lap putri

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200- 1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab, urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500

Upload: nouvaliqbal

Post on 17-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

n nbbb

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangUrin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab, urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml.Volume urin yang meningkat (poliuria) dapat ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap hari dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air raksa,nefritis akut, atau batu ginjal. Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa,benda keton,protein dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira-kira 1/3 batu saluran kemih terdiri dari Ca fosfat, Ca Karbonat, dan Mg-Amonium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan ekskresi kalsium, infeksi, dan peningkatan Ph. Dalam urin juga dpat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat.Rasio antara urin siang hari (pk. 08.00- pk. 20.00) dan urin malam hari (pk. 20.00-pk. 08.00) adalah 2 : 1, kadang-kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini akar berubah bahkan terbalik. Pada keadaan normal, urin yang terbentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,000-1,030. Ph bersifat asam (6,0) dan sangat bervariasi anatar 4,9 8,0.Kandungan zat pada urin 24 jam adalah sebagai berikut : Klorida sebagai NaCl 10 gr, Ca++, Mg++, iodium, Urea 2030 gr, Kreatinin 1,5 gr, Amonia 0,7 gr, Asam urat 0,7 gr. Selain itu ditemukan sulfat, fosfat,oksalat,asam amino, vitamin,enzim,dan hormon.Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah zat dalam urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perludigunakan bahan pengawet seperti toluen,sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja bakteri didalam urin.

1.2. Tujuan praktikuma. Mengetahui sifat fisik urinb. Membuktikan adanya indikan dalam urinc. Menetapkan kadar kreatinin urind. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatife. Membuktikan adanya protein dalam urinf. Membuktikan adanya benda keton dalam uring. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Sifat fisik urin2.1.1 Volume urinBanyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masing-masing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan, volume tersebut juga dipengaruhi suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.a. KeruhKekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.b. Pink, merah muda dan merah Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.c. Coklat muda seperti warna air tehwarna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.d. Kuning gelapWarna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

2.1.2 Berat jenis urinPada keadaan normal,berat jenis urin 24 jam 1,020 dengan kisaran 1,016 1,024. Berat jenis urin bervariasi. Setelah minum sejumlah besar air, berat jenis urin akan turun jadi 1,002 dan bila berkeringat banyak berat jenis urin dapat mencapai 1,040. Variasi berat jenis urin normal terutama diakibatkan oleh kandungan urea, Nacl, dan fosfat. Berat jenis urin pada keadaan patologis akan berubah. Berat jenis urin padapenderita diabetes melitusakan meningkat karena adanya glukosa pada urinnya.Dalam penetapan berat jenis urin ini akan diperkirakan kandungan zat padat dalam urin. Jumlah zat padat pada urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis dengan 2,6 (= koefisien long). Angka yang diperoleh menyatakan gram zat pada dalam 1 liter urin.alay yang digunakan untuk menentukan berat jenis urin adalah uronimeter.

2.2 Uji indikan Bahan makanan akan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak diserap akan terus ke usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air secara gradual isi usus akan menjadi padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan pembusukan terhadap sisa bahan makanan oleh pengaruh enzim enzim bakteri usus. Pada proses ini akan dihasilkan gas CO2,metan,hidrogen,nitrogen,dan H2S,serta asam laktat,asam asetat,dan asam butirat. Indikan berasal dari pertumbuhan bakteri, sering di usus kecil. Indican merupakan indole diproduksi oleh bakteri pada suatu asam amino tryptophan dalam usus. Kebanyakan indol dibuang dalam kotoran. Sisanya akan diserap dan dimetabolisme serta diekskresi sebagai indicant dalam urin.Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan ke dalam urin memberi gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10 20 mg. variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga karena terjadi peningkatan ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan urin juga dapat ditemukan bila ada dekompensasi protein dalam tubuh oleh bakteri sperti gangren. Indikasi dalam urin dpat ditetapkan dalam uji orbenmeyer.

2.3 Uji kreatininKreatininmerupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot. Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalamkisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal.Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah.Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal.Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal,azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance.Klirens kreatininadalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit.2.4 Uji benedict semikuantitatifPrinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus.

2.5 Uji protein2.5.1 Uji hellerUji ini dapat digunakan untuk menentukana adanya protein secara kuantitatif dan cepat. Protein akan terkonjugasi akibat adanya asam kuat atau akibat panas. Hasil positif ditandai terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat. 2.5.2 Uji koagulasiProtein dengan penambahan asam atau pemanasan asam akan mengalami koagulasi. Pada Ph iso-elektrik,kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperatur > 600c kelarutan protein akan berkurang,karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan / struktur sekunder,tersier,kuarter yang disebabkan adanya koagulasi.bila endapan tetap ada menandakan adanya protein sebab fosfta akan larut dalam keadaan asam.2.6 Uji keton (Rothera)Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan asm - hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakaPeningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :a.Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsub.Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama dapatmenyebabkanhasil uji negative palsuc.Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetatd.Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Sifat fisik urinIsilah gelas ukuran 100/200 ml dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama pada suhu tera alat, perlu dilakukan koreksi pada angka yang ditunjukkan pada urinometer.Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001dan tiap perbedaah 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurang 0,001.

3.2 Uji indikanDasar: Pereaksi orbenmeyer yang mengandung Fecl3 dan HCl pekat mengoksidasi gugus hidroksil membentuk biru indigo yang larut dalam kloroform.

Reaksi pembentuk indikan :Dalam usus :Triptofan indol dan skatolDalam hati :Indol oksidasiS04Indoksil indikan OH-(indoksil sulfat) Skatol

Bahan dan pereaksi :1. Urin2. Pereaksi orbenmeyer (Larutkan 6,7 g feri klorda (FeCl3.6h2O) dalam asam klorida pekat (berat jenis 1,19) dan encerkan sampai volume 1000 ml dengan asam yang sama)3. Kloroform

Pelaksanaan :Pipetkan ke dalam tabung reaksi

Larutan Tabung

Urin 8 ml

Pereaksi orbenmeyer8 ml

Diamkan beberapa menit Kloroform 3 ml

Campur dengan mebalik-balikkan tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok)Klororm akan mengekstraksi biru indigo

3.3 Uji kreatininDasar : kreatin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi jaffe) menghasilkan senyawa kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.

Bahan dan pereaksi :1. Urin 24 jam2. Larutan pikrat jenuh3. Larutan NaOH 10%4. Larutan standar kreatinin mengandung 1mg/mlLarutan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 ml

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung takar 100 ml :Larutan Standar Blanko 1 Blanko 2Uji 1Uji 2

Akuades 1 ml----

Standar1 ml1 ml-

Urin1 ml1 ml

Larutan asam pikrat jenuh20 ml20 ml20 ml20 ml20 ml

NaOH1,5 ml1,5 ml1,5 ml1,5 ml1,5 ml

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 ml. campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombnag 540 nm.

Perhitungan :AU - AB volume urin 24 jamKadar kreatinin : x 1x x g/24 jamAS - AB1x 100Kadar kreatinin dalam 24 jamKoefisien kreatinin : Berat badan (kg)

3.4 Uji benedict semikuantitatif Dasar : gugus aledhil atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar (semikuantitatif) kadar gula dalam urin.

Bahan dan pereaksi :1. Urin normal2. Larutan glukosa 0,3 %3. Larutan glukosa 1 &4. Larutan glukosa 5 &5. Pereaksi benedict Larutan 173 g Na sitrat dan 100 g Na karbonat dalam kirakira 800 ml akuades (perlu pemanasan). Larutan 17,3 g kristal tembaga sulfat dalam 100 ml akuades. Tambahkan larutan tembaga sulfat ke dalam larutan sitrat-karbonat sambil terus diaduk. Encerkan dengan akuades sampai volume 1000 ml.

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :Larutan Tabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4

Pereaksi benedict2,5 ml2,5 ml2,5 ml2,5 ml

Urin4 tetes

Larutan glukosa 0,3%4 tetes

Larutan glukosa 1 %4 tetes

Larutan glukosa 5 %4 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau, kuning, atau merah menandakan hasil positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti bereaksi positif.

3.5 Uji proteinBahan dan pereaksi :1. Urin dan urin yang mengandung protein2. Asam nitrat pekat

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :Larutan Tabung

Asam nitrat pekat5 ml

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan.Urin jernih (normal / patologis)5 ml

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin diatas larutan HNO3 pekat.

3.5.1 Uji koagulasiBahan dan pereaksi :1. Urin dan urin yang mengandung protein2. Asam asetat 2%

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung reaksi :Larutan Tabung

Urin jernih (bila perlu disaring terlbih dahulu)5 ml

Didihkan . endapan yang terbentuk adalah protein dan fosfat. Asam asetat 2 %5 tetes

Bila endapan tetap ada menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

3.6 Uji benda keton (rothera)Bahan dan pereaksi :1. Urin dan urin yang mengandung keton2. Kristal amonium sulfat3. Larutan Na nitropusid 5%4. Amonium hidroksi pekatPelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :LarutanTabung

Urin (normal / patologis)5 ml

Kristal amonium sulfatDitambah sampai jenuh

Na nitropusid 5 %2-3 tetes

Amonium hidroksi pekat1-2 tetes

Campur,dan diamkan selama 30 menit. Hasil positif ditandai dengan warna ungu

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil1. Sifat Fisik UrinVolume urin1500 ml

Warna urinKuning

Kejernihanjernih

Berat jenis1,013

Suhu urin31 C

2. Uji Indikan (Obermeyer)Hasil : negatifTidak ditemukan warna biru pada sampel urin yang menandakan hasil indikan negati (-) pada sampel urin.3. Uji Protein (Uji Heller)Urin OPTidak ditemukan cincin putih di atas lapisan HNO3 pekat

Urin patologisTerbentuk cincin pada tabung reaksi

4. Uji KoagulasiUrin OPTidak terbentuk endapan

Urin patologisTerbentuk endapan

5. Penetapan kadar kreatinin urinTabungNilai Absorben

Blanko0,009

Standar 10,311

Standar 20,307

Uji 10,514

Uji 20,447

Kadar kreatinin = x = = 2,3575 g/24 jam Koefisien kreatinin = X 1000 = 31,43 mg/kg BB/ 24 jam6. Uji benedictTabungWarnaPenafsiran Warna

1Biru Muda-

2Hijau+

3Jingga (Merah Oren)+++

4Merah Bata++++

7. Uji benda ketonUrin Fisiologis- (Tidak terjadi perubahan warna)

Urin Patologis+ (Warna ungu)

4.2 Pembahasan1. Sifat Fisik UrinBerdasarkan hasil praktikum didapatkan volume urin 1500 ml yang masih dalam rentang normal. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk metabolisme tubuh adalah 500 ml.Warna urin yang didapatkan berupa kuning muda yang menunjukkan warna normal urin. Warna urin kuning normal biasanya disebabkan oleh urobilin dan urochrom.Kejernihan urin yaitu jernih yang masih dalam indikator normal sifat fisik urin. namun jika terdapat kekeruhan, tidak semua kekeruhan bersifat abnormal. Urin normal pun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Dimana kekeruhan tersebut biasanya berasal dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.Berat jenis urin 1013 sedikit lebih rendah dibanding berat jenis urin normal yaitu dengan kisaran 1016 sampai 1024. Namun berat jenis urin ini bervariasi. Jika OP minum air dalam jumlah besar maka BJ bisa menurun sampai 1002.2. Uji Indikan (Obermeyer)Pada urin yang telah dicampur pereaksi ober mayer dan kloroform kemudian dikocok hasilnya tidak terbentuk endapan warna biru. Hanya ada endapan berwarna putih. Hal ini menandakan orang yang memiliki urin tersebut lebih banyak memakan karbohidrat dari pada protein.Sebagaimana yang kita ketahui bahwa asam amino Triptofan banyak terdapat di hewan terutama pada daging sapi dan susu, dimana asam amino triptofan akan mengalami dekarboksilasi di dalam usus besar oleh enzim bakteri usus menghasilkan amin toksik (ptomain).Triptofan merupakan salah satu asam amino penyusun protein yang bersifat esensial bagi manusia. Bentuk umum asam amino ini adalah L-triptofan. Meskipun demikian bentuk D-triptofan juga dapat ditemukan di alam. Triptofan memiliki gugus fungsional yang tidak dimiliki asam-asam amino dasar lainnya. Gugus fungsional ini disebut indol. Akibatnya, triptofan menjadi prekursor banyak senyawa biologis penting yang tersusun dalam kerangka indol. Triptofan adalah prekursor melatonin, serotonin, dan niasin.Asam amino triptofan akan membentuk indol dan skatol yang akan diserap usus, selanjutnya di dalam hati akan dioksidasi menjadi indoksil yang akan berkombinasi dengan sulfat melalui proses konjugasi membentuk indikan (indoksil sulfat), yang kemudian akan dieksresikan dalam urin. Makanan tinggi protein akan meningkatkan eksresi indikan dalam urin, dan terbentuk biru indigo pada uji obermeyer. Maka pada praktikum kali ini yang tidak terbentuk warna biru indigo karena OP yang dipakai urinnya kurang asupan protein (diet rendah protein). Dan dapat disimpulkan bahwa uji obermeyer sangat bergantung dengan asupan makanan, semakin tinggi diet protein terutama daging sapi maka semakin banyak indikan yang dieksresikan dalam urin dan akan membentuk warna biru indigo pada uji obermeyer.3. Uji Protein (Uji Heller)Pada percobaan kali ini, didapatkan pada urin OP tidak terjadi pembentukan cincin, sedangkan pada urin patologis membentuk cincin diatas lapisan HNO3 pekat. Pada keadaan normal jumlah protein < 150 mg/hari, sedangkan dianggap patologis jika jumlah protein lebih dari 200 mg/hari yang menyebabkan terbentuknya cincin. Jadi dapat disimpulkan bahwa urin OP masih dalam keadaan normal karena tidak terjadi pembentukan cincin.4. Uji KoagulasiPada percobaan kali ini, didapatkan tabung urin OP (-) protein dan tabung urin patologis (+) mengandung protein. Beberapa bukti meyakinkan bahwa ketika dipanaskan urin OP/patologis terlihat ada butiran-butiran putih disini dapat mengindikasikan tiga hal yaitu: butiran-butiran tersebut berasal dari calcium carbonat, calcium fosfat atau protein. Untuk memastikannya, maak perlu ditetesi asam asetat, apabila ketika ditetesi asam asetat butiran tersebut hilang maka diperoleh urin mengandung calcium fosfat, dan jika butiran hilang dengan gas maka urin mengandung calcium carbonat dan apabila butiran tidak hilang atau terjadi pengendapan maka dapat dipastikan urin mengandung protein. Jadi dapat disimpulkan, pada urin OP mengandung calcium fosfat dan urin patologis mengandung protein.5. Penetapan Kadar KreatininPada hasil praktikum didapatkan jumlah kreatinin urin OP adalah 2,3575 g/24jam. Berdasarkan teorinya, standar laju ekskresi rata-rata kreatinin untuk laki-laki adalah 1,7 g/hari dan wanita 1 g/hari. Serta rata-rata keduanya berkisar 1-1,8 g/hari. Banyak kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolism protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.Sedangkan koefisien menyatakan eksresi kreatinin dalam 24 jam (dalam mg) dibanding dengan berat badan (kg). Koefisien kreatinin laki-laki 20-26mg/KgBB/24 jam dan wanita 14-22 mg/KgBB/24 jam. Koefisien kreatinin OP yaitu 31,43 mg/KgBB, OP berjenis kelamin laki-laki, yang berarti meningkat. Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria.

6. Uji benedict Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap tabung reaksi yaitu berupa warna larutan maka dapat ditentukan kadar glukosa yang terkandung dalam larutan dari masing-masing larutan yaitu, untuk tabung 1 warna larutan biru muda berarti mengandung kadar glukosa 0. Untuk tabung 2 didapatkan warna larutan hijau yang mengandung kadar glukosa < 0,5 %. Untuk tabung 3 didapatkan warna larutan jingga yang mengandung kadar glukosa 0,5-1,0 %. Untuk tabung 4 didapatkan warna larutan merah bata yang mengandung kadar glukosa > 2,0 %. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat dan diketahui bahwa pada pereaksi benedict pada tabung 1 yang ditetesi urin masih menunjukkan hasil yang normal karena tidak mengandung kadar glukosa. Sedangkan pada tabung2, 3, 4 yang masing-masing ditetesi larutan glukosa mengandung kadar glukosa yang berbeda-beda sesuai dengan warna yang dihasilkan.

7. Uji benda keton Pada praktikum kali ini kami melakukan uji keton bodies dalam urin dengan pereaksi rothera, pada urin OP tidak menunjukkan perubahan warna sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat keton bodies, sedangkan pada urin patologis terdapat perubahan menjadi warna ungu sehingga dapat disimpulkan urin tersebut positifmengandung keton bodies. Ketone bodies (senyawa keton dalam tubuh) adalah hasil oksidasi asam lemak yangtidak sempurna. Sintesis keton bodies terjadi di dalam hati. Secara normal pembentukan benda keton terjadi di dalam hepar (ketogenesis). Benda keton ikut peredaran darah menujujaringanekstrahepatal(mengalamiketolisis)menjadi H2O+CO2+energy yang dibutuhkan tubuh. Jadi ketogenesis seimbang dengan ketolisis. Ketosis pada keadaan lapar atau masa puasa > Jika seseorang dalam keadaan puasa, ketersediaan karbohidrat sangat rendah sehingga produksi insulin juga sedikit. Karena rendahnya kadar insulin akan menyebabkan asam lemak banyak terdapat di dalam darah dan akhirnya membentuk ketone bodies.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanDari praktikum yang telah dilakukan kita dapat mengamati sifat fisik urin, kita dapat melihat kemungkinan penyakit atau kelainan jika hasil yang didapat berbeda dari sifat fisik urin normal. Semua uji yang dilakukan dapat membantu menentukan kelainan pada ginjal. Pada urin yang kelompok di gunakan, dapat dilihat bahwa kadar kreatinin urin OP meningkat, yang menandakan bahwa mungkin terdapat kelainan.

5.2 SaranAlat yang digunakan dalam praktikum harus bersih dan lengkap tidak terkontaminasi oleh bahan lain.

DAFTAR PUSTAKAMc Pherson, A. R.,& Sacher, A. R. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada.Poedjiadi, A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

LAMPIRAN