laporan akhir ekpd 2010 - banten - untirta

108

Upload: ekpd

Post on 05-Dec-2014

6.006 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Banten oleh Tim Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan perkenanNya maka Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Banten ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusun laporan adalah Tim yang dibentuk berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa No. 287/H.43/LL/SK/2010 tanggal 3 Mei 2010 Tentang Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Banten Tahun 2010 berdasarkan MoU yang ditandatangani oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Penandatanganan Mou pada tanggal 20 Mei 2010 di Jakarta. Dalam menyusun laporan akhir ini, Tim Untirta Serang yang diberi tugas oleh Bappenas untuk melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi Banten, telah menghadiri Seminar Awal EKPD Tahun 2010 yang diselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 19-20 Mei 2010 di Jakarta, telah membuat master schedule dan pembagian tugas Tim. Setelah itu, Tim melakukan rapat pembahasan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Banten di Kampus Untirta untuk membicarakan rencana kerja Tim dalam rangka evaluasi RPJMN 2004-2009 dan evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi Banten dengan RPJMN 2010-2014 yang antara lain meliputi penyempurnaan tabel pencapaian indikator kinerja hasil. Dalam kesempatan tersebut, Bappeda Provinsi Banten menyampaikan kepada Tim dokumen RPJMD Provinsi Banten 2007- 2012 (Perubahan), dokumen RPJP, dan LAKIP 2009. Pada tanggal 29 Juni 2010, Tim EKPD mengadakan pertemuan dengan Polda Banten, kemudian pada tanggal 20 Juli 2010 dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, pada tanggal 3 Agustus 2010 dengan Biro Perekonomian, pada tanggal 19 Agustus dengan Dinas Pendidikan, DPKAD, dan Dinas Kesehatan, pada tanggal 2 September 2010 dengan Dinas Pertanian, BKKBN, dan BKPMD, kemudian juga dengan SKPD dan instansi-instansi lain di Provinsi Banten. Sistematika/Outline Laporan disesuaikan dengan petunjuk yang termuat dalam Buku Panduan EKPD 2010 tanggal 17 Mei 2010 yang diterbitkan oleh Bappenas. Laporan ini telah disesuaikan dengan saran-saran yang telah disampaikan oleh Bappenas dan para peserta Seminar Akhir EKPD 2010 yang terdiri dari 33 Perguruan Tinggi Negeri dan Bappeda seluruh Indonesia di Jakarta pada tanggal 9 s/d 11 November 2010. Akhirnya Tim mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan data, penjelasan, saran , serta bantuannya dalam penyusunan laporan dan semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Serang, 8 Desember 2010 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Rektor, Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc NIP.19610522 198803 1 001 Tembusan disampaikan kepada yang terhormat : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten di Serang

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 2

B. Tujuan dan Sasaran……….…………………………………………………….. .... 2

C. Keluaran ……………………………………………………………………….. ........ 3

BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009

A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI............... 5

1. Indikator......................................................................................................... 5

2. Analisis Pencapaian Indikator........................................................................ 5

3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................................... 9

B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS.... 10

1. Indikator ........................................................................................................ 10

2. Analisis Pencapaian Indikator ....................................................................... 11

3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................................... 17

C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT ............................. 18

1. Indikator ........................................................................................................ 18

2. Analisis Pencapaian Indikator ....................................................................... 21

3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................................... 51

D. KESIMPULAN ................................................................................................... 54

BAB III RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI BANTEN

1. Pengantar .......................................................................................................... 63

2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional ........................... 63

3. Rekomendasi ..................................................................................................... 95

a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Banten 2007-2012 ....................... 95

b. Rekomendasi Terhadap RPJMN.................................................................... 97

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan ........................................................................................................ 100

2. Rekomendasi ..................................................................................................... 100

LAMPIRAN

Tabel 3 : Pencapaian Indikator Hasil (Output) Provinsi Banten secara Keseluruhan

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

1

BAB I PENDAHULUAN

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

2

A Latar Belakang

Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat

tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian

perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan

pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan

menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan

dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan.

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk

melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN tersebut.

Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus

pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus

pembangunan 5 tahun di daerah,. sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak

bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) .

Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-

prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program

antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi Banten.

Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pertama adalah evaluasi

atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD

dengan RPJMN 2010-2014.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari pelaksanaan EKPD Provinsi Banten adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan RPJMN 2004-2009 serta

kontribusinya pada pembangunan di Provinsi Banten;

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

3

2. Untuk memperoleh gambaran tentang keterkaitan prioritas/program (outcome)

RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten.

Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi :

1. Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di

Provinsi Banten

2. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMN 2010-2014 dengan

RPJMD Provinsi Banten.

C. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:

1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009

di Provinsi Banten;

2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi Banten 2007-2011

dengan RPJMN 2010-2014.

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

4

BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

5

A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

1. Indikator

No Agenda

pembangunan Indikator

Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Mewujudkan

Indonesia yang Aman dan Damai

Indeks Kriminalitas

61,5 61,9 57,4 65,2 67,3 61,5

Prosentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)

59,3 57,3 56,2 61,3 62,6 61,1

Prosentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)

100 100 100 100 100 99,3

2. Analisis Pencapaian Indikator

Indeks Kriminalitas

Dari grafik di atas terlihat pola Indeks Kriminalitas di Provinsi Banten dari tahun 2004 sampai

dengan 2009 relatif stabil, berada pada kisaran 60%. Angka terendah pada tahun 2006 yaitu

sebesar 57,4%. Beberapa penyebab yang dikemukakan oleh Polda Banten adalah

keterbatasan sumber daya manusia, pembiayaan dan peralatan apabila dibandingkan

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

6

dengan kasus yang terjadi. Sedangkan angka yang tertinggi sebesar 67,3% pada tahun

2008.

Data Polda Banten per 30 Desember 2009 juga mencatat, penyelesaian kasus kejahatan

tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan serupa pada tahun lalu. Tahun 2008,

terdapat 1.283 dari 1.905 tindak pidana yang berhasil diselesaikan dan tahun ini jumlahnya

menurun menjadi 1.191 dari 1.936 tindak pidana. Dalam data tersebut dijelaskan, tindak

pidana yang paling banyak terjadi tahun ini di wilayah Polda Banten ialah pencurian

kendaraan bermotor, yakni sebanyak 427 unit. Tahun lalu, jumlahnya hanya 410 unit.

Jumlah temuan kasus atensi tahun 2009, ialah premanisme dan kejahatan jalanan sebanyak

219 kasus, korupsi (9 kasus), penyimpangan bahan bakar minyak atau BBM (11 kasus),

illegal loging (8 kasus), illegal fishing (4 kasus), illegal mining (6 kasus), perdagangan wanita

dan anak (5 kasus), serta penyalahgunaan pupuk (3 kasus). Bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, maka jumlah tindak pidana itu di tahun ini masih lebih rendah. Pada kasus

atensi tahun ini, Polda Banten menemukan 471 tindak pidana. Artinya, jumlah itu lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 615 tindak pidana.Tahun ini,

kepolisian berhasil menyelesaikan 472 tindak pidana, termasuk sebuah kasus yang

menunggak sejak tahun lalu .

Hal menarik lainnya, ialah meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Jumlah kecelakaan

tahun 2009 mencapai 874 kecelakaan, sedangkan tahun lalu hanya 482 kecelakaan. Seiring

dengan itu, korban meninggal dunia akibat kecelakaan pun meningkat, dari 156 tahun 2008

menjadi 222 di tahun ini. Jumlah kerugian akibat kecelakaan tersebut mencapai Rp3,41

miliar. Penyebab kecelakaan tertinggi ialah kelalaian manusia yang mencapai 848 kasus.

Kemudian, faktor kendaraan sebanyak 22 kasus, faktor kondisi infrastruktur (3 kasus), dan

faktor alam (1 kasus).

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

7

Penyelesaian kasus Kejahatan Konvensional

Jumlah tindak pidana di wilayah hukum Kepolisian Daerah Banten tahun 2009 meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini diimbangi dengan meningkatnya jumlah

penyelesaian tindak pidana pada periode yang sama. Tindak pidana di wilayah kerja Polda

Banten pada tahun ini berjumlah 1.933 kasus, sedangkan tahun sebelumnya hanya 1.794

kasus. Kasus tersebut meliputi tiga jenis kejahatan yakni, konvensional, transnasional, dan

kejahatan terhadap kekayaan negara. Wilayah kerja Polda Banten sendiri meliputi Kota

Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak.

Kejahatan konvensional adalah kejahatan yang dilakukan dengan motivasi dan modus

kejahatan umum. Yang termasuk kategori kejahatan konvensional adalah : kejahatan

terhadap manusia seperti pembunuhan, penganiayaan, kejahatan terhadap harta benda

seperti penipuan, penggelapan, pencurian dengan menggunakan alat berat (curat),

pencurian tanpa menggunakan alat berat (curing), sengketa rumah/tanah, pemalsuan otentik

, asuransi, pencurian kendaraan bermotor roda dua (curanmor R2), pencurian kendaraan

bermotor roda empat (curanmor R4), dan kejahatan terhadap masyarakat seperti judi,

pelacuran, ketertiban, pengrusakan.

Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Banten belum

mengalami kemajuan yang signifikan. Untuk kasus kejahatan konvensional, dalam hal ini

terdiri atas kurang lebih 45 jenis kejahatan, diantaranya Pencurian Berat, Pencurian

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

8

Kendaraan bermotor, Penipuan dan Penggelapan untuk tahun 2004 berkisar pada angka

61%, tahun 2005 sebesar 63%, tahun 2006 sebesar 61%, tahun 2007 sebesar 56%, tahun

2008 sebesar 58%, dan tahun 2009 sebesar 59%. Penyelesaian kasus yang cenderung

menurun pertahun berbanding terbalik dengan kenaikan jumlah laporan tindakan kriminal,

sebagai gambaran jumlah laporan tindakan kriminal yang terdata pada tahun 2004 sebanyak

1.391 kasus dan pada tahun 2007 terdata 1.636 kasus dan data terbaru tahun 2009

sebanyak 1.864 kasus. (sumber : Polda Banten, Juli 2010).

Arah kebijakan yang berkaitan dengan penegakan hukum di Provinsi Banten adalah

meningkatkan kapasitas lembaga pemerintahan dan koordinasi pembangunan,menyiapkan

kerangka regulasi untuk mendukung pelaksanaan agenda pembangunan, dengan program-

program yang lebih spesifik diantaranya ; pemeliharaan Kantrantibmas dan pencegahan

tindak kriminal.

Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional

Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang tidak hanya sifatnya lintas batas negara,

tetapi termasuk juga kejahatan yang dilakukan di suatu negara, tetapi berakibat fatal bagi

negara lain. Contoh kejahatan transnasional ini adalah human trafficking, penyelundupan

orang, narkotika, atau terorisme internasional.

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

9

Berhubung Provinsi Banten sebagai sebuah provinsi baru berbatasan langsung dengan ibu

kota negara, maka kejahatan transnasional merupakan ancaman yang nyata bagi Provinsi

ini. Selain penyelundupan obat-obat terlarang dari luar ke dalam, terorisme, pembalakan liar

dan tranportasi manusia (human trafficking) merupakan ancaman yang nyata. Oleh karena

itu, kerjasama antar wilayah yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mencegah

kejahatan ini.

Oleh karena itu pengadopsian Konvensi PBB melawan Kejahatan Transnasional yang

Terorganisasi (United Nations Convention against Transnational Organized Crime) sangat

penting bagi penyiapan sistem keamanan nasional yang komprehensif di Indonesia

khususnya di Provinsi Banten. Melalui konvensi ini, akan bisa dibentuk sebuah sistem

keamanan nasional yang melibatkan kerjasama dengan berbagai pihak, di dalam negeri

maupun di luar negeri, sehingga memungkinkan untuk saling membantu dan bertukar

strategi dalam menghadapi kejahatan transnasional sehingga peluang untuk membendung

dan memerangi kejahatan transnasional akan semakin besar.

Beberapa negara mengkategorikan kejahatan telematika juga sebagai kejahatan

transnasional, sehinggga perlu adanya suatu kerjasama internasional dalam menangani

kejahatan telematika tersebut. Akan tetapi banyak negara yang masih mengalami berbagai

kesulitan dalam melaksanakan usaha, baik pencegahan atau pun penanganan kejahatan

telematika tersebut, karena adanya ketidakseragaman dalam membuat regulasi dan aturan

internal dalam negeri.

Dalam hal ini, Kejahatan Transnasional, dibagi atas kasus narkotika dan penyelundupan

anak, dari tahun 2004 sampai 2009 berhasil dituntaskan hampir 100%, kecuali untuk tahun

2009 yaitu sebesar 99,3%. Perbedaan paling menonjol dalam penyelesaian tindak pidana

tahun ini ialah pada jenis kejahatan transnasional yang berhasil mengungkap sebuah kasus

penyelundupan manusia, yang pada tahun lalu hal ini belum bisa dilakukan.

3. Rekomendasi Kebijakan

Kaitannya dengan penyelesaian kasus kejahatan di Propinsi Banten, hendaknya dinas yang

terkait mulai melaksanakan sepenuhnya PERMENEGPAN No.15 Tahun 2008 yang

mengatur tentang Birokrasi POLRI yang berisi tentang aturan membentuk profil dan perilaku

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

10

aparatur POLRI yang berintegritas tinggi, berproduktivitas tinggi, bertanggungjawab, dan

mampu memberikan pelayanan prima. Selain itu, masyarakat selaku rekan Polisi dalam

membasmi kegiatan kriminalitas hendaknya berperan aktif berpartisipasi bersama

mewujudkan kondisi yang kondusif.

B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

1. Indikator

No Agenda

pembangunan Indikator

Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 20092 Mewujudkan

Indonesia yang Adil dan Demokratis

Pelayanan Publik

Prosentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan

100 100 100 100 100 90

Prosentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) [%]

80

80

80

80

80

80

Prosentase jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap

- - 50 67 67 83

Demokrasi

Gender Development Index (GDI)

56,70 58,10 59,00 60,3 63,2 63,0

Gender Empowerment Meassurement (GEM) 40,10 45,40 46,2 46,8 47,3 52,0

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

11

2. Analisis Pencapaian Indikator

Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Dibandingkan yang Dilaporkan

Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan,

menurut data yang didapat dari tahun 2004 sampai dengan 2008 mencapai angka 100%,

sedangkan untuk tahun 2009 mencapai angka sebesar 90%. Dalam hal ini, kasus korupsi

termasuk dalam kategori Kejahatan Kekayaan Negara, selain pelanggaran hak cipta, illegal

fishing dan illegal logging. Untuk jenis kejahatan ini, jumlahnya meningkat dari tahun ke

tahun. Tahun 2005 dijumpai 11 kasus, tahun 2006, 41 kasus terselesaikan semua, tahun

2007 dari 23 kasus diselesaikan 33 kasus (147%), tahun 2008 dari 139 kasus terselesaikan

125 kasus (90%), dan keadaan yang ekstrem terjadi pada tahun 2009, dari 70 kasus yang

dilaporkan, terselesaikan 140 kasus (200%), data ini menggambarkan pihak kepolisian

berhasil mengungkap dan menyelesaikan kasus yang bahkan tidak dilaporkan. (sumber:

Polda Banten, Juli 2010)

Berdasarkan data yang diperoleh , terjadi kenaikan dalam hal penanganan korupsi di

Provinsi Banten. Hal ini bisa terlihat dari jumlah kasus yang tertangani tiap tahunnya, dari

tahun 2004 sampai 2009 dengan perincian kasus yg tertangani adalah tahun 2004 : 11

kasus, 2005 : 36 kasus, 2006: 38 kasus, 2007 : 44 kasus, 2008 : 50 kasus, 2009 : 51 kasus (

Sumber: Kajati Banten). Tetapi hal tersebut belum bisa dikatakan berhasil karena

sebenarnya masih banyak kasus korupsi yang belum terungkap dengan jelas secara hukum.

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

12

Untuk itu, perlu adanya penegakan hukum yang konsisten dan tidak berpihak, terutama dari

dan untuk aparat penegak hukum dan masyarakat.

Dipaparkan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Banten bahwa semua laporan masyarakat yang

masuk ke instansi mereka akan langsung diterima, kemudian ditelaah, selanjutnya dilakukan

pengumpulan data, Setelah itu, apabila laporan masyarakat itu benar, maka akan

ditindaklanjuti.

Trend jumlah kasus korupsi yang tertangani tiap tahunnya semakin meningkat, hal ini bisa

dikatakan bahwa penegak hukumnya sudah semakin menjunjung nilai-nilai hukum yang ada,

terutama dalam penanganan korupsi yang ada di Propinsi Banten. Walaupun demikian,

dilaporkan pula bahwa masih ada kasus korupsi besar yang ada di Propinsi Banten yang

pada saat ini sedang dalam penyidikan.

Beberapa strategi yang berusaha dijalankan di jajaran Polda Banten, diantaranya adalah

Reformasi Birokrasi POLRI. Hal ini berdasarkan PERMENEGPAN no. 15 tahun 2008.

Sasaran umum dalam reformasi ini adalah mengubah pola pikir, budaya kerja, dan sistem

manajemen dalam POLRI. Sasaran khususnya adalah reformasi dalam kelembagaan,

budaya organisasi, ketatalaksanaan, regulasi/deregulasi birokrasi, dan sumber daya

manusia.

Reformasi birokrasi POLRI Tahun 2010 di Polda Banten meliputi 6 program, yaitu :

1. Arahan Strategi

2. Manajemen Perubahan

3. Penataan Organisasi

4. Penataan Sistem SDM

5. Penguatan Unit Organisasi

6. Pengawasan Internal

Program tersebut diwujudkan dalam 13 kegiatan sebagai berikut :

1. Quick Wins

2. Sosialisasi

3. Restrukturisasi Organisasi

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

13

4. Assesment Kompetensi

5. Sistem Penilaian Kerja

6. Sistem Penilaian Kinerja

7. Pola Diklat

8. Pola Rotasi Mutasi dan Promosi

9. Pola Karier

10. Database Pegawai

11. Perbaikan Sarana dan Prasarana

12. Menegakkan Disiplin Kerja

13. Menegakkan Kode Etik

Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ternyata opini/pendapat BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diberikan

kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota bukan kepada SKPD. Selanjutnya dijelaskan oleh

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten bahwa opini untuk

Provinsi Banten tahun 2004 s/d 2009 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yang oleh

Tim EKPD Banten diusulkan kepada Bappenas diberi nilai 80 (apabila WTP 100, Wajar

Dengan Pengecualian (WDP) 80, Tidak Wajar (TW) 60,dan Tidak Mengemukakan Pendapat

(TMP) /Disclaimer) 40.

Opini WDP yang diberikan oleh BPK kepada Provinsi Banten dinilai sudah baik karena dari

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) seluruh Indonesia tahun 2008 sebanyak 293,

yang memperoleh opini WDP hanya 8 daerah, yang untuk jelasnya adalah sebagai berikut :

1). WTP : 8 entitas

2). WDP : 217 entitas

3). TW : 21 entitas

4). TMP : 47 entitas

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

14

Sedangkan opini terhadap LKPD Provinsi Banten dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

tahun 2008 adalah sebagai berikut :

a. Provinsi Banten : WDP

b. Kab. Lebak : WDP

c. Kab. Pandeglang : WDP

d. Kab. Serang : WDP

e. Kab. Tangerang : WTP

f. Kota Cilegon : WDP

g. Kota Tangerang : WTP

Kabupaten/Kota Yang Memiliki PERDA Satu Atap

Berdasarkan grafik di atas, maka sudah ada perda yang memuat mengenai pelayanan satu

atap di sebagiaan besar kabupaten/kota walaupun pada kenyataannya perda tersebut

belum terlaksana secara optimal karena belum semua pelayanan ditangani oleh satu dinas.

Selain itu masih ada kendala dalam perkembangan pelayanan satu atap, di antaranya belum

siap dalam hal SDM. Di Provinsi Banten sendiri, sudah ada dua wilayah yang termasuk

dalam kategori cukup bagus dalam pelayanan satu atapnya, yaitu di Kabupaten Lebak dan

Kota Tangerang. Pelayanan satu atap sendiri sangat dibutuhkan di era yang menuntut

kecepatan dan kecermatan dalam pelayanan. Dengan pelayanan yang cepat dan mudah

akan membuat konsumen/masyarakat menjadi puas akan layanan yang diberikan, tanpa

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

15

harus melewati birokrasi yang berbelit-belit. Salah satu contoh pelayanan satu atap di Kota

Tangerang untuk memudahkan masyarakat dalam pengurusan pajak kendaraan

bermotornya, Kantor Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap (Samsat) Kota

Tangerang mengoperasikan mobil Samsat Keliling ke berbagai wilayah di kota itu.

Dari grafik di atas diperoleh informasi bahwa perda satu atap baru terlaksana pada tahun

2006. Terdapat 3 kabupaten dari total 6 kabupaten/kota yang telah menerapkan perda

tersebut (50%), kemudian tahun 2007 bertambah menjadi 4 wilayah (67%), tahun 2008 tetap

4 wilayah (67%), dan pada tahun 2009 bertambah menjadi 5 wilayah (83%).

Gender Development Index (GDI)

Gender Development Index (GDI)

52

54

56

58

60

62

64

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Dengan memperhatikan capaian di atas, maka capaian sasaran Indeks Pembangunan

Gender/Gender Development Index (GDI) termasuk klasifikasi baik dan mempunyai

kecenderungan meningkat dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Keberadaan perempuan

yang dalam beberapa kesempatan pembangunan dulu sering terlupakan, kini mulai

mendapat porsi yang seimbang dan proporsional dalam pengambilan keputusan dan atau

penentuan kebijakan.

Dalam rangka meningkatan peran serta atau partisipasi perempuan dalam proses

pembangunan Provinsi Banten, pemerintah menyusun program Keserasian Kebijakan

Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan dengan kegiatan Koordinasi Pelaksanaan

Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan Dan Anak serta Program Peningkatan peran serta dan

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

16

kesetaraan Gender dalam Pembangunan dengan kegiatan Pembinaan Organisasi

Perempuan.

Kesadaran kaum wanita untuk terlibat aktif di bidang sosial kemasyarakatan di Provinsi

Banten sudah cukup baik bagi yang menjadi anggota PKK maupun sebagai anggota LSM.

Diharapkan dengan banyaknya wanita yang terjun di bidang sosial dilingkungannya maka

berbagai permasalahan sosial secepatnya dapat tertangani yang imbasnya tentu saja

mengakibatkan akselerasi pembangunan semakin mudah tercapai. ( Sumber : Laporan

Kinerja Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2009)

Gender Empowerment Meassurement (GEM)

Dari data di atas terlihat bahwa tren GEM cenderung naik dari tahun 2004 sampai 2009.

Pemerintahan era reformasi telah menunjukkan komitmennya secara kuat untuk mendorong

upaya pemberdayaan perempuan. GBHN 2000 - 2004 dan UU Nomer 25 Tahun 2000

tentang Propenas (2000- 2004) secara eksplisit menjelaskan tentang tujuan pembangunan

yang harus juga mengarah pada pencapaian Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG). Hal

ini berarti setiap kebijakan pembangunan harus dikembangkan secara responsif gender.

Strategi yang dikembangkan dalam setiap kebijakan adalah dengan Pengarusutamaan

Gender (PUG) dalam setiap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi seluruh

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

17

kebijakan serta program pembangunan. Agar kebijakan yang bersifat makro tersebut dapat

diimplementasikan di tingkat daerah, maka lahirlah Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres tersebut menyebutkan

bahwa seluruh departemen maupun lembaga pemerintah nondepartemen dan pemerintah

propinsi dan kabupaten/kota harus melakukan Pengarusutamaan Gender dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program

pembangunan.

Ukuran Gender Empowerment Measurement (GEM) terdiri dari komposisi perempuan dalam

parlemen, perempuan dalam tingkatan manajerial, dan kontrol pada penghasilan. Pada

prinsipnya, indikator GEM digunakan untuk melihat partisipasi perempuan dalam proses

pengambilan kebijakan publik. Beberapa jabatan strategis eksekutif di Provinsi Banten sudah

dipegang oleh perempuan. Bahkan provinsi Banten satu-satunya provinsi yang mempunyai

Perda Pengarusutamaan Gender No. 10 tahun 2005 sehingga seringkali menjadi rujukan

untuk daerah lain.

3. Rekomendasi Kebijakan

1. Dalam hal pelayanan satu atap, beberapa permasalahan yang kerap ditemui adalah

pelaksanaan yang belum optimal walaupun masing-masing kabupaten dan kota sudah

memiliki Perda tersebut. Hal ini disebabkan antara lain karena tidak semua ijin diberikan

pada kantor satu atap setingkat kabupaten atau kota, dan masih adanya pertentangan

aturan-aturan dari pusat terhadap daerah.Permasalahan tersebut agar segera dicari

pemecahannya.

2. Perlu adanya suatu program berupa penegakan hukum yang konsisten dan tidak

berpihak terhadap aparat penegak hukum maupun terhadap masyarakat.

3. Melakukan pembinaan, pelatihan, dan pemahaman pada pihak terkait terhadap

pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerintahan

4. Agar dilakukan koordinasi dan sinergi yang baik terhadap pelaksanaan Program

Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan, Koordinasi

Pelaksanaan Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak, Program Peningkatan

Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan, serta kegiatan Pembinaan

Organisasi Perempuan.

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

18

C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

1. Indikator

No Agenda

pembangunan Indikator

Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 3 Meningkatkan

Kesejahteraan Rakyat

Indeks Pembangunan Manusia

68.4 68.8 69.11 69.29 69.8 70.3

Pendidikan

Angka Partisipasi Murni (SD/MI)

94.12 93.24 94.83 91.74 93.41 97.5

Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)

106.28 105.08 108.28 108.34 107.28 107.28

Rata-rata nilai akhir SMP/MTs

5.54 5.54 5.54 5.54 5.54 7.26

Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA

5.79 5.9 6.08 6.47 6.65 7.52

Angka Putus Sekolah SD

2.09 1.47 1.84 1.35 0.42 0.15

Angka Putus Sekolah SD

1.08 0.91 3.35 3.73 0.58 0.20

Angka Putus Sekolah Menengah

1.52 3.23 4.52 2.21 0.66 0.25

Angka melek aksara 15 tahun keatas

94 95.6 95.6 95.8 96.1 97.6

Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTS

62.8 67.57 84.25 83.97 67.04 73.8

Persentase jumlah guru yang layak mengajar Sekolah Menengah

83.31 83.49 80.02 76.45 77.81 81.44

Kesehatan

Umur Harapan Hidup (UHH)

63,3 64 64,3 64,45 64,9 68

Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1000

-

-

44 38 34 25

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

19

kelahiran hidup)

Angka Kematian Ibu (AKI) (Per 100.000 kelahiran hidup)

310 306 306 292 254 203

Prevalensi Gizi buruk (%)

1,21 0,75 1,28 1,06 1,12 1,04

Prevalensi Gizi kurang/sedang (%)

11,78 10,22 10,27 8,56 9,18 7,91

Persentase tenaga kesehatan per penduduk

0,92 1,25 1,32 1,42 1,23 0,23

Keluarga Berencana

Persentase penduduk ber-KB (Contraceptive prevalence rate)

11.14 11.41 11.04 11.45 11.7 12.09

Laju pertumbuhan penduduk

3.18 2.83 2.20 2.19 2.15 2.19

Total Fertility Rate (TFR)

63.9 65.14 63.35 63.06 63.98 65

Ekonomi Makro

Laju Pertumbuhan ekonomi

5.63 5.88 5.57 6.04 5,82 5,89

Persentase ekspor terhadap PDRB

4.68 6.78 4.74 4.63 9,91 6,50

Persentase output Manufaktur terhadap PDRB

50.16 49.75 49.7 47.83 45,25 43,80

Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah)

8.07 9.37 10.61 11.4 12,76 11,30

Laju Inflasi 5,95 6,11 7,67 6,31 11,47 11,90

Investasi

Nilai Rencana PMA yang disetujui (US$ Juta)

593.40 2,774.10 1,363.60 1,322.80

Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta)

14.417 781.394 3.815.200 707.9 477.895 1.467.536

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

20

Nilai Rencana PMDN yang disetujui (Rp Milyar)

6,430.80 5,136.50 6,305.70 4,063.50

Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp Milyar)

1.048.381 5.844.076 1.492.528 1.100.000 1.989.753 5.581.183

Realisasi Penyerapan tenaga kerja PMA

11,430.00 13,213.00 27,302.00 36,733.00 36,465.00

Infrastruktur

Panjang jalan nasional berdasarkan dalam kondisi:

� Baik 294,73 286,42 286,42 350,07 281,59 110,92

� Sedang 133,07 131,79 131,79 98,03 146,94 294,98

� Buruk 62,50 72,19 72,20 42,30 61,87 84,50

Panjang jalan provinsi dalam kondisi :

� Baik 212,39 206,40 368,05 273,45 539,76 327,42

� Sedang 156,86 155,35 278,65 394,96 110,31 375,27

� Buruk 3,00 10,50 242,30 220,60 238,94 186,32

Pertanian

Rata-rata nilai tukar petani per tahun

- - - - 96.83 99.84

PDRB sektor pertanian atas dasar harga konstan 2000 (Juta Rp)

4.930.266,80 5.061.650,42 5.030.011,59 5.242.350,48 5.408.861,73 8.201.130,00

Kehutanan

Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

4,05 0,00 9,19 6,98 6,40 2,97

Kelautan

Jumlah tindak pidana perikanan

31 24 20 16 13 6

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

21

Luas kawasan konservasi laut (juta Ha)

3,645.54 3,645.54 3,645.54 3,645.54 3,727.01 3,727.01

Kesejahteraan Sosial

Persentase penduduk miskin

8.58 8.86 9.79 9.07 8.15 7.64

Tingkat pengangguran terbuka

14.31 16.59 18.91 15.75 15.18 14.97

2. Analisis Pencapaian Indikator

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) merupakan indikator keberhasilan upaya membangun

kualitas hidup manusia. Ukuran IPM diwakili oleh 3 (tiga) parameter yang terdiri atas: angka

harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan paritas dayabeli. IPM di Provinsi Banten dari

tahun 2004 – 2009, dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Jika melihat pola trend IPM Provinsi Banten dari tahun 2004 hingga tahun 2009 terjadi

peningkatan, namun peningkatan tersebut kurang signifikan. Rata-rata kenaikan dari tahun

2004 sampai tahun 2009 hanya 0,38% per tahun.

Kesehatan, pendidikan, dan ekonomi merupakan tiga pilar yang saling berinteraksi dan

berinter-relasi satu sama lain dalam membentuk kualitas penduduk (sumber daya manusia).

Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk dapat berjalan dengan baik, dan bila

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

22

kesehatan dan pendidikan tidak baik maka mustahil ekonomi keluarga/masyarakat dapat

membaik.

Dibandingkan dengan pencapaian daerah-daerah lain, maka IPM Provinsi Banten dapat

dikatakan masih tertinggal. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu dilakukan agar

pencapaian pembangunan manusia di Provinsi Banten dapat setara dengan daerah lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM adalah kesehatan yang diukur dengan angka

harapan hidup (Life Expectancy Rate). Angka Harapan Hidup yang tinggi menggambarkaan

bahwa manusia dalam keadaan sehat dan dapat berumur panjang. Angka harapan hidup di

Provinsi Banten adalah sebagai berikut :

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Angka harapan hidup 63,3 64 64,3 64,45 64,9 68

Angka harapan hidup ini mencerminkan pembangunan manusia di bidang kesehatan.

Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan dan

rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka untuk

bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan

berkembang serta rendahnya derajat kesehatan ibu. Salah satu indikator terbatasnya akses

layanan kesehatan dasar adalah angka kematian bayi dan masih tingginya penyakit menular

(malaria, tuberculosis paru dan HIV/AIDS). Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat miskin

juga disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak sehat, jarak fasilitas layanan kesehatan yang

jauh dan biaya yang mahal, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar yang disebabkan

terbatasnya tenaga kesehatan, kurangnya peralatan dan sarana kesehatan.

Distribusi tenaga dokter di Banten juga tidak merata. Di wilayah perkotaan (Kabupaten

Tangerang dan Kota Tangerang) memiliki jumlah dokter masing-masing kurang lebih 700

orang sedangkan di wilayah perdesaan hanya memiliki jumlah dokter rata-rata sebanyak 80

orang. Hal ini tentu saja berdampak pada kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan

pada masyarakat di pedesaan yang umumnya adalah masyarakat miskin. Rendahnya

pemanfaatan dan penyerapan pangan memberikan gambaran status gizi seseorang

terutama pada anak-anak dan kesehatan masyarakat.

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

23

Salah satu cara untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat adalah (1).

pemberian pelayanan kesehatan yang makin merata dan bermutu, (2). ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan dasar . Walaupun seluruh kabupaten/kota di Provinsi Banten telah

memiliki Rumah Sakit, baik milik pemerintah maupun swasta, namun dalam kenyataannya

masih banyak golongan masyarakat terutama penduduk miskin belum sepenuhnya dapat

mengakses pelayanan kesehatan karena kendala biaya, jarak, dan transportasi. Untuk itu,

diperlukan peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan mutu sarana pelayanan kesehatan

dasar, terutama melalui peningkatan keberadaan dan kualitas pelayanan Puskesmas dan

jaringannya.

Dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Banten meningkatkan pelayanan kesehatan bagi

seluruh masyarakat Banten. Guna mendukung sasaran ini, Dinas Kesehatan Provinsi Banten

melaksanakan program-program : (1).Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dengan

kegiatan Penyediaan Obat Buffer Stock Provinsi dan perbekalan kesehatan dan kegiatan

Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan Untuk Sarana Pelayanan Kesehatan. (2). Program

Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin dengan kegiatan Penyediaan Dana Pendamping

Jamkesmas yang bertujuan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan rujukan terutama

untuk penduduk miskin. (3). Program Upaya Kesehatan Masyarakat dengan kegiatan

Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Perbatasan yang diwujudkan dengan pembangunan

unit pelayanan kesehatan ( Puskesmas) di perbatasan Kecamatan. Pembangunan

Puskesmas dengan tempat perawatan di Perbatasan Kecamatan Kopo Kab. Serang

Dengan semakin mahalnya biaya pelayanan kesehatan sebagai akibat dari perubahan pola

penyakit serta perkembangan teknologi yang digunakan yang diikuti dengan makin majunya

informasi kesehatan dunia serta masih terbatas kualifikasinya SDM dan terbatasnya sarana

peralatan medik dan anggaran operasional, maka Dinas Kesehatan Provinsi Banten

berupaya mengadakan program Pengadaan Alat Kesehatan / Kedokteran.

A. Pendidikan

Pendidikan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah, Aspek ini

mengukur manusia yang cerdas , kreatif, terampil, terdidik, dan bertaqwa.

Angka melek huruf di Provinsi Banten dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

24

Angka Melek Aksara 15 tahun Ke atas

Angka melek huruf di Provinsi Banten dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, kecuali dari

tahun 2005 ke 2006 yang angkanya sama. Hal ini disebabkan oleh upaya, pemerintah

Provinsi Banten yang telah melakukan program-program antara lain program keaksaraan

melalui kegiatan-kegiatan pembinaan mutu pendidikan masyarakat melalui Pendidikan Luar

Sekolah (PLS) , serta program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan

melalui kegiatan pengembangan minat dan budaya baca melalui Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) yang telah ada sebanyak 164 lembaga yang tersebar di kabupaten dan

kota, seperti terlihat pada Tabel berikut.

Tabel Jumlah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Provinsi Banten Tahun 2006/2007

No KABUPATEN / kOTA Jumlah

1 Kab. Serang 35 Lembaga

2 Kab. Pandeglang 33 Lembaga

3 Kab. Lebak 23 Lembaga

4 Kab. Tangerang 38 Lembaga

5 Kota Tangerang 20 Lembaga

6 Kota Cilegon 15 Lembaga

Jumlah 164 Lembaga

Sumber : Statistik Pendidikan 2007, Dinas Pendidikan Banten

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

25

Diharapkan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Provinsi Banten di tahun 2010

melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), angka buta huruf penduduk Banten

makin menurun.Selanjutnya, rata-rata lama sekolah di Provinsi Banten mengalami kenaikan

dari tahun ke tahun. Tahun 2004 angka lama sekolah adalah 7, 7, untuk tahun 2005 sebesar

8,0 , tahun 2006 meningkat 8,1 dan tahun 2007 meningkat menjadi 8,3. Angka ini dapat

diartikan bahwa secara rata-rata penduduk dewasa telah menamatkan pendidikan dasar,

tepatnya setingkat kelas 2 SLTP. Provinsi Banten harus meningkatkan rata-rata lama

sekolah sehingga pendidikan dasar 9 tahun dapat tercapai.

Grafik Angka Partisipasi Murni untuk tingkat SD/MI adalah sebagai berikut:

Angka Partisipasi Murni (SD/MI)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara siswa dan penduduk usia

sekolah. APM SD merupakan perbandingan antara jumlah siswa SD dan setara yang

berumur 7-12 tahun dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.Jika dilihat dari grafik di atas

APM SD/MI di Propinsi Banten dapat dikatakan naik, terutama pada tahun 2008 dan 2009.

Hal ini disebabkan oleh upaya pemerintah Propinsi Banten untuk menambah sarana dan

prasarana. Pada tahun 2008, jumlah SD mengalami peningkatan 143 unit dari 4.384 unit

menjadi 4.527 unit. Kenaikan terjadi pada SD Negeri yaitu dari 4.059 unit menjadi 4.152 unit

atau naik 2,29 persen. SD Swasta mengalami peningkatan 50 unit dari 325 unit menjadi 375

unit.

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

26

Selain APM, salah satu hal yang mempengaruhi ukuran kualitas sumber daya manusia

adalah nilai Angka Partisipasi Kasar (APK) yaitu rasio jumlah siswa berapa pun usianya yang

sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk dengan kelompok

usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK SD/MI di Propinsi Banten

dapat dilihat pada grafik berikut :

Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)

Jika dilihat dari grafik di atas, APK SD/MI di Propinsi Banten dapat dikatakan stabil rata-rata

107 %. Hal ini berarti bahwa ada peserta didik di SD yang usianya diluar usia 7 – 14 tahun.

Hal ini disebabkan oleh upaya kebijakan di Propinsi Banten yang menyelenggarakan WAJAR

DIKDAS Sembilan tahun untuk mewujudkan pemerataan pendidikan dasar yang bermutu di

seluruh wilayah Propinsi Banten.

Namun secara umum masih ada kendala-kendala yang dihadapi di Propinsi Banten, yaitu

tingginya biaya pendidikan, terbatasnya jumlah dan mutu prasarana dan sarana pendidikan,

terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah dan komunitas miskin, terbatasnya jumlah

sekolah yang layak untuk proses belajar mengajar, terbatasnya jumlah SLTP dan SLTA di

daerah perdesaan, daerah terpencil dan kantong-kantong kemiskinan serta terbatasnya

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

27

jumlah sebaran dan mutu program kesetaraan pendidikan dasar melalui pendidikan non

formal, menyebabkan rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan.

Data lain juga menunjukkan bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu pengeluaran

rumah tangga yang cukup besar. Bagi rumah tangga yang termasuk kelompok 20%

pengeluaran terendah, persentase biaya pendidikan per anak terhadap total pengeluaran

mencapai 10% untuk SD, 18,5% untuk SLTP dan 28,4% untuk SLTA. Berbagai masalah

dalam layanan pendidikan menyiratkan perlunya peninjauan kembali berbagai kebijakan

untuk memperluas akses dan meningkatkan layanan penidikan. Saat ini, perkembangan

jumlah tenaga kerja tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja sehingga tingkat

penyerapan tenaga kerja cenderung turun. Dengan bekal pendidikan yang memadai,

memudahkan masyarakat miskin untuk dapat masuk ke dunia kerja dengan posisi tawar

yang tinggi.

Pemerintah Provinsi Banten telah berupaya untuk meningkatan kualitas hidup sumber daya

manusia tersebut yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah, yaitu: 1. Meningkatnya Kualitas Layanan Pendidikan Pada Jenjang Prasekolah,

Dasar, dan Menengah; 2. Meningkatnya partisipasi masyarakat untuk melanjutkan ke

pendidikan tinggi (peningkatan nilai tambah sumberdaya manusia Banten); 3. Meningkatnya

Layanan Masyarakat Terhadap Jalur Pendidikan Berkebutuhan Khusus; 4. Meningkatnya

dan semakin berkembangnya Budaya Baca Masyarakat dan Terkelolanya dokumen / arsip

daerah; 5. Meningkatnya Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidik; 6. Meningkatnya akses orang

dewasa untuk mendapatkan pendidikan kecakapan hidup; 7. Meningkatnya Peran dan

Kewirausahaan Kepemudaan, Pengetahuan, Kemampuan Sumber Daya Pemuda serta

Pengembangan Sarana - Prasarana Olah Raga; 8. Meningkatnya Layanan Dasar Pendidikan

dan Kesehatan bagi masyarakat miskin.

Isu yang berkembang dalam pendidikan di Provinsi Banten berkaitan dengan Suku Baduy,

khususnya Baduy Dalam adalah karena yang diutamakan dalam pendidikan adalah

pemahaman terhadap aturan-aturan adat sedangkan keterampilan membaca,menulis, dan

menghitung hanya sebagai pelengkap hidup. Adat melarang warganya mengikuti sekolah

formal dan melarang pendidikan formal dibuka di tanah ulayat mereka karena didasari

pemikiran dan tujuan para leluhur mereka demi keselamatan dan eksistensi kesukuan

mereka. Tujuan utama adalah untuk menahan terlalu bebasnya masyarakat adat yang

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

28

mengadopsi gaya kehidupan modern karena komunitas mereka memiliki tugas hidup yang

spesifik, keyakinan yang kuat, dan hokum adat yang berbeda.(sumber : Kurnia dan

Sihabudin dalam bukunya “Saatnya Baduy Bicara” )

B. Kesehatan

Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi adalah indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan

masyarakat secara umum yang sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistim pelayanan

kesehatan di masyarakat, karena dapat dipandang sebagai output dari upaya peningkatan

kesehatan secara keseluruhan dan berpengaruh langsung terhadap besaran Angka Harapan

Hidup.

Berdasarkan grafik di atas, angka kematian bayi dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal

ini disebabkan oleh upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Propinsi

Banten untuk menurunkan angka kematian bayi, dengan program :

1. Pengembangan Fasilitas dan Pemerataan Layanan Kesehatan yang diarahkan untuk :

a. Peningkatan jumlah, jaringan, dan kualitas prasarana dan sarana kesehatan daerah;

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah;

c. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar;

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

29

d. Peningkatan pelayanan kesehatan yang khusus diberikan kepada penduduk miskin,

daerah tertinggal dan daerah bencana, dengan memperhatikan kesetaraan gender.

2. Pengembangan Kesehatan Berbasis Masyarakat, yang diarahkan untuk :

a. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat;

b. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini;

c. Pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin;

d. Peningkatan upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang dengan

upaya kuratif dan rehabilitatif

Kematian Bayi di Banten masih dominan disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

yang terkait erat dengan status gizi ibu hamil. Sedangkan penyebab utama kematian ibu

masih didominasi oleh pendarahan yang terkait erat dengan kualitas pelayanan persalinan

dan kondisi kesehatan ibu hamil. Solusi yang mungkin dapat diterapkan diantaranya adalah

persalinan yang ditolong oleh tenaga medis untuk menurunkan angka kematian bayi dan

kematian ibu, membuat payung hukum penurunan AKI berupa peraturan daerah, membuat

Standar Pelayanan Minimum Kesehatan serta peraturan tentang Penempatan Bidan Desa.

Pemerintah Propinsi Banten juga telah mengagendakan pembangunan kesehatan dengan

indikator berikut; 1) Meningkatnya Angka Harapan Hidup; 2) Menurunnya angka kematian

bayi ; 3) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan; dan 4) Menurunnya prevelensi kurang

gizi pada anak dan balita.

Permasalahan yang dihadapi oleh Propinsi Banten pada bidang kesehatan adalah :

1. Jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh dan biaya yang mahal merupakan

penyebab utama rendahnya aksesibilitas masyarakat miskin terhadap layanan

kesehatan yang bermutu.

2. Kecenderungan penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata dan terpusat di

daerah perkotaan mengurangi akses terhadap pelayanan kesehatan bermutu.

3. Distribusi tenaga dokter di Banten juga tidak merata, di wilayah perkotaan (Tangerang

dan Kota Tangerang) memiliki jumlah dokter rata – rata 700 orang sedangkan di

wilayah perdesaan hanya memiliki jumlah dokter sebanyak 80 orang. Hal ini tentu

saja berdampak pada kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan pada

masyarakat di perdesaan yang umumnya masyarakat miskin.

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

30

C. Keluarga Berencana

Presentasi penduduk ber KB

Dilihat dari grafik di atas persentase penduduk ber Kb meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini

disebabkan oleh upaya Pemerintah Daerah Propinsi Banten untuk meningkatkan

keberdayaan masyarakat Banten, melaksanakan program Keluarga Berencana dengan

kegiatan Pembinaan Forum Kader Posyandu dan Keluarga Berencana (KB) serta

Pengembangan Model Posyandu Asuhan Dini Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

(ADITUKA). Selain itu juga terdapat Pembangunan Program Keluarga Berencana dengan

kegiatan (1) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) terutama bagi keluarga miskin (2)

Penguatan data mikro keluarga (3) Penguatan SDM dan Forum Kader Revitalisasi Posyandu

dan (4) Pengembangan Informasi Posyandu.

Jika kebutuhan akan pelayanan KB terpenuhi maka semua perempuan yang ingin

mengendalikan kesuburan mempunyai akses memadai terhadap kontrasepsi yang efektif

dan aman, sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dapat diturunkan sampai 50

persen. Persentase penurunan yang cukup tinggi itu bisa terjadi apabila terakses pada

kontrasepsi yang memadai sehingga risiko kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan

aborsi dapat diturunkan.

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

31

Penurunan angka kelahiran di Indonesia erat kaitannya dengan keberhasilan program KB

dan meningkatnya prevalensi pemakaian kontrasepsi. Yang perlu mendapat perhatian

adalah bahwa penurunan fertilitas terbesar dalam lima tahun terakhir ini disebabkan masih

bertahannya penurunan fertilitas dari generasi muda atau pasangan muda usia 15-19 tahun.

Salah satu sebabnya bukan saja karena penggunaan kontrasepsi atau mengikuti KB secara

formal tetapi adalah karena kesadaran reproduksi yang makin tinggi. Mereka menunda usia

kawin atau menunda mempunyai anak yang pertama. Pasangan yang usianya sekarang 45-

49 tahun rata-rata menikah pada usia 17,9 tahun. Tetapi pasangan yang usianya 25-29

tahun rata-rata menikah pada usia 20,2 tahun. Bahkan mereka yang tidak pernah bersekolah

yang berusia 45-49 tahun rata-rata menikah pada usia 16,9 tahun, generasi muda usia 25-29

tahun menikah pada rata-rata usia 17,7 tahun.

Program KB juga ditunjang dengan sarana dan prasarana dasar kesehatan di Provinsi

Banten yang terus mengalami peningkatan dalam jumlah, mulai dari rumah sakit,

puskesmas, posyandu, apotik, poliklinik, dokter praktek, bidan praktek dan lain sebagainya.

Rata-rata setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten memiliki 4 Rumah Sakit. Angka ini

termasuk memadai jika dibandingkan dengan rata-rata daerah lain yang hanya memiliki 1-2

rumah sakit untuk satu kabupaten/kota.Begitu juga untuk Puskesmas/ Puskesmas

Pembantu/Puskesmas Keliling jika dibandingkan dengan jumlah keluarga yang harus

dilayaninya memiliki rasio 1 berbanding 3.648 artinya rata-rata satu puskesmas di Provinsi

Banten mampu melayani kurang lebih 3.648 Keluarga. Dan rasio bisa dikategorikan sedang,

sebab jumlah keluarga sebanyak tersebut diperkirakan jumlah keluarga ideal untuk satu

kecamatan. Artinya di Provinsi Banten diperkirakan rata-rata satu kecamatan memiliki satu

sampai dua puskesmas. Bahkan jika jumlah Puskesmas di atas ditambah dengan poliklinik

dan balai pengobatan yang ada, maka rasio rata-rata satu Puskesmas dan balai tersebut

memiliki kemampuan kapasitas layanan untuk 1.355 keluarga, angka ini bisa dikategorikan

memadai.

Rendahnya partisipasi laki-laki untuk melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)

merupakan permasalahan tersendiri. Berdasarkan data, 62 persen dari sekitar 45 juta

pasangan usia subur yang ada, hanya 1,3 persen akseptor KB pria. Salah satu

penyebabnya adalah masih kentalnya budaya partriarki di masyarakat yang terwujud dalam

memposisikan perempuan (para istri) pada posisi subordinate (lebih rendah) dalam keluarga,

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

32

yang mengkondisikan masalah KB hanya merupakan urusan kaum perempuan saja. Oleh

sebab itu diperlukan upaya untuk meningkatkan partisipasi pria dalam ber KB

Laju Pertumbuhan penduduk

Dari data di atas terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan dari

tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah

Propinsi Banten dalam menurunkan angka kelahiran. Program utamanya adalah

meningkatkan partisipasi penduduk dalam melaksanakan kelurga berencana.

Penyebab jumlah penduduk di wilayah Provinsi Banten yang terus mengalami penambahan

adalah bersumber dari migrasi . Hal ini disebabkan karena sebagian wilayah daerah

kabupaten/kota adalah wilayah penyangga Ibu Kota Negara dan wilayah Industri yang

memiliki daya tarik bagi kaum urban. Kelompok usia angkatan kerja/produktif (15-64 tahun)

dalam tahun 2008 berjumlah 6.522.900 orang atau 65,75 % mendominasi kependudukan di

Provinsi Banten, oleh karenanya kelompok usia ini harus mendapatkan perhatian terkait

dengan kebutuhan penyediaan lapangan kerja.

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

33

Penambahan penduduk terbanyak terjadi di Kabupaten Tangerang sejumlah 100.777 jiwa

atau terjadi peningkatan 2,90 persen dari total penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2007.

Penduduk Provinsi Banten mayoritas berada di Kabupaten Tangerang dan Serang dengan

persentase masing-masing 37,2 persen dan 19,0 persen. Sedangkan yang paling sedikit

berada di Kota Cilegon. Akan tetapi, jika dilihat dari tingkat kepadatan, Kota Tangerang

menempati urutan pertama dengan tingkat kepadatan penduduk 8.192 jiwa per km2.

Kabupaten Tangerang dan Kota Cilegon menempati urutan berikutnya dengan tingkat

kepadatan masing-masing 3.080 jiwa per km2 dan 1.958 jiwa per km2. Tingkat kepadatan

penduduk Provinsi Banten 1.065 jiwa per km2. Pada tahun 2008 di Banten terdapat

2.289.839 rumah tangga. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan

40.841 rumah tangga. Secara rata-rata setiap rumah tangga mempunyai 4,2 orang anggota.

Kondisi ini sama dengan tahun sebelumnya.

E. Ekonomi Makro

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju Pertumbuhan Ekonomi

5.3

5.4

5.5

5.6

5.7

5.8

5.9

6

6.1

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Laju Pertumbuhan ekonomi

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) menggambarkan pertambahan volume barang dan jasa

yang diproduksi/dihasilkan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. LPE dihitung dari

PDB/PDRB atas dasar harga konstan. LPE Banten dihitung berdasarkan angka PDRB

triwulanan sebesar 5,57 % persen pada tahun 2006 Angka ini lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2005 yang besarnya 5,88 persen.

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

34

LPE tersebut turun karena ada dua sektor yang memberikan kontribusi negatif terhadap LPE

yaitu sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Kontribusi sektor pertanian

terhadap LPE Banten tahun 2006 sebesar -0,18 persen (tahun sebelumnya 0,24%) dan

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar -0,13 persen (sebelumnya 0,27%).

Salah satu sasaran dan indikator kinerja agenda perekonomian tahun 2007-2012 adalah

meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2012 sebesar 6,2 % . Untuk dapat

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan laju investasi atau Pembentukan Modal

Tetap Bruto (PMTB) oleh dunia usaha dan pemerintah. Untuk mendukung pencapaian target

PMTB ini, maka pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Banten harus diupayakan seoptimal

mungkin.

Semenjak berdirinya Provinsi Banten sepuluh tahun yang lalu yang terpisah dari Provinsi

induknya Jawa Barat, tren pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka yang terus berkisar

pada angka pertumbuhan rata-rata pada angka 5%, Laju pertumbuhan ekonomi Banten

sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal perekonomian Banten, hal ini terjadi karena sektor

industri yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Banten didominasi oleh

sektor industri yang berbasis ekspor, hal ini bisa kita lihat dari tren laju pertumbuhan ekonomi

Provinsi Banten dari tahun 2004 pada angka 5,63% dan meningkat pada tahun 5,88% pada

tahun 2005, sedangkan pada tahun 2006 mengalami perlambatan sebanyak 0,23%, baru

pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Banten menyentuh angka 6,04% sedangkan pada

tahun 2007, 2008 dan 2009 mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2006, perlambatan

ini membuktikan bahwa faktor eksternal sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Banten, karena pada tahun tersebut terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia karena

Amerika dan Eropa mengalami krisis keuangan global yang berimbas pada krisis ekonomi

global, yang menyebabkan perlemahan permintaan barang dari negara-negara seperti

Indonesia, khususnya Banten di mana industrinya di dominasi oleh industri berbasis ekspor.

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

35

Pendapatan Per Kapita (Juta Rupiah)

Pendapatan Per Kapita (Dalam Juta Rupiah)

0

2

4

6

8

10

12

14

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah)

Melihat data diatas, tren pendapatan perkapita Banten mengalami peningkatan yang

progresif setiap tahunnya, hal ini berbeda dengan laju pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif,

hal ini menunjukkan bahwa secara nominal laju pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan

yang positif, sehingga ketika dibagi dengan jumlah penduduk yang pada tahun 2004 sampai

dengan 2009 jumlahnya tetap, maka diperoleh data tren pendapatan per kapita Banten yang

terus menunjukkan tren yang meningkat. Data peningkatan jumlah per kapita ini

menunjukkan bahwa secara makro memang terjadi perbaikan kinerja ekonomi Banten, dan

terjadi perbaikan kemakmuran perekonomian Banten, namun pendapatan perkapita Banten

yang menunjukkan tren terus meningkat tersebut, secara teoritik dan fakta empirik tidak

mampu menunjukkan dan menggambarkan adanya perbaikan kesejahteraan masyarakat

Banten.

Oleh sebab itu, data pendapatan per kapita tidak dapat dijadikan indikator tunggal untuk

memotret kesejahteraan masyarakat dalam satu perekonomian, karena pendapatan per

kapita tidak mampu menggambarkan keadilan distribusi ekonomi dalam perekonomian, tren

peningkatan pendapatan per kapita Banten tersebut menunjukkan adanya perbaikan kinerja

perekonomian Banten, tapi tidak menggambarkan adanya kesejahteraan yang terdistribusi

secara merata, karena pendapatan per kapita dihitung dari total PDRB dibagi dengan Jumlah

Penduduk di Banten.

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

36

Laju Inflasi

Laju Inflasi

0

2

4

6

8

10

12

14

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Laju Inflasi

Inflasi menggambarkan tingkat perubahan harga secara agregat dari suatu paket komoditi

yang dikonsumsi oleh penduduk. Inflasi dihitung secara rutin setiap bulan dengan berbasis

data survei harga-harga yang dilaksanakan mingguan, dua mingguan, dan bulanan oleh

BPS.

Tren inflasi di Banten menunjukkan angka yang terus meningkat setiap tahunnya. Inflasi

tahun 2005 sebesar 5,95% terus menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya sampai

pada tahun 2009 yang mencapai angka inflasi tertinggi 11,9%. Pada tahun 2008 angka

inflasi sebesar 11,47 %, kenaikan terbesar terjadi pada kelompok kacang-kacangan sebesar

100 % lebih, sayur-sayuran 38%, minuman tidak beralkohol, barang pribadi sandang lainnya

18%.

Angka inflasi yang terus meningkat ini tidak sehat bagi pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat Banten. Inflasi yang tidak terkontrol dan cenderung terus

meningkat berisiko tinggi untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang terus

meningkat dan tinggi di Banten mengancam daya beli masyarakat, penurunan daya beli

masyarakat dalam jangka panjang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan akan

mengganggu pendapatan daerah dalam jangka pendek dan panjang. Oleh sebab itu

kebijakan untuk mengendalikan inflasi menjadi kebijakan penting bagi pemerintah daerah

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

37

melalui kebijakan fiskal di daerah untuk menghambat laju inflasi yang tinggi bekerjasama

dengan Bank Indonesia Banten.

Apabila mencermati karakter inflasi di Banten, inflasi justru lebih tinggi dialami daerah-daerah

perdesaan Banten terutama daerah Selatan Banten seperti Lebak dan Pandeglang

sedangkan inflasi di daerah utara Banten tidak setinggi laju inflasi daerah selatan Banten

tersebut, inflasi yang tinggi di wilayah selatan Banten didorong oleh buruknya infrastruktur di

Selatan Banten, yang menghambat distribusi, sehingga harga-harga barang di Selatan

Banten menjadi lebih mahal dibanding dengan utara Banten.

F.Investasi

Nilai Realisasi Investasi PMDN ( Rp Milyar)

Realisasi Investasi PMDN (Rp Milyar)

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Provinsi Banten menduduki peringkat 5 besar dari tahun 2001-2010 dalam investasi, Hal ini

dikarenakan Provinsi Banten memiliki berbagai keunggulan komparatif seperti letak yang

strategis, berada dilintasan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa, Infrastruktur yang lebih

lengkap dibandingkan dengan provinsi lain. Namun keunggulan comparatif ini harus

disinergikan dengan keunggulan kompetitif. Kendala yang dihadapi adalah infrastruktur jalan

yang belum memadai . Jalan nasional relatif lebih bagus, namun ketika masuk jalan provinsi

di kabupaten maupun kota banyak kerusakan. Begitu juga Pelabuhan Bojonegara belum

terwujud selama 4 periode presiden.

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

38

Di sisi lain walaupun perkembangan industri sangat pesat namun kebutuhan air bersih untuk

industri belum terpenuhi dan walau ada rencana pembangunan Waduk Karian dan

Sidagelan. Banten juga memiliki potensi luar biasa untuk energi dan Provinsi Banten

memiliki pusat tenaga uap . Terminal gas juga sudah tersambung dari Sumatera, Jawa

Barat dan dan Banten terutama daerah Bojonegara.

Regulasi yaitu Peraturan Presiden no 27 tahun 2009 tentang pelayanan terpadu atau satu

pintu sudah direspon oleh kabupaten kota agar mempercepat dan memperjelas tarif dan

kejelasan hukum dengan standar internasional. Namun dalam pelaksanaannya regulasi ini

sering terkendala otonomi daerah karena biasanya Perda berupaya meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selalu kontradiktif dengan regulasi investasi. Jadi

selama ini regulasi hanya bersifat jargon belum dapat diimplementasikan. Kendala lain yang

dihadapi investor misalnya masalah pembebasan tanah yang tadinya sudah di plot oleh

Perda namun harga menjadi mahal dan selalu menimbulkan sengketa yang sangat

menghambat pembangunan karena tanah sudah beralih tangan.

Untuk Upah Minimum regional, Provinsi Banten merupakan provinsi yang memiliki UMR

tinggi yang menyebabkan banyak perusahaan teutama yang padat karya mengalami

kesulitan dalam mengalokasikan upah pekerja. Banyak terjadi ketidaksepahaman antara

pekerja dan pihak manajemen perusahaan. Hal ini biasanya berujung pada terjadinya demo

karyawan terhadap kebijakan pengupahan perusahaan yang akhirnya mengakibatkan

perusahaan tutup dan mengalihkan investasinya ke Negara lain. Dalam tahun 2009 sudah

ada beberapa perusahaan yang pasti masuk ke Provinsi Banten seperti POSCO dan Mittal

untuk membuka pabrik baja.

Realisasi Investasi PMDN di Banten tahun 2004 mengalami peningkatan yang signifikan dari

nilai Rp. 1.048.381 Milyar pada tahun 2004, meningkat lebih dari 500% pada tahun 2005

yakni sebesar Rp. 5.844.076 Milyar, peningkatan ini terjadi karena ekspektasi yang tinggi

dunia usaha paska pemilu parlemen dan pemilu presiden secara langsung yang berhasil

berlangsung secara demokratis dan relatif sangat aman, sehingga dunia usaha berasumsi

kondisi Indonesia akan stabil pasca pemilu dengan harapan pemerintahan yang baru mampu

mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi khususnya sektor riil. Kondisi tersebut sangat

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

39

mempengaruhi ekonomi regional Banten yang memiliki terkaitan sangat erat dan dekat

sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan tempat investasi pilihan bagi penanam

modal dalam negeri. Namun, sayangnya ekspektasi yang tinggi tersebut kemudian berangsur

menurun pada tahun 2006, 2007 dan 2008.

Pada tahun 2007 realisasi penanaman modal dalam negeri mengalami penurunan yang

sangat drastis, dari angka Rp. 3.815, 20 Milyar menjadi Rp. 707.900 Milyar, begitu juga pada

tahun 2008 turun drastis menjadi Rp. 477.895 Milyar. Penurunan angka realisasi PMDN ini

selain terdapat faktor eksternal yakni lesunya perekonomian ekonomi global sehingga

mendorong pengusaha nasional untuk menangguhkan realisasi investasinya di Banten selain

itu, faktor internal yakni kondisi iklim investasi Banten sangat mempengaruhi kondisi realisasi

investasi PMDN di Banten. pada tahun, 2009 realisasi PMDN mengalami peningkatan

realisasi yang relatif lebih tinggi dibanding pada tahun-tahun sebelumnya, yakni

Rp. 5.581.183 Milyar. Tingginya realisasi investasi dari dalam negeri ini, berkaitan dengan

ekspansi dunia usaha di Banten dan nasional akan memulihnya perekonomian global,

dimana sebagian besar modal yang ditanamkan di Banten, terutama pada industri yang

berbasis ekspor.

Isu strategis di provinsi Banten mengenai investasi adalah Rencana Pembangunan

Jembatan Selat Sunda (JSS). Direncanakan panjang Jembatan Selat Sunda 31 KM yang

akan menghubungkan Provinsi Banten dengan Prov. Lampung dan pembangunannnya mulai

tahun 2014. Proyek Jembatan Selat Sunda merupakan salah satu proyek yang akan

dikerjakan dengan konsep public private partnership (PPP) yaitu kerjasama pemerintah dan

swasta. Peminat pembangunan JSS semula masih terbatas di Indonesia, yaitu Artha Graha.

Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur pembangunan

Jembatan Selat Sunda. Pembangunan jembatan diperkirakan membutuhkan biaya investasi

antara Rp 100 s/d 117 Triliun, yang dikerjakan selama 10 tahun. Bahkan menurut informasi

terakhir biayanya membengkak menjadi Rp 170 Triliun. Saat ini sudah ada lima investor

asing telah menyatakan berminat dengan proyek ini, yaitu dari Cina, Jepang, Timur Tengah,

Korea, dan Perancis. Jika sudah beroperasi nanti, pemerintah optimis kegiatan ekonomi

masyarakat di kedua provinsi itu akan lebih bergairah karena jembatan ini menghubungkan

80% produk domestik regional bruto (PDRB) Indonesia. Dimana 60% berasal dari Pulau

Jawa dan 20% Pulau Sumatera. (sumber : Kompas-Kontan-www.jembatanselatsunda.com)

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

40

Nilai Realisasi Investasi PMA (US $ Juta)

Realisasi Investasi PMA (US$ Juta)

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

4000000

4500000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi Investasi PMA, menjadi determinan penting untuk mengakselerasi perekonomian

lokal Banten. Keterbatasan modal investor domestik, membuat investasi asing sangat

penting bagi perekonomian regional Banten. Realisasi Investasi PMA pada tahun 2004

hanya sebesar US$ 14,417 juta , terus meningkat pada tahun 2005, sebesar US$ 781,394

juta, paling tinggi pada tahun 2006 sebesar US$ 3,815,200 juta , sedangkan pada tahun

2007 dan 2008 menurun menjadi US$ 707,900 juta dan US$ 477,895 yang disebabkan

adanya krisis keuangan global.

Peningkatan investasi asing sejak tahun 2004 sampai tahun 2007, menunjukkan fenomena

yang pararel dengan realisasi PMDN yakni munculnya ekspektasi positif pasca pemilu,

sehingga terjadi realisasi peningkatan investasi asing di Banten, sebagai daerah yang sangat

strategis maka Banten menjadi tujuan investasi asinng utama di Indonesia bersama daerah-

daerah lain di Jawa. Sedangkan pada tahun 2008, penurunan realisasi investasi asing terjadi

sangat drastis yakni menjadi US$ 477,895 juta, terjadi diminishing terhadap ekspektasi pada

tahun 2008 ini, sehingga terjadi penurunan realisasi investasi, iklim usaha menjadi faktor lain

penurunan realisasi investasi pada tahun 2008 tersebut, selain itu, faktor utama penurunan

realisasi investasi asing pada tahun 2008 adalah krisis global yang dialami oleh banyak

negara investor di dunia, sehingga membuat para investor menangguhkan realisasi

investasinya di Banten. Sedangkan pada tahun 2009, terjadi peningkatan realisasi yang

signifikan yakni US$ 1.467,536 juta.

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

41

G.Infrastruktur

Panjang jalan nasional berdasarkan baik, sedang, dan buruk

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sedang

Baik

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Buruk

Provinsi Banten dapat dikatakan sebagai provinsi yang memiliki matra transportasi yang

lengkap seperti transportasi darat, laut dan udara. Adanya matra darat ditandai dengan

adanya jalur jaringan kereta api yang menghubungkan Jakarta-Serpong-Rangkas Bitung-

Merak. Matra laut ditandai adanya Pelabuhan Merak yang berperan ganda yang selain

sebagai penunjang kegiatan sektor industri, juga sebagai penyeberangan dari pulau Jawa

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

42

menuju Sumatera. Begitu juga Pelabuhan Ciwandan yang dikelola PT Pelindo II dan 19 buah

pelabuhan lain yang terdiri dari pelabuhan khusus, pelabuhan penyeberangan dan

pelabuhan perikanan, termasuk dermaga khusus di daerah Anyer sebanyak 5 buah.

Banten juga memiliki matra udara sebagai penunjang sistem transportasinya yaitu Bandara

Soekarno-Hatta yang merupakan bandara internasional terbesar dan tersibuk di Indonesia

yang telah menjadikan Banten sebagai pintu gerbang dunia untuk setiap kegiatan usaha.

Namun dalam perkembangannya, matra yang paling banyak digunakan dalam menunjang

transpportasi dari dan ke Provinsi Banten yang menjadi penghubung antar daerah di Provinsi

Banten hanyalah transportasi darat karena merupakan matra yang paling mudah dan dapat

digunakan oleh semua kalangan dengan berbagai keperluan dan kebutuhan. Oleh karena itu

tingkat pelayanan prasarana jalan menjadi sangat vital kedudukannya karena menjadi salah

satu barometer yang menentukan keberhasilan pertumbuhan dan pembangunan di Provinsi

Banten. Sebagai sarana transportasi, jalan merupakan unsur penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan.

Untuk melayani pergerakan barang dan penumpang secara umum sistem jaringan jalan

Provinsi Banten menggunakan pola cincin yang melingkar dari wilayah Utara sampai ke

wilayah Selatan yang dihubungkan secara radial dengan jaringan jalan vertikal Utara-Selatan

dan secara horizontal Timur-Barat. Konsep jaringan “ring-radial” dimaksudkan agar

pergerakan penumpang dan barang dari pesisir menuju ke pusat kegiatan nasional, wilayah

maupun lokal yang ada pada bagian tengah wilayah dapat dicapai dengan mudah.

Pada saat ini jaringan jalan cincin bagian Barat dan Selatan sudah ditingkatkan statusnya

menjadi jalan nasional. Sementara pada bagian Utara masih berstatus sebagai jalan provinsi.

Jalan horizontal Timur-Barat dilayani oleh jalan Nasional serta jalan Tol dengan panjang lebih

dari 90 Km, sedangkan jalan vertikal Utara-Selatan dilayani dengan jalan provinsi. Jalan

kabupaten melayani akses ketiga jalan itu.

Panjang jalan nasional di Provinsi Banten 490,40 Km. Panjang ini tidak mengalami

perubahan dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Tren kondisi jalan yang dalam keadaan

baik paling tinggi pada tahun 2007 sepanjang 350,07 Km dan palng rendah pada tahun 2009

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

43

sepanjang 110,92 Km. Untuk jalan dalam kondisi sedang pada tahun 2004 sampai tahun

2006 cenderung stabil, paling rendah pada tahun 2007 sepanjang 98,03 Km dan paling tinggi

pada tahun 2009 sepanjang 294,98 Km. Sedangkan untuk jalan nasional dalam kondisi

buruk trennya terlihat semakin meningkat kecuali pada tahun 2007 jalan nasional yang dalam

kondisi buruk hanya sepanjang 42,3 Km. Paling buruk pada tahun 2009 sepanjang 84,5 Km.

H. Pertanian

Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani

terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu

indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani. NTP juga menunjukkan daya tukar

(term of trade) dari produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang dan jasa

yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif

semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. Nilai Tukar Petani (NTP)

merupakan gabungan dari Nilai Tukar Petani pada sektor Tanaman Pangan, Hortikultura,

Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan.

Indeks Harga yang diterima Petani menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas

pertanian yang dihasilkan petani. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani dapat

dilihat pada fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan,

khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa

yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

44

Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Provinsi Banten, NTP di Propinsi Banten

secara resmi dipublikasikan tahun 2008. Sebelum tahun 2008 di Provinsi Banten belum

ada data NTP secara resmi. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa NTP dari tahun

2008 ke 2009 mengalami kenaikan 3,01. Hal ini berkat upaya Provinsi Banten untuk

meningkatkan produksi sektor pertanian dengan upaya mempertahankan sawah

beririgasi teknis untuk sub sektor tanaman pangan. Selain itu juga memberdayakan

petani dengan meningkatkan kualitas penyuluhan. Untuk sub sektor holtikultura upaya

yang dilakukan adalah meningkatkan gerakan pertanian terpadu. Untuk wilayah Cilegon

produk yang dikembangkan adalah melon dan di wilayah Serang adalah durian. Buah-

buahan hasil produksi petani ini dipasarkan juga untuk mendukung pariwisata.

Program lain yang dikembangkan adalah meningkatkan produksi pangan pengganti (non

padi), seperti jagung dan palawija lainnya. Selain itu digalakkan tanaman pendamping di

suatu lahan untuk memenuhi kebutuhan petani sehari-hari. Pemerintah juga membuat

terminal Agribisnis dan membuat sentral-sentral tanaman unggulan, seperti durian, melon

dan tanaman hias. Propinsi Banten juga mengembangkan kawasan pertanian terpadu

(Pertandu) di kecamatan Curug sebagai pilot proyek.

Permasalahan pendidikan yang rendah mengakibatkan sulitnya petani untuk beralih dari

petani padi tadah hujan ke pertanian holtikultura maupun tanaman hias.

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

45

PDRB Pertanian

Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor

ekonomi terhadap PDRB. Selain memperlihatkan sektor-sektor yang dominan dalam

perekonomian, melalui struktur ini juga dapat dilihat ke arah mana perubahan ekonomi yang

terjadi di suatu daerah.

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa PDRB sektor pertanian mengalami kenaikan dari tahun

ke tahun. Namun sektor ini hanya menyumbang 7,77 persen dalam tahun 2006, sebesar

7,93 persen dalam tahun 2007, sebesar dan 8,39 persen dalam tahun 2008, dan sebesar

8,84 persen dalam tahun 2009 dari PDRB Propinsi Banten. Peningkatan peranan ini salah

satunya sebagai dampak dari membaiknya pertumbuhan sub sektor tanaman akibat

meningkatnya produksi padi Banten. Berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I/2009 yang

dikeluarkan BPS, produksi padi Banten pada tahun 2009 diperkirakan meningkat 1,61 persen

menjadi 1,845 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Dalam rangka pencapaian target pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten selama periode

2007-2012, pembangunan ekonomi diorientasikan melalui pengembangan ekonomi lokal.

Melalui pengembangan ekonomi lokal, kegiatan-kegiatan usaha yang akan diberdayakan

dan dikembangkan setidaknya memenuhi ketentuan, yaitu : (1) dukungan ketersediaan

sumberdaya alam lokal dan produk unggulan daerah yang dapat dimanfaatkan atau diolah;

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

46

(2) penyerapan tenaga kerja lokal , khususnya masyarakat perdesaan dan masyarakat

kurang mampu; serta (3) dukungan prasarana dan sarana dalam rangka pengelolaan dan

pengembangan usaha.

Kebijakan diarahkan kepada penguatan struktur ekonomi berbasis agribisnis, prioritas

pembangunan diarahkan pada : (1) pengembangan ekonomi lokal berbasis pertanian

(tanaman pangan), perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, kelautan, kebudayaan,

dan pariwisata; (2) penataan ulang struktur industri yang berdaya saing dengan prioritas

penggunaan bahan baku lokal unggulan; (3) pengembangan kapasitas kelembagaan sosial-

ekonomi berbasis masyarakat.

Untuk meningkatkan PDRB sektor pertanian telah dilaksanakan kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan permasalahan pembangunan pertanian yaitu (1) Penerapan teknologi

pertanian, penyuluhan pertanian, peningkatan akses petani terhadap modal, serta perluasan

lahan pertanian (ekstensifikasi) (2) Pengembangan agribisnis dengan berorientasi pada nilai

tambah (3) Pengembangan produk unggulan (4) Perbaikan kelembagaan dan sistem

tataniaga, serta peningkatan prasarana dan sarana transportasi sebagai jalan untuk

usahatani (farm road) (5) Pengembangan investasi swasta di bidang perkebunan serta

peningkatan produktivitas dan produksi perkebunan rakyat , serta didukung dengan

perbaikan kelembagaan dan sistem tataniaga. (6) Pengembangan dan peningkatan

produksi ternak.

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

47

I. Kehutanan

Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

Luas lahan kritis di wilayah Provinsi Banten masih terbilang sangat besar, tetapi

penanganannya tampak belum signifikan. Berdasarkan data Balai Pemeliharaan Daerah

Aliran Sungai (DAS) Ciliwung-Citarum, pada tahun 2004, luas lahan kritis di Banten adalah

114.667,4 hektar, terbagi dalam luas lahan kritis dalam kawasan hutan 557,10 ha dan di luar

kawasan hutan 114.004,30 ha. Pada tahun 2007, luas lahan kritis bertambah menjadi

131.300 ha. Data terakhir di Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Provinsi Banten,

luas lahan kritis di Provinsi Banten mencapai sekitar 122.421 ha. Lahan kritis itu tersebar di

Kabupaten Lebak seluas 73.311 ha, Kabupaten Pandeglang 27.951 ha, Kabupaten Serang

18.768 ha, Kabupaten Tangerang 161 ha, Kota Cilegon 2.228 ha. Data ini tidak berubah

secara signifikan dengan data tahun 2004 yang dimiliki Balai Pemeliharaan DAS Citarum-

Ciliwung.

Luas lahan kritis untuk kawasan dalam hutan di Kabupaten Serang 1.910,20 ha, Kabupaten

Pandeglang 3.218 ha, dan Kabupaten Lebak 37.428,90 ha. Sedangkan luas lahan kritis di

luar kawasan hutan tercatat Kabupaten Tangerang 7.010,40 ha, Kabupaten Serang

10.828,40 ha, Kabupaten Pandeglang 18.209,60 ha, Kabupaten Lebak 73.536 ha, Kota

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

48

Tangerang 1.804,90 ha, dan Kota Cilegon 2.615 ha. Wilayah Pandeglang merupakan salah

satu daerah yang lahan kritisnya luas.

Berdasarkan grafik di atas, presentasi luas lahan rehabilitasi di dalam hutan terdahap lahan

kritis dapat dikatakan masih sedikit, bahkan di tahun 2005 tidak terdapat lahan rehabilitasi.

Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kegiatan dalam penanganan lahan kritis oleh

Pemerintah Provinsi.

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten mulai tahun 2006 untuk menangani

masalah lahan kritis dengan menanami bermacam pohon dalam program Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Selain itu Dinas Pertanian dan Perkebunan

bekerjasama dengan PT Krakatau Tirta Industri (KTI) Cilegon memberikan kompensasi uang

kepada warga dengan syarat warga tidak menebang pohon. Program lainnya adalah dengan

memberikan bibit tanaman secara cuma-cuma. Untuk mengembalikan lahan kritis menjadi

lahan hijau, Pemerintah Provinsi Banten memerlukan 1.000 pohon/hektar hutan lindung, dan

400 pohon/hektar untuk hutan rakyat.

Pada tahun 2008, Pemerintah Provinsi Banten mendapat bantuan pohon dari Pemerintah

Pusat, dalam rangka pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam

Nasional. Program pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam

Nasional, merupakan upaya pemerintah melakukan rehabilitasi lahan kritis, mengantisipasi

pemanasan global, dan upaya mempertahankan ketahanan pangan.

Penanganan lahan kirtis ini sebenarnya sejalan dengan sasaran yang ingin dicapai dalam

Pembangunan Kehutanan yaitu: (1) Tegaknya hukum khususnya dalam pemberantasan

pembalakan liar (ilegal loging) dan penyelundupan kayu, (2) Penetapan kawasan hutan

dalam tataruang seluruh propinsi, minimal 30% dari luas hutan yang telah ditata batas, (3)

Penyelesaian penetapan kesatuan pengelolaan hutan , (4) Optimalisasi nilai tambah dan

manfaat hasil hutan kayu, (5) Meningkatnnya hasil hutan non kayu sebesar 30 % dari

produksi tahun 2004 (6)Bertambahnya hutan tanaman industri (HTI) minimal 5 juta hektar

(7)Konservasi hutan dan rehabilitasi lahan di 282 DAS untuk ketersediaan pasokan air (8)

Desentralisasi kehutanan melalui pembagian wewenang dan tanggung jawab yang

disepakati pusat dan daerah (9) Berkembangnya kemitraan antar pemerintah , pengusaha

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

49

dan masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari, dan (10) Penerapan IPTEK yang inovatif

pada sektor kehutanan.

J. Kesejahteraan Sosial

Persentase Penduduk Miskin

Tren persentase penduduk miskin di Provinsi Banten mengalami penurunan sejak tahun

2006 dan rata-rata masih di bawah angka nasional. Jumlah penduduk miskin (penduduk

yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Banten pada periode 2004 sampai 2007

menunjukkan kenaikan sebagai berikut :

Tabel 2 Jumlah penduduk miskin periode 2004 s/d 2007

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (orang) Jumlah Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2004

2005

2006

2007

279.900

370.200

417.100

399.400

499.300

460.300

487.300

486.800

779.200

830.000

904.300

886.000

5,69

6,56

7,47

6,79

11,99

12,34

13,34

12,52

8,58

8,86

9,79

9,07

Sumber : BPS Provinsi Banten, 2008

Pada tahun 2004, jumlah penduduk miskin sebesar 779.200 orang (8,58%) kemudian terjadi

kenaikan sedikit pada tahun 2005 menjadi 830.000 orang (8,86%). Ini diduga terjadi akibat

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

50

kenaikan harga BBM (tahap 1) pada bulan Maret 2005. Pada tahun 2006 terjadi kembali

kenaikan penduduk miskin yang sangat besar yaitu sebesar 904.300 orang (9,79%),

mengingat pada periode perhitungan tersebut (Juli 2005-Maret 2006), pemerintah menaikkan

kembali harga BBM (tahap 2) pada bulan Oktober 2005. Akibatnya penduduk yang tergolong

tidak miskin namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan banyak yang

bergeser posisinya menjadi miskin.

Pada tahun 2007, kondisi perekonomian sedikit pulih yang ditandai besaran angka inflasi

tidak menembus angka dua digit. Program–program Pemerintah Pusat seperti Bantuan

Langsung Tunai (BLT) mempunyai peranan dalam menurunkan angka ini, di samping upaya-

upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah seperti : Program Pelayanan Rehabilitasi

Kesejahteraan Sosial , Program Peningkatan Kualitas Hidup, Program Pengembangan

Lembaga Ekonomi pedesaan, Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban

Bencana Alam, Program Keluarga Berencana, dan sebagainya.

Tingkat Pengangguran Terbuka

Tren tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten mengalami penurunan sejak tahun

2006. Tren ini sebanding atau linear dengan tren persentase penduduk miskin yang ada di

Provinsi Banten. Program-program pemerintah pusat seperti PNPM (Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat) dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) mempunyai peranan dalam

menurunkan tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten. Selain itu upaya-upaya

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

51

kebijakan yang telah dilakukan pemerintah daerah , diantaranya : menciptakan kesempatan

kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

dan sebagainya.

Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat

pengangguran terbuka secara nasional. Ini kontradiktif dengan kenyataan bahwa Provinsi

Banten merupakan daerah industri tetapi tingkat pengangguran tinggi. Ini disebabkan oleh

sebagian besar industri di Provinsi Banten bersifat padat modal dan bukan padat karya

sehingga tidak banyak menyerap tenaga kerja. Di samping itu juga karena lowongan

pekerjaan di sektor industri banyak diisi oleh tenaga kerja dari luar Banten berhubung

keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja dari luar Banten lebih sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh perusahaan industri di Banten. Pengembangan kegiatan industri di Banten

tidak memberikan kontribusi yang sebanding terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi

Banten, karena tren positif pembangunan ekonomi tidak pararel dengan pengurangan jumlah

pengangguran di Banten, artinya pembangunan ekonomi Banten yang berbasis industri

masih mengabaikan usaha pengurangan pengangguran di Propinsi Banten.

Tingkat pengangguran yang tinggi di Provinsi Banten dipengaruhi oleh tingginya arus

urbanisasi ke Provinsi Banten sehingga menambah jumlah pengangguran. Di samping itu,

penduduk Banten banyak yang tidak dapat bekerja pada industri di Banten karena

kepandaian dan keterampilannya kurang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh

industri . Juga disebabkan adanya Perda yustisi di Jakarta yang mengurangi tingkat

urbanisasi ke DKI Jakarta ikut menambah tingginya arus urbanisasi ke Provinsi Banten.

3. Rekomendasi Kebijakan

Beberapa rekomendasi kebijakan diantaranya :

1. Pembangunan kesehatan di Banten diarahkan untuk Pengembangan Fasilitas dan

Pemerataan Layanan Kesehatan, serta Pengembangan Kesehatan Berbasis Masyarakat

2. Meningkatkan Aksesibilitas Masyarakat terhadap Pelayanan Pendidikan dan menata

sistem pembiayaan pendidikan yang berprinsip adil, efesien, efektif, transparan, dan

akuntabel serta meningkatkan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari

APBD guna melanjutkan usaha-usaha pemerataan dan peyediaan layanan pendidikan

yang berkualitas.

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

52

3. Pemerintah Daerah wajib mempertahankan dan bahkan meningkatkan komitmennya

pada program keluarga berencana. Melemahnya komitmen terhadap program KB akan

berdampak pada lebih tingginya jumlah penduduk dari angka yang telah diperkirakan

4. Diperlukan antisipasi kebijakan dan perencanaan jangka panjang, menengah dan

tahunan dari berbagai instansi termasuk BKKBN, agar lebih segmentatif sesuai

kebutuhan kondisi masing-masing wilayah. Komitmen dan dukungan yang tinggi dari

berbagai sektor untuk melaksanakan secara sungguh-sungguh kebijakan kependudukan

dan KB menjadi prasyarat agar asumsi dan proyeksi yang telah disepakati dapat

terwujud, sehingga dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan sebagai akibat dari

melesetnya asumsi dan proyeksi penduduk dapat terhindarkan. Meningkatnya

pembangunan kependudukan dengan terkendalinya pertumbuhan penduduk dan

meningkatnya keluarga kecil berkualitas, serta menciptakan lapangan kerja

5. Akselerasi laju pertumbuhan ekonomi Banten bisa saja dilakukan apabila Pemerintah

Propinsi Banten dapat lebih fokus pada pembenahan iklim investasi di Banten dengan

mengedepankan maksimalisasi potensi lokal Banten, seperti SDA dan Pariwisata yang

selama ini tidak mendapat perhatian maksimal dari pemerintah, selain itu Pemerintah

Propinsi Banten perlu melakukan harmonisasi kebijakan ekonomi melalui kebijakan

sinkronisasi peraturan-peraturan daerah yakni kabupaten/kota agar lebih ramah terhadap

investor,serta berorientasi pada kebijakan pembenahan infrstruktur terutama jalan raya,

pelabuhan dan infrastruktur lainnya. pembenahan birokrasi menjadi determinan utama

lain yang harus dilakukan untuk mengakselerasikan laju pertumbuhan ekonomi.

6. Data pendapatan per kapita Propinsi Banten yang menunjukkan tren terus meningkat

perlu dikaji secara intensif, agar tidak menjadi indikator yang dianggap merupakan

keberhasilan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Banten, Pemerintah

Daerah Propinsi Banten perlu memperhatikan indikator lain, terutama indikator sosial

ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran, IPM dan indikator sosial lain. Indikator

pendapatan per kapita menunjukkan adanya perbaikan kinerja ekonomi secara makro,

dan dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Propinsi Banten untuk merancang

kebijakan peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh.

7. Tren Inflasi yang menunjukkan angka yang terus meningkat di Banten dari tahun ke

tahun mengancam daya beli masyarakat yang akhirnya akan memperlambat

pertumbuhan ekonomi Banten. Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus serius

merancang kebijakan untuk mengendalikan inflasi yang terus meningkat ini melalui

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

53

berbagai peningkatan produksi lokal yang dibutuhkan masyarakat. Di. Samping itu

melalui kebijakan fiskal dapat pula dilakukan untuk mengendalikan peningkatan inflasi

yang tinggi melalui revitalisasi APBD Banten pada alokasi-alokasi pembangunan

infrastruktur, terutama jalan raya, untuk memperbaiki aksesibilitas daerah Banten Selatan

sehingga distribusi barang dan jasa dapat berjalan dengan lancar dengan biaya yang

lebih murah sehingga dapat mengendalikan inflasi dalam jangka panjang.

8. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sangat tergantung dengan faktor

eksternal dan internal perekonomian. Pertama, faktor eksternal, yakni faktor

perekonomian global yang memberikan ekspektasi positif pada perekonomian lokal dan

nasional. Mengingat keterkaitan yang erat antara ekonomi regional Banten dengan

ekonomi nasional dan Internasional maka semua event ekonomi yang mempengaruhi

kondisi ekonomi global akan sangat berdampak terhadap perekonomian Banten.

Menghadapi faktor Eksternal ini, pemerintah daerah Banten harus mengembangkan

perekonomian domestik dengan mengembangkan pasar regional agar faktor eksternal

perekonomian tidak terlalu berdampak terhadap kondisi perekonomian regional Banten.

Kedua, faktor internal. Realisasi PMDN sangat dipengaruhi oleh faktor domestik ekonomi,

yakni melalui pembenahan iklim investasi. Pemerintah daerah harus mampu membangun

ekspektasi positif kepada investor bahwa investasi di Banten aman, mudah dan

menguntungkan, pembenahan birokrasi harus konsisten dilakukan untuk membuktikan

bahwa pemerintah daerah membuka ruang yang sangat besar bagi investor untuk

menanamkan modalnya secara nyaman.

11.Sama halnya dengan rekomendasi untuk PMDN pada investasi asing yang paling perlu

dibenahi adalah iklim investasi regional Banten. Kebijakan pemerintah yang mampu

menyakinkan investor akan ketersediaan infrastruktur yang layak sangat penting bagi

investor asing, Kemudian, jaminan keamanan dan kemudahan birokrasi menjadi syarat

mutlak lainnya, oleh sebab itu Pemerintah Daerah Propinsi Banten harus mendorong

pembenahan pada ketiga poin tersebut, yakni Infrastruktur, Keamanan dan Birokrasi.

12.Transportasi merupakan faktor yang paling menentukan dalam kelancaran pergerakan

baik barang maupun manusia yang akan berimplikasi pada kemajuan suatu daerah.

Provinsi Banten merupakan lintasan yang sangat strategis dalam aliran barang dan jasa

dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa.. Agar pergerakan ekonomi tersebut dapat berjalan

dengan lancar diperlukan sarana jalan yang memadai. Dalam hal ini Pemerintah Daerah

Provinsi Banten harus terus berupaya melakukan pembangunan dan peningkatan jalan.

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

54

Selain itu perbaikan dan pemeliharaan jalan.harus terus menerus dilakukan dengan cara

meningkatkan alokasi untuk pemeliharaan dan perbaikan jalan baik melalui APBN dan

APBD .Pemerintah juga harus mengawasi pembangunan dan perbaikan jalan apakah

sudah sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang diharapkan sehingga kondisinya

dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, dan apabila ada kontraktor yang

nakal pemerintah harus berani mengambil tindakan yang tegas sehingga semua

masyarakat terutama pemakai jalan tidak dirugikan akibat kerusakan jalan tersebut.

13.Menyesuaikan jenis dan kualitas pendidikan serta keterampilan agar sesuai dengan

kebutuhan industri sehingga industri dapat menyerap tenaga kerja lokal. Kebijakan

pemerintah untuk lebih mudah memberikan ijin investasi bagi industri yang padat karya

sehingga bisa memberikan kesempatan kerja lebih besar. Program-program Pemerintah

seperti BLT, PNPM, KUR, dsb. terus digulirkan karena masyarakat sangat terbantu oleh

adanya program-program tersebut dengan syarat pengelolaannya lebih dimonitor dengan

baik. Pemerintah daerah terus menggali sumber-sumber PAD dan hasilnya bisa dinikmati

oleh masyarakat dengan giat melakukan kegiatan yang bisa menciptakan peluang kerja,

seperti pelatihan-pelatihan entrepreneurship (kewirausahaan), dan sebagainya.

Pemerintah daerah lebih aktif dalam membina UMKM, terutama mikro dan kecil yang

menjadi tumpuan masyarakat dalam pekerjaannya dan jumlahnya cukup signifikan di

Provinsi Banten. Berkaitan dengan tingginya arus urbanisasi, maka pemerintah

hendaknya membuat regulasi sehingga pemasok urbanisasi dari suatu daerah bisa

ditekan.

D. KESIMPULAN

Agenda 1 Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

Indeks Kriminalitas

Indeks Kriminalitas di Provinsi Banten dari tahun 2004 sampai dengan 2009 relatif stabil,

berada pada kisaran 60%. Angka terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 57,4% dan yang

tertinggi sebesar 67,3% pada tahun 2008. Data Polda Banten per 30 Desember 2009 juga

mencatat, penyelesaian kasus kejahatan tahun ini lebih tinggi dibandingkan kegiatan serupa

pada tahun lalu. Tahun 2008, terdapat 737 dari 1.210 tindak pidana yang berhasil

diselesaikan dan tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 824 dari 1.345 tindak pidana.

Dalam data tersebut dijelaskan, tindak pidana yang paling banyak terjadi tahun ini di wilayah

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

55

Polda Banten ialah pencurian kendaraan bermotor, yakni sebanyak 427 unit. Tahun lalu,

jumlahnya hanya 410 unit

Prosentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)

Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional dan Transnasional belum

mengalami kemajuan yang signifikan. Penyelesaian kasus yang cenderung menurun

pertahun berbanding terbalik dengan kenaikan jumlah laporan tindakan kriminal

Prosentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)

Untuk kasus kejahatan Transnasional, dalam hal ini dibagi atas kasus narkotika dan

penyelundupan anak, dari tahun 2004 sampai 2009 berhasil dituntaskan hampir 100%.

Perbedaan paling menonjol dalam penyelesaian tindak pidana tahun ini ialah pada jenis

kejahatan transnasional berhasil mengungkap sebuah kasus penyelundupan manusia, yang

pada tahun lalu hal ini belum bisa dilakukan.

Agenda 2 Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis

Prosentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang

dilaporkan

Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan,

menurut data yang didapat dari Tahun 2004 sampai dengan 2008 mencapai angka 100%,

sedangkan untuk tahun 2009 mencapai angka sebesar 90%. terjadi kenaikan dalam hal

penanganan korupsi di Provinsi Banten. Hal ini bisa terlihat dari jumlah kasus yang tertangani

tiap tahunnya, dari tahun 2004 sampai 2009. Tetapi hal tersebut belum bisa dikatakan

berhasil karena sebenarnya masih banyak kasus korupsi yang belum terungkap dengan jelas

secara hukum. Perlu adanya suatu program berupa penegakan hukum yang konsisten dan

tidak berpihak, terutama dari dan untuk aparat penegak hukum dan masyarakat.

Prosentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) [%]

Berdasarkan hasil pertemuan dengan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah

(DPKAD) Propinsi Banten, diperoleh data bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Republik Indonesia perwakilan Banten sejak tahun 2004 sampai 2009 memberikan penilaian

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

56

kepada Pemprov Banten dengan laporan keuangan Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Sedangkan penilaian untuk tiap instansi (SKPD) selama ini belum pernah diadakan.

Beberapa kendala yang dihadapi provinsi Banten untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) adalah sebagai berikut :

1. Barang persediaan dan aset yang masih kurang terinventarisir

2. Penilaian terhadap aset berupa peralatan dan mesin dibeberapa SKPD masih sulit

dilakukan

3. Ada ketidaksinkronan antara aset yang ada dengan aset hibah dari Provinsi Jawa

Barat.

Action plan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut diantaranya :

1. Melakukan pembinaan, pelatihan, pemahaman pada pihak terkait akan pemberlakuan

Standar Akuntansi Pemerintahan

2. Melakukan kerjasama dengan BPKP untuk menginventarisasikan aset daerah

3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan pembinaan tentang

pelaporan keuangan untuk tiap SKPD agar memenuhi prosedur SAP (Standar

Akuntasi Pemerintahan).

Prosentase jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu

atap

Perda satu atap baru terlaksana pada tahun 2006. Terdapat 3 kabupaten dari total 6

kabupaten/kota yang telah menerapkan Perda tersebut (50%), kemudian tahun 2007

bertambah menjadi 4 wilayah (67%), tahun 2008 tetap 4 wilayah (67%), dan pada tahun

2009 bertambah menjadi 5 wilayah (83%). Di Provinsi Banten sendiri, sudah ada dua wilayah

yang termasuk dalam kategori cukup bagus dalam pelayanan satu atapnya, yaitu Kabupaten

Lebak dan Kota Tangerang. Pelayanan satu atap sendiri sangat dibutuhkan di era yang

menuntut kecapatan dan kecermatan dalam pelayanan. Dengan pelayanan yang cepat dan

mudah akan membuat konsumen/masyarakat menjadi puas akan layanan yang diberikan,

tanpa harus melewati birokrasi yang berbelit-belit.

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

57

Gender Development Index (GDI)

Capaian sasaran Indeks Pembangunan Gender/Gender Development Index (GDI) di Provinsi

Banten termasuk klasifikasi baik. Keberadaan perempuan yang dalam beberapa kesempatan

pembangunan dulu sering terlupakan, kini mulai mendapat porsi yang seimbang dan

proporsional dalam pengambilan keputusan dan atau penentuan kebijakan. Dalam rangka

meningkatan peran serta atau partisipasi perempuan dalam proses pembangunan Banten,

pemerintah daerah menyusun program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak

dan Perempuan dengan kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Kualitas Hidup

Perempuan Dan Anak. Dan Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan Gender dalam

Pembangunan dengan kegiatan Pembinaan Organisasi Perempuan.

Gender Empowerment Meassurement (GEM)

Tren GEM cenderung naik dari tahun 2004 sampai 2009. Ukuran Gender Empowerment

Measurement (GEM) terdiri dari komposit perempuan dalam parlemen, perempuan dalam

tingkatan manajerial, dan kontrol pada penghasilan. Pada prinsipnya, indikator GEM

digunakan untuk melihat partisipasi perempuan dalam proses pengambilan kebijakan publik.

Beberapa jabatan strategis eksekutif di Provinsi Banten sudah dipegang oleh perempuan.

Bahkan Provinsi Banten satu-satunya provinsi yang mempunyai Perda Pengarusutamaan

Gender No. 10 tahun 2005 sehingga seringkali menjadi rujukan untuk daerah lain dan

Provinsi Banten dipimpin oleh Gubernur perempuan.

Agenda 3 Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Indeks Pembangunan Manusia

Jika melihat pola trend IPM Provinsi Banten dari tahun 2004 hingga tahun 2009 terjadi

peningkatan, namun peningkatan tersebut belum signifikan. Rata-rata kenaikan dari tahun

2004 sampai tahun 2009 0,38% per tahun. Kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupakan

tiga pilar yang saling berinteraksi dan berinter-relasi satu sama lain dalam membentuk

kualitas penduduk (sumber daya manusia). Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit

untuk dapat berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik maka

mustahil ekonomi keluarga/masyarakat dapat membaik.

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

58

Pendidikan

1. Angka melek huruf di Provinsi Banten tergolong tinggi. Hal ini yang disebabkan oleh

upaya Pemerintah Provinsi Banten untuk menurunkan jumlah penduduk buta aksara

dengan melaksanakan program pengembangan budaya baca dan pembinaan

perpustakaan, melalui program keaksaraan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

2. APM SD/MI di Propinsi Banten dapat dikatakan naik, terutama pada tahun 2008 dan

2009, yang disebabkan oleh upaya Pemerintah Propinsi Banten untuk menambah sarana

dan prasarana kegiatan pembelajaran.

3. APK SD/MI di Propinsi Banten dapat dikatakan stabil rata-rata 107 %. Hal ini berarti

bahwa ada peserta didik di SD yang usianya diluar usia 7 – 14 tahun. Hal ini disebabkan

oleh upaya kebijakan di Propinsi Banten yang menyelenggarakan WAJAR DIKDAS

Sembilan tahun untuk mewujudkan pemerataan pendidikan dasar yang bermutu di

seluruh wilayah Propinsi Banten.

Kesehatan

Angka kematian bayi dari tahun ke tahun semakin menurun, yang disebabkan oleh upaya-

upaya yang telah dilakukan Pemerintah Propinsi Banten untuk menurunkan angka kematian

bayi, dengan program : Pengembangan Fasilitas dan Pemerataan Layanan Kesehatan serta

Pengembangan Kesehatan Berbasis Masyarakat

Keluarga Berencana

Prosentase penduduk ber KB di Propinsi Banten meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini

disebabkan oleh upaya Pemerintah Propinsi Banten untuk meningkatkan keberdayaan

masyarakat Banten, melaksanakan program Keluarga Berencana dengan kegiatan

Pembinaan Forum Kader Posyandu dan Keluarga Berencana (KB) dan Pengembangan

Model Posyandu Asuhan Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (ADITUKA)

Ekonomi Makro

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Banten, paling besar didukung oleh sektor Industri, terutama

industri telekomunikasi dan industri yang berbasis ekspor, disisi lain terdapat fakta bahwa

kontribusi sektor pertanian untuk laju pertumbuhan ekonomi Banten masih kecil, hal ini

membuktikan bahwa sektor pertanian tidak mampu berkembang dengan baik di Banten,

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

59

padahal kita memiliki potensi yang besar pada sektor ini. Oleh sebab itu, kebijakan yang

memahami potensi lokal Banten perlu menjadi perhatian pemerintah daerah, di samping

tetap mempertahankan dan meningkatkan kontribusi sektor yang telah memberikan

kontribusi besar bagi laju pertumbuhan ekonomi Banten selama ini.

2. Pendapatan per kapita yang menunjukkan tren terus meningkat menunjukkan bahwa

kinerja ekonomi Banten secara makro mengalami akselerasi. Namun, indikator ini tidak

dapat menggambarkan meningkatnya kesejahteraan dan keadilan ekonomi yang

diperoleh oleh masyarakat Banten. oleh sebab itu, Pemerintah Daerah Provinsi Banten

seyogyanya tidak hanya terfokus pada indikator makro, tetapi juga harus memperhatikan

indikator sosial ekonomi seperti angka kemiskinan, pengangguran, IPM dan indikator-

indikator sosial lain sebagai determinan berhasil tidaknya pembangunan ekonomi.

3. Inflasi yang tinggi bisa menciptakan tidak sehatnya perekonomian Banten, karena akan

memperlemah daya beli masyarakat, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, oleh

karena itu perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan produksi lokal yang dibutuhkan

masyarakat. Di samping itu melalui kebijakan fiskal dapat pula dilakukan pengendaliana

terhadap peningkatan inflasi yang melalui revitalisasi APBD Banten pada alokasi-alokasi

pembangunan infrastruktur, terutama jalan raya, untuk memperbaiki aksesibilitas daerah

Banten Selatan sehingga distribusi barang dan jasa dapat berjalan dengan lancar dengan

biaya yang lebih murah sehingga dapat mengendalikan inflasi dalam jangka panjang.

Investasi

1. Secara alamiah Banten sangat starategis sebagai tempat investasi, oleh sebab itu Iklim

investasi harus terus dipertahankan secara baik. Pemerintah daerah harus

berkonsentrasi pada pembenahan iklim investasi ini, melalui kebijakan-kebijakan

pengendali dampak ekonomi yang berasal dari internal dan eksternal untuk mendorong

iklim investasi kondusif di Banten.

2. Investasi asing sangat dipengaruhi oleh Iklim investasi oleh sebab itu perbaikan iklim

investasi merupakan syarat mutlak realisasi investasi asing di Banten. Peningkatan

investasi di beberapa tahun di Banten menunjukkan bahwa ekspektasi yang positif akan

mendorong realisasi investasi asing ke Banten oleh sebab itu kemampuan untuk

memunculkan ekspektasi tersebut adalah pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah

daerah Banten.

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

60

Infrastruktur

Jalan merupakan matra yang paling mudah dan dapat digunakan oleh semua kalangan

dengan berbagai keperluan dan kebutuhan.. Sarana transportasi jalan merupakan unsur

penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan suatu

daerah. Oleh karena itu tingkat pelayanan prasarana jalan menjadi sangat vital

kedudukannya karena menjadi salah satu barometer yang menentukan keberhasilan

pertumbuhan dan pembangunan Provinsi Banten. Untuk mencapai hal ini Pemerintah

Daerah harus terus berupaya melakukan pembangunan danpeningkatan jalan serta

perbaikan dan pemeliharaan jalan.

Kehutanan

Penanganan lahan kritis di Propinsi Banten telah diupayakan semaksimal mungkin, dengan

berbagai program kegiatan, antara lain Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(GNRHL), kompensasi uang kepada warga dengan syarat warga tidak menebang pohon,

Gerhan, Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional. Namun masih perlu

ditingkatkan lagi karena persentasi lahan rehabilitasi terhadap luas lahan kritis masih kecil.

Kesejahteraan Sosial

1. Tren persentase penduduk miskin di Provinsi Banten mengalami penurunan sejak tahun

2006 tetapi rata-ratanya masih di bawah angka nasional. Pada tahun 2004, jumlah

penduduk miskin sebesar 779.200 orang (8,58%) kemudian terjadi kenaikan sedikit pada

tahun 2005 menjadi 830.000 orang (8,86%). Ini diduga terjadi akibat kenaikan harga BBM

(tahap 1) pada bulan Maret 2005. Pada tahun 2006 terjadi kembali kenaikan penduduk

miskin yang sangat besar yaitu sebesar 904.300 orang (9,79%), mengingat pada periode

perhitungan tersebut (Juli 2005-Maret 2006), pemerintah menaikkan kembali harga BBM

(tahap 2) pada bulan Oktober 2005. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin

namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser

posisinya menjadi miskin. Pada tahun 2007, kondisi perekonomian sedikit pulih yang

ditandai besaran angka inflasi tidak menembus angka dua digit. Program–program

Pemerintah Pusat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) mempunyai peranan dalam

menurunkan angka ini, di samping upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah

seperti : Program Pelayanan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial , Program Peningkatan

Kualitas Hidup, Program Pengembangan Lembaga Ekonomi pedesaan, Program

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

61

Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam, Program Keluarga

Berencana, dan sebagainya

2. Tren tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten mengalami penurunan sejak tahun

2006. Tren ini sebanding atau linear dengan tren persentase penduduk miskin yang ada

di Provinsi Banten. Program-program pemerintah pusat seperti PNPM (Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) mempunyai

peranan dalam menurunkan tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten. Selain itu

upaya-upaya kebijakan yang telah dilakukan pemerintah daerah , diantaranya :

menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan sebagainya. Tingkat pengangguran Banten lebih

tinggi dari nasional karena sebagian besar industri yang ada di Banten berbentuk padat

modal sehingga membuka kesempatan kerja yang sedikit dan banyak industri yang

mengambil tenaga kerja dari luar Banten yang keterampilannya dianggap lebih sesuai

dengan kebutuhan industri tersebut. Selain itu tingginya arus urbanisasi ke Provinsi

Banten dan tidak mempunyai kompetensi yang memadai berkontribusi menambah angka

pengangguran di Provinsi Banten.

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

62

BAB III RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2007-2012

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

63

1. Pengantar

Evaluasi relevansi antara RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi Banten 2007-2012

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

Tahap Pertama

Mengumpulkan dan memahami dokumen RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Banten

2007-2012.

Tahap Kedua

Menyandingkan priritas/program daerah (yang ada dalam RPJMD Provinsi Banten 2007-

2012) yang terkait dengan 11 prioritas pembangunan nasional dan 3 prioritas lainnya dalam

RPJMN 2010-2014.

Tahap Ketiga

Menganalisis prioritas atau program dalam RPJMD Provinsi Banten 2007-2012 yang

mendukung pencapaian target prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN 2010-2014.

Melakukan analisis kualitatif yang diarahkan pada 3 pilihan, sebagai berikut :

Tidak ada program yang mendukung prioritas/program nasional

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional

Tahap Keempat

Rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah (terkait dengan penyempurnaan RPJMD

Provinsi Banten 2007-2012) dan nasional (terkait dengan penyempurnaan RPJMN 2010-

2014).

2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional

Identifikasi relevansi prioritas/program RPJMD Provinsi Banten 2007-2012 dengan

prioritas/program aksi pembangunan nasional, menggunakan 11 prioritas pembangunan

nasional dan 3 prioritas lainnya sebagai berikut :

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

64

No

RPJMN 2010-2014 RPJMN PROVINSI BANTEN

(Tahun 2007-2012) Analisis Kualitatif

Penjelasan Terhadap Analisis Kualitataif

Prioritas Pembangu-nan

Program Aksi Prioritas

Pembangunan Program

1 PRIORITAS 1. REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

Otonomi daerah Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih; Meningkatkan Indeks Keberdayaan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Meningkatkan indeks kapabilitas aparatur; Meningkatkan Indeks Keuangan Daerah; Meningkatkan Indeks Dukungan Sarana da Prasarana Aparatur; Indeks Pemberdayaan Gender

Penyelenggaraan tugas dan fungsi seluruh perangkat daerah Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengawasan Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Pembangunan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sarana, Prasarana dan Fasilitas Aparatur lainnya Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Meningkatkan Indeks Keberdayaan Pemerintah Daerah Provinsi Banten (maksimum 36% dari Indeks Pembangunan Daerah); Sosialisasi Paket Regulasi tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Evaluasi Kebijakan, Program, Kegiatan dan Anggaran setiap SKPD Provinsi Banten Pembinaan dan Pengendalian Pengelolaan Pendapatan Daerah

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

65

Penataan otonomi daerah melalui penghentian/pembata-san pemekaran wilayah; Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah; Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah;

Penataan Daerah Otonomi Baru Dengan indikasi kegiatan: Fasilitasi Percepatan Penyelesaian Tapal Batas Wilayah Administrasi antar Daerah

Mengusahakan agar Kepulauan Seribu DKI Jakarta dimasukkan ke dalam wilayah Provinsi Banten Mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Pemerintah daerah dituntut untuk menunjukkan kemampuannya menggali potensi daerah. Pada aspek keuangan daerah, telah terjadi peningkatan pendapatan asli daerah meskipun pada umumnya ketergantungan terhadap Dana Alokasi Umum masih tinggi.

Regulasi;

Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah peraturan daerah selambat-lambatnya 2011;

Penyusunan RAPERDA harmonisasi produk hukum daerah, antara pusat , provinsi dan kabupaten/kota.

Program yang mendukung sedang disiapkan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Tujuan RAPERDA meningkatkan kualitas penyelenggaraan kerjasama pemerintahan

Sinergi Antara Pusat dan Daerah;

Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Kerjasama, Koordinasi dan Pembinaan Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, Daerah dan Kab./Kota

Penyusunan 5 Rancangan Perda dan Keputusan DPRD Provinsi Banten dan Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran Hukum Masyarakat Evaluasi atas 15 Raperda kab/Kota dengan tujuan terselenggaranya harmonisasi produk hukum daerah, antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Harmonisasi produk hukum diharapkan meningkatkan kualitas penyelenggaraan kerjasama antara pusat dan daerah Pada tahun 2009 Provinsi Banten telah menetapkan target Sinkronisasi dan harmonisasi produk hukum daerah, antara pusat, provinsi dan

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

66

kabupaten/kota serta Kerjasama Pemerintahan, sebesar 91,30%, dan hal tersebut telah teralisasi seluruhnya.

Penegakan Hukum;

Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum

a.Penegakan Hukum dan Peraturan Daerah; b. Pelayanan Publik dan Revitalisasi Kelembagaan Pemerintahan; c. Peningkatan Perencanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan dan Pemerintahan; d. Peningkatan Prasarana dan Sarana Aparatur; e. Pengembangan Sumberdaya Manusia Aparatur;

1. Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal 2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 3. Penataan Peraturan Perundang-undangan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Pada tahun 2009 Provinsi Banten telah menetapkan target 100%, dan hal tersebut telah teralisasi seluruhnya. Program tersebut dilaksanakan dengan kegiatan antara lain fasilitasi Koordinasi Kemasyarakatan dan Penyerapan Aspirasi Masyarakat, fasilitasi Pembinaan Organisasi Politik, Pembinaan Budaya Politik dan Partisipasi Politik Perempuan

Data Kependudukan;

Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada tahun 2011.

Mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan dan bertanggungjawab (good governance) Pembagian wewenang atas data dalam tingkatan nasional, daerah maupun instansi akan menjadi lebih jelas Meningkatkan mutu pelayanan aparatur

Program yang mendukung sedang disiapkan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Pengembangan sistem ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan dan bertanggungjawab (good governance) di Provinsi Banten

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

67

negara Menekan korupsi di bidang kependudukan

Pengembangan SIAK bersifat multi dimensi, baik teknis, politis, dan dimensi lainnya Diperlukan koordinasi untuk pemantapan teknis operasional dengan berbagai instansi, seperti Dirjen Pajak, Imigrasi dan Administrasi Kependudukan untuk penerapan sistem ini

Penataan otonomi daerah melalui penghentian/pembatasan pemekaran wilayah; Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah; Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah;

Penataan Daerah Otonomi Baru dengan indikasi kegiatan: Fasilitasi Percepatan Penyelesaian Tapal Batas Wilayah Administrasi antar Daerah

Mengusahakan agar Kepulauan Seribu DKI Jakarta dimasukkan ke dalam wilayah Provinsi Banten Mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Pemerintah daerah dituntut untuk menunjukkan kemampuannya menggali potensi daerah. Pada aspek keuangan daerah, telah terjadi peningkatan pendapatan asli daerah meskipun pada umumnya ketergantungan terhadap Dana Alokasi Umum masih tinggi.

2 PRIORITAS 2 PENDIDIKAN

Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar

APM pendidikan setingkat SMP

Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA

Pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS,

Pengembangan sumberdaya manusia : meningkatkan kualitas layanan pendidikan pada pendidikan dasar dan anak pra sekolah

Wajib Belajar dikdas 9 tahun dan wajar 12 tahun. Pendidikan menengah

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program penye diaan bantuan operasional sekolah, beasiswa, sarana dan prasarana serta peningkatan pembelajaran, minat,

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

68

Penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambat-lambatnya 2012 dan

Penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar;

bakat, dan kreativitas peserta pendidikan dasar akan menambah APM pendidikan dasar dan menengah

Akses Pendidikan Tinggi;

Peningkatan APK pendidikan tinggi

Pengembangan sumberdaya manusia : meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melanjutkan ke pandidikan tinggi

Pendidikan tinggi Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pengembangan dan penyediaan bantuan pada pendidikan tingg

Metodologi Penerapan metodologi

pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test)

Pengembangan sumberdaya manusia : meningkatkan kualitas layanan pendidikan pada pendidikan dasar dan anak pra sekolah

Wajib Belajar dikdas 9 tahun dan wajar 12 tahun. Pendidikan menengah

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri, tetapi berupa proragm yang terintegrasi dengan penuntasan wajib belajar 9 tahun

Pengelolaan;

Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul,

Revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance,

Mendorong aktivasi

Pengembangan sumberdaya manusia : meningkatkan kualitas layanan pendidikan pada pendidikan dasar dan anak pra sekolah

Wajib Belajar dikdas 9 tahun dan wajar 12 tahun. Pendidikan menengah

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri, tetapi berupa program yang terintegrasi dengan penuntasan wajib belajar 9 tahun

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

69

peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten

Kurikulum;

Penataan ulang kurikulum sekolah

Pengembangan sumberdaya manusia : meningkatkan kualitas layanan pendidikan pada pendidikan dasar dan anak pra sekolah

Wajib Belajar dikdas 9 tahun dan wajar 12 tahun. Pendidikan menengah Sosialisasi dan Bintek Tim pengembang kurikulum Provinsi

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri, tetapi berupa proragm yang terintegrasi dengan penuntasan wajib belajar 9 tahun

Kualitas;

Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan sekolah

Pengembangan sumberdaya manusia :meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Miningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Meningkatkan manajemen pelayanan pendidikan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Meningkatkan rasio jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S1/D IV terhadap jumlah guru keseluruhan Meningkatkan rasio guru yang mempunyai sertifikasi profesi terhadap jumlah guru keseluruhan Meningkatkan rasio ketesediaan instrumen pengelolaan pelayanan pendidikan terhadap kebutuhan

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

70

instrumen secara keseluruhan Meningkatkan proporsi satuan pendidikan yang terakreditasi dengan baik Meningkatkan presentasi siswa yang lulus ujian akhir pada setiap jenjang pendidikan

3 PRIORITAS 3 : KESEHATAN

Kesehatan Masyarakat;

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu

Pengembangan sumberdaya manusia :meningkatkan meningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit

Perbaikan gizi masyarakat

Peningkatan mutu sumberdaya kesehatan

Peningkatan sarana dan prasarana

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pelaksanaan program kesehatan preventif terpadu dengan jalan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, meningkatkan pelayanan kesehtan masyarakat dan keluarga miskin di kelas III Rumah Sakit serta pelayanan dokter spesialis dan kesehatan rujukan, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta lansia dan peningkatan dan pencegahan

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

71

Pengembangan sumberdaya manusia :meningkatkan pengembangan kesehatan berbasis mayarakat

Promosi dan upaya kesehatan berbasis masyarakat Peningkatan kemitraan dalam pelayanan kesehatan

penyakit menular. Meningkatkan kualitas gizi masyarakat, pembinaan ketrampilan sumberdaya institusi kesehatan dan profesionalisme tenaga kesehatan, organisasi profesi dan penelitian kesehatan Pembangunan dan peningkatan puskesmas dan jaringannya pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana rumah sakit dan lab. Penyediaan lingkungan air bersih dan pengamanan limbah dan Promosi dan upaya kesehatan berbasis masyarakat Peningkatan pembinaan, pengawasan dan fasilitas pelayanan kesehatan kerja dan pengobatan tradisional

KB Peningkatan kualitas

dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik

Pengembangan sumberdaya manusia :terkendalinya laju pertumbuhan

Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pengembangan posyandu ADITUKA dan sosialisasi

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

72

pemerintah dan swasta selama 2010-2014;

penduduk akibat persalinan

revitalisasi KB kebijaksanaannya

Obat Pemberlakuan

Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;

Pengembangan sumberdaya manusia :meningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan

Penyediaan obat, perbekalan kesehatan, pengawasan makanan dan kefarmasian

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pengadaan obat dan alat kesehatan serta pembinaan pengawasan fasilitas sediaan farmasi dan alat kesehatan

Asuransi Kesehatan Nasional

Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga lainnya antara 2012-..2014

Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin

Asuransi Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) untuk masyarakat

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri tetapi masuk ke program aksesibilitas terhadap layanan kesehatan

4 PRIORITAS 4 : PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Bantuan Sosial Terpadu:

Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai

Bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011—

Isu strategis ke-2 dalam aspek Sumber Daya Manusia yaitu kemiskinan dan penganguran

Isu strategis ke-2

dalam aspek Sumber Daya Manusia yaitu

Akses dan mutu layanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat miskin

Pemenuhan hak dasar bagi masyarakat miskin

Penurunan beban

biaya kesehatan dan pendidikan, peningkatan jumlah dan mutu prasarana

dan sarana kesehatan dan pendidikan, penambahan jumlah tenaga kesehatan dan guru bermutu di daerah dan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program Bantuan langsung tunai memberikan stimulus bagi rakyat miskin sehingga kebutuhan pokoknya bisa terpenuhi

Program-

program dalam RPJMD dapat meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan dan pendidikan bagi keluarga berpendapatan rendah

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

73

2012;

komunitas miskin, dan peningkatan

prasarana kesehatan dan pendidikan

PNPM Mandiri:

Penambahan anggaran PNPM Mandiri

Isu strategis ke-2 dalam aspek Sumber Daya Manusia yaitu kemiskinan dan penganguran

Program peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dengan fokus pada fasilitasi penciptaan lapangan kerja dan atau kesempatan berusaha

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Penambahan anggaran PNPM memberikan dampak terhadap penurunan angka pengangguran sehingga menurunkan kemiskinan

Kredit Usaha Rakyat (KUR):

Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011;

Isu strategis ke-2 dalam aspek Sumber Daya Manusia yaitu penganguran

Program Peningkatan kesempatan kerja, produktivitas tenaga kerja dan kesempatan berusaha dengan arah fasilitasi penumbuhan kewirausahaan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR sangat membantu masyarakat terutama dalam menumbuhkan sektor riil sehingga menciptakan lapangan pekerjaan. Ini berdampak pada penurunan jumlah pengangguran

Tim Penanggulangan Kemiskinan:

Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi

Isu strategis ke-2 dalam aspek Sumber Daya Manusia yaitu kemiskinan

Program pemenuhan hak dasar bagi masyarakat miskin

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Dengan adanya komite ini diharapkan penanggulangan kemiskinan

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

74

Wakil Presiden

menjadi terarah dan tepat sasaran

5 PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN

Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian

Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,

Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar;

Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri tetapi terintegrasi dengan program lainnya

Infrastruktur: Pembangunan dan

pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;

Agenda pembangunan kawasan dan wilayah : meningkatkan aksebilititas orang, barang dan jasa dalam dan antar pusat-pusat pertumbuhan

Agenda pembangunan kawasan dan wilayah : meningktakan kualitas pelayanan dan fasilitas perhubungan , komunikasi dan informasi

Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan

Pengembangan, pengelolaan dan pengendalian sumberdaya air

Pengembangan transportasi, pos dan telekomunikasi

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Meningkat-kan ruas-ruas jalan di Provinsi Banten guna mendukung pemasaran hasil hasil pertanian dari sentra sentra produksi

Terbangun-nya layanan dasar terminal agribisnis

Penelitian dan Pengembangan

Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya

Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing

Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri tetapi terintegrasi dengan program-program lainnya

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

75

menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi

Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi

Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.

Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing

Meningkatkan daya saing produk perekonomian yang berbasais pada sumber daya lokal, keunggulan kompetitif dan berorientasi pasar

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan

6 PRIORITAS 6 : INFRA-STRUKTUR

Tanah dan tata ruang: Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu; Perhubungan: Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini; Pengendalian banjir: Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir

Prioritas 4 Pengembangan

Wilayah dan Kawasan Pusat PertumbuhanDidukung Infrastruktur dan Energi

Prioritas 5 Penyelenggaraan

Tata Ruang Daerah dengan Keserasian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

Perencanaan tata ruang

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

Pembangunan Jalur Jalan Strategis

Pembangunan Kawasan Pembangunan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (P3B) , Fasilitas

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Revitalisasi Kawasan Dan Wilayah diorientasikan pada Pemberdayaan Masyarakat dan Pwemerataan Pembangunan yang bertumpu pada Pengembangan dan Pengintegrasian kawasan melalui pembentukan keterkaitan geografis dan fungsional antar kawasan yang berperan sebagai penggerak utama (pusat pertumbuhan) Selain itu Upaya peningkatan integrasi dan pemerataan kawasan dan

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

76

Transportasi perkotaan: Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan)

Pengembangan Kawasan dan Wilayah Strategis melalui pola multigates system ( 3 pintu keluar-masuk wilayah Banten)

Yaitu Pengembangan wilayah strategis berupa aksesibilitas dari dan ke kawasan Bandara Soetta (Pintu 1) dan menciptakan daya tarik bagi pertumbuhan kawasan sekitar. Pengembangan wilayah strategis berupa aksesibilitas jaringan transportasi barang dan penyedia infastruktur dasar penunjang pelabuhan (listrik, telekomunikasi, jalan dan air) dalam operasionalisasi Pelabuhan Bojonegara (Pintu 2) yang diharapkan menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia yag berorientasi pada pembangunan infrastuktur yang berkeadilan. Pengembangan kawasan yang diprioritaskan pada pengembangan wilayah berupa aksesibilitas jaringan transportasi rakyat dan usaha agro untuk memperlancar sistem distribusi dan produksi agro melalui Pengembangan Stasiun Kereta Api

Daerah Otonomi Baru

Penataan dan Pengendalian Ruang

Pembangtunan Jalan Cincin

Pembangunan Jalan Utara-Selatan

Pembangunan Jalan pada Kawasan Indusatri

Pembangunan Jalan menuju Infrastruktur strategis

Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan

Pembangunan Jalan dan Jembatan

Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong

Pembangunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan Jembatan

Pembangunan Turap/Talud/

Bronjong Pengembangan

dan Pengelolaan

wilayah di Provinsi Banten dilakukan melalui pengembangan kawasan dalam suatu sistem pengaturan tata ruang. Sistem tersebut dimulai dari perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan yang diupayakan untuk menjawab permasalahan kesenjangan pembangunan wilayah khususnya antara wilayah utara dan selatan serta antara wilayah perdesaan dan perkotaan.

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

77

Rangkas (Pintu 3). Prioritas 3 Optimalisasi Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah dan Kawasan Prioritas 5 Pembangunan Sarana dan Prasarana Wilayah dan Kawasan Menunjang Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan, dan Prioritas 6 Pengelolaan Sumber Daya alam, Pelestarian Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Alam Membangun dan Mengembangkan Infrastruktur Jalan, Pengairan, Energi dan Telekomunikasi Meningkatkan aksesibilitas Orang, Barang dan Jasa di dalam dan antar pusat- pusat Pertumbuhan Wilayah; Meningkatkan penyelenggaraan Tata Ruang Daerah dengan keserasian pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dan didukung oleh ketersediaan energi (listrik, gas dan air)

Jaringan Irigasi Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Pengendalian Banjir pada daerah tangkapan air dan badan-

Pengadaan Bahan banjiran

Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sunagi

Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan;

7 PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

Page 81: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

78

Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.

Restrukturisasi, refungsionalisasi dan revitalisasi lembaga-lembaga pemerintahan, kemasyarakatan, adat sebagai wahana kearah terwujudnya Entrepreneural Government (Pemerintah yang Berjiwa Kewirausahaan)

Pengembangan kapasitas kelembagaan social –ekonomi berbasis masyarakat

Kerjasama antara dunia usaha dengan lembaga pendidikan

Memanfaatkan infrastruktur diklat yang tersedia

Pengintensiifan magang kerja bagi siswa

Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha

Perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan

Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi di Daerah

Penyiapan Sumber Daya, Sarana dan rasarana Daerah

Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi\

Peningkatan Kesadaran Pelaku Usaha Ekonomi

Pengamanan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Dengan adanya kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha diharapkan dapat saling menginformasikan dan mengsinkronkan kebutuhan dunia usaha menyangkut kualifikasi tenaga kerjanya sehingga diharapkan pada tahun 201a2 penyerapan lulusan jenjang pendidikan tertentu terserap 80% yang pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran secara signifikan.

Page 82: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

79

Perdagangan dan Perlindungan Konsumen

Peningkatan kerjasama perdagangan

Pengembangan ekspor.

8 PRIORITAS 8 : ENERGI Energi alternatif:

Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014

Peningkatan pelayanan energi dan listrik

Penataan dan pengembangan jaringan energi dan listrik

Peningkatan pemanfaatan energi alternatif

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Adanya program pelayanan energi termasuk energi alternatif ikut mendorong program pemanfaatan energi terbarukan

Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas:

Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;

Pengembangan produk dan perluasan pasar industri kreatif dan industri strategis yang berorientasi ekspor

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pengembangan produk dan perluasan pasar sejalan dengan usaha revitalisasi industri pengolahan hasil turunan minyak bumi dan gas sehingga terjalin kemitraan

Konversi menuju penggunaan gas:

Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010;

Peningkatan pelayanan energi dan listrik

Penataan dan pengembangan jaringan energi dan listrik

Peningkatan pemanfaatan energi alternatif

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Peningkatan pelayanan energy termasuk energy alternatif ikut mendorong perluasan

Page 83: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

80

program konversi minyak tanah ke gas sehingga energy bisa dihemat dan termanfaatkan

9 PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA

Perubahan iklim:

Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,

Tidak Ada Tidak Ada Tidak ada program yang mendukung prioritas/ program nasional

Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun,

Agenda pembangunan kawasan dan wilayah : meningkatkan penyelenggaraan tata ruang daerah dengan keserasian pengelolaan sumberdaya

Perlindungan dan konservasi alam

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh di antaranya melalui kerja sama lintas kementerian terkait serta optimalisasi dan efisiensi sumber pendanaan seperti dana Iuran Hak Pemanfaatan Hutan (IHPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi;

Agenda pembangunan kawasan dan wilayah : meningkatkan penyelenggaraan tata ruang daerah dengan keserasian pengelolaan sumberdaya

Perlindungan dan konservasi alam

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Penurunan beban pencemaran

Agenda pembangunan

Pengendalian pencemaran dan

Program daerah mendukung

Page 84: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

81

lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut;

kawasan dan wilayah : meningkatkan penyelenggaraan tata ruang daerah dengan keserasian pengelolaan sumberdaya

lingkungan hidup sepenuhnya program nasional

Sistem Peringatan Dini

Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Lestari

Meminimalisir dampak bencana alam

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri tetapi terintegrasi dengan program pengelolaan Lingkungan Hidup (LH)

Penanggulangan bencana:

Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Lestari

Meminimalisir dampak bencana alam

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Program tidak berdiri sendiri tetapi terintegrasi dengan program pengelolaan LH

10 PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPEN, TERLUAR , TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK

Kebijakan: Pelaksanaan kebijakan

khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya

Tidak ada Tidak ada Tidak ada program yang mendukung prioritas/ program nasional

Tidak mempunyai masalah dalam daerah terluar, terdepan, tertinggal dan pasca konflik

Page 85: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

82

Keutuhan wilayah: Penyelesaian

pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010;

Tidak ada Tidak ada Tidak ada program yang mendukung prioritas/ program nasional

Tidak mempunyai masalah dalam daerah terluar, terdepan, tertinggal dan pasca konflik

Daerah tertinggal: Pengentasan paling

lambat 2014.

Tidak ada Tidak ada Tidak ada program yang mendukung prioritas/ program nasional

Tidak mempunyai masalah dalam daerah terluar, terdepan, tertinggal dan pasca konflik

11 PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI

Perawatan: Penetapan dan

pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya,

Revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011;

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi norma agama dan nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Pelestarian dan aktualisasi norma agama dan nilai budaya

Revitalisasi

peran dan fungsi kelembagaan keagamaan dan kebudayaan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Adanya peningkatan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai budaya akan berkontribusi dalam pengelolaan budaya

Begitu pula revitalisasi peran dan fungsi kelembagaan budaya memberikan kontribusi dalam revitalisasi museum dan perpustakaan

Sarana:

Page 86: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

83

Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambat-lambatnya Oktober 2012;

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi norma agama dan nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Fasilitasi Peningkatan sarana dan prasarana keagamaan dan budaya

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Fasilitasi terhadap sarana dan prasarana budaya mendukung pengembangan pegelaran seni budaya

Kebijakan: Peningkatan perhatian

dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya;

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi norma agama dan nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Pelestarian dan aktualisasi norma agama dan nilai budaya

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Pelestarian dan aktualisasi nilai budaya ikut mendorong berkembangnya apresiasi terhdap kemajemukan budaya

Inovasi teknologi:

Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.

Isu strategis ekonomi local tentang ketahanan pangan daerah dan daya saing daerah Peningkatan peran

dan partisipasi aktif kepemudaan dalam pembangunan

Pembinaan dan pengembangan ketersediaan pangan

Pembinaan dan pengembangan distribusi pangan

Pemantapan kelembagaan ketahanan pangan

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Program daerah mendukung sepenuhnya program nasional

Ketahanan pangan dan daya saing daerah menjadi keunggulan kompetitif di Banten

Begitu pula peran dan partisipasi aktif kepemudaan dalam pembangunan akan menciptakan inovasi-inovasi dalam teknologi

12 3 PRIORITAS LAINNYA : KESEJAHTERAAN RAKYAT LAINNYA

Page 87: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

84

Pelaksanaan ibadah haji yang tertib dan lancar paling lambat pada 2010

Pelayanan Haji dan Umrah

Pelayanan Kesehatan Ibadah Haji

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi norma agama dan nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Fasilitasi Peningkatan sarana dan prasarana keagamaan dan budaya

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Pelayanan haji dan umroh termasuk pelayanan kesehatan menjadi fokus program fasilitasi sarana dan prasarana keagamaan terutama umat Islam

Peningkatan kerukunan umat beragama melalui pembentukan dan peningkatan efektivitas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Pembinaan kerukunan hidup umat beragama (FKUB)

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi norma agama dan nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Revitalisasi peran dan fungsi kelembagaan keagamaan dan kebudayaan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Pembentukan FKUB merupakan salah satu program revitalisasi peran dan fungsi lembaga keagamaan

Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun • Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif • Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata • Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawasan Asia Pengembangan Daya Tarik Pariwisata

Peningkatan PNPM Mandiri bidang Pariwisata

Mengembangan Usaha, Industri dan Investasi Pariwisata

Pengembangan Standardisasi Pariwisata

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis

Diversifikasi produk wisata dan peningkatan kualitas pelayanan jasa pariwisata

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM pariwisata

Fasilitasi promosi, pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembangan destinasi pariwisata

Pengembangan dan peningkatan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Program –program yang ada sangat mendukung program di nasional meskipun belum spesifik

Page 88: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

85

Lainnya Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata

Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri

Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam Negeri

Pengembangan Informasi Pasar Pariwisata

Peningkatan Publikasi Pariwisata

Peningkatan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran (Meeting, Incentive Travel, Conference, and Exhibition/MICE)

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal PemasaranDukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pemasaran

Pengembangan SDM Kebudayaan dan Pariwisata

Pengembangan Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata

sarana prasarana pariwisata

Fasilitasi kemitraan sinergis antara pelaku usaha pariwisata

Perumusan kebijakan dan pedoman bagi penerapan pengarusutamaan (mainstreaming) Gender (PUG) oleh Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian lainnya, termasuk perlindungan bagi perempuan dan anak terhadap berbagai tindak kekerasan Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang pendidikan yang responsif gender

Peningkatan kapasitas perempuan, perlindungan anak serta keberdayaan

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Program yang ada mendukung program nasional sebagai kebijakan untuk

Page 89: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

86

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang kesehatan yang responsif gender

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan partisipasi perempuan di bidang politik dan pengambilan keputusan

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang ketenagakerjaan yang responsif genderPenyusunan dan harmonisasi kebijakan bidang ketenagakerjaan yang responsif gender

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penyusunan data gender

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan tenaga kerja

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan perlindungan korban perdagangan orang

Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penghapusan kekerasan pada anak

masyarakat dan desa perlindungan anak

• Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

meningkatkan kapasitas perempuan dan perlindungan anak meskipun belum terlalu spesifik

Pencapaian posisi papan atas pada South East Asia (SEA) Games pada tahun 2011, peningkatan

Page 90: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

87

perolehan medali di Asian Games tahun 2010 dan Olimpiade tahun 2012 Peningkatan prasarana dan sarana Keolahragaan

Pembinaan Olahraga Prestasi

Peningkatan pemasyarakatan dan prestasi olah raga

Pembinaan dan pemasyarakatan olah raga

Peningkatan prasarana dan sarana olah raga

Pembinaan manajemen keolahragaan

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Program daerah sangat jelas mendukung program nasional

Peningkatan character building melalui gerakan, revitalisasi dan konsolidasi gerakan kepemudaan • Revitalisasi Gerakan Pramuka Peningkatan Wawasan Pemuda

Pemberdayaan Organisasi Kepemudaan

Pengembangan Kepanduan

Pengembangan Kepemimpinan Pemuda

Pengembangan Kewirausahaan Pemuda

Peningkatan peran dan partisipasi aktif kepemudaan dalam pembangunan

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Program daerah mendukung sepenuhnya programnasional

Program daerah sangat jelas mendukung program nasional

13

TIGA PRIORITAS LAINNYA :

POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN LAINNYA

Pelaksanaan koordinasi terhadap mekanisme prosedur penanganan terorisme

Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Administrasi Pembinaan forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional. Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Forum kemitraan polisi dan masyarakat antara lain mencoba

Page 91: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

88

Penindakan Tindak Pidana Terorisme Kegiatan Koordinasi Penanganan Kejahatan

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

mengatasi konflik antar masyarakat antara lain terjadi di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.

Pelaksaan program deradikalisasi untuk menangkal terorisme

Peningkatan Wawasan Kebangsaan melalui Sosialisasi yang Berkelanjutan Kegiatan Koordinasi Wawasan Kebangsaaan Ops Gaktib dan Ops Yustisi. Meningkatnya kondisi ketertiban di daerah rawan. Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Operasi intelijen Strategis Dapat ditangkalnya ATHG pertahanan negara. Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Terlaksananya tugas OMSP secara efektif Penyelenggaraan Intelijen dan Pengamanan Matra Darat Kegiatan Operasi Intelijen Dalam Negeri

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Peningkatan peran Republik Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia

Page 92: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

89

Peran Indonesia dalam Reformasi PBB dan Dewan Keamanan PBB dan kontribusi Indonesia dalam Menjaga Perdamaian Dunia

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional.

Peningkatan pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri

Perluasan, Pengembangan dan penguatan sistem pelayanan warga (citizen Pertemuan dan Perundingan dengan negara sahabat Penanganan Kasus TKI di luar negeri Sosialisasi dan Koordinasi Teknis

Koordinasi Penataan Peraturan Perundang-Undangan

Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan bagi Ormas dan Masyarakat

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional.

Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran Hukum Masyarakat dengan Melakukan Sosialisasi melalui Media Elektronik dam Pamflet

Penguatan dan pemantapan hubungan kelembagaan pencegahan dan pemberantasan korupsi

Penanganan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Peningkatan Penuntutan Tipikor Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi di Kejati,Kejari dan Cabjari Kegiatan Perancangan Peraturan Perundang-undangan

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Dalam RPJMD Propinsi Banten tidak secara detail dan mendalam dibahas isu ini, tetapi penyidikan dalam rangka mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi sudah ditangani oleh Polda Banten

Pengembalian asset (asset recovery)

Kegiatan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya

Sinkronisasi dan harmonisasi produk hukum

Page 93: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

90

Kegiatan Peningkatan Profesionalitas TenagaTeknis Peradilan dan Aparatur Peradilan di bidang Manajemen dan Kepemimpinan Pelayanan Penyusunan Peraturan Perundang – Undangan dan kerjasama Hukum

Koordinasi Penataan Peraturan Perundang-Undangan

(1) Peningkatan Pelayanan Tim Bantuan Hukum bagi Aparatur Pemerintah (2) Rapat Koordinasi Penanganan Permasalahan Hukum yang ada di Kab./Kota se Provinsi Banten (3) Pemetaan Permasalahan Hukum di Kab./Kota se Provinsi Banten

prioritas/program nasional. Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional. Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

daerah, antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota mendapatkan nilai capaian 100% pada tahun 2009. Harmonisasi produk hukum akan juga meningkatkan kualitas penyelenggaraan kerjasama pemerintahan. Pada tahun 2009, telah dihasilkan 650 (enam ratus limapuluh) keputusan Gubernur Provinsi Banten, 38 (tiga puluh delapan) peraturan Gubernur.

Peningkatan kepastian hukum

Kegiatan Percepatan peningkatan penyelesaian perkara Kegiatan Peningkatan Manajemen Peradilan Umum Kegiatan Peningkatan Manajemen Peradilan Agama Kegiatan Peningkatan Manajemen Peradilan militer dan TUN

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional.

Page 94: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

91

Penguatan perlindungan HAM

Kegiatan Kerjasama HAM Kegiatan Penguatan HAM Kegiatan Diseminasi HAM Kegiatan Informasi HAM Kegiatan Penyediaan dana bantuan hukum di Pengadilan Umum Kegiatan Penyediaan dana bantuan hukum di Pengadilan Agama Kegiatan Penyediaan dana bantuan hukum di Pengadilan Militer dan TUN Penanganan Penyidikan Pelanggaran HAM yang Berat Peningkatan Penuntutan pelanggaran HAM yang Berat

Koordinasi Penataan Peraturan Perundang-Undangan

Rapat Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Penyelenggaraan Seminar Hak Asasi Manusia Perubahan Keputusan Bersama antara Menteri Hukum dan HAM dengan Gubernur Banten tentang Pembentukan Panitia Pelaksana RAN-HAM Provinsi Banten Tahun 2004-2009 Pengukuhan Panitia Pelaksana RAN-HAM Provinsi Banten 2004-2009 Lokakarya Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia

Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional

Pemberdayaan industri strategis bidang pertahanan

Penyusunan Rencana induk, master plan dan road map revitalisasi industri pertahanan Konsolidasi RPJMN 2010- 2014 beserta RKP, Revisi Keppres 80 Tahun 2003 untuk mendukung revitalisasi industri pertahanan Identifikasi teknologi – Alutsista TNI dan Alut POLRI yang dibutuhkan dalam PJP I Pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan sbg Clearing House Refocusing, intensifikasi dan kolaborasi R & D

Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional.

Page 95: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

92

Penelitian, dan pengembangan alat peralatan pertahanan Produksi Alutsista Industri dalam negeri Pengkajian dan pengembangan peralatan sandi Pengembangan Alut Kepolisian Produksi Dalam Negeri Pembuatan Prototype Meningkatkan kemandirian Polri dalam memberikan yanmas Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan Peningkatan dukungan teknologi bagi pemberdayaan industri strategis bidang pertahanan

14 TIGA PRIORITAS LAINNYA : PEREKONOMIAN LAINNYA

Pelaksanaan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan Presiden No.28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical

Tidak ada Tidak ada Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Tidak ada

Peningkatan peran dan kemampuan Republik Indonesia dalam diplomasi perdagangan internasional

Peningkatan Peran Diplomasi Ekonomi dalam Forum Multilateral

Pelaksanaan Kerja

Tidak ada

Mengembangkan

Tidak ada

Pengembangan

Tidak ada

Program daerah mendukung

Tidak ada

Provinsi

Page 96: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

93

Sama Bilateral dalam promosi/kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi Perluasan Pasar Non Tradisional Peningkatan Peran Dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional

dan menataulang hubungan antar industri dengan orientasi pada penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi, penggunaan bahan lokal unggulan dan penciptaan peluang usaha

Tidak ada

Peningkatan Kinerja Instansi Terkaiit

investasi dan realisasi investasi di daerah

Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

Pengembangan bisnis dan investasi

Penyederhanaan prosedur penanaman modal

Tidak ada

Meningkatkan kualitas SDM yang handal dalam berdiplomasi dan menguasai permasalahan yang ada

sepenuhnya program nasional

Tidak ada

program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Program daerah

mendukung sepenuhnya program nasional

Banten tmerupakan daerah yang selalu masuk dalam 5 besar sebagai daerah yang paling diminati investor baik PMDN maupun PMA. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya realisasi investasi dari tahun ke tahun

Dalam beberapa tahun terakhir Pemda Banten melalui BPKMD dalam proses penjajakan kerjasama dengan Pemerintah Korsel dan Cina dan beberapa negara lainnya untuk mendirikan industri

Peningkatan pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selama proses penyiapan, pemberangkatan, dan kepulangan

Page 97: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

94

Regulasi dan Sertifikasi Sistem Elektronik Jasa Aplikasi dan Konten

Pembinaan Administrasi Pendaftaran Penduduk

Pengelolaan Informasi Kependudukan

Pelayanan Dokumen Perjalanan Visa dan Fasilitas Keimigrasian

Pembinaan, penempatan, dan perlindungan TKI Luar Negeri

Fasilitasi Pelayanan Dokumen Calon TKI Penyiapan pemberangkatan Koordinasi Kebijakan Penyusunan Skim Pembiayaan Kredit untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Pelayanan Advokasi dan Perlindungan Hukum

Pengamanan Keberangkatan Pencegahan keberangkatan TKI non prosedural Peningkatan Pemberdayaan TKI Purna Peningkatan Pemulangan TKI Bermasalah/TKIB Peningkatan Pelayanan Pemulangan TKI Bermasalah/TKIB

Tidak ada Tidak ada Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Tidak ada

Page 98: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

95

Peningkatan Ketenteraman, Ketertiban, dan Perlindungan Masyarakat

Peningkatan Keamanan Pemulangan TKI Bermasalah/TKIB

Peningkatan upaya pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri Koordinasi Kebijakan Penyusunan Skim Asuransi dan Remitansi untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Pembinaan Penempatan dan Perlindungan TKI Luar Negeri Peningkatan Perlindungan dan Pelayanan WNI/BHI di Luar Negeri

Tidak ada Tidak ada Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional

Tidak ada

3. Rekomendasi

a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Banten 2007-2012

1. Program Pembangunan Daerah Tahun 2007 – 2012 pada hakekatnya merupakan

rangkaian upaya pemerintah daerah untuk mencapai tujuan utama pembangunan, yaitu

(a) menekan angka kemiskinan, (b) menciptakan kesempatan kerja, (c) meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, (d) meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan (e)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta (f) meningkatkan stabilitas keamanan

daerah. Pada RPJMD periode ini masalah penanganan terorisme, korupsi dan Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) belum secara detail dan menyeluruh dibahas dan masuk dalam

prioritas pembangunan dan arah kebijakan pembangunan daerah.

2. Sosialisasi Pelayanan Publik dan pemahaman politik pada masyarakat umumnya perlu

ditingkatkan. Berbagai fenomena tersebut merupakan tantangan berat yang harus

dihadapi dalam pembangunan daerah Banten. Oleh karena itu RPJMD Provinsi Banten

2007-2012 sudah seharusnya mempertimbangkan tantangan-tantangan tersebut.

Page 99: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

96

3. Kerjasama, Koordinasi, sinergi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Pusat agar lebih

ditekankan dalam RPJMD Provinsi Banten sehingga memudahkan dalam pelaksanaan

program-program nasional di daerah seperti pembuatan peraturan perundang-undangan,

perimbangan keuangan daerah, pembuatan NIK dan SIAK, dan sebagainya.

4. Permasalahan tenaga kerja terutama yang menyangkut tenaga kerja Indonesia di luar

negeri perlu menjadi perhatian dan fokus penting dalam RPJMD karena sudah menjadi

isu nasional. Sebagai kantong TKI Banten memiliki peluang untuk menambah devisa dari

TKI. Namun permasalahan yang menyangkut nasib TKI baik kesiapan sebelum

pemberangkatan, hak-hak yang harus mereka dapatkan di negara tujuan bekerja serta

keberlanjutan mereka setelah pulang ke tanah air perlu dibuat payung hukumnya.

Selama ini TKI biasanya langsung direkrut melalui agen-agen baik yang formal maupun

illegal. Di bawah koordinasi BNP2TKI dan Disnaker Provinsi Banten diharapkan kualitas

TKI lebih ditingkatkan dan hak-hak TKI lebih disosialisasikan.

5. Program penyediaan bantuan operasional sekolah, beasiswa, sarana dan prasarana

serta peningkatan pembelajaran, minat, bakat dan kreatifitas peserta pendidikan dasar

menjadi prioritas dalam RPJMD Provinsi Banten dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Begitu pula akses pendidikan tinggi, metode pembelajaran, pengelolaan,

kurikulum, dan mutu pendidik hendaknya secara spesifik dijelaskan mengikuti kebijakan

yang berlaku secara nasional.

6. Program-program kesehatan preventif terpadu, kualitas dan jangkauan layanan KB,

pemberlakuan daftar obat esensial nasional, dan ASKES bagi warga miskin menjadi

program-program yang harus diprioritaskan dalam RPJMD Provinsi Banten sehingga

dalam implementasinya mendapat dukungan penuh dari program nasional.

7. Program-program rehabilitasi lahan, pengendalian kerusakan lingkungan, sistem

peringatan dini, dan penanggulangan bencana menjadi agenda yang penting dimuat

secara spesifik dalam RPJMD Provinsi Banten sehingga lingkungan tetap lestari dan

kehidupan masyarakat menjadi tenang dan nyaman.

8. Program-program pengentasan kemiskinan seperti program BLT, Bantuan pangan,

beasiswa bagi keluarga tidak mampu, KUR, PNPM, Komite Nasional Penanggulangan

Kemiskinan,dsb., hendaknya tertuang dalam RPJMD tentang cara-cara dalam rangka

memfasilitasi penyaluran dan implementasinya. RPJMD memberikan penjelasan secara

spesifik bagaimana mengentaskan kemiskinan yang ada di Provinsi Banten dan

menyesuaikan dengan program yang ada dalam program nasional

Page 100: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

97

9. Program penggunaan energi terbarukan termasuk energi alternatif, revitalisasi industri

turunan minyak bumi dan gas, serta konversi minyak tanah ke gas hendaknya menjadi

fokus perhatian dalam RPJMD Provinsi Banten karena sangat membantu dalam

meningkatkan kesejahteraan rakyat. RPJMD Provinsi Banten hendaknya memberikan

penjelasan yang spesifik bagaimana Provinsi Banten memberikan kontribusi dalam

program-program nasional tersebut.

10. Program-program pelestarian budaya seperti cagar alam, museum, perpustakaan,

pagelaran seni budaya, dan ketahanan energi pangan hendaknya dimasukkan secara

spesifik pengelolaannya dalam RPJMD Provinsi Banten, sehingga memudahkan dalam

pelestarian budaya dan penumbuhan kreativitas serta inovasi dalam teknologi.

11. Program-program kesejahteraan lainnya seperti penyelenggaran ibadah haji dan umrah,

pembentukan FKUB, pengembangan pariwisata, pengarusutamaan gender, prestasi

olahraga, dan revitalisasi gerakan pramuka menjadi fokus perhatian tambahan dalam

RPJMD Provinsi Banten karena program-program ini hasil dari masukan-masukan dari

daerah di Indonesia saat MUSRENBANGNAS.

b. Rekomendasi Terhadap RPJMN 2010-2014

1. Dalam rangka meningkatan peran serta atau partisipasi perempuan dalam proses

pembangunan, pemerintah pusat dan daerah hendaknya menyusun program Keserasian

Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan dengan kegiatan Koordinasi

Pelaksanaan Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan Dan Anak. Dan Program Peningkatan

peran serta dan kesetaraan Gender dalam Pembangunan dengan kegiatan Pembinaan

Organisasi Perempuan.

2. Kondisi pendidikan, tingkat kesejahteraan, gizi dan kesehatan, serta keterampilan dan

keahlian dalam penguasaan Iptek secara umum masih menunjukkan disparitas

(kesenjangan) dalam berbagai aspek pusat dan daerah. Selain itu, banyak pula

sumberdaya alam (SDA) dan aset-aset lokal lain yang belum didayagunakan secara

optimal, daya saing SDM masih rendah, terjadi disparitas potensi dan kemajuan

pembangunan antarwilayah, serta kecenderungan degradasi sumberdaya alam dan

pencemaran lingkungan, hal ini merupakan permasalahan yang harus diatasi melalui

kerjasama dan koordinasi antara pusat dan daerah.

3. Pendekatan pembangunan daerah jangan ditekankan pada batas-batas administratif

yang sering tidak mengakomodasikan keragaman potensi, permasalahan dan keterkaitan

Page 101: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

98

antar daerah. Wilayah-wilayah yang memerlukan penanganan atau intervensi pemerintah

hendaknya dapat dikembangkan. Hal ini menyebabkan pemerintah pusat perlu untuk

melakukan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia dan melakukan

penajaman prioritas pembangunan daerah. Dalam kaitan tersebut, diperlukan kerangka

kebijakan pembangunan pusat dan daerah dengan melibatkan semua pihak yang

berkepentingan untuk dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di semua wilayah

sebagai sebuah kesatuan pembangunan yang terpadu.

4. Perlu adanya pemetaan daerah provinsi dalam pengentasan kemiskinan dan

pengangguran yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014 sehingga program-program

pengentasan kemiskinan seperti BLT, KUR, PNPM, dan sebagainya menjadi tepat

sasaran (efektif).

5. Perlu adanya komunikasi, koordinasi, dan sinkronisasi antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah dalam implementasi program-program dalam RPJMN 2010-2014

sehingga terjalin sinergi dan dukungan yang penuh dari pemerintah daerah.

Page 102: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

99

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 103: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

100

1. Kesimpulan

A. Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Secara keseluruhan, pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Banten ditinjau dari

beberapa indikator utama dalam ketiga agenda, mempunyai kecenderungan membaik

bahkan ada beberapa indikator dalam investasi yang mengalami peningkatan signifikan

dan nilainya cukup tinggi, yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) sehingga Provinsi Banten mendapat peringkat 5 dalam hal

investasi. Ada beberapa indikator yang masih kurang seperti persentase luas Lahan

Rehabilitasi dalam Hutan Terhadap Lahan Kritis sehingga perlu ditingkatkan. Ada

beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian yaitu tingkat penganguran terbuka

yang masih tinggi di Provinsi Banten dibandingkan dengan nasional sehingga perlu

terus diturunkan. Juga Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten masih terus

harus ditingkatkan terutama dalam pembangunan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi

masyarakat.

B. Relevansi RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi Banten 2007-2012

Secara umum RPJMD Provinsi Banten 2007-2012 mempunyai program yang

mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional. Beberapa program dalam RPJMD

Provinsi Banten 2007-2010 perlu dijelaskan lebih spesifik seperti tertuang dalam

RPJMN 2010-2014, seperti program BLT, KUR, PNPM, dan sebagainya. Ada beberapa

program RPJMN 2010-2014 yang tidak ada di RPJMD Provinsi Banten 2007-2012

karena tidak diperlukan seperti penanganan daerah terdepan/terluar dan pasca konflik .

Beberapa program yang memang belum masuk ke dalam RPJMD Provinsi Banten

2007-2012 karena memang belum terakomodir seperti program penanganan terorisme,

perlindungan TKI di luar negeri, dan sebagainya.

2. Rekomendasi

A. Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Pencapaian Indikator-indikator kinerja utama ketiga agenda pelaksanaan RPJMN 2004-

2009 di Provinsi Banten yang sudah membaik perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan

terus. Khusus dalam investasi maka peningkatannya harus dibarengi dengan

peningkatan infrastruktur dan keamanan serta kemudahan birokrasi. Dalam

menurunkan tingkat pengangguran terbuka, maka pemerintah harus memberikan

Page 104: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

101

kemudahan ijin investasi bagi industri yang padat karya sehingga bisa memberikan

kesempatan kerja lebih besar dan menyesuaikan jenis, kualitas pendidikan, dan

keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan industri di Provinsi Banten sehingga dapat

menyerap tenaga kerja lokal. Juga diperlukan regulasi yang membatasai daerah

sebagai pemasok urbanisasi ke Provinsi Banten. Untuk meningkatkan IPM, maka perlu

difokuskan dan ditingkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi

masyarakat.

B. Relevansi RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi Banten 2007-2012

Program-program dalam RPJMD Provinsi Banten yang sudah relevan dan mendukung

sepenuhnya dengan prioritas/program dalam RPJMN 2010-2014 perlu lebih diutamakan

sehingga bisa bersinergi dalam pelaksanaannya. Diperlukan koordinasi, komunikasi,

dan sinkronisasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam

pelaksanaan program RPJMN 2010-2014 sehingga bisa efektif dan efisien. Beberapa

program dalam RPJMD Provisi Banten perlu lebih dijelaskan spesifik untuk

menyesuaikan dengan program yang ada di RPJMN 2010-2014. Adapun program

RPJMN 2010-2014 yang belum terakomodir dalam RPJMD Provinsi Banten 2007-2012,

maka perlu diintegrasikan dengan program yang akan diimplementasikan. Jika dibuat

RPJMD baru, maka perlu segera dimasukkan kecuali program-program yang memang

tidak diperlukan di Provinsi Banten seperti penanganan daerah terdepan/terluar.

Page 105: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

102

LAMPIRAN Tabel 3 Pencapaian Indikator Hasil (Output) Provinsi Banten secara Keseluruhan

No Agenda

pembangunan Indikator Capaian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Mewujudkan

Indonesia yang Aman dan Damai

Indeks Kriminalitas 61,5 61,9 57,4 65,2 67,3 61,5

Prosentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)

59,3 57,3 56,2 61,3 62,6 61,1

Prosentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)

100 100 100 100 100 99,3

2 Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis

Pelayanan Publik

Prosentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan

100 100 100 100 100 90

Prosentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) [%]

80 80 80 80 80 80

Prosentase jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap

- - 50 67 67 83

Demokrasi

Gender Development Index (GDI)

56,70 58,10 59,00 60,3 63,2 63

Gender Empowerment Meassurement (GEM) 40,10 45,40 46,2 46,8 47,3 52

3 Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Indeks Pembangunan Manusia

68.4 68.8 69.11 69.29 69.8 70,3

Pendidikan

Angka Partisipasi Murni (SD/MI) 94.12 93.24 94.83 91.74 93.41 97.5

Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) 106.28 105.08 108.28 108.34 107.28 107.28

Rata-rata nilai akhir SMP/MTs 5.54 5.54 5.54 5.54 5.54 7.26

Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA 5.79 5.9 6.08 6.47 6.65 7.52

Angka Putus Sekolah SD 2.09 1.47 1.84 1.35 0.42 0.15

Page 106: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

103

Angka Putus Sekolah SD 1.08 0.91 3.35 3.73 0.58 0.20

Angka Putus Sekolah Menengah 1.52 3.23 4.52 2.21 0.66 0.25

Angka melek aksara 15 tahun keatas 94 95.6 95.6 95.8 96.1 97.6

Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTS

62.8 67.57 84.25 83.97 67.04 73.8

Persentase jumlah guru yang layak mengajar Sekolah Menengah

83.31 83.49 80.02 76.45 77.81 81.44

Kesehatan

Umur Harapan Hidup (UHH) 63,3 64 64,3 64,45 64,9 68

Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1000 kelahiran hidup)

-

- 44 38 34 25

Angka Kematian Ibu (AKI) (Per 100.000 kelahiran hidup)

310 306 306 292 254 203

Prevalensi Gizi buruk (%) 1,21 0,75 1,28 1,06 1,12 1,04

Prevalensi Gizi kurang/sedang (%) 11,78 10,22 10,27 8,56 9,18 7,91

Persentase tenaga kesehatan per penduduk 0,92 1,25 1,32 1,42 1,23 0,23

Keluarga Berencana

Persentase penduduk ber-KB (Contraceptive prevalence rate)

11.14 11.41 11.04 11.45 11.7 12.09

Laju pertumbuhan penduduk 3.18 2.83 2.20 2.19 2.15 2.19

Total Fertility Rate (TFR) 63.9 65.14 63.35 63.06 63.98 65

Ekonomi Makro

Laju Pertumbuhan ekonomi 5.63 5.88 5.57 6.04 5,82 5,89

Persentase ekspor terhadap PDRB 4.68 6.78 4.74 4.63 9,91 6,50

Persentase output Manufaktur terhadap PDRB 50.16 49.75 49.7 47.83 45,25 43,80

Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah)

8.07 9.37 10.61 11.4 12,76 11,30

Laju Inflasi 5,95 6,11 7,67 6,31 11,47 11,90

Investasi

Nilai Rencana PMA yang disetujui (US$ Juta) 593.40 2,774.10 1,363.60 1,322.80

Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) 14.417 781.394 3.815.200 707.9 477.895 1.467.536

Page 107: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA

104

Nilai Rencana PMDN yang disetujui (Rp Milyar)

6,430.80 5,136.50 6,305.70 4,063.50

Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp Milyar) 1.048.381 5.844.076 1.492.528 1.100.000 1.989.753 5.581.183

Realisasi Penyerapan tenaga kerja PMA

11,430.00 13,213.00 27,302.00 36,733.00 36,465.00

Infrastruktur

Panjang jalan nasional berdasarkan dalam kondisi:

� Baik 294,73 286,42 286,42 350,07 281,59 110,92

� Sedang 133,07 131,79 131,79 98,03 146,94 294,98

� Buruk 62,50 72,19 72,20 42,30 61,87 84,50

Panjang jalan provinsi dalam kondisi :

� Baik 212,39 206,40 368,05 273,45 539,76 327,42

� Sedang 156,86 155,35 278,65 394,96 110,31 375,27

� Buruk 3,00 10,50 242,30 220,60 238,94 186,32

Pertanian Rata-rata nilai tukar petani per tahun - - - - 96.83 99.84

PDRB sektor pertanian atas dasar harga konstan 2000 (Juta Rp)

4.930.266,80 5.061.650,42 5.030.011,59 5.242.350,48 5.408.861,73 8.201.130,00

Kehutanan Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

4,05 0,00 9,19 6,98 6,40 2,97

Kelautan Jumlah tindak pidana perikanan 31 24 20 16 13 6

Luas kawasan konservasi laut (juta Ha) 3,645.54 3,645.54 3,645.54 3,645.54 3,727.01 3,727.01

Kesejahteraan Sosial

Persentase penduduk miskin 8.58 8.86 9.79 9.07 8.15 7.64

Tingkat pengangguran terbuka 14.31 16.59 18.91 15.75 15.18 14.97

Catatan : AKB tahun 2004 dan 2005 oleh Provinsi Banten belum dimulai perhitungannya.

Begitu pula Rata-rata nilai tukar petani per tahun tahun 2004 s/d 2007 oleh Provinsi Banten belum dimulai

perhitungannya.

Page 108: Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA