kti rev
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan dan kematian
pada manusia Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada
wanita dengan 1,38 juta kasus kanker diperkirakan baru didiagnosa pada tahun
2008 (23% dari semua kanker), dan menempati posisi kedua secara keseluruhan
(10,9% dari semua kanker).(1)
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan.Dari 600.000 kasus kanker payudara
baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan
di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di
Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa.
Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang
mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan
dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000
orang di antaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer Society
memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di
antaranya meninggal antara 1990-2000.(2)
Data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia (BRK-IAPI)
1994 memperlihatkan bahwa kanker payudara wanita menduduki urutan tertinggi
(11,77%). (3)
1
Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
tahun 2008, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di
seluruh RS di Indonesia (18,4%), disusul kanker leher rahim (10,3%), kanker hati
dan saluran empedu intrahepatik (8,2%), Leukemia (7,3%), dan Limfoma non
Hodgkin (6,5%).(4)
Sedangkan menurut survey sentinel dari Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
menemukan kanker payudara menempati urutan pertama, disusul kanker genitalia
interna perempuan, kanker serviks dan kanker kulit.(4)
Kanker dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang
paling sering adalah akibat kekurangan gizi yang berat atau kakhesia. Pada
penderita dengan kakhesia, penderita mengalami kurus kering dan lemah lunglai,
seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang
lama .Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan skunder
baik langsung maupun tidak langsung. Pada 20%-40% dari seluruh penderita
kanker, penyebab kematian adalah karena kelaparan.(5)
Kanker dapat menyebabkan efek merugikan yang berat bagi status gizi.
Tidak hanya sel kanker yang mengambil zat gizi dari tubuh pasien, tapi
pengobatan dan akibat fisiologis dari kanker dapat mengganggu dalam
mempertahankan kecukupan gizi .Status gizi atau tingkat konsumsi pangan
merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi
yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga
mempengaruhi status gizi.(5)
2
Selain itu pandangan dan kepercayaan seseorang, termasuk juga
pengetahuan mereka tentang ilmu gizi, harus dipertimbangkan sebagai bagian dari
berbagai faktor penyebab yang berhubungan terhadap konsumsi makanan
mereka . Dengan pendidikan dapat ditingkatkan konsumsi pangan dan keadaan
gizi.(5)
Kekurangan gizi merupakan salah satu faktor penting yang sangat
mempengaruhi hasil pengobatan kanker karena pasien dengan kecukupan gizi
dan status gizi yang baik relatif lebih tahan terhadap terapi kanker dari pada
pasien yang berstatus gizi buruk serta kecukupannya kurang .(5)
Berdasarkan uraian di atas, Peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Gambaran Status Gizi Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun
2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu “Gambaran Status Gizi Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 . Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran status gizi pasien kanker payudara di Rumah
Sakit Ibnu Sina Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
umur di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013.
3
b. Mengetahui gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
jenis pekerjaan di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
c. Mengetahui gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
stadium kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013.
d. Mengetahui gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
riwayat keluarga di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman berharga dalam melaksanakan penelitian dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan tentang gambaran status gizi pasien
kanker payudara stadium lanjut.
2. Bagi Rumah Sakit Ibnu Sina
Sebagai bahan masukan atau informasi pengetahuan tentang status gizi
pasien kanker payudara .
3. Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang status gizi pasien
kanker payudara .
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah informasi dan
masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan yang lebih
berkualitas, khususnya untuk pengaturan pola makan dan pemberian pemahaman
terhadap pasien kanker payudara stadium lanjut, agar status gizi dapat
dipertahankan dalam keadaan normal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Kanker Payudara
2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
jaringan yang tidak terkendali. Sel-sel bagian tubuh yang terserang penyakit ini
mengalami perubahan material genetik asam deoksiribonukleat (DNA), yang
merupakan ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda dari tiap sel.(6)
Kanker payudara adalah tumor ganas pada jaringan payudara. Jaringan
payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar
(saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara. Oleh Word Health
Organization (WHO) penyakit ini dimasukkan ke dalam International
Classification of Disease (ICD) dengan kode 174-175.15 Kanker payudara terjadi
karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi
sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan.
Penyebaran kanker payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan tumbuh
di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun
supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar
ke organ lain seperti paru-paru, hati dan otak.(6)
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis
kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang
kanker payudara, walaupun kemungkinannya sangat kecil sekitar 1 diantara 1000
kejadian kanker payudara pada wanita, tapi tentu saja dapat terjadi karena pada
5
dasarnya, kaum pria memiliki struktur payudara yang sama dengan wanita,
struktur payudara pria hanya tidak mengalami perkembangan lebih lanjut.
Penyebab kanker payudara ini, sebenarnya tidak diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin
menderita kanker payudara,antara lain: faktor genetic, hormonal, pola hidup, dan
lingkungan sekitar. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan
dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi.(7)
Kanker payudara dalam hal ini, berkaitan dengan gambaran status gizi
pasien kanker payudara stadium lanjut yang akan diamati, apakah status gizi
pasien memburuk atau mengalami penurunan drastis pada stadium lanjut atau
tidak. Pada stadium ini, sel-sel kanker sudah menyerang bagian tubuh penderita
yang lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak bahkan bisa juga menyerang
kelenjar kulit dan kelenjar limfa yang ada pada stadium III, tindakan yang hanya
bisa dilakukan adalah pengangkatan payudara penderita yang sudah terkena
kanker.(7)
Pasien perlu dinilai status gizinya agar diberi intervensi gizi guna perbaikan
kualitas hidup pasien pada stadium lanjut. Yang dimana diketahui sel-sel kanker
dapat menyebabkan kegagalan metabolisme sehingga pada pasien kanker
cenderung didapatkan kondisi pasien dengan berat badan dibawah normal
sehingga dibutuhkan asupan gizi yang sesuai dengan kondisi pasienWalaupun
mekanismenya belum diketahui dengan pasti, tetapi gizi diduga dapat mengubah
proses karsinogenesis, termasuk metabolisme karsinogen, pertahanan sel,
diferensiasi sel, dan pertumbuhan tumor. Sebaliknya, keadaan gizi pasien
6
dipengaruhi oleh pertumbuhan tumor dan pengobatan medis yang diberikan,
seperti pembedahan, radiasi, kemoterapi, dan transplantasi. Oleh sebab itu
diperlukan pengetahuan status gizi dalam memberikan terapi diet.(7)
2.1.2 Epidemiologi
Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara Barat,
maupun pada insiden rendah seperti dibanyak Negara di Asia. Satu laporan
penelitian pada tahun 1993 memperkirakan bahwa jumlah kasus baru di seluruh
dunia pada tahun1985 mencapai 720.000 orang , terdiri atas 422.000 di Negara
maju dan 298.000 di Negara berkembang. Di Indonesia, kanker payudara
merupakan kanker paling banyak diderita kaum wanita setelah kanker mulut/leher
rahim. (8)
Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun
kemungkinannya sangat kecil sekitar 1 diantara 1000 kejadian kanker payudara
pada wanita, tapi tentu saja dapat terjadi karena pada dasarnya, kaum pria
memiliki struktur payudara yang sama dengan wanita,struktur payudara pria
hanya tidak mengalami perkembangan lebih lanjut. Kanker payudara, umumnya
menyerang wanita yang telah berumur 40 tahun, namun wanita muda pun bisa
terserang kanker ini.(8)
Di Indonesia, Epidemiologi kanker bervariasi. dikatakan bahwa kanker
menjadi penyebab kematian urutan ke 5. Kejadian Kanker payudara tertinggi
diantara jenis kanker lainnya, walaupun dapat mengenai pria (persentasi sedikit).
Secara estimasi kejadian 26/100.000 perempuan. Badan registrasi Kanker Ikatan
7
Dokter Ahli Patologi Indonesia pada tahun 1998 dari 13 Rumah Sakit diperolah
data 12,2 % diagnosa kanker payudara. Penyebabnya belum diketahui, namun
beberapa faktor risiko dapat diketahui dan beberapa dapat dikendalikan.
Untuk /.itu pentingnya melakukan deteksi dini (semakin dini diagnosa dan
penanganan semakin besar kemungkinan disembuhkan). Kebanyakan 50%
penderita datang sudah dalam kondisi stadium lanjut, hanya 5 % wanita di negara
berkembang melakukan Pemeriksaan Deteksi Dini (negara maju 40 %).(9)
2.1.3 Faktor Resiko Penyebab Kanker Payudara
Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui.Penyebab
kanker payudara termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu
dengan yang lainnya. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
kanker payudara adalah :(10)
1. Usia
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya usia. Berdasarkan
penelitian American Cancer Society tahun 2006 diketahui usia lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko yang lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara yakni 1
per 68 penduduk dan risiko ini akan bertambah seiring dengan pertambahan usia
yakni menjadi 1 per 37 penduduk usia 50 tahun, 1 per 26 penduduk usia 60 tahun
dan 1 per 24 penduduk usia 70 tahun. Kanker payudara juga ditemukan pada usia
<40 tahun namun jumlahnya lebih sedikit yakni 1 per 1.985 penduduk usia 20
tahun dan 1 per 225 penduduk usia 30 tahun.22 Data American Cancer Society
(2007) melaporkan 70% perempuan didiagnosa menderita kanker payudara di atas
usia 55.(10)
8
2. Jenis Kelamin
Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada pria juga dapat
terjadi kanker payudara, namun frekuensinya jarang hanya kira-kira 1% dari
kanker payudara pada wanita.(10)
3. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi dihubungkan dengan banyak paritas, umur melahirkan
anak pertama dan riwayat menyusui anak. Wanita yang tidak mempunyai anak
atau yang melahirkan anak pertama di usia lebih dari 30 tahun berisiko 2-4 kali
lebih tinggi dari pada wanita yang melahirkan anak pertama di bawah usia 30
tahun. Wanita yang tidak menyusui anaknya mempunyai risiko kanker payudara 2
kali lebih besar. Kehamilan dan menyusui mengurangi risiko wanita untuk
terpapar dengan hormon estrogen. Pada wanita menyusui, kelenjar payudara dapat
berfungsi secara normal dalam proses laktasi dan menstimulir sekresi hormon
progesteron yang bersifat melindungi wanita dari kanker payudara.(10)
4. Faktor hormon
Yang diduga memegang peranan cukup penting dalam proses kejadian
tumor ini adalah faktor hormon estrogen. Namun, bagaimana mekanisme
kejadiannya belum jelas diketahui. Akan tetapi pemberian hormone estrogen dan
progesteron pada penggunaan alat kontrasepsi belum terbukti berpengaruh
meningkatkan angka kejadian kanker payudara, kecuali pemakaian pil kontrasepsi
pada usia muda, penelitian membuktikan bahwa wanita usia dini (remaja) yang
memakai alat kontrasepsi oral (pil) sangat beresiko tinggi terserang kanker
payudara.(10)
9
5. Riwayat Kanker Individu
Penderita yang pernah mengalami infeksi atau operasi tumor jinak
payudara berisiko 3-9 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Penderita
tumor jinak payudara seperti kelainan fibrokistik berisiko 11 kali dan penderita
yang mengalami operasi tumor ovarium mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar.(10)
6. Riwayat Kanker Keluarga
Secara genetik, sel-sel pada tubuh individu dengan riwayat keluarga
menderita kanker sudah memiliki sifat sebagai embrio terjadinya sel kanker.
Menurut sutjipto (2000) yang dikutip oleh Elisabet T, kemungkinan terkena
kanker payudara lebih besar 2 hingga 4 kali pada wanita yang ibu dan saudara
perempuannya mengidap penyakit kanker payudara.(10)
7. Menstruasi cepat dan Menopause lambat.
Wanita yang mengalami menstruasi pertama (Menarche) pada usia kurang
dari 12 tahun berisiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan
menstruasi yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun dan wanita yang
mengalami masa menopausenya terlambat lebih dari 55 tahun berisiko 2,5 hingga
5 kali lebih tinggi. Wanita yang menstruasi pertama di usia kurang dari 12 tahun
dan wanita yang mengalami masa menopause terlambat akan mengalami siklus
menstruasi lebih lama sepanjang hidupnya yang mengakibatkan keterpaparan
lebih lama dengan hormon estrogen.(10)
8. Pajanan Radiasi
Wanita yang terpapar penyinaran (radiasi) dengan dosis tinggi di dinding
dada berisiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi.(10)
10
9. Obesitas dan Konsumsi makanan lemak tinggi
Wanita yang mengalami kelebihan berta badan (obesitas) dan individu
dengan konsumsi tinggi lemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak obesitas
dan yang tidak sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Risiko ini terjadi
karena jumlah lemak yang berlebihan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam
darah sehingga akan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.(10)
10. Wanita pekerja malam hari
Pusat penelitian kanker Fired Hutchison Cancer di Seatle, Amerika Serikat,
menyebutkan bahwa wanita yang bekerja malam hari mempunyai peluang 60%
terkena kanker payudara.Cahaya lampu yang kusam pada malam hari dapat
menekan produksi melatonin nocturnal pada otak sehingga hormon estrogen yang
diproduksi oleh ovarium meningkat.Padahal diketahui melatonin dapat menekan
pertumbuhan sel kanker payudara.(10)
2.1.4 Gejala
Terdapat sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan
yang ada pada payudara dan sekitarnya. Benjolan ini tidak menimbulkan rasa
nyeri dan biasanya juga memiliki bentuk pinggiran tidak teratur. Pada penderita
kanker payudara yang masih pada tahap awal, benjolan yang ada bisa digerak-
gerakkandan dapat juga didorong dengan jari tangan. Namun, pada stadium lanjut,
biasanya melekat pada dinding dada atau pada kulit sekitarnya. Untuk stadium
lanjut ini, benjolan yang ada bisa membengkak dan juga terdapat borok kulit.(11)
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah adanya benjolan atau massa
diketiak penderita, perubahan bentuk dan ukuran payudara penderita, serta
11
keluarnya cairan abnormal dari putting susu pada fase lanjut (berdarah atau
bernanah). Perubahan tekstur dan warna kulit disekitar payudara, biasanya
kemerahan, kulit disekitar payudara bersisik, puting susu tertarik kedalam dan
terasa gatal, nyeri pada payudara, pada fase / stadium lanjut biasa nyeri pada
tulang, penderita mengalami penurunan berat badan dan pembengkakan lengan
serta ulsurasi kulit.(11)
2.1.5 Stadium dan metastasis pada Kanker Payudara
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas
atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium,
harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau Patologi Anatomi, radiologi , USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dan sebagainya. Banyak sekali cara
untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah
stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh
UICC (International Union Against Cancer dari WHO atau World Health
Organization) / AJCC(American Joint Committee On cancer) yang disponsori
oleh ( American Cancer Society dan American College of Surgeons).(12)
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu Tumor size atau ukuran tumor ,
"N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T,N,M dinilai baik secara klinis sebelum
12
dilakukan operasi , juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA) . Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :(12)
T = ukuran tumor primer
Ukuran T secara klinis , radiologis dan mikroskopis adalah sama.
Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.
T0 : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 - 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit.
N = Kelenjar getah bening regional
Klinis :
Nx : Kelenjar getah bening regional tidak bisa dinilai .
N0 : Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening.
N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening aksila ipsilateral yang mobile.
N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening aksila ipsilateral terfiksir,
berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kelenjar getah bening mamaria interna
ipsilateral tanpa adanya metastasis ke kelenjar getah bening aksila.
N3 : Metastasis pada kelenjar getah bening infraklavikular ipsilateral dengan
atau tanpa metastasis kelenjar getah bening aksila atau klinis terdapat metastasis
13
pada kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada
kelenjar getah bening aksila, atau metastasis pada kelenjar getah bening
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kelenjar getah
beniing aksila / mamaria interna.
M : metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Setelah masing-masing faktot T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut:(12)
Grup stadium :
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
14
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC : Tx N3 M0
Stadium IV : Tx Nx M1
Adapun pembagian kanker payudara ditinjau dari modalitas terapi yang
dipergunakan, dibagi menjadi beberapa kategori :
1. Stadium dini : stadium I - stadium II
2. Stadium lokal lanjut : stadium IIIA – stadium IIIC
3. Stadium lanjut : stadium IV
2.1.6 Jenis dan Grading Histopatologik Kanker Payudara
1. Jenis histopatologik kanker payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker
payudara diklasifikasikan sebagai berikut :(12)
a. Non-invasif karsinoma
1) Non-invasif duktal karsinoma
2) Lobular karsinoma in situ
b. Invasif karsinoma
1) Invasif duktal karsinoma
a) Papilobular karsinoma
b) Solid-tubular karsinoma
c) Scirrhous karsinoma
15
d) Special types
e) Mucinous karsinoma
f) Medulare karsinoma
c. Invasif lobular karsinoma
a) Adenoid cystic karsinoma
b) Karsinoma sel squamos
c) Karsinoma sel spindel
d) Apocrin karsinoma
e) Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
f) Tubular karsinoma
g) Sekretori karsinoma
2. Paget's Disease
Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi
histologisnya. Sistim gradasi histologis yang direkomendasikan adalah menurut
“The Nottingham combined histologic grade“ ( menurut Elston-Ellis yang
merupakan modifikasi dari Bloom-Richardson ). Gradasinya adalah menurut
sebagai berikut (12)
GX : Grading tidak dapat dinilai.
G1 : Low grade (rendah).
G2 : Intermediate grade (sedang).
G3 : High grade (tinggi).
2.1.7 Diagnosa
Diagnosa kanker payudara dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :(13)
16
1. Anamnesa
a. Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan,
rasa sakit, edema lengan atau kelainan kulit.
b. Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis
seperti nyeri tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
c. Anamnesa terhadap faktor-faktor risiko (usia, riwayat keluarga, riwayat
kanker individu dan konsumsi lemak).
2. Pemeriksaan Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan fisik sekitar
70%.Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau kiri
atau bilateral dan penderita harus diperiksa dalam posisi duduk dan terlentang.
Kemudian payudara diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan
puting susu, status kelenjar getah bening dan pemeriksaan pada lokasi metastasis
jauh.(13)
3. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi
dicurigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan
jarum halus dan disedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan
masuk ke dalam jarum. Kemudian jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh
ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna)
atau jinak (benigna).(13)
4. Pemeriksaan Radiologik
17
Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan menggunakan Mammografi dan
USG Payudara.Mammografi merupakan tindakan pemeriksaan payudara dengan
menggunakan sinar X berintensitas rendah.Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
melihat ada tidaknya benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan
untuk perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan
maupun sebelum ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker
payudara.American Cancer Society dalam programmya menganjurkan sebagai
berikut (13)
a. Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi dasar (Baseline Mammogram).
b. Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1 atau 2
tahun sekali.
c. Untuk perempuan berumur diatas 50 tahun, mammografi dilakukan setahun
sekali.
USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mammografi
untuk tujuan diagnostik untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau
solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG
abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan.(13)
2.1.8 Pencegahan Kanker Payudara
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone.Hampir
setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
18
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:(14)
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat.(14)
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara.Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus
haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara.Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:(14)
a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey.
b. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
c. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
19
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI
untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.(14)
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan.Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.Pada stadium
tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan aiternatif.(14)
2.1.9 Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi penderita kanker
payudara
1. Umur
Kemungkinan (probabilitay) pada wanita umur 75-79 tahun untuk
menderita kanker payudara adalah 10 kali bila dibandingkan dengan para wanita
20
yang berusia sekitar 35-39 tahun . Sedangkan wanita dengan usia lanjut
dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungan
dengan pertumbuhan badan, bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan
degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya. Faktor lain yang
mengganggu kondisi gizi manula secara tidak langsung ialah kondisi fisik yang
labil dan menjadi sangat sensitif .(15)
2. Tingkat Pendidikan
Pandangan dan kepercayaan seseorang, termasuk juga pengetahuan
mereka tentang ilmu gizi, harus dipertimbangkan sebagai bagian dari berbagai
faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makan mereka. Dengan
pendidikan dapat ditingkatkan konsumsi pangan dan keadaan gizi.(15)
3. Pengetahuan Gizi
Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan
tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari .Kegiatan memperbaiki keadaan gizi masyarakat maupun
perorangan memerlukan tenaga ahli gizi yang masih terus harus dilatih dan
ditingkatkanpengetahuan maupun ketrampilannya. Karena itu upaya pendidikan
gizi merupakan suatu keharusan dalam kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan
gizi masyarakat maupun perorangan. Pendidkan gizi harus meliputi seluruh
lapisan masyarakat, karena semua warga masyarakat harus mengetahui dan
menerapkan prinsip-prinsip gizi yang baik .(16)
4. Pendapatan Keluarga
21
Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan
cenderung untuk membaik juga tetapi mutu makanan tidak selalu membaik .
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan. (16)
5. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan zat-zat gizi dipengaruhi oleh berat badan, umur, dan jenis
kelamin. Pada orang dewasa zat-zat gizi digunakan untuk aktifitas/kerja .Jenis
pekerjaan tersebut dogolongkan menurut jumlah energi yang diperlukannya
menjadi pekerjaan ringan, sedang dan berat serta berat sekali. Kebutuhan energi
untuk kegiatan ringan, sedang, berat dan sangat berat berbeda, makin berat
kegiatan/pekerjaan yang dilakukan makin banyak juga energi yang dibutuhkan.
Perhitungan rata-rata orang bekerja sehari adalah 8 jam. Untuk kegiatan ringan
misalnya ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat
mekanik, untuk kegiatan sedang misalnya kebanyakan pekerjaan pada industri
ringan (memperbaiki jam, menggambar, dan melukis), untuk kegiatan sangat berat
misalnya menyikat lantai, memukul karpet, kerja dipertanian dan untuk kegiatan
sangat berat misalnya pekerja bangunan.(16)
6. Asupan makanan
Terjadinya penurunan status gizi pada sebagian besar penderita kanker
terutama disebabkan turunnya asupan zat gizi, baik akibat gejala penyakit
kankernya sendiri atau efek samping pengobatan .Hal utama dalam menghadapi
penderita kanker adalah mencegah penurunan status gizi lebih lanjut dan akan
22
lebih baik jika dapat dicapai status gizi normal. Oleh karena itu, asupan makanan
harus ditingkatkan, walaupun terdapat berbagai kendala, seperti anoreksia dengan
berbagai penyebabnya, perubahan cita rasa dan aroma terhadap makanan,
kekeringan dan sariawan pada mulut, disfagia, mual dan muntah, perasaan cepat
kenyang, rasa capai, kembung, serta diare .(17)
2.1.10 Patofisiologi malnutrisi pada kanker
Kanker dapat menyebabkan efek merugikan yang berat bagi status gizi.
Tidak hanya sel kanker yang mengambil zat gizi dari tubuh pasien, tapi
pengobatan dan akibat fisiologis dari kanker dapat mengganggu dalam
mempertahankan kecukupan gizi.(18)
Beberapa efek potensial dari kanker terhadap gizi meliputi:(18)
1. Kehilangan berat badan akibat:
a. Berkurangnya makanan yang masuk, mungkin diinduksi oleh perubahan
kadar neotransmiter (serotin) pada susunan saraf pusat; peningkatan kadar asam
laktat yang diproduksi oleh metabolisme anaerob, metode metabolisme yang
disenangi oleh tumor; stres psikologis, disguesia (perubahan dalam pengecapan);
dan tidak suka terhadap makanan tertentu. Sekitar 70% dari individu dengan
kanker mengalami keengganan atau tidak suka pada makanan tertentu, rupanya
karena perubahan ambang pengecapan terhadap beberapa komponen bau dan rasa.
b. Meningkatnya kecepatan metabolisme basal.
c. Meningkatnya glukoneogenesis (produksi glukosa dengan pecahan
glikogen, lemak, dan protein tubuh) yang disebabkan oleh ketergantungan tumor
pada metabolisme anaerob.
23
2. Penurunan sintesis protein tubuh
Kakeksia kanker adalah bentuk malnutrisi berat yang ditandai dengan
anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan, anemia, lemah, kehilangan otot.
Walaupun dukungan gizi yang adekuat dapat membantu mencegah kehilangan
otot dan berat badan, hanya terapi kanker yang sukses yang dapat
memperbaiki/mengembalikan sindrom kakeksia kanker ini.(18)
Malnutrisi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam keadaan. Keadaan
pertama, marasmus, terjadi akibat asupan nutrien, khususnya kalori, yang tidak
mencukupi dalam waktu lama dan penguraian simpanan kalori dalam jaringan
otot serta lemak yang ditimbulkan oleh kurangnya asupan nutrien tersebut untuk
menghasilkan energi. Tipe ini dapat ditemukan diantara pasien-pasien dengan
anoreksia yang berkelanjutan, para lansia, dan penderita obstruksi usus parsial.(18)
Tipe malnutrisi yang kedua, kwashiorkor, terjadi akibat asupan protein
yang tidak memadai, seperti pasien di rumah sakit yang mendapatkan infus dalam
waktu lama tanpa suplementasi protein. Tipe ketiga adalah kombinasi kedua tipe
diatas, yaitu kekurangan kalori-protein (KKP) atau PCM (Proteincalori
malnutrition) dan merupakan karakteristik pada pasien-pasien kanker tahap lanjut.
(18)
2.1.11 Penatalaksanaan gizi
Tujuan dari penatalaksanaan gizi adalah : (18)
1. Untuk mengidentifikasi dan mencegah atau memperbaiki defisiensi gizi
akibat kanker atau penyumbatannya
24
2. Untuk mempertahankan atau memperbaiki kapasitas fungsional dan
kualitas kehidupan.
The American Institute for Cancer Research yang dikutip oleh Dra. Elly
Nurrachmah memberikan pedoman diet untuk menurunkan risiko kanker :
menurunkan masukan makanan berlemak tiap hari baik lemak jenuh maupun
lemak tak jenuh sampai 30% dari total kalori, meningkatkan konsumsi buah-
buahan dan sayur-sayuran, menurunkan atau menghilangkan kebiasaan merokok
dan minum alkohol.(18)
Penatalaksanaan makan pada penderita kanker dapat meningkatkan berat
badan dan protein tubuh, meskipun tidak dapat mengembalikan status gizi secara
sempurna. Meskipun demikian, keadaan ini akan menurunkan kerentanan
penderita terhadap infeksi dan mengurangi gejala akibat efek samping pengobatan
sehingga pengobatan dapat berlangsung sampai sangat membantu dalam
pemulihan kesehatan.(18)
2.2 Kerangka Teori
25
Pengetahuan
tentang GiziPendapatan KeluargaTindakan
Pengobatan
Faktor Resiko Kanker
Payudara
Status Gizi Penderita Kanker
Payudara
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Asupan Makanan
Stadium Kanker
Payudara
Kanker Payudara
Umur Jenis Kelamin Riwayat Reproduksi Radiasii
Riwayat keluarga
2.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
26
Status Gizi Penderita Kanker
Payudara
Umur
Jenis Pekerjaan
Stadium Kanker Payudara
Riwayat Keluarga
: Variabel dependent
: Variabel Independent
: Variabel yang diteliti
2.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Status gizi
Status gizi penderita kanker payudara stadium lanjut yang dimaksud adalah
data subjektif yang tertulis di status generalis pada pemeriksaan fisis yang
dilakukan dokter.
Kriteria Objektif :
a. Status Gizi Kurang
b. Status Gizi Cukup
c. Status Gizi Baik
d. Status Gizi Lebih
2. Umur
Umur yang dimaksud pada penelitian ini adalah kelompok umur pasien
dengan diagnosis kanker payudara stadium lanjut di Rumah Saakit Ibnu Sina .
Kriteria Objektif :
a. Umur < 50 Tahun
b. Umur > 50 Tahun
2. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan tersebut dogolongkan menurut jumlah energi yang
diperlukannya menjadi pekerjaan ringan, sedang dan berat. Kebutuhan energi
27
untuk kegiatan ringan, sedang, berat berbeda, makin berat kegiatan/pekerjaan
yang dilakukan makin banyak juga energi yang dibutuhkan.
Kriteria Objektif :
a. Pekerjaan ringan : pegawai kantor, pegawai toko, pegawai negeri sipil,
supir, sekertaris.
b. Pekerjaan sedang : Ibu rumah tangga, mahasiswa,wiraswasta.
c. Pekerjaan berat : Pelaut, petani, penari, atlit, pekerja bangunan, pekerja
industri.
3. Stadium Kanker Payudara
Untuk penentuan stadium keganasan, digunakan sistem TNM, yang
merupakan singkatan dari tumor size atau ukuran tumor (massa), node atau
kelenjar getah bening regional yang terlibat, dan metastasis. Pembagian stadium
kanker payudara sebagai berikut:
Grup stadium :
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
28
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC : Tx N3 M0
Stadium IV : Tx Nx M1
Kriteria Objektif :
a. Stadium dini : stadium I - stadium II
b. Stadium lokal lanjut : stadium IIIA – stadium IIIC
c. Stadium lanjut : stadium IV
4. Riwayat Keluarga
Riwayat kanker payudara keluarga yaitu ada tidaknya keluarga yang
menderita kanker payudara berdasarkan hasil uji laboratorium.
Kriteria Objektif :
a. Ada keluarga yang menderita kanker payudara
b. Tidak ada keluarga yang menderita kanker payudara.
c. Tidak ada data karena tidak tertera pada rekam medik.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan jenis penelitian
Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode
survey dengan menggunakan desain cross sectional study. Jenis Penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskripsi yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan
data sebagaimana adanya dan hasil selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan
penelitian yang akan dicapai.
3.2 Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker payudara stadium
lanjut di Rumah Sakit Ibnu Sina pada periode yang telah ditetapkan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari pasien kanker payudara yang
berada di Rumah Sakit Ibnu Sina pada periode yang telah ditentukan
3. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random
sampling. Dimana teknik merupakan suatu cara untuk menentukan sampel dengan
memberikan peluang yang sama terhadap seluruh populasi untuk dijadikan
sampel. Dimana jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut.:
Besar sampel dala penelitian ini menggunakan rumus (slovin) :
30
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : penyimpangan 0,1
480 n = 1+480(0.1)2
n = 82,75 sampel yang kemudian dibulatkan menjadi 83
4. Kriteria Seleksi
Data rekam medik penderita kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina
tahun 2013.
3. 3 Lokasi Dan Waktu Penelitian.
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar, Sulawesi
Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada januari 2014
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah data rekam medik.
3.5 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data
31
NNn = n =
1 + N (d2)1 + N (d2)
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan sistematis, yaitu
jenis pengamatan ini mempunyai kerangka atau struktur yang jelas, di mana di
dalamnya berisikan faktor yang diperlukan, dan sudah dikelompokkan kedalam
kategori-kategori. Dengan demikian maka metode observasi mempunyai scope
yang lebih sempit dan pengamatan lebih terarah. Pada umunya observasi
sistematis ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni dengan observasi
partisipatif guna mencari penemuan dan perumusan masalah yang akan dijadikan
sasara observasi. Apabila dalam suatu observasi tidak diadakan secara sistematika
atau tidak mempunyai kerangka struktur maka pengamatan ini digolongkan
dalam observasi nonsistematis. Hal ini perlu diperhatikan agar dalam melakukan
pengamatan peralatan yang digunakan untuk mengadakan pencatatan jangan
sampai mengganggu hubungan antara pengamat dengan observe (yang diamati).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anecdotal Record
(Darftar riwayat kelakuan) Adalah catatan mengenai tingkah laku seseorang
(observe) yang luar bersifat khas, dalam hal ini data rekam medik pasien yang ada
di rumah sakit.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Teknik nonstatistik, yakni pengolahan data dengan tidak menggunakan
analisis statistik, tetapi dengan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini dapat
dilakukan melalui cara, induktif, yakni pengambilan kesimpulan umum
32
berdasarkan hasil-hasil observasi yang khusus. Dalam analisis ini tidak
diperlukan perubahan data kualitatif ke dalam data kuantitatif.
3.7 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan instasi-
instasi terkait lainnya. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Lembar persetujuan dari institusi untuk melakukan penelitian ( Informed
consent)
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh institusi ditetapkan
setelah terlebih dahulu mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data, setelah institusi bersedia atau
memberikan izin maka harus menandatangani lembar persetujuan penelitian.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Kerahasiaan terhadap observe (yang diamati) dalam penelitian ini menjadi
prioritas dengan cara tidak akan disebutkan namanya dalam data penelitian dan di
lapangan penelitian dan penamaan hanya dengan menggunakan kode.
3. Kerahasiaan informasi (Confidentiality).
Kerahasiaan informasi yang diberikan sampel observe (yang diamati)
dalam penelitian dijamin oleh peneliti.
33
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Ibnu Sina
Rumah sakit Ibnu Sina UMI merupakan Rumah Sakit Umum Swasta yaitu
eks Rumah Sakit “45” yang didirikan pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No.
6783/DK-I/SK/TV.1/X/88 tanggal 05 Oktober 1988 dan pada hari senin tanggal
16 Juni 2003 telah dilakukan penyerahan kepemilikan dari Yayasan Andi Sose
kepada Yayasan Wakaf UMI yang ditanda tangani oleh Ketua Yayasan Andi Sose
dan Ketua Yayasan Wakaf UMI Bapak Almarhum Prof. Dr. H. Abdurahman A.
Basalamah SE, MSi. Berdasarkan atas Hak kepemilikan baru ini, maka nama
Rumah Sakit “45” oleh Yayasan Wakaf UMI dirubah menjadi Rumah Sakit Ibnu
Sina UMI.
Gambar 4.1. Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar
34
Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI dibangun diatas tanah 18.008 m2 dengan
luas bangunan 12.025 m2beralamat jalan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo km 5
no. 264 Makassar. Berdasarkan surat permohonan dari Yayasan Wakaf UMI
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menerbitkan surat izin uji
coba penyelengaaan operasional Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI pada tanggal
23 September 2003 No. 6703A/DK-IV/PTS-TK/2/IX/2003.
Pada hari senin tanggal 17 Mei 2004 Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI
diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan bapak H.M. Amin Syam, serta
Rumah Sakit Ibnu Sina memperoleh Surat Izin penyelenggaraan Rumah Sakit dari
departemen Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. YM.02.04.3.5.4187 tanggal 26 September
2005.
Sebagaimana diketahui bahwa Universitas Muslim Indonesia (UMI) sejak
tahun 1991 telah memiliki Fakultas Kedokteran dan telah menghasilkan dokter
umum, maka keberadaan Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI akan lebih menambah
dan melengkapi sarana/fasilitas pendidikan kedokteran, terutama pendidikan
klinik bagi calon dokter umum dan calon dokter ahli. Dengan demikian
diharapkan bahwa Keluaran dokter fakultas Kedokteran UMI pada masa
mendatang akan lebih meningkatkan kualitas, keterampilan, dan ahlaq mulia serta
memiliki integritas pengabdian yang tinggi bagi umat Islam dan masyarakat pada
umumnya.
35
4.2. Visi dan misi Rumah sakit
1. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan pelayanan Kesehatan yang
Islami ekselen dan terkemuka di Indonesia.”
2. Misi
a. Melaksanakan dan megembangkan pelayanan kesehatan unggul yang
menjunjung tinggi moral dan etika ( Misi Pelayanan Kesehatan )
b. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan
professional kesehatan lainnya (Misi pendidikan)
c. Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual kepada
penderita dan pengelolaan Rumah Sakit ( Misi dakawah )
3. Nilai
a. Amanah ( jujur, berdedikasi dan bertanggung jawab )
b. Professional ( kompetensi dab etika )
c. Akhlaqul qarimah ( menjaga silaturrahmi, saling menghargai dan
kepedulian yang tinggi )
4.3 Sarana dan Prasarana rumah Sakit
1. Gedung
Rumah Sakit Ibnu Sina mempunyai luas tanah 18.008 m dengan luas
gedung 12.025 m yang terdiri atas :
a. Gedung UGD, ICU, ICCU, kamar operasi ( 2 lantai )
b. Gedung perawatan dan administrasi ( 5 lantai )
36
c. Gedung poliklinik Umum, Poliklinik Spesialis dan Klinik Spesialis
Konsultan ( 2 lantai)
2. Keadaan Tenaga Kesehatan
a. Tenaga Tetap : 263 orang
b. Tenaga Magang : 8 orang
c. Harian lepas : 68 orang
3. Sarana Kesehatan
a. Fasilitas
1) Instalasi Rawat darurat
2) Instalasi rawat Intensif
3) Instalasi radiologi
4) Instalasi Laboratorium
5) Instalasi Farmasi
6) Instalasi gizi
7) Instalasi rehabilitasi Medik
8) Instalasi pemulasaran jenazah
9) Instalasi pemelthraraan sarana Rumah Sakit
b. Rawat jalan
Instalasi rawat jalan adalah unit pelayanan yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan dan terdiri dari poliklinik
umum, dan beberapa poliklinik spesialis dalam berbagai bidang disiplin ilmu
kedokteran klinis.
37
1) Poliklinik Penyakit Dalam
Pelayanan pada polilinik penyakit dalam meliputi pelayanan rujukan
penyakit dalam dan poliklinik umum, gawat darurat maupun rujukan dan Luar
rumah Sakit Ibnu Sina. Termasuk penyakit Kardiologi, penyakit paru – paru dan
lain – lain.
2) Poliklinik Bedah
Poliklinik bedah memberikan pelayanan berbagai bedah meliputi bedah
umum, bedah digestive, bedah tumor, bedah saraf, bedah orthopedi, bedah
urologi, dan bedah plastik.
3) Poliklinik Penyakit Anak
4) Poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan
5) Poliklinik Penyakit saraf
6) Poliklinik Penyakit THT
7) Poliklinik Penyakit mata
8) Poliklinik Penyakit kulit dan Kelamin serta Pelayanan kosmetik
9) Poliklinik Penyakit Gigi dan Mulut
10) Poliklinik Konsultasi gizi
11) Poliklinik umum
c. Rawat Inap
1) Ruang Perawatan Nifas
2) Ruang perawatan bayi
3) Ruang Perawatan Umum
38
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2014 terhadap pasien
yang menderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina. Proses yang
dilakukan selama penelitian berlangsung yakni mengumpulkan data rekam medik
tahun 2013.
Pada penelitian ini jumlah sampel yaitu 83 orang yang telah memenuhi
syarat. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling yaitu
mengambil responden dengan cara acak sesuai dengan daftar yang telah
disediakan pihak rumah sakit.
Hasil penelitian berupa data telah diolah menjadi informasi sesuai dengan
tujuan penelitian yang akan dideskripsikan dalam bentuk tabel dan penjelasan.
Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS for windows versi 16,0
yang menggambarkan status gizi dan hasil yang sesuai tujuan penelitian. Adapun
hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
39
5.1.1 Distribusi status gizi penderita kanker payudara
Tabel 5.1Distribusi Status Gizi Penderita Kanker Payudara
di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Status Gizi Frekuensi(n) Persen(%)
Kurang 0 0
Cukup 77 92,8%
Baik 6 7,2%
Lebih 0 0
Total 83 100
Sumber : Rekam Medik RS Ibnu Sina,2013
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas pasien mempunyai status
gizi yang cukup yaitu sebanyak 77 penderita (92,8%). Penderita yang mempunyai
status gizi yang baik yaitu sebanyak 6 penderita (7,2%). Sedangkan proporsi
penderita dengan status gizi lebih tidak ada.
Grafik. 5.1Distribusi status gizi penderita kanker payudara
di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun2013
40
5.1.2. Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan umur di
Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Tabel 5.2Distribusi Status Gizi Penderita Kanker Payudara berdasarkan umur
di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Umur
Status gizi
Kurang Cukup Baik Lebih
n % N % n % n %
< 50 Tahun 0 0 46 59,7 5 83,3 0 0
≥ 50 Tahun 0 0 31 40,3 1 16,7 0 0
Total 0 0 77 100 6 100 0 0
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Ibnu Sina,2013
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas penderita kanker payudara
dengan status gizi cukup 46 penderita ( 59,7%), gizi baik 5 penderita (83,3%), gizi
kurang dan gizi lebih tidak ada berada pada kelompok umur < 50 tahun. Pada
penderita kanker payudara dengan status gizi cukup 31 penderita (40,3%), gizi
baik 1 penderita (16,7%), gizi kurang dan gizi lebih tidak ada berada pada
kelompok umur ≥ 50 Tahun.
41
Grafik 5.2Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan umur
di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
5.1.3. Distribusi status gizi penderita kanker payudara stadium lanjut
berdasarkan jenis pekerjaan di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
Tabel 5.3Distribusi Status Gizi Penderita Kanker Payudara berdasarkan
jenis pekerjaan di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Jenis Pekerjaan
Status gizi
Kurang Cukup Baik Lebih
n % N % n % n %
Ringan 0 0 24 31,2 2 33,3 0 0
Sedang 0 0 53 68,8 4 66,7 0 0
Berat 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 77 100 6 100 0 0
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Ibnu Sina,2013
42
Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas penderita kanker payudara
dengan jenis pekerjaan sedang memiliki status gizi cukup 53 penderita (68,8%),
gizi baik 4 penderita (66,7%), dan gizi kurang dan gizi lebih tidak ada. Pada
penderita kanker payudara jenis pekerjaan ringan memiliki status gizi cukup 24
penderita (31,2%), status gizi baik 2 penderita (33,3%), gizi kurang an gizi lebih
tidak ada..
Grafik 5.3Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
jenis pekerjaan di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
43
5.1.4. Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan stadium
kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
Tabel 5.4Distribusi Status Gizi Penderita Kanker Payudara berdasarkan
stadium kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Stadium kanker payudara
Status gizi
Kurang Cukup Baik Lebih
n % N % n % N %
Stadium dini 0 0 41 53,2 2 33,3 0 0
Stadium lokal lanjut
0 0 32 41,6 2 33,3 0 0
Stadium lanjut 0 0 4 5,2 2 33,3 0 0
Total 0 0 77 100 6 100 0 0
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Ibnu Sina,2013
Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas penderita kanker
payudara stadium dini memiliki status gizi cukup 41 penderita (53,2%), gizi baik
2 penderita (33,3%), gizi kurang dan gizi lebih tidak ada. Pada penderita kanker
payudara dengan stadium lokal lanjut memiliki status gizi baik 32 penderita
(41,6%), gizi baik 2 penderita (33,3%), gizi kurang dan lebih tidak ada.tidak ada.
Pada penderita kanker payudara dengan stadium lanjut memiliki status gizi cukup
4 pendderita (5,2%), gizi baik 2 penerita (33,3%), gizi kurang dan lebih tidak ada..
44
Grafik. 5.4Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
stadium kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
5.1.5. Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan riwayat
keluarga di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
Tabel 5.5Distribusi Status Gizi Penderita Kanker Payudara berdasarkan
riwayat keluarga di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Riwayat Keluarga
Status gizi
Kurang Cukup Baik Lebih
n % N % n % n %
Ada 0 0 12 15,6 1 16,7 0 0
Tidak ada 0 0 51 66,2 3 50,0 0 0
Tidak ada data 0 0 14 18,2 2 33,3 0 0
Total 0 0 77 100 6 100 0 0
45
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Ibnu Sina,2013
Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas penderita kanker payudara
tidak ada riwayat keluarga memiliki status gizi cukup 51 penderita (66,2%), gizi
baik 3 penderita (50%), gizi kurang dan gizi lebih tidak ada. Penderita kanker
payudara dengan ada riwayat keluarga memiliki status gizi cukup 12 penderita
(15,6%), gizi baik 1 penderita (50%), gizi kuran dan gizi lebih tidak ada.
Penderita kanker payudara dengan tida ada data tentang riwayat keluarga
memiliki status gizi cukup 14 penderita (18,2%), izi baik 2 penderita (33,3%), gizi
kurang dan lebih tidak ada.
Grafik. 5.5Distribusi status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
riwayat keluarga di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013
46
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran status gizi penderita kanker payudara di Rumah Sakit
Ibnu Sina Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas pasien mempunyai
status gizi yang cukup yaitu sebanyak 92,8%. Pasien yang mempunyai status gizi
yang baik yaitu sebanyak 7,2%. Pasien yang mempunyai status gizi lebih tidak
ada.
Diet omega 3 polyunsaturated fatty acids (PUFA) akan menaikkan
immunitas tubuh dengan cara menurunkan syntesa prostaglandin dari dienoic
prostaglandin menjadi trienoic prostaglandin. Dimana prostaglandin, terutama
prostaglandin E2, mempunyai peranan yang penting dalam proliferasi sel.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa diet yang kaya akan kandungan
omega 3 polyunsaturated fatty acids (PUFA) akan mensupresi tumorogenesis dan
mencegah terjadinya metastase. Minyak ikan yang banyak mengandung omega 3
polyunsaturated fatty acids (PUFA) mempunyai efek anti kanker dengan
mekanisme langsung yaitu menurunkan proliferase sel melalui menurunkan kadar
prostaglandin E dalam jaringan dan metabolisme sel. Pemberian omega 3
polyunsaturated fatty acids (PUFA) seperti terkandung dalam minyak ikan secara
epidemiologi dapat mencegah terjadinya kanker payudara.(17)
Menurut Philpott dan Ferguson, 2004 menuliskan bahwa sejumlah zat gizi
memiliki kemampuan untuk memodulasi respon imun dan melawan proses
47
peradangan. Zat gizi tersebut adalah seng, EGCG (epigallocatechin galate),
omega 3 asam lemak tak jenuh ganda dan probioitik. Zat gizi tersebut dikenal
dengan imunonutrition dan dapat menjadi alternative untuk imunoterapi untuk
penderita kanker yang berhubungan dengan peradangan kronis.(17)
Diet tinggi lemak akan memicu terjadinya kanker payudara. Berdasarkan
beberapa penelitian bahwa tidak semua lemak bisa memicu terjadinya kanker
akan tetapi lemak yang polyunsaturated sedangkan yang monounsaturated tidak.
Dengan demikian yang terpenting bukannya lemak dan kuantitasnya, tetapi tipe
dari lemaknya lah yang sangat menentukan. Terdapat data menunjukkan orang
yang gemuk sesudah berusia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker
payudara.(9),(19)
5.2.2. Gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan umur
di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Pada tabel 5.2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita kanker payudara
dibagi menjadi 2 kategori kelompok umur. Penderita kanker payudara yang
berada pada kelompok umur < 50 tahun dengan status gizi cukup tercatat sebagai
jumlah yang terbanyak, yakni sebanyak 59,7%. Sedangkan proporsi terendah
terjadi pada pasien yang berumur ≥ 50 tahun dengan status gizi cukup yaitu
40,3%.
Satu faktor resiko terbesar kanker payudara adalah umur. umur rata-rata
wanita yang didiagnosis kanker payudara adalah awal 60-an. Ini bukan berarti
wanita muda berusia 20-an, 30-an, dan 40-an tidak beresiko terkena kanker
payudara, mengingat faktor resiko lainnya, semua wanita berbeda, dan tidak
48
semua wanita di atas umur 60 akan terkena kanker payudara, hanya saja rata-rata
mereka beresiko terkena dibanding wanita berusia 40-an atau 50-an. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh badan kesehatan amerika, statistik menyebutkan
bahwa 1 dari 8 wanita akan terkena kanker payudara dalam hidupnya. Statistik
yang lebih spesifik, yang memperhitungkan usia wanita, menunjukan hal yang
berbeda (dan lebih meyakinkan) wanita di usia akhir 30-an, misalnya : berpeluang
terkena kanker payudara 1 banding 36. Resiko meningkat secara eksponensial
setelah usia 30, tapi pada wanita berusia 80-an, peluang terkena kanker payudara
sekitar 1 banding 24. Jadi, apa artinya? Ini artinya, seiring pertambahan usia,
wanita perlu waspada memperhatikan tanda-tanda perubahan pada payudara
mereka karena resiko mereka meningkat.(11)
5.2.3. Gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan jenis
pekerjaan di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa proporsi jenis pekerjaan pada
kanker payudara dibagi menjadi 3 kategori jenis pekerjaan Penderita kanker
payudara dengan pekerjaan sedang memiliki status gizi cukup yang terbanyak,
yakni 68,8%. Sedangkan untuk penderita kanker payudara dengan pekerjaan
ringan memiliki status gizi cukup terendah yaitu 31,2%.
Pada umumnya jenis pekerjaan ini dihubungkan dengan tingkat
pendapatan. Tngkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk
membaik juga tetapi mutu makanan tidak selalu membaik . Tidak dapat disangkal
bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. (16)
49
Kebutuhan zat-zat gizi dipengaruhi oleh berat badan, umur, dan jenis
kelamin. Pada orang dewasa zat-zat gizi digunakan untuk aktifitas/kerja .Jenis
pekerjaan tersebut dogolongkan menurut jumlah energi yang diperlukannya
menjadi pekerjaan ringan, sedang dan berat. Kebutuhan energi untuk kegiatan
ringan, sedang, berat berbeda, makin berat kegiatan/pekerjaan yang dilakukan
makin banyak juga energi yang dibutuhkan. Perhitungan rata-rata orang bekerja
sehari adalah 8 jam. Untuk kegiatan ringan misalnya ibu rumah tangga yang
melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat mekanik, untuk kegiatan sedang
misalnya kebanyakan pekerjaan pada industri ringan (memperbaiki jam,
menggambar, dan melukis), untuk kegiatan sangat berat misalnya menyikat lantai,
memukul karpet, kerja dipertanian dan untuk kegiatan sangat berat misalnya
pekerja bangunan.(16)
Terjadinya penurunan status gizi pada sebagian besar penderita kanker
terutama disebabkan turunnya asupan zat gizi, baik akibat gejala penyakit
kankernya sendiri atau efek samping pengobatan .Hal utama dalam menghadapi
penderita kanker adalah mencegah penurunan status gizi lebih lanjut dan akan
lebih baik jika dapat dicapai status gizi normal. Oleh karena itu, asupan makanan
harus ditingkatkan, walaupun terdapat berbagai kendala, seperti anoreksia dengan
berbagai penyebabnya, perubahan cita rasa dan aroma terhadap makanan,
kekeringan dan sariawan pada mulut, disfagia, mual dan muntah, perasaan cepat
kenyang, rasa capai, kembung, serta diare .(18)
Dalam studi yang dipimpin oleh Dr. Kristan Aronson, profesor ilmu
kesehatan masyarakat di Queen’s Cancer Research Institute dari Queen’s
50
University, Ontario, Kanada, mereka mempelajari 1.134 wanita dengan kanker
payudara dan 1.179 wanita pada usia yang sama tanpa penyakit kanker payudara
dan tinggal di Vancouver. Rata-rata, para peserta berusia pertengahan hingga
akhir 50an tahun, beberapa sudah menopause, sementara yang lain belum.(19)
Para peserta datang dari berbagai jenis pekerjaan, dan ditanya tentang pola
kerja shiftmalam mereka. Lalu para peneliti menyesuaikan data catatan kesehatan
mereka dari rumah sakit dan sepertiga dari peserta tersebut pernah terlibat dalam
kerja shiftmalam. Ketika Dr. Aronson melihat peserta yang telah
bekerja shift malam selama 30 tahun atau lebih, ternyata mereka berisiko 2 kali
lebih besar terkena penyakit kanker payudara daripada yang bekerja shift malam
kurang dari 30 tahun.(19)
Beberapa hipotesis tentang hubungan bagaimana bekerja shift malam
dalam jangka panjang bisa meningkatan risiko penyakit kanker payudara adalah
gangguan ritme tubuh normal sehari-hari (sirkadian), penurunan melatonin
(hormon yang membantu mengatur siklus tidur dan bangun), dan kekurangan
vitamin D.(19)
5.2.4. Gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan
stadium kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahin 2013
Pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa proporsi stadium penderita kanker
payudara dibagi menjadi 3 kategori kelompok stadium. Penderita kanker payudara
stadium dini dengan status gizi cukup tercatat sebagai jumlah yang terbanyak,
yakni sebanyak 53,2%. Sedangkan proporsi terendah terjadi pada penderita kanker
payudara stadium lanjut untuk status gizi cukup yaitu 5,2%.
51
Stadium segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat
membantu dokter dan tim perawatan kesehatan dalam merekomendasikan,
pengobatan terbaik yang ada, memberikan prognosis, dan membandingkan hasil
dari program pengobatan alternatif.(17)
Menurut Vera Uripi, pada stadium tingkat keganasan dapat terjadi
peningkatan metabolisme akibat penggunaan zat yang tidak efektif.
Bagaimanapun juga, sel kanker akan mengambil zat gizi untuk melancarkan
aktivitasnya. Oleh karena itu pemberian diet yang tepat bagi penderita kanker
payudara akan memperbaiki status gizi penderita kanker payudara.(17)
5.2.5 Gambaran status gizi penderita kanker payudara berdasarkan riwayat
keluarga di Rumah Sakit Ibnu Sina Tahun 2013
Pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa proporsi riwayat keluarga penderita
kanker payudara dibagi menjadi 3 kategori . Penderita kanker payudara
berdasarkan tidak ada riwayat yang sama dalam keluarga memiliki status gizi
cukup terbanyak yaitu 66,2%. Sedangan proporsi terendah pada penderita kanker
payudara berdasarkan ada riwayat keluarga dengan status gizi cukup yaitu 15,6% .
Sekitar 5 hingga 10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi herediter
spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya gen kerentanan kanker payudara
jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap kanker
payudara bilateral, mengidap kanker terkait lain (misalnya kanker ovarium),
memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga yang
terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu.(20)
52
Apabila kanker payudara ditemukan dalam suatu keluarga, risiko wanita
lain dalam keluarga yang sama untuk menderita kanker payudara secara bermakna
lebih tinggi. Keluarga tingkat pertama, seperti saudara perempuan atau anak
perempuan, mempunyai risiko lebih tinggi dua kali lipat untuk menderita kanker
payudara jika pasien pertama menderita kanker payudara pada satu payudara
setelah menopause.(20)
Wnaita dengan riwayat keluarga kanker payudara pada satu payudara
dalam masa sebelum mengalami menopause memiliki risiko tiga kali lebih besar.
Jika pasien pertama menderita kanker pasca menopause pada kedua payudara,
keluarga tingkat pertamanya mempunyai risiko lebih dari empat kali lipat.
Keluarga tingkat pertama dari pasien dengan kanker pada kedua payudara
sebelum menopause mempunyai risiko hampir sembilan kali lebih besar. Pola
hubungan dari keluarga ayah memiliki resiko yang sama dengan keluarga ibu
untuk diturunkan kepada anaknya.(20)
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah
satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat
besar. Kurang dari 1% wanita yang memiliki gen ini. Wanita yang lebih mungkin
memiliki gen ini adalah mereka yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker
payudara, biasanya pada keluarga dekat. Untuk itu, pemeriksaan genetik rutin
tidak selalu dilakukan, kecuali untuk wanita yang memiliki riwayat kanker
payudara dalam keluarga. (20)
53
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan mengenai gambaran status
gizi penderita kanker payudara stadium lanjut di rumah sakit ibnu sina tahun
2013, maka dari 83 sampel dapat ditarik kesimpulan:
1. Status gizi penderita kanker payudara yang terbanyak adalah status gizi
cukup yaitu 77 pasien (92.8%).
2. Pada Penderita kanker payudara berdasarkan umur memiliki status gizi
cukup yang terbanyak pada kelompok umur < 50 tahun yaitu 46 penderita
(59,7%).
3. Pada penderita kanker payudara berdasarkan jenis pekerjaan memiliki
status gizi yang terbanyak pada jenis pekerjaan sedang yaitu 53 penderita
(68.8%).
4. Pada penderita kanker payudara berdasarkan stadium kanker payudara
memiliki status gizi cukup yang terbanyak pada stadium dini kanker payudara
yaitu 41 penderita (53,2%).
5. Pada penderita kanker payudara berdasarkan riwayat keluarga memiliki
status gizi cukup yang terbanyak pada kelompok tidak ada riwayat keluarga
sebelumnya yaitu 51 penderita (66,2%).
54
6.2 Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai gambaran status gizi penderita
kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina tahun 2013, maka diberikan saran
berupa:
1. Kanker payudara merupakan penyakit kronik multifaktorial sehingga
diperlukan deteksi dini untuk mencegah stadium lebih lanjut, peningkatan kualitas
hidup, dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kanker,
contohnya dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
2. Perlu peran serta petugas kesehatan dalam upaya promotif dan preventif
terhadap penyakit kanker payudara, misalnya dalam hal pemberian diet yang tepat
bagi penderita kanker payudara.
3. Perlunya peran serta keluarga dalam mendukung proses pengobatan baik
berupa dukungan moril, materiil, maupun psikis dan spiritual sehingga tidak akan
memperburuk kualitas hidup pasien.
4. Perlu kiranya dalam pengisian status pasien dituliskan secara lengkap
mengingat ada data dari variabel yang tidak diketahui (kosong) dalam rekam
medik terutama identitas, keluhan, dan hasil pemeriksaan fisik, serta pemberian
obat-obatan sehingga tidak mengaburkan diagnosa dan pasien dapat difollow up
dengan baik sewaktu data rekam medik diperlukan.
55