kti

13
Anatomi Ekstermitas Inferior Ekstremitas inferior khusus berfungsi untuk lokomosi, penopangan beban, dan mempertahankan keseimbangan. Ekstremitas inferior terdiri dari empat bagian : Pelvis yang terdiri dari os coxae yang menghubungkan kerangka ekstremitas inferior dengan columna vertebralis. Paha yang terdiri dari femur yang menghubungkan panggul (pelvis) dengan lutut (genu), dan patella. Tungkai bawah dengan tibia dan fibula yang menghubungkan lutut dengan os tarsal Kaki yang terdiri dari os tarsal, os metatarsal, dan phalanx yang merupakan ujung distal ekstremitas inferior. TULANG Kerangka ekstremitas inferior terdiri dari cingulum pelvicum yang dibentuk oleh tulang-tulang pelvis dan kerangka ekstremitas bebas. Os Coxae Os coxae menghubungkan os sacrum dengan femur dan merupakan penghubung tulang antara batang tubuh dan ekstremitas inferior. Masing-masing os coxae terdiri dari tiga tulang : os ilii, os ischii, dan os pubis. Os illi adalah bagian os coxae terbesar di sebelah kranial dan padanya terdapat bagian cranial acetabulum, yakni lekuk sendi yang dalam pada aspek lateral os coxae untuk bersendi dengan caput femoris. Os ischii membentuk bagian dorsokaudal acetabulum dan os coxae. Os pubis membentuk bagian ventral acetabulum dan bagian ventromedial os coxae. Femur

Upload: rian00019

Post on 08-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

KTI

TRANSCRIPT

Anatomi Ekstermitas InferiorEkstremitas inferior khusus berfungsi untuk lokomosi, penopangan beban, dan mempertahankan keseimbangan. Ekstremitas inferior terdiri dari empat bagian : Pelvis yang terdiri dari os coxae yang menghubungkan kerangka ekstremitas inferior dengan columna vertebralis. Paha yang terdiri dari femur yang menghubungkan panggul (pelvis) dengan lutut (genu), dan patella. Tungkai bawah dengan tibia dan fibula yang menghubungkan lutut dengan os tarsal Kaki yang terdiri dari os tarsal, os metatarsal, dan phalanx yang merupakan ujung distal ekstremitas inferior.TULANGKerangka ekstremitas inferior terdiri dari cingulum pelvicum yang dibentuk oleh tulang-tulang pelvis dan kerangka ekstremitas bebas. Os CoxaeOs coxae menghubungkan os sacrum dengan femur dan merupakan penghubung tulang antara batang tubuh dan ekstremitas inferior. Masing-masing os coxae terdiri dari tiga tulang : os ilii, os ischii, dan os pubis. Os illi adalah bagian os coxae terbesar di sebelah kranial dan padanya terdapat bagian cranial acetabulum, yakni lekuk sendi yang dalam pada aspek lateral os coxae untuk bersendi dengan caput femoris. Os ischii membentuk bagian dorsokaudal acetabulum dan os coxae. Os pubis membentuk bagian ventral acetabulum dan bagian ventromedial os coxae.

FemurCaput femoris menganjur ke arah kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum. Ujung proksimal femur terdiri dari sebuah caput femoris, collum femoris, dan dua trochanter (trochanter major dan trochanter minor). Ujung distal femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yaitu melengkung bagaikan ulir.

Tibia dan fibulaTibia bagian proksimal bersendi dengan condylus femur dan distal dengan talus. Fibula terletak posterolateral dari tibia. Corpus tibiae dan corpus fibulae dihubungkan oleh selembar membrana interossea cruris.

Ossa TarsiOssa tarsi terdiri dari tujuh buah tulang: talus, calcaneus, os cuboideum, os naviculare, dan tiga os cuneiforme. Hanya satu tulang, yakni talus, bersendi dengan tulang-tulang tungkai bawah. Ossa MetatarsiOssa metatarsi terdiri dari lima ossa metatarsi (metatarsalia) yang diberi angka mulai dari sisi medial kaki. Masing-masing tulang terdiri sebuah basis, corpus, dan caput. Basis metatarsalis I-V bersendi dengan os cuneiforme dan os cuboideum, dan caput metatarsale bersendi dengan phalanges proximal.

PhalangesTedapat 14 phalanx: jari kaki pertama terdiri dari dua phalanx, keempat jari kaki lainnya masing-masing terdiri dari tiga phalanx.

OTOTOtot-otot pahaa. Otot-otot paha anterior Musculus iliopsoas Musculus tensor fasciae latae Musculus pectineus Musculus sartorius Musculus quadriceps femorisb. Otot-otot paha medial Musculus adductor longus Musculus adductor brevis Musculus adductor magnus Musculus gracilis Musculus obturator externusc. Otot-otot paha posterior Musculus semitendinosus Musculus semimembranosus Musculus biceps femoris

Otot-otot glutealOtot-otot gluteal ialah : Musculus gluteus (maximus, medius, dan minimus) yang terutama berguna sebagai otot ekstensor dan abduktor paha pada articulatio coxae. Sekelompok otot yang kecil (musculus piriformis, musculus obturator internus, kedua musculi gemelli, dan musculus quadratus femoris) yang terutama berfungsi sebagai otot eksorotator paha pada articulatio coxae.Otot-otot tungkai bawaha. Compartimentum anterius Musculus tibialis anterior Musculus extensor hallucis longus Musculus extensor digitorum longus Musculus fibularis (peroneus) tertiusb. Compartimentum Laterale Musculus fibularis (peroneus) longus Musculus fibularis (peroneus) brevisc. Compartimentum posterius Pars superficialis Musculus gastrocnemius Musculus soleus Musculus plantaris Pars profunda Musculus popliteus Musculus flexor hallucis longus Musculus flexor digitorum longus Musculus tibialis posteriorOtot-otot telapak kaki Lapis pertama Musculus abductor halucis Musculus flexor digitorum brevis Musculus abductor digiti minimi Lapis kedua Musculus quadratus plantae Musculi lumbricales Lapis ketiga Musculus flexor hallucis brevis Musculus adductor hallucis Musculus flexor digiti minimi brevis Lapis keempat Musculi interossei plantares Musculi interossei dorsalesSENDIArticulatio CoxaeArticulatio coxae adalah persendian diantara caput femoris yang berbentuk setengah lingkaran dengan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk. Terdapat beberapa ligamentum yakni: ligamentum iliofemorale, ligamentum pubofemorale, ligamentum transversum acetabuli, dan ligamentum capitis femoris.Articulatio GenusArticulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit diseluruh tubuh. Sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan condylus femoris lateralis dengan condyli tibiae yang sesuai serta sebuah articulatio pelana antara patella dan fasces patellaris femoris. Fibula tidak terlibat langsung pada persendian ini. Terdapat beberapa ligamentum yakni: Ligamenta extracapsularia, dan ligamenta intracapsularia.Articulatio Tibiofibularis ProximalesArticulatio di antara cobdylus lateralis tibiae dan caput fibulae. Membrana interossea yang menghubungkan corpus tibiae dan fibulae, memperkuat sendi.Articulatio Tibiofibularis DistalisSendi diantara incisura fibularis pada ujung bawah tibia dengan ujung bawah fibula.Articulatio TalocruralisArticulatio talocruralis terdiri dari sebuah lekuk yang dibentuk oleh ujung bawah tibia dan fibula, yang cocok dengan bagian atas corpus tali. Articulatio Tarsales Articulatio subtalaris Articulatio subtalaris adalah sendi posterior di antara talus dan calcaneus. Articulatio talocalcaneonavicularisArticulatio talocalcaneonavicularis adalah sendi antara talus dan calcaneus dan juga termasuk os naviculare. Articulatio calcaneocuboideaArticulatio calcaneocuboidea adalah articulatio antara ujung anterior calcaneus dan permukaan posterior os cuboidem. Articulatio cuneonavicularisArticulatio cuneonavicularis adalah sendi antara os naviculare dan ketiga ossa cuneiforme. Articulatio cuboideonavicularisArticulatio cuboideonavicularis adalah sendi fibrosa dengan kedua tulang dihubungkan oleh ligamentum dorsale, plantare, dan interosseum.

PATAH TULANG PANGGULSelain penanganan patah tulangnya, perlu ditangani komplikasi yang menyertainya yang dapat berdarahan besar, ruptur kandung kemih, atau cedera uretra. Fraktur pelvis harus dicurigai apabila ada riwayat trauma yang menekan tubuh bagian bawah atau apabila terdapat luka serut (degloving), memar, atau hematom di daerah pinggang, sakrum, pubis, atau perineum.Diagnosis ditegakkan bila ditemukan nyeri subjektif dan objektif, dan gerakan abnormal pada gelang panggul. Untuk itu, pelvis ditekan ke belakang dan ke medial secara hati-hati pada kedua spina iliaka anterior superior, ke medial pada kedua trokanter mayor, ke belakang pada simfisis pubis, dan ke medial pada kedua krista iliaka. Apabila pemeriksaan ini menyebabkan nyeri, patut dicurigai adanya patah tulang panggul. Kemudian dicari adanya gangguan penyerta lainnya seperti retensi urin atau hematuria, dan dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk menilai tulang sakrum dan tulang pubis.DiagnosisUmumnya pemeriksaan radiologis diperlukan. Pada patah tulang yang melibatkan asetabulum, CT-scan amat berguna untuk melihat dengan tepat posisi fraktur dan hubungan antarfragmen. Perlu diketahui apakah fraktur pelvis tersebut disertai kerusakan kontinuitas kolom penunjang berat badan, yaitu kolom mulai dari vertebra ke sendi sakroiliaka, tulang ilium, asetabulum, dan sendi panggul sampai tulang femur. Penilaian ini penting untuk menentukan kapan penderita boleh menyangga berat badannya. Ada dua jenis fraktur pelvis, yaitu fraktur yang tidak merusak gelang pelvis, dan fraktur yang merusak gelang pelvis.Tata LaksanaPenanganan darurat yang perlu dilakukan terutama adalah terhadap perdarahan dalam dan ekstravasasi urin. Fraktur yang merobek pembuluh darah, seperti a.gluteus superior, dapat menyebabkan syok yang harus segera diatasi. Selanjutnya dicari kemungkinan trauma ikutan pada kandung kemih atau uretra. Bila terdapat trauma kandung kemih atau trauma multipel, tindakan efektif untuk fraktur pelvis yang tidak stabil adalah ORIF (open reduction internal fixcation) atau OREF (open reduction external fixation). Patah tulang pelvis terisolasi yang tidak merusak gelang pelvis dan tidk merusak kolom penunjang berat badan tidak mengganggu stabilitas pelvis dalam fungsinya sebagai penyangga dan mobilisasi, sehingga tidak diperlukan reposisi. Fraktur os ilium akibat trauma langsung menimbulkan nyeri heba. Analgesik diberikan sampai nyeri hilang. Umumnya, penderita dapat kembali berjalan tanpa nyeri setelah beberapa minggu sampai dua bulan. Untuk fraktur yang merusak gelang pelvis tanpa pergeseran hebat fragmen patah tulang dan tidak yang tidak merusak kontinuitas kolom penunjang berta badan, pasien dianjurkan beristirahat sampai nyeri dapat ditolerir. Fraktur ramus pubis akibat jatuh atau trauma kangkang masuk dalam kategori ini. Fraktur ramus pubis ini bisa disertai robekan uretra atau ruptur kandung kemih.Fraktur yang merusak gelang pelvis dibedakan atas tiga jenis yaitu (1) fraktur akibat trauma kompresi anteroposterior, (2) fraktur akibat kompresi lateral dengan atau tanpa kombinasi rotasi pada salah satu sisi pelvis, dan (3) fraktur akibat trauma vertikal.Patah tulang kompresi anteroposterior akibat benturan keras dari arah depan membuat kedua sendi sakroiliaka merekah. Keadaan ini sulit terlihat dengan pemeriksaan Roentgen. Jarak anatar simfisis pubis dapat ditutup dengan rotasi interna penuh pada kedua tulang inominata. Umumnya, perawatan dengan ayunan pelvis di dalam kain ambin memenuhi syarat imobilisasi secara memadai.Fraktur kompresi lateral sebagai akibat pukulan atau cedera keras pada satu sisi pelvis dapat menyebabkan fraktur ramus pubis sehingga bergeser dan merusak sakrum, sendi sakroiliaka, atau ala osa ilium pada sisi trauma. Dapat terjadi reposisi spontan saat pasien berbaring pada permukaan keras. Kadang diperlukan traksi kontinu tungkai bawah dengan posisi abduksi dan pemasangan ayunan pelvis untuk mendapatkan dan mempertahankan reposisi. Jika garis fraktur terus berlanjut ke sakrum, pleksus sakralis dapat terobek.Fraktur akibat trauma vertikal timbul pada pembebanan vertikal yang mendadak, misalnya jatuh dari ketinggian. Biasanya fraktur ini tidak stabil dan memerlukan traksi skelet kontinu dengan pin pada femur untuk mereposisi dan mempertahankan posisi. Bila fragmen bawah terputar ke ventral, traksi dilakukan pada posisi panggul ekstensi, sedang bila fragmen distal terputar kebelakang, traksi dilakukan pada posisi panggul fleksi. Karena terdapat resiko pergeseran kembali segmen fraktur yang bebas, traksi harus dipertahankan selama tiga bulan.

TRAUMATrauma adalah kata lain untuk cedera atau rudapaksa yang dapat mencederai fisik maupun psikis.Trauma jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa vulus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robek parsial (sprain), putus atau robek (avulsi atau ruptur), gangguan pumbuluh darah, dan gangguan saraf (neuropraksia, aksonotmesis, neurolisis).Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini disebut sebagai fraktur dislokasi.Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan), dan rehabilitasi.Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui, apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau tak langsung.Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian yang sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal.Retaining adalah tindakan mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi). Hal ini akan menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat.Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota yang sakit agar dapat berfungsi kembali.

FRAKTURGejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskular. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan.Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen fraktur. Foto roentgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang harus diletakkan di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus. Bila sinar menembus secara miring, gambar menjadi samar, kurang jelas, dan berbeda dari kenyataan. Harus selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. Persendian proksimal maupun distal harus tercakup dalam foto. Bila ada kesangsian atas adanya patah tulang, sebaiknya dibuat foto yang sama dari ekstremitas kontralateral yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian tentang adanya kelainan, seperti fisura, sebaiknya foto diulang setelah satu minggu; retak akan menjadi nyata karena hiperemia setempat di sekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai dekalsifikasi. Osteoporosis pascatrauma merupakan tanda Roentgenologik normal pascatrauma yang disebabkan oleh hiperemia lokal proses penyembuhan.Pemeriksaan khusus seperti CT-scan atau MRI kadang diperlukan, misalnya pada kasus fraktur vertebra yang disertai gejala neurologis.

Klasifikasi FrakturSecara klinis, fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan patahan tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.DerajatLukaFraktur

I

II

IIILaserasi < 1 cm Kerusakan jaringan tidak berartiRelatif bersih

Leserasi >1 cmTidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsiAda kontaminasi

Luka lebar dan rusak hebat Hilangnya jaringan disekitarnyaKontaminasi hebatSederhana, dislokasi fragmen minimal

Dislokasi fragmen jelas

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang.

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplet atau inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi). Menurut lokasi patahan di tulang, fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis, metafisis, dan diafisis.Sedangkan dislokasi atau berpindahnya ujung tulang patah disebabkan oleh berbagai kekuatan, seperti cedera, tonus atau kontraksi otot, dan tarikan.

DISLOKASIDislokasi sendi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet (cerai sendi) atau parsial (dislokasi inkomplet), atau subluksasio. Bila ligamen atau kapsul sendi tidak sembuh dengan baik, luksasio mudah terulang kembali dan disebut sebagai luksasio habitualis.Cedera pada sendi dapat mengenai permukaan tulang yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligamen, atau kapsul sendi rusak. Darah dapat mengumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.Apabila hanya tulang rawan saja yang cedera, misalnya pada sendi lutut yang memiliki meniskus, dapat timbul gejala klinis tertentu, yakni secara tiba-tiba sendi terkunci (locking) atau timbul suara klik atau clunk , tergantung jenis lesinya.Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan akan menimbulkan nekrosis avaskular tulang persendian serta kekakuan sendi. Dalam fase syok lokal (anatara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia). Karena itu, reposisi dapat dilakukan tanpa nakrosis. Setelah fase syok terlewati, reposisi harus dilakukan dengan anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi, atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebaiknya diberikan anestesi agar tidak terasa nyeri dan spasme otot sekitar menjadi kendur. Apabila reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin telah terjadi ruptur simpai sendi dengan akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau interposisi fragmen tulang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen atau pemeriksaan penunjang lain yang memperlihatkan keadaan sendi secara jelas dan reposisi harus dilakukan secara bedah.Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan jaringan lunak selesai, yaitu sekitar 2-3 minggu pascacedera.