laporan akhir ekpd 2010 - bali - unud

145

Upload: ekpd

Post on 04-Dec-2014

709 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali oleh Tim Universitas Udayana

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat menyusun Draft laporan akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan di Daerah Bali. Dalam draft laporan akhir ini berisi latar belakang, tujuan dan keluaran evaluasi, serta rencana kerja dan perkembangan persiapan tim evaluasi provinsi. Laporan ini disusun oleh Tim Independen Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Bali dari Universitas Udayana, berdasarkan atas, telaah data yang diperolleh serta diskusi dari para anggota Tim dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Provinsi Bali.

Oleh karena ini merupakan draft laporan akhir, tentunya masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Berkaitan dengan hal itu Tim sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak agar nantinya apa yang menjadi tujuan Evaluasi Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah serta identifikasi relevansi RPJMN 2010 dengan RPJMD Provinsi Bali dapat dilaksanakan secara optimal.

Pada kesempatan ini Tim sangat berterimakasih kepada Ketua Bappeda Provinsi Bali serta semua pihak yang telah membantu sehingga Draft laporan akhir ini dapat terwujud.

Denpasar, Desember 2010 Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr.dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) NIP : 19480628 197903 1 001

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi ................................................................ 3

C. Anggota Tim Evaluasi ............................................................................. 3

BAB II. HASIL EVALUASI RPJM PROVINSI BALI TAHUN 2004 – 2009

A. Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai ……………. 5

A.1 Indikator Kinerja ………………………………………………………. 5

A.2 Capaian Indikator …………………………………………………….. 5

A.2.1 Indeks Kriminalitas ................................................................ 5

A.2.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional .. 7

A.2.3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional .. 8

A.3 Rekomendasi …………………………………………………………. 9

B. Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis

B.1 Indikator Kinerja ............................................................................. 11

B.2 Capaian Indikator ........................................................................... 11

B.2.1 Pelayanan Publik ………………………………………………. 11

B.2.2 Demokrasi ……………………………………………………… 14

B.3 Rekomendasi …………………………………………………………. 17

C. Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

C.1 Indikator Kinerja .............................................................................. 18

C.2 Capaian Indikator ........................................................................... 18

C.2.1 Indeks Pembangunan Manusia ……………………………… 19

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

iv

C.2.2 Pendidikan ……………………………………………………… 22

C.2.3 Kesehatan ………………………………………………………. 34

C.2.4 Keluarga Berencana …………………………………………… 44

C.2.5 Ekonomi Makro ………………………………………………… 50

C.2.6 Investasi ………………………………………………………… 57

C.2.7 Infrastruktur …………………………………………………….. 60

C.2.8 Pertanian ……………………………………………………….. 65

C.2.9 Kehutanan ……………………………………………………… 69

C.2.10 Kelautan ………………………………………………………. 75

C.2.11 Kesejahteraan Sosial ……………………………………….. 81

C.3 Rekomendasi Kebijakan …………………………………………….. 87

BAB III. EVALUASI RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD

A. Pengantar ……………………………………………………………… 94

B. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional ..................... 94

C. Hasil Analisis Keterkaitan Antara Prioritas/Program Aksi Nasional Dengan Prioritas/Program Daerah …………………………………. 118

D. Hasil Analisis Prioritas/Program Aksi Nasional Yang Tidak Relevan Dengan Prioritas/Program Daerah .................................. 126

E. Rekomendasi …………………………………………………………. 129

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ................................................................................... 131

B. Rekomendasi Kebijakan ............................................................... 134

Hasil Analisis Prioritas/Program Aksi Nasional Yang Tidak Relevan

Dengan Prioritas/Program Daerah

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.

Jumlah Kasus Kriminalitas di Wilayah Polda Bali, 2004 – 2009 ...... 6

2.

Kasus Narkoba yang Ditangani Polda Bali, 2004 – 2009 ................ 8

3.

Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Oleh Kepolisian di Wilayah Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2009 ...................................................

11

4.

Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap ..........................................................

13

5.

Persentase Lulusan dengan Jenis Kelamin Perempuan pada Berbagai Jenjang Pendidikan di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

15

6.

Perkembangan Capaian IPM Provinsi Bali ...................................... 20

7. n Hasil Pembangunan Pendidikan di Provinsi Bali ............................. 33

8.

Standar Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk .............. 42

9.

Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk di Provinsi Bali ... 42

10.

Rekapitulasi Hasil Pembangunan Kesehatan di Provinsi Bali .......... 44

11.

dan Persentase Jalan dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .....................................................

62

12.

PDRB dan PDB Sektor Pertanian di Provinsi Bali Tahun 2004 – 2009 .................................................................................................

67

13.

Luas Rehabilitasi Hutan dan Persetasenya Terhadap Lahan Kritis di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ....................................................

71

14

Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional ....................... 95

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Indeks Kriminalitas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ................. 6

2. Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

8

3. Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Bali ................................ 16

4. Gender Empowerment Meassurement (GEM)di Provinsi Bali, Tahun 2005 – 2008 ..........................................................................

17

5. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2008 21

6. Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Provinsi Bali Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

23

7. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ...........................................................................

24

8. Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .. 25

9. Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .................................................................................................

26

10. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ....... 27

11. Angka Putus Sekolah SMP/MTs dan SMA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ......................................................................................

29

12 Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

30

13. Persentase Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

32

14. Persentase Kelayakan Guru Mengajar di SMA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..........................................................................

33

15. Umur harapan hidup di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .............. 35

16. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ... 37

17. Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............. 38

18. Angka Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009.. 40

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

vii

19. Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Bali,Tahun 2004 – 2009 .. 44

20. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..... 47

21. Angka Kelahiran Total di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............. 49

22. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali,Tahun 2004 – 2009 ............... 50

23. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali dan Indonesia, Tahun 1980 – 2009 ..................................................................................................

51

24. Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009 ..........................................................................

52

25. Persentase Ekspor terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 – 2009 ......... 53

26. Persentase Manufaktur terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 – 2009 .. 54

27. Pendapatan Per Kapita di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ........... 55

28. Tingkat Inflasi di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .......................... 57

29. Realisasi PMDN di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ...................... 58

30. Realisasi PMA di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ......................... 60

31. Persentase Jalan Nasional dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 .....................................

63

32. Persentase Jalan Provinsi dan kabupaten dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..................

64

33. Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali Dirinci Per Bulan Tahun 2009 .................................................................................................

66

34. Kontribusi Sektor Pertanian, Industri dan Jasa Terhadap PDRB Provinsi Bali, Tahun 1980 – 2009 ....................................................

68

35. Persentase Luas Rehabilitasi di dalam dan di luar Kawasan Hutan Terhadap Lahan Kritis di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ............

73

36. Jumlah Kasus Tindak Pidana Perikanan .......................................... 76

37. Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik di Provinsi Bali Tahun 2004 – 2009. .........................................................................

79

38. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali Tahun 2004 – 2009 .. 82

39. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009 ..................................................................................................

85

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Draft laporan akhir EKPD 2010 Provinsi Bali

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

viii

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  1 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah

satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan,

penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan.

Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan

secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi

untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembahgunan

tersebut dilaksanakan.

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Bappenas)

berkewajiban mengevaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN

tersebut.

Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009-2014.

Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara basional tidak selalu

sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN

Tahun 2009-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-

prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMD

2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas program antara

RPJMN dengan RPJ Provinsi.

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  2 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang

berkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang

kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014.

Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009

adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap

sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda

Aman dan Damai Adil; Adil dan Demokratisi serta Meningkatkan

Kesejahteraan Rakyat.

Ketiga Agenda tersebut kemudian dituangkan kedalam prioritas

pembangunan yang selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk berbagai program dan

kegiatan tahunan. RPJM Nasional yang memuat ketiga Agenda tersebut merupakan

dokumen yang harus diperhatikan dan dijabarkan kedalam program-program

pembangunan daerah sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan

ketiga agenda RPJMN 2004 - 2009 diperlukan identifikasi dan analisis indikator

pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMN

2010-2004 dengan RPJMD Provinsi adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas

nasional 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi

potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun

prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan

Tata Kelola, Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5)

Ketahanan pangan, Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi,

9) Lingkungan Hidup dan dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal,

Terdepan, Terluar, & Pasca konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi

Teknologi dan 3 prioritas lain yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik,

Hukum, dan Keamanan lainnya, Perekonomian lainnya

Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada

perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di

daerah. Selain hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah

dalam mengabil kebijakan pembangunan daerah.

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  3 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi

Tujuan kegiatan ini adalah:

1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan

kontribusi pada pembangunan di daerah;

2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas program (outcome) dalam

RPJMN 2010-2014 dengan prioritas program yang ada dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.

Keluaran yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah: .

1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009

untuk setiap provinsi;

2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD

Provinsi

C. Anggota Tim Evaluasi Provinsi

Para anggota Tim Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bali Universitas Udayana

terdiri dari 8 orang narasumber sebagai berikut.

1. Prof. Dr. dr. I Made Bakta , Sp.PD (KHOM), Rektor Universitas Udayana yang

juga merupakan Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ahli di

bidang kesehatan.

2. Prof Dr I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E, Pembantu Rektor I Universitas

Udayana yang juga merupakan Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas

Udayana, ahli di bidang ekonomi.

3. Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D., Dosen Tetap Fakultas Teknik Universitas

Udayana, ahli di bidang teknik sipil

4. Prof. Dr. K. Sudibia, SU., Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Udayana,

ahli di bidang ekonomi dan kependudukan.

5. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS., Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas

Udayana, ahli di bidang sosial ekonomi pertanian.

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  4 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

6. Prof. Dr. M Sudiana Mahendra, MSc. Dosen Tetap Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana, ahli di bidang lingkungan.

7. Dr. dr. Putu Gde Adiatmika. Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana, ahli di bidang kesehatan.

8. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana, ahli di bidang ekonomi pembangunan.

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  5 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

BAB II

HASIL EVALUASI PELAKSANAAN

RPJMN 2004-2009

A. Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai

Agenda pembangunan yang aman dan damai merupakan perwujudan dari

salah satu tujuan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini merupakan prasyarat bagi terwujudnya tiga

tujuan bernegara lainnya sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD Tahun

1945. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, keamanan nasional NKRI yang

mencakup pertahanan negara, keamanan dalam negeri, keamanan dan ketertiban

masyarakat, serta keamanan sosial baik secara langsung maupun tidak langsung

sangat dipengaruhi oleh dinamika politik, ekonomi, kesejahteraan, sosial, dan

budaya di dalam negeri, serta dinamika keamanan di kawasan Regional dan

Internasional.

A.1 Indikator Kinerja

Untuk mengevaluasi pelaksanaan agenda pembangunan yang aman dan

damai sesuai dengan RPJMN 2004-2009 diukur dengan 3 indikator yang meliputi:

1) Indeks Kriminalitas

2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional

A.2 Analisis Capaian Indikator

A.2.1 Indeks Kriminalitas

Salah satu indikator keamanan pada suatu daerah adalah indeks

krimanilitas. Indeks kriminalitas merupakan perbandingan jumlah kasus kriminalitas

dibagi dengan 100.000 penduduk pada tahun tertentu. Semakin rendah indeks

kriminalitas di statu wilayah, semakin baik keamanan di wilayah tersebut. Kasus

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  6 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

kriminalitas yang terjadi di wilayah Polda Bali sepanjang tahun 2004 – 2009

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1

Jumlah Kasus Kriminalitas di Wilayah Polda Bali, 2004 - 2009

Tahun Pencu likan

Pembu-nuhan

Pengani- ayaan

Pencu-rian

Pengge-lapan

Lain-lain

Jumlah

Indeks Krimina-

litas

2004 1 11 28 1.278 106 3.479 4.903 145

2005 3 22 706 1.352 540 2.643 5.266 153

2006 3 15 508 1.425 460 3.347 5.759 167

2007 4 11 581 1.386 545 3.384 5.911 170

2008 2 19 512 1.366 542 3.480 5.921 168

2009 6 12 633 1.520 498 3.233 5.902 166

Sumber: Polisi Daerah Bali, 2009

Apabila dicermati Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa kasus kriminalitas yang

paling menonjol di wilayah Polda Bali adalah kasus pencurian, kemudian disusul

oleh kasus penganiayaan. Kecuali kasus pembunuhan dan pemerasan, semua jenis

kasus kriminalitas selama tahun 2004 – 2009 mengalami peningkatan. Dengan

membagi jumlah kasus kriminalitas dengan jumlah penduduk Provinsi Bali dikalikan

dengan 100 dapat dihitung indeks kriminalitas, seperti yang ditampilkan pada

Gambar 1.

Gambar 1

Indeks Kriminalitas di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Petumbuhan Indeks Kriminalitas dan Indikator Pendukunganya

-3,00

-1,00

1,00

3,00

5,00

7,00

9,00

11,00

13,00

15,00

PI Kriminalitas 0,00 8,65 13,81 2,59 -1,46 -2,20

P.Miskin 6,85 6,72 7,06 6,6 6,17 5,13

Pengangguran 4,66 5,32 6,04 3,77 4,45 4,25

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  7 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

  Pada umumnya kriminalitas yang terjadi pada suatu wilayah disebabkan

karena tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, baik secara absolut maupun

relatif. Berdasarkan Gambar 1 pertambahan Indeks kriminalitas di Provinsi Bali dari

tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 mempunyai kecenderungan menurun.

Seperti yang disajikan pada Tabel 1, pada tahun 2004 indeks kriminalitas adalah

sebesar 145, mengalami kenaikan 8,65 poin pada tahun 2005, dan dari tahun 2005

ke 2006 naik 23,81 point. Selanjutnya pertambahan indeks kriminalitas di Provinsi

Bali terus menurun. Apabila diperhatikan Gambar 1, terdapat korelasi yang positif

antara angka pengangguran dan angka kemiskinan terhadap pertambahan indeks

kriminalitas. Penurunan pertambahan indeks kriminalitas tersebut secara

kelembagaan juga merupakan kerja keras dari aparat keamanan dan sistem

pengamanan swakarsa yang ada di desa-desa. Dalam dua tahun terakhir, citra

aman di Bali masih bisa dipertahankan dibandingkan sebelumnya sehingga

kunjungan wisatawan meningkat dibandingkan sebelumnya, yang ditunjukkan oleh

indeks kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dalam hal ini adalah

perkembangan kunjungan wisman selama tahun 2004 – 2009 dengan tahun 2000

sebagai tahun dasar. Pada tahun 2004 kunjungan wisatawan mancanegara yang

langsung ke Bali berjumlah 1.458.309 orang, mengalami penurunan 2 persen pada

tahun 2005, dan 11 persen pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2004.

Pada tahun 2005 dan 2006 kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami

penurunan sebagai akibat tragedi bom Kuta II, tahun 2005. Mulai tahun 2007

kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, dan tahun 2009 mencapai

2.229.945 orang atau dengan peningkatan sebesar 58 persen dibandingkan tahun

2004.

A.2.2 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

Kejahatan konvensional adalah kejahatan yang dilakukan dengan motivasi

atau modus kejahatan umum. Kejahatan konvensional kemungkinan dilakukan

terhadap perseorangan, terhadap harta benda, atau terhadap masyarakat.

Kejahatan konvensional terhadap manusia, seperti pembunuhan dan penganiayaan

baik menggunakan alat berat ataupun tanpa alat berat, penculikan, pemerasan

dengan ancaman, pencurian dengan kekerasan, perkosaan, zinah, pencemaran

nama baik/penghinaan. Kejahatan terhadap harta benda seperti penipuan

penggelapan, pencurian dengan menggunakan alat berat, pencurian tanpa

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  8 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

menggunakan alat berat, sengketa rumah/tanah, pemalsuan atentik, asuransi,

pencurian kendaraan bermotor roda dua (curanmor R2), pencurian kendaraan

bermotor roda empat (curanmor R4). Kejahatan terhadap masyarakat seperti judi,

pelacuran, ketertiban, pengrusakan. Umumnya tingkat kriminalitas pada suatu

daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat, seperti

tingginya angka memiskinan dan pengangguran, namun oleh karena banyak kasus

kejahatan dilakukan oleh bukan orang lokal, variabel tersebut kecil berkorelasi.

Persentase kasus kejahatan konvensional yang dapat diselesaikan dari

tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan, namun pada tahun

2008 dan 2009 mengalami penurunan. Meskipun demikian, penyelesaian kasus

kejahatan konvensional di wilayah Polda Bali selama tahun 2004 – 2009 mengalami

kecenderungan menaik seiring dengan meningkatnya anggaran yang dikeluarkan

oleh Pemda Provinsi Bali dalam bidang Kesbangpollinmas, seperti yang

ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2

Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Bali,

Tahun 2004 – 2009

Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

0

10

20

30

40

50

60

70

P. Kasus 56,9 59,8 65,6 66,2 65,4 65,1

Belanja P 9,7 10,8 14,9 14,8 20,7 43,5

2004 2005 2006 2007 2008 2009

A.2.3 Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional

Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang tidak hanya sifatnya lintas

batas Negara, tetapi termasuk juga kejahatan yang dilakukan di suatu Negara,

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  9 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

tetapi berakibat fatal bagi Negara lain. Kejahatan transnasional misalnya adalah

human trafficking atau penyelundupan orang, narkotika, ilegallogging, dan teroris

internasional. Kasus kejahatan transnasional selama tahun 2004 – 2009 yang

ditangani oleh Kepolisian Daerah Bali hanyalah kasus narkoba yang termuat pada

Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kasus narkoba yang ditangani

Polda Bali dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terus meningkat, namun

pada tahun 2009 mengalami penurunan 136 kasus. Rata-rata peningkatan kasus

narkoba yang ditangani oleh Polda Bali selama periode 2004 – 2009 adalah 24,83

persen per tahun. Setiap tahun persentase kasus yang berhasil diselesaikan,

sangat tinggi berkisar antara 96 – 99 persen, atau dengan rata-rata 97 persen, atau

dengan kecenderungan persentase penyelesaian yang menurun. Selama periode

tersebut sebagian besar tersangka yang terlibat adalah warga negara Indonesia

yang mengkonsumsi narkoba. Sebaliknya warga negara asing yang terlibat rata-rata

hanya 4,27 persen, yang umumnya mereka adalah perantara narkoba. Dengan

demikian, kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah Provinsi Bali dalam

periode 2004 – 2009 relatif sedikit (4,27 persen), hampir semua (97 persen) dapat

diselesaikan. Persentase warga negara asing tersangka kasus narkoba

mengalami kecenderungan yang menurun pada periode tersebut, yaitu dari 6,05

persen pada tahun 2004 menjadi 3,48 persen pada tahun 2009. Perlu diketahui

bahwa penyelesian kasus transnasional seperti ini sering disertai dengan upaya

penyelesaian melalui jalur diplomatis.

Tabel 2

Kasus Narkoba yang Ditangani Polda Bali, 2004 - 2009

Tahun Total

Kasus

Kasus Terselesaikan Kewarganegaraan Tersangka

Kasus % WNI WNA Jumlah % WNA

2004 298 295 99,0 295 19 314 6,05

2005 458 453 98,9 455 23 478 4,81

2006 578 568 98,3 485 28 513 5,46

2007 737 708 96,1 754 21 775 2,71

2008 804 772 96,0 809 26 835 3,11

2009 668 653 97,8 638 23 661 3,48

Sumber : Kantor Kepolisian Daerah Bali, 2010

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 10 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

A.3 Rekomendasi Kebijakan

Terkendalinya masalah keamanan dan ketertiban di daerah tidak terlepas

dari peranan para petugas keamanan formal seperti, kepolisian, TNI, polisi pamong

praja, satpol. dan petugas keamanan tradisonal yaitu pecalang di masing-masing-

masing desa pakraman. Hal-hal yang menjadi tantangan dalam pembangunan

bidang keamanan, antara lain adalah: mencegah terjadinya bencana sosial yang

ditimbulkan oleh adanya tindakan-tindakan kriminal, konflik sosial yang dapat

mengganggu stabilitas keamanan. Hal ini antara lain dapat diwujudkan dengan

mengadakan sistem keamanan terpadu antara petugas keamanan formal dan

petugas keamanan tradisional, dengan selalu bekerjasama dan berkoordinasi.

Terkait dengan bidang ketertiban, perlu diwaspadai dampak penduduk pendatang

yang secara langsung maupun tidak langsung pada gilirannya akan menimbulkan

tindakan-tindakan kriminal, bertambahnya pedagang kaki lima, gepeng, prostitusi,

yang semuanya dapat mengganggu ketertiban dan ketenteraman serta mengusik

kenyamanan hidup dalam masyarakat. Untuk mengatasinya, petugas ketertiban

perlu melakukan pengawasan dan dalam melaksanakan tugas harus bertindak

tegas, konsisten dan konsekuen. Pelaksanaan tugas pengawasan dan penertiban

dapat dilakukan dengan melibatkan peranserta dan partisipasi desa pakraman.

B. Agenda Mewujudkan Indonenesia yang Adil dan Demokratis

B.1 Indikator Kinerja

Indikator agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis terdiri dari

dua dua variabel, yaitu:

B.1.1 Pelayanan Publik

1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang

dilaporkan.

2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu

atap.

3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP).

B.1.2 Demokrasi

1) Gender Development Index (Indeks Pembangunan Jender)

2) Gender Empowerment Measurement (Indeks Pemberdayaan Jender).

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 11 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

B.2 Capaian Indikator

B.2.1 Pelayanan Publik

1) Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan

yang dilaporkan

Korupsi akan berakibat buruk terhadap kinerja pembangunan suatu daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999, yang dimaksud dengan

tindak pidana korupsi adalah: 1) pasal 2 ayat (1) : “Setiap orang yang secara

melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomiannegara.” 2) pasal 3 : “Setiap orang yang dengan sengaja

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”

Jumlah kasus korupsi yang tertangani di Provinsi Bali selama tahun 2005 – 2009

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3

Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Oleh Kepolisian di Wilayah

Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2009

Instansi (Polda/Polres) 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Kasus Tertangani Persentase Keterangan

Polda Bali 3 2 4 3 2 14 10 71,43 3 Sidik (P-19)

1 Lidik

Res. Tabanan 1 1 1 - - 3 3 100,00

Res. Buleleng - 1 - - 1 2 1 50,00 1 Sidik

Res. Gianyar - - - 1 - 1 - 0,00 1 Sidik (P-19)

Res Jembrana - 1 - - - 1 1 100,00

Res. Badung - - 1 - - 1 1 100,00

Jumlah 4 5 6 4 3 22 16 72,73

Sumber: Kantor Kepolisian Daerah Bali, Tahun 2009.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dikatakan bahwa kasus korupsi tidak terjadi di

semua Kabupaten/Kota (hanya 55,56 persen dari 9 Kabupaten/Kota) dan 4

Kabupaten/Kota terbebas dari laporan kasus korupsi. Penanganan kasus korupsi di

Bali juga cukup baik, yaitu tertangani 72,73 persen, dari 22 kasus yang dilaporkan.

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 12 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Kuantitas kasus korupsi yang terjadi di wilayah Provinsi Bali tidaklah begitu banyak

bilamana dibandingkan dengan kasus korupsi secara nasional.

Persentase jumlah kasus korupsi pada Tabel 3 terlihat bahwa kasus korupsi

yang terjadi di wilayah pemerintahan Provinsi Bali selama 5 tahun (Tahun 2005 s/d

Tahun 2009) berjumlah 22 kasus yang bila dirata-ratakan berarti setiap tahun terjadi

4 kasus. Dari 22 kasus tersebut, pelaporannya diterima dan ditangani oleh instansi

Polda Bali dan 5 Polres (di Bali ada 8 Polres dan 1 Poltabes) yaitu Polres Tabanan,

Polres Buleleng, Polres Gianyar, Polres Jemberana, dan Polres Badung.

Sedangkan Polres Karangasem, Polres Bangli, Polres Klungkung, dan Poltabes

Denpasar, belum menerima laporan kasus korupsi. Hal tersebut berarti, 55,56

persen dari jumlah Kabupaten/Kota di Bali terjadi kasus korupsi (5

Kabupaten/Polres dari 8 Kabupaten/Polres dan 1 Kota/ Poltabes).

Kasus korupsi yang diterima oleh Polda Bali adalah sebanyak 14 kasus,

namun yang dapat tertangani sampai saat ini sejumlah 10 kasus atau 71,43

persen, sedangkan 4 kasus atau 28,57 persen yang tersisa masih dalam tahap

penyelidikan dan penyidikan. Dari 4 kasus yang tersisa, sebanyak 1 kasus masih

dalam tahap penyelidikan dan 3 kasus masih pada tahap penyidikan (P-19). Dari

seluruh kasus yang dilaporkan pada Polda dan Polres dalam lingkungan Provinsi

Bali (22 kasus) sudah tertangani 72,73 persen (16 kasus) dan sisanya (6 kasus)

masih dalam tahap penyelidikan dan penyidikan.

Terhadap 6 kasus yang belum tertangani dari 22 kasus korupsi yang terjadi

pada tahun 2004 sampai tahun 2009 tersebut, karena dalam menangani kasus

korupsi memerlukan tahapan-tahapan penanganan yang berbeda dengan

penanganan tindak pidana lainnya. Tahapan penanganan kasus korupsi tersebut

antara lain wajib melalui audit yang dilakukan oleh BPKP (Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan). Karena menunggu hasil proses audit BPKP inilah

menyebabkan penanganan kasus korupsi memerlukan waktu yang lebih lama

dibandingkan penanganan tindak pidana lainnya. Meskipun demikian, untuk

mempercepat proses penanganan kasus korupsi, Polda Bali dan jajarannya telah

melakukan tindakan dengan melakukan penyidikan secara marathon terhadap

kasus korupsi yang telah selesai tahapan auditnya dari BPKP. Di samping itu juga

dilakukan tindakan dengan menambah personil penyidik untuk menangani kasus

korupsi.

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 13 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu

atap

Upaya meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah juga

dapat dilihat dari terbentuknya lembaga pelayanan terpadu pada semua

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Bali. Lembaga pelayanan terpadu tersebut

pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan daerah

terutama dalam upaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat

khususnya berkaitan dengan mempermudah dan mempercepat pengurusan izin.

Pada tahun 2008, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali telah memiliki peraturan

daerah serta melaksanakan pelayanan dalam satu atap, seperti ditampilkan pada

Tabel 4.

Tabel 4

Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah

Pelayanan Satu Atap

No Kabupaten/

Kota Dasar

Hukum/Tahun Bentuk

Kelembagaan Kewenangan Cakupan

Layanan 1 Denpasar Perda No.6/2007 Dinas Perizinan Kewenangan penuh

(Penandatangan Izin) 79 Izin

2 Gianyar Perda No.6/2008 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

59 Izin

3 Klungkung Perda No.8/2008 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

60 Izin

4 Buleleng Perda No.4/2008 Kantor Pelayanan Terpadu Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

29 Izin

5 Karangasem Perda No.7/2008 Kantor Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

19 Izin

6 Jembrana Perda No.9/2008 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

55 Izin

7 Badung Perda No.28/2008

Unit Pelayanan Terpadu Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

58 Izin

8 Bangli Perda No.11/2008

Kantor Pelayanan Perizinan Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

70 Izin

9 Tabanan Perda No.3/2008 Badan Penanaman Modal dan Perizinan Daerah

Kewenangan penuh (Penandatangan Izin)

15 Izin

Sumber: Biro Pemerintahan Provinsi Bali, Tahun 2009.

Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa pelayanan satu atap di Kabupaten

Jembrana bergabung dengan Dinas Informasi, Pelayananan, Perhubungan dan

Data (Inyahud), sedangkan di Kabupaten Badung sebelum tahun 2008 berupa

Keputusan Bupati dengan wewenang terbatas hanya menerima berkas

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 14 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

permohonan, sedangkan pengeluaran ijin dilakukan oleh masing-masing instansi

yang berwenang. Namun, sejak tahun 2008 semuan kabupaten/kota lembaga

pelayanan terpadu/satu atap yang terdapat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi

Bali berfungsi sesuai yang diharapkan dalam upaya meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat secara terpadu/satu atap. Hal ini mencerminkan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mengarah pada terciptanya pelayanan

publik yang prima dalam suatu sistem yang terintegrasi dalam rangka menciptakan

good governance.

c) Persentase instansi (SKPD) Provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP)

Opini Wajar Tanpa Pengecualian merupakan penghargaan tertinggi yang

diberikan terhadap laporan keuangan yang dibuat suatu lembaga, baik institusi

pemerintahan maupun korporasi. Selama tahun 2004 – 2009 laporan keuangan

Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali

tidak dilakukan audit secara khusus. Audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

keuangan (BPK) adalah secara menyuluruh terhadap Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Provinsi Bali, dan tidak memberikan opini terhadap laporan

keuangan SKPD. Oleh karena itu, tidak diketahui SKPD yang memiliki pelaporan

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Seperti misalnya pada tahun 2009, dari 45

SKPD yang diaudit terdapat 15 SKPD yang laporan keuangannya memerlukan

penjelasan tambahan/perbaikan atau konfirmasi. Apabila diasumsikan bahwa SKPD

yang laporan keuangannya tidak memerlukan penjelasan tambahan dapat

dikatakan laporannya Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), berarti persentase SKPD

demikian di Provinsi Bali pada tahun 2009 adalah sebanyak 67 persen.

B.2.2 Demokrasi

1) Indek Pembangunan Gender

Indek Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI)

adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama

seperti IPM dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan

untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan

perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Gender

Development Index (GDI) mengukur kesenjangan gender dilihat dari beberapa

komponen seperti umur harapan hidup (UHH) laki-laki dan perempuan, pendidikan

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 15 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

terutama dilihat dari angka melek aksara dan rata-rata lama sekolah, serta aspek

ekonomi terutama proporsi tenaga kerja.

Data penghitungan GDI yang dilakukan oleh Departemen Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak yang tersedia adalah untuk tahun 2005 – 2008,

seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Selama periode tersebut angka GDI

Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan meningkat. Kondisi ini mencerminkan

bahwa kesenjangan gender dalam pembangunan di Bali terutama dalam hal umur

harapan hidup, angka melek aksara dan rata-rata lama sekolah serta dalam bidang

ekonomi lebih kecil menunjukkan kondisi yang membaik pada periode tersebut.

Keberhasilan dari berbagai bidang pembangunan, khususnya pendidikan,

kesehatan, ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan selanjutnya turut

menurunkan kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-

laki yang ditandai oleh meningkatnya angka Indeks Pembangunan Gender (IPG)

atau Gender-related Development Index (GDI) dan Indeks Pemberdayaan Gender

(Gender Empowerment Measurement, GEM).

Dari segi pendidikan, persentase lulusan dengan jenis kelamin perempuan

pada berbagai jenjang pendidikan secara rata-rata telah mengalami peningkatan

dari tahun 2005 – 2009, seperti yang ditampilkan pada Tabel 5. Pada tingkat SD

persentasenya cederung stabil, namun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

lainnya cenderung meningkat.

Tabel 5

Persentase Lulusan dengan Jenis Kelamin Perempuan pada Berbagai Jenjang

Pendidikan di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Tahun SD* SMP* SMA* PT** Rata-rata

2004 48,82 46,19 45,27 42,54 45,70 2005 48,04 47,60 44,88 44,10 46,16 2006 48,57 47,07 45,94 43,42 46,25 2007 48,74 46,90 45,83 43,28 46,19 2008 48,28 46,94 45,92 44,13 46,32 2009 48,74 49,36 49,19 45,42 48,18

Sumber : Bali Membangunan Tahun 2009 (diolah)

Keterangan: * Lulusan negeri dan swasta

** Hanya lulusan Perguruan Tinggi (PT) Negeri

Kondisi capaian indeks pembangunan gender di Provinsi Bali selama tahun

2005 – 2009 cenderung meningkat seperti tampak pada Gambar 3. Hal ini

menunjukkan bahwa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesenjangan

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 16 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

gender di Provinsi Bali nampaknya sudah cukup relevan dengan Visi pembangunan

pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk mencapai Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG) dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Peningkatan indeks pembangunan gender sangat didukung oleh

indikator pembangunan yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat, yaitu peningkatan pendidikan. Selama tahun 2005 sampai dengan

tahun 2009 terdapat hubungan yang positif antara persentase lulusan kaum

perempuan dengan indeks pembangunan gender.

Gambar 3

Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Bali, Tahun 2005 - 2008

Indeks Pembangunan Gender dan Persentase Lulusan Perempuan

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

GDI 64,30 66,00 66,00 67,08 68,03

L.Perempuan 46,16 46,25 46,19 46,32 48,18

2005 2006 2007 2008 2009

2) Indeks Pemberdayaan Gender

Indeks Pemberdayaan Gender atau Gender Empowerment Measures (GEM)

adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan

ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik

mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan

serta penguasaan sumber daya ekonomi atau keterlibatan perempuan dalam

pengambilan keputusan (misalnya sebagai anggota legeslatif, posisi managerial,

dan sumbangan terhadap perekonomian). Perkembangan GEM di Provinsi Bali dan

Indonesia selama tahun 2005 – 2008 ditampilkan pada Gambar 4.

Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 Indeks Pemberdayaan Gender

(GEM) di Provinsi Bali terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 Provinsi

Bali menduduki peringkat 10 dalam hal pemberdayaan gender, namun pada tahun

2006 Provinsi Bali menduduki peringkat 16 dari 33 provinsi. Meskipun demikian

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 17 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

pemberdayaan gender di Bali cukup menunjukkan hasil yang makin membaik. Hal

ini disebabkan karena pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender (PUG) telah

digalakkan secara berkesinambungan pada setiap program dan kegiatan

pembangunan baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Aplikasi PUG ini

dilaksanakan melalui pelatihan Teknik Analisis Gender bagi semua penyusun

program/kegiatan pembangunan dan ditindaklanjuti dengan penyusunan program/

kegiatan pembangunan yang responsive gender serta penyusunan gender buget.

Ini didukung pula dengan pembentukan kelembagaan berupa kelompok kerja

(Pokja) PUG dan Gender Focal Point pada setiap satuan kerja perangkat daerah

(SKPD). Indeks memberdayaan gender di Provinsi Bali mengalami peningkatan

dengan dibentuknya Badan Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2007. Pada

tahun 2008 belanja langsung yang dikeluarkan untuk pemberdayaan perempuan

sebesar Rp 1, 79 milyard, dan belanja ini meningkat menjadi Rp 2,546 milyard pada

tahun 2009.

Gambar 4

Gender Empowerment Meassurement (GEM)di Provinsi Bali dan Nasional,

Tahun 2005 – 2008

Indeks Pemberdayaan Gender

52

54

56

58

60

62

64

Bali 56,0 57,7 57,8 59,0

Nasional 59,7 61,3 61,8 62,7

2005 2006 2007 2008

B.3 Rekomendasi Kebijakan

1) Walaupun jumlah kasus korupsi mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir,

namun penegakannya perlu terus ditingkatkan serta waktu penanganannya

perlu dipercepat sehingga tidak berlarut-larut. Kebijakan dengan melakukan

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 18 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

penyidikan secara maraton terhadap kasus korupsi yang telah selesai tahapan

auditnya dari BPKP, serta menambah personil penyidik untuk menangani kasus

korupsi, perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

2) Perlu konsistensi dan keseragaman nomenklatur bentuk lembaga pelayanan

terpadu/satu atap, karena masing-masing daerah menggunakan nomenklatur

berbeda (unit, badan, dinas, kantor) sehingga fungsi dan kewenangannya juga

berbeda. Terhadap pilihan penyeragaman penggunaan nomenklatur, walaupun

Permendagri No. 20 Tahun 2008 menentukan bentuknya berupa Badan

Pelayanan Terpadu, namun perlu dicermati lebih mendalam karena bila

berbentuk Badan, sifatnya hanya mengkoordinasikan saja. Sedangkan bila

berbentuk Dinas, terlihat lebih efektif karena secara teknis dapat langsung

menangani, namun dapat mempengaruhi kinerja perangkat daerah yang lain

(dinas/badan/kantor/unit). Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

tingkat pendidikan aparat pemerintah perlu terus ditingkatkan kualitasnya,

dengan mendorong agar aparat berpendidikan minimal S1 atau S2, serta

mengirim mereka untuk menguasai bidang ketrampilan tertentu sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

3) Penghitungan GDI dan GEM di Bali perlu dilakukan setiap tahun. Hal ini penting

untuk dapat mengetahui kemajuan pembangunan terutama yang terkait dengan

kesetaraan dan keadilan gender di Bali.

4) Kebijakan pembangunan yang terkait dengan pengurangan kesenjangan gender

dalam berbagai aspek pembangunan perlu terus digalakkan terutama melalui

pengimplementasian strategi pengarusutamaan gender sehingga capaian GDI

dan GEM di Bali menjadi lebih baik.

C. Agenda Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

C.1 Indikator Kinerja

Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan

sepuluh indikator, yaitu:

1) Indeks Pembangungan Manusia (IPM)

2) pendidikan,

3) kesehatan,

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 19 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

4) keluarga berencana,

5) ekonomi makro,

6) investasi,

7) infrastruktur,

8) sektor pertanian,

9) kehutanan, kelautan, dan

10) kesejahteraan sosial.

C.2 Capaian Indikator

C.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Index memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan

manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup),

pendidikan (diukur dari persentase penduduk usia sekolah atau lebih yang melek

huruf dan rata-rata lama sekolah) dan memiliki kemampuan ekonomi masyarakat

yang layak (diukur dari paritas daya beli atau Purchasing Power Parity = PPP).

Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United

Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas

menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan

manusia baik di tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu

pembangunan yang berpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai

tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. IPM

merupakan alat ukur kinerja pembangunan, atau secara spesifik merupakan alat

ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah seperti negara, provinsi, bahkan juga

kabupaten/kota. Dalam kaitan ini IPM digunakan sebagai alat ukur kinerja

pembangunan provinsi dikaitkan dengan pembangunan secara nasional.

Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 IPM Provinsi Bali terus

mengalami peningkatan seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.

Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 capaian IPM secara nasional

meningkat lebih cepat dibandingkan dengan IPM Bali. Oleh karena itu, maka

ranking capaian IPM Provinsi Bali pada tahun 2006 menurun dari nurutan ke-15

menjadi urutan ke-16 sampai dengan tahun 2008. Penurunan ranking IPM Provinsi

Bali juga pernah mengalami penurunan, yaitu dari urutan ke-10 tahun 2002 menjadi

urutan pada tahun 2004.

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 20 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Tabel 6

Perkembangan Capaian IPM Provinsi Bali dan Nasional

Tahun IPM Bali Ranking IPM Bali Di tingkat nasional

IPM Nasional

2004 69,1 15 68,7

2005 69,8 15 69,6

2006 70,1 16 70,1

2007 70,5 16 70,6

2008 70,9 16 71,3

2009* 71,4 - -

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun 2008 – 2013.

Keterangan: * Hasil Estimasi IPM Provinsi Bali

Penurunan ranking IPM Provinsi Bali dalam urutan capaian IPM secara

nasional tidak lepas dari kontribusi masing-masing komponen yang mendukung

terbentuknya IPM, seperti pendapatan per kapita, angka melek huruf, dan umur

harapan hidup yang dicapai Provinsi dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Pertama, dilihat dari pendapatan per kapita secara nasional, tampak bahwa

pada perode 2004-2008 menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, dari Rp.10,6

juta tahun 2004, meningkat menjadi Rp. 22,31 juta pada tahun 2009. Sementara itu,

pendapatan per kapita penduduk di Provinsi Bali mengalami peningkatan dari Rp.

8,53 juta pada tahun 2004, menjadi Rp. 16,21 juta pada tahun 2009.

Kedua, ditinjau dari angka melek huruf penduduk umur 15 tahun ke atas

secara nasional menunjukkan kecenderungan peningkatan dari 90,4 persen pada

tahun 2004 menjadi 92,4 persen pada tahun 2009. Pada pihak lain, angka melek

huruf (AMH) penduduk umur 15 tahun ke atas di Provinsi Bali, hanya meningkat dari

85,52 persen pada tahun 2004, menjadi 88,04 persen pada tahun 2009.

Ketiga, ditinjau dari umur harapan hidup secara nasional menunjukkan

adanya kecenderungan peningkatan dari 67,6 tahun pada tahun 2004, menjadi 70,7

tahun pada tahun 2009. Sementara itu, usia harapan hidup (UHH) penduduk di

Provinsi Bali juga menunjukkan kecenderungan meningkat dari 70,2 tahun pada

tahun 2004 menjadi 72,4 tahun pada tahun 2009.

Capaian IPM Provinsi Bali dan IPM Nasional seperti yang ditampilkan

Tabel 4 dapat disajikan pada Gambar 5. Apabila diperhatikan Gambar 5 terlihat

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 21 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

bahwa IPM Provinsi Bali yang pada tahun 2004 dan tahun 2005 lebih tinggi dari IPM

nasional ternyata posisinya menurun. Hal ini tidak lepas dari perkembangan ketiga

komponen pembentuk IPM seperti di atas, tampak bahwa secara nasional dua

komponen, yaitu pendapatan per kapita dan angka melek huruf memiliki nilai

capaian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dicapai oleh Provinsi Bali.

Provinsi Bali hanya unggul pada capaian umur harapan hidup. Kinerja

perekonomian Bali yang digambarkan oleh pencapaian pendapatan per kapita yang

jauh ketinggalan dibandingkan dengan nasional. Hal ini terutama merupakan

dampak dari peristiwa Bom Bali II yang menyebabkan menurunnya aktivitas

ekonomi di sektor pariwisata. Padahal di sisi lain, sektor pariwisata disebut sebagai

motor penggerak perekonomian Bali sebab sektor pariwisata dapat memberikan

imbas baik ke industri hulu (forward linkage) maupun ke industri hilir (backward

linkage). Selain itu, dilihat dari angka melek huruf tampaknya Provinsi Bali jauh

ketinggalan dibandingkan dengan capaian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa

program “Kejar Paket I d an II” dan begitu pula program “Wajib Belajar 9 tahun”

yang dicanangkan oleh pemerintah belum sepenuhinya berhasil. Hal ini terkait oleh

banyaknya penduduk miskin yang ditemukan di daerah-daerah kabupaten seperti di

Kabupaten Buleleng, Karangasem, Bangli, dan Klungkung.

Gambar 5

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2008

Indeks Pembangunan Manusia

60

65

70

75

80

85

90

IPM 69,1 69,8 70,1 70,5 70,9 71,4

UHH 70,0 71,5 72,0 72,4 72,4 72,4

AMH 85,5 86,2 85,8 86,8 87,5 88,0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Selanjutnya upaya yang terkait dengan peningkatan usia harapan hidup

dapat dilakukan melalui bina keluarga lanjut usia (lansia), dengan melakukan

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 22 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

pemeriksaan kesehatan dan gizi secara rutin terhadap para lansia. Di samping itu,

diketahui pula bahwa umur harapan hidup berbanding terbalik dengan angka

kematian bayi. Artinya untuk meningkatkan umur harapan hidup, maka angka

kematian bayi harus diturunkan melalui berbagai cara seperti kegiatan pemeriksaan

bayi secara rutin, ditimbang berat badannya, diberikan imunisasi lengkap, maupun

pemberian ASI eksklusif. Dalam hal ini termasuk pula pemeriksaan kehamilan dan

imunisasi ibu hamil. Untuk menghindari biaya yang mahal, maka kegiatan tersebut

dapat dilakukan melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang selama ini telah

dikenal keberhasilannya.

C.2.2 Pendidikan

Untuk mengevaluasi kinerja pembangunan daerah dalam bidang pendidikan

dalam hal ini dilihat dari 10 indikator, yaitu:

1) Angka Partisipasi Murni Tingkat SD

2) Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD

3) Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMP

4) Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah

5) Angka Putus Sekolah Tingkat SD

6) Angka Putus Sekolah Tingkat SMP

7) Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah

8) Angka Melek Huruf

9) Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP

10) Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat

Sekolah Menengah.

1) Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar

Angka partisipasi murni (APM) yang diterjemahkan dari Net Enrolment

ratio (NER) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu

yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya,

untuk SD adalaah 7 – 12 tahun. Rata-rata APM SD Provinsi Bali selama tahun 2004

– 2009 mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2006. Jika dibandingkan dengan

APM SD tingkat nasional rata-rata APM Bali masih di atas rata-rata nasional.

Berdasarkan Gambar 6 tercermin bahwa angka partisipasi murni (APM) SD

di Provinsi Bali meskipun pernah mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 23 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

2005 dan 2006, namun menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama

periode tahun 2004 – 2009. Hal ini menggambarkan bahwa semakin sedikit jumlah

anak-anak yang berusia dari 7 -12 yang tidak mengikuti pendidikan pada jenjang

SD. Peningkatan APM SD tidak lepas dari peningkatan pendapatan perkapita

penduduk yang dicerminkan oleh Indeks Pendapatan Per Kapita (IPPK) dengan

harga konstan tahun 2000, meningkatnya jumlah peserta didik Taman Kanak-kanak

(IJSTK, Indeks jumlah siswa taman kanak-kanak tahun 2004 100), keberadaan

sekolah yang mudah dijangkau oleh masyarakat, tersedianya berbagai subsidi dan

bantuan pendidikan sehingga meringankan beban orang tua siswa, dan

meningkatnya soft skill dan hard skill para pendidik yang menyebabkan iklim proses

belajar mengajar menjadi lebih baik anak-anak usia SD tertarik dan betah untuk

belajar di sekolah.

Gambar 6

Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Provinsi Bali,

Tahun 2004 – 2009

Angka Partisipasi Murni (APM) SD serta Indikator Pendukungnya

90,0

95,0

100,0

105,0

110,0

115,0

120,0

125,0

130,0

APM SD 96,2 96,0 95,9 96,6 97,9 98,3

IJSTK 100,0 109,3 109,6 115,3 118,4 122,6

IPPK 100,0 104,7 108,7 113,6 119,1 124,2

2004 2005 2006 2007 2008 2009

2) Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar

Angka partisipasi kasar (APK), indikator ini mengukur proporsi anak sekolah

pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan

jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 24 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

banyaknya anak yg sedang/telah menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK

SD, diperoleh dengan membagi jumlah murid SD dengan penduduk yang berusia 7-

12 tahun. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi

sekolah (kotor) adalah jumlah penduduk pada jenjang pendidikan SD. Seperti yang

ditampilkan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa APK SD di Provinsi Bali selama

tahun 2004 – 2009 lebih tinggi dari 100. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak

anak-anak yang berumur kurang dari 7 tahun atau berumur lebih dari 12 tahun yang

ikut pada program pendidikan pada jenjang SD.

Gambar 7

Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Dasar

di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Angka Partisipasi Kasar (APK) SD serta Indikator Pendukungnya

90

95

100

105

110

115

120

125

130

APK SD 109,84 107,14 108,22 113,61 114,09 127,28

JSD 100,0 101,0 100,7 100,9 102,1 101,8

JGSD 100,0 101,8 102,2 103,9 107,1 109,0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Berdasarkan Gambar 7 dapat dijelaskan meskipun APK SD di Provinsi Bali

cukup berfluktuasi, namun memiliki kecenderungan meningkat dari tahun 2004 ke

tahun 2009. Hal ini tidak lepas dari dukungan pihak orang tua yang menyekolahkan

anaknya lebih dini karena dukungan faktor ekonomi anak-anak pada usia dini

secara phisik cepat besar, dan secara psikologi sudah siap mengikuti pendidikan di

sekolah dasar, jumlah sekolah dasar (JSD) yang meningkat serta keberadaan

sekolah di Provinsi Bali yang mudah dijangkau oleh masyarat. Meningkatnya jumlah

guru SD (JGSD) juga dapat berdampak meningkatnya APK SD, karena semakin

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 25 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

banyak guru di masyarakat, secara psikologis juga akan mendorong meningkatnya

parstisipasi anak-anak bersekolah.

3) Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs

Rata-rata nilai akhir menjadi salah satu indikator untuk menentukan tingkat

kualitas sumber daya manusia. Idealnya semakin berkembangnya waktu semakin

tinggi rata-rata nilai akhir pada setiap jenjang pendidikan di suatu daerah, dan

berarti semakin baik tingkat kualitas sumber daya manusia yang ada di daerah

tersebut.

Gambar 8

Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Nilai Rata-rata SMP dan Indikator Pendukungnya

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

Nilai Rata2 4,80 5,81 5,81 5,81 6,29 6,73

Rasio MG 16,67 13,08 12,22 13,57 13,04 12,26

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar 8 memperlihatkan bahwa selama periode 2004 – 2009 rata-rata

nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali menunjukkan

kecenderungan yang meningkat. Di Provinsi Bali peningkatan terjadi dari 4,80 pada

tahun 2004 menjadi 6,73 pada tahun 2009. Adanya peningkatan rata-rata nilai akhir

jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali mencerminkan adanya peningkatan

kualitas sumberdaya manusia di Provinsi Bali. Peningkatan itu tidak lepas dari

peningkatan kualitas proses belajar mengajar di Indonesia, khususnya pada jenjang

SMP/MTs, yang antara lain dengan menurunnya berlawanan dengan rasio murid

(siswa) dengan jumlah guru SLTP, sehingga kosentrasi mengajar guru lebih terarah.

Pada Gambar 8 juga dapat dilihat bahwa selama tiga tahun, yaitu tahun

2005 – 2007 rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali tidak

mengalami perubahan atau stagnan. Meskipun demikian angka rata-rata nilai akhir

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 26 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

jenjang pendidikan SMP/MTs di Provinsi Bali mempunyai kecenderungan yang

meningkat selama periode 2004 – 2009.

4) Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA

Di samping rata-rata nilai akhir jenjang pendidikan SMP/MTs, kualitas

sumberdaya manusia pada suatu wilayah juga dicerminkan oleh rata-rata nilai akhir

jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, terutama untuk SMK yang diharapkan dapat

tertampung dalam pasar kerja setelah mereka tamat sekolah. Secara umum, rata-

rata nilai akhir SMA/SMK/MA nampak lebih tinggi dari nilai rata-rata SMP/MTs.

Secara lengkap rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA Provinsi Bali disajikan pada

Gambar 9.

Gambar 9

Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Bali,

Tahun 2004 – 2009

Nilai Rata-rata SMA/SMK/MA

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

11,0

12,0

13,0

Nilai Rata2 4,62 6,23 6,57 6,68 6,69 7,34

Rasio MG 11,84 11,28 11,22 12,04 11,24 11,19

2004 2005 2006 2007 2008 2009

 

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005

rata-rata nilai akhir anak SMA/SMK/MA di Provinsi Bali meningkat tajam, yaitu dari

4,62 ke 6,23. Kondisi ini menyebabkan rata-rata nilai akhir anak SMA/SMK/MA

sejak tahun 2005 melebihi rata-rata nilai nasional. Hal ini menggambarkan bahwa

selama empat tahun terakhir pembangunan pendidikan di provinsi Bali telah mampu

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ini berarti pembangunan pendidikan

di Provinsi Bali relevan dengan salah satu tujuan pembangunan nasional yakni

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan rata-rata nilai

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 27 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

akhir anak SMA/SMK/MA di Provinsi Bali tersebut tidak lepas dari adanya kebijakan

pemerintah secara umum dan pemerintah Bali khususnya dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai cara antara lain memberikan les

pelajaran di luar sekolah dan pemberian berbagai latihan soal-soal ujian sebelum

menempuh ujian nasional.

5) Angka Putus Sekolah Dasar

Angka putus sekolah pada suatu daerah juga merupakan salah satu cermin

keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Angka putus sekolah dasar

adalah rasio antara jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah dengan jumlah

anak usia sekolah dasar, yaitu 7 – 12 tahun. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya angka putus sekolah diantaranya adalah faktor

kemiskinan ekonomi, geografis dan rendahnya pemahaman penduduk terhadap

pentingnya pendidikan. Persentase putus sekolah SD di Bali selama periode lima

tahun terakhir seperti tergambar pada Gambar 10.

Gambar 10

Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Angka Putus Sekolah Dasar dan Indikator Pendukungnya

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

APS SD 1,66 1,51 2,20 2,37 1,00 0,88

P.Ek. 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa persentase putus sekolah

tingkat SD di Bali selama tahun 2004-2009 sangat berfluktuasi. Angka putus

sekolah pada tingkat sekolah dasar mengalami peningkatan yang signifikan dari

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 28 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

tahun 2005 ke tahun 2006 dan 2007 tidak lepas dari kondisi perekonomian yang

dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi (P.Ek) di Provinsi Bali. Dengan terjadinya

tragedi bom Bali II, perekonomian Bali sedikit lesu yang merambah sampai ke

pedesaan, menyebabkan anak-anak usia SD banyak yang tidak sekolah. Meskipun

demikian, pada tahun 2008 persentase DO mengalami penurunan yang cukup

drastis baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA. Kondisi ini mencerminkan bahwa

program yang ditujukan untuk mengatasi drop out yang dilakukan oleh pemerintah

provinsi Bali pada tahun 2008 dapat dikatakan cukup berhasil.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka putus

sekolah seperti pemberian bea siswa baik oleh pemerintah maupun swasta, sekolah

satu atap dan lain-lain. Di Bali program seperti ini nampaknya cukup memberikan

manfaat untuk penurunan angka putus sekolah, terbukti persentase angka putus

sekolah SD pada tahun 2008 menurun drastis dibandingkan tahun 2007 yakni dari

2,37 persen menjadi 1,00 persen, dan terus menurun menjadi 0,88 persen pada

tahun 2009.

6) Angka Putus SMP/MTs.

Semakin tinggi jenjang pendidikan biasanya semakin sedikit jumlah fasilitas

pendidikan yang tersedia, disamping itu ada kecenderungan semakin tinggi jenjang

pendidikan semakin tinggi pula biaya yang diperlukan. Hal ini seringkali menjadi

faktor penyebab terjadinya putus sekolah dikalangan siswa SMP/SMA. Di Provinsi

Bali anak-anak SMP/MTs yang putus sekolah lima tahun belakangan ini secara

umum persentasenya lebih tinggi dari angka putus sekolah jenjang pendidikan SD

kecuali tahun 2005. Persentase putus sekolah jenjang pendidikan SMP/MTs di Bali

selama lima tahun terakhir seperti tertera pada Gambar 11.

Pada Gambar 11 nampak bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2005 terjadi

penurunan persentase putus sekolah SMP/MTs yang cukup tajam yakni dari 4,71

persen menjadi 0,18 persen. Demikian juga dua tahun terakhir yakni tahun 2007

dan 2008 terjadi perubahan persentase angka putus sekolah yang cukup drastis di

tingkat SMP/MTs di Bali. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008 Provinsi

Bali telah berhasil menurunkan angka putus sekolah SMP/MTs. Gambar 11 juga

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi

dengan angka putus sekolah SMP/MTs. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

pertumbuhan ekonomi, semakin menurun angka putus sekolah di Provinsi Bali.

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 29 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

7) Angka Putus Sekolah Menengah Atas

Pada periode lima tahun terakhir angka putus sekolah di jenjang pendidikan

SMA/SMK/MA di Provinsi Bali menunjukkan angka yang bervariasi, hal ini seperti

tampak pada Gambar 11. Pada Gambar 11 tersirat bahwa persentase putus

sekolah SMA/SMK/MA di Bali paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu 3,17

persen, kondisi ini kemudian mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun

2008 yang hanya mencapai angka 0,4 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi

nasional angka putus sekolah di Bali masih jauh lebih rendah. Gambar 11 juga

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi

dengan angka putus sekolah SMA/SMA/MA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

pertumbuhan ekonomi, semakin menurun angka putus sekolah di Provinsi Bali.

Pemerintah Provinsi bali telah mampu menurunkan angka putus sekolah

secara drastis tahun 2008 baik di SMP maupun SMA. Penurunan ini disebabkan

karena adanya program pemberian bea siswa bagi anak kurang mampu baik oleh

pemerintah maupun swasta, pemberian dana BOS, dan pendirian sekolah satu atap

di daerah-daerah rawan putus sekolah seperti daerah miskin dan daerah terpencil.

Hal ini berarti penanganan angka putus sekolah di Bali cukup relevan dengan

pembangunan pendidikan di Indonesia.

Gambar 11

Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2009

Angka Putus Sekolah SMP/MTs dan SMA/SMK/MA

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

APS SMP 3,30 3,00 2,48 2,21 0,33 0,19

APS SMA 2,14 2,21 2,17 1,90 0,40 0,32

P.Ek. 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33

2004 2005 2006 2007 2008 2009

 

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 30 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

8) Angka Melek Aksara 15 Tahun ke Atas

Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun

keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana

dalam hidupnya sehari-hari. Kemampuan membaca dan menulis merupakan

kemampuan dasar bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai informasi dan

pengetahuan terlebih pada era informasi global seperti sekarang ini. Informasi dari

angka melek huruf adalah: 1) mengukur keberhasilan program-program

pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan, 2) menunjukkan

kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai

media, dan 3) menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan

tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan

potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan

daerah. Keberhasilan meningkatkan angka melek huruf tergantung juga dengan

tingkat pendapatan masyarakat untuk mengakses pendidikan, seperti yang

dilaporkan dalam World Development Report 2000/2001 tentang Attacking Poverty,

disamping juga pelayanan yang diberikan oleh pemerintah/swasta berkaitan dengan

peningkatan pendidikan, khususnya mengentasan buta aksara. Angka melek aksara

15 tahun ke atas di Provinsi Bali seperti tertera pada Gambar 12.

Gambar 12

Angka Melek Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas

di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Angka Melek Huruf dan Indikator Pendukungnya

70,00

80,00

90,00

100,00

110,00

120,00

130,00

AMH 85,52 86,21 85,79 86,75 87,53 88,04

IPPK 100,0 104,7 108,7 113,6 119,1 124,2

2004 2005 2006 2007 2008 2009

 

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 31 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 12 menunjukkan bahwa selama periode lima tahun terakhir

persentase melek aksara penduduk 15 tahun ke atas di Bali secara umum

menunjukkan kenaikan kecuali tahun 2006 persentasenya sedikit menurun

dibandingkan tahun 2005. Selanjutnya tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan

lebih dari 1 persen. Perbaikan kondisi ini disebabkan karena meningkatnya tingkat

pendapatan perkapita masyarakat (IPPK) serta adanya program keaksaraan

fungsional yang telah digalakkan oleh pemerintah baik melalui lembaga formal

maupun non formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang ada di

masing-masing Kabupaten, dan juga indeks perkembangan pendapatan per kapita

masyarakat (IPPK) Namun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi nasional,

persentase penduduk melek aksara di Bali masih lebih rendah. Ini berarti program

pemberantasan buta aksara melaui kegiatan keaksaraan fungsional (KF) di Bali

masih belum maksimal dan perlu terus digalakkan.

9) Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Sekolah Menengah Pertama

Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah ketersediaan

guru yang layak. Kelayakan guru meliputi kopetensinya serta relevansi keahliannya

dengan bidang studi yang diajar. Sesuai dengan UU. No. 15 Tahun 2006 tentang

guru dan dosen, salah satu indikator pengukur kelayakan guru adalah

berpendidikan S1 dan tersertifikasi. Di Bali persentase guru yang layak mengajar

pada periode 2004-2009 ditampilkan pada Gambar 13.

Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa di Bali selama lima tahun

terakhir jumlah guru yang mengajar di SMP/MTs meningkat pada tahun 2009

sebesar 62,1 persen dibandingkan dengan tahun 2004, yang dilihat dari indeks

peningkatan jumlah guru (IPJG). Peningkatan jumlah guru tersebut juga disertai

dengan peningkatan kualitas guru mengajar, yang ditunjukkan oleh persentase guru

yang layak mengajar di SMP mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap

tahun. Ini berarti upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui kelayakan guru di

Bali cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan

karena adanya kebijakan pemerintah memberikan kesempatan yang luas bagi guru

untuk mengikuti pendidikan Sarjana (S1) bagi guru yang belum memiliki ijasah S1

sebagai persyaratan untuk mengikuti uji sertifikasi, dan memberikan kesempatan

untuk mengikuti kegiatan lain seperti seminar, loka karya dan lain-lain yang terkait

dengan persyaratan sertifikasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah guru yang

sudah tersertifikasi, berarti upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui

kelayakan guru di Bali cukup relevan dengan tujuan pembangunan nasional.

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 32 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 13

Persentase Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs

di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Persentase Guru yang Layak Mengajar SMP

70,00

90,00

110,00

130,00

150,00

170,00

GLM SMP 83,48 83,32 85,77 86,55 87,25 88,22

IPJG 100,0 129,9 136,6 135,7 147,2 162,1

2004 2005 2006 2007 2008 2009

10) Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar di Sekolah Menengah Atas

Secara umum persentase guru yang layak mengajar di jenjang pendidikan

Sekolah menengah Atas (SMA) lebih kecil dari persentase guru yang layak

mengajar di jenjang pendidikan SMP. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya

kebutuhan pendidikan guru di tingkat SMA yang seharusnya lebih tinggi dari

pendidikan guru di tingkat SMP, di samping juga meningkatkan jumlah guru agar

kualitas lulusan menjadi lebih baik. Secara rinci gambaran persentase jumlah guru

yang layak mengajar, serta indeks peningkatan jumlah guru yang mengajar (IPJG)

di tingkat SMA seperti tampak pada Gambar 14.

Dari Gambar 14 nampak bahwa di Provinsi Bali jumlah guru SMA terus

mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh indeks peningkatan jumlah guru

(IPJG), yaitu sebanyak 19 persen dari tahun 2004 ke tahun 2009. Peningkatan

jumlah guru tersebut juga disertai dengan peningkatan jumlah guru yang layak

mengajar. Seperti yang telah terurai pada kebijakan untuk guru SMP sebelumnya,

bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dibutuhkan

kualitas tenaga pengajar yang lebih baik. Meskipun agak fluktuatif, persentase guru

SMA yang layak mengajar dari tahun 2004 ke tahun 2009 memiliki kecendrungan

meningkat, yaitu dari 78,73 persen pada tahun 2004 menjadi 79,10 tahun 2009.

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 33 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 14

Persentase Kelayakan Guru Mengajar di SMA

di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Persentase Guru yang Layak Mengajar SMA

70,00

80,00

90,00

100,00

110,00

120,00

GLM SMA 78,73 80,73 78,29 78,95 79,02 79,10

IPJG 100,00 105,06 107,98 108,70 114,97 119,04

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Capaian indikator pembangunan di bidang pendidikan di Provinsi Bali selama

tahun 2004 – 2009 dapat dirangkung ke dalam Tabel 7.

Tabel 7

Rekapitulasi Capaian Hasil Pembangunan Pendidikan di Provinsi Bali

No Capaian Indikator Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Angka Partisipasi Murni

SD/MI 96,15 96,03 95,92 96,58 96,58 97,89

2. Rata-rata Nilai Akhir

SMP/MTs 5,10 5,98 5,98 5,98 6,07 6,73

SMA/SMK/MA 4,62 6,23 6,57 6,68 6,90 7,35

3. Angka Putus Sekolah

SD 1,66 1,51 2,20 2,37 1,00 0,88

SMP/MTs 4,71 0,18 2,64 5,98 0,22 0,19

Sekolah Menengah 1,33 2,28 3,17 1,90 0,40 0,26

4. Angka Melek Aksara 15th ke atas

85.52 86.21 85.79 86,75 87,53 88,04

5. Persentase Jumlah Guru yg layak mengajar

SMP/Ts 83,48 83,32 85,77 86.85 87,25 88,22

Sekolah Menengah 78,73 80.47 78,29 78,95 79,02 79,10

Sumber: Disdikpora Provinsi Bali, 2009

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 34 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan capaian

indikator kinerja pendidikan selama tahun 2004 – 2009 cenderung mengalami

peningkatan. Peningkatan ini tidak lepas dari peningkatan kemampuan ekonomi

masyarakat, kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan, serta

komitmen pemerintah daerah untuk terus meningkatkan persentase anggaran

pendidikan, baik yang bersumber dari APBN dan juga dari ABPD.

C.2.3 Kesehatan

Kinerja pembangunan daerah dalam bidang kesehatan dievaluasi dengan 5

indikator, yaitu:

1) Umur Harapan Hidup (tahun)

2) Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup)

3) Prevalensi Gizi Buruk

4) Prevalensi Gizi Kurang

5) Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk

1) Umur Harapan Hidup (UHH)

Umur harapan hidup saat lahir adalah rata – rata hidup yang akan dijalani

oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Umur harapan hidup merupakan alat

untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada

umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu

negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya

daya beli masyarakat yang dicerminkan oleh indek pendapatan perkapita (IPPK)

akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi

kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga

memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya

akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia

harapan hidupnya.  

Data umur harapan hidup di Provinsi bali dari 2004 - 2009 tampak ada

kecendrungan meningkat, walaupun pada permulaannya peningkatannya agak

pelan (2004-2007), Pada tahun 2005 Provinsi Bali telah mampu mencapai angka

target nasional, yaitu 70,6 tahun, dan pada tahun 2007 umur harapan hidup Bali

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 35 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

mencapai 72,4 tahun, yang bertahan sampai dengan tahun 2009, seperti yang

ditampilkan pada Gambar 15

Keberhasilan peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Bali

yang dicerminkan dengan meningkatnya umur harapan hidup disebabkan beberapa

faktor:

a) derajat kesehatan penduduk semakin baik sebagai konsekuensi logis dari

sarana dan prasarana kesehatan yang ada dengan penerimaan masyarakat

yang responsif terhadap program-programnya;

b) tersedianya sarana air bersih sampai ke desa-desa, yang memungkinkan

kehidupan lebih sehat;

c) pertumbuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat yang dicerminkan oleh

peneingkatan pendapatan perkapita masyarakat (IPPK) sehingga mampu

menopang kehidupan yang lebih sehat;

d) listrik masuk sampai ke desa-desa terpencil sehingga masyarakat mudah

memperoleh berita atau informasi di bidang kesehatan melalui TV atau radio.

Gambar 15

Umur harapan hidup di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Umur Harapan Hidup dan Indikator Pendukungnya

60

70

80

90

100

110

120

130

UHH 70,00 71,54 72,00 72,40 72,40 72,40

IPPK 100,0 104,7 108,7 113,6 119,1 124,2

2004 2005 2006 2007 2008 2009

2) Angka Kematian Bayi (AKB)

Target kondisi ideal yang ingin dicapai dalam MDGs antara lain menurunkan

sepertiga angka kematian bayi (AKB) dan balita (AKBa) pada tahun 2015. Kematian

bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 36 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.

Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu

endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan

kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah

dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak

lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama

kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian

bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat

dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk

pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi

yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang

berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka

kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan

kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti

tetanus. Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian

Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-

program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program

penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5

tahun.

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia

dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Data

mengenai kematian bayi di Provinsi Bali pada periode tahun 2004 – 2009

ditampilkan pada Gambar 16.

Berdasarkan Gambar 16 dapat diketahui bahwa scara umum, angka

kematian bayi di Provinsi Bali dari tahun 2004 - 2009 mempunyai kecendrungannya

menurun. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain a) adanya

pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat (PPK) sehingga mampu menopang

kehidupan yang lebih sehat, b) tersedianya sarana/prasarana kesehatan sampai ke

desa-desa, dan berfungsi dengan layak, c) meningkatnya tenaga kesehatan

(T.Kes) per 100.000 penduduk, dan d) meningkatnya pengetahuan masyarakat

terhadap kesehatan.

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 37 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 16

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2009

Angka Kematian Bayi dan Variabel Pendukungnya

0,0

4,0

8,0

12,0

16,0

20,0

24,0

28,0

32,0

AKB 7,47 7,48 9,64 7,91 6,75 6,58

T.Kes 26,83 23,89 25,10 28,26 28,95 29,91

PPK 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33

2004 2005 2006 2007 2008 2009

3) Prevalensi Gizi Buruk

  Salah satu indikator kinerja pembangunan pada suatu daerah adalah

prevalensi gizi buruk dan prevalensi gizi kurang, yang sekaligus merupakan salah

satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya

meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan

produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan

kebodohan dan keterbelakangan.

  Gizi buruk dapat ditimbulkan oleh penyebab tak langsung dan penyebab

langsung. Penyebab tak langsung, anak yang mendapat cukup makanan tetapi

sering menderita sakit penyakit infeksi, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.

Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan

tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. Penyebab langsung

dari gizi kurang atau buruk antara lain:

a) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan

mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya

dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 38 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

b) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak

agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

c) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan

sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang

membutuhkan.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan gizi buruk selain faktor kesehatan,

tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan

rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk

mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.

Prevalensi gizi buruk secara nasional untuk tahun 2005 adalah 7,99 persen

dan untuk tahun 2007 sebesar 6,24 persen. Dibandingkan dengan angka tersebut

sebenarnya Provinsi Bali telah berprestasi dalam mengentaskan gizi buruk di

masyarakat. Angka capaiannya ditampilkan pada Gambar 17.

Gambar 17

Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Prevalensi Gizi Kurang (PGK) dan Indikator Pendukungnya

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Per

sen

PGK 5,84 2,89 7,51 3,35 3,66 3,38

P.Miskin 6,85 6,72 7,06 6,6 6,17 5,13

Pengangguran 4,66 5,32 6,04 3,77 4,45 4,25

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 39 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Gambar 17 dapat dijelaskan terdapat korelasi yang positif

antara angka prevalensi gizi buruk (PGK) dengan tingkat kemiskinan dan

pengangguran di Provinsi Bali. Semakin tinggi tingkat kemiskinan dan

pengangguran disertai dengan peningkatan angka prevalensi gizi buruk. Dari

Gambar 17 juga dapat dijelaskan bahwa meskipun agak fluktuatif, terutama pada

tahun 2006, namun angka prevalensi gizi buruk di Provinsi Bali dari tahun 2004 s/d

2009 sangat kecil, yaitu rata-rata 0,18 persen, dan dengan kecenderungan

menurun. Hal ini berarti Provinsi Bali mampu mengentaskan gizi buruk dari tahun

ke tahun.

Beberapa faktor yang menyebabkan kecilnya prevalensi gizi buruk di Provinsi

Bali antara lain:

a) Adanya perbaikan kondisi ekonomi masyarakat, pengangguran dan kemiskinan

menurun, sehingga daya beli masyarakat meningkat;

b) Bahan pangan tersedia secara merata, karena wilayah tidak terlalu luas.

c) pengetahuan warga masyarakat dalam ilmu pangan meningkat;

d) Semakin menurunnya penyakit infeksi;

e) Semakin baik pelaksanaan program kesehatan dan penanggulangan gizi buruk.

4) Prevalensi Gizi Kurang

Gizi kurang adalah kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang

diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan

dengan kehidupan, sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan.

Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Kasus gizi kurang

banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.

Penyebab dari gizi kurang antara lain : kebiasaan makan dimana makanan

yang dikonsumsi kurang mengandung kalori dan protein. Faktor sosial budaya

dapat juga menjadi faktor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan

mengkonsumsi makanan tertentu, seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut

kecacingan. Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gizi kurang adalah penyakit

metabolic, infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lain.

Kekurangan gizi ini secara umum menyebabkan gangguan pada:

a) Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan

sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi

rontok.

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 40 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

b) Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak

kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi

malas, dan merasa lemas.

c) Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi

seperti batuk, pilek dan diare.

d) Kurang gizi pada anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental atau

terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan IQ dan

motorik yang terhambat.

e) Perilaku anak cenderung cengeng, apatis, dan tidak tenag jika mengalami gizi

kurang.

Pada umumnya angka prevalensi gizi kurang lebih besar dari angka

prevalensi gizi buruk. Hampir sama penyebab gizi buruk, angka prevalensi gizi

kurang tergantung dari tingkat pengannguran dan tingkat kemiskinan, atau

perkembangan ekonomi pada suatu peride waktu terentu, seperti daya beli

masyarakat dan juga ketersediaan bahan pangan, terutama bahan makanan pokok.

Capaian angka prevalensi gizi kurang di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009

ditampikan pada Gambar 18.

Gambar 18

Angka Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Prevalensi Gizi Kurang (PGK) dan Indikator Pendukungnya

0

2

4

6

8

Pe

rse

n

PGK 5,84 2,89 7,51 3,35 3,66 3,38

P.Miskin 6,85 6,72 7,06 6,6 6,17 5,13

Pengangguran 4,66 5,32 6,04 3,77 4,45 4,25

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 41 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Gambar 18 dapat diketahui bahwa data prevalensi gizi kurang

di Provinsi Bali mempunyai kisaran 3,35 -7,51 persen. Data prevalensi gizi kurang

paling tinggi adalah pada tahun 2006. Hal ini disebabkan karena tingkat

pengangguran dan tingkat kemiskinan paling tinngi selama tahun 2004 – 2009.

Demikian juga selama tahun 2004 – 2009 angka angka prevalensi gizi kurang di

Provinsi Bali memiliki kecenderungan yang menurun. Hal ini berarti bahwa program

pembangunan di bidang berbaikan gizi masyarakat Bali mampu mengatasi dan

mengurangi kasus gizi kurang. Perlu diupayakan perbaikan kondisi ekonomi, sebab

jika kondisi ekonomi mengalami kontraksi warga masyarakat dengan status gizi

kurang ini berada dalam daerah abu-abu yang cepat akan masuk ke area cukup

atau akan masuk ke area gizi buruk.

Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya angka prevalensi gizi

kurang di Provinsi Bali antara lain:

a) adanya perbaikan kondisi ekonomi warga masyarakat;

b) bahan pangan lebih tersedia secara merata;

c) daya beli masyarakat meningkat;

d) pengetahuan warga masyarakat dalam ilmu pangan meningkat;

e) semakin menurunnya penyakit infeksi;

f) akibat langsung dari program kesehatan dari BP/Puskesmas yang ada.

5) Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk

Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan di

bidang kesehatan pada suatu daerah. Untuk meningkatkan kualitas layanan

kesehatan kepada masyarakat, disamping dengan meningkatkan kualitas

sumberdaya manusianya, juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kuantitasnya,

sehingga memadai dengan jumlah penduduk yang dilayani, luas wilayah, beban

kerja, dan juga sarana kesehatan yang tersedia.

Untuk melihat kecukupan tenaga kesehatan secara sederhana dapat

digunakan indikator rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk. Hal ini berarti

bahwa semakin besar rasio antara tenaga kesehatan per 100.000 penduduk adalah

semakin baik. Agar mendapatkan gambaran mengenai kecukupan tenaga

kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk, Departemen Kesehatan

(Kementerian Kesehatan) mengeluarkan standar nasional, yaitu:

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 42 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Tabel 8

Standar Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk

No Tenaga Kesehatan Rasio per 100.000

penduduk

1. Dokter Spesialis 6,0

2. Dokter Umum 40,0

3. Dokter Gigi 11,0

4. Apoteker 10,0

5. SKM 40,0

6. Gizi 22,0

7. Bidan 100,0

8. Perawat 117,5

9. Sanitarian 40,0

Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 terus

meningkat, baik untuk tenaga dokter dan paramedis termasuk pula tenaga

penunjang lainnya. Hal itu sejalan dengan pembangunan sarana/prasaran

kesehatan yang setiap tahun giat dilaksanakan oleh pemerintah. Meskipun

demikian, dengan bertambahnya jumlah penduduk peningkatan jumlah tenaga

kesehatan itu mungkin tidak mempunyai arti. Berkaitan dengan itu, maka tenaga

kesehatan tersebut harus dibandingkan dengan jumlah penduduk setiap tahun.

Dengan demikian semakin tinggi rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk

semakin baik. Kecukupan tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang dilayani serta perbandingan dengan standar nasional selama tahun

2004 – 2009 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9

Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk di Provinsi Bali

No. Tenaga Kesehatan

Standar 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Keterangan

1. Dokter Sps 6,0 12,8 11,0 10,6 13,8 12,8 13,2 Lebih

2. Dokter Umum 40,0 25,4 19,7 22,2 23,0 24,0 24,7 Kurang

3. Dokter Gigi 11,0 4,1 4,7 5,8 6,2 6,9 7,6 Kurang

4. Apoteker 10,0 9,3 9,3 10,2 14,5 11,6 12,1 Lebih

5. Kes. Mas 40,0 4,1 5,1 8,6 8,5 9,6 11,3 Kurang

6. Gizi 22,0 8,3 7,1 7,2 7,2 7,3 7,3 Kurang

7. Bidan 100,0 39,9 44,9 48,9 48,6 55,4 59,1 Kurang

8. Perawat 117,5 123,8 101,0 100,1 124,0 126,0 126,5 Lebih

9. Sanitarian 40,0 13,8 12,2 12,3 8,5 7,1 7,3 Kurang

Rata-rata 49,2 26,8 23,9 25,1 28,3 28,9 29,9 Kurang

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, tahun 2010.

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 43 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

  Dari 9 jenis tenaga kesehatan yang dianalisis, pada tahun 2009 yang telah

melampaui standar pelayanan nasional adalah tersedianya dokter spesialis, standar

minimalnya adalah 6 orang per 100.000 penduduk, kenyataannya sudah tersedia

12,8 orang. Apoteker yang diharapkan sebanyak 10 orang per 100.000 penduduk,

namun yang tersedia mencapai 12,1 orang per 100.000 penduduk. Terakhir jumlah

perawat yang diharapkan minimal 117,5 orang per 100.000 penduduk, dan yang

tersedia mencapai 126,5 orang per 100.000 penduduk. Selain jenis tenaga

kesehatan yang disebutkan tersebut, di Provinsi Bali masih kekurangan tenaga

kesehatan, seperti dikter gigi, kesehatan masyarakat, ahli gizi, bidan, dan

sanitarian.

Berdasarkan Tabel 9 apabila angka pada baris terakhir dapat diketahui

bahwa rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk di Provinsi Bali dari tahun

2004 ke tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan, meskipun secara umum

belum mencapai standar yang ditetapkan pemerintah pusat.

Tabel 10

Rekapitulasi Hasil Pembangunan Kesehatan di Provinsi Bali

No Indikator Hasil Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Umur harapan hidup (UHH) 70,00 71,54 72,00 72,40 72,40 72,40

2. Angka Kematian Bayi (AKB)/1000 kelahiran 7,47 7,48 9,64 7,91 6,95 6,11

3. Angka Kematian Ibu (AKI)/100000 persalinan 93,78 59,50 88,37 69,37 68,87 67,82

4. Prevalensi Gizi Buruk (%) 0,21 0,15 0,35 0,13 0,13 0,12

5. Prevalensi Gizi Kurang (%) 5,84 2,89 7,51 3,35 3,66 3,38

6. Tenaga Kesehatan per 10.000 penduduk

a) Dokter Spesialis 12,8 11,0 10,6 13,8 12,8 13,2 b) Dokter Umum 25,4 19,7 22,2 23,0 24,0 24,7 c) Dokter Gigi 4,1 4,7 5,8 6,2 6,9 7,6 d) Apoteker 9,3 9,3 10,2 14,5 11,6 12,1 e) Kes. Mas 4,1 5,1 8,6 8,5 9,6 11,3 f) Gizi 8,3 7,1 7,2 7,2 7,3 7,3 g) Bidan 39,9 44,9 48,9 48,6 55,4 59,1 h) Perawat 123,8 101,0 100,1 124,0 126,0 126,5 i) Sanitarian 13,8 12,2 12,3 8,5 7,1 7,3

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2010

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 44 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

C.2.4 Keluarga Berencana

Kinerja pembangunan daerah dalam bidang keluarga berencara dievaluasi

dengan 3 indikator, yaitu:

1) Persentase penduduk ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate)

2) Pertumbuhan Penduduk

3) Tingkat kelahiran total (Total Fertility Rate)

1) Persentase Penduduk ber-KB

Persentase penduduk ber-KB adalah banyaknya pasangan usia subur (PUS)

yang menggunakan salah satu cara kontrasepsi. Angka ini menunjukkan tinggi

rendahnya partisipasi masyarakat, khususnya PUS untuk mengikuti program

keluarga berencana (KB). Untuk memperoleh gambaran mengenai partisipasi

penduduk dalam ber-KB, baik untuk Provinsi Bali maupun secara nasional dapat

dilihat pada Gambar 19

Gambar 19

Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Bali,

Tahun 2004 – 2009

Persentase Penduduk Ber KB (CPR) dan Indikator Pendukungnya

50

60

70

80

90

100

110

120

CPR 66,4 68,2 67,4 69,4 69,9 70,7

KBB 62,5 55,3 101,4 101,8 93,3 117,2

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Berdasarkan Gambar 20 dapat diketahui bahwa perkembangan persentase

penduduk ber-KB, baik di Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan yang

meningkat. Peningkatan persentase penduduk ber KB tidak lepas dari peningkatan

peserta KB baru (KBB). Keberhasilan program KB di Provinsi Bali sejak lama

dialami, yaitu sejak Pembangunan Lima Tahun I (Pelita I) yang terkenal dengan

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 45 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Program KB sistem banjar dan adanya peserta KB baru yang cenderung meningkat

selama periode 2006 – 2009.

Berfluktuasinya capaian persentase penduduk ber-KB akhir-akhir ini di

Provinsi Bali merupakan dampak daripada perubahan sistem pemerintahan dari

sentralisasi ke desentralisasi. Pada era desentralisasi, daerah kabupaten/kota

diberikan otonomi yang lebih luas untuk mengatur daerahnya masing-masing. Pada

masa peralihan ini banyak terjadi perubahan-perubahan, dan berkembang

anggapan bahwa program KB tidak dapat mendongkrak pendapatan asli daerah.

Bahkan sebaliknya, membutuhkan biaya yang besar. Dalam kaitan ini tampaknya

beberapa pemerintah kabupaten/kota lupa bahwa program KB adalah salah satu

dari investasi mutu modal manusia, yang hasilnya baru dapat dinikmati dalam

jangka panjang. Kelembagaan yang mengurus program KB pada tingkat

kabupaten/kota sangat variatif; ada yang berdiri sendiri berupa kantor atau masih

mengikuti pola lama yaitu BKKBN kabupaten/kota, dan ada pula yang digabung

dengan instansi lain seperti dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota, digabung

dengan beberapa dinas seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Kondisi yang digambarkan di atas akan menyebabkan betapa rumitnya

dalam melakukan koordinasi antara BKKBN tingkat provinsi dengan lembaga yang

mengurus program KB pada tingkat kabupaten/kota. Dampak dari kondisi di atas

akan menyebabkan mengendornya pelaksanaan program KB pada era otonomi

daerah dan pada sisi lain hal ini bermuara pada meningkatnya angka kelahiran.

Secara tidak langsung hal ini dapat dilihat dari semakin melebarnya alas piramida

penduduk, yang ditandai oleh meningkatnya proporsi penduduk pada umur 0-4

tahun dibandingkan dengan penduduk umur 5-9 tahun. Misalnya, proporsi

penduduk umur 0-4 tahun pada tahun 2000 adalah 9,34 persen untuk laki-laki dan

9,04 persen untuk perempuan. Di pihak lain, proporsi penduduk umur 5-9 tahun

pada tahun yang sama masing-masing sebesar 8,71 persen untuk laki-laki dan 8,27

persen untuk perempuan. Kesan ini masih tampak pula pada tahun 2005; proporsi

penduduk umur 0-4 tahun adalah 8,41 persen untuk laki-laki dan 8,30 persen untuk

perempuan. Sebaliknya proporsi penduduk umur 5-9 tahun pada tahun 2005 adalah

8,22 persen untuk laki-laki dan 8,10 persen untuk perempuan.

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 46 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Meskipun persentase penduduk yang ber-KB di Provinsi Bali berfluktuasi

selama periode 2004-2009, namun dilihat dari perubahan persentase penduduk ber-

KB menurut hasil SDKI 2002-2003 dan SDKI 2007 ternyata hasilnya sangat efektif.

Pada tahun 2007 persentase penduduk ber-KB di Provinsi Bali meningkat 2,00

persen dibandingkan dengan tahun 2006, sedangkan pada tingkat nasional

perubahannya negatif pada periode yang sama. Pada tahun-tahun berikutnya (2008

dan 2009) perubahannya senantiasa positif, sementara pada tingkat nasional

sangat fluktuatif.

2) Persentase laju pertumbuhan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk suatu wilayah ditentukan oleh besarnya

komponen-komponen dinamika kependudukan, seperti kelahiran, kematian, migrasi

masuk, dan migrasi keluar. Kelahiran dan migrasi masuk akan berkontribusi positif

terhadap laju pertumbuhan penduduk, sebaliknya kematian dan migrasi keluar

berkontribusi negatif terhadap laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah.

Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah semakin cepat pula

penduduk tersebut menjadi dua kali lipat. Secara matematis diperkirakan bahwa

jumlah penduduk menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 70/r; dimana 70 adalah

konstanta dan r merupakan laju pertumbuhan penduduk. Itulah sebabnya untuk

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, pemerintah

menerapkan berbagai kebijakan di bidang kependudukan antara lain melalui

program KB, program transmigrasi, program kesehatan, dan sebagainya.

Selanjutnya gambaran tentang capaian indikator laju pertumbuhan penduduk di

Provinsi Bali dikaitkan dengan capaian secara nasional disajikan pada Gambar 21.

Capaian indikator laju pertumbuhan penduduk yang disajikan pada Tabel 19

dapat memberikan informasi bahwa pada tahap awal (2004 dan 2005), laju

pertumbuhan penduduk Provinsi Bali memang relatif tinggi, masing-masing sebesar

1,46 persen per tahun. Namun demikian, pada periode-periode berikutnya laju

pertumbuhan penduduk di Provinsi Bali mengalami penurunan. Secara umum

tampak bahwa laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali selama periode 2004-2009

mengalami penurunan (Gambar 20).

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 47 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 20

Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk dan Indikator Pendukungnya

0,0

0,4

0,8

1,2

1,6

2,0

2,4

2,8

3,2

TPR 1,46 1,46 1,41 1,41 1,04 1,00

TFR 2,64 2,81 2,87 2,86 2,10 2,00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Meskipun keduanya mengalami penurunan, namun laju pertumbuhan

penduduk Provinsi Bali turun lebih tajam. Tajamnya penurunan laju pertumbuhan

penduduk di Provinsi Bali pada akhir periode proyeksi didukung oleh beberapa

faktor demografi. Faktor-faktor demografi dimaksud adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi penurunan angka kelahiran (fertilitas atau TFR), dan faktor

perpindahan (migrasi) penduduk.

Dari segi penurunan angka kelahiran, langkah yang ditempuh adalah

melakukan program aksi seperti intervensi langsung PUS yang tergolong unmet

need melalui kerja sama dengan Puskesmas setempat atau melalui sosialisasi dan

pelayanan langsung oleh Tim KB Keliling. Berkaitan dengan perpindahan

penduduk, terutama terkait dengan penduduk yang masuk ke Bali telah dilakukan

monitoring dan sidak (inspeksi mendadak) melalui pintu-pintu masuk di Gilimanuk

dan Padang Bai, di samping meningkatkan sinergi antara Desa Adat/Pakraman dan

Desa Dinas/Kelurahan dalam hal tertib administrasi kependudukan. Meningkatnya

persentase penduduk yang ber-KB di Provinsi Bali dari waktu ke waktu dapat

menyebabkan menurunkan angka kelahiran, dan pada gilirannya dapat

menghambat laju pertumbuhan penduduk.

Selain fertilitas, laju pertumbuhan penduduk juga dapat diturunkan melalui

program transmigrasi. Setelah beberapa tahun terjadi penundaan-penundaan

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 48 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

pemberangkatan transmigran, dengan alasan bahwa daerah-daerah tujuan rawan

konflik, maka pada akhir-akhir ini tampaknya program transmigrasi sudah mulai

dibuka kembali oleh pemerintah. Dengan dibukanya kran transmigrasi ini, akan

mendorong meningkatnya arus migrasi keluar menuju daerah-daerah tujuan yang

menjadi minatnya. Kondisi ini akan berpengaruh negatif terhadap laju pertumbuhan

penduduk di Provinsi Bali.

Kebijakan migrasi penduduk, tidak terbatas pada migrasi keluar melalui

program transmigrasi, melainkan juga diimbangi dengan pengaturan migrasi masuk.

Hal ini tentu tidak dapat dilakukan secara sepihak, namun harus ditempuh melalui

upaya kerja sama antar daerah. Secara nasional perlu dikembangkan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru yang lebih banyak sehingga arus migrasi penduduk

tidak hanya menuju satu daerah tujuan, namun tersedia berbagai alternatif daerah

tujuan yang dapat dipilih calon migran.

3) Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate)

Indikator angka kelahiran tahunan mencerminkan tingkat kelahiran pada

suatu waktu atau tahun tertentu. Secara umum, angka ini merupakan ukuran berapa

banyaknya bayi yang lahir dibandingkan dengan jumlah perempuan usia subur,

pada suatu tahun tertentu untuk daerah tertentu. Indikator Angka Kelahiran tahunan

merupakan cerminan kelahiran dalam bentuk kerat lintang (cross section) dan

bukan bersifat longitudinal atau historis.

Dalam demografi, istilah tingkat kelahiran atau crude birth rate (CBR) dari

suatu populasi adalah jumlah kelahiran per 1.000 orang tiap tahun. Secara

matematika, angka ini bisa dihitung dengan rumus CBR = n/((p)(1000)); di mana n

adalah jumlah kelahiran pada tahun tersebut dan p adalah jumlah populasi saat

penghitungan. Hasil penghitungan ini digabungkan dengan tingkat kematian untuk

menghasilkan angka tingkat pertumbuhan penduduk alami (alami maksudnya tidak

melibatkan angka perpindahan penduduk (migrasi).

Selama tahun 2004 – 2009 angka kelahiran total di Provinsi Bali mumpunyai

kisaran antara 1,64 sampai 2,87 seperti yang disajikan pada Gambar 21.

Berdasarkan Gambar 21 dapat dilihat bahwa angka kelahiran total sejak tahun 2007

angka itu menurun sedikit demi sedikit sampai dengan tahun 2009.

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 49 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 21

Angka Kelahiran Total di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Angka Kelahiran Total (TFR) dan Indikator Pendukungnya

2,0

12,0

22,0

32,0

42,0

52,0

62,0

72,0

TFR 2,64 2,81 2,87 2,86 2,85 2,80

CPR 66,41 68,20 67,40 69,40 69,90 70,72

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tingginya angka kelahiran di Provinsi Bali berkaitan dengan meningkatnya

penduduk pendatang. Pemakaian kontrasepsi yang lebih rendah pada penduduk

migran. Seperti hasil survey SUSENAS pada tahun 2005 – 2007 dan SUSEDA

tahun 2008 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi paling rendah Kota

Denpasar dibandingkan dengan kabupaten lainnya, namun penduduk migrannya

paling tinggi.

Meskipun pemakaian alat kontrasepsi di Provinsi Bali cukup tinggi, namun

pola pemakaian alat kontrasepsi berubah dapat berpengaruh terhadap

meningkatnya angka kelahiran. Pola pemakaian alat kontrasepsi berubah dengan

amat mencolok diseluruh Bali yaitu dari metode jangka panjang (IUD atau AKDR)

yang kegagalannya relatif lebih kecil ke metode jangka pendek yaitu suntikan.

Perubahan ini kemungkinan ada kaitannya dengan komunikasi, edukasi dan

informasi (KIE) tentang IUD yang semakin berkurang, akses untuk mendapat

pelayanan IUD termasuk kemampuan masyarakat untuk membayar layanan yang

terbatas. Selain itu, metode dengan tingkat kegagalan paling rendah, yaitu

tubektomi dan vasektomi tidak pernah lebih tinggi dari tingkat sekitar 4 persen

(tubektomi) dan 0,8 persen (tubektomi). Berdasarkan Gambar 20, dengan

mengabaikan data tahun 2004 dan 2005, terdapat korelasi yang negatif (r2 = -0,811)

antara persentase penduduk yang ber KB (CPR) dengan tingkat fertilitas (TFR) di

Provinsi Bali selama tahun 2006 – 2009. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat

persentase pendudukan bek KB, semakin menurun tingkat kelahiran total di Provinsi

Bali.

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 50 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

C.2.5 Ekonomi Makro

Dalam membahas kinerja ekonomi makro dalam rangka mengevaluasi

kinerja pembangunan daerah digunakan empat indikator, yaitu:

1) laju inflasi,

2) laju pertumbuhan ekonomi,

3) persentase ekspor terhadap PDRB, dan

4) persentase output manufaktur terhadap PDRB.

1) Pertumbuhan Ekonomi

Selama tahun 2004 - 2009 pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali cukup

fluktuatif sesuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2006 adanya

pelambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali disebabkan menurunnya

pendapatan dari sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) sebagai akibat

lesunya sektor pariwisata sebagai dampak dari Tragedi Bom Kuta II pada tahun

2005. Beberapa negara memberlakukan travel warning sebagai protes terhadap

keamanan di Bali yang tidak kondusif pada waktu itu. Meskipun demikian selama

periode tersebut pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mempunyai kecenderungan yang

menaik, seperti yang ditampilkan pada Gambar 22.

Gambar 22

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Persentase Pertumbuhan Ekonomi dan Indikaator Pendukungnya

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

Bali 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33

PHR 4,52 6,27 5,11 7,58 8,36 6,50

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 51 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 rata-rata

5,52 persen. Namun pertumbuhan ekonomi Bali tersebut berada di bawah nasional,

karena pertumbuhan ekonomi nasional yang rata-rata 6,27 persen, selama periode

yang sama. Kondisi ini terjadi sejak tahun 2000 setelah terjadinya krisis ekonomi di

Indonesia pada tahun 1997 dan 1998. Dari data yang tersedia, selama periode

tahun 1980 - 1998 pertumbuhan ekonomi selalu berada di atas rata-rata nasional.

Daya tahan ekonomi Bali juga dibuktikan pada saat krisis ekonomi tahun 1997 dan

1998. Pada saat itu perekonomian Bali mengalami kontraksi sebesar 4 persen,

sedangkan ekonomi nasional menalami kontraksi lebih parah, yaitu sebesar 13

persen, seperti yang ditampilkan pada Gambar 23.

Beberapa faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Bali setelah

krisis ekonomi, pertama disebabkan karena realisasi investasi setelah krisis

ekonomi menurun. Kedua, menurunnya penerimaan dari sektor pariwisata yang

dijadikan leading sector dalam pembangunan ekonomi Bali

Gambar 23

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali dan Indonesia, Tahun 1980 – 2009

Laju Pertumbuhan Ekonomi Bali dan indonesia

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

1980 1985 1990 1995 2000 2005

Bali Indones ia

Ketergantungan ekonomi Bali terhadap sektor pariwisata disebabkan

karena investasi dan tenaga kerja sangat banyak dilibatkan pada sektor ini sejak

Pembangunan Lima Tahun (Pelita) kedua pada pertengahan tahun 1970-an.

Sebagai leading sector, sektor pariwisata yang diwakili oleh sektor perdagangan

dan restoran memberikan sumbangan paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 52 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009, yaitu sebesar 36,89 persen seperti yang

ditampilkan pada Gambar 24.

Penurunan penerimaan sektor pariwisata karena menurunnya belanja

wisatawan yang datang ke Bali. Penurunan ini disebabkan oleh karena

berkurangnya kunjungan wisatawan yang berasal dari Eropah dan Amerika yang

umumnya lama tinggalnya (lenght of stay) cukup panjang dan belanjanya banyak.

Penurunan kunjungan wisatawan Eropah dan Amerika disebabkan karena

pemerintah Amerika masih menerapkan travel warning bagi warganya yang

berkunjung ke Indonesia setelah Tragedi Bom Bali tahun 2002 dan 2005. Meskipun

beberapa tahun terakhir secara kuantitas kunjungan wisatawan asing meningkat ke

Bali, namun didominasi oleh wisatawan asing dari Asia Timur, seperti Jepang,

Korea, Taiwan, dan China (termasuk Hong Kong). Dari segi kualitas wisatawan

seperti ini tidak bisa disamakan dengan wisatawan dari Eropah, Amerika dan

Australia, mereka lama tinggalnya relatif singkat, yaitu rata-rata sekitar 3,8 hari, dan

belanjanya sedikit, serta lebih sering berkelompok.

Gambar 24

Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2009

Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuan Ekonomi

13,39

0,43

10,72

1,75 3,35

36,89

13,81

7,02

12,50

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Perta

nian

(dal

am a

rti lu

as)

Perta

mba

ngan

dan

Pengg

alian

Indu

stri

Pengo

laha

n

Listr

ik, G

as, da

n Air

Min

um

Kontru

ksi

Perda

ganga

n, H

otel R

esto

ran

Penga

ngku

tan

dan

Komun

ikasi

Keuan

gan

dan

Perse

waan

Jasa

-jasa

.

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 53 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Selama tahun 2004 – 2009 sektor ini pertumbuhannya jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Bali secara keseluruhan, yaitu 6,59

persen berbanding 5,52 persen. Di samping itu, selama tahun 2004 – 2009 sektor

ini memberikan kontribusi yang paling tinggi terhadap pembentukan PDRB Bali,

yaitu dengan rata-rata 31,31 persen.

2) Persentase Ekspor terhadap PDRB

Sebagai daerah tujuan wisata persentase Laju pertumbuhan eskpor

Provinsi Bali selama periode 2004 – 2009 sebesar 11,78 persen, sedangkan laju

pertumbuhan PDRB pada periode yang sama adalah sebesar 5,52 persen. Ekspor

utama dari Bali antara lain berupa hasil kerajinan tangan khas Bali, garmen, ikan

tuna, kopi, rumput laut, dan lain sebagainya. Negara tujuan ekspor utama adalah

Jepang, Amerika, dan Australia. Persentase ekspor terhadap PDRB Provinsi Bali

terus mengalami peningkatan sejalan dengan kembali pulihnya perkembangan

pariwisata di daerah ini, seperti yang disajikan pada Gambar 26. Pada tahun 2004

persentase ekspor terhadap PDRB adalah sebesar 50,79 persen, meningkat

menjadi 67,36 persen pada tahun 2009. Oleh karena ekspor utama Provinsi Bali

adalah hasil kerajinan khas Bali, maka terdapat korelasi antara perkembangan

persentase kontribusi sektor manufaktur (industri pengolahan) dengan

perkembangan persentase ekspor terhadap PDRB, seperti yang disajikan pada

Gambar 25.

Gambar 25

Persentase Ekspor terhadap PDRB Bali, Tahun 2004 - 2009

Persentase Ekspor Terhadap PDRB dan Indikator Pendukungnya

5,0

15,0

25,0

35,0

45,0

55,0

65,0

% Ekspor 50,79 52,55 56,04 57,67 63,66 67,36

% Manufaktur 9,00 9,54 9,46 9,75 9,95 9,95

2004 2005 2006 2007 2008 2009

 

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 54 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

3) Kontribusi Sektor Manufaktur terhadap PDRB

Tidak seperti pada tingkat nasional, kontribusi sektor manufaktur terhadap

pembentukan PDRB Provinsi Bali relatif kecil, yaitu antara 9 sampai dengan 9,95

persen selama tahun 2004 – 2009, seperti yang ditampilkan pada Gambar 25.

Pada tingkat nasional, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) rata-rata 27,40 persen pada periode 2004 – 2009.

Kecilnya kontribusi sektor manufaktur terhadap PDRB Bali disebabkan

karena Bali merupakan pulau kecil yang hanya 0,29 persen dari luas Indonesia tidak

memiliki potensi untuk mengembangkan industri skala besar. Sektor industri

pengolahan yang dominan adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Oleh

karena itu, sektor manufaktur tidak dijadikan sektor unggulan di Provinsi Bali,

sedangkan yang dijadikan leading sector dalam pembangunan ekonomi Provinsi

Bali adalah sektor pariwisata dengan memanfaatkan potensi budaya secara optimal.

Dengan mengembangkan sektor pariwisata, diharapkan sektor manufaktur yang

dinominasi oleh industri kecil dan menengah mendapatkan imbas melalui tricle

down effect, mengingat produk yang dihasilkan kebanyakan merupakan barang

konsumsi bagi wisatawan. Berkaitan dengan hal itu, Gambar 26 dihubungkan antara

persentase sektor manufaktur terhadap PDRB dengan persentase (kontribusi)

sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB.

Gambar 26

Persentase Manufaktur terhadap PDRB, Tahun 2004 - 2009

Persentase Manufaktur Terhadap PDRB dan Indikator Pendukungnya

8,0

13,0

18,0

23,0

28,0

33,0

% Manufaktur 9,00 9,54 9,46 9,75 9,95 9,95

PHR 29,4 30,84 30,79 31,27 31,98 32,33

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 55 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Gambar 26 terdapat korelasi positif yang sangat signifikan

antara persentase sektor manufaktur terhadap PDRB dengan persentase

(kontribusi) sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB. Artinya

perkembangan pariwisata di Provinsi Bali sangat mendukung perkembangan sektor

manufaktur.

Meskipun sektor manufaktur kontribusinya relatif kecil terhadap PDRB

Provinsi Bali, namun sektor ini merupakan sektor andalan dalam memberikan

kesempatan kerja sebagai akibat adanya pertumbuhan penduduk. Selama tahun

2004 – 2009 sektor ini tumbuh rata-rata 6,25 persen, yang mana angka ini lebih

tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali secara keseluruhan dalam

periode yang sama, yaitu sebesar 5,52 persen.

4) Pendapatan Per Kapita

Pendapatan perkapita dimaksudkan dalam hal ini adalah nilai total PDRB

dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2004 pendapatan

per kapita di Provinsi Bali adalah Rp 8,53 juta, sedangkan pada tahun 2009

pendapatan per kapita di Provinsi Bali adalah Rp 16,21 juta. Sebagai daerah tujuan

wisata yang mana sektor pariwisata sebagai leading sector dari program

pembangunan, pendukung utama perkembangan pendapatan per kapita di Provinsi

Bali adalah sektor jasa. Gambar 27 menunjukkan adanya korelasi yang sangat

tinggi antara besarnya total pendapatan per kapita dengan pendapatan per kapita

dari sektor jasa. Sekitar 64,58 persen pendapatan per kapita masyarakat

disumbangkan oleh sektor jasa.

Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional, pendapatan per kapita di

Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 lebih rendah dari rata-rata nasional. Pada

tahun 2004 pendapatan per kapita nasional menurut harga berlaku adalah Rp 9,63

juta, dan tahun 2009 mencapai Rp 22,31 juta. Ketimpangan pendapatan per

tersebut terjadi mulai tahun 1999, setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 yang

puncaknya tahun 1998. Dari data yang tersedia dari tahun 1980 – 1998 pendapatan

per kapita di Provinsi Bali selalu di atas rata-rata nasional. Relatif rendahnya

pendapatan per kapita di Provinsi Bali dibandingkan dengan rata-rata nasional

beberapa tahun terakhir disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Bali setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang puncaknya

tahun 1998 seperti yang dijelaskan pada sub pertumbuhan ekonomi pada halaman

50.

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 56 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 27

Pendapatan Per Kapita di Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2009

Pendapatan Perkapita Menurut Harga Berlaku (Juta Rupiah)

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Total 8,53 10,03 10,90 12,17 14,20 16,21

Jasa 5,43 6,47 7,02 7,85 9,21 10,63

2004 2005 2006 2007 2008 2009

5) Tingkat Inflasi

Kestabilan harga-harga barang secara umum juga merupakan indikator

kinerja pembangunan pada suatu daerah. Inflasi yang terlalu tinggi akan berakibat

buruk terhadap kemakmuran sebagian besar masyarakat, karena daya beli menjadi

merosot, prospek pembangunan ekonomi jangka panjang menjadi semakin buruk,

inisiatif untuk melakukan investasi yang produktif berkurang, berkurangnya ekspor

dan bertambahnya impor, dan pada akhirnya memperlambat pertumbuhan

ekonomi.

Berdasarkan Gambar 28 dapat dilihat bahwa selama tahun 2004 – 2009,

inflasi tertinggi di Provinsi Bali terjadi pada tahun 2005 setinggi 11,31 persen.

Sebagai bagian dari wilayah Republik Indonesia, fluktuasi tingkat inflasi di Provinsi

Bali juga berkorelasi dengan tingkat inflasi pada tingkat nasional. Pada tahun 2005

misalnya inflasi tertinggi yang terjadi di Provinsi Bali, pada tingkat nasional juga

merupakan inflasi tertinggi, yaitu 17,11 persen. Inflasi terendah yang terjadi di

Provinsi Bali pada tahun 2009, juga terjadi pada tingkat nasional sebesar 3,43.

Secara umum, selama tahun 2004 – 2009 tingkat inflasi di Provinsi lebih

rendah dari pada rata-rata nasional. Sebagai provinsi yang kecil, potensi ekonomi

yang cukup, dan akses terhadap kota-kota di Pulau Jawa yang menyediakan

kebutuhan konsumsi juga mudah seyogyanya tingkat inflasi lebih mudah

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 57 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

dikendalikan oleh pemerintah. Dengan wilayah yang tidak terlalu luas pemerintah

daerah lebih mudah mengendalikan harga-harga dengan jalan menyetabilkan

pasokan kebutuhan sehari-hari.

Sebagai daerah tujun wisata, inflasi juga dapat diakibatkan oleh

meningkatnya kunjungan wisatawan yang dicerminkan oleh pertumbuhan pada

sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR). Peningkatan daya beli masyarakat

dengan meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata serta adanya imbas

mahalnya harga barang-barang yang dijual kepada wisatawan dapat berdampak

meningkatnya harga barang-barang secara umum.

Berdasarkan Gambar 28 terdapat korelasi yang positif antara tingkat inflasi

di Bali dengan tingkat inflasi secara nasional dan pertumbuhan sektor perdagangan

hotel dan restoran (PHR) di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009.

Gambar 28

Tingkat Inflasi di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Tingkat Inflasi di Bali dan Indikator Pendukungnya

0

5

10

15

In Bali 5,97 11,31 4,30 5,91 9,62 4,37

In Nasional 6,40 17,11 6,60 6,59 11,00 3,43

PPHR 4,52 6,27 5,11 7,58 8,36 6,50

2004 2005 2006 2007 2008 2009

C.2.5 Investasi

Sejak lama disadari bahwa penanaman modal atau investasi merupakan

langkah awal dari kegiatan produksi. Oleh karena itu, penanaman modal merupakan

langkah awal kegiatan pembangunan sehingga merupakan salah satu kegiatan

strategis untuk memacu pembangunan dan mendorong tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya

pertumbuhan ekonomi, atau marak lesunya pembangunan.

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 58 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Penggairahan iklim investasi di Indonesia dimulai dengan diberlakukannya

Undang-Undang No. 1/Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Undang-Undang No. 6/Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN). Kedua Undang-Undang tersebut selanjutnya disempurnakan menjadi UU

No. 11/tahun 1970 dan No. 12/tahun 1970. Perbaikan iklim penanaman modal

terus dilakukan oleh pemerintah, terutama sejal awal Pelita IV, tepatnya tahun 1984.

Melalui berbagai paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi dilakukan

penyederhanaan mekanisme perijinan, penyederhanaan impor barang modal,

pelunakan syarat-syarat investasi, serta rangsangan investasi untuk sektor-sektor di

daerah-daerah tertentu. Dewasa ini kesempatan berinvestasi di Indonesia semakin

terbuka. Hal ini dilakukan disamping dalam rangka menarik investasi langsung, juga

sejalan dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi mulai tahun 2020.  

Dengan demikian peningkatan realiasasi di daerah juga merupakan indikator kinerja

pembangunan di daerah.

a. Nilai Ralisasi Investasi PMDN

Selama ini kebanyakan investasi yang dilaksanakan di Provinsi Bali memilih

uaha-usaha yang berkaitan langsung dengan pariwisata. Oleh karena laju

pertumbuhan pariwisata mengalami pelambatan dibandingkan sebelum krisis

ekonomi tahun 1997 dan 1998, maka penanaman modal juga kurang bergairah.

Demikian juga sebagai akibat dari tragedi bom Kuta pertama tahun 2002 dan yang

kedua tahun 2005, menyebabkan investasi pada lapangan usaha pariwisata sudah

hampir jenuh, karena tingkat hunian kamar tidak stabil seperti pada tahun-tahun

sebelum krisis ekonomi. Meskipun cukup berfluktuasi, realiasi investasi di Provinsi

Bali selama periode tahun 2004 – 2009 yang bersumber dari dalam negeri (PMDN)

mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan, seperti yang ditampilkan pada

Gambar 29.

Peningkatan investasi yang bersumber dari dana dalam negeri tidak lepas

dari meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan kunjungan

wisatawan yang cenderung meningkat, khususnya kunjungan wisatawan asing ke

Bali. Berdasarkan Gambar 29 dapat dilihat adanya kecenderungan yang sama

antara peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan kunjungan

wisatawan asing ke Bali dengan realisasi investasi yang bersumber dari modal

dalam negeri.

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 59 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gambar 29

Realisasi PMDN di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Nilai Realisasi PMDN (Rp. Milyar) dan Indikator Pendukungnya

0

2000

4000

6000

8000

10000

PMDN 303 2.853 8.530 666 1.185 10.517

Wisman 1.458 1.386 1.260 1.665 1.969 2.230

PDB Indonesia 2.083 2.458 2.967 3.534 4.427 5.147

2004 2005 2006 2007 2008 2009

b. Nilai Ralisasi Investasi PMA

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan

Analytic Herarchi Process (AHP) pada tahun 2000 antara lain menyebutkan bahwa

indikator utama daya tarik investasi di daerah mulai dari aspek kepastian hukum

dan keamanan, potensi ekonomi, sumberdaya manusia, budaya (budaya

masyarakat dan budaya birokrasi), infrastruktur (akses dan kualitasnya), peraturan

daerah yang mendukung, serta aspek keuangan daerah.

Realisasi investasi di Indonesia yang bersumber dari Penanaman Modal

Asing (PMA) menurun tajam pada tahun 2009 tidak lepas dari dampak krisis

ekonomi global. Seperti yang dibahas dalam investasi PMDN, jenuhnya bisnis

pariwisata di Provinsi Bali menyebabkan jenuhnya penanaman modal asing, karena

investasi yang dominan adalah pada sektor pariwisata. Disamping itu, terbatasnya

potensi wilayah untuk mengembangkan sektor industri berskala besar,

menyebabkan realisasi investasi tidak tumbuh seperti pada skala nasional. Berbagai

upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan gairah investasi di

Provinsi Bali, yaitu mengajak para calon investor untuk ikut meratakan

pembangunan ke seluruh pelosok, yang sementara hanya terpusat di Kabupaten

Badung. Demikian juga selain sektor pariwisata, sektor lainnya misalnya agribisnis

masih mempunyai potensi untuk dikembangkan. Selain pertimbangan prospek

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 60 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

perkembangan pariwisata, PMA juga dapat dipengaruhi oleh kurs valuta asing

terhadap rupiah.

Seperti yang disajikan pada Gambar 30 dapat dilihat bahwa realisasi

investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Bali

selama tahun 2004 – 2009 sangat fluktuatif. Fluktuasi yang sangat tajam tersebut

bukan semata-mata karena masalah ekonomi, namun karena masalah teknis, yaitu

penjadwalan pekerjaan. Sebagaian besar proyek yang beskala besar dikerjakan

dengan tenaga kerja luar Bali (umumnya Jawa dan Lombok), sehingga pelaksanaan

pekerjaan di Bali juga tergantung dari pelaksanaan proyek di tempat lain.

Dari Gambar 30 dapat dijelaskan bahwa terdapat korelasi yang positif antara

kurs dollar Amerika terhadap rupiah dengan PMA. Menaiknya nilai dollar atas rupiah

menyebabkan gairah melakukan PMA menjadi bertambah. Sebaliknya, menurunnya

kurs dollar menyebabkan menurunnya realisasi PMA.

Gambar 30

Realisasi PMA di Provinsi Bali dan Nasional

Nilai Realisasi Penanaman Modal Asing ($ juta) dan Indikator Pendukungnya

0

200

400

600

800

1000

1200

PMA 453 1049 200 550 908 317

Kurs 929 938 902 942 1095 940

2004 2005 2006 2007 2008 2009

C.2.7 Infrastruktur

Keberadaan infrastruktur mempunyai peran vital dalam mewujudkan

pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman,

pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dikatakan

infrastruktur adalah modal esensial masyarakat yang memegang peranan penting

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 61 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

dalam mendukung ekonomi, sosial-budaya, dan kesatuan dan persatuan yang

mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di Indonesia.

Infrastruktur, yang sering disebut pula prasarana dan sarana fisik, di

samping memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial dan

kualitas lingkungan juga terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau

region. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan indikasi bahwa wilayah yang

memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi lebih baik dibandingkan

dengan wilayah lainnya mempunyai tingkat kesejahteraan sosial dan kualitas

lingkungan serta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula. Sebaliknya,

keberadaan infrastruktur yang kurang berfungsi dengan baik mengakibatkan

problem sosial dan lingkungan.

Dalam konteks ekonomi, infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat

(social overhead capital) yaitu barang-barang modal esensial yang dapat

mempengaruhi perkembangan ekonomi, dan merupakan prasyarat agar berbagai

aktivitas masyarakat dapat berlangsung. Dengan kata lain, infrastruktur merupakan

katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. Keberadaan

infrastruktur memberikan gambaran tentang kemampuan berproduksi masyarakat

dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi

yang tinggi tidak mungkin dicapai apabila tidak ada ketersediaan infrastruktur yang

memadai atau dengan kata lain infrastruktur adalah basic determinant atau kunci

bagi perkembangan ekonomi.

Secara tidak langsung, pembangunan infrastruktur akan mendukung

produktivitas sektor ekonomi lainnya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi

dan peningkatan kondisi sosial-budaya kehidupan masyarakat melalui efek

berganda. Sedangkan secara langsung terkait sektor konstruksi, infrastruktur PU

juga akan menciptakan kesempatan kerja dan usaha. Oleh karena itu, keberadaan

infrastruktur yang baik akan dapat mendorong terciptanya stabilitas berbagai aspek

dalam masyarakat guna menunjang laju pembangunan nasional.

Untuk itulah maka pemerintah telah berkomitmen untuk mengutamakan

pembangunan infrastruktur mengingat peran dan konstribusinya terhadap

pertumbuhan ekonomi sangat besar. Keberadaan infrastruktur, telah terbukti

berperan sebagai instrumen bagi pengurangan kemiskinan, pembuka daerah

terisolasi, dan mempersempit kesenjangan antarwilayah. Dengan demikian,

investasi infrastruktur baik dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat perlu

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 62 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

terus didorong guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor riil, penyerapan

tenaga kerja guna mengurangi pengangguran dan kemiskinan, serta

menumbuhkan investasi sektor lainnya.

Dalam kaitannya untuk mengevaluasi kinerja pembangunan pemerintah

daerah, keberadaan infrastruktur yang dievaluasi adalah:

1) persentase kondisi jalan nasional dalam ketogori baik, sedang dan buruk, dan

2) persentase kondisi jalan provinsi dan kabupaten dalam ketogori baik, sedang

dan buruk.

Persentase kondisi jalan dengan kategori baik, sedang dan buruk di Provinsi

Bali selama tahun 2004 – 2009, yang berstatus jalan nasional dan juga jalan

provinsi dan kabupaten disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11

Panjang dan Persentase Jalan dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk

di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

No Infrastruktur Jalan

Tahun

2004

2005

2006

2007

2008

2009

1 Jalan nasional

Kondisi dan panjang (km)

Baik 292,30 284,10 267,30 296,40 297,00 312,29

Sedang 91,10 137,40 133,20 112,10 112,10 107,94

Buruk 22,50 80,10 101,10 93,10 93,10 81,41

Prosentase (%)

Baik 72,00 56,60 53,30 59,10 59,20 62,30

Sedang 22,40 27,40 26,60 22,40 22,40 21,50

Buruk 5,50 16,00 20,20 18,60 18,60 16,20

2 Jalan provinsi/kabupaten

Kondisi dan panjang (km)

Baik 2.288,20 2.251,50 2.304,10 2.335,80 3.720,60 3.161,35

Sedang 2.289,50 2.304,40 2.268,10 2.277,20 2.118,30 2.231,13

Buruk 702,20 717,10 700,60 703,10 1.976,40 2.213,69

Prosentase (%)

Baik 43,30 42,70 43,70 43,90 47,60 41,60

Sedang 43,40 43,70 43,00 42,80 27,10 29,30

Buruk 13,30 13,60 13,30 13,20 25,30 29,10

3

Penambahan panjang jalan provinsi -7,01 0 43,19 0 0

Sumber: Data Bali Membangun 2009, Subdin Bina Marga DPU Bali 2009.

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 63 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

1) Persentase Kondisi Jalan Nasional dalam Kategori Baik, Sedang, dan Buruk

Pada tahun 2004 sampai tahun 2006 persentase kondisi jalan nasional di

Bali dengan kategori baik mengalami penurunan. Meskipun demikian, sejak tahun

2007 hingga tahun 2009 kondisi jalan nasional cenderung membaik. Hal ini

ditunjukkan oleh persentase jalan yang dalam kondisi buruk akan terus menurun

dari 20,2 persen pada tahun 2006, menjadi 16,2 persen pada tahun 2009. Dimasa

yang akan datang ada peluang jalan nasional akan bertambah seiring dengan

rencana pemerintah untuk membangun jalan arteri yang baru (misalnya jalur

Denpasar-Tanah Lot-Soka dan Beringkit-Batuan-Purnama).

Dari Gambar 31 dapat dilihat bahwa dari tahun 2004 ke tahun 2006 kondisi

jalan nasional yang ada di Provinsi Bali dalam kondisi baik persentasenya menurun.

Meskipun demikian, mengingat jalan nasional yang ada di Provinsi Bali sangat vital

sebagai jalur penghubung dari Pulau Jawa ke wilayah timur Pulau Bali seperti Nusa

Tenggara barat dan Nusa Tenggara Timur, secara rutin pemerintah terus berupaya

membangun dan memeliharanya. Oleh karena itu dari tahun 2007 sampai tahun

2009 kondisi jalan nasional dengan kategori baik terus mengalami peningkatan, dan

di lain pihak kondisi jalan dengan kondisi sedang dan buruk menurun.

Gambar 31

Persentase Jalan Nasional dengan Kondisi Baik, Sedang dan Buruk

di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Persentase Kondisi Jalan Nasional

-

10

20

30

40

50

60

70

80

Baik 72,0 56,6 53,3 59,1 59,2 62,3

Sedang 22,4 27,4 26,6 22,4 22,4 21,5

Buruk 5,5 16,0 20,2 18,6 18,6 16,2

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 64 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

2) Persentase Kondisi Jalan Provinsi dan Kabupaten dalam Kategori Baik,

Sedang, dan Buruk

Dengan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kepada masyarakat dan kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia pada masa

yang akan datang. Hal ini dimungkinkan kecuali lima kewenangan pokok

Pemerintah Pusat seperti urusan politik luar negeri, hukum, moneter, hankam, dan

agama, melalui desentralisasi, daerah diberikan keleluasaan untuk menetapkan

kebijaksanaan di daerah. Dengan makin dekat pemerintah dengan masyarakat,

otonomi daerah diharapkan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilakukan

dengan lebih efektif, efisien dan bertanggungjawab (accountable). Salah satu tugas

pemerintah daerah adalah memberikan layanan kepada masyarakat dengan

menyediakan infrastruktur jalan yang memadai sehingga memudahkan akses untuk

berproduksi, melakukan distribusi dan juga konsumsi.

Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 kondisi jalan dengan status

jalan provinsi dan kabupaten di Provinsi Bali dengan kategori baik persentasenya

terus mengalami peningkatan, namun pada tahun 2009 terjadi penurunan, terutama

akibat menurunnya kondisi jalan kabupaten, seperti yang ditampilkan pada Gambar

32. Sedangkan jalan dengan kategori buruk persentasenya juga mengalami

kenaikan. Kenaikan tersebut disebabkan karena jalan dengan kategori sedang

pada tahun 2008 dan 2009 menjadi lebih parah atau semakin rusak.

Gambar 32

Persentase Jalan Provinsi dan kabupaten dengan Kondisi Baik,

Sedang dan Buruk di Provinsi Bali, Tahun 2004 – 2009

Persentase Kondisi Jalan Provinsi dan Kabupaten

-

10

20

30

40

50

Baik 43,3 42,7 43,7 43,9 47,6 41,6

Sedang 43,4 43,7 43,0 42,8 27,1 29,3

Buruk 13,3 13,6 13,3 13,2 25,3 29,1

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 65 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Oleh karena peningkatan persentase kondisi jalan dalam kategori baik lebih

kecil dibandingkan dengan peningkatan persentase kondisi jalan dalam kategori

buruk, dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan provinsi dan kabupaten/kota

cenderung menurun dari tahun ketahun sejak tahun 2004 sampai tahun 2009.

Faktor penyebab utama adalah menurunnya kondisi jalan di Kabupaten (hampir

terjadi diseluruh kabupaten di Provinsi Bali). Disamping itu status jalan di kabupaten

saat ini masih belum dapat ditentukan akibat dari masih belum jelasnya fungsi jalan

ditingkat kabupaten di Bali. Terutama sekali jalan yang berfungsi jalan kolektor yang

berpeluang berubah status menjadi jalan provinsi. Sehingga memungkinkan

meringankan beban kabupaten dalam melakukan pemeliharaan.

Walaupun panjang jalan di Provinsi/kabupaten di Bali cenderung meningkat

dari tahun ketahun, namun kondisi jalan provinsi dan kabupaten/kota cenderung

menurun akibat meningkatnya persentase jalan dengan kondisi buruk. Hal ini

terutama akibat dari memburuknya kondisi jalan di tingkat kabupaten. Pada tahun

2009, kerusakan jalan kabupaten hampir merata diseluruh di kabupaten diseluruh

Bali, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk memelihara jalan yang ada

sangat terbatas, sehingga cenderung kondisi jalan terus memburuk. Selain itu

fungsi jalan ditingkat kabupaten cenderung belum jelas terutama jalan-jalan yang

berfungsi sebagai jalan kolektor sehingga menyebabkan beban yang dipikul

pemerintah kabupaten akan menjadi berat. Untuk itu diperlukan penataan ulang

berkaitan dengan fungsi jalan sehingga jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri dan

kolektor dapat menjadi beban pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dengan

demikian pemerintah kabupaten dapat meningkatkan kemampuan dalam

memelihara jalan yang telah dibangun.

C.2.8 Pertanian

Kinerja pembangunan daerah dalam bidang pertanian dievalusi dengan dua

indikator, yaitu :

1) Rata-rata Nilai Tukar Petani

2) PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku

1) Nilai Tukar Petani

Untuk melihat keberhasilan pembangunan sektor pertanian,selain data

tentang pertumbuhan ekonomi juga diperlukan data pengukur tingkat kesejahteraan

penduduk khususnya petani. Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk melihat

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 66 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

kesejahteraan petani adalah indeks nilai tukar petani (NTP). Hal ini dapat dilakukan

dengan membandingkan angka NTP Pada periode tertentu dengan NTP pada tahun

dasar. Indeks NTP ini mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar

produk yang dijual petani dengan produk yang dubutuhkan Petani dalam

berproduksi dan konsumsi barang dan jasa untuk keperluan rumah tangga.

Secara konsepsional nilai tukar petani adalah mengukur kemampuan tukar

barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa

yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani dan keperluan dalam

memproduksi barang-barang pertanian. Di sini petani dalam kapasitas sebagai

produsen dan konsumen. Dalam kapasitas petani sebagai produsen, dapat dihitung

nilai tukar petani (NTP) terhadap biaya produksi dan penambahan barang modal,

sedangkan jika petani dalam kapasitas khusus sebagai konsumen dihitung NTP

terhadap konsumsi rumah tangga petani, dan besaran indeks yang disebut NTP

adalah hasil bagi antara indeks harga yang diterima (dari hasil produksi) dengan

indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan rumah tangga petani dan atau

keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian. Nilai tukar petani (NTP)

di Provinsi Bali per bulan selama tahun 2009 ditampilkan pada Gambar 33.

Gambar 33

Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali dan Nasional Per Bulan Tahun 2009

Nilai Tukar Petani (NTP)

95

97

99

101

103

105

NTP 101, 100, 102, 103, 103, 103, 102, 102, 103, 104, 104, 103,

Nasional 98,3 98,7 98,7 99,2 99,4 99,5 99,8 100, 100, 100, 101, 101,

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

 

Dari Gambar 34 nampak bahwa selama bulan Januari sampai dengan bulan

Desember 2009, NTP di Provinsi Bali berfluktuasi, namun mempunyai

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 67 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

kecendrungan meningkat. NTP tertinggi terjadi pada bulan Nopember, sedangkan

yang terendah pada bulan Februari. Secara umum NTP di Provinsi Bali lebih tinggi

dari 100. Hal ini berarti bahwa kesejahteraan petani di Provinsi Bali selalu

mengalami peningkatan, sebagai akibat rata-rata kenaikan harga barang-barang

diterima petani lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata harga yang dibayarkan

petani baik untuk kebutuhan konsumsi ataupun sarana produksi. Nilai tukar petani

dipengaruhi oleh tingkat adopsi teknologi, penggunaan sarana produksi (bibit,

pupuk, dan obat-obatan) yang terkait dengan biaya yang dikeluarkan, tingkat

produktivitas dan harga jual komoditas pertanian.

Dari Gambar 33 juga dapat diketahui bahwa NTP di Provinsi Bali lebih tinggi

dari rata-rata nasional. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya perubahan

harga-harga petani di Bali lebih diuntungkan dibandingkan dengan rata-rata

nasional.

2) PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku

Sektor pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi

khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Sektor pertanian tidak

saja secara kontinyu dalam meningkatkan persediaan bahan pangan, juga untuk

menyediakan bahan mentah untuk produk industri, seperti tekstil. Kontribusi produk

sektor pertanian ditunjukkan oleh sumbangan sektor pertanian terhadap

pembentukan Produk Domestik Regional Bruto, juga memberikan dampak

keterkaitan (linkages) terhadap sektor lainnya.

Tabel 12

PDRB dan PDB Sektor Pertanian di Provinsi Bali dan Nasional,

Tahun 2004 – 2009

Tahun

Provinsi Bali

Nilai (Rp milayrad)

Kontribusi Thd. Total PDRB

(%)

Kontribusi Thd. PDB Pertanian Nasional (%)

2004 6.011 20,74 1,83

2005 6.887 20,29 1,89

2006 7.463 19,96 1,72

2007 8.216 19,41 1,52

2008 9.153 18,33 1,28

2009 10.487 18,21 1,22

Sumber: Data Bali Membangun 2008 dan 2009

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 68 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai PDRB sektor pertanian di

Provinsi Bali menurut harga berlaku selalu mengalami peningkatan selama periode

2004 – 2009. Meskipun demikian, kontribusinya dalam membentuk PDRB di

Provinsi Bali cenderung menurun selama periode tersebut, yaitu dari 20,74 persen

pada tahun 2004 menjadi 18,21 persen pada tahun 2009. Hal ini berbeda

dibandingkan dengan pada tingkat nasional, bahwa sektor pertanian kontribusinya

terhadap PDB cenderung mengalami peningkatan pada periode yang sama. Tahun

2004 sektor pertanian nasional berkontribusi sebesar 14,30 persen terhadap PDB,

dan pada tahun 2009 menjadi 15,29 persen. Kontribusi sektor pertanian Provinsi

Bali relatif kecil terhadap PDB nasional, yaitu rata-rata hanya 1,58 persen selama

periode tahun 2004 – 2009. Kontribusi itu selama periode yang sama mempunyai

kecenderungan yang menurun.

Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap nilai total PDRB Bali

disebabkan sektor lainnya terus mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama

sektor jasa yang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Transformasi struktur ekonomi Provinsi Bali sebenarnya telah terjadi sejak lama,

yaitu pada tahun 1980 seperti yang disajikan pada Gambar 34.

Gambar 34

Kontribusi Sektor Pertanian, Industri dan Jasa Terhadap PDRB Provinsi Bali,

Tahun 1980 – 2009

Kontribusi Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa Terhadap PDRB Bali

0

10

20

30

40

50

60

70

1980 1985 1990 1995 2000 2005

Pertanian Indus tri Jasa

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 69 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Gambar 34 dapat dijelaskan bahwa kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB Provinsi Bali sejak tahun 1980, sektor jasa kontribusinya terus

mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan sektor pariwisata, dan sektor

industri sedikit mengalami peningkatan. Penurunan kontribusi sektor pertanian

secara teoritis disebabkan oleh tiga efek, yaitu:

1) Efek Engel. Elastisitas permintaan akan komoditas pertanian atas pendapatan

yang rendah dan malahan negatif. Adanya peningkatan pendapatan per kapita

tidak meningkatkan permintaan akan komoditas pertanian dan malahan

permintaannya mungkin berkurang.

2) Efek teknologi. Untuk meningkatkan produksi pertanian menyebabkan

meningkatnya permintaan akan input pertanian dari sektor non pertanian,

sehingga sektor non pertanian menjadi lebih berkembang.

3) Efek urbanisasi. Adanya kemajuan dalam pendistribusian produk,

menyebabkan terjadinya perbedaan yang sangat tajam harga komoditas

pertanian di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen. Perbedaan harga

yang demikian besar ini dinikmati oleh sektor non pertanian, yaitu sektor jasa.

C.2.9 Kehutanan

Dengan semakin menipisnya sumberdaya alam dan rusaknya lingkungan

telah menjadi perhatian banyak pemimpin negara seperti yang terjadi dalam KTT

BUMI di Rio de Janeiro pada tahun 1991. Untuk menghindari dampak

pembangunan yang semakin parah terhadap sumberdaya alam dan lingkungan,

perlu dianut suatu paradigma baru yaitu bahwa pembangunan harus berwawasan

lingkungan, sehingga pembangunan itu dapat bersifat berkelanjutan (sustainable

development). Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang

memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan

generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.

Sejak tahun 2003 pemerintah dan berbagai komponen masyarakat di

Indonesia menyelenggarakan Gerakan Nasional Rahabilitasi Hutan dan Lahan (GN-

RHL/Gerhan) yang bertujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi hutan dan lahan, sehingga dapat berfungsi kembali sebagai

perlindungan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan pantai,

mencegah terjadinya banjir, tanah longsor, erosi dan abrasi sekaligus untuk

meningkatkan produktivitas sumberdaya hutan dan lahan serta melestarikan

keanekaragaman hayati.

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 70 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Penyelenggaraan GN-RHL/Gerhan dilatar belakangi oleh keprihatinan atas

kerusakan hutan dan lahan yang semakin meningkat yang diindikasikan oleh

semakin luasnya lahan kritis, baik dalam maupun di luar kawasan hutan, dan pada

gilirannya berbagai bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, dan

kekeringan makin meningkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sementara

itu berdasar pengalaman sebelumnya, penyelenggaraan berbagai program

rahabilitasi hutan dan lahan (RHL) yang ada, belum mampu mengimbangi laju

kerusakan hutan dan lahan, sehingga perlu dilakukan percepatan RHL, peningkatan

keberhasilan, serta keberlanjutan pengelolaan hasil-hasilnya.

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)/Gerhan)

dimaksudkan sebagai gerakan moral berskala nasional yang terencana dan terpadu

sesuai pendekatan teknis RHL yang didukung keterlibatan berbagai pihak

(multistakeholder), yaitu pemerintah (pusat dan daerah), lembaga legislatif, badan

usaha miliki negara, dunia usaha, lembaga pendidikan, TNI, LSM, masyarakat

pengguna lahan, dan berbagai komponen masyarakat lainnya, melalui koordinasi,

sinkronisasi, integrasi, dan sinergi. Secara formal, kegiatan GN-RHL/Gerhan

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Koordinator No.

09/Kep/menko/Kesra/III/2003, Kep. 16/M.Ekon/03/2003 dan Kep. 08/Menko/

Polkam/III/2003 tentang Koordinasi Perbaikan Lingkungan melalui rehabilitasi dan

Reboisasi Nasional. Penyelenggaraan kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap

sejak tahun 2003 yang pelaksanaannya diprioritaskan pada DAS yang merupakan

kawasan tangkapan air yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekologi,

khususnya dalam penyedia sumber air, pencegah banjir, tanah longsor, dan

sedimentasi. Kegiatan GN-RHL/Gerhan yang dilaksanakan antara lain meliputi

pengadaan bibit bermutu, pembuatan tanaman reboisasi dan hutan rakyat,

penanaman mangrove, penghijauan lingkungan, penanaman turus jalan,

pembuatan bangunan konservasi tanah, dan pengembangan kelembagaan

pelaksanaan RHL.

Pencanangan GN-RHL/Gerhan tersebut tidak terlepas dari semakin luasnya

jumlah hutan dan lahan kritis di Indonesia. Perkembangan atau kecepatan kegiatan

reboisasi serta rehabilitasi hutan dan lahan tidak dapat mengimbangi laju kerusakan

hutan dan lahan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah merasa perlu

menetapkan rehabilitasi hutan dan lahan menjadi suatu gerakan moral yang bersifat

nasional. Sebagai suatu gerakan moral, GN-RHL/Gerhan diharapkan mampu

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 71 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

melakukan percepatan dalam rangka memulihkan keberadaan dan fungsi hutan

guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Awal pelaksanaan perencanaan terkait RHL di Provinsi Bali adalah dengan

ditetapkannya MP-RHL (Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dengan adanya

Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 180/03-N/HK/2004 tertanggal 29 April 2004.

Dokumen tersebut telah menerangkan bahwa visi RHL Provinsi Bali adalah

“terwujudnya kondisi sumberdaya hutan dan lahan guna tercapainya daya dukung

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang optimal untuk melestarikan fungsi hutan dan

lahan sebagai sistem penyangga kehidupan sesuai peruntukannya dan masyarakat

sebagai pelestari sumberdaya alam”. Visi tersebut kemudian diterjemahkan ke

dalam Misi “mengembangkan kegiatan RHL yang partisipatif, teknologi tepat guna,

dan kelembagaan masyarakat sebagai bagian sistem dari pengelolaan hutan dan

lahan lestari yang berbasis pada masyarakat”.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut dijabarkan dalam program dan

kegiatan yang meliputi: program rehabilitasi hutan dan lahan; program perlindungan

hutan dan konservasi alam; program pengembangan agribisnis kehutanan; dan

program pengembangan kelembagaan, sumberdaya manusia dan IPTEK

Kehutanan. Target yang ditetapkan dalam MP-RHL Bali tahun 2004-2009 meliputi

seluruh wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali.

Luas lahan yang direhabilitasi dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009

terus meningkat, kecuali pada tahun 2006. Rehabilitasi tidak saja dilakukan di dalam

kawasan hutan juga dilakukan di luar kawasan hutan yang merupakan hutan rakyat

yang bertujuan untuk untuk konservasi terhadap tanah.

Tabel 13

Luas Rehabilitasi Hutan dan Persetasenya Terhadap Lahan Kritis

di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

ahun Luas Rehabilitasi (Ha) Persentase terhadap lahan kritis

Dalam Luar Total Dalam Luar Total 2004 3.445 2.820 6.265 15,3 8,7 24,0

2005 4.670 5.350 10.020 24,0 18,1 42,1

2006 720 1.390 2.110 4,9 5,7 10,6

2007 3.205 6.060 9.265 22,8 26,6 49,3

2008 3.160 4.450 7.610 29,0 26,5 55,6

2009 3.430 6.450 8.880 21,8 52,4 74,2

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2009 (diolah)

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 72 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa total luas rehabilitasi hutan

selama tahun 2004 – 2009 sangat berfluktuasi yang tergantung dari jumlah

anggaran yang disediakan. Meskipun demikian hutan yang direhabilitasi memiliki

kecenderungan meningkat selama periode tersebut. Demikian juga persentase

lahan kritis yang direhabilitasi cenderung meningkat.

1) Persentase Luas lahan rehabilitasi di dalam kawasan hutan terhadap lahan

kritis

Luas lahan rehabilitasi dalam hutan di Provinsi Bali selama periode 2004 –

2009 cukup berfluktuasi, tetapi secara persentase rata-rata per tahun sedikit

menurun 0,09 persen per tahun. Dengan dilakukannya rehabilitasi hutan secara

kontinyu mempunyai konsekuensi terhadap penurunan lahan kritis di dalam

kawasan hutan, tahun 2004 seluas 22.925 ha menurun menjadi atau tersisa seluas

7.725 ha tahun 2009, atau secara persentase rata-rata menurun sebesar 19,13%

per tahun. Adanya peningkatan persentase luas lahan rehabilitasi di dalam kawasan

hutan yakni tahun 2004 sebesar 15,03% meningkat menjadi 21,81% tahun 2009,

atau dengan peningkatan 6,5 persen selama periode tersebut. Dengan demikian

dapatlah dikatakan bahwa GN-RHL/Gerhan berhasil di Provinsi Bali pada periode

2004 – 2009.

Persentase luas lahan rehabilitasi di dalam hutan terhadap luas lahan kritis

di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 cenderung meningkat, yaitu dengan

kenaikan rata-rata sebesar 19,13 persen. Secara rinci persentase luas lahan

rehabilitasi di dalam hutan terhadap luas lahan kritis di Provinsi Bali selama tahun

2004 – 2009 ditampilkan pada Gambar 35.

2) Persentase Luas lahan rehabilitasi di luar kawasan hutan terhadap lahan

kritis

Rehabilitasi lahan luar kawasan hutan selama lima tahun terakhir (2004-

2008) cenderung meningkat, yaitu seluas 2.820 ha tahun 2004 meningkat menjadi

seluas 6.450 ha tahun 2009, atau rata-rata meningkat sebesar 74,01 persen per

tahun. Konsekuensinya, luas lahan kritis di luar kawasan hutan cenderung menurun,

yaitu seluas 32.388 ha tahun 2004 menurun menjadi 12.318 ha tahun 2009, atau

rata-rata menurun 17,13 persen. Implikasi dari kedua fenomena ini yakni luas lahan

rehabilitasi terhadap lahan kritis di luar kawasan hutan secara persentase

Page 81: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 73 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

cenderung meningkat, yaitu sebesar 8,71 persen tahun 2004 meningkat menjadi

52,36 persen tahun 2009, atau dengan pertumbuhan sebesar 43,7 persen selama

periode tersebut.

Jika luas lahan rehabilitasi di dalam dan di luar kawasan hutan

diperbandingkan seperti disajikan Gambar 35, dapat dilihat bahwa persentase

kedua program rehabilitasi tersebut cenderung meningkat. Namun peningkatan

persentase rehabilitasi lebih mencolok di luar kawasan hutan dibandingkan dengan

di dalam kawasan hutan. Jenis-jenis tanaman untuk rehabilitasi lahan pada program

GN-RHL/Gerhan yaitu, salam, pule, bambu, jati, albisia, ampupu, majegau,

gamelina, mahoni, intaran, dan nangka. Jenis tanaman ini tidak hanya berfungsi

sebagai rehabilitator lahan sehingga pulih dari kritis, tetapi juga setelah jangka

waktu tertentu kayunya dapat dipanen yang menghasilkan pendapatan bagi petani

sebagai pemilik lahan atau bagi pemerintah jika di dalam kawasan hutan. Dengan

demikian rehabilitasi lahan melalui program GN-RHL/Gerhan tidak hanya

berdampak positif terhadap perbaikan lingkungan, tetapi juga berdampak positif

terhadap peningkatan pendapatan petani.

Gambar 35

Persentase Luas Rehabilitasi di dalam dan di luar Kawasan Hutan

Terhadap Lahan Kritis di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Persentase Luas Rehabilitasi Hutan Terhadap Lahan Kritis

0

10

20

30

40

50

60

di Dalam 15,3 24,0 4,9 22,8 29,0 21,8

di Luar 8,7 18,1 5,7 26,6 26,5 52,4

2004 2005 2006 2007 2008 2009

 

Page 82: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 74 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Gerakan Nasional-Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL/Gerhan) tidak

hanya berdampak terhadap perbaikan lingkungan hidup, tetapi juga berdampak

ekonomi terhadap masyarakat pelaksanaan program GN-RHL/Gerhan. Mengutip

hasil evaluasi dampak dan manfaat pelaksanaan program GN-RHL/Gerhan di

Provinsi Bali tahun 2007 diketahui bahwa pendapatan masyarakat dari

pelaksanaan kegiatan GN-RHL/Gerhan tergolong kecil, karena kegiatan baru

dilaksanakan dua sampai tiga tahun di masing-masing lokasi, sehingga belum ada

hasil panen dari tanaman GN-RHL/Gerhan. Namun bila tanaman Gerhan terutama

pada pola tanam hutan rakyat telah menghasilkan, diperkirakan akan ada

peningkatan pendapatan yang signifikan bagi masyarakat, terutama masyarakat tani

peserta Gerhan. Di samping itu apabila program Gerhan tersebut berhasil

dijalankan di mana akan timbul gerakan dari masyarakat untuk melaksanakan

penanaman (misalnya hutan rakyat) dengan dana sendiri, maka akan timbul

berbagai peluang usaha baru baik yang terkait langsung maupun tidak langsung

dengan pelaksanaan Gerhan. Peluang usaha baru seperti penyedia bibit, pedagang

sarana produksi, usaha pengolahan hail Gerhan maupun usaha perdagangan hasil

Gerhan dan lain-lain dimungkinkan timbul, sehingga akan meningkatkan

pendapatan masyarakat dan meningkatkan aktivitas perekonomian lokal.

Dalam pelaksanaan GN-RHL/Gerhan tahapan kegiatannya meliputi tahap

persiapan, tahap penanaman, tahap pemeliharaan dan tahap pemanenan/

pemungutan hasil. Pada pola pelaksanaan reboisasi di kawasan hutan tahapan

pekerjaan melibatkan masyarakat adalah tahap persiapan, tahap penanaman dan

tahap pemeliharaan selama dua tahun. Sedangkan tahap pemeliharaan selanjutnya

dan tahap pemanenan belum diatur keterlibatan masyarakat dalam pengelolaannya.

Sedangkan pada pola pembuatan hutan rakyat di luar kawasan hutan (tanah milik),

keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan tanaman dilakukan sampai tanaman

menghasilkan, karena hutan rakyat tersebut ditanam di areal tanah milik

masyarakat dan selanjutnya menjadi milik masyarakat. Dengan demikian ada

perbedaan penyerapan tenaga kerja di masyarakat dalam pelaksanaan Gerhan

berupa reboisasi di kawasan hutan sebanyak 100 HOK/ha dan pola hutan rakyat di

luar kawasan hutan sebanyak 1.320 HOK/ha. Rendahnya penyerapan tenagakerja

masyarakat pada pola reboisasi di dalam kawasan hutan disebabkan oleh masa

proyek program Gerhan tersebut hanya dua tahun, sehingga penyerapan

tenagakerja masyarakat hanya berupa kegiatan penanaman dan pemeliharaan

Page 83: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 75 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

tahun berjalan dan tahun kedua. Sedangkan pada pola hutan rakyat setelah masa

proyek Gerhan tersebut pemeliharaan selanjutnya dan pemanenan hasilnya juga

diserahkan kepada masyarakat, sehingga banyak kegiatan yang harus dilakukan

oleh masyarakat agar tanamannya berhasil, berupa pemeliharaan lanjutan dan

kegiatan pemungutan hasil. Untuk hutan rakyat dengan jenis tanaman campuran

(melinjo, srikaya, dll) biasanya kegiatan pemungutan hasilnya berlangsung lama,

yaitu sejak pertama berbuah (sekitar umur 5 tahun) sampai tanaman tersebut tidak

produktif lagi (sekitar umur 25 tahun), sehingga masa panen kurang lebih selama

20 tahun.

Program GN-RHL/Gerhan sejak 2003 sampai tahun 2009 di Provinsi Bali

telah menunjukkan outcome cukup memuaskan, dibuktikan oleh luas lahan

rehabilitasi baik dalam dan luar kawasan hutan yang dilaksanakan melalui program

GN-RHL/Gerhan semakin meningkat. Hal ini telah dapat menjawab atau

memecahkan permasalahan lahan kritis, baik di dalam maupun di luar kawasan

hutan. Demikian pula pelaksanaannya sangat efektif, yang ditunjukkan oleh

realisasi sesuai dengan rencana, sehingga pengurangan lahan kritis atau

peningkatan lahan rehabiltasi memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian baik

tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah Bali.

3) Luas kawasan konservasi

Luas kawasan konservasi selama periode tahun 2004 - 2009 relatif tetap

atau dengan kata lain tidak mengalami perubahan, yakni seluas 26.293,59 ha.

Kawasan konservasi terdiri atas: Taman Nasional Bali Barat seluas 19.002,89 ha,

Taman Hutan Raya Ngurah Rai seluas 1.373,50 ha, Taman Wisata Alam seluas

4.154,40 ha, dan Cagar Alam seluas 1.762,80 ha.

Kegiatan konservasi tanah di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009

cenderung meningkat, yang dapat dirinci:

a) Pembuatan embung dengan rata-rata peningkatan sebesar 198 persen;

b) Pembuatan sumur resapan air rata-rata meningkat sebesar 26 persen;

c) Guly plug (perlindungan jurang) rata-rata meningkat sebesar 1037 persen; dan

d) Pembuatan dam penahan rata-rata meningkat sebesar 216 persen.

C.2.10 Kelautan

  Sumberdaya kelautan atau perikanan sebagai sumberdaya yang dapat

diperbaharui (renewable resources), mempunyai batas-batas tertentu sesuai

Page 84: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 76 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

dengan daya dukungnya (carrying capacity). Oleh karena itu, apabila

pemanfaatannya dilakukan secara bertentangan dengan kaedah-kaedah

pengelolaan, maka akan berakibat terjadinya kepunahan. Dengan demikian, agar

kelestarian sumberdaya ikan tetap terjaga maka diperlukan perangkat hukum yang

pasti yang disertai dengan penegakan hukum (law enforcement). Dengan kata lain,

ketidakpastian hukum dan lemahnya penegakan hukum inilah yang menjadi

penyebab rusaknya eksosistem perairan laut Untuk mengevaluasi kinerja

pemerintah daerah dalam memelihara sumberdaya kelautan dapat dilihat dari

jumlah pidana perikanan dan luas konservasi laut.

1) Jumlah tindak pidana perikanan

Pengaturan Tindak Pidana di bidang perikanan sebagaimana dirumuskan

dalam UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, ialah yang bersifat kejahatan dan

pelanggaran. Pengaturan mengenai pertanggungjawaban tindak pidana perikanan

yang dilakukan oleh korporasi diatur bahwa yang dapat dituntut atas suatu tindak

pidana perikanan tidak saja mereka yang merupakan pelaku langsung di lapangan

tetapi juga pihak korporasi yang berada di belakang mereka.  

Jumlah tindak pidana perikanan di Provinsi Bali tertinggi terjadi pada tahun

2007 (34 kasus), termasuk kasus yang ditangani oleh Angkatan Laut di perairan

lepas pantai Bali, selanjutnya menurun pada tahun 2008 (24 kasus) dan pada tahun

2009 tercatat hanya 4 kasus (Gambar 36).

Gambar 36

Jumlah Kasus Tindak Pidana Perikanan di Provinsi Bali, Tahun 2006 - 2009

Jumlah Tindak Pidana Perikanan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Pidana 15 34 24 4

2006 2007 2008 2009

 

Page 85: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 77 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Menurunnya jumlah tindak pidana perikanan dalam dua tahun terakhir

menunjukkan keberhasilan upaya-upaya yang telah dilakukan di daerah antara lain

meliputi: peningkatan pengawasan dan telah dilakukannya koordinasi yang baik

dengan instansi-instansi terkait dalam upaya pencegahan praktek-praktek

penangkapan ikan illegal (illegal fishing).

2) Luas kawasan konservasi laut

Konservasi wilayah laut adalah suatu daerah di laut yang ditetapkan untuk

melestarikan sumber daya laut. Di daerah tersebut diatur zona-zona untuk mengatur

kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan, misalnya pelarangan kegiatan

seperti penambangan minyak dan gas bumi, perlindungan ikan, biota laut lain dan

ekologinya untuk menjamin perlindungan yang lebih baik.

Luas kawasan konservasi laut untuk Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir

tidak mengalami perubahan, yakni meliputi luasan 4.788,5 Ha. Potensi sumberdaya

pesisir dan lautan yang dimiliki meliputi: sumberdaya ikan dan biota lainnya,

sumberdaya hutan Mangrove, sumberdaya terumbu karang, dan sumberdaya

padang lamun. Luas kawasan konservasi laut untuk Provinsi Bali dalam lima tahun

terakhir tidak mengalami perubahan, yakni sebesar 0,1 persen dari luasan kawasan

konservasi laut nasional. Potensi lestari (maximum sustainable yield) sumberdaya

ikan di wilayah perairan Bali adalah 67.355 ton/tahun, dengan tiga wilayah

penyebaran, yakni: wilayah perairan Bali Utara (18,3 persen), Bali Timur (15

persen), dan Bali Barat (66,7 persen). Sedangkan, sumberdaya hayati non ikan

meliputi: kelompok rumput laut, krustase, moluska, dan ekinodermata.

Luas hutan Mangrove di Provinsi Bali secara keseluruhan meliputi luasan

3.005,90 Ha, yang tersebar di dalam kawasan hutan (72,4 persen) dan di luar

kawasan hutan (27,6 persen). Hutan Mangrove yang berada dalam kawasan hutan

berlokasi di Kawasan Hutan Prapat Benoa, Bali Barat dan Nusa Lembongan.

Sedangkan, hutan Mangrove yang berada di luar kawasan hutan tersebar di

Kabupaten Tabanan, Jembrana, dan Buleleng.

Di Provinsi Bali tidak memiliki potensi sumberdaya minyak dan gas di

wilayah laut. Namun banyak memiliki terumbu karang yang perlu dilestarikan.

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan

sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh,

menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini

Page 86: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 78 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang

menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu

karang. Terumbu karang memiliki 4 fungsi, yaitu ; mengumpulkan organisme laut

untuk meningkatkan efisiensi penangkapan (sebagai aktraktan), melindungi dan

menyediakan area asuhan, meningkatkan produktifitas alami dengan menyediakan

habitat baru yang permanen bagi biota penempel (sessile) dan menjaga

keseimbangan siklus rantai makanan, serta menyiapkan habitat dan simulasi karang

secara alami untuk species tertentu

Tipe-tipe karang yang terdapat di Provinsi Bali meliputi: karang bercabang

(branching stony corals), karang otak (brain and massive corals), karang kerak dan

karang bunga/daun (encrusting and foliaceous corals), karang mushroom (other

stony corals), karang lunak yang besar (large soft corals), dan karang lunak lain

(other soft corals).

Luas terumbu karang di Provinsi Bali adalah 7.592 Ha, tersebar di enam

kabupaten, yakni: Kabupaten Buleleng, Karangasem, Klungkung, Badung,

Jembrana dan Kota Denpasar. Sedangkan, potensi sumberdaya padang lamun

bersifat spasial di wilayah pesisir Kabupaten Badung, Klungkung, Jembrana,

Buleleng, Karangasem, dan Kota Denpasar.

Persentase terumbu karang dalam keadaan baik di Provinsi Bali secara

perlahan meningkat sejak tahun 2006 (44,9 persen) hingga tahun 2009 mencapai

50,8 persen (Gambar 37). Angka ini berada di atas rata-rata nasional yang berkisar

antara 29,5 persen - 31,5 persen dari tahun 2004 hingga 2007. Akan tetapi, hampir

60,4 persen kondisinya sudah mengalami tekanan ekologis, dan statusnya sudah

menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Terkait dengan masalah

kebijakan untuk meningkatkan persentase tutupan karang di Bali, perlu dicermati

bentuk-bentuk ancaman terhadap karang yang ada. Terdapat dua sumber

ancaman terhadap terumbu karang secara umum yaitu: ancaman akibat faktor alam

(natural threats) seperti: badai gelombang, pemanasan global, predator alami dan

erosi dan sedimentasi; dan aktivitas manusia (anthropogenic threats) seperti:

aktivitas manusia, baik yang langsung yang ada di wilayah pesisir maupun yang ada

di daratan.

Peningkatan persentase terumbu karang dalam keadaan baik di Provinsi

Bali berada di atas rata-rata nasional yang menunjukkan capaian pembangunan di

Page 87: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 79 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Provinsi Bali lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Berbagai

permasalahan masih dihadapi di daerah terkait dengan keberadaan terumbu karang

di perairan Bali. Pemanasan Global dan EL-NINO Southern Oscillation (ENSO)

yang mendorong peningkatan suhu air laut (lebih besar 33oC) dapat membunuh

alga simbion karang (zooxanthelae) yang mengakibatkan karang memutih

(bleaching) dan akhirnya karang mengalami kematian. Peristiwa El-Nino yang

terjadi pada tahun 1997-1998 juga berdampak pada terumbu karang di Bali.

Gambar 37

Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik

di Provinsi Bali, Tahun 2004 - 2009

Persentase Kerumbu Karang dalam Kondisi Baik

0

10

20

30

40

50

60

40,8 40,8 44,9 46,5 46,5 50,8

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Aktivitas manusia yang mengancam terumbu karang berasal dari dua

sumber yaitu aktivitas di daratan dan aktivitas di lautan. Aktivitas di daratan seperti

buruknya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) serta sistem pengelolaan lahan

pertanian dengan teknik konservasi lahan yang sangat minim merupakan salah satu

faktor yang mengakibatkan tingginya erosi dan sedimentasi di daerah pantai.

Kegiatan pembangunan di pantai yang menghasilkan limbah dan sampah cukup

tinggi tidak mendukung perkembangan terumbu karang. Aktivitas di lautan yang

mengancam kelestarian terumbu karang adalah pengambilan karang secara

langsung, baik dalam bentuk karang hidup maupun karang mati sebagai bahan

Page 88: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 80 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

bangunan, penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) terutama

menggunakan potasium sianida, kegiatan wisata bahari (pembangunan fasilitas

kontruksi, lego jangkar, etika menyelam yang rendah, dan kebiasaan memberikan

makan ikan) merupakan praktek mengancam kelestarian terumbu karang.

Permasalahan terumbu karang dapat digolongkan menjadi masalah

kerusakan fisik, masalah sosial ekonomi masyarakat dan masalah kelembagaan.

Kerusakan fisik terhadap ekosistem terumbu karang berupa degradasi/penurunan

status lokasi penyelaman, merosotnya keanekaragaman hayati ekosistem terumbu

karang perlu ditangani secara serius. Degradasi fisik ini membawa konskuensi logis

terhadap frekuensi kunjungan ke lokasi-lokasi (diving point) dan hasil tangkapan

nelayan di wilayah tersebut.

Masalah sosial ekonomi dalam pengelolaan terumbu karang meliputi

rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat masyarakat akan nilai

konservatif dari sumberdaya iini, keterbelakangan dan kemiskinan dan keserakahan

menyebabkan/mendorong masyarakat memanfaatkan sumberdaya terumbu karang

dengan cara yang tidak bijaksana serta ada kecendrungan pemanfaatan kompetitif

dan berlebihan. Untuk itu diperlukan proses pembelajaran kepada masyarakat yang

berdekatan dengan ekosistem karang secara terus menerus. Masalah kelembagaan

sangat memberikan andil semakin memburuknya kondisi terumbu karang di Bali.

Berbagai upaya untuk mengurangi masih adanya teknik penangkapan ikan yang

merusak sumberdaya ikan dan lingkungan (destructive fishing) dengan bahan

peledak, racun dan stroom, yang juga mengancam keberadaan terumbu karang,

telah dilaksanakan dalam bentuk pembinaan, bimbingan, penyuluhan dan pelatihan

secara lebih intens, dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

serta penguatan kelembagaan nelayan. Upaya lainnya yang telah dilaksanakan oleh

pemerintah daerah adalah meningkatkan aktivitas kegiatan dan kerjasama unsur-

unsur Keamanan Laut (KAMLA) di masing-masing kabupaten/kota, dan

meningkatkan pengawasan melalui sistem pengawasan masyarakat dengan

membentuk Kelompok Masyarakat Pengawasan (POKMASWAS) sumberdaya ikan.

Implementasi kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut

dengan sasaran meningkatnya mutu lingkungan pesisir dan laut dan pegelolaannya

sesuai daya dukung dan daya tampung, yang mengarah pada prinsip pembangunan

berkelanjutan, telah dituangkan dalam bentuk program pengawasan dan

pengendalian kerusakan pesisir dan laut.

Page 89: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 81 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Realisasi pelaksanaan program selama periode lima tahun terakhir,yang

mendukung peningkatan kondisi terumbu karang di Provinsi Bali antara lain

meliputi:

a) Terlaksananya dua unit percontohan model penegakan hukum lingkungan

hidup untuk dua kelompok pelestari pesisir, yaitu: Suaka Citra Desa Geretek

dan Kelompok Nelayan Desa Tembok, Tejakula, Kabupaten Buleleng;

b) Telah tersusunnya dan disahkannya PerGub No. 8 Tahun 2007 Tentang

Baku Mutu Lingkungan Hidup Daerah Bali, dan telah disosialisasikan di

sembilan Kabupaten/Kota se-Bali;

c) Pemberian alat diving untuk penyelaman dalam rangka pemantauan terumbu

karang untuk kelompok pecinta lingkungan;

d) Telah terlaksananya pembangunan Pusat Konservasi Penyu (TCEC) di Desa

Serangan, Kota Denpasar;

e) Pengawasan dan pengendalian kerusakan pesisir dan laut yang meliputi: a)

tersedianya data kondisi terumbu karang di Provinsi Bali; b) peningkatan

kebersihan, keteduhan dan keasrian lingkungan kawasan pelabuhan di

empat kabupaten/kota se-Bali; dan kajian zonasi wilayah pesisir dan laut di

Wilayah Kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Denpasar, Badung

dan Tabanan; dan

f) Telah tersusunnya Status Lingkungan Hidup Daerah Bali (SLHD Bali).

C.2.11 Kesejahteraan Sosial

Indikator kesejahteraan sosial dalam mengavalusi kinerja pembangunan

pemerintah daerah tahun 2010 terdiri dari dua, yaitu: 1) persentase penduduk

miskin dan 2) tingkat pengangguran terbuka.

1) Persentase Penduduk Miskin

Pemerintah Republik Indonesia dengan berbagai jajaran dan tingkatannya

terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan, paling tidak

untuk manurunkan angka kemiskinan tersebut. Hal ini dilakukan oleh pemerintah

dalam rangka untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD

1945 alinea ke empat yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Page 90: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 82 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Persentase penduduk miskin yang dibahas dalam uraian ini menggunakan

garis kemiskinan BPS yang didasarkan pada standar kecukupan kalori per-kapita

per hari sebesar 2.100 kalori. Selanjutnya garis kemiskinan yang disetarakan

dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan bervariasi antar daerah tergantung pada

harga–harga kebutuhan dasar di masing–masing daerah yang dikenal Purchasing

Power Parity. Jadi dengan demikian orang atau masyarakat yang terbebas dari

kategori miskin adalah orang yang telah melampaui tingkat konsumsi 2.100 kalori.

Ukuran yang dipergunakan di Provinsi Bali pada tahun 2009 adalah tingkat

pengeluaran per kapita per bulan sebesar Rp 211.461,- untuk daerah kota dan Rp

176.003,- untuk daerah perdesaan (BPS Provinsi, 2009). Dengan mempergunakan

batas tingkat kemiskinan absolut tersebut, jumlah penduduk miskin di Bali tahun

2009 berjumlah 181.720 jiwa atau 5,13 persen dari dari jumlah penduduk.

Berdasarkan garis kemiskinan BPS tersebut capaian indikator persentase

penduduk di Provinsi Bali selama periode 2004-2009 adalah berkisar antara 6

hingga 7 persen per tahun, sementara itu secara nasional kisarannya bergerak

antara 15 hingga 18 persen per tahun, seperti yang disajikan pada Gambar 38.

Gambar 38

Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2009

Persentase Penduduk Miskin dan Indikator Pendukungnya

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

P.Miskin 6,85 6,72 7,06 6,6 6,17 5,13

Pengangguran 4,66 5,32 6,04 3,77 4,45 4,25

P.Ekonomi 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Berdasarkan Gambar 38 dapat diketahui bahwa persentase penduduk

miskin di Provinsi Bali cenderung menurun dari tahun 2004 sampai dengan tahun

Page 91: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 83 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

2009. Namun persentase penduduk miskin di Provinsi Bali jauh berada di bawah

persentase penduduk miskin pada tingkat nasional. Berdasarkan Gambar 38

terlihat bahwa terdapat korelasi yang positif antara tingkat pengangguran dan

pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Bali selama tahun

2004 – 2009.

Program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bali sebenarnya telah

dilakukan sejak Pelita I. Program tersebut berupa program turunan (instruksi) dari

pemerintah pusat dan juga inisiatif pemerintah daerah. Program penanggulangan

kemiskinan yang merupakan program pusat antara lain program Inpres Desa

Tertinggal (IDT), program daerah dalam mengatasi dampak krisis ekonomi (PDM-

DKE). Penanggulangan kemiskinan kemudian dilanjutkan dengan beberapa

program antara lain: Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil

(P4K), Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (KUKESRA), Tabungan Keluarga Sejahtera

(TAKESRA), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Kelompok Usaha belajar (KBU),

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Usaha Ekonomi Desa – Simpan

Pinjam (UED-SP), Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD), Bina Keluarga

Balita (BKB), Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT), dan CBD

(Community Based Development). Bantuan Tunai Langsung (BLT) pernah

diberikan kepada rumah tangga miskin yang bertujuan untuk mempertahankan

kesejahteraannya pada waktu pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak

(BBM).

Program penangulangan kemiskinan yang sedang jalan antara lain Program

Pengembangan Kecamatan (P2K), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM-P2KP). Selain itu,

beberapa program sektoral dan institusional juga dilaksanakan yang bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan petani, nelayan, pengrajin, pengusaha mikro kecil dan

menengah, serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam hal

kesehatan dan pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus

dalam upaya menanggulangi kemiskinan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali bersama

pemkab/pemkot se-Bali dan pihak-pihak terkait dalam memangkas angka penduduk

miskin di Bali. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui program

penanggulangan kemiskinan yang dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kluster antara

lain: (1) bantuan dan perlindungan sosial dengan instrumennya antara lain beras

Page 92: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 84 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

untuk rakyat miskin (Raskin), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas),

bantuan langsung tunai (BLT), bantuan opersional sekolah (BOS) dan lain-lain; (2)

pemberdayaan masyarakat dengan instrumennya Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri, antara lain PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri

Perkotaan dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP); (3) Penguatan

Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) dengan instrumennya Kredit Usaha

Rakyat (KUR).

Disamping itu Pemerintah Provinsi Bali memberikan bantuan berupa

beasiswa bagi siswa yang berasal dari rumah tangga miskin, bantuan kepemilikan

dokumen kependudukan bagi rumah tangga miskin, bantuan kelompok usaha

bersama bagi rumah tangga miskin, bantuan ternak, dan sebagainya. Upaya-upaya

lain yang dilakukan akhir-akhir ini antara lain bedah rumah, pengobatan gratis,

Jaminan kesehatan Bali Mandara (JKBM), pembangunan sarana prasarana,

penerapan sistem pertanian terintegrasi dan penguatan modal usaha mikro dan

kecil dengan menyalurkan kredit tanpa agunan. Selain upaya-upaya itu, Pemerintah

Provinsi Bali juga berupaya mengubah mind set masyarakat miskin agar mampu

keluar dari kemiskinan, baik perubahan budaya, sikap mental maupun perilaku.

Untuk mengefektifkan upaya penanggulangan kemiskinan, pemerintah

menetapkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), yang selanjutnya Pemerintah Provinsi Bali

membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi

Bali berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 240/04-H/HK/2008, tanggal 14 April

2008. Tugas Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

Provinsi Bali adalah mengkoordinasikan berbagai aspek meliputi (1) aspek

pendataan, (2) aspek program, (3) aspek pendanaan dan (4) aspek kelembagaan.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya penanggulangan

kemiskinan antara lain: kurang validnya data rumah tangga miskin sebagai sasaran

program dan belum sinkronnya berbagai program penanggulangan kemiskinan

lintas sektor.

Secara kelembagaan, penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bali berbasis

partisipasi masyarakat telah dilakukan oleh lembaga–lembaga lokal, seperti Desa

Pekraman, Banjar Adat, dan Subak. Dengan didukung budaya orang Bali yang

menjunjung tinggi kejujuran, keterbukaan, keadilan, serta kebersamaan, yang

sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Hal itu merupakan modal sosial

Page 93: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 85 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

yang berperan besar untuk pembangunan, khususnya dalam rangka

penanggulangan kemiskinan, sehingga persentase penduduk miskin di Provinsi Bali

lebih sedikit dibandingkan dengan pada tingkat nasional.

3.11.2 Tingkat Pengangguran Terbuka

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pengangguran terbuka adalah

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dalam kondisi tidak bekerja dan

sedang mencari pekerjaan. Kegiatan mencari pekerjaan dapat dilakukan oleh

mereka yang belum pernah bekerja, karena suatu hal berhenti atau diberhentikan.

Usaha mencari pekerjaan tidak terbatas pada periode seminggu sebelum

pencacahan, namun mereka yang berusaha mendapatkan pekerjaan dan

permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu tetap dianggap mencari

pekerjaan. Apabila jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ini digabung

dengan jumlah penduduk yang bekerja akan diperoleh jumlah angkatan kerja.

Dengan demikian menurut definisi di atas, tingkat pengangguran terbuka

merupakan persentase penduduk yang sedang mencari pekerjaan dibandingkan

dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali dan

secara nasional dalam kurun waktu 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 39.

Gambar 39

Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali,

Tahun 2004 - 2009

Pengangguran Terbuka dan Indikator Pendukungnya

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

Pengangguran 4,66 5,32 6,04 3,77 3,31 3,13

P.Ekonomi 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 94: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 86 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Berdasarkan Gambar 39 dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran

terbuka di Provinsi Bali selama periode 2004-2009 berkisar antara 3 hingga 6

persen per tahun, sedangkan pada tingkat nasional berkisar antara 8 hingga 14

persen per tahun, atau rata-rata 4,75 persen berbanding 10 persen.

Dari tahun 2004 dan 2005 tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali

mengalami peningkatan dari 4,66 persen menjadi 5,32 persen, dan puncaknya

dicapai pada tahun 2006. Pada periode berikutnya, tingkat pengangguran terbuka di

Provinsi Bali mengalami fluktuasi, namun pada akhir periode cenderung menurun.

Jika dikaitkan dengan tingkat pengangguran terbuka secara nasional, terungkap

bahwa keduanya menunjukkan pola perubahan yang serupa. Meskipun arah

perubahannya serupa, namun jika diperhatikan ternyata tingkat pengangguran

terbuka secara nasional selalu lebih tinggi daripada tingkat pengangguran Provinsi

Bali.

Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali berkorelasi negatif

dengan pertumbuhan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Bali pada

tahun 2006 erat kaitannya dengan peristiwa bom tahun 2005 yang sering disebut

Bom Bali II, menyebabkan meningkatnya angka pengangguran terbuka. Periode

berikutnya (tahun 2007 dan 2008) dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran

terbuka di Provinsi Bali menurun dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi .

Peristiwa Bom Bali II tidak hanya hanya mengancam kehidupan ekonomi di

sektor pariwisata, namun sektor-sektor ekonomi lainnya yang terimbas oleh

perkembangan sektor pariwisata juga terkena dampaknya. Selama ini memang

sektor pariwisata dikenal sebagai motor penggerak (prime mover) ekonomi Bali,

karena sektor pariwisata memberikan imbas terhadap perkembangan sektor-sektor

lainnya seperti industri kecil/kerajinan, transportasi, akomodasi, hotel/restoran,

perdagangan, jasa keuangan perbankan, jasa pemandu wisata, aktivitas kesenian,

bangunan, dan bahkan sektor pertanian. Turunnya aktivitas di sektor pariwisata

jelas akan berpengaruh pula terhadap aktivitas di sektor-sektor ekonomi lainnya,

dan dampak ikutannya adalah naiknya tingkat pengangguran terbuka.

Page 95: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 87 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

C.3. Rekomendasi Kebijakan

C.3.1 Indeks Pembangungan Manusia (IPM)

Untuk mendukung peningkatan IPM di Provinsi Bali, harus diupayakan

peningkatan pendidikan masyarakat, yaitu menaikkan angka melek huruf penduduk

perempuan umur 15 tahun ke atas, meningkatkan partisipasi masyarakat mengikuti

pendidikan, khususnya sampai dengan tingkat sekolah lanjutan atas, terus

diupayakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan meningkatkan

pendapatan per kapita masyarakat.

C.3.2 Pendidikan,

1) Pemberian Akses dan Pemerataan Pendidikan untuk meningkatkan APM.

2) Peningkatan kualitas proses belajar mengajar untuk mendongkrak rata-rata nilai

akhir.

3) Pemberian beasiswa untuk mengurangi angka putus sekolah.

4) Pemberantasan buta aksara secara menyeluruh untuk meningkatkan angka

melek aksara.

5) Peningkatan kualitas guru SD, SMP dan SMA melalui pendidikan, pelatihan, dan

sertifikasi.

C.3.3 Kesehatan,

1) Pembangunan sarana/prasarana kesehatan (BP, Puskesmas) supaya lebih

merata sampai kepada masyarakat di semua pelosok serta dilengkapi dengan

tenaga yang memadai;

2) Peningkatan program pelayanan paripurna terutama promotif dan preventif,

untuk mensosialisasikan pola hidup sehat, dalam kaitan dengan perubahan pola

gaya hidup untuk menekan timbulnya berbagai penyakit akibat gangguan

metabolism;

3) Mulai diprogramkan agar setiap upaya pembinaan kesehatan disusun lebih

holistik, multi-disipliner dan partisipatoris, dengan melibatkan tenaga ahli sektor

lain dan masyarakat sasaran.

4) Pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan desa yang menjangkau semua

desa yang ada disertai dengan pembinaan kemampuan dan keterampilan bidan

desa secara terus menerus;

Page 96: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 88 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

5) Meningkatkan upaya pendidikan kesehatan sehingga menjangkau semua

lapisan masyarakat di seluruh pelosok;

6) Program pemeliharaan kesehatan ibu hamil di masing-masing BP/Puskesmas

supaya ditingkatkan terus (kualitas dan kuantitasnya), dan menjangkau semua

masyarakat yang memerlukan;

7) Kalau memungkinkan supaya di masing-masing BP/Puskesmas ditargetkan

untuk menggandeng dukun bersalin sebanyak-banyaknya untuk diajak kerja-

sama, dilatih dan dibekali teknik dan keterampilan yang memadai dalam

pertolongan kelahiran;

C.3.4 Keluarga berencana,

1) Dalam rangka meningkatkan persentase penduduk yang ber-KB, perlu

dilakukan upaya menurunkan proporsi PUS yang tergolong unmet need melalui

peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta penyuluhan dan

motivasi.

2) Untuk memantapkan penurunan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Bali,

kebijakan kependudukan yang dilakukan tidak hanya berkaitan dengan

kelahiran dan kematian, akan tetapi juga terhadap migrasi masuk dan migrasi

keluar.

C.3.5 Ekonomi makro

1) Dengan potensi pariwisata yang dimiliki, yaitu budaya dan keindahan alam,

maka terus diupayakan agar sektor ini terus berkembang, dengan melakukan

promosi pariwisata secara berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, melalui penyerapan tenaga kerja dan menciptakan

adanya efek penyebaran terhadap sektor-sektor lainnya.

2) Sambil mengembangkan sektor pariwisata, peningkatkan ekspor dapat

dilakukan dengan berbagai promosi dan pameran dagang mengenai komoditas

unggulan dari Bali.

3) Sektor manufaktur terus digalakkan, karena sektor ini mampu menampung

peningkatan angkatan kerja yang tidak mampu ditampung oleh sektor pertanian,

dengan berbagai paket pembinaan dan bantuan, serta menciptakan iklim yang

merangsang untuk berkembang.

Page 97: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 89 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

4) Pemerintah diharapkan terus menciptakan agar pendapatan masyarakat terus

meningkat, yaitu dengan penciptaan lapangan kerja, serta menciptakan iklim

agar dunia usaha terus berkembang, termasuk diantaranya menciptakan

keamanan dan ketentraman yang dapat mengakibatkan dampak terhadap

perekonomian di Bali.

C.3.6 Investasi

1) Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kegiatan promosi investasi terus

digalakkan secara berkesinambungan agar nilainya semakin besar.

2) Menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif, artinya proses perijinan

yang sederhana dan adanya kepastian hukum.

3) Masing-masing kabupaten/kota di Bali harus mempunyai daftar atau profil

bidang usaha yang prospektif untuk dikembangkan. Daftar ini harus di update

secara kontinyu.

4) Setiap kegiatan investasi yang dilakukan harus mengacu pada konsep “Tri Hita

Karana” artinya menjaga keseimbangan antara manusia dengan manusia,

manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.

C.3.7 Infrastruktur

1) Menata fungsi jalan (fungsi kolektor) terutama ditingkat kabupaten, sehingga

status jalan dapat ditingkatkan sesuai dengan fungsi jalan dan dapat

meringankan beban pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan

pembangunan, operasi dan pemeliharaan jalan.

2) Meningkatkan alokasi dana untuk operasi dan pemeliharaan jalan sehingga

jalan yang telah dibangun kondisinya tidak menjadi semakin memburuk.

C.3.8 Sektor Pertanian

1) Melindungi Sektor Pertanian sebagai salah satu akar budaya Bali, yang terkenal

dengan nama Subak. Budaya dan keindahan alam adalah salah satu faktor

penting yang menjadi daya tarik datangnya wisatawan ke Bali.

2) Sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan, Bali harus dijaga keamanannya

baik yang berhubungan dengan aksi terorisme ataupun tindak kejahatan, karena

kunjungan wiatawan sangat rentan terhadap gangguan keamanan.

Page 98: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 90 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

3) Menjaga Bali agar bebas dari berbagai jenis penyakit seperti rabies, flu babi, flu

burung dan penyakit-penyakit lain yang dapat berpengaruh terhadap kunjungan

wisatawan

4) Menerapkan kebijakan floor price dan selling price harus diperluas untuk

produk-produk pertanian selain beras.

5) Subsidi sarana produksi (saprodi) harus tetap dilaksanakan agar biaya produksi

yang dikeluarkan petani semakin rendah.

6) Penyediaan saprodi harus tersedia pada saat diperlukan oleh petani dan dalam

jumlah yang mencukupi secara merata.

C.3.9 Kehutanan dan kelautan

1) Walau persentase luas lahan rehabilitasi dalam kawasan hutan cenderung

meningkat selama tahun 2004 – 2009, tetapi di masih tersisa sekitar 7.725 ha

lahan kritis di dalam kawasan hutan. Untuk itu usaha-usaha rehabilitasi oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah perlu diteruskan, baik melalui

Program GN-RHL/Gerhan atau program lainnya, lebih-lebih Bali adalah

destinasi wisata sehingga tampak semakin hijau.

2) Rehabilitasi lahan luar hutan selama tahun 2004 - 2009 terus meningkat, namun

tahun 2009 masih dijumpai lahan kristis di luar kawasan hutan sekitar 12.318

ha, sehingga usaha-usaha rehabilitasi masih perlu diteruskan, baik melalui

Program GN-RHL/Gerhan atau program lainnya.

3) Luas kawasan konservasi memang relatif tetap, tetapi usaha konservasi

memerlukan biaya, sehingga program-program konservasi masih perlu dan

bahkan harus dilanjutkan jika ingin melestarikan kawasan-kasawan yang selama

ini dikonservasi.

4) Mengutip hasil evaluasi dampak dan manfaat program GN-RHL/Gerhan, maka

perlu dilakukan perbaikan dalam sistem penyelenggaraan GN-RHL/Gerhan

mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sampai tingkat lapangan,

menyangkut perbaikan sistem penganggaran, teknis pelaksanaan, organisasi,

dan peningkatan kapasitas bagi para pihak yang terlibat dalam GN-RHL/Gerhan

untuk menigkatkan kinerja pada semua tahap dan jenis kegiatan, terutama pada

stakeholder kunci.

5) Hasil-hasil rehabilitasi hutan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan yang

dihasilkan oleh program GN-RHL/Gerhan perlu terus dipelihara dan diamankan

Page 99: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 91 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

dengan cara pemerintah memfasilitasi msyarakat, khususnya kelompok-

kelompok tani dan mengembangkan kelembagaan petani GN-RHL/Gerhan.

6) Dalam usaha meningkatkan intensitas dan efektivitas partisipasi dan

keswadayaan masyarakat dalam program rehabilitasi hutan dan lahan, baik

pada kelompok tani maupun di luar kelompok tani, perlu dilakukan upaya yaitu:

peningkatan dan perluasan partisipasi masyarakat dari yang sudah ada saat ini,

penguatan kelembagaan masyarakat dalam pelaksanaan RHL secara adat,

khusus pada lokasi reboisasi perlu dibuat kebijakan yang memberikan kepastian

pengalokasian dan pemanfaatan hasil atas tanaman GN-RHL/Gerhan yang

ditanam masyarakat di dalam kawasan hutan.

7) Dalam usaha meningkatkan kualitas penyelenggaraan GN-RHL/Gerhan an

memperluas partisipasi RHL, maka perlu dllakukan beberapa upaya yang

memungkinkan stakeholders GN-RHL/Gerhan yang selama ini terlibat untuk

terus meningkatkan kapasitas dan saling belajar antar mereka serta

meningkatkan intensitas interaksi dengan pihak-pihak lain yang belum

berpartisipasi.

8) Upaya-upaya peningkatan pengawasan dan pemberdayaan lembaga-lembaga

lokal (POKWASMAS) untuk melakukan pengawasan terhadap pelanggaran

perlu dipertahankan dan ditingkatkan seperti: a) pengambilan terumbu karang

dan assosiasi lainnya; b) adanya praktek penangkapan ikan dan komoditi non

ikan dengan menggunakan racun (potasiun sianida dan sejenisnya) serta

menggunakan bom/bahan peledak; dan c) kegiatan pembuangan sampah dan

limbah yang berdampak negatif pada ekosistem terumbu karang.

9) Meningkatkan kegiatan rehabilitas terumbu karang untuk daerah-derah yang

kondisinya sudah rusak, melalui pengembangan terumbu karang buatan

(artificial reef), pengembangan propagasi dan transplantasi terumbu karang;

10) Menutup areal-areal tertentu pada kurun waktu tertentu untuk memberi

kesempatan kepada karang untuk pulih secara alami;

11) Memasang mooring bouy pada tempat-tempat penambatan kapal, sehingga

karang terhindar dari kerusakan akibat jangkar kapal;

12) Pengelolaan DAS pada sungai dan anak sungai yang bermuara di pantai, agar

erosi dan sedimentasi dapat dikurangi sehingga terumbu karang dapat tumbuh

dan berkembang biak dengan baik;

Page 100: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 92 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

13) Penyuluhan tentang pentingya kelestarian terumbu karang dan diupayakan

seefektif mungkin untuk tidak melakukan pengambilan terumbu karang secara

destruktif;

14) Pengelolaan terumbu karang dilakukan melalui strategi pembangunan

berkelanjutan dengan tiga pendekatan, yakni: pemanfaatan, pengawetan, dan

penelitian;

15) Pemberdayaan masyarakat pesisir terutama para pemangku kepentingan di

wilayah pesisir, untuk mampu secara proaktif membangun suatu jaringan/sistem

perlindungan ekosistem terumbu karang;

16) Pemerintah Provinsi Bali harus melakukan penegakan supremasi hukum (Law

Enforcement) terhadap pelanggaran, dan atau kegiatan/usaha insitu dan eksitu

yang berdampak negatif, dan berimplikasi menyebabkan kerusakan/degradasi

pada ekosistem terumbu karang; dan

17) Pemasangan papan pengumuman tentang perlindungan ekosistem pesisir dan

laut serta sanksi hukum yang dikenakan bagi yang melanggar ketentuan yang

berlaku.

C.3.10 Kesejahteraan sosial.

1) Dalam rangka mengentaskan masalah kemiskinan di Provinsi Bali, secara

berkala perlu dilakukan pendataan ulang rumah tangga atau penduduk miskin,

termasuk monitoring dan evaluasinya agar program yang dijalankan tepat

sasaran.

2) Pemerintah Provinsi Bali hendaknya selalu memberikan prioritas utama dalam

hal keamanan, karena Bali sebagai daerah tujuan pariwisata sangat rentan

dengan masalah keamanan, terutama untuk mengantisipasi dampak yang

ditimbulkan terkait dengan pengangguran terbuka.

3) Untuk memperbaiki kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak terutama

anak terlantar, anak jalanan dan anak nakal yang ada di Bali, maka pelayanan

kesejahteraan sosial bagi mereka perlu lebih ditingkatkan,

4) Penduduk lansia adalah individu yang dianggap lemah secara fisik, kondisi ini

berimplikasi terhadap aspek kehidupan lainnya seperti kehidupan ekonomi dan

sosialnya. Oleh karena itu, pelayanan kesejahteraan sosial bagi penduduk lanjut

usia sangat perlu diperhatikan dan ditingkatkan;

Page 101: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 93 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

5) Untuk lebih memberdayakan para penyandang cacat, maka perlu peningkatan

pelayanan sosial bagi mereka., karena secara fisik mereka ini tergolong individu

yang kurang sempurna dan mungkin juga kurang mampu dan kurang berdaya.

6) Untuk mengurangi berkembangnya penyakit sosial, maka pelayanan dan

rehabilitasi sosial bagi para tuna sosial dan penyalahgunaan narkoba perlu

lebih ditingkatkan.

Page 102: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 94 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

BAB III

RELEVANSI RPJMN 2010 – 2014 DENGAN

RPJMD PROVINSI BALI 2008 – 2013

A. Pengantar

Evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014, dengan

komponen embangunan yang akan dievaluasi mencakup 11 prioritas pembangunan

nasional dan 3 prioritas lainnya, yaitu:

1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola;

2) Pendidikan;

3) Kesehatan;

4) Penanggulangan Kemiskinan;

5) Ketahanan Pangan;

6) Infrastruktur;

7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha;

8) Energi;

9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana;

10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik; dan

11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi.

Selain itu, terdapat pula 3 prioritas lainnya, yaitu:

1) Kesejahteraan Rakyat lainnya

2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya

3) Perekonomian lainnya

B. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional

Evaluasi relevansi antara RPJMN 2010 - 2014 dengan RPJMD Provinsi Bali

2008 = 2013 dilakukan dengan penyandingan program seperti yang ditampikan

pada Tabel 13.

Page 103: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 118 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

C. HASIL ANALISIS KETERKAITAN ANTARA PRIORITAS/PROGRAM AKSI

NASIONAL DENGAN PRIORITAS/PROGRAM DAERAH

1. PRIORITAS 1. REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

1.1 Otonomi Daerah: Penataan otonomi

Peningkatan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana perimbangan daerah,

tertuang dalam prioritas pembangunan Program Otonomi daerah, Pemerintahan

Umum, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, dan dalam program

pembangunan Provinsi Bali 2008 – 2013 Peningkatan dan Pengembangan

Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemda Provinsi Bali mengupayakan terlaksana

efektifitas dan efesiensi, serta transfaransi dalam penggalian dan pengelolaan

sumber-sumber dana bagi pemerintah daerah. Kegiatan yang dilakukan adalah

meningkatkan kemampuan aparatur dalam pengelolaan keuangan daerah dan

penanggulangan KKN.

1.2 Regulasi

Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di

tingkat pusat dan daerah selambat-lambatnya 2011. Program nasional ini

tercantum dalam prioritas program pembangunan Provinsi Bali Otonomi daerah,

Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, dengan program

Kajian dan pengawasan peraturan dan perundang-undangan Daerah.

Tujuannya adalah harmonisasi produk hukum daerah dengan peraturan perun-

dang-undangan lainnya, dengan target capaian 96% pada tahun 2011.

1.3. Sinergi antara Pusat dan Daerah

Program nasional Penetapan dan penerapan Sistem Indikator Kinerja Utama

Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan daerah, tercantum

dalam prioritas program pembangunan daerah Provinsi Bali, dengan program

pengembangan otonomi daerah. Tujuan program ini adalah terlaksananya

sistem administrasi pemerintahan yang tertib dan dinamis, yang akhirnya

membawa dampak positif terhadap pelayanan publik, dengan target capaian

96% pada tahun 2011.

1.4 Penegakan Hukum

Program aksi nasional Penegakan intergrasi dan integritas penerapan dan

penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum, tercantum priotas

pembangunan Provinsi Bali dalam bidang Otonomi daerah, Pemerintahan

Page 104: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 119 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Umum, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, dengan program Penegakkan

hukum dan HAM. Tujuan program adalah pulihnya kepercayaan masyarakat

terhadap hukum, dan tegaknya supremasi hukum, dengan target capaian 93%

pada tahun 2011.

1.5. Data Kependudukan

Program aksi nasional Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan

pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK)

dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada

2011, tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali dalam bidang

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perang-kat Daerah,

dengan program penataan administrasi kependudukan. Program ini bertujuan

terlaksananya tertib administrasi kepedudukan, sesuai dengan sasaran

pembangunan meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

2. PRIORITAS 2. PENDIDIKAN

2.1 Peningkatan Angka Prtisipasi Murni (APM) Pendidikan Dasar, APM

pendidikan setingkat SMP, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan

setingkat SMA.

Program aksi ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali dalam

bidang pendidikan, melalui program perluasan dan pemerataan akses

pendidikan, dengan target pencapaian APM sekolah dasar 100% pada tahun

2011, target pencapaian APM setingkat SMP 90% pada tahun 2011, dan

pencapaian APM setingkat SMA dengan target 79% pada tahun 2011.

2.2 Akses Pendidikan Tinggi

Program aksi nasional dalam bidang akses pendidikan tinggi, yaitu

peningkatan APK pendidikan tinggi, tertuang dalam prioritas program Provinsi

Bali bidang pendidikan. Program yang dilaksanakan adalah pemberian

beasiswa, dengan pemberian perhatian khusus terhadap penduduk kurang

mampu.

2.3 Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan

yang unggul.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang pendidikan, dengan program manajemen pelayanan pendidikan.

Page 105: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 120 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Tujuannya mewujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah, dengan

target capaian 100% pada tahun 2011.

2.4 Revitalitasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang pendidikan, melalui program peningkatan mutu dan relevansi

pendidikan. Tujuannya adalah untuk meningkatnya angka rata-rata hasil ujian

nasional, dan meningkat prestasi akademik dan non akademik.

2.5 Mendorong aktivitas peran kepala sekolah untuk menjamin keterlibatan

pemangku kepentingan dan Dewan Pendidikan dalam proses

pembelajaran di tingkat Kebupaten.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang pendidikan, melalui program manajemen pelayanan pendidikan.

Tujuan program ini adalah terselenggaranya rapat koordinasi bidang pendidikan

dengan kabupaten, dengan sasaran semua kabupaten/kota.

2.6 Peningkatan kualitas guru, pengelola dan layanan sekolah.

Program aksi ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali dalam

bidang pendidikan, melalui program peningkatan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan, Meningkatnya kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik, melalui

peningkatan pendidikan guru SD, SMP, SMA.

3. PRIORITAS 3: KESEHATAN

3.1 Kesehatan Masyarakat: Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif

Terpadu

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang kesehatan, dengan program pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular. Tujuannya adalah terselenggaranya sistem survelians dan

kewaspadaan dini.

3.2 Keluarga Berencana: Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera, dengan program

peningkatan pelayanan KB baru pria dan wanita.

Page 106: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 121 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

3.3 Obat: Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar

pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik

bermerek pada 2010.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang kesehatan, dengan program pengawasan obat dan makanan.

Tujuannya adalah agar tersedia obat esensial generik di sarana kesehatan,

dengan target capaian 95% pada tahun 2011.

3.4 Asuransi Kesehatan Nasional: Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional

untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan

diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-

2014.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang sosial, dengan program jaminan kesehatan sosial. Tujuannya

adalah untuk pendayagunaan sumberdana sosial untuk asuransi kesehatan

jaminan sosial, dengan target capaian 20% pada tahun 2011.

4. PRIORITAS 4 : PENANGGULANGAN KEMISKINAN

4.1 Bantuan Sosial Terpadu: Integrasi program perlindungan sosial berbasis

keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang sosial dengan program pemberdayaan fakir miskin, dan masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya. Tujuannya adalah meningkatkan taraf

kesejahteraan sosial perorangan, keluarga, dan PMKS lainnya sebanyak

142.699 RTM, dengan target capaian 20% pada tahun 2011.

4.2 Bantuan Sosial Terpadu: Bantuan pangan, jaminan sosial bidang

kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpenda- patan rendah,

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang sosial dengan program jaminan kesehatan sosial. Namun sasaran

yang dituju bersifat umum, tidak jelas untuk siapa jaminan kesehatan tersebut.

4.3 Tim Penanggulangan Kemiskinan: Revitalisasi Komite Nasional

Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang sosial dengan program pemberdayaan kelembagaan

Page 107: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 122 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

kesejahteraan sosial. Kegiatannya adalah pembentukan Tim Kordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Prov. Bali SK Gubernur No.

240/04-H/HK/2008, yang bertujuan untuk lebih mengefektifkan upaya

penggulangan kemiskinan di daerah.

5. PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN

5.1 Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian: Penataan

regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang pertanahan, dengan program penataan penggunaan, pemilikan,

dan pemanfaatan tanah. Tujuannya adalah agar tertatanya sistem administrasi

pertanahan yang baik, dengan target capaian 99% pada tahun 2011.

5.2 Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan

angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan

sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi

pertanian.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang perhubungan, dengan program meningkatnya kuantitas dan

kualitas pelayanan publik, dan bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat

dengan pusat pelayanan umum dan perekonomian.

5.3 Penelitian dan Pengembangan.

Program aksi nasional Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan

bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian

lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi,

tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali dalam bidang pertanian

dengan program Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan

budidaya pertanian, dengan pembentukan dan pembinaan kelompok tani.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi pertanian dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi.

5.4 Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan

berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan

pembiayaan yang terjangkau.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang penanaman modal, dengan program meningkatkan promosi dan

Page 108: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 123 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

kerja sama investasi untuk meningkatkan daya tarik investasi dalam bidang

agribisnis.

5.5 Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui

peningkatan pola pangan harapan.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang kesehatan, melalui program perbaikan gizi masyarakat. Tujuan

dari program ini adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada masyarakat.

6. PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR

6.1 Tanah dan tata ruang: onsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan

tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap

dan pengelolaan tata ruang secara terpadu.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang penataan ruang, dengan program, pengendalian dan

pemanfataan ruang. Tujuannya adalah terselenggaranya pemanfaatan ruang

sesuai struktur dan pola pemanfatan ruang.

6.2 Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi

antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem

Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan

penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih

kecil dari 50% keadaan saat ini.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang perhubungan, dengan program pemanfaatan jaringan

prasarana transportasi, informasi dan komunikasi. Indikator capaiannya adalah

terbangunnya jaringan jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dan

meningkatkan kapasitas bandar udara.

6.3 Pengendalian banjir: Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian

banjir.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang Pekerjaan umum, dengan program pengendalian banjir dan

pengamanan pantai, dan bertujuan untuk meningkatkan fungsi sungai dan

pantai.

Page 109: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 124 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

6.4 Transportasi perkotaan.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang perhubungan dengan program rehabilitasi/pemeliharaan

jaringan prasarana jalan dan jembatan.

7. PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI

7.1 Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional

dan daerah.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang penanaman modal, dengan program mengkordinasikan dan

mendorong dan peran swasta dalam pembangunan, yang bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan perijinan.

7.2 Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka

memperluas penciptaan lapangan kerja.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang Koperasi dan UKM, dengan program penciptaan iklim UKM yang

kondusif, sehingga dapat meningkatnya kinerja UMKM dan penyerapan tenaga

kerja.

8. PRIORITAS 8 : ENERGI

8.1 Energi alternatif: Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk

nergi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan

5.000 MW pada 2014.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang energi dan sumberdaya mineral, melalui program

pembinaan dan pengembangan usaha ketenagalistrikan, usaha energi

terbarukan dan konservasi energi. Tujuannya adalah meningkatnya

penyediaan tenaga listrik per tahun.

9. PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA

9.1 Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang kehutanan, dengan program rehabilitas hutan dan lahan.

Tujuannya adalah terlaksananya kegiatan reboisasi baik di dalam dan di luar

Page 110: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 125 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

kawasan hutan, dengan target capaian 1500 ha di dalam 2410 ha di luar hutan,

pada tahun 2012.

9.2 Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang kehutanan, dengan program perlindungan dan konservasi

sumberdaya hutan. Tujuannya adalah terlaksananya perlindungan hutan,

dengan target capaian 9 wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bali.

9.3 Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Program aksi nasional penurunan beban pencemaran lingkungan melalui

pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680

kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut tercantum dalam

prioritas pembangunan Provinsi Bali dalam bidang lingkungan hidup. Program

yang direncanakan adalah pengendalian pencemaran dan perusakan

lingkungan, yaitu melalui pengawasan dan pengendalian limbah cair, B3, dan

pemanasan global.

9.4 Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali

dalam bidang sosial, dengan program penanggulangan bencana dan korban

tindak kekerasan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan

tindakan masyarakat dalam penanggulangan bencana.

10. PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, TERTINGGAL DAN

PASCA KONFLIK

10.1 Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan

pendukung kesejahteraan lainnya.

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang perhubungan, melalui program peningkatan kualitas dan

kuantitas pelayanan publik. Program ini bertujuan agar terwujudnya

peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana perhubungan.

10.2 Pengentasan daerah tertinggal paling lambat 2014.

Program aksi nasional ini tidak tercantum tercantum dalam prioritas

pembangunan Provinsi Bali dalam RPJMD tahun 2008 – 2013. Meskipun

demikian, Pemerintah Provinsi Bali salalu memberikan dukungan

Page 111: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 126 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

pengentasan satu-satunya kabupaten di Provinsi Bali, yaitu Kabupaten

Karangasem agar terentas dari predikat kabupaten tertinggal.

11. PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI

11.1 Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan

cagar budaya,

Program aksi nasional ini tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi

Bali dalam bidang kebudayaan, melalui program pengelolaan kekayaan

budaya. Dalam RPJMD secara eksplisit tidak diprogramkan pengelolaan

terpadu untuk pengelolaan cagar budaya, namun Pemprov selalu memberikan

perhatian dalam pengelolaan cagar budaya.

D. HASIL ANALISIS PRIORITAS/PROGRAM AKSI NASIONAL YANG TIDAK

RELEVAN DENGAN PRIORITAS/PROGRAM DAERAH

1. PRIORITAS 1. REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

1.1 Otonomi Daerah: Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah.

Dalam RPJMD Provinsi Bali tidak diprogramkan mengenai

penghentian/pembatasan pemekaran wilayah. Tidak adanya program

penghentian/pembatasan pemekaran wilayah disebabkan karena wilayah

Provinsi Bali relatif kecil, dan secara administratif wilayah kabupaten dibentuk

dengan sangat mempertimbangkan aspek historis, yaitu yang berasal dari

kerajaan-kerajaan di Bali jaman dulu.

1.2 Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

Meskipun sistem pemilihan kepala daerah masih menyisakan masah, namun

pemerintah daerah menganggap bahwa UU pemilu sudah cukup mengaturnya,

tanpa diatur secara khusus di daerah.

2. PRIORITAS 2. PENDIDIKAN

2.1 Penyediaan sambungan internet berkonten pendidikan ke sekolah tingkat

menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat SD.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam RPJM Provinsi Bali 2008 –

2013. Namun dengan pengembangan sekolah bertaraf internasional (SBI) pada

tingkat sekolah menengah, sekolah sudah berupaya sendiri berlangganan

internet untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Di

samping itu, dalam APBD 2009 Pemerintah Provinsi Bali telah menganggarkan

Page 112: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 127 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

penyediaan fasilitas multimedia penunjang pembejaran interaktif berbasis E-

learning pada tingkat sekolah menengah senilai Rp 30 milyar.

2.2 Penerapan metodelogi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran kelulusan

ujian (teaching to the test).

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam RPJM Provinsi Bali 2008 –

2013. Namun dengan pengembangan sekolah bertaraf internasional (SBI) pada

tingkat sekolah menengah, sistem pembelajaran telah bergeser menjadi

berbasis kompetensi agar lulusan dapat bersaing di pasar global.

2.3 Penataan ulang kurikulum sekolah

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam RPJM Provinsi Bali 2008 –

2013. Namun dalam APBD 2009 Pemerintah Provinsi Bali telah

menganggarkan penggandaan silabus kurikulum bermuatan lokal SD, SMP,

SMA & SMK sebesar Rp 75 milyard.

4. PRIORITAS 4 : PENANGGULANGAN KEMISKINAN

4.1 Penambahan anggaran PNPM Mandiri

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh

Pemda untuk mendukung program tersebut. Pertimbangan lainnya adalah

karena pemerintah memfokuskan program bidang sosial yaitu Jaminan

Kesehatan Bali Mandara (JKBM).

4.2 Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan

perluasan cakupan KUR mulai 2011.

Sama seperti program PNPM Mandiri, Program aksi nasional penyempurnaan

mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan akupan KUR mulai

2011 tidak tercantum dalam prioritas pembangunan Provinsi Bali. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemda untuk

mendukung program tersebut. Pertimbangan lainnya adalah karena pemerintah

memfokuskan program bidang sosial lainnya, yaitu Jaminan Kesehatan Bali

Mandara (JKBM).

5. PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN

5.1 Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta

optimalisasi penggunaan lahan terlantar.

Page 113: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 128 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena Bali tidak memiliki lahan untuk

pengembangkan sektor pertanian. Namun Pemda dalam APBD 2009 telah

menganggarkan optimalisasi pemanfaatan lahan melalui pengembangan

pengelolaan lahan dan air sebesar Rp 600 juta.

5.2 Pengambilan langkah langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi

sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.

Secara eksplisit program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas

pembangunan RPJMD Provinsi Bali tahun 2008 – 2013. Namun dalam APBD

tahun 2009 Pemerintah Daerah menganggarkan kegiatan pengembangan

sistem perlindungan tanaman pangan, yaitu padi, palawija, dan hortikukltura.

8. PRIORITAS 8 : ENERGI

8.1 Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas

sebagai van baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena Bali tidak memiliki potensi sumber

daya minyak/gas.

8.2 Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42

juta Kepala Keluarga pada 2010.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

Provinsi Bali, namun masih relevan. Hal ini disebabkan karena Pemda

keterbatasan dana untuk mensukseskan program lainnya.

9. PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA

9.1 Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

RPJMD 2008 – 2013 Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena di Provinsi Bali

tidak memiliki lahan gambut.

9.2 Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan

Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem

Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

RPJMD 2008 – 2013 Provinsi Bali, namun masih relevan, karena Pemda

Page 114: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 129 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

dalam APBD 2009 menganggarkan pengembangan data dan informasi

lingkungan yang diperoleh dengan biaya yang relatif murah.

10. PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, TERTINGGAL DAN

PASCA KONFLIK

10.1 Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua

Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

RPJMD 2008 – 2013 Provinsi Bali karena Bali tidak berbatasan dengan

negara lainnya.

11. PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI

11.1 Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan

pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambat-

lambatnya Oktober 2012.

Program aksi nasional ini tidak tercantum dalam prioritas pembangunan

RPJMD 2008 – 2013 Provinsi Bali karena Pemda Bali sudah memiliki Taman

Budaya yang akan dikembangkan. Untuk pengembangan, pendalaman dan

pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten, masing-masing

Pemda Kabupaten/kota telah melaksanakan hal itu, sehingga Pemda Provinsi

Bali menfokuskan untuk mensukseskan Program Bali Mandara.

E. REKOMENDASI

a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Bali

1) Meskipun dalam RPJMD Provinsi Bali yang dinyatakan sebagai program-

program prioritas, namun tidak eksplisit menunjukkan urutan prioritas program

seperrti halnya dalam RPJMN, karena ternyata diurut berdasarkan misi

pemerintah. Demikian juga banyak program pusat yang seharusnya ada di

daerah terutama dalam urusan wajib tidak ada pada program di daerah. Hal

ini menyulitkan dalam melakukan penyandingan antara RPJMN dengan

RPJMD. Berkaitan dengan hal itu Semestinya pemerintah daerah segera

menyesuaian struktur RPJMD dengan RPJMN.

2) Matrik Indikasi Rencana Program dalam RPJMD perlu lebih dirinci, karena

beberapa arahan kebijakan yang tercantum dalam misi pemerintah daerah

Page 115: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 130 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

tidak tercantum dalam matriks indikasi rencana program. Dan seyogyanya

RPJMD disusun dalam bentuk rod map (peta jalan), sehingga target

capaiannya jelas dan terukur.

b. Rekomendasi Terhadap RPJMN

1) Beberapa target yang dicantumkan dalam RPJMN tidak dapat dilakukan di

daerah. Hal ini disebabkan karena sumberdaya yang dimiliki daerah terbatas.

Misalnya penambahan angaran PNPM Mandiri, penjaminan berjalannya fungsi

sistem peringatan dini Tsunami (TEWS), dll. Berkaitan dengan hal itu perlu

dirinci target daerah yang dituju dalam RPJMN.

2) Beberapa program nasional sebaiknya disusun dalam road map (peta jalan)

dan dijadikan acuan dalam penyusunan RPJMD.

Page 116: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 131 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

BAB IV

PENUTUP

  

A. Kesimpulan 1) Agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai

Secara umum keamanan dan ketertiban di Provinsi Bali cukup kondusif.

Terkendalinya keamanan dan ketertiban di daerah tidak terlepas dari peranan

para petugas keamanan formal seperti, kepolisian, TNI, satuan polisi pamong

praja, dan petugas keamanan tradisonal yaitu pecalang di masing-masing-

masing desa pakraman, serta kerjasama masyarakat.

2) Agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis

Persentase kasus korupsi yang berhasil ditangani di Provinsi Bali cukup besar,

karena, yaitu sekitar 72 persen. Kasus korupsi memang berbeda dengan kasus

pidana lainnya sehingga memerlukan tahapan dan penanganan yang lebih khusus.

Semua kabupaten/kota di Provinsi Bali sampai dengan tahun 2009 telah memiliki

peraturan daerah yang mengatur pelayanan satu atap. Indeks pembangunan jender

di Provinsi Bali lebih rendah dari tingkat nasional, namun dari indeks pemberdayaan

jender lebih tinggi dari tingkat nasional.

3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

a) Kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di Provinsi Bali terus mengalami peningkatan, dari tahun 2004 – 2009.

Meskipun demikian, ranking yang diperoleh menurun dan berada di bawah

rata-rata nasional.

b) Capaian hasil pembangunan pendidikan di Provinsi Bali selama tahun 2004

– 2009 cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari Angka partipasi

murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK) SD, rata-rata nilai akhir SMP

dan SMA cenderung mengalami peningkatan yang signifkan.

Page 117: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 132 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

c) Dalam bidang pembangunan kesehatan, Provinsi Bali juga cukup berhasil.

Umur harapan hidup masyarakat di Provinsi Bali terus mengalami

peningkatan, pada tahun 2009 sudah mencapai 72,4 tahun. Demikian juga

angka kematian bayi, prevalensi gizi buruk dn gizi kurang cenderung

mengalami penurunan pada periode tersebut. Hal ini juga didukung dengan

tersedianya tenaga kesehatan yang memadai sesuai dengan standar

nasional pelayanan kesehatan.

d) Dalam bidang keluarga berencana, yaitu persentase penduduk yang ber-KB

Provinsi Bali cukup berhasil, yaitu rata-rata 68,67 persen selama tahun

2004 - 2009. Hal ini tidak lepas dari dukungan kelembagaan lokal yang ada

di Bali. Di balik itu, laju pertumbuhan penduduk Bali dengan rata-rata 1,30

persen per tahun lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Hal ini

disebabkan karena banyaknya penduduk pendatang yang umumnya tidak

ikut program KB.

e) Selama tahun 2004 – 2009 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali rata-rata

mencapai 5,52 persen, lebih rendah dari tingkat nasional, dengan nilai rata-

rata 6,37 persen. Hal ini terjadi sejak tahun 1999 setelah terjadinya krisis

ekonomi di Indonesia, sehingga penanaman modal di Bali menurun yang

dibarengi dengan penurunan penerimaan dari sektor pariwisata. Persentase

ekspor terhadap PDRB cukup tinggi, yaitu sekitar 58 persen dan lebih tinggi

dari nasional yang hanya sekitar 38 persen. Produk unggulan ekspor Bali

adalah hasil kerajinan tangan, pakaian jadi, dan komoditas pertanian seperti

rumput laut dan ikan tuna. Sebagai pulau kecil, Bali tidak memiliki potensi

untuk mengembangkan industri besar. Sehingga persentase sektor

manufaktur terhadap PDRB relatif kecil, yaitu sekitar 9,5 persen, berbanding

27 persen untuk tingkat nasional. Pendapatan per kapita di Provinsi lebih

rendah dari nasional. Variabel ekonomi makro lainnya seperti inflasi di

Provinsi Bali lebih rendah dibandingkan dengan pada tingkat nasional

selama tahun 2004 – 2009. Hal ini harga-harga lebih kondusif di Bali

dibandingkan dengan rata-rata nasional.

f) Realisasi investasi di Provinsi Bali selama tahun 2004 – 2009 baik PMDN

dan PMA relatif kecil dan fluktuatif. Penanaman modal di Provinsi Bali

kurang bergairah sejak tahun 1998, dengan menurunnya belanja wistawan

Page 118: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 133 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

per orang, meskipun secara kuantitatif kunjungan wisatawan mengalami

peningkatan yang signifikan pada periode tersebut.

g) Persentase jalan nasional dengan kondisi baik mempunyai kecenderungan

meningkat selama tahun 2004 – 2009. Di lain pihak, persentase jalan

provinsi dan kabupaten dengan kondisi baik mempunyai kecenderungan

menurun selama periode tersebut. Hal ini disebabkan terbatasnya dana

yang dimiliki oleh Pemda untuk memelihara jalan yang merupakan

kewajibannya.

h) Keberhasilan pembangunan petanian di Provinsi dapat dilihat dari nilai tukar

petani di Provinsi Bali yang lebih tinggi dari 100. Hal ini berarti bahwa

kesejahteraan petani di Bali cenderung mengalami peningkatan pada

periode tersebut. Meskipun nilai produksi sektor pertanian di Provinsi Bali

terus meningkat, namun menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap

PDRB tidak dapat dihindari, karena sektor lainnya seperti sektor jasa

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Meskipun demikian, kontribusi

sektor pertanian terhadap PDRB Bali lebih tinggi dibandingkan kontribusi

sektor pertanian nasional terhadap PDB, yaitu sebesar 19 persen berbading

9,7 persen selama tahun 2004 – 2009.

i) Persentase rehabilitasi lahan kritis di Bali sangat tinggi, yaitu rata-rata sekitar

20,47 persen selama tahun 2004 – 2009.

j) Kinerja pembangunan daerah juga dapat dilihat dari upaya pemerintah

daerah melakukan pengawasan, pemeliharaan, dan konservasi terhadap

lingkungan. Jumlah tindak pidana perikanan relatif sedikit, sedangkan

konservasi laut, yang dilihat dari terumbu karang dalam kondisi baik cukup

banyak, yaitu sekitar 45 persen.

k) Kesejahteraan sosial di Provinsi Bali yang dilihat dari persentase penduduk

miskin jauh lebih sedikit dibandingkan dengan di tingkat nasional, yaitu rata-

rata sebesar 6,62 persen berbanding 16,5 persen selama tahun 2004-2009.

Demikian juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali lebih rendah

dibandingkan dengan tingkat nasional, yaitu dengan persentase rata-rata

4,75 persen berbanding 10 persen selama tahun 2004 – 2009.

Page 119: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

 134 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

B. Rekomendasi Kebijakan

1) Agar program pembangunan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien, demi

terciptanya good governance, maka prioritas pertama tetap dilaksanakan

reformasi birokrasi, termasuk merubah mind set aparatur pemerintah.

2) Peningkatan derajat pendidikan, kesehatan perlu diberikan prioritas yang lebih

tinggi, karena pendidikan dan kesehatan merupakan modal dasar bagi

penduduk untuk berproduksi, sambil meningkatkan IPM.

3) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur perlu terus dilakukan, mengingat

infrastruktur sangat vital untuk memperlancar kegiatan ekonomi dan

pembangunan.

4) Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat terus dilakukan, sebab hal ini

sangat berkaitan dengan kemampuan berproduksi masyarakat.

5) Sektor pertanian perlu tetap mendapatkan perhatian, karena sektor ini sebagai

penyedia kebutuhan pangan dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

yang sangat banyak bekerja pada sektor ini. Sektor ini terbukti mempunyai daya

tahan yang tinggi terhadap goncangan ekonomi seperti pada waktu krisis

ekonomi tahun 1997-1998, dan pada waktu terjadinya Tragedi Kuta tahun 2002

dan 2005.

6) Pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan sosial dilakukan

dengan model partisipatif, yaitu menjadikan masyarakat sebagai obyek

pembangunan serta memanfaatkan lembaga lokal secara optimal.

7) Perlu terus diupayakan kelestarian budaya nasional, yang mana dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata, oleh karena pariwisat

mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap perekonomian, dan

pembangunan daerah.

8) Dalam pembangunan daerah harus selalu diperhatikan aspek lingkungan hidup

dan diupayakan pelestarian lingkungan dengan konsep Tri Hita Karana.

9) Promosi investasi perlu tetap digalakkan untuk meningkatkan pembangunan di

luar Kabupaten Badung, mengingat pembangunan di Bali hanya terpusat di

Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

10) Perlu diupayakan sumber enerji alternatif, dan mengurangi ketergantungan

penggunaan sumber enerji dari fosil.

11) Perlu diupayakan berbagai bentuk bantuan kepada daerah tertinggal Kabupaten

Karangasem agar kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut meningkat, dan

mengurangi dampak yang negatif dari ketimpangan pembangunan daerah

akibat adanya migrasi ke luar dari daerah tersebut.

Page 120: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  95Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

Tabel 13 Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013

Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi

Prioritas Pembangunan

Program

PRIORITAS 1. REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

Otonomi Daerah: Penataan otonomi daerah melalui

Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah;

Tidak ada Tidak ada pemekaran wilayah kecuali pada tingkat desa dan dusun/banjar

Pemekaran desa/ dusun bertujuan untuk meningkat- kan pelayanan ke- pada masyarakat

Peningkatan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana perimbangan daerah;

Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perang- kat Daerah

Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

Mengupayakan efektifitas dan efesiensi, serta transfaransi dalam penggalian dan pengelolaan sumber-sumber dana bagi peme- rintah daerah

Meningkatkan kemampuan aparatur dalam pengelolaan keuangan daerah dan penanggu- langan KKN

Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah

Tidak ada Tidak ada masalah serius dalam pilkada

UU pemilu sudah cukup mengatur pilkada

Page 121: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  96Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Regulasi;

Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah selambat-lambatnya 2011

Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perang- kat Daerah

Kajian dan pengawasan peraturan dan perundang-undangan Daerah

Harmonisasi produk hukum daerah dengan peraturan perun- dang-undangan lainnya

Target capaian 96% pada tahun 2011

Sinergi antara Pusat dan Daerah;

Penetapan dan penerapan Sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan daerah

Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perang- kat Daerah

Pengembangan otonomi daerah

Terlaksananya sistem adminis-trasi pemerin-tahan yang tertib dan dinamis, yang akhirnya membawa dampak positif terhadap pela- yanan publik

Target capaian 96% pada tahun 2011

Page 122: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  97Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Penegakan Hukum

Penegakan intergrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum

Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perang- kat Daerah

Penegakkan hukum dan HAM

Pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum, dan tegaknya supremasi hukum

Target capaian 93% pada tahun 2011

Data Kependudukan

Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada 2011

Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perang- kat Daerah

Penataan administrasi kependudukan

Terlaksananya tertib administrasi kepedudukan

Sesuai dengan sasaran pemba-ngunan mening- katkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat

Page 123: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  98Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

2 PRIORITAS 2. PENDIDIKAN

Peningkatan Angka Prtisipasi Murni (APM) Pendidikan Dasar

Pendidikan Perluasan dan pemerataan akses pendidikan

Pencapaian APM sekolah dasar

Target capaian 100% pada tahun 2011

APM pendidikan setingkat SMP Pendidikan Perluasan dan pemerataan akses pendidikan

Pencapaian APM setingkat SMP

Target capaian 90% pada tahun 2011

Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA

Pendidikan Perluasan dan pemerataan akses pendidikan

Pencapaian APM setingkat SMA

Target capaian 79% pada tahun 2011

Pemanfaatan/rasionalisasi implementasi BOS

Tidak ada

Penurunan harga buku standar di tingkat SD dan menengah sebesar 30-50% selambat-lambatnya 2012

Tidak ada Bukan wewenang provinsi

Page 124: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  99Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Penyediaan sambungan internet berkonten pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat SD.

Tidak ada

Akses Pendidikan Tinggi;

Peningkatan APK pendidikan tinggi

Pendidikan Pemberian beasiswa

Pemberian perha- tian khusus terha- dap penduduk kurang mampu

Metodelogi;

Penerapan metodelogi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran kelulusan ujian (teaching to the test)

Tidak ada

Page 125: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  100Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Pengelolaan;

Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul

Pendidikan Manajemen pelayanan pendidikan

Terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah

Target capaian 100% pada tahun 2011

Revitalitasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance

Pendidikan Peningkatan mutu dan rele-vansi pendidikan

Meningkatnya angka rata-rata hasil ujian nasional

Meningkat prestasi akademik dan non akademik

Mendorong aktivitas peran kepala sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dan Dewan Pendidikan dalam proses pembelajaran di tingkat Kebupaten

Pendidikan Manajemen pelayanan pendidikan

Terselenggaranya rapat koordinasi bidang pendi- dikan dengan kabupaten

Sasaran semua kabupaten/kota

Page 126: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  101Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Kurikulum;

Penataan ulang kurikulum sekolah

Tidak ada

Kualitas;

Peningkatan kualitas guru, pengelola dan layanan sekolah

Pendidikan Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Meningkatnya kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik

Meningkatkan pendidikan guru SD, SMP, SMA

3 PRIORITAS 3:

KESEHATAN

Kesehatan Masyarakat;

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu

Kesehatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Terselenggaranya sistem survelians dan kewaspadaan dini

Target capaian 100% pada tahun 2011

Page 127: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  102Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

KB;

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014;

Keluarga berencana dan keluarga sejahtera

Keluarga Berencana

Peningkatan pelayanan peserta KB baru

Peningkatan pelayanan KB baru pria dan wanita.

Obat:

Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;

Kesehatan Pengawasan obat dan makanan

Tersedianya obat esensial generik di sarana kesehatan

Target capaian 95% pada tahun 2011

Asuransi Kesehatan Nasional:

Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-2014

Sosial Jaminan kesehatan sosial

Pendayagunaan sumberdana sosial untuk asuransi kesehatan jaminan sosial

Target capaian 20% pada tahun 2011

Page 128: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  103Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

4. PRIORITAS 4 :

PENANGGULANGAN

KEMISKINAN

Bantuan Sosial Terpadu:

Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai

Sosial Pemberdayaan fakir miskin, dan masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya

Meningkatkan taraf kesejahte- raan sosial perorangan, keluarga, dan PMKS lainnya sebanyak 142.699 RTM

Target capaian 20% pada tahun 2011

Bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpenda- patan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011—2012;

Sosial Jaminan kesehatan sosial

Namun sasaran yang dituju bersifat umum, tidak jelas untuk siapa jaminan kesehatan tsb.

Page 129: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  104Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

PNPM Mandiri:

Penambahan anggaran PNPM Mandiri

Tidak ada

Kredit Usaha Rakyat (KUR):

Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan akupan KUR mulai 2011;

Tidak ada

Tim Penanggulangan

Kemiskinan:

Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden

Sosial Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial

Pembentukan Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Prov. Bali SK Gubernur No. 240/04-H/HK/2008

Bertujuan untuk lebih mengefek- tifkan upaya penggulangan kemiskinan

Page 130: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  105Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

5 PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN

Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian:

Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,

Pertanahan Penataan peng gunaan, pemi- likan, dan pemanfaatan tanah

Tertatanya sistem administrasi pertanahan yang baik

Target capaian 99% pada tahun 2011

Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar;

Tidak ada Tidak ada Bali tidak memiliki lahan untuk pengembangkan sek. Pertanian

Infrastruktur:

Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;

Perhubungan Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan publik

Bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat dengan pusat pelayanan umum dan perekonomian

Page 131: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  106Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Penelitian dan Pengembangan:

Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;

Pertanian Pembentukan dan pembinaan kelompok tani

Untuk meningkat- kan produksi per- tanian dengan memanfaatkan kemajuan teknologi

Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi:

Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.

Penanaman modal

Meningkatkan promosi dan kerja sama investasi

Untuk meningkat- kan daya tarik investasi dalam bidang agribisnis

Page 132: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  107Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Pangan dan Gizi:

Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;

Kesehatan Perbaikan gizi masyarakat

Target capaian menurunnya preva- lensi gizi kurang

Adaptasi Perubahan Iklim:

Pengambilan langkah langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.

Tidak ada

6 PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR

Tanah dan tata ruang:

Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap

dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;

Penataan ruang Pengendalian dan pemanfataan ruang

Terselenggaranya pemanfaatan ruang sesuai struktur dan pola pemanfatan ruang

Page 133: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  108Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Perhubungan:

Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini;

Perhubungan Pemanfaatan jaringan prasarana transportasi, informasi dan komunikasi

Terbangunnya jaringan jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dan meningkatkan kapasitas bandar udara.

Pengendalian banjir:

Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir

Pekerjaan umum Pengendalian banjir dan pengamanan pantai

Meningkatkan fungsi sungai dan pantai

Page 134: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  109Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Transportasi perkotaan:

Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya,

Medan)

Perhubungan Rehabilitasi/pemeliharaan jaringan prasarana jalan dan jembatan

7 PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI

Kepastian hukum:

Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah

Penanaman modal Mengkordinasikan dan mendorong dan peran swasta dalam pemba- ngunan

Meningkatkan pelayanan perijinan

Kebijakan ketenagakerjaan:

Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.

Koperasi dan UKM Penciptaan iklim UKM yang kondusif

Meningkatnya UMKM dan penyerapan tenaga kerja

Page 135: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  110Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

8 PRIORITAS 8 : ENERGI

Energi alternatif:

Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk nergi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014

Energi dan sumberdaya mineral

Pembinaan dan pengembangan usaha ketenaga listrikan, usaha energi terbarukan dan konservasi energi

Meningkatnya capaian tenaga listrik per tahun

Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas:

Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai van baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;

Tidak ada Tidak ada Bali tidak memiliki potensi sumber daya minyak/gas

Page 136: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  111Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Konversi menuju penggunaan gas:

Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010;

Tidak ada Tidak ada Keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemda.

Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.

Tidak ada Tidak ada

Page 137: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  112Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

9 PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA

Perubahan iklim:

Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,

Tidak ada Tidak ada Bali tidak memiliki lahan gambut

Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun,

Kehutanan Rehabilitas hutan dan lahan

Terlaksananya kegiatan reboisasi baik di dalam dan di luar kawasan hutan

Target capaian 1500 ha di dalam 2410 ha di luar hutan

Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh

Kehutanan Perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan

Terlaksananya perlindungan hutan

Target capaian 9 wilayah

Page 138: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  113Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Pengendalian Kerusakan

Lingkungan:

Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut;

Lingkungan hidup Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan

Pengawasan dan pengendalian limbah cair, B3, dan pemanasan global

Sistem Peringatan Dini:

Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;

Tidak ada Tidak ada Namun dalam APBD Pemda menyediakan pengembangan data dan informasi lingkungan

Page 139: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  114Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Penanggulangan bencana:

Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana

Sosial Penanggulangan bencana dan korban tindak kekerasan

Meningkatkan kemampuan dan tindakan masya-rakat dalam penanggulangan bencana

10 PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPAN, TERLUAR , TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK

Kebijakan:

Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya

Perhubungan Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan publik

Terwujudnya peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana perhubungan

Keutuhan wilayah:

Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia,

Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010;

Tidak ada Tidak ada Bali tidak berba- tasan dengan negara luar

Page 140: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  115Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

 

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013 Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi Prioritas Pembangunan

Program

Daerah tertinggal:

Pengentasan paling lambat 2014. Tidak ada Tidak ada Dalam RPJMD tidak diprogram kan, namun Pemprov mendu- kung pengen- tasan Karangsem sebagai kabupa- ten tertinggal

11 PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI

Perawatan:

Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya,

Kebudayaan Program pengelo- laan kekayaan budaya

Dalam RPJMD tidak diprogram kan, namun Pemprov selalu memberikan perhatian dalam pengelolaan cagar budaya

Page 141: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  116Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013

Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi

Prioritas Pembangunan

Program

Revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011;

Budaya Pengelolaan kekayaan budaya

Adanya dukungan pengelolaan museum dan taman budaya di daerah

Sarana:

Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambat-lambatnya Oktober 2012;

Tidak ada Tidak ada Karena Pemda Bali sudah memiliki taman budaya.

Page 142: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Bali 

  117Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas  

No RPJMN 2010 – 2014 RPJMD Provinsi Bali 2008 - 2013

Análisis Kualitatif

Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pembangunan

Program Aksi

Prioritas Pembangunan

Program

Kebijakan:

Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya;

Kebudayaan Pengelolaan keragaman budaya

Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah

Inovasi teknologi:

Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.

Kelautan dan perikanan

Pengembangan perikanan

meningkatnya kemampuan SDM dalam upaya peningkatan pro- duksi ikan, terja- minan kualitas produksi, dan meluasnya jaringan pemasaran

III

Page 143: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

Agenda Pembangunan Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber

Indeks Kriminalitas per 100.000 penduduk 144,81 153,47 167,28 169,87 168,40 166,21

Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%) 56,92 59,80 65,58 66,18 65,39 65,08Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%) 98,99 98,91 98,27 96,07 96,02 97,75

Pelayanan PublikPersentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang  88,88889Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah  89,00 89,00 89,00 89,00 100,00 100,00

Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar  N.a N.a N.a N.a N.a N.a

DemokrasiGender Development Index 58,04 64,30 66,00 66,00 67,08Gender Empowerment Measurement 59,32 56,00 57,70 57,80 58,95Indeks Pembangunan Manusia 69,10 69,80 70,10 70,50 70,90 71,36

PendidikanAngka Partisipasi Murni Tingkat SD 96,15 96,03 95,92 96,58 96,58 97,89

Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD 109,84 107,14 108,22 113,61 114,09 127,28Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat SMP 5,10 5,98 5,98 5,98 6,07 6,73Rata-Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah 4,62 6,23 6,57 6,68 6,90 7,35Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%) 1,66 1,51 2,20 2,37 1,00 0,88Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%) 4,71 0,18 2,64 5,98 0,22 0,19Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah (%) 1,33 2,28 3,17 1,90 0,40 0,26

Angka Melek Huruf (%) 85,52 86,21 85,79 86,75 87,53 88,04Persentase Guru SMP Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya 83,48 83,32 85,77 86,55 87,25 88,22Persentase Guru SMA Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya 78,73 80,73 78,29 78,95 79,02 79,10

KesehatanUmur Harapan Hidup (tahun) 70,00 71,54 72,00 72,40 72,40 72,40

Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 7,47 7,48 9,64 7,91 6,75 6,58Gizi Buruk (%) 0,21 0,15 0,35 0,13 0,13 0,12Gizi Kurang (%) 5,84 2,89 7,51 3,35 3,66 3,38Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk 26,83 23,89 25,10 28,26 28,95 29,91

Keluarga BerencanaContraceptive Prevalence Rate (%) 66,41 68,20 67,40 69,40 69,90 70,72

Pertumbuhan Penduduk (%) 1,46 1,46 1,41 1,41 1,04 1,00

Total Fertility Rate (%) 2,64 2,81 2,87 2,86 2,10 2,00

Ekonomi MakroLaju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,07 5,56 5,28 5,92 5,97 5,33Persentase Ekspor terhadap PDRB (%) 50,79 52,55 56,04 57,67 63,66 67,36Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB (%) 9,00 9,54 9,46 9,75 9,95 9,95

Pendapatan Perkapita (Rupiah) 8.532.322,77 10.032.730,95 10.895.398,16 12.166.390,85 14.198.733,34 16.214.940,66

Laju Inflasi (%) : 5,97 11,31 4,30 5,91 9,62 4,37Denpasar

Investasi

Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp. Milyar) 303,37 2.853,13 8.529,63 665,88 1.185,13 10.516,66Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN (Rp.Milyar)

Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) 452,70 1.048,91 199,75 550,41 907,51 317,38Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA (US$ Juta)Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA

InfrastrukturPersentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%) 72,00 56,60 53,30 59,10 59,20 62,30

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%) 22,40 27,40 26,60 22,40 22,40 21,50

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%) 5,50 16,00 20,20 18,60 18,60 16,20Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Baik (%) 43,30 42,70 43,70 43,90 47,60 41,60Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Sedang (%) 43,40 43,70 43,00 42,80 27,10 29,30Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Rusak (%) 13,30 13,60 13,30 13,20 25,30 29,10

1. Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

2. Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis

3. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Page 144: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD

PertanianRata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun

PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) 6.011.420 6.887.174 7.463.263 8.216.473 9.152.614 10.487.151

KehutananPersentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis  63,72 56,99 45,85 46,15 52,24 29,41

KelautanJumlah Tindak Pidana Perikanan N.a N.a 15,00 34,00 24,00 4,00

Luas Kawasan Konservasi Laut (km2) N.a N.a 11.200,00 13.735,10 N.a N.a

Kesejahteraan SosialPersentase Penduduk Miskin (%) 6,85 6,72 7,06 6,60 6,17 5,13

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4,66 5,32 6,04 3,77 4,45 4,25

Page 145: Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD