lap sken 3 kulit
TRANSCRIPT
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 1/12
A. KERATOSIS SEBOROIK
1. Definisi
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa
tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. (Siregar, 2005)
2. EtiologiEtiologi dari perkembangan lesi keratosis seboroik pada usia tua tidak dapat diketahui
dengan pasti. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya
hubungan dengan terjadinya keratosis seboroik ini. Hal ini telah diketahui melalui
penelitian bromodeoxyuridin dan immunohistokimia untuk pengembangan antigen
tertentu yang berhubungan. Ada peningkatan yang nyata dan signifikan dari angka
terjadinya apoptosis pada semua variasi bentuk dari keratosis seboroik dibandingkan
dengan kulit yang normal. Keratosis seboroik tipe reticulated biasanya terdapat pada
bagian kulit yang paling sering terpajan sinar matahari, dan keratosis seboroik tipe
reticulated dapat terbentuk akibat perkembangan dari solar lentigo. (Balin, 2009)
3. Epidemiologi
a. Ras
Keratosis seboroik kurang umum di populasi dengan kulit gelap dibandingkan
dengan mereka yang memiliki kulit putih, namun orang-orang kulit hitam
mengembangkan varian keratosis seboroik yangdisebut dermatosis papulosa nigra.
Lesi ini mempengaruhi wajah, terutama pipi atas dan lateral daerah orbita. Lesi ini
kecil, pedunkulasi, dan sangat berpigmen dengan elemen keratotic minimal. Awal
lesi ini umumnya berawal dari keratosis seboroik biasa. (Balin, 2009)
b. Gender
Tidak ada perbedaan gender dalam frekuensi terjadinya seborrheic keratoses. (Balin,2009)
c. Umur
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang umum pada individu yang lebih tua.
Mereka tampak meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Keratosis seboroik
juga telah ditemukan terjadi pada individu muda.
4. Patogenesis
Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti terlibat dalam
pembentukan keratosis seboroik. (Ginarte et al , 2000; Groves et al , 1992; Nanney et al ,
1992). Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi immunoreactive growth hormone
receptor di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis seboroik.
Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis, rendah pada
keratosis seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau skuamos sel
karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini. (Nakagawa et al , 1994).
Tidak ada peningkatan yang dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal transducers
patched (ptc) dan smoothened (smo) mRNA pada keratosis seboroik dibanding kulit
yang normal. (Tojo et al , 1999)
Frekuensi yang tinggi dari mutasi gene dalan meng-encode reseptor tyrosine
kinase FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah ditemukan pada beberapa tipe
keratosis seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor gen menjadi basis dalam
patogenesis keratosis seboroik. FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembrane tyrosine
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 2/12
kinase yang ikut serta dalam memberikan sinyal transduksi guna regulasi pertumbuhan,
deferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis
seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis seboroik akantosis, dan 85% keratosis seboroik
adenoid. (Haffner et al , 2007)
Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada pigmentasikeratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi dari melanosit
disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating cytokines. Endotelin-1
memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit
manusia dan telah terbukti terlibat sabagai salah satu peran penting dalam pembentukan
hiperpigmentasi pada keratosis seboroik. (Teraki et al , 1996)
Secara Immunohistokimia, keratinosit pada keratosis seboroik memperlihatkan
keratin dengan berat molekul yang rendah, tetapi ada sebagian kecil pembentukan
keratin dengan berat molekul yang tinggi.
5. Varian Klinikopatologi
Ada beberapa bentuk histologi dan terkadang berbeda secara klinis untuk keratosis
seboroik: (Balin, 2009; Wolff et al , 2008)
a) Common Seborrheic Keratosis
Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis.
Jenis ini dianggap sebagai lesi klasik. Bentuknya seperti jamur, dengan epidermis
hiperplastik dan berbatas tegas yang menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri
dari sel-sel basaloid yang seragam. Kista-kista keratin kadang lebih banyak, dan bisa
tampak didalam folikel dan diluar folikel. Melanosit terkadang muncul dalam
jumlah banyak, dan produksi pigmennya menghasilkan warna luka hitam.
Perpindahan pigmen ke keratinosit kelihatan cukup normal.
b) Reticulated Seborrheic Keratosis
Sinonim: adenoid seborrheic keratosis. Kumpulan sel-sel basaloid turun dari dasar
epidermis. Kista-kista keratin dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen eosinopilik
yang halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan dapat membentuk
lesi yang banyak.
c) Stucco Keratosis
Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate seborrheic keratosis, serrated
seborrheic keratosis, verrucous seborrheic keratosis.
Stucco keratosis muncul berukuran 3-4 mm, berwarna seperti warna kulit atau
benjolan berwarna putih abu-abu yang muncul di tungkai bagian bawah.
Penampakan sel epidermal seperti puncak menara gereja mengelilingi inti kolagen
membentuk hiperkeratosis seperti jalinan keranjang. Keratinosit yang bervakuola
yang ada pada veruka vulgaris tidak ditemukan pada lesi ini, meskipun secara klinis
lesi ini bisa menyerupai kutil virus yang kecil.
d) Clonal Seborrheic Keratosis.
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 3/12
Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel basaloid yang tidak
selamanya berbatas tegas berbentuk bulat dan terbungkus longgar di dalam jaringan
epidermis. Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarang-sarang
tersebut mengandung melanosit dalam jumlah besar. Keratinosit ini ukurannya bisa
bermacam-macam.
e) Irritated Seborrheic Keratosis
Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous cell acanthoma. Kelainan
kulit eksematous berubah menjadi keratosis seboroik yang khas. Penyebab dari
reaksi eksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma, tapi belum dapat
dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis seboroik memperlihatkan bagian-bagiandari perubahan inflamasi, banyak lingkaran atau pusaran dari sel-sel eosinofilik
skuamous yang merata dan tertata seperti bawang. Ini menyerupai mutiara keratin
dalam sel karsinoma bersisik, tapi bisa dibedakan oleh besarnya jumlah mereka,
kecilnya ukuran, dan bentuknya yang terbatas. Keratinosit dalam suatu keratosis
seboroik yang iritasi menunjukan tingginya tingkat keratinisasi atau keratosis
seboroik yang sudah dewasa dibandingkan dengan common seborrheic keratosis.
f) Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia
Sel atipik dan diskeratosis bisa terlihat pada beberapa keratosis seborrheic. Lesitersebut bisa sangat mirip dengan penyakit Bowen’s atau karsinoma sel squamous
yang invasive. Tidak diketahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik itu akibat dari
iritasi atau aktivasi, atau tanda karsinoma sel squamous. Sebaiknya untuk
menghilangkan lesi ini seluruhnya.
g) Melanoacanthoma.
Sinonim: pigmented seborrheic keratosis. Melanoacanthoma lebih gelap dari
pigmented seborrheic keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit dendritik
yang jelas. Melanosit tersebut kaya dengan melanin, sebaliknya di sekitar keratinosit
sangat sedikit mengandung melanin. Melanosit dapat berkembang menjadi sarang,
yang melebar dari lapisan basal ke lapisan superfisial epidermis. Lesi ini tidak
berpotensi menjadi ganas.
h) Dermatosis Papulosa Nigra.
Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada wajah yang tampak pada
orang Afrika Amerika, namun terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap dari ras
lain, nampak merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini merupakan erupsi
papul yang berpigmen pada wajah dan leher. Mereka menyerupai melanoacanthoma
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 4/12
kecil-kecil. Gambaran histologis seperti common seborrheic keratosis tapi berukuran
lebih kecil.
i) The Sign of Leser-Trelat
Erupsi multipel keratosis seboroik, juga dikenal sebagai the sign of Leser-Trelat, disebutkan berkaitan dengan multipel internal malignancies yang
tersembunyi dan sering diikuti dengan rasa gatal . Keganasan yang paling sering
dihubungkan adalah adenokarsinoma lambung, colon, dan payudara. Tanda ini juga
telah dilaporkan dengan berbagai macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan
melanoma. Tanda ini juga disebutkan bahwa berhubungan dengan hiperkeratosis
telapak tangan dan telapak kaki terkait dengan penyakit keganasan dan dengan
acanthosis nigricans.
Fenomena keratosis seboroik yang bisa pecah, mungkin menunjukkan
peradangan dermatosis yang berpusat di sekitar papiloma kulit dan keratosis
seboroik membuat fenomena itu lebih kelihatan. Tentu saja, dibutuhkan keahlian
klinis melihat peninggian lesi keratosis seboroik pada pasien dengan dermatitis
generalisata yang disebabkan banyak hal. Kemoterapi, khususnya citarabine, bisa
menyebabkan peradangan keratosis seboroik, khususnya ketika dikaitkan dengan
tanda Leser-Trelat. Maligna acanthosis nigricans muncul sebanyak 35% pasien
dengan tanda Leser-Trelat, yang menunjukkan kesamaan mekanisme. Namun,
hubungan sebenarnya antara erupsi keratosis seboroik multipel dengan keganasan
organ dalam masih harus dijelaskan.
6. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
• Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam terasa
tidak nyaman.
• Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau di jepit.
• Pasien kadang terasa benjolan semakin membesar secara lambat.
• Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.
• Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.
• Lesi dapat timbul diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta membran
mukosa. (Barlin, 2009)
b. Pemeriksaan fisik
Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau plak yang agak
menonjol, namun dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit. Lesi biasanya
memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang kadang juga dapat
ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk bulat sampai oval,
ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan sampai 35x15cm. Pada lesi multiple
distribusi seiring dengan lipatan kulit.
Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki permukaan
halus biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai butiran gandum.Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 5/12
Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring
dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan
tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya.
Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian puncak lesi lepas,
namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk berubah ke arah
keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan terkadang tumbuh di lesi
keratosis seboroik. (Balin, 2009; Wolff et al , 2008)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran sel
skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-
sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga
keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin.
Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal : acanthotic (solid),
reticulated (adenoid), hyperkeratotic (papilomatous), clonal dan irritated. Gambaranyang bertumpang tindih biasa dijumpai. (Balin, 2009; Harahap, 2000; Wolff et al ,
2008)
a) Tipe acanthotic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran horn
cyst.
b) Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal,
seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.
c) Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat hiperkeratotis,
papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel skuamosa.
d) Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal
e) Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat, dengan
gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat pada dasar lesi
yang menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis seboroik.
Kadangkala terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid,
jarang terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa
sel basaloid yang kecil berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis.
Kelompok- kelompok melanososm yang sering membatasi membran dapat
ditemukan di antara sel.
7. Diagnosis banding
a) Melanoma maligna
Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran, mulai timbul gejala
(terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, berkembangnya lesi satelit.
Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi lesi berpigmen,
yaitu: A = asimetri, B = border irregularity, C = color variegation, D = Diameter leib
dari 0,6 mm.
b) Epitelioma sel basal berpigmen
Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan, badang, tungkai dan
kaki. Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter kurang 2cm dengan
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 6/12
tepi meninggi dan berwarna hitam atau coklat. Permukaan tampak mengkilat, sering
dijumpai teleangiektasia dan kadang ada skuama halus atau krusta tipis.
c) Nevus pigmentosus
Nevus pigmentosus dapat terjadi disemua tempat termasuk membrana mukosa dekat
permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa biasanya berukuran2-4mm. papul berbatas tegas dan mengkilat dengan permukaan agak licin, umumnya
berambut.
d) Keratosis senilis
Lesi awalnya berupa makula atau plak kecoklatan berbentuk bulat atau irreguler,
dapat soliter atau multiple, berbatas tegas, teleangiektasi dengan permukaan kasar,
kering dan skuama yang melekat.
8. Penatalaksanaan
a) Medikamentosa
Keratolytic agent
Dapat menyebabkan epitelium yang menanduk menjadi mengembang, lunak,
maserasi kemudian deskuamasi. (Balin, 2009)
1)Amonium lactat lotion
Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang telah terbukti
mengurangi keratosis seboroik. (Klaus et al , 1990; Van Scott et al , 1989). Hal
tersebut disebabkan karena mempunyai daya keratolitik dan memfasilitasi
pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12% strenght dapat
menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel keratin tidak beradesi.
2)Trichloroacetic acid
Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat menyebabkan iritasilokal. Pengobatan keratosis seboroik dengan 100% trichloroacetic acid dapat
menghilangkan lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli.
Terapi topikal dapat digunakan tazarotene krim 0,1% dioles 2 kali sehari dalam 16
minggu menunjukkan perbaikan keratosis seborik pada 7 dari 15 pasien.
b) Terapi bedah
1) Krioterapi
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair
atau karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel
kanker, pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis seboroik bila
pembekuan terlalu dingin maka dapat menimbulkan skar atau hiperpigmentasi,
tetapi apabila pembekuan dilakukan secara minal diteruskan dengan kuretase
akan memberikan hasil yang baik secara kosmetik. (Wolff et al , 2008)
2) Bedah listrik
Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan
dengan perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik boiak-balik berfrekwensi
tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar
jaringan parut yang terbentuk cukup estetis den aman baik bagi dokter maupun
penderita. Tehnik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah :
elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,elektrolisis den elektrokauter.
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 7/12
3) Laser CO2
Sinar Laser adalah suatu gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
tertentu, tidak memiliki efek radiasi dan memiliki afinitas tertentu terhadap suatu
bahan/target. Oleh karena memiliki sel target dan tidak memiliki efek radiasi
sebagaimana sinar lainnya, ia dapat digunakan untuk tujuan memotong jaringan,membakar jaringan pada kedalaman tertentu, tanpa menimbulkan kerusakan pada
jaringan sekitarnya. Sebagai pengganti pisau bedah konvensional, memotong
jaringan sekaligus membakar pembuluh darah sehingga luka praktis tidak
berdarah saat memotong. (PERAPI, 2002)
4) Bedah scalpel
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah
skalpel. Umumnya karena invasi tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi
dari permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari tepi lesi agar yakin
bahwa seluruh isi tumor bisa terbuang. Keuntungan prosedur ini ialah tingkat
kesembuhan yang tinggi serta perbaikan kosmetis yang sangat baik.
5) Dermabrasi
Prosedur dermabrasi dikerjakan menggunakan instrumen yang digerakkan motor
24,000 rpm dengan silinder sandpaper / wire brush. Menggunakan anestesi lokal
atau narkose. Perbaikan terjadi karena dermis yang ditipiskan dengan tehnik ini
tidak akan menebal kembali. Setelah luka sembuh ditutupi epitel baru yang
terbentuk diatas raw surface. Keberhasilan dan cepatnya penyembuhan
tergantung pertumbuhan sel-sel epitel, foilikel rambut, kelenjar keringat yang ada.
Proses ini menyerupai penyembuhan pada donor-site skin graft. (PERAPI, 2002)
9. Komplikasi10. Prognosis
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi kesehatan
individu. Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil namun akan bertambah besar
dan tebal seiring dengan waktu, dan tidak berubah menjadi ganas. (Halfian, 2006;
Hararap, 2000)
B. ACTINIC KERATOSES
C. SOLAR LENTIGO
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 8/12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skenario tiga blok kulit disebutkan bahwa seorang laki-laki 60 tahun, pensiunan
polisi lalu lintas datang ke dokter dengan keluhan muncul bintil-bintil kehitaman di
wajahnya. Keluhannya dirasakan sejak tiga tahun yang lalu. Awal keluhan bintil hanya
sedikit, berwarna coklat muda, semakin lama semakin banyak dan berwarna lebih gelap
seperti tahi lalat. Pasien tidak mengeluh gatal maupun nyeri, tetapi merasa terngganggusecara kosmetik. Sewaktu masih aktif berdinas, pasien sering terpapar sinar matahari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan UKK papul, hiperpigmentasi, permukaan verukosa. Dari hasil
wawancara selanjutnya diketahui ayah pasien juga menderita penyakit yang sama. Oleh
dokter dirujuk ke bagian kulit, dilakukan bedah listrik elektrokauter. Kemudian diberikan
obat antibiotika topikal dan analgetik oral. Penderita dianjurkan untuk melindungi diri dari
paparan sinar matahari langsung.
Penyakit yang dialami oleh pasien pada skenario tiga ini sangat erat kaitannya dengan
pekerjaannya. Bekerja sebagai polisi lalu lintas yang bekerja di jalanan sudah barang tentu
terpapar sinar matahari langsung. Paparan sinar matahari inilah yang menjadi salah satu
etiologi penyakit pasien. Sinar matahari terdiri dari sinar dengan gelombang pendek seperti
sinar X, sinar ultraviolet (UV), dan sinar gamma dan sinar dengan gelombang panjang seperti
sinar infra merah. Sinar ultraviolet, meskipun tidak dapat dilihat oleh mata manusia,
merupakan bagian dari sinar matahari yang sangat berpengaruh pada kulit. Sinar UV
dikelompokkan ke dalam 3 jenis berdasarkan panjang gelombangnya yaitu, ultraviolet A
(UVA) yang memiliki panjang gelombang cahaya 320-400 nanometer, Ultraviolet B (UVB)
yang memiliki panjang gelombang cahaya 290-320 nanometer, dan ultraviolet C (UVC) yang
memiliki panjang gelombang cahaya 290 nanometer. Sinar UV ini jika dalam jumlah kecil
akan bermanfaat karena membantu tubuh menghasilkan vitamin D. Namun jika sinar UV
dalam jumlah besar maka akan merusak asam deoxyribonucleid (DNA) dan merubah jumlahdan jenis zat kimia yang yang diperlukan membuat sel kulit.
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 9/12
Sinar matahari juga dapat menyebabkan hilangnya kelembaban kulit. Dari tiga jenis
Ultra Violet (UV), yaitu UV-A, UV-B dan UV-C yang dianggap paling berbahaya adalah
UV-B karena berefek secara instan (cepat). Sedangkan akibat dari paparan UV-A biasanya
tidak disadari karena terjadi secara perlahan-lahan dan dalam waktu lama.
Sinar UV-B yang panjang gelombangnya 290-320 nanometer (nm) itu dapatmenembus sampai lapisan epidermis dan bagian atas dermis. Sehingga dapat menyebabkan
kulit menjadi terbakar, pedih, kemerahan, kelainan pigmentasi (berlebih maupun berkurang),
bahkan timbulnya berbagai jenis kanker kulit.
UV-A yang panjang gelombangnya 320-400 nm bisa menembus sampai lapisan
dalam dermis. Selain merupakan penyebab pertama kanker kulit, juga akan merusak kolagen
dan elastin yang menyebabkan kerusakan sel-sel kulit, sehingga menjadi kerutan dan
menyebabkan kulit kendur. Tetapi efek itu tidak akan berlangsung seketika, melainkan
melalui proses penumpukan yang terjadi bertahun-tahun, sejak masa kanak-kanak.
Sedangkan UV-C yang panjang gelombangnya 200-290 nm tidak sampai ke bumi
karena dihambat oleh lapisan ozon. Sinar ini mempunyai efek penyebab kanker dan
antikuman yang paling kuat.
Seluruh sinar-sinar UV tersebut menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal ini
terbentuk dari molekul tidak stabil yang dihasilkan oleh suatu proses oksidasi yaitu proses
pemakaian oksigen di dalam dan luar tubuh yang dapat merusak dinding sel DNA. DNA
manusia tidak memiliki kromofor untuk UVA tetapi memiliki kromofor untuk UVB sehingga
orang Indonesia dengan tipe kulit 4-5 sangat sensitif terhadap sinar UVB. Perubahan materi
genetik dari DNA itulah yang menyebabkan perubahan pada sifat sel. Sehingga sel yang
tumbuh bukanlah sel yang sehat, melainkan sel yang tidak normal bahkan cenderung menjadi
kanker.Sebagai proteksi organ dalam dari pengaruh lingkungan, kulit akan mengalami
perubahan tertentu jika terkena sinar matahari secara langsung untuk mengurangi kerusakan.
Epidermis akan menebal untuk menghalangi sinar matahari. Melanocytes juga meningkatkan
jumlah melanin, yang akan menghitamkan kulit (hiperpigmentasi), menghasilkan warna
coklat. Melanin menyerap energi sinar UV dan membantu mencegah sinar merusak sel kulit
dan menembus ke dalam jaringan. Kepekaan terhadap berbagai sinar matahri tergantung pada
jumlah melanin pada kulit. Orang berkulit lebih hitam memiliki lebih banyak melanin dan
oleh karena itu memiliki perlindungan yang lebih besar melawan efek sinar matahari yang
sangat berbahaya, meskipun mereka masih mudah diserang pada beberapa tempat lainnya.
Jumlah melanin yang terdapat pada kulit seseorang juga tergantung pada keturunan. Beberapa
orang bisa menghasilkan melanin dalam jumlah besar dalam merespon sinar UV, yang
lainnya bisa dalam jumlah yang sangat sedikit.
Pada penderita keratosis seboroik, terjadi mutasi pada gen bcl-2 yang merupakan gen
onkogen penekan apoptosis dan gen yang menyandi FGFR3 (fibroblast growth factor
receptor 3). Pada keratosis seboroik, rendahnya gen bcl-2 menyebabkan tidak terjadinya
apoptosis sehingga terjadi proliferasi keratosit yang terus menerus. Proliferasi keratosit
memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating
cytokines sehingga ditemukan papul hiperpigmentasi dan permukaannya verukosa. Mutasi
juga terjadi pada gen yang menyandi FGFR3. FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembranetyrosine kinase yang ikut serta dalam memberikan sinyal transduksi guna regulasi
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 10/12
pertumbuhan, deferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi pada gen tersebut
menyebabkan tidak ada pengaturan dalam produksi melanin sehingga terjadi hiperpigmentasi.
Gen-gen yang mengalami mutasi tersebut dapat terjadi akibat dari paparan sinar matahari
yang terus menerus maupun dapat juga diturunkan secara genetik dari orang tua. Pada
skenario tiga ini diketahui bahwa ayah pasien juga menderita penyakit yang sama.Kemungkinan gen yang telah mengalami mutasi yang dimiliki oleh ayah pasien diturunkan
pada pasien.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah bedah listrik elektrokauter.
Bedah listrik merupakan suatu tindakan bedah dengan menggunakan alat bedah listrik yang
dapat membangkitkan aliran listrik terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan yang
selektif. Sedangkan teknik yang digunakan adalah elektrokauterisasi yaitu dengan
mengalirkan arus listrik melalui tahanan logam platina di ujung elektroda. Panas yang
timbul ditempelkan pada jaringan hidup sehingga timbul koagulasi mekanik dan terjadi
destruksi fisik. Keuntungan penatalaksanaan dengan bedah listrik ialah sederhana dan mudah
dipakai dalam praktek sehari-hari, instrumen sedikit, tidak memerlukan waktu lama, tidak
perlu anti septik yang berlebihan, efek hemostasis baik, parut hipertrofik dapat dihindarkan
dengan arus yang rendah, trauma minimal, hasil kosmetik yang dapat diterima dengan baik,
tidak memerlukan perawat di rumah sakit. Namun juga memiliki kerugian yaitu
penyembuhan luka lebih lama dan biayanya yang relatif mahal.
Selanjutnya setelah dilakukan bedah listrik elektrokauter juga diberikan antibiotika
topikal yang berfungsi untuk menghindari adanya infeksi dan analgetik oral yang berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit. Eduksi yang diberikan pada pasien ialah untuk melindungi diri
dari paparan sinar matahari langsung karena jika terpapar sinar matahari langsung akan
timbul bintil-bintil kehitaman lagi pada wajah pasien.Saran yang dapat diberikan pada pasien adalah melindungi diri dari paparan sinar
matahari langsung pascaterapi. Apabila terjadi kekambuhan, pasien disarankan untuk tidak
melakukan penggosokan. Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian
puncak lesi lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk
berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan terkadang
tumbuh di lesi keratosis seboroik. Apabila muncul UKK seperti semula, pasien dapat
diberikan terapi medikamentosa sebagai agen keratolitik, seperti amonium laktat lotion dan
trichloroacetic acid.
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 11/12
DAFTAR PUSTAKA
Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-
overview
Ginarte M, Garcia-Caballero T, Fernandez-Redondo V, Beiras A, Toribio J. Expression of
growth hormone receptor in benign and malignant cutaneous proliferative entities. J
Cutan Pathol . Jul 2000;27(6):276-82. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Groves RW, Allen MH, MacDonald DM. Abnormal expression of epidermal growth factor
receptor in cutaneous epithelial tumours. J Cutan Pathol . Feb 1992;19(1):66-72 in Balin,
Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-
overview
Hafner C, Hartmann A, Vogt T. FGFR3 mutations in epidermal nevi and seborrheic
keratoses: lessons from urothelium and skin. J Invest Dermatol . Jul 2007;127(7):1572-3.
in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.
http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Hafner C, van Oers JM, Hartmann A, Landthaler M, Stoehr R, Blaszyk H, et al. High
frequency of FGFR3 mutations in adenoid seborrheic keratoses. J Invest
Dermatol . Nov 2006;126(11):2404-7. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.
http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Hafner C, Hartmann A, Real FX, Hofstaedter F, Landthaler M, Vogt T. Spectrum of FGFR3
mutations in multiple intraindividual seborrheic keratoses. J Invest
Dermatol . Aug 2007;127(8):1883-5. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.
http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Halfian, 2006. Keratosis Seboroik . Diakses dari
http://halfian.multiply.com/journal/item/20/KERATOSIS_SEBOROIK
8/8/2019 Lap Sken 3 Kulit
http://slidepdf.com/reader/full/lap-sken-3-kulit 12/12
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit . Penerbit Hipokrates. Jakarta
Nakagawa K, Yamamura K, Maeda S, Ichihashi M.bcl-2 expression in epidermal
keratinocytic diseases. Cancer . Sep 15 1994;74(6):1720-4 in Balin, Arthur. 2009.
Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Nanney LB, Ellis DL, Levine J, King LE. Epidermal growth factor receptors in idiopathicand virally induced skin diseases. Am J Pathol. Apr 1992;140(4):915-25. in Balin,
Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-
overview
PERAPI. 2002. Dermabrasi. Diakses dari http://www.perapisurgeon.org/faq/01,03,002.html
Siregar, R.A., 2005. Saripati Penyakit Kulit . Jakarta: EGC.
Teraki E, Tajima S, Manaka I, Kawashima M, Miyagishi M, Imokawa G. Role of endothelin-
1 in hyperpigmentation in seborrhoeic keratosis. Br J Dermatol . Dec 1996;135(6):918-
23. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.
http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Tojo M, Mori T, Kiyosawa H, Honma Y, Tanno Y, Kanazawa KY, et al. Expression of sonic
hedgehog signal transducers, patched and smoothened, in human basal cell
carcinoma. Pathol Int . Aug 1999;49(8):687-94. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic
Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
Wolff, K. et al . 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh edition.
McGraw Hill.