lap.met kel;3(afri)

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatra Barat memiliki lebih kurang 300 pulau. Sebanyak 252 pulau terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau utama, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan.2.. Luas wilayah Provinsi Sumatra Barat adalah 42.297,30 kilometer persegi, yang terdiri dari lautan seluas 138.750 kilometer persegi dan panjang garis pantai 375 kilometer. Sebagai daerah yang memiliki laut yang luas, menyebabkan ekonomi penduduk, khususnya masyarakat nelayan di daerah pesisir tergantung pada hasil laut (Sarjulis, 2011).. Provinsi sumatra barat memiliki banyak pantai karena letaknya berbatasan langsung dengan samudra hindia. Ekosistem pantai terletak di zona litoral. Ekosistem ini dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di

Upload: afri-mansyah-bth

Post on 26-Nov-2015

76 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatra Barat memiliki lebih kurang 300 pulau. Sebanyak 252 pulau terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau utama, yakni Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan.2.. Luas wilayah Provinsi Sumatra Barat adalah 42.297,30 kilometer persegi, yang terdiri dari lautan seluas 138.750 kilometer persegi dan panjang garis pantai 375 kilometer. Sebagai daerah yang memiliki laut yang luas, menyebabkan ekonomi penduduk, khususnya masyarakat nelayan di daerah pesisir tergantung pada hasil laut (Sarjulis, 2011).. Provinsi sumatra barat memiliki banyak pantai karena letaknya berbatasan langsung dengan samudra hindia. Ekosistem pantai terletak di zona litoral. Ekosistem ini dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di subtrak keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa ganggang, molusca dan remis.Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantaiPainan sendiri terdapat beberapa pantai yang berpasir dan berbatu, pada ekosistem pantai berpasir dan berbatu ini banyak terdapat biota dan organisme yang hidup dan berkembang biak di ekosistem ini, kalau dilihat secara sekilas, mungkin hanya terlihat sedikit organisme yang hidup pada daerah ini, padahal kalau diamati lebih lanjut maka akan dapat terlihat sangat jelas bahwa sangat banyak sekali organisme yang sangat kecil yang hidup pada daerah ekosistem pantai berpasir ini, oleh sebab itu kita perlu meneliti dan mengkaji lebih lanjut lagi apa saja organisme yang hidup pada ekosistem pantai berpasir di painan.1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari pratikum Metode Ekologi Muara dan Pantai ini adalah untuk mengetahui kondisi perairan atau pantai, dan untuk mengetahui bagaimana teknik atau metoda dalam perhitungan dan penelitian di lokasi yang terletak pada ekosistem pantai berpasir dan untuk mengetahui apa saja biota yang hidup pada ekosistem perairan Pantai desa sungai Nipah, Terutama organisme dan biota yang terdapat diperairan pantai berpasir tersebut. Serta karakteristik perairan kabupaten peisisir selatan. 1.3 Manfaat Praktikum Manfaat dari pratikum metode ekologi muara dan pantai ini adalah untuk memberikan informasi dan data tentang kondisi perairan, dan jenis biota yang terdapat pada Pantai Desa Sungai Nipah baik dari segi daerah konservasi maupun daerah ekowisata bahari kepada masyarakat umum dan mahasiswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAIndonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken 1988).Provinsi Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki kondisi tektonik aktif, karena merupakan bagian dari pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang dicirikan oleh kegempaan aktif. Gempa-gempa besar yang berpusat di dasar laut sering terjadi di wilayah ini dengan kedalaman relatif dangkal (Yudhicara, 2008).Ekosistem pantai terletak antara garis air surut terendah dan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah di mana ditemukan substrat berbatu dan berkerikil (yang mendukung sejumlah terbatas flora dan fauna sesil) hingga daerah berpasir aktif (dimana ditemukan populasi bakteri, protozoa, metazoa) dan daerah berpasir bersubstrat liat dan Lumpur (di mana ditemukan sejumlah besar komunitas infauna) (Bengen, 2002).Zona intertidal sesekali terendam oleh air saat pasang dan sesekali terjemur oleh teriknya matahari saat surut. Pada kawasan supratidal dan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang bergerak cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan atau mengubur diri kedalam pasir seperti beberapa jenis kerang-kerangan (bivalve) dan cacing pantai (Annelida). Khusus pada zona intertidal, hewan-hewan yang membanamkan diri pada pasir (infauna) lebih banyak di jumpai di bandingkan dengan daerah subtidal yang di dominasi oleh hewan-hewan kecil yang hidup di atas permukaan pasir (epifauna). (wikipedia.org)Wilayah pesisir menurut Dahuri (2001) merupakan batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut, ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200m ke arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah. Pantai Provinsi Sumatera Barat memiliki dua tipe pantai, yaitu Tipe 1: pantai landai berpasir, dan Tipe 2: pantai curam berbatu. Pantai landai berpasir dengan bentuk garis pantai memanjang tanpa lekukan seperti di pantai antara Kota Padang dengan Air Bangis dan antara Pasir Ganting dengan Salido akan berpotensi terlanda gelombang tsunami lebih rendah dibandingkan dengan pantai curam yang berbentuk teluk (Teluk Kasai, Teluk Kabung, Teluk Batung, dan Teluk Nibung), (Yudhicara, 2008).Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah satu daerah ekologi yang paling familiar, habitat dan interaksinya sudah diketahui oleh ilmuan, penelitian diadakan di pulau Cruger yang pantai utaranya merupakan ( freshwater ) air tawar dan berbatu. Fauna pada pantai berbatu pulau cruger berkarakteristik dominan pada binatang air tawar. Sebagian besar berupa Dipterans, Nematodes, Microannelida, Gastropoda, Bivalves dan Flatworms secara keseluruhan, macroinvertebrate yang ada di pantai ini berasal dari golongan Tubellaria, Nematoda, Oligochaeta, Gastropoda, Dreissna, Acari, Amphipoda, Ephemeroptera, Trichoptera, coteoptera, Ceratopogonidae, Chironomidae. Sama seperti lingkungan air tawar, serangga menjadi hal umum di pulau cruger . Serangga yang terdapat adalah Epheraroptera, Trichoptera, coleoptera dan diptera ( Prajitno, 2009). Pantai berbatu merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang cukup subur. Kombinasi substrat keras untuk penempelan, seringnya aksi gelombang, dan perairan yang jernih menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota laut. Pantai berbatu menjadi habitat bagi berbagai jenis moluska (kerang), binatang laut, kepiting, anemon, dan juga ganggang laut (Bengen, 2001). Wilayah pantai meupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur utama yaitu daratan, lautan dan atmosfir. Proses tersebut berlangsung sejak bumi ini terbentuk dan bentuk wilayah pantai yang seperti terlihat sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran dan pembentukan tiga unsur utama alam tersebut sebagai tempat peralihan antara daratan dan lautan, wilayah pantai juga berfungsi sebagai zona penyangga bagi banyak binatang yang bermigrasi untuk tempat mencari makan, memijah dan membesarkan anak-anak (Pariwono, 1992).Menurut Tanjung (2013) Pantai berpasir adalah suatu ekosistem, dimana ekosistem ini akan semakin tidak stabil dengan meningkatnya derajat keterbukaannya terhadap fenomena laut. Pantai berpasir biasanya merupakan hamparan yang luas, landai, dan substratnya tidak stabil karena dipengaruhi hempasan gelombang/ombak, miskin zat hara (semakin terbuka maka semakin miskin zat hara).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Waktu Dan TempatPraktikum lapangan Metode ekologi muara dan pantai ini dilaksanakan pada tanggal 09 Mei 2013 pada pukul 10.00-16.00 WIB yang bertempat di Pesisir pantai desa Sungai Nipah, kecamatan IV Jurai, kabupaten Pesisir Selatan, di Provinsi Sumatra barat. 3.2 Alat Dan Bahan Alat yang digunakan pada pratikum Metode Ekologi Muara dan Pantai adalah Petak contoh, meteran, masker, kantong plastic, spidol dan ice box sampel, Ember 10 Kg, Gayung, Ayakan mesh yang berukuran 0.5 mm, dan Spatula/ alat pengeruk serta Mikroskop . Sedangkan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah formalin dan sampel biota/ organisme yang didapat dari hasil penyaringan.3.3 Metode PraktikumAdapun metode yang digunakan dalam pratikum Metode Ekologi Muara dan Pantai yaitu dalam penentuan stasiun berdasarkan metoda purposive sampling, yakni menetapkan stasiun berdasarkan karakter lingkungan yang terdapat di daerah praktikum. Sedangkan untuk samplingnya menggunakan metoda sampling transek kuadrat yaitu dengan cara membagi stasiun atas petakan-petakan. 3.4 Prosedur PraktikumAdapun prosedur praktikum metode ekologi muara dan pantai yaitu pertama kali adalah menentukan lokasi stasiun pengamatan dengan metoda purposive sampling, setelah itu tentukan titik sampling dengan metode transek kuadrat,dan Letakkan transek tegak lurus sepanjang garis pantai yang membentuk sudut 900 sebanyak 3 transek dengan jarak 10 meter dimana masing- masing transek terdapat 3 kuadran yang berukuran 50 x 50 cm. kemudian Pasir di ambil dengan menggunakan spatula atau alat pengeruk lainya, masukan kedalam ember kemudian saring dengan ayakan berukuran 0,5 mm, kemudian dibersihkan dengan air, Hasil yang telah tersaring masukan kedalam kantong plastik dan kemudian di beri formalin 4% . sampel tersebut siap di bawa kelaboratorium untuk selanjutnya di identifikasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.2 Hasil

5kingdom: Animaliafilum : Moluscakelas : GastropodaOrdo:Neogastropoda Famili: ThaididaeGenus : MorulaSpesies:Morula granulate6kingdom : Animaliafilum: Molluscakelas : Gastropoda OrdoFamili:FasciolariidaeGenus : Filifusus Spesies: F. filamentosus7kingdom: Animaliafilum: Molluscakelas : GastropodaOrdoFamili: NeritidaeGenus : Nerita Spesies: Nerita polita8kingdom: Animaliafilumkelas : GastropodaSubfamily: TrochinaeFamili: TrochidaeGenus : Trochus Spesies: T. maculatus1kingdom: Animaliafilum: Moluscakelas : GastropodaOrdo: CaenosastropodaFamili: NeritidaeGenus : NeritaSpesies: Nerita costata2kingdom: Animaliafilum: Arthropodakelas : CrustaceaOrdo: DecapodaFamili: BrachyuraGenus : ThalamitaSpesies: Thalamita sp3kingdom: Animaliafilum: Moluscakelas : GastropodaOrdo:MesogosteropodaFamili:LitorinidaeGenus :LittorinaSpesies: Littorina scabra4kingdom: Animaliafilum: Arthropodakelas : CrustaceaOrdo: MalacostracaFamili: ScylladaeGenus : ScyllaSpesies:Scylla serrataAdapun hasil yang didapat selama praktikum yaitu ditemukan 9 jenis spesies yang berhasil ditemukan berikut klasifikasi spesies yang ditemukan : Klasifikasi dari berbagai spesies yang dipraktikumkan :12

1.

9kingdom: Animalia

filum: Mollusca

kelas : Gastropoda

Superfamily: Olivoidea

Famili: Olividae

Genus : Oliva

Spesies: O. caerulea

Tabel.1 Nama spesies yang ditemukan

Nojenis/spesiesJumlahKelaskelimpahan %Substrat

1Nerita costata5Gastropoda12Berpasir

2Littorina scabra8Gastropoda19Berpasir

3Morula granulate3Gastropoda7Berpasir

4T. maculatus3Gastropoda7Berpasir

5Thalamita sp13Krustase30Berpasir

6Scylla Serrata3Krustase7Berpasir

7Nerita polita3Gastropoda7Berpasir

8Filifusus filamentius2Gastropoda5Berpasir

9O. caerulea3Gastropoda7Berpasir

JUMLAH43100

Tabel.2 Indeks Keragaman pada Transek Ke-1

Nojenis/spesiesnipilog pilog2 pipi log2 pi

1Nerita costata30.33-0.48-1.58-0.53

2Littorina scabra20.22-0.65-2.17-0.48

3Morula granulate10.11-0.95-3.17-0.35

4T. maculatus30.33-0.48-1.58-0.53

Total490.67-2.08-6.92-1.36

H'=1.36log S=0.95

Tabel.3 Indeks Keragaman pada Transek Ke-2

Nojenis/spesiesnipilog pilog2 pipi log2 pi

1Thalamita sp120.57-0.24-0.81-0.46

2Littorina scabra50.24-0.62-2.07-0.49

3Scylla Serrata10.05-1.32-4.39-0.21

4O. caerulea30.14-0.85-2.81-0.40

Total4210.86-2.19-7.27-1.16

H'=1.16log S =1.32

Tabel.4 Indeks Keragaman pada Transek Ke-3

Nojenis/spesiesnipilog pilog2 pipi log2 pi

1Nerita costata20.15-0.81-2.70-0.42

2Thalamita sp10.08-1.11-3.70-0.28

3Littorina scabra10.08-1.11-3.70-0.28

4Scylla Serrata20.15-0.81-2.70-0.42

5Morula granulate20.15-0.81-2.70-0.42

6Nerita Polita30.23-0.64-2.12-0.49

7Filifusus filamentius20.15-0.81-2.70-0.42

Total7131.00-6.12-20.32-2.72

H'=2.72log S =1.11

4.2 PembahasanOrganisme yang ditemukan selama penelitian yaitu Nerita costata, Littorina scabra, Morula granulate, T. maculates, Thalamita sp, Scylla Serrata, Nerita polita dan Filifusus filamentius, serta O. caerulea .Dan itu terdiri dari 2 kelas dengan komposisi Gastropoda (63%) dan Crustacea (37%). Hasil ini tidak begitu mewakili dari semua organisme yang ada.ini disebakan oleh keahlian dan peralatan yang digunakan tidak bias Dilihat dari Indeks keragaman (H') diketahui bahwa pada lokasi penelitian tersebut memiliki Indeks keragaman (H) antara 1.16 2.72.dan pada transek pertama keragaman sangat rendah dan hanya didominasi oleh kelas Gastropoda.dan pada lokasi ketiga memiliki keragaman yang tinggi. ini kemungkinan disebabkan daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki unsure hara yang tinggi dan dekat dengan Aliran sungai.Perairan Sungai Nipah merupakan daerah yang memiliki pantai dengan substrat pasir yang dominan.dan di tumbuhi oleh tumbuhan pantai dan ditumbuhi oleh kelapa dan wilayah ini memiliki potensi perikanan berupa rumput laut dan ikan.Peraiaran Sungai Nipah merupakan daerah aktif yang selalu digunakan untuk kegiatan perikanan dan kegiatan pelayaran.ini terlihat banyaknya perahu dan kapal yang berlabuh di perairan tersebut.dan ini juga akan mempengaruhi aktivitas di pantai seperti gelombang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan Dari hasil identifikasi diperoleh tujuh jenis spesies yaitu: Nerita costata, Littorina scabra, Morula granulate, T. maculates, Thalamita sp, Scylla Serrata, Nerita polita dan Filifusus filamentius, serta O. caerulea.dan didominasi oleh kelas gastropoda yang hidup pada substrat berpasir.Peraiaran Desa Sungai Nipah memiliki beberapa aliran sungai yang berasal dari pegunungan dan merupakan daerah yang aktif untuk kegiatan perikanan dan pelayaran.5.2 Saran Berdasarkan praktikum yang dilakukan ini agar ada tindak lanjut untuk pengembangan wilayah tersebut.dan khususnya untuk para mahasiwa mudah-mudahan ini bisa memberikan gambaran untuk penelitian kedepannya.dan untuk panitia pelaksana agar lebih mempersiapkan diri untuk kegiatan kedepannya agar lebih baik baik dari segi waktu maupun dari kematangan dalam pengambilan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, 2002.Ekosistem pantai terletak antara garis air surut terendah dan air pasang tertinggi terhadap komunitas infauna. Gramedia . Jakarta. Dahuri, R. 2001. penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. PT Gramedia Pustaka Utama . JakartaNybakken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta. Pariwono, J.I. 1992. Proses-proses Fisik di Wilayah Perairan Pantai dalamkursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir secara terpadu dan Holistik. Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian IPB, Bogor. 30 hal.Prajitno, 2009.Biologi Laut:ilmu pengertahuan biologi laut. Jakarta;penerbit Djambatan.

Tanjung, A. 2013. Metoda Ekologi Muara dan Pantai. Diktat kuliah jurusan Ilmu kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UR. PekanbaruYudhicara.2008. Kaitan antara karakteristik pantai Provinsi Sumatera Barat dengan potensi kerawanan tsunami. Jurnal Geologi Indonesia. Vol.3 No.2

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi praktikum

Lampiran 2. Lokasi Praktikum

Lampiran 3 Dokumentasi spesies yang ditemukan

Lampiran 4.Alat Yang Digunakan

AyakanPetakan kuadran

Embersekup

Kantong Plastik