kti yusran katarina
TRANSCRIPT
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI
MAKASSAR TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanPada Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia Tmur
OLEH :
YUSRAN KATARINA12.1301.248
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANANFAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMURMAKASSAR
2015
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING KARYA TULIS ILMIAHGAMBARAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT III PADA IBU
BERSALIN PRIMIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI MAKSSAR TAHUN 2014
YUSRAN KATARINA12.1301.248
Karya Tulis Ilmiah ini telah kami setujui untuk di pertahankan dalam ujian
Karya Tulis Ilmiah di Hadapan Tim Penguji Program D III Kebidanan
Universitas Indonesia Timur Makassar.
Makassar,…….Agustus 2015
Pembimbing I Pembimbing II
(HJ. MULYATI MAYA, SKM., M.Kes) (YOVITA SAKONA, S.ST, M.Kes)
Mengetahui,Ketua Prodi Program D III Kebidanan
Universitas Indonesia Timur
( A. MARYAM, S.ST,SKM.,M.Kes)
ii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN WAKTU UJIAN KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT III PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAHIBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR TAHUN 2014
YUSRAN KATARINA
12.1301.248
Hari/Tanggal : ………..Agustus 2015
Pukul : ..............WITA – Selesai
Tempat : Kampus V UIT (Universitas Indonesia Timur)
Demikian surat persetujuan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Makassar,……Agustus 2015
Pembimbing I Pembimbing II
(HJ. MULYATI MAYA, SKM., M.Kes) (YOVITA SAKONA, S.ST, M.Kes)
Mengetahui,Ketua Prodi Program D III Kebidanan
Universitas Indonesia Timur
( A. MARYAM, S.ST,SKM.,M.Kes)
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Panitia ujian akhir
dan tim penguji Program D III Kebidanan Universitas Indonesia Timur
Makassar yang dilaksanakan pada tanggal ……. Agustus 2015
Ketua : HJ. MULYATI MAYA, SKM, M.Kes (……………….)
Sekretaris : YOVITA SAKONA, S.ST, M.Kes (……….………)
Anggota : H. ANDI TAJUDDIN, S.Psi, M.Si, M.Kes (……………….)
Panitia Ujian
Pembimbing I Pembimbing II
(HJ. MULYATI MAYA, SKM., M.Kes) (YOVITA SAKONA, S.ST, M.Kes)
Mengetahui,Ketua Prodi Program D III Kebidanan
Universitas Indonesia Timur
( A. MARYAM, S.ST,SKM.,M.Kes)
iv
BIODATA
1. Identitas
Nama : YUSRAN KATARINA
NIM : 12.1301.248
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir : Tembeua/ 26 April 1994
Suku/Bangsa : Muna/ Indonesia
Agama : Khatolik
Asal : Tembeua (Raha), Sulawesi Tenggara
Alamat : Jl. Abdul Kadir, Komplex Hartaco Indah, Blok
1Q, No. 12
2. Riwayat Pendidikan
a. Tamat SD : SDN 1 Tongkuno Tahun 2006
b. Tamat SMP : SMPN 1 Tongkuno Tahun 2009
c. Tamat SMA : SMAN 1 Tongkuno Tahun 2012
d. Sementara menyelesaikan Pendidikan di program D-III Kebidanan
Universitas Indonesia Timur Makassar.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan baik. Adapun penyusunan karya tulis ilmiah ini
merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada
program Diploma-III Kebidanan Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan dan
kelemahan yang ada bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan hasil
penulisan ini.
Melalui karya tulis ilmiah ini penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga dan
sebesar-besarnya kepada ayahanda La Kampo Yustinus dan ibunda Wa
Ara Edmunda. Serta kepada ibu Mulyati Maya, SKM, M.Kes selaku
pembimbing I dan Yovita Sakona, S.ST, M.Kes selaku pembimbing II yang
tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sampai selesainya karya tulis ilmiah ini.
Demikian pula penulis mengucapkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak H. Haruna. MA. MBA selaku Ketua Yayasan Indonesia Timur
Makassar.
vi
2. Bapak Prof. Dr. H. Baso Amang, SE, M.Si selaku Rektor Universitas
Indonesia Timur Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. dr. M. Nadjib Bustan MPH Selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia Timur Makassar.
4. Ibu A. Maryam, S.ST, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III
Kebidanan Universitas Indonesia Timur Makassar.
5. Ibu Hj. Nur Rakhmah, Sp. OG Selaku Kepala Direktur Rumah Sakit
Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, yang telah memberikan
izin kepada peneliti dalam melakukan penelitian di Rumah Sakit.
6. Bapak dan ibu dosen pengajar, serta seluruh staf program DIII
Kebidanan Universitas Indonesia Timur Makassar yang telah banyak
memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan yang
bermanfaat bagi penulis selama mengikuti pendidikan.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-III Kebidanan Universitas Indonesia
Timur Makassar khususnya angkatan 2012 yang telah memberikan
bantuan dan kerjasamanya yang baik selama penulis mengikuti
pendidikan.
8. Sahabat-sahabatku di kelas E.12 dan semua sahabat-sahabatku
Trifena. Hasni, Fauziah, Iffa, Ana, Kak Lila, Lina, Ratna, Nir, Umrah
yang telah memberikan saran dan motivasi dalam penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini
vii
9. Tak lupa pula kepada seseorang yang sangat spesial saudara Yanselt
yang selalu memberi motivasi dan juga masukkan selama penulis
mengikuti pendidikan.
Akhirnya, “Jadikan menuntut ilmu sebagai suatu tuntunan bukan
tuntutan” semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
dan semoga kebaikan serta bantuan yang diberikan kepada penulis akan
diberikan balasan yang berlimpah dari Tuhan yang Maha Esa. Amin.
Makassar, Agustus 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
YUSRAN KATARINA, “Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III pada Ibu Bersalin Primigravida di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2014”, (Dibimbing oleh Mulyati Maya dan Yovita Sakona).
VI Bab, 47 halaman 8 lampiranRuptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan
dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan, berat badan bayi baru lahir, presentase janin dan keadaan perineum. Dikatakan rupture perineum tingkat III apabila robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melihat gambaran kejadian rupture perineum tingkat III pada ibu primigravida di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2014 berdasarkan berat badan lahir dan presentase janin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif, yang dimaksudkan untuk mendapatkan Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III pada Ibu bersalin Primigravida di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar Tahun 2014, dengan populasi 1550 orang dan sampel 65 orang.
Frekuensi ibu bersalin primigravida yang mengalami rupture perineum tingkat III yaitu sebanyak 65 orang. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kejadian rupture perineum tingkat III menurut berat badan ≥3500 gram sebanyak 56 orang (86,15%) sedangkan berat badan lahir <3500 gram sebanyak 9 orang (13,85%), dan kejadian rupture perineum tingkat III menurut presentase janin bukan belakang kepala sebanyak 5 orang (7,69%) sedangkan presentase belakang kepala sebanyak 60 orang (92,31%).
Kata Kunci : Rupture perineum tingkat IIIDaftar Pustaka : 19 (2009-2014)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN WAKTU UJIAN .............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
BIODATA PENULIS .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................6
A. Tinjauan Umum tantang Persalinan ................................................6
1. Defenisi Persalinan ....................................................................6
2. Klasifikasi Persalinan .................................................................6
3. Tanda-tanda Persalinan ............................................................7
x
4. Sebab-sebab Persalinan ...........................................................9
5. Faktor-faktor Persalinan ..........................................................11
6. Mekanisme Persalinan ............................................................14
B. Tinjauan Khusus tentang Rupture Perineum ................................17
1. Pengertian Rupture Perineum .................................................17
2. Anatomi Perineum ...................................................................18
3. Penyebab Rupture Perineum ..................................................20
4. Tingkatan Rupure Perineum ....................................................21
5. Diagnosa Rupture Perineum ...................................................22
6. Akibat Rupture Perineum .........................................................22
7. Tindakan Penjahitan Rupture Perineum ..................................23
8. Perawatan Perineum pada Masa Nifas ...................................24
C. Tinjauan Khusus tentang Variabel Penelitian................................27
1. Primigravida .............................................................................27
2. Berat Badan Lahir ....................................................................27
3. Presentase Janin .....................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................31
A. Dasar Pemikiran Variabel .............................................................31
B. Kerangka Konsep Penelitian .........................................................34
C. Defenisi Opersaional......................................................................34
BAB IV METODE PENELITIAN ...............................................................35
A. Jenis Penelitian .............................................................................35
xi
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................35
C. Populasi dan Sampel ....................................................................35
D. Metode Pengumpulan Data ..........................................................37
E. Pengolahan dan Pengkajian Data .................................................37
F. Analisa Data ..................................................................................37
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................39
A. Hasil Penelitian .............................................................................39
B. Pembahasan .................................................................................41
BAB VI PENUTUP ...................................................................................46
A. Kesimpulan ...................................................................................46
B. Saran ............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................xv
LAMPIRAN ..................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Gambaran Kejadian Rupture perineum tingkat III pada Ibu
Bersalin Primigravida di Rumah sakit Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar tahun 2014 ………………………………………… 39
2. Gambaran Kejadian Rupture perineum pada Ibu Bersalin
Primigravida Menurut Berat Badan Lahir di Rumah sakit
Ibu dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2014………………... 40
3. Gambaran Kejadian Rupture perineum pada Ibu Bersalin
Primigravida Menurut Presentase Janin di Rumah sakit
Ibu dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2014………………... 41
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Gambar Sikap Janin ........................................................ 15
2. Gambar Perineum ........................................................... 18
3. Gambar Tingkatan Rupture Perineum ............................. 22
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1. Master Table……………………............................ ….
Lampiran2. Jadwal Kegiatan………..…….………..................... ….
Lampiran 3. Surat Permohonan Pengajuan Judul Karya Tulis
Ilmiah………………………………………………… ….
Lampiran 4. Surat Keputusan Wakil Rektor Bidang akademik
tentang Panitia Ujian Skripsi, Dosen Penguji dan
Mahasiswa…………………………………...…..…. ….
Lampiran 5. Kartu Kontrol Seminar Proposal……………….…. ….
Lampiran 6. Kegiatan Konsultasi Karya Tulis Ilmiah….………. ….
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data .…….. ….
Lampiran 8. Surat Balasan dari RSKD Ibu dan Anak Pertiwi… ….
xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
No. Lambang/Singkatan Arti Lambang/Singkatan
1. AKI Angka Kematian Ibu
2. MDGS Millenium Development Goals
3. RSKD Rumah Sakit Khusus Daerah
4. Depkes Depertemen Kesehatan
5. LBK Letak Belakang Kepala
6. PBP Pintu Bawah Panggul
7. BAB Buang Air Besar
8. BBL Berat Badan Lahir
9. BBLR Berat Badan Lahir Rendah
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kelahiran merupakan hal yang tak bisa dihindari bagi
seorang wanita yang menginginkan seorang buah hati. Wanita harus
menderita kesakitan untuk mewujudkan impian tersebut. Tak jarang kita
menemukan ibu dengan komplikasi-komplikasi tertentu setelah persalinan
yaitu seperti perdarahan post partum, preklamsia, infeksi dan lain. Salah
satu penyebab perdarahan pasca persalinan ialah trauma pada jalan
lahir. Hal yang lazim terjadi dan tidak bisa kita hindari yang menyebabkan
perdarahan pasca persalinan adalah rupture pada perineum ibu.
Primigravida adalah seorang wanita hamil yang untuk pertama kali.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Robekan jalan lahir
yang luas dan dalam bila tidak ditangani dengan baik tentunya bisa terjadi
perdarahan pasca persalinan dan juga infeksi pada masa nifas bahkan
bisa ke komplikasi lanjut. Penyebab terjadinya robekan pada jalan lahir
yaitu disebabkan oleh posisi pada saat persalinan, cara meneran,
pimpinan persalinan, berat badan bayi baru lahir, dan keadaan perineum
Berdasarkan target dari MDGs (Millenium Development Goals)
nomor 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka
kematian hingga ¾ pada tahun 2015 atau 102 kematian per 100.000
1
kelahiran hidup. Tentunya ini menjadi pertanyaan penting bagi
pemerintah dan juga tenaga kesehatan serta semua pihak yang
berwenang “dapatkah kita mencapai target tersebut. Sedang sekarang
ini kita sudah memasuki pertengahan tahun 2015. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian
Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tentunya ini menjadi perhatian
kita semua bahwa angka kematian ibu masih tergolong tinggi
(http://kesehatan.kompasiana.com, diakses tanggal 9 November 2014).
Di kota Makassar, AKI maternal mengalami fluktuasi selama 3
tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 16,27 per 100.000 kelahiran hidup dibanding tahun 2012
yaitu sebesar 8,32 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2011 sebesar
11,48 per 100.000 kelahiran hidup. Perdarahan post partum menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian maternal. (Profil Kesehatan
kota Makassar tahun 2013).
Sedangkan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar tahun 2014 angka kematian ibu mencapai 0.053% dan yang
didiagnosa meninggal karena penyabab perdarahan sekita0,026%. Ini
tentunya menjadi perhatian bagi kita semua pihak yang
bertanggungjawab dalam menurunkan angka kematian ibu.
Morbiditas maternal yang disebabkan oleh trauma dapat
menimbulkan dampak kesehatan fisik, psikologis dan sosial jangka
panjang bagi ibu. Nyeri dan ketidaknyamanan perineum dapat
mengganggu pemberian ASI, kehidupan keluarga dan hubungan seksual.
Banyak ibu mengalami trauma perineum ketika melahirkan. Sebagian
trauma akan sembuh tanpa intervensi, sedangkan sebagian lain perlu
untuk dijahit. Bidan Berperan penting dalam memberikan saran dan
dukungan, dan jika perlu melakukan penjahitan atau merujuk ke
professional yang lebih pakar. (Vicky Chapman et all,.Persalinan dan
kelahiran asuhan kebidanan 2009, Hal: 61).
Berdasarkan uraian diatas, maka peniliti merasa tertarik
mengambil judul “Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III pada
Ibu Bersalin Primigravida di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
Pertiwi Makassar 2014”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III pada
ibu bersalin primigravida di Rumah Sakit Khusus daerah Ibu dan Anak
Pertiwi Makassar tahun 2014.
2. Bagaimana Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III menurut
berat badan lahir pada ibu bersalin primigravida di Rumah Sakit
Khusus daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2014.
3. Bagaimana Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III menurut
presentase janin pada ibu bersalin primigravida di Rumah Sakit
Khusus daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat III
pada ibu bersalin primigravida di Rumah Sakit Khusus daerah Ibu dan
Anak Pertiwi Makassar tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat
III menurut berat badan lahir pada ibu bersalin primigravida di
Rumah Sakit Khusus daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar tahun
2014.
b) Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Rupture Perineum Tingkat
III menurut presentase abnormal pada ibu bersalin primigravida di
Rumah Sakit Khusus daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2014.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program baik di Depkes maupun pihak RSKD Ibu dan
Anak Pertiwi dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, perbaikan
program sebagai upaya pencegahan dan penanganan yang berkaitan
rupture perineum tingkat II
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini di harapkan dapat sebagai bahan kajian terhadap teori
yang telah diperoleh mahasiswa selama mengikuti KBM di Universitas
Indonesia Timur Makassar
4. Manfaat bagi Peneliti
Proses penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah berharga yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan perawatan payudara pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Persalinan
1. Defenisi Persalinan
a. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Ina Kusmawanti dan Fitria Melina. 2014:1)
b. Persalinan didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur yang
menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil
konsepsi dapat keluar dari uterus. (Prawirohardjo dalam Linda J.
Heffner dan Danny J.Schust. 2009:52)
c. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang
mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(Wiknjosastro dalam Asrinah, et al,. 2010:Hal 1)
2. Klasifikasi Persalinan
Ada 2 klasifikasi persalinan, yaitu sebagai berikut:
a. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan
1) Persalinan normal (spontan) adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
7
2) Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan
dari tenaga luar
3) Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
b. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
1) Abortus (keguguran) adalah berakhirnya suatu kehamilan pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
2) Persalinan premature adalah persalinan dengan usia
kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin kurang dari 2499
gram.
3) Persalinan Mature (aterm) adalah persalinan dengan usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat janin diatas 2500 gram.
(Asrinah, et al,. 2010:2)
3. Tanda-Tanda Persalinan
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
1) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul.
2) Terjadi his permulaan
8
Dengan makin tua usia kehamilan, pengeluaran esterogen dan
progesterone semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebgai his palsu.
b. Tanda-tanda persalinan
1) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat:
a) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan,
b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya
makin besar,
c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus,
d) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah
2) Bloody Show (pengeluaran lender disertai darah melalui
vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lender yang
terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah
pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.
3) Pengeluaran cairan
Keluar cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya
ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban
baru pecah menjelang pembukaan lengkap kadang-kadang
pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban
9
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
(Asrinah, et al,. 2010:5)
4. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan kumpulan teoritis yang kompleks, teori yang turut
memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain:
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
esterogen meningkatkan kontraksi otot. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan esterogen
didalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone
menurun hingga terjadilah his.
b. Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertaambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
c. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot
rahim sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya emegang peranan
penting, oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih
lama
10
e. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga
aterm terutama saat persalinan menyebabkan kontraksi
miometrium.
Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula
dimulai, misalnya dengan merangsang pleksus frankehauser dengan
memasukan beberapa ganggang laminaria dalam kanalis servikalis,
pemecahan ketuban, penyuntikan oksitosin dan pemakaian
prostaglandin.
Secara miskrokopis perubahan-perubahan kimi a dalam tubuh
wanita hamil sangat menentukan seperti perubahan hormone
esterogen dan hormone progesterone. Seperti kita ketahui
bahwahormon esterogen merupakan penenang bagi otot-otot utrus,
menurunnya hormone ini terjadi kira-kira1-2 minggu sebelum partus
dimulai.
Kadar prostaglanding cenderung meningkat terjadi mulai
kehamilan usia 15 minggu hingga aterm, lebih-lebih pada saat partus
berlangsung, plasenta yang mulai menjadi tua seiring dengan tuanya
usia kehamilan. Keadaan uterus yang terus membesar dan menegang
mengakibatkan terjadinya iskemik otot-otot uterus, hal ini juga menjadi
penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi.
11
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah
nutrisi, hal ini pertama kali dikemukakan oleh Hipokrates; bila nutrisi
pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan dikeluarkan. Faktor
lai yang dikemukakan adalah tekanan pada ganglion servikale dari
fleksus frankehauser yang terletak dibelakang serviks, bila ganglion ini
tertekan, maka kontraksi utrus dapat dibangkitkan. (his dapat
dibangkitkan).
Untuk selanjutnya, dengan berbagai tindakan persalinan dapat
dimulai hal ini dikenal dengan persalinan induksi (induction of labor).,
misalnya dengan memasukan ganggang laminaria dalam sehingga
menimbulkan kontraksi, pemecahan ketuban, penyuntikan oksitetosin
sebaiknya diberikan lewat intravena, pemakaian prostaglandin dan
sebagainya.
Menurut Prawirohardjo, dalam melakukan induksi persalianan
yang perlu diperhatikan adalah serviks sudah matang (sudah pndek
dan lembek), dan kanalis servikalis telah terbuka untuk satu jari, untuk
menilai serviks dapat digunakan denga skala bishop yaitu bila nilai
bishop lebih dari 8 maka induksi persalinan kemungkinan dapat
berhasil. (Ai Yeyeh Rukiah et al,. 2009: 3)
12
5. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persalinan
a. Jalan lahir (passage away)
Bagaian terpenting dari jalan lahir adalah tulang panggul. Bentuk
tulang panggul yang proporsional untuk jalan lahir adalah bentuk
tulang panggul ginecoid dimana luas dari tulang panggul sangat
sesuai dengan kepala janin sebagai bagian terdepan yang akan
melaluinya. Hampir 50% wanita mempunyai bentuk pangggul
berbentuk gineecoid. Selain itu jalan lahir juga harus bebas dari
hambatan lain seperti tumor atau benjolan yang dapat
menghambat proses keluarnya bayi.
b. Janin yang melalui jalan lahir (passenger)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang janin yang akan
melalui jalan lahir. Hal yang pertama adalah kepala janin. Bagian
kepala adalah bagian yang paling sering menjadi awalnya
keluarnya janin dari jalan lahir sehingga ukurannya harus normal
atau tidak ada kelainan seperti hydrocephalus. Selain itu posisi
janin yang diharapkan adalah dengan bagian kepala terbawah,
posisi badan janin sejajar dengan tubuh ibu. Apabila posisinya
melintang maka akan menyulitkan proses keluarnya janin. Berat
badan janin ketika terlalu besar pada saat kelahiran juga akan
menghambat. Biasanya berat badan normal bayi baru lahir adalah
13
sekitar 2500 gram – 4000 gram. Lebih dari berat tersebut akan
menimbulkan masalah dalam proses kelahiran.
c. Kekuatan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu (power)
Kekuatan atau tenaga yang dibutuhkan dalam proses kelahiran
bayi terdiri dari 2 tenaga yaitu tenaga primer dan sekunder.
Tenaga primer berasal dari kekuatan kontraksi uterus yang
berlangsung sejak mulai persalinan atau tahap 1 persalinan.
Tenaga sekundernya adalah kekuatan mengejan ibu. Hal yang
harus diketahui ibu yang harus menjalani bahwa ibu hanya boleh
mengejan apabila pembukaan jalan lahir sudah sempurnah (10
cm) karena apabila ibu mengejan saat pembukaan belum lengkap
tenaga yang dikeluarkan akan sia-sia dan tidak akan berpengaruh
terhadap keluarnya janin. Selain itu mengejan tidak tepat waktu
juga akan menyebabkan pembengkakan pada vagina yang malah
justru dapat menghambat proses kelahiran berikutnya. Untuk
menghasilkan tenaga mengejan yang kuat dan berpengaruh
terhadap penurunan bagian janin dilakukan sebagai berikut :
1) Hanya mengejan pada saat kontraksi
2) Dengan menarik napas terlebih dahulu kemudian mengejanlah
sekuat tenaga dengan glottis tertutup diarahkan menuju bagian
bawah seperti saat buang air besar.
14
3) Beristirahatlah dengan tidak mengejan pada saat kontraksi
uterus berakhir. Saat ini adalah saat yang tepat untuk
meletakan kepala dan punggung pada sandaran (beristirahat
sejenak). Lakukan berulang dengan tekhnik semakin baik.
d. Kondisi psikologi ibu (psychologist)
Persiapan psikologi sangat penting dalam menjalanipersalinan.
Semakin seorang ibu itu siap dan memahami proses persalinan
adalah sesuatu yang normal dan bisa dijalani setiap wanita maka
akan dengan mudah bekerja sama dengan petugas kesehtan yang
membantu psoses persalinannya. Satu yang perlu diingat untuk
suatu persalinan normal, aktor utama proses ini bukan tenaga
kesehatan tetapi ibu dengan segala perjuangan dan daya
upayanya. Yakinlah bahwa ibu mampu melakukan proses
persalinan ini sampai akhir karena jika ibu sudah mempunyai
keyakinan positif maka semangat ini akan menjadi kekuatan yang
sangat besar saat ibu berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya
apabila ibu diawal sudah glokro (tidak semangat) akan membuat
proses akan sulit sendiri. Apa yang ibu pikirkan dan yakini
sebenarnya adalah doa yang paling mujarab untuk menjadi
kenyataan (Wenny Artanty Nisman. 2011:32-37)
15
6. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan sebenarnya mengadu pada bagaimana janin
menyesuaikan dan meloloskan diri dari panggul ibu yang meliputi
gerakkan.
(http://nerdyna.blogspot.com/2011/11/distosia.html)Gambar 2.1: Sikap Janin
a. Turunnya kepala janin
Sebetulnya janin menglami penurunan terus menerus dalam jalan
lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain masuknya bagian
terbesar janin kedalam pintu atas panggul (PAP) yang pada
primigravida 38 minggu atau selambat-lambatnya awal kala II.
b. Fleksi
Pada awal persalinan kepala jain biasanya berada dalam sikap
fleksi. Dengan adanya his dan tahanan pada dasar panggul yang
makin besar, maka kepala janin makin turun dan semakin fleksi,
sehingga dagu janin menekan pada dada dan belakang kepala
(oksiput) menjadi bagian bawah.Keadaan ini dinamakn fleksi
16
maksimal. Dengan fleksi maksimal kepala janin dapat
menyesuaikan diri dengan panggul ibu terutama pada bidang
sempit terutama bidang sempit panggul yang ukuran melintang 10
cm. Untuk dapat melewatinya, maka kepala janin yang awalnya
masuk dengan ukuran diameter oksipito frontalis (11,5 cm) harus
fleksi secara maksimal menjadi diameter oksipito bregmatik (9,5
cm).
c. Rotasi dalam/ Putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
terputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga
panggul atau diameter anterior posterior kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terkecil antero posterior pintu bawah
panggul (PBP). Hal ini mungkin karena kepala janin tergerak spiral
atau seperti sekrup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak
berputar bersama-sama dengan kepala akan membentuk sudut
45, keadaan demikian disebut putaran paksi dalam dan ubun-ubun
kecil berada dibawah simfisis.
d. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar
panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada PBP mengarah
kedepan dan keatas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
17
untuk melaluinya jikalau tidak terjadi ekstensi maka kepala akan
tertekan pada pertemuan dan menembusnya. Dengan ekstensi ini
maka sub oksiput bertindak sebagai Hipomochlion (sumbu putar).
Kemudian barulah berturut-turut sinsiput (puncak kepala), dahi,
hidung, mulut dan akhir dagu.
e. Rotasi luar/ Purtaran paksi luar
Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar yang
pada hakekatnya kepala janin menyesuaikan kembali dengan
sumbu panjang bahu, sehingga sumbu panjang bahu dengan
sumbu kepala janin berada pada satu garis lurus (Winkjosastro
dalam Prawirohardjo, 2010)
f. Ekspulsi
Menurut Winkjosastro dalam Prawirohardjo, 2005, setelah putaran
paksi luar, bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
belakang menyusul dan selanjutnya seluruh tubuh bayi lahir
searah dengan paksi jalan lurus (Ai Yeyeh Rukiah et al,. 2009:3-5)
B. Tinjauan Khusus tentang Laserasi Perineum
1. Pengertian Ruptur Perineum
a. Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan (Mochtar, dalam Wenny Artanty Nisman 2011)
18
b. Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir
baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat. Robekan
perineum terjadi pada hampir semua primipara (Winkjosastro
2010)
c. Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu
persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi
persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan, berat badan bayi
baru lahir dan keadaan perineum. (Enggar dalam Lintang 2014)
2. Anatomi Perineum
(Pelvicfloorword.wordpress.com)Gambar 2.2: Perineum
Menurut Harry Oxorn, William’ R Forte. 2010:10, perineum merupakan
ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak dibawah dasaran
19
panggul. Daerah ini dibagi menjadi dua buah segitiga: trigonum
urogenitale disebelah depan dan trigonum anale disebelah belakang.
Keduanya dipisahkan oleh sekat melintang yang dibentuk oleh mm
tranversus perinea dan basis diapraghma urogenitale.
a. Trigonum urogenitale
1) dibatasi oleh:
a) Depan ; angulus subpubicus
b) Samping ; ramus ischiopubicus dan tuber ischiadicum
c) Belakang ; mm. tranversus perinea dan basis difragma
urogenitale
2) Mengandung:
a) Introitus vaginae
b) Bagian akhir urethra pars terminalis urethra
c) Clura Clitoriditis dengan m. ischiocavernosus
d) Bulbus vestibule (jaringan erektil yang ditutupi oleh m.
bulbocavernosus
e) Gl. Bartholini dengan duktusnya
f) Diafragma urogenitalia
g) Otot-otot yang membentuk titik pusat perineum (corpus
perinea)
h) Cavum perinea, superficialis dan profundus
i) Pembuluh-pembuluh dara, saraf dan limfe.
20
b. Trigonum anale
1) Dibatasi oleh:
a) Anterior: mm. transversi perinea dan basis diaphragm
urogenitale
b) Lateral: tuber ischiadicum dan lig. Sacrotuberosum
2) Terdapat:
a) Bagian bawah canalis dan sfineter-spineternya
b) Corpus Anococcygealis
c) Fossa Ischiorectalis
d) Pembulu-pembuluh darah, limfe dan saraf.
3. Penyebab rupture Perineum
Penyebab rupture perineum dapat dibagi menjadi:
a. Penyebab maternal, mencakup:
1) Partus prespitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
(sebab paling sering)
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan
4) Edema dan kerapuhan pada perineum
5) Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
6) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit
pula sehinggga menekan kepala bayi kearah posterior
21
7) Perluasan episiotomy
b. Faktor-faktor janin:
1) Bayi yang besar
2) Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentase muka dan
occipito posterior.
3) Kelahiran bokong
4) Ekstraksi forceps yang sukar
5) Dystosia bahu
6) Abnormal congenital, seperti hydrocephalus.
(Harry Oxorn, William’ R Forte. 2010:451)
4. Tingkatan Ruptur Perineum
Menurut Eniyati dan Afifin Sholihah. 2012:143), ruptur perineum
dibagi atas 4 tingkat, yaitu sebgai berikut:
a. Tingkat I: Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior
dan kulit perineum
b. Tingkat II: Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum dan otot perineum.
c. Tingkat III: Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani.
d. Tingkat IV: Robekan mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani dan
dinding depan rectum
22
(https://rizkimarizayeni.files.wordpress.com/2014/06/kkk.jpg) Gambar 2.3: tingkatan rupture perineum
5. Diagnosis Ruptur Perineum
Bila perdarahan masih berlangsung meski kontraksi uterus baik dan
tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun adanya sisa
plasenta kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir. (dr. Taufan
Anugrah. 2012:98)
6. Akibat dari Terjadinya Rupture Perineum
Adapun akibat atau hal yang akan terjadi pada rupture perineum berat
setelah kelahiran menurut David T.Y Liu. 2010:136 ialah sebagai
berikut:
a. Pada 10% ibu merasa nyeri dan tidak nyaman dan akan berakhir
3-18 bulan setelah melahirkan
b. Sebanyak 20% ibu akan megalami dispareuni superficial sekitar 3
bulan
c. Sebanyak 3-10% ibu mengalami inkontinensia usus
d. Sebanyak 20% ibu mengalami inkontinensia urineKerusakan
spingter anal samar terjadi pada 36% setelah pelahiran
23
pervaginaan dan terjadi 70% rentang (54-88%), walaupun robekan
derajat 3 dan 4 diperbaiki
e. Kaji kembali ibu yang mengalami robekan berat setelah 6 bulan
dan 1 tahun setelah melahirkan pervaginaan.
7. Tindakan Penjahitan rupture Perineum tingkat III
Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi
perineum derajat tiga atau empat, segera rujuk ke fasilitas rujukan
(JNPK-KR.2012)
Menurut Marmi et all,. 2011:182 adapun tindakan yang harus
dilakukan untuk penjahitan rupture perineum tingkat III yaitu sebagai
berikut:
a. Kaji ulang prinsip dasar perawatan
b. Lakukan blok pudendal atau ketamin
c. Minta asisten menahan fundus dan melakukan masase uterus
d. Periksa vagina, serviks, perineum dan rectum
e. Cek apakah sfingter ani robek
1) Jari bersarung tangan masukan kedalam anus
2) Identifikasi sfingter ani
3) Periksa permukaan rectum
f. Ganti sarng tangan
g. Lakukan antiseptis pada daerah robekan
24
h. Pastikan tidak ada alergi terhadap lidokain atau obat-obatan
sejenis
i. Masukan jari pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong
masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarumnya akan
masuk atau keluar.
j. Aspirasi dan kemudian suntikkan sekitar 10 ml lidokain 0,5%
dibawah mukosa vagina, dibawah kulit perineum, dan pada otot-
otot perineum.
k. Tunggu 2 menit agar anastesi aktif
l. Jahitlah otot-otot dengan rapih, lapis demi lapis dengan jahitan
satu-satu.
8. Perawatan Perineum pada`Masa Nifas
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva an anus pada
ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan
kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil. Yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikro organism melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut) serta kontaminasi dari
rectum. Perawatan perineum juga untuk meningkatkan kenyamanan
25
ibu nifas dengan menjaga kebersihannya dan meningkatkan
penyembuhan.
a. Waktu yang tepat unutk perawatan perineum
Perawatan perineum dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu,
seperti:
1) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi
bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk iu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula
pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
2) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemugkinan terjadi kontaminasi air
seni dengan rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri pada perineum untuk itu diperlukanpembersihan
perineum.
3) Setelah buang air besar (BAB)
Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi
bakteri dari anus ke perineum yang letaknya berseblahan maka
26
diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
b. Persiapan perawatanperineum:
1) Ibu Pos partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan dikamar mandi
dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu berdiri dengan
kaki posisi terbuka.
2) Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau
shower air hangat dan handuk besih. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan
antuseptik.
c. Penatalaksanaan:
a. Mencuci tangan sebelum membersihkan daerah perineum
b. Mengisi botol plastik dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakkan kebawah
mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam
kantung plastic.
d. Berkemih dan BAB ke tolilet
e. Semprotkan keseluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan tissue dari depan ke belakang
27
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang, posisiskan dengan
baik shingga tidak bergeser.
h. Cuci tangan kembali.
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah
perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat dan ibu merasa
nyaman. (Suyijatini, et all,. 2010:213-217)
C. Tinjauan Khusus tentang Variabel Penelitian
1. Primigravida
Defenisi primigravida menurut kamus kesehatan adalah kehamilan
untuk pertama kalinya. Primigravida adalah seorang wanita hamil
yang untuk pertama kali. (Gobak dalam Lintang 2014). Banyak wanita
mengalami robekan perineum pada saat melairkan anak pertama.
Pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut robekan ini amat luas.
Laerasi harus diperbaiki sengan cermat. (Harry Oxorn, William’ R
Forte. 2010:51). Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan
berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau di kurangi dengan
menjaga agar panggul tidak di lalui oleh kepala janin dengan cepat
(Aii Yeyeh Rukiyah, 2009)
2. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24
jam pertama kelahiran. Semakin besar berat bayi yang dilahirkan
28
meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar adalah
bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Robekan
perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar.
Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan
akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum
tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan
bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat
badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan
berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu
menderita Diabetes Melitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi
besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir
normal adalah sekitar 2500 sampai 4000 gram (Saifuddin, 2009).
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat
badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR.
Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita, berat bayi lahir di bawah
2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan
dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,
edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat
dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (dr.
Suparyanto 2011).
29
Berdasarkan berat badan lahir, dibedakan antara lain:
1) Makrosomia untuk neonatus dengan berat badan lahir (BBL)
>4000 gram.
2) Neonatus dengan berat badan lahir normal antara 2500-4000
gram.
3) Neonatus dengan berat badan lahir rendah(BBLR) untuk yang
<2500 gram.
3. Presentase Janin
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada
disegmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah
penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior. Secara
epidimiologis pada kehamilan tunggal didapatkan presentase kepala
sebesar 96,8%, bokong 2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%,
muka 0,05%, dan dahi 0,01%. Sikap yang tidak normal akan
menimbulkan malpresentasi pada janin dan kesulitan persalinan
terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui panggul
menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadikan
presentasi puncak kepala dengan penunjuk ubun-ubun besar,
ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk
sisisput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi muka
(dengan penunjuk dagu). Maka, Apabila janin dalam keadaan
malpresentasi atau malposisi dapat terjadi persalinan yang lama atau
30
bahkan macet. Malpresentase adalah semua presentasi janin selain
presentase belakang kepala. Malposisi adalah posisi abnormal ubun-
ubun kecail relative terhadap panggul ibu. Pengertian persalinan lama
adalah persalinan kala I fase aktif dengan kontraksi uterus regular
selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah persalinan yang
kemajuannya terhambat oleh factor mekanis dan proses kelahiran
tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi operatif. Komplikasi yang
terjadi akibar presentase abnormal atau malpresentasi pada ibu ialah
robekan jalan lahir yang luas dan partus lama.(Sarwono
Prawirohardjo. 2012:581)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Dasar Pemikiran Variabel
1. Rupture Perineum
Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu
persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi
persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan, berat badan bayi baru
lahir dan keadaan perineum.
2. Primigravida
Primigravida adalah seorang wanita hamil yang untuk pertama
kali. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya.
Namun hal ini dapat dihindarkan atau di kurangi dengan menjaga agar
panggul tidak di lalui oleh kepala janin dengan cepat.
3. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24
jam pertama kelahiran. Semakin besar berat bayi yang dilahirkan
meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar adalah
bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Robekan
perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar.
Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan
akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum
31
32
tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan
bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat
badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan
berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu
menderita Diabetes Melitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi
besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir
normal adalah sekitar 2500 sampai 4000 gram (Saifuddin, 2008).
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan
BBLR apabila berat bayi-balita, berat bayi lahir di bawah 2500 gram
atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi,
kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan
adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan
sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Hartono,
2008/Dr, Suparyanto, M.Kes.com).
4. Presentase Janin
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada
disegmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah
penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior. Secara
epidimiologis pada kehamilan tunggal didapatkan presentase kepala
33
sebesar 96,8%, bokong 2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%,
muka 0,05%, dan dahi 0,01%. Sikap yang tidak normal akan
menimbulkan malpresentasi pada janin dan kesulitan persalinan
terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui panggul
menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadikan
presentasi puncak kepala dengan penunjuk ubun-ubun besar,
ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk
sisisput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi muka
(dengan penunjuk dagu). Maka, Apabila janin dalam keadaan
malpresentasi atau malposisi dapat terjadi persalinan yang lama atau
bahkan macet. Malpresentase adalah semua presentasi janin selain
presentase belakang kepala. Malposisi adalah posisi abnormal ubun-
ubun kecail relative terhadap panggul ibu. Pengertian persalinan lama
adalah persalinan kala I fase aktif dengan kontraksi uterus regular
selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah persalinan yang
kemajuannya terhambat oleh factor mekanis dan proses kelahiran
tidak mungkin dilakukan tanpa intervensi operatif. Komplikasi yang
terjadi akibar presentase abnormal atau malpresentasi pada ibu ialah
robekan jalan lahir yang luas dan partus lama.
34
B. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Variabel yang diteliti
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Ruptur Perineum tingkat III
Ruptur perineum tingkat III yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
rupture perineum yang mengalami robekan mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani.
Kriteria Objektif:
Ya : Bila robekan mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot
sfingter ani.
Tidak : Bila robekan tidak mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot
sfingter ani.
Ruptur Perineum Tingkat III
Berat Badan Lahir
Presentase Janin
35
2. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir dalam penelitian ini adalah berat badan bayi
baru lahir yang dinyatakan dalam tahun sesuai yang tercantum dalam
buku partus pada rekam medic di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu
dan Anak Pertiwi Makassar tahun 2014.
Kriteria Objektif:
Resiko Rendah : Bayi lahir dengan berat badan lahir <3500 gram.
Resiko Tinggi : Bayi lahir dengan berat badan lahir ≥3500 gram
3. Presentase Janin
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada disegmen
bawah rahim, bukan belakang kepala.
Resiko Rendah : Bayi lahir dengan presentase belakang kepala
Resiko Rendah : Bayi lahir bukan presentase belakang kepala
36
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiah, S.Si.T et al.2009. Asuhan Kebidanan II Persalianan, Hal; 3-5. Jakarta: CV Trans Info Media
Asrinah, et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan, Hal 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
David T.Y Liu. Manual Persalinan. 2010. Hal:136. Jakarta: EGC
dr. Suparyanto, M.Kes . 2011. Ruptur Perineum. Internet: http://dr-suparyanto.blogspot.com (diakses tanggal 08 Sepetember 2011)
dr. Taufan Anugrah. Patologi Kebidanan. 2012, Hal:98. Yogyakarta: Nusa Medika
Eniyati, SST dkk,. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi. Hal: 143. Yogyakarta: Pustaka Pelajasr
Harry Oxorn, William’ R Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan.Hal: 451. Yogyakarta: CV ANDI OFSET
Ina Kusmawanti, dkk. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kompasiana. 2014. Angka Kematian Ibu Meningkat. Internet: http://kesehatan.kompasiana.com, (diakses tanggal 9 November 2014)
Linda J. Heffner, Danny J.Schust . 2009. At a Glance Sistem Reproduksi.. Jakarta: Erlangga
Lintang. 2014. Faktor-Faktor Penyebab Rupture Perineum. Internet: http://harsonosites.com/ibu-dan-anak, (diakses tanggal 05 Juni)
Marmi et all,. Asuhan Kebidanan Patologi. 2011, Hal:182-183. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Profil Kesehatan kota Makassar tahun 2013.
Saifuddin, Abdul Bari, 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
xv
Sarwono Prawirohardjo. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Suyijatini, M.Keb et all. 2010. Asuhan Ibu Nifas Askeb III, Hal: 213-217. Yogyakarta:Cyrillus Publisher
Vicky Chapman et all,.Persalinan dan kelahiran asuhan kebidanan 2009, Hal: 61. Jakarta: EGC
Wenny Artanty Nisman, Ternyata Melahirkan itu Mudah dan Menyenangkan: 2011, Hal 32-37. Yogyakarta: CV ANDI OFSET
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta. Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohadjo
xvi