lapkas bedah senida

35
LAPORAN KASUS HERNIA SCROTALIS DEXTRA IRREPONIBLE PENULIS Senida Ayu Rahmadika 030.09.230 PEMBIMBING dr. Dwi Adang Sp. B KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO

Upload: senida-ayu-rahmadika

Post on 29-Jan-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hernia skrotalis

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Bedah Senida

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS DEXTRA IRREPONIBLE

PENULIS

Senida Ayu Rahmadika

030.09.230

PEMBIMBING

dr. Dwi Adang Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO

NOVEMBER 2015

Page 2: Lapkas Bedah Senida
Page 3: Lapkas Bedah Senida

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Senida ayu rahmadika

NIM : 030.09.230

Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah

FK Universitas Trisakti

Judul laporan kasus : Hernia Scrotalis Dextra Irreponible

Pembimbing : dr.Dwi Adang SpB

Jakarta, November 2015

Pembimbing

dr.Dwi Adang SpB

Page 4: Lapkas Bedah Senida

BAB I

PENDAHULUAN

 

Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan

perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan

dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.

Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah. Hernia,

atau sering kita kenal dengan istilah “Turun Bero”, merupakan penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh

hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau

bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot) dinding perut.

Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima persen dari

seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus

(pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis

medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum

(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis

Page 5: Lapkas Bedah Senida

BAB II

LAPORAN KASUS

Status Pasien

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Jenis kelamin : laki-laki

Usia : 55 tahun

Alamat : Taman Jati Baru No.24

Pekerjaan : Karyawan

Agama : Islam

Suku : Betawi

Status : Menikah

Asuransi : -

Masuk RS : 9 November 2015

II. KELUHAN UTAMA

Benjolan di buah zakar sejak 2 bulan yang lalu

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 november 2015 di ruang rawat

P.Salawati kamar no 3, pukul 13.00 WIB.

Riwayat Penyakit Sekarang

OS datang ke poli bedah seminggu smrs dengan keluhan benjolan di buah zakar kanan sejak 2

bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan berbentuk oval dengan permukaan yang rata dan

warna kulit yang sama dengan sekitarnya. Ukuran benjolan terasa semakin lama semakin

membesar. Permukaan benjolan rata dengan konsistesi lunak. Benjolan tidak terasa nyeri dan

muncul pada saaat beraktivitas dan menghilang pada saat beristirahat atau pada posisi tidur.

Page 6: Lapkas Bedah Senida

OS mengaku benjolan pertama kali muncul di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu,kemudian

lama kelamaan benjolan berpindah ke buah zakar kanan.Awalnya benjolan hilang timbul , tetapi

seminggu sebelum masuk rumah sakit benjolan tidak bisa hilang dengan istirahat.OS

menyangkal adanya keluhan demam, mual,muntah,nyeri pada daerah benjolan, perut kembung.

Riwayat Penyakit Dahulu

OS tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi, diabetes mellitus, alergi, asma, batuk-

batuk yang lama. OS juga tidak ada riwayat penyakit prostat sebelumnya. OS belum pernah

menjalani operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga OS yang mengalami keluhan yang sama.Dari keluarga tidak ada

yang menderita diabetes mellitus, asma, batuk-batuk lama, kelainan jantung dan keganasan.

Riwayat Kebiasaan

OS mengaku merokok kurang lebih sudah 40 tahun.

Riwayat Pekerjaan

OS adalah seorang karyawan, sebelumnya pasien bekerja serabutan sering mengangkut benda

berat sewaktu dikampung

Riwayat Medikasi

-

Page 7: Lapkas Bedah Senida

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status gizi : Kesan gizi cukup

Tanda vital

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,7oC

Pernafasan : 20 x/menit

Status generalis

1. Kulit

Warna : sawo matang, tidak ikterik dan tidak terdapat hipopigmentasi maupun

hiperpigmentasi

Lesi : tidak terdapat lesi primer seperti macula, papul vesikuler, pustule maupun lesi

sekunder seperti jaringan parut atau keloid pada bagin tubuh yang lain.

Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit

Turgor : baik

Suhu raba : hangat

2. Kepala

Ekspresi : ekspresif

Simetris wajah : simetris

Nyeri tekan sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus

Rambut : distribusi merata, warna hitam

Pembuluh darah : tidak terdapat pelebaran pembuluh darah

Deformitas : tidak terdapat deformitas

Page 8: Lapkas Bedah Senida

3. Mata

Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris

Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan, blefaritis,

maupun xanthelasma

Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Pupil : bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung positif

pada mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung positispada mata kanan

dan kiri

Eksoftalmus : tidak ditemukan

Endoftalmus : tidak ditemukan

4. Telinga

Bentuk : normotia

Liang telinga : lapang

Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri

Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan

Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

5. Hidung

Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas

Septum : terletak ditengah, simetris

Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi

Cavum nasi : tidak ada perdarahan

6. Mulut dan tenggorok

Page 9: Lapkas Bedah Senida

Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis

Gigi-geligi : hygiene baik

Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis

Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor

Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis

Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

7. Leher

Bendungan vena : tidak ada bendungan vena

Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris

Trakea : di tengah

8. Kelenjar getah bening

Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher

Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila

Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal

9. Thorax

Paru-paru

Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis

Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax

Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea

midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung

pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.

Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada kedua

lapang paru

Jantung

Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

Page 10: Lapkas Bedah Senida

Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra

Perkusi :

Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra

Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra

Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop

10. Abdomen

Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan kelainan kulit,

tidak terdpat pelebaran vena

Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, maupun nyeri

lepas, pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative

Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA, ballotment

(-)

Auskultasi : bising usus positif 2x/menit, intensitas sedang

11. Genitalia

(dibahas lebih lanjut dalam status lokalis)

12. Ekstremitas

Tidak tampak deformitas

Akral hangat pada keempat ekstremitas

Tidak terdapat oedema pada keempat ekstremitas

Status lokalis genitalia

Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x 5 x 3 cm di daerah

skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-

tanda radang

Page 11: Lapkas Bedah Senida

Palpasi : teraba massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm, permukaan

rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi pada tanggal 03 November 2015

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 15.7 g/dl 14 – 18 g/dl

Hematokrit 47 % 43 – 51 %

Eritrosit 5,41 juta / µL 4,5 – 5,5 juta / µL

Leukosit 5.800 /µL 5000 – 10000 /µL

Trombosit 277.000 /mm3 150.000 – 400.000 /mm3

Bleeding time 2 menit 30 detik 1 – 5 menit

Clotting time 11 menit 30 detik 1 – 16 menit

Gula darah sewaktu 94 mg% < 200 mg%

V. RESUME

Pasien Tn.AB, usia 55 tahun, OS datang dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kanan sejak

kurang lebih 3 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan

yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter

± 7 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut

OS ukuran benjolan berubah-ubah, jika OS sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan

keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila OS sedang berbaring, maka

ukuran benjolan mengecil. Kadang OS juga merasakan nyeri di daerah bagian perut kiri atas dan

keluhan mereda jika benjolan turun ke buah zakar. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit

OS mengeluhkan terkadang sulit buang air besar sehingga harus mengedan, tetapi keluhan sulit

BAB tersebut tidak berlangsung lama. OS juga mengeluh benjolan sudah tidak dapat masuk

kembali. Pada pemeriksaan fisik Inspeksi, terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan

ukuran ± 7 x 5 x 3 cm di daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan

tidak terdapat tanda-tanda radang. Palpasi, teraba massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran

Page 12: Lapkas Bedah Senida

7 x 5 x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

Hasil laboratorium didapatkan Hb 14.3 g/dl, Ht 42 %, Eritrosit 4,98 juta / µL, Leukosit 7.400

/µL, Trombosit 309.000 /mm3, Bleeding time1 menit 30 detik, Clotting time 11 menit, Gula darah

sewaktu 143 mg%.

VI. DIAGNOSA KERJA

Pra bedah : Hernia Scrotalis Dextra Irreponible

Pasca bedah : Hernia Scrotalis Dextra Irreponible

VII. DIAGNOSA BANDING

Diagnosis banding pada pasien ini adalah hidrokel dan tumor testis kanan.

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Operasi : herniotomi dan hernioraphi

Laporan Operasi :

a. OS dalam spinal anesthesia

b. Desinfeksi lapangan operasi

c. Insisi kanan bawah abdomen sejajar dengan garis inguinalis dextra

d. Insisi kutis,subkutis, fascia Scarpae dan Camperi, Aponeurosis M Oblikuus

Abdominis eksternus

e. Cari funikulus spermatikus, M cremaster dipisahkan

f. Buka funikulus spermatikus, cari kantong hernia. Bebaskan dari funikulus. Pisahkan

kantong proksimal dan distal lalu jahit

g. Pasang Mesh, ikat bagian medial ke conjoin tendon lalu bagian lateral diikat ke

ligamentung inguinale. Bagian distal diikat ke tuberkulum pubicum

h. Luka operasi dijahit kembali lapis demi lapis

Page 13: Lapkas Bedah Senida

i. Tutup luka operasi

j. Operasi selesai

2. Instruksi post-operasi

Bed rest total

Beri infuse RL

Obat :

- Injeksi katese 3 x 1 amp / drip

- Dilanjutkan dengan obat: Ceftriaxon 2x 1gr, Ketorolac 3x 30mg

Sadar, tidak mual muntah, boleh minum

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

XI FOLLOW UP

Hari perawatan ke-2 (10 November 2015)

S: tidak ada mual, pasien sudah mulai bisa kentut sesak (+), mual muntah (-), nyeri daerah

operasi (+).

O : TD : 140/90 mmHg, RR : 18x/menit, HR: 84x/menit

abdomen : supel, nyeri tekan (+), BU 1x/menit lemah, luka operasi di daerah in-

guinal kanan tertutup perban, terpasang drainase 20cc,pus(-), cairan (-), darah

(-)

A : post operasi herniotomi dan hernioplasty hari kedua

Page 14: Lapkas Bedah Senida

P : bed rest, Ceftriaxon 2x 1gr, Ketorolac 3x 30mg

Perawatan hari ke-3 Tanggal 11 November 2015

S : flatus (+)

O : nyeri tekan di tempat operasi berkurang, BU (+) normal

A : post operasi herniotomi dan hernioplasty hari ketiga

P : Ceftriaxon 2x 1gr, Ketorolac 3x 30mg, OMZ, pasien boleh pulang.

Page 15: Lapkas Bedah Senida

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Secara Umum

Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang

menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada

hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi

hernia.1,2

Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.

Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering) dan

hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).1,3

Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi kantung

bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan. Sedangkan bila tidak

bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan

isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada

keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.1

Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka

disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan gangguan

vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat

(acquired) :

1. Kongenital

Kanalis inguinalis normal pada fetus :

Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari

abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan

Page 16: Lapkas Bedah Senida

peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei).

Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat

masuk melalui kanal.

Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan

lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2

tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan

terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.

2. Acquired / didapat

Disebabkan oleh :

Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka

Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui

kantong dan isi hernia

Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik

(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi

hernia ke annulus inguinalis internus

Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.

illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

B. Hernia Inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis

Gbr 1. Dinding Abdomen

Page 17: Lapkas Bedah Senida

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m. transverses

abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus

inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya

adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale.

Akanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada

perempuan.1

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar

melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika

inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang

keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum

dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial

terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung

ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di

inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar

segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis

m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk

Gbr 2. Kanalis Inguinalis

Page 18: Lapkas Bedah Senida

menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak

mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1

Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang

didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada

lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada

pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya

dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali

kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa

dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa

mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5

Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal

Page 19: Lapkas Bedah Senida

Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis.

Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. oblikus internus yang

menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup

trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini

bisa menyebabkan terjadinya hernia.1

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding

perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3

Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan

saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites,

obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus

intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis

inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah

masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di

dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu

masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh

kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7

Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan

yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi

bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan

transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin

hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia

menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. 1

Gejala Klinis

Page 20: Lapkas Bedah Senida

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada

hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul

pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring.

Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau

para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu

segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau

muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau

strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada

hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul

waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang

saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir.

Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau

paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu

segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru

muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat

hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan

dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi

lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta

mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan

dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih

berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia

berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti

hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi

gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi

organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2

Page 21: Lapkas Bedah Senida

Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan klinis

yang teliti.2

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :

1. Hernia inguinalis medialis (direk)

Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum

hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis dan tidak

ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan

intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh

karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher

yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak

pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih

sering pada pria usia tua.1,3

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara khas

mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3

2. Hernia inguinalis lateralis

Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan

kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di trigonum

hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis

biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar

annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit.

Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.1,3

Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali turun

ke dalam skrotum.3

Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis peritoneum

sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

Tatalaksana

Page 22: Lapkas Bedah Senida

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk

corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan

perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1

Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas lebih

jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih elastis pada

anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan

kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari

berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1

Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan

tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak dianjurkan

karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap

mengancam.1

Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka factor-

faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki.

Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek yang ada

direkonstruksi.2

Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi

sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan

hernioplasti.1

Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong

hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus

dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam

mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil

annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia

transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m.

transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale poupart

Page 23: Lapkas Bedah Senida

menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus

internus abdominis ke ligamentum cooper menurut McVay.1

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan

berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan

prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis

inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1

Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama dengan

yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah vital atau tidak.

Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2

Komplikasi

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi

hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau

isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi

strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial

atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku,

sering terjadi jepitan parsial.1

Gbr 4. Herniotomi dan Hernioplasti

Page 24: Lapkas Bedah Senida

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia.

Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di

dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga

suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan

transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang

menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan

gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam

basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi

sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap

karena rangsang peroitoneal.1

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan

kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local.

Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan

segera.1

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC

2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI

3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :

Erlangga Medical Series

4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24th 2011.

(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on May 12th 2011)

5. (Edward K, Leanne L, Karl A. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management. Am Fam

Physician. 2013;87(12):844-848)

6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.

Page 25: Lapkas Bedah Senida

(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on May

13th 2011)

7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal,

editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515