laporan akhir ekpd 2009 gorontalo - ung

41

Upload: ekpd

Post on 29-Nov-2014

2.028 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

Dokumen Laporan AKhir EKPD 2009 Provinsi Gorontalo oleh Universitas Negeri Gorontalo

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Page 2: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kodrat dan iradat-Nya sehingga

Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah (EKPD) 2009 Provinsi Gorontalo

dapat diselesaikan.

Universitas Negeri Gorontalo diberikan kepercayaan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam penyusunan EKPD Provinsi Gorontalo.

Penyusunan laporan akhir ini merupakan salah satu bagian kegiatan evaluasi untuk

menilai relevansi dan efektifitas kinerja pembangunan Provinsi Gorontalo dalam rentang

waktu 2004-2008. Laporan ini terdiri dari 3 bab yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab 2 Hasil

Evaluasi dan Bab 3 Penutup. Hasil evaluasi terdiri dari pelayanan publik dan demokrasi,

kualitas sumberdaya manusia, pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam

dan kesejahteraan Rakyat. Diharapkan laporan akhir ini dapat memberikan informasi

penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan

pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa

yang telah dilakukan sebelumnya, khususnya di Provinsi Gorontalo.

Penyusunan laporan akhir ini didasarkan pada buku panduan EKPD 2009

dengan pendekatan relevansi dan efektivitas pencapaiannya. Di samping itu berbagai

masukan dari stakeholder yang terkait dalam kegiatan evaluasi sangat menentukan

keberhasilan kegiatan. Laporan akhir ini disusun setelah beroleh berbagai masukkan

dalam seminar Finalisasi EKPD tanggal 18-20 November di Jakarta.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan EKPD Provinsi Gorontalo tahun 2009 khususnya kepada

Bappenas RI yang telah memberikan kepercayaan kepada Universitas Negeri Gorontalo

untuk terlibat langsung dalam kegiatan ini.

Gorontalo, Desember 2009

Rektor,

Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd NIP. 19621224 198703 1 002

Page 3: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

ii

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ....................................................................................................... i Daftar Isi .................................................................................................................. ii Daftar Gambar ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang dan Tujuan ......................................................... 1 1.2. Keluaran ...................................................................................... 1 1.3. Metode Evaluasi ......................................................................... 2 1.3.1 Penentuan Indikator Hasil (outcomes) ................................ 2 1.3.2 Metode ................................................................................ 2 1.4. Sistematika Penulisan Laporan .................................................. 4 BAB II HASIL EVALUASI .............................................................................. 6 2.1. Tingkat Pelayan Publik dan Demokrasi ...................................... 9 2.1.1 Capaian Indikator ................................................................ 9 2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik ..................................... 11 2.1.3 Rekomendasi Kebijakan ..................................................... 13 2.2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia .................................... 14 2.2.1 Capaian Indikator ................................................................ 14 2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol ..................... 16 2.2.3 Rekomendasi Kebijakan ..................................................... 18 2.3. Tingkat Pembangunan Ekonomi ................................................. 19 2.3.1 Capaian Indikator ............................................................... 19 2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol ..................... 21 2.3.3 Rekomendasi Kebijakan ..................................................... 25 2.4. Kualitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 25 2.4.1 Capaian Indikator ................................................................ 25 2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol ..................... 27 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan ..................................................... 29 2.5. Tingkat Kesejahteraan Rakyat ................................................... 29 2.5.1 Capaian Indikator ............................................................... 29 2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol ..................... 31 2.5.3 Rekomendasi Kebijakan ..................................................... 34 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 35 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 37 LAMPIRAN .............................................................................................................. 38

Page 4: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

iii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Rata-rata dan Tren Outcomes Tingkat Layanan Publik Provinsi

Gorontalo dan Nasional Tahun 2004 – 2008 …………………………. 9 Gambar 2 Persentase Aparat yang Berizasah Minimal S1 Provinsi

Gorontalo dan Nasional Tahun 2004 – 2008 ………………………….. 12 Gambar 3 Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Legislatif

dan Pilpres Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun 2004 – 2008 ….. 13 Gambar 4 Rata-rata dan Tren Outcomes Tingkat Kualitas Sumber Daya

Manusia Provinsi Gorontalo dan Nasional selang Tahun 2004 – 2008 ……………………………………………………………………….. 14

Gambar 5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo dan

Nasional Tahun 2004 – 2008 …………………………………………… 17 Gambar 6 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo dan

Nasional Tahun 2004 – 2008 …………………………………………… 18 Gambar 7 Rata-rata dan Tren Outcomes Tingkat Pembangunan Ekonomi

Provinsi Gorontalo dan Nasional Selang Tahun 2004 – 2008 ………. 19 Gambar 8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo dan Nasional

2004 – 2008 ………………………………………………………………. 22 Gambar 9 Persentase Realisasi Investasi PMA dan PMDN Tahun 2004 –

2008 ……………………………………………………………………….. 24 Gambar 10 Rata-rata dan Tren Outcomes Kualitas Pengelolaan Sumber

Daya Alam Provinsi Gorontalo dan Nasional Selang Tahun 2004 – 2008 ……………………………………………………………………… 26

Gambar 11 Jumlah Tindak Pidana Perikanan Provinsi Gorontalo dan

Nasional Tahun 2004 – 2008 ............................................................. 28 Gambar 12 Persentase Terumbu Karang Dalam Keadaan Baik Provinsi

Gorontalo dan Nasional Tahun 2004 – 2008 ………………………….. 28 Gambar 13 Outcomes Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo dan

Nasional Tahun 2004 – 2008 …………………………………………… 29 Gambar 14 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo dan Nasional

Tahun 2004 – 2008 ……………………………………………………… 32 Gambar 35 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Gorontalo dan Nasional

Tahun 2004 – 2009 ………………………………………………………. 33

Page 5: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana

untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih

baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat.

Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa

Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan

program pembangunan di daerah masing-masing.

Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai

relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008.

Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai

tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari

pembangunan daerah tersebut.

Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna

sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan

pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan

sebelumnya.

Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal

guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah

periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

Dana Dekonsentrasi (DEKON).

Tujuan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah (EKPD) Provinsi Gorontalo tahun

2009 adalah untuk:

1) Menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah Provinsi Gorontalo

dalam rentang waktu 2004-2008.

2) Memberikan informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku

kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola

dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya.

1.2 Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD Provinsi Gorontalo tahun 2009

meliputi:

Page 6: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

2

• Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Gorontalo.

• Tersusunnya hasil analisis evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Gorontalo.

1.3 Metodologi Evaluasi 1.3.1 Penentuan Indikator Hasil (outcomes)

Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator

dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil

(outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator

pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

• Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

• Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output

dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcomes

dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;

• Measurable : jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati,

dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;

• Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan

kinerja;

• Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk

menghasilkan indikator;

• Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data.

Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan

tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi:

1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.

2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.

3. Tingkat Pembangunan Ekonomi.

4. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.

5. Tingkat Kesejahteraan sosial.

1.3.2 Metode Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil

sebagai berikut:

(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang

memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).

(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung

dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.

Page 7: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

3

(3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif,

maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu

menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).

Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin

tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.

(5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi

jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya). Contoh untuk indikator

Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:

• persentase penduduk miskin

• tingkat pengangguran terbuka

• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia

• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif.

Sehingga:

Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% -

tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi

anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) + (100% -

persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5

Indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk masing-

masing kategori indikator hasil (outcomes) lainnya adalah: tingkat pelayanan publik dan

demokrasi, tingkat kualitas sumberdaya manusia, tingkat pembangunan ekonomi dan

tingkat pengelolaan sumberdaya alam. Capaian masing-masing indikator EKPD Provinsi

Gorontalo sampai laporan awal ini disusun disajikan dalam lampiran.

Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah

Relevansi dan Efektivitas.

Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan

yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini,

relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan

atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.

Efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak

pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat

dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Page 8: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

4

Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:

1) Pengamatan langsung

Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek

pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik,

lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah Provinsi Gorontalo.

2) Pengumpulan Data Primer

Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan

daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan

dan tanggapan peserta diskusi.

3) Pengumpulan Data Sekunder

Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS

daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan Sistematika laporan akhir EKPD sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan

1.2 Keluaran

1.3 Metodologi

1.4 Sistematika Penulisan Laporan

BAB II HASIL EVALUASI 2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1 Capaian Indikator

2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik

2.1.3 Rekomendasi Kebijakan

2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

2.2.1 Capaian Indikator

2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol

2.2.3 Rekomendasi Kebijakan

2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

2.3.1 Capaian Indikator

2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol

2.3.3 Rekomendasi Kebijakan

2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

2.4.1 Capaian Indikator

Page 9: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

5

2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol

2.4.3 Rekomendasi Kebijakan

2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT

2.5.1 Capaian Indikator

2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol

3.5.3 Rekomendasi Kebijakan

BAB III KESIMPULAN

Page 10: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

6

BAB II HASIL EVALUASI

Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara meliputi 1 Kota dan 5

Kabupaten, 47 Kecamatan, 385 Desa dan 65 Kelurahan. Letak geografi berada di antara

121,23’ – 123,43’ Bujur Timur dan 0,19’ – 1,15’ Lintang Utara, mempunyai luas 12.215,44

Km2 yaitu Kota Gorontalo 64,80 Km2 (0.53 %), Kabupaten Gorontalo 2.124,6 Km2

(27,58 %), Kabupaten Boalemo 2.567,36 Km2 (20,69 %), Kabupaten Bone Bolango

1.984,31 Km2 (16,31%), Kabupaten Pohuwato 4.244,31 Km2 (34,89 %) dan Kabupaten

Gorontalo Utara 1.230,07 Km2 dengan batas-batas wilayah :

- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Toli Toli (Sulawesi Tengah

dan Laut Sulawesi).

- sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala (Sulawesi Tengah).

- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara).

- sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

Provinsi Gorontalo merupakan provinsi ke 32 di Indonesia, yang resmi berdiri

tanggal 16 Pebruari 2001 berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan

Provinsi Gorontalo. Sebagai sebuah provinsi baru yang berdiri bersamaan dengan

bergulirnya semangat otonomi daerah, Provinsi Gorontalo terus mengalami

perkembangan yang dinamis, baik dari sisi pelayanan publik, pemberdayaan dan

peningkatan peran serta masyarakat, pembangunan fisik prasarana dasar dan penunjang

yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui otonomi yang luas

dan bertanggung jawab, provinsi yang dikenal sebagai Provinsi Agropolitan Jagung ini,

diharapkan mampu meningkatkan ekonomi dan daya saing daerah. Peningkatan ekonomi

dan daya saing ini didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan sesuai potensi sumberdaya dan keanekaragaman yang

dimiliki, untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam kerangka pembangunan daerah

dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2007-2012 Provinsi

Gorontalo menetapkan Visi “Gorontalo Provinsi Inovasi”. Untuk pencapaian visi

pembangunan tersebut ditetapkan Misi Pembangunan Gorontalo 2007–2012, yaitu:

“Membangun Gorontalo yang Mandiri, Produktif dan Religius”.

• Inovasi: adalah tindakan atau proses perbaikan untuk menghasilkan dimensi baru dari

sutu kinerja dengan mengintroduksi sesuatu yang baru baik berupa ide, cara atau

metoda, maupun alat.

Page 11: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

7

• Mandiri: menandakan berkurangnya secara signifikan berbagai permasalahan utama

yang membelenggu antara lain kemiskinan, pengangguran, masalah kesehatan, serta

tersediannya infrastruktur yang memadai. Selain itu, kemandirian juga dapat ditelusuri

melalui kemampuan Gorontalo untuk membangun kerjasama dengan berbagai pihak

dalam bingkai simbiosis mutualisme.

• Produktif: dimaksudkan sebagai gambaran intensitas hasil atau output perperiode waktu

tertentu dari setiap kegiatan yang dijalankan di Gorontalo.

• Religius: dimaksudkan agar sendi-sendi agama selalu dikedepankan dalam

melaksanakan pembangunan Gorontalo.

Tujuan strategis yang ingin dicapai Pembangunan Gorontalo 2007-2012 adalah:

• Mewujudkan Gorontalo yang mandiri;

• Membangun ekonomi rakyat yang produktif; dan

• Mewujudkan Gorontalo yang religius.

Untuk tercapainya visi, misi dan tujuan strategis di atas, maka 4 (empat) agenda

pokok pembangunan yang dijalankan, yaitu :

1. Inovasi Kepemerintahan Entrepreneur dengan Kinerja Nyata yang Membangun

Kepercayaan Rakyat, yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah

dalam rangka pelayanan publik melalui penyediaan Public Goods dan Public Services.

2. Inovasi SDM yang entrepreneur, mandiri dan religius yang diarahkan untuk

membangun kualitas SDM Gorontalo secara berkesinambungan melalui

pembangunan pendidikan, kesehatan, keagamaan dan budaya.

3. Inovasi Dalam Menumbuh-Kembangkan Ekonomi Rakyat Berbasis Desa yang

diarahkan untuk meningkatkan kinerja sektor unggulan daerah dalam menunjang

produktivitas daerah yang bertumpu pada ekonomi desa.

4. Inovasi Teknologi Tepat Guna Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang

diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam menunjang

aktivitas ekonomi masyarakat.

Agenda pertama dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang amanah.

Hal ini dicapai melalui pengembangan kapasitas manajemen pemerintah daerah, SDM

aparatur dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan

kewirausahaan. Diatas landasan sistem pemerintahan kewirausahaan tersebut,

dikembangkan sistem perencanaan yang terintegrasi dan sistem keuangan berbasis

kinerja yang memungkinkan akses masyarakat terhadap informasi pembangunan daerah

semakin meningkat. Disamping itu, untuk menciptakan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan daerah, maka dikembangkan mekanisme pengawasan pelaksanaan

pembangunan yang intensif. Hal ini diharapkan tingkat partisipasi masyarakat dalam

Page 12: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

8

pembangunan daerah semakin luas, demikian pula dengan respon balik masyarakat

terhadap kinerja pemerintahan semakin cepat sehingga memudahkan pemerintah daerah

menempuh recovery kebijakan publik dalam memperbaiki kualitas layanan kepada

masyarakat.

Agenda kedua diarahkan untuk dua sasaran pokok yaitu pemenuhan hak-hak

dasar masyarakat dibidang pendidikan dan kesehatan demi terwujudnya masyarakat

yang entrepreneur dan mandiri, serta peningkatan kualitas kehidupan beragama dan

pengembangan kebudayaan lokal. Hak-hak dasar masyarakat dibidang pendidikan dalam

bentuk bebas dari buta huruf, kebodohan, keterbelakangan, minimnya fasilitas pendidikan,

putus sekolah, yang berakibat pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam bidang

pendidikan. Untuk itu pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di bidang pendidikan

adalah hak untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan. Sedangkan di bidang

kesehatan, hak-hak dasar masyarakat dalam bentuk bebas dari penyebaran penyakit

menular, kurang gizi, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Untuk itu

pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan adalah hak untuk

memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan secara merata. Di dalam pengembangan

diri ini, masyarakat harus tetap berdiri di atas sendi-sendi agama dan budaya.

Agenda ketiga diarahkan untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat dalam

bentuk bebas dari kemiskinan, pengangguran, minimnya sandang, pangan, dan papan,

serta keterbatasan infrastruktur dasar ekonomi. Untuk itu, peningkatan ekonomi

masyarakat lebih ditekankan pada peningkatan kinerja sektor unggulan daerah meliputi

pertanian, perkebunan, perikanan kelautan, dan peternakan. Disamping itu, ditempuh

kebijakan untuk membangkitkan industri dan usaha kecil menengah, peningkatan

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta peningkatan investasi di

daerah. Untuk itu, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dalam bidang ekonomi

adalah terpenuhinya hak untuk berusaha, hak untuk memperoleh akses atas kebutuhan

infrastruktur dasar ekonomi, hak berinovasi, hak untuk memperoleh akses permodalan,

hak atas kesetaraan ekonomi, hak atas pemerataan distribusi barang dan jasa, hak atas

informasi, serta hak atas pengelolaan SDA.

Agenda keempat diarahkan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan

masyarakat atas akses teknologi yang murah, efektif dan tepat guna. Untuk itu, kebijakan

dalam hal teknologi tepat guna lebih difokuskan pada upaya transfer teknologi kepada

petani dan nelayan dalam meningkatkan produksi pertanian dan perikanan, pemanfaatan

teknologi membran untuk penyediaan air minum di perkotaan dan air bersih di pedesaan

serta pengembangan mekanisasi pengolah jarak dalam rangka meningkatkan produksi

industri kecil menengah.Pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi menjadi

Page 13: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

9

prioritas utama dalam pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan

ekonomi yang berbasis lokal, yang mampu menghasilkan kualitas pemerataan dan

pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, serta bertumpu pada kemampuan pendanaan

pemerintah daerah. Ini membutuhkan kreativitas, terutama inovasi dan terobosan

pemerintah daerah dalam menyusun program pembangunan yang mampu menarik

perhatian pemerintah pusat, dan sejalan dengan agenda pembangunan nasional yang

tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional.

Dalam menjalankan berbagai agenda dan program, Pemerintah Provinsi

Gorontalo memfokuskan pada 3 program unggulan, yaitu: Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Agropolitan Jagung dan Etalase Perikanan. Ketiga pilar ini dianggap mampu

menjadi motor penggerak yang dapat mempercepat pencapaian target dan tujuan

pembangunan. Meskipun demikian permasalahan utama pembangunan di Provinsi

Gorontalo adalah keterbatasan infrastruktur dasar, bencana banjir dan krisis listrik.

2.1 Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi 2.1.1 Capaian Indikator Capaian indikator Outcomes pelayanan publik dan demokrasi hanya dibatasi pada

pelayanan publik mengingat keterbatasan data dari indikator outputnya. Outcomes

pelayanan publik terdiri dari indikator yaitu: jumlah kasus korupsi yang tertangani

dibandingkan dengan yang dilaporkan, presentase aparat yang berijazah minimal S1 dan

jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Capaian

indikator outcomes dan tren perkembangan layanan publik disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Rata-rata dan Tren Outcomes Tingkat Layanan Publik Provinsi Gorontalo

dan Nasional Tahun 2004-2008

Page 14: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

10

Gambar di atas menunjukkan selang tahun 2004-2007 terjadi peningkatan layanan

publik di Provinsi Gorontalo demikian pula dengan keadaan nasional, sedangkan tahun

2008 terjadi penurunan untuk data provinsi tetapi nasional terus meningkat. Penurunan

layanan publik tingkat provinsi ini bukan disebabkan oleh penurunan kinerja tetapi

disebabkan oleh menurunnya indikator output jumlah kabupaten/ kota yang memiliki

peraturan daerah pelayanan satu atap. Indikator ini menurun cukup signifikan karena

bertambahnya wilayah kabupaten karena adanya pemekaran sedangkan daerah yang

menerapkan layanan satu atap belum bertambah. Dari tren yang ditunjukkan terlihat

bahwa fluktuasi naik turunnya tingkat layanan publik tidak terlalu curam tetapi landai.

Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat layanan publik secara nasional maupun provinsi

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

1. Analisis Relevansi Berdasarkan Gambar di atas nampak bahwa outcomes tingkat layanan publik

Provinsi Gorontalo sejalan dengan kondisi nasional, meskipun pada tahun 2008

mengalami penurunan tetapi bukan disebabkan oleh bergesernya kebijakan pemerintah

daerah. Hal ini membuktikan bahwa ada relevan antara pembangunan layanan publik

yang dijalankan oleh Pemeritah Daerah Provinsi Gorontalo dengan kebijakan

pembangunan nasional. Layanan publik yang dijalankan pemerintah daerah mengacu

pada agenda kedua RPJMN 2004-2009, Mewujudkan Indonesia yang Adil dan

Demokratis, khususnya sasaran ketiga yaitu meningkatnya pelayanan kepada masyarakat

melalui penetapan prioritas yang diletakkan pada revitalisasi proses desentralisasi dan

otonomi daerah.

Secara konkrik agenda nasional yang berhubungan dengan pelayanan publik

diimplementasikan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo ke dalam agenda pembangunan

daerah yaitu: Inovasi Kepemerintahan Entrepreneur dengan Kinerja Nyata yang

Membangun Kepercayaan Rakyat, yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja

pemerintah daerah dalam rangka pelayanan publik melalui penyediaan Public Goods dan

Public Services. Agenda ini dituangkan dalam dokumen RPJMD 2007-2012. Agenda ini

sesungguhnya merupakan tindak lanjut dari misi pembangunan Pemerintah Daerah

Provinsi Gorontalo 2002-2007 yaitu: Mewujudkan sistem demokrasi dan supremasi

hukum melalui praktek penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan dan

profesional.

2. Analisis Efektivitas Perkembangan tingkat layanan publik memperlihatkan kecenderungan yang

meningkat. Tahun 2004 capaian outcomes 43,22%, tahun 2005 meningkat menjadi

Page 15: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

11

43,80%, tahun 2006 naik secara signifikan menjadi 51,16% dan tahun 2007 meningkat

menjadi 51,98%. Tahun 2008 capaian tingkat layanan publik menurun menjadi 49,98 %

meskipun demikian penurunan ini bukan karena adanya penurunan kinerja tetapi adanya

penurunan dalam indikator output pelayanan satu atap. Berdasarkan hal ini kebijakan

pembangunan di bidang pelayanan publik yang dijalankan Pemerintah Provinsi Gorontalo

adalah efektif.

2.1.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Analisis capaian indikator spesifik tingkat layanan publik terdiri dari indikator

output : persentase aparat yang berijazah minimal S1 dan tingkat partisipasi politik

masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi, pemilihan legislatif dan pemilihan

pemilihan presiden.

1. Pendidikan Aparat

Berdasarkan Gambar 2 pesentase aparat yang berijazah minimal S1 di Provinsi

Gorontalo dari tahun 2004-2005 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tidak lepas

dari ditetapkannya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu

program unggulan Provinsi Gorontalo termasuk SDM Aparatur pemerintah. Upaya yang

dilakukan pemerintah daerah selama ini dalam pengembangan SDM aparatur adalah

melalui pemberian fasilitas dan kesempatan belajar pada para aparat serta melalui

penjaringan calon pegawai negeri sipil yang berijazah S1.

Kebijakan lain yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam

pengembangan SDM aparatur adalah melakukan penataan struktur organisasi yang

menghasilkan right sizing struktur kelembagaan sesuai kebutuhan dan masalah yang

dihadapi, sehingga menghasilkan organisasi pemerintah daerah yang responsif dan

berkinerja unggul. Disamping itu, telah disusun instrumen pengukuran kinerja organisasi

sebagai assesment yang kuat terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Untuk mendukung reformasi birokrasi maka diterapkanlah 5 budaya kerja yakni innovation,

team work, trustworthines, prosperity dan speed. Selain itu Pemerintah daerah terus

mengembangkan inovasi kelembagaan yang dilakukan antara lain melalui capacity

building dan perubahan orientasi mind set dari mindset birokratik ke mindset entrepreneur.

Lembaga-lembaga yang menangani keuangan, kepegawaian dan kesehatan ditata ulang

agar kinerjanya lebih baik. Namun ke depan pengembangan SDM aparatur ini masih

menghadapi beberapa permasalahan antara lain minimnya sarana dan prasarana kerja,

sistem informasi pegawai belum berjalan sesuai standar yang ditetapkan, belum adanya

peta pengembangan SDM aparatur, belum adanya standar kompetensi jabatan

Page 16: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

12

berdasarkan hasil analisis jabatan, belum dilakukannya uji kompetensi bagi aparatur yang

akan ditempatkan pada struktur organisasi. Belum adanya peta pengembangan SDM

memungkinkan peningkatan jenjang pendidikan aparatur tidak efektif karena hanya

terfokus pada beberapa bidang ilmu saja seperti ilmu administrasi.

Gambar 2 Persentase Aparat yang Berizasah Minimal S1 Provinsi Gorontalo dan

Nasional Tahun 2004-2008

2. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat

Indikator output yang dijadikan untuk mengevaluasi tingkat partisipasi politik

masyarakat adalah : partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah

Provinsi, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif dan partisipasi politik

masyarakat dalam Pilpres. Pemilihan kepala daerah (Gubernur) Provinsi Gorontalo

selang tahun 2004-2009 berlangsung pada tahun 2006 dengan tingkat partisipasi sebesar

84,81%. Untuk pemilihan legislatif tahun 2004 tingkat partisipasi masyarkat Gorontalo

sebesar 80,28% atau lebih tinggi dari partsipasi nasional yang mencapai 75,19%,

sedangkan tahun 2009 tingkat partisipasi masyarakat Gorontalo mencapai 83,13% dan

masih lebih tinggi pula dibandingkan dengan angka capaian nasional yang mencapai 71%.

Dari tren data tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan legislatif meningkat

sedangkan secara nasional mengalami penurunan. Untuk Pemilihan Presiden tahun 2004,

tingkat partisipasi masyarakat Gorontalo mencapai 70,30% dan tahun 2009 mencapai

76,41%. Sedangkan untuk nasional angka capaian tahun 2004 sebesar 75,98% dan

tahun 2009 turun menjadi 73%. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi politik masyarakat

Provinsi Gorontalo berada di atas nasional. Keadaan yang perlu diantisipasi sedini

29.9

9.66

31

11.41

31.93

13.49

30.6

15.94

30.99

16.94

0

5

10

15

20

25

30

35

2004 2005 2006 2007 2008

PERSENTASE APARAT YANG BERIZASAH MINIMAL S1

Nasional Provinsi Gorontalo

Page 17: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

13

mungkin adalah hendaknya pemilihan kepala daerah maupun kegislatif tidak

menimbulkan gesekan pada masyarakat karena berbagai perbedaan aspiratif. Oleh

karena itu sosialisasi demokrasi yang benar dan tepat perlu dilakukan tidak saja

menjelang pelaksanaan pemilihan tetapi juga jauh hari sebelumnya. Tingkat partisipasi

politik masyarakat tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Legislatif dan Pilpres

Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun 2004-2008

2.1.3 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan uraian capaian outcomes dan dan indikator output rekomendasi yang

perlu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi ke depan adalah:

1. Perlu dilakukan sosialisasi tentang berbagai peraturan yang berhubungan dengan

upaya penanggulan korupsi, seperti halnya melalui kurikulum, lembaga formal

maupun informal.

2. Perlu dilakukan pemetaan kompetensi sumberdaya manusia yang dimiliki oleh

Pemerintah daerah agar pengembangan sumberdaya manusia birokrasi dapat

terpenuhi sesuai tuntutan dalam melayani publik.

3. Perlu dilakukan pemberdayaan perempuan melalui aspek pendidikan, sosial dan

ekonomi agar perannya dalam pembangunan lebih dinamis dan aktif.

4. Perlu ada perubahan mindset bahwa pemilihan kepala daerah, anggota legislatif dan

presiden adalah sebagai sarana penyaluran aspirasi untuk demokrasi, bukan untuk

mencari pertentangan.

Page 18: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

14

2.2 Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia 2.2.1 Capaian Indikator Outcomes tingkat kualitas sumber daya manusia didasarkan pada beberapa

indikator output yaitu: angka partisipasi murni tingkat SD/MI; angka putus sekolah tingkat

SD/MI, SMP/MTs, sekolah menengah; angka melek aksara 15 tahun ke atas; persentase

jumlah guru yang mengajar tingkat sltp dan sekolah menengah; prevalensi gizi kurang;

persentase tenaga kesehatan per penduduk; persentase penduduk ber-KB dan

persentase laju pertumbuhan penduduk. Capaian indikator dan tren tingkat kualitas

sumberdaya manusia tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Rata-rata dan Tren Outcomes Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia

Provinsi Gorontalo dan Nasional selang Tahun 2004-2008

Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia Provinsi

Gorontalo masih berada di bawah rata-rata nasional. Meskipun demikian dari tahun ke

tahun telah mendekati rata-rata nasional, yang berarti kualitas sumberdaya manusia di

provinsi ini semakin membaik. Untuk trend perkembangan kualitas sumberdaya manusia,

keadaan Provinsi Gorontalo mengikuti pola tren nasional, akan tetapi secara umum dari

tahun ke tahun polanya lebih baik dari tren nasional. Perkembangan kualitas sumberdaya

manusia Provinsi Gorontalo yang memperlihatkan kecenderungan membaik tidak lepas

dari pencanangan program peningkatan dan pengembangan Sumberdaya Manusia

sebagai program unggulan pertama dari tiga program prioritas pembangunan di Provinsi

Gorontalo.

Penetapan program unggulan peningkatan sumberdaya manusia ini dilakukan

sejak periode 2002-2007 dengan penetapan visi pembangunan masyarakat Provinsi

Page 19: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

15

Gorontalo yang mandiri, berbudaya entrepreneur, bersandar pada moralitas agama

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemandirian berhubungan antara

lain pengembangan kapasitas berbagai indikator sosial dan budaya masyarakat. Dalam

periode pembangunan 2007-2012 pembangunan kualitas sumber daya manusia

diimplementasikan dalam agenda kedua yaitu pemenuhan hak-hak dasar masyarakat di

bidang pendidikan dan kesehatan demi terwujudnya masyarakat yang entrepreneur dan

mandiri, serta peningkatan kualitas kehidupan beragama dan pengembangan

kebudayaan lokal

Berdasarkan visi-misi dan agenda peningkatan sumberdaya manusia di Provinsi

Gorontalo diwujudkan dalam berbagai program, baik di bidang kesehatan maupun

pendidikan. Pada bidang pendidikan yang cukup menonjol adalah program pendidikan

berbasis kawasan dan program semua bisa sekolah, sedangkan untuk program

kesehatan antara lain program peningkatan sumberdaya kesehatan serta sarana dan

prasarana kesehatan.

1. Analisis Relevansi Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa outcomes tingkat kualitas sumberdaya

manusia Provinsi Gorontalo sejalan dengan kondisi nasional. Selang tahun 2004-2007

keadaan Indikator kualitas SDM baik provinsi maupun nasional dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, akan tetapi tahun 2008 rata-rata capaian nasional menurun

sedangkan Provinsi Gorontalo tetap mengalami peningkatan. Penurunan capaian secara

nasional ini berhubungan dengan adanya beberapa daerah di tanah air yang mengalami

bencana sehingga berpengaruh pada kualitas pendidikan maupun kesehatan.

Relevansi pembangunan kualitas sumberdaya manusia Provinsi Gorontalo

dengan kondisi nasional tidak lain karena misi pembangunan nasional diimplementasikan

dalam program pembangunan daerah. Pembangunan kualitas sumberdaya manusia

berhubungan dengan misi pembangunan nasional melalui agenda ketiga RPJMN 2004-

2009 yaitu: meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kualitas sumberdaya

manusia berhubungan dengan sasaran ketiga agenda ini yaitu meningkatnya kualitas

manusia yang secara menyeluruh melalui penetapan prioritas pembangunan menuju

pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas, peningkatan

akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitas, peningkatan

perlindungan dan kesejahteraan sosial, pembangunan kependudukan, dan keluarga kecil

berkualitas serta pemuda dan olahraga, serta peningkatan kualitas kehidupan beragama.

Page 20: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

16

2. Analisis Efektivitas Berdasarkan indikator output yang digunakan terjadi peningkatan secara terus

menerus kualitas sumberdaya manusia di Provinsi Gorontalo. Tahun 2004 persentase

kualitas sumberdaya manusia di provinsi ini mencapai 77,25%, tahun 2005 menjadi

77,99%, selanjutnya berturut-turut tahun 2006 menjadi 78,75%, tahun 2007 menjadi

80,06% dan tahun 2008 menjadi 80,11%. Hal ini membuktikan bahwa program

peningkatan sumberdaya manusia yang selama ini dijalankan oleh pemerintah baik pusat

maupun daerah di Provinsi Gorontalo cukup efektif. Efektivitas ini antara lain dipengaruhi

oleh adanya fokus pembangunan di bidang kualitas sumberdaya manusia melalui

penetapan program unggulan pengembangan sumberdaya manusia.

2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol Untuk indikator spesifik bidang pembangunan sumber daya manusia terdiri dari

indikator output, yaitu: Indeks Pembangunan Manusia dan pertumbuhan penduduk.

1. Indeks Pembangunan Manusia Dekade 1950-an dan 1960-an Para ahli cenderung memandang proses

pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan, yang

pasti akan dialami oleh setiap negara yang menjalankan pembangunan. Pandangan ini

merupakan suatu bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai paduan

dan kuantitas tabungan nasional, penanaman modal, dan bantuan asing dalam jumlah

yang tepat. Kesemuanya itu harus sedapat mungkin diupayakan serta diadakan oleh

negara-negara Dunia Ketiga agar mereka juga dapat menapaki jalur-jalur pertumbuhan

ekonomi modern yang menurut sejarahnya telah dilalui dengan sukses oleh negara-

negara yang sekarang maju. Dengan demikian, pembangunan itu diidentikkan dengan

pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat.

Pembangunan yang hanya menitikberatkan laju pertumbuhan dianggap belum

mampu menjawab permasalahan pembangunan. Bagi Indonesia fokus pembangunan

yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak pada

terjadinya ketimpangan, yang meliputi ketimpangan antara kaya dan miskin, kota dan

desa serta kawasan Indonesia Bagian Timur dan Kawasan Indonesia Bagian Barat.

Pendekatan lain yang dianggap lebih sesuai adalah dengan pendekatan sosial yaitu

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia menurut PBB adalah nilai yang menunjukkan

tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-faktor

lainnya pada negara-negara di seluruh dunia. Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990

oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP

Page 21: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

17

pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah

negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yakni: 1) Usia yang panjang

dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup; 2) Pendidikan, yang diukur dengan

dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar

dengan pembobotan satu per tiga; dan 3) Standar hidup yang layak, yang diukur dengan

produk domestik bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata Dollar US.

68.7

65.4

69.6

67.5

70.1

68.01

70.59

68.83

70.59

69.29

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

2004 2005 2006 2007 2008

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Nasional Provinsi Gorontalo

Gambar 5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun 2004-2008

Gambar 5 menunjukkan selang tahun 2004-2008 IPM Provinsi Gorontalo

memperlihatkan kecenderungan meningkat, dimana pada tahun 2004 IPM baru mencapai

65,4, tetapi pada tahun 2008 telah menjadi 69,29. Hal ini membuktikan bahwa terjadi

perbaikan secara berkelanjutan aspek-aspek penyusun IPM di Provinsi Gorontalo, yang

meliputi pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Peningkatan IPM ini tidak lain

disebabkan oleh adanya komitmen pemerintah daerah yang tinggi membangun

kemampuan manusia (human capabilities).

Dalam hubungannya dengan IPM, tahun 2008 UNDP bekerja sama dengan

Bapppeda Provinsi Gorontalo telah melakukan kajian pada seluruh wilayah kecamatan.

Hasil studi menunjukkan terdapat 11 (17%) kecamatan di Provinsi Gorontalo yang

memiliki IPM rendah. Hal ini tentunya berpengaruh pada capaian IPM Gorontalo sehingga

perlu dilakukan program terpadu untuk mengatasi hal ini, Program tersebut meliputi

pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Diharapkan melalui program terpadu pada

kecamatan-kecamatan yang memiliki IPM rendah ini IPM Provinsi Gorontalo pada 2 tahun

mendatangkan akan melampuai angka capaian nasional.

Page 22: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

18

2. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk menunjukkan perkembangan jumlah penduduk dari

tahun ke tahun yang dipengaruhi oleh angka kelahiran, angka kematian dan migrasi.

Selang tahun 2004-2008 angka laju pertumbuhan penduduk memperlihatkan

kecenderungan yang terus menurun. Tahun 2004-2005 laju pertumbuhan penduduk

Provinsi Gorontalo berada di atas nasional, dimana hal ini lebih dipengaruhi adanya

migrasi penduduk sebagai akibat pemekaran wilayah. Keberadaan Provinsi Gorontalo

sebagai provinsi baru telah menjadi penarik bagi penduduk di sekitar wilayah ini untuk

bermigrasi di Provinsi Gorontalo sehingga mendorong peningkatan laju pertumbuhan

penduduk. Selang 3 tahun berikutnya angka capaian laju pertumbuhan penduduk provinsi

berada di bawah capaian nasional, yang mengindikasikan program Keluarga Berencana

cukup berhasil di Provinsi Gorontalo.

Gambar 6 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo dan Nasional

Tahun 2004-2008

2.2.3 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan uraian capaian outcomes dan indikator output, rekomendasi yang

diajukan untuk dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo ke depan sehubungan

dengan pembangunan sumberdaya manusia adalah:

1. Perlu dilanjutkan program pendidikan berbasis kompetensi yang dipadukan dengan

program semua bisa sekolah dengan mempercepat kegiatan sertifikasi guru.

2. Dukungan sarana dan prasarana kesehatan seperti halnya tenaga kesehatan, gedung

dan obat-obayan perlu ditingkatkan untuk mendukung meningkatnya permintaan

layanan kesehatan yang berkualitas.

Page 23: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

19

3. Penekanan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB perlu difokuskan pada

masyarakat kurang mampu melalui pelayanan gratis tetapi berkualitas.

2.3 Tingkat Pembangunan Ekonomi 2.3.1 Capaian Indikator Untuk capaian outcomes tingkat pembangunan ekonomi didasarkan pada

beberapa indikator output yaitu: Laju pertumbuhan ekonomi; persentase ekspor terhadap

PDRB; persentase output manufaktur terhadap PDRB; laju inflasi; persentanse

pertumbuhan realisasi investasi PMA; dan persentase pertumbuhan realisasi investasi

PMDN.

Gambar 7 Rata-rata dan Tren Outcomes Tingkat Pembangunan Ekonomi Provinsi

Gorontalo dan Nasional Selang Tahun 2004-2008

Berdasarkan Gambar 7 di atas outcomes tingkat pembangunan ekonomi di

Provinsi Gorontalo rata-rata capaiannya memperlihatkan fluktuasi selang tahun 2004-

2008. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai situasi yang mempengaruhi stabilitas ekonomi,

bukan saja faktor ekonomi tetapi juga di luar faktor ekonomi. Faktor ekonomi misalnya

adalah adanya fluktuasi nilai tukar global serta kenaikkan harga bahan bakar minyak fosil

mempengaruhi nilai tukar rupiah dan harga-harga kebutuhan masyarakat. Sedangkan

faktor di luar ekonomi contohnya adalah situasi politik dan adanya bencana mendorong

inflasi sehingga berdampak pada tingkat pembangunan ekonomi di daerah dan nasional.

Page 24: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

20

1. Analisis Relevansi Gambar 7 menunjukkan bahwa capaian rata-rata outcomes tingkat ekonomi

Provinsi Gorontalo sejalan dengan capain outcomes nasional. Relevansi ini terlihat dari

tahun ke tahun dimana jika rata-rata nasional meningkat maka rata-rata capaian provinsi

juga meningkat, tetapi sebaliknya jika capaian nasional menurun maka capaian provinsi

menurun. Untuk tahun 2005 tingkat pembangunan ekonomi Provinsi Gorontalo melebihi

rata-rata capaian nasional. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat

pendapatan per kapita Provinsi Gorontalo yang meningkat dengan baik dan cukup

signifikan. Tahun 2006 dampak kenaikkan BBM telah memberikan penurunan yang cukup

signifikan pada pembangunan ekonomi secara nasional maupun daerah. Tahun 2007

outcomes pembangunan ekonomi baik secara nasional maupun provinsi mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, yang disebabkan oleh adanya berbagai kebijakan

recovery ekonomi yang dilakukan pemerintah pusat serta dimplemetasikan di daerah.

Tahun 2008 capaian pembangunan baik nasional maupun Provinsi Gorontalo mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh adanya krisis

keuangan Global yang berimbas pada Indonesia sehingga mempengaruhi pembangunan

ekonomi nasional maupun daerah. Meskipun demikian bagi Provinsi Gorontalo dampak

krisis keuangan global ini pengaruhnya lebih kecil dari nasional, terbukti capaian

outcomes pembangunan ekonomi Provinsi Gorontalo masih lebih tinggi dari capaian

nasional.

Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa tren capaian outcomes pembangunan

ekonomi Provinsi Gorontalo mengikuti tren capaian nasional, akan tetapi dengan kondisi

Gorontalo masih lebih baik, terutama pada tahun 2008. Kondisi tahun ini menunjukkan

outcomes pembangunan ekonomi mengalami penurunan dimana tren nasional

penurunannya lebih curam dibandingkan dengan tren Provinsi Gorontalo.

Hasil perbandingan capaian rata-rata dan tren outcomes tingkat pembangunan

ekonomi menunjukkan bahwa kebijakan bidang ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

daerah sudah relevan dengan kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan ini mengacu

pada Visi Ketiga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-

2009 yaitu; terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan

penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang

berkelanjutan. Terciptanya kesejahteraan rakyat adalah salah satu tujuan utama pendirian

negara Republik Indonesia. Sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur yang

diartikan sebagai keadaan yang berkecukupan atau tidak kekurangan, yang tidak saja

memiliki dimensi fisik atau materi, tetapi juga dimensi rohani.

Page 25: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

21

2. Analisis Efektivitas Berdasarkan indikator outcomes pembangunan ekonomi yang digunakan dapat

dievaluasi efektivitas pembangunan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Rata-rata capaian

outcomes pembangunan ekonomi tahun 2004 adalah 21,25%. Angka capaian ini

mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2005 yaitu sebesar 56,69%, tetapi

mengalami penurunan pula secara signifikan di tahun 2006 menjadi 10,81%. Sedangkan

tahun 2007 kembali mengalami kenaikkan secara signifikan yaitu menjadi 42,30% dan

kembali menurun menjadi 25,79% di tahun 2008. Adanya fluktuasi outcomes tingkat

pembangunan ekonomi terkait dengan faktor yang telah diuraikan sebelumnya yaitu:

kenaikkan BBM dan krisis keuangan global. Keadaan ini secara langsung mempengaruhi

sektor investasi baik investasi penanaman modal asing maupun investasi penanaman

modal dalam negeri. Hal ini nampak jelas terlihat jika investasi dikeluarkan dalam analisis

terlihat bahwa indikator outcomes tidak mengalami fluktuasi yang tajam, dimana tahun

2004 capaian tingkat pembangunan ekonomi 28,03%, tahun 2005 mencapai 24,19%,

tahun 2006 mencapai 28,77%, tahun 2007 mencapai 28,96% dan tahun 2008 mencapai

28,44%.

Angka capaian outcomes pembangunan ekonomi khususnya dari tahun 2005-

2008 Provinsi Gorontalo tanpa investasi berada dalam kisaran 28%. Hal ini menunjukkan

bahwa meskipun terdapat faktor-faktor yang menghambat pembangunan ekonomi daerah

yang diakibatkan oleh kenaikkan BBM maupun krisis global tetapi tingkat pembangunan

ekonomi di Provinsi Gorontalo masih tetap dapat dipertahankan. Dengan demikian tingkat

pembangunan ekonomi di Provinsi Gorontalo cukup efektif.

2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol Outcomes tingkat pembangunan ekonomi didasarkan pada indikator output yaitu

ekonomi makro, investasi dan infrastruktur. Ekonomi makro meliputi: laju pertumbuhan

ekonomi, Persentase ekspor dan output manufaktur terhadap PDRB, pendapatan per

kapita dan laju inflasi. Investasi terdiri dari: Pertumbuhan Realisasi Investasi penanaman

modal asing dan modal dalam negeri sedangkan Infrastruktur terdiri dari panjang jalan

nasional dan panjang jalan provinsi. Indikator spesifik yang dibahas adalah laju

pertumbuhan ekonomi dan realisasi pertumbuhan PMDN dan PMA.

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Dalam rentang waktu 2004-2008 laju pertumbuhan ekonomi berada di atas rata-

rata nasional; dengan pertumbuhan rata di atas 6%. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo

tercatat sebagai pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di wilayah Sulawesi pada tahun

2004 setelah Sulawei Tenggara. Membaiknya perekonomian nasional pada selang 2

Page 26: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

22

tahun terakhir, ternyata berdampak positif dalam pergerakan ekonomi Gorontalo. Secara

umum, pertumbuhan ekonomi Gorontalo dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan

yang signifikan. Pada tahun 2006, ekonomi Gorontalo mencapai 7,30%, lebih tinggi

dibanding pertumbuhan tahun 2005 yang mencapai 7,19%.

Gambar 8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo dan Nasional 2004-2008

Tahun 2007, ekonomi Gorontalo tumbuh menjadi 7,51%, sedangkan tahun 2008,

pertumbuhan ekonomi Gorontalo tumbuh menjadi 7,76%. Perekonomian Provinsi

Gorontalo ditopang oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan

sektor perdagangan hotel dan restoran. Ketiga sektor ini memberikan kontribusi

pertumbuhan sebesar 4,65% kemudian meningkat menjadi 5,02%. Hal ini menunjukan

bahwa hampir 2/3 bagian roda pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo ditentukan oleh

ketiga sektor tersebut.

Kalau dilihat dari sumbangan (share) terhadap perekonomian ketiga sektor

tersebut menyumbang hampir 2/3 bagian terhadap perekonomian Provinsi Gorontalo,

sedangkan sumbangan tenaga kerja ketiga sektor tersebut jauh melebihi 2/3 bagian

tenaga kerja yang ada di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan gambaran tersebut walaupun

ketiga sektor tersebut menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo,

namun secara rata-rata tingkat kesejahteraan tenaga kerjanya khususnya pada sektor

pertanian masih perlu ditingkatkan.

Perluasan lahan pertanian sebagaimana dengan program agropolitan Provinsi

Gorontalo memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan

Page 27: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

23

ekonomi Provinsi ini. Namun perluasan lahan pertanian tidak dapat dilakukan secara

terus menerus karena akan memberikan eksternalitas negatif, berupa kerusakan

lingkungan seperti bahaya banjir yang sering melanda provinsi ini pada beberapa tahun

terakhir. Untuk itu perlu dicari sektor produktif yang dapat menarik/memindahkan tenaga

kerja yang berada pada sektor pertanian.

Sektor industri pengolahan merupakan salah satu alternatif untuk memindahkan

tenaga kerja dari sektor pertanian. Untuk itu perlu ada program khusus dari pemerintah

daerah Provinsi Gorontalo sehingga sektor ini menjadi penarik untuk berusaha, seperti

program pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kenyataanya

UMKM sangat tegar dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia usaha baik

dalam maupun luar negeri. UMKM disini seperti usaha industri pengolahan yang

berbahan baku sektor pertanian, yang akan membuat peningkatan nilai tambah output

sektor pertanian dan akan membuat multiplier effect yang semakin tinggi.

UMKM dirasakan memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian

regional dan nasional, terutama dalam penyediaan lapangan kerja maupun mempercepat

perkembangan sektor riil. Namun, praktiknya UMKM menghadapi persoalan terbatasnya

SDM, produktivitas rendah, lemah akses pasar, dan modal. Dari hasil penelitian Bank

Indonesia sebagian besar UMKM (54,6%) masih memerlukan kredit modal, sebab modal

yang ada masih berasal dari pribadi dan keluarga. Kendala keterbatasan modal

menjadikan permasalahan utama usaha mikro (40,5%) dan kecil (36,6%) untuk

berkembang. Permasalahannya adalah walaupun banyak sumberdana yang tersedia tapi

belum banyak yang menyentuh sektor usaha tersebut. Menururut Bank Indonesia Cabang

Gorontalo (2009), penyebabnya adalah belum ada kesamaan persepsi antara pihak

pemerintah daerah dan pihak perbankan mengenai mekanisma penyalurarn kredit

terhadap UMKM. Bank Indonesia (BI) juga diharapkan dapat memfasilitasi pembentukan

skim penjaminan kredit untuk meningkatkan akses usaha UMKM. Karena pada dasarnya

pemerintah daerah (Pemda) menyadari arti penting keberadaan lembaga penjamin kredit

di daerah sebagai sarana pengembangan UMKM.

Disisi lain pengembangan jiwa kewirausahaan Masyarakat Gorontalo yang masih

lemah juga perlu dikembangkan untuk menghasilkan pribadi yang kuat untuk berinovasi

melayani keinginan manusia dengan barang atau jasa yang khas, kalau perlu berbeda

dengan yang lain dan sama sekali baru. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam

melambatnya perekonomian Provinsi Gorontalo adalah krisis listrik, hal ini ke depan

membutuhkan perencanaan secara sinergis dan berkelanjutan.

Page 28: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

24

2. Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Investasi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi perekonomian

suatu wilayah. Investasi akan dapat mendorong berbagai hal antara lain kesempatan

kerja sampai dengan kesempatan untuk memperoleh pendapatan. Bagi wilayah yang

baru dimekarkan seperti halnya Provinsi Gorontalo keberadaan investasi akan dapat

membantu dalam mensejajarkan provinsi ini dengan provinsi yang lain yang lebih dulu

terbentuk. Investasi dalam Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah ini meliputi: investasi

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Persentase pertumbuhannya tersaji pada Gambar 9.

Gambar 9 Persentase Realisasi Investasi PMA dan PMDN Tahun 2004-2008

Berdasarkan Gambar 9 di atas pertumbuhan realisasi investasi sangat fluktuatif

baik untuk investasi PMA mapun PMDN. Investasi PMA pada tahun 2008 positif yang

dua tahun sebelumnya negatif, sementara PMDN dua tahun terakhir positif yang

sebelumnya negatif. Dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi sebagaimana diuraikan

sebelumnya diharapkan dapat meningkatkan kegiatan investasi yang bersumber dari

sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan

penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, real estat dan jasa

perusahaan serta sektor jasa-jasa. Disamping itu, kebijakan pemerintah yang lebih

menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan kemampuan UMKM, diharapkan akan

memacu mendorong investasi baik PMA maupun PMDN. Disamping itu daya tarik

investasi juga sangat ditentukan oleh kemudahan perijinan dan iklim berusaha daerah,

serta kemudahan-kemudahan pemerintah dalam memberikan keringanan pajak

(taxholiday). Pemerintah Provinsi Gorontalo mulai akhir tahun 2009 melalui Badan

Page 29: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

25

Investasi Daerah telah merintis peningkatan daya tarik investasi di daerah ini dengan

membentuk system perijinan satu atap, keringanan pajak, dan membentuk iklim usaha

yang kondusif. Disamping itu dalam beberapa tahun terakhir ini beberapa hasil penelitian

yang berhubungan dengan komoditas unggulan dan komoditas industry unggulan telah

dibuat baik ditingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten dan kota.

2.3.3 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan uraian capaian outcomes dan indikator output hal yang

direkomendasikan untuk dilakukan oleh Pemerintah Provinsi ke depan dalam

hubungannya dengan pembangunan ekonomi adalah:

1. Perlu dilakukan pengembangan produk unggulan provinsi terutama bidang pertanian

dan perikanan ke upaya penambahan nilai tambah produk untuk meningkatkan

pendapatan rumah tangga dan pendapatan regional.

2. Komoditi ekspor perlu difokuskan kepada barang dan jasa yang spesifik daerah dan

memiliki keunikan sehingga mampu kompetitif dan mampu bertahan dalam terpaan

krisis.

3. Investasi swasta perlu didorong dengan memberikan berbagai kemudahan dan insentif

yang tidak bertentangan dengan aturan, norma dan kelestarian lingkungan.

4. Pengembangan infrastruktur perlu diarahkan pada upaya peningkatan ekonomi lokal

serta memperlancar aksesibilitas dalam menunjang arus barang, jasa dan penduduk.

2.4 Kualitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 2.4.1 Capaian Indikator Untuk capaian outcomes kualitas pengelolaan sumberdaya alam didasarkan pada

indikator output persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis dan

Persentase terumbu karang dalam keadaan baik. Berdasarkan Gambar 10 kualitas

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara nasional maupun provinsi

angka capaian rata-ratanya berfluktuasi. Secara keseluruhan berdasarkan dua indikator

output yang digunakan pengelolaan sumberdaya alam di Provinsi Gorontalo lebih baik

secara nasional. Hal ini dipengaruhi oleh persentase terumbu karang yang masih terjaga

cukup tinggi dibanding angka capaian secara nasional.

Page 30: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

26

Gambar 10 Rata-rata dan Tren Outcomes Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam

Provinsi Gorontalo dan Nasional Selang Tahun 2004-2008 1. Analisis Relevansi Gambar 10 menunjukkan bahwa angka capaian rata-rata tingkat pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo selang tahun 2004-2006

cenderung menurun dan tahun 2007-2008 angka capaiannya mengalami peningkatan.

Kondisi yang sama diperlihatkan oleh angka capaian nasional dimana pada selang dua

rahun terakhir memperlihat peningkatan. Dari sisi tren antara data provinsi dan nasional

cenderung sama akan tetapi tren nasional lebih curam. Hal ini menunjukkan terdapat

relevansi upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di tingkat nasional

dan provinsi. Meskipun dua indikator output yang digunakan masih dianggap belum

menjadi tolok ukur yang lengkap dalam mengevaluasi.

Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo

sesungguhnya mengacu pada Agenda Nasional dalam RPJMN 2004-2009, yaitu

Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera khususnya sasaran keempat yang berbunyi:

membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam (SDA) yang

mengarah pada pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip pembangunan berkelanjutan

di seluruh sektor dan bidang pembangunan. Adapun prioritas yang ditetapkan dalam

upaya pencapaian sasaran ini diletakkan pada perbaikan pengelolaan sumberdaya alam

dan pelestarian mutu lingkungan hidup dengan kebijakan: (1) mengelola sumberdaya

alam untuk dimanfaatkan secara efisien, adil, dan berkelanjutan yang didukung dengan

kelembagaan yang handal dan penegakan hukum yang tegas, (2) mencegah terjadinya

kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang lebih parah, sehingga laju

kerusakan dan pencemaran semakin menurun; (3) memulihkan kondisi sumberdaya alam

Page 31: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

27

dan lingkungan hidup yang rusak; (4) mempertahankan sumberdaya alam dan lingkungan

hidup yang masih dalam kondisi baik untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan, serta

meningkatkan mutu dan potensinya; serta (5) meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

2. Analisis Efektivitas

Pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Gorontalo cenderung menunjukkan

peningkatan terutama pada 3 tahun terakhir. Tahun 2006 angka capaian rata-rata

indikator adalah 76,03%, tahun 2007 dan 2008 meningkat menjadi 77, 67% dan 77,83%.

Kecenderungan peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup ini

mengikuti pula capaian nasional. Terjadinya tren peningkatan ini membuktikan bahwa

kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup di Provinsi Gorontalo efektif.

2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol Indikator spesifik dari output pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk

hutan terdiri dari terdiri dari jumlah tindak pidana perikanan dan persentase terumbu

karang dalam keadaan baik.

1. Jumlah Tindak Pidana Perikanan Tindak pidana perikanan berhubungan dengan perusakan terumbu karang yang

dilakukan oleh masyarakat untuk tujuan ekonomi. Umumnya jenis tindak pidana adalah

kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak seperti bom ikan.

Gambar 11 menunjukkan bahwa jumlah tindak pidana perikanan di Provinsi Gorontalo

umumnya relatif kecil, hal ini berhubungan dengan tingginya kesadaran masyarakat

dalam menjaga kelestarian pantai dan terumbu karang. Selain itu adanya sanksi yang

cukup berat sampai ke pengadilan terhadap pelanggar tindak pidana menimbulkan

adanya efek jera pada pelaku dan masyarakat. Selain itu faktor yang menyebabkan

rendahnya tindak pidana perikanan di Provinsi Gorontalo karena adanya pendekatan

ekonomi pada masyarakat pesisir pantai melalui salah satu program unggulannya yaitu

etalase perikanan. Implementasi program Etalase Perikanan terdiri dari 11 model etalase

yaitu : (1) pengembangan perikanan tangkap; (2) pengembangan budidaya perairan; (3)

pengembangan pelabuhan perikanan; (4) konservasi dan wisata bahari; (5)

pengembangan sumberdaya manusia; pengembangan desa nelayan; (6) pengembangan

kota pantai; (7) pengembangan pelabuhan udara kargo; (8) pengembangan kota pantai;

(9) pengembangan marine industry; (10) pengembangan pulau-pulau kecil; (11)

pengembangan energi dan komunikasi kelautan.

Page 32: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

28

200

2

174

0

139

0

116

31

62

2 0 20

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2004 2005 2006 2007 2008 2009

JUMLAH TINDAK PIDANA PERIKANAN

Nasional Provinsi Gorontalo

Gambar 11 Jumlah Tindak Pidana Perikanan Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun 2004-2008

2. Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik

Keberadaan terumbu karang sangat berhubungan dengan pelestarian hayati laut

sehingga diperlukan berbagai upaya dalam mempertahankannya. Rusaknya terumbu

karang antara lain dipengaruhi oleh pencemaran air laut dan adanya tindakan manusia

yang secara langsung mempengaruhi sengaja merusak terumbu karang. Pencemaran

dapat berupa limbah zat kimia, minyak maupun sampah. Gambar 12 menyajikan

persentase terumbu karang dalam keadaan baik baik di Provinsi Gorontalo maupun

nasional

31.46

78.3

31.49

76.7

29.49

75.6

30.62

74.9

30.96

74.9

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2004 2005 2006 2007 2008

PERSENTASE TERUMBU KARANG DALAM KEADAAN BAIK

Nasional Provinsi Gorontalo

Gambar 12 Persentase Terumbu Karang Dalam Keadaan Baik Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun 2004-2008

Page 33: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

29

Gambar 12 memperlihatkan persentase terumbu karang dalam keadaan baik di

Provinsi Gorontalo lebih tinggi capaiannya dibandingkan capaian secara nasional. Hal ini

berhubungan dengan keberadaan terumbu karang di wilayah Provinsi Gorontalo yang

relatif masih terawat dan terjaga keberadaannya.

2.4.3 Rekomendasi Kebijakan 1. Porsi kebijakan konservasi hutan perlu ditingkatkan untuk mempertahankan kondisi

lingkungan hutan dan sekitarnya.

2. Perlu dilakukan pendekatan terpadu kepada masyarakat dalam menjaga dan

mempertahankan kelestarian terumbu karang.

2.5 Tingkat Kesejahteraan Rakyat

2.5.1 Capaian Indikator Untuk capaian tingkat kesejahteraan rakyat didasarkan pada beberapa indikator

yaitu: persentase penduduk miskin; tingkat pengangguran; persentase pelayanan

kesejahteraan sosial bagi anak/presentase jumlah anak (terlantar, jalanan, balita terlantar,

dan nakal) yang dilayani oleh Departemen Sosial; persentase pelayanan kesejahteraan

sosial bagi lanjut usia/presentase jumlah lanjut usia yang dilayani oleh Departemen

Sosial; persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial/persentase jumlah (penyandang

cacat, tunasosial, dan korban penyalahgunaan narkoba) yang dilayani oleh Departemen

sosial.

Gambar 13 Outcomes Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo dan Nasional

Tahun 2004-2008

Page 34: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

30

Berdasarkan Gambar 13 di atas outcomes tingkat kesejahteraan sosial di Provinsi

Gorontalo rata-rata capaiannya menunjukkan fluktuatif tetapi berada di bawah capaian

rata-rata nasional. Secara nasional indikator outcomes sejak empat tahun terakhir

mengalami peningkatan sedangkan rata-rata capaian Provinsi Gorontalo berfluktuasi dari

tahun ke tahun.

1. Analisis Relevansi

Gambar 13 menunjukkan bahwa selang tahun 2004-2005 terjadi peningkatan

tingkat kesejahteraan Provinsi Gorontalo sedangkan secara nasional mengalami

penurunan. Pada tahun 2006 rata-rata capaian nasional mengalami peningkatan tetapi

sebaliknya rata-rata provinsi mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya

peningkatan yang signifikan dari indikator output layanan kesehatan yang diberikan oleh

Departemen Sosial kepada anak terlantar, lanjut usia maupun rehabilitasi sosial, sehingga

indikator outcomes mengalami penurunan. Pada tahun 2007 outcomes tingkat

kesejahteraan Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan bersamaan dengan

meningkatnya kondisi secara nasional, akan tetapi pada tahun 2008 mengalami

penurunan dalam kisaran yang sempit sedangkan secara nasional mengalami

peningkatan dalam kisaran yang sempit pula. Dari sisi tren Gambar 13 outcomes tingkat

kesejahteraan Provinsi Gorontalo agak kurang sejalan dengan tingkat kesejahteraan

nasional. Tren provinsi memperlihatkan tren yang fluktuatif dan cukup curam dari tahun ke

tahun, sedangkan tren nasional pada umumnya menurun dengan kemiringan yang

cenderung linear. Meskipun demikian jika dilihat secara umum outcomes tingkat

kesejahteraan Provinsi Gorontalo masih relevan dengan nasional, terutama jika dilihat

dari indikator output yaitu penduduk miskin dan pengangguran terbuka, perbedaan yang

terjadi disebabkan oleh adanya perubahan yang signifikan dari indikator output penyusun

outcomes utamanya pada layanan sosial.

Pembangunan kesejahteraan berhubungan dengan agenda nasional yaitu

mewujudkan “Indonesia yang Sejahtera”. Agenda ini secara detil menjabarkan 5 sasaran

pokok dalam mewujudkan agenda Indonesia Sejahtera. Sasaran yang berhubungan erat

dengan indikator outcomes adalah sasaran pertama. Sasaran ini menyebutkan bahwa sasaran

pembangunan dalam agenda mewujudkan Indonesia Sejahtera adalah menurunnya jumlah

penduduk miskin serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran

terbuka dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga.

Page 35: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

31

2. Analisis Efektivitas Efektivitas outcomes tingkat kesejahteraan dilihat dari perkembangan capaian

rata-rata indikator setiap tahun. Tahun 2004 angka capaian tingkat kesejahteraan

mencapai 89,14%, selanjutnya tahun 2005 angka capaiannya mengalami peningkatan

menjadi 89,92%. Kondisi pada tahun 2006 angka capaian tingkat kesejahteraan Provinsi

Gorontalo menurun dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 87,69%, selanjutnya tahun 2007

meningkat menjadi 89,51% dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 89,23%.

Dilihat dari capaian tahun ke tahun terlihat bahwa efektivitas capaian outcomes tingkat

kesejahteraan agak kurang efektif yang disebabkan oleh perubahan yang signifikan dari

indikator output layanan sosial.

2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik Menonjol Outcomes tingkat kesejahteraan sosial berdasakan indikator output kemiskinan

dan pengangguran terbuka.

1. Kemiskinan

Kemiskinan telah menjadi issu nasional, bahkan global. Oleh karenanya

kemiskinan merupakan salah satu target nasional dan juga salah satu sasaran

pembangunan (Millenium Development Goals =MDGs). Angka kemiskinan di muka bumi

ini, diharapkan semakin berkurang bersamaan dengan waktu yang berjalan. Demikian

juga dengan Provinsi Gorontalo melalui salah satu misi pembangunan periode 2004-2009,

yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat

dengan pengembangan 3(tiga) program unggulan yang menyentuh masyarakat terutama

lapisan bawah yaitu petani dan nelayan. Hal tersebut akan berdampak kepada

peningkatan kemampuan ekonomi sehingga dapat diharapkan mengurangi jumlah

penduduk miskin di provinsi ini.

Definisi Kemiskinan yang digunakan BPS adalah jumlah rupiah yang diperlukan

oleh setiap individu untuk makanan setara 2.100 kilo kalori per orang/hari. Biaya untuk

membeli 2.100 kilo kalori/hari disebut sebagai Garis Kemiskinan Makanan dan Mereka

yang pengeluarannya lebih rendah dari garis kemiskinan disebut sebagai penduduk yang

hidup di bawah garis kemiskinan atau penduduk miskin.

Gambar 14 memperlihatkan kemiskinan di Provinsi Gorontalo cenderung

mengalami penurun dari tahun ke tahun, meskipun demikian angka capaiannya masih di

atas capaian nasional. Kenaikan harga BBM telah mendorong peningkatan persentase

kemiskinan antara selang tahun 2004-2005 meskipun dalam kisaran yang sempit.

Permasalahan umum kemiskinan di Gorontalo sangat terkait dengan tingkat kedalaman

Page 36: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

32

kemiskinan. Pada tahun 2007 perbandingan tingkat kedalaman kemiskinan di Sulawesi

menunjukkan bahwa Gorontalo memiliki tingkat kedalaman tertinggi, yakni mencapai 5,57.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menekan angka

kemiskinan. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) target

angka kemiskinan Provinsi Gorontalo tahun 2012 adalah 10%. Dalam rangka pencapaian

target ini ditetapkan agenda inovasi dalam menumbuh-kembangkan ekonomi rakyat

berbasis desa. Selain itu untuk menurunkan angka kemiskinan secara terencana disusun

master plan kemiskinan Provinsi Gorontalo. Implementasi kebijakan penurunan angka

kemiskinan dilaksanakan melalui program antara lain: pemberdayaan fakir miskin,

bimbingan dan rehabilitasi sosial, Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

(UPPKS), Program Usaha Mandiri (Pundi), serta Bina Lingkungan yang dilakukan oleh

Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Agenda lainnya adalah percepatan pembangunan

sektor pertanian sebagai sektor penyerap tenaga kerja, mendorong tumbuh kembangnya

KUKM dan IKM, regulasi sektor ekonomi untuk mendorong peningkatan investasi di

daerah, serta kegiatan padat karya melalui belanja modal pemerintah daerah.

Gambar 14 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun

2004-2008 2. Pengangguran Terbuka

Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja

atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama

sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha,

mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan

Page 37: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

33

pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan

pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, tren indikator ini akan

menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Perkembangan

tingkat pengangguran di Provinsi Gorontalo tersaji pada Gambar 15.

9.86

12.29

14.22

16.08

10.28

7.629.11

7.168.46

7.04

0

5.06

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2004 2005 2006 2007 2008 2009

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

Nasional Provinsi Gorontalo

Gambar 15 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Gorontalo dan Nasional Tahun 2004-2009

Pengangguran di Provinsi Gorontalo selang tahun 2004-2009 terus menurun

seiring dengan menurunnya tingkat pengangguran nasional. Meskipun demikian tingkat

pengangguran di Provinsi Gorontalo lebih rendah dibandingkan dengan angka capaian

nasional. Pada tahun 2004 pengangguran terbuka di Provinsi Gorontalo mencapai

12,29% dan tahun 2009 turun menjadi 5,06%. Penyerapan tenaga kerja di Provinsi

Gorontalo umumnya diserap oleh sektor pertanian yaitu sebesar 57%.

Kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam menanggulangi

pengangguran bersinergi dengan kebijakan sektor-sektor lain, seperti halnya investasi,

pendidikan, pertanian serta sektor lain yang berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja.

Permasalahan yang memerlukan penanggulangan ke depan adalah tingginya angka

pengangguran yang berasal dari angkatan kerja terdidik. Berdasarkan data Dinas Tenaga

Kerja Provinsi Gorontalo, jumlah tenaga yang berpendidikan sarjana mencapai 25% dari

total jumlah pengangguran sebanyak 25.000 orang. Berdasarkan hasil identifikasi isu dan

masalah sentral di Provinsi Gorontalo adalah : 1) Kecenderungan tenaga kerja untuk

menjadi pegawai negeri sipil sangat tinggi. Hal ini terjadi karena ada anggapan bahwa

dengan menjadi pegawai Negeri Sipil, maka dengan sendirinya status sosial di

Page 38: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

34

masyarakat akan terangkat; 2) Kultur memilih-milih pekerjaan sehingga lowongan

pekerjaan yang ada akan terisi oleh tenaga kerja luar daerah; 3) rendahnya kualitas dan

kapasitas SDM sehingga tenaga kerja lokal tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja

dari luar daerah, sehingga berpengaruh pada tingkat pengangguran; dan 4) rendahnya

kemampuan menciptakan kesempatan kerja serta rendahnya jiwa wirausaha sehingga

banyak orang luar daerah yang cukup berhasildi Provinsi Gorontalo. Dalam teknis

penanggulangan pengangguran selama ini Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)

melakukannya secara parsial sehingga hasilnya tidak efektif dan tumpang tindih.

3.5.3 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan uraian capaian outcomes dan indikator output, rekomendasi yang

diajukan untuk dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo ke depan sehubungan

dengan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah:

1. Perlu ditetapkan agenda inovasi dalam menumbuh-kembangkan ekonomi rakyat

berbasis desa dan sektor informal perkotaan untuk mencapai target penurunan angka

kemiskinan.

2. Perlu ada kebijakan terpadu antar SKPD di kabupaten/kota dan provinsi untuk

menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

3. Layanan kesejahteraan sosial yang diberikan perlu difokuskan pada mereka yang

benar-benar membutuhkan layanan serta pada upaya-upaya preventif

Page 39: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

35

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil evaluasi relevansi dan efektifitas indikator outcomes dan

output disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ada relevansi antara pembangunan layanan publik Provinsi Gorontalo dengan

nasional. Hal ini dimungkinkan karena layanan publik yang dijalankan pemerintah

daerah mengacu pada agenda kedua RPJMN 2004-2009 dengan sasaran ketiga yaitu

meningkatnya pelayanan kepada masyarakat melalui penetapan prioritas yang diletakkan

pada revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah, diimplementasikan ke dalam

agenda pembangunan Provinsi Gorontalo yaitu: Inovasi Kepemerintahan Entrepreneur.

Kecenderungan capaian dari tahun ke tahun menunjukkan layanan publik di Provinsi

Gorontalo cukup efektif.

2. Terdapat relevansi pembangunan sumberdaya manusia yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan kebijakan pembangunan nasional, Angka

capaian dan tren indikator outcomes menunjukkan pula bahwa pembangunan SDM

yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah adalah efektif. Hal ini disebabkan Agenda

nasional ketiga pada RPJMN 2004-2009 pada sasaran ketiga yaitu : meningkatkan

kualitas sumberdaya secara menyeluruh, diimplementasikan dalam program unggulan

daerah “ yaitu peningkatan sumberdaya manusia.

3. Terdapat relevansi kebijakan pembangunan ekonomi Provinsi Gorontalo dengan

kebijakan ekonomi nasional, sedangkan capaiannya yang meningkat dari tahun ke

tahun menunjukkan bahwa kebijakan yang dijalankan pemerintah daerah adalah

efektif. Hal ini terjadi karena Visi pembangunan nasional ketiga dalam RPJMN 2004-

2009, diimplementasikan dalam program unggulan daerah yaitu : program Agropolitan

dan Etalase Perikanan.

4. Terdapat relevansi kebijakan pembangunan di bidang pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan

kebijakan secara nasional. Angka capaian indikator yang meningkat dari tahun ke

tahun menunjukkan pelaksanaannya juga efektif. Kebijakan pemerintah daerah dalam

pembangunan bidang ini mengacu pada pada Agenda ketiga Nasional dalam RPJMN

2004-2009, khususnya sasaran keempat yang berbunyi yaitu, membaiknya mutu

lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam (SDA) yang mengarah pada

pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip pembangunan berkelanjutan di seluruh

sektor dan bidang pembangunan. Kebijakan ini diimplemenasikan pada agenda

Page 40: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

36

keempat pembangunan daerah yaitu pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dalam

bentuk hak atas pengelolaan SDA.

5. Pembangunan kesejahteraan di Provinsi Gorontalo jika hanya didasarkan pada

indikator output kemiskinan dan pengangguran terbuka memiliki relevansi dengan

kebijakan nasional, tetapi jika memasukkan layanan sosial agak kurang relevan.

Kondisi yang sama ditunjukkan oleh capaian efektivitasnya. Kebijakan pemerintah

daerah dalam pembangunan kesejahteraan berhubungan dengan agenda nasional

yaitu mewujudkan agenda kedua RPJMN 2004-2009 yaitu Indonesia Sejahtera.

Penjabaran kebijakan nasional ini diimplementasikan dalam program unggulan daerah

dan agendanya yang berfokus pada sasaran peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 41: Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG

37

DAFTAR PUSTAKA Bappenas. 2009. Pedoman Umum Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2009

Bapppeda Provinsi Gorontalo. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Gorontalo 2007-2012

---------------. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2007-2025 Provinsi

Gorontalo Sudarsono, Slamet. 2009. Peningkatan Akuntabilitas Pelaksanaan Anggaran EKPD 2009.

Makalah Disampaikan pada Seminar Pembekalan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2-3 Juli 2009.

Widianto, Bambang. 2009. Arahan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2009.

Disampaikan pada Seminar Pembekalan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2-3 Juli 2009.