kpd jadi

Upload: dearie-sistarini

Post on 16-Jul-2015

411 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban yang mengelilingi janin (kantung amniotik) sebelum persalinan. Meskipun membran harus pecah selama persalinan untuk memungkinkan pengiriman normal janin, namun ketuban pecah dini dapat terjadi sebelum awitan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Insiden dan Prevalensi ketuban pecah dini dilaporkan terjadi pada 6% sampai 10% dari kehamilan, 80% dari kasus-kasus yang terjadi kehamilan aterm dan 30% sampai 40% terjadi pada kehamilan preterm. Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab utama prematuritas. Pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu dapat mengakibatkan kelahiran prematur pada sekitar 30% kasus di Amerika. 1 Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Penanganan ketuban pecah dini ini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. 1 Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda tanda persalinan/belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (umur di atas 28 minggu).Dengan induksi persalinan bayi sudah dapat hidup di luar kandungan, sebagai upaya untuk menyelamatkan janin dari pengaruh buruk apabila janin masih dalam kandungan. Induksi persalinan adalah pemberian inisiasi artifisial untuk kontraksi uterus lebih awal dari onset spontannya, yang mengarah pada dilatasi progresif dan penipisan serviks dan lahirnya bayi. Indikasi induksi persalinan dapat ditinjau dari Indikasi dari ibu : preeklampsia, eklampsia dan berdasarkan indikasi dari janin seperti pada ketuban pecah dini.

1

1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan komplikasi, kelainan penyakit dalam kehamilan 1.2.2 Tujuan Khusus Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan aterm disertaai dengan ketuban pecah dini

2

BAB II KAJIAN TEORI A. PRINSIP DASAR 1. Ketuban dinyatakan pecah dini apabila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. 2. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis. 3. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. 4. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan. Prawiraharjo, 2001). B. PENGERTIAN KETUBAN PECAH DINI 1. Ketuban pecah dini atau Spontaneous / Early-Premature Rupture Of The Membrane (prom) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara < 5 cm. bila periode laten terlalu pajang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak. Selaput janin dapat robek dalam kehamilan: a. Spontan karena selaputnya lemah atau kurang terlindung karena cervix terbuka (cervix yang inkompelent). b. Karena trauma, karena jatuh, coitus atau alat-alat. c. Insiden menurut Eastman kira-kira 12% dari semua kehamilan. (Sarwono

2. Gejala a. Air ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan konsistensinya lebih keras. b. Biasanya terjadi persalinan c. Cairan: hydroohoea amniotica 3

C. PATOGENESIS 1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakitpenyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini. 2. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban) 3. Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis) 4. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi, disproporsi, cervik incompeten dll. 5. Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

D. DIAGNOSIS KPD Diagnosis KPD yang tepat sangat penting untuk menentukan penanganan selanjutnya. Oleh karena itu usaha untuk menegakkan diagnosis KPD harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Cara-cara yang dipakai untuk menegakkan diagnosis menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah : a. Anamnesis Pasien mengetahui cairan yang keluar atau tidak Cairan keluar terus atau tidak Warna cairan yang keluar

b. Pemeriksaan fisik Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu badan. Apa ada tanda infeksi : suhu badan meningkat dan nadi cepat. c. Pemeriksaan obstetric Pemeriksaan palpasi untuk menentukan umur kehamilan dan mengetahui ada tidaknya kontraksi uterus. Menentukan kondisi janin yaitu jumlah janin, letak, presentasi dan taksiran berat janin. Dengan pemeriksaan auskultasi ditentukan janin hidup ada, gawat janin atau tidak, atau mungkin janin mati. d. Inspeksi vulva Apa ada cairan yang keluar dan bila ada tentukan warnanya.

4

-

Apa terlihat tali pusat, bila ada perhatikan dengan teliti adakah pulsasi pada tali pusat.

e. Pemeriksaan dengan speculum Salah satu pemeriksaan untuk menentukan ketuban pecah ialah dengan tes nitrazin, yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitive pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau speculum setelah menarik spekulum dari vagina (Midwifery, 2004). Selain dengan nitrazin juga dapat dilakukan dengan menempatkan contoh bahan pada suatu kaca objek mikroskopik, dikeringkan di udara, dan memeriksa untuk mencari ada tidaknya gambaran seperti pakis, (Hacker, 2001). Pemeriksaan dalam spekulum juga digunakan untuk melihat porsio masih tertutup atau sudah terbuka. Adakah air ketuban mengalir dari porsio dan perhatikan warnanya. Pada kehamilan aterm dapat dilakukan periksa dalam untuk menentukan besar pembukaan. E. PENGARUH KPD a) Pengaruh terhadap janin Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterine lebih duluan terjadi

(amnionitis,Vakulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. b) Pengaruh terhadap ibu Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai 1. Infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering di periksa dalam 2. Infeksi peurperalis (nifas) 3. Peroitonitis dan septikemi. 4. Dry-labor Ibu akan jadi lelah, lelah terbaring di tempat tidur, partus akan jadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat, dan nampak gejala-gejala infeksi. Jadi akan meninggikan angka kematian dan angka mobilitas pada ibu

5

F. PENANGANAN 1. Kalau kehamilan sudah aterm dilakukan induksi 2. Mempertahankan kehamilan supaya bayi lahir (berlangsung +/- 72 jam) 3. Pantau keadaan umum itu, tanda vital dan distress janin/kelainan lainnya pada ibu dan pada janin 4. Observasi ibu terhadap infeksi khorioamnionitis sampai sepsis 5. KIM terhadap ibu dan keluarga, sehingga dapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin ditambah dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. 6. Bila tidak terjadi his spontan dalam 24 jam atau terjadi komplikasi lainnya, rujuk ibu segera ke fasilitas yang lebih tinggi.

G. PENATALAKSANAAN KPD ATERM 1. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal SC dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan di akhiri. a. Bila skor pelvik kurang dari 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC b. Bila skor pelvik lebih dari 5, induksi persalinan, partus pervaginam. 2. Menurut Mochtar (1998) penanganan > 36 minggu lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan Prostaglandin E2 dan atau drips oksitosin gagal, maka lakukan tindakan operatif. 3. Hakimi (2003) membagi penatalaksanaan KPD menurut ada tidaknya infeksi dan umur kehamilan. Bila ada infeksi kehamilan segera diakhiri dengan induksi dan pemberian antibiotika tanpa mempertimbangkan usia kehamilan. Bila tidak ada infeksi penatalaksanaan ditentukan oleh usia kehamilan. 4. Kehamilan lebih dari 36 minggu Karena 80 hingga 90 persen pasien yang hamil aterm akan mengalami partus spontan dalam waktu 24 jam, maka pada periode ini sebagian dokter kebidanan lebih menyukai menunggu terjadinya persalinan spontan. Jika servik sudah matang, penundaan persalinan tidak bermanfaat dan persalinan harus diinduksi. 6

Jika servix belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan sebelum dilakukan induksi persalinan.

H. PENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH TIDAK ADA INFEKS Amoksilin + LEBIH DARI SAMADENGAN 37 MINGGU INFEKSI Berikan Penisilin TIDAK ADA INFEKS Lahirkan Bayi Berikan Penisilin atau Ampicilin

INFEKSI Berikan Penisilin, Gentamisin Dan Metronidazol

Eritromisin untuk 7 Gentanisin Dan hari Metronizadol

-

Lahirkan Bayi

Steroid untuk pematangan paru

Lahirkan Bayi

Anti biotika setelah persalinan Profilaksi Stop antibiotika Infeksi Lanjutkan untuk 24-48 jam setelah bebas panas ( SARWONO PRAWIROHARJO, 2001 ) Tidak ada infeks Tidak perlu antibiotic

7

AKADEMI KEBIDANAN KARTINI BALI Jln. Piranha No 2 Pegok Sesetan Denpasar. Telp (0361) 7446292,720471 Fax (0361)720471ASUHAN KEBIDANAN IBU DS UMUR 24 TAHUN DENGAN G1P0000 UK 38 MINGGU PUKI LETKEP U+ KPD