.29

1.521.61 1.60 1.61 1.59 1.560

20

40

60

80

100

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Contraceptive Prevalence Rate (%) Pertumbuhan Penduduk (%)

Penurunan angka pertumbuhan ini karena semakin kecilnya angka kelahiran yang

merupakan salah satu wujud keberhasilan dalam pelaksanaan program KB. Selain itu

masih tingginya angka pertumbuhan penduduk ini dapat terjadi karena Provinsi

Bengkulu merupakan daerah penerima transmigrasi dan banyaknya pendatang masuk

(migrasi masuk) ke daerah ini.

Tren pertumbuhan penduduk yang menurun memberikan indikasi bahwa kebijakan dan

program yang bertujuan untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk juga sudah

efektif. Meskipun begitu, upaya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk perlu

dipertimbangkan kembali di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan jangka

panjang dan rencana tata ruang wilayah terutama berkaitan dengan distribusinya yang

tidak merata.

Rekomendasi Kebijakan:

Memperkuat kelembagaan dan jejaring pelayanan KB yang bekerjasama dengan

masyarakat luas

Peningkatan dan pemasyarakatan program KB

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  47

4.3. Total Fertility Rate (TFR)

Indikator Total Fertility Rate (TFR) merupakan variabel yang baru diperkenalkan dalam

EKPD tahun 2010. Sejauh ini tim EKPD telah berupaya untuk mengumpulkan data TFR

dari berbagai sumber, baik BPS, BKKBN, Dinas kesehatan dan SKPD terkait lainnya

tidak dapat memberikan data yang dimaksud. Berdasarkan laporan dari BKKBN

diperoleh data Angka kelahiran total (Total Fertility Rate) di Provinsi Bengkulu pada

tahun 2009 sebesar 2,21 %. Masih tingginya angka ini nampaknya disebabkan oleh

tingginya angka perkawinan, sehingga berpengaruh pada jumlah PUS yang terus

bertambah. Angka kelahiran kasar ini lebih tinggi dibandingkan angka nasional 2,17%.

  

5. Ekonomi Makro

5.1. Laju Pertumbuhan ekonomi

Upaya pembangunan ekonomi di Provinsi Bengkulu hingga tahun 2007 telah

menghasilkan output dan outcomes seperti yang harapkan dan bahkan lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Namun selama dua tahun

terakhir ini laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu mengalami penurunan yang

signifikan sehingga berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007

cenderung menunjukkan peningkatan, yaitu dari 5,38% pada tahun 2004 meningkat

menjadi 5,82% tahun 2005, selanjutnya meningkat sebesar 0,13% menjadi 5,95% pada

tahun 2006 dan kemudian sedikit meningkat pada tahun 2007 menjadi 6,03%. Namun

pada tahun 2008 terjadi penurunan laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan sehingga

menjadi hanya 4,93% dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 4,04%. Capaian

tingkat pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan

ekonomi nasional sebesar 4,4%.

Dilihat dari segi kualitas pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu, peningkatannya

lebih banyak didorong oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi lembaga swasta

nirlaba (14,33%), konsumsi Pemerintah (5,85%), Konsumsi rumah tangga (5,64%),

sedangkan pembentukan modal sangat kecil (5,56%). Sementara itu dari ekspor

barang dan jasa mengalami penurunan (-4,77%). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kualitas pertumbuhan dan fundamental ekonomi daerah ini belum cukup baik.

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

48

Gambar 2.25 Grafik Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pembentukan Modal dan Ekspor Barang dan Jasa di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2009

4.00%

34.40%

4.04%4.93%

6.46%5.95%

5.82%5.38%

7.13%6.16%

11.61%

6.47%7.61%

5.29%

4.89%4.98%

10.41%

4.80%0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pertumbuhan Ekonomi Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa

Rendahnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu antara lain dapat disebabkan

karena rendahnya investasi dan turunnya ekspor provinsi Bengkulu karena imbas

pengaruh krisis global yang berdampak pada melemahnya permintaan dunia terhadap

beberapa produk ekspor unggulan. Selain itu kebijakan pembangunan pemerintah

daerah yang kurang mendukung pengembangan potensi daerah. Pemerintah daerah

lebih memprioritaskan pengembangan pariwisata yang terpusat di kota Bengkulu.

Kondisi ini mencerminkan bahwa kebijakan dan program pembangunan ekonomi di

Provinsi Bengkulu dalam beberapa tahun terakhir ini tidak dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah.

Rekomendasi Kebijakan:

Perubahan dalam laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh banyak

faktor. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa salah satu persoalan dalam

perekonomian Provinsi Bengkulu adalah lemahnya struktur ekonomi daerah dimana

perubahan (kenaikan atau penurunan) sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen

ekonomi tertertu saja yang dalam hal ini adalah komponen konsumsi (C) baik konsumsi

rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan dan program

pembangunan ekonomi di masa yang akan datang juga difokuskan terhadap penguatan

struktur ekonomi secara keseluruhan sesuai dengan basis potensi dan keunggulan

lokal yang dimiliki oleh Provinsi Bengkulu. Selain itu juga perlu didukung dengan

percepatan pembangunan dan peningkatan infrastruktur termasuk pemerataannya ke

daerah-daerah kabupaten.

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  49

5.2. Persentase Ekspor terhadap PDRB

Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan nilai ekspor

antara lain melalui promosi, mengundang para investor, penyediaan infrastruktur

penunjang. Namun demikian kinerja ekspor provinsi Bengkulu selama periode tahun

2004 – 2009 tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini dunia sedang

menghadapi krisis keuangan global yang berdampak pada rendahnya nilai ekspor

provinsi Bengkulu yang berasal dari beberapa komoditi pertanian, seperti: kayu, karet,

CPO, serta batu bara. Harga beberapa komoditi ekspor seperti karet dan sawit merosot

sangat drastis. Kondisi ini mengakibatkan nilai ekspor mengalami penurunan dan

berdampak penurunan pendapatan masyarakat petani pada umumnya.

Grafik 2.26 Perkembangan Persentase Ekspor Terhadap PDRB Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2009

31.92% 31.62%

28.22%

31.04%

32.24%32.15%

26.00%

27.00%

28.00%

29.00%

30.00%

31.00%

32.00%

33.00%

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Persentase Ekpor Thd PDRB

Apabila dilihat trend persentase perkembangan ekspor terhadap PDRB Provinsi

Bengkulu sejak tahun 2004 – 2009 menunjukkan kecenderungan yang terus menurun,

kecuali pada tahun 2008. Puncak penurunan terjadi pada tahun 2009, persentasenya

hanya mencapai 28,22%.

Kinerja ekspor ke luar negeri dari Provinsi Bengkulu masih belum maksimal dan sangat

kecil sekali kontribusinya. Nilai ekspor provinsi Bengkulu masih didominasi ekspor antar

daerah lebih dari 70 persen dan hanya terdiri dari beberapa komoditi saja. Pada tahun

2004 nilai ekspor sebesar Rp.2,605,765.00 juta, yang terdiri dari perdagangan antar

provinsi senilai Rp.1,992,398.19 juta dan perdagangan antar negara senilai

Rp.613,366.81 juta.

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

50

Nilai Ekspor Provinsi Bengkulu pada tahun 2005 meningkat cukup signifikan (25,41%)

dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 3,267,797.00 juta, namun pada tahun 2006 terjadi

sedikit kenaikan yaitu: 11,33% menjadi Rp. 3,638,159.00 juta dan pada tahun 2007 nilai

ekspor menjadi Rp. 3,996,383.82 juta atau mengalami kenaikan sebesar 9,85%. pada

tahun 2008 nilai ekspor menjadi Rp. 4,585,974.07 juta atau naik 14,75%. Namun pada

tahun 2009 terjadi penurunan nilai ekspor menjadi sebesar Rp. 4,383,643.21 juta atau

turun 4,41%. Secara keseluruhan rata-rata kenaikan ekspor selama tahun 2004 – 2009

adalah sebesar 11,39 persen (berdasarkan harga berlaku), namun jika dilihat

berdasarkan harga konstan hanya tumbuh 3,60 persen per tahun.

Sementara itu nilai dan perkembangan impor Provinsi Bengkulu pada tahun 2005

meningkat cukup signifikan (29,77%) dibandingkan tahun sebelumnya menjadi

Rp.1,478,544.23 juta. Impor Provinsi Bengkulu yang dominan berasal dari impor barang

antar provinsi (85,11% dari total impor), yang terdiri dari kebutuhan pokok terutama

komoditi gula, garam, pupuk, semen, besi dan material bangunan lainnya.

Rekomendasi Kebijakan:

Melihat perkembangan nilai ekspor Provinsi Bengkulu belum mengalami kenaikan yang

memadai selama lima tahun terakhir ini, oleh karena itu upaya-upaya peningkatan

ekspor masih perlu ditingkatkan baik dari segi jenis maupun kualitas produk yang

diekspor. Sejauh ini, sebagian besar produk yang diekspor oleh Provinsi Bengkulu

adalah raw material yang mempunyai nilai tambah (value added) yang relatif rendah

apabila dibandingkan dengan nilai produk yang dihasilkan dari pengolahan bahan

mentah menjadi barang setengah jadi atau bahkan menjadi barang jadi.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan nilai Ekspor Non-Migas Provinsi

Bengkulu, beberapa kebijakan perlu diambil di masa mendatang yang antara lain

adalah:

Mengoptimalkan penggunaan sarana transportasi laut Pelabuhan Pulau Baai

dengan mengeruk Alur Masuk agar dapat dimasuki oleh kapal-kapal berukuran

besar.

Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana yang berkaitan

dengan peningkatan akses market hasil-hasil pertanian dan industri yang mengolah

hasil pertanian.

Membuka jaringan pemasaran dalam pola kemitraan serta perbaikan infrastruktur

penunjang.investasi dan ekspor

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  51

5.3. Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB

Peranan sektor industri manufaktur (industri pengolahan) di Provinsi Bengkulu masih

sangat kecil sekali, baik dilihat kontribusinya terhadap pembentukan PDRB maupun

dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga sektor Industri manufaktur belum dapat

menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Jumlah perusahaan Industri

pengolahan yang berkembang masih sangat terbatas umumnya mengolah hasil-hasil

pertanian menjadi barang setengah jadi untuk di ekspor. Selama periode tahun 2004 –

2008 persentase output industri Manufaktur terhadap PDRB tidak mengalami

peningkatan bahkan sebaliknya terjadi penurunan pada tahun 2009.

Gambar 2.27. Perkembangan Kontribusi Output Manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Bengkulu, 2004 – 2009

3.93%

4.00%

3.96%3.96%

4.02%

3.93%

3.88%

3.90%

3.92%

3.94%

3.96%

3.98%

4.00%

4.02%

4.04%

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Persentase Output Manufaktur thd PDRB

Sektor industri pengolahan di Provinsi Bengkulu belum begitu berkembang, kontribusi

sektor ini dalam pembentukan PDRB masih sangat kecil hanya sebesar 4,27 persen

pada tahun 2004 dan turun menjadi 4,10 persen tahun 2005, selanjutnya terus

menurun sehingga menjadi 3,99 persen pada tahun 2009. Sejalan dengan

kontribusinya yang masih sangat kecil, dalam menyediakan lapangan kerja hanya

mampu menyerap 1,68 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belum terjadi

perubahan atau transformasi struktur produksi dalam perekonomian provinsi Bengkulu.

Perkembangan nilai produksi sektor industri manufaktur (industri pengolahan) selama

beberapa tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang singnifikan. Pada tahun 2004

nilai produksi sektor ini sebesar Rp.251.770,06 juta dan pada tahun 2005 hanya

meningkat sebesar 1,72 persen sehingga nilai produksi menjadi Rp.256.100,06 juta.

Pada tahun 2007 sektor industri pengolahan tumbuh 5,81%, selanjutnya pada tahun

2008 output sektor ini hanya tumbuh 3,12% dan pada tahun 2009 naik sebesar 4,08

persen.

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

52

Industri pengolahan yang berkembang di Provinsi Bengkulu pada umumnya adalah

industri kecil dan rumahtangga, yaitu industri yang memiliki tenaga kerja antara 5-19

orang. Sementara Industri sedang dan Industri besar masih belum berkembang. Pada

tahun 2007 di Provinsi Bengkulu hanya terdapat 18 buah industri besar /sedang dengan

penyerapan tenaga kerja sebanyak 7.364 orang. Industri besar dan sedang merupakan

industri makanan, minuman, dan tembakau berjumlah 10 buah dengan tenaga kerja

yang terserap sebanyak 4710 orang. Sedangkan 8 buah lainnya merupakan industri

pengolahan kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenis, industri kimia dan barang-barang

dari bahan kimia, batubara dan plastik, dan industri barang-barang dari logam, mesin

dan peralatannya. Tenaga kerja yang terserap di industri ini sebanyak 2654 orang.

Melihat perkembangan kondisi daya saing sektor industri pengolahan Provinsi

Bengkulu dimasa mendatang diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk

meningkatkan peranan sektor ini baik kontribusinya terhadap PDRB maupun dalam

menyerap tenaga kerja.

Dalam upaya untuk meningkatkan nilai produksi sektor industri pengolahan di Provinsi

Bengkulu menghadapi berbagai permasalahan, antara lain: Masih terbatasnya

kapasitas infrastruktur seperti: Listrik, Jalan, Pelabuhan laut dan Udara, Kontinuitas

Bahan baku dan jaringan distribusi disamping masih terbatasnya dukungan infrastruktur

pendukung kegiatan ekonomi.

Rekomendasi Kebijakan

Dalam rangka untuk meningkatkan output sektor industri pengolahan Provinsi

Bengkulu, berbagai langkah perlu dilakukan antara lain:

Melakukan promosi investasi untuk menarik investor

Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana yang berkaitan

dengan peningkatan akses market hasil-hasil pertanian dan industri yang mengolah

hasil pertanian.

Peningkatan dan perbaikan infrastruktur penunjang.

Diversifikasi produk ekspor dengan membangun industri hilir dari komoditas

unggulan daerah

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  53

5.4. Pendapatan per Kapita (dalam juta rupiah)

Perkembangan pendapatan per kapita Provinsi Bengkulu sejak tahun 2004 – 2008

cenderung mengalami kenaikan, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar ±

13,91% per tahun. Meskipun cenderung mengalami kenaikan, tetapi angka ini lebih

kecil jika dibandingkan dengan rata-rata persentase pertumbuhan pendapatan per

kapita nasional dalam peroide yang sama mencapai 19,61% per tahun. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk provinsi

Bengkulu lebih lamban kemajuannya dibandingkan dengan daerah lainnya di

Indonesia.

Pada tahun 2004 pendapatan per kapita sebesar Rp.5,23 juta dan meningkat menjadi

Rp.6,54 juta atau naik 25,05% pada tahun 2005 dan bertambah menjadi Rp.7,27 juta

atau naik 11,16% pada tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2007 mengalami sedikit

peningkatan hanya naik 9,08% menjadi Rp.7,93 juta dan pada tahun 2008 menjadi

Rp.8,8 juta. Pada tahun 2009 pendapatan per kapita naik sedikit yaitu hanya sebesar

6,03 persen, sehingga menjadi Rp.9,32 juta. Rendahnya kenaikan pendapatan per

kapita ini disebabkan karena rendahnya pertumbuhan ekonomi (4,04%). Untuk

mengetahui perkembangan pendapatan per kapita sejak tahun 2004 sampai dengan

tahun 2009 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.28 Perkembangan Pendapatan per kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2009 (juta rupiah)

6.547.27

7.938.79

9.32

5.82 5.95 6.034.93

4.04

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

2005 2006 2007 2008 2009

Pendapatan Per Kapita Pertumbuhan Ekonomi

Apabila pendapatan perkapita penduduk Provinsi Bengkulu dibandingkan dengan

perkapita penduduk Indonesia menunjukkan bahwa perolehan pendapatan per kapita

tidak mencapai setengahnya bahkan pada tahun 2008 merupakan titik terendah hanya

sebesar 40,55 persen dari rata-rata pendapatan per kapita nasional. Hal ini

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

54

menunjukkan adanya kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk di Provinsi

Bengkulu.

Dilihat dari segi kinerja pembangunan ekonomi di provinsi Bengkulu menunjukkan

bahwa tujuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum

berhasil atau tidak lebih baik seperti yang diharapkan bahkan hasil yang diperoleh

masih sangat jauh dari perkembangan kemajuan pembangunan nasional dan jurang

perbedaan pendapatan (Income Gap) semakin melebar.

Rekomendasi Kebijakan

Dalam rangka untuk meningkatkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat beberapa

langkah yang dapat dilakukan antara lain:

Memberikan prioritas terhadap pembangunan ekonomi terutama pada sektor

unggulan dan ekonomi kerakyatan

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja daerah antara lain melalui:

penajaman alokasi anggaran dengan realokasi belanja aparatur yang boros dan

tidak efisien agar lebih terarah dan tepat sasaran.

Percepatan pembangunan infrastruktur dasar penunjang kegiatan ekonomi untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peningkatan kesejahteraan

masyarakat, pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran.

Mengarahkan pemberian subsidi dan belanja bantuan sosial lainnya yang dapat

langsung membantu meringankan beban masyarakat miskin.

Promosi investasi untuk menarik investor dan penyerderhanaan prosedur dan

perijinan penanaman modal.

Penyiapan data base potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah yang

terkait dengan investasi.

5.5. Laju Inflasi

Laju inflasi di provinsi Bengkulu selama periode tahun 2004 – 2008 berfluktuasi dari

tahun ke tahun. Nilai Inflasi mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2005,

kemudian turun pada tahun 2006 dan tahun 2007, bahkan nilainya lebih rendah dari

inflasi nasional. Namun pada tahun 2008 inflasi Provinsi Bengkulu kembali mengalami

kenaikan yang cukup signifikan bahkan angkanya diatas 10 persen per tahun (double

digit inflation). Tingkat inflasi ini bahkan lebih tinggi dari rata-rata inflasi nasional.

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  55

Pada tahun 2004 laju inflasi tahunan dibawah rata-rata nasional (4,67%) namun pada

tahun 2005 meningkat jauh mencapai 25,22 persen sementara inflasi nasional hanya

sebesar 17,11%. Tingginya angka inflasi pada tahun tersebut lebih banyak disebabkan

karena adanya kenaikan harga Bahan Bakar minyak (BBM) yang memicu kenaikan

biaya transportasi dan harga barang-barang pada umumnya dan sebagian besar

barang-barang kebutuhan pokok masyarakat provinsi Bengkulu diimpor dari luar

daerah. Pada tahun 2007 terdapat kecenderungan yang melambat dengan inflasi

sebesar 5,00%, namun pada tahun 2008 terjadi sedikit kenaikan sehingga tingkat inflasi

menjadi 13,44 persen, angka ini lebih tinggi dari inflasi nasional (11,56%). Diantara

berbagai kelompok komoditi yang mengalami inflasi paling tinggi adalah kelompok

bahan makanan (19,19%), kemudian diikuti kelompok makanan jadi, makanan, rokok

dan tembakau (17,54%), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

(14,69%), kesehatan (10,42%), sandang (8,44%), pendidikan, rekreasi dan olah raga

(6,58%) dan kelompok transportasi dan komunikasi (6,26%).

Selama tahun 2009 harga berbagai komoditas kebutuhan hidup di Kota Bengkulu

mengalami kenaikan 2,88 persen, hal ini menunjukkan kenaikan yang relatif rendah jika

dibandingkan dengan kenaikan selama tahun 2007 maupun 2008 yang masing-masing

sebesar 5,00 persen dan 13,44 persen. Dari berbagai kelompok komoditas, selama

tahun 2009 kelompok sandang merupakan kelompok komoditas yang mengalami

kenaikan harga atau inflasi yang paling tinggi yaitu sebesar 8,28 persen, kemudian

diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 7,85 persen,

minuman, rokok dan tembakau 6,23 persen, kelompok bahan makanan sebesar 3,79

persen, kelompok kesehatan 2,61 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar 2,50 persen. Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi justru

menunjukkan deflasi sebesar -4,42 persen.

Besaran inflasi Kota Bengkulu selama tahun 2009, jika dibandingkan dengan besaran

inflasi nasional sebesar 2,78 persen, terlihat bahwa inflasi Kota Bengkulu sedikit lebih

tinggi dari angka nasional. Ini artinya bahwa harga berbagai komoditas kebutuhan

hidup di Kota Bengkulu selama tahun 2009 menunjukkan kenaikan lebih tinggi

dibandingkan kenaikan harga secara nasional. Tingginya tingkat inflasi di Provinsi

Bengkulu dapat disebabkan oleh tingginya biaya transportasi dan distribusi barang

karena hampir sebagian besar barang-barang baik untuk kebutuhan pokok maupun

barang lainnya didatangkan dari luar daerah.

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

56

Gambar 2.29 Grafik Perkembangan Laju Inflasi di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2009

4.67

13.44

2.88

5.006.52

25.22

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Laju Inflasi (%) :

Laju inflasi yang berfluktuasi dan naik dalam dua tahun terakhir ini memberikan indikasi

bahwa kebijakan dan program pengendalian inflasi di Provinsi Bengkulu belum mampu

mengendalikan harga barang dan jasa secara efektif. Meskipun begitu, persoalan yang

sama juga dialami di tingkat nasional yang ditandai dengan perubahan laju inflasi yang

berfluktuasi dan mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.

Rekomendasi Kebijakan:

Laju inflasi yang meningkat dari waktu ke waktu mengisyaratkan bahwa Pemerintah

Provinsi Bengkulu perlu merumuskan kebijakan dan program yang lebih strategis agar

laju inflasi dapat ditekan di masa yang akan datang. Kebijakan penganggulangan inflasi

yang perlu dipertimbangkan di masa yang akan dating antara lain adalah: pengendalian

stock dan harga kebutuhan pokok yang berkontribusi terhadap tingginya laju inflasi di

Provinsi Bengkulu.

6. Investasi

Dalam beberapa dekade terakhir perkembangan nilai investasi di Provinsi Bengkulu

tidak mengalami pertambahan yang signifikan baik PMA maupun PMDN, bahkan dalam

beberapa tahun tertentu nilai realisasi investasi tidak ada sama sekali. Data

penanaman modal yang tercantum dalam laporan ini adalah data Persetujuan Realisasi

dan Rencana Investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun

Penanaman Modal Asing (PMA) yang perijinannya diterbitkan oleh BKPM. Data

penanaman modal dalam laporan ini tidak menggambarkan seluruh kegiatan investasi

yang ada di Provinsi Bengkulu, karena data penanaman modal tersebut tidak termasuk

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  57

investasi di sektor, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna

Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batu Bara, investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi

teknis/sektor, dan investasi rumah tangga.

Data realisasi investasi adalah data kegiatan investasi yang direalisasikan oleh

perusahaan dalam bentuk kegiatan nyata yang sudah menghasilkan produksi

barang/jasa dan perusahaan sudah memperoleh Izin Usaha Tetap dari Pemerintah.

Data rencana investasi adalah data persetujuan atas rencana investasi yang

dikeluarkan oleh Pemerintah, yang akan direalisasikan oleh perusahaan dalam kurun

waktu 1 sampai 3 tahun setelah penerbitan persetujuan.

6.1. Nilai Rencana PMDN yang Disetujui dan Nilai Realisasi PMDN

Nilai rencana PMDN yang disetujui oleh pemerintah di Provinsi Bengkulu sejak tahun

2004 sampai dengan tahun 2009 masih sangat kecil sekali dan berfluktuasi, bahkan

tidak ada rencana persetujuan sama sekali dalam dua tahun terakhir. Selanjutnya dari

nilai rencana yang sangat kecil tersebut, bahkan tidak terealisasi sama sekali, seperti

dapat dilihat pada gambar berikut ini. Rendahnya pertumbuhan investasi akan

berimplikasi terhadap perkembangan ekonomi pada masa mendatang.

Gambar 2.30 Grafik Nilai Rencana PMDN yang Disetujui dan Nilai Realisasi

di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2009 (Milyar Rupiah)

0.00 0.00 0.00

104.10

169.10

268.50

0.000.000.984 0.000.000.000.000

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp. Milyar) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN (Rp.Milyar)

Rendahnya nilai realisasi investasi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tersedianya

faktor penunjang investasi seperti listrik, jalan, pelabuhan yang masih minim, prosedur

birokrasi yang cukup rumit, dan terbatasnya potensi investasi yang akan

dikembangkan. Hal ini menyebabkan kurangnya daya tarik bagi investor untuk

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

58

menanamkan modal di daerah ini. Meskipun pemerintah telah berupaya untuk menarik

para investor dengan melalui pembentukan kantor pelayanan satu atap, kelihatannya

hampir tidak berpengaruh sama sekali terhadap nilai realisasi investasi.

Oleh karena itu pemerintah daerah harus berupaya lebih giat lagi untuk menarik minat

para investor untuk menanamkan atau menginvestasikan modalnya di daerah ini.

Berbagai permasalahan yang dapat menghambat peningkatan investasi harus

dihapuskan, selain itu perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan

infrastruktur di dalam mendukung peningkatan kegiatan ekonomi dan investasi.

6.2. Nilai Rencana PMA yang Disetujui dan Nilai Realisasi PMA

Tidak jauh berbeda kondisinya dengan PMDN, nilai rencana PMA yang telah disetujui

juga sangat kecil dan berfluktuasi. Nilai rencana PMA tertinggi pada tahun 2006 yaitu

sebesar US $ 41,60 juta, namun realisasinya tidak sampai sepertiganya, yaitu hanya

sebesar US $ 13,55 juta. Pada tahun 2007 menurun secara drastis, nilai rencana PMA

yang telah disetujui hanya sebesar US $ 0,8 juta, sedangkan realisasinya tidak ada

sama sekali. Pada tahun 2008 nilai rencana PMA yang telah disetujui meningkat cukup

signifikan (US $ 24,25 juta), namun realisasinya hanya US $ 0,,50 juta. Sementara itu

pada tahun 2009 nilai rencana PMA yang telah disetujui menurun cukup signifikan (US

$ 10,25 juta), dengan realisasi hanya US $ 3,84 juta.

Dalam upaya untuk meningkatkan nilai Investasi di Provinsi Bengkulu menghadapi

berbagai permasalahan, antara lain:

Masih terbatasnya kapasitas infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi seperti:

Listrik, Jalan, Pelabuhan laut dan Udara,

Pendangkalan alur masuk Pelabuhan Pulau Baai, sehingga mengganggu aktivitas

bongkar dan muat dan ekspor.

Kontinuitas bahan baku dan jaringan distribusi

Kurangnya akurasi data terukur tentang kualitas dan kualntitas sumberdaya alam

Sumberdaya alam berlokasi di hutan lindung

Letak geografis yang kurang menguntungkan dan jauh dari pasar

Perkembangan nilai rencana PMA yang disetujui dan nilai realisasi PMA selama lima

tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  59

Gambar 2.31 Perkembangan Nilai Rencana PMA yang Disetujui dan Nilai Realisasi PMA di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2009 (US $ juta)

13.55

3.84

41.60

24.25

10.25

0.500.00

12.90

0.450.801.40

12.10

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA (US$ Juta) 

 

6.3. Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA

Dilihat dari segi penyerapan tenaga kerja yang dapat diserap dari investasi PMA, sejak

tahun 2004 – 2009 tidak memberi sumbangan yang berarti dalam membuka lapangan

kerja bagi penduduk, bahkan dalam beberapa tahun tidak ada tenaga kerja yang

terserap sama sekali, seperti dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4. Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004- 2009

Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah (orang) 0.00 0.00 0.00 0.00 947 0.00

Rekomendasi Kebijakan:

Dalam rangka untuk meningkatkan nilai Investasi di Provinsi Bengkulu, berbagai

langkah perlu dilakukan antara lain:

Melakukan promosi investasi untuk menarik investor

Menerapkan sistem pelayanan Terpadu dan menyederhanakan prosedur investasi

baik dari dalam dan luar negeri.

Pengerukan Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai

Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana yang berkaitan

dengan peningkatan akses market hasil-hasil pertanian dan industri yang mengolah

hasil pertanian.

Membuka jaringan pemasaran dalam pola kemitraan.

Perbaikan infrastruktur penunjang investasi

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

60

7. Infrastruktur

Kondisi pembangunan Infrastruktur di Provinsi Bengkulu masih membutuhkan perhatian

serius, selain kuantitasnya belum memenuhi kebutuhan, kualitas Infrastruktur yang ada

sudah banyak yang tidak dapat digunakan secara optimal sehingga perlu segera

dilakukan perbaikan/peningkatan. Kondisi infrastruktur yang perlu mendapat perhatian

antara lain meliputi: Jalan dan jembatan, pelabuhan, energi, ketenagalistrikan,

sumberdaya air, dan penyehatan lingkungan.

7.1. Panjang Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu

Pada awal pelaksanaan RPJM di Provinsi Bengkulu kondisi infrastruktur jaringan jalan

sudah banyak yang mengalami kerusakan. Kerusakan infrastrukutur tidak hanya

terbatas pada jaringan jalan dan jembatan sebagai akibat gempa bumi tetapi juga

banyak bangunan, prasarana irigasi dan air bersih tidak dapat berfungsi secara optimal.

Secara umum panjang jalan nasional di Provinsi Bengkulu selama tahun 2004 sampai

dengan tahun 2008 tidak mengalami pertambahan, sedangkan dilihat dari kondisinya

dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan, karena jumlah panjang jalan

yang rusak semakin banyak. Gambaran secara rinci panjang jalan dan kondisinya

sebagai berikut. Pada tahun 2004 panjang jalan nasional: 750,43 Km, dalam kondisi

baik: 70, 84%, sedang: 14,38% dan kondisi rusak: 14,78%. Kemudian pada tahun 2008

panjang jalan nasional berkurang sedikit menjadi 736,44 km, dalam kondisi baik:

413,02 Km (56,08%), sedang: 196,64 Km (26,70%), rusak ringan:: 68 Km (9,23%) dan

rusak berat: 58,78 Km (7,98%).

Selanjutnya pada tahun 2009 panjang jalan nasional berkurang sedikit menjadi 674,00

km, dalam kondisi baik hanya 189,88 Km (28,17%), sedang: 265,04 Km (39,32%),

rusak ringan: 140,15 Km (20,77%) dan rusak berat bertambah menjadi 78,93 Km

(11,71%). Dari data ini dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar jalan nasional di

daerah ini dalam kondisi yang tidak baik.

Jeleknya kondisi infrastruktur jalan ini berpengaruh aktiviitas kegiatan ekonomi dan

keselamatan pengguna jalan. Dalam observasi dilapangan, akibat kondisi jalan yang

rusak menyebabkan banyaknya terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa korban.

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  61

Gambar 2.32 . Persentase Panjang Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu Berdasarkan Kondisi, Tahun 2004-2009

56.08%

26.70%

17.22%

32.50%28.17%

68.00%

80.00%69.49%70.84%

39.32%

14.38%

30.00%29.33%

15.00%

14.78% 5.00%1.18% 2.00%0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

2004 2005 2006 2007 2008 2009

189.88 265.04 219.08

Beberapa permasalahan dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di

Provinsi Bengkulu, antara lain: terbatasnya kemampuan anggaran pemerintah daerah

untuk pembangunan maupun peningkatan jalan, banyaknya pengguna jalan dengan

muatan berlebih (Kendaraan pengangkut Batu Bara, Sawit) sementara kondisi kelas

jalan yang ada hanya kelas III, sehingga mempercepat terjadinya kerusakan jalan.

Selain itu sering terjadinya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, abrasi dan

gempa bumi membuat kondisi jalan semakin cepat rusak.

Dilihat dari capaian kinerja yang ditunjukkan khususnya berkaitan dengan upaya

peningkatan infrastruktur jalan, maka dapat dikatakan bahwa antara pembangunan

daerah (khususnya pembangunan infrastruktur) yang telah dilaksanakan dan tujuan

pembangunan tidak mengalami peningkatan bahkan sebaliknya terjadi penurunan

kualitas jalan karena semakin banyak jalan yang rusak sehingga hasil pembangunan

masih jauh dari yang diharapkan.

Jika dilihat dari capaian kinerja pembangunan dan pemeliharaan jalan, maka dengan

masih banyaknya infrastruktur jalan yang rusak mengindikasikan upaya meningkatkan

kualitas pembangunan dan pemeliharaan jalan masih belum optimal, bahkan kinerja

pemerintah dalam pembangunan daerah mengalami penurunan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Beberapa ruas jalan yang dalam proses pemeliharaan sudah

mengalami kerusakan dalam tahun anggaran yang sama. Hal ini dapat antara lain

disebabkan karena muatan berlebih atau proses pengerjaan teknis pembangunan dan

pemeliharaan jalan yang kualitasnya tidak memenuhi standar.

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

62

Rekomendasi Kebijakan

Memprioritas alokasi anggaran untuk pembangunan/peningkatan maupun

pemeliharaan jalan.

Menindak tegas pengguna jalan dengan muatan berlebih terutama kendaraan

pengangkut Batu Bara dan Sawit, karena kondisi jalan yang ada kelas III.

Melakukan pengawasan secara ketat dalam hal teknis pembangunan dan

pemeliharaan jalan.

7.2. Persentase Panjang Jalan Provinsi Berdasarkan Kondisi

Tidak jauh berbeda dengan kondisi jalan nasional, kondisi jalan provinsi Bengkulu

bahkan semakin memprihatinkan, pada tahun 2008 kondisi jalan provinsi dalam

kategori baik 975,62 Km ((62,43%) sedangkan kondisi sedang: 301 Km (19,26%) dan

dalam kondisi rusak: 286,05 Km (18,31%). Pada tahun 2009 kondisi jalan yang menjadi

kewenangan dan tanggung jawab pemerintah provinsi Bengkulu semakin banyak yang

rusak, dalam kategori baik 579,40 Km ((38,26%) sedangkan kondisi sedang: 475,35

Km (31,39%) dan dalam kondisi rusak: 315,63 Km (20,84%) dan rusak berat 144,1 Km

(9,51%). Gambar 2.33. memperlihatkan persentase panjang jalan provinsi di Provinsi

Bengkulu berdasarkan kondisi dari tahun 2004-2009.

Gambar 2.33. Persentase Panjang Jalan Provinsi di Provinsi Bengkulu Berdasarkan Kondisi, Tahun 2004-2009

46.90%

62.43%

38.10%38.26%

9.00%8.73%

58.62%

31.39%

50.23% 49.92%

46.32%

19.26%30.36%

41.04%41.08%

18.31%

6.77%3.28%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Baik Sedang Buruk

`

Beberapa permasalahan dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di

Provinsi Bengkulu, antara lain: pemerintah provinsi Bengkulu tidak memberikan

perhatian serius terhadap pembangunan dan pemeliharaan jalan, pada beberapa ruas

jalan tertentu bahkan tidak dibangun maupun dilakukan pemeliharaan sama sekali

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  63

dalam beberapa tahun, seperti ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Bengkulu

Utara dengan Kabupten Lebong.

Dilihat dari kinerja yang ditunjukkan oleh pemerintah provinsi Bengkulu khususnya

berkaitan dengan upaya peningkatan infrastruktur jalan provinsi tidak mengalami

peningkatan yang signifikan (khususnya pembangunan dan peningkatan infrastruktur

jalan) bahkan sebaliknya terjadi penurunan kualitas jalan karena masih bersarnya

persentase infrastruktur jalan yang rusak.

Rekomendasi Kebijakan

Dalam rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur Provinsi Bengkulu, berbagai

langkah perlu dilakukan antara lain:

Percepatan pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur seperti: jalan dan jembatan,

terutama jalan menuju ke sentra-sentra produksi.

Program percepatan pembangunan infrastruktur difokuskan untuk membuka

keterisolasian daerah atau jalur-jalur ekonomi, dan membangun interkoneksi jalan

Provinsi dengan jalan nasional.

Pemerataan alokasi dana APBD untuk pembangunan infrastruktur disetiap

kabupaten/kota sampai ke desa.

Tanggap dan responsif terhadap pemeliharaan jalan-jalan yang rusak dengan

melakukan pemeliharaan rutin / berkala.

Mengurangi belanja aparatur yang tidak produktif dan efisien, seperti belanja

perjalanan dinas kepala daerah dan kepala SKPD lainnya. Demikian pula

mengurangi alokasi anggaran untuk pembelian kendaraan dinas.

Mengawasi secara ketat dalam hal teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan.

Panjang jalan provinsi secara keseluruhan tidak mengalami pertambahan dari tahun

2004 sampai dengan tahun 2007, dan pada tahun 2008 terdapat sedikit penambahan

panjang jalan sebesar: 3,08 %, yaitu dari 5.507,32 Km menjadi 5.677,20 Km. Hal ini

disebabkan karena pemerintah provinsi Bengkulu tidak memberi prioritas yang tinggi

terhadap pembangunan jalan maupun dalam pemeliharaan dan peningkatan jalan.

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

64

8. Pertanian

8.1. Rata-rata Nilai Tukar Petani per tahun

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang

diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), yang

merupakan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP relatif

semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. NTP berfluktuasi setiap bulannya,

penurunan NTP umumnya terjadi ketika musim panen tanaman bahan makanan

ataupun tanaman perkebunan rakyat, sebaliknya kenaikan NTP umumnya terjadi pada

saat tidak musim panen, meskipun demikian fluktuasi harga komoditas konsumsi rumah

tangga dan biaya produksi serta penambahan barang modal juga mempengaruhi nilai

NTP.

Berdasarkan laporan BPS terhadap pemantauan harga-harga pedesaan di provinsi

Bengkulu pada bulan November 2007, NTP naik 4,29% dibandingkan dengan NTP

Oktober 2007, yaitu dari 106,21 menjadi 110,77 persen. Hal ini berarti terdapat

kenaikan tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Bengkulu. Meskipun begitu indikator

ini baru diperkenalkan pada tahun-tahun terakhir sehingga datanya sangat terbatas.

Sehubungan dengan keterbatasan data yang ada sehingga tidak dapat dijelaskan

perkembangan nilai NTP dari waktu ke waktu.

Pada tahun 2008 NTP cenderung mengalami kenaikan sejak bulan januari sampai

dengan Agustus, namun pada bulan September hingga Nopember cenderung menurun

dan kemudian pada bulan Desember naik kembali, seperti dapat dilihat pada gambar

2.34 berikut.

Gambar 2.34 Perkembangan NTP Bulanan di provinsi Bengkulu, Tahun 2008-2009

97.7

102.8

105.8

102100.84

102.24

104.19

103.25103.09103.32

103.34

105105105

103.99

103.65

101

110110.1109.1

109

107.6

99.1

111.5

90

95

100

105

110

115

Jan08

Feb08

Mar08

april08

Mei08

Juni08

Juli08

Agus08

Sept08

Okt08

Nop08

Des08

Jan09

Feb09

Mar09

april09

Mei09

Juni09

Juli09

Agus09

Sept09

Okt09

Nop09

Des09

Nilai Tukar Petani (NTP)

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  65

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, nilai NTP bulan Nopember tahun 2009 di

provinsi Bengkulu sebesar 104,93 sedangkan pada bulan Desember 2009 NTP

mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,05 persen, sehingga NTP menjadi sebesar

104,98. Angka ini menempatkan provinsi Bengkulu pada rangking ke- 6 di pulau

Sumatera

8.2. PDRB sektor Pertanian

Sesuai dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki provinsi Bengkulu, hingga saat

ini peranan sektor pertanian masih mendominasi dalam Pembentukan PDRB. Selama

lima tahun pengamatan (tahun 2004 – 2009), sektor pertanian telah menjadi sektor

penyumbang PDRB terbesar, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)

pada tahun 2004 sebesar Rp.3,242,792 juta dan pada tahun 2009 menjadi

Rp.6.147.550,36 juta, dengan kontribusi sekitar 39,58%, dengan rata-rata tingkat

pertumbuhan sebesar 13,5% per tahun. Sedangkan apabila dilihat atas dasar harga

konstan (ADHK), nilai PDRB sektor pertanian sebesar Rp.2,344,921 juta pada tahun

2004 dan pada tahun 2009 menjadi Rp. 2,999,699 juta, dengan kontribusi sekitar

39,05%, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 5,05% per tahun. Berdasarkan

data perkembangan produksi sektor pertanian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

struktur perekonomian provinsi Bengkulu tidak mengalami perubahan atau pergeseran.

Di sektor pertanian, sub sektor yang mempunyai kontibusi paling besar adalah sub

sektor tanaman bahan makan, kemudian diikuti oleh tanaman perkebunan dan

perikanan. Sedangkan, sub sektor kehutanan kontribusinya paling kecil.

Gambar 2.35 Grafik Perkembangan PDRB Sektor Pertanian (Rp. Juta) di Provinsi Bengkulu, 2005 – 2009

3,242,792

4,566,2475,187,162

2,344,921 2,481,395 2,623,533 2,771,878 2,999,6992,915,128

6,147,550

5,902,188

4,077,708

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

PDRB Sektor Petanian ADHK PDRB Sektor Petanian ADHB

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

66

9. Kehutanan

9.1. Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Dalam Hutan Terhadap Lahan Kritis

Capaian upaya rehabilitasi sumberdaya alam dan lingkungan dari subsektor kehutanan

di Provinsi Bengkulu dari tahun 2004 hingga 2009, diperlihatkan melalui indikator

persentase luas lahan rehabilitasi terhadap lahan kritis (dalam konteks ini dilihat dari

kegiatan reboisasi lahan hutan).

Secara spesifik perkembangan kegiatan rehabilitasi (reboisasi) terhadap lahan hutan

kritis ditunjukkan melalui gambar 2.36 di bawah ini.

Gambar 2.36 Realisasi Rehabilitasi (Reboisasi) Lahan Hutan Kritis Di Provinsi Bengkulu Tahun 2004-2008

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Luas

(Ha)

2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

( )

Rejang Lebong Bengkulu Utara Bengkulu Selatan

Kota Bengkulu Kepahiang Lebong

Mukomuko Seluma Kaur

Persentase capaian luas lahan yang dilakukan rehabilitasi terhadap lahan kritis (dilihat

dari kegiatan reboisasi lahan hutan), secara grafik sebagai berikut :

Gambar 2.37 Persentrase Capaian Perkembangan Kinerja Pembangunan Subsektor

Kehutanan di Provinsi Bengkulu dilihat dari Rehabilitasi (Reboisasi) dalam Hutan terhadap Lahan Kritis

3.30%

50.10%

15.40%

5.30%

15.60%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

2004 2005 2006 2007 2008

Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis 

Sumber : 1. Bengkulu Dalam Angka 2009 2. Dinas Kehutanan Provinsi

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  67

Berdasarkan pada data sebelumnya Gambar 2.35 dan 2.36, dapat dianalisis dan

diinterpretasikan bahwa persentase capaian rehabilitasi (reboisasi) luas lahan hutan

terhadap kritis dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Dari tahun 2004 hingga tahun

2005, kinerja mengalami penurunan, namun kembali mengalami kenaikan pada tahun

2006. Di tahun 2007 kinerja mengalami penurunan lagi. Kenaikan kinerja yang cukup

signifikan kembali terjadi pada tahun 2008 dan tahun 2009. Pertumbuhan kinerja

rehabilitasi yang fluktuatif ini, tampaknya seirama dengan kinerja pembangunan di

sektor Pertanian (PDRB Sektor Pertanian) di Provinsi Bengkulu (lihat Gambar 2.37).

Gambar 2.36 di atas juga dapat diiterpretasikan bahwa perkembangan kegiatan

rehabilitasi (reboisasi) terhadap lahan hutan kritis, yang secara numerik (dilihat dari

ukuran luas lahan) menunjukkan gejala yang meningkat, mengindikasikan adanya

peningkatan upaya rehabilitasi sebagai konsekuensi dari perkembangan PDRB sektor

Pertanian, dimana dalam kaitan ini kehutanan sebagai salahsatu subsektor pertanian

sangat dipengaruhi oleh intensitas kebutuhan pembangunan yang ada di Provinsi

Bengkulu.

Dari analisis data sekunder dan penganmatan sekilas, konjungtur kinerja subsektor

kehutanan seperti ditampakkan pada gambar sebelumnya disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu :

(a) penataan kawasan hutan yang belum dilakukan secara konsisten,

(b) belum terbentuknya unit pengelolaan hutan pada seluruh kawasan hutan,

(c) masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam

pengelolaan hutan,

(d) upaya konservasi dan rehabilitasi lahan hutan kritis belum mendapat perhatian

yang memadai, dan

(e) masih maraknya penjarahan hutan sebagai akibat dari penegakan hukum dan

pengawasan yang masih rendah.

Kesimpulan yang dapat diberikan dalam kontek ini adalah semakin rendah persentase

luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis dari tahun ke tahun,

mengindikasikan semakin rendah upaya rehabilitasi terhadap lahan kritis serta

mengindikasikan nilai (kualitas) hutan produktif dari kawasan hutan yang ada di

Bengkulu semakin menurun. Salahsatu parameter dari kondisi yang memprihatinkan ini

(dilihat dari dampaknya terhadap degradasi kualitas lingkungan) adalah banyaknya

bencana tanah longsor, bencana banjir, dan lain-lain; yang secara umum kesemuanya

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

68

terjadi sebagai akibat / dampak dari ketidakmampuan daya dukung (carrying-

capacity)lingkungan hutan.

Dua aspek penting yang perlu dicermati dan mendapat perhatian serius khususya bagi

pemerintah daerah Provinsi Bengkulu berkaitan dengan upaya kesinambungan

keseimbangan lingkungan hutan adalah :

(a) upaya menumbuhkembangkan tingkat kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

rasa memiliki (sense of belonging) terhadap keberadaan sumberdaya hutan yang

menjajikan surplus ekonomi yang tinggi dalam upaya meningkatkan pendapatan

daerah, dan

(b) peningkatan pengawasan serta penegakan hukum terhadap pelanggaran

pengelolaan sumberdaya hutan seperti masih maraknya penjarahan hutan, praktek

illegal loging yang terjadi di mana-mana.

Upaya optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di sektor kehutanan

yang tidak dibarengi dengan sikap yang baik dan bijak (wisdom) serta berperilaku

secara tidak konservatif (deplesif), akan membuahkan hasil yang mengecewakan.

Dengan kata lain, akan menurunkan kontribusi / pangsa terhadap Pendapatan Regional

(PDRB) dari tahun ke tahun dan tentu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

akan menjadi terhambat.

Rekomendasi Kebijakan

Dari evaluasi kinerja yang dihasilkan, beberapa langkah konservatif yang dapat

direkomendasikan adalah :

(a) Pemantapan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan melalui peningkatan

produktivitas dan kualitas produk serta keanekaragaman hayati dari kawasan hutan

produksi dari waktu ke waktu atau dari rotasi ke rotasi;

(b) Optimalisasi perlindungan dan konservasi sumberdaya alam kehutanan;

(c) Maksimalisasi upaya rehabilitasi terhadap lahan kritis dari sumberdaya alam

kehutanan secara konsisten dan tidak sporadis;

(d) Pengembangan secara berkesinambungan terhadap daya dukung manajemen/

kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan khususnya di bidang

sumberdaya kehutanan;

(e) Peningkatan kualitas dan akses informasi berkaitan dengan upaya pengembangan

sumberdaya alam dan lingkungan subsektor kehutanan.

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  69

0 0 0

8076 8076

00

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Luas

Kaw

asan

Kon

serv

asi L

aut

10. Kelautan

Data perkembangan sumberdaya dan lingkungan dari bidang/subsektor kelautan di

Provinsi Bengkulu (dari tahun 2004 hingga 2009) khususnya dilihat dari indikator

jumlah tindak pidana perikanan dan luas kawasan konservasii laut, secara grafik dapat

dilihat pada gambar 2.38 berikut.

Gambar 2.38 Perkembangan Kinerja Pembangunan Sektor Kelautan

di Provinsi Bengkulu Dilihat dari Jumlah Tindak Pidana Perikanan, Tahun 2004 - 2009

1

222

3

5

0

1

2

3

4

5

6

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

Tin

dak

Pid

ana

Per

ikan

an

Jumlah Tindak Pidana Perikanan

Gambar 2.39 Perkembangan Kinerja Pembangunan Sektor Kelautan Di Provinsi Bengkulu Dilihat dari Luas Kawasan Konservasi Laut

Secara sistematis, gambar di atas dapat dianalisis sebagai berikut :

(a) Jumlah tindak pidana perikanan laut di kawasan perairan laut Bengkulu, dari tahun

ke tahun menunjukkan trend yang menurun (data yang teridentifikasi hanya tahun

2004, 2005, 2008 dan 2009), kendati penurunannya tidak signifikan. Karakteristik

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

70

dari kasus tindak pidana perikanan, secara umum berbentuk kasus pencurian di

daerah areal pertambakan.

(b) Kecenderungan semakin rendahnya jumlah tindak pidana perikanan

mengindikasikan semakin tingginya tingkat kesadaran dari komunitas nelayan

dalam operasionalisasi eksploitasi sumberdaya kelautan.

(c) Dilihat dari perkembangan luas kawasan konservasi laut di peraiaran Provinsi

Bengkulu (seperti ditampakkan pada Gambar 2.38), tampaknya cenderung ke

arah pertumbuhan yang konstan. Fenomena ini mengindikasikan adanya

ketidakmampuan dalam manajemen data base kehutanan khususnya berkaitan

dengan pembangunan sumberdaya kehutanan dari waktu ke waktu, seiring pula

dengan perkembangan pembangunan secara simultan di Provinsi Bengkulu, yang

selalu terjadi interaksi satu dengan yang lain.

Permasalahan kawasan konservasi laut memang menjadi perhatian bagi semua

daerah, terutama daerah-daerah yang potensinya sumberdaya alamnya lebih banyak

berbasis pada sektor kelautan termasuk Provinsi Bengkulu. Berbagai permasalahan

kelautan yang terjadi antara lain: (1) pengendalian dan pengawasan sumberdaya

kelautan dan perikanan terhadap illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing

yang masih tumpang tindih, yang disinyalir karena banyaknya lembaga pengawas

(TNI AL, Polair, DKP, dan Bakorkamla); (2) masih lemahnya penegakan hukum serta

kurang memadainya sarana dan prasarana yang ada; (3) masih adanya pelanggaran

dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan aktivitas ekonomi yang tidak

memperhatikan aspek lingkungan hidup yang sering menimbulkan kerusakan terumbu

karang, pencemaran, dan penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan

hidup; (4) kurangnya pemahaman dari sebagian besar masyarakat nelayan di

Bengkulu akan pentingnya tata ruang laut dan pulau-pulau kecil; (5) belum

memadainya produk riset dan pemanfaatannya; serta (6) belum memadainya antara

kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan kelautan.

Disamping permasalahan yang terjadi, data yang bersumber dari Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Bengkulu menunjukkan adanya perkembangan / kemajuan yang

cukup signifikan dari beberapa upaya konservasi sumberdaya kelautan, seperti

adanya upaya pengembangan kawasan konservasi “penyu hijau” di perairan laut

Kabupaten Muko-Muko, pengembangan “lobster” di sekitar kawasan Pulau Enggano,

upaya budi daya “rumput laut” di perairan laut Kabupaten Kaur, dan lain-lain.

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  71

Upaya konservasi sumberdaya alam kelautan yang cenderung konstan (ada

perkembangan tapi tidak signifikan) seperti ditunjukkan sebelumnya, mengindikasikan

bahwa upaya konservasi sumberdaya kelautan sebenarnya sudah dilakukan

kendatipun belum optimal. Faktor penyebabnya antara lain : investasi di sektor

kelautan masih rendah, faktor kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan

sumberdaya perikanan / kelautan sebagai sumberdaya milik bersama (common

resources) relatif masih rendah, kurangnya pengawasan dari lembaga pengawas

kelautan (TNI AL, Polair, DKP, dan Bakorkamla), lemahnya penegakan hukum

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh kamunitas nelayan, dan lain-lain. Berbagai

permasalahan ini jika dilihat dari relevansinya dengan tujuan pembangunan, hal ini

merupakan hambatan / kendala bagi proses pembangunan / pengembangan

sumberdaya kelautan yang sedang dijalankan. Begitu juga jika dilihat dari

efektivitasnya, maka kondisi ini jelas masih jauh dari yang diharapkan.

Rekomendasi Kebijakan

Beberapa rekomendasi yang bisa diberikan berkaitan dengan kinerja yang dihasilkan

dari pengelolaan sumberdaya kelautan adalah :

(a) pembangunan wilayah pesisir dan kelautan secara terpadu melalui penataan

ruang / wilayah dan pengendalian pemanfaatan ruang serta sinergitas

pembangunan antar sektor, antara pusat dan daerah, serta sinergitas antar

daerah;

(b) peningkatan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian, penegakan hukum,

peningkatan kelembagaan serta sarana dan prasarana pengawasan;

(c) peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan di

wilayah pesisir dan lautan;

(d) peningkatan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim; serta

(e) peningkatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan seoptimal mungkin

demi tercapainya kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pesisir /

nelayan di Provinsi Bengkulu.

11.Kesejahteraan Sosial

11.1. Persentase Penduduk Miskin

Kemiskinan penyebabnya beragam, bersifat kompleks dan saling berkait diantaranya:

(1) rendahnya kualitas sumber daya manusia baik motivasi maupun penguasaan

manajemen dan teknologi, (2) kelembagaan yang belum mampu menjalankan dan

mengawal pelaksanaan pembangunan, (3) prasarana dan sarana yang belum merata

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

72

dan sesuai kebutuhan pelaksanaan pembangunan, (4) minimnya permodalan dan (5)

berbelitnya prosedur dan peraturan yang ada. Akibatnya beragam kerja yang telah

dilakukan untuk keluar dari situasi kemiskinan seolah tidak ada hasil dan kelompok-

kelompok marjinal terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Fakta ini menggambarkan

bahwa kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-

laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari

pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki

maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota

masyarakat lainnya. Hak-hak dasar tersebut antara lain meliputi terpenuhinya

kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,

pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dan bebas dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam

kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Data persentase perkembangan penduduk miskin di Provinsi Bengkulu ditampilkan

pada gambar 2.40 di bawah ini. Selama periode dari tahun 2004 hingga 2006 jumlah

dan prosentase penduduk miskin mengalami fluktuasi, namun setelah itu cenderung

menurun. Meskipun menurun persentase jumlah penduduk miskin masih lebih tinggi

dari rata-rata nasional.

Gambar 2.40 Grafik Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu, 2004 - 2009

18.59

20.6422.13

23.00

22.18

22.39

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Persentase Penduduk Miskin (%)

Tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu mencerminkan bahwa hasil

pembangunan yang telah dicapai hingga saat ini ternyata belum mampu memenuhi

hak-hak dasar masyarakat. Selain itu, hal ini juga memberikan implikasi bahwa

kebijakan dan pelaksanaan pengentasan kemiskinan sifatnya hanya dapat

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  73

mengurangi tingkat kesulitan hidup kalangan miskin, namun hal itu tidak menurunkan

tingkat kemiskinan yang mendasar. Kebijakan tersebut belum efektif karena hasil dari

kebijakan telah berhasil sebatas menopang yang lemah, tetapi hal itu tidak membantu

membuat mereka kuat. Ketidakefektifan pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk diantaranya ketidaktepatan dalam

menentukan dan merumuskan jenis kebijakan yang sesuai dengan persoalan,

kebutuhan dan sumber yang tersedia.

Dari kajian beberapa dokumen dan hasil-hasil penelitian, dapat digarisbawahi kendala-

kendala pembangunan di Provinsi Bengkulu antara lain adalah:1) kondisi geomorfologi

dimana sebagian besar berbukit dan bergelombang (rawan terhadap bencana alam,

gempa bumi dan tanah longsor); 2) tata guna hutan lindung, tidak memiliki hutan

produksi, sehingga tidak dimungkinkan untuk ekploitasi dan dikonversikan untuk

pengembangan perkebunan besar; 3) Seluruh Kabupaten termasuk dalam kategori

daerah tertinggal, sebagaimana telah ditetapkan oleh menteri pembangunan daerah

tertinggal; 4) sebagian besar infrastruktur jalan dan jembatan yang semuanya

mengakses ke jalan-jalan sentra produksi hasil pertanian dalam kondisi rusak; 5)

kondisi jaringan irigasi (semi teknis dan sederhana) yang nota bene hanya untuk

mengairi persawahan, sebagian mengalami kerusakan (hanya 60 % yang berfungsi);

6) terbatasnya jaringan air minum ke pemukiman penduduk, sedangkan potensi airnya

sangat mendukung/tersedia; 7) keterbatasan SDM dalam teknis produksi dan

manegerial usaha serta rendahnya akses ke sumber-sumber pembiayaan; 8) usaha

tani belum berorientasi agribisnis, kurang memiliki akses terhadap teknologi dan

pemasaran serta potensi komoditi ekspor belum digarap secara optimal; 9)

pendapatan petani pekebun umumnya dari kopi (mono kultur) 24.928 ha = 18.804 kk )

sedangkan harga jual kopi sangat fluktuatif sesuai kondisi produksi dan pasar dunia;

dan 10) kemampuan keuangan pemerintah Provinsi Bengkulu sangat terbatas.

Sementara itu, hambatan-hambatan sosial yang dialami komunitas miskin meliputi

antara lain: 1) keterbatasan kesempatan kerja, 2) keterbatasan akses terhadap

produksi, 3) kepemilikan asset, 4) keterbatasan akses terhadap fasilitas pelayanan

pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan ekonomi, serta fasilitas

pelayanan informasi-komunikasi, 5) ketidakberdayaarr dalam menentukan pilihan

(kontrol) terhadap aksesibilitas itu sendiri, dan 6) adanya kelemahan koordinasi antar

sektor, struktur, unit, dan kelembagaan pemerintahan kabupaten dalam mengelola

program-program penanggulangan kemiskinan. Selain itu perangkap

ketidakberuntungan kalangan miskin juga disebabkan yaitu: (1) kemiskinan itu sendiri

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

74

yang ditandai dengan rendahnya daya beli dan pendapatan, (2) kelemahan fisik, (3)

kerentaan terkait dengan pemilikan cadangan/ tabungan untuk mengantisipasi masa-

masa rawan, (4) keterisolasian terutama terakait dengan kesempatan untuk

mengakses informasi dan (5) ketidakberdayaan (powerlessness) yang dapat terlihat

dari rendahnya posisi tawar dan rendahnya diri secara psikologis.

Masalah kemiskinan tidak bisa mereduksinya hanya pada kemiskinan ekonomi,

kemiskinan selalu memiliki wajah multi dimensional ( poverties, not poverty), bukan

terbatasnya pemilikan dan penguasaan sumber daya ekonomi. Di dalam kemiskinan

ekonomi sekaligus`tercermin (inherent) kemiskinan politik, kebudayaan (poverty of

politic and poverty of cultural). Program penanggulangan kemiskinan dapat

dipecahkan melalui kebijakan yang bersifat multisektoral, bukan parsial dan berjangka

pendek, melainkan pendekatan berbagai perspektif. Pendekatan pertama yang

menekankan aspek geogratis, ekologi, teknologi dan demografi. Pendekatan kedua

menekankan kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan keahlian masyarakat.

Pendekatan ketiga adalah melihat kemiskinan dari ketimpangan pemilikan faktor-faktor

produksi.

Rekomendasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Pemenuhan hak dasar

1. Penyediaan dan perluasan akses pangan

Penyediaan dan perluasan akses pangan yang bermutu bagi petani miskin di

pedesaan, karena sebagian besar mereka adalah buruh tani dan petani

gurem, seperti melalui program subsidi beras miskin (Program Raskin)

Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan melalui peningkatan

produksi, diversifikasi pangan, dan pengembangan sistem distribusi yang

efisien dan merata, dan revitalisasi sistem ketahanan pangan rakyat.

2. Perluasan akses layanan kesehatan

Pemberian subsidi pelayanan kesehatan gratis di fasilitas pelayanan

pemerintah, seperti ‘Kartu Sehat’ dan program Jaring Pengaman Sosial Bidang

Kesehatan (JPS-BK) dan PKPS-BBM Bidang Kesehatan.

Penempatan tenaga kesehatan bagi masyarakat miskin, terutama yang berada

di wilayah tertinggal, terpencil dan terisolasi dengan sistem pemberian insentif,

penyediaan obat dan perlengkapan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat

miskin.

Penguatan fungsi sosial rumah sakit dengan mewajibkan sebagian tempat

tidur bagi masyarakat miskin.

Pembangunan prasarana air bersih untuk masyarakat miskin.

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  75

3. Perluasan akses layanan pendidikan

Program wajib belajar pendidikan dasar secara gratis (tanpa dipungut biaya

sama sekali) untuk masyarakat miskin pedesaan

Pembangunan gedung sekolah, penyediaan prasarana dan sarana belajar,

pengadaan buku, dan penambahan guru.

Memberikan insetif bagi guru yang bekerja didaerah pedesaan terpencil

4. Perluasan akses tanah

Kebijakan perluasan akses tanah dilaksanakan melalui konsolidasi tanah

berupa penyediaan tanah dan mempercepat sertifikasi tanah secara massal

dengan biaya murah bagi kelompok miskin.

5. Perluasan Akses Layanan Perumahan dan Sanitasi

Memberikan bantuan prasarana dan sarana dasar permukiman bagi

masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

Penataan dan rehabilitasi permukiman kumuh dan Pembangunan perumahan

untuk orang miskin.

Peningkatan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan seperti

melalui program (P2KP), kredit pemilikan rumah/KPR bersubsidi, dan

pengembangan perumahan swadaya.

6. Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha

Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat miskin dan peningkatan akses

terhadap permodalan, faktor produksi, informasi dan teknologi dan pasar,

Pengembangan lembaga keuangan mikro dan perliindungan bagi usaha kecil

dan mikro,

Pengembangaan kelembagaan yang mampu memperjuangkan akses

masyarakat miskin terhadap kesempatan kerja, kesempatan mengembangkan

usaha dan perlindungan pekerja.

7. Perluasan akses lingkungan hidup dan sumberdaya alam

Penguatan hak dan akses masyarakat miskin terhadap sumberdaya alam

Mengembangkan kearifan lokal dan adat setempat dalam struktur pengelolaan

SDA

8. Kependudukan

Penguatan program keluarga berencana (KB) terutama terhadap kelompok

masyarakat miskin.

Pemberian subsidi kontrasepsi untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dari

kelompok miskin.

9. Program percepatan pembangunan perdesaan

Program pengembangan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan

ekonomi produktif, seperti transportasi, telekomunikasi, listrik dan air bersih

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

76

Peningkatan kemampuan kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam

proses pembangunan

Mengembangkan industri perdesaan untuk memperluas kesempatan kerja.

10. Program Revitalisasi Pembangunan Perkotaan

Revitalisasi pembangunan perkotaan dengan pengembangan forum lintas

pelaku,

peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan,

Perluasan ruang bagi tempat usaha masyarakat miskin

11. Peningkatan Efektifitas Pelaksanaan Otonomi Daerah

Meningkatkan alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan.

Pembuatan dan implementasi standar pelayanan minimum (SPM) sebagai

bagian dari peningkatan pelayanan publik.

Pemberian bantuan fasilitas dan prasarana sosial ekonomi yang mampu

mendukung kegiatan ekonomi produktif yang dilalukan oleh masyarakat

miskin.

Membangun Sistem Perlindungan Sosial bagi masyarakat miskin melalui

skema-skema asuransi pendidikan, kesehatan, dan hari tua.

Meningkatnya pelayanan Jaring Pengaman Sosial terutama untuk kesehatan

dan pendidikan.

11.2. Tingkat pengangguran terbuka

Kecenderungan peningkatan angkatan kerja dalam beberapa tahun terakhir tanpa

diimbangi dengan penyediaan kesempatan kerja yang memadai menyebabkan

bertambahnya angka pengangguran terbuka di Provinsi Bengkulu. Selain itu

permasalahan angkatan kerja juga terkait dengan rendahnya kualitas tenaga kerja.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas

tenaga kerja dan kesempatan kerja di dalam mendukung peningkatan kegiatan

ekonomi.

Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan kondisi ketenagakerjaan khususnya

kesempatan kerja di Provinsi Bengkulu tidak mengalami perubahan yang signifikan

terutama disektor formal. Terbatasnya penyerapan tenaga kerja disebabkan belum

berkembangnya sektor industri dan jasa. Pertambahan angkatan kerja yang tidak

terserap terpaksa bekerja di sektor informal dengan produktivitas yang rendah. Di

sektor informal tenaga kerja banyak terserap di sektor pertanian dan sektor

perdagangan serta jasa-jasa.

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  77

Pada tahun 2004 jumlah penduduk provinsi Bengkulu sebanyak 1.541.551 jiwa. Dari

jumlah penduduk tersebut yang tergolong penduduk usia kerja (usia 15 tahun keatas)

adalah sebanyak 1.045.872 jiwa, sedangkan yang termasuk angkatan kerja hampir

setengah dari jumlah seluruh penduduk, yaitu sebanyak 768,348 jiwa atau sebesar

49,84% dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 73,46 persen. Penduduk

bukan angkatan kerja mencapai 26,54 persen termasuk penduduk yang sedang

sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya.

Sementara itu jumlah pencari kerja pada tahun 2004 sebanyak 48.312 orang, dimana

mayoritas berpendidikan rendah, sedangkan yang berpendidikan sarjana muda atau

diploma 5.567 orang dan sarjana 10.476 orang. Dilihat dari lapangan kerja penduduk

yang aktif secara ekonomi pada tahun 2004 sebagian besar terserap di sektor

pertanian (68,40%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan (12,01%) dan jasa-jasa

(11,42%). Secara umum lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja adalah

sektor informal.

Gambar 2.41 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bengkulu, 2004 – 2009

5.31

4.04

4.904.686.04

6.156.29

4.93

6.035.95

5.825.38

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tingkat Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi

Jumlah penduduk Provinsi Bengkulu pada tahun 2008 mencapai 1,641,921 jiwa. Dari

jumlah penduduk tersebut yang tergolong penduduk usia kerja sebanyak: 1.154.071

orang. Seiring dengan peningkatan jumlah tenaga kerja, jumlah angkatan kerja

mengalami pertambahan. Perkembangan jumlah angkatan kerja cenderung

mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, pada tahun 2005 jumlah

angkatan kerja sebesar: 805.651 jiwa, pada tahun 2006 bertambah menjadi 816.179

jiwa dan pada tahun 2007 meningkat sebesar 6,33 persen atau menjadi 867.837 jiwa

dan pada tahun 2008 turun menjadi 836.248 jiwa. Pada tahun 2009 jumlah angkatan

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

78

kerja bertambah menjadi 867.760 jiwa, terdiri dari 821.706 orang bekerja dan 46.054

orang mencari pekerjaan.

Dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) secara keseluruhan di Provinsi

Bengkulu cenderung mengalami kenaikan, yaitu dari 73,46% pada tahun 2004

meningkat menjadi sebesar 75,51% pada tahun 2005. Pada tahun 2006 TPAK turun

sedikit menjadi 72,3%, tahun 2007 meningkat menjadi 75,62% dan pada tahun 2008

menjadi 78,38%. Tingginya TPAK ini menggambarkan bahwa perlunya program-

program pembangunan yang dilaksanakan harus mengantisipasi dan menyediakan

kesempatan kerja bagi penduduk.

Perkembangan jumlah lapangan kerja di Provinsi Bengkulu selama lima tahun terakhir

(2004-2008) tidak mengalami pertambahan yang signifikan, hanya bertambah sebesar

82.297 jiwa. Dengan kondisi seperti ini masih banyak jumlah tenaga kerja yang tidak

terserap atau menganggur.

Dari jumlah seluruh angkatan kerja Provinsi Bengkulu tidak seluruhnya bekerja, pada

tahun 2004 terdapat 48.312 orang yang mencari pekerjaan atau tidak bekerja atau

sebesar 6,29% dan pada tahun 2005 jumlah pengangguran atau orang yang tidak

bekerja meningkat menjadi 52.207 jiwa atau sebesar 6,48%. Pada tahun 2006 jumlah

pengangguran terus meningkat menjadi 56.407 orang atau 6,91% dan pada tahun

2007 jumlah pengangguran menurun menjadi 44.467 jiwa atau 5,12%, selanjutnya

pada tahun 2008 turun menjadi 3,98%, tetapi pada tahun 2009 jumlah pengangguran

meningkat menjadi 5,31%. Apabila dibandingkan tingkat pengangguran di Provinsi

Bengkulu dengan tingkat pengangguran nasional masih tergolong rendah.

Dilihat dari lapangan kerja penduduk yang aktif secara ekonomi, menunjukkan bahwa

tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam pola penyerapan tenaga kerja, sebagian

besar tenaga kerja terserap di sektor pertanian dengan rata-rata lebih dari 60 persen.

Pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar

68,40% dan pada tahun 2005 meningkat sedikit menjadi sebesar 70,59%, namun

pada tahun berikutnya cenderung mengalami penurunan, pada tahun 2006 jumlah

tenaga kerja yang terserap disektor pertanian sekitar 69,88%, tahun 2007 menurun

menjadi sekitar 66,37%, pada tahun 2008 menjadi 65,25%, dan pada tahun 2009

menurun sedikit menjadi 63,27%..

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  79

Sektor berikutnya yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan,

yaitu 12,01% tahun 2004 menjadi 13,26% pada tahun 2005, namun kemudian

menurun menjadi 11,51% pada tahun 2006 dan sedikit meningkat menjadi 12,18%

pada tahun 2007, kemudian menjadi 12,52% tahun 2008 dan 12,60% tahun 2009.

Dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas pendidikan penduduk yang bekerja di Provinsi

Bengkulu masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan pekerja di daerah ini umumnya

didominasi oleh mereka yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD), bahkan masih

terdapat juga banyak pekerja yang tidak tamat atau belum tamat SD. Namun

kecenderungan pekerja dengan tingkat pendidikan sangat rendah ini mengalami

penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Proporsi pekerja yang berpendidikan tidak

tamat dan tamat SD pada tahun 2004 mencapai lebih dari 50%; tamat SLTP dan

SLTA masing-masing sebesar 19,27%, dan 16,32%. Sedangkan tamat Akademi serta

Perguruan Tinggi proporsinya sangat kecil sekali dan kurang dari 1%..

Beberapa faktor utama penyebab rendahnya tingkat pendidikan tersebut adalah

kurangnya kesadaran orang-tua akan pentingnya pendidikan, kemiskinan yang

menyebabkan anak-anak dipekerjakan lebih awal, kurang tersedianya sarana dan

prasarana pendidikan untuk menjangkau peserta didik yang berada di daerah

terpencil dan terisolir serta kurangnya sumber belajar untuk belajar mandiri.

Dilihat dari kinerja pembangunan daerah dalam upaya untuk mengurangi tingkat

pengangguran terbuka di provinsi Bengkulu, maka dapat dikatakan tingkat capaian

pembangunan (tingkat keberhasilannya), menunjukkan bahwa capaiannya sudah

sedikit lebih baik karena tingkat pengangguran terbuka lebih rendah.

Rekomendasi Kebijakan

Permasalahan pengangguran di provinsi Bengkulu tidak hanya pada terbatasnya

kesempatan kerja sehingga menyebabkan bertambahnya angka pengangguran

terbuka. Selain itu permasalahan angkatan kerja juga terkait dengan setengah

pengangguran terutama mereka yang bekerja di sektor informal dan pertanian. Oleh

karena itu dalam upaya untuk mengurangi angka pengangguran di Provinsi Bengkulu,

berbagai langkah perlu dilakukan antara lain:

Pembukaan lapangan kerja melalui pembangunan industri Hilir terhadap output

sektor pertanian pada umumnya.

Pengembangan dan optimalisasi usaha pada sektor kelautan sebagai tumpuan

ekonomi masyarakat.

Page 81: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

80

Perbaikan sistem pelatihan kerja, sistem informasi pasar kerja dan sistem antar

kerja, baik secara lokal dan antar daerah

Perluasan kesempatan kerja melalui Bimtek, usaha mandiri, teknologi tepat guna,

penempatan tenaga kerja dan pengiriman tenaga kerja keluar negeri;

Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan ketrampilan di BLK untuk

berbagai kejuruan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja;

Pelatihan manajemen dan produktivitas seperti pelatihan manajemen

kewirausahaan, AMT dan pelatihan kader produktifitas;

Meningkatkan penyuluhan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di

perusahaan;

Peningkatan sarana dan prasarana pelatihan pada BLK/LLK;

Peningkatan pelatihan kewirausahaan dan produktivitas untuk menciptakan

tenaga kerja yang lebih mandiri dan produktif;

Perlu ditingkatkan penyuluhan dan bimbingan serta pembinaan kepada pekerja

dan pengusaha;

Perluasan program-program padat karya

DD.. KKEESSIIMMPPUULLAANN

Evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004 – 2009 di Provinsi Bengkulu di fokuskan terhadap

3 agenda pembangunan, yaitu agenda pembangunan Indonesia yang Aman dan

Damai, agenda mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis serta agenda

meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004 – 2009 di Provinsi Bengkulu

dengan menggunakan beberapa indikator seperti yang dijelaskan pada Bab II, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Agenda pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai

Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja pelaksanaan program pembangunan

untuk mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai di Provinsi Bengkulu belum

mengalami kemajuan yang signifikan dan optimal, karena tindak kriminalitas

konvensional yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir masih berfluktuasi

dengan frekuensi jenis kriminalitas tertentu menurun, sebaliknya terhadap jenis

kriminalitas lainnya terjadi peningkatan. Masih tingginya ancaman rasa aman bagi

setiap individu dalam masyarakat, terutama rasa aman dalam keselamatan jiwa raga,

Page 82: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  81

dan rasa aman dalam kepemilikan harta benda. Hal ini disebabkan masih tingginya

kriminalitas menyangkut harta benda seseorang dan jiwa seseorang. Begitu pula

Kasus-kasus kejahatan transnasional mulai terjadi tahun 2007 dengan jenis kejahatan

berupa penyelundupan senjata api dan perdagangan manusia.

2.. Agenda mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis

Kinerja aparatur hukum dalam penyelesaian laporan tindak pidana korupsi belum

memuaskan baik kepolisian daerah maupun kejaksaan tinggi, terkesan lamban

bahkan mungkin sengaja membiarkan laporan-laporan tindak pidana korupsi

menggantung tanpa kejelasan dan kepastian hukum. Lambannya kinerja

pemberantasan korupsi yang sering dijadikan alasan oleh aparatur hukum adalah

karena menunggu hasil audit yang dilakukan BPK/BPKP, selain itu karena laporan

tindak pidana korupsi yang disampaikan masyarakat tidak didukung oleh alat bukti

yang kuat.

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik, dari Sepuluh kabupaten kabupaten/kota

hampir semuanya sudah memiliki Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, namun dalam

implementasinya masih belum optimal., antara lain disebabkan oleh faktor kesiapan

sumber daya yang belum memadai. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan

intensif terhadap aparatur daerah yang menangani pelayanan terpadu agar

senantiasa meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan komitmennya

dalam mengemban tugas melayani stakeholders.

Dibidang pengelolaan keuangan daerah, berdasarkan opini BPK terhadap Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Bengkulu dalam waktu 5 tahun

terakhir (2005-2009) belum tidak mengalami kemajuan hanya mendapat penilaian

WDP (wajar dengan pengecualian), dan belum pernah mendapat opini WTP (wajar

tanpa pengecualian).

Dalam bidang demokrasi, dengan menggunakan indikator GDI (Gender Development

Index) dan GEM (Gender Empowerment meassurement) Provinsi Bengkulu masih

relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata capaian GDI dan GEM nasional, namun

demikian trend perkembangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

C. Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Dilihat dari Indikator IPM yang digunakan untuk mewujudkan agenda meningkatkan

kesejahteraan rakyat mengalami kemajuan dan peningkatan dari tahun ke tahun yang

menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraaan

Page 83: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

82

masyarakat. Namun demikian variabel yang mempunyai kontribusi cukup besar

dalam meningkatkan nilai IPM provinsi Bengkulu, adalah dari komponen aspek

kesehatan dan pendidikan, sementara itu dari segi pendapatan per kapita perannya

masih sangat kecil. Meskipun IPM meningkat namun jumlah persentase penduduk

miskin masih sangat besar dan pendapatan perkapita kurang dari 50 % pendapatan

per kapita nasional.

Dilihat dari segi kinerja pembangunan ekonomi di provinsi Bengkulu menunjukkan

bahwa tujuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum

berhasil atau tidak lebih baik seperti yang diharapkan bahkan hasil yang diperoleh

masih sangat jauh dari perkembangan kemajuan pembangunan nasional dan jurang

perbedaan pendapatan (Income Gap) semakin melebar. Pendapatan per kapita.

Provinsi Bengkulu sejak tahun 2004 – 2009 mengalami kenaikan, tetapi angka ini

lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan per kapita nasional.

Artinya perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk provinsi Bengkulu lebih

lamban kemajuannya dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Perolehan

pendapatan per kapita tidak mencapai setengah dari rata-rata nasional bahkan pada

tahun 2008 merupakan titik terendah hanya sebesar 40,55 persen dari rata-rata

pendapatan per kapita nasional.

Kinerja makro ekonomi mengalami penurunan yang signifikan dalam dua tahun

terakhir sehingga berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 4,93%

pada tahun 2008 menurun lagi menjadi 4,04% pada tahun 2009. Rendahnya

pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu antara lain dapat disebabkan karena

rendahnya investasi dan turunnya ekspor provinsi Bengkulu karena imbas pengaruh

krisis global. Selain itu kebijakan pembangunan pemerintah daerah yang kurang

mendukung pengembangan potensi daerah dan penguatan struktur ekonomi.

Dalam beberapa dekade terakhir perkembangan nilai investasi di Provinsi Bengkulu

masih sangat kecil sekali dan tidak mengalami pertambahan yang signifikan baik

PMA maupun PMDN, bahkan dalam beberapa tahun tertentu nilai realisasi investasi

tidak ada sama sekali.

Peranan sektor industri manufaktur (industri pengolahan) di Provinsi Bengkulu masih

sangat kecil sekali, dan belum berkembang, kontribusi sektor ini dalam pembentukan

Page 84: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  83

PDRB masih sangat kecil dan menurun menjadi 3,99 persen pada tahun 2009 dan

menyediakan lapangan kerja hanya mampu menyerap 1,68 persen.

Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan kondisi ketenagakerjaan khususnya

kesempatan kerja di Provinsi Bengkulu tidak mengalami perubahan yang signifikan

terutama disektor formal, bahkan angka pengangguran terbuka meningkat pada tahun

2009.

Kinerja pembangunan dalam bidang Infrastruktur di Provinsi Bengkulu masih

membutuhkan perhatian serius, selain kuantitasnya belum memenuhi kebutuhan,

kualitas Infrastruktur yang ada sudah banyak yang tidak dapat digunakan secara

optimal sehingga perlu segera dilakukan perbaikan/peningkatan. Kondisi infrastruktur

yang perlu mendapat perhatian antara lain meliputi: Jalan dan jembatan, pelabuhan

laut, energi, dan ketenagalistrikan.

Dilihat dari kinerja yang berkaitan dengan upaya peningkatan infrastruktur jalan, tidak

mengalami peningkatan bahkan sebaliknya terjadi penurunan kualitas jalan karena

semakin banyak jalan yang rusak.

Secara umum panjang jalan nasional di Provinsi Bengkulu tidak mengalami

pertambahan, sedangkan kondisinya dalam beberapa tahun terakhir mengalami

penurunan, karena jumlah panjang jalan yang rusak semakin banyak. Pada tahun

2008 panjang jalan nasional dalam kondisi baik hanya 413,02 Km (56,08%).

Selebihnya dalam kondisi sedang 26,70%, rusak ringan 9,23% dan rusak berat

7,98%. Selanjutnya pada tahun 2009 panjang jalan nasional berkurang sedikit

menjadi 674,00 km, dalam kondisi baik hanya 189,88 Km (28,17%), sedang: 265,04

Km (39,32%), rusak ringan: 140,15 Km (20,77%) dan rusak berat bertambah menjadi

78,93 Km (11,71%). Dari data ini dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar jalan

nasional di daerah ini dalam kondisi yang tidak baik.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi jalan nasional, kondisi jalan provinsi Bengkulu

bahkan semakin memprihatinkan karena semakin banyak jalan yang rusak. Pada

tahun 2009 kondisi jalan kategori baik 579,40 Km ((38,26%) sedangkan kondisi

sedang: 475,35 Km (31,39%) dan dalam kondisi rusak: 315,63 Km (20,84%) dan

rusak berat 144,1 Km (9,51%).

Pemerintah provinsi Bengkulu tidak memberikan perhatian yang serius terhadap

pembangunan dan pemeliharaan jalan, pada beberapa ruas jalan tertentu bahkan

Page 85: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

84

tidak dibangun maupun dilakukan pemeliharaan sama sekali dalam beberapa tahun.

Beberapa ruas jalan yang dalam proses pemeliharaan sudah mengalami kerusakan

dalam tahun anggaran yang sama. Hal ini dapat antara lain disebabkan karena

muatan berlebih dan proses pengerjaan teknis jalan yang kualitasnya tidak memenuhi

standar.

Page 86: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  85

BBAABB IIIIII

RREELLEEVVAANNSSII RRPPJJMMNN 22001100--22001144 DDEENNGGAANN RRPPJJMMDD PPRROOVVIINNSSII

33..11.. PPeennggaannttaarr

Sebagai upaya untuk mengoptimalkan efektifitas pembangunan daerah dan nasional di

masa yang akan datang, kegiatan EKPD pada 2010 ini juga melaksanakan evaluasi

relevansi antara rencana pembangunan jangka menengah di daerah (RPJMD) dengan

rencana pembangunan jangka menengah di tingkat nasional RPJMN. Hasil evaluasi

relevansi antara RPJMD Provinsi Bengkulu dan RPJMN 2010-2014 dilaporkan dalam Bab

ini, termasuk kendala yang dialami oleh Tim dalam melaksanakan evaluasi tersebut.

Berdasarkan hasil evaluasi, Tim juga telah merumuskan beberapa rekomendasi yang

dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan dan penyusunan serta

pengimplementasian RPJMD Provinsi Bengkulu di masa yang akan datang.

3.1.1. Latar Belakang dan Tujuan Analisis

Sebagai salah satu komponen utama dari kegiatan dan proses pembangunan yang

bersifat integrated, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

idealnya dijadikan sebagai bahan acuan utama dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dirumuskan berdasarkan

sumberdaya dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Keserasian dan

tingkat relevansi yang signifikan antara RPJMN dan RPJMD merupakan indikator yang

mencerminkan koordinasi yang berkualitas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

daerah. Koordinasi yang berkualitas tidak hanya dapat meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pembangunan tetapi juga dapat mendorong terjadinya proses percepatan

pembangunan.

Mengingat pentingnya keterkaitan antara RPJMN dan RPJMD, maka analisis relevansi

antara RPJMD 2010-2014 dan RPJMN 2010-2014 telah dijadikan sebagai salah satu

bidang kajian utama dalam kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD)

sejak tahun 2010 ini. Tujuan utama dari analisis relevansi ini adalah untuk mengetahui

sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan

prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) di tingkat provinsi.

Page 87: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

86

3.1.2. Metode Analisis dan Ruang Lingkup

Metode analisis yang digunakan dalam kajian relevansi antara RPJMD dan RPJMN

dalam EKPD 2010 ini adalah comparative analysis yang dilakukan dengan cara

membandingkan secara langsung dokumen RPJMN 2010-2014 dan dokumen RPJMD

2010-2014. Kerangka analisis dalam kajian relevansi ini diilustrasikan pada Gambar 3.1.

Hasil analisis disimpulkan dengan menggunakan salah satu dari dua buah indikator yang

telah ditentukan, yakni: “tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program

nasional” atau “ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program

nasional”. Selain itu, analisis tambahan akan dilakukan apabila seandainya ada prioritas

daerah yang tidak ada di prioritas nasional.

Gambar 3.1. Kerangka Analisis Relevansi RPJMN dan RPJMD

Ruang lingkup kajian dalam analisis relevansi antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD

2010-2014 meliputi 11 program (outcomes) utama yang terdiri dari: Reformasi Birokrasi

dan Tata Kelola; Pendidikan; Kesehatan; Penanggulangan Kemiskinan; Ketahanan

Pangan; Infrastruktur; Iklim Investasi dan Iklim Usaha; Energi; Lingkungan Hidup dan

Pengelolaan Bencana; Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik

Kebudayaan; Kreativitas dan Inovasi Teknologi. Selain itu, terdapat pula 3 prioritas

tambahan yang meliputi: Kesejahteraan Rakyat lainnya; Politik, Hukum, dan Keamanan

lainnya; dan Perekonomian lainnya.

Page 88: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  87

3.2. Evaluasi Relevansi RPJMD Provinsi Bengkulu dan RPJMN

Sesuai dengan metode analisis, Tim EKPD Provinsi Bengkulu telah melakukan evaluasi

relevansi antara RPJMD Provinsi Bengkulu dengan RPJMN 2010-2014 dan menemukan

beberapa hal penting yang perlu dijelaskan terlebih dahulu sebagai konsiderasi terhadap

hasil evaluasi. Hal-hal penting tersebut berkaitan dengan beberapa kendala yang

menghambat kegiatan evaluasi sebagaimana dijelaskan pada bagian 3.2.1 dan 3.2.2. di

bawah ini.

Kedua kendala tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya ketidaksinkronan antara hasil

evaluasi yang ada di Bab 2 dan yang dibahas di Bab ini. Oleh karena itu, kondisi seperti

ini perlu dipahami agar tidak terjadi kekeliruan dalam interpretasi (mis-interpretation) dan

pemahaman hasil evaluasi secara keseluruhan.

3.2.1. Perbedaan Periode RPJMD dan RPJMN

Idealnya, evaluasi relevansi dilakukan dengan cara membandingkan RPJMD dan RPJMN

yang mempunyai masa atau periode yang sama. RPJMD merupakan dokumen

perencanaan pembangunan yang disusun oleh Gubernur dan Wakil Gubernur untuk

dilaksanakan selama masa jabatannya yang meliputi visi dan misi serta rencana aksi dan

hasil yang ingin dicapainya selama periode tersebut. Dokumen RPJPD biasanya disusun

dan dijadikan sebagai Peraturan Daerah beberapa waktu setelah pemilihan dan

pelantikan gubernur yang terpilih. Di tingkat nasional, RPJMN merupakan perencanaan

pembangunan yang disusun oleh Presiden dan Wakil Presiden yang disusun dan

dijadikan sebagai Peraturan Pemerintah beberapa waktu setelah pemilihan dan

pelantikan presiden terpilih.

Pilpres (pemilihan presiden) dan Pilgub (pemilihan gubernur) Provinsi Bengkulu tidak

dilaksanakan dalam tahun yang sama dimana terdapat perbedaan selama satu tahun.

Perbedaan waktu pemilihan tersebut telah menyebabkan terjadinya perbedaan dalam

periode atau masa jabatan antara Presiden dan Gubernur Provinsi Bengkulu. Perbedaan

tersebut juga telah menyebabkan adanya perbedaan masa atau periode antara RPJM di

tingkat Nasional (RPJMN) dan RPJMD di Provinsi Bengkulu. Periode RPJMN yang

terbaru mulai diberlakukan sejak tahun 2010 hingga tahun 2014. Sementara itu, pemilihan

Gubernur Provinsi Bengkulu baru saja dilaksanakan dan oleh karena itu RPJMD yang

terbaru (2011-2015) tentunya belum tersedia pada saat ini. Sehubungan dengan itu,

maka untuk keperluan analisis relevansi antara RPJMN dan RPJMD dalam kegiatan

EKPD tahun 2010 ini Tim EKPD Provinsi Bengkulu hanya dapat menggunakan RPJMD

Page 89: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

88

Provinsi Bengkulu yang sedang berjalan yang periodenya dimulai sejak tahun 2006

hingga 2010.

Bila ditinjau dari sisi waktu atau periode, dokumen RPJMN 2010-2014 dan RPJMD 2006-

2010 kelihatannya tidak sepenuhnya dapat dibandingkan (incomparable) karena adanya

perbedaan situasi dan kondisi sewaktu perumusan dan penyusunan masing-masing

dokumen tersebut. Perbedaan waktu atau tahun dalam penyusunan kedua dokumen

tersebut juga telah menyebabkan adanya perbedaan dalam format penyusunan masing-

masing dokumen tersebut. Meskipun begitu, analisis relevansi ini dapat dijadikan sebagai

masukan bagi Gubernur yang baru saja terpilih dan bagi para perencana pembangunan di

Provinsi Bengkulu dalam perumusan dan penyusunan RPJMD Provinsi Bengkulu untuk

periode 2011-2015 mendatang.

3.2.2. Perbedaan Format dan Metode Penyusunan RPJMD dan RPJMN

Hasil dari membandingkan dokumen RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dengan

RPJMN 2010-2014 juga menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan dalam

format penyusunan masing-masing dokumen. Misalnya, dalam dokumen RPJMN 2010-

2014, prioritas dan rencana aksi pembangunan diuraikan secara eksplisit dan spesifik.

Sebaliknya, prioritas dan rencana aksi pembangunan dalam RPJMD Provinsi Bengkulu

2006-2010 hanya ditulis secara umum dan cenderung implisit yang tertumpang atau

ditumpangkan pada rencana aksi yang bersifat umum. Perbedaan dalam format

penyusunan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dan RPJMN 2010-2014 juga telah

menyebabkan kedua dokumen tersebut tidak sepenuhnya dapat dibandingkan

(incomparable) secara langsung.

Hasil perbandingan antara dokumen RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu

2006-2010 juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam cara atau metode

penentuan prioritas pembangunan dan hasil (outcomes) yang ingin dicapai. Metode yang

digunakan dalam RPJMN 2010-2014 cenderung lebih spesifik dan lebih terukur bila

dibandingkan dengan dokumen RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010. Selain itu, prioritas

pembangunan di RPJMN juga cenderung lebih specifik dengan menggunakan kalimat

atau istilah yang cenderung lebih fokus bila dibandingkan dengan RPJMD Provinsi

Bengkulu sebagaimana dibahas pada bagian analisis relevansi prioritas pembangunan di

bawah ini.

Page 90: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  89

3.2. Analisis Relevansi antara Prioritas dan Program Aksi Pembangunan dalam RPJMN 2010-14 dan RPJMD 2006-10

Tujuan utama dari evaluasi relevansi ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat kaitan

antara prioritas dan program aksi pembangunan daerah dalam RPJPD Provinsi Bengkulu

dengan prioritas dan program aksi pembangunan nasional sebagaimana ditegaskan

dalam RPJMN 2010-2014. Prioritas pembangunan di tingkat nasional dan di Provinsi

Bengkulu secara berturut-turut ditampilkan pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2. sesuai dengan

urutan prioritas.

Tabel 3.1. Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 Urutan Prioritas Prioritas Pembangunan Nasional (2010-2014)

Prioritas 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola

Prioritas 2. Pendidikan

Prioritas 3. Kesehatan

Prioritas 4. Penanggulangan kemiskinan

Prioritas 5. Ketahanan pangan

Prioritas 6. Infrastruktur

Prioritas 7. Iklim investasi dan iklim usaha

Prioritas 8. Energi

Prioritas 9. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana

Prioritas 10. Daerah terdepen, terluar , tertinggal dan pasca konflik

Prioritas 11. Kebudayaan, kreatifitas, dan inovasi teknologi

Tabel 3.2. Prioritas Pembangunan di RPJMN (2010-2014) dan RPJMD Provinsi Bengkulu (2006-2010).

Urutan Prioritas/Misi Prioritas Pembangunan Provinsi Bengkulu, RPJMD (2006-2010)

Prioritas 1. Memajukan perekonomian masyarakat melalui pengembangan potensi daerah dengan industri rakyat sebagai penggerak utamanya.

Prioritas 2.

Meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi melalui penyelenggaraan pendidikan pada berbagai aspek kehidupan, didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial.

Prioritas 3. Mengembangkan sarana dan prasarana daerah untuk mendukung pencapaian masyarakat yang sejahtera, adil, produktif dan kompetitif.

Prioritas 4. Menyelenggarakan pemerintahan yang merakyat secara professional, transparan, akuntabel, sinergis, bersih dan berwibawa bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Prioritas 5. Mendorong berkembangnya masyarakat yang bermoral, berbudaya dan religius.

Prioritas 6. Mewujudkan sistem politik dan hokum yang memperhatikan dan mengayomi masyarakat, serta mampu membawa kemajuan dan stabilitas daerah.

Prioritas 7. Menumbuhkembangkan budaya kooperatif, kolaboratif, produktif dan kompetitif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Prioritas 8. Mendorong terciptanya sistem pertahanan dan keamanan daerah yang mampu menangkal disintegrasi bangsa, menjamin keutuhan NKRI, keamanan dan ketertiban masyarakat.

Page 91: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

90

Sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2., sistematika penulisan prioritas

pembangunan dalam kedua dokumen tersebut tampak berbeda. Prioritas pembangunan

di RPJMN diungkapkan secara eksplisit, sedangkan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-

2010 tidak ditampilkan secara khusus tetapi sepertinya tertumpang atau terimplikasi

dalam 8 misi pembangunan Provinsi Bengkulu selama periode tersebut. Prioritas

pembangunan Provinsi Bengkulu juga cenderung lebih umum dan global bila

dibandingkan prioritas pembangunan nasional yang menyebabkan terjadinya perbedaan

dalam jumlah keseluruhan prioritas untuk masing-masing RPJM. Sebagai contoh, salah

satu prioritas pembangunan daerah yakni yang nomor 2 meliputi atau terkait dengan 3

masalah pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, sedangkan dalam dokumen RPJMN

ketiga masalah tersebut dipisah menjadi 3 prioritas pembangunan nasional. Perbedaan

dalam sistematika penulisan tersebut memberikan kesan bahwa prioritas nasional

cenderung lebih spesifik dan lebih fokus.

Perbedaan tersebut juga menyebabkan perbandingan dilakukan secara langsung.

Meskipun begitu bila prioritas-prioritas tersebut ditelusuri satu per satu termasuk rencana

aksi untuk masing-masing prioritas, maka akan terlihat beberapa kesamaan meskipun

tidak sepenuhnya identik sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3. Relevansi Prioritas Pembangunan di RPJMD Provinsi Bengkulu (2006-2010) dan RPJM (2010-2014).

No Prioritas Pembangunan Prov. Bengkulu (2006-2010) Prioritas Pembangunan Nasional (2010-2014)

1. Memajukan perekonomian masyarakat melalui pengembangan potensi daerah dengan industri rakyat sebagai penggerak utamanya.

Ketahanan pangan (5) Iklim investasi dan iklim usaha (7)

2. Meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi melalui penyelenggaraan pendidikan pada berbagai aspek kehidupan, didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial.

Pendidikan (2) Kesehatan (3) Penanggulangan kemiskinan (4)

3. Mengembangkan sarana dan prasarana daerah untuk mendukung pencapaian masyarakat yang sejahtera, adil, produktif dan kompetitif.

Infrastruktur (6)

4. Menyelenggarakan pemerintahan yang merakyat secara professional, transparan, akuntabel, sinergis, bersih dan berwibawa bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Reformasi birokrasi dan tata kelola (1)

5. Mendorong berkembangnya masyarakat yang bermoral, berbudaya dan religius.

-

6. Mewujudkan sistem politik dan hukum yang memperhatikan dan mengayomi masyarakat, serta mampu membawa kemajuan dan stabilitas daerah.

-

7. Menumbuhkembangkan budaya kooperatif, kolaboratif, produktif dan kompetitif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Kebudayaan, kreatifitas, dan inovasi teknologi (11)

8. Mendorong terciptanya sistem pertahanan dan keamanan daerah yang mampu menangkal disintegrasi bangsa, menjamin keutuhan NKRI, keamanan dan ketertiban masyarakat.

Daerah terdepen, terluar , tertinggal dan pasca konflik (10)

- - Energi (8) Lingkungan hidup dan pengelolaan

bencana (9)

Page 92: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  91

Perbandingan pada Tabel 3.3. menunjukkan bahwa 9 dari prioritas pembangunan

nasional (prioritas nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, dan 11) berkaitan atau mempunyai

relevansi dengan 6 prioritas pembangunan daerah Provinsi Bengkulu untuk periode 2006-

2010 (prioritas nomor 1, 2, 3, 4, 7, dan 8). Sedangkan dua prioritas nasional lainnya yakni

energi (prioritas 8) dan lingkungan hidup dan pengolahan bencana (prioritas 9) terlihat

tidak memiliki kaitan langsung dengan salah satu dari delapan prioritas pembangunan

daerah Provinsi Bengkulu selama periode 2006-2010.

Hasil perbandingan prioritas yang ditemukan dan dirasakan tidak lagi logis untuk situasi

saat ini adalah tidak terdapatnya relevansi yang kuat antara prioritas nasional nomor 9

(lingkungan hidup dan pengolahan bencana) dengan salah satu dari 8 prioritas

pembangunan daerah Provinsi Bengkulu 2006-2010. Ketidaklogisan ini disebabkan

karena Provinsi Bengkulu sejak beberapa tahun terakhir mengalami bencana gempa yang

hebat sehingga telah dianggap sebagai satu daerah yang rawan bencana gempa. Tidak

adanya relevansi dan tidak logisnya temuan ini disebabkan karena dokumen RPJMD

Provinsi Bengkulu yang digunakan dalam perbandingan ini adalah dokumen yang disusun

dan dan disyahkan beberapa waktu sebelum Provinsi Bengkulu ditimpa bencana gempa

bumi tahun 2007. Oleh karena itu, sebagaimana dijelaskan terdahulu, sebagian dari

materi dan hasil evaluasi relevansi ini kelihatannya sudah tidak lagi sesuai dengan situasi

dan kondisi Provinsi Bengkulu pada saat ini.

Perbandingan pada Tabel 3.3. sekaligus menunjukkan bahwa terdapat dua buah prioritas

pembangunan daerah periode 2006-2010 yang kelihatannya (secara eksplisit atau secara

langsung) tidak terdapat pada prioritas pembangunan nasional selama periode 2010-

2014. Kedua prioritas tersebut adalah: prioritas nomor 5 “Mendorong berkembangnya

masyarakat yang bermoral, berbudaya dan religius” dan prioritas nomor 6 yakni

“Mewujudkan sistem politik dan hukum yang memperhatikan dan mengayomi masyarakat,

serta mampu membawa kemajuan dan stabilitas daerah”. Hasil perbandingan tersebut

seolah-olah mengindikasikan bahwa tidak terdapat keterkaitan dan relevansi antara

prioritas pembangunan daerah dengan prioritas pembangunan nasional. Namun apabila

dilihat dari komponen-komponen dalam rencana aksi, sebagaimana akan dibahas pada

bagian selanjutnya, maka terlihat adanya kaitan atau relevansi antara beberapa rencana

aksi (misalnya masalah penegakan hukum), tetapi rencana aksi tersebut berada di bawah

prioritas yang berbeda dalam dokumen RPJM yang berbeda. Persoalan dalam

perbandingan ini kelihatannya disebabkan oleh banyak hal terutama karena adanya

perbedaan dalam format dan sistematika penulisan pada masing-masing dokumen RPJM

tersebut.

Page 93: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

92

Sehubungan dengan itu, evaluasi dan analisis relevansi prioritas dan rencana aksi

pembangunan di tingkat nasional (RPJMN) dan di Provinsi Bengkulu (RPJMD) yang akan

ditampilkan dibawah ini lebih difokuskan kepada kesesuaian dari komponen-komponen

rencana aksi meskipun masing-masing komponen tersebut berada pada “prioritas” yang

berbeda. Oleh karena itu, evaluasi dan analisis diurutkan berdasarkan urutan prioritas

nasional (kolom 2). Indikator yang menunjukkan “ada” atau “tidak ada” program daerah

yang mendukung program nasional ditampilkan pada kolom 3 dengan menggunakan

kata-kata “ADA” bila ada atau “TIDAK” bila tidak ada, sedangkan indikator untuk tingkat

relevansi ditampilkan pada kolom 4 dengan menggunakan kata-kata “ADA” bila ada

relevansi dan “TIDAK” bila tidak relevansi, dan bila diperlukan maka setiap jawaban akan

diberikan penjelasan pada kolom 5 atau pada pengantar untuk setiap sub-bagian yang

terkait.

3.2.1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Hasil perbandingan RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu dalam hal reformasi birokrasi

dan tata kelola ditampilkan pada Tabel.3.4. Reformasi birokrasi dan tata kelola juga

merupakan bagian dari prioritas pembangunan di Provinsi Bengkulu sebagaimana

terdapat dalam RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010. Prioritas ini merupakan urutan ke-

empat dari delapan prioritas pembangunan yang direncanakan Pemerintah selama

periode yang sama.

Meskipun begitu, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4., sebagian rencana aksi

pembangunan yang direncanakan di tingkat nasional (RPJMD) untuk kurun waktu 2010-

2014 terdapat dalam rencana aksi pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu.

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain termasuk: perbedaan

waktu dalam penyusunan kedua dokumen tersebut yang berkaitan dengan situasi dan

persoalan yang dihadapi pada saat itu, sehingga keterkaitan antara rencana aksi dalam

kedua dokumen tersebut kelihatannya juga tidak erat tingkat relevansinya.

Selain itu, perbandingan ditinjau dari konteks perencanaan, rencana aksi yang

dirumuskan oleh Pemerintah Pusat cenderung lebih spesifik dan juga mempunyai dimensi

waktu bila dibandingkan dengan RPJMD Provinsi Bengkulu periode 2006-2010.

Sebagaiman telah disinggung pada bagian terdahulu, baik prioritas maupun rencana aksi

yang direncanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu kelihatannya cenderung

lebih umum dan longgar. Kekurangan seperti ini dapat mengakibatkan kurang fokus dan

kurang terukurnya kinerja dan arah pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu.

Page 94: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  93

Table 3.4. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang

“Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU

2006-2010 Analisis Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

1

PRIORITAS 1. REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

Menyelenggarakan pemerintahan yang merakyat secara professional, transparan, akuntabel, sinergis, bersih dan berwibawa bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Program Aksi

Otonomi Daerah; Penataan otonomi daerah melalui

Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah;

TIDAK

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas pada RPJMD 2006/10

Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah

TIDAK

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

SDA

Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah;

ADA

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan tantangan Daerah

Regulasi;

Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah peraturan daerah selambat-lambatnya 2011;

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Sinergi Antara Pusat dan Daerah;

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Penegakan Hukum;

Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan tantangan Daerah

Data Kependudukan;

Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada 2011.

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Page 95: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

94

3.2.2. Pendidikan

Hasil perbandingan RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu dalam hal Pendidikan

ditampilkan pada Tabel.3.5. Prioritas “Pendidikan” yang dirumuskan dalam RPJMN 2010-

2014 mempunyai keterkaitan dan relevansi dengan Prioritas pembangunan dalam

RPJMD 2006-2010 yang bernomor urut 2, yakni: Meningkatkan kualitas SDM yang

berdaya saing tinggi melalui penyelenggaraan pendidikan pada berbagai aspek

kehidupan, didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial.

Relevansi tersebut juga ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antara rencana aksi di dalam

kedua dokumen tersebut. Tingkat relevansi yang relatif tinggi ini dapat disebabkan karena

secara statistik tingkat pendidikan masyarakat di Provinsi Bengkulu cendrung rendah.

Data statistik menunjukkan bahwa pendidikan rata-rata penduduk adalah 7 tahun dan dua

minggu yang setara dengan dua minggu di kelas 2 SMP.

Meskipun begitu sebagian dari rencana aksi pembangunan pendidikan dalam RPJMD

Provinsi Bengkulu 2006-2011 kelihatannya tidak relevan dengan rencana aksi dalam

RPJMN 2010-2014, seperti APK perguruan tinggi, rasionalisasi BOS, harga buku, dan

peran kepala sekolah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh karena persoalan-persoalan

yang menyebabkan terjadinya rencana aksi tersebut belum muncul atau belum menjadi

persoalan utama di Provinsi Bengkulu pada saat RPJMD 2006-2010 sedang dirumuskan

dan disyahkan.

Table 3.5. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Pendidikan”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010

Analisis Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

PembangunanProgram

2

PRIORITAS 2. PENDIDIKAN Meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi melalui penyelenggaraan pendidikan pada berbagai aspek kehidupan, didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial.

Terkait dengan Prioritas Daerah yang Nomor 2

Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar

Ada Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan tantangan Daerah

APM pendidikan setingkat SMP

Ada Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

SDA

Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya

SDA

Page 96: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  95

SMA

prioritas/program nasional

Pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS,

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambat-lambatnya 2012 dan

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan prioritas Daerah

Penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar;

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Tapi belum ada dimensi: target dan tahun (2012)

Akses Pendidikan Tinggi;

Peningkatan APK pendidikan tinggi

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Pengelolaan;

Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul,

TIDAK

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance,

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

SDA

Mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

SDA

Kurikulum;

Penataan ulang kurikulum sekolah

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan prioritas Daerah

Kualitas;

Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan sekolah

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan tantangan Daerah

Page 97: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

96

3.2.3. Kesehatan

Hasil perbandingan RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu dalam hal Kesehatan

ditampilkan pada Tabel.3.6. Sama dengan “pendidikan”, prioritas “kesehatan” yang

dirumuskan dalam RPJMN 2010-2014 mempunyai keterkaitan dan relevansi dengan

Prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006-2010 yang bernomor urut 2, yakni:

Meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi melalui penyelenggaraan

pendidikan pada berbagai aspek kehidupan, didukung oleh peningkatan pelayanan

kesehatan dan kesejahteraan sosial”.

Relevansi tersebut juga ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antara rencana aksi di dalam

kedua dokumen tersebut. Tingkat relevansi yang relatif tinggi ini dapat disebabkan karena

secara statistik tingkat kesehatan masyarakat di Provinsi Bengkulu cenderung relatif baik.

Data statistik menunjukkan bahwa tingkat kesehatan penduduk adalah cukup baik.

Sayangnya, rencana aksi dalam bidang kesehatan tersebut tidak menjelaskan target

spesifik yang harus di capai dan waktu yang menunjukkan kapan target tersebut harus

dicapai.

Table 3.6. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Kesehatan”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU

2006-2010 Analisis Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

3 PRIORITAS 3 : KESEHATAN

Meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi melalui penyelenggaraan pendidikan pada berbagai aspek kehidupan, didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial.

  Kesehatan Masyarakat;   Terkait dengan Prioritas Daerah yang Nomor 1

  Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

  KB;   

  Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010‐2014;  

ADA/TIDAK Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan prioritas Daerah   Tapi belum ada dimensi: target dan tahun (2012)

  Obat:  

Page 98: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  97

  Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10 

 

  Asuransi Kesehatan Nasional: 

 

  Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012‐2014  

TIDAK TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10 

 

3.2.4. Penanggulangan Kemiskinan

Hasil perbandingan RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu dalam hal Penanggulangan

Kemiskinan ditampilkan pada Tabel.3.7. Prioritas nasional periode 2010-2014 dalam

penanggulangan kemiskinan mempunyai keterkaitan dan relevansi yang erat dengan

prioritas pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu sebagaimana tercakup dalam

RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010. Dijadikannya program penanggulangan

kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan di Provinsi Bengkulu disebabkan

oleh karena lebih dari seperlima masyarakat Bengkulu dikategorikan sebagai penduduk

miskin.

Meskipun begitu, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.7., sebagian besar dari rencana aksi

yang telah dirumuskan di tingkat nasional terlihat tidak mempunyai keterkaitan dan

relevansi yang erat dengan rencana aksi yang dirumuskan oleh Pemerintah Provinsi

Bengkulu.

Page 99: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

98

Table 3.7. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Penanggulangan

Kemiskinan”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010

Analisis Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

4

PRIORITAS 4 : PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Memajukan perekonomian masyarakat melalui pengembangan potensi daerah dengan industri rakyat sebagai penggerak utamanya.

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Terkait Prioritas RPJMD 2006/10 Nomor 1

Bantuan Sosial Terpadu: Terkait dengan Prioritas Daerah yang Nomor 1

Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum ada program yang terintegrasi.

Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011—2012;

ADA/TIDAK Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Ada, tetapi tidak spesifik dan tidak focus, juga tidak ada dimensi: target dan waktu

PNPM Mandiri: Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Penambahan anggaran PNPM Mandiri

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Merupakan program nasional

Kredit Usaha Rakyat (KUR): Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011;

ADA/TIDAK Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Ada, tetapi tidak spesifik dan tidak focus, juga tidak ada dimensi: target dan waktu

Tim Penanggulangan Kemiskinan:

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas dalam RPJMD 2006/10

Page 100: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  99

3.2.5. Ketahanan Pangan

Hasil perbandingan RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu dalam hal Ketahanan Pangan

ditampilkan pada Tabel.3.8. Ketahanan pangan yang merupakan salah satu prioritas

utama pembangunan nasional untuk periode 2010-2014 juga merupakan prioritas dalam

RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010. Meskipun begitu, sebagaimana terlihat pada Tabel

3.8., sebagian besar dari rencana aksi yang telah dirumuskan di tingkat nasional terlihat

tidak mempunyai keterkaitan dan relevansi yang erat dengan rencana aksi yang

dirumuskan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu. Perbedaan dalam rencana aksi tersebut

berkemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan waktu, fokus dan situasi pada saat

perumusan rencana aksi untuk masing-masing dokumen RPJM.

Table 3.8. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Ketahanan Pangan”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010 Analisis

Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

5

  

PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN

Memajukan perekonomian masyarakat melalui pengembangan potensi daerah dengan industri rakyat sebagai penggerak utamanya. 

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

 Terkait dengan 

Prioritas RPJMD 

Nomor 1 

  Lahan, Pengembangan 

Kawasan dan Tata 

Ruang Pertanian: 

Terkait dengan Prioritas Daerah yang Nomor 1

  Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,  

TIDAK 

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjad persolaan/prioritas RPJMD 2006/10 

 

  Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar; 

TIDAK  

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

SDA 

  Infrastruktur:       

  Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah‐daerah sentra produksi pertanian 

ADA    Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan priorias pembangunan daerah  

Page 101: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

100

demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;  

  Penelitian dan Pengembangan: 

       

  Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;  

TIDAK    Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjad persolaan/prioritas RPJMD 2006/10 

 

  Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: 

       

  Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.  

ADA    Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan dan tantangan di daerah 

  Pangan dan Gizi:         

  Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas RPJMD 2006/10 

  Adaptasi Perubahan Iklim: 

 

  Pengambilan langkah‐langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

SDA 

Page 102: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  101

3.2.6. Infrastruktur

Hasil dari membandingkan dokumen RPJPD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dengan

RPJMN 2010-2014 dalam hal Infrastruktur yang ditampilkan pada Tabel 3.9 menunjukkan

bahwa pembangunan infrastruktur merupakan salah satu dari prioritas pembangunan baik

di tingkat nasional maupun di Provinsi Bengkulu. Dukungan Pemerintah Daerah terhadap

prioritas nasional ini dilandasi oleh kenyataan bahwa akses ke Provinsi Bengkulu masih

sangat terbatas yang menyebabkannya menjadi agak terisolir. Meskipun begitu, rencana

aksi dalam kedua dokumen tersebut tidak memiliki banyak persamaan yang

mengindikasikan masih rendahnya keterkaitan dan tingkat relevansi antara rencana aksi

di tingkat nasional dan di daerah.

Table 3.9. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Infrastruktur”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010 Analisis

Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

6

  PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR  

Mengembangkan sarana dan prasarana daerah untuk mendukung pencapaian masyarakat yang sejahtera, adil, produktif dan kompetitif. 

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Terkait dengan 

Prioritas RPJMD yang 

Nomor 3. 

  Tanah dan tata ruang:  

  Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas RPJMD 2006/10 

  Perhubungan:   

  Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru             Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini;  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas RPJMD 2006/10 

  Pengendalian banjir:   

Page 103: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

102

  Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas RPJMD 2006/10 

  Transportasi perkotaan:  

  Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan)  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/prioritas RPJMD 2006/10 

3.2.7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Hasil evaluasi relevansi RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa

terdapat keterkaitan antara prioritas pembangunan nasional dan daerah dalam bidang

iklim investasi dan iklim usaha, sebagimana terlihat pada Tabel 3.10. dibawah ini.

Table 3.10. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Iklim Investasi dan

Iklim Usaha”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010 Analisis

Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

7  

PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA  

Memajukan perekonomian masyarakat melalui pengembangan potensi daerah dengan industri rakyat sebagai penggerak utamanya. 

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Terkait dengan Prioritas RPJMD Nomor 1. 

  Kepastian hukum:  

  Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah  

TIDAK    Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persoalan/ prioritas dalam RPJMD 2006/10 

  Kebijakan ketenagakerjaan: 

       

  Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.  

ADA    Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Juga merupakan persoalan pembanguna dan prioritas di daerah.  

Page 104: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  103

3.2.8. Energi

Berbeda dengan prioritas pembangunan di tingkat nasional, persoalan energi tidak

menjadi salah satu dari prioritas pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu dalam

RPJMD 2006-2010. Meskipun dalam realita keterbatasan energi merupakan persoalan

dan kendala pembangunan di Provinsi Bengkulu, namun para pembuat kebijakan

nampaknya belum memandang persoalan tersebut sebagai masalah yang perlu

diprioritaskan, sehingga tidak terdapat keterkaitan dan relevansi yang erat antara prioritas

dan rencana aksi pembangunan nasional dan daerah dalam bidang energi.

Table 3.11. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Infrastruktur”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010 Analisis

Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

8  

PRIORITAS 8 : ENERGI  

      Belum jadi persolana dan prioritas dalam RPJMD 2006/10 

  Energi alternatif: 

  Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014  

TIDAK    Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas dalam RPJMD 2006/10 

  Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas: 

       

  Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;  

TIDAK    Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas dalam RPJMD 2006/10 

  Konversi menuju penggunaan gas: 

       

  Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010;  

TIDAK    Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas dalam RPJMD 2006/10 

Page 105: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

104

3.2.9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Prioritas pembangunan nasional dalam bidang lingkungan hidup dan pengelolaan

bencana tidak dijadikan sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah di Provinsi

Bengkulu dalam RPJMD 2006-2010. Oleh karena itu, tidak terdapat relevansi yang erat

dalam dokumen RPJMN dan RPJMD.

Bila ditinjau dari kondisi dan situasi Provinsi Bengkulu sejak beberapa tahun terakhir ini,

hasil evaluasi tentunya sudah tidak lagi masuk akal karena Provinsi Bengkulu mengalami

bencana alam gempa yang dahsyat pada tahun 2007. Ketidaksinkronan antara kedua

dokumen ini tentunya disebabkan oleh karena adanya perbedaan waktu dan situasi

masing-masing dokumen RPJM dirumuskan. Oleh karena itu, prioritas pembangunan

nasional ini termasuk rencana aksinya sebaiknya bahkan seharusnya dijadikan sebagai

acuan utama dalam penyusunan RPJMD Provinsi Bengkulu 2011-2015 mendatang.

Table 3.12. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Lingkungan hidup

dan Pengelolaan Bencana”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010 Analisis

Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas

PembangunanProgram

9  

PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA  

   

Perubahan iklim:

Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10

Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun,

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10

Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh di antaranya melalui kerja sama lintas kementerian terkait serta optimalisasi dan efisiensi sumber pendanaan seperti dana Iuran Hak Pemanfaatan Hutan (IHPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi;

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10

Pengendalian Kerusakan Lingkungan:

Page 106: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  105

Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut;

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10

Sistem Peringatan Dini:

Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10

Penanggulangan bencana:

Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10

3.3.10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik Kebudayaan

Persoalan dan kebijakan untuk bidang “daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca

konflik kebudayaan” merupakan salah satu prioritas pembangunan baik di tingkat nasional

maupun di Provinsi Bengkulu. Sayangnya, rencana aksi pembangunan di Provinsi

Bengkulu tidak secara spesifik seperti di tingkat nasional, sehingga terkesan terlalu umum

dan tidak fokus.

Table 3.13. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Daerah tertinggal,

terdepan, terluar, dan pasca konflik kebudayaan”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010

Analisis Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis Kualitatif Prioritas

Pembangunan Program Aksi

Prioritas Pembangunan

Program

10  PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPEN, TERLUAR , 

TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK  

Mendorong terciptanya sistem pertahanan dan keamanan daerah yang mampu menangkal disintegrasi bangsa, menjamin keutuhan NKRI, keamanandan ketertiban masyarakat. 

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Terkait dengan 

prioritas RPJMD 

yang Nomor 8. 

  Kebijakan: 

  Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya  

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/prog

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 

Page 107: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

106

ram nasional 2006/10

  Keutuhan wilayah:     

  Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010;  

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum jadi persolana dan prioritas pembangunan dalam RPJMD 2006/10 

  Daerah tertinggal:    

  Pengentasan paling lambat 2014.  

ADA/TIDAK Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Ada, tetapi  tidak mempunyai dimensi waktu. 

3.3.11. Kreativitas dan Inovasi Teknologi.

Hasil dari membandingkan dokumen RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu

menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan dan relevansi antara prioritas pembangunan di

tingkat nasional dan di daerah dalam bidang kreatiffitas dan inovasi teknologi. Hanya saja,

beberapa program aksi di tingkat nasional terlihat tidak tersedia atau belum dirumuskan di

tingkat daerah.

Table 3.14. Perbandingan Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-2010 dalam bidang “Kreatifitas dan

Innovasi Teknologi”

No

RPJM NASIONAL 2010-2014 RPJMD PROVINSI BENGKULU 2006-2010

Analisis Kualitatif

PENJELASAN terhadap Analisis

Kualitatif Prioritas Pembanguna

n Program Aksi

Prioritas Pembangunan

Program

11 PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS,DAN INOVASI TEKNOLOGI

Menumbuhkembangkan budaya kooperatif, kolaboratif, produktif dan kompetitif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Terkait dengan Prioritas RPJMD yang Nomor 7

Perawatan:

Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya,

TIDAK Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Belum menjadi persolaan utama/prioritas dalam RPJMD 2006/10.

Revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011;

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Ada, tetapi tidak berdimensi waktu

Sarana:

Penyediaan sarana yang TIDAK Tidak ada Belum menjadi

Page 108: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  107

memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambat-lambatnya Oktober 2012;

program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

persolaan utama/prioritas dalam RPJMD 2006/10.

Kebijakan:

Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya;

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Terdapat keseragaman anatara rencana aksi dalam RPJMN dan RPJPD karena budaya dianggap oleh pemerintah sebagai suatu potensi unggulan, tetapi cendrung mengabaikan potensi2 lainnya (trade-off).

Inovasi teknologi:

Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.

ADA Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Ada, tetapi tidak focus dan tidak spesifik.

3.3. Simpulan

Evaluasi relevansi antara RPJMN dan RPJMD Provinsi Bengkulu ini tidak dapat

sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan panduan kegiatan EKPD 2010 yang disebabkan

oleh karena belum tersedianya dokumen RPJMD yang mempunyai periode yang sama

dengan peride RPJMN yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, dokumen RPJMD yang

digunakan sebagai pembanding adalah RPJMD yang sedang berjalan (periode 2006-

2010) yang dirumuskan dan disyahkan pada tahun 2005. Perbedaan dalam periode

berlakunya kedua dokumen tersebut dapat menyebabkan bias atau kerancuan dalam

analisis bila dibandingkan dengan situasi yang telah dan sedang terjadi sejak beberapa

tahun terakhir hingga saat ini.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

sebahagian besar prioritas pembangunan nasional mempunyai keterkaitan dengan

prioritas pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu. Meskipun begitu, prioritas

pembangunan di Provinsi Bengkulu terlihat kurang fokus dan juga tidak dilengkapi dengan

dimensi waktu serta target yang terukur dalam pencapaian target pembangunan.

Page 109: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

108

3.4. Rekomendasi

3.4.1. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi

Berdasarkan kepada beberapa temuan dalam dokumen RPJMD Provinsi Bengkulu 2006-

2010 yang telah diuraikan di bagian-bagian terdahulu, maka dapat direkomendasikan

beberapa hal penting yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan RPJMD

periode 2011-2015 mendatang, sebagaimana berikut:

a. Prioritas-prioritas pembangunan di RPJMD yang akan datang sebaiknya/

seharusnya dibuat lebih spesifik dan lebih fokus yang dirumuskan berdasarkan

situasi dan kondisi yang sedang terjadi di daerah dan diurutkan berdasarkan

urgensi kebutuhan mayoritas masyarakat Provinsi Bengkulu,

b. Rencana aksi pembangunan di RPJMD yang akan datang sebaiknya/ seharusnya

dilengkapi dengan dimensi waktu dan alat ukur dalam pencapain hasil yang

ditargetkan,

c. Baik prioritas maupun rencana aksi pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu di

masa yang akan datang sebaiknya/seharusnya mengacu kepada prioritas dan

rencana aksi pembangunan di tingkat nasional dengan tujuan supaya terdapat

keterkaitan dan relevansi pembangunan di tingkat nasional dan di tingkat daerah.

3.4.2. Rekomendasi Terhadap RPJMN

Kesebelas prioritas dan berbagai rencana aksi pembangunan di tingkat nasional yang

dituangkan dalam RPJMN 2010-2014 kelihatannya telah mempertimbangkan berbagai

persoalan penting yang sedang dihadapi oleh Negara dan juga terkesan telah berusaha

mengakomodasi dan mengurutkan prioritas pembangunan berdasarkan kebutuhan yang

bersifat urgen dan berdampak luas. Meskipun begitu, keberhasilan dalam mencapai

output dan outcome yang ditargetkan dalam RPJMN tersebut sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor, terutama konsistensi antara perencanaan dan implementasinya. Oleh

karena itu, tanpa komitmen yang kuat dan teguh terutama dari Pemerintah dan berbagai

pihak terkait termasuk masyarakat maka RPJMN yang telah disyahkan ini hanya akan

bagus di atas kertas saja.

Page 110: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  109

BBAABB IIVV KKEESSIIMMPPUULLAANN DDAANN RREEKKOOMMEENNDDAASSII

44..11.. KKeessiimmppuullaann

Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di Provinsi Bengkulu Tahun 2010 telah

dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur dengan mengacu kepada panduan yang

disediakan oleh Tim EKPD Nasional, termasuk penentuan indikator kinerja, metode

analisis dan format laporan hasil evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi, Tim EKPD

Provinsi Bengkulu telah berusaha untuk mendapatkan semua data dan informasi yang

relevan dan cukup untuk masing-masing indikator penilaian. Namun, minimnya

ketersediaan data yang dibutuhkan di dinas dan instansi-instansi terkait telah

menyebabkan terhambatnya kelancaran pelaksanaan EKPD pada tahun ini. Kelangkaan

data sangat terasa sekali, bahkan untuk data-data tertentu pada tahun 2009 masih

bersifat sangat-sangat sementara. Sebagai upaya untuk menyikapi kekurangan data

tersebut, Tim berusaha mencari proxy yang diasumsi representatif untuk mewakili

indikator yang digunakan.

Selain itu, kajian EKPD Tahun 2010 ini juga telah ditambah dengan evaluasi relevansi

antara RPJMN dan RPJMD. Sayangnya evaluasi relevansi antara RPJMN dan RPJMD

Provinsi Bengkulu tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan panduan

kegiatan oleh karena belum tersedianya dokumen RPJMD Provinsi Bengkulu yang

mempunyai periode waktu yang tidak sama dengan periode RPJMN yang berlaku saat ini,

oleh karena Gubernur Provinsi Bengkulu yang sekarang baru saja dipilih dan dilantik pada

bulan nopember tahun 2010. Sehubungan dengan itu, dokumen RPJMD yang digunakan

sebagai pembanding RPJMN 2010-2014 adalah RPJMD Provinsi Bengkulu yang sedang

berjalan (periode 2006-2010) yang dirumuskan dan disyahkan pada tahun 2005.

Perbedaan waktu dalam penyusunan kedua dokumen tersebut dapat menyebabkan

timbulnya bias atau kerancuan dalam analisis bila dibandingkan dengan situasi yang telah

dan sedang terjadi sejak beberapa tahun terakhir hingga saat ini. Oleh karena itu, kendala

ini perlu dipertimbangkan oleh para pembaca agar tidak terjadi kekeliruan dalam

memahami hasil evaluasi relevansi yang dilaporkan pada Bab Tiga.

Dari hasil evaluasi yang disampaikan pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan penting sebagaimana berikut:

Page 111: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

110

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja pembangunan di Provinsi Bengkulu

mengalami fluktuasi selama periode 2004-2009 yang cenderung meningkat pada

awal periode tetapi cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir terutama

kinerja dalam pembangunan ekonomi.

2. Bila ditinjau berdasarkan tiga agenda pembangunan nasional, yaitu: Aman dan

Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat,

maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa secara umum hasil capaian kinerja

pembangunan di provinsi Bengkulu dibawah rata-rata capaian pembangunan

nasional.

3. Penilaian kinerja agenda pembangunan nasional Aman dan Damai, dengan

menggunakan beberapa variabel, seperti jumlah keseluruhan kasus kriminalitas,

kasus kejahatan konvensional yang dilaporkan dengan yang ditangani dan

ditindaklanjuti menunjukkan bahwa hasil capaian di Provinsi Bengkulu belum

dapat dikatakan ”memuaskan”.

4. Penilaian kinerja agenda pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat

yang Adil dan Demokratis, dengan menggunakan beberapa variabel persentasi

penanganan kasus tindak pidana korupsi, bahwa capaian hasil pembangunan

daerah tidak lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Sementara itu untuk

indikator persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa

pengecualian (WTP) belum optimal karena belum pernah mencapai peringkat

opini WTP (wajar tanpa pengecualian).

5. Penilaian kinerja agenda pembangunan nasional untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Rakyat, dengan menggunakan beberapa variabel Indeks

Pembangunan Manusia, di bidang Pendidikan dan kesehatan serta Keluarga

Berencana menunjukkan dengan kecenderungan yang membaik. Namun Kinerja

pembangunan ekonomi mengalami fluktuasi tetapi cenderung menurun dalam dua

tahun tahun terakhir sebagaimana ditunjukkan oleh: turunnya laju pertumbuhan

ekonomi, rendahnya kontribusi ekspor, sektor manufaktur, tingginya laju inflasi,

rendahnya pendapatan per kapita (kurang dari setengahnya pendapatan perkapita

nasional), dan rendahnya investasi. Selain itu kondisi infrastruktur jalan, baik jalan

nasional maupun jalan Provinsi semakin banyak yang rusak.

6. Data tentang pengelolaan sumberdaya alam sangat terbatas sehingga belum

dapat ditarik kesimpulan yang tepat. Meskipun begitu, hasil observasi di lapangan

mencerminkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam yang meliputi wilayah hutan

Page 112: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  111

dan laut masih belum optimal yang ditandai dengan masih banyaknya persoalan

perambah hutan dan tingkat kemiskinan yang tinggi di kalangan nelayan.

7. Kinerja pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial menunjukkan

bahwa hampir keseluruhan komponen mempunyai nilai yang masih rendah yang

ditunjukkan oleh masih tingginya jumlah penduduk miskin dan pengangguran

terbuka.

8. Hasil evaluasi relevansi RPJMN dan RPJMD menunjukkan bahwa sebahagian

besar prioritas pembangunan nasional mempunyai keterkaitan dengan prioritas

pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu. Meskipun begitu, prioritas

pembangunan di Provinsi Bengkulu terlihat kurang fokus dan juga tidak dilengkapi

dengan dimensi waktu serta target yang terukur dalam pencapaian target

pembangunan.

44..22.. RReekkoommeennddaassii

Hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi Bengkulu memberikan implikasi dan

indikasi bahwa masih sangat banyak persoalan dan tantangan pembangunan yang harus

diselesaikan di Provinsi Bengkulu agar tujuan utama pembangunan daerah dan nasional

yakni meningkatkan kesejahteraan bagi segenap masyarakat dapat diwujudkan.

Persoalan utamanya adalah masih belum relevan dan efektifnya upaya pembangunan

baik kebijakan maupun program di berbagai bidang kecuali pendidikan dan kesehatan.

Bila mengacu kepada jenis indikator yang digunakan, maka kebijakan dan program

pembangunan yang harus diambil dan dilaksanakan di masa yang akan harus difokuskan

kepada upaya-upaya konkrit yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja

dari masing-masing indikator keberhasilan pembangunan yang sesuai dengan kondisi

dan persoalan yang dihadapi secara efektif dan efisien, diantaranya termasuk:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan demokrasi melalui:

Penyelesaian kasus-kasus korupsi berdasarkan azas keadilan dan transparansi,

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat pemerintah berdasarkan

kebutuhan dan penempatan yang tepat secara efisien (the right man on the right

place),

Mengimplementasikan kebijakan ‘pelayanan satu atap’ secara efektif dan efisien,

Menciptakan suasana yang lebih kondusif terhadap pembangunan dan

pemberdayaan kaum perempuan,

Page 113: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

112

Mendorong peningkatan partsipasi masyarakat dalam melaksanakan proses

demokrasi terutama dalam penentuan pimpinan daerah, anggota legislatif dan

presiden.

2. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui

peningkatan sarana dan prasarana serta pelayanan pendidikan dan kesehatan guna

meningkatkan: Jumlah Guru yang Layak Mengajar; Angka Partisipasi Murni; Melek

Aksara; Rata-rata Nilai Akhir; dan menekan Angka Putus Sekolah untuk semua

tingkatan pendidikan, serta mendorong peningkatan Rasio jumlah tenaga kesehatan

per penduduk, Umur Harapan Hidup, dan peserta Keluarga Berencana, dan menekan

Angka Kematian Bayi, Prevalensi Gizi Buruk dan Kurang, dan laju pertumbuhan

penduduk.

3. Meningkatkan kemampuan ekonomi terutama yang bertujuan untuk menekan laju

inflasi, mendorong peningkatan: laju pertumbuhan ekonomi, kontribusi sektor

manufaktur, meningkatkan kontribusi ekspor terhadap PDRB, serta perbaikan

distribusi pendapatan perkapita dan nilai tukar petani.

4. Menciptakan suasana yang lebih kondusif terhadap peningkatan dan pertumbuhan

Investasi baik yang berasal dari luar negeri (PMA) maupun dari dalam negeri (PMDN)

melalui berbagai cara yang antara lain termasuk: promosi, simplifikasi birokrasi dan

transparansi, penyerderhanaan dan kemudahan dalam pengurusan perizinan dengan

menggunakan standar layanan minimum yang terukur, penguatan sistem dan

kualitas/keterampilan SDM, serta infrastruktur pendukung seperti prasarana

transportasi darat, laut, udara, sumber energi, sumber bahan baku.

5. Meningkatkan koordinasi antara pusat-daerah, Provinsi-kabupaten/kota, antar dinas

instansi dan lintas sektor.

6. Penyusunan prioritas-prioritas pembangunan di RPJMD yang akan datang sebaiknya/

seharusnya dibuat lebih spesifik dan lebih fokus yang dirumuskan berdasarkan

situasi dan kondisi yang sedang terjadi di daerah dan diurutkan berdasarkan urgensi

kebutuhan mayoritas masyarakat Provinsi Bengkulu,

7. Penyusunan rencana aksi pembangunan di RPJMD yang akan datang sebaiknya/

seharusnya dilengkapi dengan dimensi waktu dan alat ukur dalam pencapaian hasil

yang ditargetkan,

8. Baik prioritas maupun rencana aksi pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu di

masa yang akan datang sebaiknya/seharusnya mengacu kepada prioritas dan

rencana aksi pembangunan di tingkat nasional dengan tujuan supaya terdapat

keterkaitan dan relevansi pembangunan di tingkat nasional dan di tingkat daerah.

Page 114: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  113

9. Pada dasarnya, kesebelas prioritas dan berbagai rencana aksi pembangunan di

tingkat nasional yang dituangkan dalam RPJMN 2010-2014 kelihatannya telah

mencerminkan dan mempertimbangkan berbagai persoalan penting yang sedang

dihadapi oleh Negara Republik Indonesia. Penyusunan rencana aksi pembangunan

juga terkesan telah berusaha mengakomodasi dan mengurutkan prioritas

pembangunan berdasarkan kebutuhan yang bersifat urgen dan berdampak luas

terhadap pencapaian target pembangunan. Meskipun begitu, keberhasilan dalam

mencapai output dan outcome yang ditargetkan dalam RPJMN tersebut sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama konsistensi antara perencanaan dan

implementasinya. Oleh karena itu, tanpa komitmen yang kuat dan teguh terutama dari

Pemerintah dan berbagai pihak terkait termasuk masyarakat maka RPJMN yang telah

disyahkan ini hanya akan bagus di atas kertas saja.

Page 115: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

114

Page 116: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  1

LLaammppiirraann

Tabel 1. Jenis Kriminalitas yang Terjadi di Provinsi Bengkulu, Tahun 2005-2009

Jenis kejahatan Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 Pencurian dengan pemberatan 473 304 684 571 573 Pencurian dengan kekerasan 69 91 89 108 130 Penganiayaan berat 224 170 104 48 59 Pencurian kendaraan bermotor 215 216 162 209 313 Pembakaran/kebakaran 24 34 28 40 5 Pembunuhan 39 25 18 15 21 Perkosaan 59 57 56 51 22 Pemerasan 52 14 13 28 26 Penculikan 3 1 2 3 1 Senjata api 17 5 4 5 36 Narkotika 55 44 58 134 66 Penyelundupan 3 2 - 1 1 Perjudian 74 32 52 43 89

Kejahatan lain-lain 823 1.691 1.240 1.523 993 Jumlah 2.130 2.686 2.510 2.779 2.335

Sumber: Kepolisian Daerah Bengkulu, 2010

Tabel 2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional Yang Dilaporkan Dengan Yang Disidang di Provinsi Bengkulu, Tahun 2005 – 2009

Tahun Jumlah Kasus yang

Dilaporkan Jumlah Perkara yang

Disidangkan % Provinsi

2005 1.360 1.246 91,61 2006 1.352 981 75,55 2007 1.618 1.434 88,62 2008 1.464 1.453 99,24 2009 1.655 1.527 92,26

Sumber : Kajati Provinsi Bengkulu, 2010

Tabel 3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional Yang Dilaporkan Dengan Yang Disidang di Provinsi Bengkulu, Tahun 2007 – 2009

Tahun Jumlah Kasus yang

Dilaporkan Jumlah Perkara yang

Disidangkan % Provinsi

2007 3 2 66,66 2008 5 4 80 2009 15 11 73,33

Sumber : Polda Provinsi Bengkulu, 2010

Page 117: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

2

Tabel 4 Persentase Jumlah Kasus Korupsi yang Dilaporkan dengan yang Disidang di Provinsi Bengkulu, Tahun 2005 – 2009

Tahun Jumlah Kasus

yang Dilaporkan Jumlah Perkara

yang Disidangkan % Provinsi % Nasional

2005 17 14 82,35 97,00 2006 24 21 87,50 94,00 2007 8 6 75,00 94,00 2008 22 17 77,27 94,00 2009 37 16 43,24 89,00

Sumber : Kajati Provinsi Bengkulu, 2010

Tabel 5 Persentase Jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu, Yang Memiliki Perda PelayananSatu Atap, Tahun 2005 – 2009

Tahun Jumlah Kabupaten /Kota Kabupaten /Kota Yang Memiliki

Perda Pelayanan satu Atap %

2005 9 3 33.33 2006 9 4 44.44 2007 9 5 55.56 2008 10 6 60.00 2009 10 8 80.00

Sumber: Bagian Hukum Sekretariat Pemda Kabupaten/Kota se-Provinsi Bengkulu, 2010

Tabel 6 Perbandingan Opini LKPD Kabupaten/Kota dan Provinsi Bengkulu Tahun 2005 – 2009

No Nama Entitas Opini LKPD

2005 2006 2007 2008 2009 1 Provinsi Bengkulu WDP WDP WDP WDP WDP 2 Kota Bengkulu WDP WDP WDP WDP WDP 3 Kab.Bengkulu Utara WDP WDP WDP WDP WDP 4 Kab.Bengkulu Selatan WDP WDP WDP TMP TMP 5 Kab.Kaur - WDP WDP WDP WTP 6 Kab.Mukomuko - TMP WDP WTP WTP 7 Kab.Rejang Lebong TMP WDP WDP WDP WDP 8 Kab.Lebong - WDP WDP TMP TMP 9 Kab.Kepahiang WDP TMP WDP TMP TMP

10 Kab.Seluma - TMP WDP WDP WDP 11 Kab.Bengkulu Tengah - - - - WDP

Sumber: BPK RI Perwakilan Bengkulu, 2010

Page 118: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  3

Tabel 7. Perkembangan GDI Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu Tahun 2004 – 2007

No. Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007

1 Bengkulu Selatan 65.1 65.7 68.8 68.9

2 Rejang Lebong 53.1 53.8 54.0 56.4

3 Bengkulu Utara 63.3 64.8 67.4 68.4

4 Kaur 60.6 62.2 65.2 65.8

5 Seluma 56.4 57.5 60.2 61.1

6 Mukomuko 59.4 61.0 61.9 63.9

7 Lebong 59.8 61.2 63.5 65.2

8 Kepahiang 58.2 58.3 60.1 62.9

9 Bengkulu 63.9 64.6 66,1 68.5

Provinsi Bengkulu 62.3 63.9 65.3 66.9

Tabel 8. Perkembangan GEM Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu Tahun 2004 – 2007

No. Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007

1 Bengkulu Selatan 51.2 52.9 56.1 56.4 2 Rejang Lebong 48.8 49.7 49.3 51.6 3 Bengkulu Utara 49.2 50.7 53.2 54.3 4 Kaur 52.8 55.5 58.4 58.5 5 Seluma 51.0 53.1 56.1 56.3 6 Mukomuko 41,2 42.8 45.3 46.9 7 Lebong 65.4 68.4 70.1 70.9 8 Kepahiang 48.2 48.3 50.0 51.1 9 Bengkulu 51.8 54.9 56.0 57.1 Provinsi Bengkulu 56.4 58.8 60.0 61.8

Tabel 9 Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar di Provinsi Bengkulu Tahun 2004 – 2008

Persentase Jumlah Guru

yang Layak Mengajar 2004 2005  2006  2007  2008  2009

SMP/MTs 85,66 85,58 80,20 82,99 87,03

Sekolah Menengah 72,97 77,73 83,69 83,96 83,14

Page 119: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

4

Tabel 10. Perkembangan Umur Harapan Hidup Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2009

Umur Harapan Hidup (UHH) 2004 2005  2006  2007  2008  2009

Bengkulu 66,1 66,4 66,8 69,9 70,1 70.3

Nasional 68,6 69 69,4 70,4 70,5 70,7 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2009

Tabel 11.Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Bengkulu dan Nasional, Tahun 2004 – 2008

Prevalensi Gizi Buruk (%) 2004 2005  2006  2007  2008  2009

Bengkulu 1,64 3,2 1,56 0,63 0,43

Nasional 4.8 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2009

Tabel 12. Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Bengkulu dan Nasional

Tahun 2004 – 2008

Prevalensi Gizi Kurang (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Bengkulu 25,8 24,7 23,6 21 20,1 6.5 Nasional 19,6 19,2 - 13 13 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2009

Tabel 13. Persetase Tenaga Kesehatan per Penduduk di Provinsi Bengkulu dan

Nasional Tahun 2004 – 2009

Tenaga Kesehatan per Penduduk 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Provinsi Bengkulu 0,19 0,20 0,29 0,26 0,22 0,25

Nasional 0,14 0,25 0,26 0,25 0,25 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2009

Tabel 14 Banyaknya Tenaga Kesehatan di Provinsi Bengkulu Tahun 2006 - 2008

Jenis Tenaga Kesehatan 2006 2007 2008 Dokter Umum 328 365 369 Dokter Ahli 32 30 47 Dokter Gigi 55 64 97 Apoteker 30 21 52 Sarjana Kesehatan 174 205 307 Paramedik Perawatan 1.208 1.039 1.967 Bidan 1.591 1.543 2.078 Paramedik non Perawatan 652 606 842 Tenaga Kesehatan lainnya 110 180 28 Tenaga Kesehatan di luar Depkes 259 288 55

Jumlah 4.639 4.341 5.842 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2009

Page 120: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  5

Tabel 15 Rata-rata Tenaga Kesehatan di Provinsi Bengkulu, Tahun 2009

Tenaga Kesehatan Jumlah

Rata- rata dokter umum setiap 100.000 penduduk 34

Rata- rata dokter spesialis setiap 100.000 penduduk 37

Rata- rata tenaga dokter gigi setiap 100.000 penduduk 80

Rata- rata tenaga apoteker setiap 100.000 penduduk 166

Rata- rata tenaga bidan/D-3 di PKM & desa setiap 100.000 pddk 91

Rata- rata tenaga perawat /D-3/S-1 setiap 100.000 penduduk 100

Rata- rata tenaga D-3 Gizi setiap 100.000 penduduk 100

Rata- rata D-3 Sanitasi setiap 100.000 penduduk 100

Rata- rata tenaga Sarjana Kes Mas setiap 100.000 penduduk 100 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu,2010

Tabel 16 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya di Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2008

Fasilitas Kesehatan 2005 2006 2007 2008

Rumah Sakit Umum 7 7 9 9 RS TNI/POLRI 2 2 3 3 Rumah Sakit Swasta 2 2 2 2 Puskesmas 122 125 142 147 Puskesmas Pembantu 478 482 478 505 Puskesmas Keliling 115 115 163 164

Klinik/KIA 10 10 124 124 Posyandu 1.295 1.743 1.776 1.720

Rumah Bersalin 5 5 17 17 Rumah Sakit Jiwa 1 1 1 1

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2009

Tabel 17. Perkembangan Ekspor terhadap PDRB di Provinsi Bengkulu,

Tahun 2004 - 2009

Persentase Ekspor terhadap PDRB

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Ekspor Barang dan Jasa 32.15% 32.24% 31.92% 31.04% 31.62% 28.22% Ekspor Luar Negeri 7.57% 7.06% 7.06% 7.09% 7.17% 5.93% Ekspor Antar Daerah 24.58% 25.18% 24.86% 23.95% 24.45% 22.29% Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, 2010

Page 121: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

6

Tabel 18. Persentase Panjang Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu berdasarkan kondisi, Tahun 2004-2009

Kondisi Panjang Jalan

Nasional 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Baik (km) 70.84 69.49 68.00 80.00 56.08 28.17 Sedang (km) 14.38 29.33 30.00 15.00 26.70 39.32 Buruk (km) 14.78 1.18 2.00 5.00 17.22 32.5

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Tabel 19. Persentase Panjang Jalan Provinsi Berdasarkan Kondisi, Tahun 2004 – 2008

Kondisi Panjang Jalan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 - Baik (km) 40.71 9.00 58.62 46.90 62.43 38.26- Sedang (km) 41.57 49.92 38.10 46.32 19.26 31.39- Buruk (km) 17.72 41.08 3.28 6.77 18.31 30.36

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Tabel 20. Perkembangan Kinerja Pembangunan Sektor Kehutanan di Provinsi Bengkulu

No. Sektor / Indikator Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 20091. Persentase luas lahan

rehabilitasi (reboisasi) dalam hutan terhadap lahan kritis

0,154

0,053

0,156

0,033

0,501

*)

Sumber : 1. Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu 2. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2009 Keterangan : *) Data belum dapat diakses

Tabel 21. Perkembangan Kinerja Pembangunan Sektor Kelautan di Provinsi Bengkulu

No. Sektor/ Indikator Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 1.

2.

Jumlah Tindak Pidana perikanan Luas Kawasan Konservasi Laut

5 kasus

*)

3 kasus

*)

*)

*)

*)

8.076 Ha

2 kasus

8.076 Ha

1 kasus

*) Sumber : 1. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu 2. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2009 Keterangan : *) Data belum dapat diakses

Page 122: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bengkulu  7

Tabel 22 . Aktivitas Penduduk Provinsi Bengkulu Menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 2004-2008

No

Jenis Kegiatan Utama

Penduduk Usia 15 tahun keatas

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Angkatan Kerja 768,348 805,651 816.179 867.837 836,248 867.760

Bekerja 720,036 756,142 759.772 823.370 802,963 821.706

Mencari Pekerjaan 48,312 52.207 56.407 44.467 33,285 46.054

2 Bukan Angkatan Kerja

277,524 261,312 312.660 279.753 317,823 303.415

Sekolah 84,564 95,434 107.737 91.597 103,408 97.229

Mengurus Rumah Tangga

192,960 165,878 204.923 148.802 214,415 206.186

Jumlah 1,045,872 1,066,963 1,128,839 1.147.590 1,154,071 1.666.920 Sumber : BDA Tahun 2009

Tabel 23. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan, 2004 – 2009

No Lapangan Pekerjaan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 68.40 70.59 69,88 66,37 65,25 63,27 2 Pertambangan 0.35 1.06 0,81 1,28 0,91 1,24 3 Industri 1.68 1.98 1,99 2,89 2,66 3,46 4 Listrik dan Air Minum 0.15 0.16 0,26 0,36 0,09 0,10 5 Bangunan 2.95 1.77 2,22 3,00 4,48 3,75 6 Perdagangan 12.01 13.26 11,51 12,18 12,52 12,60 7 Angkutan dan Komunikasi 2.49 2.61 3,47 3,34 3,62 3,90 8 Bank dan Lemkeu 0.55 0.42 0,25 0,21 0,31 0,77 9 Jasa-jasa 11.42 8.15 9,60 10,37 10,16 10,91 Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber : BDA Tahun 2009

Tabel 24. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan 2004 – 2009

No Tingkat Pendidikan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tidak /Belum/pernah Tamat SD 19.35 18.12 19,91 16.72 19,01 24,49 2 Sekolah Dasar 39.34 37.58 40,61 37.89 37,90 37,37 3 S L T P 19.27 20.11 18,37 20.28 17,00 22,95 4 S M U 16.32 19.52 16,45 19.06 20,06 14,62 5 Akademi 2.66 2.28 1,76 2.49 2,38 0,07 6 Perguruan Tinggi 3.06 2.39 2,90 3.56 3,56 0,50 Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber BPS Provinsi Bengkulu, 2009

Page 123: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB

■ Laporan EKPD 2010 Provinsi Bengkulu 

 

8

Tabel 25 Kondisi Jalan Provinsi di wilayah Kabupaten/Kota akhir Tahun 2004 (Km)

NO

KAB/KOTA

Panjang Ruas

Jenis Permukaan Kondisi

Aspal Non Aspal Mantap Tidak Mantap

Hotmik Penetrasi

Kerikil / base

Tanah Baik Sedang Total RR RB Total

1 Rejang Lebong 143.15 98 39.95 5.2 - 85 49.65 134.65 6.5 2 8.5

2 Kepahyang 155.95 33.12 78.83 31 15 37 68.82 105.82 31.33 18.8 50.13

3 Bengkulu Selatan 158.2 101.6 35.4 21.2 - 96.7 58.3 155 - 3.2 3.2

4 Lebong 66.16 50.1 10 6.06 - 35.8 14.2 50 - 16.16 16.16

5 Bengkulu Utara 438.65 210.86 97.29 64.91 65.59 153.76 102.7 256.46 71.69 110.5 182.19

6 Moko-moko 43.62 33.62 10 - - 10 31 41 2.62 - 2.62

7 Kaur 120.3 55.3 29 30 6 55 29.3 84.3 17.5 18.5 36

8 Seluma 185.2 57.7 23.6 65.9 38 44.95 32.35 77.3 39.6 68.3 107.9

9 Kota Bkl 57.18 51.78 - 3.4 2 38.93 9.25 48.18 4 5 9

Prov Bkl 1,368.41 692.08 324.07 227.67 126.59 557.14 395.57 952.71 173.24 242.46 415.7

Tabel 26. Persentrase Rehabilitasi (reboisasi) dalam Hutan terhadap Lahan Kritis di Provinsi Bengkulu Tahun 2004 - 2009

No. Indikator Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 20091. Persentase luas lahan

rehabilitasi (reboisasi) dalam hutan terhadap lahan kritis

0,154

0,053

0,156

0,033

0,501

*)

Sumber : 1. Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu 2. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2009

Keterangan : *) Data tidak dapat diakses

Tabel 27. Perkembangan Kinerja Pembangunan Subsektor Kelautan di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2009

No. Indikator Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. 2.

Jumlah Tindak Pidana perikanan Luas Kawasan Konservasi Laut

5 kasus **)

3 kasus **)

2 kasus *) **)

2 kasus *) 8.076 Ha

2 kasus 8.076 Ha

1 kasus **)

Sumber : 1. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu 2. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2009

Keterangan : *) Data yang diestimasi **) Data tidak dapat diakses

Page 124: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bengkulu - UNIB