kwn pancasila

33
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Khazanah kepustakaan mengakui bahwa sistem filsafat dapat berkembang sebagai ideologi suatu bangsa. Lazimnya, sistem filsafat suatu bangsa dijadikan pandangan hidup sebagai nilai terbaik, karenanya dijadikan filsafat hidup (Weltanschauung). Nilai fundamental ini dipraktekkan sepanjang sejarah bangsanya; karenanya teruji kebenaran dan keunggulannya; bahkan manunggal dengan budaya dan peradaban bangsa, karena itu pula diakui sebagai jiwa bangsa (Volksgeist) atau jatidiri nasional. Nilai fundamental demikian, senantiasa menjadi sumber nilai dan sumber cita nasional (=ideologi nasional) yang ditegakkan sebagai Sistem Kenegaraan sebagaimana terjabar dalam UUD Negara. Semua warganegara dan lembaga-lembaga negara, yang diwakili kepemimpinan nasional berkewajiban (imperatif) untuk menegakkan dan membudayakan Asas Budaya dan Moral Filsafat Negara (Ideologi Nasional)!; Bagi bangsa Indonesia filsafat Pancasila sebagai filsafat hidup dijadikan dasar negara (filsafat negara; ideologi negara) sebagaimana dirumuskan dan disahkan oleh PPKI sebagai the founding fathers dalam UUD Proklamasi 45. NKRI sebagai negara Proklamasi berdasarkan Filsafat Pancasila; dalam makna, nilai sistem filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional dan konstitusi Proklamasi 45 manunggal dan fungsional dalam integritas kebangsaan dan kenegaraan. Sejak Indonesia merdeka dapat diakui, secara filosofis-ideologis dan legal konstitusional, bahwa NKRI Proklamasi 45 dengan predikat sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. Kaidah fundamental filsafat negara berfungsi pula sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara; mulai ajaran hak asasi manusia (HAM) sampai teori negara; in casu : teori kedaulatan di dalam negara. Maknanya, teori kedaulatan adalah jabaran dari ajaran atau teori HAM; bagaimana kedudukan, hak dan kewajiban

Upload: singgih-tahwin-muhammad

Post on 23-Jul-2015

136 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KWN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Khazanah kepustakaan mengakui bahwa sistem filsafat dapat berkembang sebagai ideologi suatu bangsa. Lazimnya, sistem filsafat suatu bangsa dijadikan pandangan hidup sebagai nilai terbaik, karenanya dijadikan filsafat hidup (Weltanschauung). Nilai fundamental ini dipraktekkan sepanjang sejarah bangsanya; karenanya teruji kebenaran dan keunggulannya; bahkan manunggal dengan budaya dan peradaban bangsa, karena itu pula diakui sebagai jiwa bangsa (Volksgeist) atau jatidiri nasional.

Nilai fundamental demikian, senantiasa menjadi sumber nilai dan sumber cita nasional (=ideologi nasional) yang ditegakkan sebagai Sistem Kenegaraan sebagaimana terjabar dalam UUD Negara. Semua warganegara dan lembaga-lembaga negara, yang diwakili kepemimpinan nasional berkewajiban (imperatif) untuk menegakkan dan membudayakan Asas Budaya dan Moral Filsafat Negara (Ideologi Nasional)!;

Bagi bangsa Indonesia filsafat Pancasila sebagai filsafat hidup dijadikan dasar negara (filsafat negara; ideologi negara) sebagaimana dirumuskan dan disahkan oleh PPKI sebagai the founding fathers dalam UUD Proklamasi 45. NKRI sebagai negara Proklamasi berdasarkan Filsafat Pancasila; dalam makna, nilai sistem filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional dan konstitusi Proklamasi 45 manunggal dan fungsional dalam integritas kebangsaan dan kenegaraan. Sejak Indonesia merdeka dapat diakui, secara filosofis-ideologis dan legal konstitusional, bahwa NKRI Proklamasi 45 dengan predikat sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Kaidah fundamental filsafat negara berfungsi pula sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara; mulai ajaran hak asasi manusia (HAM) sampai teori negara; in casu : teori kedaulatan di dalam negara. Maknanya, teori kedaulatan adalah jabaran dari ajaran atau teori HAM; bagaimana kedudukan, hak dan kewajiban manusia di dalam negara bahkan dalam alam semesta dan di hadapan Maha Pencipta. Terkandung pula makna bahwa manusia (SDM) adalah subyek mandiri: subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral.

Kedudukan SDM dalam ajaran HAM berdasarkan filsafat negaranya, dibentuklah sistem kenegaraan (berkedaulatan rakyat / demokrasi; dan atau negara hukum). Sistem kenegaraan ini ditegakkan dan dikembangkan secara niscaya (a priori, imperatif) berdasarkan asas fundamental sistem filsafat dan atau ideologi nasional yang memberikan identitas dan integritas bagaimana sistem hukum, sosial, politik, ekonomi dan ketatanegaraan seutuhnya ditegakkan; dalam wawasan nasional dan internasional (universal).

Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 memancarkan keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya (baik sebagai negara berkedaulatan rakyat, maupun sebagai negara hukum); sehingga sempurna keunggulannya mulai nilai natural (SDA dan SDM), dan kultural (sistem budaya, filsafat dan peradaban) sekaligus Sistem Kenegaraan yang diwariskan sebagai peradaban bangsa yang bermartabat.

Page 2: KWN PANCASILA

Visi-misi dan tantangan bangsa dan NKRI terutama mampu menegakkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 potensial didukung dengan berbagai keunggulan; terutama integritas sebagai negara demokrasi dan negara hukum, demi kesejahteraan dan keadilan sosial yang lebih bermartabat. Nilai-nilai fundamental: filosofis-ideologis dan konstitusional secara imperatif menjadi amanat dan kewajiban nasional untuk ditegakkan dan dibudayakan oleh SDM sebagai subyek dalam negara, perwujudan integritas dan martabat nasional.

I. LATAR BELAKANG SEJARAH NILAI DAN FUNGSI SISTEM FILSAFAT

Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai filsafat yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai filsafat sebagai jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran ( kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup, (Weltanschauung); sekaligus memancarkan jiwa bangsa (Volksgeist), jatidiri bangsa dan martabat nasional!. Demi masa depan, bangsa dan negara berkewajiban melaksanakan visi-misi Nation and Character Building sebagai diamanatkan dalam Pembukaan UUD 45: “… memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”.

SDM yang mewarisi jiwa bangsa dan jatidiri nasional, demi cita-cita dan martabat nasional akan membentuk kesatuan nasional (integritas nasional, martabat nasional) dengan kesetiaan dan kebanggaan nasional!. Semangat demikian dikenal sebagai jiwa nasionalisme (wawasan kebangsaan, wawasan nasional, Nation State), sebagai martabat nasional sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya sebagai visi-misi: Mencerdaskan kehidupan bangsa (nation and character building)!. Untuk Indonesia Raya, dalam integritas Wawasan Nusantara!

Integritas sistem filsafat Pancasila (=sistem ideologi nasional, ideologi negara) yang memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religious. Bangsa Indonesia melalui PPKI dengan hikmat kebijaksanaan, kepemimpinan dan kenegarawanan dengan mufakat menetapkan dan mengesahkan Sistem Kenegaraan Pancasila dengan visi-misi sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45.

Wawasan kebangsaan yang dijiwai sistem filsafat dan ideologi nasional (in casu : Filsafat Pancasila) insyaAllah akan lebih tegar menghadapi berbagai tantangan zaman, karena integritas Sistem Filsafat Pancasila sebagai asas-kerokhanian bangsa dan negara --- sekaligus sebagai pandangan hidup (Weltanschauung), jiwa bangsa, jatidiri bangsa (Volksgeist) dan integritas martabat nasional; terpancar dalam karakter kepribadian SDM yang berjiwa Pancasila (theisme-religious)! Kesetiaan dan kebanggaan nasional atas nilai fundamental Filsafat Pancasila, dengan sadar dan kebanggaan nasional semua komponen bangsa, bahkan semua warganegara menegakkan dan membudayakan asas budaya dan moral Filsafat Pancasila.

Jiwa dan semangat demikian, menjadi sumber motivasi dan energi nasional untuk senantiasa menegakkan integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan visi-misi Pembudayaan Filsafat Pancasila dan ideologi nasional Indonesia Raya! Maknanya,

Page 3: KWN PANCASILA

sebagai bangsa dan negara, kita menegakkan dan membudayakan asas budaya dan moral politik (filsafat, ideologi) Pancasila. Secara formal dan fungsional, bermakna sebagai sistem dan asas normatif etika dan moral politik nasional (berdasarkan) Filsafat Pancasila.

A. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila sebagai Sistem Ideologi Nasional.

Ajaran berbagai nilai filsafat --- sebelum berkembang sebagai sistem ideologi!--- terutama menampilkan nilai fundamental sebagai essensi dan integritas ajarannya; berupa ajaran sistem filsafat: polytheisme, pantheisme, secularisme, dan atheisme …. yang berpuncak sebagai ajaran monotheisme, universalisme --- sering disamakan sebagai sistem filsafat : theisme-religious ---. Peradaban modern menyaksikan, bahwa sistem filsafat Pancasila memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat monotheisme-religious!. Integritas ini secara fundamental dan intrinsik memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari sistem filsafat Timur (yang berwatak : theisme-religious).

Ajaran dan nilai filsafat amat mempengaruhi pikiran, budaya dan peradaban serta moral umat manusia!. Semua sistem kenegaraan ditegakkan berdasarkan ajaran atau sistem filsafat yang mereka anut (sebagai dasar negara, ideologi negara). Dalam dinamika berbagai negara modern mempromosikan keunggulan masing-masing, dan terus memperjuangkan supremasi ideologi dan dominasi sistem kenegaraannya: theokratisme, liberalisme-kapitalisme, marxisme-komunisme-atheisme, zionisme; sosialisme, naziisme-fascisme, fundamentalisme. Juga termasuk negara berdasarkan (nilai ajaran) agama: negara Islam ….. termasuk sistem ideologi Pancasila (=sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45). Bangsa Indonesia menegakkan sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai aktualisasi filsafat hidup (Weltsanschauung) yang diamanatkan oleh PPKI sebagai pendiri negara!.

Sistem filsafat dan atau ideologi secara a-priori ajarannya menjadi sumber dan landasan Grandtheory (Metatheory dan Megatheory). Bagi bangsa merdeka dan berdaulat sistem filsafat dan atau sistem ideologi ditegakkan sebagai sistem kenegaraan--- sebagaimana nampak dalam uraian di atas!---. Demikianlah, sistem filsafat Pancasila ditegakkan sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang memancarkan integritas dan keunggulan (berbagai keunggulan sebagai diuraikan dalam Bagian berikut). Karenanya, secara filosofis-ideologis-konstitusional bersifat imperatif (mengikat, memaksa) semua rakyat warganegara, lembaga negara, kepemimpinan nasional dan produk kelembagaannya wajib dijiwai, bersumber, dilandasi dan dipandu oleh Dasar Negara dan Ideologi Nasional Pancasila. Maknanya, siapapun dan organisasi apapun, yang tidak setia untuk menegakkan nilai dasar negara dan ideologi negara Pancasila dikategorikan: tidak setia (tidak loyal) atau mengkhianati/makar kepada bangsa dan negara; atau melakukan separatism ideology!.

Page 4: KWN PANCASILA

B. Integritas Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi

Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral Pancasila, yang dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya Indonesia. Nilai mendasar ini ialah filsafat hidup (Weltanschauung, Volksgeist) Indonesia Raya.

Sistem Filsafat Pancasila adalah sistem filsafat theisme-religious adalah asas kerokhanian dan asas moral SDM Indonesia sekaligus sebagai keunggulan intrinsik dan fungsional! Asas-asas moral fundamental ini menjadi sumber motivasi, asas budaya dan moral politik bangsa dan NKRI dalam tatanan nasional dan global (internasional)!

Integritas Sistem Filsafat dan Ideologi (Negara) Pancasila

Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui sistem filsafat Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan budaya Indonesia.

Kedudukan dan fungsi nilai dasar Pancasila, dapat dilukiskan sebagai berikut:

Skema 1

Sesungguhnya nilai dasar filsafat Pancasila demikian, telah terjabar secara filosofis-ideologis dan konstitusional di dalam UUD Proklamasi (pra-amandemen) dan teruji dalam dinamika perjuangan bangsa dan sosial politik 1945 – 1998 (1945 – 1949; 1949 – 1950; 1950 – 1959 dan 1959 – 1998). Reformasi 1998 sampai sekarang, mulai amandemen I – IV: 1999 – 2002 cukup mengandung distorsi dan kontroversial secara fundamental (filosofis-ideologis

7. Sistem Nasional (cermati skema 4!)

6. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya Indonesia: asas dan moral politik NKRI.

5. Ideologi Negara, ideologi nasional.

4. Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD 45): asas kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45; Grundnorm, basic norm, sumber dari segala sumber hukum.

Nilai Dasar

Filsafat Pancasila

Page 5: KWN PANCASILA

T A P M P R - R I

PASAL – PASALB A T A N G T U B U H

P E M B U K A A N UUD 1945

FILSAFAT NEGARA DAN IDEOLOGI PANCASILASOSIO – BUDAYA; FILSAFAT HIDUPBANGSA INDONESIA RAYA = SDM

ALH – SDA = NUSANTARA

PENJ ELASAN

UUD 1 9 4 5

dan konstitusional) sehingga praktek kepemimpinan dan pengelolaan nasional cukup memprihatinkan.

1. Aktualisasi Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45;2. Aktualisasi nilai kebangsaan dan kenegaraan Indonesia Raya, sebagai terlukis dalam

skema 1-2-3-4!3. Secara ontologis-axiologis bangsa Indonesia belum secara signifikan melaksanakan

visi-misi yang diamanatkan oleh sistem filsafat Pancasila, sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45 ---terutama dalam era reformasi 1998 – sekarang

Dalam dinamika peradaban modern, sistem ideologi Pancasila berpacu merebut supremasi ideologi demi integritas Indonesia Raya, daripada didominasi supremasi ideologi liberalisme-kapitalisme yang berpuncak neo-imperialisme!

C. Asas, Budaya dan Moral Sistem Filsafat dan Ideologi Pancasila

Bangsa Indonesia dengan syukur dan kebanggaan nasional diberkati dengan berbagai keunggulan nasional; sebagai terpancar dalam keunggulan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 (sebagai terlukis dalam beberapa Skema dalam makalah ini).

Integritas normatif-kultural-konstitusional terlukis dalam struktur nilai dalam NKRI dan Nusantara Indonesia Raya, sebagai dijelaskan dalam skema 2.

Integritas Struktur Nilai dalam Sistem Kenegaraan RI

Skema 2

Page 6: KWN PANCASILA

MEMORANDUM NASIONAL (I)

Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan konstitusional demikian, integritas nasional dan NKRI juga memprihatinkan. Karena, berbagai jabaran di dalam amandemen UUD 45 (sebagai UUD 2002) b e l u m sesuai dengan amanat filosofis-ideologis filsafat Pancasila secara intrinsik dan imperatif, sebagaimana kandungan integritas nilai dalam Skema 1 dan 2. Terbukti UUD 2002, dihayati sebagai berbeda dengan nilai-nilai fundamental filsafat Pancasila sebagaimana jabaran dalam UUD Proklamasi 45. Artinya, terjadi penyimpangan (distorsi) yang melahirkan pula kontroversial dalam tatanan dan praktek kenegaraan yang cukup memprihatinkan; terutama dalam fenomena praktek budaya: demokrasi liberal dan ekonomi liberal, serta berbagai kontroversial budaya dan moral sosial politik! Fenomena demikian adalah akibat degradasi nilai dalam konstitusi dan wawasan nasional, dan Wawasan Nusantara serta Asas Kekeluargaan; bahkan degradasi kebanggaan mental dan moral filsafat dan ideologi Pancasila! --- berbagai komponen bangsa tergoda dan terlanda neo-liberalisme dengan memuja kebebasan (=liberalisme), atas nama demokrasi (demokrasi liberal), HAM (HAM individualisme) yang bersumber dari sistem filsafat Natural Law Theory yang melahirkan ideologi liberalisme-kapitalisme! ---.

Bila kita menilai dengan filsafat Pancasila, akan jelas perbedaan fundamental denga ajaran HAM yang bersumber dari Sistem Filsafat Pancasila (hayati Bagian II Makalah ini). Karenanya, visi-misi: Nation and Character Building adalah keniscayaan yang amat mendesak; demi integritas SDM Indonesia Raya yang unggul-kompetitif-bermartabat!.

II. INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA--UUD PROKLAMASI 45

Sebagai aktualisasi sistem filsafat Pancasila dan atau sistem ideologi (nasional) Pancasila secara ontologis dan axiologis dikembangkan dan ditegakkan sebagai integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan asas-asas fundamental berikut :

Sebagai aktualisasi sistem filsafat Pancasila dan atau sistem ideologi (nasional) Pancasila secara ontologis dan axiologis dikembangkan dan ditegakkan sebagai integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan asas-asas fundamental berikut :

Sistem Filsafat Pancasila (sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara) mengandung ajaran tentang hak asasi manusia (HAM) yang mengakui asas-asas :

1. Bahwa HAM adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia; sebagai hak kodrati yang fundamental sebagai integritas martabat kepribadian manusia. HAM, dianugerahkan untuk disyukuri, dinikmati dan dikembangkan ---untuk diabdikan sebagai amal kebajikan selama hidupnya---.

2. Bahwa HAM adalah juga sebagai amanat untuk dipelihara (hidup sehat dan berjasa), mengabdi kepada sesama manusia, berbakti kepada alam dan budaya; dan berkhidmat kepada Allah Maha Pencipta Yang Maha Berdaulat. Karenanya, pribadi manusia menerima HAM (sebagai anugerah) sekaligus sebagai amanat (berwujud : Kewajiban

Page 7: KWN PANCASILA

Asasi Manusia = KAM). Jadi, HAM berdasarkan filsafat Pancasila ditegakkan oleh setiap pribadi manusia dalam asas-keseimbangan HAM dan KAM ! Maknanya, pribadi yang baik ialah yang menunaikan (amanat) KAM untuk menikmati (anugerah) HAM.

Kesadaran martabat kepribadian manusia (SDM) berdasarkan filsafat Pancasila, memancarkan integritas asas moral SDM Indonesia Raya sebagai subyek budaya, subyek moral yang bermartabat. Maknanya, SDM warganegara Indonesia Raya menegakkan asas kedaulatan rakyat yang bermartabat!

A. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Negara

Filsafat Pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas martabat manusia, sebagai pancaran asas moral (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila yang bersumber asas normatif theisme-religious, secara fundamental sbb:

1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II: hidup, kemerdekaan dan hak milik/rezki); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia.

2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.

3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:

a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha Pencipta (sila I).

b. Manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan

c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa), atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian). Manusia terikat dengan hukum alam dan hukum moral !.

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (sistem demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat). Asas-asas fundamental ini

Page 8: KWN PANCASILA

memancarkan identitas, integritas dan keunggulan sistem kenegaraan RI (berdasarkan) Pancasila – UUD 4, sebagai sistem kenegaraan Pancasila.

Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.

Jadi, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari ajaran sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing. Berdasarkan asas demikian, kami dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, dan terjabar (pedoman penyelenggaraanya) dalam UUD Proklamasi 45 --- yang orisinal, bukan menyimpang sebagai “ terjemahan “ era reformasi yang menjadi UUD 2002 --- yang kita rasakan amat sarat kontroversial, bahkan menjadi budaya neo-liberalisme !

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional inilah amanat nasional dalam visi-misi Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi Nasional! Visi-misi mendasar dan luhur ini menjamin integritas SDM dalam Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD 45.

B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Sistem Ideologi Nasional dalam Integritas UUD Proklamasi 45

Secara ontologis-axiologis (filsafat Pancasila) terjabar dalam UUD Proklamasi 45 secara imperatif (filosofis-ideologis dan konstitusional) bangsa dan NKRI adalah integral (manunggal) dan bersifat t e t a p (integritas, jatidiri / Volksgeist) sebagai kepribadian dan martabat nasional.

Tegaknya suatu bangsa dan negara ialah kemerdekaan dan kedaulatan sebagai wujud kemandirian, integritas dan martabat nasional. Bagi bangsa Indonesia dapat dinyatakan sebagai: Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi 45.

Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional atas UUD Proklamasi 45 dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan asas dan landasan filosofi-ideologis dan konstitusional berikut:

1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans Kelsen dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali oleh pendiri negara (Nawiasky1948: 31 – 52; Kelsen 1973: 127 – 135; 155 – 162; Notonagoro 1984: 57 – 70; 175 – 230; Soejadi 1999: 59 – 81). Sebagai kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk melaksanakan dan membudayakannya.

Page 9: KWN PANCASILA

"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.

Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi merubahnya.

2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi 45. Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila – UUD 45. Asas demikian terpancar dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 45 sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan hanya 1x oleh pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki legalitas dan otoritas pertama dan tertinggi (sebagai penyusun yang mengesahkan UUD negara dan lembaga-lembaga negara). Artinya, mengubah Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah negara; berarti pula mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru; mengkhianati negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi apapun yang tidak mengamalkan dasar negara Pancasila ---beserta jabarannya di dalam UUD negara---; bermakna tidak loyal dan tidak membela dasar negara Pancasila; maka sikap dan tindakan demikian dapat dianggap sebagai makar (tidak menerima ideologi negara dan UUD negara). Jadi, mereka dapat dianggap melakukan separatisme ideologi dan atau mengkhianati negara.

3. Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara (PPKI) di dalam Penjelasan UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai asas kerokhanian negara (geistlichen Hinterground dan Weltanschauung )

bangsa terutama:

Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar negara Pancasila; karenanya memiliki integritas filosofis-ideologis dan legalitas supremasi otoritas secara konstitusional (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45). Asas demikian secara imprative berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan kaidah negara yang fundamental (Grundnorm).

Page 10: KWN PANCASILA

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan menegakkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state) sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya. Karenanya, secara a priori (kodrati dan imperatif-filosofis-ideologis-konstitusional), bangsa dan negara berkewajiban menegakkan, mengembangkan, membudayakan, mewariskan dan melestarikannya!

Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan integritasnya sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi Pancasila) dan negara hukum (Rechtsstaat) berdasarkan moral Pancasila, wajarlah fungsional dalam praktek budaya demokrasi Pancasila dan Negara hukum berdasarkan asas moral dan sistem hukum nasional Pancasila. Maknanya, demokrasi berdasarkan moral Pancasila (UUD 45 Pasal 1, 2 dan 3; serta Pasal 37). Negara hukum Indonesia menegakkan cita hukum (demi keadilan) berdasarkan Sila I-II-V; oleh semua SDM Indonesia dan untuk kemanusiaan!

Visi-misi demikian hanya terwujud terutama dengan melaksanakan amanat nation and character building sekaligus (sinergis) dengan membudayakan N-Sistem Nasional (in casu: jabaran dasar Negara Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya); demi jatidiri bangsa dan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang bermartabat!

Dinamika budaya sosial politik abad XXI, dipelopori ideologi liberalisme-kapitalisme (neoliberalisme, dan neoimperialisme) atas nama kebebasan, demokrasi dan HAM, individu manusia cenderung memuja kebebasan (=neoliberalisme!), sehingga kesetiaan (loyalitas) dan kebanggaan nasionalnya mengalami degradasi; bahkan dapat terkikis!. (=fenomena keruntuhan mental-moral-martabat nasional!)

Menyelamatkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 mutlak dengan terlaksananya visi-misi Nation and Character Building, dalam wujud kepribadian SDM Indonesia Raya unggul-kompetetif-bermartabat yang mampu menegakkan Ketahanan Nasional dan integritas NKRI secara fundamental!

Sikap demikian, bukan hanya a-nasionalisme, dan a-moral (tidak sesuai dengan kewajiban nasional warganegara untuk setia dan bela negara sebagai asas demokrasi: bahwa bangsa, pemerintah dan negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat!. Negara dan pemerintah tidak terjamin kedaulatannya, tanpa kesetiaan rakyat warganegaranya!.

Nilai-nilai Dasar Negara Pancasila terjabar dan diaktualisasi melalui Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dan sebagai Sistem Ideologi Nasional Indonesia Raya masa depan!

Asas-asas fundamental filosofis-ideologis dan konstitusional diatas, adalah jabaran dan aktualisasi asas filsafat Pancasila (ontologis-axiologis), terutama :

1. Asas filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi secara ontologis-axiologis tegak dalam aktualisasi Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45

Page 11: KWN PANCASILA

2. Menjamin ranah (in casu : HAM) privat dan publik berdasarkan asas keseimbangan HAM dan KAM sebagai diamanatkan Bagian II seutuhnya!. Tegasnya, individualitas dan komunitas berkembang dalam asas keseimbangan dalam wujud asas kekeluargaan sebagai asas integralisme fungsional Filsafat Pancasila!

3. Menjiwai dan melandasi asas moral dan budaya politik nasional : politisi, kepemimpinan nasional, bahkan warganegara dalam pergaulan nasional dan internasional senantiasa menegakkan integritas moral dan martabat nasional!

4. Asas HAM, hak kemerdekaan (kebebasan) tetap dijamin selama warganegara, golongan / parpol tetap setia (loyal, bangga) kepada dasar negara (ideologi negara) Pancasila dan UUD Proklamasi 45 dalam asas ajaran HAM berdasarkan Filsafat Pancasila (=Asas Keseimbangan HAM dan KAM)!.

5. Secara filosofis-ideologis dan UUD Pasal 29 bangsa dan NKRI menganggap ideologi marxisme-komunisme-atheisme bertentangan dengan ideologi Pancasila yang beridentitas theisme-religious; karenanya dikategorikan sebagai : separatisme ideologi dan makar !Sebaliknya, siapapun atas nama kebebasan (=liberalisme) dan demokrasi (=kedaulatan

rakyat) mengembangkan / memperjuangkan nilai ideologi selain ideologi negara Pancasila (non-Pancasila), dikategorikan sebagai melakukan tindakan : separatisme ideologi, makar dan atau mengkhianati sistem kenegaraan Pancasila! ---Waspadalah kepada berbagai sistem ideologi yang mengancam integritas ideologi Pancasila, seperti : ideologi liberalisme-kapitalisme, sekularisme; dan marxisme-komunisme-atheisme!--- karena semua bermuara: neoimperialisme!.

Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional Pancasila, integral (utuh) dalam UUD Proklamasi 45, karenanya bersifat imperatif baik secara hukum, sosial-politik, ekonomi; bahkan mental dan moral SDM Indonesia Raya. Asas fundamental demikian adalah bukti kesetiaan dan kebanggan nasional. Sebaliknya, penyimpangan (distorsi) dan atau degradasi nasional, lebih-lebih kesetiaan-ganda (=bicara sebagai warganegara Pancasila, dalam praktek memperjuangkan ideologi neo-liberalisme, sekularisme, komunisme-atheisme). Sesungguhnya, sikap dan tindakan demikian adalah separatisme ideologi (=mengkhianati dasar negara dan ideologi Pancasila=makar!). Inilah makna fundamental dan imperatif dari asas Bagian III A-B yang dimaksud oleh Notonagoro, Nawiasky dan Kelsen di atas!

Amanat menegakkan NKRI dalam integritas sebagai sistem kenegaraan Pancasila, bermakna bahwa bangsa Indonesia (rakyat, warganegara RI) berkewajiban membela NKRI dalam integritasnya sebagai sistem kenegaraan Pancasila ---antar sistem kenegaraan: kapitalisme – liberalisme, dan marxisme – komunisme – atheisme --- yang dapat mengancam integritas bangsa dan NKRI. Jadi, bangsa Indonesia senantiasa waspada dan siap bela negara atas tantangan dan ancaman bangsa dan negara yang mengancam integritas ideologi Pancasila: baik neoimperialisme Amerika maupun ideologi marxisme – komunisme – atheisme dari manapun datangnya; termasuk kebangkitan PKI, neo-PKI atau KGB.

III. KEUNGGULAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45

Page 12: KWN PANCASILA

Berdasarkan asas-asas ontologis-axiologis Pancasila (asas kerokhanian bangsa dan negara, sebagai jatidiri nasional); maka aktualisasinya sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sesungguhnya diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa (Pembukaan alinea 3) dengan berbagai keunggulan yang potensial menjadikan Indonesia Raya dapat menjadi negara jaya-sentosa dan bermartabat!, sebagai terkandung dalam pemikiran mendasar dalam Makalah ini.

A. Keunggulan Indonesia RayaBangsa dan negara Indonesia diberkati Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai

keunggulan yang wajib dikembangkan dan dilestarikan demi kesejahteraan rakyat dan Ketahanan Nasional.

Keunggulan Indonesia Raya terpancar dari mulai alam nusantara, warisan budaya, sistem filsafat dan ideologi sampai potensi kuantitas – kualitas SDM Indonesia

Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial (sebagai keunggulan natural dan kultural/SDA), terutama:

1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2

daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya. Kekayaan SDA alam khatulistiwa (berwujud: inersi matahari) terbesar, sebagai sumber inersi masa depan! Juga SDA alam tropis (hutan tropis) sebagai paru-paru dunia, sumber O2 demi kehidupan dan kesehatan umat manusia!

2. SDA kelautan sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan. SDA kelautan dengan sumber protein hewani (ikan) menjadi sumber gizi dan energi umat manusia yang tidak ternilai!

3. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset primer nasional: 238 juta (Sensus Nasional 2010) dengan karakteristika dan jatidiri yang diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria)…… ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas dan kondisi kita sekarang!--- dalam era reformasi.

4. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.

5. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar). Dengan nilai warisan filsafat Pancasila sebagai sari dan puncak budaya luhur dan peradaban Indonesia Raya.

B. Keunggulan Sistem Kenegaraan Filsafat Pancasila Terjabar dalam UUD Proklamasi 45Keunggulan Sistem Filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi negara (ideologi

nasional) terjabar dalam UUD Proklamasi 45, terutama:

Page 13: KWN PANCASILA

Keunggulan potensial (A-B) demikian sinergis dan berpuncak dalam kepribadian SDM Indonesia Raya sebagai penegak kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang memancarkan budaya dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional. Potensi nasional dan keunggulan NKRI akan ditentukan oleh kuantitas-kualitas SDM yang memadai + UUD Negara yang mantap terpercaya ---bukan kontroversial sebagaimana UUD 45 amandemen---.

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state, negara nasional)!.

NKRI adalah negara bangsa (nation state) sebagai pengamalan sila III yakni nilai Wawasan Nasional yang ditegakkan dalam NKRI dan Wawasan Nusantara. Jadi, aktualisasi asas ontologis-axiologis filsafat Pancasila ditegakkan dalam sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45; diuraikan secara ringkas terlukis dalam skema berikut :

Perwujudan Sistem NKRI (Berdasarkan) Pancasila - UUD 45*

Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17 Agustus 1945; terjabar dalam asas konstitusional UUD 45:

1. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);2. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat);3. NKRI sebagai negara bangsa (Nation State);4. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan nasional dan

wawasan nusantara);5. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi 45 yang

memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari sistem filsafat Timur) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa

T A P M P R

P A N C A S I L A

U U D 45

Page 14: KWN PANCASILA

N-SISTEM NASIONAL

SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP

SISTEM EKONOMISISTEM POLITIK

SISTEM HUKUM NASIONAL

FILSAFAT HUKUMFILSAFAT NEGARA

N E G A R A H U K U M

NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

(MNS, 1985: 2005)

Skema 3

*) = NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45

C. Sistem Ideologi Pancasila ditegakkan dalam N-Sistem Nasional

Maknanya, secara das Sein und das Sollen dasar negara Pancasila (ideologi nasional) sebagai terlukis dalam skema 3 dan 4, dikembangkan, ditegakkan dan dibudayakan dalam N-Sistem Nasional sebagai aktualisasi integritas sistem kenegaraan Pancasila (UUD Proklamasi 45).

Secara skematis, terlukis dalam skema berikut.

*) = N = sejumlah sistem nasional, terutama:

1. Sistem filsafat Pancasila

2. Sistem ideologi Pancasila

3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila

4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila

5. Sistem ekonomi Pancasila

Page 15: KWN PANCASILA

6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)

7. Sistem budaya Pancasila

8. Sistem Hankamnas, Hankamrata

(MNS, 1988)

Skema 4

Skema ini melukiskan bagaimana sistem filsafat Pancasila dijabarkan secara normatif-konstitusional dan fungsional sebagai terlukis dalam struktur (nilai) kenegaraan yang dimaksud komponen-komponen dalam skema 1-2-3-4 dimaksud !.

Sesungguhnya, menegakkan Sistem Nasional adalah imperatif dari Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi 45---- sebagaimana sistem negara liberalisme-kapitalisme akan menegakan sistem demokrasi-liberal dan ekonomi-liberal; sistem komunisme menegakan sistem demokrasi-rakyat dan ekonomi-etatisme---! Sungguh, adalah mengingkari (baca: mengkhianati dasar negara dan ideologi negara Pancasila, Indonesia: elite reformasi mempraktekkan demokrasi liberal, dan ekonomi liberal)!. Karena kebijakan demikian, keterpurukan multi-dimensional tak kunjung teratasi!. Karena secara mental-ideologis telah terjadi konflik psikologis dan dilemma moral dari pejabat dan kepemimpinan nasional!

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional (imperatif) Bangsa Indonesia berkewajiban membudayakan (aktualisasi) kesetiaan dan kebanggan nasional dengan menegakkan N-Sistem Nasional sebagai perwujudan jatidiri nasional dan integritas-martabat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

IV. AMANAT BUDAYA DAN MORAL FILSAFAT DAN IDEOLOGI PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45

Amanat budaya dan moral Filsafat Pancasila (baik sebagai Dasar Negara maupun Ideologi Negara, Ideologi Nasional), sesungguhnya terjabar secara konstitusional di dalam UUD Proklamasi 45. Maknanya, Dasar Negara Pancasila integral dan terjabar seutuhnya dalam UUD Proklamasi 45 sebagai landasan legalitas dan pedoman pengamalan, pembudayaan dan pewarisannya.

A. Asas Budaya dan Moral Kelembagaan Negara dan Kepemimpinan Nasional Indonesia Raya

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional maka kelembagaan negara dan kepemimpinan nasional secara imperatif berkewajiban menegakkan dan membudayakan asas

Page 16: KWN PANCASILA

budaya dan moral filsafat dan ideologi Pancasila-UUD Proklamasi 45 seutuhnya (secara murni dan konsekuen); sebagai Asas Budaya dan Moral Nasional Indonesia Raya!

MEMBUDAYAKAN ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK PANCASILA

Asas-asas fundamental dimaksud, terutama secara normatif-integral meliputi:

1. Pembukaan UUD Proklamasi 45, istimewa alinea 3-4:“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannnya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

2. Batang Tubuh (Pasal-Pasal) UUD Proklamasi 45; istimewa a. Bab I Pasal 1 ayat: (1), (2) dan (3)b. Bab II Pasal 2 dan 3c. Bab VII Pasal 19, 20, 21 dan 22d. Bab X Pasal 26, 27 dan 28;e. BAB XI

AGAMAPasal 29(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

f. Bab XIII Pasal 31 dan 32;g. Bab XIV Pasal 33 dan 34

Ketentuan Konstitusional demikian adalah sebagai jabaran normatif: Asas Kerokhanian (asas moral Pancasila dan martabat nasional) bangsa dan negara Indonesia Raya.

3. Penjelasan UUD Proklamasi 45, istimewa

Page 17: KWN PANCASILA

Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara (PPKI) di dalam Penjelasan UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai asas kerokhanian negara (geistlichen Hinterground dan Weltanschauung) bangsa terutama:

Asas-asas fundamental di atas mulai daripada asas dasar negara Pancasila sebagai ideologi nasional, sampai asas konstitusional secara integral berfungsi sebagai asas budaya, dan moral terpancar dalam etika politik Pancasila --- sebagai asas budaya dan moral politik NKRI! ---. Asas budaya dan moral demikian inilah yang mengalami distorsi bahkan degradasi dalam budaya dan moral politik elite NKRI dalam era reformasi!

Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar negara Pancasila; karenanya memiliki integritas filosofis-ideologis dan konstitusional sebagai legalitas supremasi otoritas secara kenegaraan (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45). Asas demikian secara imprative berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan kaidah negara yang fundamental (Grundnorm) yang bersifat tetap (tidak dapat diubah oleh siapapun dan lembaga apapun, dengan jalan apapun; termasuk MPR hasil Pemilu!). Jadi, juga mengandung makna imperatif (wajib) bagi kelembagaan negara dan kepemimpinan nasional—dengan semua jajarannya—untuk melaksanakan, mengembangkan, membudayakan, mewariskan dan melestarikannya!

Berdasarkan asas normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional di atas, secara imperatif setiap elite, bahkan warganegara dalam NKRI berkewajiban untuk imenegakkan dan membudayakan asas moral politik Dasar Negara Pancasila!

B. Asas-Asas Moral dan Etika Politik Nasional (Berdasarkan) Filsafat PancasilaSecara filosofis-ideologis dan konstitusional, kewajiban nasional semua warganegara

dalam Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, sebagai pusat kesetiaan dan kebanggaan nasional, secara fundamental dan integral meliputi:

1. Menghayati dan menegakkan mental-moral SDM yang setia dan bangga dengan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45;

2. Kita warganegara setia dan bangga menegakkan dan membudayakan mental-moral filsafat dan ideologi Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45.

3. Kita warganegara setia dan bangga dengan keunggulan-keunggulan Indonesia Raya, dan dengan penuh tanggungjawab mewujudkan demi kesejahteraan rakyat dan melestarikannya.

"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.

Page 18: KWN PANCASILA

Jabaran dari pusat kesetiaan dan kebanggan nasional ini, dapat dirumuskan secara mendasar:

1. Membudayakan asas budaya dan moral politik nasional berdasarkan Filsafat dan Ideologi Pancasila. Maknanya, semua organisasi sosial-politik dan budaya secara filosofis-ideologis dan konstitusional (imperatif) formal dan fungsional senantiasa berdasarkan Filsafat dan Ideologi Pancasila.Sebaliknya, apabila ada organisasi berdasarkan asas non-Pancasila, akan melahirkan masalah berikut:a. Apa tujuan organisasi dimaksud?b. Bagaimana kewajiban perjuangan pendukung organisasi tersebut kepada bangsa

dan negaranya (sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45)?c. Dapatkah disimpulkan bahwa organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ideologi

dan Sistem Kenegaraan Non-Pancasila. Karenanya, dikategorikan sebagai gerakan separatism ideology (mengkhianati ideologi Negara; = makar!).

d. Sikap dan tindakan warganegara yang tidak setia dan bangga dengan filsafat dan ideologi negaranya, berarti kesadaran nasionalnya telah runtuh! Dapat juga SDM demikian mengalami konflik kejiwaan, split –personality; bahkan hypocrite!Jadi, mereka bukanlah warganegara yang baik.

2. Setia dan bangga dengan (kebangsaannya) Indonesia Raya yang merdeka, berdaulat dan bermartabat sebagai subyek dalam Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, diantara berbagai sistem kenegaraan bangsa-bangsa modern dalam dinamika internasional!

3. Kesadaran dan tanggung jawab siap dan rela bela negara demi kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia Raya dalam integritas dan martabat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

4. Kesadaran cinta dan bela negara dengan asas dan wawasan: Ketahanan Nasional dalam asas Hankamnas-Hankamrata. Asas imperatif ini, adalah konsekuensi konstitusional dari sistem negara berkedaulatan rakyat (=sistem demokrasi). = dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dalam integritas negara-bangsa (nation state) dan wawasan nusantara! Jadi, rakyat yang sadar demokrasi mengakui amanat dan kewajiban nasional dan konstitusionalnya untuk bela negara demi ketahanan nasional—bukan menyerahkan tanggung jawab hanya kepada TNI—!.

5. TNI adalah Tentara Nasional (baca: Tentara Rakyat Indonesia, Tentara Bangsa dan Negara Indonesia). Jadi, TNI adalah bhayangkari dan ksatria pembela integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. Maknanya, TNI senantiasa sadar untuk menegakkan politik nasional (integritas budaya dan moral politik negara); bukan membela politik partai politik yang berkuasa; melainkan membela integritas moral-politik NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dari tantangan internal maupun eksternal: separatism ideology, ideologi yang bertentangan dengan Pancasila (marxisme-komunisme-atheisme; ekstrim kiri maupun ekstrim kanan; termasuk neo-liberalisme dan neo-imperialisme)!

6. Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional dikukuhkan dalam TAP MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa (seyogyanya dipelopori pembudayaannya oleh anggota MPR RI: DPR RI dan DPD RI) bersama Pimpinan dan Anggota Kelembagaan Negara (Tinggi) dan jajarannya!

Page 19: KWN PANCASILA

7. Amanat konstitusional dalam TAP MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia (yang dijiwai ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila)!.

Jadi, asas dan perangkat normatif dalam NKRI sesungguhnya sudah mantap dan signifikan (bersumber dari Dasar Negara Pancasila-UUD Proklamasi 45); tantangan nasional terutama bagaimana membudayakannya.

Page 20: KWN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem etika”.Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab didunia.Kecenderungan menganggap hal yang tak penting akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah, karena berasal dari tingkah laku dan hati nurani.

Pancasila sebagai etika , dapat kita ketahui bahwa dalam pembahasan Bab 2 ini tentang pancasila sebagai etika. Etika merupakan kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada ) dan dibagi mejadi kelompok. Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Eika juga ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita harus belajar tentang etika dan mengikuti ajaran moral. Etika pun dibagi menjadi 2 kelompok etika umum dan khusus.Etika khusus ini terbagi dua yaitu terdari etika individual dan etika social. Etika politik adalah cabang bagian dari etika social dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat kenegaraan ( yang menganut system politik tertentu) berhubungan secara politik dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus mengetahui dan memahami norma-norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi.Dan pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar, Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan.

Maka bisa dikatakan bahwa fungsi pancasila sebagai etika itu sangatlah penting agar masyarakat harus bisa memilih dan menentukan calon yang akan menjabat dan menjadi pimpinan mayarakat dalam demokrasi liberal memberikan hak kepada rakyat untuk secara langsung memilih pejabat dan pemimpin tinggi (nasional, provinsi, kabupaten/kota) untuk mewujudkan harapan rakyat … ! dengan biaya tinggi serta adanya konflik horizontal. Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (konsep : RUU BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat rakyat miskin makin tidak mampu menjangkau.Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak sosial ekonomi bangsa !

Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling menglengkapi sebagai sistem etika.Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakikatnya

Page 21: KWN PANCASILA

merupakan suatu nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaran lainnya. Di samping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat medasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa.Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian menjada pedoman. Norma-norma itu meliputi:

1. Norma MoralYang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.

2. Norma HukumSuatu system peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber hukum.Dengan demikian, pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu system nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang memyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya.Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan seterusnya. Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsure indrawi manusia sebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa, dan kepercayaan.

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hirarkis dan sistematis. Dalam pengertian itu maka pancasila merupakan suatu system filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh.Dasar pemikiran filosofisnya adalah sebagai berikut : Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaa, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Keutuhan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyataan dan Keadilan. Titik tolak pandangan itu Negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu saja dengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaan terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis pelilaku politik dan sikap

Page 22: KWN PANCASILA

moral bangsa. Dengan kata lain, bahwa Pancasila milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legimitasi moral dan budaya bangsa Indonesia.

Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan nilai social merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dan dapat juga dicontohkan, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai.

Dapat di jelaskan juga bahwa yang dimaksud norma social adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.Tingakat norma dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. CaraContoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan

2. KebiasaanContoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

3. Tata kelakuanContoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

4. Adat istiadat, Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke daerah lain.,upacara adat ( misalnya di Bali )Norma hokum (laws)

- Tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada polentas- Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia

Norma kesusilaanContoh : orang yang berhubungan intim di tempat umum akan di cap tidak susila, melecehkan wanita ataupun laki-laki didepan orang.Norma kesopananContoh :- memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil.-Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan, kencing di sembarang tempatDan ada beberapa norma yang lain yang belum di sebutkan dalam hal ini. Setelah masuk pada nilai dan norma. Dalam aplikasi yang terakhir akan membahas tentang moral.Moral

Moral (bahasa latin Morallities) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral

Page 23: KWN PANCASILA

secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisai individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam masyarakat sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.

Contoh moral adalah : Tidak terdapat adanya pemaksaan suatu agama tertentu kepada orang lain, dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai nilaiHAM. Dapat dicontoh dalam hal nya pendidikan. Seorang siswa yang ingin bersekolah tapi dengan tidak dana maka ia tak dapat sekolah sampai cita-citanya tidak terwujud.Contohnya moral dalam halnya kehidupan sehari kalau kita menemukan tas yang berisikan dokumen penting dan juga sejumlah uang yang tersapat dalam tas tersebut. Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu pada kepemiliknya kalau tidak pada yang berwajib.