lap kel 4 tut c
DESCRIPTION
vfgTRANSCRIPT
SKENARIO KESEHATAN LINGKUNGAN
BLOK 20
Sebuah sekolah SMP terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di
Desa Tanjung Sejaro. Komunitas di sini terdiri atas para murid sekitar 500 orang, para guru 25
orang dan pegawai lokal 10 orang. Halaman sekolah cukup luas dan banyak pepohonan,
menghadap ke jalan raya yang sibuk. Selain ruang kelas dan kantor, ada juga fasilitas toilet,
kantin dan mushola.
Bangunan sekolah terdiri atas setengah beton, bagian atas dari papan dengan atap dari
asbes. Bangunan ini relatif agak tua dan kurang terawat, di beberapa bagian bahkan terlihat
bocor. Sumber air untuk kantin, toilet dan mushola adalah sumur dangkal (surface well), namun
jarang sekali kering karena dekat dengan rawa-rawa dengan air tergenang sepanjang tahun.
Sekitar 300 meter di belakang desa ada Sungai Ogan yang merupakan sumber air utama bagi
seluruh penduduk desa. Namun ada juga penduduk yang menggunakan sumber air rawa atau
sumur yang ada di dekat rawa. Atas saran dari guru biologi, sumur yang ada di sekolah diperiksa
airnya di laboratorium di Palembang dan hasilnya seperti terlampir (Lampiran1).
Seperti halnya di berbagai wilayah Sumatera, pada musim kemarau sering terjadi
kebakaran hutan; udara penuh dengan asap selama beberapa hari bahkan berminggu-minggu.
Namun untuk desa ini, masalah kualitas udara bertambah karena asap buangan kendaraan yang
lalu lalang siang dan malam. Karena banyaknya debu, kepala sekolah meminta agar meja di
kantor dan di kelas dibersihkan dan disapu setiap hari. Atas inisiatif kepala sekolah, pernah
dilakukan pengukuran kualitas udara oleh BTKL Sumsel dan hasilnya seperti terlampir
(Lampiran 2).
Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah kebisingan dari bunyi klakson dan sirine
kendaraan yang kadang-kadang amat menggangu proses belajar mengajar. Menurut hasil survei
dari Biro Lingkungan OI, intensitas kebisingan di lokasi sekolah ini seperti tercantum dalam
Lampiran 3.
1
Kantin dikelola penjaga sekolah, dan beberapa makanan juga berasal ari titipan para
tetangga untuk dijual. Hal ini karena isteri penjaga sekolah agak tidak sehat, jadi kurang mampu
memasak semua jenis makanan untuk dijual. Istri penjaga sekolah seringkali demam dan sakit
perut. Pernah berobat ke puskesmas dan sembuh tapi kembali sakit.
Guru Biologi dari sekolah ini selalu menasehatkan agar pengelolaan sampah dan limbah
dilakukan secara higienis agar tidak mengancam kesehatan. Namun penilik sekolah menemukan
bahwa toilet tidak memiliki septic tank dan limbah cairnya dialirkan ke selokan dan berakhir di
rawa-rawa. Sampah padat dan sapah rumah tangga (kantin), dibuang bersama sampah seupa dari
desa yang dikumpulkan oleh petugas. Namun, wadah penampungan sementara tidak terutup
sehingga mengundang bau dan lalat.
Kepala Sekolah melarang dengan keras para siswa bermain dekat jalanan dan untuk itu
telah ditugaskan penjaga tersendiri. Namun pada saat datang dan pulang sekolah, jalanan jadi
macet dan lalu lintas semerawut. Bahkan, sudah sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang
melibatkan para siswa dan keluarga yang antar-jemput.
Dokter puskesmas beberapa kali datang ke sekolah untuk memberikan ceramah dan
nasehat. Dari data di Puskesmas, pnyakit terbanyak desa Tanjung Sejaro adalah ISPA, Diare,
Malaria, DHF, Tuberculosis, Penyakit kulit dan gigi-mulut. Namun nasehat yang diberikan
dokter dalam penyeluhannya besifat generik, belum disesuaikan dengan kebutuhan riil di sekolah
ini.
2
LAMPIRAN 1
1. Hasil Pengujian Kualitas Air
Parameter: Hasil Uji
Zat pada terlarut 3000 mg/L
Kekeruhan 24 NTU
pH 6,8
Mercury (Hg) ttd
Arsenic (As) 0,10 mg/L
Iron (Fe) 2,0 mg/L
Manganese (Mn) 1,0 mg/L
Lead (Pb) 0,10 mg/L
Detergen 0,2 mg/L
Pestisida total 0,1 mg/L
Zat Organik 5 mg/L
Coliform per 100 cc 100
Ttd = tidak terdeteksi.
3
LAMPIRAN 2
2. Kualitas Udara
Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji
SO2 24 jam 500 micrgr/M3
CO2 24 jam 30000 micrgr/M3
Nox 24 jam 200 micrgr/M3
O3 1 jam 200 micrgr/M3
Hidrocarbon 3 jam 100 micrgr/M3
Total Suspended Particulate (TSP) 24 jam 500 micrgr/M3
Pb 24 jam 5 micrgr/M3
LAMPIRAN 3
3. Kebisingan
Waktu pengukuran Lokasi Hasil pengukuran
Pagi Halaman sekolah 65 dBA
Siang Halaman sekolah 60 dBA
Sore Halaman sekolah 55 dBA
4
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Komunitas : Sekelompok individu yang mendiami suatu tempat yang terbatas
2. Asbes : Serat-serat mineral yang terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimia
yang berbeda dan jika terisap mengendap di paru.
3. Surface well : Sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang ke dalamnnnya < 5-
15 meter
4. Air rawa: Lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus menerus atau musiman
akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimia dan
biologis.
5. Kualitas udara : Salah satu keilmuan yang berfokus pada mutu udara
6. Debu : Partikel padat kecil dengan diameter <500 mikron
7. Kebisingan : Zona B (tempat pendidikan) tingkat kebisingan= 44-55 db
8. Demam : Peningkatan suhu tubuh di atas normal (>37,2°C)
9. Sakit perut : Sensasi tidak menyenangkan di area abdomen
10. Higienis : Bebas dari agen infeksi (bersifat individu)
11. Septic tank: Tempat penampungan sementara dari toilet
12. Limbah cair : Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik indusrti maupun
domestik (rumah tangga)yang bersifat cair
13. Sampah padat : Suatu benda atau zat padat yang tidak digunakan lagi
14. Sampah rumah tangga : Sampah hasil kegiatan rumah tangga
15. ISPA : Infeksi saluran nafas akut yang berlangsung < 14 hari
16. Diare : BAB > 3 kali, konsistensinya cair, dengan atau tanpa darah
17. Malaria : Penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui
nyamuk anopheles
18. DHF : Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
19. Tuberculosis : Infeksi saluran pernapasan bawah kronik yang disebabkan oleh bakteri
TBC
20. Penyuluhan bersifat generik : Penyuluhan kesehatan yang masih bersifat umum
5
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sebuah SMP di jalan lintas Sumatera OI memiliki bangunan setengah beton, bagian atas
dari papan dengan atap dari asbes, bangunan relatif agak tua, kurang terawat dan terlihat
bocor
2. Sumber air SMP tersebut berasal dari sumur dangkal yang jarang kering dan dekat
dengan rawa-rawa serta sumber air penduduk juga berasal dari sungai ogan, sumur serta
air rawa.
3. Kualitas udara di lingkungan SMP dicemari oleh asap akibat kebakaran hutan dan
diperburuk oleh asap buangan kendaraan yang hasil pengujian kualitas udara telampir
4. Kebisingan dari bunyi klakson dan siirine kendaraan kadang amat mengganggu proses
belajar, yang hasil pengukuran intensitas kebisingan terlampir
5. Makanan di kantin sekolah dikelola oleh isteri penjaga sekolah yang sering demam dan
sakit perut srta juga tetangga sekitar
6. Toilet sekolah tidak memiliki septic tank dan limbah cairnya dialirkan ke rawa-rawa,
sedangkan sampah padatnya dikumpulkan dalam wadah penampungan sementara yang
tidak tertutup sehingga menimbulkan bau
7. Lalu lintas di sekitar sekolah sering macet, semeawut dan sering tejadi kecelakaan
8. Penyakit tebanyak di Desa Tanjung Sejaro adalah ISPA, Diare, Malaria, DHF,
Tuberculosis, Penyakit kulit dan Gigi mulut
9. Penyuluhan di sekolah masih bersifat generic, belum sesuai dengan kebutuhan rill
sekolah
III. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana dampak dari :
a. Struktur bangunan dan keadaan sekolah terhadap kesehatan komunitas di
sekolah tersebut ?
b. Sumber air terhadap kesehatan komunitas di desa Tanjung sejaro ?
c. Kualitas udara terhadap kesehatan komunitas di desa Tanjung sejaro ?
d. Kebisingan terhadap kesehatan komunitas di sekolah tersebut?
e. Makanan terhadap kesehatan komunitas di sekolah tersebut ?
f. Sanitasi terhadap kesehatan komunitas di desa Tanjung sejaro ?
6
g. Lalu lintas terhadap kesehatan komunitas di sekolah tersebut ?
2. Bagaimana solusi yang diberikan berkenaan dengan masalah ini ?
3. Bagaimana tindakan preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif yang bisa
dilakukan oleh puskesmas ?
4. Apa saja saran yang dapat diberikan kepada dinas kesehatan dan PEMDA
setempat untuk menyelesaikan masalah ?
5. Apa saja pelatihan yang perlu dilakukan untuk guru & pengelola sekolah serta
siswa untuk meningkatkan hgigienitas dan sanitasi di sekolah tersebut ?
6. Apa saja peraturan perundangan terkait dengan masalah ?
IV. HIPOTESIS
Rendahnya kualitas lingkungan di desa Tanjung sejaro karena kurangnya kesdaran
masyarakat, sarana dan prasarana serta promosi kesehatan dari pihak terkait.
V. SINTESIS
1. STRUKTUR DAN KEADAAN BANGUNAN SEKOLAH
Strukur dan keadaan bangunan sekolah terhadap kesehatan komunitas di SMP. Bangunan
sekolah terdiri atas setengah beton, bagian atas dari papan dengan atap dari asbes. Bangunan
relative agak tua dan kurang terawat, di beberapa bagian bahkan terlihat bocor.
Asbes
Asbes adalah bentuk serat mineral silika yang termasuk dalam kelompok serpentine
(risotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi
Mg6(OH)6(Si4O11) H2O), dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan,
termasuk:actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite,
chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-
kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut.
7
Penutup atap dari bahan asbes sangat akrab dengan masyarakat. Bahan atap asbes
mempunyai banyak keuntungan, diantaranya :
1. Bahannya ringan, tidka mudah rusak atau jebol
2. Rumah menjadi lebih sejuk karena sifat asbes yang tidak menyerap panas(dari
matahari).
3. Harganya yang cenderung lebih murah dibandingkan bahan bangunan yang lain
dan pemasangannya mudah.
4. Hampir semua toko bahan bangunan menjualnya (mudah didapatkan)
Bahan yang terbuat dari asbes untuk bangunan sering kita jumpai yaitu asbes
gelombang (digunakan untuk atap), asbes alat plat (digunakan untuk plafon atau
partisi).
Asbes dalam jangka pendek tidak terlihat secara nyata efek sampingnya terhadap
kesehatan. Namun efek jangka panjangnya ada. Mengapa asbes termasuk dalam
kategori bahan yang sangat berbahaya, karena asbes yang kita kenal terdiri dari serat-
serat yang berukuran sangat kecil, kira-kira lebih tipis dari 1/700 rambut kita, serat-
serat ini tidak menguap diudara dan tidak terlarut didalam air, jika terhirup oleh paru-
paru akan menetap disana dan bias menyebabkan berbagai macam penyakit.
Asbes dapat membahayakan tubuh kita jika ada bagian yang rusak, sehingga serat-
seratnya bisa lepas. Kondisi lain yang sangat beresiko adalah saat asbes dipotong
atau diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-serpihan berupa
8
serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru kita. Penyakit yang ditimbulkan oleh
partikel asbes ini biasanya baru timbul dalam jangka waktu antara 10 – 50 tahun
MATERIAL ALTERNATIF PENGGANTI ASBES
Terdapat beberapa jenis material bebas asbes yang mudah didapat dipasaran,
dibawah ini adalah beberapa contohnya.
1. KalsiboardTM (Serat selulosa, silika, additif, semen dan air)
2. ArdexTM(Serat sintetis, serat selulosa, zat additif, semen dan air)
3. Seng Eternit (Serat sintetis, serat selulosa, zat additif, semen dan air)
PEMBUANGAN LIMBAH ASBES
1. Jangan dicampur dengan material lain.
2. Simpan dengan wadah tertutup dan diangkut dengan truk tertutup yang
menjamin debu asbes tidak beterbangan.
3. Buang limbah di lokasi khusus yang diusahakan Buang limbah di
lokasi khusus yang diusahakan mempunyai pemisah dengan tanah dan
udara mempunyai pemisah dengan tanah dan udara (bis beton/bunker) (bis
beton/bunker). Jangan dimusnahkan dengan cara dibakar.
PENYAKIT KARENA ASBES.
1.Asbestosis.
Yaitu luka pada paru-paru hingga menyebabkan kesulitan bernapas dan dapat
mengakibatkan kematian.
2. Mesothelioma.
Adalah sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada, mesothelioma
baru muncul gejalanya setelah 20 – 30 tahun sejak pertama kali menghirup serat
asbes.
3. Kanker paru-paru.
9
Di Negara Negara maju, asbes putih digolongkan sebagai karsinogen ( bahan
penyebab kanker).
a. Lokasi di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di OI
Risiko dan dampak sebagai berikut:
Pencemaran udara penyakit pada traktus respiratorius
Kebisingan ketulian, gangguan psikis (gangguan konsentrasi)
Arus kendaraan cepat kecelakaan lalu lintas
b. Bangunan dari Asbes
Risiko dan dampak:
Debu asbes dan serat asbes dapat terinhalasi mengendap pada paru dan
mesotelium risiko untuk terkena penyakit paru (terpajan ≥15 tahun:
asbestosis dan kanker paru, serta bila terpajang >50 tahun: mesotelioma)
Nasihat/Saran ke pemerintah: Perbaiki bangunan sekolah agar mengganti atap dengan
bahan kalsiboard atau tripleks.
2. SUMBER AIR
A. SUMBER AIR DOMESTIK
1. Pengaruh sumber air domestik dari rawa-rawa yang tergenang bagi kesehatan
a. Penyebaran penyakit melalui air seperti tifus, paratifus, kolera, diare, disentri,
hepatitis A
b. Air yang tergenang dapat membahayakan kesehatan , karena dapat menimbulkan
lumut, menjadi kotor, dan menjadi tempat pertumbuhan jentik-jentik nyamuk
c. Air yang tergenang tidak memiliki daya dukung (assimilative capacity), yaitu
kemampuan air untuk membersihkan diri dari zat-zat yang terlarut di dalamnya
seperti pada air yang mengalir. Akibatnya, zat-zat terlarut yang berbahaya dari
limbah rumah tangga dan pertanian seperti deterjen, feses dan pestisida akan
10
menumpuk di air yang tergenang hingga lama-kelamaan air menjadi tidak layak
lagi untuk digunakan karena dapat membahayakan kesehatan.
2. Kriteria sumur yang baik
a. Letak sumur
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur
Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran
air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11
meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari
50 meter.
b. Sumber air
- Air permukaan : contohnya air sungai dan air rawa. Sumber air ini
mempunyai derajat pencemaran yang tinggi, disebabkan oleh perjalanan air
tersebut. Air ini akan mengandung banyak zat organic yang telah membusuk
sehingga biasanya berwarna kuning kecoklatan. Sumber air ini kurang baik
bagi kesehatan.
- Air tanah, berasal dari penyerapan air yang berada di permukaan. Air tanah
merupakan sumber air sumur, baik air tanah dangkal (15 m2) untuk sumur
dangkal dan air tanah dalam (100-300 m2) untuk sumur bor. Merupakan
sumber air yang baik untuk sumur
- Mata air
1. Kriteria sumur yang baik:
Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan masyarakat,
karena ± 45% masyarakat mempergunakan jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi
adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari
kontaminasi air kotor. Sumur sehat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
11
Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur
dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit) dan sumber-
sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta
kemiringan tanah.
i. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
ii. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti
kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.
Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir
sumur, serta lantai sumur.
12
Dinding sumur gali:
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat
dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak
terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup
pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya
terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan
penguat dinding sumur.
Bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat
antara lain :
Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm, untuk
mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan
Lantai sumur gali. Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain :
Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding
sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,
bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar
sumur menurut Entjang, dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya
sekurang-kurangnya 10 m.
Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya
sama dengan sumur gali tanpa pompa, namun air sumur diambil dengan
mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk
terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
Jenis-jenis sumur:
Sumur dangkal (shallow well)
Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan air hujan, terutama
pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia, dengan kelemahan utama pada mudahnya jenis sumur ini
terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegitan mandi, cuci, dan kakus.
13
Tingkat kalaman sumur dangkal ini biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari
permukaan tanah (Notoatmodjo, 2003).
Sumur Dalam (Deep Well)
Sumber air Sumur Dalam berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan
kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan sumber airnya tidak
terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi. Menurut
Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air kedua di dalam
tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan tanah.
Berikut merupakan perbedaan sumur dangkal dan sumur dalam secara umum.
No. Pembeda Sumur dangkal Sumur dalam
1.
2.
3.
4.
Sumber air
Kualitas air
Kualitas
bakteriologi
Persediaan
Air permukaan
Kurang baik
Kontaminasi
Kering pada
musim kemarau
Air tanah
Baik
Tidak
terkontaminasi
Tetap ada sepanjang
tahun
b. Dampak penggunaan sumur yang berasal dari rawa yang tercemar limbah cair dari
toilet: Penularan penyakit yang disebabkan pencemaran air:
• Typhoid Fever;
• Cholera;
• Bacterial Dysentry
• Enteritis;
• Hepatitis A;
• Poliomyelitis;
• Amoeba Dysentry;
• Giardia;
• Schistosomiasis.
14
3. Indikator kebersihan air minum
Air yang layak dikonsumsi adalah air yang memenuhi standar baku mutu. Baku
mutu air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat
dalam air dan air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Standar baku mutu air
menurut keputusan Menteri Kesehatan RI yaitu:
Pasal 4 UU no 492 tahun2010 :
15
Interpretasi kualitas air
Parameter Hasil Uji Normal Interpretasi
Zat padat terlarut 3000 mg/L 1000 mg/L ↑
Kekeruhan 24 NTU 5 NTU ↑ Kekeruhan
disebabkan oleh bahan
partikulat (particulate
matter) akibat kurang
baiknya proses
penjernihan atau dapat
juga karena berasal dari
air tanah. Kekeruhan yg
tinggi dapat mengurangi
efektifitas klorinasi dan
memacu pertumbuhan
bakteri.
19
pH 6,8 6,5 – 8,5 Normal
Mercury (Hg) Ttd (tidak
terdeteksi)
-
Arsenic (As) 0,10 mg/L 0,01 mg/L ↑ As umumnya
bersumber dari alam
berupa bahan galian yang
mengadung Pb, Cu dan
Au. Manifestasi
keracunan As dapat
berupa kelainan kulit, dan
bila lebih lanjut dapat
memberi kelainan
cardiovaskular, liver dan
neurologik. (contoh pada
kasus Buyat).
Iron (Fe) 2,0 mg/L 0,3 mg/L ↑
Manganese (Mn) 1,0 mg/L 0,1 mg/L ↑
Lead (Pb) 0,10 mg/L
Detergen 0,2 mg/L
Pestisida total 0,1 mg/L
Zat organik 5 mg/L
Coliform per 100
cc
100 0 ↑ E-coli merupakan
indikator yang terpercaya
akan adanya pathogens.
Jika terdapat E.coli berarti
air tsb telah
terkontaminasi tinja.
Dari hasil interpretasi di atas menunjukkan bahwa ; sumber air minum yang digunakan di
sekolah tersebut tidak sesuai dengan baku mutu air minum dan tentunya dapat beresiko bagi
kesehatan masyarakat.
20
Batasan Sumber air bersih dan aman:
a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c) tidak berasa dan berbau
d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga
e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI
Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya
suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang
dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :
1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis
2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare
3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis
4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm
5) leptospiral, contoh : Weil’s disease
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok
berdasarkan cara penularannya, meliputi :
1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan, contoh :
kolera, tifoid, disentri basiler, hepatitis viral
2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Terdapat
3 cara penularan dengan mekanisme ini :
a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak
b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma
c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis
3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan memiliki agens
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau
intermediate host, cth: schistosomiasis
21
4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui gigian serangga
yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever
Sumber air, berdasarkan letaknya terbagi menjadi 3:
1) air angkasa (hujan)
merupakan sumber utama air di bumi. Walau saat presipitasi merupakan air paling bersih,
namun cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan
oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas. Contoh: karbondioksida, nitrogen, dan
amonia
2) air permukaan
meliputi badan-badan air, contoh : sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur
permukaan
3) air tanah
berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami
penyerapan ke dalam tanah dan mengalami filtrasi secara alamiah
Standar untuk kelayakan air minum di Indonesia :
a) Aspek fisik : suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan
b) Aspek biologis : kuman parasit, pathogen, bakteri gol. E. coli (sebagai patokan adanya
pencemaran tinja
c) Aspek kimiawi : pH, jumlah zat padat , dan bahan kimia lain
d) Aspek radioaktif : radioaktif yang mungkin ada di dalam air
Aspek fisik kualitas air :
• Color (warna): adanya warna biasanya karena pengaruh humus yang mengandung zat
besi dan Mn, jadi bisa bersumber dari alam atau karena karat dari sistim distribusi; Dapat
juga berasal dari pencemaran akibat limbah industri dan ini bisa berbahaya.
22
• Taste and odor (rasa dan bau): ini dapat berasal dari sumber alami atau biologik,
pencemaran bahan kimiawi atau side-effects dari desinfektan seperti chlorine. Bau dan
rasa dapat terjadi dari penyimpanan atau distribusi. Jadi bila ada perubahan rasa atau
warna berasal dari pencearan atau gangguan fungsi sistim distribusi atau storage.
• Suhu: suhu air minum bervariasi sesuai keinginan, namun dari sumbernya air hendaknya
bersuhu dingin. Suhu yang meningkat (sampai batas tertentu) dapat memacu
pertumbuhan mikroorganisme, dan meneyebabkan perubahan warna, rasa dan bau serta
memacu proses korosif.
• Kekeruhan (turbidity) adanya kekeruhan disebabkan oleh bahan partikulat (particulate
matter) akibat kurang baiknya proses penjernihan atau dapat juga karena berasal dari air
tanah. Turbiditas tinggi dapat mengurangi efektifitas klorinasi dan memacu pertumbuhan
bakteri.
Aspek Kimiawi Kualitas Air
• Beberapa bahan kimiawi terlarut dalam air karena proses alami bersifat essensial buat
kehidupan; beberapa bahan lainnya justru meruak kesehatan bila terdapat dgn kadar
diatas baku mutu (standar). Bebarap jenis lainnya bersifat essensial dan juga merusak
pada kadar yang tinggi.
• Bahan kimiawi ini dapat digolongkan jadi 3 golongan:
– Bahan yang memberikan efek merusak secara akut atau kronik: berbagai jenis
logam, nitrat dan sianida;
– Bahan yang bersifat genotoxic dan bersifat karsinogen, mutagen dan
menyebabkan birth defects. Contohnya bahan organik sintetik, pestisida, arsenic,
dll.;
– Bahan esensial: iodine, selenium, flouride.
23
3. KUALITAS UDARA
(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 41 TAHUN 1999
TANGGAL : 26 MEI 1999)
No. Parameter Waktu
Pengukuran
Baku Mutu Metode
Analisis
Peralatan
1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
(Sulfur
Dioksida)
24 Jam 365 ug/Nm3
1 Thn 60 ug/Nm3
2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
(Karbon
Monoksida)
24 Jam 10.000 ug/Nm3
1 Thn -
3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
(Nitrogen
Dioksida)
24 Jam 150 ug/Nm3
1 Thn 100 ug/Nm3
24
4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer
(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3
5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas
(Hidro Karbon) Chromatogarfi
6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel < 10
um )
PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel < 2,5
um )
1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3
8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
(Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif
Pengabuan AAS
25
9. Dustfall 30 hari
(Debu Jatuh ) 10
Ton/km2/Bulan
(Pemukiman)
Gravimetric Cannister
20
Ton/km2/Bulan
(Industri)
10 Total Fluorides
(as F)
24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous
Analyzer
11. Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2
dari kertas
limed filter
Colourimetric Limed Filter
Paper
12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
Khlorine
Dioksida
Electrode Countinous
Analyzer
13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100
cm3
Colourimetric Lead
Dari Lead Peroxida Candle
26
Peroksida
Interpretasi hasil pengukuran kualitas udara:
Parameter Waktu Pengukuran
Hasil Uji Baku Mutu Kesimpulan
SO2 24 jam 500 μg/m3 365 μg/m3 Udara telah tercemar gas SO2
CO 24 jam 30.000 μg/m3 30.000 μg/m3 Masih dalam rentang normalNOx 24 jam 200 μg/m3 150 μg/m3 Udara telah tercemar gas NOx O3 1 jam 200 μg/m3 235 μg/m3 Masih dalam rentang normalHidrocarbon 3 jam 100 μg/m3 160 μg/m3 Masih dalam rentang normalTotal Suspended Particulate (TSP) (debu)
24 jam 500 μg/m3 230 μg/m3 Udara telah tercemar debu
Pb 24 jam 5 μg/m3 2 μg/m3 Udara telah tercemar Timbal
Udara lingkungan SMP di desa Tanjung Sejaro telah tercemar oleh gas SO2, NOx, total suspended particulate (debu), dan Pb.
Sumber pencemaran udara:
Sumber dalam ruangan (indoor): bangunan (debu, asbestos)
Sumber luar ruangan (outdoor):
1. Sumber transportasi: kendaraan bermotor (SO2, NOx. Pb, hydrocarbon)
2. Kebakaran hutan
Dampak Pencemaran Udara
1. Visibilitas: kelabu (London type), cokelat (LA type)
2. Smoke + fog = smog
3. Gangguan visibilitas penting dari segi transportasi, menyebabkan rawan kecelakaan.
4. Pengaruh terhadap kesehatan
Iritasi pada mata dan hidung
27
Menurunkan prestasi kerja dan atlit
Menimbulkan atau memperberat penyakit jantung dan pernafasan, seperti asma,
bronkitis, dll.
Solusi yang Dapat Diberikan
Solusi yang dapat diberikan disesuaikan dengan sumber pencemarnya:
Sumber dalam ruangan (indoor): bangunan (debu, asbestos)
Nasihat: Gunakan bahan bangunan lain, selain abses dan bahan yang banyak memproduksi debu, seperti kalsiboard atau tripleks.
Sumber luar ruangan (outdoor):
1. Sumber transportasi: kendaraan bermotor (SO2, NOx. Pb, hydrocarbon)
Nasihat: Upayakan agar sekolah dipindahkan, tidak berada tepat di pinggir jalan raya.
2. Kebakaran hutan
Nasihat: Upayakan membuat hujan buatan agar mengurangi kabut asap.
4. KEBISINGAN
Dampak kebisingan bagi kesehatan
a. Fisiologis : Peningakatan tekanan darah ,peningkatan nadi, peningkatan
metabolisme basal dan kehilangan keseimbangan.
b. Psikologis : rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, gangguan tidur.
c. Jangka panjang dapat menimbulkan ketulian
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996
TANGGAL 25 NOPEMBER 1996
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
28
Berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Selatan, baku tingkat kebisingan yaitu:
Untuk daerah sekolah, tingkat kebisingan menurut baku tingkat kebisingan di
provinsi sumatera selatan adalah 55 dB.
Hasil pengukuran di SMP Tanjung Sejaro
a. Pagi : 65 dBA (terjadi peningkatan)
b. Siang : 60 dBA ((terjadi peningkatan)
c. Sore : 55 dBA (normal)
29
Wajar apabila tingkat kebisingan ini lambat laun dapat menyebabkan tuli sensorineural
pada siswa SMP Tanjung Sejaro.
Penanganan kebisingan
a. Penanganan Kebisingan pada sumber
Penanganan kebisingan pada sumber bising dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain :
1) pengaturan lalu lintas;
Pengaturan dimaksudkan untuk mengurangi volume lalu lintas kendaraan
yang lewat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan rekayasa lalu lintas,
pembangunan jalan lingkar untuk mengurangi beban jaringan jalan perkotaan,
dll. Pengaturan lalu lintas yang baik dapat mengurangi tingkat kebisingan
antara 2 s/d 5 dB(A).
2) pembatasan kendaraan berat;
Kendaraan berat memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat
kebisingan akibat lalu lintas jalan. Dengan melakukan pembatasan jenis
kendaraan berat dapat mengurangi dampak kebisingan pada kawasan sensitif
yang ada. Pembatasan kendaraan berat sebesar 10% dapat menurunkan
tingkat kebisingan hingga 3,5 dB(A). Lihat lampiran A “ graffik hubungan
kecepatan-proporsi kendaraan berat dengan kebisingan”
3) pengaturan kecepatan;
Pengaturan kecepatan lalu lintas pada rentang kecepatan 30 s/d 60 km/jam
dapat mengurangi tingkat kebisingan 1 s/d 5 dB(A), lihat Lampiran A. Pt-T-
16-2005-B
4) perbaikan kelandaian jalan;
Kelandaian jalan berpengaruh langsung terhadap tingkat kebisingan.
Pengurangan kelandaian setiap 1% dapat mengurangi tingkat kebisingan
sebesar 0,3 dB(A).
5) pemilihan jenis perkerasan jalan.
Pada kecepatan di atas 80 km/jam, penggantian perkerasan aspal beton padat
(berbutir tidak seragam) dengan perkerasan aspal terbuka (berbutir seragam)
dapat mengurangi tingkat kebisingan lalu lintas sampai 4 dB(A). Koreksi
30
tingkat kebisingan akibat penggunaan berbagai jenis perkerasan yang lain
secara relatif terhadap lapis perkerasan
b. Penanganan kebisingan pada jalur perambatan
1. Tipe, karakteristik, dan pertimbangan implementasi
1) Penanganan kebisingan pada jalur perambatan suara
umumnya dilakukan dengan pemasangan peredam bising (BPB). PB dapat berupa
penghalang alami (natural barrier) dan penghalang buatan (artificial barrier).
Penghalang alami biasanya menggunakan berbagai kombinasi tanaman dengan
gundukan (berm) tanah, sedangkan penghalang buatan dapat dibuat dari berbagai
bahan, seperti tembok, kaca, kayu, aluminium, dan bahan lainnya. Untuk
mencapai kinerja yang memadai, bahan yang digunakan sebagai penghalang
sebaiknya memiliki rasio berat-luas minimum 20 kg/m2;
2) BPB umumnya memiliki karakteristik secara teknis
sebagai berikut:
a) dapat menurunkan tingkat kebisingan antara 10 s.d 15 dB(A);
b) mampu mencapai pengurangan tingkat kebisingan sebesar 5 dB(A) apabila
cukup tinggi untuk memotong jalur perambatan gelombang suara dari sumber ke
penerima;
c) setiap penambahan 1 m ketinggian diatas jalur perambatan gelombang dapat
menurunkan tingkat kebisingan sebesar 1,5 dB(A) dengan penurunan maksimum
secara teoritis sebesar 20 dB(A);
d) BPB sebaiknya dipasang sepanjang sekitar 4 x jarak dari penerima ke
penghalang.
3) Mitigasi kebisingan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
a) keselamatan pengguna jalan yang berkaitan dengan jarak pandang dan
ketahanan konstruksi terhadap benturan;
b) kemudahan pemeliharaan, termasuk bangunan yang ada di sekitarnya, seperti
saluran drainase;
c) stabilitas konstruksi dan usia layan mencapai 15 s.d. 20 tahun;
31
d) biaya konstruksi yang tergantung pada jenis pondasi yang dibutuhkan dan
metoda konstruksi yang digunakan, perbandingan indikatif dari berbagai upaya
mitigasi
e) keindahan atau estetika lingkungan di sekitarnya
Prinsip kerja BPB
BPB bekerja dengan memberikan efek pemantulan (insulation), penyerapan
(absorption), dan pembelokkan (diffraction) jalur perambatan suara (Lihat Gambar 1).
Pemantulan dilakukan oleh dinding penghalang, penyerapan dilakukan oleh bahan
pembentuk dinding, sedangkan pembelokan dilakukan oleh ujung bagian atas
penghalang. Tingkat kebisingan yang sampai pada penerima merupakan penggabungan
antara tingkat suara sisa penyerapan, dan hasil pembelokan.
A. Penghalang dengan tanaman
1. Jenis tanaman
Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan
dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan tanah hingga
ketinggian yang diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman
penutup tanah, perdu, dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek
penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan adalah:
1) penutup tanah (cover crops);
a. rumput;
b. leguminosae.
2) perdu;
a. bambu pringgodani (Bambusa Sp);
b. likuan-yu (Vermenia Obtusifolia);
c. anak nakal (Durante Repens);
d. soka (Ixora Sp);
e. kakaretan (Ficus Pumila);
f. sebe (Heliconia Sp);
g. teh-tehan (Durante);
3) pohon;
a. akasia (Acacia Mangium);
32
b. johar (Casia Siamea);
c. pohon-pohon yang rimbun dengan cabang rendah.
2. Dimensi
Penghalang dengan tanaman harus cukup tinggi untuk dapat memotong garis
perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima. Kedalaman (ketebalan)
tanaman serta persentase kerimbunan daun disesuaikan dengan jenis tanaman yang
digunakan untuk penghalang (Lihat Tabel 3). Sebagai contoh, ketebalan minimum
untuk menghasilkan tingkat reduksi kebisingan 3,4 dB (A) dengan menggunakan
tanaman Seba (Heliconia Sp) adalah 0,8 m.
3. Penempatan
1) Penghalang dengan tanaman sangat direkomendasikan untuk ditempatkan pada
ruang milik jalan tol, arteri, dan kolektor yang memiliki sisa lahan lebar;
2) Penghalang dengan tanaman dapat digunakan pada ruang milik jalan jalan-jalan
lokal,sepanjang ruang yang ada mencukupi untuk menempatkan penghalang secara
efektif;
- Kawasan yang diharapkan menggunakan penghalang tipe ini adalah
kawasan permukiman, perkantoran, dan kawasan-kawasan dimana interaksi
orang terjadi pada intensitas tinggi, dan daerah-daerah dengan kebutuhan
estetika tinggi;
- Penghalang kebisingan dengan tanaman ditempatkan pada posisi
sekurang-kurangnya 3 m dari tepi perkerasan tapi diluar ruang manfaat jalan.
4. Efektifitas pengurangan kebisingan
Secara umum, penghalang dengan tanaman diterapkan apabila tidak diperlukan
penurunan kebisingan yang terlalu besar atau dikombinasikan dengan penghalang
lain apabila dibutuhkan tingkat efektifitas pengurangan kebisingan yang besar.
b. Timbunan
1. Karakteristik
Bahan timbunan sebaiknya berupa tanah yang tidak mudah longsor dan tersedia di
lokasi.Penerapan metoda ini umumnya dikombinasikan dengan tanaman atau BPB
lainnya.Timbunan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan BPB yang
lain, seperti:
33
1) penampilan yang alamiah dan indah;
2) memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik;
3) dapat digunakan sebagai lokasi pembuangan sisa material
bangunan;
4) tidak membutuhkan proteksi untuk keselamatan;
5) biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah.
2. Penempatan
1) Pada lokasi yang memiliki luas lahan yang cukup;
2) Diberi perkuatan dan pengaman sementara.
3. Efektifitas pengurangan kebisingan
Efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan hingga 3 dB(A). Bila dikombinasikan
dengan tanaman perdu dan pohon setebal 6 sampai dengan 7 meter dapat memberikan
tingkat reduksi kebisingan 4 sampai dengan 8 dB(A).
c. Penghalang buatan
1. Tipe dan pertimbangan desain
Penghalang buatan merupakan alternatif yang dapat dikembangkan dalam usaha-
usaha mitigasi kebisingan, yang dapat terdiri dari :
1) penghalang menerus;
2) penghalang tidak menerus;
3) kombinasi menerus tidak menerus;
4) penghalang artistik;
2. Karakteristik bahan
Karakteristik kinerja bangunan peredam bising dipengaruhi oleh lokasi ,panjang dan
tinggi bangunan,sifat transmitif (daya hantar), reflektif (daya pantul) atau absorptif
(daya serap) dari material penyusunnya. Bahan penghalang buatan dapat dibuat
dengan menggunakan kayu, panel beton pracetak, beton ringan berongga (aerated),
panel fiber semen,panel acrylic transparan dan baja profil. Standar nilai suatu
material yang digunakan sebagai bahan penghalang kebisingan memiliki kriteria
sebagai berikut :
1) nilai standar material untuk rugi transmisi suara
34
(Transmission Loss) ditentukan dengan syarat minimal nilai STC (Sound
Transmission Class) adalah 25;
2) nilai standar material untuk penyerap suara (absorpsi )
adalah antara 0,30 – 0,60.
3. Penempatan
Jenis-jenis penghalang buatan merupakan pilihan yang sesuai untuk lokasi-
lokasi jalan tol,arteri atau yang memiliki alinyemen sempit, jembatan-
jembatan dan jalan di atas embankment. Agar bangunan peredam bising
dapat bekerja dengan baik,maka bangunan itu harus cukup tinggi dan
panjang untuk mengurangi propagasi bising ke pendengar, misalnya untuk
rumah yang ada di permukaan yang jauh lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan maka pembangunan peredam bising perlu dibangun lebih
tinggi. Peredam bising menjadi tidak efektif apabila rumah yang dilindungi
berada diatas bukit yang lebih tinggi dari dinding peredam itu sendiri.
Tinggi dan lokasi bangunan peredam bising relatif terhadap jalan raya
adalah penting dalam pertimbangan desain, pada jarak yang tetap terhadap
sumber bising pertambahan tinggi bangunan akan meningkatkan
kemampuan redamannya. Untuk tinggi bangunan bising yang konstan,
pemindahan bangunan peredam bising mendekat pada sumber atau pada
pendengar akan meningkatkan kemampuan redamannya. Pada prakteknya
pembangunan peredam bising adalah penting untuk memanfaatkan kondisi
di lapangan, misalnya dengan membangun peredam bising pada permukaan
tanah yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan.
5. MAKANAN di SEKOLAH
Perundangan yang Mengatur Hiegenis Sanitasi Makanan
Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi
Jasaboga.
• Kepmen 715/03 mengatur:
– Ketentuan umum
35
– Penggolongan
– Laik Higiene Sanitasi
– Persaratan Higiene Sanitasi
– Pembinaan Pengawasan
– Sanksi.
• Instruksi Menteri Tenaga Kerja no : INST. 03/M/BW/99
Persyaratan Hygiene Sanitasi
Pasal 8 : Lokasi dan bangunan jasaboga harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini.
Pasal 9 :
(1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus
memenuhi Persyaratan Hygiene Sanitasi pengolahan, enyimpanan
dan pengangkutan.
(2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus
memenuhi persyaratan teknis pengolahan makanan.
(3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian
makanan harus tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
secara langsung atau tidak langsung.
(4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi
persyaratan Hygiene Sanitasi penyimpanan makanan.
(5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis
Hygiene Sanitasi Pengangkutan makanan.
V.b. Bahan Pencemar Makanan
• Kuman Pathogen:
– Bakteria, cacing, protozoa, jamur, virus, prions, dan racun dari
organisme tsb.
• Bahan kimiawi berbahaya:
– Marine toxin, Mushroom toxin
– Heavy metals (logam berat)
– Pestisida: herbisi dan fungisida
– Bahan pengawet dan aditif (tambahan).
36
• Residu obat-obatan untuk hewan:
– Antibiotik, hormon pemacu pertumbuhan.
• Kontaminan Fisik:
– Bahan alami, buatan, atau bagian tubuh seperti rambut, dll.
• Bahan radioaktif.
• Bahan pembungkus: Plastik, metal, lilin.
• Bahan lainnya: bagian tubuh hewan, bahan pembersih.
IV.c. Cara Mengatasi Makanan Yang Tidak Sehat
• Penyehatan Makanan
Upaya untuk mengendalikan faktor-faktor tempat, peralatan, orang dan makanan
yang mungkin menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan.
• Empat aspek penting penyehatan:
1. Kontaminasi
Kontaminasi atau pencemaran makanan adalah masuknya zat asing ke dalam
makanan yang tidak dikehendaki yang dapat digolongkan empat macam:
a) Mikroba dan Parasit : bakteri, jamur, cacing, dll.
a) Bahan fisik : rambut, debu, tanah, kotoran, dll;
b) Bahan Kimiawi : pupuk, pestisida, merkuri,
cadmium,arsen,HCN, dll
c) Bahan radioaktif .
• Terjadinya pencemaran:
a) Langsung
b) Pencemaran silang.
2. Keracunan;
• Timbulnya penyakit atau gejala klinis akibat mengkonsumsi
makanan;
• Keracunan Makanan dapat terjadi karena:
a) Makanan beracun secara alami: jamur beracun, ikan buntel,
ketela hijau, dll;
b) Infeksi mikroba: kholera, diare, disentri;
c) Racun/toksin mikroba: staphylococcus, closteridium,
37
aflatoxin; asam bongkrek;
d) Bahan kimiawi berbahaya: residu pestisida, merkuri,
kadmium, dll
e) Allergi: udang, tongkol, bumbu masak.
3. Pembusukan;
• Adalah perubahan komposisi, sebagian atau keseluruhan, akibat
pematangan alami atau pencemaran.
• Pembusukan dapat terjadi karena:
a) Faktor fisik, kekurangan air, benturan atau tekanan,
gangguan serangga atau hewan;
b) Enzim: amilase, lipase dan protease;
c) Mikroba: bakteri atau cendawan yang tumbuh dalam
makanan.
4. Pemalsuan.
•Menurunkan mutu secara sengaja dengan mengganti, menambah
atau mengurangi bahan tertentu.
• Zat warna: rhodamine B, sunset yellow, wantex;
• Bahan pemanis, siklamat, sakarin;
• Bahan pengawet atau pengental dalam jumlah berlebihan: asam
benzoat, asam sitrat, soda kue, formalin, borax, pestisida;
• Bahan pengganti: saus tomat dengan papaya, daging sapi dengan
daging babi;
• Label yang tidak sesuai: susu bayi pengganti ASI, dll
• Pemilihan Makanan
– Makanan dibagi tiga jenis, bahan mentah, makanan terolah,
makanan siap santap.
– Pemilihan daging: sapi, kambing, babi, kerbau,unggas. Bahaya
kontaminasi:
a) Staphylococcus aureus: sapi, kerbau, kambing;
b) Taenia saginata: daging babi;
c) Salmonella: ayam dan unggas;
38
d) Anthrax pada hewan yang sakit.
i. Daging segar: mengkilat, tidak busuk, elastis, tidak lengket.
ii. Ikan segar: insang merah segar, sisik lekat, kulit terang tidak busuk,
mata jernih.
iii. Prioritas: ikan hidup, disimpan dalam suhu kurang dari 4 C, ikan
bersih yang dibekukan.
iv. Ikan asin: bebas racun serangga, kering dan tidak busuk;
v. Bahaya Ikan: Vibrio p-hemolyticus, Histamin (tongkol, udang),
Coli pathogen (ikan pemakan tinja), Residu pestisida atau larva
serangga (ikan asin).
vi. Telur: Bersih dan terang, tidak pecah, tidak ada noda, dikocok tidak
kopyor;
vii. Susu segar: Putih dan kental, tidak menggumpal, menempel
didinding gelas, bebas dari kotoran fisik. Bahaya susu: TBC,
Staphylococcus, Palsu.
viii. Makanan Olahan Pabrik: Tidak kedaluwarsa, terdaftar di Depkes
(ML,MD),Kemasan baik (tidak rusak atau kembung). Label jelas.
Bahaya makanan kaleng: Closteridium Bottulinum, logam berat
(Pb, Cd)
Penyimpanan Makanan
1. Suhu:
Freezing: 0 sd - 18 Celcius Safe
Cooling: 1 – 4 Celcius Safe
Suhu Ruangan 5 – 63 C Bahaya
Suhu panas 65 C keatas Safe.
Bakteri thd. Panas:
Rentan panas: mati pada sushu 60 C 10 menit;
Tahan panas: mati dengan 100 C 10 menit.
Racun bakteri: rentan panas ada juga yang tahan panas.
Prinsip penyimpanan: cegah kontaminasi silang, yang berbau tajam
dibungkus, tidak terlalu penuh/padat, First In First Out (FIFO).
39
Cara pengolahan makanan yang sehat
- Pengolahan Makanan
Tempat: ventilasi, lantai dan dinding bersih, meja peracikan,
penangkap asap, bebas lalat dan tikus (rat and fly proof).
Rancangan menu (sebaiknya oleh canteen committee);
- Peralatan Masak: Bahan tidak menimbulkan keracunan
(Cd,Pb,As,Cu), jangan campur aduk. Alat (utensils) bersih dan kotor
jangan tercampur
- Rak penyimpanan: makanan tidak menempel ke dinding (15 cm);
- Peralatan pencucian: panas dan dingin;
- PM pakai APD: clemek, sarung tangan, masker, penutup kepala;
- Sortasi makanan mentah sebelum di proses;
- Prioritas memasak: dahulukan yang tahan lama kemudian yang rawan
(kaldu, kuah, dll);
- Makanan yang matang harus dicegah dari kontaminasi.
- Penyimpanan Makanan Masak
Pertumbuhan bakteri terhambat pada suhu dibawah 5 C atau diatas
60 C;Wadah terpisah dan berventilasi;
Makanan kering (gorengan) 25 – 30 C; makanan basah diatas 60 C,
makanan basah yang masih lama disajikan dibawah 10 C.
Waktu tunggu kurang dari 4 jam !
Makanan yang disajikan panas suhunya harus tetap diatas 60 C.
Makanan yang disajikan dingin suhunya tetap dibawah 10 C.
Pengangkutan Makanan
Pengangkutan:
Tidak tercampur bahan berbahaya;
Kenderaan tidak digunakan untuk angkutan orang dan hewan;
Kenderaan bersih;
Jangan gunakan kenderaan pengangkut bahan kimiawi atau
pestisida;
Jaga jangan tertumpuk atau terinjak.
40
Bila dapat gunakan alat angkut yang bependingin.
Penyajian Makanan
Uji organoleptik: melihat, meraba, mencium, mendengar,
mencicipi.
Uji biologis: memakan secara sempurna dan tunggu 2 jam tanpa
tanda-tanda klinis sakit.
Uji laboratorium: mengetahui tingkat pencemaran.
Cara penyajian: table service, ala carte, lunch box, buffet, wrap food, fast
food, self service, lesehan.
Safety sample: 2 x 24 jam. Simpan di freezer. Kantong plastik
steril.
Pemantauan FB Illnesses oleh CDC-US
6. SANITASI
Pengelompokan Limbah
1. Berdasarkan Jenis Senyawa
- Limbah Organik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala
limbah yang mengandung unsure karbon (C), sehingga meliputi limbah
dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan,
dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastic,dan karet. Namun, secara
teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organic sebagai limbah
yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk.
Artinya, bahan-bahan organic alami namun sulit membusuk/terurai, seperti
kertas, dan bahan organic sintetik (buatan) yang juga sulit
membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk dalam limbah
organic. Hal ini berlaku terutama ketika orang memisahkan limbah padat
(sampah) di tempat pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan
limbah.
41
- Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah organik meliputi limbah-
limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya
besi dari mobil bekas atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas
atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang
mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak
memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.
limbah anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak dapat
atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai.
Dalam hal ini, bahan organik seperti plastic, kertas, dan karet juga
dikelompokkan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit
diurai oleh mikroorganisme sebab unsure karbonnya membentuk rantai
kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
2. Berdasarkan Wujud
- Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujudcairan,
berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur
(tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair diklasifikasikan
menjadi empat kelompok yaitu :
a. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah
cair hasil buangan dari rumahtangga, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air
sabun, tinja
b. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari
industry pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan
dari industry tekstil
c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu
limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki
saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah
atau melalui luapan dari permukaan.
42
d. Air Hujan (stromwater), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air
hujan di atas permukaan tanah
- Limbah Padat
- Limbah Gas
1. Toilet sekolah yang tidak memilki septic tank
Excreta manusia akan mengalami proses biologis yang mengakibatkan
dekomposisi atau penguraian bahan dengan bantuan mikroba. Dari hasil peruraian
tersebut akan dihasilkan produk uap air dan gas-gas seperti gas metana (CH4) dan
karbondioksida (CO2) serta gas lain dalam jumlah relatif sedikit seperti gas hidrogen
sulfida (H2S) atau amoniak (NH3). Gas metana merupakan suatu senyawa hidrokarbon
fraksi ringan yang memiliki sifat mudah terbakar. Dalam jumlah kecil gas-gas yang
dihasilkan tidak akan mengakibatkan bahaya kecuali penyebaran bau tidak enak dari
keberadaan gas H2S dan NH3.
Toliet yang tidak memiliki septic tank dan limbah cair yang dihasilkan dialirkan
ke rawa-rawa akan menimbulkan dampak bagui kesehatan, antara lain:
- Kontaminasi sumber air oleh E. coli dan berbagai bakteri patogen lainnya
- Memudahkan penularan penyakit melalui air, seperti tifus, paratifus, kolera,
disentri dan Hepatitis A.
- Memperberat pencemaran air
2. Pembuangan limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan sebaiknya ditampung di dalam septic tank dan limbah
yang ada di septic tank dapat dilakukan proses pengolahan limbah selanjutnya.
Syarat-syarat septic tank yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2398 tahun 2002 mengenai
perencanaan septic tank dengan sistem resapan :
- bangunan tangki harus kuat, tahan terhadap asam, dan kedap air. Artinya,
tidak boleh ada rembesan yang keluar dari tangki.
- bahan yang diizinkan untuk membuat penutup dan pipa penyalur air limbah
adalah batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang,
PVC, keramik, pelat besi, plastik, dan besi.
43
- jarak septic tank dan bidang resapan ke bangunan adalah 1,5 m. Sedangkan
jarak ke sumur air bersih adalah 10 m dan 5 m untuk sumur resapan air
hujan.
- dimensi dari septic tank disesuaikan dengan jumlah penghuni dari rumah
tangga masing-masing. Semisal, untuk rumah satu KK (kepala keluarga)
dengan lima jiwa, septic tank terdiri dari ruang basah seluas 1,2 m3; ruang
lumpur 0,45 m3; dan ruang ambang bebas 0,4 m3 dengan panjang 1,6 m;
lebar 0,8 m; dan tinggi 1,6 m.
- periode pengurasan bagi tangki itu adalah tiga tahun.
- Adanya bak pembagi yang akan memisahkan antara air buangan dengan tinja
yang ada. Tinja tersebut akan mengendap pada tangki, sedangkan air kotor
akan melalui bidang resapan yang berfungsi untuk menyaring air buangan
tersebut tanpa membuangnya ke saluran pembuangan. Air buangan akan
melewati bidang resapan sehingga dengan sendirinya setelah melewati proses
akan meresap ke tanah.
- Bidang resapan merupakan fasilitas yang terdiri dari pipa yang ditanam di
dalam tanah. Pipa itu telah dilubangi sebagai sarana untuk mengeluarkan air.
Namun, di sekeliling pipa tersebut terdapat ijuk dan brangkal yang berfungsi
sebagai penyaring. Ketika air kotor itu keluar dari pipa bidang resapan, air
tersebut dipastikan terlebih dahulu melewati ijuk dan brangkal.
- Air kotor tidak dibuang langsung ke saluran pembuangan, melainkan
meresap ke tanah melalui bidang resapan. Air yang meresap itu tentunya
tidak menjadi pencemar karena air itu telah melalui proses penyaringan
terlebih dahulu.
3. Pengelolaan limbah cair
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen,
dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di
alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
a. Pengolahan Awal (Pretreatment)
44
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan
yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and
storage, serta oil separation.
b. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
c. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan
yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological
contactor, serta anaerobic contactor and filter.
d. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
e. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.
4. Pengelolaan air sungai dan rawa yang sudah tercemar agar layak dikonsumsi
a. Pengolahan secara alamiahdalam bentuk penyimpanan atau pengendapan
secara alami
b. Pengolahan air dengan menyaring
c. Pengolahan air dengan menambah zat kimia yang bertujuan:
- Mempercepat koagulasi.
45
- Membunuh dari mikroorganisme yang merugikan (patogen,
penghasil racun dll).
d. Pengolahan air dengan mengalirkan udara aerasi .Tujuan:
- Menghilangkan rasa, bau yang tidak enak.
- Menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan (CO2,metyhane
H2S).
- Menaikkan pH air.
e. Pengolahan air dengan pemanasan membunuh kuman-kuman
dalam air.
5. Standar pembuangan dan pengolahan sampah padat
Setiap hari manusia menghasilkan sampah, baik sampah rumah tangga maupun
sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Sampah jika tidak dikelola
dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah
yang menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat
mengganggu kesehatan serta estetika lingkungan karena terkontaminasi pemandangan
tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung.
Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat
sampah rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di rumah-rumah :
a. Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik dalam wadah
plastik.
b. Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin, dan lain
sebagainya.
c. Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung, tikus,
kucing, semut, dan lain-lain
d. Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah
berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga memudahkan
tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan biarkan pemulung mengobrak-
abrik sampah yang sudah dibungkus rapi.
e. Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah dijangkau
petugas kebersihan.
46
Timbunan Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Pemindahan dan pengangkutan
Pemanfaatan
Pembuangan akhir sampah
f. Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat mengganggu
kenyamanan dan kesehatan orang lain.
Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah meliputi kegiatan
pewadahan sampai dengan pembuangan akhir. Operasional bersifat integral dan terpadu,
karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi. Di
dalam pengelolaan sampah harus diperhitungkan tenaga, alat-alat dan biaya. Pengelolaan
sampah ini sangat penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah pada
suatu daerah. Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan teknik sampah
perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah,
pengelolaan sampah dan pembuangan akhir sampah. Teknik pengelolaan persampahan
secara perasional dapat dilihat pada skema di bawah ini :
Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-13-1990-F
adalah sebagai berikut:
47
a. Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
b. Jenis tanah kedap air
c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian
d. Dapat dipakai minimal 5-10 tahun
e. Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air
f. Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km
g. Daerah yang bebas banjir
Pengolahan Sampah Padat
a. Pengolahan Pendahuluan
Pada prinsipnya menyiapkan bahan masukan sampah padat yang akan diolah,
sehingga seusai dengan karakteristik dengan teknologi pengolahannya, meliputi
pemisahan sampah padat dan pengecilan ukuran sampah padat.
b. Pemisahan
Memisahkan beberapa komponen dari sampah yang sesuai dengan karakteristik yang
dikehendaki, maka bahan-bahan yang terpakai dan tidak terpakai akan terpisah
sehingga efektifitas dan efisiensi. Teknik yang dapat digunakan dari yang sederhana
(hand sorting), screening, magnetik hingga secara elektronik.
c. Pengecilan ukuran
Memperkecil ukuran sampah sehingga menjadi efisien dalam pengolahan secara
pembakaran dan pengkomposan. Alat yang digunakan umumnya penggiling godam
(hammermill), pencacah (shredder), gerinda (grinder), pemipis (pulverizer).
Pengolahan sampah lanjutan
Untuk membuang dan memusnahkan sampah agar tidak menumpuk dan
berceceran di berbagai tempat yang akan menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan sebenarnya, meliputi:
a. Penumpukan (dumping)
Merupakan metode paling sederhana dan sering dipakai di negara berkembang.
Biasanya dimanfaatkan untuk menutup lekukan tanah, rawa, jurang. Sampah
hanya dibuang dan ditumpuk tanpa lapisan penutupan. Ada dua macam yaitu open
48
dumping (penumpukan terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut). Metode
ini banyak menimbulkan masalah pencemaran.
b. Pengkomposan (composting)
Cara pemusnahan sampah dengan jalan memanfaatkan proses dekomposisi zat
organik oleh mikroorganisme pembusuk, pada kondisi tertentu dalam waktu
tertentu yang pada akhirnya menghasilkan bahan berupa kompos/pupuk.
Pemusnahan sampah dengan cara ini sangat cocok untuk sampah organik.
Pengkomposan dapat dilakukan secara tradisional yaitu penumpukan sampah
dilakukan begitu saja di lahan berlubang tanpa dilakukan sortrasi terlebih dahulu,
sehingga sampah organik meupun non organik tercampur semua. Dan secara
modern yang dikenal sebagai Windrow Composting, dengan cara melakukan
sortasi, sehingga pengkomposan hanya akan dilakukan terhadap sampah organik
saja. Beberapa tindakan intervensi dilakukan terhadap sampah yang ditumpuk
sesuai dengan prinsip pembuatan kompos, yaitu kandungan air yang merata pada
seluruh bagian sampah, kandungan oksigen yang cukup, dan tidak terdapat
genangan air.
c. Pembakaran (inceneration)
Yaitu pemusnahan sampah dengan jalan membakar sampah dalam suatu tungku
pembakaran. Metode ini hanya berlaku untuk sampah padat yang dapat dibakar,
dengan alat pembakaran yang disebut insenerator. Insenerator beroperasi pada
suhu 1500-1800F dan dapat mengurangi volume sampah padat hingga 70%.
Dibandingkan dengan metode lain, insenerator memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut
Kelebihan:
1. Membutuhkan lahan relatif kecil untuk kapasitas yang cukup besar.
2. Pengolahan sampah dapat dilakukan terus menerus tanpa tergantung pada
kondisi iklim dan cuaca.
3. Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Kekurangan:
1. Membutuhkan investasi yang lebih mahal.
2. Biaya pemeliharaan yang tinggi.
49
3. Hasil pembakaran berupa residu yang harus dibuang dan gas yang berpotensi
mencemari udara.
6. Teknik Pembuangan dan Pengelolaan Tempat Sampah Akhir
Mengolah sampah dengan baik tanpa ada masalah adalah idaman setiap kota-kota
di dunia. Dengan mengelola dan mengolah sampah dengan baik maka dapat mengurangi
resiko timbulnya berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan dari sampah yang tidak
dikelola.
Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk menajemen sampah :
a. Sampah menjadi Kompos
Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun
sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.
b. Pangan dan Makanan Ternak
Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak
dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikebang biakkan. Biasanya
sampah sayur dan buah banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional berserakan di
mana-mana.
c. Landfill
Jenis ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah
di tanah yang rendah pada area yang terbuka. Metode ini sangat mengganggu estetika
lingkungan.
d. Sanitary Landfill
Mirip dengan metode landfill namun sampah tersebut ditutup tanah. Cara ini biasanya
menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal.
e. Pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah
dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
f. Incineration / Incinerator
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun
modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah
menjadi energi listrik.
50
7. Dampak open dumping bagi lingkungan
a. Perkembangan vektor penyakit
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor
penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia
sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara / Container
juga merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama.
Sudah barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya.
Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembang biak di lokasi
TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak
dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah
berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat
ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA.
b. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau
tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti
permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali
terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses
pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul
sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat
bercecerannya air lindi dari bak kendaraan.
Pada instalasi pengolahan terjadi pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil
pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SOx,
NOx, hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA
secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas
seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu
komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping
efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.
51
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi
syarat teknis.
Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul
akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali
timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun
tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan
api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah
sekitarnya.
c. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah
sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.
Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang
cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup
potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lindi yang
timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya berupa rembesan
dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan
terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih
rendah.
Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum
memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lindi
yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air
permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga
mematikan biota yang ada.
d. Pencemaran Tanah
52
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin
juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan
diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi
tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk
terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
e. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan
yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini
dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah
lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan
sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari
kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang
tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di
dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan
mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan
yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi
daerah yang dilalui.
Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat
pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi
yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak
menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi
tersebut.
f. Kemacetan Lalu lintas
53
Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya
berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta
kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu
lintas.
Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer
station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat
mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk
mengantisipasinya.
Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan
akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama
berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekwensi
kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak
terutama bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum.
g. Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin,
bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu
daerah-daerah sensitif di sekitarnya.
Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk
sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin
pencacah sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu
lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA, disamping
operasi alat berat yang ada.
h. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya
pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya
tidak jarang menimbulkan sikap menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya
keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk
54
mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk
menghindarinya.
7. PENYAKIT di DESA TANJUNG SEJARO
DIARE
Cara penularan : Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
Patogenesis Diare Akut
1. Masuknya bakteri yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi)di dalam usus halus.
3. Oleh jasad tersebut dikeluarkan toksin (toksin diaregenik )
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
KOMPLIKASI
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat,Hipotonik,isotonic,atau hipertonik )
2. Syok hypovolemik
3. Hipokalemia (gejala : meteorismus, Hipotoni, Otot lemah, dan Bradikardi )
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi enzim lactose.
5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik )
7. Hipoglikemia
55
ISPA
Memasuki musim pancaroba, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA). Cuaca yang panas dan kering, menyebabkan udara yang dihirup
bercampur dengan debu, angin, kotoran dan kuman. Jika udara kotor kita hirup maka akan
masuk ke tubuh dan menimbulkan infeksi.
MALARIA
A. Penyebab Penyakit Malaria
1. Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia.
Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium.
2. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
3. Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan
kematian.
4. Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
5. Malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
6. Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
7. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
Sebab lingkungan yang kotor dengan genangan air, akan menjadi tempat sarang
perindukan nyamuk. Seperti diketahui, khusus penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit
plasmodium, yang mudah ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles. Agak berbeda dengan
demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus Dengue, sedangkan ditularkan
melalui perantaraab gigitan nyamuk Aedes agepty.
56
B. Penularan dan Penyebaran Penyakit Malaria
1. Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar
melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh
nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang
sehat yang digigit nyamuk tersebut.
2. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:
3. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.
4. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.
5. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan
pegunungan.
6. Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil.
C. Tanda-tanda penyakit malaria
1. Dimulai dengan dingin dan sering sakit kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama
15 menit sampai satu jam.
2. Dingin diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya
kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam.
3. Penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu berakhir,
penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan.
D. Bahaya penyakit malaria:
1. Rasa sakit yang ditimbulkan sangat menyiksa si penderita
2. Tubuh yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bekerja seperti biasa
3. Dapat menimbulkan kematian pada anak-anak dan bayi
4. Perkembangan otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga menyebabkan
kebodohan.
57
E. Tindakan-tindakan Pencegahan:
1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar,
menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di
rumah.
2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar
rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan
menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan
memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan
sawah secara berkala
7. Menyemprot rumah dengan DDT.
Solusi yang dapat diberikan
1. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air
1) Demam Berdarah, Perlu diketahui cara pencegahan DBD secara menyeluruh, karena
belum tentu DBD hanya berasal dari air genangan rawa-rawa dan sumur dangkal dekat
sekolah. Lagipula DBD adalah masalah warga Tanjung Sejaro keseluruhan. Adapun cara
efektif mencegah penyakit Demam Berdarah berdasarkan lingkungan yang ventilasinya
kurang baik, lingkungan rumah tidak terawat, dan perilaku yang tidak sehat:
Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik :
1. Menutup tempat penampungan air
2. Menguras bak mandi 1 minggu sekali
3. Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
4. Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab.
Lingkungan sekitar rumah tidak terawat
58
1. Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga
2. Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
3. Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau
memelihara ikan pemakan jentik
Perilaku tidak sehat
1. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
2) Malaria, Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit:Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
1. Memasang kawat kasa pada ventilasi/lubang penghawaan 2. Jauhkan kandang ternak dari rumah atau membuat kandang kolektif 3. Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
Lingkungan sekitar rumah tidak terawat
1. Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
2. Genangan air dialirkan atau ditimbun
3. Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput
4. Menebar ikan pemakan jentik
Perilaku tidak sehat
1. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
2. Tidur dalam kelambu
3. Pada malam hari berada dalam rumah
3) Penyakit Kulit
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan
seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan cara pencegahan
penyakit ini dengan cara antara lain:
Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal dua kali sehari
dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar
sinar matahari masuk.
59
Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit) ialah
sebagai berikut :
Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1. Gunakan air dari sumber yang terlindung
2. Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
Kesehatan perorangan yang buruk
1. Cuci tangan pakai sabun
2. Mandi dua kali sehari pakai sabun
3. Potong pendek kuku jari tangan
Perilaku tidak higienis
1. Peralatan tidur dijemur
2. Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
3. Sering mengganti pakaian
4. Pakaian sering dicuci
5. Buang air besar di jamban
6. Istirahat yang cukup
7. Makan makanan bergizi
Saran untuk solusi masalah udara berdebu dan berasap serta penyakit yang merupakan dampak
dari kualitas udara yang buruk ialah sebagai berikut:
1) ISPACara efektif mencegah penyakit ISPA berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut:a. Tingkat hunian rumah padat
1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau
sma dengan 8m2/jiwa
2. Plesterisasi lantai rumah
b. Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1. Memperbaiki lubang ventilasi
2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3. Menambah ventilasi buatan
c. Perilaku
1. Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
60
2. Menutup mulut bila batuk
3. Membuang ludah pada tempatnya
4. Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
5. Tidur sementara terpisah dari penderita
2) TBC
Cara efektif mencegah penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai
berikut :
a. Tingkat hunian rumah padat
1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau
sma dengan 8m2/jiwaq
2. Lantai rumah disemen
b. Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
1. Memperbaiki lubang ventilasi
2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3. Menambah ventilasi buatan
c. Perilaku
1. Menutup mulut bila batuk
2. Membuang ludah pada tempatnya
3. Jemur peralatan dapur
4. Jaga kebersihan diri
5. Istirahat yang cukup
6. Makan makan bergizi
7. Tidur terpisah dari penderita
Penyakit yang berkaitan dengan penggunaan air terkontaminasi dan pembuatan makanan
yang tidak higienis yaitu diare, penyakit gigi-mulut. Cara pencegahan penyakit diare yang
disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1. Gunakan air dari sumber terlindung
2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
61
b. Pembuangan kotoran tidak saniter
1. Buang air besar di jamban
2. Buang tinja bayi di jamban
3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun
berkelompok dengan tetangga.
c. Perilaku tidak higienis
1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
3. Minum air putih yang sudah dimasak
4. Menutup makanan dengan tudung saji
5. Cuci alat makan dengan air bersih
6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih
7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih
8. PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT
1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KESEHATAN
LINGKUNGAN
Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk kesehatan lingkungan dan kesehatan sekolah
tertuang dalam pasal 10 dan 11 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, serta
mengenai kesehatan lingkungan tertuang dalam pasal 22 UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan.
Pasal 10
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secaramenyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
Pasal 11
62
1. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dilaksanakan melalui kegiatan :
a. kesehatan keluarga;
b. perbaikan gizi;
c. pengamanan makanan dan minuman;
d. kesehatan lingkungan;
e. kesehatan kerja;
f. kesehatan jiwa;
g. pemberantasan penyakit;
h. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;
i. penyuluhan kesehatan masyarakat;
j. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan;
k. pengamanan zat adiktif;
l. kesehatan sekolah;
m. kesehatan olah raga;
n. pengobatan tradisional;
o. kesehatan matra;
2. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didukung
oleh sumber daya kesehatan.
Pasal 22
1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat.
2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman,
lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.
3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat,
limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan
penyehatan atau pengamanan lainnya.
4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan
lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.
63
5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat 4) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
A. Kebijakan dalam penyelenggaraan sanitasi dan higiene sekolah sejalan dengan kebijakan
program Lingkungan Sehat, Kepmenkes Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan di sekolah, kebijakan Nasional Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat dan Kepmenkes
Nomor 582/Menkes/SK/IX/2009 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).
1. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 715/menkes/sk/v/2003 tentang
persyaratan hygiene sanitasi jasaboga.
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
(1) Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan
makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
(2) Pengolahan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau
makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan.
(3) Bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak, termasuk bahan tambahan
makanan dan bahan penolong.
(4) Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang,
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.
(5) Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah jasaboga yang langsung
disajikan.
(6) Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis kesehatan
64
yang ditetapkan terhadap produk jasaboga dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan
bakteriologis, kimia dan fisika.
(7) Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian.
(8) Pengujian adalah pemeriksaan dan analisa yang dilakukan di laboratorium
terhadap contoh-contoh makanan dan specimen.
Pasal 5
(1) Tenaga penjamin makanan yang bekerja pada usaha jasaboga harus berbadan
sehat dan tidak menderita penyakit menular.
(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan
pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2(dua) kali dalam satu
tahun.
(3) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.
(4) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperoleh dari
institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 9
(1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus memenuhi Persyaratan Hygiene
Sanitasi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan.
(2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus memenuhi
persyaratan teknis pengolahan makanan.
(3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian makanan harus
tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan secara langsung atau tidak
langsung.
(4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi persyaratan
Hygiene Sanitasi penyimpanan makanan.
(5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis Hygiene Sanitasi
Pengangkutan makanan
65
(6) Ketentuan persyaratan Hygiene Sanitasi pengolahan, peralatan, penyimpanan
dan pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat(2), ayat(3), ayat(4) dan
ayat(5) tercantum dalam Lampiran III.
2. MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI
TENAGA KERJA NOMOR : KEP–51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS
FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA.
Pasal 1
3. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor tempat
kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu.
10.Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
Inventarisasi Peraturan dan Perundangan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah yang Berada
Dalam Kasus
1. Pembuangan limbah dan pembuangan tinja
a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
c. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang
d. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
e. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
f. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun
g. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air
h. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak lingkungan
(BAPEDAL)
i. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996 tentang jenis
usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
j. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996) tentang baku
tingkat kebauan
66
2. kebersihan makanan dan jasa boga
a. Permenkes No. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang jasaboga
b. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan hygien sanitasi
makanan jajanan
c. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana produksi
pangan industri rumah tangga (IRT)
d. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
3. tingkat pencemaran udara
a. PP No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemran udara
b. Peraturan Gubernur Sumsel No. 17 tahun 2005
67