lapkas psikiatri iii

31
LEMBAR PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul diagnosis : F20.0 Skizofrenia Paranoid Sebagai salah satu syarat ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Psikiatri RSJD Abepura Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura yang dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2014 Tempat : Ruang Pertemuan Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Mengesahkan Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ, M.Kes

Upload: tiven-stive

Post on 11-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Psikiatri

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Psikiatri III

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul diagnosis :

F20.0 Skizofrenia Paranoid

Sebagai salah satu syarat ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF

Psikiatri RSJD Abepura

Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura

yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2014

Tempat : Ruang Pertemuan Rumah Sakit Jiwa Daerah

Abepura

Mengesahkan

Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

Dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ, M.Kes

Page 2: Lapkas Psikiatri III

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

DATA EPIDEMIOLOGI ...................................................................................1

LAPORAN PSIKIATRI.....................................................................................2

RIWAYAT PSIKIATRI…………………………………………... 2

Keluhan Utama..............................................................................2

Riwayat Gangguan Sekarang .......................................................2

Riwayat Gangguan Sebelumnya ...................................................2

Riwayat Kehidupan Pribadi ..........................................................3

Riwayat Keluarga .........................................................................4

Situasi Psikososial Sekarang ........................................................4

Persepsi/Tanggapan Pasien Tentang Dirinya ...............................4

STATUS PSIKIATRI .......................................................................4

Deskripsi Umum ...........................................................................5

Keadaan Afektif dan Mood ..........................................................6

Gangguan Persepsi .......................................................................6

Proses Berpikir..............................................................................6

Fungsi Intelektual .........................................................................6

Tilikan ...........................................................................................7

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT ....................7

Pemeriksaan Fisik .........................................................................7

Pemeriksaan Laboratorium ...........................................................8

Wawancara dengan Anggota Keluarga ........................................9

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA .......................................9

Page 3: Lapkas Psikiatri III

FORMULASI DIAGNOSTIK .........................................................10

EVALUASI MULTIAKSIAL ..........................................................11

RENCANA TERAPI ........................................................................11

DISKUSI/PEMBAHASAN ..............................................................12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....

Page 4: Lapkas Psikiatri III

DATA EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik : 10250

Nama : Tn. A.G

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir :

Umur : 41 tahun

Pendidikan : SD kelas 4 (tidak tamat)

Status Pernikahan : Belum menikah

Suku/Bangsa : Wamena / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : -

Alamat : Belakang Hotel Tahara, Sentani

Ruang Perawatan : Pasien Rawat Inap RSJD Abepura

Tanggal MRSJ : 16 Februari 2014

Tanggal Pemeriksaan : 17 Februari 2014

Yang Mengantar : Kakak Pasien

Alamat : Belakang Hotel Tahara, Sentani

Pemberi Informasi : - Kakak kandung pasien

1

Page 5: Lapkas Psikiatri III

LAPORAN PSIKIATRIK

I. Riwayat Psikiatrik

A. Keluhan Utama

Alloanamnesa (kakak kandung pasien): Gelisah dan mengamuk di

sekolah.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Alloanamnesa (Kakak kandung pasien):

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien pernah mengalami riwayat gangguan psikiatrik pada tahun 2012.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Masa prenatal, natal, dan perinatal (0-1 tahun).

2. Fase Anal (1-3 tahun).

Pasien diberi ASI sejak lahir hingga usia 2 tahun, dan mulai diberi

makanan padat berupa ubi yang ditumbuk dan dihaluskan karena

pasien sudah mulai mengalami pertumbuh gigi. Pasien bisa

berbicara pada usia 2 tahun dimana pasien mulai mengatakan

“Mama, Bapa”. Pasien mulai bisa berjalan pada usia 3 tahun. Pasien

tidak diajarkan toilet training.

3. Usia Anak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien jarang bermain dengan teman sebayanya dan lebih sering

menyendiri di dalam rumah, jika pasien berbuat salah ibu pasien

hanya memberikan teguran dengan memarahi pasien tetapi tidak

diperlakukan kekerasan. Pasien mulai bersekolah di sebuah SD

dikampungnya pada usia 10 tahun ini dikarenakan pasien tidak mau

bersekolah namun hanya sampai kelas 4 SD, di sekolah pasien lebih

2

Page 6: Lapkas Psikiatri III

sering menyendiri dan jarang bermain dengan teman-temannya.

Pasien lebih sering tidak masuk sekolah dan memilih tinggal di

rumah.

4. Masa Kanak – Kanak Akhir (Remaja Awal – Akhir)

Pasien pada usia 13 tahun mulai melawan ibunya jika disuruh

mencari kayu bakar dan pekerjaan lainnya juga pasien berhenti

bersekolah ini disebabkan karena pasien diceritakan oleh Paman

pasien kalau pasien sempat ingin digugurkan ibu pasien saat di

dalam kandungan. Pasien rajin mengikuti ibadah dan kegiatan –

kegiatan di Gereja. Pada usia 18 tahun pasien mengikuti kakaknya

ke Jayapura untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit pasien

termasuk pekerja yang rajin. Pada usia 20 tahun pasien mulai

merokok dan mengkonsumsi alkohol, pasien merokok sehari kurang

lebih dua bungkus dan mengkonsumsi alkohol kurang lebih

seminggu sekali.

5. Masa Dewasa

Pasien bekerja sebagai buruh kurang lebih 10 tahun di perkebunan

kelapa sawit di Lere, Jayapura, pasien merupakan pekerja yang rajin

bekerja, pasien juga menjadi bendahara di sebuah Gereja dekat

perkebunan tersebut. Pada usia 26 tahun pasien mulai berpacaran

dengan lawan jenis dan pasien berencana menikahi pacarnya namun

tidak jadi dikarenakan pasangannya berselingkuh dengan teman kerja

pasien. Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.

6. Riwayat Keluarga

Pasien adalah keempat dari empat bersaudara, pasien memiliki 2

kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan, kakak pertama pasien sudah

meninggal. Ayah pasien sudah meninggal dan ibu pasien masih

hidup. Dalam keluarga pasien, ada yang memiliki riwayat gangguan

yang serupa yaitu ayah pasien.

3

Page 7: Lapkas Psikiatri III

Pohon keluarga :

: Laki – laki

: Perempuan

: Ayah dan Kakak pasien (meninggal)

: Pasien

II. STATUS PSIKIATRI

A. Deskripsi Umum

Penampilan

Seorang pria dewasa berpenampilan sesuai usia, dengan postur tubuh

yang normal, pakaian lengkap namun sedikit kotor, kulit gelap,

rambut keriting dan kusut, dan wajah agak berewokan. Pasien

tampak tenang tidak tenang.

Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pasien terkesan hiperaktif, menunjukkan kegelisahan, dan pada saat

diperiksa pasien tidak tenang.

Sikap

Pasien non-kooperatif saat diperiksa dengan meludah-ludah ke arah

pemeriksa dan mengusir pemeriksa, dan rapport kurang.

4

Page 8: Lapkas Psikiatri III

B. Keadaan Afektif dan Mood

Afek

Afek labile (pada saat pertama wawancara pasien tampak tenang dan

seketika berubah menjadi marah-marah dan membentak)

Mood

Disforik (emosi pasien tidak menyenangkan ketika diwawancarai

dengan membentak dan memarah-marahi pemeriksa).

Kesesuaian

Terdapat ketidaksesuaian antara isi pembicaraan dengan respon

emosional pasien.

C. Karakteristik Bicara

Pasien bicara spontan dan terkesan berbicara banyak terhadap

pewawancara serta terkesan keras.

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi

Terdapat halusianasi auditorik. Pasien mengaku kalau mendengarkan

bisikan dari banyak orang yang menyuruhnya untuk bersembunyi”.

Ilusi

Tidak terdapat ilusi.

E. Proses Berpikir

Bentuk Pikiran

Pasien terkesan autistik, karena pasien selalu menjelaskan tentang

keyakinannya bahwa ia adalah Presiden Soeharto dan pasien

menjelaskan kalau dia disiksa dan ditusuk-tusuk oleh orang

disekelilingnya.

Pasien terkesan Word Salad, karena pasien ketika menjelaskan sering

mencampurkan dengan bahasa yang sulit dimengerti dan tidak jelas,

5

Page 9: Lapkas Psikiatri III

ketika ditanyakan artinya pasien mengatakan pemeriksa mencari

sendiri.

Isi dan Arus Pikiran

Waham kebesaran dan presekutorik (+), arus pikiran inkoherensi.

F. Sensorium dan Kognisi

Kesadaran

Kesadaran pasien berubah tetapi tidak menurun secara kuantitas.

Orientasi dan Memori

Orientasi tempat, waktu dan orang cukup baik. Memori pasien juga

terkesan kurang baik yang dapat dinilai dari ketidak mampuan

pasien dalam mengingat serta kejadian-kejadian yang baru terjadi

sebelum pasien dibawa ke RSJ.

Konsentrasi dan Perhatian

Tidak dapat dievaluasi karena ketika diberikan pertanyaan pasien

sering menolak atau tidak mau menjawab pertanyaan dan marah –

marah.

Pasien juga terkesan sulit memusatkan perhatian yang dinilai dari

penolakan pasien saat diminta menghitung 100-7.

Kemampuan membaca dan menulis

Tidak dapat dievaluasi karena pasien menolak melakukan

pemeriksaan.

Kemampuan visuospasial

Tidak dapat dievaluasi karena pasien menolak melakukan

pemeriksaan.

Pikiran abstrak

Pikiran abstrak pasien kurang baik. Terbukti pasien tidak mampu

memberikan persamaan antara apel dan bola.

Kecerdasan dan Intelegensia

Tidak dapat dievaluasi.

6

Page 10: Lapkas Psikiatri III

G. Pengendalian Impuls

Pasien tidak mampu mengendalikan impuls yang dinilai dari adanya

perilaku agresif dengan meludah-ludah ke arah pemeriksa

H. Pertimbangan dan Tilikan

Pertimbangan terganggu, pasien tidak mampu memperkirakan apa yang

harus dilakukan pada saat terjadi kebakaran di ruangannya.

Tilikan I, pasien menyangkal dirinya sakit.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

a. Antropometri :Tinggi badan ±160cm, berat badan± 56 kg.

b. Tanda Vital (29/10/2013)

TekananDarah : 110/70 mmHg.

Nadi : 85x / menit.

Respirasi : 20x / menit.

Suhu : 36,7ºC.

c. Status Interna

Keadaan umum : Tampak gelisah

Kesadaran : Compos mentis

Kepala : KonjungtivaAnemis (-/-),

SkleraIkterik (-/-), normocefali.

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax

Inspeksi : Simetris. Ikut gerak napas

Palpasi : Vocal fremitus (D=S)

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Rhonki/Wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis (-)

7

Page 11: Lapkas Psikiatri III

Palpasi : Thrill (-)

Perkusi : Pekak

Auskultasi : BunyiJantung I - II Reguler

Abdomen

Inspeksi : Supel, datar

Auskultasi : Timpani

Palpasi : NyeriTekan (-),

Hepar / lien tidak teraba

Perkusi : Bising Usus (+)

Ekstremitas : Akral teraba hangat. Edema (-) Sianosis (-)

Genitalia : Tidak ada kelainan.

d. Status Neurologis

Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-) ; Laseque/Kernig (tidak

terbatas / tidak terbatas) ; Brudzinski I,II,III (-/-/tidak dilakukan).

Saraf Otak

Mata : Pupil bulat, isokor, ⱷ ODS± 4mm, RC (+/+)

GBM : Baikkesegalaarah

Wajah : Parese N. Fascialis (-).

Lidah : Letak sentral, Atrofi (-).

Motorik

Koordinasi : Tidakdilakukan.

Sensibilitas : Konsisten.

Vegetatif : BAB/BAK (+/+) Ma/Mi (+/+).

RF : Tidak dievaluasi

RP :Tidak dievaluasi

B. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi.

8

5 5

5 5

Page 12: Lapkas Psikiatri III

C. Wawancara dan Anggota Keluarga

- Nama :Tn. A. G

- Umur :49 tahun

- Pekerjaan :Tidak bekerja

- Alamat :Belakang Hotel Tahara Sentani

- Hubungan : Kakak kandung pasien.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pria dewasa dengan penampilan sesuai usianya, perkiraan tinggi

badan ±160 cm dengan berat badan ± 56 kg, dengan postur normal, pakaian

lengkap namun kotor, kulit gelap, rambut keriting dan kusut, dan wajah agak

berewokan. Berdasarkan heteroanamnesa pasien sudah kesembilan kalinya

masuk RSJD Abepura dikarenakan perubahan tingkah laku, suka berbicara

sendiri, marah-marah tanpa alasan, sering jalan malam tanpa tujuan sambil

menggendong tas ransel yang berisi benda-benda tajam, menghadang mobil

sambil memegang kampak, menyerang tetangga di sekitar rumah.

Berdasarkan heteroanamnesa tentang riwayat pribadinya, ibu pasien sempat

ingin menggugurkan kandungannya pada usia 4 bulan namun dilarang oleh

kakak kandung dari ibu pasien sehingga niat ibunya diurungkan, pasien

pada usia 13 tahun mulai melawan ibunya jika disuruh mencari kayu bakar

dan pekerjaan lainnya juga pasien berhenti bersekolah ini disebabkan

karena pasien diceritakan oleh Paman pasien kalau pasien sempat ingin

digugurkan ibu pasien saat di dalam kandungan. Menurut kakak pasien

kurang lebih satu tahun sebelumnya pasien berencana untuk menikah

dengan pacarnya yang sudah diperkenalkan ke keluarga di Wamena namun

calon istri pasien berselingkuh dengan teman kerja pasien dan calon istri

pasien menikah dengan teman kerja pasien tersebut. Sejak saat itu pasien

mulai sering menyendiri.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, satus interna, dan status neurologis

dalam batas normal. Dari status psikiatrik pasien, didapatkan psikomotor

yang cenderung memperlihatkan kecemasan saat hendak dilakukan

9

Page 13: Lapkas Psikiatri III

pemeriksaan fisik, afek labile, mood disforik, pikiran terkesan autistik dan

Word Salad dengan waham kebesaran dan presekutorik positif, terdapat

gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Tilikan I, pasien

menyangkal dirinya sakit.

V. MASALAH BIOPSIKOSOSIAL

- Biologis

Terdapat riwayat keluarga yaitu ayah dari pasien mengalami gejala

serupa.

- Psikologi

1. Waham Kebesaran dan Presekutorik

2. Halusinasi auditorik

3. Tilikan I (penyangkalan penyakit sama sekali).

4. Pasien mengalami ketidaksesuaian tugas perkembangan di mana

pasien masuk SD pada 10 tahun.

5. Pasien pada usia 14 tahun mengetahui dirinya hampir digugurkan

pada saat ibu pasien sedang mengandung pasien.

- Sosial

1. Pasien pada waktu SD cenderung menyendiri dan jarang bermain

dengan teman sebayanya dan juga sering tidak masuk sekolah.

2. Pasien mengalami ditinggalkan oleh calon istrinya yang

berselingkuh dengan teman kerjanya.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keluarga

pasien, status psikiatri, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status neurologis

yang terangkum dalam ikhtisar penemuan bermakna diatas, pasien

menunjukkan masalah berupa adanya waham kebesaran dan presekutorik,

halusinasi auditorik. Gejala-gejala tersebut muncul dalam onset yang lama

SMRSJ serta adanya stresor yang berarti, sehingga diagnosis dapat

diarahkan pada F20.0 Skizofrenia Paranoid pada Aksis I. Sedangkan untuk

Aksis II dan III-nya tidak ada diagnosa yang dapat ditegakkan karena tidak

10

Page 14: Lapkas Psikiatri III

ada penemuan berarti. Aksis IV didiagnosa adanya masalah yang berkaitan

dengan lingkungan sosial, hal ini sesuai dengan alloanamnesa terkait riwayat

pribadi pasien dimana pasien ditinggalkan calon istrinya yang berselingkuh

dengan teman kerjanya.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid

DD F22.0 Gangguan Waham

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V : GAF 50 - 41

VIII.RENCANA TERAPI

1. Perawatan Rumah Sakit

Pada pasien ini dilakukan rawatan inap di Rumah Sakit Jiwa.

Farmakoterapi

Obat-obatan yang diberikan pada pasien ini adalah :

Farmakoterapi di IGD:

- Inj. Chlorpromazine 1 x100 mg (i.m)

- Haloperidol 5 mg tablet 3 x 1 mg

- Triheksilpenidil (THP) 2 mg tablet 3 x1 mg

- Chlorpromazine 100 mg tablet 2 x 1 mg

Farmakoterapi di ruang rawat inap:

- Haloperidol 5 mg tablet 3 x 1 mg

- Triheksilpenidil (THP) 2 mg tablet 3 x1 mg

- Chlorpromazine 100 mg tablet 2 x 1 mg

IX. PROGNOSIS

Prognosis kesembuhan pasien kurang baik.

11

Page 15: Lapkas Psikiatri III

X. DISKUSI/PEMBAHASAN

1. Diagnosis Multi Aksial

Aksis I :F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan alloanamnesa yang diperoleh

yaitu adanya gejala yang menonjol berupa waham kebesaran dan

presekutorik, halusinasi auditorik yang berlangsung lama yaitu pada

tahun 2008. Gejala-gejala tersebut masuk dalam kriteria diagnostik

PPDGJ III untuk F.20.0. Adapun kriteria diagnostik tersebut adalah

sebagai berikut :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

- Sebagai tambahan :

Halusinasi dan/ atau waham harus menonjol :

a. Suara-suar halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi

tawa (laughing).

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada

tetapi jarang menonjol.

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling

khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Aksis II : Pasien tidak memiliki gejala gangguan kepribadian

maupun retardasi mental.

12

Page 16: Lapkas Psikiatri III

Aksis III :Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

neurologis tidak ditemukan riwayat penyakit infeksi maupun kondisi

medis umum lainnya.

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial.

Diagnosis ini didasarkan pada alloanamnesa dimana pada tahun 2008

pasien ditinggalkan oleh calon istrinya yang berselingkuh dengan teman

kerjanya.

Aksis V : GAF 50 – 41

Diagnosa didasarkan pada alloanamnesa, pemeriksaan psikiatrik, dan

pemeriksaan fisik dimana gejala-gejala psikotik bersifat menetap

namun berat, beberapa disabilitas berat yang membuat pasien terganggu

dalam fungsi interaksi hal ini juga berkaitan dengan prognosis

gangguan yang dialami oleh pasien kurang baik.

6. Terapi

- Rawat Inap

Pasien ini menunjukan gejala yang akut, sehingga perawatan singkat

di rumah sakit diperlukan untuk tujuan pemeriksaan lebih lanjut,

menstabilkan keadaan pasien dan perlindungan terhadap pasien.

Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap gejala

dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan

orang lain. Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang nyaman,

tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali

rasa realitasnya sambil menunggu lingkungan dan obat menunjukkan

efeknya. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada tingkat

keparahan penyakit pasien.

- Psikofarmaka

Pasien baru pertama kali dibawa ke RSJ. Saat pertama kali masuk ke

IGD pasien diberikan terapi injeksi melainkan terapi oral karena

13

Page 17: Lapkas Psikiatri III

keadaan umum pasien yang gelisah. Terapi yang diberikan anti-

psikosis tipikal yaitu Haloperidol tablet 3 x 5 mg, Chlorpromazine

tablet 2 x 100 mg dan diberikan obat antikolinergik yaitu

Trihexyphenidyl tablet 3 x 2 mg sebagai profilaksis terhadap gejala

gangguan pergerakan akibat pemberian anti-psikosis.

1. Chlorpromazine

Indikasi : psikosis

Mekanisme Kerja : memblokade dopamin pada reseptor pasca

sinaptik neuron di otak khususnya di sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor antagonist), sehingga

efektif untuk gejala positif.

Dosis : Oral : 30 – 2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai

dengan dosis rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan.

Injeksi : 50 – 100 mg (i.m) setiap 4-6 jam.

Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap chlorpromazine atau

komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar

fenotiazin mungkin terjadi, depresi SSP berat dan koma.

Efek Samping : reaksi ekstrapiramidal, hipotermia, mengantuk,

apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, agitasi.

Pembahasan:

Sebagai antipsikosis yang mempunyai efek sekunder yaitu sedatif

sehingga berguna untuk mengatasi gangguan tidurnya dan

keadaan gaduh gelisah

2. Haloperidol

Indikasi : psikosis

Mekanisme Kerja : memblokade dopamin pada reseptor pasca

sinaptik neuron di otak khususnya di sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor antagonist), sehingga

efektif untuk gejala positif.

14

Page 18: Lapkas Psikiatri III

Dosis : dosis awal: 1,5-3 mg 2-3 kali per hari atau 3-5 mg 2-3 kali

per hari untuk kasus berat atau resisten. Dosis pemeliharaan: 5-10

mg per hari.

Kontraindikasi : wanita hamil, depresi sumsum tulang, gangguan

hati dan ginjal.

Efek Samping : reaksi ekstrapiramidal, hipotermia, mengantuk,

apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, agitasi.

Pembahasan:

Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah

“optimal response with minimal side effects”. Pemilihanjenis obat

anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan

dan efek samping obat. Karena gejala dominan yang ada pada

pasien ini adalah gejala positif terapi pilihan yang diberikan

berupa anti-psikosis tipikal potensi tinggi yaitu Haloperidol.

Dosis Haloperidol yang diberikan yakni 3 x 5 mg per hari.

Haloperidol memiliki efek sedatif yang lemah dan digunakan

pada sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik

diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,

waham, dan halusinasi.Pada pasien ini tidak menunjukan gejala

apatis, menarik diri, kehilangan minat dan inisiatif, dan hipoaktif,

tetapi justru sebaliknya perasaan tumpul, kekacauan pikiran

(waham dan halusinasi)serta perilaku merupakan gejala yang

dominan maka pemberian haloperidol dirasa perlu pada pasien

ini.

3. Trihexyphenidyl3,4

Indikasi : Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan

oleh SSP.

Mekanisme Kerja : menghambat re-uptake dopamin pada ujung

saraf pre simpatik di otak.

Dosis : 1 mg per hari, dinakkan bertahap. Dosis pemeliharaan 5-

15 mg per hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian.

Kontraindikasi : retensi urin, obstruksi saluran cerna, glaukoma.

15

Page 19: Lapkas Psikiatri III

Efek samping : mulut kering, gangguan saluran pencernaan,

pusing, penglihatan kabur, takikardia, hipersensitivitas, gugup.

Pada pemberian dosis tinggi: bingung, eksitasi.

Pembahasan:

Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk

mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang

muda seperti pada pasien ini), suatu obat antikolinergik harus

diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis

terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi anti-

psikosis. Obat pilihan yang digunakan adalah Trihexylphenidyl

(THP). Dosis Trihexylphenidyl (THP) yang digunakan yakni 1-3

x 2 mg/hari. Profilaksis dengan obat ini sebenarnya tidak

dianjurkan karena dapat mempengaruhi penyerapan/absorbsi obat

anti-psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah dan dapat

menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang dibutuhkan

untuk penyesuaian dosis anti psikosis agar tercapai dosis efektif.

Namun pada kasus ini karena pasien memiliki faktor predisposisi

terjadinya efek ektrapirammidal (yaitu usia muda) obat

antikolinergik yang diberikan mengikuti algoritma

penatalaksanaan efek samping ekstrapiramidal di RSCM.

7. Prognosis

“Dubia at malam”

Jika tidak ditangani dengan baik, pasien tidak kooperatif dengan

pengobatan dan perawatan, kurangnya pengawasan minum obat

(putus obat), serta kurangnya partisipasi keluarga terkait interaksi

sosial pasien.

16

Page 20: Lapkas Psikiatri III

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan – Sadock Sinopsis Psikiatri. Jilid 1.

Jakarta. Binarupa Aksara. 2010. Hal. 689 – 712 ; 728, 743.

2. Maslim R.. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ – III. Jakarta. PT. Nuh Jaya. 2003.

3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi

ketiga. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2007.

4. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Konsep klinis Proses-prose penyakit Ed.6

Vol.2. Jakarta : EGC. 2006, Hal. 1032,1039.

5. Indriani, Reri, dkk. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta. CV.

Sagung Seto. 2008

6. Sulistia GG, Rianto S, dkk. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Cetak ulang dengan

tambahan, 2012. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012.

7. Rudy W, Martina W N, Charles E D. Gambaran dan Karakteristik Penggunaan

Triheksifenidil pada Pasien yang Mendapat Terapi Antipsikotik. J Indon Med

Assoc, Volume: 63, Nomor: 1, Januari. 2013

17

Page 21: Lapkas Psikiatri III

LAPORAN KASUS III

F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid

Disusun sebagai salah satu syarat memenuhi ujian akhir Kepaniteraan Klinik

Madya pada SMF Psikiatri RSJD Abepura

Disusun oleh :

HASRUL THAMRIN, S.Ked 200852033

ROSITA PAYOKWA, S.Ked 200852088

STIVENSON TIVEN, S.Ked 200852093

TEGUH T P. YUDHA, S.Ked 200852096

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA-PAPUA

2014