lap. klintan acara 3 penyakit

26
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam 1

Upload: syarifah-fauziah

Post on 09-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penyakit bulai

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangHerbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium.Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003). Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidaklah boleh diabaikan. Yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium (Steenis, 2003).

B. TujuanPraktikum klinik tanaman dalan acara pengawetan tanaman sakit dan pembuatan herbarium bertujuan untuk:1. Mengenal dan melaksanakan teknik-teknik yang digunakan untuk pengawetan tanaman sakit.2. Memilih teknik yang sesuai bagi bahan tanaman yang harus ditangani, meliputi metode penyimpanan dan penanganannya. 3. Memperagakan specimen yang diawetkan dengan penyertaan informasi yang relevan.

II. TINJAUAN PUSTAKAHerbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Onrizal, 2005). Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidak boleh diabaikan. Melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium (Steenis, 2003).Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan Gradstein Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa (Ramadhanil, 2003).Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya (Stacey, 2004).Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Specimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak specimen herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Spesiesmen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda. (Tjitoseopomo, 2005).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain bahan tanaman sakit atau bahan tanaman yang mengalami kerusakan hama yang akan diawetkan, FAA (Formaldehid Acetic Acid), pemampat bahan tanaman sakit untuk herbarium kering, dan Naphthalene (kapur barus. Alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain Botol museum, gelas breaker, botol-botol gelas, gelas ukur, dan label herbarium.

B. Prosedur kerja1. Bahan-bahan tanaman sakit atau yang mengalami kerusakan yang bentuknya besar dan berdaging dengan kandungan air yang tinggi (misal buah jeruk, magga, buah jambu, akar gada pada kubis, albasia-karat puru).a. Bahan tanaman diawetkan dalam larutan FAA untuk mencegah kehancuran jaringan oleh bakteri dan jamur.b. Botol penyimpanan yang digunakan mempunyai tutup dari gelas atau plastic karena tutup dari logam akan menimbulkan korosi oleh pengaruh FAAc. Botol museum dilengkapi (yang terisi FAA dan bahan tanaman yang akan diawetkan) dengan label herbarium yang telah berisi informasi tentang koleksi specimen tersebut (nama penyakit, pathogen, tipe pathogen, tanaman/inang, lokasi, tanggal, kolektor, metode identifikasi dan ditambah informasi ekologi untuk hama), direkatkan pada bagian luar botol.d. Label diidi dengan tulisan tangan, tinta hitam secara benar dan rapi. Untuk identifikasi pendahuluan (tentatif) digunakan acuan yang tersedia dan sesuai.2. Bahan-bahan tanaman dengan kandungan air yang rendah dan ukuran relative kecil atau tipis, diawetkan dengan cara pemampatan (pressing). a. Dilakukan pemampatan dengan cara menempatkan lembaran bahan tanaman (misal daun) di antara lembaran-lembaran surat kabar kering dan atasnya dibebani dengan setumpuk buku tebal atau batu bata.b. Untuk specimen yang kandungan airnya lebih tinggi, diganti kertas-kertas tersebut setiap hari untuk mencegah pertumbuhan jamur kapang (mold) pada specimen.c. Setelah kering, disimpan lembaran herbarium ini dengan posisi mendatar dalam almari yang kering dan bebas insekta.3. Specimen yang berupa perakaran tanaman berkayu, biji-bijian kering atau buah berkayu tak membutuhkan cairan pengawet.a. Specimen tersebut dikeringkan pada udara bebas atau dikering-ovenkan pada suhu rendah, kemudian simpan langsung dalam botol.b. Ditambahkan butiran-butiran Naphthalene bersama specimen untuk mencegah infestasi serangga.c. Herbarium dilengkapi denga label herbarium yang berisi informasi tentang specimen yang bersangkutan,d. Disertakan specimen sehat bersama specimen yang sakite. Label diisi dengan tulisan tangan, tinta warna hitam secara benar dan rapi.f. Pendahuluan (tentatif) diidentifikasi dengan menggunakan acuan yang ada dan relevan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Praktikum

Pengawetan Tanaman Sakit dan Pembuatan Herbarium Prosedur pembuatan Larutan FAA1. Air steril disiapkan sebanyak 175 ml.2. Prusi ditimbang sebanyak 1 gram.3. Air steril dan prusi diaduk sampai homogen.4. Asam asetat glasial ditambahkan pada larutan, sebanyak 25 ml tanpa diaduk.5. Formaldehid (40%) sebanyak 50 ml dan alcohol (95%) sebanyak 50 ml ditambahkan pada larutan tanpa diaduk.6. Larutan FAA yang sudah jadi dibagi dalam 2 toples.7. Masukka hama dan penyakit tanaman kedalam masing-masing toples.8. Toples ditutup rapat.9. Masing-masing toples di beri label specimen.

B. PembahasanHerbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi specimen tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian dan identifikasi.Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu specimen yang diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informasi dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan specimen, data da nasal-usul materialnya. (Balai Taman Nasional Baluran, 2004).Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2004).Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Spesiesmen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda. (Tjitoseopomo, 2005).Kegunaan herbarium secara umum antara lain:1. Sebagai pusat referensi: merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.2. Sebagai lembaga dokumentasi: merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dll.3. Sebagai pusat penyimpanan data: ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya (Onrizal, 2005).4. Material herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi.5. Material peraga pelajaran botani.6. Material penelitian.7. Alat pembantu identifikasi tanaman.8. Material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia.9. Bukti keanekaragaman dan,10. Specimen acuan untuk publikasi spesies baru.Herbarium dibagi menjadi dua jenis yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium kering adalah herbarium yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bias diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya. Sedangkan herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda.1. Pembuatan medium FAA1 gr Prusi yang telah dihaluskan dilarutkan ke dalam 175 ml air steril diaduk hingga homogen dan ditambah asam asetat glasial sebanyak 25 ml tanpa diaduk. Formaldehid (40%) sebanyak 50 ml dan alcohol (95%) ditambahkan pada larutan tanpa diaduk. Larutan FAA dibagi dalam 2 toples.2. Pembuatan herbariumHama ulat tanah dan Penyakit bulai pada tanaman jagung yang telah dikumpulkan dimasukan ke dalam masing-masing botol museum yang berisi larutan FAA. Lalu kemudian masing-masing botol diberi label yang berisi keterangan mengenai informasi-informasi spesimen.

Label untuk hamaSpesimen: P. maydis.Tempat : Karang WangkalTanggal : Oleh: Kelompok 1, Rombongan 3Tanaman inang: Zea maysInformasi ekologi: Tanaman jagung ditanam secara monokultur bersebelahan dengan tanaman padi, tanaman jagung ditanam bergilairan dengan tanaman padi.Klasifikasi penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung (P. maydis)Kingdom: ChromistaFilum: HeterokontophytaKelas: OomycetesOrdo: SclerosporalesFamili: PeronosporaceaeGenus:PeronosclerosporaSpesies:P. maydisGejala Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.Penyebab dan penyebarannya Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesis yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. sorghi. Lokasi penyebaran dan identifikasi sepsis Peronosclerospora spp. telah diketahui di 20 Kabupaten dan kota di Indonesia. P. maydis umumnya menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY. P.philipinensis banyak menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan p. sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo Sumatera Utara dan Bati-Malang. Siklus penyakit Proses infeksi cendawan Peronosclrospora spp. dimulai dari konidia jatuh dan tumbuh dipermukaan daun jagung serta berkembang membentuk appressoria lalu masuk kedalam jaringan tanaman muda melalui stomata, selanjutnya terjadi lesion local dan berkembang sampai ketitik tumbuh, menyebabkan infeksi sistemik sehingga terbentuk gejala bulai.Inang alternative Beberapa jenis inang alternatif penyakit bulai selain tanaman jagung diantaranya adalah Avena sativa, Digitaria spp., Euchlaena spp., Heteropogon contartus, Panicum spp., Setaria spp., Saccharum spp., Sorghum spp., Pennisetum spp. dan Zea mays. Pengendalian Untuk menanggulangi OPT jagung telah dilakukan pencarian gen-gen yang tahan terhadap hama dan penyakit. Karakterisasi molekuler berbasis marka SSR (Single Sequence Repeats) dan SNP (Single Nucleotide Polymorphisms) untuk perakitan varietas jagung toleran cekaman abiotik telah dilakukan melalui sejumlah proses genotyping dan sequencing. Sejak 3 tahun terakhir skrining ketahanan hama penyakit telah mengidentifikasi sejumlah galur dengan ketahanan spesifik terhadap penyakit dan hama jagung.Dibawah ini sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai di lapangan:1. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, Bima-9, Bima- 14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru.2. Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah endemik bulai dimana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai dilapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya3. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.4.Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal.5.Eradikasi tanaman yang terserang bulai.6.Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih. (Balai Penelitian Tanaman Serealia).

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanHerbarium merupakan koleksi spesimen yang telah dikeringkan / diawetkan dalam larutan, yang biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Pada praktikum yang telah dilakukan, dibuat herbarium basah, untuk mengawetkan hama yang ditemukan dilapang dan herbarium kering untuk penyakit.B. SaranSebaiknya pengambilan spesimen untuk kepentingan herbarium dilakukan secara hati-hati dan teliti. Dan juga pengisian informasi pada label herbarium sebaiknya diisi dengan jelas agar dapat memberikan informasi yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKAOnrizal.2005.Teknik PembuatanHerbarium. http://ocw.usu.ac.id.Diakses pada tanggal 19 April 2015.

Ramadhanil. 2003.Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang Penelitian Taksonomi Tumbuhan di Sulawesi.http://unsjournals.com. Diakses pada tanggal 19 April 2015.

Steenis, C.G.G.J.Van. 2003. Flora. Cet. 9. PT Pradnya Paramitha. Jakarta.Tjtrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Aththorick,T.A,danSiregarE.S.2006.TaksonomiTumbuhan. Departemen Biologi FMIPA USU. Medan.

Setyawan,A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, KdanSusilowati,A. 2005.Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004.Herbarium. Cambridge University Press. New York.

1