lap 3
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
MODUL 3ADSORPSI FISIKA
Nama Praktikan : Devina Yukano
NRP : 6212033
Nama Partner : Devi Alvionita
NRP : 6212003
Nama Asisten : Bonaventura Darryl
Tanggal Percobaan : 6 Februari 2014
Tanggal Pengumpulan : 10 Februari 2014
Shift Praktikum : Kamis siang
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2014
BAB I
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari proses adsorpsi fisika dalam penghilangan zat warna yang
mempergunakan karbon aktif.
2. Menentukan isoterm adsorpsi Freundlich dalam penghilangan zat warna
mempergunakan karbon aktif dengan metoda spektrofotometri.
3.
BAB II
HASIL PERCOBAAN
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum untuk larutan apple green 50 ppm = 630 nm
570 580 590 600 610 620 630 640 650 6600
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Grafik Panjang Gelombang Maksimum
2. Pembuatan Kurva Standar
Persamaan kurva :
Metode grafis : y = 0,0035 x
Metode least square : y = 0,0035 x
0 1 2 3 4 5 60
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
f(x) = 0.00347897484641348 xR² = 0.896413181622768
Kurva Standar
3. Penentuan Kurva Isoterm Adsorpsi
Waktu pengadukan = 30 menit
Massa karbon aktif = 0,75 gram
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich :
- Metode grafis : w = 0,1317 . C0,2685
- Metode least square : w = 0,1317 . C0,2685
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
f(x) = 0.268502054486405 x − 0.880418164701189R² = 0.561511844489264
kurva isoterm adsorpsi
BAB III
PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan metode
spektrofotometri. Spektrofotometer, alat yang digunakan, dipanaskan atau dinyalakan kira-
kira 5-10 menit sebelum digunakan. Tujuan pemanasan ini adalah untuk mendapat
frekuensi sinar yang dipancarkan stabil sehingga pembacaan spektrofotometri lebih akurat.
Pengukuran suatu larutan menggunakan spektrofotometri melibatkan larutan blanko,
larutan standar, dan larutan analit. Larutan blanko adalah larutan yang diberi perlakuan
yang sama dengan analit tetapi sebenarnya tidak mengandung komponen analit. Larutan
analit adalah larutan yang dianalisis. Sedangkan larutan standar adalah larutan yang
mendapat perlakuan yang sama dengan analit dan mengandung komponen analit dimana
konsentrasinya telah diketahui. Larutan blanko dibuat dengan tujuan untuk mengoreksi
sinar yang dipantulkan oleh kuvet dan yang diserrap oleh suatu larutan. Dengan demikian,
syarat pembuatan larutan blanko adalah larutan tidak mengandung analit sama skali.
Metode spektrofotometri digunakan untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu larutan sebagai fungsi panjang gelombang. Transmitan merupakan daya radiasi sinar
yang diteruskan melewati suatu larutan. Sedangkan absorban merupakan daya radiasi sinar
yang diserap oleh suatu larutan. Besar transmitan biasanya dituliskan dalam bentuk persen
sehingga sering disebut sebagai transmitan persentase (%T). Jika persentasenya 100, maka
dapat diartikan bahwa semua radiasi atau frekuensi sinar dapat langsung melewati larutan
tersebut tanpa ada radiasi sinar yang terserap. Namun, pada umumnya tidak ada larutan
atau senyawa yang memiliki persentase transmitan 100. Untuk itu diperlukan larutan
blanko yang tidak mengandung analit sebagai pembanding. Semakin besar persentase
transmitan, maka semakin banyak radiasi sinar yang melewati senyawa sedangkan yang
diserap oleh larutan semakin sedikit, juga nilai absorbansnya semakin turun.
Pengukuran nilai %T dilakukan pada saat λmax karena pada saat λmax, absorbannya
pada harga maksimum dimana sensitivitas penyerapannya tinggi sehingga pengukuran
akan lebih akurat dan persentase kesalahannya paling kecil. Oleh karena itu, pada
tempuhan percobaan selanjutnya diukur pada panjang gelombang maksimum. Pada
percobaan yang dilakukan, diperoleh data %T yang mengalami penurunan lalu mengalami
kenaikan. Hasilnya dapat dilihat dari grafik berikut :
570 580 590 600 610 620 630 640 650 6600
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Grafik Panjang Gelombang Maksimum
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai absorban yang naik dari panjang gelombang
580 nm sampai 630 nm, dilanjutkan penurunan dengan panjang gelombang dari 630 nm
hingga 650 nm. Speerti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai absorban yang
semakin kecil menunjukkan nilai %T yang semakin besar, begitu juga sebaliknya. Pada
grafik ini, didapat nilai puncak atau nilai absorban maksimum pada panjang gelombang
630 nm. Hal ini berarti daya serap larutan terhadap radiasi sinar paling banyak pada saat
panjang gelombang 630 nm, sehingga 630 nm dianggap sebagai panjang gelombang
maksimum untuk larutan ini yaitu larutan apple green 50 ppm.
Pada percobaan pembuatan kurva standar, nilai %T yang diperoleh mengalami
kenaikan dan penurunan. Menurut hukum Lambert-Beer yaitu A = a . b . c, dimana A
adalah absorban, a adalah konstanta, b adalah diameter kuvet, dan c adalah konsentrasi
larutan, konsentrasi dan nilai absorban berbanding lurus. Sehingga, semakin meningkat
konsentrasi suatu larutan, maka nilai absorbannya akan semakin meningkat. Sedangkan
nilai %T semakin menurun karena %T berbanding terbalik dengan absorban sesuai dengan
rumus A=log ( 100%T
), sehingga secara teoritis diperoleh kurva standar berupa garis lurus.
Namun, hasil percobaan yang didapat tidak demikian. Hal ini bisa terjadi karena
disebabkan beberapa hal yaitu pencucian kuvet yang kurang bersih sehingga masih
terdapat sisa larutan sebelumnya, permukaan kuvet yang tergores sehingga pemantulan dan
penyerapan sinar bergeser, bisa juga karena pengukuran berat maupun volume zat warna
yang kurang teliti sehingga hasilnya tidak akurat. Berikut kurva standar yang diperoleh.
0 1 2 3 4 5 60
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
f(x) = 0.00347897484641348 xR² = 0.896413181622768
Kurva Standar
Kurva standar merupakan kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang
masih berada dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Kurva standar dibuat
untuk menunjukkan besar konsentrasi suatu larutan dari hasil pengukuran dengan absorban
sehingga konsentrasi suatu larutan dapat diperoleh dengan mudah melalui kurva standar.
Persamaan kruva standar yang didapat adalah pangkat 1. Pangkat ini diperoleh dari hukum
Lambert-Beer dimana nilai a (konstanta) dan b (diameter kuvet) adalah konstan untuk
setiap percobaan karena menggunakan kuvet yang berukuran sama, sehingga diperoleh
nilai absorban (A) sama dengan nilai konsentrasi (c) dengan pangkat satu.
Percobaan selanjutnya adalah proses adsorpsi fisika menggunakan karbon aktif.
Karbon aktif yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu agar pori-porinya terbuka
sehingga karbon aktif dapat menyerap zat warna semakin cepat dan maksimal. Karbon
aktif yang digunakan berupa serbuk. Hal ini berhubungan dengan luas permukaannya,
dimana proses adsorbsi merupakan proses penempelan analit pada permukaan suatu
absorben. Jika karbon aktif berupa serbuk, maka luas permukaan karbon aktif semakin luas
sehingga zat warna yang menempel semakin banyak. Karbon aktif bersifat sangat aktif
sehingga akan menyerap apa saja yang mengalami kontak dengannya. Untuk itu, saat
menimbang serbuk karbon aktif harus langsung ditutup karena karbon aktif serbuk sangat
ringan sehingga saat mengadakan kontak dengan molekul udara akan menempel dan
terbawa arus udara. Demikian juga saat proses shaking. Saat di-shaker, erlenmeyer perlu
ditutup dengan cling wrap agar saat dikocok atau digoyang-goyangkan serbuk karbon akti
tidak terbawa udara. Karena tiap serbuknya memiliki kemampuan yang cukup untuk
menyerap zat warna, sehingga bila terjadi selisih jumlah karbon meski hanya sedikit akan
mempengaruhi hasil perhitungan penyerapan di akhirnya.
Adsorpsi fisika merupakan proses adsorpsi yang disebabkan oleh adanya gaya van
der Waals saat terjadi kontak langsung antara absorben dengan molekul fluida. Proses ini
terjadi tanpa melibatkan reaksi, biasanya berlangsung cepat dan bersifat reversible. Juga
dapat berlangsung di bawah suhu kritis adsorbat yang relatif rendah, sehingga panas
adsorpsi yang dilepaskan juga rendah. Tetapi, karena gaya van der Waals hanya
menciptakan ikatan yang lemah, sehingga adsorbat yang terikat pada permukaan adsorben
dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke permukaan yang lain dan dapat diputuskan
dengan cara pemanasan pada suhu 150-200°C selama 2-3 jam. Proses adsorpsi fisika
terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi sehingga akan terbentuk lapisan jamak /
multilayer pada permukaan adsorben.
Setelah proses adsorpsi dan pengocokan berakhir, sebelum diukur dalam kuvet
dengan spektrofotometer dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk
menyaring karbon aktif dan molekul yang terlah teradsorp sehingga dapat dihitung
banyaknya zat warna yang dapat diadsorp oleh karbon aktif dalam kurun waktu tertentu.
Larutan tadi tidak boleh diukur langsung karena selain tujuan percobaan ini adalah untuk
mengukur banyaknya zat warna terlarut yang teradsorp, juga spektrofotometer tidak
berguna jika larutan masih mengandung karbon. Hal ini karena prinsip kerja
spektrofotometer adalah menghitung jumlah radiasi yang dipantulkan, diserap, maupun
yang terus melewati larutan. Jika masih mengandung karbon aktif, maka radiasi sinar akan
sangat sedikit yang melewati larutan sehingga hasil yang diperoleh salah dan tidak sah.
Dari percobaan ini, diperoleh hasil yang masih kurang baik, dimana %T mengalami
kenaikan dan penurunan yang tidak teratur. Seharusnya, dengan konsentrasi larutan yang
semakin tinggi, maka radiasi sinar yang berhasil melewati larutan akan semakin sedikit,
dengan demikian %Tnya akan semakin menurun. Meski sebagian besar sesuai, tetapi pada
hasil percobaan didapati kesalahan yaitu kenaikan %T antara larutan dengan konsentrasi
awal 100 ppm dan 125 ppm dimana %T dari 97,3 menjadi 98,6. Hal ini bisa terjadi karena
penimbangan karbon yang kurang teliti, masih adanya sisa karbon yang tertinggal pada
kertas timbang saat akan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, pencucian kuvet yang kurang
bersih atau kuvet yang terdapat bekas kotoran atau goresan pada bagian kuvet.
Berikut adalah tabel gabungan 3 kelompok dengan variasi waktu pengadukan dan
massa karbon
kelompok
massa karbon t
%T75 100 125 150 175 200
1 50 45 97,1 98,3 98,1 97,3 96,9 892 50 30 99,3 99,4 98,1 94,1 92,3 893 75 30 99,5 97,3 98,6 98,3 97,8 90
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa waktu dan massa karbon aktif mempengaruhi %T
dimana konsentrasi akhirnya berbeda-beda tergantung dari banyaknya jumlah absorben
yang mengadsorpsi larutan absorbat dalam waktu tertentu. Semakin lama waktu
pengadukan dan semakin banyak massa karbon aktifnya, maka konsentrasi akhir semakin
rendah sehingga %Tnya semakin tinggi. Dari data yang diperoleh, sebagian besar sudah
sesuai dengan teori, namun ada beberapa data yang tidak sesuai dimana %T nya
mengalami kenaikan, padahal seharusnya mengalami penurunan terus. Hal ini bisa
disebabkan karena ketidak telitian dalam mengukur volume larutan, massa zat warna, dan
karbon, penggunaan kuvet yang tidak bersih atau tidak benar-benar bebas dari goresan atau
bercak atau kotoran atau larutan sisa sebelumnya.
Pada persamaan isoterm adsorpsi Freundlich, diperoleh rumus w=k .Cn, dimana w
adalah jumlah zat yang teradsorp tiap gram absorben, C adalah konsentrasi adsorbat dalam
fluida, sedangkan k dan n merupakan konstanta. K merupakan konstanta yang mewakili
kapasitas adsorben terhadap adsorbat. Sedangkan n merupakan konstanta yang mewakili
derajat kemampuan adsorpsi, dimana jika n=1 maka adsorpsi linier; n<1 adsorpsi adalah
proses kimia; n>1 adsorpsi adalah proses fisik. Harga k bisa berubah-ubah sesuai dengan
waktu pengadukan, jumlah absorban, suhu, pH, kecepatan pengadukan, jenis dan struktur
absorben, serta jenis, struktur, dan konsentrasi absorbat.
Variasi waktu memperngaruhi proses adsorpsi. Waktu kontak mempengaruhi
kapasitas adsorpsi atau nilai K. Selama 60 menit pertama, kapasitas adsorpsi menurun
sangat drastis. Setelah 60 menit berlangsung, kinerja adsorben mulai ‘menjenuh’ dimana
adsorbat yang teradsorpsi mulai konstan hingga lama-lama akan konstan dan adsorben
tidak dapat mengadsorp lagi karena kapasitas absorben sudah penuh. Berikut contoh grafik
antara waktu dan logam yang teradsorpsi
Waktu kontak tidak mempengaruhi derajat adsorpsi atau nilai n karena harga n merupakan
harga tetap yang tidak berubah. Sedangkan massa karbon mempengaruhi proses adsorpsi.
Semakin banyak karbon aktif yang ditambahkan, maka adsorbat semakin banyak yang
teradsorpsi sehingga dapat diartikan bahwa kapasitas adsorpsi karbon semakin bertambah
kecil (nilai K). Sedangkan seperti halnya waktu kontak, demikian juga massa adsorben
tidak mempengaruhi harga n karena n bernilai tetap. Hasil yang diperoleh dari percobaan
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut
kelompok
massa karbon t k n
1 50 45 0,165 0,29592 50 30 0,15451 0,222483 75 30 0,1317 0,2685
antara kelompok 1 dan 2 harga K seharusnya semakin besar seiring dengan semakin cepat
waktu pengadukan. Antara kelompok 2 dan 3 sudah sesuai dimana harga k semakin kecil
seiring dengan semakin banyak karbon aktifnya.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Semakin besar konsentrasi, semakin kecil nilai %T, semakin besar nilai A, semakin
banyak absorbat yang teradsorp.
2. Semakin banyak karbon aktif yang ditambahkan, semakin banyak adsorbat yang
teradsorp, harga k semakin kecil.
3. Semakin luas luas permukaan absorban, semakin banyak adsorbat yang teradsorp.
4. Semakin lama waktu pengadukan, semakin kecil harga k.
5. Harga k bisa berubah-ubah sesuai dengan waktu pengadukan, jumlah absorban, suhu,
pH, kecepatan pengadukan, jenis dan struktur absorben, serta jenis, struktur, dan
konsentrasi absorbat.
6.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://yukhimonogotari.blogspot.com/2012/04/lapres-spektrofotometri-pospat.html
http://radithealt.blogspot.com/2011/03/apakah-spektrum-infra-merah-itu.html
http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2012/01/spektroskopi-spektrofotometri.html
http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.html
http://www.slideshare.net/RestuFrodo/kurva-standar-dan-larutan-standar
http://www.purewatercare.com/karbon_aktif.php
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123737-R220838-Desain+sistem-Literatur.pdf
http://purewaterlab.org/pwl_net/labs/D2_Process_Units/D2L4_Activated_Carbon/
Adsorption_Equilibrium.html
http://www.hindawi.com/journals/jther/2013/375830/
http://rangminang.web.id/2010/06/adsorpsi/
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Larutan 50 ppm
λ max (nm) % T
580 92590 89,9600 87,2610 83620 77,2630 73,6640 77,5650 86,2
2. Penentuan Kurva Standar
Larutan induk 50 ppm
Panjang gelombang max = 630 nm
Volume larutan total = 100 ml
larutan C (ppm) V. lar induk %T
1 0,5 1 99,9
2 1 2 99,7
3 1,5 3 98,2
4 2 4 98
5 2,5 5 97,9
6 3 6 98,4
7 3,5 7 95,3
8 4 8 97,2
9 4,5 9 96,2
10 5 10 97,2
3. Penentuan Kurva Isoterm Adsorpsi
Waktu pengadukan = 30 menit
Massa karbon aktif = 0,075 gram
[lar. Induk] = 1000 ppm
larutan C (ppm) V. lar induk %T
1 75 7,5 99,5
2 100 10 97,3
3 125 12,5 98,6
4 150 15 98,3
5 175 17,5 97,8
6 200 20 90,1
LAMPIRAN B
HASIL ANTARA
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
λ %T A580 92 0,036212173590 89,9 0,046240308600 87,2 0,059483515610 83 0,080921908620 77,2 0,1123827630 73,6 0,133122186640 77,5 0,110698297650 86,2 0,064492734
2. Penentuan Kurva Standar
larutan
C (ppm)
V lar induk (ml) %T A A.C C2
1 0,5 1 99,9 0,00043451 0,00021726 0,252 1 2 99,7 0,00130484 0,00130484 13 1,5 3 98,2 0,00788851 0,01183277 2,254 2 4 98 0,00877392 0,01754785 45 2,5 5 97,9 0,00921731 0,02304327 6,256 3 6 98,4 0,0070049 0,0210147 97 3,5 7 95,3 0,0209071 0,07317485 12,258 4 8 97,2 0,01233374 0,04933494 169 4,5 9 96,2 0,01682493 0,07571218 20,25
10 5 10 97,2 0,01233374 0,06166868 25Ʃ = 0,33485133 96,25
M grafis = 0,0035
M least square = 0,0035
3. Penentuan Kurva Isoterm Adsorpsi
larutan
Co (ppm)
V lar induk (ml) %T A
C (ppm) w log C
log w
(log C)^2
log C . Log w
1 75 0,0075 99,50,00217692
0,62197693
0,0991707
-0,2062
257
-1,003617
0,04252905
0,206971566
2 100 0,01 97,30,01188716
3,39633135
0,1288048
0,53101005
-0,89
0,28197168
-0,4726
9 0068 34868
3 125 0,0125 98,60,00612309
1,74945287
0,1643340
60,2429
0225
-0,784272
0,0590015
-0,190501531
4 150 0,015 98,30,00744648
2,12756633
0,1971632
40,3278
8311
-0,705174
0,10750733
-0,231214658
5 175 0,0175 97,80,00966115
2,7603272
0,2296529
0,44096057
-0,638928
0,19444622
-0,281742084
6 200 0,02 90,10,04527521
12,935774
0,2494189
71,1117
9242
-0,603071
1,23608238
-0,670489235
Ʃ
1,0685447
62,4483
2267
-4,625129
1,92153817
-1,639610809
(untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar excel)
W (grafis) = 0,1317 . C0,2685
W (least square) = 0,1317 . C0,2685
LAMPIRAN C
GRAFIK
570 580 590 600 610 620 630 640 650 6600
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Grafik Panjang Gelombang Maksimum
0 1 2 3 4 5 60
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
f(x) = 0.00347897484641348 xR² = 0.896413181622768
Kurva Standar
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
f(x) = 0.268502054486405 x − 0.880418164701189R² = 0.561511844489264
kurva isoterm adsorpsi
log C
log
w