lap. pemeliharaan

37
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA PEMELIHARAANNAMA : ANDI SUKMA INDAH NIM : I111 12 275 KELOMPOK : II (DUA) GELOMBANG : I (SATU) ASISTEN : SAMSU ALAM RAB

Upload: a-indhae

Post on 27-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUMILMU TERNAK POTONG DAN KERJA “PEMELIHARAAN”

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Pemeliharaan

LAPORAN PRAKTIKUMILMU TERNAK POTONG DAN KERJA

“PEMELIHARAAN”

NAMA : ANDI SUKMA INDAHNIM : I111 12 275KELOMPOK : II (DUA)GELOMBANG : I (SATU)ASISTEN : SAMSU ALAM RAB

LABORATORIUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJAFAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2014

Page 2: Lap. Pemeliharaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan produk peternakan sekarang ini sangat tinggi.

Masyarakat Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebutuhan protein

hewani dalam mencukupi kebutuhan nutrisinya. Produk peternakan adalah

produk yang sangat primer. Sebagai contoh yaitu daging, telur, susu merupakan

produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk saat ini banyak kalangan yang

beranggapan bahwa dunia peternakan adalah dunia yang kurang mempunyai

prospek ke depan. Apabila kita kaji dan kita perdalam tentang dunia peternakan

kita akan memperoleh makna yang sangat berharga. Untuk itu saat ini saja orang

terus memerlukan produk dari sektor peternakan walaupun telah kita ketahui

bersama, untuk harga produk peternakan jauh di atasrata-rata harga produk

lainnya. Pada sapi potong khususnya yang asli Indonesia adalah sapi Bali,

Madura, Sumba dan peranakan Sumba Ongole (SO).

Adanya potensi yang kita miliki sudah sewajarnya jika kita

mengembangkan produk ternak potong, agar dapat memenuhi kebutuhan protein

hewani masyarakat kita. Kegiatan yang dilakukan pda saat praktikum ternak

antara lain pengamatan manajemen seleksi dan breeding, manajemen perawatan,

manajemen sanitasi dan pencegahan penyakit, manajemen pakan, manajemen

perkandangan dan manajemen penanganan limbah. Hal inilah yang

melatarbelakangi dilakukannya Praktikum Pemeliharaan.

Page 3: Lap. Pemeliharaan

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui mengenai sanitasi

kandang, pencampuran dan pemberian pakan, serta dapat mengetahui jumlah

populasi ternak sapi potong yang digembalakan.

Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui

bagaimana cara membersihkan atau sanitasi kandang, pencampuran dan

pemberian pakan serta mengetahui jumlah ternak yang digembalakan. 

Page 4: Lap. Pemeliharaan

BAB II

ISI

A. Teori Pertumbuhan Pada Ternak

1) Proses  Pertumbuhan

Proses pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan berat hidup

pada seekor ternak yang dimulai sejak terjadinya fertilisasi, yaitu saat bersatunya

sel telur dengan spermatozoa sehingga terbentuk zygote, kemudian tumbuh

menjadi embrio, fetus, dan selanjutnya lahir sebagai anak serta berakhir pada saat

mengalami kematian yang alami sebagai akibat proses penuaan. Pada proses

pertumbuhan dapat dibedakan dalam 2 pengertian, yaitu (Damarapeka, 2011):

a. Pertambahan (growth). Pertumbuhan dalam arti pertambahan mempunyai

pengertian sebagai pertambahan yang meliputi ukuran dan bobot dari suatu

jaringan, misalnya jaringan daging, jaringan tulang dan jaringan syaraf yang

ditandai dengan sel-selnya bertambah banyak jumlahnya (proses perbanyakan

sel).

b. Perkembangan (development). Pertumbuhan dalam arti perkembangan

mempunyai pengertian sebagai perubahan dari bentuk badan atau

konformasinya. Singkatnya, proses perkembangan dapat diartikan sebagai

proses perubahan bentuk, struktur dam konformasinya.

Pola pertumbuhan secara keseluruhan, yaitu sejak fase embrional sampai

dengan pertumbuhan yang maksimum yaitu pada saat dicapainya dewasa tubuh

merupakan proses yang cepat dan mempunyai pola yang tetap dan apabila

Page 5: Lap. Pemeliharaan

digambarkan dalam suatu diagram atau kurva maka akan berbentuk sigmoid.

Kurva sigmoid akan dapat terjadi apabila seekor ternak tumbuh dalam lingkungan

yang optimal, namun apabila seekor ternak yang pada waktu masih muda pernah

mengalami kekurangan makanan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan

pertambahan berat badannya rendah, sehingga kurva sigmoid tidak akan tercapai

(Damarapeka, 2011).

2) Fase-Fase  Pertumbuhan

Pada proses pertumbuhan  yang berlangsung mulai dari saat fertilisasi

hingga ternak mengalami kematian sebagai akibat proses penuaan terbagi dalam

3 fase berdasarkan pada kecepatan pertumbuhannya, yaitu (Damarapeka, 2011) :

a. Fase stasioner/initial/ latent. Pada fase ini dimulai dari masa embrional

sampai dengan fetus berumur 2/3 masa kebuntingan, misalnya untuk sapi

sampai fetus berumur 6 bulan dalam kandungan. Dalam fase ini belum

terlihat dengan jelas pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan secara keseluruhan akan tetapi persentase kecepatan tumbuh

adalah tinggi.

b. Fase eksponensial/ fase logaritmis. Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu

(a) bagian pertama, dimulai dari umur fetus 1/3 akhir masa kebuntingan

sampai dengan dicapainya umur dewasa kelamin (pubertas), misalnya pada

sapi dari umur 3 bulan menjelang lahir sampai dengan umur pubertas yaitu 7-

8 bulan. Pada fase bagian ini merupakan fase pertumbuhan yang memiliki

kecepatan tumbuh paling cepat. (b) bagian kedua, dimulai saat pubertas

sampai tercapainya ukuran tubuh yang maksimal, yaitu pada sapi sampai

Page 6: Lap. Pemeliharaan

umur 7-8 tahun. Pada fase bagian ini merupakan fase yang proses

pertumbuhannya berangsur-angsur kecepatannya berkurang sampai suatu saat

tidak terjadi proses pertumbuhan. Pada fase eksponensial/logaritmis ini grafik

persentase kecepatan tumbuh menunjukan kecenderungan menurun.

c. Fase regresi.

Fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan berakhir sampai

dengan terjadinya kematian yang alami. Pada fase ini tidak terjadi

pertumbuhan, bahkan memungkinkan terjadi adanya suatu penyusutan berat

atau ukuran sehingga dikatakan fase regresi. Setelah pertumbuhan maksimum

dicapai, maka proses pertumbuhan dapat dikatakan berhenti tetapi dilanjutkan

dengan proses lain dari kehidupan yang meliputi proses regenerasi, reparasi,

reproduksi, dll.

Proses pertumbuhan apabila ditinjau dari ruang lingkup kehidupan ternak,

maka  dapat dibagi dalam 2 periode waktu yaitu (Damarapeka, 2011).:

a. Pertumbuhan pre-natal. Pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada

periode waktu selama masih embrio, yang kemudian tumbuh berkembang

menjadi fetus (dalam kandungan).  Pada periode ini pertumbuhan fetus yang

terbesar mulai dari 2/3 akhir masa kebuntingan, oleh karena itu hendaknya

mulai saat itu pemberian makanan induk diusahakan sebaik mungkin karena

pada pertumbuhan pre-natal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi induk

melalui fungsi dari placenta.

b. Pertumbuhan post-natal. Pertumbuhan post-natal dimulai dari saat dilahirkan

sampai dengan terjadinya kematian secara alami. Pada saat lahir sampai

Page 7: Lap. Pemeliharaan

dengan saat penyapihan terjadi pertumbuhan yang relatif cepat dan kemudian

setelah umur sapih mengalami penurunan sedikit. Kecepatan pertumbuhan

anak sejak dilahirkan sampai dengan disapih sangat bergantung kepada atau

banyak ditentukan oleh produksi air susu induk, disamping adanya pengaruh

dari  makanan dan lingkungan. Dengan kata lain, pertumbuhan selama

periode laktasi banyak dipengaruhi oleh faktor induk. Pada saat menjelang

dewasa kelamin terjadi pertumbuhan yang cepat kembali, sedang pada saat

menjelang dewasa tubuh (mature), laju pertumbuhan relatif lambat dan

sesudah itu pemeliharaan ternak potong pada umumnya sudah tidak

menghasilkan kenaikan berat badan lagi. Pada ternak sapi dewasa kelamin

dicapai pada umur lebih kurang 8 bulan, sedangkan dewasa tubuh dimana

maksimum  ukuran tubuhnya tercapai yaitu kira-kira pada umur 6-8 tahun.

B. Sistem Produksi Ternak

Sistem produksi ternak potong menjadi point center dalam kemajuan

usaha peternakan, kebijakan dan dukungan pemerintah dalam hal memperbaiki

dan menunjukkan sistem produksi ternak potong yang sesuai dan cocok

dengan kondisi daerah di Indonesia (Zakariah, 2012).

Sistem pemeliharaan sapi potong dikategorikan dalam tiga yaitu

sistem pemeliharaan intensif yaitu ternak dikandangkan, sistem pemeliharaan

semi intensif yaitu ternak dikandangkan pada malam hari dan dilepas di

padang penggembalaan pada pagi hari dan sistem pemeliharaan ekstensif

yaitu terna dilepas di padang penggembalaan (Zakariah, 2012).

Page 8: Lap. Pemeliharaan

Usaha peternakan yang menggunakan model intensif memiliki ciri-ciri

penggunaan area terbatas, kehidupan ternak sangat bergantung dengan

campur tangan manusia, penggunaan teknologi sangat dibutuhkan, serta

penggunaan sarana produksi yang intensif sehingga membutuhkan biaya yang

tinggi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sistem pemeliharaan semi

intensif memiliki ciri tenaga kerja, dan modal tidak di perhitungkan secara

bisnis. Tenaga kerja dilakukan sendiri oleh peternak, kandang di buat sendiri dan

hijauan dicari dari sekeliling tempat tinggal peternak (Zakariah, 2012).

C. Sistem Perkandangan

Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang

kelengkapan dalam suatu peternakan. Sarana fisik tersebut antara lain kantor

pengelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan (Peter, 2012).

Kandang berfungsi untuk melindungi sapi potong dari terik matahari,

hujan, udara dingin, terpaan angin, tempat sapi beristirahat dengan nyaman,

tempat mengumpulkan kotoran, melindungi sapi dari hewan pengganggu dan

memudahkan pelaksanaan pemeliharaan. Pemilihan lokasi kandang harus

memperhatikan faktor lingkungan yang meliputi tidak berdekatan dengan

pemukiman penduduk, pembuangan limbah yang baik, tersedia air bersih yang

cukup, jarak kandang dengan rumah penduduk sekitar 10 m, letak kandang

sekitar 20-30 cm lebih tinggi dari permukaan lahan sekitarnya (Peter, 2012).

Pembuatan kandang sapi potong perlu memperhatikan konstruksi

kandang. Hal-hal yang termasuk dalam konstruksi kandang yaitu atap kandang,

Page 9: Lap. Pemeliharaan

dinding kandang, lantai kandang, tempat pakan dan minum, gang/jalan, dan

selokan. Atap dapat berupa genting, asbes, seng, atau rumbia. Bahan atap yang

paling baik adalah dari bahan genting dan asbes karena tidak menimbulkan panas,

sedangkan atap kandang dari bahan seng dapat menyebabkan suhu udara dalam

kandang sangat panas. Apabila atap terbuat dari genting, maka kemiringannya

30-450 sedangkan atap yang terbuat dari asbes dan seng kemiringannya 15-200.

Ketinggian atap yang terbuat dari genting adalah 4,5 m untuk lokasi kandang di

dataran rendah sampai menengah dan 4 m untuk lokasi kandang di dataran

tinggi, sedangkan atap kandang dari bahan asbes dan seng ketinggiannya 4 m

untuk lokasi kandang di dataran rendah sampai menengah dan 3,5 m untuk lokasi

kandang di dataran tinggi (Peter, 2012).

Ada 2 macam model kandang sapi yaitu kandang bebas (loose housing)

dan kandang konvensional (conventional/stanchion barn). Kandang bebas

merupakan kandang terbuka tanpa penyekat antara ternak sehingga ternak bebas

bergerak pada areal yang cukup luas. Kandang konvensional merupakan kandang

yang diberi penyekat sehingga ternak tidak mempunyai kesempatan untuk

bergerak bebas. Ada dua tipe kandang konvensional yaitu kandang tipe tunggal

dan tipe ganda. Penempatan sapi dalam satu baris biasa dilakukan jika

menggunakan kandang tipe tunggal. Kandang tipe ganda, penempatan sapi

dilakukan dengan membuat dua baris atau jajaran dengan saling berhadapan atau

saling bertolak belakang dan di antara kedua baris sapi itu dibuat jalur untuk jalan

(Peter, 2012).

Page 10: Lap. Pemeliharaan

Penempatan sapi-sapi dalam kandang dapat dilakukan pada satu baris atau

satu jajaran. Penempatan sapi juga dapat dilakukan dengan dipisahkan sesuai

statusnya yaitu antara sapi bakalan dan sapi yang sudah siap jual. Ukuran

kandang pemeliharaan untuk satu ekor sapi dewasa adalah panjang 2,10 m dan

lebar 1,45 m untuk sapi lokal, sedangkan sapi impor panjang 2,10 m dan lebar

1,50 m (Peter, 2012).

D. Sistem Pemberian Pakan

Pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena pakan sangat besar

pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan sapi. Pakan diperlukan untuk

hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, dan produksi daging. Zat gizi utama yang

dibutuhkan sapi potong adalah protein dan energi (Anonim, 2012).

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu

penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi

cara pertama dan kedua (Anonim, 2012): 

Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang

biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup

luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang dikenal dengan

istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang,

sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak

10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan.

Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek,

ampas tahu yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat

Page 11: Lap. Pemeliharaan

pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam

dapur, kapus.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan

dan keraman.  Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 kategori,

yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah

rumput-rumputan, leguminosa dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik

untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja, daun turi, daun lamtoro.

Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi

sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak

sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput

bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan

pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi)

memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam

ransumnya (Anonimg, 2012).

Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek,

dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur,

kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan

sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi

harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan

utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga

kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan

secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau,

setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan

Page 12: Lap. Pemeliharaan

diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi

kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya (Anonim, 2012).

E. Teknik Pencampuran

Pencampuran pakan dapat dilakukan secara manual yaitu menggunakan

alat sederhana berupa skop yang dilakukan di atas lantai atau menggunakan

mesin (feedmill). Pencampuran secara manual dilakukan oleh tenaga kerja

manusia, dengan cara bahan pakan disusun sesuai formula mulai dari yang

jumlahnya paling banyak hingga yang paling sedikit dan kemudian dilakukan

pencampuran (Gunawan et al., 2003).

Penyampuran pakan menggunakan mesin dilakukan oleh serangkaian

mesin-mesin yang biasanya dioperasikan oleh pabrik-pabrik pakan ternak yang

memproduksi pakan dalam jumlah puluhan ton setiap hari. Mesin pembuat pakan

terdiri atas mesin penggiling, mesin penimbang, mesin pemutar, mesin pemindah

bahan, mesin penghembus dan mesin pencampur. Diagram dari penyampuran

menggunakan mesin dengan kapasitas 1 ton/jam (Gunawan et al., 2003).

Proses pakan menggunakan mesin lebih efisien dalam penggunaan tenaga

kerja dan menghasilkan campuran pakan lebih homogen. Pengalaman selama ini

menunjukkan bahwa biaya processingpakan hingga packagingberkisar antara Rp.

85 hingga Rp. 100 untuk per kg campuran pakan (Gunawan et al., 2003).

F. Sistem Penggembalaan

Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan ternak sapi yang

dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di suatu padang penggembalaan

Page 13: Lap. Pemeliharaan

yang luas, terdiri dari padang penggembalaan rumput dan leguminosa. Sistem

padang penggembalaan merupakan kombinasi antara pelepasan ternak di padang

penggembalaan bebas dengan pemberian pakan. Padang penggembalaan tersebut

bisa terdiri dari rumput atau leguminosa. Tetapi suatu padang rumputnya yang

baik dan ekonomis adalah yang terdiri dari campuran rumput dan leguminosa

(Maslikha, 2013).

Hingga abad ke 19, metode penggembalaan secara umum tidak tampak.

Wilayah penggembalaan hewan ternak digembalakan berlebihan dalam waktu

lama (overgrazing) sehingga menimbulkan kerusakan lahan dan penurunan hasil

ternak. Berikut Jenis-jenis sistem penggembalaan (Anonim, 2013).

1. Penggembalaan musiman

Penggembalaan musiman adalah menggembalakan hewan ternak pada area

tertentu dan di musim tertentu pada tahun tersebut. Hal ini memungkinkan

suatu lahan diistirahatkan selama penggembalaan tidak berlangsung untuk

menumbuhkan rerumputan kembali. Di musim ketika hewan ternak tidak

digembalakan, hewan ternak diberi pakan fermentasi (silase).

2. Penggembalaan rotasi

Penggembalaan rotasi membagi wilayah penggembalaan menjadi beberapa

titik untuk menjadi tempat-tempat yang digembalakan secara berurutan

hingga kembali ke titik awal. Penggembalaan rotasi harus memperhitungkan

"waktu istirahat" yang cukup bagi lahan di suatu titik untuk menumbuhkan

kembali rumputnya. Metode ini dilakukan sepanjang musim jika

memungkinkan.

Page 14: Lap. Pemeliharaan

3. Penggembalaan petak-bakar

Penggembala membakar sepetak lahan yang berisi rumput kering. Area yang

telah terbakar ini kemudian akan menumbuhkan rumput baru dan hewan

ternak digembalakan setelah rumput baru tumbuh. Setelah dua tahun atau

lebih, petak lainnya dibakar untuk menumbuhkan rumput baru. Metode ini

mencerminkan hubungan antara ekologi api dan bison di padang rumput dan

sabana. Usaha ini juga digunakan untuk memulihkan populasi bison yang

pernah hampir punah di alam liar. Kini bison tidak dikategorikan sebagai

hewan yang terancam punah karena sudah didomestikasi.

4. Penggembalaan tepian

Penggembalaan tepian digunakan untuk melestarikan hewan liar yang berbagi

kawasan penggembalaan dengan hewan ternak. Manajemen dilakukan seperti

penggunaan pagar atau dibatasi oleh situs alam seperti sungai. Manajemen

dilakukan terutama jika spesies, jumlah, dan periode penggembalaan yang

berbeda.

Page 15: Lap. Pemeliharaan

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pemeliharaan dilaksanakan pada tanggal 16-23 Maret 2014

bertempat di Laboratori Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin Makassar.

B. Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapu lidi, skop, gerobak,

parang, karung, ember dan tempat sampah.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ternak sapi potong

sebanyak 39 ekor, rumput gajah, ampas tahu 19 kg per hari, molases secukupnya

dan garam secukupnya serta feed suplement dengan takaran masing-masing

dedak 70 kg, tumpi jagung 105 kg, ampas kacang telur 14 kg dan tepung coklat

14 kg.

C. Metode Praktikum

a. Sanitasi Kandang

Pembersihan ataau sanitasi dilakukan selama 3 hari setiap pagi dan sore

hari, yaitu pagi pada pukul 06.30 - selesai WITA dan sore pukul 16.00 - selesai

WITA. Dimana dalam 3 hari, kandang dibersihkan dari kotoran yang umumnya

sisa bahan pakan yang bercampur dengan kotoran sapi itu sendiri, selokan,

palungan (tempat makan dan air minum), gang tengah dan lantai.

Page 16: Lap. Pemeliharaan

b. Pencampuran dan Pemberian Pakan

1) Pemeliharaan Semi Intensif

Pemberian makanan yaitu berupa hijauan dan konsentrat (makanan

tambahan) sebanyak 2 ember pada pagi hari sedangkan pemberian air minum

dengan cara adlibitum (tidak terbatas). Digembalakan siang hingga sore hari dan

dikandangkan pada malam hari.

2) Pemeliharaan Intensif

Pemberian pakan yaitu berupa konsentrat pada pagi dan pemberian

hijauan siang dan sore. Pemberiaan air minum secara adlibitum.

Metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama

menyiapkan alat dan bahan. Menimbang masing-masing bahan ransum sesuai

dengan perhitungan penyusunan ransum, yaitu dedak 70 kg, tumpi jagunng 105

kg, tepung kacang tanah 7 kg, tepung coklat 7 kg dan mineral 2 bungkus. Setelah

diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya mencampur bahan dengan cara

menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit

berada di atas. Setelah itu, melakukan penghomogenan dengan cara membolak-

balikkan pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen.

Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan

simpan dalam gudang pakan.

3) Menghitung Jumlah Populasi Ternak Sapi

Penghitungan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan.

Menyiapkan buku catatan, kemudian hitung jumlah sapi terdiri dari induk, dara,

pedet, pejantan dan jantan muda, lalu catat pada buku catatan.

Page 17: Lap. Pemeliharaan
Page 18: Lap. Pemeliharaan

BAB IV

PENUTUP

A. Keadaan Khusus Untuk Ternak Potong

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

keadaan khusus untuk ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi yang

sehat. Kandang dari ternak potong ditempati oleh ternak dalam keadaan

berkelompok. Jumlah seluruh sapi yang berada di dalam kandang yaitu 39 ekor.

Induk yang terdapat di dalam kandang ternak potong terdiri dari 10 ekor, dara 11

ekor, pejantan 2 ekor dan total pedet 10 ekor, jantan muda 6. Jenis kandang yang

ditempati oleh ternak potong yaitu jenis kandang bebas karena ternak bebas

masuk ke dalam kandang yang disukai dan merupakan kandang yang tidak

memiliki penyekat dalam satu ruang kandang yang ditempati oleh suatu populasi

ternak sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang

menyatakan bahwa kandang bebas (koloni) merupakan barak terbuka tanpa ada

penyekat di antara ternak sehingga ternak bebas bergerak pada areal yang cukup

luas, kecuali pada waktu diberi perlakuan khusus.

Selain itu, kebutuhan nutrisi dari masing-masing ternak berbeda-beda

karena kebutuhan hidup dan produksi dari masing-masing ternak juga berbeda-

beda. Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang menyatakan bahwa setiap sapi

membutuhkan makanan berupa hijauan seperti sapi dalam masa pertumbuhan,

sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari

Page 19: Lap. Pemeliharaan

segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3

cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan

kombinasi cara pertama dan kedua.

Pemberian pakan sapi yang dilakukan yaitu dengan cara kereman, yaitu

ternak didalam kandang dan diberikan pakan. Pemberian pakan dengan cara ini

merupakan pemberian pakan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif

(2012), yang menyatakan bahwa pemberian pakan dengan kereman adalah

pemberian pakan yang terbaik.

Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu

hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-

rumputan, kacang-kacangan (leguminosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput

yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja, daun turi, daun

lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan

dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama.

B. Pencampuran Bahan Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat

dan bahan. Minimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan

penyusunan ransum, yaitu dedak 36 kg, ampas tahu 15 kg dan untuk pedet 4 kg,

molases, garam dan air secukupnya. Selanjutnya mencampur bahan dengan cara

menuangkan ampas tahu ke dalam baskom lalu menambahkan air, molases dan

garam secukupnya. Setelah itu, mengaduk pakan sampai homogen. Menuang

dedak ke dalam tempat pakan lalu menyiramnya dengan air ampas tahu +

Page 20: Lap. Pemeliharaan

molases + garam + air. Usahakan agar pakan tidak terlalu cair. Hal ini sesuai

dengan pendapat Syarif (2012), yang menyatakan bahwa Metode pencampuran

pakan, pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian menimbang masing-

masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah

diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan dicampur dengan cara

menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit

berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan cara membolak-

balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Kemudian

setalah ransum tersebut homogen, lalu dimasukkan ke dalam karung yang telah

disiapkan dan menyimpannya di dalam gudang pakan.

Menurut Syarif (2012) pencampuran pakan kering juga sudah dapat

dilakukan dengan menggunakan mesin pemcampur dengan posisi tong miring,

hasil program vucer 2004. Namun, proses pencampuran pakan biasanya masih

dilakukan secara manual. Oleh karena itu, rekayasa mesin pencampur pakan

basah menjadi penting untuk dilakukan.

C. Pemberian Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau

pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat.

Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan

sebagai penambah energi, begitu pula dengan pemberian air minum diberikan

secara adlibitum (tidak terbatas). Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang menyatakan bahwa pemberian

Page 21: Lap. Pemeliharaan

pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum hendakya tidak diberikan

sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi menjadi

beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00), sebaiknya sapi diberi

sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya saliva (air ludah). Saliva ini

berfungsi sebagai buffer (penyangga) di dalam rumen sehingga pH rumen tidak

mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat

dengan kandungan karbohidrat tinggi akan mudah terfermentasi sehingga

menghasilkan asam lemak dengan mudah (volatile fatty acid, VFA) yang

berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat yang banyak

mengandung protein terdegradasi (rumen degradable protein, RDP) akan

menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi

peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi

kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada

ternak.

D. Penggembalaan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

pengamatan populasi atau jumlah sapi (jantan/betina, dara, anak) totalnya 39

ekor. Jumlah induk sapi 10 ekor, dan sapi dara 10 ekor. Sedangkan jantan terdiri

dari pejantan 2 ekor, jantan muda 6 ekor dan total pedet 4 ekor.

maka diperoleh hasil bahwa penggembalan yang dilakukan dari tingkah

laku ternak yang selalu berkumpul, dan mengikuti salah satu pemimpinnya, dan

jika memakan rumput, maka sapi akan mengambil terlebih dahulu bagian tengan

rumput agar bisa terlipat dua sehingga sapi bisa memakannya. Hal ini sesuai

Page 22: Lap. Pemeliharaan

dengan pendapat Lesmana (2013) yang menyatakan bahwa ketersediaan pakan

yang terbatas akan cenderung meningkatkan perilaku sapi yang menyentuhkan

bagian mulutnya ke benda seperti tempat air, memainkan lidahnya, atau

menggertakkan giginya. Terjadi respon pertahanan atau ingin melarikan diri

dengan intensif yang ditandai dengan menendang atau menyapukan ekor pada

tiang penyangga secara terus menerus apabila ada hal yang mengancam atau

mengganggu. Pedet yang mengisap benda lain yang ada disekitarnya ketika tidak

tersedia induk untuk menyusu. Ternak yang tidak dibiarkan keluar dari

kandangnya  untuk jangka waktu yang lama akan jauh lebih antusias saat

digembalakan untuk pertama kali dibandingkan dengan yang digembalakan setiap

hari.

Menurut Lesmana (2013) bahwa banyak perilaku yang ditunjukkan

dengan keras sebagai sebuah respons menuju stimulus fisik dan fisiologis, tapi

pada kenyataannya pengaruh psikologis sekuat fisiologis atau fisik. Sebagai

contoh, sapi alaminya digembalakan, dan konsekuensinya memakan lebih dari

apa yang seharusnya mereka konsumsi.

Page 23: Lap. Pemeliharaan

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa Keadaan khusus untuk ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi

yang sehat. Kandang dari ternak potong ditempati oleh ternak dalam keadaan

berkelompok. Jenis kandang yang ditempati oleh ternak potong yaitu jenis

kandang bebas karena ternak bebas masuk ke dalam kandang yang disukai dan

tidak memiliki penyekat dalam satu ruang kandang yang ditempati oleh suatu

populasi ternak sapi potong.

Sanitasi kandang dan lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan

kandang setiap pagi dan sore hari. Tempat pakan dan minum dibersihkan dari

sisa-sisa pakan serta kotoran. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari

setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Penggembalaan dan

pengamatan populasi dilakukan dengan perhitungan dengan cara pengamatan

langsung di lapangan dimana jumlah induk sapi 10 ekor, sapi dara 11 ekor.

Sedangkan pejantan 2 ekor, pedet 10 ekor, jantan muda 6 dan total sapi yaitu 39

ekor.

B. Saran

Dalam sistem perkandangan perlu diperhatikan sanitasi kandang khususnya

feses sapi, karena feses sapi merupakan sumber penyakit, dimana feses

Page 24: Lap. Pemeliharaan

merupakan tempat mikroba berkembang biak. Selain itu hal yang perlu juga

diperhatikan yaitu pakan tambahan bagi ternak.

Page 25: Lap. Pemeliharaan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong. info-peternakan.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-pakan-ternak-sapi.html. Diakses tanggal 31 Maret 2014.

Anonim. 2013. Penggembalaan Hewan. http://id.wikipedia.org/wiki/ Penggembalaan_hewan. Diakses tanggal 31 Maret 2014.

Damarapeka. 2011. Pertumbuhan Ternak Potong. http://damarapeka.wordpress. com/2011/07/14/pertumbuhan-ternak-potong-2/. Diakses tanggal 31 Maret 2014.

Gunawan, D. E. Wahyono, dan P. W. Prihandini. 2003. Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong Mendukung Agribisnis. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi.

Lesmana, Andry. 2013. Makalah Tingkah Laku Sapi (Animal Behavior). http://andrylesmana273.blogspot.com/2013/11/makalah-tingkah-laku-sapi-animal_6168.html. Diakses tanggal 2 April 2014.

Maslikha, Lilyk. 2013. Pemanfaatan Jenis Tanah Kelas Vi Untuk Penggembalaan Ternak Sapi Potong. http://smally23.blogspot.com/2013/10/makalah -padang-penggembalaan.html. Diakses tanggal 31 Maret 2014.

Peter. 2012. Perkandangan Sapi Potong. http://harunrexo.blogspot.com/ 2012/12/perkandangan-sapi-potong.html. Diakses tanggal 27 Maret 2014.

Syarif, Ilham. 2012. Laporan Praktikum Sapi Potong Produksi Ternak Potong Dan Kerja. http://nasasulsel.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum -sapi-potong.html. Diakses tanggal 2 April 2014.

Zakariah, M. Askari. 2012. Sistem Produksi Ternak Potong Di Kolaka-Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.