lap kel 4 tut c

97
SKENARIO KESEHATAN LINGKUNGAN BLOK 20 Sebuah sekolah SMP terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di Desa Tanjung Sejaro. Komunitas di sini terdiri atas para murid sekitar 500 orang, para guru 25 orang dan pegawai lokal 10 orang. Halaman sekolah cukup luas dan banyak pepohonan, menghadap ke jalan raya yang sibuk. Selain ruang kelas dan kantor, ada juga fasilitas toilet, kantin dan mushola. Bangunan sekolah terdiri atas setengah beton, bagian atas dari papan dengan atap dari asbes. Bangunan ini relatif agak tua dan kurang terawat, di beberapa bagian bahkan terlihat bocor. Sumber air untuk kantin, toilet dan mushola adalah sumur dangkal (surface well), namun jarang sekali kering karena dekat dengan rawa- rawa dengan air tergenang sepanjang tahun. Sekitar 300 meter di belakang desa ada Sungai Ogan yang merupakan sumber air utama bagi seluruh penduduk desa. Namun ada juga penduduk yang menggunakan sumber air rawa atau sumur yang ada di dekat rawa. Atas saran dari guru biologi, sumur yang ada di sekolah diperiksa airnya di laboratorium di Palembang dan hasilnya seperti terlampir (Lampiran1). Seperti halnya di berbagai wilayah Sumatera, pada musim kemarau sering terjadi kebakaran hutan; udara penuh dengan asap 1

Upload: novia-winardi

Post on 16-Feb-2015

77 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

vfg

TRANSCRIPT

SKENARIO KESEHATAN LINGKUNGAN

BLOK 20

Sebuah sekolah SMP terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di

Desa Tanjung Sejaro. Komunitas di sini terdiri atas para murid sekitar 500 orang, para guru 25

orang dan pegawai lokal 10 orang. Halaman sekolah cukup luas dan banyak pepohonan,

menghadap ke jalan raya yang sibuk. Selain ruang kelas dan kantor, ada juga fasilitas toilet,

kantin dan mushola.

Bangunan sekolah terdiri atas setengah beton, bagian atas dari papan dengan atap dari

asbes. Bangunan ini relatif agak tua dan kurang terawat, di beberapa bagian bahkan terlihat

bocor. Sumber air untuk kantin, toilet dan mushola adalah sumur dangkal (surface well), namun

jarang sekali kering karena dekat dengan rawa-rawa dengan air tergenang sepanjang tahun.

Sekitar 300 meter di belakang desa ada Sungai Ogan yang merupakan sumber air utama bagi

seluruh penduduk desa. Namun ada juga penduduk yang menggunakan sumber air rawa atau

sumur yang ada di dekat rawa. Atas saran dari guru biologi, sumur yang ada di sekolah diperiksa

airnya di laboratorium di Palembang dan hasilnya seperti terlampir (Lampiran1).

Seperti halnya di berbagai wilayah Sumatera, pada musim kemarau sering terjadi

kebakaran hutan; udara penuh dengan asap selama beberapa hari bahkan berminggu-minggu.

Namun untuk desa ini, masalah kualitas udara bertambah karena asap buangan kendaraan yang

lalu lalang siang dan malam. Karena banyaknya debu, kepala sekolah meminta agar meja di

kantor dan di kelas dibersihkan dan disapu setiap hari. Atas inisiatif kepala sekolah, pernah

dilakukan pengukuran kualitas udara oleh BTKL Sumsel dan hasilnya seperti terlampir

(Lampiran 2).

Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah kebisingan dari bunyi klakson dan sirine

kendaraan yang kadang-kadang amat menggangu proses belajar mengajar. Menurut hasil survei

dari Biro Lingkungan OI, intensitas kebisingan di lokasi sekolah ini seperti tercantum dalam

Lampiran 3.

1

Kantin dikelola penjaga sekolah, dan beberapa makanan juga berasal ari titipan para

tetangga untuk dijual. Hal ini karena isteri penjaga sekolah agak tidak sehat, jadi kurang mampu

memasak semua jenis makanan untuk dijual. Istri penjaga sekolah seringkali demam dan sakit

perut. Pernah berobat ke puskesmas dan sembuh tapi kembali sakit.

Guru Biologi dari sekolah ini selalu menasehatkan agar pengelolaan sampah dan limbah

dilakukan secara higienis agar tidak mengancam kesehatan. Namun penilik sekolah menemukan

bahwa toilet tidak memiliki septic tank dan limbah cairnya dialirkan ke selokan dan berakhir di

rawa-rawa. Sampah padat dan sapah rumah tangga (kantin), dibuang bersama sampah seupa dari

desa yang dikumpulkan oleh petugas. Namun, wadah penampungan sementara tidak terutup

sehingga mengundang bau dan lalat.

Kepala Sekolah melarang dengan keras para siswa bermain dekat jalanan dan untuk itu

telah ditugaskan penjaga tersendiri. Namun pada saat datang dan pulang sekolah, jalanan jadi

macet dan lalu lintas semerawut. Bahkan, sudah sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang

melibatkan para siswa dan keluarga yang antar-jemput.

Dokter puskesmas beberapa kali datang ke sekolah untuk memberikan ceramah dan

nasehat. Dari data di Puskesmas, pnyakit terbanyak desa Tanjung Sejaro adalah ISPA, Diare,

Malaria, DHF, Tuberculosis, Penyakit kulit dan gigi-mulut. Namun nasehat yang diberikan

dokter dalam penyeluhannya besifat generik, belum disesuaikan dengan kebutuhan riil di sekolah

ini.

2

LAMPIRAN 1

1. Hasil Pengujian Kualitas Air

Parameter: Hasil Uji

Zat pada terlarut 3000 mg/L

Kekeruhan 24 NTU

pH 6,8

Mercury (Hg) ttd

Arsenic (As) 0,10 mg/L

Iron (Fe) 2,0 mg/L

Manganese (Mn) 1,0 mg/L

Lead (Pb) 0,10 mg/L

Detergen 0,2 mg/L

Pestisida total 0,1 mg/L

Zat Organik 5 mg/L

Coliform per 100 cc 100

Ttd = tidak terdeteksi.

3

LAMPIRAN 2

2. Kualitas Udara

Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji

SO2 24 jam 500 micrgr/M3

CO2 24 jam 30000 micrgr/M3

Nox 24 jam 200 micrgr/M3

O3 1 jam 200 micrgr/M3

Hidrocarbon 3 jam 100 micrgr/M3

Total Suspended Particulate (TSP) 24 jam 500 micrgr/M3

Pb 24 jam 5 micrgr/M3

LAMPIRAN 3

3. Kebisingan

Waktu pengukuran Lokasi Hasil pengukuran

Pagi Halaman sekolah 65 dBA

Siang Halaman sekolah 60 dBA

Sore Halaman sekolah 55 dBA

4

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Komunitas : Sekelompok individu yang mendiami suatu tempat yang terbatas

2. Asbes : Serat-serat mineral yang terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimia

yang berbeda dan jika terisap mengendap di paru.

3. Surface well : Sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang ke dalamnnnya < 5-

15 meter

4. Air rawa: Lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus menerus atau musiman

akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimia dan

biologis.

5. Kualitas udara : Salah satu keilmuan yang berfokus pada mutu udara

6. Debu : Partikel padat kecil dengan diameter <500 mikron

7. Kebisingan : Zona B (tempat pendidikan) tingkat kebisingan= 44-55 db

8. Demam : Peningkatan suhu tubuh di atas normal (>37,2°C)

9. Sakit perut : Sensasi tidak menyenangkan di area abdomen

10. Higienis : Bebas dari agen infeksi (bersifat individu)

11. Septic tank: Tempat penampungan sementara dari toilet

12. Limbah cair : Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik indusrti maupun

domestik (rumah tangga)yang bersifat cair

13. Sampah padat : Suatu benda atau zat padat yang tidak digunakan lagi

14. Sampah rumah tangga : Sampah hasil kegiatan rumah tangga

15. ISPA : Infeksi saluran nafas akut yang berlangsung < 14 hari

16. Diare : BAB > 3 kali, konsistensinya cair, dengan atau tanpa darah

17. Malaria : Penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui

nyamuk anopheles

18. DHF : Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

19. Tuberculosis : Infeksi saluran pernapasan bawah kronik yang disebabkan oleh bakteri

TBC

20. Penyuluhan bersifat generik : Penyuluhan kesehatan yang masih bersifat umum

5

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Sebuah SMP di jalan lintas Sumatera OI memiliki bangunan setengah beton, bagian atas

dari papan dengan atap dari asbes, bangunan relatif agak tua, kurang terawat dan terlihat

bocor

2. Sumber air SMP tersebut berasal dari sumur dangkal yang jarang kering dan dekat

dengan rawa-rawa serta sumber air penduduk juga berasal dari sungai ogan, sumur serta

air rawa.

3. Kualitas udara di lingkungan SMP dicemari oleh asap akibat kebakaran hutan dan

diperburuk oleh asap buangan kendaraan yang hasil pengujian kualitas udara telampir

4. Kebisingan dari bunyi klakson dan siirine kendaraan kadang amat mengganggu proses

belajar, yang hasil pengukuran intensitas kebisingan terlampir

5. Makanan di kantin sekolah dikelola oleh isteri penjaga sekolah yang sering demam dan

sakit perut srta juga tetangga sekitar

6. Toilet sekolah tidak memiliki septic tank dan limbah cairnya dialirkan ke rawa-rawa,

sedangkan sampah padatnya dikumpulkan dalam wadah penampungan sementara yang

tidak tertutup sehingga menimbulkan bau

7. Lalu lintas di sekitar sekolah sering macet, semeawut dan sering tejadi kecelakaan

8. Penyakit tebanyak di Desa Tanjung Sejaro adalah ISPA, Diare, Malaria, DHF,

Tuberculosis, Penyakit kulit dan Gigi mulut

9. Penyuluhan di sekolah masih bersifat generic, belum sesuai dengan kebutuhan rill

sekolah

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana dampak dari :

a. Struktur bangunan dan keadaan sekolah terhadap kesehatan komunitas di

sekolah tersebut ?

b. Sumber air terhadap kesehatan komunitas di desa Tanjung sejaro ?

c. Kualitas udara terhadap kesehatan komunitas di desa Tanjung sejaro ?

d. Kebisingan terhadap kesehatan komunitas di sekolah tersebut?

e. Makanan terhadap kesehatan komunitas di sekolah tersebut ?

f. Sanitasi terhadap kesehatan komunitas di desa Tanjung sejaro ?

6

g. Lalu lintas terhadap kesehatan komunitas di sekolah tersebut ?

2. Bagaimana solusi yang diberikan berkenaan dengan masalah ini ?

3. Bagaimana tindakan preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif yang bisa

dilakukan oleh puskesmas ?

4. Apa saja saran yang dapat diberikan kepada dinas kesehatan dan PEMDA

setempat untuk menyelesaikan masalah ?

5. Apa saja pelatihan yang perlu dilakukan untuk guru & pengelola sekolah serta

siswa untuk meningkatkan hgigienitas dan sanitasi di sekolah tersebut ?

6. Apa saja peraturan perundangan terkait dengan masalah ?

IV. HIPOTESIS

Rendahnya kualitas lingkungan di desa Tanjung sejaro karena kurangnya kesdaran

masyarakat, sarana dan prasarana serta promosi kesehatan dari pihak terkait.

V. SINTESIS

1. STRUKTUR DAN KEADAAN BANGUNAN SEKOLAH

Strukur dan keadaan bangunan sekolah terhadap kesehatan komunitas di SMP. Bangunan

sekolah terdiri atas setengah beton, bagian atas dari papan dengan atap dari asbes. Bangunan

relative agak tua dan kurang terawat, di beberapa bagian bahkan terlihat bocor.

Asbes

Asbes adalah bentuk serat mineral silika yang termasuk dalam kelompok serpentine

(risotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi

Mg6(OH)6(Si4O11) H2O), dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan,

termasuk:actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite,

chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-

kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut.

7

Penutup atap dari bahan asbes sangat akrab dengan masyarakat. Bahan atap asbes

mempunyai banyak keuntungan, diantaranya :

1. Bahannya ringan, tidka mudah rusak atau jebol

2. Rumah menjadi lebih sejuk karena sifat asbes yang tidak menyerap panas(dari

matahari).

3. Harganya yang cenderung lebih murah dibandingkan bahan bangunan yang lain

dan pemasangannya mudah.

4. Hampir semua toko bahan bangunan menjualnya (mudah didapatkan)

Bahan yang terbuat dari asbes untuk bangunan sering kita jumpai yaitu asbes

gelombang (digunakan untuk atap), asbes alat plat (digunakan untuk plafon atau

partisi).

Asbes dalam jangka pendek tidak terlihat secara nyata efek sampingnya terhadap

kesehatan. Namun efek jangka panjangnya ada. Mengapa asbes termasuk dalam

kategori bahan yang sangat berbahaya, karena asbes yang kita kenal terdiri dari serat-

serat yang berukuran sangat kecil, kira-kira lebih tipis dari 1/700 rambut kita, serat-

serat ini tidak menguap diudara dan tidak terlarut didalam air, jika terhirup oleh paru-

paru akan menetap disana dan bias menyebabkan berbagai macam penyakit.

Asbes dapat membahayakan tubuh kita jika ada bagian yang rusak, sehingga serat-

seratnya bisa lepas. Kondisi lain yang sangat beresiko adalah saat asbes dipotong

atau diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-serpihan berupa

8

serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru kita. Penyakit yang ditimbulkan oleh

partikel asbes ini biasanya baru timbul dalam jangka waktu antara 10 – 50 tahun

MATERIAL ALTERNATIF PENGGANTI ASBES

Terdapat beberapa jenis material bebas asbes yang mudah didapat dipasaran,

dibawah ini adalah beberapa contohnya.

1. KalsiboardTM (Serat selulosa, silika, additif, semen dan air)

2. ArdexTM(Serat sintetis, serat selulosa, zat additif, semen dan air)

3. Seng Eternit (Serat sintetis, serat selulosa, zat additif, semen dan air)

PEMBUANGAN LIMBAH ASBES

1. Jangan dicampur dengan material lain.

2. Simpan dengan wadah tertutup dan diangkut dengan truk tertutup yang

menjamin debu asbes tidak beterbangan.

3. Buang limbah di lokasi khusus yang diusahakan Buang limbah di

lokasi khusus yang diusahakan mempunyai pemisah dengan tanah dan

udara mempunyai pemisah dengan tanah dan udara (bis beton/bunker) (bis

beton/bunker). Jangan dimusnahkan dengan cara dibakar.

PENYAKIT KARENA ASBES.

1.Asbestosis.

Yaitu luka pada paru-paru hingga menyebabkan kesulitan bernapas dan dapat

mengakibatkan kematian.

2. Mesothelioma.

Adalah sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada, mesothelioma

baru muncul gejalanya setelah 20 – 30 tahun sejak pertama kali menghirup serat

asbes.

3. Kanker paru-paru.

9

Di Negara Negara maju, asbes putih digolongkan sebagai karsinogen ( bahan

penyebab kanker).

a. Lokasi di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di OI

Risiko dan dampak sebagai berikut:

Pencemaran udara penyakit pada traktus respiratorius

Kebisingan ketulian, gangguan psikis (gangguan konsentrasi)

Arus kendaraan cepat kecelakaan lalu lintas

b. Bangunan dari Asbes

Risiko dan dampak:

Debu asbes dan serat asbes dapat terinhalasi mengendap pada paru dan

mesotelium risiko untuk terkena penyakit paru (terpajan ≥15 tahun:

asbestosis dan kanker paru, serta bila terpajang >50 tahun: mesotelioma)

Nasihat/Saran ke pemerintah: Perbaiki bangunan sekolah agar mengganti atap dengan

bahan kalsiboard atau tripleks.

2. SUMBER AIR

A. SUMBER AIR DOMESTIK

1. Pengaruh sumber air domestik dari rawa-rawa yang tergenang bagi kesehatan

a. Penyebaran penyakit melalui air seperti tifus, paratifus, kolera, diare, disentri,

hepatitis A

b. Air yang tergenang dapat membahayakan kesehatan , karena dapat menimbulkan

lumut, menjadi kotor, dan menjadi tempat pertumbuhan jentik-jentik nyamuk

c. Air yang tergenang tidak memiliki daya dukung (assimilative capacity), yaitu

kemampuan air untuk membersihkan diri dari zat-zat yang terlarut di dalamnya

seperti pada air yang mengalir. Akibatnya, zat-zat terlarut yang berbahaya dari

limbah rumah tangga dan pertanian seperti deterjen, feses dan pestisida akan

10

menumpuk di air yang tergenang hingga lama-kelamaan air menjadi tidak layak

lagi untuk digunakan karena dapat membahayakan kesehatan.

2. Kriteria sumur yang baik

a. Letak sumur

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur

Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran

air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11

meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari

50 meter.

b. Sumber air

- Air permukaan : contohnya air sungai dan air rawa. Sumber air ini

mempunyai derajat pencemaran yang tinggi, disebabkan oleh perjalanan air

tersebut. Air ini akan mengandung banyak zat organic yang telah membusuk

sehingga biasanya berwarna kuning kecoklatan. Sumber air ini kurang baik

bagi kesehatan.

- Air tanah, berasal dari penyerapan air yang berada di permukaan. Air tanah

merupakan sumber air sumur, baik air tanah dangkal (15 m2) untuk sumur

dangkal dan air tanah dalam (100-300 m2) untuk sumur bor. Merupakan

sumber air yang baik untuk sumur

- Mata air

1. Kriteria sumur yang baik:

Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan masyarakat,

karena ± 45% masyarakat mempergunakan jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi

adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari

kontaminasi air kotor. Sumur sehat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut.

11

Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur

dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit) dan sumber-

sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta

kemiringan tanah.

i. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

ii. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti

kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.

Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir

sumur, serta lantai sumur.

12

Dinding sumur gali:

Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat

dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak

terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup

pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya

terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan

penguat dinding sumur.

Bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat

antara lain :

Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm, untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan

Lantai sumur gali. Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain :

Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding

sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,

bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

Saluran pembuangan air limbah. Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar

sumur menurut Entjang, dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya

sekurang-kurangnya 10 m.

 Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya

sama dengan sumur gali tanpa pompa, namun air sumur diambil dengan

mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk

terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.

Jenis-jenis sumur:

Sumur dangkal (shallow well)

Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan air hujan, terutama

pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia, dengan kelemahan utama pada mudahnya jenis sumur ini

terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegitan mandi, cuci, dan kakus.

13

Tingkat kalaman sumur dangkal ini biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari

permukaan tanah (Notoatmodjo, 2003).

Sumur Dalam (Deep Well)

Sumber air Sumur Dalam berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan

kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan sumber airnya tidak

terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi. Menurut

Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air kedua di dalam

tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan tanah.

Berikut merupakan perbedaan sumur dangkal dan sumur dalam secara umum.

No. Pembeda Sumur dangkal Sumur dalam

1.

2.

3.

4.

Sumber air

Kualitas air

Kualitas

bakteriologi

Persediaan

Air permukaan

Kurang baik

Kontaminasi

Kering pada

musim kemarau

Air tanah

Baik

Tidak

terkontaminasi

Tetap ada sepanjang

tahun

b. Dampak penggunaan sumur yang berasal dari rawa yang tercemar limbah cair dari

toilet: Penularan penyakit yang disebabkan pencemaran air:

• Typhoid Fever;

• Cholera;

• Bacterial Dysentry

• Enteritis;

• Hepatitis A;

• Poliomyelitis;

• Amoeba Dysentry;

• Giardia;

• Schistosomiasis.

14

3. Indikator kebersihan air minum

Air yang layak dikonsumsi adalah air yang memenuhi standar baku mutu. Baku

mutu air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat

dalam air dan air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Standar baku mutu air

menurut keputusan Menteri Kesehatan RI yaitu:

Pasal 4 UU no 492 tahun2010 :

15

16

17

18

Interpretasi kualitas air

Parameter Hasil Uji Normal Interpretasi

Zat padat terlarut 3000 mg/L 1000 mg/L ↑

Kekeruhan 24 NTU 5 NTU ↑ Kekeruhan

disebabkan oleh bahan

partikulat (particulate

matter) akibat kurang

baiknya proses

penjernihan atau dapat

juga karena berasal dari

air tanah. Kekeruhan yg

tinggi dapat mengurangi

efektifitas klorinasi dan

memacu pertumbuhan

bakteri.

19

pH 6,8 6,5 – 8,5 Normal

Mercury (Hg) Ttd (tidak

terdeteksi)

-

Arsenic (As) 0,10 mg/L 0,01 mg/L ↑ As umumnya

bersumber dari alam

berupa bahan galian yang

mengadung Pb, Cu dan

Au. Manifestasi

keracunan As dapat

berupa kelainan kulit, dan

bila lebih lanjut dapat

memberi kelainan

cardiovaskular, liver dan

neurologik. (contoh pada

kasus Buyat).

Iron (Fe) 2,0 mg/L 0,3 mg/L ↑

Manganese (Mn) 1,0 mg/L 0,1 mg/L ↑

Lead (Pb) 0,10 mg/L

Detergen 0,2 mg/L

Pestisida total 0,1 mg/L

Zat organik 5 mg/L

Coliform per 100

cc

100 0 ↑ E-coli merupakan

indikator yang terpercaya

akan adanya pathogens.

Jika terdapat E.coli berarti

air tsb telah

terkontaminasi tinja.

Dari hasil interpretasi di atas menunjukkan bahwa ; sumber air minum yang digunakan di

sekolah tersebut tidak sesuai dengan baku mutu air minum dan tentunya dapat beresiko bagi

kesehatan masyarakat.

20

Batasan Sumber air bersih dan aman:

a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c) tidak berasa dan berbau

d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga

e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI

Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya

suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang

dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :

1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis

2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare

3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis

4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm

5) leptospiral, contoh : Weil’s disease

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok

berdasarkan cara penularannya, meliputi :

1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan, contoh :

kolera, tifoid, disentri basiler, hepatitis viral

2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Terdapat

3 cara penularan dengan mekanisme ini :

a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak

b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma

c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis

3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan memiliki agens

penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau

intermediate host, cth: schistosomiasis

21

4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui gigian serangga

yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever

Sumber air, berdasarkan letaknya terbagi menjadi 3:

1) air angkasa (hujan)

merupakan sumber utama air di bumi. Walau saat presipitasi merupakan air paling bersih,

namun cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan

oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas. Contoh: karbondioksida, nitrogen, dan

amonia

2) air permukaan

meliputi badan-badan air, contoh : sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur

permukaan

3) air tanah

berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami

penyerapan ke dalam tanah dan mengalami filtrasi secara alamiah

Standar untuk kelayakan air minum di Indonesia :

a) Aspek fisik : suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan

b) Aspek biologis : kuman parasit, pathogen, bakteri gol. E. coli (sebagai patokan adanya

pencemaran tinja

c) Aspek kimiawi : pH, jumlah zat padat , dan bahan kimia lain

d) Aspek radioaktif : radioaktif yang mungkin ada di dalam air

Aspek fisik kualitas air :

• Color (warna): adanya warna biasanya karena pengaruh humus yang mengandung zat

besi dan Mn, jadi bisa bersumber dari alam atau karena karat dari sistim distribusi; Dapat

juga berasal dari pencemaran akibat limbah industri dan ini bisa berbahaya.

22

• Taste and odor (rasa dan bau): ini dapat berasal dari sumber alami atau biologik,

pencemaran bahan kimiawi atau side-effects dari desinfektan seperti chlorine. Bau dan

rasa dapat terjadi dari penyimpanan atau distribusi. Jadi bila ada perubahan rasa atau

warna berasal dari pencearan atau gangguan fungsi sistim distribusi atau storage.

• Suhu: suhu air minum bervariasi sesuai keinginan, namun dari sumbernya air hendaknya

bersuhu dingin. Suhu yang meningkat (sampai batas tertentu) dapat memacu

pertumbuhan mikroorganisme, dan meneyebabkan perubahan warna, rasa dan bau serta

memacu proses korosif.

• Kekeruhan (turbidity) adanya kekeruhan disebabkan oleh bahan partikulat (particulate

matter) akibat kurang baiknya proses penjernihan atau dapat juga karena berasal dari air

tanah. Turbiditas tinggi dapat mengurangi efektifitas klorinasi dan memacu pertumbuhan

bakteri.

Aspek Kimiawi Kualitas Air

• Beberapa bahan kimiawi terlarut dalam air karena proses alami bersifat essensial buat

kehidupan; beberapa bahan lainnya justru meruak kesehatan bila terdapat dgn kadar

diatas baku mutu (standar). Bebarap jenis lainnya bersifat essensial dan juga merusak

pada kadar yang tinggi.

• Bahan kimiawi ini dapat digolongkan jadi 3 golongan:

– Bahan yang memberikan efek merusak secara akut atau kronik: berbagai jenis

logam, nitrat dan sianida;

– Bahan yang bersifat genotoxic dan bersifat karsinogen, mutagen dan

menyebabkan birth defects. Contohnya bahan organik sintetik, pestisida, arsenic,

dll.;

– Bahan esensial: iodine, selenium, flouride.

23

3. KUALITAS UDARA

(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 41 TAHUN 1999

TANGGAL : 26 MEI 1999)

No. Parameter Waktu

Pengukuran

Baku Mutu Metode

Analisis

Peralatan

           

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer

  (Sulfur

Dioksida)

24 Jam 365 ug/Nm3    

    1 Thn 60 ug/Nm3    

           

2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer

  (Karbon

Monoksida)

24 Jam 10.000 ug/Nm3    

    1 Thn -    

           

3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer

  (Nitrogen

Dioksida)

24 Jam 150 ug/Nm3    

    1 Thn 100 ug/Nm3    

24

           

4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer

  (Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3    

           

5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas

  (Hidro Karbon)       Chromatogarfi

           

6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

  (Partikel < 10

um )

       

  PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

  (Partikel < 2,5

um )

1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

           

7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

  (Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3    

           

8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

  (Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif  

        Pengabuan AAS

           

25

9. Dustfall 30 hari      

  (Debu Jatuh )   10

Ton/km2/Bulan

(Pemukiman)

Gravimetric Cannister

      20

Ton/km2/Bulan

   

      (Industri)    

10 Total Fluorides

(as F)

24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau

    90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous

Analyzer

11. Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2

dari kertas

limed filter

Colourimetric Limed Filter

Paper

           

12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau

  Khlorine

Dioksida

    Electrode Countinous

Analyzer

           

13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100

cm3

Colourimetric Lead

      Dari Lead   Peroxida Candle

26

Peroksida

 

Interpretasi hasil pengukuran kualitas udara:

Parameter Waktu Pengukuran

Hasil Uji Baku Mutu Kesimpulan

SO2 24 jam 500 μg/m3 365 μg/m3 Udara telah tercemar gas SO2

CO 24 jam 30.000 μg/m3 30.000 μg/m3 Masih dalam rentang normalNOx 24 jam 200 μg/m3 150 μg/m3 Udara telah tercemar gas NOx O3 1 jam 200 μg/m3 235 μg/m3 Masih dalam rentang normalHidrocarbon 3 jam 100 μg/m3 160 μg/m3 Masih dalam rentang normalTotal Suspended Particulate (TSP) (debu)

24 jam 500 μg/m3 230 μg/m3 Udara telah tercemar debu

Pb 24 jam 5 μg/m3 2 μg/m3 Udara telah tercemar Timbal

Udara lingkungan SMP di desa Tanjung Sejaro telah tercemar oleh gas SO2, NOx, total suspended particulate (debu), dan Pb.

Sumber pencemaran udara:

Sumber dalam ruangan (indoor): bangunan (debu, asbestos)

Sumber luar ruangan (outdoor):

1. Sumber transportasi: kendaraan bermotor (SO2, NOx. Pb, hydrocarbon)

2. Kebakaran hutan

Dampak Pencemaran Udara

1. Visibilitas: kelabu (London type), cokelat (LA type)

2. Smoke + fog = smog

3. Gangguan visibilitas penting dari segi transportasi, menyebabkan rawan kecelakaan.

4. Pengaruh terhadap kesehatan

Iritasi pada mata dan hidung

27

Menurunkan prestasi kerja dan atlit

Menimbulkan atau memperberat penyakit jantung dan pernafasan, seperti asma,

bronkitis, dll.

Solusi yang Dapat Diberikan

Solusi yang dapat diberikan disesuaikan dengan sumber pencemarnya:

Sumber dalam ruangan (indoor): bangunan (debu, asbestos)

Nasihat: Gunakan bahan bangunan lain, selain abses dan bahan yang banyak memproduksi debu, seperti kalsiboard atau tripleks.

Sumber luar ruangan (outdoor):

1. Sumber transportasi: kendaraan bermotor (SO2, NOx. Pb, hydrocarbon)

Nasihat: Upayakan agar sekolah dipindahkan, tidak berada tepat di pinggir jalan raya.

2. Kebakaran hutan

Nasihat: Upayakan membuat hujan buatan agar mengurangi kabut asap.

4. KEBISINGAN

Dampak kebisingan bagi kesehatan

a. Fisiologis : Peningakatan tekanan darah ,peningkatan nadi, peningkatan

metabolisme basal dan kehilangan keseimbangan.

b. Psikologis : rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, gangguan tidur.

c. Jangka panjang dapat menimbulkan ketulian

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996

TANGGAL 25 NOPEMBER 1996

BAKU TINGKAT KEBISINGAN

28

Berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Selatan, baku tingkat kebisingan yaitu:

Untuk daerah sekolah, tingkat kebisingan menurut baku tingkat kebisingan di

provinsi sumatera selatan adalah 55 dB.

Hasil pengukuran di SMP Tanjung Sejaro

a. Pagi : 65 dBA (terjadi peningkatan)

b. Siang : 60 dBA ((terjadi peningkatan)

c. Sore : 55 dBA (normal)

29

Wajar apabila tingkat kebisingan ini lambat laun dapat menyebabkan tuli sensorineural

pada siswa SMP Tanjung Sejaro.

Penanganan kebisingan

a. Penanganan Kebisingan pada sumber

Penanganan kebisingan pada sumber bising dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain :

1) pengaturan lalu lintas;

Pengaturan dimaksudkan untuk mengurangi volume lalu lintas kendaraan

yang lewat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan rekayasa lalu lintas,

pembangunan jalan lingkar untuk mengurangi beban jaringan jalan perkotaan,

dll. Pengaturan lalu lintas yang baik dapat mengurangi tingkat kebisingan

antara 2 s/d 5 dB(A).

2) pembatasan kendaraan berat;

Kendaraan berat memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat

kebisingan akibat lalu lintas jalan. Dengan melakukan pembatasan jenis

kendaraan berat dapat mengurangi dampak kebisingan pada kawasan sensitif

yang ada. Pembatasan kendaraan berat sebesar 10% dapat menurunkan

tingkat kebisingan hingga 3,5 dB(A). Lihat lampiran A “ graffik hubungan

kecepatan-proporsi kendaraan berat dengan kebisingan”

3) pengaturan kecepatan;

Pengaturan kecepatan lalu lintas pada rentang kecepatan 30 s/d 60 km/jam

dapat mengurangi tingkat kebisingan 1 s/d 5 dB(A), lihat Lampiran A. Pt-T-

16-2005-B

4) perbaikan kelandaian jalan;

Kelandaian jalan berpengaruh langsung terhadap tingkat kebisingan.

Pengurangan kelandaian setiap 1% dapat mengurangi tingkat kebisingan

sebesar 0,3 dB(A).

5) pemilihan jenis perkerasan jalan.

Pada kecepatan di atas 80 km/jam, penggantian perkerasan aspal beton padat

(berbutir tidak seragam) dengan perkerasan aspal terbuka (berbutir seragam)

dapat mengurangi tingkat kebisingan lalu lintas sampai 4 dB(A). Koreksi

30

tingkat kebisingan akibat penggunaan berbagai jenis perkerasan yang lain

secara relatif terhadap lapis perkerasan

b. Penanganan kebisingan pada jalur perambatan

1. Tipe, karakteristik, dan pertimbangan implementasi

1) Penanganan kebisingan pada jalur perambatan suara

umumnya dilakukan dengan pemasangan peredam bising (BPB). PB dapat berupa

penghalang alami (natural barrier) dan penghalang buatan (artificial barrier).

Penghalang alami biasanya menggunakan berbagai kombinasi tanaman dengan

gundukan (berm) tanah, sedangkan penghalang buatan dapat dibuat dari berbagai

bahan, seperti tembok, kaca, kayu, aluminium, dan bahan lainnya. Untuk

mencapai kinerja yang memadai, bahan yang digunakan sebagai penghalang

sebaiknya memiliki rasio berat-luas minimum 20 kg/m2;

2) BPB umumnya memiliki karakteristik secara teknis

sebagai berikut:

a) dapat menurunkan tingkat kebisingan antara 10 s.d 15 dB(A);

b) mampu mencapai pengurangan tingkat kebisingan sebesar 5 dB(A) apabila

cukup tinggi untuk memotong jalur perambatan gelombang suara dari sumber ke

penerima;

c) setiap penambahan 1 m ketinggian diatas jalur perambatan gelombang dapat

menurunkan tingkat kebisingan sebesar 1,5 dB(A) dengan penurunan maksimum

secara teoritis sebesar 20 dB(A);

d) BPB sebaiknya dipasang sepanjang sekitar 4 x jarak dari penerima ke

penghalang.

3) Mitigasi kebisingan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

a) keselamatan pengguna jalan yang berkaitan dengan jarak pandang dan

ketahanan konstruksi terhadap benturan;

b) kemudahan pemeliharaan, termasuk bangunan yang ada di sekitarnya, seperti

saluran drainase;

c) stabilitas konstruksi dan usia layan mencapai 15 s.d. 20 tahun;

31

d) biaya konstruksi yang tergantung pada jenis pondasi yang dibutuhkan dan

metoda konstruksi yang digunakan, perbandingan indikatif dari berbagai upaya

mitigasi

e) keindahan atau estetika lingkungan di sekitarnya

Prinsip kerja BPB

BPB bekerja dengan memberikan efek pemantulan (insulation), penyerapan

(absorption), dan pembelokkan (diffraction) jalur perambatan suara (Lihat Gambar 1).

Pemantulan dilakukan oleh dinding penghalang, penyerapan dilakukan oleh bahan

pembentuk dinding, sedangkan pembelokan dilakukan oleh ujung bagian atas

penghalang. Tingkat kebisingan yang sampai pada penerima merupakan penggabungan

antara tingkat suara sisa penyerapan, dan hasil pembelokan.

A. Penghalang dengan tanaman

1. Jenis tanaman

Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan

dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan tanah hingga

ketinggian yang diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman

penutup tanah, perdu, dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek

penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan adalah:

1) penutup tanah (cover crops);

a. rumput;

b. leguminosae.

2) perdu;

a. bambu pringgodani (Bambusa Sp);

b. likuan-yu (Vermenia Obtusifolia);

c. anak nakal (Durante Repens);

d. soka (Ixora Sp);

e. kakaretan (Ficus Pumila);

f. sebe (Heliconia Sp);

g. teh-tehan (Durante);

3) pohon;

a. akasia (Acacia Mangium);

32

b. johar (Casia Siamea);

c. pohon-pohon yang rimbun dengan cabang rendah.

2. Dimensi

Penghalang dengan tanaman harus cukup tinggi untuk dapat memotong garis

perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima. Kedalaman (ketebalan)

tanaman serta persentase kerimbunan daun disesuaikan dengan jenis tanaman yang

digunakan untuk penghalang (Lihat Tabel 3). Sebagai contoh, ketebalan minimum

untuk menghasilkan tingkat reduksi kebisingan 3,4 dB (A) dengan menggunakan

tanaman Seba (Heliconia Sp) adalah 0,8 m.

3. Penempatan

1) Penghalang dengan tanaman sangat direkomendasikan untuk ditempatkan pada

ruang milik jalan tol, arteri, dan kolektor yang memiliki sisa lahan lebar;

2) Penghalang dengan tanaman dapat digunakan pada ruang milik jalan jalan-jalan

lokal,sepanjang ruang yang ada mencukupi untuk menempatkan penghalang secara

efektif;

- Kawasan yang diharapkan menggunakan penghalang tipe ini adalah

kawasan permukiman, perkantoran, dan kawasan-kawasan dimana interaksi

orang terjadi pada intensitas tinggi, dan daerah-daerah dengan kebutuhan

estetika tinggi;

- Penghalang kebisingan dengan tanaman ditempatkan pada posisi

sekurang-kurangnya 3 m dari tepi perkerasan tapi diluar ruang manfaat jalan.

4. Efektifitas pengurangan kebisingan

Secara umum, penghalang dengan tanaman diterapkan apabila tidak diperlukan

penurunan kebisingan yang terlalu besar atau dikombinasikan dengan penghalang

lain apabila dibutuhkan tingkat efektifitas pengurangan kebisingan yang besar.

b. Timbunan

1. Karakteristik

Bahan timbunan sebaiknya berupa tanah yang tidak mudah longsor dan tersedia di

lokasi.Penerapan metoda ini umumnya dikombinasikan dengan tanaman atau BPB

lainnya.Timbunan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan BPB yang

lain, seperti:

33

1) penampilan yang alamiah dan indah;

2) memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik;

3) dapat digunakan sebagai lokasi pembuangan sisa material

bangunan;

4) tidak membutuhkan proteksi untuk keselamatan;

5) biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah.

2. Penempatan

1) Pada lokasi yang memiliki luas lahan yang cukup;

2) Diberi perkuatan dan pengaman sementara.

3. Efektifitas pengurangan kebisingan

Efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan hingga 3 dB(A). Bila dikombinasikan

dengan tanaman perdu dan pohon setebal 6 sampai dengan 7 meter dapat memberikan

tingkat reduksi kebisingan 4 sampai dengan 8 dB(A).

c. Penghalang buatan

1. Tipe dan pertimbangan desain

Penghalang buatan merupakan alternatif yang dapat dikembangkan dalam usaha-

usaha mitigasi kebisingan, yang dapat terdiri dari :

1) penghalang menerus;

2) penghalang tidak menerus;

3) kombinasi menerus tidak menerus;

4) penghalang artistik;

2. Karakteristik bahan

Karakteristik kinerja bangunan peredam bising dipengaruhi oleh lokasi ,panjang dan

tinggi bangunan,sifat transmitif (daya hantar), reflektif (daya pantul) atau absorptif

(daya serap) dari material penyusunnya. Bahan penghalang buatan dapat dibuat

dengan menggunakan kayu, panel beton pracetak, beton ringan berongga (aerated),

panel fiber semen,panel acrylic transparan dan baja profil. Standar nilai suatu

material yang digunakan sebagai bahan penghalang kebisingan memiliki kriteria

sebagai berikut :

1) nilai standar material untuk rugi transmisi suara

34

(Transmission Loss) ditentukan dengan syarat minimal nilai STC (Sound

Transmission Class) adalah 25;

2) nilai standar material untuk penyerap suara (absorpsi )

adalah antara 0,30 – 0,60.

3. Penempatan

Jenis-jenis penghalang buatan merupakan pilihan yang sesuai untuk lokasi-

lokasi jalan tol,arteri atau yang memiliki alinyemen sempit, jembatan-

jembatan dan jalan di atas embankment. Agar bangunan peredam bising

dapat bekerja dengan baik,maka bangunan itu harus cukup tinggi dan

panjang untuk mengurangi propagasi bising ke pendengar, misalnya untuk

rumah yang ada di permukaan yang jauh lebih tinggi dari permukaan

perkerasan jalan maka pembangunan peredam bising perlu dibangun lebih

tinggi. Peredam bising menjadi tidak efektif apabila rumah yang dilindungi

berada diatas bukit yang lebih tinggi dari dinding peredam itu sendiri.

Tinggi dan lokasi bangunan peredam bising relatif terhadap jalan raya

adalah penting dalam pertimbangan desain, pada jarak yang tetap terhadap

sumber bising pertambahan tinggi bangunan akan meningkatkan

kemampuan redamannya. Untuk tinggi bangunan bising yang konstan,

pemindahan bangunan peredam bising mendekat pada sumber atau pada

pendengar akan meningkatkan kemampuan redamannya. Pada prakteknya

pembangunan peredam bising adalah penting untuk memanfaatkan kondisi

di lapangan, misalnya dengan membangun peredam bising pada permukaan

tanah yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan.

5. MAKANAN di SEKOLAH

Perundangan yang Mengatur Hiegenis Sanitasi Makanan

Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi

Jasaboga.

• Kepmen 715/03 mengatur:

– Ketentuan umum

35

– Penggolongan

– Laik Higiene Sanitasi

– Persaratan Higiene Sanitasi

– Pembinaan Pengawasan

– Sanksi.

• Instruksi Menteri Tenaga Kerja no : INST. 03/M/BW/99

Persyaratan Hygiene Sanitasi

Pasal 8 : Lokasi dan bangunan jasaboga harus sesuai dengan ketentuan

persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini.

Pasal 9 :

(1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus

memenuhi Persyaratan Hygiene Sanitasi pengolahan, enyimpanan

dan pengangkutan.

(2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus

memenuhi persyaratan teknis pengolahan makanan.

(3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian

makanan harus tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan

secara langsung atau tidak langsung.

(4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi

persyaratan Hygiene Sanitasi penyimpanan makanan.

(5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis

Hygiene Sanitasi Pengangkutan makanan.

V.b. Bahan Pencemar Makanan

• Kuman Pathogen:

– Bakteria, cacing, protozoa, jamur, virus, prions, dan racun dari

organisme tsb.

• Bahan kimiawi berbahaya:

– Marine toxin, Mushroom toxin

– Heavy metals (logam berat)

– Pestisida: herbisi dan fungisida

– Bahan pengawet dan aditif (tambahan).

36

• Residu obat-obatan untuk hewan:

– Antibiotik, hormon pemacu pertumbuhan.

• Kontaminan Fisik:

– Bahan alami, buatan, atau bagian tubuh seperti rambut, dll.

• Bahan radioaktif.

• Bahan pembungkus: Plastik, metal, lilin.

• Bahan lainnya: bagian tubuh hewan, bahan pembersih.

IV.c. Cara Mengatasi Makanan Yang Tidak Sehat

• Penyehatan Makanan

Upaya untuk mengendalikan faktor-faktor tempat, peralatan, orang dan makanan

yang mungkin menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan.

• Empat aspek penting penyehatan:

1. Kontaminasi

Kontaminasi atau pencemaran makanan adalah masuknya zat asing ke dalam

makanan yang tidak dikehendaki yang dapat digolongkan empat macam:

a) Mikroba dan Parasit : bakteri, jamur, cacing, dll.

a) Bahan fisik : rambut, debu, tanah, kotoran, dll;

b) Bahan Kimiawi : pupuk, pestisida, merkuri,

cadmium,arsen,HCN, dll

c) Bahan radioaktif .

• Terjadinya pencemaran:

a) Langsung

b) Pencemaran silang.

2. Keracunan;

• Timbulnya penyakit atau gejala klinis akibat mengkonsumsi

makanan;

• Keracunan Makanan dapat terjadi karena:

a) Makanan beracun secara alami: jamur beracun, ikan buntel,

ketela hijau, dll;

b) Infeksi mikroba: kholera, diare, disentri;

c) Racun/toksin mikroba: staphylococcus, closteridium,

37

aflatoxin; asam bongkrek;

d) Bahan kimiawi berbahaya: residu pestisida, merkuri,

kadmium, dll

e) Allergi: udang, tongkol, bumbu masak.

3. Pembusukan;

• Adalah perubahan komposisi, sebagian atau keseluruhan, akibat

pematangan alami atau pencemaran.

• Pembusukan dapat terjadi karena:

a) Faktor fisik, kekurangan air, benturan atau tekanan,

gangguan serangga atau hewan;

b) Enzim: amilase, lipase dan protease;

c) Mikroba: bakteri atau cendawan yang tumbuh dalam

makanan.

4. Pemalsuan.

•Menurunkan mutu secara sengaja dengan mengganti, menambah

atau mengurangi bahan tertentu.

• Zat warna: rhodamine B, sunset yellow, wantex;

• Bahan pemanis, siklamat, sakarin;

• Bahan pengawet atau pengental dalam jumlah berlebihan: asam

benzoat, asam sitrat, soda kue, formalin, borax, pestisida;

• Bahan pengganti: saus tomat dengan papaya, daging sapi dengan

daging babi;

• Label yang tidak sesuai: susu bayi pengganti ASI, dll

• Pemilihan Makanan

– Makanan dibagi tiga jenis, bahan mentah, makanan terolah,

makanan siap santap.

– Pemilihan daging: sapi, kambing, babi, kerbau,unggas. Bahaya

kontaminasi:

a) Staphylococcus aureus: sapi, kerbau, kambing;

b) Taenia saginata: daging babi;

c) Salmonella: ayam dan unggas;

38

d) Anthrax pada hewan yang sakit.

i. Daging segar: mengkilat, tidak busuk, elastis, tidak lengket.

ii. Ikan segar: insang merah segar, sisik lekat, kulit terang tidak busuk,

mata jernih.

iii. Prioritas: ikan hidup, disimpan dalam suhu kurang dari 4 C, ikan

bersih yang dibekukan.

iv. Ikan asin: bebas racun serangga, kering dan tidak busuk;

v. Bahaya Ikan: Vibrio p-hemolyticus, Histamin (tongkol, udang),

Coli pathogen (ikan pemakan tinja), Residu pestisida atau larva

serangga (ikan asin).

vi. Telur: Bersih dan terang, tidak pecah, tidak ada noda, dikocok tidak

kopyor;

vii. Susu segar: Putih dan kental, tidak menggumpal, menempel

didinding gelas, bebas dari kotoran fisik. Bahaya susu: TBC,

Staphylococcus, Palsu.

viii. Makanan Olahan Pabrik: Tidak kedaluwarsa, terdaftar di Depkes

(ML,MD),Kemasan baik (tidak rusak atau kembung). Label jelas.

Bahaya makanan kaleng: Closteridium Bottulinum, logam berat

(Pb, Cd)

Penyimpanan Makanan

1. Suhu:

Freezing: 0 sd - 18 Celcius Safe

Cooling: 1 – 4 Celcius Safe

Suhu Ruangan 5 – 63 C Bahaya

Suhu panas 65 C keatas Safe.

Bakteri thd. Panas:

Rentan panas: mati pada sushu 60 C 10 menit;

Tahan panas: mati dengan 100 C 10 menit.

Racun bakteri: rentan panas ada juga yang tahan panas.

Prinsip penyimpanan: cegah kontaminasi silang, yang berbau tajam

dibungkus, tidak terlalu penuh/padat, First In First Out (FIFO).

39

Cara pengolahan makanan yang sehat

- Pengolahan Makanan

Tempat: ventilasi, lantai dan dinding bersih, meja peracikan,

penangkap asap, bebas lalat dan tikus (rat and fly proof).

Rancangan menu (sebaiknya oleh canteen committee);

- Peralatan Masak: Bahan tidak menimbulkan keracunan

(Cd,Pb,As,Cu), jangan campur aduk. Alat (utensils) bersih dan kotor

jangan tercampur

- Rak penyimpanan: makanan tidak menempel ke dinding (15 cm);

- Peralatan pencucian: panas dan dingin;

- PM pakai APD: clemek, sarung tangan, masker, penutup kepala;

- Sortasi makanan mentah sebelum di proses;

- Prioritas memasak: dahulukan yang tahan lama kemudian yang rawan

(kaldu, kuah, dll);

- Makanan yang matang harus dicegah dari kontaminasi.

- Penyimpanan Makanan Masak

Pertumbuhan bakteri terhambat pada suhu dibawah 5 C atau diatas

60 C;Wadah terpisah dan berventilasi;

Makanan kering (gorengan) 25 – 30 C; makanan basah diatas 60 C,

makanan basah yang masih lama disajikan dibawah 10 C.

Waktu tunggu kurang dari 4 jam !

Makanan yang disajikan panas suhunya harus tetap diatas 60 C.

Makanan yang disajikan dingin suhunya tetap dibawah 10 C.

Pengangkutan Makanan

Pengangkutan:

Tidak tercampur bahan berbahaya;

Kenderaan tidak digunakan untuk angkutan orang dan hewan;

Kenderaan bersih;

Jangan gunakan kenderaan pengangkut bahan kimiawi atau

pestisida;

Jaga jangan tertumpuk atau terinjak.

40

Bila dapat gunakan alat angkut yang bependingin.

Penyajian Makanan

Uji organoleptik: melihat, meraba, mencium, mendengar,

mencicipi.

Uji biologis: memakan secara sempurna dan tunggu 2 jam tanpa

tanda-tanda klinis sakit.

Uji laboratorium: mengetahui tingkat pencemaran.

Cara penyajian: table service, ala carte, lunch box, buffet, wrap food, fast

food, self service, lesehan.

Safety sample: 2 x 24 jam. Simpan di freezer. Kantong plastik

steril.

Pemantauan FB Illnesses oleh CDC-US

6. SANITASI

Pengelompokan Limbah

1. Berdasarkan Jenis Senyawa

- Limbah Organik

Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala

limbah yang mengandung unsure karbon (C), sehingga meliputi limbah

dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan,

dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastic,dan karet. Namun, secara

teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organic sebagai limbah

yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk.

Artinya, bahan-bahan organic alami namun sulit membusuk/terurai, seperti

kertas, dan bahan organic sintetik (buatan) yang juga sulit

membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk dalam limbah

organic. Hal ini berlaku terutama ketika orang memisahkan limbah padat

(sampah) di tempat pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan

limbah.

41

- Limbah Anorganik

Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah organik meliputi limbah-

limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya

besi dari mobil bekas atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas

atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang

mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak

memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.

limbah anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak dapat

atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai.

Dalam hal ini, bahan organik seperti plastic, kertas, dan karet juga

dikelompokkan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit

diurai oleh mikroorganisme sebab unsure karbonnya membentuk rantai

kimia yang kompleks dan panjang (polimer).

2. Berdasarkan Wujud

- Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujudcairan,

berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur

(tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair diklasifikasikan

menjadi empat kelompok yaitu :

a. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah

cair hasil buangan dari rumahtangga, bangunan perdagangan,

perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air

sabun, tinja

b. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil

buangan industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari

industry pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan

dari industry tekstil

c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu

limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki

saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah

atau melalui luapan dari permukaan.

42

d. Air Hujan (stromwater), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air

hujan di atas permukaan tanah

- Limbah Padat

- Limbah Gas

1. Toilet sekolah yang tidak memilki septic tank

Excreta manusia akan mengalami proses biologis yang mengakibatkan

dekomposisi atau penguraian bahan dengan bantuan mikroba. Dari hasil peruraian

tersebut akan dihasilkan produk uap air dan gas-gas seperti gas metana (CH4) dan

karbondioksida (CO2) serta gas lain dalam jumlah relatif sedikit seperti gas hidrogen

sulfida (H2S) atau amoniak (NH3). Gas metana merupakan suatu senyawa hidrokarbon

fraksi ringan yang memiliki sifat mudah terbakar. Dalam jumlah kecil gas-gas yang

dihasilkan tidak akan mengakibatkan bahaya kecuali penyebaran bau tidak enak dari

keberadaan gas H2S dan NH3.

Toliet yang tidak memiliki septic tank dan limbah cair yang dihasilkan dialirkan

ke rawa-rawa akan menimbulkan dampak bagui kesehatan, antara lain:

- Kontaminasi sumber air oleh E. coli dan berbagai bakteri patogen lainnya

- Memudahkan penularan penyakit melalui air, seperti tifus, paratifus, kolera,

disentri dan Hepatitis A.

- Memperberat pencemaran air

2. Pembuangan limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan sebaiknya ditampung di dalam septic tank dan limbah

yang ada di septic tank dapat dilakukan proses pengolahan limbah selanjutnya.

Syarat-syarat septic tank yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2398 tahun 2002 mengenai

perencanaan septic tank dengan sistem resapan :

- bangunan tangki harus kuat, tahan terhadap asam, dan kedap air. Artinya,

tidak boleh ada rembesan yang keluar dari tangki.

- bahan yang diizinkan untuk membuat penutup dan pipa penyalur air limbah

adalah batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang,

PVC, keramik, pelat besi, plastik, dan besi.

43

- jarak septic tank dan bidang resapan ke bangunan adalah 1,5 m. Sedangkan

jarak ke sumur air bersih adalah 10 m dan 5 m untuk sumur resapan air

hujan.

- dimensi dari septic tank disesuaikan dengan jumlah penghuni dari rumah

tangga masing-masing. Semisal, untuk rumah satu KK (kepala keluarga)

dengan lima jiwa, septic tank terdiri dari ruang basah seluas 1,2 m3; ruang

lumpur 0,45 m3; dan ruang ambang bebas 0,4 m3 dengan panjang 1,6 m;

lebar 0,8 m; dan tinggi 1,6 m.

- periode pengurasan bagi tangki itu adalah tiga tahun.

- Adanya bak pembagi yang akan memisahkan antara air buangan dengan tinja

yang ada. Tinja tersebut akan mengendap pada tangki, sedangkan air kotor

akan melalui bidang resapan yang berfungsi untuk menyaring air buangan

tersebut tanpa membuangnya ke saluran pembuangan. Air buangan akan

melewati bidang resapan sehingga dengan sendirinya setelah melewati proses

akan meresap ke tanah.

- Bidang resapan merupakan fasilitas yang terdiri dari pipa yang ditanam di

dalam tanah. Pipa itu telah dilubangi sebagai sarana untuk mengeluarkan air.

Namun, di sekeliling pipa tersebut terdapat ijuk dan brangkal yang berfungsi

sebagai penyaring. Ketika air kotor itu keluar dari pipa bidang resapan, air

tersebut dipastikan terlebih dahulu melewati ijuk dan brangkal.

- Air kotor tidak dibuang langsung ke saluran pembuangan, melainkan

meresap ke tanah melalui bidang resapan. Air yang meresap itu tentunya

tidak menjadi pencemar karena air itu telah melalui proses penyaringan

terlebih dahulu.

3. Pengelolaan limbah cair

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan

pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen,

dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di

alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:

a. Pengolahan Awal (Pretreatment)

44

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan

padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan

yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and

storage, serta oil separation.

b. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama

dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.

Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical

addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.

c. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air

limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan

yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic

lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological

contactor, serta anaerobic contactor and filter.

d. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah

coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,

membrane separation, serta thickening gravity or flotation.

e. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya

kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure

filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,

atau landfill.

4. Pengelolaan air sungai dan rawa yang sudah tercemar agar layak dikonsumsi

a. Pengolahan secara alamiahdalam bentuk penyimpanan atau pengendapan

secara alami

b. Pengolahan air dengan menyaring

c. Pengolahan air dengan menambah zat kimia yang bertujuan:

- Mempercepat koagulasi.

45

- Membunuh dari mikroorganisme yang merugikan (patogen,

penghasil racun dll).

d. Pengolahan air dengan mengalirkan udara aerasi .Tujuan:

- Menghilangkan rasa, bau yang tidak enak.

- Menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan (CO2,metyhane

H2S).

- Menaikkan pH air.

e. Pengolahan air dengan pemanasan membunuh kuman-kuman

dalam air.

5. Standar pembuangan dan pengolahan sampah padat

Setiap hari manusia menghasilkan sampah, baik sampah rumah tangga maupun

sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Sampah jika tidak dikelola

dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah

yang menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat

mengganggu kesehatan serta estetika lingkungan karena terkontaminasi pemandangan

tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung.

Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat

sampah rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di rumah-rumah :

a. Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik dalam wadah

plastik.

b. Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin, dan lain

sebagainya.

c. Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung, tikus,

kucing, semut, dan lain-lain

d. Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah

berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga memudahkan

tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan biarkan pemulung mengobrak-

abrik sampah yang sudah dibungkus rapi.

e. Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah dijangkau

petugas kebersihan.

46

Timbunan Sampah

Pewadahan

Pengumpulan

Pemindahan dan pengangkutan

Pemanfaatan

Pembuangan akhir sampah

f. Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat mengganggu

kenyamanan dan kesehatan orang lain.

Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah meliputi kegiatan

pewadahan sampai dengan pembuangan akhir. Operasional bersifat integral dan terpadu,

karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi. Di

dalam pengelolaan sampah harus diperhitungkan tenaga, alat-alat dan biaya. Pengelolaan

sampah ini sangat penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah pada

suatu daerah. Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan teknik sampah

perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah,

pengelolaan sampah dan pembuangan akhir sampah. Teknik pengelolaan persampahan

secara perasional dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-13-1990-F

adalah sebagai berikut:

47

a. Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah

b. Jenis tanah kedap air

c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian

d. Dapat dipakai minimal 5-10 tahun

e. Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air

f. Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km

g. Daerah yang bebas banjir

Pengolahan Sampah Padat

a. Pengolahan Pendahuluan

Pada prinsipnya menyiapkan bahan masukan sampah padat yang akan diolah,

sehingga seusai dengan karakteristik dengan teknologi pengolahannya, meliputi

pemisahan sampah padat dan pengecilan ukuran sampah padat.

b. Pemisahan

Memisahkan beberapa komponen dari sampah yang sesuai dengan karakteristik yang

dikehendaki, maka bahan-bahan yang terpakai dan tidak terpakai akan terpisah

sehingga efektifitas dan efisiensi. Teknik yang dapat digunakan dari yang sederhana

(hand sorting), screening, magnetik hingga secara elektronik.

c. Pengecilan ukuran

Memperkecil ukuran sampah sehingga menjadi efisien dalam pengolahan secara

pembakaran dan pengkomposan. Alat yang digunakan umumnya penggiling godam

(hammermill), pencacah (shredder), gerinda (grinder), pemipis (pulverizer).

Pengolahan sampah lanjutan

Untuk membuang dan memusnahkan sampah agar tidak menumpuk dan

berceceran di berbagai tempat yang akan menimbulkan pencemaran terhadap

lingkungan sebenarnya, meliputi:

a. Penumpukan (dumping)

Merupakan metode paling sederhana dan sering dipakai di negara berkembang.

Biasanya dimanfaatkan untuk menutup lekukan tanah, rawa, jurang. Sampah

hanya dibuang dan ditumpuk tanpa lapisan penutupan. Ada dua macam yaitu open

48

dumping (penumpukan terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut). Metode

ini banyak menimbulkan masalah pencemaran.

b. Pengkomposan (composting)

Cara pemusnahan sampah dengan jalan memanfaatkan proses dekomposisi zat

organik oleh mikroorganisme pembusuk, pada kondisi tertentu dalam waktu

tertentu yang pada akhirnya menghasilkan bahan berupa kompos/pupuk.

Pemusnahan sampah dengan cara ini sangat cocok untuk sampah organik.

Pengkomposan dapat dilakukan secara tradisional yaitu penumpukan sampah

dilakukan begitu saja di lahan berlubang tanpa dilakukan sortrasi terlebih dahulu,

sehingga sampah organik meupun non organik tercampur semua. Dan secara

modern yang dikenal sebagai Windrow Composting, dengan cara melakukan

sortasi, sehingga pengkomposan hanya akan dilakukan terhadap sampah organik

saja. Beberapa tindakan intervensi dilakukan terhadap sampah yang ditumpuk

sesuai dengan prinsip pembuatan kompos, yaitu kandungan air yang merata pada

seluruh bagian sampah, kandungan oksigen yang cukup, dan tidak terdapat

genangan air.

c. Pembakaran (inceneration)

Yaitu pemusnahan sampah dengan jalan membakar sampah dalam suatu tungku

pembakaran. Metode ini hanya berlaku untuk sampah padat yang dapat dibakar,

dengan alat pembakaran yang disebut insenerator. Insenerator beroperasi pada

suhu 1500-1800F dan dapat mengurangi volume sampah padat hingga 70%.

Dibandingkan dengan metode lain, insenerator memiliki kelebihan dan

kekurangan sebagai berikut

Kelebihan:

1. Membutuhkan lahan relatif kecil untuk kapasitas yang cukup besar.

2. Pengolahan sampah dapat dilakukan terus menerus tanpa tergantung pada

kondisi iklim dan cuaca.

3. Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Kekurangan:

1. Membutuhkan investasi yang lebih mahal.

2. Biaya pemeliharaan yang tinggi.

49

3. Hasil pembakaran berupa residu yang harus dibuang dan gas yang berpotensi

mencemari udara.

6. Teknik Pembuangan dan Pengelolaan Tempat Sampah Akhir

Mengolah sampah dengan baik tanpa ada masalah adalah idaman setiap kota-kota

di dunia. Dengan mengelola dan mengolah sampah dengan baik maka dapat mengurangi

resiko timbulnya berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan dari sampah yang tidak

dikelola.

Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk menajemen sampah :

a. Sampah menjadi Kompos

Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun

sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.

b. Pangan dan Makanan Ternak

Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak

dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikebang biakkan. Biasanya

sampah sayur dan buah banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional berserakan di

mana-mana.

c. Landfill

Jenis ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah

di tanah yang rendah pada area yang terbuka. Metode ini sangat mengganggu estetika

lingkungan.

d. Sanitary Landfill

Mirip dengan metode landfill namun sampah tersebut ditutup tanah. Cara ini biasanya

menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal.

e. Pulverisation

Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah

dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.

f. Incineration / Incinerator

Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun

modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah

menjadi energi listrik.

50

7. Dampak open dumping bagi lingkungan

a. Perkembangan vektor penyakit

Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor

penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia

sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara / Container

juga merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama.

Sudah barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya.

Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembang biak di lokasi

TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak

dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah

berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat

ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA.

b. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan  tidak segera terangkut merupakan sumber bau

tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti

permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali

terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses

pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul

sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.

Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi

menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat

bercecerannya air lindi dari bak kendaraan.

Pada instalasi pengolahan terjadi pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil

pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SOx,

NOx, hidrokarbon, HCl, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA

secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas

seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu

komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping

efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

51

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan

berpotensi menimbulkan gangguan bau.  Disamping itu juga sangat mungkin terjadi

pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi

syarat teknis.

Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul

akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali

timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun

tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan

api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah

sekitarnya.

c. Pencemaran Air

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial

menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah

sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.

Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang

cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup

potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lindi yang

timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya berupa rembesan

dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di

kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan

terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih

rendah.

Pencemaran lindi juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum

memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lindi

yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air

permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga

mematikan biota yang ada.

d. Pencemaran Tanah

52

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan

kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan

setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin

juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan

diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi

tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk

terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

e. Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan

yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya.  Hal ini

dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah

lainnya.

Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan

sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan

menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari

kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup

yang memadai.

Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang

tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di

dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan

mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan

yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi

daerah yang dilalui.

Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat

pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi

yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak

menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan lokasi

tersebut.

f. Kemacetan Lalu lintas

53

Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya

berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta

kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu

lintas.

Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer

station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat

mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk

mengantisipasinya.

Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan

akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama

berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekwensi

kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak

terutama bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum.

g. Gangguan Kebisingan

Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin,

bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu

daerah-daerah sensitif di sekitarnya.

Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk

sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin

pencacah sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu

lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA, disamping

operasi alat berat yang ada.

h. Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya

pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya

tidak jarang menimbulkan sikap menentang / oposisi dari masyarakat dan munculnya

keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan

peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk

54

mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk

menghindarinya.

7. PENYAKIT di DESA TANJUNG SEJARO

DIARE

Cara penularan : Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang

terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila

tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.

Patogenesis Diare Akut

1. Masuknya bakteri yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan

asam lambung.

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi)di dalam usus halus.

3. Oleh jasad tersebut dikeluarkan toksin (toksin diaregenik )

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

KOMPLIKASI

Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai

komplikasi sebagai berikut :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat,Hipotonik,isotonic,atau hipertonik )

2. Syok hypovolemik

3. Hipokalemia (gejala : meteorismus, Hipotoni, Otot lemah, dan Bradikardi )

4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi enzim lactose.

5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik )

7. Hipoglikemia

55

ISPA

Memasuki musim pancaroba, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Atas (ISPA). Cuaca yang panas dan kering, menyebabkan udara yang dihirup

bercampur dengan debu, angin, kotoran dan kuman. Jika udara kotor kita hirup maka akan

masuk ke tubuh dan menimbulkan infeksi.

MALARIA

A. Penyebab Penyakit Malaria

1. Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia.

Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut

Plasmodium.

2. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:

3. Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan

kematian.

4. Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.

5. Malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.

6. Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.

7. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk

anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan

membelah diri.

Sebab lingkungan yang kotor dengan genangan air, akan menjadi tempat sarang

perindukan nyamuk. Seperti diketahui, khusus penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit

plasmodium, yang mudah ditularkan oleh gigitan nyamuk  Anopheles. Agak berbeda dengan

demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus Dengue, sedangkan ditularkan

melalui perantaraab gigitan nyamuk Aedes agepty.

56

B. Penularan dan Penyebaran Penyakit Malaria

1. Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar

melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh

nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang

sehat yang digigit nyamuk tersebut.

2. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:

3. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.

4. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.

5. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan

pegunungan.

6. Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil.

C. Tanda-tanda penyakit malaria

1. Dimulai dengan dingin dan sering sakit kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama

15 menit sampai satu jam.

2. Dingin diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya

kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam.

3. Penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu berakhir,

penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan.

D. Bahaya penyakit malaria:

1. Rasa sakit yang ditimbulkan sangat menyiksa si penderita

2. Tubuh yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bekerja seperti biasa

3. Dapat menimbulkan kematian pada anak-anak dan bayi

4. Perkembangan otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga menyebabkan

kebodohan.

57

E. Tindakan-tindakan Pencegahan:

1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar,

menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di

rumah.

2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.

3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar

rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.

4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan

menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.

5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan

memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.

6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan

sawah secara berkala

7. Menyemprot rumah dengan DDT.

Solusi yang dapat diberikan

1. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan air

1) Demam Berdarah, Perlu diketahui cara pencegahan DBD secara menyeluruh, karena

belum tentu DBD hanya berasal dari air genangan rawa-rawa dan sumur dangkal dekat

sekolah. Lagipula DBD adalah masalah warga Tanjung Sejaro keseluruhan. Adapun cara

efektif mencegah penyakit Demam Berdarah berdasarkan lingkungan yang ventilasinya

kurang baik, lingkungan rumah tidak terawat, dan perilaku yang tidak sehat:

Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik :

1. Menutup tempat penampungan air

2. Menguras bak mandi 1 minggu sekali

3. Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan

4. Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab.

Lingkungan sekitar rumah tidak terawat

58

1. Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga

2. Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas

3. Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau

memelihara ikan pemakan jentik

Perilaku tidak sehat

1. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

2) Malaria, Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit:Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik

1. Memasang kawat kasa pada ventilasi/lubang penghawaan 2. Jauhkan kandang ternak dari rumah atau membuat kandang kolektif 3. Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab

Lingkungan sekitar rumah tidak terawat

1. Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam

2. Genangan air dialirkan atau ditimbun

3. Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput

4. Menebar ikan pemakan jentik

Perilaku tidak sehat

1. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

2. Tidur dalam kelambu

3. Pada malam hari berada dalam rumah

3) Penyakit Kulit

Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan

seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan cara pencegahan

penyakit ini dengan cara antara lain:

Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal dua kali sehari

dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk

Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar

sinar matahari masuk.

59

Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit) ialah

sebagai berikut :

Penyediaan air tidak memenuhi syarat

1. Gunakan air dari sumber yang terlindung

2. Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran

Kesehatan perorangan yang buruk

1. Cuci tangan pakai sabun

2. Mandi dua kali sehari pakai sabun

3. Potong pendek kuku jari tangan

Perilaku tidak higienis

1. Peralatan tidur dijemur

2. Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan

3. Sering mengganti pakaian

4. Pakaian sering dicuci

5. Buang air besar di jamban

6. Istirahat yang cukup

7. Makan makanan bergizi

Saran untuk solusi masalah udara berdebu dan berasap serta penyakit yang merupakan dampak

dari kualitas udara yang buruk ialah sebagai berikut:

1) ISPACara efektif mencegah penyakit ISPA berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut:a. Tingkat hunian rumah padat

1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau

sma dengan 8m2/jiwa

2. Plesterisasi lantai rumah 

b. Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat

1. Memperbaiki lubang ventilasi

2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari

3. Menambah ventilasi buatan

c. Perilaku

1. Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur

60

2. Menutup mulut bila batuk

3. Membuang ludah pada tempatnya

4. Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar

5. Tidur sementara terpisah dari penderita

2) TBC

Cara efektif mencegah penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai

berikut :

a. Tingkat hunian rumah padat

1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau

sma dengan 8m2/jiwaq

2. Lantai rumah disemen

b. Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat

1. Memperbaiki lubang ventilasi

2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari

3. Menambah ventilasi buatan

c. Perilaku

1. Menutup mulut bila batuk

2. Membuang ludah pada tempatnya

3. Jemur peralatan dapur

4. Jaga kebersihan diri

5. Istirahat yang cukup

6. Makan makan bergizi

7. Tidur terpisah dari penderita

Penyakit yang berkaitan dengan penggunaan air terkontaminasi dan pembuatan makanan

yang tidak higienis yaitu diare, penyakit gigi-mulut. Cara pencegahan penyakit diare yang

disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan air tidak memenuhi syarat

1. Gunakan air dari sumber terlindung

2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran

61

b. Pembuangan kotoran tidak saniter

1. Buang air besar di jamban

2. Buang tinja bayi di jamban

3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun

berkelompok dengan tetangga.

c. Perilaku tidak higienis

1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan

2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

3. Minum air putih yang sudah dimasak

4. Menutup makanan dengan tudung saji

5. Cuci alat makan dengan air bersih

6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih

7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih

8. PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT

1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KESEHATAN

LINGKUNGAN

Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk kesehatan lingkungan dan kesehatan sekolah

tertuang dalam pasal 10 dan 11 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, serta

mengenai kesehatan lingkungan tertuang dalam pasal 22 UU No. 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan.

Pasal 10

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan

upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secaramenyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan.

Pasal 11

62

1. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

dilaksanakan melalui kegiatan :

a. kesehatan keluarga;

b. perbaikan gizi;

c. pengamanan makanan dan minuman;

d. kesehatan lingkungan;

e. kesehatan kerja;

f. kesehatan jiwa;

g. pemberantasan penyakit;

h. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;

i. penyuluhan kesehatan masyarakat;

j. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan;

k. pengamanan zat adiktif;

l. kesehatan sekolah;

m. kesehatan olah raga;

n. pengobatan tradisional;

o. kesehatan matra;

2. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didukung

oleh sumber daya kesehatan.

Pasal 22

1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang

sehat.

2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman,

lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.

3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat,

limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan

penyehatan atau pengamanan lainnya.

4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan

lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.

63

5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud

dalam Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat 4) ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

A. Kebijakan dalam penyelenggaraan sanitasi dan higiene sekolah sejalan dengan kebijakan

program Lingkungan Sehat, Kepmenkes Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan di sekolah, kebijakan Nasional Air

Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat dan Kepmenkes

Nomor 582/Menkes/SK/IX/2009 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM).

1. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 715/menkes/sk/v/2003 tentang

persyaratan hygiene sanitasi jasaboga.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

(1) Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan

makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

(2) Pengolahan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau

makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan.

(3) Bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak, termasuk bahan tambahan

makanan dan bahan penolong.

(4) Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang,

tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau

gangguan kesehatan.

(5) Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah jasaboga yang langsung

disajikan.

(6) Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis kesehatan

64

yang ditetapkan terhadap produk jasaboga dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan

bakteriologis, kimia dan fisika.

(7) Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan

makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,

pengangkutan sampai dengan penyajian.

(8) Pengujian adalah pemeriksaan dan analisa yang dilakukan di laboratorium

terhadap contoh-contoh makanan dan specimen.

Pasal 5

(1) Tenaga penjamin makanan yang bekerja pada usaha jasaboga harus berbadan

sehat dan tidak menderita penyakit menular.

(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan

pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2(dua) kali dalam satu

tahun.

(3) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.

(4) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperoleh dari

institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 9

(1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus memenuhi Persyaratan Hygiene

Sanitasi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan.

(2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus memenuhi

persyaratan teknis pengolahan makanan.

(3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian makanan harus

tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan secara langsung atau tidak

langsung.

(4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi persyaratan

Hygiene Sanitasi penyimpanan makanan.

(5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis Hygiene Sanitasi

Pengangkutan makanan

65

(6) Ketentuan persyaratan Hygiene Sanitasi pengolahan, peralatan, penyimpanan

dan pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat(2), ayat(3), ayat(4) dan

ayat(5) tercantum dalam Lampiran III.

2. MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI

TENAGA KERJA NOMOR : KEP–51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS

FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA.

Pasal 1

3. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor tempat

kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau

40 jam seminggu.

10.Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat

proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

gangguan pendengaran.

Inventarisasi Peraturan dan Perundangan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah yang Berada

Dalam Kasus

1. Pembuangan limbah dan pembuangan tinja

a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

b. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

c. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang

d. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

e. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

f. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun

g. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air

h. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak lingkungan

(BAPEDAL)

i. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996 tentang jenis

usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

j. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996) tentang baku

tingkat kebauan

66

2. kebersihan makanan dan jasa boga

a. Permenkes No. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang jasaboga

b. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan hygien sanitasi

makanan jajanan

c. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana produksi

pangan industri rumah tangga (IRT)

d. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan

3. tingkat pencemaran udara

a. PP No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemran udara

b. Peraturan Gubernur Sumsel No. 17 tahun 2005

67