lapkas iii - preeclampsia

23
Laporan Kasus Regina Yuanita G. Preeklampsia 17120060075 1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH LAPORAN KASUS Tanggal masuk rumah sakit: 2 Febuari 2011 pukul 22.00 Tanggal keluar rumah sakit: 6 Febuari 2011 pukul 12.00 I. Identitas a. Pasien No MR : 28 61 57 Nama : Ny. S Umur : 35 tahun Tanggal lahir : 09/12/1975 Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Alamat : Jl. Pinang Raya, Pondok Labu Pekerjaan : Ibu rumah tangga b.  Suami Nama : Tn. D Umur : 36 tahun Warganegara : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Karyawan pabrik II.  Anamnesis (Autoanamnesis) a. Keluhan utama Pasien mengeluhkan perut mulas sejak siang sebelum masuk rumah sakit. b. Riwayat penyakit sekarang Pasien yang mengaku tengah hamil 39 minggu datang ke UGD mengeluhkan perut mulas sejak pagi siang. Perut mulas dirasakan datang tiba-tiba pada saat pasien tengah istirahat siang seusai memasak. Perut mulas dibarengi dengan

Upload: essa-renandra-virginia

Post on 19-Jul-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 1/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

LAPORAN KASUS

Tanggal masuk rumah sakit: 2 Febuari 2011 pukul 22.00

Tanggal keluar rumah sakit: 6 Febuari 2011 pukul 12.00

I.  Identitas

a.  Pasien

No MR : 28 61 57

Nama : Ny. S

Umur : 35 tahun

Tanggal lahir : 09/12/1975

Agama : Islam

Suku bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Pinang Raya, Pondok Labu

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

b.  Suami

Nama : Tn. D

Umur : 36 tahun

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan pabrik 

II.  Anamnesis (Autoanamnesis)

a.  Keluhan utama

Pasien mengeluhkan perut mulas sejak siang sebelum masuk rumah sakit.

b.  Riwayat penyakit sekarang

Pasien yang mengaku tengah hamil 39 minggu datang ke UGD mengeluhkan

perut mulas sejak pagi siang. Perut mulas dirasakan datang tiba-tiba pada saat

pasien tengah istirahat siang seusai memasak. Perut mulas dibarengi dengan

Page 2: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 2/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

keluar sedikit lendir dan darah dari vagina. Tidak ada riwayat trauma. Pasien

mengaku sedang dalam pengobatan dengan Maintate sejak SMU dan rutin

meminum 1,5 tablet setiap hari. Selain obat tersebut, pasien mengaku tidak 

mengkonsumsi obat-obatan lain apapun. Pasien mengaku tidak sedang stress,

tidak memiliki hipertensi, diabetes, asma, maupun alergi.

c.  Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku bahwa sejak kecil menderita  Atrial Septal Defect  (ASD) dan

sering merasa lelah dan berdebar-debar bila beraktivitas. Pasien sudah berobat dan

dioperasi pada tahun 1996, sampai sekarang pasien jarang merasakan keluhan

pada jantung, hanya sesekali merasakan berdebar-debar bila melakukan aktivitasberat.

d.  Riwayat penyakit keluarga

Terdapat riwayat hipertensi dan diabetes pada keluarga pasien. Riwayat

preeklampsia, penyakit jantung, asma maupun alergi disangkal.

e.  Riwayat operasi

Pasien pernah menjalani operasi jantung pada tahun 1996 dikarenakan ASD.

f.  Riwayat menstruasi

Menarche : 10 tahun

Lama haid : 5 hari

Panjang siklus : ± 28 hari

Jumlah : 3-4 pembalut

Riwayat dismenore: -

HPHT : 6 Mei 2010

TP : 13 Febuari 2011

g.  Riwayat keluarga berencana

Pasien mengaku tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun selama ini.

Page 3: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 3/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

h.  Riwayat kehamilan dan persalinan

Pasien pernah melahirkan seorang anak perempuan dengan persalinan normal

tanpa komplikasi oleh bidan 7 tahun yang lalu. Usia kehamilan 38 minggu, berat

bayi 2700, panjang bayi 42 cm, anus (+), cacat (-).

i.  Riwayat pemeriksaan antenatal

Pasien mengaku rutin memeriksakan diri ke puskesmas selama kehamilan. Pasien

terakhir kali memeriksakan kandungannya ke puskesmas 3 hari yang lalu dengan

hasil baik. Pasien mengaku bahwa tekanan darahnya pada saat pemeriksaan di

puskesmas adalah 120/80 mmHg.

 j.  Riwayat pernikahan

Pasien sudah menikah dengan suaminya selama 8 tahun.

k.  Riwayat pribadi dan sosial ekonomi

Pasien adalah ibu rumah tangga dengan suami seorang karyawan pabrik. Pasien

mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang, jamu-jamuan, alkohol,

atau rokok.

III.  Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 16x/menit

Suhu : 36,3oC

Berat badan : 72 kg

Tinggi badan : 155 cm

BMI : 30 overweight

Page 4: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 4/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

a.  Status Generalisata

Ekspresi wajah : Sesuai kondisi pasien

Bentuk : Normosefali, simetris

Rambut : Rambut hitam, tidak mudah rontok 

Mata : Pupil isokor, CA -/-, SI-/-, RC +/+

Telinga : Inspeksi tampak normal, gendang telinga intak, pendengaran

baik 

Hidung : Inspeksi tampak normal, deviasi (-)

Mulut & tenggorokkan: Inspeksi tampak normal

Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar, simetris

Dada : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal saat bernafas.Tampak sikatriks bekas operasi sepanjang sternum.

Jantung : Inspeksi: iktus kordis, pectus excavatus/carinatum (-)

Palpasi: iktus kordis tidak teraba

Perkusi: batas jantung melebar ke samping

Auskultasi: S1S2 irreguler, gallop (-), murmur (-)

Paru : Inspeksi: bentuk normal simetris, retraksi sela iga (-)

Palpasi: fremitus simetris

Perkusi: sonor untuk semua lapang paru

Auskultasi: vesikuler untuk semua lapang paru, wheezing (-),

ronchi (-)

Abdomen : Inspeksi: perut membuncit sesuai usia kehamilan, jaringan

parut (-), spider nevi (-), striae gravidarum (+)

Palpasi: Dinding abdomen supel.

Perkusi: normal

Auskultasi: Bising usus normal

Ekstremitas : Tidak ditemukan deformitas/luka

Akral hangat, edema tungkai bawah (+) pitting, sianosis (-),

varises (-).

Page 5: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 5/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

b.  Status Obstetrik 

Abdomen

Inspeksi : Membuncit sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+)

linea nigra (+), denyut jantung janin 146x/menit.

Palpasi : Leopold I : Fundus 31 cm, teraba bagian lunak kesan

seperti bokong.

Leopold II : Teraba bagian keras seperti papan pada sisi

kanan perut ibu.

Leopold III : Teraba bagian keras kesan seperti kepala.

Leopold IV : Bagian terendah belum masuk pintu atas

panggul.Genitalia

Inspeksi : Vulva dan uretra tak tampak tanda peradangan, tak tampak 

benjolan, perdarahan dan lendir sedikit, varises (-).

Vaginal toucher : Pembukaan 4 cm, porsio tebal lunak, presentasi kepala HI,

ketuban (+).

IV.  Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (02/02/11)

Darah:

-  Hb : 11 g/dL

-  HT : 35 %

-  Leukosit : 7.200/µL

-  Trombosit : 198.000/µL

-  Clotting time : 4 menit

-  Bleeding time: 2 menit

-  Gol. Darah : O rhesus (+)

Urin:

-  Warna : kuning agak keruh

-  Berat jenis : 1015

-  pH : 6

Page 6: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 6/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

6

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

-  Protein : +1

-  Glukosa : -

-  Keton : -

-  Urobilinogen : -

-  Bilirubin : -

-  Urobilin : +

-  Nitrit : -

-  Leukosit : 8-10/lapang pandang

-  Eritrosit : penuh

-  Epitel : +

Bakteri : --  Silinder : -

-  Kristal : -

V.  Diagnosis Kerja

G2P1A0, hamil 39 minggu dengan preeklampsia.

VI.  Rencana Penatalaksanaan

Rencana diagnostik:

-  Tekanan darah: Pukul 22.000 tekanan darah pasien 160/100 mmHg. 6 jam

kemudian setelah pemberian nifedipine sublingual 2x5 mg, kemudian 2x10

mg oral selang waktu 1 jam adalah 150/80 mmHg.

-  Lab darah : Hb 11 g/dL, leukosit 7.800/µL, trombosit 198.000/µL.

Rencana pemeriksaan SGPT/SGOT.

-  Tes urin : Ditemukan proteinuria +1 pada pemeriksaan urin sewaktu.

Rencana pemeriksaan ulang protein urin 4 jam kemudian.

-  EKG : Dilakukan EKG pada tanggal 3 Febuari 2011 pukul 02.00, didapatkan

hasil EKG dalam batas normal, sinus ryhthm.

Rencana terapi medikamentosa:

-  Pemasangan IVFD Dextrose 5% + MgSO4 2 amp 20 tpm

Nifedipine oral 10 mg diulang setiap 4 jam

Page 7: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 7/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

7

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

Rencana terapi non-medikamentosa:

-  Observasi tanda vital dan DJJ setiap 1 jam

  Stabil pada 150/80 mmHg, DJJ 130-148x/menit

-  Pemasangan kateter untuk menilai urine output apakah terdapat oliguria. Urin

yang tertampung selama 8 jam adalah 800 cc.

-  Observasi persalinan:

  Pukul 00.00 Pasien kesakitan, VT: 5 cm, HI, ketuban (+)

  Pukul 02.00 Ketuban pecah, VT: 5 cm, HI

  Pukul 04.00 Pasien kesakitan ++, VT: 7 cm, HI, ketuban (-)

o  Tidak ada kemajuan persalinan rencana SC

 Pukul 07.45

Pembukaan lengkap, terlihat permukaan kepala

berambut janin

Rencana edukasi:

-  Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan pasien

-  Menjelaskan kepada pasien bahwa sectio caesarea mungkin dibutuhkan bila

tidak ada kemajuan persalinan atau kondisi memburuk 

-  Menyarankan kepada keluarga pasien untuk memeriksakan golongan darah

dan siap menjadi donor darah pasien bila diperlukan

VII.  Laporan Sectio Caesarea

Operasi SC dilakukan pada tanggal 3 Febuari 2011 pukul 08.00 sampai dengan 09.00

WIB.

-  Pasien telentang dalam anestesi spinal

-  Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis

-  Dilakukan insisi pfannensiel sepanjang 10 cm

-  Dilakukan insisi semilunar pada segmen bawah uterus

-  Lahir bayi laki-laki pada pukul 08.10, Apgar score 7/8, berat badan 3100 gram,

tinggi badan 49 cm, anus (+), cacat (-), caput (+), ketuban jernih

-  Plasenta dikeluarkan manual, kesan utuh dan lengkap

-  Segmen bawah uterus dijahit 1 lapis

-  Perdarahan dirawat, rongga abdomen dicuci dengan cairan NaCl

Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis

Page 8: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 8/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

VIII.  Prognosis

Ibu : baik 

Janin : baik 

IX.  Follow-Up

(04/02/2011)

S : Pasien mengeluhkan nyeri bekas jahitan, sakit kepala (-), mual (-). Flatus (-).

ASI (+), menyusui (-).

O : TD : 120/80 mmHg

N : 84x/menit

Nafas : 18x/menit

Suhu : 36,5oC

Mata : CA +/+, SI -/-

Cor : S1S2 irreguler, murmur LSB II 2/6, gallop (-)

Pulmo: Vesikuler, Wh -/-, Rh -/-

Bising usus: Menurun

Status obstetrikus

Abd : TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik.

Genitalia : Perdarahan (+) 2 pembalut sehari, tidak penuh

Lab:

Hb : 10,1 g/dL

HT : 32%

Leukosit : 16.400/µL

Trombosit : 200.000/µL

A : P2A0 Post SC hari ke-1 konsul dokter Sp.JP

Hasil konsul: Cor : murmur LSB II 2/6

EKG : dalam batas normal

X-Ray : CTR ± 55%

Diagnosis: ASD II post op. compensated dengan hipertensi

Teraphy : Maintate 1x1.25 mg

Digoxin 1x0.5 mg

Nifedipin 3x10 mg

Page 9: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 9/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

P : IVFD : Dextrose 5% + MgSO4  16 tpm

Ceftriaxon : 2x1 g (Inj.)

Tramal supp : 2x1

Oral

Paracetamol : 3x500 mgCo-amoxiclav : 3x500 mg

Hemobion : 2x1 tab

(05/02/2011)

S : Pasien mengeluhkan nyeri bekas operasi sudah berkurang. Flatus (-), BAB

(-), BAK lancar. Intake baik. Pasien mengaku sudah menyusui.

O : TD : 120/80 mmHg

N : 80x/menit

Nafas : 18x/menit

Suhu : 36oC

Mata : CA -/-, SI -/-

Cor : S1S2 irreguler, murmur LSB II 2/6, gallop (-)

Pulm : Vesikuler, Wh -/-, Rh -/-

BU : (+) N

Stat. obsterikus :

Abd : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik 

A : P2A0 Post SC hari ke-2

P : Co-amoxiclav : 3x500 mg

Paracetamol : 3x500 mg

Hemobion : 2x1 g

Maintate : 1x1.25 mg

Digoxin : 1x0.5 mg

Nifedipine : 3x10 mg

X.  Resume

Seorang pasien Ny. S usia 35 tahun tengah hamil 39 minggu datang

mengeluhkan mulas yang datang tiba-tiba sejak siang hari. Perut mulas dibarengi

dengan keluar sedikit lendir dan darah dari vagina. Pasien mengaku tengah dalam

pengobatan dengan maintate 1,25 mg/hari sejak SMU. Pasien memiliki riwayat ASD

dan sudah menjalani operasi pada tahun 1996. Sampai sekarang pasien mengaku

 jarang mengalami keluhan pada jantung selain rasa berdebar-debar bila melakukan

Page 10: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 10/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

aktivitas berat. Pasien mengaku pernah melahirkan normal tanpa komplikasi yang

ditolong oleh bidan 7 tahun yang lalu, anak pertama pasien sehat sampai sekarang.

Pasien terakhir kali memeriksakan kandungannya ke puskesmas 3 hari yang lalu

dengan hasil baik. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, asma,

maupun alergi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran

compos mentis. Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan

16x/menit, suhu 36,3oC. Pada inspeksi ditemukan edema tungkai bawah. Auskultasi

pada jantung ditemukan S1S2 irreguler, murmur (-). TFU 31 cm, PUKA, presentasi

kepala. DJJ 146x/menit. Pada VT ditemukan pembukaan 4 cm, porsio tebal lunak,

presentasi kepala HI, ketuban (+).Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb: 11 g/dL, HT: 35%,

leukosit: 7.200/µL, trombosit: 198.000/µL. Protein urin +1. SGOT/SGPT tidak 

diperiksa. Hasil EKG menunjukkan dalam batas normal.

Dilakukan observasi persalinan dan tanda vital. Tekanan darah pasien stabil

dalam 150/80 mmHg dengan pemberian nifedipin dan infus D5+MgSO4 20 tpm.

Pasien terlihat sangat kesakitan, pukul 00.00 pembukaan 5 cm, ketuban masih utuh.

Diberikan tramal supp, tetapi hanya dapat menenangkan pasien sebentar saja. Pukul 2

pagi ketuban pecah, pembukaan masih 5 cm. Pukul 4 pagi pasien sangat kesakitan dan

ingin meneran, pembukaan 7 cm.

Dilakukan operasi sectio caesarea pada pasien keesokan harinya. Pukul 07.45

terlihat permukaan kepala berambut janin dari vagina pasien. Lahir bayi laki-laki pada

pukul 08.10, Apgar score 7/8, berat badan 3100 gram, tinggi badan 49 cm, anus (+),

cacat (-), caput (+). Tekanan darah pasien setelah operasi 120/80 mmHg. Diberikan

antibiotik ceftriakson injeksi 2x1 g, tramal supp. 2x1 dan Hemobion 2x1 tab.

Page 11: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 11/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

11

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

XI.  Analisa Kasus

Wanita usia 35 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu dengan preeklampsia ringan, diagnosis

ditegakkan berdasarkan:

Anamnesis

Riwayat penyakit sekarang

Pasien tengah mengandung anak ke-2 dengan usia gestasi 39 minggu. Pasien

mengaku tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, saat mengandung anak 

pertama juga tidak ditemukan hipertensi. Pasien mengaku bahwa pada pemeriksaan

tekanan darah 3 hari yang lalu di puskesmas tekanan darahnya adalah 120/80 mmHg.

Pasien mengkonsumsi maintate 1,25 mg setiap hari sejak tahun 1996 dan jarang

merasakan keluhan pada jantung.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat ASD dan sudah dioperasi pada tahun 1996.

Riwayat penyakit keluarga

Ditemukan riwayat hipertensi pada keluarga, tetapi tidak ada riwayat preeklampsia

atau penyakit jantung.

Pemeriksaan Fisik

Status generalisata:

KU : sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 16x/menit

Suhu : 36,3oC

Jantung : Auskultasi: S1S2 irreguler, murmur LSB II 2/6

X-Ray : CTR ± 55%

Page 12: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 12/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

12

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

Status obstetrik:

Abdomen : Membuncit sesuai usia kehamilan, DJJ (+) 146x/menit,

TFU 31 cm, PUKA, presentasi kepala.

Genitalia : Vulva dan uretra tidak ada kelainan. VT pembukaan 4 cm,

porsio tebal lunak, presentasi kepala HI, ketuban (+).

Pemeriksaan penunjang:

Laboratorium (02/02/11)

Darah:

-  Hb : 11 g/dL

-  HT : 35%

-  Leukosit : 7.200/µL

-  Trombosit : 198.000/µL

Urin sewaktu:

-  Protein : +1

-  Bilirubin : -

-  Urobilin : +

EKG (03/02/11): Sinus ryhthm

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil lab, diangkat diagnosis

preeklampsia ringan pada wanita usia 35 tahun dengan G2P1A0, hamil 39 minggu,

karena tanda dan gejala pada pasien masuk dalam kriteria preeklampsia ringan.

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan SGOT/SGPT karena tekanan darah

pasien yang tidak terlalu tinggi dan tidak ada keluhan nyeri ulu hati atau kuadran

kanan atas. Menurut teori, pemeriksaan SGOT/SGPT perlu dilakukan untuk menilai

apakah terjadi peningkatan enzim liver yang dapat menjurus kepada sindroma HELLP

dan penanganan yang lebih lanjut.

Dilakukan observasi persalinan dan tanda vital pasien dan janin, dan diberikan

nifedipine 5 mg sublingual 2 kali selang 1 jam, didapatkan tekanan darah 150/80

Page 13: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 13/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

mmHg. Nifedipine diberikan kembali dua kali secara oral 10 mg selang 1 jam,

tekanan darah tetap 150/80 mmHg. Diberikan pula infus Dextrose 5% dengan MgSO4 

20 tpm sebagai penanganan preeklampsia dan mencegah terjadinya kejang. Tekanan

darah stabil pada 150/80 mmHg, pasien tidak mengeluhkan apapun dan pemberian

nifedipine 10 mg diberikan setiap 4 jam kemudian. Berdasarkan literatur, administrasi

nifedipine secara sublingual sudah lama ditinggalkan karena dapat menyebabkan

penurunan tekanan darah yang drastis, henti jantung dan iskemia hingga infark otak.

Pada pasien ini tidak terjadi efek samping nifedipine sublingual, tetapi

penatalaksanaannya tidak tepat. Nifedipine harus diberikan secara oral 5-10 mg dan

dosis maksimum pemberian nifedipin adalah 90 mg/hari.

Dosis MgSO4 yang diberikan sebagai loading biasanya 4-6 g dihabiskan dalam 20-60

menit, kemudian dosis rawatannya adalah 1-2 g/jam. MgSO4 biasanya tetap diberikan

24 jam pospartum untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah kejang pospartum

yang dapat terjadi pada pasien preeklampsia.

Pada pasien tidak terjadi kemajuan persalinan, sehingga dilakukan operasi sectio

caesarea pada pukul 08.00 keesokan harinya. Pada pukul 08.10 lahir bayi laki-laki

dengan Apgar score 7/8, berat badan 3100 gram, tinggi badan 49 cm, anus (+), cacat

(-). Kondisi ibu stabil, tekanan darah 120/80 mmHg. Menurut literatur, persalinan

normal dapat dilakukan pada penderita preeklampsia ringan. Selain itu, riwayat ASD

pasien termasuk dalam kategori I NYHA yang memiliki risiko mortalitas paling

rendah (0-1%), sehingga persalinan normal dapat dilakukan. Persalinan normal dapat

dilakukan dengan pemberian oxytocin 5 IU beserta infus Dextrose 5% + MgSO4. Pada

pasien tidak ada kemajuan persalinan, dimana pukul 04.00 pembukaan sudah harus

lengkap, tetapi pada pasien hanya ada pembukaan 7 cm, dan ketuban telah pecah

pukul 2 pagi, sehingga direncanakan SC. Pada saat bayi diangkat dari uterus terlihat

caput, diduga terdapat malposisi yang menyebabkan persalinan lama.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah cairan Dextrose 5% + MgSO4 sebanyak 16

tpm untuk mengontrol tekanan darah, diberikan sampai 24 jam pospartum. Antibiotik 

yang diberikan adalah ceftriakson IV 2x1 g dikarenakan spektrumnya yang luas baik 

untuk bakteri gram (-) dan gram (+). Tramal supp diberikan untuk mengurangi rasa

nyeri post-op. Hemobion tablet diberikan untuk memperbaiki anemia karena

Page 14: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 14/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

hemoglobin pasien turun menjadi 10,1 g/dl setelah operasi dan ditemukan konjungtiva

anemis (+). Setelah injeksi habis, diganti obat oral yaitu co-amoxiclav 3x500 mg,

paracetamol 3x500 mg, dan tablet Hemobion dilanjutkan selama 3 hari kemudian.

Page 15: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 15/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

TINJAUAN PUSTAKA 

PREEKLAMPSIA

Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik dalam kehamilan dengan ciri khas

hipertensi yang baru pertama kali dialami dan proteinuria yang terjadi dalam usia gestasi > 20

minggu. Etiologi dari preeklampsia masih belum jelas, tetapi hipoperfusi plasenta dan

kerusakan sel endotel diketahui bertanggungjawab dalam proses terjadinya preeklampsia.

Preeklampsia diklasifikasikan menjadi ringan dan berat. Preeklampsia berat dapat

menyebabkan gagal ginjal, iskemia hati, disseminated  intravascular  coagulopathy (DIC), dan

gangguan sistem saraf pusat, contohnya kejang.

Satu-satunya yang dapat menyembuhkan preeklampsia adalah dengan kelahiran.

Preeklampsia berhubungan erat dengan angka mortalitas dan morbiditas baik bagi ibu dan

 janin yang tinggi. Statistik dunia mencatat bahwa preeklampsia bertanggungjawab sebagai

14% penyebab kematian ibu setiap tahun.

Penyakit hipertensi pada kehamilan telah diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1.  Hipertensi gestational

  Tekanan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama kehamilan, dan

tekanan darah kembali dalam batas normal > 12 minggu pospartum

  Proteinuria (-)

2.  Preeklampsia

  Kriteria minimal: TD ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu 

Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (+1) 

  Kriteria pasti: TD ≥ 160/110 mmHg 

Proteinuria 2g/24 jam (+2)

Serum kreatinin ≥ 1,2 mg/dL 

Trombositopenia

Peningkatan LDH

Peningkatan SGOT/SGPT

Nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan visual atau serebral

Page 16: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 16/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

16

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

3.  Superimposed preeklampsia

  Proteinuria (+1) pada wanita hamil > 20 minggu yang memiliki hipertensi kronis

  Peningkatan tiba-tiba akan proteinuria, tekanan darah dan trombositopenia pada

wanita yang hamil < 20 minggu yang memiliki hipertensi kronis.

4.  Hipertensi kronis

  TD ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan, atau pada usia kehamilan < 20 minggu  

  Hipertensi setelah kehamilan > 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu

pospartum

Faktor Risiko 

Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang ibunya memiliki riwayat

preeklampsia dibandingkan dengan wanita yang ibunya tidak memiliki riwayat preeklampsia.

Insidensi preeklampsia juga meningkat 2 kali lipat pada wanita yang memiliki anak dari laki-

laki yang pernah mempunyai anak dengan wanita yang memiliki preeklampsia. Faktor

maternal dan paternal memiliki pengaruh terhadap kejadian preeklampsia.

Hiperkoagulobilitas juga merupakan faktor risiko akan terjadinya preeklampsia.

Wanita yang memiliki hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi juga lebih rentan terhadap

preeklampsia dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat sendiri dan riwayat

keluarga akan hipertensi.

Preeklampsia juga lebih sering terjadi pada wanita yang: (1) terekspos oleh vili

korionik untuk pertama kalinya (primigravida), (2) terekspos oleh vili korionik dalam jumlah

besar (kehamilan ganda atau mola), (3) memiliki kelainan pembuluh darah, (4) memiliki

genetik akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

Penelitian membuktikan bahwa wanita yang merokok jarang terjadi preeklampsia, hal

tersebut dapat disebabkan oleh efek rokok terhadap pembuluh darah. Wanita perokok juga

cenderung mengandung bayi dengan berat badan yang lebih ringan.

Faktor risiko preeklampsia lainnya adalah diabetes mellitus, resistensi insulin, dimana di

dalam kedua keadaan tersebut ditemukan massa plasenta yang lebih besar. Diet juga berperan

Page 17: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 17/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

17

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

penting karena ditemukan preeklampsia pada wanita dengan defisiensi zat besi, kalsium,

vitamin C dan E.

Patofisiologi

Penyebab utama preeklampsia memang belum jelas, tetapi plasenta diduga sebagai

penyebab utama dari preeklampsia. Hal tersebut dapat dikatakan benar karena preeklampsia

hanya terjadi pada kehamilan dan sembuh setelah kelahiran plasenta, dan dapat pula terjadi

pada kehamilan tanpa janin seperti dalam kehamilan mola.

Perkembangan plasenta diatur sedemikian rupa untuk mempertahankan janin dan

kehamilan. Suplai darah kepada plasenta adalah melalui arteri spiral dimana terbentuk dari

cabang arteri uterina. Pada awal kehamilan normal, sel sitotrofoblas dari plasenta yang tengah

berkembang menembus dinding rahim, menginvasi endotel dari lapisan tunika media arteri

spiralis. Dinding vaskuler dari arteri spiralis kemudian mengalami remodelisasi, yaitu terjadi

transformasi dari spiral arteri dengan resistensi tinggi dan aliran lamban menjadi resistensi

rendah dengan aliran tinggi yang diperlukan bagi perkembangan plasenta selanjutnya.

Telah diketahui ada 2 fase invasi sitotrofoblas yang terjadi: fase pertama yaitu invasi

kepada arteri spiralis di desidua pada usia kehamilan 10-12 minggu; fase invasi kedua yaitu

invasi kedalam miometrium pada usia kehamilan 15 minggu. Pada preeklampsia, invasi

sitotrofoblas pada miometrium terganggu: arteri spiralis tetap sempit, dan suplai darah kepada

 janin terbatasi. Efek dari arteri yang tidak mengalami transformasi tersebut semakin jelas

dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, dimana perdarahan uterina tidak dapat

mengimbangi kenaikan kebutuhan darah dan nutrisi dari janin.

Iskemia plasenta dapat terjadi sebagai hasil dari abnormalitas invasi trofoblas. Hal

tersebut telah dikatakan sebagai penyebab utama dari pelepasan faktor-faktor plasenta danketidakseimbangan faktor angiogenik, menyebabkan disfungsi endotelial luas dimana adalah

karakteristik dari preeklampsia. 

Diagnosis 

Preeklampsia dapat didiagnosis dengan penemuan hipertensi yang baru pertama kali

muncul dan adanya proteinuria pada wanita hamil sesuai dengan kriteria klasifikasi

Page 18: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 18/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

sebelumnya. Manifestasi klinis preeklampsia dapat bervariasi, maka dari itu diagnosis dari

preeklampsia jarang ditegakkan melalui penemuan klinis.

Diagnosis hipertensi dibuat ketika ditemukan 2 kali pemeriksaan tekanan darah ≥

140/90 mmHg selang waktu 6 jam. Proteinuria harus dinilai pada urin 24 jam, penemuan 300

mg menunjukkan +1.

Preeklampsia disebut ringan bila:

  TD ≥ 140/90 mmHg tetapi < 160/110 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan dengan

selang waktu 6 jam

  Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam tetapi < 5 g/24 jam 

  Biasanya asimtomatis

Preeklampsia berat:

  TD sistol ≥ 160 mmHg atau diastol ≥ 110 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan

dengan selang waktu 6 jam

  Proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau ≥ +3 dalam 2 kali pemeriksaan urin sewaktu dengan

selang waktu 4 jam

  Oliguria < 500 ml/24 jam

  Gejala: - Gangguan serebral dan visual

- Edema pulmoner

- Nyeri epigastrium/kuadran kanan atas

- Gangguan fungsi hati

- Trombositopenia

- Gangguan pertumbuhan janin

Sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzyme, Low Platelet) adalah bentuk 

preeklampsia yang parah dimana tingkat kematian ibu dan janin tinggi. Sindroma HELLP

harus diwaspadai pada setiap kasus preeklampsia dan dapat terjadi tanpa adanya hipertensi,

maupun proteinuria.

Page 19: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 19/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

19

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan paling optimal pada wanita dengan preeklampsia tergantung dari

usia gestasi dan tingkat keparahan keadaan. Persalinan adalah pengobatan satu-satunya dari

preeklampsia, sehingga kematangan janin perlu diperhatikan bebarengan dengan

meminimalisasi risiko pada ibu.

Preeklampsia

Kehamilan dengan preeklampsia ringan atau usia > 37 minggu harus segera

dilahirkan. Persalinannya sama saja dengan pada kehamilan tanpa hipertensi, tetapi perlu

diingat bahwa risiko terjadinya solusio plasenta sedikit lebih tinggi dibandingkan kehamilan

tanpa hipertensi. Kematangan serviks biasanya diabaikan dan segera dilakukan induksi.

Sectio caesarea dapat dilakukan sesuai dengan indikasi bila ada.

Pada usia kehamilan < 37 minggu, dilakukan penatalaksanaan ekspektansi dengan

monitor tekanan darah dan peningkatan keparahan preeklampsia. Pada usia kehamilan > 34

minggu dan terjadi ketuban pecah dini, kondisi janin yang kurang baik, persalinan

berlangsung progresif, pada preeklampsia ringan, segera dilakukan persalinan.

Preeklampsia Berat

Sectio caesarea adalah pilihan metode persalinan bagi preeklampsia berat. Persalinan

harus segera dilakukan tanpa memandang usia kehamilan jika kondisi janin buruk, terdapat

KPD, kondisi ibu kurang baik, dan proses persalinan tengah berlangsung.

Bila usia kehamilan < 34 minggu tetapi kondisi janin baik, dapat dilakukan

penatalaksanaan ekspektansi. Kriteria penatalaksanaan ekspektansi pada preeklampsia berat

adalah: (1) tidak terdapat gangguan tumbuh kembang janin, (2) tidak terdapat oliguria padaibu, (3) tekanan darah ibu terkontrol, (4) peningkatan enzim hati tidak lebih dari 2x batas

normal. Pemberian kortikosteroid harus diberikan sebelum usia 34 minggu. Selain itu,

pemeriksaan darah, dan LDH harus rutin dilakukan. Waspada bila ibu mengeluhkan sakit

kepala, gangguan visual, nyeri epigastrium, atau gerak janin yang menurun.

Wanita dengan preeklampsia berat yang sedang dalam terapi ekspektansi harus segera

menjalani persalinan bila terdapat:

Page 20: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 20/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

20

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

-  Gawat janin

-  Tekanan darah tak terkontrol

-  Oligohidramnios

-  IUGR

-  Oliguria

-  Serum kreatinin ≥ 1.5 mg/dL 

-  Edema pulmoner

-  Nyeri dada/sesak nafas

-  Sakit kepala yang persisten atau bertambah berat

-  Nyeri kuadran kanan atas

Sindroma HELLP

Profilaksis Kejang

MgSO4 adalah obat pilihan sebagai profilaksis kejang pada wanita dengan

preeklampsia. Mekanisme pastinya dalam mencegah kejang masih belum diketahui, tetapi

beberapa penelitian mencatat bahwa MgSO4 lebih baik daripada benzodiazepam atau fenitoin

dalam mencegah onset eklamsia maupun kejang berulang.

Terapi harus segera diberikan sebelum proses persalinan berlangsung dan dilanjutkan

24 jam pospartum. Durasi terapi pospartum dapat dimodifikasi berdasarkan tingkat keparahan

penyakit. Dosis awal yang biasa diberikan adalah 4-6 g yang diikuti oleh dosis rawatan 1-3

g/jam.

MgSO4 bekerja secara sentral menghambat transmisi neurotransmitter dan menekan

pelepasan asetilkolin, selain itu efek perifernya adalah vasodilatasi. Gejala keracunan yang

timbul pada pasien dengan pemberian MgSO4 (hilangnya refleks patela, sesak nafas) harus

diwaspadai. Biasanya refleks patela dinilai tiap 4 jam, beserta saturasi oksigen dan

pernafasan.

MgSO4 dieliminasi oleh ginjal dan kadarnya dalam urin tidak boleh melebihi 6

mg/dL. Efek samping dari administrasi IV adalah  flushing, rasa berat di dada, pandangan

kabur, dan nyeri kepala ringan. Tanda-tanda tersebut bukanlah tanda keracunan, tetapi harus

diperhatikan bila bertambah berat. Pada preeklampsia, administrasi dilakukan secara IV

karena onset yang cepat dibandingkan IM (1 jam). Tetapi bila tidak didapatkan akses

Page 21: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 21/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

21

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

intravena pada pasien, dapat diberikan secara IM, 2x5 g. Tiap injeksi harus dilakukan di 2

tempat berbeda. Kontraindikasi pemberian MgSO4 adalah miastenia gravis.

Penatalaksanaan Hipertensi Pada Kehamilan

Terapi harus segera dimulai bila tekanan darah ≥150/100 mmHg pada wanita tanpa

gangguan ginjal, dan ≥140/90 mmHg pada wanita dengan gangguan ginjal. Tekanan darah

harus dicapai adalah ≤ 160/105 mmHg. Terapi tidak boleh diberikan secara agresif karena

dapat mengganggu perfusi ibu-janin.

Hydralazine adalah vasodilator arteriol perifer yang dahulu merupakan terapi utama

pada hipertensi dalam kehamilan. Hydralazine memiliki onset yang lambat (10-20 menit) dan

puncaknya dicapai dalam 20 menit setelah administrasi. Administrasinya adalah bolus IV

dengan dosis 5-10 mg, tergantung pada derajat keparahan hipertensi. Dapat diulang setiap 20

menit sampai dengan dosis maksimum 30 mg.

Efek samping dari Hydralazine adalah sakit kepala, mual dan muntah. Perlu

diperhatikan bahwa hipotensi yang menyebabkan gawat janin dapat terjadi. Magee dkk.

melaporkan bahwa Hydralazine memiliki efek samping terhadap ibu dan janin yang lebih

tinggi dibandingkan nifedipine dan labetalol.

Labetalol adalah alfa-bloker yang selektif dan beta-bloker yang tidak sensitiv yang

menghasilkan vasodilatasi dan menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Dosis labetalol

adalah 20 mg IV diulang tiap 10 menit sampai dengan dosis maksimum 300 mg. Penurunan

tekanan darah dapat ditemukan setelah 5 menit pemberian dan lebih cepat dibandingkan

dengan hydralazine. Labetalol juga menurunkan ritme supraventrikuler dan menurunkan

denyut jantung, mengurangi konsumsi oksigen miokardial. Tidak ada perubahan terhadap

afterload dengan administrasi labetalol. Efek sampingnya adalah pusing, mual, dan nyerikepala. Bila tekanan darah yang diharapkan telah tercapai dengan pemberian IV, administrasi

dapat diganti secara oral.

Calcium channel blocker  yang bekerja di arteriolar otot polos dapat menyebabkan

vasodilatasi melalui penghambatan influks kalsium ke dalam sel. Nifedipin adalah

antihipertensi yang paling sering dipakai saat kehamilan. Dosisnya 10 mg oral dapat diulang

15-30 menit dengan maksimum pemberian sebanyak 3 kali. Efek samping dari calcium

channel blocker adalah takikardi, palpitasi, dan nyeri kepala. Penggunaan bersama dengan

Page 22: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 22/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

22

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

MgSO4 harus dihindari karena efek hipotensifnya semakin meningkat. Nifedipine juga dapat

diberikan pada pospartum untuk mengontrol tekanan darah.

Pada keadaan hipertensi yang gawat, dan bila obat-obatan diatas gagal mengontrol

tekanan darah, dapat diberikan natrium nitroprusida. Nitroprusid menghasilkan pelepasan NO

yang kemudian menyebabkan vasodilatasi. Preload dan afterload akan menurun. Kerjanya

sangat cepat hingga dapat terjadi rebound hypertension.

Eklampsia 

Jalan nafas dan oksigenasi harus diperhatikan, bila perlu dilakukan pemasangan alat

untuk membuka jalan nafas untuk mencegah aspirasi. MgSO4 harus diberikan untuk 

mencegah kejang yang berlanjut. Dosis awal 4-6 g diberikan dan dosis rawatan 2 g/jam. Bila

kejang tetap terjadi, diberikan tambahan natrium amobarbital 250 mg IV dalam 3-5 menit.

Benzodiazepin dapat diberikan bersamaan dengan MgSO4.

Tekanan darah harus dikontrol dengan pemberian antihipertensi yang sudah

dijelaskan diatas. Pada eklampsia dapat terjadi hipoksia yang menyebabkan gawat janin,

tetapi SC tidak boleh dilakukan sebelum kondisi ibu stabil. Resusitasi janin dilakukan melalui

in utero. Bila bradikardia tetap berlangsung lebih dari 15 menit dengan resusitasi, dan kondisi

ibu stabil, segera lakukan SC. Prioritas utama dalam penatalaksanaan eklampsia adalah

keselamatan ibu. Bila tidak ada indikasi SC, persalinan pervaginam dapat dilakukan.

Anestesi spinal maupun epidural harus dihindari pada pasien dengan trombositopenia

(trombosit < 50.000/µL). Perlu diperhatikan pada anestesi umum pada kasus emergensi

dengan trombositopenia bahwa dapat terjadi peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba pada

saat intubasi, dan stroke dapat terjadi. Pada kasus tersebut, tekanan darah harus benar-benardikontrol. Transfusi darah juga harus diantisipasi.

Penatalaksanaan Pospartum

Preeklampsia akan sembuh setelah persalinan, tetapi hipertensi masih dapat bertahan

pada saat pospartum. Kejang juga dapat terjadi 24 jam pospartum, sehingga MgSO 4 biasa

diberikan hingga 24 jam pospartum.

Page 23: Lapkas III - Preeclampsia

5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 23/23

 

Laporan Kasus Regina Yuanita G.

Preeklampsia 17120060075

23

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Rumkital Marinir Cilandak  – FK UPH

Jarang sekali terjadi peningkatan enzim liver, trombositopenia dan insufisiensi ginjal

setelah 72 jam pospartum. Tetapi bila terjadi, kemungkinan terjadi sindroma hemolitik 

uremia atau trombotik trombositopeni purpura. Pada kasus tersebut, dapat diberikan

plasmaparesis dan kortikosteroid. Deksametason 2x10 mg IV yang diikuti 2x5 mg IV

keesokan harinya dibuktikan dapat mengembalikan nilai trombosit pada pasien dengan

trombositopenia yang persisten.

Tekanan darah yang masih tinggi dapat dikontrol dengan nifedipin atau labetalol.

Tekanan darah akan kembali normal < 12 minggu pada pasien preeklampsia dan hipertensi

gestational, tetapi akan menetap > 12 minggu pada pasien yang memiliki hipertensi kronis.

Rekurensi 

Risiko terjadi preeklampsia pada wanita dengan riwayat preeklampsia adalah 10%,

dan 20% pada wanita dengan riwayat Sindroma HELLP. Penelitian telah membuktikan

bahwa wanita yang berhasil menurunkan nilai BMI sebelum kehamilan dapat menurunkan

risiko preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Maka dari itu, wanita yang memiliki riwayat

preeklampsia tetapi ingin memiliki keturunan lagi harus dianjurkan untuk menurunkan BMI.

Risiko Penyakit Kardiovaskular

Preeklampsia adalah suatu sindroma dimana disebabkan oleh disfungsi endotel ibu.

Maka dari itu, ada kemungkinan bahwa preeklampsia dapat memicu terjadinya penyakit

kardiovaskular. Beberapa laporan kasus mencatat bahwa wanita dengan riwayat preeklampsia

menderita penyakit jantung koroner di kemudian hari.