laporan akhir ekpd 2010 - sultra - unhal

119

Upload: ekpd

Post on 02-Jul-2015

395 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Sulawesi Tenggara oleh Tim Universitas Haluoleo

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN 2004-2009 di daerah. Bappenas dalam melakukan evaluasi berkerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan evaluasi di daerah masing-masing.

Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) tahun 2010 di Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum bertujuan; untuk mengevaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan menganalisis kontribusi pada pembangunan di daerah; dan untuk menganalisis keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi dengan menggunakan pendekatan diskripsi kuantitatif dengan memperhatikan kaidah-kaidah SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Timely).

Pencapaian hasil yang optimal hanya dapat dilakukan jika kegiatan evaluasi ini didukung oleh tim yang multidisipliner. Tim EKPD Sulawesi Tenggara tahun 2010 didukung oleh tim yang berlatar belakang ilmu ekonomi sumberdaya alam, menajemen sumberdaya pesisir, ilmu penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat, ilmu adminitrasi pemerintah, ilmu sosial dan pendidikan, ilmu ekonomi pembangunan dan Kesehatan Masyarakat.

Laparan ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi tim evaluasi dalam melakukan kegaiatn evaluasi dan sebagai bahan Tim sekretariat Nasional untuk melakukan Berkoordinasi dengan tim evaluasi provinsi untuk mengetahui perkembangan pekerjaan dan memastikan perkembangan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan masukan dalam rangka memperlancar kegiatan EKPD ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada semua stakeholders daerah dan pusat yang telah memberikan kontribusi pemikiran, informasi dan data sebagai bahan penyusunan laporan akhir EKPD 2010.

Kendari, Desember 2010 Rektor Universitas Haluoleo,

Prof. Dr. H. Usman Rianse NIP. 19620204 198703 1 004

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

     Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………….…..….…………………………………….…...…. i

DAFTAR ISI ………………………………………………..…………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ...................………………………………………………. 1

1.2 Tujuan dan Keluaran Evalusi ….…………………………………………. 2

BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 …….......……… 3

A. Agenda Pembangunan Indonesia Yang Aman dan Damai ……….….. 3

1. Indikator ....................................................................................... 4

1.1. Indeks Kriminal ...................................................................... 4

1.2. Indikator Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan

Konvensional ........................................................................ 5

1.3. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional .. 6

2. Analisis Pencapaian Indikator ……………………………………….. 6

3. Rekomendasi Kebijakan ……………………………………………… 9

B. Mewujudkan Indonesia Yang Adil dan Demokratis .............................. 10

1. Indikator ......................................................................................... 10

1.1. Pelayanan Publik ................................................................... 10

1.2. Indikator Demokrasi Publik .................................................... 10

2. Analisis Pencapaian Indikator ………………………………………… 13

2.1 Indikator Pelayanan Publik ..................................................... 13

2.2 Persentase Kab/Kota Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap... 20

2.3 Persentase SKPD Provinsi Memiliki Pelaporan Keuangan WTP 22

2. Analisis Pencapaian Indikator Demokrasi Publik ............................ 24

3. Rekomendasi Kebijakan ................................................................. 38

C. Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat ..................................... 41

1. Indikator ............................................................................................ 41

1.1. Indikator Pendidikan .................................................................. 41

1.2. Indikator Kesehatan ................................................................... 43

1.3. Indikator Keluarga Berencana .................................................. 48

1.4. Indikator Makro Ekonomi dan Investasi..................................... 50

1.5. Infrastruktur ………………………………………………………. 52

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

1.6 Indikator Pertanian …………………………………………………. 53

1.7. Indikator Kehutanan ................................................................... 55

1.8. Indikator Kelautan …………………………………………………… 56

1.9. Indikator Kesejahteraan Sosial ……………………………………. 57

2. Analisis Pencapaian Indikator ………………………………………….. 59

3. Rekomendasi Kebijakan ..................................................................... 85

3.1. Indikator Pendidikan ................................................................... 85

3.2. Indikator Kesehatan dan Keluarga Berencana ............................ 85

3.3. Indikator Makro Ekonomi ............................................................. 86

3.4. Indikator Pertanian, Kehutanan dan Kelautan.............................. 87

3.5. Indikator Kesejahteraan Sosial .................................................... 88

BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI SULAWESI TENGGARA ...............................................................…… 89

1. Pengantar ....................................................................................... 89

2. Tabel Relevansi RPJM Nasional dan RPJMD Sulawesi Tenggara.. 89

3. Rekomendasi .................................................................................. 105

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 109

1. Kesimpulan ..................................................................................... 109

2. Rekomendasi .................................................................................. 110

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

     Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2 Persentase Umur Harapan Hidup Penduduk di Sulawesi Tenggara .......................................................................................

45

Tabel 3 Persentase Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara 46

Tabel 4 Persentase Prevalensi Gizi Buruk di Sulawesi Tenggara 46

Tabel 5 Persentase Prevalensi Gizi Kurang di Sulawesi Tenggara 47

Tabel 6 Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) di Provinsi Sulawesi Tenggara

48

Tabel 7. Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara 49

Tabel 8. Kinerja Makro Ekonomi Sulawesi Tenggara (2004-2009) 50

Tabel 9. Perkembangan Investasi Domestik dan Investasi Asing di Sulawesi Tenggara

51

Tabel 10. Perkembangan Kondisi Jalan di Sulawesi Tenggara 52

Tabel 11. Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2009 54

Tabel 12. PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) 55

Tabel 13. Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2008

55

Tabel 14. Capaian indicator keluaran (output) jumlah tindak pidana perikanan di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009

56

Tabel 15. Luas Kawasan Konservasi Laut di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009

57

Tabel 16. Persentase Penduduk Miskin Di Sulawesi Tenggara 2004-2009 57

Tabel 17. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2009

58

Tabel 18. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Perusahaan (Sedang dan Besar) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2009

58

Tabel 19. Evaluasi Relevansi RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara 2008-2013 dari Aspek Prioritas Pembangunan dan Program Aksi

90

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Persentase Kasus Konvensional yang terselesaikan dibandingkan yang dilaporkan di Polda Sultra ……………………..

6

Gambar 2 Persentase Kasus Kejahatan Transnasional yang terselesaikan selama tahun 2004-2009 ...............................................................

7

Gambar 3 Persentase kasus korupsi terselesaikan di Polda Sultra, tahun 2005-2009 ……………………………………………………………...

16

Gambar 4 Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara yang ditangani dibanding dengan yang dilaporkan dalam kurun waktu 2004-2009 …………………...

17

Gambar 5 Persentase jumlah SKPD di Sultra yang laporan keuangannya WTP ...............................................................................................

20

Gambar 6 Perkembangan Capaian Angka Usia Harapan Hidup Penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun Waktu 2005 sampai dengan 2009 ...............................................................................................

23

Gambar 7. Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran Hidup di Sulawesi Tenggara Selama Lima Tahun Terakhir (Tahun 2005-2009) ........

23

Gambar 8. Angka kematian ibu melahirkan/100.000 kelahiran hidup (KH) ..... 24

Gambar 10. Persentase angka melek huruf perempuan berusia di atas 15 tahun, Sultra tahun 2004-2009 ......................................

25

Gambar 11. Grafik Persentase Perempuan dalam Angkatan Kerja .................. 26

Gambar 12 .

Persentase Jumlah Perempuan di DPRD se Sultra, periode tahun 2004-2009 dan 2009-2014 ...................................................

27

Gambar 13 Persentase APK dan AMH ............................................................. 58

Gambar 14. Persentase APS dan AMH …………………………………………... 59

Gambar 15. Persentase APS dan AMH …………………………………………... 60

Gambar 16 Trend Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara ......... 61

Gambar 17 Trend penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) di Provinsi Sulawesi Tenggara ..........................................................

63

Gambar 18 Trend Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara .......................................................................................

65

Gambar 19. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Tenggara ...................... 66

Gambar 20. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Tenggara ...................... 68

Gambar 21 Laju Inflasi di Sulawesi Tenggara ................................................. 69

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

     Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

Gambar 22. Nilai Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara ................... 71

Gambar 23. Nilai Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara ................ 72

Gambar 24. Persentase Jalan Nasional Dalam Kondisi Baik di Sultra ............. 74

Gambar 25. Persentase Jalan Nasional Dalam Kondisi Sedang di Sultra ........ 75

Gambar 26. Persentase Jalan Nasional Dalam Kondisi Rusak di Sultra .......... 76

Gambar 27. Kondisi Jalan Nasional di Sulawesi Tenggara Tahun 2007 .......... 76

Gambar 28. Kondisi Jalan Nasional Tahun 2009 di Sulawesi Tenggara .......... 77

Gambar 29 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tenggara................... 78

Gambar 30 Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis ...................................................................................

79

Gambar 31 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Tenggara 2004-2009 ..............................................................................................

80

Gambar 32 Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara 2004-2009 .....................................................................................

81

Gambar 32 Daya serap tenaga kerja menurut perusahaan di Provinsi Sulwesi Tenggara 2004-2009 .....................................................................

82

Gambar 34 Analisis dengan indikator pendukung ............................................ 82

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah

satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan,

penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan.

Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan

secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi

untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan dilaksanakan.

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai

dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah

(Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi pelaksanan RPJMN 2004-2009.

Di dalam pelaksanaan evaluasi dilakukan dua bentuk yang berkaitan

dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pertama

adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian

keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan

evaluasi adalah Evaluasi ex-post. Evaluasi ex-post bertujuan untuk melihat

efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada 3 (tiga)

agenda RPJMN 2004 - 2009 (agenda Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta

Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat). Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai

dalam pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis

indikator pencapaian.

Metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan

RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3

prioritas lainnya dengan prioritas daerah serta mengidentifikasi potensi lokal dan

prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Prioritas nasional dalam

RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3)

Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur,

7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan

Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik, 11)

Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1)

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 2

Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3)

Perekonomian lainnya.

Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada

perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di

daerah. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah

dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah.

Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan

yang lebih independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal

tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan

kegiatan EKPD yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi selaku evaluator

eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah.

1.2. Tujuan dan Keluaran Evaluasi

Tujuan kegiatan evaluasi adalah:

1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan menganalisis

kontribusi pada pembangunan di daerah;

2. Untuk menganalisis keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-

2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan

evaluasi meliputi: Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan

RPJMN 2004-2009 untuk setiap provinsi dan tersedianya dokumen evaluasi

keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014.

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 3

BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009

A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

Dua dari tiga visi utama pembangunan Indonesia tahun 2004 – 2009

adalah terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman,

bersatu, rukun dan damai; serta terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara

yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Untuk

mewujudkan visi dimaksud telah dijabarkan sasaran target dan program

pembangunan nasional sebagaimana dicanangkan dalam RPJMN 2004-2009.

Dalam upaya membangunan Indonesia yang aman dan damai misalnya

telah digariskan berbagai rancangan kebijakan seperti peningkatan kemampuan

pertahanan Negara dengan maksud untuk meningkatkan profesionalisme aparat

keamanan baik dalam hal modernisasi peralatan pertahanan negara dan

teknologi pendukungnya, dan mereposisi peran TNI dalam kehidupan sosial-

politik, mengembangkan secara bertahap dukungan pertahanan, serta

meningkatkan kesejahteraan prajurit dalam upama memaksimalkan kinerja

aparat keamanan dalam menjalankan tugas pokok dan funsinya.

Pemerintah secara nasional telah menelorkan berbagai bentuk program

terkait dalam rangka mewujudkan visi di atas terutama dalam kaitannya dengan

peningkatan rasa aman dan damai diantaranya peningkatan keamanan,

ketertiban dan penanggulangan kriminalitas mulai dari perkotaan sampai di

pelosok tanah air, yang diwujudkan melalui penegakkan hukum dengan tegas,

adil, dan tidak diskriminatif; meningkatkan kemampuan lembaga keamanan

negara; meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencegah kriminalitas dan

gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungannya masing-masing,

menanggulangi dan mencegah tumbuhnya permasalahan yang berkaitan dengan

penggunaan dan penyebaran dan konsumsi narkoba, baik dalam negeri maupun

transnasional, meningkatkan kesadaran akan hak-hak dan kewajiban hukum

masyarakat, serta memperkuat kerjasama internasional untuk memerangi

kriminalitas dan kejahatan lintas Negara secara umum.

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 4

1. Indikator

1.1. Indeks Kriminal

Dalam banyak fakta, upaya membangun dan mewujudkan rasa aman dan

damai di kalangan masyarakat terus dilakukan dan telah menunjukkan kemajuan.

Pada level nasional terutama di daerah tempat persembunyian kelompok

terorisme telah berhasil diungkap dan diawasi secara ketat oleh aparat

keamanan terutama kepolisian. Hanya saja, dalam fakta lainnya, di berbagai

daerah termasuk di Sulawesi Tenggara sampai tahun 2009 ini, masih saja terjadi

berbabagi kejahatan bagi kejahatan konvensional maupun dan perompakan

sumber daya alam seperti ilegal loging dan ilegal fishing yang sampai saat ini

masih menjadi permasalahan yang belum dituntaskan.

Berbagai kejahatan konvensional seperti tindakan kriminalitas (pencurian

dan perampokan) masih terus terjadi. Kasus seperti itu tentu saja sangat

menghawatirkan karena menggangu rasa aman dan ketentraman hidup dalam

masyarakat di daerah. Praktek ilegal loging hasil hutan terus terjadi selama tahun

2004 hingga 2009, terutama pencurian kayu jati di Kabupaten Muna, Sulawesi

Tenggara yang telah merugikan Negara, merusak lingkungan hidup dan

ekosistem penyangka kelestarian sumber mata air bagi masyarakat. Selain itu,

kejahatan transnasional juga terus terjadi sampai di daerah yang tidak

berbatasan langsung dengan Negara lain seperti Sulawesi Tenggara, berupa

penyelundupan barang bekas, antar negara dari Singapura ke Indonesia, dan

penjualan hasil hutan seperti rotan ke Singapur dan malaysia masih terjadi.

Beberapa penyebab adanya berbagai kejahatan itu antara lain perilaku

hidup masyarakat yang tidak patuh aturan, dorongan untuk memperkaya diri

sendiri, termasuk karena desakan ekonomi sebagai alasan klasik yang menjadi

penyebab lahirnya berbagai kajahatan dalam masyarakat. Luas wilayah

dibandingkan jumlah aparat keamanan masih terbatas, anggaran operasional

dan peralatan teknologi terbatas masih menjadi alasan (pada level pusat maupun

daerah), mengapa praktek kejahatan baik konvensional maupu transnasional

terus terjadi. Namun hal itu bukanlah satu-satunya penyebab yang membuat

kejahatan terus berlangsung. Hal yang paling utama adalah komitmen dan

profesionalisme aparat keamanan (TNI, Polisi dan Bantuan Polisi) dalam

menjalankan tupoksi dalam memberikan perlindungan terhadap asset Negara

dan kehidupan masyarakat belum maksimal.

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 5

Kasus illegal loging yakni penebangan secara liar kayu jati yang terjadi di

Pulau Muna Sulawei Tenggara, terkesan lebih disebabkan oleh kurang

profesionalnya aparat keamanan, termasuk penguasa setempat dalam

mengawal potensi hasil hutan. Bahkan ada fenomena bahwa ada sejumlah

oknum aparat yang seharusnya mengamankan hasil hutan, justru tutup mata

dengan praktek penebangan kayu jati secara liar yang terjadi di wilayah itu.

Khusus kasus terorisme yang menjadi kekhawatiran nasional tidak terjadi

di Sulawesi Tenggara. Fenomena yang terjadi adalah isu-isu provokasi yang

menjurus pada konflik horizontal antar kelompok yang terjadi selama periode

tahun 2004-2009. Kasus ini sering terkait dengan pelaksanaan Pilkada langsung,

yang seringkali mencuat di permukaan ketika pertarungan politik dalam pilkada

melahirkan ketidakpuasan diantara para pendukung calon kepala daerah, baik

dalam proses pemilihan Walikota, Bupati maupun pemilihan Gubernur. Bentuk

kerawanan yang lain adalah konflik antar kelompok pemuda di kota Kendari yang

sering mengarah pada konflik antar etnik di kota Kendari. Peluang terjadinya

konflik horizontal antar etnik sangat terbuka di Kota ini karena watak kesukuan

masih dominan dan dipegang teguh oleh masing-masing kelompok-kelompok

etnik dalam masyarakat Kota Kendari seperti (Tolaki, Muna, Bugis, Makassar,

Buton, Mekongga), dan nilai-nilai pluralisme dalam masyarakat belum

terkonsolidasi secara baik.

1.2. Indikator Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

Persentase jumlah penyelesaian kasus kejahatan konvensional

berfluktuasi. Jumlah kasus terselesaikan pada tahun 2005 sebanyak 55,54%,

tahun 2006 sebesar 56,04%, dari jumlah kasus dilaporkan sebanyak 4675 kasus.

Pada tahun 2007 terjadi penurunan persentase jumlah kasus kejahatan

konvesnional yang terselesaikan yakni menjadi 53,52% dari jumlah kasus

dilaporkan sebanyak 6.359 kasus yang dilaporkan. Pada tahun 2008 kembali

mengalami peningkatan menjadi 59,74% kasus yang terselesaikan, dan terus

naik menjadi 64,70% dari jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009.

Beberapa kritik masyarakat atas proses penyelesaian kasus-kasus kejahatan

konvesional di daerah ini adalah masih lambannya aparat kepolisian dalam

merespon laporan masyarakat selain proses penyelesaian kasus yang tidak

tranparan, yang disertai dengan adanya biaya-biaya ekstra yang dibebankan

kepada masyarakat.

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 6

1.3. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional

Persentase penyelesaian hukum atas kasus kejahatan transnasional juga

menunjukkan perubahan angka yang tidak linier. Salah satu persoalan hukum

yang menjadi perhatian pemerintah di daerah ini adalah praktek kejahatan

transnasional yang melibatkan warga dari berbagai Negara seperti kasus migran

gelap dari Filipina sempat menarik perhatian publik di daerah ini. Penyelesaian

kasus-kasus yang melibatkan warga Negara dari berbagai Negara seringkali

mengalami hambatan dalam penyelesaiannya karena belum ada perjanjian

ekstradisi antar pemerintah RI dengan Negara asal warga yang mempunyai

masalah pelanggaran hokum.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang

tingkat kejahatan transnasionalnya relative rendah, dengan kasus-kasus utama

hanya pada masalah pelanggaran keimigrasian, narkotika dan perdagangan

antar negara. Pada tahun 2005, jumlah kasus tindak kejahatan transnasional

yang terselesaikan dibandingkan dengan yang dilaporkan sebesar 90,00%, tahun

2006 sebesar 65,79 %, tahun 2007 sebesar 57,53%, tahun 2008 sebesar

52,08%, dan tahun 2009 sebesar 87,88% dari 66 kasus yang dilaporkan.

Perubahan angka persentase yang berfluktuasi itu disebabkan oleh jumlah

laporan kejahatan konvesional yang berfluktuasi pula serta tingkat

penyelesaiannya tidak didasarkan pada tahun kalender melainkan

mengutamakan tingkat kemudahan dalam penyelesaiannya.

2. Analisis Pencapaian Indikator

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan aman dan damai dalam kaitannya dengan indeks kriminalitas

adalah persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional dan persentase

penyelesaian kasus kejahatan transnasional yang terjadi diberbagai wilayah di

tanah air. Di Sulawesi Tenggara, selama tahun 2004 sampai dengan 2009,

kinerja aparat kemanan dalam menyelesaikan kasus kejahatan konvesional dan

kejahatan transnasional berfluktuasi.

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 7

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepolisian Daerah (Polda)

Sulawesi Tenggara tahun 2010, tingkat penyelesaian kasus kejahatan

konvensional disajikan dan dianalisis dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Sumber: diolah dari data sekunder Polda Sultra, 2010. Gambar 1. Persentase Kasus Konvensional yang terselesaikan dibandingkan

yang dilaporkan di Polda Sultra

Berdasarkan grafik pada Gambar 1 terlihat bahwa penyelesaian kasus

tindak kejahatan konvensional masih relative rendah dan berfluktuasi atau tidak

terjadi peningkatan yang linier selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan

2009. Kondisi itu terkait dengan naik turunnya jumlah kasus yang dilaporkan.

Pada tahun 2007 terjadi penurunan kinerja penyelesaian kasus yakni 53,52%

dari jumlah dilaporkan. Penyebabnya oleh antara lain karena naiknya jumlah

kasus yang dilaporkan sementara jumlah aparat tidak bertambah secara dramatis

seiring peningkatan jumlah kasus dilaporkan. Dengan kata lain, jumlah kasus

yang dilaporkan meningkat, sementara jumlah aparat kepolisian di daerah ini

tidak meningkat secara drastis. Sebagai catatan, bahwa peningkatan jumlah

anggota polisi dan alokasi anggaran setiap tahun yang terus meningkat belum

menunjukkan perubahan dan dampak yang signifikan terhadap perkembangan

jumlah kejahatan yang terjadi. Alokasi anggaran terus meningkat, namun

kejahatan juga semakin bertambah. Pada hal idealnya, semakin banyak jumlah

aparat polisi, semakin tinggi alokasi anggaran operasional seharusnya semakin

rendah pula jumlah kasus kejahatan konvesional yang terjadi dalam masyarakat.

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 8

Tingkat penyelesaian kasus kejahatan konvesional menggambarkan

hal yang serupa. Terjadi fluktuasi presentase tingkat penyelesaian kasus

kejahatan transnasional yang dilakukan oleh aparat khususnya aparat

kepolisisan daerah Sulawesi Tenggara. Secara jelas digambarkan dalam

grafik pada gambar 2 berikut.

Sumber: Diolah dari data sekunder Polda Sultra (2010) Gambar 2. Persentase Kasus Kejahatan Transnasional yang terselesaikan

selama tahun 2004-2009

Berdasarkan grafik pada Gambar 2 terlihat adanya penurunan tingkat

penyelesaian kasus transnasional yang terjadi di wilayah Kepolisian Daerah

Sulawesi Tenggara. Dalam grafik terlihat bahwa jumlah kasus yang

terselesaikan pada tahun 2007 (57,58%) dan tahun 2008 (52,08%). Penurunan

persentase jumlah kasus yang diselesaikan dibandingkan yang dilaporkan terus

meningkat. Hal itu tidak sejalan dengan target kinerja yang ditetapkan kepolisian

yakni memaksimalkan pelayanan masyarakat. Lambannya penyelesaian kasus

transnasional disebabkan oleh keterlibatan warga Negara dan jumlah aparat

yang masih terbatas. Selain itu target penyelesaikan kasus tidak didasarkan

pada tahun kalender, melainkan tergantung pada skala prioritas dikaitkan

dengan tingkat kerumitan atau kemudahan dalam penyelesaian setiap kasus

yang dilaporkan oleh masyarakat.

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 9

3. Rekomendasi Kebijakan

Berbadasarkan hasil evaluasi kinerja pemerintahan daerah di Sulawesi

Tenggara khususnya mengenai pelaksanaan agenda pembangunan Indonesia

yang aman dan damai menunjukkan kinerjanya masih relative rendah. Untuk itu

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk memaksimalkan kinerjanya

ke depan adalah sebagai berikut:

1. Perlu keseriusan aparat kepolisian dalam penanganan kasus-kasus

kejahatan konvensional termasuk perlu melakukan tindakan prefentif agar

kasus kejahatan dapat berkurang. Karena frekwensi tindak kejahatan

konvesional terus meningkat di daerah ini, maka peran aparat keamanan

untuk meningatkan pengamanan termasuk penyelesaian kasus-kasus

kejahatan perlu terus ditingkatkan, selain penanganan masalah kemiskinan

dan pengangguran yang seringkali dianggap menjadi pemicu lahirnya

tindakan kriminalitas seperti pencurian dan perampokan.

2. Penanganan kasus transnasional, termasuk penyelesaian kasus yang

melibatkan WNI di luar negeri seperti pelanggaran keimigrasian perlu

ditangani secara serius. Upaya yang perlu dilakukan adalah memberikan

berbagai penyuluhan terkait dengan aturan-aturan keimigrasian, penyuluhan

perdagangan lintas Negara kepada para pemilik kapal di daerah yang sering

menyelundupkan barang dari dan ke Singapura agar mereka mengetahui

dalam mematuhi aturan keimigrasian dan ekspor-inpor barang sehingga tidak

merugikan Negara atau daerah

 

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 10

B. MEWUJUDKAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

1. Indikator

1.1. Pelayanan Publik

Beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas pelayanan umum kepada

masyarakat antara lain karena penyalahgunaan kewenangan dan atau karena

adanya berbagai penyimpangan atau korupsi, rendahnya kinerja aparatur, belum

memadainya sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan

pemerintahan, rendahnya kesejahteraan PNS, serta banyaknya peraturan

perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan

dan tuntutan pembangunan.

Rendahnya kualitas pelayanan publik terlihat dari antara lain

pembangunan prasarana umum seperti jalan raya (jalan provinsi dan jalan

kabupaten) yang belum memadai (banyak yang rusak), fasilitas air bersih dan

listrik yang masih terbatas. Ketiga hal itu, sampai saat ini masih menjadi

permasalahan utama dan belum terselesaikan di Sulawesi Tenggara sejak awal

pelaksanaan otonomi daerah, terutama pada tahun 1999 hingga tahun 2009.

Pada hal salah satu esensi dari otonomi daerah adalah dalam rangka mendorong

percepatan pembangunan dan pelayanan publik. Namun demikian diakui pula

bahwa beberapa aspek layanan publik yang lain mulai dibenahi dan

menunjukkan kinerja yang baik, seperti pelayanan kesehatan, penyelenggaran

pendidikan, pelayanan administrasi dan pelayanan perizinan.

1.2. Indikator Demokrasi Publik

Beberapa isu utama yang menjadi perhatian dan sekalgus permasalahan

dalam pembangunan demokrasi adalah masih lemahnya kelembagaan politik

lembaga penyelenggara Negara, lembaga-lembaga kemasyarakatan belum

tertata, masih rendahnya internalisasi nilai-nilai demokratis dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara seperti tingginya tindakan kekerasan atau konflik

horizontal antar kelompok-kelompok politik, politik uang, persoalan-persoalan

masa lalu yang belum tuntas seperti pelanggaran HAM berat, tindakan-tindakan

kejahatan politik, adanya ancaman terhadap komitmen persatuan dan kesatuan

dan adanya kecenderungan unilateralisme dalam hubungan internasional.

Disamping masalah-masalah pokok tersebut di atas, berbagai permasalahan

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 11

mendasar yang menuntut perhatian khusus pembangunan ke depan adalah: (1)

masih lemahnya karakter bangsa; (2) belum terbangunnya sistem pembangunan,

pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan; (3) belum berkembangnya

nasionalisme, rendahnya keberpihakan pada rakyat kecil, demokrasi dan

kekerasan dalam politik, dan ketidak adilan distribsi ekonomi antar struktur dalam

masyarakat; (4) belum terejawantahnya nilai-nilai utama kebangsaan; 5) belum

berkembangnya sistem yang memungkinkan masyarakat untuk mengadopsi dan

memaknai nilai-nilai kontemporer secara bijaksana; (6) kegamangan dalam

menghadapi masa depan; serta (7) rentannya sistem pembangunan,

pemerintahan, dan kenegaraan dalam menghadapi perubahan.

Sistem demokrasi yang dianut Indonesia haruslah selaras dengan nilai-

nilai demokrasi Pancasila, bukan demokrasi liberal seperti banyak dianut oleh

Negara demokrasi liberal lainnya. Penerapan demokrasi pancasila lebih condong

pada system demokrasi sosialis, yang memberikan peluang bagi intervensi

Negara dalam mendorong percepatan pembangunan yang terkait dengan

kepentingan strategis masyarakat atau dalam hal terjadi ketimpangan struktural.

Hal itu berbeda dengan sistem demokrasi liberal yang secara esensil, segala

sesuatunya, termasuk layanan publik yang menguasai hajat hidup orang banyak,

termasuk menyangkut kepentingan kelompok minoritas diserahkan pada

mekanisme pasar. Konsep mekanisme pasar secara absolute hanya

menguntungkan pemilik modal, sementara yang lemah atau kelompok

masyarakat marginal akan semakin tertinggal dan terpinggirkan.

Konsep pembangunan berwawasan gender merupakan bagian dari upaya

mengatasi ketimpangan struktural antara laki-laki dan perempuan dalam

hubungan sosial dan pelayanan publik dalam kerangka membangun demokrasi

yang partisipatif secara luas dan perwujudan nilai-nilai HAM. Salah satu tujuan

dan sasaran penting dari pembangunan berwawasan gender adalah peningkatan

kualitas hidup yang setara antara perempuan dan laki-laki. Hal itu hanya bisa

dicapai dengan cara melakukan peningkatan kapabilitas dasar secara seimbang

antara laki-laki dan perempuan. Hal itu dapat dilakukan dalam berbagai aspek

seperti peningkatan akses yang setara dalam pelayanan pendidikan, pelayanan

kesehatan secara baik dan kegiatan ekonomi. Karena itu, indikator yang

digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan demokrasi adalah

semakin tingginya aksebilitas dan keterlibatan perempuan dalam layanan publik

(pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi) dan keterlibatan

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 12

perempuan dalam proses-proses politik, kebijakan pemerintahan dan kegiatan

yang terkait dengan upaya mewujudkan kesetaraan perempuan dan laki-laki.

Pemerintah Sulawesi Tenggara menetapkan suatu kerangka kebijakan

pembangunan gender dengan tujuan antara lain meningkatkan kesetaraan

perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui

kebijakan yang ada, berbagai lembaga yang terkait secara struktural maupun

fungsional mempunyai tugas dan peran untuk memperjuangkan terwujudnya

kesetaraan dan keadilan gender. Dalam Renstrada pembangunan gender

ditetapkan beberapa target dan sasaran yang hendak dicapai dalam kurun waktu

20004-2009. Sasaran dimaksud adalah: (a) mewujudkan kemitrasejajaran antara

perempuan dan laki-laki melalui jalinan pola sikap dan perilaku yang saling

peduli, saling menghargai, saling menghormati dan saling mengisi, baik di tingkat

keluarga, masyarakat, maupun dalam proses pembangunan; (b) meningkatkan

stabilitas dan kontrol yang memungkinkan perempuan sebagai mitra sejajar laki-

laki untuk bersama-sama berperan dalam pembangunan sesuai dengan kodrat

dan martabatnya, tanpa melupakan peran bersama dalam mewujudkan keluarga

sejahtera yang beriman sehat dan bahagia; (c) memberdayakan lembaga-

lembaga pengelola kemajuan perempuan agar lebih berperan, berkualitas dan

mandiri yang diwujudkan melalui program-program GDI (Gender Development

Indeks) seperti perbaikan layanan kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan

ekonomi, dan program GEM (Gender Empowerment Meassurement) seperti

pemberdayaan politik perempuan dan aksebiitas dalam jabatan professional dan

pengambilan keputusan; (d) meningkatkan perlindungan terhadap perempuan

untuk mencegah terjadinya diskriminasi dan tindakan pelecehan atau kekerasan

terhadap perempuan dan anak; (e) terjaminnya keadilan gender dalam berbagai

peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik; (f) menurunnya

kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki yang

diukur dengan angka GDI dan GEM.

Pencapaian kinerja dalam GDI dan GEM diukur menggunakan beberapa

indikator seperti aksebilitas terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan,

keberdayaan ekonomi, partisipasi dan peran politik perempuan, posisi

perempuan dalam pengambilan kebijakan dalam pemerintahan. Dalam

peningkatan kesetaraan gender, upaya pembangunan di Sulawesi Tenggara

diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan, pendidikan

gratis, pemberdayaan ekonomi dan mendorong partisipasi politik warga dalam

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 13

proses-proses pengambilan keputusan dalam pembangunan guna menghasilkan

pembangunan yang mampu mengatasi permasalahan sesuai kebutuhan riil

seluruh lapisan masyarakat. Dalam bidang kesehatan, upaya itu dilakukan

melalui berbagai kebijakan seperti pengobatan gratis di Puskesmas serta

pemberian obat secara cuma-cuma untuk jenis obat tertentu. Sementara dalam

bidang pendidikan dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama antara

anak laki-laki dan perempuan untuk mengenyam pendidikan mulai dari SD

sampai dengan perguruan tinggi. Sementara dalam pemberdayaan ekonomi,

memberikan kesempatan luas kapada kelompok usaha kecil rumah tangga dan

usaha menengah untuk mendapatkan permodalan guna meningkatkan kapasitas

usahanya.

Dalam bidang politik, upaya peningkatan peran perempuan dalam politik

juga menjadi perhatian organisasi politik dengan memberikan akses kepada

perempuan untuk ikut dalam partai politik atau menjadi calon legislatif termasuk

menduduki posisi penting dalam organisasi birokrasi. Dalam kebijakan yang

disebutkan terakhir ini seringkali dihambat oleh penguasa lokal yang tidak

menempatkan perempuan dalam posisi penting di birokrasi karena sistem

promosi dalam birokrasi seringkali lebih didominasi oleh pertimbangan dukungan

politik, selain persayaratan yang harus dipenuhi dalam jabatan karir di birorkrasi.

2. Analisis Pencapaian Indikator

2.1. Indikator Pelayanan Publik

Salah satu problem dalam pemberdayaan pegawai di Sulawesi Tenggara

dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan adalah proses rekruitmen

yang tidak mengutamakan perempuan. Proses penerimaan CPNS misalnya lebih

diwarnai oleh adanya pungutan liar kepada para CPNS, sehingga yang diterima

hanya mereka yang memiliki kemampuan untuk membayar sejumlah uang

kepada pihak penentu, sementara dalam lingkungan masyarakat sendiri, kaum

laki-laki selalu lebih diutamakan dibandingkan dengan perempuan. Selain itu

proses pembinaan, pengembangan dan promosi pegawai selalu lebih

mengutamakan kepentingan politik, pendekatan primordial dan pendekatan KKN.

Politisasi birokrasi dan sistem promosi yang KKN telah merusak tatanan birokrasi

dan menjadikan kinerja aparat birokrasi menjadi lemah dan berdampak pada

rendahnya kualitas pelayanan publik.

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 14

Berkembangnya permasalahan seperti di atas setidaknya disebabkan

oleh dua faktor utama. Pertama, praktek korupsi dan KKN para aparat yang terus

berlanjut. Kedua, penyalahgunaan kekuasaan termasuk karena adanya politisasi

birokrasi oleh penguasa demi merebut atau mempertahankan kekuasaan.

Praktek korupsi yang terus berlanjut dalam berbagai lini di pemerintahan daerah

(yang penyelesaiannya selalu tidak tuntas dan sanksi bagi koruptor lemah) telah

menelantarkan pembangunan. Berbagai sarana dan prasarana dasar seperti

jalan raya, air bersih dan pangan yang menjadi kebutuhan utama masyarakat

kurang diperhatikan.

Praktek seperti itu diperparah oleh adanya penyalahgunaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau korupsi demi memenuhi

kebutuhan pribadi dan kelompok tertentu sehingga alokasi anggaran tidak

mencapai tujuannya. Proses pengelolaan keuangan daerah yang buruk, dan

terjadinya berbagai penyimpangan, memiliki keterkaitan dengan mentalitas dan

moralitas pejabat publik yang rendah. Selain itu kapasitas SDM aparat yang

rendah juga menjadi penyebab utama adanya penyimpangan. Pada saat yang

sama, masih ada keengganan dari penguasa lokal untuk merumuskan kebijakan

yang memberikan kemudahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Pada sisi lain, pelayanan publik seringkali tidak berjalan baik karena

anggaran yang salah kelola atau memang sengaja dikorupsi oleh pengelola dan

penguasa lokal. Penyimpangan anggaran di daerah masih banyak dilakukan.

Penyalahgunnaan APBD di daerah dilakukan melalui berbagai cara seperti

penyimpangan dari aturan, tidak konsisten dalam perencanaan, pemborosan

anggaran, dan alokasi anggaran yang tidak pro rakyat serta pelaksanaan

anggaran fiktif yakni sebuah proyek pembangunan hanya ada dalam

perencnanaan dan dilaporkan dalam dokumen, tetapi tidak dilaksanakan.

Beberapa indikator keberhasilan pelayanan public adalah; 1)

meningkatnya rasa keadilan dan tidak adanya diskriminasi dalam penegakkan

hukum terutama terhadap kasus-kasus korupsi keuangan Negara/daerah yang

diperuntukan bagi masyarakat dan pelayanan publik; 2) adanya pengelolaan

keuangan daerah yang baik dan benar guna mendorong terselengarakannya

pembangunan secara maksimal; 3) adanya peraturan daerah (Perda) untuk

menjamin terselenggaranya pelayanan secara baik seperti Perda pelayanan satu

atap atau pelayanan satu pintu; serta 4) kualitas kinerja Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dalam pengelolaan keuangan di daerah.

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 15

Sasaran yang hendak dicapai pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara

dalam bidang pelayanan publik dalam periode tahun 2004-2009 mencakup:

(a) berkurangnya secara nyata praktek korupsi pada birokrasi dan dimulai pada

tataran pejabat yang paling atas; (b) terciptanya sistem kelembagaan dan

ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, effisien, efektif, transparan,

profesional dan akuntabel; (c) terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang

sifatnya diskriminatif terhadap warga negara, kelompok atau golongan

masyarakat; (d) terwujudnya peningkatan kapasistas aparatur pemerintah

daerah melalui peningkatan dan pengembangan pendidikan formal dan

pendidikan informal; (e) tercitanya mekanisme pelayanan birokrasi

pemerintahan daerah yang lebih efektif, efisien, partisipatif, transparan dan

akuntabel melalui sistem pelayanan satu atap atau satu pintu yang mempunyai

kekuatan hukum dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda).

Komitmen pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara untuk memberantas

tindak pidana korupsi, sebagaimana ditetapkan dalam Renstrada 2004-2009,

ternyata belum dapat diwujudkan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi di daerah ini antara lain : (a) Masih

kurangnya dukungan masyarakat dalam memberi keterangan atau kesaksian

dalam upaya mengungkap kasus tindak pidana korupsi. Hal ini disebabkan oleh

perlindungan saksi yang belum dijamin oleh pemerintah. (b) Masyarakat

cenderung menghindar untuk menjadi saksi karena tidak dinilai merepotkan

dimulai sejak mencari keterangan oleh petugas sampai pada persidangan yang

dinilai tidak memberikan manfaat atau buang-buang waktu saja; (c) Kemampuan

petugas penyidik yang masih terbatas sehingga pembuktian secara hukum atas

suatu kasus, kadang-kadang memakan waktu lama, bahkan ada yang di SP3-

kan karena dianggap tidak cukup bukti; (d) Belum transparannya penanganan

kasus korupsi yang melibatkan para pejabat lokal, dan rasa percaya masyarakat

terhadap penegak hukum masih rendah; (e) Para penguasa lokal belum

memperlihatkan sistem keteladanan dalam menjalankan tugasnya sebagai

aparat pemerintah; (f) undang-undang yang mengharuskan alat bukti suatu

kasus tindak pidana korupsi, harus lebih dari satu menjadi kendala, sebab

meskipun pembuktian cukup kuat tetapi kalau hanya satu alat bukti, belum

memenuhi syarat hukum dilanjutkan ke penuntutan/peradilan.

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 16

1. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Tertangani

Keberhasilan capaian indikator pemberantasan tindak pidana korupsi,

ditentukan oleh antara lain: (a) Kemandirian lembaga-lembaga peradilan dalam

penanganan kasus-kasus korupsi seperti kepolisian, kejaksanaan dan

pengadilan; (b) Tidak ada pilih kasih dalam penyelesaian kasus korupsi;

(c) Transparansi dalam proses penanganan kasus; (d) Komitmen aparat hukum

dalam menjalankan tugas yang menjamin rasa keadilan masyarakat.

Upaya peningkatan penegakan hukum kasus tindak pidana korupsi di

Kejaksanaan Tinggi dan Polda Sultra terus dibenahi. Peningkatan penegakan

hukum itu terlihat dari beberapa indikator yang sejalan dengan sasaran

pemerintah daerah. Namun pencapaian indikator itu secara umum belum sesuai

dengan target yang ditetapkan. Faktor menentu keberhasilan pemberantasan

tindak pidana korupsi di Sulawesi Tenggara terlihat dari: a) Kemandirian

lembaga peradilan dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi sangat

positif. Protes masyarakat kepada lembaga peradilan atas sinyalemen intervensi

pihak penguasa dalam penanganan kasus korupsi semakin berkurang dalam

kurun waktu 2004-2009; b) Diskriminasi penanganan kasus tindak pidana

korupsi pada tahap penyelidikan (Polisi) dan Penyidikan (Jaksa) masih tetap

mewarnai mas media di daerah ini.

Penanganan kasus korupsi dengan modus gratifikasi yang melibatkan

mantan Walikota Kendari dan Wakil Walikota Kendari yang diproses sejak tahun

2008 terkesan diskriminatif. Kasus gratifikasi mantan walikota yang nilainya

lebih besar, tersendat-sendat, sangat lamban dan mengundang keterlibatan

massa melakukan demonstrasi, menekan pihak kejaksaan agar serius

menangani kasus. Kasus gratifikasi mantan Wakil Walikota Kendari yang

nilainya lebih kecil, berjalan lebih cepat sampai pemutusan kasus dan

penahanan di rumah tahanan Kelas II Kendari (Kendari Pos, 30/20/2009).

Kasus lain, dugaan kasus korupsi Bupati Bombana yang melibatkan Haikal

Atikurrahman (anak Bupati) telah dilaporkan oleh masyarakat Bombana disertai

bukti-bukti awal terkait dugaan korupsi APBD (Rp 7,6 milyar). Ternyata belum

ada kejelasan penanganannya oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara. Pada

hal tekanan publik berupa unjuk rasa dari komponen masyarakat Bombana

(Komite untuk Demokrasi, Keadilan dan Transparansi Anggaran sudah

dilakukan (Kendari Pos, 27 Okt.2009); c) Transparansi penanganan kasus

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 17

tindak pidana korupsi oleh penegak hukum di Kejaksaan Tinggi Sultra,

memperlihatkan indikasi tidak transparan. Laporan yang diterima pihak

Kejaksaan Tinggi Sultra dari berbagai komponen masyarakat tentang dugaan

tindak pidana korupsi beberapa Bupati Kepala Daerah selama kurun waktu 2004

- 2009, antara lain Bupati Muna, Bupati Konawe, Bupati Konawe Selatan, Bupati

Bombana dan Bupati Buton Utara, belum ada kejelasan status penanganannya

hingga kini (Antara lain Kendari Pos, 27 Oktober 2009); d) Profesionalisme

aparat dalam mewujudkan rasa keadilan masyarakat dalam keputusannya

masih menjadi sorotan masyarakat di daerah ini. Kasus dugaan korupsi APBD

Bombana tahun 2007-2008 sebesar Rp. 7,6 milyar melibatkan anak kandung

Bupati Bombana (Haikal Atikurrahman), telah di SP3 kan oleh pihak Kejaksaan

Tinggi Sualwesi Tenggara. Keputusan tersebut dinilai tidak adil oleh masyarakat

Bombana karena pelakunya memperkaya diri sendiri, proses penangannya tidak

transparan (Kendari Pos, 27 Oktober 2009).

Keberhasilan pemberantasan tidak pidana korupsi di Sulawesi Tenggara

selama tahun 2004 s/d 2009 dapat dilihat dari kinerja Kepolisian Daerah dan

Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dalam menangani kasus-kasus korupsi di

daerah ini. Dari beberapa data/informasi diperoleh keterangan sebagai berikut:

1. Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan di

Polda Sultra. Data dari Polda Sultra tahun 2010 diketahui bahwa sejak

tahun 2005 hingga tahun 2009 persentase penyelesaian kasus korupsi

yang masuk di Polda Sultra bervariasi. Tahun 2005, jumlah kasus

terselesaikan 100%. Tahun 2006 kasus yang masuk 5 kasus tidak satupun

terselesaikan (0,00%). Tahun 2007 kasus korupsi terselesaikan 33,33%

dari 6 (enam) kasus dilaporkan. Tahun 2008 jumlah terselesaikan sebesar

200% dari jumlah kasus masuk tahun yang sama, dan berhasil

menyelesaikan kasus tahun sebelumnya. Tahun 2009 sebanyak 100,00%

terselesaikan dari 12 kasus dugaan korupsi yang masuk. Secara jelas

terlihat dalam grafik (gambar 3).

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 18

Sumber : Polda Sultra 2010 Gambar 3 Persentase kasus korupsi terselesaikan di Polda Sultra, tahun

2005-2009

Dari grafik pada gambar 3 terlihat adanya fluktuasi persentase

penyelesaian kasus kosupsi yang masuk di Polda Sulawesi Tenggara

dalam waktu 2005-2009. Tahun 2006, 2007 dan 2008 terjadi peningkatan,

sementara pada tahun 2009 terjadi penurunan drastis. Hal itu disebabkan

oleh antara lain: 1) proses penyelesaian kasus yang sengaja diulur-ulur

karena adanya intervensi atau karena ada kepentingan tertentu sekaligus

menandakan lemahnya kinerja aparat; 2) karena memang kasusnya rumit

sehingga tidak cukup waktu untuk diselesaikan dalam waktu 1 tahun,

karenanya nanti pada tahun berikut baru dapat terselesaikan. Tahun 2008

mengalami kenaikan 200% karena ternyata kasus yang masuk pada

tahun 2006 baru dapat diselesaikan pada tahun 2008, sehingga

persentase kasus yang terselesaikan lebih besar dari pada jumlah kasus

korupsi yang masuk do Polda pada tahun yang sama.

2. Persentase penyelesaian kasus dibanding dilaporkan di Kejaksanaan

Tinggi Sultra. Tingkat penyelesaian kasus di Kejati Sultra tahun 2004-2008

berfluktuasi. Sayangnya, sampai laporan ini dibuat, belum diperoleh data

kinerja penyelesaian kasus korupsi di Kejati Sultra pada tahun 2009. Ada

kesan bahwa aparat kejaksanaan menutup diri untuk tidak memberikan

informasi tentang kinerjanya dalam penangan masalah korupsi di daerah

ini. Hal itu setidaknya terlihat, ketika tim evaluasi berulang kali berhubungan

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 19

dengan pemegang data, dimana pemegang data tidak memberikan

informasi dan kepastian tentang penyelesaian kasus korupsi pada tahun

2009. Gambar 4 menyajikan kinerja Kejati Sultra dibandingkan dengan

kinerja nasional dalam hal penyelesaian kasus dugaan tindak pidana

korupsi antara tahun 2004 sampai tahun 2009.

Ket: warna merah prestasi nasional, dan biru prestasi Sulawesi Tenggara Sumber: diolah dari data sekunder Kejaksanaan Tinggi Sultra, 2009. Gambar 4 Persentase Kasus Tindak Pidana Korupsi pada Kejaksaan Tinggi

Sulawesi Tenggara yang ditangani dibanding dengan yang dilaporkan dalam kurun waktu 2004-2009

Berdasarkan grafik pada Gambar 4 terlihat persentase tingkat

penyelesaikan kasus korupsi di Kejadi Sultra masih berada di bawah

prestasi nasional dan pada tahun 2006 terjadi penurunan (hanya 44,44). Hal

itu dapat disebabkan oleh antara lain : 1) Kemampuan petugas penyidik

yang masih terbatas sehingga pembuktian secara hukum atas suatu kasus,

kadang-kadang memakan waktu lama, bahkan ada yang di SP3-kan karena

dianggap tidak cukup bukti; 2) Belum adanya transparansi penanganan

kasus korupsi yang melibatkan para pejabat local dan tidak jelas target

penyelesaian suatu kasus korupsi oleh aparat kejaksanaan; 3) Lambannya

tingkat penyelesaikan kasus yang disebabkan oleh adanya intervensi demi

kepentingan materi atau kekuasaan;4) undang-undang atau peraturan yang

tidak mengharuskan target waktu dalam penyelesaikan sebuat kasus, dan

mengharuskan alat bukti suatu kasus tindak pidana korupsi, harus lebih dari

satu menjadi kendala , sebab meskipun pembuktian cukup kuat tetapi kalau

hanya satu alat bukti, belum memenuhi syarat hukum dilanjutkan ke

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 20

penuntutan pengadilan, dan ini memperlambat proses penyelesaian kasus.

Empat hal itu juga yang menyebabkan lambannya kinerja penyelesaian

kasus-kasus dugaan korupsi di Sulawesi Tenggara terutama kasus dugaan

korupsi yang melibatkan bupati dan keluarga (kasus di Kabupaten

Bombana), dan mantan Wali Kota dan Wakil Walikota Kendari (2001-2007).

Lambannya penyelesaian kasus-kasus dugaan korupsi di lembaga

hukum, dan tidak transparannya proses penanganan kasus dugaan korupsi

oleh para aparat penegak hukum telah memberikan dampak pada antara

lain semakin merosotnya kepercayaan publik terhadap eksistensi lembaga

hukum yang ada di daerah dan rasa pesimistik selalu muncul dari kalangan

masyarakat atas penyelesaian kasus-kasus korupsi di daerah.

2. Persentase Kab/Kota Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap.

Isu utama terkait dengan perlunya pengaturan pelayanan satu atap

atau proses perizinan satu pintu adalah untuk memberikan jaminan

kepastian berusaha bagi para investor atau penguasa kecil di daerah.

Gagasan untuk melahirkan sistem pelayanan cepat satu atap muncul ketika

di banyak daerah ditemukan adanya peraturan perundang-undangan yang

belum mencerminkan keadilan, keberpihakan pada rakyat, kesetaraan,

penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) dalam

pemberian pelayanan. Selain itu masih banyak peraturan yang tumpang

tindih serta belum adanya konsistensi pemerintah daerah dalam

mengimplementasikan kebijakan nasional terkait dengan kepastian

pemberian pelayanan public di daerah. Hal itu berdampak pada tidak

kondunsifnya iklim usaha yang pada gilirannya dapat menghambat proses

peningkatan investasi, kurangnya penciptaan lapangan kerja baru dan

lambannya peningkatan pendapatapan dan kejahteraan masyarakat daerah.

Pemerintah daerah di Sulawesi Tenggara masih berupaya

memperbaiki kualitas pelayanan publik melalui kebijakan pelayanan terpadu

satu atap atau satu pintu. Hal ini ditandai dengan mulai adanya pemerintah

kota yang menetapkan kebijakan sistem pelayanan satu atap atau sistem

pelayanan terpadu satu pintu melalui penetapan peraturan daerah (Perda)

selama kurun waktu 2004-2009. Jumlah kabupaten kota yang menerapkan

sistem pelayanan satu atap yang dituangkan dalam peraturan daerah masih

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 21

terbatas (16,67%) dari 12 kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Tenggara

sampai tahun 2009.

Kedua kota dimaksud adalah: 1) Pemerintah Kota Kendari melalui

Perda No 14 2008 tentang Prosedur/Mekanisme dan Standar Waktu

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Secara konsep, pemkot

Kendari mulai memperkenalkan sistem pelayanan satu atap sejak tahun

2002 dengan melibatkan 12 jenis perizinan yang dikelola oleh berbagai

dinas/instansi. Tahun 2008 dalam Perda yang ada menjadi 40 jenis

perizinan dan sampai tahun 2009 menjadi 67 jenis perizinan yang dikelola

dengan sitem pelayanan satu atap; 2) Pemerintah kota Bau-Bau melalui

Perda No 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerja Pelayanan Perizinan

Terpadu Kota Bau-Bau menerapkan sistem pelayanan satu atap, mencakup

12 jenis perizinan.

Masalah yang dihadapi pemerinatah daerah kabupaten/kota dalam

mewujudkan pelayanan satu atap, adalah keterbatasan sumber daya

manusia/aparatur yang memiliki kemampuan teknis serta dukungan

perangkat informasi teknologi baik perangkat keras maupun perangkat lunak

yang belum tersedia secara baik, dan yang ada pun belum dikelola secara

profesional serta belum berkesinambungan.

Kebijakan pemerintah Sulawesi Tenggara melalui Renstra 2004-2009

yang menggariskan pentingnya iklim kondunsif bagi berkembangan investasi

di daerah melalui kemudahan perizinan, mengalami hambatan dalam

implementasinya karena tidak semua kewenangan perizinan berada di

provinsi, melainkan diserahkan pada pemerintah kabupatan/kota. Sementara

masing-masing pimpinan atau kepala daerah memiliki orientasi kebijakan,

permasalahan, karakter dan kebijakan yang berbeda-beda. Pelaksanaan

pelayan satu atap tergantung dari ada tidaknya kemauan atau komitmen

para Bupati/Walikota untuk mengefektifkan sistem pelayanan kepada

masyarakat atau dunia usaha. Selain itu, tarik menarik kepentingan dan ego

sektoral para pimpinan SKPD juga menjadi salah satu penyebab masih

kurangnya inisiatif pemerintah kabupaten/kota yang dimotori oleh para

pimpinan SKPD untuk menetapkan Perda sistem pelayanan satu atap.

Belum adanya Perda tentang pelayanan satu atap membuat

pelayanan publik khususnya dalam administrasi perizinan menjadi lebih

lama, memerlukan biaya lebih besar, seringkali menyulitkan dan bahkan

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 22

menghambat bertumbuhkembangnya investasi dan dunia usaha di daerah.

Hal itu disebabkan oleh karena sistem pelayanan melewati banyak SKPD

atau dinas yang masing-masing memiliki SOP yang berbeda-beda dengan

ego sektoralnya masing-masing.

3. Persentase SKPD Provinsi Memiliki Laporan Keuangan Tanpa

Penyimpangan (WTP)

Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur baik tidaknya kinerja

penyelenggaraan pemerintahan termasuk di daerah adalah dengan melihat

kinerja pengelolaan di setiap daerah. Pemerintahan terus mendorong upaya

perbaikan kinerja pengelolaan keuangan daerah guna mendorong efektivitas

dan efisiensi penggunaan anggaran negara, serta menghindari penyalahgunaan

anggaran Negara/daerah demi tercapainya tujuan pembanguan dan

memaksimalkan pelayanan masyarakat. Hal itu sangat beralasan karena dalam

banyak fakta, sejak pelaksanaan otonomi daerah, praktek korupsi dan

penyimpangan keuangan Negara/daerah juga ikut bergeser dari pusat ke

daerah dan terus berlanjut hingga saat ini.

Secara konseptual/redaksional dalam Renstra Sultra tahun 2004-2009

menjelaskan perlunya penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Namun

selama kurum waktu ini, komitmen para aparat pemerintah setempat dalam

mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang baik sesuai dengan prinsip-

prinsip good governance dan sesuai konsep anggaran kinerja masih lemah.

Jumlah SKPD Provinsi yang memiliki Pelaporan keuangan Tanpa

penyimpangan masih terbatas. Pada level pemerintah provinsi sendiri selama

tahun 2005 hingga tahun 2009 selalu mendapatkan predikat disklaimer (tanpa

komentar) atas laporan pengelolaan keuangan pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara (BPK RI Perwakilan Sulawesi Tenggara Tahun 2009).

Pada tahun 2004 jumlah SKPD provinsi yang memiliki pelaporan

pengelolaan keuangan tanpa penyimpangan tidak diketahui karena data tidak

tersedia. Demikian pula pada tahun 2005 dan tahun 2006. Tahun 2007

persentase jumlah SKPD yang tidak melakukan penyimpangan dalam

pengelolaan keuangan sebanyak 82%, dari 41 SKPD. Namun pada tahun 2008

dan 2009 sangat menghawatirkan, karena tidak satupun SKPD yang memiliki

kinerja pengelolaan tanpa penyimpangan. Dengan kata lain, seluruh SKPD pada

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 23

tahun tersebut melakukan penyimpangan atau melakukan kesalahan dalam

pengelolaan keuangan terutama dalam pengelolaan anggaran dana hibah,

termasuk dalam hal pengelolaan penganggaran belanja lainnya.

Tipikal kesalahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan daerah

disebabkan oleh ketidaktahuan, sengaja mengalihkan pos anggaran pada

kegiatan lain, penempatan anggaran daerah pada rekening pribadi, proses

utang piutang yang tidak terkontrol, pembukuan yang tumpang tindih,

pengeluaran uang dari kas daerah yang tidak sesuai SOP dan SAP sehingga

sulit dipertanggungjawabkan. Selain itu, kemampuan pengelola yang minim

setelah adanya perubahan SAP baru, serta lemahnya komitmen aparat

mengelola anggaran secara transparan, akuntabel, bertanggungjawab, efektif

dan efisien sesuai peruntukannya.

Berbagai akibat yang ditimbulkan karena kesalahan pengelolaan

keuangan daerah di berbagai SKPD di daerah ini adalah: 1) penggunaan

anggaran belanja yang tidak tepat sasaran; 2) merugikan keuangan daerah;

3) hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan secara tepat waktu; 4) pemborosan

anggaran daerah; 5) keterlambatan dalam penerimaan kas Negara/daerah;

6) tidak sesuai peruntukannya, tidak tepat sasaran sehingga rawan

disalahgunakan; 7) kesalahan dalam pembukuan; 8) operasionalisasi

pemerintahan terhambat; 9) daerah kehilangan penerimaan; 10) penggunaan

anggaran tidak realistis antara jumlah anggaran yang dikelola dengan waktu

yang tersedia; 11) keterlambatan dalam pelaporan; 12) laporan keuangan

kurang akurat; 13) penyajian anggaran tidak menggambarkan kondisi yang

sebenarnya; 14) realisasi anggaran tidak sesuai dengan perencanaan;

15) kesulitan mengetahui jumlah realisasi anggaran perjenis kegiatan (tumpang

tindih pembukuan; 16) pengelolaan utang-piutang sulit dipantau;

17) pembatalan kegiatan karena pengalihan anggaran ke tempat/pos lain;

18) pimpinan sulit mengontrol kas dan tempat menyimpan keuangan daerah.

Kesalahan pengelolaan daerah tersebut dalam jangka panjang

berdampak pada kegagalan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik.

Hal itu sekaligus menggambarkan kegagalan pemerintah provinsi dalam

mewujudkan visi dan misi pembangunan yang telah ditetapkannya selama lima

tahun kepemimpinan, sebagaimana dijanjikan pada saat kampanye dalam

proses seleksi pemilihan kepala daerah setiap lima tahun.

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 24

2. Analisis Pencapaian indicator Demokrasi Publik

Tiga indikator utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan demokrasi publik di tingkat lokal antara lain membaiknya angka

GDI (Gender-related Development Index) dan angka GEM (Gender

Empowerment Measurement), dan partisipasi politik perempuan dalam

pelaksanaan pemilihan umum di daerah.

1. Indikator Gender Development Index (GDI).

Untuk mengukur pencapaian indeks pembangunan gender (Gender

Development Index/GDI),menggunakan kriteria sebagai berikut: a) akses

perempuan terhadap pelayanan kesehatan yang baik, diamati dari aspek: 1)

angka harapan hidup; 2) angka kematian ibu melahirkan; dan 3) angka kematian

bayi. b) akses perempuan terhadap pelayanan pendidikan yang indikatornya

dilihat dari: 1) tingkat melek huruf; 2) rata-rata lama sekolah. c) akses perempuan

terhadap kegiatan ekonomi yakni perempuan dalam angkatan kerja.

Data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 diketahui sebagai berikut:

1. Angka usia harapan hidup. Angka Harapan Hidup penduduk perempuan di

Sulawesi Tenggara pada tahun 2005 adalah 66,8 dan tahun 2006 rata-rata

67,0. Tahun 2007 tetap 69,0 tahun (Indonesia 70,5 tahun). Tahun 2008

mencapai 70,1 dan tahun 2009 mengalami perubahan menjadi 71,64 di atas

rata-rata nasional yakni 71,04 tahun.

Sumber: Diolah dari data sekunder Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP dan KB) Prov. Sultra, 2010

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 25

Gambar 5. Perkembangan Capaian Angka Usia Harapan Hidup Penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun Waktu 2005 sampai dengan 2009

Pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk di Sulawesi

Tenggara, menunjukkan peningkatan yang konsisten selama lima tahun

terakhir (tahun 2005 sampai dengan 2009) dan bahkan sempat melampui

pencapaian nasional. Pencapaian ini tidak lepas dari upaya dinas (SKPD)

terkait dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerah. Alokasi

anggaran yang proporsional dan pemberian pelayanan kesehatan gratis serta

penyuluhan mengenai pola hidup sehat yang dilakukan secara terus menerus

merupakan faktor-faktor yang mendorong dan menentukan dalam

mewujudkan pencapain peningkatan usia harapan hidup penduduk setempat.

2. Angka kematian bayi/1000 kelahiran hidup (kh). Angka kematian bayi

selama tahun 2004 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi. Tahun 2004

angka kematian bayi sebanyak 33 jiwa/1000kh, tahun 2005 sebanyak 34

jiwa/1000kh, tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 32 jiwa/kh. Pada

tahun 2007 kembali mengalami kenaikan menjadi 41 jiwa/1000kh, dan tahun

2008 kembali menurun menjadi 35 jiwa/1000kh sedangkan tahun 2009 tetap

sebanyak 35 jiwa/1000kh.

Sumber: diolah dari data sekunder BPP dan KB Provinsi Sultra, 2010 Gambar 6. Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran Hidup di Sulawesi

Tenggara Selama Lima Tahun Terakhir (Tahun 2005-2009

Berdasarkan grafik pada Gambar 6 terlihat bahwa tahun 2007 terjadi

kenaikan angka kematian bayi. Hal itu terkait dengan naik turunnya tingkat

kepedulian orang tua dalam memperhatikan derajat kesehatan anak,

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 26

memeriksakan anak di Puskesmas secara gratis, serta kurang konsistennya

pembinaan kesehatan yang dilakukan oleh para aparat di lapangan. Pada hal

anggaran perbaikan untuk pelayanan kesehatan terus meningkat dari tahun

ke tahun, dan perubahan jumlah anggaran selalu meningkat secara linier.

Kebijakan pemerintah daerah konsisen dalam mengalokasikan

anggaran kesehatan, namun para aparat di lapangan belum maksimal

menunjukkan kinerjanya. Hal itu juga terkait dengan banyaknya kasus-kasus

penyimpangan dalam pengelolaan anggaran kesehatan sesuai temuan BPK

di daerah. Alokasi anggaran yang tidak tepat sasaran atau karena korupsi di

tingkat pengelola juga menjadi penyebab lemahnya kinerja aparat fungsional

kesehatan yang ada di lapangan. Sebab dana operasional seringkali

mengalami pengurangan sebelum sampai di tangan aparat pengelola. Di

tingkat aparatur sendiri, faktor rendahnya pendapatan aparat pegawai

seringkali menjadi alasan yang menjadi penyebab rendahnya kualitas

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Alasannya, mereka harus

mencari sumber pendapatan lain di luar pekerjaan sesungguhnya.

3. Angka kematian ibu melahirkan. Angka kematian ibu melahirkan/100.000

kelahiran hidup (kh) selama tahun 2004 sampai dengan 2009 juga

berfluktuasi. Tahun 2005 angka kematian ibu melahirkan sebanyak 302

jiwa/1000.000kh, tahun 2006 menjadi 304/100.00kh, pada tahun 2007

menjadi 302/100.000kh, dan tahun 2008 menjadi 228/100.000 kh, serta tahun

2009 menjadi 302/100.000kh.

Sumber: diolah dari data sekunder BPP dan KB Provinsi Sultra, 2010 Gambar 7. Angka kematian ibu melahirkan/100.000 kelahiran hidup (KH)

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 27

Berdasarkan grafik pada gambar 7 terlihat bahwa tahun 2009 terjadi

kenaikan angka kematian ibu melahirkan. Hal itu antara lain disebabkan oleh

rendahnya kesadaran para ibu hamil untuk memeriksakan diri di Puskesmas

secara gratis. Pola pelayanan Puskesmas secara gratis kurang dimanfaatkan

oleh masyarakat setempat, terutama di daerah yang kurang memahami

pentingnya pemeriksaan kesehatan ibu yang sedang hamil. Di Kabupaten

Muna termasuk daerah yang rendah kesadarannya memeriksakan diri di

Puskesmas, hanya mengandalkan dukun. Dan ternyata, kasus kematian ibu

melahirkan juga yang paling banyak terjadi di Kabupaten Muna dari seluruh

kasus kematian ibu hamil pada tahun 2009.

4. Tingkat melek huruf. Tingkat melek huruf penduduk perempuan yang

berusia di atas 15 tahun dibandingkan dengan penduduk dalam usia yang

sama. Tahun 2005 sebanyak 87,2%, tahun 2006 tetap pada angka 87,2%,

tahun 2007 menjadi 87, 5%, meningkat menjadi menjadi 87,98% pada tahun

2008, serta tahun 2009 menjadi 87,90% (BPP dan KB Sultra 2010). Secara

rinci digambarkan dalam grafik berikut:

Sumber: diolah dari data sekunder BPP dan KB Provinsi Sultra, 2010 Gambar 8. Persentase angka melek huruf perempuan berusia di atas 15

tahun, Sultra tahun 2004-2009

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 28

Berdasarkan grafik pada Gambar 8 terlihat bahwa angka melek huruf

penduduk perempuan yang berusia di atas 15 tahun menunjukkan

peningkatan, seiring terus meningkatkan perbaikan sistem penyelenggaraan

pendidikan, alokasi anggaran yang memadai serta pemberantasan buta

aksara yang terus dilakukan dari tahun ke tahun. Kenaikan itu dipicu oleh

membaiknya kinerja penyelenggaraan pendidikan dan pelaksanaan program-

program pendataan yang baik sehingga data yang sebelumnya tidak

terjangkau dalam laporan mulai dapat disajikan dalam laporan capaian

kinerja penyelenggaraan pendidikan baik pendidikan formal maupun

pendidikan non formal seperti kejar paket.

5. Akses perempuan terhadap peluang kerja atau perempuan dalam

angkatan kerja. Data yang ada tahun 2005 menunjukkan bahwa akses

perempuan terhadap peluang kerja sebanyak 37,3% dan laki-laki sebanyak

62,7% dari total angkatan kerja. Pada tahun 2006 menurun menjadi 35,5%.

Pada tahun 2007 tetap pada angka 35,5%, dan menurun menjadi 31,5%

pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 tetap pada angka 31,5% dari

total angkatan kerja di Sulawesi Tenggara sebanyak 243.068 orang (BPP dan

KB Sultra, 2009). Lebih jelasnya digambarkan dalam grafik berikut:

Sumber: diolah dari data sekunder BPP dan KB Provinsi Sultra, 2009

Gambar 9. Grafik Persentase Perempuan dalam Angkatan Kerja

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 29

Dibandingkan dengan kaum laki-laki, jumlah perempuan dalam

angkatan kerja selama lima tahun terakhir (tahun 2005 sampai dengan 2009)

menunjukkan angka yang terus menurun. Salah satu penyebab menurunnya

angka-angka yang tersajikan dalam laporan ini (menurut informan) adalah

sistem pendataan yang tidak berkesinambungan serta kurang tersedianya

data-data di setiap SKPD terkait, yang memiliki kewenangan dalam

pembinaan dan pengembangan ketenagakerjaan. Penyajian data resmi

mengenai capain kinerja dalam pembinaan, pengembanngan dan

penempatan tenaga kerja di daerah terbatas. Penurunan jumlah angkatan

kerja perempuan juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja

laki-laki, dimana kuantitas peserta laki-laki dalam kegiatan pelatihan selalu

dominan dibandingkan dengan perempuan. Karena itulah maka rasio jumlah

angkatan kerja laki-laki terus meningkat sementara rasio jumlah angkatan

kerja perempuan terus menurun setiap tahunnya.

2. Indikator GEM.

Lembaga yang bertanggung jawab dalam bidang pemberdayaan

perempuan di daerah ini, baru terbentuk secara formal pada tahun 2006.

Dengan demikian data yang disajikan dalam laporan evaluasi ini terkait

pelaksanaan program GEM, hanya meliputi data tahun 2006-2009. Data

untuk tahun sebelumnya tidak ditemukan dalam kegiatan pengumpulan data

evaluasi ini.

Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan

perempuan Gender Empowerment Measurement (GEM) digunakan beberapa

indikator seperti persentase keterlibatan perempuan di parlemen, keterlibatan

perempuan dalam dunia kerja profesional serta besaran upah kerja minimum

yang diterima perempuan pada sektor non pertanian. Data pada Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Sultra Tahun 2010

diketahui sebagai berikut:

a. Indeks Keterlibatan Perempuan di Parlemen

Keterlibatan perempuan di parlemen (DPRD) Provinsi dan

Kabupaten/Kota se-Sulawesi Tenggara. Jumlah perempuan di DPRD

seSulawesi pada pada periode masa kerja (tahun 2004 - 2009) sebanyak

12,7% dari total anggota legislatif sebanyak 220 orang. Pada periode masa

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 30

kerja (tahun 2009 – 2014) sebanyak 14,73%, dari total anggota legislatif 224

orang (BPP dan KB, Sultra, 2010). Secara grafik digambarkan sebagai

berikut:

Sumber: diolah dari data sekunder BPP dan KB Sultra, 2010. Gambar 10 . Persentase Jumlah Perempuan di DPRD se Sultra, periode

tahun 2004-2009 dan 2009-2014

Berdasarkan grafik pada Gambar 10 menunjukan bahwa jumlah

anggota legislatif perempuan meningkat dari periode masa kerja 2004-2009

ke periode masa kerja 2009, namun perubahan yang terjadi belum signifikan

dibandingkan dengan target kuota perempuan di parlemen sebesar 30% dari

jumlah anggota legislatif di masing-masing daerah. Target kuota perempuan

yang harapkan dapat menjadi anggota legislatif minimal sebanyak 30%.

Salah satu pertimbangan, mengapa perlu jumlah anggota DPRD perempuan

lebih besar di legislatif, karena DPRD merupakan lembaga yang merumuskan

kebijakan sehingga dengan banyaknya anggota DPRD perempuan, maka

keputusan di DPRD berkaitan dengan kebijakan pembangunan daerah lebih

pro perempuan dan anak atau minimal bisa netral atau tidak diskriminatif.

b. Perempuan dalam dunia kerja professional;

Indikator lain menggambarkan keberhasilan implementasi kebijakan

pemberdayaan perempuan adalah jumlah perempuan dalam dunia kerja

profesional. Karena katerbatasan data yang menjelaskan posisi perempuan

dalam sebagai kerja professional menjadikan sulit untuk menjadikan informasi

ini secara tuntas.

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 31

Data jumlah perempuan sebagai pekerja professional baik di birokrasi

maupun dalam bidang lainnya belum lengkap. Selama tahun 2004-2009

hanya data dua tahun yang ada yaitu data tahun 2005 sebesar 38,8% dan

tahun 2006 sebesar 40,76%. Dalam jabatan eksekutif mulai dari gubernur,

bupati, walikota, eselon II, eselon III, eselon IV, camat, lurah dan kepala desa

perbandingan laki-laki dan perempuan masih didominasi oleh kaum laki-laki.

Data tahun 2009 diketahui bahwa jabatan eksekutif, jumlah perempuan masih

rendah yakni baru sekitar 10,76% sementara laki-laki 89,24% dari total posisi

jabatan eksekutif di Sulawesi Tenggara sebanyak 3.130 jabatan. Demikian

pula posisi dalam jabatan professional di lembaga peradilan seperti jaksa dan

hakim masih didominasi oleh laki-laki. jumlah perempuan sebanyak 21,81%

dan laki-laki 78,19% (BPP dan KB Provinsi Sultra, 2010).

Masih rendahnya jumlah perempuan yang menempati jabatan

struktural di pemerintahan disebabkan oleh antara lain: 1) masih kurangnya

kepedulian penguasa wilayah untuk memanfaatkan tenaga perempuan

selaku pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan; 2) kalaupun

penguasanya peduli, masih sedikit perempuan yang mampu melanjutkan di

pendidikan lebih tinggi sehingga posisi mereka selalu dikesampingkan dalam

birokrasi pemerintahan.

c. Upah Pekerja Perempuan Sektor NonPertanian.

Ketersediaan data, menjadi penyebab sulitnya mengangkat

perkembangan besaran upah kerja minimal perempuan selama tahun 2005

sampai 2009 sesuai kebutuhan laporan evaluasi ini. Data yang tersedia pada

BPP dan KB Sultra tahun 2010 menggambarkan jumlah upah minimal yang

diterima perempuan dalam lapangan usaha sektor non pertanian mengalami

perubahan selama kurun waktu tahun 2005 dan 2006. Tahun 2005 sebesar

621,9 sedangkan tahun 2006 menjadi 932,4 atau meningkat sebesar 49,93%.

Upah kerja minimal yang diterima perempuan sektor non pertanian

menggambarkan besarnya gaji yang diterima perempuan dalam berbagai

lapangan pekerjaan dimana mereka bekerja, dan dapat didata secara jelas.

Seiring dengan semakin ketatnya pemberlakuan Upah Minimum Regional

(UMR) menjadikan gaji perempuan yang bekerja di sektor non pertanian juga

semakin membaik selain semakin baiknya posisi-posisi yang ditempati

perempuan dalam dunia kerja professional.

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 32

Keberhasilan pembangunan gender di daerah dicirikan oleh semakin

mengecilnya kesenjangan antara indek pembangunan manusia (IPM) atau

Human Develoment Index (HDI) secara keseluruhan dengan Indeks

Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI) dan Indeks

Pemberdayaan Gender atau Gender Empowerment Measurement (GEM).

Sebagai gambaran, indek pembangunan manusia (IPM) Sulawesi

Tenggara tahun 2005 mencapai 67,5 (Nasional 69,6) dan tahun 2006 IPM

naik menjadi 67,8 masih di bawah Nasional (70,1) pada tahun yang sama.

Secara umum, angka perolehan GDI dan GEM Sulawesi Tenggara

dibandingkan dengan Nasional masih rendah, dan masih jauh dibawah IPM.

Tahun 2006, angka Gender Develoment Index (GDI) Sulawesi Tenggara

sebesar 61,4 sementara Nasional sebesar 65,3. Sedangkan angka Gender

Empowerment Measurement (GEM) tahun 2005 sebesar 53,4 sementara

(nasional 61,3) dan tahun 2006, menjadi 55,3 (Nasional 61,8) (BPP dan KB

Provinsi Sultra, 2010). Perolehan posisi Sultra dibandingkan dengan provinsi

lain masih berada pada urutan 26 dari 33 provinsi dan GDI berada pada

posisi 17 dari 33 provinsi tahun 2008 sementara tahun 2006 berada pada

posisi 16 dari 32 provinsi.

Untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan gender, perlu

terus didukung oleh kebijakan yang dijalankan secara terus menerus dan

konsisten, sumber daya aparat yang memadai baik kuantitas mapun kualitas,

pengembangan system pembinaan dan penguatan kelembagaan dalam

bidang pemberdayaan gender, dukungan anggaran yang memadai, system

koordinasi lintas SKPD terkait, basis data online dan selalu terbarukan, serta

komitmen pada pelaksana dan para pemangku kepentingan untuk terus

menjalankan tugas, peran, dan fungsinya secara maksimal dan

berkelanjutan. Hal itu akan mudah terwujud jika diikuti pula dengan

pemberian reward yang memadai serta punishment yang setimpal atas

prestasi atau kegagalan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab oleh

masing-masing pihak.

Faktor atau kendala utama yang menjadi penyebab ketertinggalan

Sulawesi Tenggara dalam pembangunan gender adalah dukungan anggaran

yang terbatas, yang hanya menggantungkan diri pada dari pemerintah pusat.

Hal itu disebabkan karena PAD (pendapata asli daerah) yang terbatas. Selain

itu penempatan skala prioritas pembangunan dan alokasi anggaran juga

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 33

belum menempatkan pembangunan gender sebagai perhatian utama.

Program gender hanya secara implisit berada di setiap SKPD yang terkait

dan seringkali kurang menjadi perhatian pokok dari SKPD bersangkutan,

terutama terkait dengan penyediaan basis data yang lengkap sesuai

kebutuhan dana terus menerus. Praktek aparat pengelolaan anggaran yang

masih saja menyimpang juga menjadi akar permasalahan yang

menyebabkan tidak maksimalnya pengelolaan program dan anggaran

berbasis gender seperti dalam pembangunan kesehatan, pendidikan dan

pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

3. Indikator Partisipasi dalam Pemilu di Daerah

Indikator partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum di

daerah baik dalam pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota legislatif

maupun pemilihan presiden menjadi ukuran keberhasilan pembangunan

demokrasi lokal. Pemerintah provinsi menunjukan komitmennya untuk

mendorong tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah,

pemilihan legislatif dan pemilihan presiden di daerah khususnya dalam kurun

waktu 2004-2009.

Kebijakan pembangunan politik dan demokrasi Provinsi Sulawesi

Tenggara tahun 2004-2009, dijabarkan dalam rencana strategis daerah

(Renstrada) yang mempunyai sejumlah target dan sasaran sebagai berikut:

Pertama, mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan

mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan

keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan

masyarakat; Kedua, meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik

masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat

menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan

masyarakat dan pembangunan; Ketiga, meningkatkan kemandirian partai-

partai politik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam meningkatkan

kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; Keempat, meningkatkan dan

memantapkan pemahaman warga negara mengenai wawasan kebangsaan,

jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan mengaktualisasikan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat,

bermuara dan berfokus pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta

utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 34

Target dan sasaran pembangunan bidang politik yang ditetapkan oleh

pihak pemerintah di daerah ini, sejalan dengan terget dan sasaran nasional

yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2004-2009, yang sasarannya meliputi: (a) terlaksananya peran dan

fungsi lembaga penyelenggara negara dan lembaga kemasyarakatan sesuai

dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan berlaku; (b)

meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

politik; (c) terlaksananya pemilihan umum yang demokratis, jujur, dan adil

tahun 2009.

Sesuai dengan Renstrada (2004-2009) kebijakan pembangunan politik

Sulawesi Tenggara meliputi: (a) mengembangkan iklim dan budaya politik

yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan,

kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam

kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi

politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih

sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan

masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai

politik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam meningkatkan kesadaran

dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan

pemahaman warga negara mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa,

pembauran bangsa dilandasi ketahanan yang kuat, bermuara pada kokohnya

persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya NKRI. Kebijakan tersebut

sesuai dengan kebijakan pemerintah yang dijawantahkan dalam bentuk

penyelenggaraan pemilihan umum di daerah seperti Pemilu legislatif, Pilpres

secara langsung dan Pilkada langsung.

a. Indikator Partisipasi Dalam Pemilu Legislatif.

Indikator ini diarahkan pada upaya pencapaian target dan sasaran

pembangunan di bidang politik sebagai tertuang dalam Renstrada (2004-

2009) yakni: (a) mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis

dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan

keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi dalam kehidupan

masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan partisipasi politik

masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat

menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 35

masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian partai-partai

politik agar dapat melaksanakan funmgsinya dalam meningkatkan kesadaran

dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan memantapkan

pemahaman politik warga Negara. Kebijakan ini sesuai dengan kebijakan

pemerintah pusat yang selanjutnya dioperasionalisasikan dalam bentuk

program dan kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan Pilkada Provinsi,

Pilkada Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Tingkat partisipasi wajib pilih bervariasi antara pemilu legislatif tahun

2004 dengan pemilu legislatif tahun 2009. Data pada Komisi Pemilihan

Umum Daerah (KPUD) Provinsi Sulawesi Tenggara memperlihatkan bahwa

jumlah wajib pilih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam Pemilu

2004 sebanyak 1.320.562 orang. Sedangkan jumlah wajib pilih yang

menggunakan hak pilihnya sebanyak 1.263.426 orang, menunjukkan bahwa

partisipasi wajib pilih dalam Pemilu legislatif 2004 sebesar 96% dan yang

golput hanya sebesar 4%. Rendahnya angka golput tersebut menunjukkan

meningkatnya kesadaran warga dalam menggunakan hak pilihnya serta

membaiknya kinerja KPUD dan dukungan pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pemilu legislatif. Dalam Pemilu legislative tahun 2009,

jumlah wajib pilih terdaftar dalam Daftar Pemili Tetap (DPT) sebanyak

1.901.060 orang dan yang menggunakan haknya sebanyak 1.484.636 orang,

dengan angka partisipasi pemilih sebesar 78%, atau golput sebanyak 22%.

Peningkatan jumlah wajib pilih terdaftar yang golput atau tidak

menggunakan hak pilihnya pada Pemilu legislatif 2004 ke Pemilu Legislatif

2009 sebesar 18%. Kesadaran warga menggunakan hak pilih menurun

antara lain karena adanya kampanye golput untuk tidak memilih akibat

berkurangnya kepercayaan warga terhadap kinerja anggota DPRD di daerah

ini. Penurunan itu juga disebabkan oleh antara lain lemahnya kinerja KPUD

Provinsi dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mendorong partisipasi

warga dalam Pemilu legislatif, selain semakin kurangnya dukungan

pemerintah daerah dalam mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu legislatif

2009.

Fenomena menunjukkan bahwa di setiap TPS di wilayah Provinsi

Sulawesi Tenggara, banyak wajib pilih yang hadir dan berkeinginan untuk

menyalurkan hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak

memiliki kartu suara. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 36

dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Sulawesi

Tenggara cukup tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan kerja

penyelenggara pemilu, baik KPU Daerah maupun pemerintah daerah dalam

mempersiapkan penyelenggaraan pemilu. Kelemahan yang paling menonjol

adalah pada tahapan pemutakhiran data yang tidak dilakukan secara optimal

dan profesional. Fenomena menunjukkan, banyak pemilih yang terdaftar dan

mendapat kartu undangan dalam penyelenggaraan pemilu legislatif 2004

yang lalu, ternyata tidak terdaftar lagi dan tidak mendapat kartu undagan

pemilu dalam penyelenggaraan pemilu legislatif tahun 2009.

b. Indikator Partisipasi Pilpres Langsung

Capaian indikator penyelenggaraan Pilpres langsung oleh KPUD,

tingkat partisipasi wajib pilih dan kualitas pelaksanaan Pilpres tahun 2004 dan

tahun 2009 berbeda. Data pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan bahwa jumlah wajib pilih dalam

Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun 2004 sebanyak 1.329.652 orang dan

yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 1.313.823 orang dengan tingkat

partisipasi sebesar 98% dan wajib pilih yang golput sebesar 2%. Pada Pilpres

tahun 2009, jumlah wajib pilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap

(DPT) sebanyak 1.908.679 orang, yang menggunakan haknya sebanyak

1.565.918 orang dengan tingkat partisipasi sebesar 82%, atau jumlah golput

sebanyak 18%. Terdapat penurunan tingkat partisipasi masyarakat dalam

Pilpres tahun 2009 dibandingkan tahun 2004 dengan angka golput naik

sebesar 16%. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilpres tahun 2004

tergolong sangat tinggi dan hanya kategori tinggi pada tahun 2009. Kondisi

itu sekaligus menunjukkan berkurang kualitas kinerja KPUD Provinsi

Sulawesi Tenggara dalam penyelenggaraan Pilpres 2009 meskipun masih

relative baik dan berjalan sukses.

Indikator partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Presiden Secara

langsung (Pilpres langsung) diarahkan pada upaya pencapaian target dan

sasaran pembangunan bidang politik sesuai Renstrada (2004-2009) yang

target dan sasarannya mencakup: (a) mengembangkan iklim dan budaya

politik yang demokratis dengan mengaktualisasikan prinsip persamaan,

kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan yang berbasis pada pada konstitusi

dalam kehidupan masyarakat; (b) meningkatkan pendidikan politik dan

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 37

partisipasi politik masyarakat dengan mengembangkan komunikasi politik

yang lebih sehat menuju terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap

kehidupan masyarakat dan pembangunan; (c) meningkatkan kemandirian

partai-partai politik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam meningkatkan

kesadaran dan partisipasi politik masyarakat; (d) meningkatkan dan

memantapkan pemahaman warga negara Republik Indonesia mengenai

wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembauran bangsa dengan

mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi

ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan berfokus pada kokohnya

persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya NKRI. Ini sesuai dengan

kebijakan pemerintah yang dioperasionalisasikan dalam bentuk

penyelenggaraan Pimilihan Umum Legislatif Pemilihan Presiden dan Wakil

Presiden dan Pilkada Langsung.

Salah satu penyebab tingginya jumlah wajib pilih yang tidak memilih

atau golput adalah kurang optimalnya kinerja KPUD dalam melakukan

pemutakhiran daftar pemilu tetap (DPT). Fakta menunjukkan bahwa di

banyak TPS di wilayah Sulawesi Tenggara, wajib pilih hadir dan berkeinginan

untuk menyalurkan hak suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena

tidak terdaftar dalam DPT.

c. Indikator Partisipasi Pilkada Langsung

Indikator partisipasi dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah

secara langsung (Pilkada langsung) yakni dalam pemilihan gubernur dan

wakil gubernur Sulawesi Tenggara menunjukkan tingkat partisipasi wajib pilih

positif. Jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan wajib pilih

yang menggunakan hak pilihnya dalam Pilgub tahun 2007 yang lalu tidak jauh

berbeda. Data dari KPUD Provinsi Sulawesi Tenggara terlihat bahwa jumlah

wajib pilih terdaftar dalam DPT sebanyak 1.565.918 orang dan yang

menggunakan hak pilihnya sebanyak 1.390.489 orang dengan tingkat

partisipasi sebesar 88% dan yang tidak menggunakan hak pilih atau golput

sebanyak 12% dari total wajib pilih. Angka goput ini tergolong rendah jika

dibandingkan dengan wajib pilih yang golput dalam Pilgub dan Wagub di

daerah lain seperti Sulawesi Selatan mencapai 38% dan beberapa daerah di

pulau Jawa berkisar 38% sampai 40% dari total wajib pilih.

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 38

Rendahnya angka golput dalam penyelenggaraan pemilu selalu terkait

dengan belum maksimalnya kinerja KPUD dalam penyelenggaraan Pemilu,

dukungan pemerintah yang lemah serta kesadaran masyarakat berpartisipasi

yang rendah. Golput merupakan bagian hak politik warga, yang seringkali

dilakukan karena mereka merasa tidak puas dengan kinerja wakil mereka

diparlemen. Golput dalam konteks ini merupakan bagian dari protes warga

atau kinerja pemerintahan dan politisi yang tidak memihak dan

menguntungkan rakyat.

Lemahnya kinerja KPUD dalam Pilgub terlihat dari antara lain di banyak

TPS terdapat wajib pilih yang hadir dan berkeinginan menyalurkan hak

suaranya tetapi ditolak oleh petugas KPPS karena tidak memiliki kartu suara.

Dalam kasus ini, terlihat bahwa tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat

dalam Pilgub tinggi namun tidak dibarengi dengan kemampuan kerja KPUD

dan pemerintah daerah dalam mempersiapkan penyelenggaraan pemilu.

Tahap pemutahiran data peserta pemilu yang tidak optimal dan professional

menjadi salah satu penyebab. Banyak pemilih yang terdaftar dan mendapat

kartu undangan dalam Pilpres dan Wakil Presiden tahun 2004, ternyata tidak

terdaftar dan tidak mendapat kartu undagan dalam Pilgub dan Wagub tahun

2007. Sebaliknya ada sejumlah kartu undangan pemilih bagi warga

masyarakat yang telah meninggal dunia Penomena ini menunjukkan

buruknya kinerja KPU Daerah dan pemerintah daerah dalam mempersiapkan

penyelenggaraan pemilu.

3. Rekomendasi Kebijakan

Berbadasarkan hasil evaluasi kinerja pemerintahan daerah di Sulawesi

Tenggara dengan sejumlah indikator yang digunakan, khususnya mengenai

pelaksanaan agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai serta

pelaksanaan pembangunan yang adil dan demokratis maka terlihat masih ada

sejumlah indikator pembangunan yang kinerjanya masih sangat minim

pencapaiannya.

Terkait dengan agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai,

beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk memmaksimalkan kinerja

pengelolaan pemerintahan daerah ke depan adalah sebagai berikut:

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 39

1. Perlu keseriusan dalam penanganan kasus-kasus kejahatan konvensional

termasuk perlu melakukan tindakan prefentif agar kasus kejahatan dapat

berkurang. Frekwensi tindak kejahatan konvesional terus meningkat di

daerah ini, sehingga peran aparat keamanan untuk meningkatkan

pengamanan termasuk penyelesaian kasus-kasus kejahatan perlu terus

ditingkatkan.

2. Penanganan kasus transnasional, termasuk penyelesaian kasus yang

melibatkan WNI di luar negeri seperti pelanggaran keimigrasian perlu

ditangani secara serius. Upaya yang perlu dilakukan adalah memberikan

berbagai penyuluhan terkait dengan aturan-aturan keimigrasian, termasuk

masalah-masalah perdagangan lintas Negara yang sering terjadi antar

daerah dengan Singapura maupun Malaysia yang seringkali merugikan

Indonesia.

Terkait dengan pelaksanaan agenda pembangunan yang adil dan

demokratis, beberapa indikator yang perlu mendapatkan perhatian adalah

sebagai berikut:

1. Penanganan kasus-kasus korupsi perlu terus dilakukan tanpa pandang bulu,

tanpa diskriminasi, terutama korupsi-korupsi besar yang merugikan negara

dan daerah.

2. Perlu peningkatkan kinerja aparat dalam pengelolaan keuangan daerah agar

penggunaan anggaran APBD tepat sasaran, sesuai aturan, memberikan

manfaat bagi masyarakat, dengan menerapkan prinsip-prinsip tatakelola

pemerintahan yang baik dalam pengelolaan keuangan daerah, disertai

peningkatkan kualitas pengawasan baik pengawasan internal (melekat)

maupun pengawasan fungsional dan pengawasan oleh pemerintah pusat.

3. Semakin banyaknya masalah dalam proses pengelolaan SDM aparat

terutama dalam proses rekruitmen yang penuh KKN, pembinaan dan promosi

yang sarat kepentingan politik, maka sudah saatnya proses pengelolaan

SDM aparat di pemerintah daerah ditangani oleh pemerintah pusat, atau tidak

didesentralisasikan.

4. Perlu peningkatan profesionalisme dan komitmen aparat penegak hukum

dalam menyelesaikan kasus korupsi agar pelaku dapat memperoleh shock

therapy, memberikan efek jera dan menciptakan rasa keadilan masyarakat

dalam penanganan kasus korupsi yang sangat merugikan rakyat;

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 40

3. Perlu adanya komitmen pemerintah daerah untuk menaikkan jumlah

anggaran pembangunan dan pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi rakyat

terutama bagi kaum perempuan yang selama ini masih relatif rendah;

4. Perlu meningkatkan pengembangan sistem pelayanan satu atap di setiap

kabupaten/kota diiringi dengan kebijakan penguatan kapasitas aparat dan

pengadaan peralatan penunjang seperti IT dan metode kerja efektif;

5. Perlu pembenahan kelembagaan terkait pembangunan gender dan

Pemberdayaan gender seperti pembenahan struktur organisasi, peraturan,

rekruitmen aparat yang profesional, sistem koordinasi lintas SKPD yang

menjamin tercapainya target Gender Development Indeks (GDI) dan Gender

Empowerment Meassurement (GEM) sesuai target nasional.

6. Perlu perbaikan sistem rekruitmen dan pembenahan kinerja KPUD dalam

proses penyelenggaraan Pemilu di daerah untuk menghindari adanya

intervensi kekuasaan dalam proses-proses pemilihan di daerah terutama

dalam pelaksanaan Pilkada secara langsung.

 

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 41

C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

1. Indikator

1.1. Indikator Pendidikan

Untuk mengukur keberhasilan dan kemajuan pembangunan di bidang

pendidikan ada beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain indikator

Angka Partisipasi Murni Tingkat SD (APM SD/MI), Angka Partisipasi Kasar

Tingkat SD (APK SD/MI), rata-rata nilai akhir tingkat SMP, rata-rata nilai akhir

tingkat sekolah menengah, angka putus sekolah tingkat SD, angka putus sekolah

tingkat SMP, angka putus sekolah tingkat sekolah menengah, angka melek

huruf, persentase guru yang layak mengajar terhadap duru seluruhnya tingkat

SMP, dan persentase guru layak mengajar terhadap guru seluruhnya tingkat

sekolah menengah. Kesepuluh indikator tersebut merupakan indikator yang

terukur yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemerintah untuk

merumuskan dan menetapkan kebijakan pendidikan, baik di tingkat pusat

maupun daerah.

Berdasarkan data profil pendidikan Sulawesi Tenggara ditemukan data

dari ke sepuluh indikator sebagai berikut :

1. Angka Partisipasi Murni (APM) Tingkat SD. Angka Partisipasi Murni (APM)

SD/MI mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, APM

SD/MI sebesar 90,18 persen, tahun 2005 APM SD/MI sebesar 90, 57 persen,

tahun 2006 APM SD/MI sebesar 92,26 persen, tahun 2007 APM SD/MI

sebesar 93,64 persen, tahun 2008 APM SD/MI sebesar 94,24 persen, dan

tahun 2009 APM SD/MI sebesar 95,52 persen.

2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Tingkat SD. Angka Partisipasi Murni (APM)

SD/MI mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, APM

SD/MI sebesar 90,18 persen, tahun 2005 APM SD/MI sebesar 90, 57 persen,

tahun 2006 APM SD/MI sebesar 92,26 persen, tahun 2007 APM SD/MI

sebesar 93,64 persen, tahun 2008 APM SD/MI sebesar 94,24 persen, dan

tahun 2009 APM SD/MI sebesar 95,52 persen.

3. Rata-rata nilai akhir tingkat SMP. Rata-rata nilai akhir tingkat SMP di Provinsi

Sulawesi Tenggara 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dan perbaikan

dari waktu ke waktu. Rata-rata nilai akhir tingkat SMP pada tahun 2004

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 42

mencapai 4,09, tahun 2005 meningkat menjadi 5,67, tahun 2005 dan tahun

2006 serta tahun 2007 tidak mengalami perubahan masih pada rata-rata

pada angka 5,67. Baru tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 6,35,

dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 6,50.

4. Rata-rata nilai akhir tingkat sekolah menengah (SMA/SMK/MA). Rata-rata nilai

akhir tingkat sekolah menengah di Provinsi Sulawesi Tenggara 5 tahun

terakhir terus meningkat. Rata-rata nilai akhir tingkat sekolah menengah

tahun 2004 mencapai sebesar 4,30, tahun 2005 meningkat menjadi 5,55,

tahun 2006 meningkat lagi menjadi 5,74, tahun 2007 meningkat lagi menjadi

6,32, tahun 2008 meningkat lagi meskipun tidak besar menjadi 6,33, dan

tahun 2009 meningkat menjadi 6, 70.

5. Persentase angka putus sekolah tingkat SD. Jumlah angka putus sekolah

tingkat SD di Provinsi Sulawesi Tenggara dari waktu ke waktu terus

mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2005 angka putus sekolah tingkat

SD jumlahnya relatif besar dibandingkan dengan tahun 2004, 2005, 2006,

2007, 2008, dan 2009. Jumlah angka putus sekolah tingkat SD tahun 2004

sebesar 1,29 persen, tahun 2005 meningkat jumlahnya menjadi 8,18 persen,

tahun 2006 menurun menjadi 1,57 persen, tahun 2007 menurun lagi menjadi

1,35 persen, tahun 2008 menurn lagi menjadi 0,55 persen, dan tahun 2009

menurun lagi menjadi 0,36 persen.

6. Persentase angka putus sekolah tingkat SMP. Jumlah angka putus sekolah

tingkat SMP di provinsi Sulawesi Tenggara 5 tahun terakhir mengalami

penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2004, jumlah angka putus

sekolah tingkat SMP di daerah ini mencapai sebesar 8,46 persen dan

menurun pada tahun 2005 menjadi 3,71 persen. Tahun 2006 jumlahnya

meningkat tetapi tidak terlalu besar menjadi4,35 persen, tahun 2007 menurun

lagi menjadi 3,46 persen, tahun 2008 menurun lagi menjadi 0,88 persen serta

tahun 2009 menurun menjadi 0,61 persen.

7. Persentase angka putus sekolah tingkat sekolah menengah (SMA/SMK/MA).

Jumlah angka putus sekolah tingkat sekolah menengah di Provinsi Sulawesi

Tenggara 5 tahun terakhir mengami fluktuasi naik turun. Tahun 2005, jumlah

angka putus sekolah tingkat sekolah menengah di daerah ini mencapai 6,39

persen, menurun cukup signifikan pada tahun 2005 menjadi 2,20 persen,

tahun 2006 jumlahnya naik menjadi 3,19 persen, tahun 2007 naik lagi

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 43

menjadi 5,66 persen, tetapi pada tahun 2008 menurun cukup signifikan

menjadi 0, 40 persen, dan tahun 2009 menurun lagi menjadi 0,32 persen.

8. Persentase angka melek huruf. Jumlah angka melek huruf di Provinsi Sulawesi

Tenggara berdasarkan data berbasis profil pendidikan Provinsi Sulawesi

Tenggara tahun 2004-2009, menunjukkan bahwa Angka Melek Aksara 15

tahun keatas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004,

Angka Melek Aksara sebesar 90,70 persen, tahun 2005 sebesar 90, 30

persen, tahun 2006 sebesar 91,30 persen, tahun 2007 sebesar 91,30 persen,

tahun 2008 sebesar 90,78 persen, dan tahun 2009 sebesar 93,80 persen.

9. Persentase guru layak mengajar terhadap guru seluruhnya tingkat SMP.

Jumlah guru layak mengajar sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen bahwa guru SD, SMP, dan SMA minimal

berkualifikasi pendidikan sarjana (S1) di Provinsi Sulawesi Tenggara

mengalami perbaikan dan peningkatan. Jumlah guru layak mengajar tingkat

SMP pada tahun 2004 di daerah ini mencapai 81,64 persen, tahun 2005

mencapai 81,54 persen, tahun 2006 me4ncapai 80,92 persen, tahun 2007

naik menjadi 91,30 persen, tahun 2008 menjadi 67, 43 persen, dan tahun

2009 menjadi 88,31 persen.

10. Persentase guru layak mengajar terhadap guru seluruhnya tingkat sekolah

menengah (SMA/SMK/MA). Jumlah guru yang layak mengajar tingkat

sekolah menengah di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan

dari waktu ke waktu. Pada tahun 2004 jumlah guru yang layak mengajar di

tingkat sekolah menengah mencapai 81,64 persen, tahun 2005 meningkat

menjadi 84, 82 persen, tahun 2006 meningkat lagi menjadi 86, 81 persen,

tahun 2007 meningkat lagi menjadi 90, 15 persen, tahun 2008 relatif sama

dengan tahun sebelumnya yakni mencapai 90, 29 persen, dan tahun 2009

meningkat menjadi 93,46 persen.

1.1. Indikator Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu komponen yang sangat mendasar

dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah berkaitan

dengan kondisi existing kesehatan masyarakat. Seperti halnya Pemerintah

Daerah yang memiliki komitmen untuk terus meninkatkan kualitas pendidikan di

daerah ini, Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara juga memiliki komitmen

untuk meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat di daerah ini.

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 44

Komitmen tersebut dapat dilihat dari ditetapkannya rencana strategis daerah

(Renstrada) di bidang kesehatan yang memuat beberapa kebijakan di bidang

kesehatan antara lain; (i) meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat-

pusat pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk pemerataan pelayanan

kesehatan masyarakat, terutama di daerah terpencil serta pengembangan dan

relokasi fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Sulawesi

Tenggara sebagai pusat kesehatan rujukan yang memadai sesuai tuntutan

perkembangan Iptek kesehatan, (ii) mengembangkan sistem jaminan kesehatan

masyarakat yang berprinsip keadilan sebagai pengejawantahan cara pandang

dari paradigma sakit ke paradigma sehat sejalan dengan visi Indonesia Sehat

2010. sejalan dengan komitmen tersebut akan ditingkatkan mutu pelayanan

kesehatan perorangan lanjutan dengan prioritas pembebasan biaya pelayanan

kesehatan kelas III pada RSUD Kabupaten/Kota dan RSUD Provinsi Sulawesi

Tenggara, (iii) meningkatkan pemahaman akan pentingnya kesehatan dan

menerapkan pola hidup sehat guna terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat

mulai dari tatanan individu, keluarga, dan masyarakat serta pemberdayaan

masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kebijakan tersebut kemudian

dijabarkan kepada beberapa progam dan kegiatan.

Meskipun Pemerintah Daerah memiliki komitmen sebagaimana yang

tertuang di dalam rencana strategis daerah (Renstrada), tetapi secara umum

masalah utama yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara di bidang kesehatan adalah berkaitan dengan masih rendahnya

kualitas kesehatan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka

kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi. Selain itu, proporsi balita

yang menderita gizi kurang masih tinggi dan masih seringnya terjadi kasus gizi

buruk. Usia harapan hidup masih belum begitu baik. Angka kematian akibat

penyakit menular masih cukup tinggi serta kecenderungan semakin

meningkatnya penyakit tidak menular. Masalah lainnya yang masih dihadapi

oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah berkaitan dengan

terjadinya kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan

kesehatan yang bermutu dan kinerja pelayanan kesehatan yang rendah (LAKIP

Dinas Kesehatan 2008). Untuk melihat kondisi existing kesehatan masyarakat

dapat diukur dan dilihat dari beberapa indikator, antara lain; umur harapan hidup

(UHH), angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), prevalensi gizi

buruk, prevalensi gizi kurang, dan persentase tenaga kesehatan perpenduduk.

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 45

Adapun pencapaian indikator output dan outcomes Provinsi Sulawesi

secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Umur Harapan Hidup (tahun)

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, umur harapan hidup penduduk Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Umur Harapan Hidup Penduduk di Sulawesi Tenggara

Tahun Persentase Umur Harapan Hidup Penduduk

2004 66

2005 66,8

2006 67

2007 69,1

2008 70

2009 70,4

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Indikator umur harapan hidup penduduk yang dicapai oleh Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan capaian masih lebih

rendah/di bawah dari capaian nasional. Umur harapan hidup penduduk di

Sulawesi Tenggara pada tahun 2004 mencapai 66 tahun, dan mengalami

kenaikan relatif sedikit menjadi 66,8 tahun 2005, tahun 2006 naik 67 tahun,

tahun 2007 naik 69,1 tahun dan pada tahun 2008 naik menjadi 70 tahun. tahun

2009 mengalami peningkatan dengan tahun sebelumnya yakni 70,4 tahun.

b. Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup)

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, Persentase Angka Kematian Bayi Tahun 2004-2009 dapat dilihat

pada Tabel 3

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 46

Tabel 3.Persentase Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun Angka Kematian Bayi (AKB)

2004 34

2005 38

2006 31

2007 41

2008 29,1

2009 11,6

Sumber : Dinkes Prov.Sultra, Bappenas

Angka kematian bayi digambarkan sebagai salah satu indikator

pembangunan bidang kesehatan, sehinggga jika di suatu daerah terdapat

kematian bayi tinggi maka daerah tersebut dapat dikategorikan sebagai daerah

rawan. Sulawesi tenggara merupakan daerah yang telah memberikan perhatian

yang sangat besar terhadap kasus ini.

c. Gizi Buruk (%)

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, prevalensi gizi buruk Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Persentase Prevalensi Gizi Buruk di Sulawesi Tenggara

Tahun Persentase Prevalensi Gizi Buruk

2004

2005 10,04

2006 2,65

2007 3,50

2008 3,50

2009 3,50

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Penentuan status gizi masyarakat dapat dilihat dengan prevalensi gizi

buruk. terjadinya gizi buruk dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya

adanya penyakit infeksi yang menyebabkan gangguan kesehatan secara

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 47

individual. disamping itu dapat juga disebabkan karena adanya faktor

predisposisi yang mempercepat terjadinya berbagai gangguan kesehatan.

d. Gizi Kurang (%)

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, prevalensi gizi kurang Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Prevalensi Gizi Kurang di Sulawesi Tenggara

Tahun Persentase Prevalensi Gizi Kurang

2004

2005 19,34

2006 13,64

2007 18,20

2008 18,20

2009 18,20

Sumber : Kantor Dinas Kesehatan Sultra dan Bappenas

Prevalensi gizi kurang masyarakat Sulawesi Tenggara memperlihatkan adanya

penurunan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. penurunan ini

disebabkan karena telah munculnya berbagai program kesehatan yang

langsung mengarah pada masyarakat. program tersebut berasal dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga masalah gizi kurang dapat

diatasi. Disamping itu masalah gizi juga merupakan masalah Nasional yang

sangat mempengaruhi suatu bangsa. Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ke

tahun telah berhasil menangani terjadinya kasus gizi kurang.

e. Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk (%)

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, tenaga kesehatan per penduduk Tahun 2004-2009 tidak tersedia.

Indikator persentase tenaga kesehatan per penduduk satu tahun terakhir di

Provinsi Sulawesi Tenggara masih sangat kurang. Data yang ada pada Kantor

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa tenaga

kesehatan yang ada pada tahun 2008 masih kurang dan belum sesuai dengan

target yang ditetapkan. Selengkapnya mengenai persentase tenaga kesehatan

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 48

per penduduk tahun 2008 dapat dirinci sebagai berikut : (i) tenaga dokter

spesialis baru mencapai 3,5/100.000 penduduk dari target 6/100.000 penduduk,

tenaga dokter umum baru mencapai 14,63/100.000 penduduk dari target

40/100.000 penduduk, dokter gigi baru mencapai 2,26/100.000 penduduk,

tenaga apoteker baru mencapai 5,13/100.000 penduduk dari target 10/100.000

penduduk, Sarjana Kesehatan Masyarakat baru mencapai 23,76/100.000

penduduk dari target 107/100.000 penduduk, tenaga paramedis keperawatan

sudah mencapai 118/100.000 penduduk dari target 117/100.000 penduduk, dan

tenaga kebidanan baru mencapai 55,06/100.000 penduduk dari target

100/100.000 penduduk.

1.2. Indikator Keluarga Berencana

a. Contraceptive Prevalence Rate (%)

Berdasarkan data pada Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) Tahun

2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) di Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun Penduduk ber-KB (contraceptive prevalence

rate)

2004 60,1

2005 65,31

2006 68,02

2007 70,68

2008 63,83

2009 69,69

Sumber : Dinkes Prov.Sultra, Bappenas

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program Nasional yang

bertujuan untuk menekan angka kelahiran penduduk, provinsi Sulawesi

Tenggara dalam menjalankan program ini secara tehnis bekerjasama dengan

pihak Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Prov.Sultra yang secara

kelembagaan merupakan lembaga pemerintah pusat yang ditempatkan di setiap

provinsi di Indonesia.

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 49

b. Pertumbuhan Penduduk (%)

Berdasarkan data pada kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, laju pertumbuhan penduduk tahun 2004-2009 dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun Laju Pertumbuhan Penduduk

2004 0,8

2005 2,72

2006 1,99

2007 1,47

2008 2,14

2009 2,09

Sumber : Dinkes Prov.Sultra, Bappenas

Laju pertumbuhan penduduk erat kaitannya dengan keluarga berencana, oleh

karena itu salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk maka

program keluarga berencana haruslah dilaksanakan secara komprehensif.

c. Total Fertility Rate (%)

Indikator angka kematian bayi 6 tahun terakhir di Provinsi Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan. Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2004

mencapai 67 per seribu kelahiran hidup, kemudian menurun pada tahun 2005

menjadi 41 per seribu kelahiran hidup, menurun lagi pada tahun 2006 menjadi

32 per seribu kelahiran hidup, tetapi pada tahun 2007 naik kembali menjadi 41

per seribu kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 mencapai 39 per seribu

kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan bidang kesehatan di

Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan hasil yang baik dan berdampak pada

peningkatan derajat kesehatan di daerah ini. Begitu pula indikator umur harapan

hidup (UHH) penduduk yang dicapai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 50

1.4. Indikator Makro Ekonomi

Untuk mengetahui kinerja ekonomi suatu negara, maka dapat diketahui

melalui beberapa indikator makro ekonomi. Indikator makro ekonomi ini dapat

dilihat perkembangannya untuk jangka waktu tertentu, demikian halnya pada

tingkat daerah (provinsi) dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja

pembangunan ekonomi di daerah dengan melihat indikator makro ekonomi di

daerah. Provinsi Sulawesi Tenggara salah satu yang menjadi objek dalam

peniliain kinerja pembangunan ekonominya. Penilaian kinerja ini dapat dilihat

kinerja pembangunan ekonomi melalui indikator makro ekonomi dari tahun 2004

– 2009 pada Tabel 8.

Tabel 8. Kinerja Makro Ekonomi Sulawesi Tenggara (2004-2009)

Ekonomi

Makro 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Laju

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

7,51 7,31 7,68 7,96 7,27 7,57

Persentase

Ekspor

terhadap

PDRB (%)

17,92 16,62 28,70 27,47 24,66 22,98

Pendapatan

Perkapita

(Rupiah)

5.340.428 6.612.777 7.628.241 8.837.210 10.686.343 12.364.463

Laju Inflasi

(%) 7,72 21,45 10,57 7,53 15,28 4,60

Sumber : BPS Sultra, 2010

1.3. Indikator Investasi

Investasi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan

ekonomi suatu wilayah. Meningkatnya investasi dapat memberikan dampak atau

stimulus ekonomi suatu daerah karena dengan adanya investasi maka lapangan

pekerjaan akan terbuka, dengan demikian banyak tenaga kerja akan terserap,

peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkat pada akhirnya daya beli

juga meningkat. Meningkatnya daya beli masyarakat akan sangat membantu

peningkatan ekonomi lebih lanjut sebab para pengusaha akan terdorong untuk

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 51

melakukan ekspansi usaha karena pertimbangan jika mereka meningkatkan

produksinya maka akan dapat terserap oleh pasar atau ada pembeli.

Banyak aspek pertimbangan dalam melakukan investasi seperti aspek

sumber daya yang tepat dikembangkan di suatu daerah, infrastruktur,

keamanan, kenyamanan, kemudahan perizinanan aspek-aspek tersebut akan

menjadi pertimbangan pengusaha dalam menghitung profit yang mungkin

diperoleh. Oleh karena itu perkembangan investasi disuatu daerah sangat

penting untuk mempertimbangan aspek kebutuhan dalam penilaian untuk

berinvestasi di suatu daerah. Lebih jelasnya perkembangan investasi domestik

dan investasi asing di Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Perkembangan Investasi Domestik dan Investasi Asing di Sulawesi

Tenggara

Investasi 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Nilai Realisasi

Investasi PMDN (Rp.

Milyar)

0,00 0,00 0,00 2.768,90 3.600,61 26,48

Nilai Persetujuan

Rencana Investasi

PMDN (Rp.Milyar)

393,00 0,00 2.040,00 3.673,80 na na

Nilai Realisasi

Investasi PMA (US$

Juta)

0,10 0,00 0,40 0,00 3,80 0,40

Nilai Persetujuan

Rencana Investasi

PMA (US$ Juta)

1,00 9,00 1,50 10,90 na na

Realisasi

penyerapan tenaga

kerja PMA

6,00 0,00 60,00 0,00 51,00 na

Sumber: BPMD Sultra 2010.

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 52

1.4. Infrastruktur

Dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi di Sulawesi

Tenggara, maka ketersedian sarana infrastruktur sangat penting, sebab dengan

ketersediaan infratsruktur jalan yang baik akan memberikan efek positif

terhadap perkembangan investasi disuatu daerah. Ketersedian jalan yang baik

akan memperlancar distribusi baik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat

maupun untuk kelancaran pergerakan supply input dari suatu daerah ke daerah

lain. Di Sulawesi Tenggara penyedian perbaikan infrastrutur jalan juga menjadi

perhatian pemerintah dalam pembangunannya terutama jalan–jalan

penghubung dengan provinsi lain dan jalan penghubungan antar kabupaten.

Baiknya jalan yang menghubungkan antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan

provinsi Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Tengah, akan sangat membantu

dalam pertukaran barang dan jasa di daerah ini. Perkembangan perbaikan jalan

di Sulawesi Tenggara disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Perkembangan Kondisi Jalan di Sulawesi Tenggara

Infrastruktur 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%)

69,47 66,75 37,26 26,89 18,69 56,12

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%)

17,23 24,17 38,55 41,30 47,83 21,07

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%)

13,29 9,08 24,19 31,82 33,48 22,81

Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Baik (%)

55,12 31,99 16,36 11,70 15,95 25,03

Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Sedang (%)

31,76 24,21 46,63 29,91 28,75 24,41

Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Rusak (%)

13,11 44,86 37,01 57,75 55,30 50,56

Sumber: Dinas PU Sultra, 2010

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 53

1.6. Indikator Pertanian

a. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks

harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB)

yang dinyatakan dalam persentase. Indeks harga yang diterima petani (IT)

adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas

hasil produksi petani. Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks

harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga

petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk

proses produksi pertanian. Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian ;

1. NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan

dengan NTP pada tahun dasar.

2. NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada

tahun dasar.

3. NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan

NTP pada tahun dasar.

Secara konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-

barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang

diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi

produk pertanian atau Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator

untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Nilai Tukar

Petani (NTP) juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian

dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Semakin tinggi nilai tukar petani secara relatif semakin kuat pula tingkat

kemampuan/daya beli petani.

Pemantau atau perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi

Tenggara secara efektif dilakukan mulai tahun 2008. Perhitungan Nilai Tukar

Petani (NTP) dilakukan per bulan, sehingga secara rinci Nilai Tukar Petani di

Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 11 berikut;

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 54

Tabel 11. Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2009

Bulan Tahun

2008 2009 Januari 99.3  102.63 Febuari 98.77  105.23 Maret 104.19  105.75 April 108.19  106.52 

Mei 108.15  106.45 Juni 108.38  106.54 Juli 105.37  107.36 Agustus 105.27  108.96 September 103.88  109.59 Oktober 104.04  109.74 November 102.71  109.69 Desember 102.63  109.93 

Rata-rata 104.24 107.37  Sumber : BPS Sulawesi Tenggara 2010

b. Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian

Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai jumlah nilai

tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu,

atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun,

sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai

dasar, dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000. PDRB atas dasar harga

berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan

harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke

tahun., PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana

keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat

digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.

Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian adalah

sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor pertanian dalam

wilayah tertentu, atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

sektor pertanian. Produk PDRB sektor pertanian atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa sektor pertanian yang dihitung

dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 55

harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa sektor pertanian yang

dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar, dimana

dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000 PDRB sektor pertanian atas

dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi

pada sektor pertanian, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dari tahun ke tahun. Berdasarkan

data yang diperoleh di BPS Provinsi Sulawesi Tenggara PDRB sektor pertanian

atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada tabel 12 berikut ;

Tabel 12 PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta)

Tahun PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) 2004 4,2 2005 5,5 2006 6,2 2007 6,8 2008 8,1 2009 9,0

Sumber : Diolah dari BPS Sulawesi Tenggara

1.7. Indikator Kehutanan

Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam penanganan lahan kritis

telah menunjukan seriusan yang berarti. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara persentase luas lahan rehabilitasi

dalam hutan terhadap lahan kritis terjadi peningkatan yang sangat siginifikan dari

tahun 2004 sebesar 0,48 persen meningkat menjadi 0,89 persen pada tahun

2008. Jika dibandingkan dengan persentase kenaikan secara nasional maka

penanganan lahan kritis di Provinsi Sulawesi Tenggara jauh di atas persentasi

Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ;

Tabel 13. Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Dalam Hutan Terhadap Lahan Kritis di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2008

Tahun Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan

kritis Prov. Sultra Nasional

2004 0.48 1.03 2005 0.99 0.93 2006 0.84 0.83 2007 1.29 0.26 2008 0.89 0.26 2009 0.89 0.26

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara dan Bappenas 2009

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 56

1.8. Indikator Kelautan

a. Jumlah Tindak Pidana Perikanan

Arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi

Sulawesi Tenggara diarahkan pada upaya Peningkatan pengawasan dan

keamanan wilayah pesisir dan perairan laut dari ancaman perusakan dan

pencurian hasil-hasil laut. Hasil pemantauan dan pengawasan Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu tahun 2004

sampai 2009 telah ditemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan masyarakat

yang tergolong tindak pidana. Jumlah tindak pidana perikanan di Provinsi

Sulawesi Tenggara terus meningkat. Pada Tahun 2004 jumlah tindak pidana

perikanan berjumlah 55 kasus meningkat tajam pada tahun 2008 sebanyak 100

kasus. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus secara nasional pada tahun

2004 sebanyak 200 kasus dan tahun 2007 sebanyak 154, artinya pada tingkat

nasional menunjukan penurunan jumlah tindak pidana perikanan. Secara rinci

capaian indikator keluaran (output) jumlah tindak pidana perikanan di Provinsi

Sulawesi Tenggara dan Nasional dapat dilihat pada tabel 14 berikut ;

Tabel 14. Capaian indikator keluaran (output) jumlah tindak pidana perikanan di Sulawesi Tenggara dan Nasional Tahun 2004-2009

Tahun Jumlah Tindak Pidana Perikanan

Prov. Sultra Nasional 2004 55 200 2005 60 174 2006 78 139 2007 91 116 2008 100 62 2009* - -

Sumber : Dishut Provinsi Sultra dan Bappenas 2009, 2009* data belum tersediah

b. Luas kawasan konservasi laut

Capaian indikator keluaran (output) Luas kawasan konservasi laut

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Kelautan dan

Perikanan sejak tahun 2004 sampai 2008 tidak ada perubahan luasan yaitu,

1.507.800. Pada tingkat Nasional terjadi penurunan dari 2006 seluas

5.556.999,44 turun menjadi 5.423.216,70 pada tahun 2007. Secara rinci

Capaian indikator keluaran (output) luas kawasan konservasi laut di Provinsi

Sulawesi Tenggara dan Nasional dapat dilihat pada Table 15 berikut ;

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 57

Tabel 15.Luas Kawasan Konservasi Laut di Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2009

Tahun Di Sulawesi Tenggara (ha) 2004 1.507.800 2005 1.507.800 2006 1.507.800 2007 1.507.800 2008 1.507.800 2009 1.507.800

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara 2010

1.9. Indikator Kesejahteraan Sosial

a. Persentase penduduk miskin

Berdasarkan data BPS Provinsi Sulwesi Tenggara, bahwa persentase

penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel 16

berikut:

Tabel 16. Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Tenggara 2004-2009

Tahun Jumlah Penduduk

(Orang) Penduduk Miskin

(Orang)

Persentase Penduduk Miskin

(%) 2004 1.911.103 418.532 21,90 2005 1.960.697 420.570 21,45 2006 2.001.818 467.825 23,37 2007 2.031.532 433.325 21,33 2008 2.075.000 405.248 19,53 2009 2.118.300 400.994 18,93

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 16 tampak bahwa dalam kurun waktu 2004-2009

persentase penduduk miskin mengalami perkembangan yang semakin menurun

setiap tahunnya, kecuali pada periode 2005-2006 mengalami peningkatan

sebesar 1.92 %, di mana pada tahun 2005 persentase penduduk miskin sebesar

21.45% dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 23.37%.

b. Tingkat Pengangguran Terbuka

Yang dimaksud dengan pengangguran terbuka adalah seluruh

angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan

pertama kali maupun yang pernah bekerja sebelumnya. Berdasarkan data

Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010, tingkat

pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara, kurun waktu 2004–

2009 terlihat pada tabel 17 di bawah ini.

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 58

Tabel 17. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2004-2009

Tahun Angkatan

Kerja (orang)

Pengangguran Terbuka (orang)

Tingkat Pengangguran

terbuka (%) 2004 914.229 85.455 9,35 2005 886.546 79.081 8,92 2006 924.763 89.441 9,67 2007 955.763 61.162 6,40 2008 963.338 58.253 6,05 2009 986.096 53.067 5,38

Sumber : BPS Sultra 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 17 , tampak bahwa dalam kurun waktu 2004-2009

tingkat pengangguran terbuka mengalami perkembangan yang semakin

menurun setiap tahunnya, kecuali pada periode 2005-2006 mengalami

peningkatan sebesar 0.75 %, di mana pada tahun 2005 persentase penduduk

miskin sebesar 8.92% dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 9.67%.

c. Analisis indikator Pendukung

Oleh karena alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan

tidak tersedia datanya, maka indikator pendukung yang digunakan adalah

daya serap tenaga kerja pada perusahaan skala sedang/besar. Berdasarkan

data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010,

jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan (sedang dan besar) di

Provinsi Sulawesi Tenggara kurun waktu 2004 – 2009 terlihat pada Tabel 18

di bawah ini.

Tabel 18 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Perusahaan (Sedang dan Besar) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2009

Tahun Angkatan Kerja

(orang) Jumlah Tenaga Kerja (orang)

Daya Serap Tenaga Kerja (%)

2004 914.229 6712 0,73 2005 886.546 5121 0,58 2006 924.763 3039 0,33 2007 955.763 5210 0,55 2008 963.338 5473 0,57 2009 986.096 6263 0,64

Sumber : BPS Sultra 2010 (diolah)

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 59

2. Analisis Pencapaian Indikator

a. Indikator Pendidikan

Analisis pencapaian indikator pendidikan akan dilakukan pada 3

indikator pendidikan yang menjadi fokus perhatian dari agenda pembangunan

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, yakni persentase Angka

Partisipasi Murni (APM) tingkat SD, Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat

SD, dan Angka Melek Huruf (AMH) dapat dijelaskan melalui diagram sebagai

berikut.

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar 11. Persentase APK dan AMH

Berdasarkan data pada Gambar 11 menunjukan bahwa pada tahun

2004 dan 2005 APK SD mengalami stagnasi pada kisaran 105 persen,.

Kondisi ini tersebar pada 12 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Masih stagnasi APK pada tahun 2004 dan 2005 tesebut disebabkan

kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan masih rendah serta

perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan pendidikan masih

kurang. Tahun 2008 persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) SD

mengalami peningkatan sebesar 4 persen karena dukungan alokasi dana

APBD untuk pendidikan mengalami peningkatan, melalui program dan

kegiatan pendidikan. Tahun 2009 menunjukkan perkembangan yang

GRAFIK APK dan AMH

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

APK

AMH

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 60

menggembirakan Angka Partispasi Kasar (APK) SD mencapai 115 persen.

Hal ini disebabkan selain kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan

anaknya tinggi, juga banyak anak usia sekolah yang seharusnya duduk di

bangku SD (7-12 tahun), tetapi sebagian dari usia tersebut sudah ada yang

duduk di bangku SMP. Kondisi ini berimplikasi terhadap peningkatan jumlah

murid usia 7-12 tahun dibangku SMP. Kondisi ini pula berdampak pada

meningkatnya angka melek huruf di daerah ini sebagaimana grafik di atas.

GRAFIK APS dan AMH

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

APS

AMH

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar 12. Persentase APS dan AMH

Berdasarkan data pada Gambar 12 menunjukan bahwa pada tahun

2004, 2005, dan 2006 APS SD mengalami stagnasi pada kisaran 90 persen,.

Kondisi ini tersebar pada 12 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Masih stagnasi APS pada tahun 2004, 2005, dan 2006 tersebut disebabkan

partisipasi masyarakat terhadap pendidikan masih kurang, terutama di daerah-

daerah terpencil di wilayah kepulauan Sulawesi Tenggara. Tahun 2008

persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD mengalami peningkatan

sebesar 5 persen dari tahun 2006 karena program wajib belajar 9 tahun

mendapatkan perhatian dan dukungan dana dari pemerintah. Program wajib

belajar 9 tahun mulai direspon oleh masyarakat, termasuk masyarakat

kepulauan di 4 kabupaten. Tahun 2009 menunjukkan perkembangan, Angka

Partispasi Sekolah (APS) SD mencapai 98,30 persen. Hal ini disebabkan

Pemerintah Daerah telah meningkatkan dana APBD sektor pendidikan melalui

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 61

program peningkatan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Melalui kebijakan

pembebasan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) dalam RPJMD Sulawesi

Tenggara, maka diharapkan secara bertahap penduduk usia sekolah jenjang

pendidikan dasar dan menengah terus meningkat tanpa dibebani dengan

berbagai macam pungutan di sekolah.

GRAFIK APM dan AMH

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

APM

AMH

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar 13. Persentase APS dan AMH

Berdasarkan data pada Gambar 13 menunjukan bahwa, pada tahun

2004, 2005, 2006 APM SD cenderung tetap pada angka 92 persen. Kondisi

ini tersebar pada 12 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara. Masih

stagnasi APM SD pada tahun 2004, 2005, dan 2006 tersebut disebabkan

jumlah usia SD 7-12 tahun di daerah-daerah terpencil mengalami kesulitan

untuk mengakses pendidikan dasar, terutama di Kabupaten Wakatobi.

Tahun 2008 persentase Angka Partisipasi Murni (APM) SD mengalami

peningkatan karena dukungan alokasi dana APBD untuk pendidikan

mengalami peningkatan. Mulai RPJMD bidang pendidikan, tahun 2008

ditetapkan sebagai awal pelaksanaan pendidikan gratis di daerah ini sesuai

dengan visi dan misi Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Tenggra terpilih

Nur Alam, SE. Tahun 2009 menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan Angka Partispasi Murni (APM) SD mencapai 98 persen. Hal

ini disebabkan mulai dilaksanakannya program pendidikan gratis melalui

pembebasan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) di 12 kabupaten/kota di

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 62

Provinsi Sulawesi Tenggara. Ada 9 komponen Biaya Operasional Pendidikan

yang dibebaskan dari tanggung jawab orang tua murid meliputi:

(1) pendaftaran siswa baru, (2) pengadaan buku teks, bahan ajar, dan lembar

kerja siswa, (3) pemberian insentif guru, (4) pengembangan profesi guru,

(5) pembiayaan perpustakaan dan administrasi sekolah, (6) pembiayaan

kegiatan ekstra kurikuler, (7) pengadaan alat peraga dan bahan praktikum

laboratorium, (8) pembiayaan ujian sekolah dan ulangan, dan (9) perawatan,

langganan daya, dan jasa. Selain itu, mulai tahun 2009 Pemerintah Daerah

mencanangkan wajib belajar pendidikan 12 tahun.

b. Kesehatan

Analisis pencapaian indikator kesehatan dalam agenda meningkatkan

kesejahteraan rakyat pada evaluasi kenerja pembangunan tahun 2010 ini di

fakuskan pada 3 (tiga) indikator yaitu indikator angka kematian bayi (ABK),

Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate), dan Laju

pertumbuhan penduduk Angka kematian bayi digambarkan sebagai salah

satu indikator pembangunan khususnya pembangunan bidang kesehatan,

sehinggga jika di suatu daerah terdapat kematian bayi tinggi maka daerah

tersebut dapat dikategorikan sebagai daerah rawan. Sulawesi Tenggara

merupakan daerah yang telah memberikan perhatian yang sangat besar

terhadap kasus ini. lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini :

Gambar 14 Trend Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 63

Berdasarkan data tersebut, jumlah kematian bayi di Provinsi Sulawesi

Tenggara tahun 2004-2009 berfluktuasi. Tahun 2004 terdapat Angka

Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 persen per seribu kelahiran hidup. Tahun

2005 sebesar 38 persen per seribu kelahiran hidup, tahun 2006 sebesar 31

persen per seribu kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 41 persen per seribu

kelahiran hidup. Ini disebabkan karena masyarakat di Provinsi Sulawesi

Tenggara masih sangat percaya dengan keberadaan dukun beranak dalam

melakukan pertolongan persalinan, sehingga banyak ibu melahirkan

mengalami berbagai macam persoalan persalinan. Kegagalan ini diawali dari

program nasional Health Mother Health Baby (HMBH) yang melatih dukun

beranak untuk melakukan pertolongan persalinan, dalam program ini dukun

beranak diberikan alat kesehatan untuk melakukan pertolongan persalinan,

sehingga tugas dari bidan desa diambil alih oleh dukun beranak.

Kecenderungan kematian bayi yang berfluktuasi tidak berarti AKB di Provinsi

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan jumlah

kematian bayi yang dapat dipantau tenaga kesehatan. Disamping itu, jumlah

kematian yang dilaporkan sangat dipengaruhi oleh kelengkapan laporan dan

pencatatan kematian program dinas kesehatan kabupaten/kota.

Tahun 2008 terdapat jumlah kematian bayi sebesar 29,1 persen per

seribu kelahiran hidup. Pada tahun ini jumlah kematian bayi mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya, penurunan ini disebabkan karena

program pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara telah melakukan pelayanan

kesehatan gratis. Ini sangat membantu bagi ibu-ibu hamil dalam mengakses

pusat pelayanan kesehatan.

Tahun 2009 kembali mengalami penurunan sebesar 11,6 persen per

seribu kelahiran hidup, ini merupakan dampak positif dari program

pemerintah yang terus digalakkan dengan mendekatkan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan indikator pelayanan kesehatan

terutama pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara, pada umumnya menunjukkan

peningkatan, yaitu meluasnya jangkauan pelayanan kesehatan pada

masyarakat khususunya upaya KIA/KB, promosi kesehatan, pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, upaya perbaikan gizi keluarga, lingkungan

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 64

sehat, dan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang didukung dengan

penempatan bidan di desa.

c. Indikator Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program nasional

yang bertujuan untuk menekan angka kelahiran penduduk, provinsi Sulawesi

Tenggara dalam menjalankan program ini secara tehnis bekerjasama dengan

pihak Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sulawesi

Tenggara yang secara kelembagaan merupakan lembaga pemerintah pusat

yang ditempatkan di setiap provinsi di Indonesia. Pada indikator Keluarga

Berencana yang menjadi fakus analisis adalah Persentase penduduk ber-KB

(contraceptive prevalence rate) dan laju pertumbuhan penduduk.

Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) di

provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini :

Gambar 17 Trend penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) di Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan data tersebut persentase penduduk ber-KB di Provinsi

Sulawesi Tenggara terjadi secara fluktuatif dan berada pada kisaran 60,1

persen – 70,68 persen. Tahun 2004 berjumlah 60,1 persen, tahun 2005

sebesar 65,31 persen, tahun 2006 sebesar 68,02 persen. ini disebabkan

karena kabupaten/kota yang ada diprovinsi Sulawesi Tenggara telah

melaksanakan program KB yang bekerjasama dengan BKKBN provinsi dan

kabupaten/kota.

Tahun 2007 mengalami peningkatan yang sangat tinggi yakni sebesar

70,68 persen. peningkatan ini disebabkan karena cakupan pelayanan peserta

KB aktif yang terdapat dibeberapa kabupaten/kota khusunya penggunaan

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 65

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan non metode kontrasepsi

jangka panjang telah dipahami penggunaannya oleh masyarakat.

Tahun 2008 kembali mengalami penurunan sebesar 63,83 persen.

Penurunan ini disebabkan karena program KB kembali mengalami hambatan

oleh karena tanggung jawab pelaksanaan program KB diserahkan

sepenuhnya kepada BKKBN kabupaten/kota yang dulunya masuk dalam

bagian integral dari BKKBN Pusat, sehingga banyak kegiatan BKKBN

kabupaten/kota yang tidak berjalan karena terhambat pada alokasi dana yang

sangat terbatas dengan wilayah kerja yang luas maka program KB

mengalami penurunan.

Tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 69,69 persen dari tahun

sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena program nasional tentang

KB kembali digalakkan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara. Di

provinsi Sulawesi Tenggara kebijakan program keluarga berencana

diarahkan pada upaya pemberdayaan pemerintah daerah kabupaten/kota

dalam pelaksanaan program tersebut berdasarkan semangat otonomi

daerah. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri dalam kenyataannya pasca

otonomi daerah pelaksanaan program KB masih banyak mengalami kendala

hampir di semua kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Sumber kendala

pada dasarnya bermuara dari lemahnya keberadaan lembaga pengelola KB

tingkat kabupaten/kota dan berkurangnya tenaga lini lapangan. Selain itu,

komitmen pemda kabupaten/kota masih dirasa sangat lemah dalam

mendukung pelaksanaan program KB di daerahnya masing-masing.

Trend penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) di Provinsi

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan pada tahun 2009. Peningkatan

kesadaran penduduk dalam menggunakan KB akan memberikan konstribusi

yang besar dalam pembangunan kesehatan. Misalnya dengan ber KB dapat

menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat persalinan. Dari

kasus kematian ibu dan bayi yang ada di provinsi Sulawesi Tenggara

ditemukan penyebabnya terlalu sering melahirkan. Pencapaian pendududuk

ber KB juga merupakan perhatian dunia melalui program millennium

development goals (MDGs).

Pada Laju pertumbuhan penduduk erat kaitannya dengan keluarga

berencana, oleh karena itu salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk maka program keluarga berencana haruslah dilaksanakan secara

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 66

komprehensif. Lebih jelas laju pertumbuhan penduduk Di provinsi Sulawesi

tenggara dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini :

Gambar 16 Trend Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan Gambar 18 laju pertumbuhan penduduk di Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2004 sebesar 0,8 persen. Hal ini memberikan

gambaran bahwa pertambahan penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara

sangat lambat, gambaran ini dapat bermakna bahwa di Provinsi Sulawesi

Tenggara program KB telah berhasil dengan baik, ataukah adanya masalah

yang muncul akibat tingkat mortalitas seperti : 1) Semakin bertambahnya

Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran pemerintah di dalam

menyediakan fasilitas penampungan. 2) Perlunya perhatian keluarga dan

pemerintah didalam penyediaan gizi yang memadai bagi anak-anak (Balita).

Tahun 2005 meningkat menjadi 2,72 persen, ini disebabkan karena

munculnya masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka

mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari

sisi pembangunan ekonomi. Selanjutnya tahun 2006 kembali mengalami

penurunan sebesar 1,99 persen dan tahun 2007 mengalami hal yang sama

yakni terjadi penurunan sebesar 1,47 persen. penurunan ini disebabkan

karena terjadinya penurunan fertilitas yang terkait dengan (keberhasilan)

pembangunan sosial dan ekonomi, yang juga sering diklaim sebagai salah

satu bentuk keberhasilan kependudukan, khususnya di bidang keluarga

berencana di provinsi Sulawesi Tenggara.

Tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,14 persen dan tahun

2009 kembali menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,09 persen. Dalam

perspektif yang lebih luas, persoalan fertilitas tidak hanya berhubungan

dengan jumlah anak sebab aspek yang terkait di dalamnya sebenarnya

sangat kompleks dan variatif, misalnya menyangkut perilaku seksual,

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 67

kehamilan tak dikehendaki, aborsi, PMS, kekerasan seksual, dan lain

sebagainya yang tercakup di dalam isu kesehatan reproduksi. Masalah lainya

adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal itu

diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah

sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal

pembangunan. Logika seperti itu secara makro digunakan sebagai landasan

kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk secara mikro hal

itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi mengenai pentingnya suatu

keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.

Laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Provinsi Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan. Dalam pembangunan laju pertumbuhan

penduduk memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perencanaan

pembangunan kesehatan. Laju pertumbuhan penduduk juga memiliki

keterkaitan dengan penduduk ber KB. Jika kesadaran penduduk

menggunakan KB meningkat maka dampak positifnya laju pertumbuhan

penduduk bisa ditekan. Dampak positif dari laju pertumbuhan penduduk yakni

pencegahan berbagai penyakit dapat dicegah dengan menggunakan

pendekatan pencegahan berbasis wilayah. Misalnya penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD), penyakit menular ( TBC, Hepatitis, PMS)

d. Indikator Makro Ekonomi

Pada Indikator Makro Ekonomi ada 3 (tiga) Indikator yang menjadi

fokus analisis yaitu indikator laju pertumbuhan ekonomi, pendapatan per

kapita (dalam juta rupiah) dan laju inflasi. Analisis dari tiga indikator tersebut

masing-masing dijelaskan sebagai berikut ;

1. Lajut pertumbuhan ekonomi. Kinerja pertumbuhan ekonomi di Sulawesi

Tenggara sejak tahun 2004 hingga tahun 2009 sangat berfluktuatif,

namun hal tersebut masih memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang

relatif cukup tinggi dibandingkan dengan beberapa daerah provinsi di

Indonesia lainnya. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas

7% merupakan indikator yang cukup baik bagi kinerja pembangunan

ekonomi di Sulawesi Tenggara. Lebih Jelasnya laju pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004-2009 dapat dilihat

paga Gambar 17 berikut ;

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 68

Sumber: BPS Sultra, 2010

Gambar 17. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Tenggara

Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut yang memberikan

kontribusi terbesar bersumber dari sektor pertanian pada tahun 2007

sebesar 36%. Hal tersebut dimungkinkan mengingat sektor ini didukung

dengan kondisi alam yang kaya akan sumberdaya kehutanan, perikanan dan

kondisi alam yang cocok untuk dikembangkannya tanaman perkebunan

maupun areal persawahan. Sektor penyumbang terbesar lainnya adalah

sektor perdagangan, perhotelan dan restoran pada tahun 2007 sebesar

15%. Tinggginya kontribusi sektor perdagangan, perhotelan dan restoran di

Sulawesi Tenggara karena meningkatnya permintaan terhadap sektor

tersebut hal ini sebagai dampak adanya peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya tingkat

pendapatan per kapita masyarakat di Sulawesi Tenggara.

Adanya fluktuasi tingkat pertumbuhan ekonomi meskipun tidak

besar fluktuasi tersebut, namun perlu untuk dicermati pada tahun 2005 hal

ini disebabkan karena saat tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak

dunia yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi

Tenggara. Kenaikan harga minyak dunia tersebut membawa dampak

ekonomi yaitu terjadinya penurunan produksi karena kenaikan harga-harga.

Kenaikan harga ini tentunya memberikan dampak terhadap permintaan

barang dan jasa menurun dan pada akhirnya juga kembali pada penurunan

pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Sedang pada tahun 2008 juga

terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Penurunan

pertumbuhan tersebut sebagai dampak adanya krisis global yang

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 69

berdampak langsung terhadap penurunan ekspor Sulawesi Tenggara,

terutama ekspor yang bersumber dari sektor pertambangan dan perikanan.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 terjadi penurunan, namun

tidak cukup berarti dalam mempengaruhi secara keseluruhan kinerja

ekonomi di Sulawesi Tenggara. Pada sektor pertanian relatih stabil sebagai

pemberi kontribusi terbesar bagi perekonomian Sulawesi Tenggara,

sehingga pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara dapat dengan cepat

menyesuaikan ketika krisis ekonomi global mulai pulih pada tahun 2009.

2. Pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan salah satu ukuran

tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Pendapatan per kapita di

provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2004 hingga tahun 2009,

menunjukkan perkembangan yang cukup baik, hal tersebut ditandai dengan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat dari tahun ke tahun. Geliat

ekonomi yang terjadi di provinsi Sulawesi Tenggara telah menunjukkan hasil

yang cukup signifikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas

7% sejak tahun 2004 hingga tahun 2009, telah membawa konsekwesi

pendapatan perkapita yang meningkat dan ditandai denga menurunnya

tingkat penduduk miskin di Sulawesi Tenggara dalam beberapa tahun

terakhir. Data penurunan kemiskinan pada tahun 2006 sebanyak 466.700

menjadi 435.900 pada tahun 2009. Disamping hal tersebut juga ditandai

dengan menurunya tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara pada tahun

2006 masih sebesar 9,67% menjadi 4,74% pada tahun 2009. Lebih jelasnya

pendapatan per kapita di Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Gambar 19 ;

Sumber: BPS Sultra, 2010

Gambar 18. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Tenggara

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 70

Berdasarkan Grafik pada Gambar 18 menunjukan bahwa sejak tahun

2008 pendapatan perkapita di Sulawesi Tenggara sudah berada di atas

10.000.000 per jiwa per tahun. Implikasi peningkatan pendapatan per kapita

tersebut akan memberikan dampak positif terhadap iklim investasi karena

kemampuan atau daya beli masyarakat akan lebih baik, jika didukung dengan

tingkat inflasi yang stabil.

Tingkat pendapatan per kapita di Sulawesi Tenggara yang terus

meningkat akan memberikan dampak yang lebih baik pada tingkat

kesejahteraan yang riil dimasyarakat. Makna yang diberikan dengan adanya

kenaikan pendapatan per kapita tersebut bahwa tingkat kesejahteraan

penduduk secara rata-rata lebih baik dari tahun sebelumnya, karena adanya

kenaikan produk domestik regional bruto (PDRB) yang tinggi. Jika

pendapatan per kapita penduduk terus mengalami peningkatan, maka akan

memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi di Sulawesi

Tenggara, sebab pada akhirnya sektor-sektor ekonomi akan bergerak karena

peningkatan daya beli (purchasing power) penduduk. Peningkatan daya beli

ini akan mendorong para pengusaha untuk meningkatkan investasinya

karena adanya jaminan permintaan masyarakat yang tercermin dengan

semakin meningkatnya pendapatan masyarakat di Sulawesi Tenggara.

3. Laju Inflasi

Tingkat Inflasi di Sulawesi Tenggara relatif berpluktusi seperti yang

ditunjukan pada gambar 19 berikut ;

Sumber: BPS Sultra, 2010.

Gambar 19. Laju Inflasi di Sulawesi Tenggara

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 71

Pada tahun 2005 tingkat inflasi sebesar 21,45% dan tingkat inflasi ini

berada di atas rata-rata Nasional sebesar 17,11%. Tingginya angka inflasi

tersebut tidak terlepas dari dampak adanya peningkatan harga minyak di

pasar internasional. Peningkatan harga minyak tersebut mendorong

peningkatan harga-harga karena secara umum karena harga minyak di

dalam negeri juga meningkat sebagai dampak peningkatan harga minyak

dunia. Demikian halnya pada tahun 2008 inflasi di provinsi Sulawesi

Tenggara juga mengalami peningkatan, meskipun sejak tahun 2005 telah

mengalami penurunan hingga 2007, namun karena adanya pengaruh krisis

global telah memberikan dampak terhadap laju inflasi di Sulawesi Tenggara.

Kemudian pada tahun 2009 dimana laju inlasi di Sulawesi Tenggara telah

menurun hingga mencapai 4,6%. Penurunan inflasi dipicu dengan adanya

perbaikan kondisi perekonomian global yang mulai membaik. Penurunan laju

Inflasi tersebut akan sangat membantu meningkatkan daya beli masyarakat

dan pada khirnya akan dapat mendorong iklim Investasi karena daya beli

masyarakat yang baik.

e. Indikator Investasi

Pada Indikator Investasi yang menjadi fokus analisis adalah indicator

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Realisasi Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN). Penjelasan masing-masing indikator yang menjadi

fokus analisis adalah sebagai berikut ;

1. Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA). Jika dilihat dari aspek

investasi asing yang masuk di Sulawesi Tenggara, dari total rencana

investasi sebesar 1060113137 US$, ternyata realisasi investasi pada

tahun 2008 dan 2009 masing-masing hanya 3,8 juta US$ dan 0,40 juta

US$. Investasi tersebut dilakukan di beberapa kabupaten dan kota yaitu

kabupaten Muna, Konawe Selatan, Kota Kendari, dan Kota Bau-Bau.

Meskipun terdapat beberapa rencana investasi yang potensil untuk

dilakukan di Kabupaten Kolaka, namun data menunjukkan bahwa

investasi tersebut belum terealisasi pada tahun 2008 dan 2009 dengan

total rencana investasi 10,8 juta US$.

Investasi yang dilakukan umumnya berada pada kabupaten induk

sebelum pemekaran. Dan di wilayah pemekaran kabupaten dan kota

umumnya investasi asing belum ada realisasi hingga tahun 2009,

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 72

meskipun dari data rencana investasi di wilayah daerah pemekaran

sudah ada, namun sampai sejauh ini belum ada realisasi. Beberapa hal

yang mungkin menjadi pertimbangan utama bagi investor ada

keterbatasan infrastruktur pendukung seperti: sarana transportasi darat

dan kesiapan pelabuhan yang belum memadai, disamping hal tersebut

juga kebutuhan listrik masih sangat terbatas khususnya di daerah

pemekaran.

Sumber: BPMD Sultra, 2010 Gambar 20. Nilai Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara

Berdasarkan gambar 20 terilihat bahwa tahun 2008 peningkatan

realisasi investasi asing mengalami peningkatan yang berarti hal tersebut

tidak terlepas dari besarnya kontribusi investasi asing budidaya mutiara

dan industri pembekuan ikan laut dengan masing masing realisasi

sebesar 11,4 juta US$ dan 1,6 juta US$. Pada tahun 2009 realisasi

investasi asing mengalami penurunan dimana investasi asing tersebut

hanya dilakukan pada investasi budidaya mutiara di kabuapten Konawe

Selatan dan di kabupaten Muna, sedang di kota Kendari terdapat

investasi asing khususnya dalam industri pembekuan ikan laut.

2. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Salah satu faktor

yang memberikan dampak yang signifikatan terhadap peningkatan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Sulawesi Tenggara yaitu

besarnya investasi yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang sebesar lebih

dari 2 triliun pada tahun 2008 di Kabupaten Kolaka, Hal lain yang

menyebabkan peningkatan investasi dalam negeri di Sulawesi Tenggara

adalah adanya investasi yang dilakukan di Kabupaten Konawe Utara

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 73

pada usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa

pengusaha. Namun jika dilihat dari jumlah usaha yang diinvestasikan

masih banyak terfokus di Kota Kendari. Banyaknya investasi yang

dilakukan di Kota Kendari tidak terlepas Kota Kendari sebagai pusat

Pemerintahan di Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga fasilitas

pendukung untuk beberapa jenis usaha yang dinvestasikan sangat

mendukung jika dibandingkan jika usaha tersebut diinvestasikan didaerah

lain di Sulawesi Tenggara. Investor ketika akan melakukan investasi

disuatu daerah hal yang sangat penting manjadi pertimbangannya adalah

dengan melihat ketersedian infrastruktur pendukung usahanya, sebab

dengan ketersedian infrastruktur pendukung usahanya akan mengurangi

biaya operasional perusahaan. Sehingga para pengusaha lebih tertarik

untuk berinvestasi di kota kendari dibandingkan didaerah lain di wilayah

Sulawesi Tenggara.

Selain sektor pertambangan dan perkebunan, di sektor perikanan juga

menjadi perhatian para investor di daerah ini dalam menanamkan

modalnya, mengingat wilayah Sulawesi Tenggara sebagian besar berada

di wilayah pesisir sehingga sangat potensil untuk dikembangkan oleh para

investor. Beberapa investor telah menanamkan modalnya yang bergerak

disektor pertanian di Kabupaten Muna, Kota Kendari, dan di kabupaten

Buton. Khusus untuk investasi dalam pengolahan kayu dan investasi

perkebunan kakao terdapat di Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka

Utara. Sedangkan Investasi Perkebunan tebu dan pengolahannya

dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan.

Sumber : BPMD Sultra, 2010

Gambar 21. Nilai Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara

Page 81: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 74

Perkembangan data Penanaman Modal Dalam Negeri di Sulawesi

Tenggara seperti yang terlihat pada gambar 21 menunjukkan bahwa

tahun 2008 PMDN mengalami peningkatan yang cukup tinggi hal tersebut

disebabkan adanya realisasi investasi yang dilakukan pada

pertambangan dan sektor perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit

di Kabupaten Konawe Utara maupun di kabupaten Kolaka. Namun pada

tahun 2009 terjadi penurunan realisasi investasi meskipun terdapat

rencana investasi namun belum sampai pada realisasi investasi pada

tahun 2009. Meskipun terdapat investasi yang dilakukan pada tahun 2009

namun hal itu tidak memberikan dampak signifikan dibandingkan dengan

besarnya realisasi investasi yang dilakukan pada tahun 2008 yang

mengalami peningkatan yang cukup besar.

a. Infrastruktur

Pada Indikator Infrastruktur yang menjadi fokus analisis adalah

panjang jalan nasional dalam kondisi baik, sedang dan buruk. Penjelasan

masing-masing kondisi jalan nasional di Provinsi Sulawesi Tenggara

adalah sebagai berikut :

1. Jalan nasional dalam kondisi baik. Untuk menjamin distribusi barang

dari daerah provinsi Sulawesi Tenggara ke daerah lain dan dari

daerah lain ke provinsi Sulawesi Tenggara, maka perlu ada

peningkatan fasilitas infrastruktur, baik pelabuhan laut , pelabuhan

udara, jembatan dan jalan yang menghubungkan antara satu provinsi

dengan provinsi lainnya. Terkait dengan program pemerintah untuk

menjamin ketersedian infrastruktur, maka pihak pemerintah

menyadari hal tersebut sehingga salah satu program pemerintah yang

menjadi fokus pembangunannya adalah dengan meningkatkan

kualitas jalan nasional, sebab dengan perbaikan dan peningkatan

jalan nasional, disamping akan meningkatkan distribusi barang, juga

akan memberikan motivasi kepada para investor untuk melakukan

investasi di daerah ini.

Page 82: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 75

Sumber: Dinas PU Sultra, 2010

Gambar 22. Persentase Jalan Nasional Dalam Kondisi Baik di Sultra

Pada Gambar 22 menunjukkan adanya peningkatan persentase jalan

nasional yang baik pada tahun 2008 hanya sebesar 18,69% menjadi 56,12

% pada tahun 2009. Dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa

peningkatan perbaikan jalan tersebut terutama pada jalan yang

menghubungkan antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan provinsi

Sulawesi Selatan. Perbaikan tersebut menjadi fokus pemerintah daerah

mengingat jalur tersebut sangat berarti bagi kepentingan pembangunan

ekonomi di Sulawesi Tenggara. Implikasi yang ditimbulkan dengan adanya

perbaikan jalan tersebut pergerakan arus barang dari Provinsi Sulawesi

Tenggara ke Provinsi Sulawesi Selatan dan sebaliknya cukup lancar saat

ini. Pergerakan arus barang tersebut terutama barang atau produk hasil

pertanian yang berasal dari provinsi Sulawesi Tenggara, sebaliknya

barang jadi umumnya berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 83: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 76

2. Jalan Nasional Dalam Kondisi Sedang. Jalan nasional di Sulawesi

Tenggara dalam kondisi sedang dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber: Dinas PU Sultra, 2010

Gambar 23. Persentase Jalan Nasional Dalam Kondisi Sedang di Sultra

Pada Gambar 23 menunjukkan bahwa jalan Nasional dalam kondisi

sedang terjadi penurunan pada tahun 2009 yaitu hanya sebesar 21,07%,

dibandingkan dengan jalan nasional pada tahun 2008 masih cukup tinggi

yaitu sebesar 47,83% untuk ukuran kondisi jalan sedang. Penurunan

kondisi jalan sedang tentunya sejalan dengan meningkatnya persentase

jalan yang baik di provinsi Sulawesi Tenggara. Jalan yang

menghubungkan antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan provinsi

Sulawesi Selatan relatif baik, dibandingkan jalan yang menghubungkan

antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan provinsi Sulawesi Tengah.

Umumnya jalan antara Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Tengah

dalam kondisi yang memprihatinkan.

3. Jalan Nasional Dalam Kondisi Rusak. Kondisi jalan rusak nasional di

provinsi sulawesi tenggara persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan

kondisi jalan yang baik dan kondisi jalan sedang, Namun jalan tersebut

masih dapat dilalui kendaraan. Jika dilihat jalan nasional yang ada di

sulawesi tenggara maka dapat dikemukakan bahwa terdapat dua jalur

yang menghubungkan di dua provinsi, yaitu yang menhubungkan dengan

provinsi sulawesi selatan dan provinsi sulawesi tengah. Jalan rusak

umumnya terjadi di jalur jalan nasional yang menghubungkan dengan

sulawesi tengah.

Page 84: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 77

Sumber: Dinas PU Sultra, 2010

Gambar 24. Persentase Jalan Nasional Dalam Kondisi Rusak di Sultra

Pada Gambar 24 menunjukan bahwa persentase kondisi jalan rusak sejak

tahun 2006 hingga tahun 2008 cenderung mengalami kenaikan persentase

jalan rusak, dari data menunjukkan bahwa pada tahun 2006 persentase

jalan rusak sebesar 24,19% menjadi 33,48%. Akan tetapi pada tahun 2009

persentase kondisi jalan yang rusak telah mengalami penurunan yang

cukup signifikan menjadi 22,81%. Hal tersebut sejalan dengan program

pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur jalan dalam rangka menarik

para investor ke daerah provinsi Sulawesi Tenggara. Secara umum dapat

kita bandingkan prosentase kondisi jalan nasional di Provinsi Sulawesi

Tenggara dari Tahun 2007 dan tahun 2009 seperti yang diperlihat pada

Gambar 25 dan Gambar 26.

Sumber: Dinas PU, 2010

Gambar 25. Kondisi Jalan Nasional di Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Page 85: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 78

Sumber: Dinas PU, 2010

Gambar 26. Kondisi Jalan Nasional Tahun 2009 di Sulawesi Tenggara

Pada Gambar 25, dikemukakan bahwa persentase kondisi jalan

nasional pada tahun 2007, menunjukkan bahwa persentase jalan nasional yang

baik hanya 26%, kondisi jalan sedang sebesar 41%, dan persentase kondisi

jalan yang rusak sebesar 31%. Hal yang berbeda pada tahun 2009 (lihat

Gambar 26) dimana persentase jalan nasional yang baik sebesar 56 %,

sementara jalan nasional kondisi sedang sebesar 21%, dan kondisi jalan

nasional yang rusak hanya sebesar 22%. Jadi terdapat perbaikan yang

signifikan terhadap kondisi jalan nasional di sulawesi tenggara.

b. Indikator Pertanian

Pada indikator pertanian yang menjadi fokus analisis adalah Nilai Tukar

Petani (NPT). Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator untuk

mengukur tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan data dari BPS Provinsi

Sulawesi Tenggara data perkembangan NTP seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 27.

Page 86: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 79

Sumber: Diolah dari data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar 27 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tenggara.

Nilai Tukar Petani di Provinsi Sulawesi Tenggara efektif dilakukan

perhitungan sejak pertengahan Tahun 207. Pada Gambar 29 menunjukan

bahwa NTP dari bulan ke bulan mengalami kenaikan yang relatif kecil. Nilai

Tukar Petani di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 adalah 99,3

pada bulan Januari dan 102.63 dengan nilai rata-rata NTP dalam tahun

2008 adalah 104.24. Pada Tahun 2009 berkisar dari 102.63 pada bulan

Januari dan 109.93 pada bulan Desember dengan nilai rata-rata NTP

dalam tahun 2009 adalah 107.37. Rata-Rata NTP di Provinsi Sulawesi

Tenggara dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 mengalami peningkatan sekitar

3.00 %. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga dan permintaan

produk pertanian yang berakibat pada peningkatan pendapatan petani.

c. Indikator Kehutanan

Pada indikator kehutanan yang menjadi fokus analisis adalah

persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam penanganan lahan kritis

telah menunjukan keseriusan yang berarti. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara persentase

luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis terjadi peningkatan

yang sangat siginifikan dari tahun 2004 sebesar 0,48 persen meningkat

Page 87: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 80

menjadi 0,89 persen pada tahun 2008, sedangkan data tahun 2009 belum

tersedia. Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan

kritis di provinsi Sulawesi Tenggara dapat digambarkan dalam bentuk

grafik, seperti yang nampak pada gambar 29:

Sumber : Dishut Provinsi Sulawesi Tenggara 2010

Gambar 29. Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis

Berdasarkan data pada gambar 29 menunjukan bahwa pada tahun 2005

dan tahun 2007 menunjukan peningkatan luas lahan rehabilitasi dalam

hutan terhadap lahan kritis di Sulawesi Tenggara. Kondisi tersebut antara

lain disebabkan oleh semakin gencarnya pemerintah melaksanakan

Program Nasional Gerarakan Rehabilitasi Lahan di Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2008 dan sampai sekarang terjadi penurunan karena program

Gerhan sudah berakhir atau tidak diprogramkan lagi dan lahan-lahan yang

dulunya merupakan lokasi gerhan oleh masyarakat diolah kembali sebagai

lahan pertanian tanaman semusim.

 

d. Indikator Kesejahteraan Sosial

1. Analisis Persentase Penduduk Miskin

Pada Indikator kesejahteraan sosial adalah indikator persentase

penduduk miskin dan indikator tingkat pengangguran terbuka. Penjelasan

masing-masing indikator kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut :

1. Indikator persentase penduduk miskin berdasarkan data BPS Provinsi

Sulwesi Tenggara, bahwa indikator output persentase penduduk miskin

Page 88: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 81

di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat grafik, persentase penduduk

miskin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 30. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Tenggara 2004-2009

Berdasarkan gambar 30, tampak bahwa dalam kurun waktu 2004-

2009 persentase penduduk miskin mengalami perkembangan yang

semakin menurun setiap tahunnya, kecuali pada periode 2005-2006

mengalami peningkatan sebesar 1.92 %, di mana pada tahun 2005

persentase penduduk miskin sebesar 21.45% dan pada tahun 2006

meningkat menjadi 23.37%.

2. Indikator tingkat pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran terbuka

yang dimaksud adalah seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan,

baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang pernah bekerja

sebelumnya. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2010, tingkat pengangguran terbuka di Provinsi

Sulawesi Tenggara, kurun waktu 2004–2009 terlihat pada grafik, tingkat

pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2004-2009

dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 89: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 82

Gambar 31. Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara

2004-2009

Berdasarkan gambar 31, tampak bahwa dalam kurun waktu 2004-

2009 tingkat pengangguran terbuka mengalami perkembangan yang semakin

menurun setiap tahunnya, kecuali pada periode 2005-2006 mengalami

peningkatan sebesar 0.75 %, di mana pada tahun 2005 persentase penduduk

miskin sebesar 8.92% dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 9.67%.

Oleh karena alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan

tidak tersedia datanya, maka indikator pendukung yang digunakan adalah

daya serap tenaga kerja pada perusahaan skala sedang/besar. Berdasarkan

data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010,

jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan (sedang dan besar) di

Provinsi Sulawesi Tenggara kurun waktu 2004 – 2009 terlihat pada grafik

daya serap tenaga kerja menurut perusahaan besar/sedang di Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2004-2009 dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 90: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 83

Gambar 32. Daya serap tenaga kerja menurut perusahaan di Provinsi Sulwesi Tenggara 2004-2009

Berdasarkan data tingkat penduduk miskin, tingkat pengangguran

terbuka dan jumlah tenaga kerja menurut perusahaan besar/sedang, dapat

ditentukan persentase penduduk miskin, tingkat pengangguran terbuka dan

daya serap tenaga kerja menurut perusahaan besar/sedang yang disajikan

pada Gambar berikut :

Gambar 34. Analisis dengan indikator pendukung

Gambar 34 tampak bahwa persentase penduduk miskin dan tingkat

pengangguran terbuka dalam periode 2004-2009 secara keseluruhan

mengalami perkembangan yang semakin menurun, kecuali dalam periode

2005-2006 mengalami peningkatan yaitu, untuk penduduk miskin sebesar

1.92% dan untuk tingkat pengangguran terbuka sebesar 1.75%. Hal ini

mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembangunan di Provinsi Sulawesi

Tenggara dalam kurun waktu 2005-2006 berjalan tidak efektif. Kondisi

Page 91: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 84

tersebut dibarengi dengan menurunnya daya serap tenaga kerja menurut

perusahaan skala sedang/besar yang dalam periode yang sama mengalami

penurunan sebesar 0.25%. Hal ini terjadi sebagai akibat terjadi peningkatan

harga BBM pada tahun 2005. Dengan peningkatan harga BBM tersebut telah

menyebabkan harga bahan baku yang digunakan perusahaan meningkat

pula yang pada gilirannya berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK)

atau berhentinya perusahaan menjalankan aktivitasnya. Akibat selanjutnya

adalah meningkatnya tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk

miskin di Sulawesi Tenggara. Dan guna memenuhi kebutuhan hari-hari dari

para penganggur tersebut maka satu-satunya jalan adalah dengan memasuki

sektor informal.

Tahun 2008 persentase penduduk miskin mengalami penurunan

dibanding tahun sebelumnya yakni dari 21,33% pada tahun 2007 menjadi

19,53% pada tahun 2008. Kecuali itu, pada kurun waktu yang sama angka

pengangguran terbuka menurun pula sebesar 0,35 % atau dari 6,40% pada

tahun 2007 menjadi 6,05% pada tahun 2008. Penurunan persentase

penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka ini dibarengi pula dengan

meningkatnya daya serap tenaga kerja pada perusahaan besar/sedang

sebesar 0,02% pada kurun waktu yang sama. Kondisi ini menunjukkan

bahwa pembangunan yang berlangsung di Sulawesi Tenggara telah mulai

efektif kembali. Artinya, dengan pergantian kepemimpinan pada tahun 2008

telah membawa daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan

modalnya di daerah ini.

Selanjutnya, pada tahun 2009 angka penduduk miskin dan tingkat

pengangguran terbuka semakin menurun, yakni masing-masing 18,93% dan

5,38%. Hal ini merupakan salah satu keberhasilan pemerintah Sulawesi

Tenggara melalui penyelenggaraan program penanggulangan kemiskinan

yang dikenal dengan nama Bangun Kesejahteraan Masyarakat (Bahteramas).

Selain itu, ditunjang pula oleh semakin kondusifnya iklim berusaha di daerah

ini. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya daya serap tenaga kerja pada

perusahaan besar/sedang sebesar 0,07%.

Page 92: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 85

3. Rekomendasi Kebijakan

3.1. Indikator Pendidikan

Berdasarkan data capaian indikator pendidikan di daerah ini, maka ada

beberapa indikator capaian yang perlu ditingkatkan, yakni berkaitan dengan

Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD. Oleh karena itu, ada beberapa saran

sebagai berikut.

1. Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara perlu terus meningkatkan

pemerataan dan perluasan akses pendidikan dasar dan menengah pada 12

kabupaten/kota, khususnya diprioritaskan pada Kabupaten Buton Utara,

Wakatobi, Konawe Selatan, dan Bombana serta Konawe Utara.

2. Pemerintah Daerah perlu memiliki komitmen yang tinggi untuk menurunkan

angka buta aksara dan meningkatkan program wajib belajar (wajar) 9 tahun

dan program peningkatan keaksaraan fungsional. Apabila program-program

tersebut berjalan dengan baik, maka Angka Partisipasi Murni (APM) SD akan

meningkat.

3. Pemerintah Daerah perlu konsisten untuk menetapkan pembiayaan

pendidikan melalui APBD Sultra sebesar 20 persen sebagaimana amanat

Pasal 31 UUD 1945. Selain itu, bagi Pemerintah Pusat perlu meningkatkan

alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana dekonsentrasi, dan

Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui APBN. Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota yang tersebar pada 12 kabupaten/kota perlu menetapkan

secara konsisten untuk merealisasikannya 20 persen dari APBD untuk

pembangunan pendidikan.

4. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota yang tersebar di Provinsi Sulawesi Tenggara perlu

menghentikan perpindahan tugas jabatan dari tenaga fungsional guru

menjadi pejabat struktural. Pemerintah Pusat melalui Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kementerian Pendidikan Nasional

perlu menetapkan regulasi kepegawaian bagi tenaga pendidik (guru).

3.2. Indikator Kesehatan dan Keluarga Berencana

Berdasarkan data angka kematian bayi, penduduk ber-KB (contraceptive

prevalence rate) dan laju pertumbuhan penduduk di daerah ini, maka ada

beberapa indikator capaian yang perlu ditingkatkan, yakni sebagai berikut :

Page 93: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 86

1. Pemerintah daerah perlu meningkatkan pelatihan kemitraan dukun beranak

dengan bidan desa. Dan meningkatkan jumlah tenaga bidan yang disebar di

desa-desa, terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil, meningkatkan

pembangunan prasarana kesehatan, terutama Polides yang tersebar di desa-

desa se Sulawesi Tenggara dan pemberian insentif bagi tenaga kesehatan,

terutama bagi dokter spesialis dan tenaga bidan yang bertugas di daerah-

daerah terpencil.

2. Pemerintah daerah perlu meningkatkan peran BKKBN kabupaten/kota dalam

melakukan pelayanan penduduk ber-KB. Dan memberikan dukungan dana

APBD untuk pelaksanaan program KB pada setiap kabupaten/kota, Serta

meningkatkan jumlah tenaga Petugas Lapangan Keluarga Berencana

(PLKB) dan memperkuat kader-kader KB di desa-desa melalui pelatihan-

pelatihan, dan pendidikan yang memadai sehingga pengetahuan dan

wawasan kader-kader KB di desa-desa semakin luas dan memadai.

3.3. Indikator Makro Ekonomi

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber tentang indikator

makro ekonomi selajutnya dianalisis maka pemerintah perlu;

1. Untuk menjamin tingkat pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi

Tenggara, maka pemerintah sebaiknya fokus pada pengembangan ekonomi

yang berbasis kerakyatan, mengingat potensi ekonomi disektor pertanian dan

perikanan cukup besar dan merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap

PDRB Sulawesi Tenggara. Dengan meningkatkan produktivitas produksi

disektor pertanian, perkebunan dan perikanan dan dikembangkannya industri

pengolahan untuk menambah nilai tambah hasil produksi pertanian,

perikanan dan perkebunan. Hal tersebut akan dapat menyerap tenaga kerja

yang lebih banyak dan pendapatan masyarakat akan lebih baik sehingga

kemiskinan bisa berkurang.

2. Sektor pertambangan perlu dikembangkan guna meningkatkan pendapatan

asli daerah dan juga guna membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di

daerah ini. Di provinsi sulawesi tenggara memiliki potensi sumber daya

pertambangan yang cukup untuk pengolahan tambang nikel, emas, dan aspal

buton. Namun pengembangan tersebut perlu untuk memperhatikan aspek

penataan ruang sehingga pengembangan pertambangan tersebut tidak

Page 94: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 87

menimbulkan dampak lingkungan atau dampak lain dalam wilayah Sulawesi

Tenggara.

3. Guna mendorong para investor masuk menanamkan investasinya di provinsi

Sulawesi Tenggara, maka hal yang urgen saat ini adalah meningkatkan

fasilitas infrastruktur seperti jalan yang baik, penyedian pelabuhan kontainer,

jembatan, listrik yang memadai bagi kebutuhan pendirian pabrik. Disamping

itu dari aspek perizinan perlu dipermudah sehingga para investor terdorong

untuk melanjutkan investasinya di daerah ini. Khusus untuk ketersediaan

jalan pemerintah tidak hanya memperhatikan jalan nasional akan tetapi

memberi keseimbangan perbaikan pada jalan provinsi sehingga

keseimbangan pembangunan dapat terpelihara.

4. Kepastian hukum terhadap izin yang telah dikeluarkan perlu mendapat

perhatian pemerintah, sehingga ada jaminan hukum bagi investor jika masuk

ke daerah ini. Jika pemerintah telah menyetujui perizinan investasi yang

tentunya mempertimbangkan aspek pengelolaan lingkungan untuk menjamin

jika ada pihak yang berkeinginan menggagalkan setiap kegiatan investor.

3.4. Indikator Pertanian, Kehutanan dan Kelautan.

Pemerintah dalam meningkatkan peran sektor pertanian, kehutanan dan

kelautan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menjaga kelestarian

lingkungan, maka pemerintah perlu:

1. Meningkatan pengawasan atau proteksi terhadap produk-produk pertanian

yang masuk ke wilayah atau keluar wilayah Sulawesi Tenggara secara

ilegal.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan akibat dari kerusakan

lingkungan dan mengefektifkan Undang-Undang Agraria tentang lahan

yang tidak dikelola.

3. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap tindak pidana

disektor pertanian, kehutanan dan kelautan yang humanis dan secara

berkelanjutan.

4. Tetap memprogram gerakan rehabilitasi lahan kritis dengan manajemen

yang lebih baik dari sebelumnya, serta menindak masyarakat pelaksana

Gerhan yang melanggar aturan, terutama pelaksana proyek.

Page 95: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 88

3.5. Indikator Kesejahteraan Sosial

Kesejahtraan masyarakat merupakan cita-cita mulia bangsa yang perlu

didukung oleh semua stakeholders pembangunan. Salah satu indikator tingkat

kesejahteraan adalah jumlah masyarakat yang hidup dibawah garis

kemiskinan, dan oleh karena itu pemerintah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan sosial maka perlu ;

1. Penanggulangan kemiskinan yang lebih serius dan menjadi

tanggungjawab semua pihak. Semua pihak harus bahu membahu untuk

mengatasi masalah kemiskinan. Pemerintah, swasta, dan kelompok

masyarakat lainnya harus membangun sinergitas dan secara

terkoordinasi.

2. Upaya penyediaan data yang lengkap mengenai keluarga miskin sampai

tingkat desa/kelurahan. Berapa anaknya, berapa yang sekolah, berapa

penghasilannya, kondisi kesehatannya, dan pendidikannya. Di samping

itu perlu pemisahan data antara keluarga hampir miskin, miskin, dan

sangat miskin. Ini dimaksudkan agar dalam pemberian bantuan benar-

benar tepat sasaran dan sesuai dengan porsinya masing-masing.

3. Meningkatkan kesempatan kerja formal yang sifatnya sangat terbatas

menjadikan sektor informal sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka

yang belum terserap pada lapangan kerja di sektor formal. Ini berarti

sektor informal merupakan tempat tertampungnya banyak tenaga kerja.

Maka dari itu, di samping pemerintah daerah tetap mengusahakan agar

selalu tersedia lapangan kerja secara memadai, juga harus melihat

bahwa sektor informal perlu dibenahi melalui intervensi kebijakan yang

mampu memberikan kelestarian dan pengembangan usaha mereka.

Page 96: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 89

BAB III RELEVASI RPJMN 2020-2014 DENGAN

RPJMD PROVINSI SULAWESI TENGGARA

1. Pengantar

Keberhasilan pembangunan di segala bidang secara nasional dapat

tercapai jika semua pemangku kepentingan (stake-holder) merasa bertanggung

jawab dan memiliki (sense of belonging). Begitu pula berkaitan dengan program-

program pembangunan di bidang pendidikan secara nasional dapat diwujudkan

jika semua pemangku kepentingan (stake-holder), baik di tingkat pusat maupun

di daerah bertekad dan bertanggung jawab untuk melaksanakan program

tersebut. Prioritas dan program aksi pembangunan nasional pada tiga agenda

nasional yaitu Indonesia Aman dan Damai, Indonesia Adil dan demokrasi dan

Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dapat tercapai sasarannya jika didukung

oleh program aksi pembangunan di tingkat daerah, baik provinsi maupun

kabupaten/kota. Program-program aksi pembangunan di tingkat provinsi

Sulawesi Tenggara dan kabupaten/kota se Provinsi Sulawesi Tenggara perlu

menyesuaikan dan mendukung prioritas dan program aksi pembangunan

nasional yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, program aksi

pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara akan relevan dengan prioritas dan

program aksi pembangunan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dengan demikian akan terjadi sinergisitas antara program dan aksi

pembangunan nasional antara pemerintah pusat dan daerah.

2. Tabel Relevasi RPJM Nasioanl dan RPJMD Sulawesi tenggara

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis relevasi/keterkaitan prioritas

pembangunan dan program aksi antara RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD

Sulawesi Tenggara, maka dapat dibuat Tabel berikut :

Page 97: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 90

Tabel 19. Evaluasi Relevansi RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara 2008-2013 dari Aspek Prioritas Pembangunan dan Program Aksi

No

RPJMN 2010 – 2014 RPJMD 2008 – 2013 Analisis

Kuali tatif

Penjelasan Terhadap Analisis Kualitatif

Prioritas Pem-

bangunan

Program Aksi Prioritas Pem-

bangunan

Program Aksi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Prioritas 1 : Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Otonomi Daerah:

Penataan Otoda melalui:

Revitali-sasi Pemerin-tahan Daerah

Otonomi daerah, keuangan daerah dan reformasi birokrasi:

Penghentian/Pem-batasan pemekaran wilayah

Penataan daerah otonom baru

Program Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Tidak Ada

‐ Pemerintahan Sultra mendukung rencana pemekaran provinsi provinsi Buton Raya

Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah

Program Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah Program pembinaan dan

fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten & kota Program peningkatan

koordinasi penyusunan APBD, Dana Dekon dan juga pembantuan di pusat Peningkatan pengembangan

sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

Peningkatan akuntabilitas dalam proses pemerintahan dan pembangunan

Ada Kinerja pengelolaan keuangan daerah disclaimer menurut hasil pemeriksaan BPK RI, terjadi inefisiensi, salah sasaran, penyimpangan alokasi & irasional. Peningkatan pengelo-laan keuangan melalui koordinasi dan konsultasi di pusat, perbaikan manajemen, transparansi dan akuntabilitas merupakan upaya mewujudkan perbaikan kinerja pengelolaan keuangan daerah.

Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepada daerah

‐ Program pembinaan Pilkada

‐ Program pendidikan politik masyarakat

‐ Program perbaikan proses politik

‐ Penyempurnaan dan penguatan kelembagaan demokrasi

Ada Pembinaan pilkada, pendidikan politik masyarakat, perbaikan proses politik dan penguatan kelembagaan demokrasi juga mengarah pada penyempurnaan pelaksanaan pilkada

Regulasi: Percepatan

harmonisasi dan sinkronisasi peraturan per-UU-an di tingkatpusat dan peraturan daerah selamabat-

Program peningkatan jaringan system hukum daerah Program peningkatan

kualitas dan kuantitas produk hukum daerah Program peningkatan

bantuan hukum dalam penyelesaian sengketa baik di dalam maupun di

Ada Peningkatan kualitas dan kuantitas produk mengarah pada perbaikan isi Perda atau aturan agar singkron dengan Per- UU- an yang ada dan mampu mewujudkan Perda/raturan

Page 98: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 91

lambatnya th 2011

luar negeri pelaksanaan otonomi daerah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Penegakkan

hukum Hukum Daerah

Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum

Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM biro hukum Setda provinsi Program peningkatan

penyelenggaraan akuntabilitas kinerja Peningkatan

penyelenggaraan koordinasi penyidikan pegawai negeri sipil (PPNS) Sistem informasi yang

transparan dan akuntabel Program peningkatan

disiplin aparatur Peningkatan

profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

Tidak Ada

Peningkatan profe-sionalisme aparat, disiplin, koordinasi, akuntabilitas dan transparansi merupa-kan program pening-katan integritas untuk tindakan prefentif agar tidak tidak terjadi penyimpangan hukum Penegakan hukum oleh lembaga dan aparat hukum seperti jaksa, hakim dan kepolisian diluar kewenangan pemerintah daerah

Data Kependudukan Penetapan

Nomor Induk Kependudukan dan Pengem-bangan Sistem Informasi dan Administrasi Ke-pendudukan dgn aplikasi pertama pd kartu Tanda Penduduk Selam- bat-lambatnya pada 2011.

Program pengembangan kemitraan bidang kependudukan Program bimtek

kependudukan Program penataan data

kependudukan

Ada Penataan data kependudukan bimbingan tekni kependudukan dan pengembangan kemitraan akan menunjang pelaksanaan pengembangan SIAK dan penetapan NIK yang menjadi program nasional.

2 PRIORITAS 2. PENDIDIKAN

Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Dasar

Peningkatan APM SMP/sederajat

Peningakatan APM SMA/sederajat

Pemantapan/ rasionalisasi implementasi BOS

Penurunan harga

Pendidikan

Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Dasar, APK, dan APS Peningkatan APM, APK,

dan APS SMP/sederajat Peningakatan APM, APK,

APS SMA/sederajat Peningkatan dana BOP

melalui pengadaan buku teks, bahan ajar, dan lembar kerja siswa dan insentif guru Pengembangan dan pe-

manfaatan ICT untuk sistem informasi persekolahan dan

Ada Secara spesifik menunjukkan bahwa di dalam dokumen RPJMD Sultra termuat program aksi pembangunan pendidikan sebagai tindak lanjut program aksi pembangunan nasional. Ada beberapa program aksi pembangunan pendidikan di daerah ini yang ditonjolkan

Page 99: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 92

buku standar di tingkat sekolah dasar dan mene-ngah sebesar 30-50 % selambat-lambatnya 2012

Penyediaan sambungan inter-net bercontent pendidikan ke se-kolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat SD

Peningkatan APK pendidikan tinggi

Penerapan metodologi pendi-dikan tidak berupa pengajaran demi kelulusan ujian

Pemberdayaan kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul

Revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance

Mendorong aktiva-si peran Komite Sekolah untuk menjamin keterli-batan stakeholder dalam proses pembelajaran

Penataan ulang kurikulum sekolah

Peningkatan kualitas guru, pengelolaan, dan layanan sekolah

pembelajaran, pengem-bangan e-learning TV-Edukasi dan E-dukasi net Peningkatan APK

pendidi-kan tinggi (PT) dan mendu-kung pembukaan PT Pemberian beasiswa

unggulan bagi mahasiswa S1, S2, dan S3 di Unhalu dan Perguruan tinggi lain Memberikan dukungan

dana bagi pendirian prodi kedokteran di Unhalu Memberikan dukungan

dana bagi pendirian prodi farmasi di Unhalu dan prodi lainnya Penerapan model

pembela-jaran yang bersifat induktif, kesetaraan unggulan serta penerapan sistem ujian kompetensi (bukan academic test) dan test penempatan Pembinaan musyawarah

Kerja Kepala Sekolah (KKS) dan Kelompok Kengawas Sekolah (KPS) Pengembangan

Penelitian Tindakan Kepala Sekolah (PTS) oleh KPS Meningkatkan peranserta

masyarakat dalam pembangunan pendidikan Mengefektifkan LPMP,

Dewan Pendidikan Provinsi, kabupaten/kota se Sultra Pelatihan penyusunan

kurikulum (KTSP) Peningkatan kualifikasi

dan kompetensi pendidik dan pengelolaan sekolah. Penyelenggaraan

sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan Diklat model

pembelajaran yang berbasis ICT Diklat PTK bagi tenaga

pendidik (guru)

(menjadi perhatian khusus Pemda Sultra), yakni Pembe-basan Biaya Opera-sional Pendidikan (BOP) untuk mendu-kung keberadaan dana BOS dari Peme-rintahPusat.Kebijakan dan / atau program aksi ini dituangkan di dalam Peraturan Gubernur Sultra No. 24 Tahun 2008. Program Bahteramas, dukungan terhadap peningkatan APK Pendidikan Tinggi menjadi komitmen Pemda Sultra antara pemberian beasiswa unggulan bagi maha-siswa yang beprestasi untuk S1,S2,dan S3. Selain itu membantu pembukaan Prodi Kedokteran dan Farmasi serta mem-programkan satu doktor satu desa. Pembebasan BOP mendukung program aksi yang termuat di dalam RPJMD Sultra, sekaligus dapat meningkatkan APM, APK, dan APS SD dan SMP, mening-katkan persentase kelulusan, persentase melek huruf, dan mengurangi angka putus sekolah pada jenjang SD dan SMP.Ada beberapa program aksi di dalam RPJMN dijabarkan lebih rinci oleh program aksi pada RPJMD Sultra, sepertiPeningkatan kualitas guru, pengelolaan, dan layanan sekolah

(1)

(2) (3) (4) (5) (6) (7)

Page 100: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 93

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3. PRIORITAS 3 : KESEHATAN

Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu

Sumber Daya Manusia : Fungsi Keseha-tan

Program Pencegahan penyakit menular;

Program Penyehatan lingkungan;

Program Promosi kesehatan;

Program Akselerasi Penyelenggaraan kesehatan ibu dan anak;

Program Perbaikan Gizi Masyarakat;

Ada Program kesehatan masyarakat menjadi prioritas pembangu-nan kesehatan prov. Sultra. program ini merupakan program dasar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Keluarga Berencana

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui

- Tidak ada

Program ini secara kuantitatif tidak masuk dalam program pemerin-tah provinsi sultra, namun program ini telah dijalankan oleh pemerintah pusat melalui BKKBN Provinsi Sultra,

Obat :

Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pd 2010;

SDM : Fungsi Kesehatan

- Program Pengobatan bebas biaya;

- Program Penyediaan obat dan perbekalan kesehtan serta pengawasan obat dan makanan;

Ada Program tersebut dilaksanakan mela-lui program unggu-lan pemerintah prov.sultra, yakni pengobatan gratis masyarakat kurang mampu. ini berlaku diseluruh kabupaten /kota se sultra.

Asuransi Kesehatan Nasional :

Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-2014

SDM : Fungsi Keseha-tan

- Pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan;

Ada Secara nasional asuransi kesehatan bagi masyarakat telah dilaksanakan, di provinsi sultra program ini telah masuk dalam program unggulan pemerintah provinsi sultra melalui program “bahteramas”

Page 101: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 94

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 4. PRIORITAS 4: PENANGGU-LANGAN KEMISKINAN Bantuan Sosial

Terpadu Bahte-ramas

Kesejahteraan Sosial

Integrasi perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai Bantuan pangan,

jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011 – 2012

Mencakup program penyuluhan dan pendataan, Pemberdayaan fakir

miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kessos (PMKS), Pemberdayaan

kelembaga-an kessos, bantuan dan jaminan kessos, Peningkatan pelayanan

kesehatan terutama bagi penduduk miskin Program pengobatan

bebas biaya Program sekolah gratis Program pendidikan

anak usia dini (PAUD) Perluasan dan

pengembangan kesempatan kerja Program penyelesaian

konflik pertanahan

Ada Merupakan program prioritas Pemprov Sulawesi Tenggara .Tujuannya untuk membantu masyarakat dan keluarga kurang mampu dalam menjangkau akses pelayanan dasar guna memenuhi kebutuhan dasarnya.

PNPM Mandiri : Peningkatan Pember-dayaan Masyarakat

Penambahan anggaran PNPM Mandiri

Peningkatan pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna berwawasan lingkungan Peningkatan koordinasi

dan pembinaan block grant desa Bantuan langsung

masyarakat melalui P2KP-PNPM Peningkatan keberdaya-

an masyarakat pedesaan dan PNPM perdesaan atau kelurahan Program penataan

lingkungan permukiman Program pemberdayaan

komunitas perumahan

Ada Program yang secara nasional diluncurkan sejak tahun 2007 ini, di Sulawesi Tenggara juga telah dilaksanakan dan pada daerah-daerah yang mendapatkan program tersebut ada penambahan dana dari APBD. Contoh, misalnya Kabupaten Konawese Selatan

Page 102: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 95

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kredit Usaha Rak-

yat (KUR) Pengembangan

KUMKM

Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulani 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011

Program pengembangan kewirausahaan, Peningkatan koordinasi

instansi terkait dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM Pengembangan fasilitasi

pembiayaan dan usaha simpan pinjam Program peningkatan

kualitas kelembagaan koperasi dan UMKM Penyediaan dana

bergulir termasuk KUR bagi penguatan permodalan KMUKM

Ada Program tersebut untuk mendukung peningkatan akses UMKM dan koperasi ini, di Sultra juga telah menjadikannya sebagai program unggulan. Dalam pelaksanaannya, program ini telah dilakukan melalui kegiatan pelatihan, penyaluran kredit, usaha peningkatan jangkaun nasabah, dan lain-lain.

Tim Penanggulan Kemiskinan

Lembaga Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Revitalisasi Komite Nasional penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden

Pembentukan lembaga penanggulangan kemiskinan daerah (LPKD) Program kemitraan

dalam pelayanan kesehatan masyarakat Program pemberdayaan

kelembagaan kessos Program pemberdayaan

zakat, Program peningkatan

kualitas penanggulangan kemiskinan

Ada Di Prov. Sultra penunggalan kemiskinan secara intensif melalui peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan, diskusi, seminar dan pengefektifan kerjasama antara pemerintah dengan kelompok masyarakat lainnya serta melakukan monev secara berkelanjutan.

5 PRIORITAS 5 :PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN Lahan,

Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian

SDA Dan LH

Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

Penataan Regulasi untuk menjamin kepastian atas lahan pertanian

Pengembangan areal pertanian barus seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar

Fasilitas Kepemilikan Lahan Pertanian dalam bentuan program Sertifikasi lahan Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan melalui intensifikasi,ekstensifikasidan diversifikasi Fasiliatas Pemanfaatan

Ada Sertifikasi lahan pertanian merupakan hal penting bagi masyarakat & bagi pemerintah dapat meningkatkan PAD.Selain itu Pemerintah berusa-ha meningkatkan produksi dan produktivitas melalui diversifikasi serta

Page 103: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 96

lahan pertanian melalui program; Sosialisasi tentang ketahanan pangan Konservasi &Optimasi Lahan

menyediakan regu-lasi tentang sapro-di, KUT, pemasaran, harga dasar dan ketahanan pangan.

Inftrastruktur Pembangunan dan

pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan system informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentral produksi pertanian demi peningkatan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;

Peningkatan pemanfaa-tan air irigasi secara efisien, efektif dan berkelanjutan Pengembangan/Rehabili-

tasi Jaringan Irigasi Tanah Dangkal dan Dalam,Irigasi Tetes dan Springkler.

Pembuatan Embung, Sumur Resapan dan Dam Parit

Program Pembinaan dan Pengembangan Ketenagalistrikan Koordinasi pengadaan &

Pengembangan fasilitas Ketenagalistrikan

Peningkatan kelancaran arus Transportasi Pembangunan Jalan

Usa-ha Tani & Jalan Produksi

Program Pembangu-nan Sarana, Prasarana dan Fasilitas Angkutan Laut, darat & udara

Program Peningkatan dan Pengembangan Pos dan Telematika, yang melalui kegiatan : Penga-wasan dan Pengendalian Pos dan Telekomunikasi; Program Pengembang-an, pemerataan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pos dan telematika, yang meliputi kegiatan : Pengawasan Izin Amatir

Radio; Pengadaan

peralatan/perlengkapan operasional Postel dan Telematika;

Sosialisasi dan Koor-dinasi penggunaan frekuensi dan perangkat radio serta jasa titipan.

ada Pemerintah Sulawesi Tenggara memiliki komitmen yang kuat untuk pembuatan, rehabilitasi dan mengembangakan pemanfaatan air irigasi secara efisien, efektif dan berkelanjutan, membuka keterisolasian sentra produksi yang selama ini sulit diakses, misalnya pembangan jalan tani dan jalan produksi. Pembangunan pelabuhan kapal rakyat, feri penyebrang-an antar daerah, pembukaan dan pemeliharaan jalan antar daerah. Pada Bidang komunikasi dan kelistrikan pemerintah telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka menyediakan system informasi yang dapat memperlancar komunikas antar daerah yang dukung dengan program penyediaan energy listrik yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Page 104: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 97

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Penelitian dan

Pengembangan

Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktifitas hasil pertanian nasional yang tinggi

Peningkatan penyebar-luasan Informasi dan rekayasa teknologi Tanaman Pangan Penyebarluasan

informasi teknologi tanaman pangan

Pelatihan & pengem-bangan teknologi tanaman pangan

Kajian teknologi spesifik lokasi

Fasilitasi penanganan teknologi Peternakan melalui kegiatan ; Pengadaan fasilitas

Teknologi Peternakan Tepat Guna.

Pelatihan dan Bimbing-an pengoperasian teknologi peternakan tepat guna.

Ada Kegiatan pengkajian, penelitian dan pengembangan bidang pertanian terus dilakukan untuk mendung ketersedian pangan dan penggunaan lahan secara berkelanjutan.

Investasi, Pembiayaan dan Subsidi

Dorongan untuk investasi pangan, pertanian dan industry perdesaan berbasisi produk local oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan terjangkau

Penciptaan iklim investasi yang Kondusif melalui kegiatan; Survey ketersediaan

lahan petani Survey lands Potensi

lahan untuk PBN/PBS Melayani perizinan

usaha perkebunan Pengembangan industri penglolaan hasil pertanian skala kecil dan rumah tangga Fasilitasi

Pengembangan Kelembagaan Petani Kelompok Tani.

Penyusunan Data Base Statistik Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Pertanian.

Penyusunan Road Map Pengolahan Hasil pertanian.

Penguatan Modal Usaha Pengolahan Hasil Pertanian.

Ada Pemerintah Provinsi Sultra memberikan pelayanan kepada investor dibidang pertanian secara optimal. Keterse-diaan pangan bagi masyarakat meru-pakan salah satu perhatian utama pemerintah melalui peningkatan penyediaan dan penyauluran sara-na dan prsarana pertanian dalam arti luas. Kegiatan pengkajian dan penelitian juga terus dilakukan untuk mendung ketersedian pangan dan penggunaan lahan secara berkelanjutan.

Page 105: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 98

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pangan dan Gizi Peningkatan

kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan

Fasilitas pengembangan diversifikasi komoditas dilahan pertanian melalui kegiatan; Pengembangan

tanaman sela perkebu-nan dgn tananan pangan

Peningkatan Indeks pertanaman padi-palawija-padi

Pengembangan pertain-an terpadu tanaman dengan ternak

Sosialisasi kegiatan Peningkatan penyuluhan diversifikasi

Peningkatan produksi beragam sesuai pola konsumsi yang bergizi dan berimbang melalui kegiatan ; Pembinaan dan

Pengembangan Konsumsi dan Keamanan Pangan.

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Pangan Masyarakat.

Mengembangkan Teknologi Pengolahan dan Produk Pangan

Kajian analisis konsumsi pangan melalui kegiatan ; Kajian Pengembangan

Makanan Tradisional Kerjasama dengan

Perguruan Tinggi. Kajian Analisis

Keamanan Konsumsi Pangan.

Peningkatan Nilai Tambah Pangan Lokal

Kuantitas dan kualitas produk pertanian merupakan perhatian yang serius oleh Dinas Pertanian, terutama tamanan pangan. Demikian juga program Penganekaraga-man pangan terus digalakan dengan memafaatkan bahan pangan local.

Adaptasi Perubahan Iklim.

Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi system pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim

Tidak ada

Page 106: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 99

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 6 PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR

Tanah dan Tata Ruang

Tata Ruang

Konsolidasi Kebijakan Pananganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu

Program Pendayagunaan Tata Ruang, yang meliputi kegiatan : Pelaksanaan sosialisasi

penataan ruang dan pelayanan informasi pada masyarakat;

Peningkatan kapasitas aparat legislatif dan eksekutif terutama dalam pengendalian pemanfaatan ruang;

Pemantapan koordinasi dan konsultasi antara pusat dan daerah, antar daerah, antar lembaga eksekutif dan legislatif, serta dengan lembaga dan organisasi masyara-kat yang terkait dalam kegiatan penataan ruang;

Program Pengembangan Wilayah, yang meliputi kegiatan : Fasilitasi kepada pelaku

usaha untuk memper-oleh informasi pasar;

Fasilitasi pengembang-an SDM yang produktif dan berdaya saing, melalui pendampingan dan pelatihan;

Pemberian dorongan terhadap peningkatan koordinasi, sinkronisasi, dan kerjasama baik secara vertikal maupun horizontal.

Program Pengembangan Perkotaan dan Perdesa-an, yang meliputi kegiatan Pembinaan pengelolaan

kota-kota besar; Fasilitasi pengembangan

kota-kota menengah dan kecil;

Pembinaan peningkatan fungsi kawasan perkotaan dan perdesaan.

Ada Dalam rangka penetaan ruang, saat ini sedang dilakukan revisi RTRW guna menyesuaikan penataan ruang yang sudah perlu untuk penyesuain dalam pembangun, terutama terkait dengan pengembangan pertambangan agar tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan di wilayah Sultra

Page 107: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 100

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perhubungan: Pembangunan

jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintergrasi sesuai dengan system transportasi Nasio-nal dan Cetak Biru Transportasi Multi-moda dan penuru-nan tingkat kecela-kaan transportasi pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini.

Progran Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur,

Program Pengembangan Prasarana dan Fasilitas Transportasi laut darat dan udara dan Penyusu-nan Kebijakan, norma, standard dan prosedur bidang perhubungan serta Raperda;

Program Rehabilitas dan Pemeliharaan Prasarana dan fasilitas LLAJ,.

Program penelitian dan pengembangan perhu-bungan laut darat & udara.

Ada Untuk mendukung kinerja pemerintah dalam pelayanan perhubungan tidak hanya melihat dari aspek fisik perhubungan akan tetapi juga dari aspek pelayanan, pengembangan SDM dan pening-katan kualitas fasilitas perhu-bungan, seperti peningkatan kualitas pelabuhan laut, darat & udara.

Pengendalian Banjir Penyelesaian

pembangunan prasarana pengendalian banjir

Program Pengendalian banjir melalui Kegiatan Perkuatan tebing dan pengamanan Daerah Aliran sungai (DAS);

Ada Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkung-an agar terhindar dari banjir peme-rintah memprog-ramkan perbaik-an daerah aliran sungai yang rawan banjir.

Transpotasi Perkotaan Tidak

ada Pemerintah saat ini pembangunan transpotasi diarahkan pada pembangunan transportasi antar daerah

7 PRIORITAS 7: IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Kepastian Hukum Reformasi regulasi

secara bertahap ditingkat nasional dan daerah

Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk implementasi penyederhanaan prosedur perizinan serta menjamin kepastian usaha

Ada

Melalui konsis-tensi terhadap upaya untuk memastikan produk pemerintah terhadap izin yang dikeluarkan pemerintah menjamin atas apa yang dikeluarkan tersebut.

Page 108: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 101

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kebijakan

Ketenagakerjaan

Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja

Kebija-kan Ketenagakerjaan

Program Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja; Program Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; Program Perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja; Program Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; Program Peningkatan kesempatan kerja; Program Perlindungan dan pengem bangan lembaga ketenagakerjaan

Ada Program pening-katan jumlah penyerapan tena-ga kerja melalui program bantuan keuangan desa/ kelurahan dan peningkatan pro-duktivitas perta-nian merupakan fokus pemerintah dan pemerintah juga konsisten terhadap kebija-kan yang terkait dengan hak-hak tenaga kerja

8 PRIORITAS 8 : ENERGI

Energi Alternatif Peningkatan

pemanfaatan energy terbarukan termasuk energy alternative geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada tahun 2012 dan 5.000 MW pada 2014

Program Pembinaan dan Pengembangan Ketenagalistrikan Koordinasi

Pengembangan Ketenagalistrikan

Sosialisasi Pengembangan Energi Alternatif

Pembinaan dan pengawasan usaha Ketenagalistrikan Kab./Kota

Ada Pemerintah provisi Sultra sudah mulai memperhatikan ke-tercukupan kebu-tuhan listrik dengan mengadakan mesin-mesin genset dan sosialisasi pengembangan dan penggunaan Energi alternatif

Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas Revitalisasi Industri

Pengolahan hasil ikutan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industry tekstil, pupuk dan industry hilir lainnya

Tidak ada

Di Sulawesi Tenggara belum ada industry pengelahan minyak bumi.

Konservasi Menuju penggunaan gas Perluasan program

konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010

Tidak ada

Di Sultra masih menggunakan kompor minyak tanah & kampor gas tabung 12 kg & program konvesi minyak tanah & penggunaan bahan gas alam belum diprogramkan..

Page 109: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 102

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Penggunaan gas

alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya dan Denpasar

9 PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA

Perubahan Iklim - ........................................... Peningkatan

pengelolaan lahan gambut

- ........................................... Tidak ada

Di Sulawesi Tenggara tidak ada lahan gambut

Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 ha pertahun

- ...........................................

Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh

- ...........................................

Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Penurunan beban pencemaran melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah emisi di 680 kegiatan industry dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut

Pengendalian Pencemaran & Perusakan LH

Perlindungan & Konservasi Sumberdaya Alam

Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan LH

Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH

Penataan Hukum dan Instrumen Pengendalian Dampak Lingkungan

Peningkatan Ketaatan Masyarakat dan Pelaku Usaha/Kegiatan terhadap Peraturan Perundang undangan LH

Peningkatan Koordinasi & Kemitraan dalam Pengelolaan LH

Pengembangan Pendidikan Etika dan Moral Lingkungan

Pembinaan Masyarakat pada Kawasan Rawan Dampak Lingkungan

Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH

ada Secara spesifik pemerintah tidak memprogramkan Penurunan beban pencemaran melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah emisi di 680 kegiatan industry dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut. Pemerintah Prov. Sultra sangat konsen terhadap pengelolaan LH secara berkelajutan

Page 110: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 103

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sistem peringatan

Dini - ...........................................

Penjaminan fungsi System Peringatan Dini Tsunami dan System Peringatan Dini Cuaca mulai 2010 & seterusnya, serta system System Peringatan Dini Iklim

- ........................................... Tidak ada

Penanggulangan Bencana:

- ...........................................

Peningkatan kemampuan penanggulangan becana

- ...........................................

10 PRIORITAS 10 DAERAH TERDEPAN TERLUAR, TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK

Keijakan : - .......................................... Pelaksanaan Kebi-

jakan khusus dalam bidang infrastruktur &pendukung kesejah-teraan lainnya

- .......................................... Tidak ada

Prov. Sultra tidak berbatasan langsung dengan Negara lain

Keutuhan Wilayah - .......................................... Penyelesaian

pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timur Leste dan Filipinan pada 2010

- .......................................... Tidak ada

Provinsi Sulawesi Tenggara tidak berbatasan langsung dengan Negara lain

Daerah Tertinggal - .......................................... Pengetasan paling

lambat 2010 - ..........................................

11.

PRIORITAS 11 KEBUDAYAAN, KREATIFITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI

Perawatan : Penetapan dan

pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya

Revitalisasi

museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia sebelum Oktober 2014

Kebu-dayaan dan Pariwi-sata

Program pengembangan nilai budaya Program pengelolaan

kekayaan budaya Program pengelolaan

keragaman budaya Program pengembangan

kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

Ada Pengelolaan ke-kayaan budaya merupakan bagian dari cagar budaya yang perlu dikembangkan Pengelolaan ke-kayaan & kera-gaman budaya belum optimal, serta kegiatan pelestarian nilai budaya belum maksimal.

Page 111: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 104

 

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sarana : - .......................................... Penyediaan sarana

yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota Kabupaten selambat-lambatnya Oktober 2012

Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Pengembangan destinasi

pariwisata Pengembangan kemitraan Pengembangan kerajinan

khas daerah

Ada Pengembangan kemitraan, dukungan sarana dan prasarana serta pengem-bangan kerajinan khas daerah pendukung pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya nasional

Kebijakan : - .......................................... Peningkatan

perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangannya apresiasi terhadap kemajemukan budaya

Menciptakan kondisi yang dapat mendorong partisipasi masyarakat di bidang pariwisata Meningkatkan promosi

dan sarana pariwisata sehingga tercipta iklim kondunsif bagi pengem-bangan Obyek Daerah Tujuan Wisata Sultra Meningkatkan

pengembangan daerah tujuan wisata untuk menarik kunjungan wisatawan Menciptakan kondisi yang

dapat mendorong partisipasi masyarakat di bidang pariwisata

Ada

Pemerintah provinsi mendorong lahirnya inisiatif dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan seni dan pariwisata daerah selaras dengan kebijakan nasional yang memberi perhatian dan kesertaan dalam program seni budaya yang diinisasi masyarakat

Inovasi Teknologi - .......................................... Peningkatan

penanggulangan komparatif yang mencakup pengelo-laan sumber daya maritime menuju ketahanan energy, pangan dan antisi-pasi peruahan iklim ; dan pengembangan penguasaan tekno-logi dan kreativitas pemuda

Mengembangkan kerajinan khas daerah sehingga dapat menjadi daya tarik wisata

Program pengembangan wisata maritime

Tidak ada

Belum ada program yang bernuansa inovasi dalam pengembangan teknologi, program pengembangan wisata maritime di daerah baru mengandalkan keunggulan komparatif semata.

Page 112: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 105

3. Rekomendasi

a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara

Rencana Pembanguna Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan

pedoman pemerintah daerah dalam melaksanakan proses pembangunan yang

terarah dan berkelanjutan. RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara

menggambarkan arah kebijakan umum pembangunan Sulawesi Tenggara

dalam jangka waktu tertentu yang harus di pedomani oleh seluruh pemerintah

Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun Rencana

Pembanguna sebaiknya mengikuti arah kebijakan recana pembangunan

daerah provinsi. Oleh karena itu, RPJMD Provinsi harus disusun dengan

memperhatikan potensi dan karakteristik daerak kabupaten/Kota dalam arti

yang luas. RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara sekarang ini terkesan belum

memperhatikan potensi dan skala prioritas/kebutuhan kabupaten, terutama

kabupaten-kabupaten yang hasil pemekaran. Sebagai bahan masukan dalam

pelaksanaan dan penyusunan RPJMD selanjutnya perlu diperhatikan hal

sebagai berikut ;

1. Pemerintah provinsi tetap memelihara kesinambungan setiap kebijakan dan

program pembangunan yang telah ditetapkan dari RPJMD yang lalu,

sekarang dan yang akan datang terutama program-program jangka panjang

yang belum terselesaikan sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran yang

ditetapkan dalam RPJP Provinsi

2. Dalam menjaga kesinambungan setiap kebijakan dan program

pembangunan yang telah ditetapkan dari RPJMD, maka Pemerintah provinsi

sebaiknya dalam penyusunan RPJMD selalu memperhatikan dengan

sungguh-sungguh potensi dan karakteristik serta skala kebutuhan prioritas

pemerintah provinsi, Kota dan Kabupaten dengan menggunakan

pendekatan partisipatif serta memperhatikan katerkaitan/relevansinya

dengan visi jangka menengah dan panjang pembangunan nasional agar

tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan di daerah secara

berkelajutan;

3. Pemerintah provinsi dalam menyusunan RPJMD perlu menetapkan skala

prioritas pembangunan yang dimungkinkan dapat dicapai dalam jangka

waktu tertentu, terutama pada bidang pengembangan sumberdaya manusia

Page 113: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 106

(agama, pendidikan dan kesehatan), pembangunan infrastruktur,

pengelolaan sumberdaya alam, penciptaan lapangan kerja, pelayanan prima

dan pengelolaan keuangan yang trasnparan dan akuntabel yang

berlandaskan pada kepentingan masyarakat secara umum dan bukan

dilandasi oleh kepentingan politik segelintir orang atau kelompok tertentu,

sehingga program-program tersebut mencirikan prinsip dari, oleh dan untuk

rakyat

4. Pemerintah provinsi dalam menyusunan RPJMD perlu mengoptimal

keterlibat para stakeholders diluar birokrasi, terutama pemuka agama dan

masyarakat, pelaku ekonomi, Lembaga Swadya Masyarakat dalam

penyusunan rumusan akhir RPJMD, dengan demikian akan meminimalkan

rumusan RPJMD yang menuasan politik.

5. Pemerintah Daerah perlu mendorong lebih giat lagi peran swasta, dunia

usaha, masyarakat dan industri untuk berpartisipasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, pembiayaan dan pemelihrahan pembangunan secara

berkelanjutan.

6. Dalam perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan RPJMD perlu koordinasi

antar Sekretarian Daerah Provinsi dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah

(SKPD) dan antar SKPD se-provinsi, SKPD Provinsi dengan SKPD daerah

Kabupaten/kota serta membangun jalur konsultasi yang efektif, efisien,

produktif dan berkelanjutan antara pemerintah provinsi dengan Pemerintah

Pusat, sehingga tidak terjadi kesalahfahaman dan tumpang tindis kegiatan

dan pembiayaan terhadap satu kegiatan pada lokasi yang sama.

b. Rekomendasi Terhadap RPJMN

Rencana Pembanguna Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebagai acuan

semua pemerintah provinsi dalam menyusun dan melaksanakan proses

pembangunan serta memanfaatkan dan memelihara hasil pembangunan yang

terarah dan berkelanjutan. RPJMN disusun berdasarkan potensi dan

karakteristik masyarakat secara nasional yang dapat mengakomodir

keanekaragaman yang dimiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, dalam menyusun RPJMN perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut ;

1. Pemerintah pusat dalam penyusunan RPJMN harus memperhatikan

dengan sungguh-sungguh potensi nasional dan karakteristik bangsa serta

Page 114: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 107

keanekaragaman suku, agama dan budaya serta kekayaan alam yang

tersebar diseluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

tetap memperhatikan cita-cita bangsa Indonesia yang telah dicantumkan

dalam UUD 1945.

2. Pemerintah Pusat tetap memelihara kesinambungan setiap kebijakan dan

program pembangunan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dulu,

sekarang dan yang akan dilaksanakan ke depan terutama program jangka

panjang yanga belum terselesaikan sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran

yang ditetapkan dalam RPJP Nasional dan UUD 1945 .

3. Pemerintah pusat dalam menyusunan RPJMN perlu menetapkan skala

prioritas pembangunan yang dimungkinkan dapat dicapai dalam jangka

waktu tertentu, terutama pada bidang pengembangan sumberdaya

manusia (agama, pendidikan dan kesehatan), pembangunan infrastruktur,

pengelolaan sumberdaya alam, penciptaan lapangan kerja, pelayanan

prima dan pengelolaan keuangan yang trasnparan dan akuntabel yang

berlandaskan pada kepentingan masyarakat secara umum dan bukan

dilandasi oleh kepentingan politik segelintir orang atau kelompok tertentu,

sehingga program-program tersebut mencirikan prinsip dari, oleh dan

untuk rakyat..

4. Pemerintah Pusat dalam menyusunan RPJMN perlu mengoptimal

keterlibat para stakeholders diluar birokrasi, terutama pemuka agama dan

masyarakat, pelaku ekonomi, Lembaga Swadya Masyarakat, terutama

dalam menyusun rumusan akhir RPJMN, sehingga RPJMN yang

dilahirkan dapat dilaksanakan dan diawasi oleh seluruh stakeholders

pembangunan.

5. Pemerintah pusat terus mendorong lebih giat lagi peran swasta, dunia

usaha, masyarakat dan industri untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan,

pembiayaan dan pemelihrahan pembangunan secara berkelanjutan.

6. RPJMN harus mampu menerjemahkan keragaman permasalahan dan

potensi daerah. Karena itu referensi utama dalam perumusan RPJMN

seyogyanya merujuk pada informasi dari daerah melalui Musrenbang

yang dipadukan dengan hasil-hasil kajian mendalam secara akademik oleh

lembaga riset perguruan tinggi maupun badan-badan pemerintah yang

ada di setiap kementrian dan tentu saja harus dapat menerjemahkan visi

jangka panjang pembangunan nasional.

Page 115: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 108

7. Dalam perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan RPJMN perlu

membangun koordinasi dan kerjasama yang kuat antar kementerian

sehingga tidak terjadi kesalahfahaman dan tumpang tindis kegiatan dan

pembiayaan terhadap satu kegiatan pada lokasi yang sama. .

Page 116: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 109

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

1. Secara umum Rencana Jangkah Menengah Nasional dengan Rencana

Jangkah Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki

keterkaitan/relevansi, artinya bahwa pemerintah daerah provinsi Sulawesi

Tenggara dalam menyusun Jangkah Menengah Daerah telah memperhatikan

Rencana Jangkah Menengah Nasional.

2. Secara umum kebijakan, kegiatan dan program yang tertuang didalam

Jangkah Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Rencana

Jangkah Menengah Nasional belum dapat memberikan dampak yang

signifikan terhadap perbaikan kehidupan masyarakat dalm arti luas.

3. Secara umum kendala dan sekaligus tantang yang dihadapi pemerintah

daerah dalam menjalankan Rencana Jangkah Menengah Daerah Nasional di

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah terletak pada implementasi kegiatan yang

tidak sesuai perencanaan, professional, efektik, efisien, transparan dan

akuntabel serta kebanyakan salah sasaran dan sarah dengan pratek Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme (KKN).

4. Kebijakan pemerintah pusat tentang Pendendalian dan Pengawasan

lingkungan hidup, pemanfaatan bahan enegi alternative, pengembangan

industry pada karya, penegakan hukum, pemberantasan korupsi dan

pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transpara dan akuntabel

belum membumi di daerah Sulawesi Tenggara.

5. Program Evaluasi Kinerja Pembanguna Daerah yang dilaksanakan oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini sangat bermanfaat sebagai

bahan masukan terhadap pemerintah pusat dan pemerintah Daerah dalam

rangka perbaikan dan penyempurnaan rencana pembangunan selajutnya. .

Page 117: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 110

2. Rekomendasi

1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi terus mempertahan dan

meningkatkan singkronisasi antara Rencana Jangka Menengah Nasional

dengan Rencana Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara,

agar visi, misi, tujuan dan sasaran Rencana Jangka Menengah Nasional dan

Rencana Jangka panjang Nasional membumi ke daerah-daerah provinsi.

2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi terus meningkatkan

koordinasi dan konsultasi dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan

pelaksanaan pembangunan secara efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel secara berkelanjutan sehingga tidak terjadi timpang tidis kegiatan

dan pembiayaan pada lokasi tertentu..

3. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi terus meningkatkan

kualiatas sumberdaya aparatur untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawab secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel secara

berkelanjutan sehingga dalam implementasi pelaksanaan kegiatan tidak

salah proses/urus dan salah sasaran.

4. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi perlu meningkatkan

kerjasama yang solid dalam hal penegakan hukum, pemberatasan pratek

Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) dan pengendalian dampak

lingkungan.

5. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi perlu meningkatkan

kerjasama yang solid dan trasnparan dalam hal pengelolaan keuangan

Negara dan daerah agar dalam penggunaan keuangan menjadi efektif,

efisien, transpara dan akuntabel.

6. Program Evaluasi Kinerja Pembanguna Daerah yang dilaksanakan oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini perlu dilakukan secara

berkelanjutan dengan memperhatikan tingkat kewajaran pembiayaan

berdasarkan kondisi geografi dan social masyarakat di setiap daerah.

7. Pemerintah pusat dalam menyusun rencana Evaluasi Kinerja Pembangunan

Daerah perlu melakukan koordinasi yang memadai dengan pemerintah

daerah sehingga tidak menyulitkan Tim EKPD dalam pengumpulan data

yang diperlukan.

Page 118: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal

Laporan Akhir EKPD Provinsi Sultra  2010  

 111

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2005. Sulawesi Tengara Dalam Angka. BPS. 2006. Sulawesi Tengara Dalam Angka. BPS. 2007. Sulawesi Tengara Dalam Angka. BPS. 2008. Sulawesi Tengara Dalam Angka BPS. 2009. Sulawesi Tengara Dalam Angka Bappeda, 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari BKKBN, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional Sulawesi Tenggara.Kendari Dwiyanto, Agus (Editor).2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan

Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Diknas, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Pendidikan Nasional

Sulawesi Tenggara. Kendari Dinkes, 2008. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Kesehatan Sulawesi

Tenggara Kendari . Dinkes, 2009. Profil Kesehatan. Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari Kuncoro. M. 2000. Ekonomi Pembangunan; Teori, Masalah dan Kebijakan. Mardiasmo.2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah: Good Governance,

Democratization, Tranparancy, Public Policy. Yogyakarta: Andi. Perpres.RI. No. 5 Tahun 2010. Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2014 Siagian, S.P. 1998. Administrasi Pembangunan. Jakarta: CV. Haji Masagung. T. Bintoro. 2000. Good Governance: Paradigma Baru Manajemen Pembangunan.

Jakarta: U.I. Press. T. Bintoro & Mustopadidjaja. 1998. Teori dan Strategi Pembangunan Nasional.

Jakarta: Gunung Agung. T. Moeljiarto. 1993. Politik Pembangunan Sebuah Analisis, Konsep, Arah dan

Strategi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Local Governance Assessment: A Case Study at Kabupaten Klaten. Yogyakarta:

Master in Public Policy and Administration Program UGM. 2006.

Page 119: Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal