laporan tut sken3 blok 19 - indera

60
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ketiga sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok XIX semester VII ini. Pada skenario yang berjudul “Kedaruratan Mata” ini kami membahas mengenai trauma mata yang terkait skenario serta kriteria kegawatan mata dan bagaimana mekanisme perujukan pasien. Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario kedua ini, baik pada Learning Objective yang kami cari ataupun pada pembahasan yang kurang memuaskan. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kapada para pembaca. Mataram, 04 Oktober 2010 Kelompok 4 FK angkatan 07’ Page 1

Upload: baiq-trisna-satriana

Post on 08-Aug-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

hidayahNya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ketiga sebagai suatu laporan atas

hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok XIX semester VII ini.

Pada skenario yang berjudul “Kedaruratan Mata” ini kami membahas mengenai trauma mata

yang terkait skenario serta kriteria kegawatan mata dan bagaimana mekanisme perujukan

pasien.

Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam

menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario

kedua ini, baik pada Learning Objective yang kami cari ataupun pada pembahasan yang

kurang memuaskan. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia.

Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kapada para

pembaca.

Mataram, 04 Oktober 2010

Kelompok 4

FK angkatan 07’ Page 1

Page 2: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. 1

Daftar Isi ...................................................................................................................... 2

Skenario III................................................................................................................... 3

Concept Map................................................................................................................. 4

Learning Objective........................................................................................................ 5

Pendekatan Diagnosa.................................................................................................... 6

Trauma Tumpul............................................................................................................ 13

Benda asing di kornea .................................................................................................. 25

Benda asing di Konjungtiva ......................................................................................... 28

Trauma Tembus Bola Mata.......................................................................................... 30

Trauma Asam................................................................................................................ 33

Trauma Alkali/ Basa..................................................................................................... 36

Perujukan ..................................................................................................................... 39

Daftar Pustaka ………………………………………………………………….......... 41

FK angkatan 07’ Page 2

Page 3: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

SKENARIO III

KEDARURATAN MATA

Seorang lelaki berusia 30 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan mata kiri bengkak.

Dari anamnesis didapatkan bahwa 1 jam sebelumnya ia mengalami kecelakaan di tempat

kerja. Pasien bekerja sebagai supervisor di pabrik pengepakan zat kimia bubuk, saat kejadian

ia lupa menggunakan goggles pelindung mata yang wajib dipakai saat kerja selain kacamata

koreksinya sendiri. Saat kecelakaan mata kirinya terbentur pipa besi sehingga kacamata

koreksinya pecah dan kelopak mata kirinya mengalami bengkak merah kebiruan dan

beberapa luka sayat kecil.

Dokter UGD kemudian melakukan pemeriksaan dan mendapatkan hematom berat

pada palpebra superior dan inferior pada okuli sinistra. Dokter tidak berani membuka kelopak

mata pasien untuk melihat bola mata karena pada fissura palpebra terdapat darah dan jaringan

kehitaman. Dokter segera mengkonsultasikan pasien ke dokter spesialis mata karena khawatir

ada luka penetrasi bagian bola mata atau pencemaran zat kimia.

FK angkatan 07’ Page 3

Page 4: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

MAPPING CONCEPT

FK angkatan 07’ Page 4

MATA BENGKAK

ANAMNESIS ;

PEMERIKSAAN FISIK

TRAUMA MATA

DARURAT NON DARURAT

DIAGNOSIS

TERAPI AWAL

RUJUK

PEM.PENUNJANG ;

TERAPI LANJUTAN

PEM. PENUNJANG

DIAGNOSIS KERJA

ETIOLOGI;

PROGNOSIS

Page 5: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

LEARNING OBJECTIVES

1. Mengapa dokter tidak berani membuka kelopak mata? Darimana sumber darah pada

fissure palpebra?

2. Batasan penanganan yang bisa dilakukan oleh dokter umum? Kapan pasien bisa

dirujuk?

3. Trauma mata dan klasifikasinya!

4. Tanda kegawatdaruratan mata!

5. Dampak penetrasi bola mata dan pencemaran zat kimia? Bagaimana prosesnya?

6. Penanganan awal pasien dengan trauma tumpul, trauma penetrasi dengan atau tanpa

benda asing, trauma zat kimia? Kapan harus dioperasi?

7. Kelumpuhan otot siliaris dan hubungannya dengan akomodasi lensa?

8. Tanda-tanda trauma tembus yang dapat dilihat dari luar?

FK angkatan 07’ Page 5

Page 6: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

PENDEKATAN DIAGNOSA

Dari skenario 3 ini, kita dapat mengambil beberapa kata kunci yang dapat digunakan sebagai

acuan untuk menentukan beberapa diagnosis banding yang nantinya dapat mengarahkan kita

kepada diagnosis kerja, kata-kata kunci itu adalah sebagai berikut :

1. Mata kiri terbentur pipa besi

2. Kacamata pecah

3. Bekerja di pabrik zat kimia

4. Kecelakaan di tempat kerja 1 jam lalu

5. Hematom palpebra superior dan inferior okuli sinistra

6. Darah pada Fissura palpebra dan jaringan kehitaman

ANAMNESIS

Bekerja di pabrik zat kimia bubuk

Pikirkan adanya kemungkinan kontaminasi akibat serpihan zat kimia

Keluhan mata kiri bengkak

Adanya edema bagian mata eksterna

Kecelakaan (terbentur besi) di tempat kerja 1 jam sebelumnya hingga kacamata

koreksi pecah

Trauma yang mengenai mata à bisa berupa trauma tumpul (besi), trauma

kimia (serbukan yang terbang atau jatuh ke mata secara tak sengaja), trauma

tembus (pecahan kacamata yang masuk ke mata)

Masuk kategori kedaruratan mata

Karena adanya hematom pelpebra berat à pikirkan juga adanya trauma

cranium (os.frontal, fraktur basis kranii, dll)

Berdasarkan data di scenario, dapat dipikirkan beberapa jenis trauma yang mungkin terjadi :

Trauma tumpul

Trauma zat kimia

Trauma tembus bola mata

Trauma radiasi à kemungkinan kecil karena tak ada riwayat paparan terhadap

materi yang dapat menimbulkan radiasi

FK angkatan 07’ Page 6

Page 7: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

PEMERIKSAAN FISIK

Hematom berat pada palpebra superior dan inferior beberapa luka sayat kecil pada

okuli sinistra

Hematom kelopak à arteri oftalmika pecah (trauma tumpul benda dari luar)

Luka sayat kemungkinan berasal dari kacamata yang pecah dan serpihannya

bisa masuk ke mata à trauma tembus bola mata

Fissura palpebra terdapat darah dan jaringan kehitaman

Jaringan kehitaman mungkin disebabkan oleh struktur iris atau koroid yang

tervisualisasi langsung, atau akibat

Nekrosis dalam waktu singkat (1 jam) yang mungkin disebabkan oleh bubuk

kimia yang masuk

Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik masih belum dapat disimpulkan bagian mata apa saja

yang mengalami kerusakan, tetapi dalam trauma tumpul dapat terjadi berbagai kemungkinan

sebagai berikut:

Kelopak : hematom kelopak

Konjungtiva : edema konjungtiva, hematom subkonjungtiva

Kornea : edema kornea, erosi kornea

Uvea : iridoplegia, iridodialisis, hifema, iridosiklitis

Lensa : dislokasi lensa, katarak

Retina : edema retina, ablasio retina, rupture koroid

Saraf optic : avulse papil saraf optic

Klasifikasi trauma mata berdasarkan tingkat kegawatannya :

Sangat Gawat : harus sudah ditangani dalam beberapa menit

Trauma Alkali dan Trauma asam

Gawat : harus sudah ditangani dalam beberapa jam

Laserasi kelopak

Trauma tumpul mata

Erosi kornea

Laserasi kornea

Benda asing kornea

Trauma radiasi

Trauma tembus bola mata

FK angkatan 07’ Page 7

Page 8: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Benda asing magnetik intraokular

Semi gawat : bisa ditangani dalam beberapa hari

Defisiensi vitamin A

Trakoma, oftalmia simpatika, katarak congenital, glaucoma congenital,

simpleks, perdarahan badan kaca, retinoblastoma, hipertensi maligna,

retinopati diabetes, neuritis optic, eksoftalmus akut

Tumor intra orbita, leukemia pada mata, rabdomiosarkoma, mukormikosis,

perdarahan retrobulbar, fistel arteriovena, eksoftalmus goiter, ambliopia,

juling.

Jadi, pada pasien di scenario, dapat dipikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi pada

pasien, yaitu pasien dapat mengalami :

Trauma tumpul

Trauma tembus bola mata

Trauma kimia

Perbandingan DD

Trauma

Tumpu

l

Trauma

Tajam

Trauma Kimia

Trauma Asam Trauma Alkali

Etiologi Benda

tumpul, mis.

kena bola

tenis, atau

shutlecock,

ketapel

Benda tajam

atau benda

asing masuk

kedalam bola

mata

Mis. cuka, bahan

asam-asam

dilaboratorium,

gas airmata

Mis. semen, Soda

kuat, Amonia,

NaOH, CaOH,

Cairan pembersih

dalam rumah

tangga

Mekanisme Trauma

tumpul dapat

dibedakan

menjadi dua

jenis, yaitu:

Kontusio,

yaitu

Benda tajam

menembus

mata, yang

dapat

mengenai

organ mata

dari yang

Terjadi proses

koagulasi

protein

Penetrasi

sampai lensa

dapat terjadi

bila

Terjadi proses

persabunan

Persabunan

membrane sel

akan

mempermuda

h penetrasi

FK angkatan 07’ Page 8

Page 9: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

kerusakan

disebabkan

oleh kontak

langsung

dengan benda

dari luar

terhadap bola

mata, tanpa

menyebabka

n robekan

pada dinding

bola mata

Konkusio,

yaitu bila

kerusakan

terjadi secara

tidak

langsung.

Trauma

terjadi pada

jaringan di

sekitar mata,

kemudian

getarannya

sampai ke

bola mata.

terdepan

sampai yang

terdalam

disebabkan

asam kuat

lebih lanjut

oleh alkali

FK angkatan 07’ Page 9

Page 10: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Gejala

dan

Tanda

Penurunan

visus

Kemungkinan

dapat

disebabkan:

koagulasi

kornea,

subluksasi

lensa,

kerusakan

retina, syaraf,

dan adanya

hifema.

Orbita : bola

mata

terdorong dan

menimbulkan

fraktur orbita

Palpebra:

berupa edema

palpebra,

perdarahan

subkutis, dan

erosi palpebra

Konjungtiva:

perdarahan

sub-

konjungtiva

atau khemosis

dan edema.

Visus

menurun

Tekanan

bola mata

rndah

Bilik mata

dangkal

Bentuk dan

letak pupil

berubah

Terlihat

adanya

ruptur pada

cornea atau

sclera

Terdapat

jaringan

yang prolaps

seperti

cairan mata

iris,lensa,ba

dan kaca

atau retina

Kunjungtiva

kemotis

Trauma ringan

s/d sedang: mata

menjadi

hiperemis dan

mungkin

terdapat kemosis

konjungtiva,

edema palpebra,

luka

bakar derajat

satu pada kulit,

dan adanya sel

dan flare di bilik

mata depan.

Kornea: dapat

bervariasi mulai

dari keratopati

pungtata

superfisial difusa

sampai erosi

epitel lokal

dengan

pengaburan

ringan pada

stroma.

Kerusakan kornea:

kekeruhan kornea,

konjungtivalisasi

pada kornea,

neovaskularisasi,

peradangan kronik

dan defek epitel

yang menetap dan

berulang serta

perforasi kornea.

Bila terjadi

penetrasi kedalam

intraokuler:

komplikasi

katarak, glaukoma

sekunder dan

kasus berat ptisis

bulbi

Sklera: ruptur

sklera,

ditandai oleh

Trauma parah:

mata

tidak menjadi

Palpebra: jaringan

parut pada

palpebra, Lapisan

FK angkatan 07’ Page 10

Page 11: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

adanya

khemosis

konjungtiva,

hifema total,

bilik depan

yang dalam,

tekanan bola

mata yang

sangat rendah,

dan

pergerakan

bola mata

terhambat

terutama ke

arah tempat

ruptur.

Koroid:

edema,

perdarahan,

dan robekan

stroma koroid

Kornea:

edema

superfisial dan

aberasi kornea

Lensa:

kekeruhan,

subluksasi dan

dislokasi lensa

Retina: edema

makula,

ablasio

Nervus

merah namun

akan tampak

putih karena

iskemia pada

pembuluh darah

konjungtiva.

Kemosis pada

palpebra dan

konjungtiva

jelas, dan daerah

wajah sekitar

dapat

menunjukkan

luka bakar

derajat dua

bahkan tiga.

Pada kornea

dapat ditemukan

erosi epitel total

dengan edema

dan perkabutan

tebal pada

stroma.

air pada depan

kornea atau tear

film menjadi tidak

normal.

Konjungtiva:

simbleparon

Lensa: keruh,

akibat kerusakan

kapsul lensa

FK angkatan 07’ Page 11

Page 12: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

optikus: ruptur

atau avulsi

nervus optikus

FK angkatan 07’ Page 12

Page 13: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

TRAUMA TUMPUL BOLA MATA

TRAUMA PADA KELOPAK DAN DUKTUS LAKRIMALIS

LASERASI KELOPAK

Gambaran Klinik

Terlihat adanya defek pada kelopak mata. (Gambar A)

Tatalaksana

Prinsip:

Perbaikan kelopak mata memerlukan aproksimasi tepi laserasi kelopak, lempeng tarsal, dan

kulit yang tepat.

Penanganan:

Benda berbentuk partikel harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk mengurangi

resiko pembentukan tato kulit. Kemudian, luka diirigasi dengan salin dan ditutup

dengan suatu salep antibiotic dan kasa steril.

Jaringan yang terlepas dibersihkan dan dilengketkan kembali.

Laserasi partial-thickness pada kelopak yang tidak mengenai batas kelopak dapat

diperbaiki secara bedah. Namun laserasi full-thickness kelopak yang mengenai batas

kelopak harus diperbaiki secara hat-hati untuk mencegah penojolan tepi kelopak dan

trikiasis.

Perbaikan laserasi kelopak mata full-thickness:

FK angkatan 07’ Page 13

Page 14: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

1. Menempatkan jahitan sutera 6-0 dengan dua jarum (double-armed)

secara mattress melalui tepi-tepi yang berhubungan sebelum keluar

melalui orifisium kelenjar meibom di sisi yang berlawanan.

2. Jarum yang lain (dengan sutera 6-0) juga dimasukkan dengan cara

serupa dengan jarak 3-4 mm. (Gambar B)

3. Jahitan sutera 6-0 kedua dipasang melalui folikel berjarak sama 2 mm

di kedua sisi laserasi.

4. Jahitan-jahitan ini jangan dikencangkan sampai tarsus diperbaiki denga

jahitan interrupted dengan benang 5-0 yang dapat diserap. (Gambar C)

5. Akhirnya, kulit ditutup dengan jahitan nilon 6-0 interupted (Gambar

D)

6. Dioleskan salep antibiotic pada jahitan di jaringan kelopak tersbut.

Apabila perbaikan primer tidak terjadi dalam 24 jam, maka dapat terjadi edema yang

menghambat penutupan. Luka harus dibersihkans ecara cermat dan diberikan antibitik.

Setelah pembengkakan mereda, dapat dilakukan perbaikan. Debridement harus minimal,

terutama apabila kulit tidak longgar.

Laserasi dekat kantus bagian dalam sering mengenai kanalikulus. Disarankan

perbaikan secara dini, karena jaringan menjadi semakin sulit diidentifikasi dan diperbaiki

untuk mencegah jaringan parut.

Laserasi tajam melalui kanalikulus distal dapat diperbaiki dengan Veis rod stent atau

modifikasi lain. Avulsi atau laserasi kanalikulus proksimal memerlukan intubasi

nasokanalikular silicon dengan Quickert probe.

LASERASI DUKTUS LAKRIMALIS

Cedera apapun yang mengenai sisi medial dari kelopak mata, terutama kelopak

bawah, dapat melibatkan system lakrimal. Inspeksi dan kanulasi punctum dengan probe akan

mengkonfirmasi adanya cedera.

Gambaran Klinik

Terlihat adanya robekan yang tembus sampai duktus lakrimalis. Namun cedera kanalikulus

saja jarang menyebabkan masalah dengan air mata.

Tatalaksana

Repair kanalikuli, sakus atau duktus dapat dilakukan dengan nylon 9 – 0 namun hal ini lebih

sering merupakan teori, jarang dipraktekkan. Melakukan repair kelopak sisanya dan

mempertahankan stent selama setidaknya 3 bulan biasanya menghasilkan drainase air mata

FK angkatan 07’ Page 14

Page 15: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

yang adekuat. Repair biasanya dikerjakan dengan loop intubation dengan punctae awalnya

dikanulasi dengan silastic stents yang dimasukkan melalui duktus lakrimalis ke hidung, di

mana stent kemudian diikat. Selain itu, retrograde probing adalah alternatif yang dapat dipilih

selain loop intubation.

TRAUMA KORNEA

EROSI KORNEA

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh

gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.

Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi

defek epitel tersebut.

Gejala dan Tanda

- Pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi yang merusak kornea yang mempunyai

serat sensible yang banyak, mata berair, denagn blefarospasme, lakrimasi, fotofobia,

dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.

- Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan

fluoresein akan berwarna hijau.

Penanganan

Anestesi topical dapat diberikan untk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa

sakit yang sangat. Bila memakai obat anestetik topical untuk menghilangkan rasa sakit pada

pemeriksaan, dapat menambah kerusakan epitel.

Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi

bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spectrum luas seperti Neosporin,

kloramfenikol, dan sulfasetamid, tetes mata. Akibat rangsanagn yang mengakibatkan spasme

siliar maka diberikan sikloplegik aksi pendek seperti tropikamida. Mata pasien dapat ditutup

selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.

Penyulit

Pada erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian (infeksi

sekunder).

EROSI KORNEA REKUREN

FK angkatan 07’ Page 15

Page 16: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak

metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali di waktu bangun pagi.

Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea.

Sukarnya epitel menutupi kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya

membran basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.

Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak

cepat terlepas untuk membentuk membrane basal kornea. Pengobatan biasanya dengan

memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala

radang uvea yang timbul. Antibiotic diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk

mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi

infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam

3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid.

Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena

dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.

EDEMA KORNEA

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea

bahkan rupture membrane Descement.

Gejala dan tanda

- penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi di sekitar bola lampu atau sumber cahaya

yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido positif.

- Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan

neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea.

Penanganan

Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam

hipertonik 2-8%, glucose 40% dan larutan albumin.

Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida. Pengobatan untuk

menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek

dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea.

Penyulit trauma kornea

- Penyulit trauma kornea berat berupa terjadinya kerusakan M. Descement yang lama

sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa sakit

dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisma irregular.

FK angkatan 07’ Page 16

Page 17: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

KATARAK TRAUMATIK

Trauma tembus akan menimbulkan katarak lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan

cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Lensa menjadi putih

segera setelah trauma, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humour aqueus dan

kadang-kadang korpus vitreum masuk ke dalam struktur lensa. Trauma tembus besar pada

lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya

massa lensa di dalam bilik mata depan.

TRAUMA LENSA

Dislokasi Lensa

Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi

karena putusnya zonula Zinn sehingga mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

Subluksasi Lensa

Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa

berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi secara spontan akibat kelainan zonula

zinn yang rapuh (Sindrom Marphan). Subluksasi akan memberikan gambaran pada iris

berupa iridodonesis.

Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastic akan menjadi

cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung

mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi

sempit , mata mudah terjadi glaucoma sekunder.

Bila tidak terjadi penyulit subluksasi seperti glaukoma atau uveitis, maka tidak

dilakukan pengeluaran lensa dan dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.

Luksasi Lensa Anterior

Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat

masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak dalam bilik mata depan ini maka

akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaucoma

kongestif akut dengan gejala-gejalanya.

Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang

sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema

korne, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.

Tekanan bola mata sangat tinggi.

FK angkatan 07’ Page 17

Page 18: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata

untuk dikeluarkan lensannya (terlebih dahulu diberi asetazolamida untuk menurunkan tekana

bola matanya).

Luksasi Lensa Posterior

Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat

putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan

kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.

Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa

mengganggu kampus. Mata juga menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien

akan melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris

tremulans. Lensa yang terlalu lama berada dalam polus posterior dapat menimbulkan penyulit

akibat degenerasi lensa, berupa glaucoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik.

Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan

ekstraksi lensa.

TRAUMA PADA BILIK MATA DEPAN

HIFEMA

Definisi dan Etiologi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat adanya darah pada bilik mata depan.

Keadaan ini dapat diakibatkan oleh trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau

badan siliar. Sedangkan hifema sponta yang terjadi pada anak-anak, hendaknya dipikirkan

juga kemungkinan penyebabnya oleh leukemia atau retinoblastoma.

Manifestasi Klinis

Pasien dengan hifema biasanya mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan

blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan

terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh

ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.

Tatalaksana

Pengobatan pasien yang mengalami hifema dengan merawat pasien di tempat tidur

yang di tinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang

gelisah dapat diberikan obat penenang, sedangkan asetazolamida dapat diberikan bila

ditemukan adanya penyulit, yaitu glaucoma.

FK angkatan 07’ Page 18

Page 19: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakuka bila terlihat

tanda-tanda imbisi kornea, glaucoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila

setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. Parasentesis sendiri dilakukan

dengan insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris.

Biasanya dilakukan penekanan pada bibir luka sehingga koagulum dapat keluar dari bilik

mata depan. Bila darah tidak dapat keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan

cairan fisiologik. Luka insisi pada parasentesis ini biasanya tidak perlu dijahit.

Komplikasi

Setelah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma, terkadang dapat terjadi perdarahan

atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih parah karena

perdarahan biasanya akan lebih sulit hilang.

Dapat pula terjadi glaucoma sekuder dikarenakan oleh kontusi badan siliar yang

berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan.

Zat besi dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan

akan dapat menimbulkan fisis bulbi dan kebutaan

Prognosis

Biasanya hifema akan hilang sendiri dengan sempurna.

TRAUMA PADA RETINA

ABLASIO RETINA

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan

sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen

masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang

retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau epitel pigmen, sehingga

merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel epitel pigmen retina

akan mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila

berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Epidemiologi

Ablasio retina jarang terjadi pada populasi umum, tetapi suatu unit pelayanan

kesehatan mata yang melayani sekitar 500.000 populasi kemungkinan menemukan kasus

ablasio retina tiga sampai empat kasus per minggu. Meskipun kadang mengenai anak-anak,

namun insidens ablasio retina meningkat seiring bertambahnya umur dan mencapai

FK angkatan 07’ Page 19

Page 20: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

maksimum pada kelompok usia 50-60 tahun. Kejadian ablasio retina sedikit meningkat pada

usia pertengahan (usia 20-30 tahun) akibat trauma.3 Beberapa populasi memiliki bakat dan

peluang besar mengalami ablasio retina, misalnya mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,

dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer.

Etiologi Dan Klasifikasi

Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas

Ablasio retina regmatogenosa

Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan pada

retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau

lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis

epitel pigmen koroid.

Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang

kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya pijaran api

(fotopsia) pada lapangan penglihatan.

Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena

dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila

dilepasnya retina mengenai makula lutea.

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat

dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-

kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil

akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi

neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.

Ablasio retina tarikan atau traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada

badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.

Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus

proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.

Ablasio retina eksudatif

Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di

bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya

cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan penyakit

FK angkatan 07’ Page 20

Page 21: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

koroid. Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio

ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

Patofisiologi

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga

vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat

berpisah :

Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat

memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio

regmatogenosa).

Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya

seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).

Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses

eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif)

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina

atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.

Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi

kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah

retina tertentu, cedera, dan sebagainya.

Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid.

Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya

perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan

menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu

tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10

sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering

terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai

4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.

Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih

awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam

hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan

sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi

dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel

pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.

Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah

sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada

FK angkatan 07’ Page 21

Page 22: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan akan

menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.

Diagnosis

Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah :

1. Floaters, terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina

yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri. Kadang-kadang penderita merasakan

adanya tabir atau bayangan yang datang dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas

dalam lapangan pandang. Tabir ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan

menjadi lebih nyata. Pada stadium awal, penglihatannya membaik di malam hari dan

memburuk di siang hari terutama sesudah stres fisik (membungkuk, mengangkat) atau

mengendarai mobil di jalan bergelombang.

2. Fotopsia yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya

atau dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada retina dan bisa

terjadi pada orang normal jika terjadi cedera tumpul pada mata.

3. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup

tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi

penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.

Selain itu, dari anamnesis perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan

sebelumnya (seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler), riwayat

penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan viterus, ambliopa, glaukoma dan retinopati

diabetik), riwayat keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan

dengan ablasio retina (diabetes, tumor, sikle cell disease, leukemia, eklamsia dan

prematuritas).

Pemeriksaan Oftalmologi

1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula

lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar masuk.

Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat.

2. Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti tertutup

tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina.

3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio

retina dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina

yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi

gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang

FK angkatan 07’ Page 22

Page 23: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah

retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok-kelok, dan membengkok di

tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-lipatan halus. Suatu

robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid di

bawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan

pigmen atau operkulum dapat ditemukan mengambang bebas.

4. Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan intraokuler kemungkinan

menurun.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara

lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.

2. Pemeriksaan ultrasonografi. Menggunakan gelombang suara dengan frekwensi tinggi (8-

10 MHz). B-scan ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan

keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliferatif vitreoretinopati, benda

asing intraokuler dengan membuat membuat potongan melalui seluruh jaringan, dengan

demikian didapat lokasi dan bentuk dari kelainan dalam dua dimensi. Selain itu

ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio

retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.

Penatalaksanaan

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan

neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya dilakukan dengan

pembedahan, pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara:

1. Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina

regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik

pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus.

Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh

gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga

dilekatkan dengan kryopeksi sebelum balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan

posisi head precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan

retina.

2. Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama

tanpa disertai komplikasi lainnya. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung

FK angkatan 07’ Page 23

Page 24: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

lokasi dan jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silicon

padat. Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan antara

retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi

tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan

retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2

hari.

3. Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat

diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara

pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan

instrumen hingga ke cavum melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan

pemotong vitreus. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab

ablasio.

Komplikasi

Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling

sering terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau

persepsi cahaya (light perception) adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina jika

melibatkan makula.

Prognosis

Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer,

maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula terlepas lebih dari 24 jam sebelum

pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat penuh sepenuhnya.

Namun, bagian penting dari penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa bulan. Jika

retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat

timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif). PVR dapat

menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut. Prosedur vitreoretina yang

rumit dapat mempertahankan penglihatan namun dengan hasil penglihatan yang lebih buruk

FK angkatan 07’ Page 24

Page 25: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

BENDA ASING KORNEACedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea dan konjungtiva disebabkan

oleh benda asing. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat

serius (misalnya luka tembus pada kornea atau infeksi akibat sayatan maupun cakaran pada

kornea).

Benda asing yang terdapat di kornea dapat berasal dari gurinda atau pecahan besi.

Pasien sering tidak menyadari atau tidak menduga akan datangnya benda asing tersebut,

sehingga tidak segera memberikan keluhan atau ditangani, akibatnya terbentuk karat di

sekitar logam yang tertanam di bola mata.

Benda asing dan abrasi di kornea dapat menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat

dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan.

Gambaran Klinik

Gejala Dini:

Rasa pedas dan sakit pada mata

Keluhan ini kemungkinan akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata

tersebut

Gejala dan tanda penyerta:

Epifora

Injeksi siliar (pelebaran pembuluh darah epikorenal di sekitar limbus)

Miosis pupil akibat reflex perasaan sakit pada kornea

Terlihat benda asing di kornea

àPola tanda goresan vertical di kornea berarti adanya benda asing terbenam di

permukaan konjungtiva tarsalis di kelopak mata atas.

Tatalaksana

Prinsip:

Benda asing di kornea dikeluarkan seluruhnya pada satu saat tindakan, bila

memungkinkan.

FK angkatan 07’ Page 25

Page 26: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Luka harus dipantau setiap hari untuk mencari tanda-tanda infeksi sampai luka

sembuh sempurna.

Hati-hati dalam member steroid, karena daoat terjadi infeksi sekunder dan sangat

berbahaya bila terdapat virus herpes simpleks.

Hati-hati dalam pemberian anastesi local, sebab dapat mengakibatkan:

Keratitis

Adiksi terhadap obat

Jangana pernah member larutan anastesi topical untuk dipakai ulang setelah cedara

kornea, karena hal ini memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut,

dan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea yang permanen.

Penanganan:

Pengeluaran benda asing dengan memakai kapas yang digosokkan di atasnya atau

spud (alat pengorek), setelah dianastesi local. Bila tidak dapat dikeluarkan dengan

kapas maka dikeluarkan dengan ujung jarum yang berukuran kecil.

Pemantauan pengeluarannya dibantu dengan loupe atau slitlamp bila diperlukan.

Bahan inert yang tertanam (mis., kaca, karbon) dapat dibiarkan berada dalam

kornea.

Apabila pengeluaran fragmen yang tertanam dalam perlu dilakukan atau apabila

terjadi kebocoran cairan yang memerlukan jahitan atau perekat sianoakrilat, maka

tindakan tersebut harus dilakukan dengan teknik bedah mikro dalam kamar

operasi, dan dilakukan pembentukan ulang kamera anterior, bila perlu, dengan

atau tanpa viskoelastik kondisi steril.

Mengeluarkan cincin karat di sekitar benda asing

Tujuannya mencegah reaksi radang pada karat logam

Dikeluarkan dengan bor baterai denga ujung bor, dan dipantau dengan bantuan

slitlamp bila diperlukan.

Diberi sikloplegik topical

Tujuan:

Mengurangi rasa sakit

Menghilangkan gejala siklitis

Diberikan antibiotic spectrum luas, dalam bentuk tetes atau salep

Tujuannya untuk mencegah infeksi sekunder.

Bebat tekan diberikan selama 8-48 jam

FK angkatan 07’ Page 26

Page 27: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan epitel dan untuk mengurangi rasa

sakit karena defek epitel tidak terganggu akibat kedipan.

Dapat diberikan kodein, aspirin, dan obat analgesic lainnya

à Tujuannya untuk menghilangkan rasa sakit.

Operasi Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu

penglihatan.

Penyulit

Mudah terjadi infeksi oleh pseudomonas ataupun virus, pada defek epitel dengan

benda asing kornea

Terjadi infeksi sekunder

Terbentuk jaringan parut, yang akan mengganggu penglihatan atau sukarnya tertutup

epitel kornea sehingga terjadi erosi rekuren.

FK angkatan 07’ Page 27

Page 28: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

BENDA ASING DI KONJUNGTIVAPenyebab tersering dari cedera pada permukaan mata adalah lensa kontak. Lensa yang

tidak terpasang dengan benar, lensa yang terpasang terlalu lama, lensa yang tidak dilepas

ketika tidur, lensa yang tidak dibersihkan dan melepaskan lensa dengan kasar dapat

menimbulkan goresan pada permukaan mata. Penyebab lainnya adalah pecahan kaca, partikel

yang terbawa angin dan ranting pohon.

Gambaran Klinik

Gejala:

Nyeri

Pasien merasa ada sesuatu di mata.

Peka terhadap cahaya

Mata merah

Penglihatan bisa kabur

Perdarahan dari pembuluh darah pada permukaan mata atau pembengkakan mata

dan kelopak mata.

Tanda:

Terjadi kerusakan pada sel goblet.

Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang daya basahnya pada setiap kedipan

kelopak. Dapat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik

bola mata sehingga pergerakan mata menjadi terbatas.

Akibat terjadinya simblefaron penyebaran air mata menjadi tidak merata.

Terjadi pelepasan kronik daripada epitel kornea.

Terjadi keratinisasi (pertandukan) epitel kornea akibat berkurangnya mucin.

Tatalaksana

Mengeluarkan benda asing tersebut

à Benda asing diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau dengan

mengguyur mata dengan air bersih.

Pemberian antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman

oportunis.

FK angkatan 07’ Page 28

Page 29: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Pemberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mengatasi iritis, dan sinekia

posterior.

Pemberian Steroid secara berhati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.

Steroid diberikan untuk menekan proses peradangan akibat denaturasi kimia dan

kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat

diberikan pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap 2

jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya

fibrin dan membrane siklitik.

Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase.

Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini kolagenase mulai

terbentuk.

Pemberian Vitamin C untuk pembentukan jaringan kolagen.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial

tear (air mata buatan).

Sel-sel pada permukaan mata berregenerasi dengan cepat. Meskipun goresannya besar,

penyembuhan akan berlangsung selama 1-3 hari.

FK angkatan 07’ Page 29

Page 30: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

TRAUMA TEMBUS BOLA MATAPerforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata, karena pada

keadaan ini kuman akan mudah masuk kedalam bola mata selain dapat mengakibatkan

kerusakan struktur-struktur penting bola mata. Trauma penetrasi dapat terjadi dengan atau

tanpa masuknya benda asing intraocular. Bila bersamaan dengan trauma tembus dapat

ditemukan benda asing intraocular, maka akan berakibat buruk pada mata misalnya siderosis,

kalkosis dan oftalmia simpatika.

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konungtiva saja. Bila robekan tidak lebih

dari 1cm maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan >1cm maka perlu dilakukan

penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu

diperhatikan adanya robekan sklera. Trauma tembus dapat pula berbentuk perforasi sclera

dengan prolaps badan kaca disertai perdarahan badan kaca. Perforasi sclera dapat juga

disertai prolaps badan siliar.

Sebaiknya diketahui apakan trauma disebabkan oleh benda yang kotor, sehingga

dapat diramalkan dan dicegah kemungkinan endoftalmitis.

Manifestasi klinis

Terjadi penurunan visus (yang nyata) akibat terjadinya kekeruhan media penglihatan

secara langsung atau tidak langsung akibat trauma.

Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera.

Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui daerah perforasi

bahkan vitreous humor dapat keluar juga.

Bila terjadi perforasi kornea akan terlihat bilik mata yang dangkal. Jaringan uvea akan

menempel pada kornea atau malahan akan terlihat jaringan iris yang prolaps keluar.

Akibat perlengketan iris dengan bibir luka kornea akan terdapat bentuk pupil yang

lonjong atau terjadinya perubahan bentuk pupil. Kadang terjadi hifema, hal ini

menunjukkan terjadinya rupture iris dan badan siliar oleh trauma tembus.

Konjungtiva kemotis.

Laserasi konjungtiva.

Luka yang disebabkan oleh partikel kecil dengan kecepatan tinggi hanya

menimbulkan nyeri ringan dan penglihatan kabur.

FK angkatan 07’ Page 30

Page 31: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Jika terjadi ruptur sklera dapat terjadi gangguan pergerakan bola mata, perdarahan

subkonjungtiva.

Edema kornea, iritis, hifema, midriasis traumatik, ruptur sfingter iris, iridodialisis,

paralisis akomodasi, dislokasi lensa.

Posterior segmen: perdarahan vitreus dan retina, edema retina, lubang retina, ruptur

koroid, kontusio atau avulsi nervus optikus.

Penggunaan retractor atau speculum harus dilakukan secara hati-hati. Pemakaian yang

salah akan mengakibatkan peningkatan tekanan bola mata sehingga mendesak isi bola

mata keluar.

Beberapa dari efek trauma ini tidak dapat dinilai dengan pemeriksaan eksternal. Beberapa

efek mungkin muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu setelah trauma seperti

katarak.

Pemeriksaan tambahan yang diperlukan

Pembiakan kuman dari benda asing, yang merupakan penyebab trauma untuk menjadi

petunjuk pemberian antibiotika pencegah infeksi.

Pemeriksaan radiologis foto orbita untuk melihat adanya benda asing (radioopaque).

Bila ada dilakukan pemeriksaan lensa kontak Comberg, dan dapat dapat ditentukan

letak benda asing apakah intra atau ekstrokular.

Pemeriksaan ERG (elektroretinografi) untuk mengetahui fungsi retina yang sudah

rusak atau yang masih ada.

Pemeriksaan VER untuk menilai fungsi jalur penglihatan ke pusat penglihatan.

Tatalaksana

Tujuan tindakan yaitu untuk mempertahankan bola mata dan fungsinya. Pada setiap keadaan

harus dilakukan usaha mempertahankan bola mata bila masih bisa melihat sinar atau melihat

proyeksi cahaya. Bila terdapat benda asing dalam mata, maka sebaiknya dilakukan usaha

untuk mengeluarkan benda tersebut. Pada tindakan tersebut, pertimbangkan bahaya

mengeluarkan benda tersebut.

Pengobatan pada benda asing intraokular adalah dengan mengeluarkannya dan dilakukan

dengan perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih berat terhadap

bola mata. Mengeluarkan benda asing melalui sklera dapat mencegah kerusakan jaringan

lain. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit raksasa.

Benda yang tidak magnetik dikeluarkan melalui vitrektomi.

FK angkatan 07’ Page 31

Page 32: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Pasien diberikan antibiotika spectrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi bola mata (jika

dicurigai luka tembus disertai laserasi, antibiotic jangan diberikan secara topical karena dapat

bersifat toksik intraocular) dan diberikan analgesia dan sedative untuk mengurangi nyeri pada

mata. Sebelum dirujuk, mata tidak boleh diberi salep, karena salep dapat masuk ke mata.

Pasien tidak boleh diberi steroid lokal, dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan

bola mata.

Selanjutnya dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka.

Komplikasi

Endophtalmitis

Panoftalmitis

Ablasi retina

Perdarahan vitreous body

Glaucoma

Katarak

Prognosis

Prognosis dari kasus seperti ini tergantung pada :

Besarnya luka tembus, semakin kecil luka maka semakin baik prognosisnya

Tempat luka pada bola mata, bila terdapat di segmen anterior akan menggu axis

penglihatan, berbeda dengan bila lukanya di segmen posterior.

Bentuk trauma, apakah dengan benda asing atau tanpa benda asing.

Benda asing magnetic atau non-magnetik

Dalamnya luka tembus

Terdapatnya penyulit atau tidak.

FK angkatan 07’ Page 32

Page 33: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

TRAUMA ASAM

Definisi

Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan

mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7.

Etiologi

Beberapa zat asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfat, asam asetat, hidroflorida,

dan asam klorida.

Patofisiologi

Perjalanan penyakit trauma asam

1. Pada minggu pertama

Terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatan kekeruhan pada

kornea, demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi. Koagulasi

proten ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan.

Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas.

Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti stroma

kornea, keratosis dan endotel kornea.

Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea,

iritis dan katarak.

Bila trauma disebabkan oleh asam lemah maka regenerasi epitel akan terjadi

dalam beberapa hari dan kemudian sembuh.

Bila trauma disebabkan oleh asam kuat maka stroma kornea akan berwarna

kelabu infiltrasi sel radang ke dalamnya. Infiltrasi ke dalam stroma oleh

bahan asam terjadi dalam waktu 24 jam.

Beberapa menit atau jam sesudah trauma asam konjugtiva bulbi menjadi

hiperemi dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada konjungtiva

bulbi.

Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian dapat

menjadi normal atau merendah.

2. Trauma asam pada minggu 1- 3

FK angkatan 07’ Page 33

Page 34: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Umumnya trauma asam mulai sembuh pada minggu kesatu sampai ketiga ini.

Pada trauma asam yang berat akan terbentuk tukak kornea dengan

vaskularisasi yang bersifat progresif.

Keadaan terburuk akibat trauma asam pada saat ini ialah berupa vaskularisasi

berat pada kornea.

3. Trauma sesudah 3 minggu

Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu.

Pada endotel dapat terbentuk membran fibrosa yang merupakan bentuk

kerusakan endotel.

Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh jenis asam

yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan intramuskular protein, dan

protein yang berkoagulasi merupakan barier terhadap penetrasi lanjut daripada asam ke

dalam jaringan. Diketahui bahwa asam sulfur mengakibatkan kadar monosakarida jaringan

menurun. Bila truama disebabkan oleh HCl, maka pH cairan mata turun sesudah trauma

berlangsung 30 menit. Pada trauma asam tidak terdapat gangguan pembentukan jaringan

kolagen. Pada trauma asam berat yang merusak badan siliar akan terjadi penurunan kadar

askorbat dalam cairan mata dan kornea.

Manifestasi Klinis

Jika mata terkena zat kimia bersifat asam maka akan terlihat iritasi berat yang sebenarnya

akibat akhirnya tidak berat. Asam akan menyebabkan koagulasi protein plasma. Dengan

adanya koagulasi protein ini menimbulkan keuntungan bagi mata, yaitu sebagai barrier yang

cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan basa yang

mampu menembus jaringan mata dan akan terus menimbulkan kerusakan lebih jauh. Selain

keuntungan, koagulasi juga menyebabkan kerusakan konjungtiva dan kornea. Dalam masa

penyembuhan setelah terkena zat kimia asam akan terjadi perlekatan antara konjugtiva bulbi

dengan konjungtiva tarsal yang disebut simblefaron.

Diagnosis

Pemeriksaan awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis

Sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot gas pada mata atau

partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Tanyakan kepada pasien apa persisnya zat kimia

FK angkatan 07’ Page 34

Page 35: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan

dengan kecepatan tinggi).

Secara umum, pada anamnesis dari kasus trauma mata perlu diketahui apakah terjadi

penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah

terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba-tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur

merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular

apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat sudah terigasi

dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topical boleh digunakan

untuk membantu pasien lebih nyaman dan kooperatif. Setalah dilakukan irigasi, pemeriksaan

mata yang seksama dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan

keutuhan kornea, derajat iskemik limbus dan tekanan intraokuli.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus trauma asam mata adalah

pemeriksaan pH bola mata secara berkala. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai

pH netral. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp yang bertujuan untuk

mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.

Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengatahui tekanan intraokular.

Tatalaksana

Irigasi segera dengan garam fisiologik atau air.

Kontrol pH air mata untuk melihat apakah sudah normal.

Selanjutnya pertimbangkan pengobatan sama dengan pengobatan yang diberikan pada

trauma alkali.

FK angkatan 07’ Page 35

Page 36: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

TRAUMA ALKALI Trauma alkali atau trauma basa merupakan trauma bahan kimia basa, trauma ini

merupakanjenis trauma yang dampaknya lebih parah dibandingkan dengan trauma asam.

Macam- macam trauma alkali

Ammonia : merupakan bahan alkali yang barupa gas dan banyak ditemukan pada

pendingin lemari es dan pada bahan pembersih.

NaOH : merupakan bahan yang banyak digunakan sebagai pembersih pipa.

Ca(OH)2 : daya rusak dari alkali jenis ini tidak terlalu kuat dan akan sembuh sekitar

30 menit sampai 3 jam setelah trauma.

Klasifikasi

Pada trauma alkali terdapat dua kelompok klasifikasi yaitu klasifikasi oleh Hughes dan oleh

Thoft.

Klasifikasi Hughes

1. Ringan

Erosi terbatas pada epitel kornea

Kekeruhan pada kornea masih ringan

Iskemia dan nekrosis pada kornea tidak tampak

Prognosis baik

2. Sedang

Terdapat kekeruhan pada kornea sehingga lebih susah untuk

memperhatikan iris dan pupil secara jelas.

Terdapat nekrosis dan iskemia yang ringan pada konjungtiva dan

kornea

Prognosis masih baik

3. Berat

Kornea keruh, pupil tidak terlihat

Konjungtiva dan sclera pucat

Prognosis buruk

FK angkatan 07’ Page 36

Page 37: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Klasifikasi Thoft

Klasifikasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan dan beratnya

kerusakan.

1. Derajat 1: konjungtiva hiperemi yang disertai keratitis pungtata

2. Derajat 2: konjungtiva hipermi disertai hilangnya epitel kornea

3. Derajat 3: konjungtiva hiperemi dan nekrosis serta disertai lepasnya epitel

kornea

4. Derajat 4: nekrosis kornea terjadi lebih dari 50%

Untuk luka derajat 1 dan 2 dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut tanpa

terjadi neovaskularisasi pada kornea. Sedangkan pada derajat 3 dan 4 waktu

sembuhnya akan lebih lama.

Patofisiologi

Makanisme terjadinya kerusakan jaringan oleh karena trauma alkali yaitu pH alkali yang

tinggi akan menyebabkan terjadinya proses persabunan dan memicu terjadinya penetrasi yang

lebih kuat. Mukopolisakarida pada permukaan sel akan menghilang dan terjadi

penggumpalan sel kornea atau keratosit. Serat kolagen membengkak dan stroma kornea akan

mati.

Tatalaksana

Lakukan irigasi secara maksimal sesaat setelah terpapar dengan bahan-bahan alkali

tersebut.

Lakukan pengecekan pH kembali dengan kertas lakmus untuk mengetahui pH mata

sudah kembali normal atau tidak (pH N=7,3).

Bila penyebabnya karena NaOH maka lakukan terapi dengan mengunakan EDTA.

Bila perlu berikan antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi.

Berikan sikloplegik jika adanya iritis dan sinekia posterior.

Beta blocker dan Diamox dapat diberikan jika terdapat glaucoma.

Dapat diberikan steroid secara hati-hati selama 7 hari untuk mengurangi inflamasi

Berikan vitamin C karena vitamin C perlu untuk pembentukan jaringan kolagen

Lakukan pembebatan

Pertimbangkan untuk keratoplasti jika terjadi kekeruhan yang parah pada kornea

sehingga mengganggu penglihatan.

FK angkatan 07’ Page 37

Page 38: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

FK angkatan 07’ Page 38

Page 39: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

PERUJUKAN TRAUMA MATA

Trauma Kimia

Baik trauma asam ataupun basa alkali segera bicarakan dan serahkan pada spesialis mata.

Iritasi kimia sedang tidak perlu dirujuk ke spesialis.

Trauma Tumpul

Semua trauma tumpul pada mata harus di periksa oleh ophtalmologis

1) Segera

rupture bola mata atau suspek perforasi

defek pupil dengan 2 hemataom periorbital

hifema atau kebutaan (pada kasus anak)

2) Dalam 24 jam

penurunan visus

hifema pada remaja

laserasi palpebra

retinal hemorage

blow-out fracture

anak tanpa hifema dan tidak ada kebutaan

3) Dalam 48 jam: mata normal dengan hematom pada periorbital

4) Tidak perlu melibatkan oftalmologis : trauma minor tanpa melibatkan

periorbita dan bola mata.

Jika pasien diperkirakan terjadi ruptur bola mata maka harus segera dirujuk ke spesialis mata.

Pada Hematoma Orbital Dan Kelopak Mata Tidak Dapat Dibuka segera dirujuk ke

spesialis mata dengan suspek rupture bola mata.

Pada Hematoma Orbital Tapi Mata Masih Dapat Dibuka ada beberapa kemungkinan:

kemungkinan rupture bola mata segera dirujuk ke spesialis mata.

Jika terjadi defek pupil segera dirujuk ke spesialis mata khususnya bila terjadi

hematoma yang berat, hal ini menandakan terjadinya kompresi pada nervus optikus.

FK angkatan 07’ Page 39

Page 40: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

Tidak terjadi rupture dan visus mata normal, dapat dirujuk ke spesialis mata dalam 24

jam.

Luka Memar Dan Penglihatan Ganda- Suspek “Blow-Out” Fraktur dapat dirujuk ke

spesialis mata dalam 24 jam.

Hifema :

Pada anak. Ditangani oleh spesialis mata

Hifema lebih dari sepertiga diameter korrnea. Ditangani oleh spesialis mata

Hifema yang kecil. Dilakukan bed rest dan pengawasan diakukan oleh spesialis mata.

Pada Laserasi Kelopak Mata:

Jika ada suspek rupture bola mata segera dirujuk ke spesialis mata.

Sebaliknya jika tidak ada kemunkinan rupture bola mata, dapat dirujuk dalam 24 jam.

Trauma Akibat Proyektil Yang Terlempar, Pecahan Kaca, Ketika Berkebun Segera

rujuk ke spesialis mata

Pukulan Palu, Memahat, Atau Melakukan Hal-Hal Yang Sejenisnya

Semua kasus harus dilihat oleh spesialis mata jika terdapat keragu-raguan tentang

adanya benda asing di intraocular. Katarak dapat muncul dengan cepat setelah

terjadinya trauma yang membuat pemeriksaan fundus tidak dapat dilakukan denga

metode normal.

Penetrasi yang nyata. segera dirujuk ke spesialis mata

Jika terjadi pada anak. segera dirujuk ke spesialis mata

FK angkatan 07’ Page 40

Page 41: Laporan Tut Sken3 Blok 19 - Indera

DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas, Sidarta. 2005. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI press: Jakarta.

2. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata ed.3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

3. Riordan-Eva P and Whitcher, John P (editor). 2007. Vaughan and Asbury’s General

Ophthalmology ed.17. Lange-McGraw-Hill International Edition: New York.

4. Webb, Lennox A. 2004. Manual of Eye Emergencies Diagnosis and Management.

London: Elsevier

FK angkatan 07’ Page 41